Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DENGAN GANGGUAN


SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS SEMERAP TAHUN 2023

Dosen Pembimbing :

Herinawati, M. Keb

Oleh :
Pusvyta Dewi
PO71242220157

JURUSAN KEBIDANAN PRODI PROFESI BIDAN


POLTEKKES KEMENKES JAMBI
TAHUN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan “ASUHAN KEBIDANAN REMAJA DENGAN


GANGGUAN SIKLUS MENSTRUASI” guna memenuhi tugas Stase remaja dan pra
nikah program studi profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Jambi tahun 2022/2023.

Jambi, Januari 2023


Mahasiswa

Pusvyta Dewi
PO.71242220157

Mengetahui:
Pembimbing Akademik

Preseptop Akademik Pembimbing Lahan

(Herinawati, M. Keb) (Yelly Lovina Roza, S.Tr.Keb)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus Asuhan Kebidanan pada Nn.W
dengan gangguan siklus menstruasi.
Penulisanan laporan ini dalam rangka menerapkan tugas mata kuliah asuhan
kebidanan komprehensif pada stase remaja dan pra nikah yang merupakan salah satu
mata kuliah yang harus dilalui dalam proses pendidikan profesi kebidanan. Dalam
penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta
pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Yuli Suryanti, M. Keb selaku Kepala Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Jambi
2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes
Jambi
3. Herinawati, M. Keb selaku Dosen Pembimbing Institusi yang telah memberikan
pengarahan dan evaluasi kepada penulis sehingga laporan ini dapat diselesaikan
dengan baik.
4. Yelly Lovina Roza,S.Tr.Keb selaku CI yang telah memberi banyak masukan dan
bimbingan dalam laporan ini

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan
dengan demikian penulis sangan mengharapkan petunjuk dan saran serta kritik dari
dosen pembimbing. Akhir kata semoga hasil laporan ini memberikan manfaat yang
berguna bagi yang membutuhkannya.

Jambi, Januari 2023

Penulis        

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... i


KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................ 2
D. Manfaat ..................................................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep dasar gangguan siklus menstruasi................................................ 3
B. Manajemen Kebidanan ............................................................................. 11
C. Evidence Based Midwivery....................................................................... 14

BAB III. TINJAUAN KASUS


Tinjauan Kasus .............................................................................................. 25

BAB IV PEMBAHASAN
Analisis Kasus dengan kajian teori jurnal/EBM ........................................... 32

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 47
B. Saran ......................................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa remaja terjadi perubahan baik fisis maupun psikis yang menyebabkan

remaja dalam kondisi rawan pada proses pertumbuhan dan perkembangannya. Masa

ini merupakan masa terjadinya proses awal pematangan organ reproduksi dan

perubahan hormonal yang nyata. Remaja menghadapi berbagai masalah yang

kompleks terkait dengan perubahan fisik, kecukupan gizi, perkembangan

psikososial, emosi dan kecerdasan yang akhirnya menimbulkan konflik dalam

dirinya yang kemudian memengaruhi kesehatan (IDAI, 2013).

Remaja yang mengalami pubertas khususnya wanita yaitu ditandai dengan haid

pertama kali atau menarche kemudian berlanjut dengan menstruasi (Misaroh, 2009).

Menstruasi adalah situasi pelepasan endometrium dalam bentuk serpihan dan

perdarahan akibat pengeluaran hormon estrogen dan progesterone yang turun dan

berhenti sehingga terjadi vasokonstriksi pembuluh darah yang segera diikuti

vasodilatasi (Manuaba, 2009).

Menstruasi terjadi secara rutin dan membentuk sebuah siklus. Siklus menstruasi

memiliki variasi. Dimana variasi yang terjadi akan berbeda antara remaja dan orang

dewasa. Pada remaja variasi siklus menstruasi normal terjadi sekitar 20-45 hari.

Kisaran siklus menstruasi remaja lebih besar dibanding orang dewasa yang memiliki

siklus mentsruasi 21-34 hari. (Hillard, 2019). Namun terdapat perbedaan bagi

seseorang yang masih dalam tahun ginekologi pertama, yakni dengan rata-rata

panjang siklus 32 hingga 61 hari, dan lama menstruasi berkisar 4,9 hingga 5,4 hari,

serta menurun sepanjang tahun ginekologi pertama. (Gunn, Tsai, McRae &

Steinbeck, 2018)

1
Siklus menstruasi adalah tanda proses kematangan organ reproduksi yang

dipengaruhi oleh hormon tubuh. Peranan siklus menstruasi berhubungan dengan

tingkat kesuburan perempuan (Sinha et al., 2011). Siklus ini secara teratur

berlangsung jika seorang remaja telah menginjak usia 17 – 18 tahun (Patil et al,

2013) namun dapatjuga terjadi setelah 3 – 5 tahun dari usia menarche (Rigon et

al.,2012). Pola menstruasi normal berlangsung setiap 21 – 35 hari sekali, adapun

lama hari menstruasi dapat berlangsung selama 3 – 7 hari (Aryani, 2010).

Wanita pada tahap remaja akhir 75% mengalami gangguan yang berkaitan

dengan menstruasi. Menstruasi yang tertunda, tidak teratur, nyeri, dan perdarahan

yang banyak pada waktu menstruasi merupakan keluhan yang sering menyebabkan

remaja wanita memerlukan bantuan tenaga medis (Kaur, 2009). Berdasarkan uraian

tersebut, maka penulis menganalisa kasus remaja pada Nn. W dengan gangguan

siklus menstruasi di Puskesmas Semerap, Am. Keb Tahun 2023.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah yaitu “bagaimana

asuhan kebidanan pada remaja dengan gangguan siklus menstruasi di Puskesmas

Semerap Tahun 2023?”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan kebidanan pada remaja dengan gangguan siklus

menstruasi di Puskesmas Semerap Tahun 2023.

2
2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian data pada remaja dengan gangguan siklus

menstruasi menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

b. Mampu melakukan Interpretasi data pada remaja menggunakan pendekatan

manajemen kebidanan.

c. Mampu melakukan identifikasi masalah dan diagnosa potensial pada remaja

dengan gangguan siklus menstruasi menggunakan pendekatan manajemen

kebidanan

d. Mampu melakukan tindakan segera kepada remaja dengan gangguan siklus

menstruasi menggunakan pendekatan kebidanan.

e. Mampu merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada remaja dengan

gangguan siklus menstruasi menggunakan pendekatan manajemen

kebidanan.

f. Mampu melaksanakan rencana tindakan yang sudah ditentukan pada remaja

dengan gangguan siklus menstruasi menggunakan pendekatan manajemen

kebidanan.

g. Mampu melaksanakan evaluasi atas tindakan yang akan dilakukan pada

klien remaja dengan gangguan siklus menstruasi menggunakan pendekatan

manajemen kebidanan.

D. Manfaat Penulisan

a. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi

Hasil penulisan diharapkan dapat menambah wawasan khususnya

mahasiswa kebidanan dalam menerapakan asuhan pada remaja dengan gangguan

3
siklus menstruasi, serta dapat menjadi dokumen dan bahan bacaan bagi

mahasiswa kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi.

b. Bagi Puskesmas Semerap

Dapat menjadi referensi untuk meningkatkan pelayanan dalam

memberikan asuhan pada kasus remaja dengan gangguan siklus menstruasi.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Gangguan Siklus Menstruasi

1. Pengertian siklus menstruasi

Pola siklus menstruasi merupakan pola yang menggambarkan jarak antara

hari pertama menstruasi dengan hari pertama menstruasi selanjutnya. Pola siklus

menstruasi dikatakan normal jika tidak kurang dari 21 hari dan tidak lebih dari

35 hari (Yuditha, 2017)

2. Penyebab Gangguan Siklus Menstruasi

Menurut Fadli (2021), gangguan siklus menstruasi pada remaja dapat

disebabkan oleh beberapa kondisi sebagai berikut:

5
1) Hormon yang Tidak Stabil
Gangguan siklus menstruasi pada remaja dapat disebabkan oleh

hormon yang tidak stabil. Hal tersebut bukan hanya memengaruhi

volume darah yang keluar, tetapi juga lama waktu menstruasi. Seorang

remaja memiliki hormon yang berfluktuasi. Kondisi tersebut

mempengaruhi siklus hormon ke periode-periode berikutnya.

2) Perubahan Berat Badan


Penyebab gangguan menstruasi selanjutnya adalah perubahan

berat badan secara signifikan, baik kenaikan maupun penurunan.

Kenaikan berat badan drastis memicu tubuh menghasilkan estrogen

dalam jumlah yang banyak. Sedangkan penurunan berat badan drastis,

mampu menghambat produksi hormon estrogen. Keduanya mampu

memengaruhi proses ovulasi setiap bulan, sehingga siklus menstruasi

pun menjadi tidak teratur.

3) Obat-obatan
Jenis obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi siklus menstruasi,

di antaranya antibiotik, antidepresan, atau pil kontrasepsi. Meski

demikian, gangguan siklus menstruasi pada remaja akibat konsumsi

obat-obatan tersebut jarang terjadi. Namun, mungkin saja terjadi jika

obat dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama, dan dalam jumlah

berlebihan.

