Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN INDIVIDU

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA DAN ANAK PRASEKOLAH


DI PUSKESMAS KANDA KABUPATEN JAYAPURA

DISUSUN OLEH :

MITHA CHANDRA SARI


NIM. 23046606

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PEMKAB JOMBANG
2024
LEMBAR PENGESAHAN

Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi Tugas Praktek Klinik Profesi
Program Studi Pendidikan Bidan Stikes Pemkab Jombang
Nama : Mitha Chandra Sari
NIM : 23046606
Judul : Asuhan Kebidanan Pada Balita dan Anak Prasekolah di Puskesmas Kanda
Kabupaten Jayapura

Jombang, Maret 2024


Mahasiswa

Mitha Chandra Sari


NIM : 23046606

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Bd. Dewi Pitriawati, S.ST.,M.Keb. Rini Hayu L, S.ST,.M.Kes


NIK. …………………….. NIK.. ……………………….

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayahnya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan
laporan pendahuluan tepat pada waktunya dengan judul : “Asuhan Kebidanan Pada
Balita dan Anak Prasekolah di Puskesmas Kanda Kabupaten Jayapura.
Laporan kasus ini dibuat semaksimal mungkin dengan bantuan dari berbagai
pihak agar dapat membantu memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari itu,
saya menyadari bahwa masih banyak terdapat berbagai kekurangan baik dari segi
penyusunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu, dengan sangat terbuka saya menerima kritik dan saran dari
para pembaca agar saya dapat memperbaiki laporan kasus ini. Semoga laporan kasus
ini dapat menjadi inspirasi dan bermanfaat bagi masyarakat dan bagi siapapun yang
membacanya. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Jombang, Maret 2024

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Tujuan....................................................................................................2
C. Manfaat..................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
A. Konsep Dasar Balita ..............................................................................4
B. Konsep Manajemen Kebidanan ............................................................9
BAB III TINJAUAN KASUS..............................................................................19
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................27
A. Kesimpulan..........................................................................................27
B. Saran.....................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam
bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia. Jumlah kematian anak
dibawah usia 5 tahun di Indonesia telah berkurang dari 385.000 pada tahun 1990
menjadi 152.000 pada tahun 2012. Namun, masih ada lebih dari 400 anak-anak
meninggal setiap hari di Indonesia. Penyebabnya adalah anak-anak dari keluarga
miskin dan banyak darri mereka yang terkena penyakit yang mudah dicegah dan
diobati seperti pneumonia, diare, demam tinggi atau febris (Unicef, 2017).
Demam atau febris adalah salah satu penyakit yang dapat diderita bayi
maupun balita yang paling sering dikeluhkan oleh orang tua mulai di ruang
praktek bidan, dokter sampai ke Unit Gawat Darurat (UGD) anak, meliputi 10-
30% dari jumlah kunjungan. Demam membuat orang tua atau pengasuh menjadi
risau. Sebagian besar anak-anak mengalami demam sebagai respon terhadap
infeksi virus yang bersifat self limited dan berlangsung tidak lebuh dari 3 hari atau
infeksi bakteri yang tidak memerlukan perawatan di rumah sakit (Karnia, 2018).
Sebagian kecil demam tersebut merupakan tanda infeksi yang serius dan
mengancam jiwa seperti pneumonia, meningitis, artritis septik, dan sepsis bahkan
bisa terjadi kejang. Untuk itu, sebagai pemberi pelayanan kesehatan terutama
bidan harus mampu memberikan asuhan kebidanan atau penatalaksanaan pada
bayi maupun balita yang sakit secara benar serta diharapkan mampu melakukan
pendekatan terhadap pasien dan memberikan pemenuhan kebutuhan pada masalah
yang dihadapi (Susilowati, 2020).
Berdasarkan pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Kanda Kabupaten
Jayapura penulis tertarik untuk melakukan tugas asuhan kebidanan dengan judul
“Asuhan Kebidanan pada Anak Prasekolah” dengan pendekatan manajemen
kebidanan Varney yang diharapkan dapat memberikan asuhan kebidanan yang baik
dan benar.

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Diperolehnya pengalaman nyata dalam melakukan “Asuhan Kebidanan pada


Anak Prasekolah di Puskesmas Kanda Kabupaten Jayapura”
2. Tujuan Khusus

a. Dapat melaksanakan pengkajian data dasar pada Asuhan Kebidanan pada


Anak Prasekolah di Puskesmas Kanda Kabupaten Jayapura

b. Dapat melaksanakan interpretasi data dasar pada Asuhan Kebidanan pada


Anak Prasekolah di Puskesmas Kanda Kabupaten Jayapura

c. Dapat melaksanakan identifikasi diagnosa dan masalah potensial pada


Asuhan Kebidanan pada Anak Prasekolah di Puskesmas Kanda Kabupaten
Jayapura

d. Dapat melaksanakan identifikasi tindakan segera pada Asuhan Kebidanan


pada Anak Prasekolah di Puskesmas Kanda Kabupaten Jayapura

e. Dapat menyusun intervensi yang menyeluruh pada Asuhan Kebidanan


pada Anak Prasekolah di Puskesmas Kanda Kabupaten Jayapura

f. Dapat melaksanakan implementasi pada Asuhan Kebidanan pada Anak

Prasekolah di Puskesmas Kanda Kabupaten Jayapura

g. Dapat mengevaluasi asuhan yang diberikan pada Asuhan Kebidanan pada


Anak Prasekolah di Puskesmas Kanda Kabupaten Jayapura
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan
kebidanan secara langsung kepada balita sakit febris melalui pendekatan
manajemen kebidanan varney.

