Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA Nn. V


USIA 18 TAHUN DENGAN DISMENOREAA DI PRAKTEK
MANDIRI BIDAN NURMALASARI KOTA JAMBI
TAHUN 2022

Dosen Pembimbing :
ATIKA FADHILAH DANAZ. M.Keb

Oleh :
Anisah
PO71242220042

POLTEKKES KEMENKES JAMBI


JURUSAN KEBIDANAN PRODI PROFESI BIDAN
2022

1
Lembar Pengesahan

Telah disahkan “Laporan Kasus Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi Pada Nn. V
Usia 18 Tahun Dengan Dismenoreaa Di Praktek Mandiri Bidan Nurmalasari Kota
Jambi Jambi” guna memenuhi tugas Stase Remaja dan PraNikah Program Studi Profesi
Bidan Poltekkes Kemenkes Jambi tahun 2022.

Jambi, September 2022

Mengetahui :
Preseptor Akademik Pembimbing Lahan

(Atika Fadhilah Danaz. M.Keb) (Nurmalasari, STR.Keb)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya penulis
dapat menyelesaikan Laporan Kasus ini yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Nn. V
Umur 18 Tahun Dengan Dismenoreaa Di Praktek Mandiri Bidan NUrmalasari Kota
Jambi”.
Dalam penyusunan Laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Hj.Suryani, S.Pd,MPH selaku Kepala Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Jambi.
2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes
Jambi.
3. Atikah Fadhilah Danaz. M.Keb selaku Dosen Pembimbing Institusi
4. Rekan-rekan sejawat yang telah memberi banyak masukan dan pengarahan
dalam penyusunan Laporan ini sehingga laporan ini diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, dengan demikian penulis sangat mengharapkan petunjuk dan saran serta
kritik yang membangun dari Dosen pembimbing.
Akhir kata, semoga hasil laporan kasus ini dapat memberikan manfaat yang
berguna bagi yang membutuhkannya.

Jambi, Sempteber 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ................................................................................................ i


Kata Pengantar......................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 4
C. Tujuan........................................................................................................ 4
D. Manfaat ..................................................................................................... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Konsep dasar Dismenoreaa........................................................................ 6
B. Manajemen Kebidanan ............................................................................. 27
B. Evidence Based Midwivery....................................................................... 17
BAB III. TINJAUAN KASUS
A. Tinjauan Kasus ........................................................................................ 25
BAB IV PEMBAHASAN
Analisis Kasus dengan kajian teori jurnal/EBM ........................................... 31
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 47
B. Saran ......................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) angka kejadian nyeri haid didunia
sangat tinggi. Angka kejadian dismenorea sebesar 1.769.425 jiwa (90%) dengan 10-
15% mengalami dismenoreaa berat. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap
negara mengalami nyeri haid. Prevalensi nyeri haid di Amerika Serikat diperkirakan
45-90%. Insiden nyeri haid pada remaja dilaporkan sekitar 92%, dari Swedia
dilaporkan nyeri haid pada 90% wanita yang berusia kurang dari 19 tahun dan 67%
wanita yang berusia 24 tahun. Angka kejadian dismenoreaa di Indonesia sebesar
107.673 jiwa, yang terdiri dari 59.671 jiwa mengalami dismenorhea primer dan
9.496 jiwa mengalami dismenorhea sekunder (Ramli,2018).
Sementara di Indonesia menurut Kemenkes RI tahun 2016 prevalensi angka
kejadiannya sekitar 55%. Dari hasil penelitian, di Indonesia angka kejadian
dysmenore sebesar 64.25 % yang terdiri dari 54,89% dysmenore primer dan 9,36 %
dysmenore sekunder. Dysmenore sangat berdampak pada remaja putri, hal ini
menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari. Dysmenorrhea juga menyebabkan
ketidakhadiran saat bekerja dan sekolah, sebanyak 13-51% wanita telah absen sekali
dan 5-14% berulangkali absen. Remaja yang mengalami dysmenore pada saat
menstruasi membatasi aktivitas harian mereka khususnya aktivitas belajar di sekolah
(Susanti, 2018). Angka kejadian dismenoreaa primer 72,89% dan dismenoreaa
sekunder 27,11%. Angka kejadian dismenoreaa sekitar 45-95% dikalangan wanita
usia produktif (Murtingsi, 2015).
Menurut penelitian terhadap siswi di SMPN 4 Peusangan Kabupaten Bireuen
mengalami disminore 71% (Nurhidayati, 2017). Menurut hasil penelitian di
Poltekkes Kemenkes Aceh yang mengalami nyeri haid. Sebanyak 72% wanita
dilaporkan mengalami dismenorhea, 38% memerlukan pengobatan, 15 %
diantaranya harus meninggalkan sekolah atau pekerjaan selama menstruasi
(Ramli,2018).
Hasil penelitian yang dilakukan Asmita, dan Try menyatakan bahwa analisis
data yang dilakukan menggunakan paired t-test. Hasil penelitian menunjukan bahwa
rata-rata nyeri responden sebelum diberikan kompres hangat adalah 5.60 dengan

1
standar defisiensi 1.549, rata-ratanyeri responden setelah diberikan kompres hangat
adalah 2.60 dengan standar devisiensi 1.204, terhadap perbedaan yang bermakna
sebelum dan sesudah dilakukan kompres hangat dengan p = 0,000 dimana p < 0,05.
Kompres hangat dapat menurunkan tingkat nyeri dismenoreaa pada siswi SMK
Perbankan Simpang Haru Padang. Oleh karena itu direkomendasikan pada tenaga
kesehatan kompres hangat sebagai salah satu cara alternatif non-farmakologi untuk
mengurangi nyeri dismenoreaa.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh
tentang proses manajemen asuhan kebidanan remaja dengan Dismenorea di PMB
Nurmalasari Kota Jambi Tahun 2022.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah yaitu asuhan
kebidanan pada remaja dengan dismenorea di Praktek Mandiri Bidan Nurmalasari
Jambi Tahun 2022.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penyebab dismenoreaaa dan cara mengatasinya.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data dengan pendekatan manajemen
kebidanan.
b. Mampu melakukan Interpretasi data dengan pendekatan manajemen
kebidanan.
c. Mampu melakukan identifikasi masalah dengan diagnosa potensial pada
klien remaja dengan dismenorea.
d. Mampu melakukan tindakan segera kepada klien remaja dengan
dismenorea.
e. Mampu merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada klien remaja
dengan dismenorea.
f. Mampu melaksanakan rencana tindakan yang sudah ditentukan pada
klien remaja dengan dismenorea.