6
4) Stres

Penyebab gangguan menstruasi selanjutnya adalah stres. Saat

kondisi ini dialami, bagian otak yang mengatur reproduksi merespon

dengan mengurangi produksi hormon. Oleh sebab itu, siklus menstruasi

seseorang menjadi terganggu, atau bahkan berhenti sama sekali. Terkait

hal tersebut orang tua harus mengenali gejala tress pada remaja yang

menjadi penyebab utama gangguan menstruasi.

5) Pola Makan yang Salah

Pola makan yang salah termasuk diet ketat menjadi penyebab

gangguan siklus menstruasi pada remaja. Hal tersebut akan membuat

seseorang kekurangan gizi, sehingga produksi hormon estrogen dan

progesteron dalam tubuh jadi tidak seimbang. Bukan itu saja, pola makan

yang salah juga berujung pada perubahan berat badan, yang menjadi

penyebab gangguan menstruasi lainnya.

7
6) Olahraga Berlebihan

Gangguan siklus menstruasi pada remaja selanjutnya bisa

disebabkan oleh melakukan olahraga secara berlebihan. Faktanya,

olahraga memang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Namun jika

dilakukan secara berlebihan, justru dapat memicu gangguan kesehatan

salah satunya menstruasi yang tidak teratur. Olahraga yang dilakukan

secara berlebihan dapat menyita energi dari makanan yang masuk ke

dalam tubuh. Akibatnya, tubuh akan melakukan segala cara untuk

menyimpan energi agar aktivitas tubuh dapat berjalan dengan lancar. Hal

tersebut dilakukan dengan menutup fungsi organ tubuh yang tidak

diperlukan, yaitu fungsi reproduksi, seperti menstruasi.

3. Klasifikasi gangguan siklus menstruasi


1) Amenorrhea
Amenorrhea adalah tidak adanya menstruasi. Kategori amenorrhea

primer jika wanita di usia 16 tahun belum mengalami menstruasi, sedangkan

amenorrhea sekunder adalah yang terjadi setelah menstruasi. Secara klinis,

kriteria amenorrhea adalah tidak adanya menstruasi selama enam bulan atau

selama tiga kali tidak menstruasi sepanjang siklus menstruasi sebelumnya.

Berdasarkan penelitian, amenorrhea adalah apabila tidak ada menstruasi

dalam rentang 90 hari. Amenorrhea sering terjadi pada wanita yang sedang

menyusui, tergantung frekuensi menyusui dan status mutrisi dari wanita

tersebut (Kusmiran, 2016).

8
2) Oligomenorrhea
Oligomenorrhea adalah tidak adanya menstruasi untuk jarak interval

yang pendek atau tidak normalnya jarak waktu menstruasi yaitu jarak siklus

menstruasi 35-90 hari.

Volume perdarahan umumnya lebih sedikit dari volume perdarahan

menstruasi biasanya. Gangguan jenis ini berakibat ketidaksuburan dalam

jangka panjang karena sel telur jarang diproduksi sehingga tidak terjadi

pembuahan.

Oligomenorea umumnya dialami remaja pada masa awal menstruasi,

yakni sekitar 2-3 tahun setelah haid pertama. Namun kondisi ini terbilang

wajar, lantaran terjadi sebagai dampak dari aktivitas hormon yang tidak

stabil pada masa-masa pubertas tersebut.

3) Polymenorrhea
Polymenorrhea adalah sering menstruasi yaitu jarak siklus

menstruasi yang pendek kurang dari 21- hari. Polymenorrhea (Frequent

menses) adalah kelainan siklus menstruasi, yang mengacu pada interval

siklus menstruasi kurang dari 21 hari (Long, 2019). Polymenorrhea dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, yakni dari faktor anatomis organ,

fisiologis, dan faktor psikis seorang wanita. Adanya kelainan atau gangguan

pada ovarium yang merupakan organ penghasil ovum dapat menyebabkan

polymenorrhea. Dari faktor fisiologis, polymenorrhea dapat disebabkan oleh

ketidakseimbangan sistem hormonal pada Hipotalamushipofisisi-ovarium,

yang berakibat pada gangguan proses ovulasi.

Ketidakseimbangan hormon yang menyebabkan kelainan dari siklus

menstruasi salah satunya polymenorrhea yang terjadi pada remaja di 3-5

9
tahun pertama menstruasi. Polymenorrhea juga dapat terjadi pada seorang

wanita menjelang menopause. Hal ini terjadi karena terdapat perubahan

fisiologis secara drastis saat pubertas, maupun memasuki masa menopause.

(Sinaga et al., 2017).

Polymenorrhea pada umumnya hanya bersifat sementara dan

dapat sembuh dengan sendirinya. Polymenorrhea merupakan salah satu

hal yang wajar bagi seorang wanita di tahun-tahun ginekologis pertama.

Namun apabila polymenorrhea terjadi terus menerus dapat menyebabkan

gangguan hemodinamik dan gangguan kesuburan. Untuk itu apabila

polymenorrhea terjadi terus menerus, dapat dikonsultasikan ke dokter

untuk mencegah dampak yang lebih buruk terjadi. (Sinaga et al., 2017)

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan siklus menstruasi

1) Anatomis organ

Adanya kelainan atau gangguan pada ovarium yang merupakan organ

penghasil ovum dapat menyebabkan gangguan pada siklus memnstruasi.

2) Faktor fisiologis

Ketidakseimbangan sistem hormonal pada Hipotalamushipofisisi-

ovarium, yang berakibat pada gangguan proses ovulasi. Gangguan siklus

menstruasi juga dapat terjadi pada seorang wanita menjelang menopause.

Hal ini terjadi karena terdapat perubahan fisiologis secara drastis saat

pubertas, maupun memasuki masa menopause. (Sinaga et al., 2017)

3) Psikis

Stres dapat menghalangi hormon LH (luteinizing Hormone) untuk lepas

dari tubuh. Hal tersebut dapat menyebabkan amenorrhea sementara.

Secara teori tingkat stress memiliki hubungan dengan terganggunya siklus

10
menstruasi. Stressor yang membuat satu tuntutan baru bagi suatu

pekerjaan, meningkatkan Panjang sikus menstruasi, jadi menunda satu

periode setiap bulannya. Stress pada seseorang akan memicu perlepasan

hormone kortisol dalam tubuh seseorang, dimana hormone ini akan

bekerja mengatur seluruh system di dalam tubuh seperti jantung, paru-

paru, peredaran darah, metabolism tubuh dan system kekebalan tubuh

dalam menghadapi stress yang ada.

Biasanya hormone kortisol ini dijadikan tolak ukur melihat derajat

stress seseorang. Semakin stress seseorang, kadar kortisol dalam tubuhnya

semakin tinggi. Ini disebabkan karena stress yang dialami mempengaruhi

kerja hormone kortisol diatur oleh hipotalamus otakdan kelenjar pituitary.

Dengan dimulainya aktifitas hipotalamus ini, hipofisis mengeluarkan FSH

dan proses stimulus ovarium akan menghasilkan estrogen. Jika terjadi

gangguan maka sel telur tidak terbentuk. Estrogen merupakan hormone

feminine yang mengakibatkan perubahan fisik pada wanita ketika remaja

dan estrogen juga mempengaruhi siklus menstruasi (Kartikawati, 2017).

4) Obesitas

Ketidakseimbangan regulasi hormon hipothalamus-hipofisis-

ovarium yang mengganggu proses ovulasi juga dapat disebabkan oleh

obesitas. Adiposa akan mengubah kualitas oosit dan penerimaan

endometrium melalui asam lemak bebas dan adipokin. (Kim, 2017).

Kelainan hormon yang terjadi pada seorang wanita yang menderita

obesitas berupa penurunan kadar sex hormone-binding globulin. Dampak

lain juga ditunjukan melalui penurunan ekskresi metabolit progesteron,

pregnanadiol 3-glukuronisa (PDG), dan penurunan kadar serum serta

11
kadar hormon LH (luteinizing hormon) yang mempengaruhi fungsi

ovarium, oosit corpus luteum serta menyebabkan siklus menstruasi

terganggu. (Ko et al., 2017)

5. Pencegahan Gangguan Siklus Menstruasi

1) Mengontrol berat badan ideal.

Suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan

obesitas memiliki risiko 2 kali gangguan siklus menstruasi

(oligomenorrhea) dari reponden dengan status gizi normal (Anggraini,

2015). Kekurangan maupun kelebihan gizi akan berdampak pada

penurunan fungsi hipotalamus yang tidak memberikan rangsangan

kepada hipofisa anterior untuk menghasilkan FSH (Follicle Stimulating

Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone). Penurunan berat badan

secara besar besaran dapat menyebabkan aktifitas gonadotropin dalam

mensekresi LH dan FSH menurun. Hal ini berdampak buruk pada siklus

menstruasi.

2) Menghindari stres dan depresi.

3) Menjalani pola hidup sehat dengan melakukan olahraga secara teratur

dan menerapkan pola makan yang sehat.

4) Segera konsultasikan ke dokter jika mengalami siklus menstruasi yang

singkat (kurang dari 21 hari), untuk mencegah terjadinya komplikasi

seperti anemia dan gangguan kesuburan.