2
2. Bagi profesi
Menambah referensi dan wawasan dalam pelaksanaan Asuhan Kebidanan
pada Anak Prasekolah.
3. Bagi institusi
a. Bagi Puskesmas Kanda Kabupaten Jayapura
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian pelayanan
kebidanan khususnya pada Anak Prasekolah.
b. Bagi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai sumber referensi dalam penerapan asuhan
kebidanan khususnya pada Anak Prasekolah.

3
BAB 2

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Balita


1. Balita
a. Pengertian
1) Balita adalah bayi dan anak yang berusia 5 tahun kebawah (Marimbi,
2018).

2) Balita atau anak bawah 5 tahun adalah anak usia kurang dari 5 tahun
(Proverawati dan Asfuah, 2019).
3) Bawah 5 tahun atau sering disingkat sebagai balita merupakan salah
satu periode usia setelah bayi dan sebelum anak pada tahap awal
(Wirakusumawah, 2019).
Pengertian balita dari beberapa para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa balita adalah anak usia prasekolah yaitu antara usia 1 sampai 5
tahun.
b. Tahapan tumbuh kembang balita
Menurut Ridha (2017) mengelompokkan tahapan tumbuh
kembang balita umur 3 tahun sebagai berikut :
1) Motorik kasar
Anak sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan, memakai baju
dengan bantuan, mulai bisa naik sepeda roda tiga.
2) Motorik halus
Anak bisa menggambar lingkaran, mencuci tangannya sendiri,
menggosok gigi.
3) Sosial emosional
Anak sudah mulai bermain bersama dalam kelompok dan saling bicara
satu sama lain saat bermain.
4) Pertumbuhan fisik

4
Berat badan bertambah 1,5 sampai 2,5 kg/tahun, tinggi badan
meningkat 5,56,5 cm/tahun.
c. Gangguan kesehatan pada balita
Masalah gangguan kesehatan yang sering dialami balita adalah
infeksi saluran pernafasan atas (ISPA), penyakit pencernaan, alergi, infeksi
virus dan bakteri (Wirakusumah, 2019). Gangguan kesehatan pada balita
yang sering membuat orang tua segera membawa anaknya berobat adalah
demam dan diare (Dokter sehat.com).

2. Febris
1. Pengertian
Demam (febris) adalah meningkatnya suhu tubuh (sekitar 38 0C)
dalam merespon infeksi, luka, atau peradangan (Aden, 2018). Demam
adalah salah satu keluhan yang sering dikemukakan, yang terdapat pada
berbagai penyakit baik infeksi maupun non infeksi (Matondang dkk,
2019).
Protokol Kaiser permanente appointment and advice call center
definisi demam untuk semua umur, demam didefinisikan temperature
rectal diatas 380C, axilla diatas 37,50C dan diatas 38,20C dengan
pengukuran membrane timpani, sedangkan demam tinggi bila suhu tubuh
diatas 39,50C dan hiperpireksa bila suhu tubuh >41,10C (Karnia, 2018).
Demam adalah suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus yang dipengaruhi
interleukin (Sodikin, 2020).
2. Etiologi
Penyebab demam (febris) yang paling sering adalah adanya
produksi pirogen androgen dan pirogen eksogen. Pirogen endogen berasal
dari dalam tubuh yang mempunyai kemampuan merangsang demam
dengan mempengaruhi kerja pusat pengatur suhu di hipotalamus. Progen
endogen secara langsung mengubah titik ambang suhu hipotalamus

5
menghasilkan pembentukan panas dan konservasi demam merupakan
salah satu manifestasi respon yang dihasilkan oleh mekanisme
pertengahan hospes yang ditengahi situkin demam juga sering disebabkan
karena terjadinya suatu infeksi (Sodikin, 2020).
Penyebab yang sering terjadi yaitu karena infeksi saluran
pernafasan atas, otitis media, sinusitis, bronchiolitis, pneumonia,
pharyngitis, abses gigi, ginggivostomatitis, gastroenteritis, infeksi saluran
kemih, pyelonephritis, meningitis, bacteremia, reaksi imun, neoplasma,
osteomyelitis (Suriadi dan Yuliana, 2017).
3. Patofisiologi
Demam seringkali dikatakan dengan adanya gangguan pada “set
point” hipotalamus oleh karena infeksi, alergi, endotoxin, atau tumor
(Suriadi dan Yuliana, 2017). Suhu tubuh diatur oleh hipotalamusyang
mengatur keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas.
Produksi panas tergantung pada aktifitas metabolik dan aktifitas fisik.
Kehilangan panas terjadi melalui radiasi, evaporasi, konduksi dan
konveksi. Dalam keadaan normal thermostat di hipotalamus selalu diatur
pada set point sekitar 370C. Setelah informasi tentang suhu diolah di
hipotalamus selanjutnya ditentukan pembentukan dan pengeluaran panas
sesuai dengan perubahan set point. Hipotalamus posterior bertugas
meningkatkan produksi panas dan mengurangi pengeluaran panas.
Bila hipotalamus posterior menerima informasi suhu luar lebih
rendah dari suhu tubuh maka pembentukan panas ditambah dengan
meningkatkan metabolism dan aktifitas otot rangka dalam bentuk
menggigil dan pengeluaran panas dikurangi dengan vasokonstriksi kulit
dan pengurangan produksi keringat sehingga suhu tetap dipertahankan
tetap. Hipotalamus anterior mengatur suhu tubuh dengan cara
mengeluarkan panas. Bila hipotalamus anterior menerima informasi suhu
luar lebih tinggi dari suhu tubuh maka pengeluaran panas ditingkatkan
dengan vasodiltasi kulit dan menambah produksi keringat. Umumnya