2
g. Mampu melaksanakan evaluasi atas tindakan yang akan dilakukan pada
klien remaja dengan dismenorea.

D. Manfaat Penulisan
a) Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi
Hasil penulisan diharapkan dapat menambah wawasan dan iptek khususnya
mahasiswa kebidanan dalam menerapakan asuhan pada remaja dengan
dismenorea, serta dapat menjadi dokumen dan bahan bacaan bagi mahasiswa
kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi sehingga menjadikan sumber ilmu bagi
pembaca.
b) Bagi Praktek Mandiri Bidan Nurmalasari Jambi
Dapat menjadi referensi untuk meningkatkan pengetahuan serta dapat
mengaplikasikan apa yang telah di dapat dalam penanganan kasus pada remaja
dengan dismenorea.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Dismenorea


1. Pengertian
Menstruasi seringkali muncul dengan berbagai jenis rasa nyeri. Nyeri yang
dirasakan setiap individu dapat berbeda antara satu dengan yang lainnya. Secara
etimologi nyeri menstruasi (dismenorea) berasal dari bahasa Yunani kuno
(Greek).Kata tersebut berasal dari dys yang berarti sulit, nyeri abnormal, meno
yang berarti bulan dan rrhea yang berarti aliran atau arus. Disimpulkan bahwa
dysmenorrhea atau dismenorea adalah aliran menstruasi yang sulit atau aliran
menstruasi yang mengalami nyeri (Syafni, 2018).
Dismenorea berasal dari bahasa Yunani. Dys berarti sulit, nyeri atau
abnormal; meno berarti bulan; rhea berarti aliran. Jadi, dismenorea berarti nyeri
perut pada perut bawah sebelum, selama dan sesudah menstruasi. Bersifat kolik
terus menerus (Karim, 2019). Dismenorea merupakan gangguan fisik yang
berupa nyeri (kram perut). Dismenorea merupakan nyeri sebelum, sewaktu, dan
sesudah menstruasi . Gangguan ini biasanya mulai terjadi pada 24 jam sebelum
terjadinya perdarahan menstruasi dan dapat terasa 24 –36 jam. Kram tersebut
terutama dirasakan di daerah perut bagian bawah menjalar ke punggung atau
permukaan dalam paha. Pada kasus dismenoreaberat nyeri kram dapat disertai
dengan muntah dan diare (Andira, 2020).
2. Patofisiologi
Pada setiap bulannya wanita selalu mengalami menstruasi. Menstruasi
terjadi akibat adanya interaksi hormon di dalam tubuh manusia. Interaksi
hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, dan indung telur menyebabkan
lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal. Hormon-hormon tersebut
kemudian akan mememberikan sinyal pada telur di dalam indung telur untuk
berkembang. Telur akan dilepaskan dari indung telur menuju tuba falopi dan
menuju uterus. Telur yang tidak dibuahi oleh sperma akan menyebabkan
terjadinya peluruhan pada endometrium, luruhnya endometrium menyebabkan
perdarahan pada vagina yang disebut dengan menstruasi. Pada saat masa subur
terjadi peningkatan dan penurunan hormon. Peningkatan dan penurunan hormon

4
terjadi pada fase folikuler (pertumbuhan folikel sel telur). Pada masa
pertengahan fase folikuler, kadar FSH (Follicle Stimulating Hormone) akan
meningkat dan merangsang sel telur untuk memproduksi hormon estrogen. Pada
saat estrogen meningkat maka kadar progesteron akan menurun. Penurunan
kadar progesteron ini diikuti dengan adanya peningkatan kadar prostaglandin
pada endometrium (Ernawati, 2017).
3. Faktor Penyebab
Dismenorea primer terjadi akibat endometrium mengandung prostaglandin
dalam jumah tinggi. Endometrium yang mengandung prostaglandin meningkat,
mencapai tingkat maksimum pada wanitamenstruasi di bawah pengaruh
progresteron selama fase luteal siklus menstruasi. Prostaglandin menyebabkan
kontraksi miometrium yang kuat dan mampu menyempitkan pembuluh darah,
mengakibatkan iskemia, disintegrasi endometrium, perdarahan, dan nyeri. Nyeri
mungkin mendahului sampai 24 jam sebelum pengeluaran darah menstruasi,
tetapi biasanya muncul bersamaan dengan pengeluaran darah menstruasi (syafni,
2018).
Dismenorea sekunder meliputi suatu keadaan atau kelainan pelvis yang
menyebabkan rasa sakit. Keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan dismenorea
adalah endometriosis, adenomiosis, infeksi dan pelekatan pelvis, kongesti pelvis,
stenosis serviks, polip endometrium yang menyebabkan sumbatan aliran keluar
serviks, penyakit radang panggul, perdarahan uterus disfungsional, prolaps
uterus, maladaptasi pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), produk
kontrasepsi yang tertinggal setelah abortus spontan, abortus terapeutik atau
melahirkan, kanker ovarium atau uterus.Penyebab utama dismenorea primer
adalah adanya prostaglandin F2a (PGF2a) yang dihasilkan oleh endometrium.
PGF2a merupakan hormon yang diperlukan untuk menstimulasi kontraksi uterus
selama menstruasi (Prawiroharjo, 2014).
Penyebab dismenorea dibedakan, menurut klasifikasinya, wanita lebih
sering mengalami dismenorea primer, rendahnya kadar progesteron pada fase
corpus luteum. Hormon progesteron menghambat atau mencegah kontraksi
uterus sedangkan hormon esterogen merangsang kontraktilitas uterus. Di sisi
lain endometrium dalam fase sekresi memperoduksi prostaglandin F2 sehingga
menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika kadar prostaglandin yang