Anemia ialah keadaan di mana massa eritrosit dan/atau massa hemoglobin

yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen

bagi jaringan tubuh (Nugraha, 2017). Kadar Hb normal pada remaja putri

12
adalah 12 gr/dL. Remaja putri dikatakan anemia jika kadar Hb < 12 gr/dl

(Proverawati, 2011)

5) Menjaga kesehatan genital untuk mencegah terjangkitnya penyakit

menular seksual.

6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan gangguan siklus menstruasi dapat dilakukan setelah

menegakkan diagnosis. Menurut Yani (2021) tindakan yang harus dilakukan,

antara lain:

1) Anamnesis mengenai gejala yang dirasakan saat haid, rentang waktu

mengalami gejala tersebut, keteraturan siklus menstruasi

2) Pemeriksaan fisik, meliputi:

a. Tes panggul

Tes panggul dilakukan untuk menilai ada tidaknya peradangan

pada organ reproduksi di vagina atau serviks.

b. Pap smear

Pemeriksaan pap smear dilakukan untuk mengesampingkan

kemungkinan kanker atau kondisi-kondisi penyebab lainnya.

c. Tes darah dan tes urin

Tes darah dan urin dapat membantu menentukan keberadaan

ketidakseimbangan hormonal yang menyebabkan gangguan menstruasi.

Selain pemeriksaan tersebut diatas, pemeriksaan lanjutan

mungkin diperlukan untuk mendiagnosis sumber gangguan menstruasi

antara lain biopsy endometrium, laparoskopi, histeroskopi, USG, MRI

scan, Tes hormone tubuh.

13
Setelah diagnosa ditegakkan maka pengobatan dilakukan berdasarkan

pada penyebab gangguan siklus menstruasi.

(1) Memperbaiki siklus menstruasi

Pengobatan hormonal, seperti obat-obatan estrogen atau progestin,

digunakan untuk membantu memperbaiki siklus haid dan pendarahan

berlebih saat menstruasi.

Untuk gangguan siklus menstruasi polimenorhoe, stadium proliferasi

dapat diperpanjang dengan hormon estrogen dan stadium sekresi

menggunakan hormon kombinasi estrogen dan progesteron (Marmi,

2015). Tujuan terapi pada penderita polimenorea adalah mengontrol

perdarahan, mencegah perdarahan berulang, mencegah komplikasi,

mengembalikan kekurangan zat besi dalam tubuh, dan menjaga

kesuburan.

Untuk polimenorea yang berlangsung dalam jangka waktu yang

lama, terapi yang diberikan tergantung dari status ovulasi pasien, usia,

resiko kesehatan dan pilihan kontrasepsi. Kontrasepsi oral kombinasi

dapat digunakan untuk terapinya. Pasien yang menerima terapi hormonal

sebaiknya dievaluasi 3 bulan setelah terapi diberikan, dan kemudian 6

bulan untuk reevaluasi efek yang terjadi (Purwoastuti dan Walyani,

2015)

(2) Mengurangi rasa nyeri

Jika mengalami rasa nyeri yang luar biasa saat sedang datang bulan,

obat-obatan seperti ibuprofen atau asetaminofen dapat digunakan.

Penggunaan obat yang mengandung aspirin sangat tidak disarankan

karena justru dapat memperparah aliran darah menstruasi.

14
(3) Mengontrol pendarahan berlebih dengan menggunakan pil atau suntik

KB

(4) Mengobati fibroid Rahim

Gangguan menstruasi mungkin saja terjadi akibat fibroid rahim.

Kondisi ini dapat diatasi dengan obat-obatan atau prosedur operasi.

Prosedur operasi pengangkatan fibroid atau miomektomi dilakukan

tergantung pada ukuran, lokasi, serta jenis fibroid. Pada kasus yang sudah

cukup parah, pasien mungkin perlu menjalani prosedur histerektomi.

Yaitu pengangkatan fibroid bersamaan dengan rahim.

(5) Uterine artery embolization atau emboli arteri rahim, di mana aliran

darah menuju jaringan fibroid akan dihentikan secara permanen.

Gambar 2.1

Mind Maping Gangguan Siklus Menstruasi

15
B. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengertian manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan adalah satu metode pendekatan pemecahan masalah

yang digunakan oleh bidan dalam proses pemecahan masalah dalam pemberian

pelayanan asuhan kebidanan, atau merupakan proses pemecahan masalah yang

digunakan oleh bidan serta merupakan metode yang terorganisir melalui

tindakan logika dalam memberi pelayanan.

2. Tahapan dalam manajemen kebidanan menurut Helen Varney

Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah asuhan kebidanan yang

dimulai dengan pengumpulan data dasar yang diakhiri dengan evaluasi. Tahapan

16
dalam proses manajemen asuhan kebidanan menurut Varney (2019:1958) ada 7

langkah yaitu:

a. Pengkajian data dasar

Dalam pengumpulan data dasar yang lengkap untuk menilai keadaan

klien. Yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan klien,

pemeriksaan fisik, dan catatan riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang,

pemeriksaan laboratorium. Semua data tersebut di atas harus memberikan

informasi yang saling berhubungan dari semua sumber dan menggambarkan

kondisi ibu yang sebenarnya.

b. Identifikasi diagnose/masalah aktual.

Menginterprestasikan data secara spesifik mengenai diagnose dan

masalah. Kata diagnosa dan masalah selalu digunakan namun keduanya

mempunyai pengertian yang berbeda. Masalah lebih sering berhubungan

dengan apa yang dialami oleh seseorang, menguraikan suatu kenyataan

yang ia rasakan sebagai suatu masalah. Sedangkan diagnose lebih sering

diidentifikasi oleh bidan yang berfokus pada apa yang dialami oleh klien.

c. Antisipasi diagnosa/masalah potensial

Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifakasi faktor-faktor

potensial yang memerlukan antisipasi segera tindakan pencegahan jika

memungkinkan atau waspada sambil menunggu dan mempersiapkan

pelayanan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi.

d. Evaluasi perlunya tindakan segera/kolaborasi

Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus selama

klien dalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini menghasilkan data

17
baru segera dinilai. Data yang muncul dapat menggambarkan suatu keadaan

darurat dimana bidan harus segera bertindak untuk menyelamatkan klien.

e. Rencana asuhan kebidanan

Rencana tindakan konfrehensif bukan hanya meliputi kondisi klien

serta hubungannya dengan masalah yang dialami klien akan tetapi meliputi

antisipasi dengan bimbingan terhadap klien, serta konseling, bila perlu

mengenai ekonomi, agama, budaya, atau masalah psikologis. Rencana

tindakan harus disetujui klien, oleh sebab itu harus didiskusikan dengan

klien. Semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang

relevan dan diakui kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus

dianalisa secara teoritis.

f. Pelaksanaan asuhan kebidanan (Implementasi)

Pelaksanaan rencana asuhan kebidanan (Implementasi) dilaksanakan

oleh bidan dan sebagian dilaksanakan oleh ibu sendiri, dan anggota tim

kesehatan lainnya berdasarkan rencana yang ditetapkan.

g. Evaluasi asuhan kebidanan

Langkah akhir kebidanan adalah evaluasi, namun sebenarnya

evaluasi ini dilakukan pada setiap langkah kebidanan. Pada tahap evaluasi

bidan harus mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kebidanan yang

diberikan kepada klien.

3. Pendokumentasian asuhan kebidanan

Menurut Wahyuningsih (2018:267) pendokumentasian auhan kebidanan

terdiri dari:

18
a. Data subjektif

Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata mencakup

nama, umur, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan serta keluhankeluhan

yang diperoleh dari hasil wawancara langsung pada klien atau keluarga dan

tenaga kesehatan lainnya.

b. Data Objektif

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi,

palpasi, auskultasi, perkusi, serta pemeriksaan penunjang seperti

pemeriksaan laboratorium.

c. Assesmen/Diagnosa

Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah

yang mencakup kondisi tersebut. Penegakan diagnose kebidanan dijadikan

sebagai dasar tindakan dalam upaya menanggulangi ancaman keselamatan

ibu.

d. Planning/Perencanaan

Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh

bidan dalam melakukan intervensi untuk mencegah masalah pasien/klien.

C. Teori Evidence Based Midwifery

1. Pengertian

Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan

pengalaman atau kebiasaaan semata.

Evidence based midwifery (EBM) adalah pemberian informasi kebidanan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan (Gray,

1997).

19
Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil

penelitian dan pengalaman praktik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia.

Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi (Jayanti,

2020).

2. Manfaaat Evidence based Midwifery dalam Praktik Kebidanan

Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence

based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu

hamil dan risiko-risiko yang dialami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta

bermanfaat juga untuk memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat.

3. Kategori Evidence Based Menurut World Health Organization (2017)

Menurut WHO, Evidence based terbagi sebagai berikut:

a. Evidenve-based Medicine adalah pemberian informasi obat-obatan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan. Temuan

obat baru yang dapat saja segera ditarik dan peredaran hanya dalam waktu

beberapa bulan setelah obat tersebut dipasarkan, karena di populasi terbukti

memberikan efek samping yang berat pada sebagian penggunanya.

b. Evidence-based Policy adalah satu sistem peningkatan mutu pelayanan

kesehatan dan kedokteran (Clinical Governance): suatu tantangan profesi

kesehatan dan kedokteran di masa mendatang.

c. Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan

berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.

d. Evidence based report adalah mgmpakan bentuk penulisan laporan kasus

yang baru berkembang, memperlihatkan bagaimana hasil penelitian dapat

diterapkan pada semua tahapan penatalaksanaan pasien.