6
peninggian suhu tubuh terjadi akibat peningkatan set point. Infeksi bakteri
menimbulkan demam karena endotoksin bakteri merangsang sel point
untuk membuat perogen endogen yaitu interleukin-1, interleukin-6 atau
tumor nekrosis faktor. Pirogen endogen bekerja di hipotalamus dengan
bantuan enzim silclook siganase membentuk prostaglandin selanjutnya
prostaglandin meningkatkan sel point hipotalamus (Sodikin, 2020). Selain
itu pelepasan pirogen endogen diikuti oleh pelepasan cyrogens (antipiretik
endogen) yang ikut memodulasi peningkatan suhu tubuh dan mencegah
peningkatan suhu tubuh pada tingkat yang mengancam jiwa (Karnia,
2018). Ada 3 fase yang terjadi selam demam berlangsung, diantara lain
sebagai berikut :
1) Fase I (awitan dingin atau menggigil)
a) Peningkatan denyut jantung.
b) Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan.
c) menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot.
d) Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi.
e) Merasakan sensasi dingin.
f) Dasar kuku mengalami sianosi.
g) Rambut kulit berdiri.
h) Pengeluaran keringat berlebihan.
i) Peningkatan suhu tubuh.
2) Fase II (proses demam)
a) Proses menggigil hilang.
b) Kulit terasa hangat (panas).
c) Merasa tidak pana (dingin).
d) Peningkatan nadi dan laju pernapasan.
e) Peningkatan rasa haus.
f) Dehidrasi ringan sampai berat.
g) Mengantuk, delirium atau kejang akibat iritasi sel saraf.
h) Lesi mulut herpetic.

7
i) Kehilangan nafsu makan.
j) Kelemahan, keletihan, dan nyeri ringan pada oto akibat
metabolism protein.

8
3) Fase III (pemulihan)
a) Kulit tampak merah dan hangat.
b) Berkeringat.
c) Menggigil ringan.
d) Kemungkinan mengalami dehidrasi (Sodikin, 2020).
4. Manifestasi klinis
Suriadi dan Yuliani (2017), mengemukakan dalam bukunya bahwa
gambaran demam adalah sebagai berikut :
1) Demam
2) Temperatur 38,90C sampai 40,60C.
3) Menggigil.
4) Berkeringat.
5) Gelisah/lethargi.
6) Tidak ada nafsu makan.
7) Nadi dna pernafasan cepat.
8) Petechiae.
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan febris menurut Sodikin (2020) adalah sebagai berikut :
1) Pemberian antipiretik.
2) Melakukan kompres hangat.
3) Memakai pakaian tipis agar panas dapat keluar dengan cepat.
4) Memberikan anak banyak minum untuk mencegah dehidrasi.
Sedangkan penatalaksanaan demam menurut Suriadi dan Yuliani (2017)
adalah sebagai berikut :
1) Monitor temperature secara cepat.
2) Beri antibiotic dan atipiretiksesuai program.
3) Kompres dengan air hangat.
4) Memberikan cairan oral (minum) yang adekuat.
5) Kompres dengan air hangat.
6) Ajarkan pada orang tua cara mengukur suhu tubuh anak.

9
6. Komplikasi
Sodikin (2020), komplikasi atau penyulit pada kasus febris adalah sebagai
berikut:

1) Demam sangat tinggi atau lebih dari 410C.


2) Terjadi kejang.
3) Demam berlanjut lebih dari 3 hari.
4) Tubuh sangat lemas.
5) Tidak mau makan atau minum.
6) Kehilangan kesadaran.
7) Muntah-muntah.

B. Konsep Manajemen Kebidanan


1) Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasika pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian
atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus
pada klien (Varney, 2021).
2) Langkah-langkah dari manajemen kebidanan
Menurut Varney (2021), proses manajemen kebidanan terdiri dari 7
langkah yang berurutan, dimana setiap langkah disempurnakan secara
periodik. Proses periodik dimulai dengan mengumpulkan data dasar dan
berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk kerangka
lengkap yang dapat menjadi langkah-langkah tertentu dan dapat berubah
sesuai dengan keadaan pasien.