5
berlebihan memasuki peredaran darah maka selain disminorea dapat juga
dijumpai efek lainyaseperti nuasea (mual), muntah, diare, flushing ( respons
involunter (tak terkontrol)dari sistem saraf yang memicu pelebaran pembuluh
kapiler kulit, dapat berubah warna kemerahan atau sensasi panas). Jelasla bahwa
peningkatan kadar prostaglandin memegang pending pada penderita disminore
primer (Anurogo, 2011).
4. Klasifikasi
a. Dismenorea Primer
Dismenorea primer adalah nyeri perut bagian bawah yang terjadipada
saat menstruasi tanpa terdapat gangguan fisik atau penyakit lain. Nyeri
tersebut terjadi akibat adanya jumlah prostaglandin F2αyang berlebihan
pada darah menstruasi, yang merangsang hiperaktivitas uterus. Dismenorea
primer adalah nyeri pada saat menstruasi yang timbul tanpa ditemukan
adanya kelainan patologi pada panggul. Dismenorea primer berhubungan
dengan siklus ovulasi dan disebabkan oleh kontraksi miometrium sehingga
terjadi iskemia akibat adanya prostaglandin yang diproduksi oleh
endometrium pada fase sekresi. Dismenorea seringkali disertai dengan
keluhan mual, muntah, nyeri kepala, atau diare yang diduga timbul karena
prostaglandin (Prawirohardjo, 2014) Dismenorea primer adalah nyeri yang
banyak dialami oleh remaja tanpa kelainan pada alat genital. Menyatakan
bahwa usia 15 tahun – 25 tahun wanita akan mengalami dismenorea primer
dan akan menghilang setalah usia 30 tahun (Lestari, 2013).
b. Dismenorea Sekunder
Dismenorea dapat timbul pada perempuan dengan menometroragia
yang meningkat. Disminorea sekunder berlangsung lebih lama dari pada
dismonor skunder. Dismenorea sekunder adalah nyeri perut yang terjadi
akibat adanyagangguan fisik atau kondisi yang mendasari dan umumnya
terjadi di kalangan wanita berusia 40 tahun sampai 50 tahun. Gangguan
fisikyang terjadi seperti endometriosis, polip uteri, leiomioma, stenosis
serviks, atau penyakit radang panggul (Ernawati,2017).
5. Tanda dan gejala Dismenorea
Gejala utama adalah nyeri, dimulai pada saat wanita menstruasi.Nyeri
bersifat tajam, tumpul, siklik, atau menetap, dapat berlangsung dalam beberapa

6
jam sampai 1 hari. Kadang-kadang, gejala-gejala tersebut dapat lebih lama dari 1
hari tapi jarang melebihi 72 jam. Dismenorea mungkin disertai oleh berbagai
gejala sistemik berupa mual, muntah,diare, kelelahan, perubahan emosional,
nyeri punggung, sakit kepala, bahkan pingsan. Seetenga dari wanita yang
mengalami masa haid ini amat menderita ketika mengalami masa hait ini amat
menderita dan amat menyakitkan(Ernawati,2017).
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Dismenorea
Menurut Sari Purnama, S.D (2020), banyak faktor lain yang
menyebabkan dismenorea primer antara lain:
a. Factor endokrin Pada umumnya kejang yang terjadi pada dismenorea primer
disebabkan oleh kontraksi otot uterus yang berlebihan. Hormone estrogen
merangsang kontraktiltas uterus, sedangkan hormone progesterone
menghambat atau mencegahnya.
b. Faktor konstitusi seperti anemia dan penyakit menahun juga
dapatmempengaruhi timbilnya dismenorea.Saat seseorang menderita anemia
maka sensitivitas tubuh terhadap nyeri akan meningkat.Hipersensitivitas
pada jaringan ini dipengaruhi karena adanya peningkatan kadar
prostaglandin dalam tubuh. Prostaglandin sendiri merupakan zat yang
dihasilkan oleh jaringan yang sedang terluka, sehingga peningkatan
prostaglandin dapat dipengaruhi oleh adanya kerusakan jaringan yang
disebabkan oleh anemia
c. Merokok Rokok adalah stimula yang tidak hanya menyebabkan ketegangan
dalam systemsaraf, tetapi juga mendistorsi produksi hormone yang
menyebabkan produksi prostaglandin yang berlebihan. Oleh karena itu,
wanita perokok lebih cenderung mengalami nyeri menstruasi
d. Kekurangan gizidisebabkan oleh asupan yang kurang pada zat gizi dan diet
yang tidak sehat. Zatgizidibagi dalam dua golongan besar, yaitu: makro
nutrient dan mikro nutrient. Kekurangan zat gizi makro, seperti essensial
fatty acid akan memicu dismenorea , karena essensial fatty acid ini
berfungsi sebagai bahan awal untuk mengatur hormone molekul seperti
molekul (prostaglandin) yang mengatur aktivitas sel. Menurut penelitian
Sari Purnama, S.D. (2020), terdapat hubungan antara zat gizi mikro kalsium
dan vitamin C dengan kejadian dismenorea.

7
e. Stress psikologis dan fisiologis terhadap peristiwa yang mengganggu
keseimbangan seseorang dalam beberapa cara yang menyebabkan
ketidakseimbangan kimia dalam otak yang mengakibatkan menstruasi tidak
teratur atau kram menstruasi
f. Status gizi Wanita yang memiliki berat badan berlebih memiliki resiko dua
kali lebih kuat mengalami nyeri menstruasi daripada wanita yang berat
badan normal. Sedangkan status gizi yang kurang dapat memperparah
keadaan dismenorea tersebut.
g. Usia menarche, Menarche adalah menstruasi pertama terjadi yang
merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil.
Status gizi remaja mempengaruhi terjadinya menarche baik dari fakotr usia
terjadinya menarche, adanya keluhan-keluhan selama menarche maupun
lamanya hari menarche. Usia gadis remaja pada waktu pertama kalinya
mendapat menstruasi (menarche) bervariasi lebar, yaitu antara 10-16 tahun,
tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Statistic menunjukan bahwa usia menarche
dipengaruhi oleh factor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum.

8
Gambar 2.1
Mind Maping Dismenorea

Menstruasi

Peningkatan prostaglandin

Peningkatan frekuensi kontraksi uterus


Penurunan aliran darah ke myometrium

Faktor risiko:
1. Menarche usia muda
2. Periode menstruasi
yang panjang
3. Aliran menstruasi yang
banyak
4. Merokok
5. Riwayat keluarga
dismenore
Adanya keadaan
patologis yang
mendasari Dismenorea

Olahraga:
-Jenis Olahraga
-Frekuensi olahraga
-Durasi Latihan

Kejadian
Dismenorea

B. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Asuhan Kebidanan


1. Pengertian manajemen kebidanan
Manajemen kebidanan adalah satu metode pendekatan pemecahan masalah
yang digunakan oleh bidan dalam proses pemecahan masalah dalam pemberian
pelayanan asuhan kebidanan, atau merupakan proses pemecahan masalah yang
digunakan oleh bidan serta merupakan metode yang terorganisir melalui
tindakan logika dalam memberi pelayanan.