20
4. Sumber Evidence Based

Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari internet

maupun berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau CD. Situs

internet yang ada dapat diakses, ada yang harus dibayar namun banyak pula

yang public domain

5. Evidece Based Midwifery gangguan siklus menstruasi

Berikut ini adalah beberapa jurnal mengenai siklus menstruasi:

Judul,
N
Penulis, Fenomena Tujuan Metode Hasil
o
Tahun
1. Judul: Psikologis pada Mengetahui Penelitian ini Hasil uji korelasi Chi-
Hubungan usia remaja hubungan menggunakan Square didapatkan
tingkat stress dapat tingkat stress pendekatan cross nilai p=.016. Hal ini
dengan siklus mempengaruhi dengan sectional. Sampel berarti terdapat
menstruasi emosi remaja siklus dalam penelitian hubungan antara
pada remaja yang dapat menstruasi adalah 92 remaja tingkat stress dengan
Putri menyebabkan pada remaja putri kelas 2 SMA siklus menstruasi.
Penulis: timbulnya stress. Wachid Hasyim 1
1. Nurul Stress pada Surabaya yang
Anjarsari remaja diambil dengan
2. Etika perempuan salah teknik Simple
Purnama Sari satunya dapat Random Sampling.
Tahun: mengganggu Instrumen
2020 siklus pengumpulan data
menstruasi. tingkat stres dengan
menggunakan
Kuesioner DASS 42
dan kuesioner siklus
menstruasi, serta uji
korelasi Chi-Square.
2. Judul: Mengetahui Penelitian ini Berdasarkan uji
Hubungan hubungan menggunakan desain statistik chi square
antara indeks indeks massa penelitian didapatkan hasil
massa tubuh tubuh dengan observasional dengan nilai p=0,000
dengan gangguan analitik dan (p value < 0,05)
gangguan siklus pendekatan cross berarti ada hubungan
siklus menstruasi sectional. Sampel yang signifikan antara
menstruasi pada dipilih dengan indeks massa tubuh
pada mahasiswa menggunakan teknik dengan gangguan
mahasiswa fakultas purposive sampling. siklus menstruasi pada

21
kedokteran kedokteran Sampel penelitian mahasiswa fakultas
Universitas Universitas adalah mahasiswa kedokteran
Udayana Udayana. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Penulis: Universitas Udayana
Sawitri dengan jumlah
Tahun: responden 90 orang
2020 berusia 19-22 tahun.
3. Judul: Gangguan siklus mengetahui Desain penelitian Berdasarkan uji
Hubungan menstruasi hubungan adalah observasi statistik Chi-Square
Kecukupan disebabkan oleh antara analitik dengan menunjukkan ada
Zat Gizi beberapa faktor kecukupan pendekatan cross hubungan yang
Makro, Status antara lain asupan zat sectional. Teknik signifikan antara
Gizi, Stres, asupan gizi makro, pengambilan kecukupan asupan
Dan Siklus makanan, status status gizi, sampling yang karbohidrat
Menstruasi gizi, dan stres. dan stres digunakan adalah (p=0,030); kecukupan
pada remaja dengan proportionate asupan protein
SMA Negeri siklus random sampling dan (p=0,001); kecukupan
21 Jakarta menstruasi diperoleh 83 asupan lemak
tahun 2016 pada remaja responden remaja. (p=0,003); status gizi
Pada Remaja SMA Negeri Teknik pengumpulan (p=0,004); dan stres
21 Jakarta data menggunakan (p=0,000) dengan
Penulis: tahun 2016 kuesioner siklus siklus menstruasi pada
Sitoayu menstruasi, DASS remaja. Berdasarkan
14, food recall 3x24 hasil uji regresi
Tahun: jam, alat bantu foto logistik didapatkan
2017 bahan makanan faktor yang paling
terstandar, dan berpengaruh terhadap
nutrisurvey siklus menstruasi
yaitu status gizi
(OR=20,16).
Kecukupan asupan zat
gizi makro, status gizi,
dan stres
mempengaruhi siklus
menstruasi pada
remaja dan status gizi
merupakan faktor
dominan yang dapat
mempengaruhi siklus
menstruasi.
4. Judul: Remaja mengetahui Penelitian ini adanya hubungan
Hubungan merupakan masa hubungan merupakan Metode yang signifikan antara
Dismenore transisi, yang antara penelitian kuantitatif dismenore dengan
Dengan ditandai dengan dismenore dengan desain gangguan siklus haid
Gangguan perubahan baik dengan penelitian yaitu cross pada remaja di SMA
Siklus Haid fisik, psikis, gangguan sectional. Populasi N 1 Manado.
Pada Remaja maupun biologis siklus haid pada penelitian ini

22
Di Sma N 1 yang kerap pada remaja sebanyak 1.103
Manado disebut pubertas. di SMA N 1 siswa perempuan,
Penulis: Pubertas pada Manado. teknik penentuan
Juliana remaja putri sample
Tahun: ditandai dengan menggunakan rumus
2019 menstruasi, slovin, didapati
tahun-tahun sampel sebanyak 92
pertama sejak orang yang
menstruasi memenuhi kriteria
pertama kali inklusi. Instrument
atau menarche penelitian ini
merupakan menggunakan lembar
masa-masa observasi mengenai
sering terjadinya intenitas nyeri dan
gangguan. siklus haid yang
dialami responden.
Hasil uji statistic
menggunakan uji Chi
Square dengan
tingkat kepercayaan
95% (α ≤ 0.05), di
dapati nilai p= 0.023,
yang berarti p<
α=0.05
5. Judul: Oligomenorea Tujuan dari Metode penelitian Hasilnya
The adalah siklus penelitian ini yakni purposive menunjukkan tidak
Relationship menstruasi yang untuk sampling dengan ada hubungan
of Nutritional bermasalah, menganalisis desain cross p = 0,035), stres (nilai
Status, yang disebabkan status gizi, sectional. Populasi p = 0,037) dengan
Physical oleh beberapa aktivitas dalam penelitian ini oligomenore pada
Activity, hal fisik, stres, adalah siswa SMK di remaja SMK desa
Stress, and faktor, termasuk usia Brebes yang terdiri Brebes. Tidak ada
Menarche to status gizi, usia, menarche dari 6 sekolah hubungan menarche
Menstrual aktivitas fisik, hingga sebanyak 66 siswa (p value = 0,147)
Disorder penyakit oligomenore. yang memiliki dengan oligomenore
(Oligomenorr reproduksi riwayat oligomenore. pada remaja sekolah
hea) dan stres. menengah kejuruan di
Penulis: Oligomenore Brebes. Ada
1. Vriska dapat hubungan antara
Roro Sekar menyebabkan status gizi dengan
Arum gangguan oligomenorea pada
2. Ari kesuburan dan remaja di sekolah kota
Yuniastut stres emosional (p nilai = 0,000).
3. Oktia pada pasien. Tidak ada hubungan
Woro Oligomenore aktivitas fisik (p value
Kasmini lebih sering = 0,627), stres (p
Tahun: terjadi pada value = 0,164),

23
2019 remaja menarche (p value =
0,147) dengan
oligomenorea
diremaja di sekolah
kota.
6. Judul: Gangguan mengetahui Desain penelitian ini Didapatkan hasil
Prevalensi menstruasi prevalensi observasional bahwa jumlah siswi
Gangguan merupakan salah gangguan deskriptif dengan yang mengalami
Menstruasi satu masalah menstruasi pendekatan cross gangguan menstruasi
Dan Faktor- ginekologik dan faktor- sectional pada 70 adalah 63 orang
faktor Yang yang faktor yang orang siswi kelas XII (90,0%) dengan
Mempengaruh memerlukan berhubungan SMA Negeri 1 gangguan menstruasi
i Pada Siswi perhatian khusus . Melaya, Jembrana. terbanyak adalah
Peserta Ujian karena sering Data dikumpulkan dismenorea 80,0%
Nasional Di kali berdampak dengan dan disusul oleh PMS
Sma Negeri 1 terhadap menggunakan 70,0%. Didapatkan
Melaya kualitas hidup kuesioner yang diisi usia rata-rata
Kabupaten remaja atau sendiri oleh responden 17,5 tahun
Jembrana dewasa muda responden. Data dengan gangguan
dan dapat dianalisis dengan menstruasi terbanyak
penulis: menjadi menggunakan pada usia 18 tahun
1. Ni Kadek indikator serius komputer dan (45,7%). Sebagian
Diah Satya terjadinya suatu ditampilkan dalam besar responden
Sai Shita penyakit. bentuk narasi dan mengalami menarche
2. Susy tabel. pada usia 11-14 tahun
Purnawati (87,1%). Kebanyakan
dari responden
Tahun: 2016 memiliki status gizi
normal (64,3%),
aktivitas fisiknya
sedentary (64,3%),
dan tingkat stresnya
terkontrol
(52,9%).tidak terdapat
hubungan yang
bermakna antara
status gizi, aktivitas
fisik, tingkat stres,
usia menarche dan
usia dengan gangguan
menstruasi
7. Judul: Peristiwa yang untuk Metode penelitian Sebanyak 6.924
Menstrual paling mencolok mengetahui yaitu studi cross- kuesioner diberikan
pattern and dalam seluruh pola sectional pada dan 4.992 (71%)
menstrual proses pubertas menstruasi sampel berbasis dikembalikan. Seratus
disorders wanita adalah remaja populasi remaja Italia gadis gagal
among datangnya sekolah untuk melaporkan