10
Adapun pelaksanaan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah
varney tersebut adalah sebagai berikut:
a. Langkah pertama : Pengumpulan dan pengkajian data dasar
Pengkajian adalah sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
klien (Varney, 2021).
1) Data subyektif
Data subyektif berisi tentang data dari pasien melalui anamneses
(wawancara) yang merupakan ungkapan langsung tentang keluhan
atau masalah KB (Hidayat, 2018). Keluhan pada akseptor KB suntik 3
bulan depo provera dengan spotting berupa perdarahan bercak sedikit
dan tidak teratur (Saifuddin, 2020).
a) Identitas
Menurut (Varney, 2021), adalah sebagai berikut :
(1) Nama bayi atau balita
Diperlukan untuk memastiakn identitas pasien yang diperiksa.
Nama harus jelas, lengkap (nama depan, nama tengah bila
ada), nama keluarga, dan nama panggilan akrabnya
(Matondang dkk, 2019).
(2) Umur
Umur balita/anak disesuaikan dengan tanggal lahir, bisa dilihat
pada KMS atau kartu pemeriksaan lainnya. Dikaji untuk
menentukan periode anak yang dihubungkan dengan
morbiditas dan pemeriksaan klinis (Matondang dkk, 2019).
(3) Jenis kelamin
Identitas seks pasien yang diperlukan juga untuk penilaian data
pemeriksaan klinis (Matondang dkk, 2019).
(4) Anak ke
Dikaji untuk mengetahui berapa jumlah keluarga.
(5) Nama orang tua

11
Nama orang tua ditulis dengan jelas agar ridak keliru dengan
orang lain (Matondang dkk, 2019).
(6) Umur orang tua
Umur orang tua dikaji untuk menentukan cara pendekatan
dalam menjelaskan informasi kesehatan (Matondang, dkk,
2019).
(7) Agama
Kepercayaan seseorang secara rohani yang juga menunjang
perilaku kehidupan sehari-hari (Matondang, 2019).
(8) Pendidikan orang tua
Pendidikan orang tua dikaji untuk menentukan cara pendekatan
dalam menjelaskan informasi kesehatan, penjelasan tentang
penentuan penatalaksanaan selanjutnya (Matondan dkk, 2019).
(9) Pekerjaan orang tua
Pekerjaan orang tua dikaji untuk menentukan cara pendekatan
dalam penentuan dalam perawatan anak dan balita dan jenis
pemeriksaan penunjang yang diperlukan berhubungan dengan
pembiayaan. Umur orang tua dikaji untuk menentukan cara
pendekatan dalam menjelaskan informasi kesehatan
(Matondang, 2019).
(10) Alamat
Menunjukkan dimana pasien tinggal, hendaknya alamat ditulis
dengan jelas dan lengkapa (Matondang dkk, 2019)
b) Keluhan utama
Keluhan utama adalah alasan orang tua membawa anaknya untuk
mencari layanan kesehatan (Muscari, 2018). Keluhan utama juga
bisa berupa gejala atau keluhan yang terjadi pada pasien
(Matondang dkk, 2019). Pada kasus febris keluhan yang dirasakan
balita biasanya adalah rewel, susah minum, nafsu makan
berkurang (Aden, 2018).

12
c) Riwayat kesehatan yang lalu
1) Imunisasi
Status imunisasi klien diperlukan untuk mengetahui status
perlindungan pediatric yang diperoleh, juga membantu
diagnosis (Matondang, dkk, 2019).
2) Riwayat kesehatan keluarga atau menurun
Dikaji untuk memperoleh gambaran berbagai penyakit bawaan
dan penyakit keturunan seperti terdapat riwayat hipertensi
riwayat kembar dan penyakit seperti TBC, hepatitis, jantung
dan lain-lain (Matondang dkk, 2019).
3) Riwayat penyakit yang lalu
Untuk mengetahui riwayat penyakit yang lalu yang mungkin
berhubungan dengan penyakit yang dialami untuk membantu
dalam pembuatan diagnosis (Matondang dkk, 2019).
4) Riwayat penyakit sekarang
Dikaji untuk mengetahui apakah anak mengalami gejala
tambahan selain dari penyakit sekarang yang diderita
(Matondang, dkk, 2019).
5) Riwayat sosial
Pengkajian untuk mengetahui siapa yang mengasuh dan pola
asuh dikeluarga, sosialisasi dengan teman sebaya, keadaan
lingkungan rumah yang dihubungkan dengn perjalanan
penyakit untuk membantu diagnosis dan penatalaksanaan
(Muscari, 2018).
d) Pola kebiasaan sehari-hari
(1) Pola nutrisi
Dikaji tentang makanan yang dikonsumsi anak, baik sebelum
sakit atau selama sakit untuk menentukan pemenuhan
kebutuhan nutrisi (Matondang, dkk, 2019). Pada kasus balita
dengan febris anak susah makan dan minum (Aden, 2018).