9
2. Tahapan dalam manajemen kebidanan menurut Helen Varney
Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah asuhan kebidanan yang
dimulai dengan pengumpulan data dasar yang diakhiri dengan evaluasi. Tahapan
dalam proses manajemen asuhan kebidanan ada 7 langkah yaitu :
a. Pengkajian dalam pengumpulan data dasar yang lengkap untuk menilai
keadaan klien. Yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan klien,
pemeriksaan fisik, dan catatan riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang,
pemeriksaan laboratorium. Semua data tersebut di atas harus memberikan
informasi yang saling berhubungan dari semua sumber dan menggambarkan
kondisi ibu yang sebenarnya.

b. Identifikasi diagnose/masalah actual.


Menginterprestasikan data secara spesifik mengenai diagnose dan
masalah. Kata diagnose dan masalah selalu digunakan namun keduanya
mempunyai pengertian yang berbeda. Masalah lebih sering berhubungan
dengan apa yang dialami oleh seseorang, menguraikan suatu kenyataan
yang ia rasakan sebagai suatu masalah. Sedangkan diagnose lebih sering
diidentifikasi oleh bidan yang berfokus pada apa yang dialami oleh klien.
c. Antisipasi diagnosa/masalah potensial
Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifakasi faktor-faktor potensial
yang memerlukan antisipasi segera tindakan pencegahan jika
memungkinkan atau waspada sambil menunggu dan mempersiapkan
pelayanan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi.
d. Evaluasi perlunya tindakan segera/kolaborasi
Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus selama
klien dalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini menghasilkan data
baru segera dinilai. Data yang muncul dapat menggambarkan suatu keadaan
darurat dimana bidan harus segera bertindak untuk menyelamatkan klien.
e. Rencana asuhan kebidanan
Rencana tindakan konfrehensif bukan hanya meliputi kondisi klien serta
hubungannya dengan masalah yang dialami klien akan tetapi meliputi
antisipasi dengan bimbingan terhadap klien, serta konseling, bila perlu
mengenai ekonomi, agama, budaya, atau masalah psikologis. Rencana

10
tindakan harus disetujui klien, oleh sebab itu harus didiskusikan dengan
klien. Semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang
relevan dan diakui kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus
dianalisa secara teoritis.
f. Pelaksanaan asuhan kebidanan (Implementasi)
Pelaksanaan rencana asuhan kebidanan (Implementasi) dilaksanakan oleh
bidan dan sebagian dilaksanakan oleh ibu sendiri, dan anggota tim
kesehatan lainnya berdasarkan rencana yang ditetapkan.
g. Evaluasi asuhan kebidanan
Langkah akhir kebidanan adalah evaluasi, namun sebenarnya evaluasi ini
dilakukan pada setiap langkah kebidanan. Pada tahap evaluasi bidan harus
mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kebidanan yang diberikan
kepada klien. (Varney, 2019:1958).
3. Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)
a. Data subjektif
Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata mencakup
nama, umur, pekerjaan,status perkawinan, pendidikan serta keluhankeluhan
yang diperoleh dari hasil wawancara langsung pada klien atau keluarga dan
tenaga kesehatan lainnya.
b. Data Objektif
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi,
palpasi, auskultasi, perkusi, serta pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan laboratorium.
c. Assesmen/Diagnosa
Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah
yang mencakup kondisi tersebut. Penegakan diagnose kebidanan dijadikan
sebagai dasar tindakan dalam upaya menanggulangi ancaman keselamatan
ibu.
d. Planning/Perencanaan
Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh
bidan dalam melakukan intervensi untuk mencegah masalah pasien/klien.
(Wahyuningsih, 2018:267).

11
C. Teori Evidence Based Midwifery(EBM)
1. Pengertian
Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan
pengalaman atau kebiasaaan semata.
Evidence based midwifery adalah pemberian informasi kebidanan
berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan (Gray,
1997).
Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil
penelitian dan pengalaman praktik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia.
Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi (Jayanti,
2020).
2. Manfaaat Evidence based Midwifery dalam Praktik Kebidanan
Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan evidence
based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi angka kematian ibu
hamil dan risiko-risiko yang dialami selama persalinan bagi ibu dan bayi serta
bermanfaat juga untuk memperbaiki keadaan kesehatan masyarakat.
3. Kategori Evidence Based Menurut World Health Organization (2017)
Menurut WHO, Evidence based terbagi sebagai berikut:
a. Evidenve-based Medicine adalah pemberian informasi obat-obatan
berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan. Temuan
obat baru yang dapat saja segera ditarik dan peredaran hanya dalam waktu
beberapa bulan setelah obat tersebut dipasarkan, karena di populasi terbukti
memberikan efek samping yang berat pada sebagian penggunanya.
b. Evidence-based Policy adalah satu sistem peningkatan mutu pelayanan
kesehatan dan kedokteran (Clinical Governance): suatu tantangan profesi
kesehatan dan kedokteran di masa mendatang.
c. Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan
berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.
d. Evidence based report adalah mgmpakan bentuk penulisan laporan kasus
yang baru berkembang, memperlihatkan bagaimana hasil penelitian dapat
diterapkan pada semua tahapan penatalaksanaan pasien.

12
4. Sumber Evidence Based
Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari internet
maupun berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin, atau CD. Situs
internet yang ada dapat diakses, ada yang harus dibayar namun banyak pula
yang public domain
5. Evidece Based Midwifery pada kasus
a. An update and systematic review on the treatment of primary dysmenorrhea
(Shargi, et all, 2019)
Dismenorea primer adalah kontraksi uterus yang menyakitkan akibat
laserasi endometrium. Terapi obat dan pengobatan komplementer telah
digunakan untuk mengobati dismenorea. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menyelidiki dan menawarkan perspektif terbaru tentang pengobatan
dismenorea.
Ulasan ini mencakup 17 makalah, 10 di antaranya tentang pengobatan
komplementer, tiga tentang terapi obat, dan empat tentang akupunktur dan
akupresur. Sampel terbesar dan terkecil masing-masing memiliki 303 dan 24
pasien. Lama pengobatan berkisar dari satu sampai enam bulan dan ukuran
yang paling umum digunakan dalam penelitian adalah skala analog visual
dan kemanjuran klinis. Komplikasi yang dilaporkan termasuk kejadian
gastrointestinal, mual, muntah, diare, sakit perut, dan gangguan hati dan
ginjal.
Tanaman obat, obat-obatan, dan akupresur tampaknya menekan rasa
sakit dengan mengurangi tingkat prostaglanin, memediasi oksida nitrat,
meningkatkan kadar beta-endorfin, memblokir saluran kalsium, dan
meningkatkan aliran sirkulasi melalui jalur uterus. Uji coba lebih lanjut
diperlukan untuk memastikan manfaat dari prosedur yang dijelaskan dan
memastikan tidak adanya komplikasi
b. Dysmenorrhea and related disorders (Mariagiulia Bernardi, 2017)
Dismenore adalah gejala umum sekunder dari berbagai penyakit ginekologi
gangguan, tetapi juga diwakili di sebagian besar wanita sebagai bentuk
utama dari penyakit. Nyeri yang berhubungan dengan dismenore disebabkan
oleh hipersekresi prostaglandin dan peningkatan kontraktilitas uterus. yang
utama dismenore cukup sering pada wanita muda dan tetap dengan baik