24
adolescents: menstruasi menengah di berusia 13-21 tahun tanggal lahir mereka,
an update of Italia bersekolah di sekolah sehingga 4.892 subjek
the Italian dan untuk menengah. Hanya dianalisis. Usia rata-
data memperkirak anak perempuan rata anak perempuan
Penulis: an prevalensi yang sudah mulai adalah 17,1 tahun (SD
1. Franco kelainan menstruasi yang ± 1,4);
Rigon siklus diminta untuk usia rata-rata saat
2. Vincenzo menstruasi berpartisipasi. menarche adalah 12,4
De Sanctis pada Informasi (±1,3) tahun, median
3. Sergio populasi ini. dikumpulkan melalui 12,4 tahun (95% CI
Bernasconi kuesioner yang 12,3-12,5).
4. Luigi mencakup item pada Dalam populasi
Bianchin rincian demografis sampel kami, 3,0%
5. Gianni anak perempuan, (95% CI 2,5%-3,4%)
Bona antropometri, dari anak perempuan
6.Mauro kebiasaan merokok memiliki interval
Bozzola dan minum, menstruasi kurang
7. Fabio Buzi penggunaan pil dari 21 hari,
8. Giorgio kontrasepsi, dan sedangkan
Radetti status sosial itu lebih dari 35 hari
9. Luciano ekonomi. di 3,4% (95% CI
Tatò Pertanyaan- 2,9%-3,9%). Sekitar
10.Giorgio pertanyaan 9% anak perempuan
Tonini pada pola menstruasi (95% CI 7,7% -9,4%)
11. Carlo De anak perempuan mengatakan panjang
Sanctis berkaitan dengan interval menstruasi
12. Egle usia mereka saat mereka saat ini tidak
Perissinotto menarche, durasi teratur. Periode
Tahun: menstruasi terakhir perdarahan pendek
2012 interval (<21, 21-35, (<4 hari) dilaporkan
>35 hari, variabel), pada 3,2% dari
hari rata-rata populasi sampel (95%
perdarahan (<4, 4-6, CI 2,7%-3,7%), lama
>6 hari), dan masalah haid (>6 hari) sebesar
menstruasi 19% (95%CI 17,9%-
dan frekuensi 20,1%). Nyeri
mereka. menstruasi
dilaporkan oleh
sekitar 56% dari
sampel. Sekitar 6,2%
dari anak perempuan
(95% CI 5,4%-7,0%)
adalah
menderita dismenore

8. Judul: Masalah terkait mengetahui Penelitian deskriptif Prevalensi gejala


Menstrual menstruasi prevalensi cross sectional pramenstruasi seb

25
Problems merupakan masalah dilakukan pada 261 esar 70,1%, dan
Among masalah menstruasi mahasiswi. Data prevalensi dismenore
College kesehatan dan perilaku dikumpulkan sebesar 93,6%.
reproduksi yang mencari menggunakan Informasi tentang
Students:
umum terjadi pengobatan. kuesioner terstruktur. Kesehatan reproduksi
Prevalens and dengan sebagian besar berasal
Treatment prevalensi yang dari ibu (65%).
Seeking tinggi terutama Perubahan suasana
Behaviors di kalangan hati/iritabilitas
Penulis: dewasa (88,1%) dan
1. Hoirun muda. Namun, dismenorea (93,5%)
tanda dan gejala adalah gejala
Nisa
gangguan pramenstruasi dan
2. Alkausyari menstruasi sindrom menstruasi
Aziz sering yang paling umum.
3. Erlina diabaikan. Lebih dari separuh
Nasution peserta mengalami
dismenore yang parah
Tahun: (53,2%), namun
perilaku pencarian
2019
medis selama periode
menstruasi sangat
rendah (18,8%).
Peserta tidak mencari
pengobatan karena
menganggap masalah
menstruasi tidak
mengganggu kegiatan
sehari-hari (80,2%)
dan enggan untuk
minum obat (8%).

9. Judul : Remaja putri Tujuan Desain penelitian Hasil penelitian


Faktor-faktor sering penelitian berupa analitik cross- menunjukkan bahwa
yang mengalami untuk sectional dengan terhadapat hubungan
mempengaruh gangguan mengetahui jumlah sampel antara tingkat stres
i siklus menstruasi faktor yang sebanyak 40 (RP=4,7 (95% CI 1,1
menstruasi terutama pada paling responden. Analisis – 20,0); p=0,015) dan
pada remaja tahun pertama dominan data dengan uji status gizi (RP=2,8
putri Tingkat setelah mempengaru statistik Chi-square d (95% CI 1,6 – 4,8);
III menarche. hi siklus an multivariate p=0,026) dengan
Gangguan menstruasi analysis. siklus menstruasi.
Penulis: terbanyak pada remaja Analisis multivariat
1. Aesthetica berupa putri tingkat menunjukkan bahwa
Islamy keterlambatan III di STIKes variabel yang paling
2. Farida siklus Hutama Abdi besar pengaruhnya
Farida menstruasi Husada dalam siklus
(80%).Faktor Tulungagung menstruasi adalah
Tahun: risiko gangguan . status gizi dan tingkat
2019 siklus stres.
menstruasi

26
adalah
hormonal, status
gizi, Indeks
Massa Tubuh
(IMT), dan
tingkat stres.
10 Judul: Gangguan Mengetahui Penelitian ini Dismenore adalah
Common menstruasi prevalensi merupakan studi masalah yang paling
menstrual merupakan dan untuk potong lintang yang umum (57,5%),
disorders in penyebab mengevaluas dilakukan pada 215 diikuti oleh
adolescent penting yang i penyebab remaja putri usia 13- menstruasi yang
girls attending menjadi yang 19 tahun yang sedikit (35,35%) dan
a tertiary care perhatian di mendasari berobat 25,2% anak
center kalangan remaja masalah perawatan selama 12 perempuan menderita
putri. menstruasi bulan untuk keluhan gejala pramenstruasi.
Penulis: Kebanyakan pada remaja menstruasi dari Hipotiroidisme
1.Hibina K. P. masalah adalah gadis yang departemen obstetri terlihat pada 2,4%
2. Nishi fisiologis tetapi mencari dan ginekologi, anak perempuan 40%
Roshini K. sedikit memiliki perawatan Pemerintah. menderita anemia.
3. Andrews patologi yang medis. Medical College, Hubungan yang
M. A. mendasari yang Thrissur, pusat signifikan secara
memiliki efek perawatan tersier di statistik ditemukan
Tahun: buruk pada tengah Kerala, India antara hipotiroidisme
2020 kesehatan Selatan. Data dan gambaran
reproduksi masa dianalisis dengan hiperandrogenemia
depan SPSS dengan siklus
software dan p value ketidakteraturan.
<0,05 dianggap Bukti ultrasonografi
signifikan secara morfologi ovarium
statistik. polikistik
diidentifikasi di antara
61,9% anak
perempuan dengan
siklus tidak teratur.

27
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN REMAJA PADA NN.W UMUR 15 TAHUN DENGAN

GANGGUAN SIKLUS MENSTRUASI

Hari/Tanggal Pengkajian : 04 Januari 2023 Jam : 09.20 WIB

I. PENGKAJIAN DATA

A. Data Subjektif

1. Identitas Pasien Identitas Wali Pasien

Nama : Nn.P Nama : Ny.T


Umur : 15 tahun Umur : 45 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Melayu Suku Bangsa : Melayu
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar Pekerjaan : IRT
Alamat : Kumun
2. Keluhan Utama

Nn.P mengatakan siklus menstruasinya pada bulan ini tidak teratur yakni

pada tanggal 15 - 19 Desember 2022 dan 12 hari kemudian mengalami

menstruasi kembali pada tanggal 01 Januari 2023 sampai hari ini.

Sebelumnya Nn. P belum pernah mengalami hal tersebut.

3. Data Kebidanan

a. Riwayat Menstruasi

1) Menarche : 12 tahun

2) Siklus : ± 28 hari teratur, namun pada bulan ini menstruasi 2

minggu sekali.

28
3) Lama : 5-6 hari

4) Banyaknya : ganti pembalut 2x/hari

5) Bau : bau anyir

6) Keluhan : nyeri perut kadang-kadang pada hari 1-2 menstruasi

4. Data Kesehatan

a. Riwayat penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita

1) Jantung : Nn.P mengatakan tidak merasa berdebar-debar

saat melakukan aktifitas ringan dan tidak berkeringat

dingin ditelapak tangan.

2) Ginjal : Nn.P mengatakan tidak pernah merasa

sakit pinggang dan saat buang air kecil tidak sakit.

3) Asma : Nn.P mengatakan tidak pernah sesak nafas.

4) TBC : Nn.P mengatakan tidak pernah batuk

berkepanjangan selama 3 bulan.