13
(2) Pola istirahat tidur
Untuk mengetahui berapa lama anak tidur siang dan malam
dan barang-barang penyerta tidur untuk mengoptimalkan pola
istirahat pada anak (Muscari, 2018).
(3) Pola hygiene
Untuk mengetahui bagaimana cara menjaga kebersihan pada
anak seperti berapa kali mandi dalam sehari (Muscari, 2018).
(4) Pola aktifitas
Pengkajian mengenai jenis dan kesukaan dalam bermain, lama
waktu bermain (Muscari, 2018).
(5) Pola eliminasi
Pengkajian tentang kebiasaan BAB dan BAK pada anak
(Matondang dkk, 2019).
2) Data obyektif
Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan dilihat oleh
tenaga kesehatan (Nursalam, 2017).
a) Keadaan umum bayi
Keadaan atau kesan saat sakit, meliputi ekspresi atau wajah pasien
(Matondang dkk, 2019).
b) Kesadaran
Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai composmentis, apatis,
somnolen, soper, koma, delirium. Pada kasus anak dengan febris
kesadaran apatis (Matondang dkk, 2019).
c) Tanda-tanda vital
1) Denyut nadi
Menilai frekuensi atau laju nadi, irama, isi atau kualitas serta
ekualitas nadi. Pada kasus anak dengan febris terjadi takikardi
yaitu laju denyut nadi yang lebih cepat dari normal
(Matondang dkk, 2019).
2) Pernafasan

14
Menilai laju pernafasan , irama atau keteraturan, kedalaman
dan tipe atau pola pada pernafasan. Pada kasus balita dengan
febris terjadi pernafasan yang lebih cepat dari normal
(Matondang dkk, 2019).
3) Suhu
Suhu meningkat apabila anak menangis, setelah makan, setelah
bermain, dan asietas atau terjadi kecemasan (Matondang,
2009). Pada kasus balita dengan febris, suhu diatas normal
yaitu temperature rectal >380C, pengukuran suhu axilla
>37,50C (Karnia, 2018).
d) Antropometri
1) Panjang badan
Untuk mengetahui status nutrisi dan pertumbuhan fisik anak
(Matondang dkk, 2019).
2) Berat badan
Untuk menilai apakah ada masalah dalam pemenuhan nutrisi
pada anak (Matondang dkk, 2019).
3) Pemeriksaan sistematis
Pemeriksaan sistematis melibatkan pemeriksaan dari ujung kepala
sampai ujung kaki (Muscari, 2018). Mengemukakan pemeriksaan
secara sistematis adalah sebagai berikut :
a) Kulit
Untuk mengetahui warna kelembapan, turgor kulit, suhu.
b) Kepala
Untuk mengetahui ukuran, bentuk, kesimetrisan.

15
c) Muka
Untuk mengetahui apakah ada pembengkakan atau tidak, pucat,
menahan sakit/tidak.
d) Mata
Sklera putih atau tidak, konjungtiva merah muda/tidak.
e) Anongenital
- Perempuan : Kaji tahap perkembangan seksual, vulva,
pembengkakan.
- Laki-laki : Kaji tahap perkembangan seksual,
pembengkakan.
f) Ekstremitas
Kaji kesejajaran tubuh, kesimetrisan, pembengkakan, nyeri takan
dan hangat.
4) Pemeriksaan tingkat perkembangan balita
Tingkat perkembangan balita menurut (Ridha, 2017) adalah :
a) Motorik kasar
Anak sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan, memakai baju
dengan bantuan, memakai sepeda roda tiga.
b) Motorik halus
Anak bisa menggambar lingkaran, mencuci tangan sendiri,
menggosok gigi.
c) Sosial emosional/kemandirian
Anak sudah mulai bermain bersama dalam kelompok dan saling
bicara satu sama lain (bahasa).
5) Pemeriksaan penunjang
Untuk mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan
pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan laboratorium serta erapi
(Matondang, dkk 2019). Pada kasus febris pemeriksaan penunjang
yang dilakukan adalah pemeriksaan hematologi (pemeriksaan darah
lengkap) termasuk DBD ataukah tifus (Sodikin, 2020). Jika lebih dari
3 hari dikhawatirkan DBD/tifus.

16
b. Langkah ke dua : Interpretasi data dasar
Menginterpretasi data dasar untuk kemudian diproses menjadi diagnose
kebidana, masalah serta kebutuhan perawatan kesehatan.
1) Diagnosa kebidanan
Diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktik kebidanan (Varney,
2021).
Anak X umur … dengan
febris Data Subyektif :
a) Ibu mengatakan umur balita …
b) Ibu mengatakan nama balita …
c) Ibu mengatakan anak balitanya rewel, susah minum, nafsu makan
berkurang Data obyektif :
a) Keadaan umum :
b) Kesadaran :
c) TTV :N: S: RR :
d) BB/TB :
e) Pemeriksaan sistematis
(1) Kulit
(2) Kepala
(3) Muka
(4) Mata
(5) Mulut
(6) Ekstremitas
2) Masalah
Masalah adalah hal-hal yang muncul dan bisa juga berkaitan dengan
keadaan klien(Varney, 2021). Kasus balita dengan febris masalah yang
timbul adalah balita susah minum, sering rewel.