13
prognosis, meskipun dikaitkan dengan kualitas hidup yang rendah. Yang
sekunder bentuk dismenore berhubungan dengan endometriosis dan
adenomiosis dan dapat mewakili gejala utama. Diagnosis dicurigai atas dasar
dari riwayat klinis dan pemeriksaan fisik dan dapat dikonfirmasi dengan:
USG, yang sangat berguna untuk menyingkirkan beberapa penyebab
sekunder dari dismenore, seperti endometriosis dan adenomiosis. Perawatan
pilihan termasuk obat anti-inflamasi non-steroid sendiri atau dikombinasikan
dengan kontrasepsi oral atau progestin.
c. Management of Primary Dysmenorrhea among University Students in the
South of Spain and Family Influence (Pichardo, 2020)
Penelitian ini menganalisis manajemen dismenorea primer oleh
mahasiswa di selatan Spanyol. Dalam studi observasional cross-sectional ini,
224 wanita berpartisipasi, menggunakan kuesioner laporan diri ad hoc
tentang nyeri haid dan perawatan diri dan termasuk variabel sosiodemografi
dan ginekologi. Sekitar 76,8% peserta mengonsumsi analgesik dan sebagian
besar mengobati sendiri dengan obat antiradang nonsteroid (NSAID) tanpa
berkonsultasi dengan ahli kesehatan, dengan korelasi antara intensitas nyeri
dan jumlah pil yang tertelan selama menstruasi ( r = 0,151, p < 0,05).
Proporsi wanita yang menemukan analgesia lebih tinggi e ff Efektif adalah
mereka yang minum obat setelah diresepkan oleh penyedia layanan
kesehatan (60,8%) dibandingkan dengan mereka yang mengobati sendiri
(40%; p < 0,01). Hanya 43,8% menggunakan metode non-farmasi, posisi
antalgik paling umum, pijat dan panas lokal. Pilihan ini tidak terkait dengan
intensitas nyeri haid atau dengan tingkat keparahan dismenorea, juga tidak
metode yang paling umum ini terbukti paling efektif. ff efektif. Namun,
persentase wanita yang menggunakan metode non-farmakologis lebih tinggi
ditemukan pada wanita dengan anggota keluarga yang menginginkan ff ering
karena dismenorea (73,2%) dibandingkan dengan mereka yang tidak (60%;
p = 0,040), yang mungkin menunjukkan bahwa pilihan pengobatan lebih
terkait dengan belajar perawatan diri dalam konteks keluarga. Penelitian ini
mengidentifikasi kebutuhan pendidikan tentang perawatan diri dan
manajemen nyeri haid.

14
d. Pengaruh Pemberian Kompres Air Hangat Terhadap Dismenorea Pada
Remaja Putri Di Smk Penerbangan Angkasa Singosari Malang (Mahua,
dkkl, 2018)
Menstruasi merupakan suatu tanda mulai matangnya organ reproduksi
pada remaja. Ovulasi dan menstruasi regular mulai terjadi pada usia antara
6-14 bulan setelah menarche. Menstruasi biasanya identik dengan
dismenorea, sebagian wanita mengalami nyeri saat menstruasi dan
mengalami gangguan fisik dan emosi menjelang masa ini, nyeri ini dikenal
dengan istilah dismenorea. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi pengaruh pemberian kompres air hangat terhadap
dismenorea pada remaja putri di SMK Penerbangan Angkasa Singosari
Malang. Desain penelitian ini adalah pra eksperimental dengan
menggunakanone group pretest-postest. Jumlah populasi sebanyak 50
responden dan sampel diambil secara purposive sampling dengan jumlah 16
responden. Instrument yang digunakan adalah kuisioner dan lembar
observasi Numerical Rating Scale (NRS) dengan menggunakan analisa
datawilcoxon signed rank test. Hasil penelitian menunjukan bahwa setelah
diberikan kompres air hangat terdapat penurunan tingkat nyeri sedang dari
75% menjadi 18,8% responden dan terdapat 12,5% responden yang nyeri
nya hilang. Uji analisis dengan wilcoxon signed rank test menunjukkan nilai
Sig.(2-tailed) sebesar 0,001 dan nilai Z= -3,317. Hasil ini menunjukkan
bahwa (p-value < 0,05) artinya terdapat pengaruh yang signifikan dan efektif
terhadap penurunan tingkat nyeri dismenorea pada remaja putri di SMK
Penerbangan Angkasa Singosari. Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat
disimpulkan bahwa pemberian terapi kompres air hangat dapat menurunkan
nyeri dismenorea sehingga memberikan efek nyaman pada responden. Perlu
dilakukan pemberian terapi kompres air hangat 15-20 menit pada klien yang
mengalami dismenorea.
e. Efektivitas Terapi Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Dismenorea
Pada Remaja Di Bandung (Maidartati, 2018)
Menstruasi merupakan salah satu tanda remaja putri mengalami
pubertas. Menstruasi seringkali menimbulkan nyeri pada remaja putri,
terutama dibagian perut yang menjalar hingga ke paha, rasa nyeri ini disebut