5) Hepatitis : Nn.P mengatakan pada mata, kuku, dan kulit

tidak pernah berwarna kuning.

6) Hipertensi : Nn.P mengatakan tidah pernah merasakan

sakit kepala hebat, pandangan kabur, dan tekanan darah

> 140/90 mmHg.

b. Riwayat penyakit ginekologi

Nn.P mengatakan tidak pernah merasakan gejala rasa sakit, benjolan,

luka, serta keluarnya cairan nanah di kemaluan, Nn.P mengatakan hanya

merasakan nyeri pada perut bawah saat menstruasi.

5. Data kebutuhan dasar

a. Pola nutrisi

29
Nn.P mengatakan makan 1-2 x/hari, kadang-kadang sarapan dan tidak

pernah makan malam karena sedang diet. Makan dengan porsi kecil,

jenis makanan nasi, lauk, kurang suka makan sayur serta minum 6-7

gelas/hari jenis air putih dan teh.

b. Pola eliminasi

Nn.P mengatakan BAB 1 kali/hari konsistensi lembek serta BAK 3-5

kali/hari, warna urine kuning jernih, bau khas urine.

c. Aktifitas

Nn.P mengatakan sehari-hari sekolah, membantu pekerjaan orang tua,

dan bermain.

d. Istirahat / Tidur

Nn. P mengatakan jarang tidur siang dan tidur malam 6 - 7 jam per hari.

e. Personal Hygiene

Nn.P mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 3x sehari, ganti pakaian

2x sehari dan keramas 3-4x dalam seminggu.

6. Data psikososial

a. Pengetahuan tentang gangguan/penyakit yang diderita

Nn.P mengatakan belum mengetahui penyebab dari gangguan siklus

menstruasinya.

b. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

Nn.P hanya mengetahui bahwa harus menjaga kebersihan area

kewanitaannya, tetapi tidak mengetahui tentang alat reproduksi dan

gangguan reproduksi yang mungkin terjadi.

30
c. Dukungan keluarga

Keluarga dan kerabat selalu mendukung Nn.P untuk cepat sembuh dan

kembali pulih seperti semula, dimana Nn.P selalu ditemani oleh keluarga

dan kerabat saat memerlukan bantuan dan memenuhi kebutuhannya.

d. Keadaan psikologi

Nn.P mengatakan cemas dengan kondisinya, karena takut terjadi

gangguan kesehatan yang serius dan mengganggu proses belajar.

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TB : 150 cm
d. BB : 45 kg
e. TTV :
TD : 100/60 mmHg S : 36,7˚C
N : 80 x/menit R : 20 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Rambut : Bersih, tidak berketombe dan tidak mudah rontok.
2) Muka : Bersih, tidak oedema
3) Mata : Conjungtiva merah muda, sclera putih
4) Hidung : Bersih, tidak ada secret dan tidak ada benjolan.
5) Telinga : Simetris, bersih, dan tidak ada serumen.
a. Mulut / gigi / gusi : Bibir kering, bersih, tidak Stomatitis, tidak
caries, tidak bengkak dan tidak berdarah.
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar gondok, tidak ada pembesaran
vena, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
c. Dada dan Axilla
1) Dada : Normal, simetris
2) Mammae

31
a) Membesar : Normal, tidak teraba benjolan abnormal.
b) Simetris : Simetris kanan dan kiri.
3) Axilla
a) Benjolan : Tidak ada
b) Nyeri : Tidak ada
4) Abdomen
a) Benjolan : Tidak ada
b) Nyeri tekan : tidak ada
c) Bekas luka operasi : Tidak ada
5) Genitalia
a) Vulva Vagina
(1) Varices : Tidak ada.
(2) Luka/Kemerahan : Tidak ada
(3) Nyeri : Tidak ada
(4) Kelenjar Bartholini : Tidak ada pembesaran.
(5) PPV : Terdapat darah menstruasi warna
merah encer dan berbau khas.
b) Anus : Tidak ada Haemoroid.
6) Ektremitas : atas : tidak oedema
: Bawah : tidak oedema, tidak ada
varies
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 04 Januari 2023
Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
Golongan Darah A+ A, AB, B, O
Hemoglobin 12,2 L : 14 – 18 g/Dl
P : 12 – 16

C. Analisa Data
1. Diagnosa
Nn. P umur 15 tahun dengan gangguan siklus menstruasi (polymenorhoe)
2. Masalah
Cemas dengan menstruasinya saat ini

32
Gangguan pola makan

D. Diagnosa dan Masalah Potensial

Anemia

Malnutrisi

E. Tindakan Segera

Tidak ada

F. Rencana Asuhan

1. Beritahu Nn. P dan keluarga hasil pemeriksaan

2. Komunikasi, informasi dan edukasi tentang:

- Kesehatan organ genitalia

- gizi seimbang untuk remaja

- manfaat sarapan

- aktifitas fisik seperti olahraga

- kebutuhan istirahat

3. Anjurkan disiplin minum terapi obat

4. jadwalkan kunjungan ulang jika diperlukan

G. Penatalaksanaan

Hari/Tanggal : 04 Januari 2022 jam : 09.40 WIB

1. Memberitahu Nn. P dan keluarga tentang kondisinya bahwa Nn. P

mengalami gangguan siklus menstruasi.

gangguan siklus menstruasi yang terjadi saat ini merupakan hal yang normal

karena pada masa remaja hormon-hormon seksualnya belum stabil,

33
sehingga dapat mempengaruhi siklus menstruasi. Selain itu, diet yang

sedang dijalani Nn. P saat ini membuat stress sehingga turut mempengaruhi

siklus menstruasinya.

Rasionalisasi : mengetahui hasil pemeriksaan merupakan hak pasien untuk

memperoleh informasi mengenai kondisi dan keadaan yang sedang terjadi

pada dirinya (Sarwono, 2018). Kecukupan asupan zat gizi makro, status

gizi, dan stres mempengaruhi siklus menstruasi pada remaja dan status gizi

merupakan faktor dominan yang dapat mempengaruhi siklus menstruasi.

2. Menganjurkan Nn.P untuk menjaga kebersihan organ genitalia terutama saat

menstruasi dengan cara mengganti pembalut setiap 4 jam sekali atau jika

pembalut terlihat penuh.

Rasionalisasi : menjaga kebersihan daerah genitalia merupakan salah satu

cara menjaga organ reproduksi.

3. Menganjurkan konsumsi menu gizi seimbang dengan perbanyak makan

yang mengandung protein tinggi dan kaya zat besi serta mengurangi

makanan tinggi gula dan karbohidrat.

Rasionalisasi : konsumsi menu gizi seimbang dengan perbanyak makan

buah dan sayur merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk

meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah. Mengkonsumsi gizi

seimbang juga dapat mengontrol kenaikan berat badan.

4. Menganjurkan selalu sarapan sebelum melakukan aktifitas.

Rasionalisasi : sarapan sangat penting karena dapat meningkatkan

produktifitas dan konsentrasi untuk melakukan aktifitas sehari- hari.

5. Menganjurkan untuk olahraga rutin 3 kali/minggu dengan lama 30 menit.

34
Rasionalisasi : olahraga rutin dapat membuat tubuh bugar sehingga system

tubuh bekerja dengan baik sehingga dapat mengurangi keluhan yang

dirasakan dan mencegah gangguan haid kembali.

6. Menganjurkan istirahat cukup.

Rasionalisasi : istirahat yang cukup dapat memulihkan kesehatan dan

konsentrasi sehingga aktifitas selalu terjaga

7. Menganjurkan Nn. P untuk disiplin minum terapi farmakologi untuk

menormalkan siklus menstruasi dan pencegahan anemia.

SF 250 mg 1x/hari Estradiol 1x/hari

Vitamin C 50 mg 1x/hari

Rasionalisasi : konsumsi SF dan vitamin C bersamaan sehari 1 kali

dapat menambah kadar hemoglobin dalam darah selain dari makan sehingga

dapat mengurangi kejadian anemia pada remaja. Mengkonsumsi estradiol

untuk menyeimbangkan hormon.

8. Menjadwalkan kunjungan ulang jika keluhan bertambah atau tidak

berkurang 1 minggu lagi pada tanggal 13 Januari 2022

Rasionalisasi : Kontrol ulang dapat menilai kondisi pasien dan mencari

penyebab lain penyakit pasien jika pengobatan tidak efektif (Candra, 2012).

F. Evaluasi

1. Pasien dan keluarga mengerti hasil pemeriksaan dan faktor penyebab gangguan

siklus menstruasinya.

2. Pasien/keluarga dapat menyebutkan kembali cara-cara mejaga kesehatan

reproduksi

35
3. Pasien dapat menjelaskan manfaat konsumsi gizi seimbang dan bersedia untuk

melakukan diet sehat.

4. Klien mengerti pentingnya sarapan dan akan mulai melakukan sarapan

sebelum melakukan aktifitas.

5. Klien sudah paham dan bersedia kontrol ulang jika ada keluhan

36
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang gangguan siklus menstruasi dengan kajian teori

jurnal/Evidence Based Kebidanan (EMB) menggunakan pendekatan manajemen

Varney.