17
3) Kebutuhan
Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum
teridentifikasi dalam diagnose dan masalah (Varney, 2021). Kenutuhan
pada balita dengan febris adalah pemberian vitamin.
c. Langkah ke tiga : Identifikasi diagnosa dan masalah potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial berdasarkan masalah
dan diagnose kebidanan saat ini yang dialami klien (Varney, 2021). Pada
kasus balita dengan febris disgnosa potensial terjadi kejang demam
(Sadikin, 2020).
d. Langkah ke empat : Identifikasi kebutuhan segera
Tidak ada

e. Langkah ke lima : Intervensi


Langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang
merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi
atau diantisipasi (Varney, 2021). Penatalaksanna febris menurut Sadikin
(2020) adalah sebagai berikut :
4) Observasi keadaan umum dan TTV klien untuk mengetahui apakah
keadaan umum dan TTV klien baik atau tidak. Dengan mengobservasi
keadaan umum dan TTV lien dapat diketahui hasilnya baik ataukah
tidak.
5) Anjurkan ibu untuk mengompres hangat pada dahi, ketiak. Diharapkan
setelah dilakukan pengompresan pada dahi dan ketiak anak, demam
dapat menurun.
6) Anjurkan ibu untuk memakaikan pakaian yang tipis dimana dengan
pakaian yang tipis itu panas dapat keluar atau menurun secara cepat.
7) Anjurkan ibu untuk memberikan anaknya banyak minum, dimana
dengan banyak minum diharapkan untuk mencegah dehidrasi pada
anak.

18
Sedangkan penatalaksanaan febris menurut Suriadi dan Yuliani (2017)
adalah :
1) Anjurkan ibu untuk tetap memonitor temperature suhu anak,
ditakutkan jika temperature suhu anak naik anak bisa kejang, disini
orang tua berperan penting dalam menjaga temperature suhu anak.
2) Anjurkan ibu untuk memberikan minum secara adekuatuntuk
mencegah dehidrasi pada anak jika demam meningkat.
3) Anjurkan ibu untuk memberikan antibiotik yang sesuai program
dimana saat anak diperiksa ke tenaga kesehatan sudah mendapat
therapy obat yang harus diminum untuk menurunkan tingkat
demamnya.
f. Langkah ke enam : Implementasi
Melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh, bisa dilakukan oleh
bidan atau tim kesehatan yang lain (Varney, 2021). Penatalaksanaan dalam
kasus ini adalah :
8) Melakukan pemeriksaan suhu
9) Memberikan antibiotic dan antipiretik untuk balita berupa puyer (3
tablet pamol dan 3 tablet amoxicillin menjadi IX puyer).
10) Menganjurkan ibu untuk mengompres anaknya dengan air hangat.
11) Menganjurkan ibu untuk memberikan minum secara adekuat.

12) Menganjurkan ibu untuk mengukur suhu tubuh.


g. Langkah ke tujuh : Evaluasi
Langkah ini merupakan evaluasi apakah rencana asuhan tersebut yang
meliputi pemenuhan kebutuhan benar-benar terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan dalam masalah dan diagnose (Varney, 2021). Hasil evaluasi
yang diharapkan menurut Suriadi dan Yuliana (2017) yaitu :
13) Keadaan umum baik.
14) Panas turun.
15) Nafsu makan membaik

19
BAB 3
TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian Data Dasar

a. Identitas pasien Identitas orang tua


Identitas Pasien : An R Nama : Ny F / Tn R
Nama anak Umur : 5 Tahun Umur : 22 / 27 tahun
Anak ke : 1 (satu) Agama : Islam
JK : Perempuan Suku/Bangsa : Papua
Alamat : Pendidikan : SMA/SMA
Pekerjaan : Swasta / swasta
Alamat :

b. Data Subyektif
1) Alasan datang ke Puskesmas Kanda Jayapura
Ibu mengatakan ingin memeriksakan anaknya yang berumur 5 tahun
karena badannya panas sejak tadi pagi, rewel dan tidak mau makan dan
minum sedikit.
2) Riwayat Kesehatan
BCG : 22 Januari 2024
DPT1 : 22 Februari 2024
DPT2 : 22 Maret 2024
DPT3 : 22 Februari 2024
Polio1 : 22 Januari 2024
Polio2 : 22 Februari 2024
Polio3 : 22 Januari 2024
Polio4 : 22 Februari 2024
HB0 : 22 Maret 2024
Campak : 23 November 2023

20
3) Riwayat penyakit yang lalu
Ibu mengatakan anaknya pernah mengalami batuk, pilek, panas pada
bulan Januari 2024.
4) Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan saat ini anaknya panas, tidak mau makan dan rewel.
5) Riwayat penyakit keluarga dan menurun
Ibu mengatakan baik dari pihak ibu dan pihak ayah tidak ada yang
mempunyai penyakit keturunan misalnya kencing manis, hipertensi,
asma, dan tidak ada yang mempunyai penyakit menular misalnya
hepatitis, TBC, HIV/AIDS.
6) Riwayat sosial
a. Yang mengasuh
Ibu mengatakan mengasuh anaknya dengan suami dan jika ibu
maupun suami yang bekerja yang mengasuh adalah neneknya.
b. Hubungan dengan anggota keluarga
Ibu mengatakan hubungan dengan anggota keluarga lain sangat baik.
c. Hubungan dengan teman sebaya
Ibu mengatakan anaknya hubungan dengan teman sebayanya baik.
d. Lingkungan rumah
Ibu mengatakan lingkungan rumah aman, bersih dan rapi.
7) Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Ibu mengatakan sejak tadi pagi anaknya tidak mau makan dan minum
sedikit, dan ibu mengatakan makan satu kali pukul 09.00 WITA,
minum air.
b. Istirahat tidur
Ibu mengatakan anaknya tidur siang 1 jam dan minta digendong,
tidur malam 7-8 jam.