15
dismenorea. Hal tersebut dapat membuat konsentrasi belajar remaja putri
berkurang sehingga dismenorea perlu diatasi. Cara mengatasi dismenorea
ada 2 yaitu secara farmakologis (menggunakan obat-obatan) dan secara non
farmakologis, salah satunya kompres hangat. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektivitas kompres hangat terhadap dismenorea pada remaja
putri. Desain penelitian ini berupa Pra-Eksperimen dengan menggunakan
pendekatan One-Group Pra test- Post test Design. Sampel remaja putri kelas
VII dan VIII yang mengalami dismenorea sebanyak 47 siswi pada bulan Juli
- Agustus tahun 2017. Teknik sampling penelitian ini adalah Purposive
Sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan thermometer air, lembar
observasi skala nyeri dismenorea Numerik Rating Scale (NRS) dan lembar
informed consent. Berdasarkan hasil distribusi frekuensi diketahui bahwa
sebelum dilakukannya intervensi (pemberian kompres hangat) tingkat
dismenorea (nyeri haid) sebagian dikategorikan nyeri sedang yaitu 23 orang
(48.9%), sebagian kecil dikategorikan nyeri ringan 14 orang (29,8%), dan
nyeri berat 10 orang (21,3%), serta tidak satupun yang dikategorikan tidak
nyeri & nyeri sangat berat. Setelah dilakukan terapi kompres hangat,
sebagian besar yang mengalami nyeri ringan yaitu 33 orang (70.2%),
sebagian kecil dikategorikan nyeri sedang 13 orang (27.7%), dan sangat
sedikit dikategorikan tidak nyeri 1 orang (2,1%). Setelah di Uji Wilcoxon
Signed Ranks. Hasil penelitian ini menunjukkan P-value = 0,000 dimana P-
value < 0,05, sehingga Ho ditolak, artinya terdapat efektivitas pemberian
kompres hangat penurunan nyeri haid (dismenorea) pada remaja usia 13-15
Kota Bandung
f. Pengaruh Pemberian Kompres Air Hangat Tehadap Penurunan Intesitas
Dismenorea Primer Pada Mahasiswi AKBID Pondok Pesantren Assanadiyah
Palembang(Asmarani all, 2020)
World Health organizatioan (WHO) menerangkan bahwa angka
kejadian dismenorea di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50%
perempuan di setiap negara mengalami dismenorea. Dismenorea adalah
nyeri saat menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun acapkali mengganggu
bagi wanita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

16
pemberian kompres air hangat tehadap penurunan intesitas dismenorea
primer. Penelitian ini merupakan eksperimental dengan rancangan one group
pretest-posttest design. Penelitian ini dilaksanakan di AKBID Pondok
Pesantren Assanadiyah pada 28 Oktober – 27 November 2019. Populasi
penelitian adalah seluruh mahasiswi Akademi Kebidanan pondok pesantren
Assanadiyah. Sampel sebanyak 25 responden yang dipilih dengan teknik
purposive sampling. Instrumen penelitian menggunakan skala nyeri. Alat
dan bahan yang dipakai adalah buli-buli panas beserta sarungnya, perlak,
pengalas, termos dan air panas, termometer air, jam dan lap kerja. Hasil uji
statistik perbedaan rata-rata intensitas dismenorea primer sebelum dan
sesudah dilakukan kompres air hangat selama 10, 15 dan 20 menit
didapatkan nilai p-value = 0,000 yang berarti bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara intensitas dismenorea primer sebelum dan sesudah kompres
air hangat. Kesimpulan bahwa pemberian kompres air hangat dapat
menurunkan intensitas dismenorea dan memberi efek nyaman pada
responden.

17
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN REMAJA


PADA NN. V UMUR 18 TAHUN

I. PENGKAJIAN DATA
A. Data Subjektif
1. Identitas Pasien Identitas Wali Pasien
Nama : Nn. V Nama : Ny. S
Umur : 18 tahun Umur : 36 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Melayu Suku Bangsa :Melayu
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar Pekerjaan : IRT
Alamat : RT. 15 Kenali Besar
2. Keluhan Utama
Nn.V mengatakan nyeri perut yaitu kram di bagian bawah perut, yang
terkadang menjalar hingga ke punggung bagian bawah dan paha.
3. Data Kebidanan
a. Riwayat Menstruasi
1) Menarche : 12 tahun
2) Siklus : ± 28 hari teratur
3) Lama : 6-7 hari
4) Banyaknya : ganti pembalut 2x/hari
5) Bau : bau anyir
6) Keluhan : nyeri perut kadang-kadang pada hari 1-2
4. Data Kesehatan
a. Riwayat penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita
1) Jantung : Nn. V mengatakan tidak merasa berdebar-debar
saat melakukan aktifitas ringan dan tidak berkeringat
dingin ditelapak tangan.

25
2) Ginjal : Nn. V mengatakan tidak pernah merasa
sakit pinggang dan saat buang air kecil tidak sakit.
3) Asma : Nn. V mengatakan tidak pernah sesak nafas.
4) TBC : Nn. V mengatakan tidak pernah batuk
berkepanjangan selama 3 bulan.
5) Hepatitis : Nn. V mengatakan pada mata, kuku, dan kulit
tidak pernah berwarna kuning.
6) Hipertensi : Nn. V mengatakan tidah pernah merasakan
sakit kepala hebat, pandangan kabur, dan tekanan darah
> 140/90 mmHg.
b. Riwayat penyakit ginekologi
Nn. V mengatakan tidak pernah merasakan gejala rasa sakit,
benjolan, luka, serta keluarnya cairan nanah di kemaluan, Nn.V
mengatakan hanya merasakan nyeri pada perut bawah saat menstruasi.
5. Data kebutuhan dasar
a. Pola nutrisi
Nn. V mengatakan makan 2 x/hari dan tidak pernah sarapan porsi
sedang, jenis makanan nasi, lauk, dan lebih suka makanan instan, kurang
suka makan sayur serta minum 6-7 gelas/hari jenis air putih dan teh.
b. Pola eliminasi
Nn. V mengatakan BAB 1 kali/hari konsistensi lembek serta BAK 3-
5 kali/hari, warna urine kuning jernih, bau khas urine.
c. Aktifitas
Nn. V mengatakan sehari-hari sekolah, membantu pekerjaan orang
tua, dan bermain.
d. Istirahat / Tidur
Nn. V mengatakan jarang tidur siang dan tidur malam 6 - 7 jam per hari.
e. Personal Hygiene
Nn. V mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 3x sehari, ganti
pakaian 2x sehari dan keramas 3x dalam seminggu, memakai cairan
pembersih vagina.