A. Pengumpulan data dasar

Menurut Varney (2019) untuk menilai keadaan klien diperlukan pengkajian

pengumpulan data dasar yang lengkap. Data dasar yang dimaksud antara lain riwayat

kesehatan klien dulu dan sekarang, pemeriksaan fisik dan didukung dengan hasil

pemeriksaan penunjang seperti laboratorium.

Nn. W datang ke Puskesmas Semerap pada tanggal 04 Januari 2023 pukul

09.20 WIB dengan keluhan siklus menstruasinya pada bulan ini tidak teratur yakni

pada tanggal 15-19 Desember 2022 dan 12 hari kemudian mengalami menstruasi

kembali pada tanggal 01 Januari 2023 sampai hari ini. Menarche umur 12 tahun dan

siklus menstruasi sebelumnya selalu teratur.

Berdasarkan pengkajian pola nutrisi, Nn. P mengatakan makan 1-2 x/hari,

kadang-kadang sarapan dan tidak pernah makan malam karena sedang diet

penurunan berat badan. Makan dengan porsi kecil, jenis makanan nasi, lauk, kurang

suka makan sayur serta minum 6-7 gelas/hari jenis air putih dan teh. sedangkan pada

data objektif didapatkan keadaan umum baik, tanda-tanda vital normal dan tidak ada

kelainan dalam pemeriksaan fisik. hasil laboratorium menunjukkan Hb 12,2 gr/dl.

B. Interpretasi data

Data dasar yang telah dikumpulkan kemudian diinterpretasi sehingga dapat

merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Berdasarkan data dasar yang

31
ditemukan Nn. P mengeluh dengan pola siklus menstruasinya yang terjadi 2 kali

dalam sebulan.

Menurut Yuditha (2017), pola siklus menstruasi merupakan pola yang

menggambarkan jarak antara hari pertama menstruasi dengan hari pertama menstruasi

selanjutnya. Pola siklus menstruasi dikatakan normal jika tidak kurang dari 21 hari dan

tidak lebih dari 35 hari. Pada kasus Nn. P menstruasi terjadi pada tanggal 15-19

Desember 2022 dan kembali menstruasi pada tanggal 01 Januari 2022. ini mengartikan

bahwa pola menstruasi Nn. P terjadi kurang dari 21 hari yaitu hanya dalam rentang

waktu 12 hari.

Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Yuditha (2017) dapat disimpulkan

bahwa Nn. P mengalami gangguan pada pola siklus menstruasi. oleh karena itu,

diagnosa yang tepat pada kasus tersebut adalah Nn. P umur 15 tahun dengan gangguan

siklus menstruasi. Sedangkan masalah yang muncul adalah cemas dikarenakan

ketidaktahuan mengenai gangguan kesehatan reproduksi. Selain itu terjadi gangguan

pada pola makan Nn. P yang tidak teratur dan hanya mau makan makanan tertentu.

Oleh karenanya, kebutuhan Nn. P pada kasus yang dialaminya adalah KIE tentang

gangguan siklus menstruasi, pencegahan anemia dan gizi seimbang pada remaja.

Berdasarkan tinjauan kasus dan kajian materi pada identifikasi diagnosa dan

masalah, penulis tidak menemukan adanya kesenjangan.

C. Diagnosa dan Masalah Potensial

Pada perumusan diagnosa/masalah potensial dibahas tentang kemungkinan

terjadi hal yang lebih fatal apabila apa yang menjadi masalah aktual tidak segera

ditangani (Varney, 2019).

Pada kasus Nn. P terjadi gangguan dalam siklus menstruasi dimana menstruasi

berikutnya terjadi dalam waktu kurang dari 21 hari. Polymenorrhea adalah sering

32
menstruasi yaitu jarak siklus menstruasi yang pendek kurang dari 21- hari.

Polymenorrhea (Frequent menses) adalah kelainan siklus menstruasi, yang mengacu

pada interval siklus menstruasi kurang dari 21 hari (Long, 2019).

Jika menstruasi datang dalam waktu yang sangat dekat dapat mengakibatkan

penderita mengalami anemia. Selain itu, sesuai dengan hasil pengkajian data dan

pemeriksaan fisik menunjukkan adanya masalah dalam pola makan dan jenis makanan

yang dikonsumsi Nn. P yakni berdasarkan pegakuan Nn. P yang mengatakan makan 1-

2 x/hari, kadang-kadang sarapan dan tidak pernah makan malam karena sedang diet.

Makan dengan porsi kecil, jenis makanan nasi, lauk, kurang suka makan sayur serta

minum 6-7 gelas/hari jenis air putih dan teh. Hal ini dapat mempeercepat terjadinya

anemia pada remaja. Padahal konsumsi menu gizi seimbang dengan perbanyak makan

buah dan sayur merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan

kadar hemoglobin dalam darah. Mengkonsumsi gizi seimbang juga dapat mengontrol

kenaikan berat badan.

Jika Nn. P terus menerus memiliki kebiasaan makan yang tidak baik ditambah

dengan terjadinya polymenorhoe maka diagnose potensial yang mungkin terjadi

adalah anemia dan malnutrisi remaja.

D. Antisipasi dan Tindakan Segera

Menurut Varney (2019), antisipasi digunakan bila sebagian data menunjukkan

situasi yang memerlukan tindakan segera atau memerlukan konsultasi atau

kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya. Pada kasus Nn. P tidak

dilakukan antisipasi tindakan segera karena tidak ada data yang membutuhkan

tindakan segera atau kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.

33
E. Rencana Asuhan

Pada kasus Nn. P, rencana asuhan yang pertama akan diberikan yaitu beritahu

klien dan keluarga tentang hasil pemeriksaan. Menjelaskan hasil pemeriksaan

merupakan hak klien mendapatkan informasi mengenai status kesehatannya.

selanjutnya memberikan informasi dan edukasi mengenai pentingnya menjaga

Kesehatan genitalia terutama sat menstruasi. Menjaga organ genitalia tetap bersih

merupakan salah satu cara memelihara kesehatan reproduksi.

Rencana asuhan selanjutnya yaitu edukasi mengenai gizi seimbang untuk

remaja. Nn. P mengaku sedang melakukan diet penurunan berat badan dengan makan

hanya 1-2x/ hari, kadang-kadang sarapan dan tidak pernah makan malam. Menurut

Fadli (2021) Pola makan yang salah termasuk diet ketat menjadi penyebab gangguan

siklus menstruasi pada remaja. Hal tersebut akan membuat seseorang kekurangan

gizi, sehingga produksi hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh jadi tidak

seimbang. Pola makan yang salah berujung pada perubahan berat badan yang

menjadi penyebab gangguan menstruasi lainnya.

Selain itu stres dengan berat badan yang berlebih turut memicu gangguan

menstruasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Anjasari dan Etika (2020:1-4),

Psikologis pada usia remaja dapat mempengaruhi emosi remaja yang dapat

menyebabkan timbulnya stress. Stress pada remaja perempuan salah satunya dapat

mengganggu siklus menstruasi. Hasil uji korelasi Chi-Square didapatkan nilai

p=.016. Hal ini berarti terdapat hubungan antara tingkat stress dengan siklus

menstruasi.

Selanjutnya anjurkan Nn. P selalu sarapan sebelum melakukan aktifitas. Sarapan

sangat penting karena dapat meningkatkan produktifitas dan konsentrasi untuk

melakukan aktifitas sehari- hari. Kemudian anjurkan Nn. P untuk olahraga rutin 3

34
kali/minggu dengan lama 30 menit. Olahraga rutin dapat membuat tubuh bugar

sehingga system tubuh bekerja dengan baik sehingga dapat mengurangi keluhan

yang dirasakan dan mencegah gangguan haid kembali. selain itu dengan melakukan

aktiiftas fisik seperti olahraga membantu menjaga berat badan tetap stabil.

Edukasi selanjutnya yaitu anjuran untuk istirahat yang cukup. Istirahat yang

cukup dapat memulihkan kesehatan dan konsentrasi sehingga aktifitas selalu terjaga.

kemudian pengobatan hormonal, seperti obat-obatan estrogen atau progestin,

digunakan untuk membantu memperbaiki siklus haid dan pendarahan berlebih saat

menstruasi. oleh karena itu rencana asuhan selanjutnya yaitu pemberian terapi

farmakologi.

Menurut Marmi (2015) untuk gangguan siklus menstruasi polimenorhoe,

stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan hormon estrogen dan stadium sekresi

menggunakan hormon kombinasi estrogen dan progesterone. Tujuan terapi pada

penderita polimenorea adalah mengontrol perdarahan, mencegah perdarahan

berulang, mencegah komplikasi, mengembalikan kekurangan zat besi dalam tubuh,

dan menjaga kesuburan. Pada kasus Nn. P terapi farmakologi yang diberikan adalah

pil estradiol yang diminum 1x sehari. terapi lainnya yaitu SF dan vitamin C untuk

pencegahan anemia.

Selanjutnya menganjurkan Nn. P untuk kontrol ulang 1 minggu lagi yaitu pada

tanggal 13 Januari 2023 jika keluhan tidak berkurang atau bertambah.

F. Penatalaksanaan

Dalam pelaksanaan asuhan kebidanan, penulis tidak menemukan hambatan,

karena adanya kerjasama dan penerimaan yang baik dari klien dan keluarga serta

dukungan, bimbingan dan asuhan dari pembimbing di lahan praktik sehingga rencana

asuhan telah dilaksanakan selurunnya.