21
c. Mandi
Ibu mengatakan anaknya diseka 2x (pagi dan sore).
d. Aktivitas
Ibu mengatakan anaknya tidak mau bermain dan hanya minta
digendong.
e. Eliminasi
Ibu mengatakan anaknya BAB 1x tadi pagi, konsistensi agak keras,
BAK 5x warna kuning agak pekat.
c. Data Obyektif

1) Status generalis
a) Keadaan umum : Cukup
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV : RR 36x/menit, N : 110x/menit, S : 380C.S
d) BB/TB : 12,9 kg/95 cm
2) Pemeriksaan sistematis
Muka : Agak pucat
Mata : Mata sayu, agak cekung
Mulut : Bibir kering
Ekstremitas : Simetris, gerak aktif
3) Pemeriksaan tingkat perkembangan
a) Bisa naik sepeda roda tiga
b) Bisa mencuci tangan sendiri
c) Bisa menggosok gigi sendiri
d) Bisa naik turun tangga tanpa bantuan
4) Pemeriksaan penunjang Tidak dilakukan

22
2. Interpretasi Data Dasar
Tanggal : 15 Maret 2024
Jam : 09.20 WITA
a. Diagnosa
An R umur 5 tahun dengan febris
Data dasar DS :
1) Ibu mengatakan anaknya berumur 5 tahun
2) Ibu mengatakan sejak tadi pagi anaknya panas, rewel, tidak mau makan.
DO :
1) K/U : Cukup
2) Kesadaran : Composmentis
3) TTV : RR 36x/menit, N : 110x/menit, S : 38oC.
4) BB/TB : 12,9 kg/95 cm
5) Anak terlihat gelisah dan selalu menangis
b. Masalah
Rewel, tidak mau makan, panas.
c. Kebutuhan
1) Pemeriksaan kebutuhan nutrisi dengan pemberian makanan sedikit demi
sedikit tapi sering.
2) Pemenuhan kebutuhan cairan dengan pemberian minum teh manis maupun
air putih lebih sering kepada anak.
3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Demam
4. Identifikasi Kebutuhan Segera
Tidak ada
5. Intervensi
Tanggal : 15 Maret 2024
Jam : 09.40 WITA
a. Lakukan pendekatan terapeutik dengan pasien, dengan pendekatan terapeutik
akan terjalin kepercayaan antara bidan dan pasien.

23
b. Anjurkan ibu untuk memakaikan anaknya pakaian yang tipis, dengan pakaian
yang tipis panas dapat keluar dengan cepat sehingga panas anak menurun.
c. Anjurkan ibu untuk memberikan anaknya banyak minum, dengan
memberikan anak banyak minum gunanya untuk mencegah dehidrasi.
d. Anjurkan ibu untuk melakukan kompres dengan air hangat, dimana tujuannya
adalah panas/suhu badan anak dapat menurun dengan cepat.
e. Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi.
f. Anjurkan ibu untuk control ulang jika selama 3 hari panas belum turun.
6. Implementasi
Tanggal : 15 Maret 2024
Jam : 09.50 WITA
a. Memberikan informasi kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa anaknya
sedang mengalami panas.
b. Menganjurkan ibu untuk memberikan/memakaikan anaknya dengan pakaian
yang tipis agar panasnya segera turun.
c. Menganjurkan ibu untuk memberikan anaknya banyak minum agar tidak
terjadi dehidrasi.
d. Menganjurkan ibu untuk melakukan kompres pada bagian dahi dan ketiaknya
dengan air hangat di rumah.
e. Menganjurkan ibu untuk meberikan therapy obat pamol 3, CTM 3, Vit C 3,
yang sudah dijadikan puyer (IX, 3x1).
f. Menganjurkan ibu untuk control kembali jika dalam 3 hari anak belum
sembuh.
7. Evaluasi
Tanggal : 15 Maret 2024
Jam : 10.00 WITA
a. Ibu sudah mengetahui tentang keadaan anaknya bahwa anaknya sedang
mengalami panas.
b. Ibu bersedia untuk memakaikan anaknya pakaian yang tipis.

24
c. Ibu bersedia untuk memberikan banyak minum dan memberikan makanan
pada anaknya.
d. Ibu bersedia melakukan kompres air hangat di rumah.
e. Ibu bersedia memberikan obat pada anaknya.
f. Ibu bersedia melakukan control ulang jika ada keluhan.