26
6. Data psikososial
a. Pengetahuan tentang gangguan/penyakit yang diderita
Nn. V mengatakan belum mengetahui penyebab nyeri perut saat
menstruasi.
b. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
Nn. V hanya mengetahui bahwa harus menjaga kebersihan area
kewanitaannya, tetapi tidak mengetahui tentang alat reproduksi dan
gangguan reproduksi yang mungkin terjadi.
c. Dukungan keluarga
Keluarga dan kerabat selalu mendukung Nn.V untuk cepat sembuh
dan kembali pulih seperti semula, dimana Nn. V selalu ditemani oleh
keluarga dan kerabat saat memerlukan bantuan dan memenuhi
kebutuhannya.
d. Keadaan psikologi
Nn.V mengatakan cemas dengan kondisinya, karena takut terjadi
gangguan kesehatan yang serius dan mengganggu proses belajar.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TB : 155 cm
d. BB : 44 kg
e. TTV :
TD : 90/60 mmHg S : 36,7˚C
N : 80 x/menit R : 20 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Rambut : Bersih, tidak berketombe, dan tidak mudah
rontok.
2) Muka : Bersih, tidak oedema
3) Mata : Conjungtiva pucat, sclera putih
4) Hidung : Bersih, tidak ada secret dan tidak ada benjolan.
5) Telinga : Simetris, bersih, dan tidak ada serumen.

27
6) Mulut / gigi / gusi : Bibir kering, bersih, tidak Stomatitis, tidak
caries, tidak bengkak dan tidak berdarah.
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar gondok, tidak ada
pembesaran vena, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
c. Dada dan Axilla
1) Dada : Normal, simetris
2) Mammae
a) Membesar : Normal, tidak teraba benjolan abnormal.
b) Simetris : Simetris kanan dan kiri.
3) Axilla
a) Benjolan : Tidak ada benjolan.
b) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan.
4) Abdomen
a) Benjolan : Tidak ada benjolan atau pembesaran
abnormal
b) Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan.
c) Bekas luka operasi : Tidak ada bekas operasi.
5) Genitalia
a) Vulva Vagina
(1) Varices : Tidak ada varices.
(2) Luka : Tidak ada luka.
(3) Kemerahan : Tidak ada kemerahan.
(4) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan.
(5) Kelenjar Bartholini :Tidak ada pembesaran.
(6) PPV : Terdapat pengeluaran pervaginan
dari darah merah pembalut penuh.
b) Anus : Tidak ada Haemoroid.
6) Ektremitas : atas : tidak oedema
Bawah : tidak oedema, tidak ada varies

28
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
Golongan Darah O+ A, AB, B, O
Hemoglobin 12 L : 14 – 18 g/Dl
P : 12 – 16
C. Analisa Data
1. Diagnosa
Nn. V umur 18 tahun dengan dismenorea.
2. Masalah
Nyeri dan susah konsentrasi
3. Kebutuhan
KIE tentang dismenorea dan menu gizi seimbang
D. Penatalaksanaan
Hari/Tanggal : Sabtu, 17 September 2022 Jam : 10.10 WIB
1. Memberitahu Nn. V dan keluarga tentang kondisinya bahwa Nn. V
mengalami dismenorea
Rasionalisasi : Hak –hak pasien untuk memperoleh informasi
untuk kondisi dan keadaan apa yang dia alami (Sarwono, 2018)
Evaluasi : pasien dan keluarga mengerti hasil pemeriksaan, mengerti
tentang penyebab dan cara untuk mengatasi masalah dismenorea.
2. Menganjurkan Nn. V untuk melakukan kompres air hangat di daerah yang
nyeri dengan menggunakan botol yang dibungkus kain dan di tempel di
daerah yang sakit.
Rasionalisaasi : panas dari botol panas kedalam perut yang akan
melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan ketegangan otot sehingga
akan menurunkan nyeri pada wanita yang mengalami dismenorea.
Evaluasi :pasien dan keluarga tahu tentang cara mengatasi nyeri perut
3. Menganjurkan konsumsi menu gizi seimbang dengan perbanyak makan
yang mengandung protein tinggi dan mengurangi makanan tinggi gula dan
karbohidrat.

29
Rasionalisasi : konsumsi menu gizi seimbang dengan perbanyak makan
buah dan sayur merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah.
Evaluasi : klien telah mengetahui manfaat konsumsi gizi seimbang dan
bersedia untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang yang tinggi protein.
4. Menganjurkan klien untuk mengurangi konsumsi makanan instant
Rasionalisasi : konsumsi mananan instant selain nilai gizi yang kuranng dan
banyak bahan pengawet dapat mengganggu kesehatan tubuh apalagi pada
anak- anak dengan masa pertumbuhan.
Evaluasi : klien sudah mengetahui bahaya makanan instant dan berjanji
akan mengurangi konsumsi makanan instant.
5. Menganjurkan selalu sarapan sebelum melakukan aktifitas.
Rasionalisasi : sarapan sangat penting karena dapat meningkatkan
produktifitas dan konsentrasi untuk melakukan aktifitas sehari- hari.
Evaluasi : Klien mengerti pentingnya sarapan dan akan mulai melakukan
sarapan sebelum melakukan aktifitas.
6. Menganjurkan untuk olahraga rutin 3 kali/minggu dengan lama 30 menit.
Rasionalisasi : olahraga rutin dapat membuat tubuh bugar sehingga system
tubuh bekerja dengan baik sehingga dapat mengurangi keluhan yang
dirasakan dan mencegah gangguan haid kembali.
Evaluasi : klien bersedia mengikuti saran yang diberikan.
7. Memberikan terapi farmakologi untuk mengobati dismenorea.
Asam Mefenamat 500 mg x/ 3x1
Vitamin C 50 mg x/ 1x1
Rasionalisasi : konsumsi Asam mefenamat dapa meredakan nyeri perut
pada remaja.
Evaluasi : klien sudah pahan dan bersedia mengikuti saran yang diberikan.
8. Menganjurkan istirahat cukup.
Rasionalisasi : istirahat yang cukup dapat memulihkan kesehatan dan
konsentrasi sehingga aktifitas selalu terjaga
Evaluasi : klien sudah pahan dan bersedia mengikuti saran yang diberikan.