35
Adapun pelaksanaan asuhan yaitu memberitahu hasil pemeriksaan,

menganjurkan Nn.P untuk menjaga kebersihan organ genitalia terutama saat

menstruasi dengan cara mengganti pembalut setiap 4 jam sekali atau jika pembalut

terlihat penuh, menganjurkan mengkonsumsi menu gizi seimbang dengan perbanyak

makan yang mengandung protein tinggi dan kaya zat besi serta mengurangi makanan

tinggi gula dan karbohidrat.

Tindakan asuhan kebidanan selanjutnya yaitu memberikan edukasi tentang

manfaat sarapan pagi, olahraga ringan dan istirahat yang cukup. Kemudian memberi

terapi farmakologi untuk menstabilkan hormon dan tablet penambah darah sebagai

pencegahan anemia pada remaja.

Kelainan siklus menstruasi merupakan penyebab infertilitas yang penting.

Disfungsi ovulasi berjumlah 10-25% dari kasus infertilitas wanita. Gangguan nutrisi

yang berat, penurunan berat badan dan aktivitas yang berat adalah berhubungan

dengan gangguan ovulasi (Purwoastuti dan Walyani, 2015). Oleh karena itu, Nn. P

dijadwalkan kunjungan ulang 1 minggu kemudian jika keluhan bertambah atau tidak

berkurang. Menurut Candra (2021) tujuan dilakukan kunjungan ulang antara lain

untuk menentukan apakah pengobatan masih efektif dilanjutkan atau harus

dihentikan dan perlu tindakan operasi dan tindakan medis lainnya.

Berdasarkan analisa penulis, pelaksanaan asuhan sesuai dengan rencana

Tindakan yang telah dibuat dan tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dengan

pelaksanaan asuhan kebidanan.

36
G. Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah telah terpenuhi sesuai

kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Rencana

asuhan apakah sudah efektif dalam pelaksanaannya (Varney, 2019). Adapun evaluasi

yang dimaksud untuk menilai intervensi yang dilakukan pada kasus Nn. P diperoleh

klien dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia

melakukan anjuran yang disarankan untuk mengatasai masalah gangguan siklus

menstruasi.

37
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masa remaja (adolescence) merupakan masa transisi dari masa anak-anak

menuju dewasa yang ditandai dengan terjadinya perubahan di dalam tubuh yang

memungkinkan terjadinya masalah reproduksi, salah satu masalahnya adalah

gangguan siklus menstruasi. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Nn.P

gangguan siklus menstruasi di Puskesmas Semerap, maka penulis mengambil

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada Nn.P dengan gangguan siklus

menstruasi, penulis telah mampu melakukan pengkajian dengan baik.

pengkajian tersebut didapat dari pengumpulan data yaitu dari data subjektif dan

objektif pasien di mana dari data pasien yaitu pasien bernama Nn.P dengan

gangguan siklus menstruasi. Data objektif dilihat dari keadaan umum baik

kesadaran composmentis, TTV dalam batas normal, tidak ditemukan kelainan

maupun masalah pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.

2. Penulis telah mampu melakukan interpretasi data dengan menentukan diagnosa

kebidanan Nn. P dengan gangguan siklus menstruasi yang didapat dari data

subjektif dan objektif dari hasil pengkajian. Pada kasus ini Nn.P mengalami

masalah gangguan siklus menstruasi yakni polymenorhoe.

3. Penulis telah mampu mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang

mungkin terjadi pada Nn. P. Hal ini ditunjukkan dari hasil pengkajian data

subjektif yakni keluhan siklus menstruasi pendek dan kebiasaan makan Nn. P

potensial untuk terjadinya anemia dan malnutrisi pada remaja.

38
4. Penulis telah mampu mengidentifikasi tidak ada tindakan segera terhadap

keluhan Nn.P, hal ini dikarenakan keluhan yang dialami oleh Nn.P merupakan

keluhan yang normal terjadi pada remaja.

5. Penulis telah mampu memberikan rencana asuhan kebidanan terhadap Nn.P

dengan gangguan siklus menstruasi yaitu dengan memberikan informasi yang

tepat mengenai keluhan yang dialami dan cara penatalaksanaan yang tepat sesuai

dengan keluhan yang dialami klien .

6. Penulis telah mampu melakukan pelaksanaan yang telah dilakukan sesuai

dengan rencana asuhan kebidanan yang diberikan.

7. penulis telah mampu melakukan evaluasi dari Tindakan asuhan yang telah

dilakukan.

B. Saran

1. Bagi Puskesmas Semerap

Dalam memberikan pelayanan kebidanan Khususnya remaja, bidan yang

bertugas hendaknya selalu memberikan KIE kepada klien sesuai dengan

kebutuhannya. KIE tersebut dapat berupa Edukasi dan Motivasi kepada klien

agar peduli terhadap kesehatannya.

2. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi

Dapat memberikan pembekalan sebelum mahasiswa diturunkan ke lahan

praktik sesuai dengan tujuan kompetensi yang ingin dicapai sehingga mahasiswa

dapat lebih mudah menggali dan menerapkan ketampilan sesuai dengan teori

yang telah dipelajari.

39
DAFTAR PUSTAKA

Anjarsari, Nurul., Etika Purnama Sari. 2020. Hubungan Tingkat Stress dengan Siklus
Mnestruasi Remaja Putri. jurnal Keperawatan Jiwa, Vol 2, No. 1 Maret 2020
https://e-journal.unair.ac.id/PNJ/article/view/19135/pdf

Astuti, H., Wiyono, J., & Candrawati, E. (2018). Hubungan Perilaku Vaginal Hygiene
Dengan Kejadian Keputihan Pada Mahasiswi Di Asrama putri PSIK Unitri
Malang. Nursing News, 1, 358–368.

Arfiputri, D. S., Hidayati, A. N., Handayani, S., & Ervianti, E. (2018). Risk factors of
vulvovaginal candidiasis in dermato-venereology outpatients clinic of soetomo
general hospital, Surabaya, Indonesia. African Journal of Infectious Diseases,
12(Special Issue 1), 90–94. https://doi.org/10.2101/Ajid.12v1S.13

Badan Pusat Statistik dan Macro Internasional. 2015. Survei Kesehatan Reproduksi
Remaja Indonesia 2015. Jakarta.

Candra, Asep. 2012. Kontrol Setelah Pengobatan, Perlu nggak sih?


https://lifestyle.kompas.com/read/2012/11/05/09524837/Kontrol.Setelah.Pengobat
an.Penting.Nggak.Sih?page=all diakses 22 Oktober 2021

Chirenje, Z. M., Dhibi, N., Handsfield, H. H., Gonese, E., Tippett Barr, B., Gwanzura,
L., Latif, A. S., Maseko, D. V., Kularatne, R. S., Tshimanga, M., Kilmarx, P. H.,
Machiha, A., Mugurungi, O., & Rietmeijer, C. A. (2018). The Etiology of Vaginal
Discharge Syndrome in Zimbabwe. Sexually Transmitted Diseases, 45(6), 422–
428. https://doi.org/10.1097/olq.0000000000000771

Ilmiawati Helmi. 2016. Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 5, No. 1 Juli 2016:
43–51 https://e-journal.unair.ac.id/JBK/article/download/5794/3705

Ikatan Dokter Indonesia. 2013. Kesehatan remaja di Indonesia.


https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kesehatan-remaja-di-
indonesia

Katharini, dkk. 2017. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta; Trans Info Media

Kumalasari I dan Andhyantoro I. 2018. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba


Medika.

Kusmiran E. 2013. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba


Medika.

Manuaba, Ida Gede, dkk. 2009. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri
Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC.

Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2015. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Ed 4.


Jakarta: EGC

40
Oriza, N., & Yulianty, R. (2018). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Keputihan
Pada Remaja Putri di SMA Darussalam Medan. Jurnal Bidan Komunitas, 1(3),
142. https://doi.org/10.33085/jbk.v1i3.3954

Rahmah NF. 2017. Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Personal Kebersihan Genital
Terhadap Kejadian Keputihan pada Santriwati SMAS/MAdi PPM Rahmatul Asri
Enrekang Tahun 2017. Skripsi. Makassar: Universitas Has

Ramayanti A. 2017. Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Keputihan pada


Remaja Putri di SMA Muhammadiyah 5 Yogyakarta. Naskah Publikasi.
Yogyakarta: Universitas Aisyiyah.

Simanjuntak. V, 2015. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Personal Hygiene Remaja


Putri dengan Pencegahan Keputihan di SMA Sutomo 2 Medan Tahun 2015.
Universitas Sumatera Utara.

Shah, S. K., Shrestha, S., Maharjan, P. L., Karki, K., Upadhayay, A., Subedi, S., &
Gurung, M. (2019). Knowledge and practice of genital health and hygiene among
adolescent girls of Lalitpur Metropolitan city, Nepal. American Journal of Public
Health Research, 7(4), 151–156. https://doi.org/10.12691/ajphr-7-4-4

Tristanti I. Hubungan Perilaku Personal Hygiene Genital dengan Kejadian Keputihan


Pada Siswi Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kudus. JIKK. Vol. 7 No. 1 Januari
2016 : 8 – 15.

41

Anda mungkin juga menyukai