25
BAB 4

PEMBAHASAN

Berdasarkan pengkajian dari data diperoleh hasil bahwa ibu mengatakan


anaknya panas sejak pagi hari tadi, rewel, sedikit minum, susah makan. Hal ini
berbanding lurus antar teori dan kasus bahwa anak yang sedang mengalami febris
susah makan, sedikit minum dan rewel.
Dari hasil pengumpulan data dasar pada interpretasi data dasar didapatkan
diagnose An R umur 5 tahun dengan febris, dan didapatkan masalah dimana anak
tidak mau makan, rewel, panas, sedikit minum. Hal ini berbanding lurus antara
teori dan kasus dimana antara diagnose dan masalah pada teori berbanding lurus
dengan kasus.
Dari hasil pengumpulan data dasar dan interpretasi data dasar didapatkan
sebuah diagnose dan masalah yaitu terjadi kejang demam, namun antara teori dan
kasus berbanding terbalik dimana panas yang terjadi tidak sampai menyebabkan
kejang demam.
Antisipasi tindakan segera pada kasus febris ini adalah dilakukan
kolaborasi dengan dokter spesialis dalam pemberian antibiotik dan antipiretik.
Hal ini merupakan antisipasi kesenjangan antara teori dan kasus.
Untuk mengatasi masalah yang ada pada perencanaan dibuat sesuai
dengan kebutuhan pasien dimana bidan memberikan informasi tentang keadaan
anaknya bahwa anaknya sedang mengalami febris. Hal ini untuk pelaksanaan
tidak dapat kesenjangan antara teori dan kasus.
Pelaksanaan pada kasus anak dengan febris menganjurkan ibu untuk
memakaikan pakaian yang tipis supaya panas cepat segera turun dimana tindakan
ini dilakukan dengan baik sesuai perencanaan yang telah disusun dan
mendapatkan hasil yang maksimal karena adanya dukungan dari keluarga. Dalam
pelaksanaan tindakan ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus di
lapangan.

26
Setelah diberikan asuhan kebidanan selama 3 hari dan di evaluasi, maka
diperoleh hasil keadaan umum An. R baik, panas turun dari 38 oC menjadi 36,5oC
dan tidak terjadi kejang pada anak.
Hasil asuhan kebidanan yang diberikan pada An. R umur 5 tahun dengan
febris pada langkah varney ke 4 (antisipasi) terdapat kesenjangan yaitu pada teori
dalam pemberian terapi dilakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak,
sedangkan dilahan tidak dilakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak.
Sebagai bidan jika memberikan therapy akan lebih baik lagi kolaborasi dengan
dokter spesialis anak agar pemberian lebih optimal.

27
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari uraian materi dan pembahasan kasus tersebut, dapat disimpulkan
bahwa sebagai seorang bidan sangat penting memberikan asuhan sesuai
standar kepada setiap pasien dan masyarakat terutama di dalam memberikan
pelayanan kebidanan. Hasil asuhan kebidanan yang diberikan pada An. R
umur 5 tahun dengan febris pada langkah varney ke 4 (antisipasi) terdapat
kesenjangan yaitu pada teori dalam pemberian terapi dilakukan kolaborasi
dengan dokter spesialis anak, sedangkan dalam prakteknya tidak dilakukan
kolaborasi dengan dokter spesialis anak. Sebagai bidan jika memberikan
therapy akan lebih baik lagi kolaborasi dengan dokter spesialis anak agar
pemberian lebih optimal.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas perlu adanya upaya untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan yang lebih baik. Saran dari penulis adalah :
1) Bagi mahasiswa
Diharapkan mendapat pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan
asuhan kebidanan secar langsung kepada balita sakit febris melalui pendektan
manajemen kebidanan varney.
2) Bagi bidan
Diharapkan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan pada anak dengan
febris sesuai dengan teori (dalam pemberian terapi kolaborasi dengan dokter
spesialis anak) agar dalam penatalaksanaan lebih optimal.
3) Bagi institusi pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber bacaan untuk
dijadikan referensi untuk peningkatan kualitas pendidikan kebidanan
khususnya pada asuhan kebidanan pada balita dengan febris.

28
29
4) Bagi ibu pasien
Diharapkan apabila terjadi gangguan kesehatan salah satunya adalah demam
pada anaknya agar segera menemui tenaga kesehatan untuk mendapat
pertolongan yang optimal.

30
DAFTAR PUSTAKA

Aden, R. 2018. Seputar Penyakit dan Gangguan Lain Pada Anak. Yogyakarta :
Hanggar Kreaton.

Hidayat dan Mufdhilah. 2018. Catatan Kuliah Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Mitra
Cendekia.

Jannah, Nurul. 2021. Konsep Dokumentasi Kebidanan. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.

Marimbi, Hanim. 2018. Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar pada
Balita. Yogyakarta : Nuha Medika.

Matondang, dkk. 2019. Diagnosis Fisik pada Anak. Edisi 2. Jakarta : PT. Sagung
Seto.

Karnia, Nia. 2018. Penanganan Kejang pada Anak. Artikel Ilmiah. Bandung.

Nursalam, dkk, 2017. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak Untuk Perawat dan
Bidan. Jakarta : Salemba Medika.

Ridha, Nabiel, H. 2017. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sodikin, 2020. Prinsip Perawatan Demam pada Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Suriadi dan Yuliani, R. 2017. Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 2. Jakarta : CV.
Sagung Seto.

31

Anda mungkin juga menyukai