30
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang dismenorea dengan kajian teori jurnal/Evidence
Based Kebidanan (EMB).
Pada Nn.V ditemukan diagnose dismenorea dengan keluhan utama kram di bagian
bawah perut, yang terkadang menjalar hingga ke punggung bagian bawah dan paha. Hal
ini sesuai dengan teori dimana dismenorea berarti nyeri perut pada perut bawah
sebelum, selama dan sesudah menstruasi. Bersifat kolik terus menerus (Karim, 2019).
Dismenorea merupakan gangguan fisik yang berupa nyeri (kram perut). Dismenorea
merupakan nyeri sebelum, sewaktu, dan sesudah menstruasi . Gangguan ini biasanya
mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya perdarahan menstruasi dan dapat terasa 24
–36 jam. Kram tersebut terutama dirasakan di daerah perut bagian bawah menjalar ke
punggung atau permukaan dalam paha. Pada kasus dismenoreaberat nyeri kram dapat
disertai dengan muntah dan diare (Andira, 2020).
Pada implementasi Nn.V dianjurkan untuk melakukan kompres air hangat, hal ini
sesuai dengan teori penurunan nyeri haid bisa dilakukan dengan cara non farmakologis,
salah satunya dengan Kompres dengan botol panas (hangat) pada bagian yang terasa
kram di perut atau pinggang bagian belakang (Safitri, 2014). Hal ini sejalan dengan
penelitian Maidartati (2018) dimana terdapat perbedaan penurunan nyeri haid pre dan
post pada remaja putri SMPN 31 Bandung yang mengalami dysmenorrhea dengan
kompres hangat selama 10 menit dengan suhu air 45°C. Penelitian Mahua, dkk (2018)
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dan efektif terhadap penurunan
tingkat nyeri dismenorea pada remaja putri di SMK Penerbangan Angkasa Singosari.
Hal ini diperkuat oleh penelitian Asmarani (2020) yang menyatakan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara intensitas dismenorea primer sebelum dan sesudah
kompres air hangat. Artinya bahwa pemberian kompres air hangat dapat menurunkan
intensitas dismenorea dan memberi efek nyaman pada responden.
Penelitian lain yang dilakukan Pichardo di University of Huelva, Huelva, Spanyol
menyatakan bahwa pada kelompok wanita yang menggunakan obat untuk meredakan
nyeri saat menstruasi sebanyak 83,1% melaporkan analgesik NSAID efektif, 81,8% dari
mereka yang memakai parasetamol dan 70% dari mereka yang mengonsumsi analgesik
dan spasmolitik non-NSAID lainny, sedangkan kelompok wanita yang menggunakan

31
terapi non farmakologi seperti 100% kepuasan dari mereka yang menggunakan
akupresur, akupunktur, aromaterapi, mengenakan korset, berolahraga, berhubungan
seksual, mengonsumsi ganja atau bermeditasi; 90% dari mereka yang menggunakan
terapi musik merasa puas; 88,9% di antaranya menggunakan teknik relaksasi; 87,5%
dari mereka menggunakan panas lokal, 77,6% dari mereka menggunakan pijat; 76,9%
dari mereka yang menggunakan teknik posisi antalgik; 73,3% dari mereka yang
mendengarkan musik dan 60% dari mereka yang menonton televisi sebagai alat
mengalihkan fikiran dan Sekitar 85% peserta yang menggunakan kombinasi metode
farmasi dan non-farmasi melaporkan efektif.
Menganjurkan Nn.V untuk mengkonsumsi gizi seimbang, mengurangi makanan
instans dan sarapan sebelum melakukan aktivitas. konsumsi menu seimbang dapat
memelihara kesehatan tubuh karena Kebutuhan gizi remaja, relatif besar, karena remaja
masih mengalami masa pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas
fisik lebih tinggi dibandingkan dengan usai lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang
lebih banyak (Adriani, 2016). Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk remajalaki-laki usia
13-17tahun yang di butuhkan energi berkisar antara 2.400-2.650 kkal, protein berkisar
antara 70-75 gr, lemak berkisar antar 80-85gr, dankarbohidrat berkisar antar 350-400gr.
Sedangkan untuk remajaperempuan usia 13-17tahun, energi yang diperlukan berkisar
antara2.050-2.100kkal, proteinnya 65 gr, lemak 70 gr, dan karbohidrat 300gr
(Permenkes, 2019).
Pemberian terapi nonfarmakologi yaitu asam mefenamat 500 mg dan vitamin C 50
gr untuk mengurangi rasa sakit jika rasa sakit sudah mengganggu aktivitas sehari-hari.
Asam mefenamat merupakan terapi farmakologis yang sering digunakan oleh
perempuan dismenore untuk mengurangi ketidaknyamanan nyeri haid
dengan menginhibisi enzim siklooksigenase (COX-2) yang dapat mencegah
pembentukan asam arakidonat serta prostaglandin yang akan menstimulasi kontraksi
atau nyeri saat haid. Sedangkan mengkonsumsi vitamin C dapat berperan
dalam memperlancar siklus menstruasi. Saat haid, kadar zat besi dalam tubuh akan
berkurang akibat darah yang keluar. Zat besi yang terus berkurang atau asupannya tidak
terpenuhi akan berdampak pada kesuburan. Sesuai dengan penelitian Kiki (2020)
efektivitas asam mefenamat terhadao penurunan nyeri dismenorea berdasar NRS
didapatkan hasil uji statistic rata-rata penurunan 4.50 dari data pretest-posttest
kelompom uji sedangkan pada kelompok control penurunan 2.50 pada data pretest-

32
postest. Hasil perbandingan tiap kelompok uji nilai signifikansi p=0.002 bahwa terdapat
perbedaan penurunan intensitas nyeri haid. Asam mefenamat memiliki efektivitas yang
baik terhadap penurunan nyeri haid dibandingkan dengan control (placebo).
Dari uraian diatas dapat diartikan bahwa dismenorea dapat diatasi dengan 2 cara
yaitu secara farmakologi dan nonfarmakologi, secara farmakologi menggunakan obat-
batan sedangkan secara ninfarmakologi dapt dilakukan dengan kompres hangat,
akupresur, terapi musik, mengalihkan fikiran, pijat dan berolahraga.

33
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada Nn. V 18 tahun dengan dismenorea,
penulis telah mampu melakukan pengkajian dengan baik. pengkajian tersebut
didapat dari pengumpulan data yaitu dari data subjektif dan objektif pasien di
mana dari data pasien yaitu pasien bernama Nn. V 18 tahun dengan dismenorea.
Data objektif dilihat dari keadaan umum baik kesadaran composmentis dan TTV
dalam batas normal.
2. Penulis telah mampu melakukan interpretasi data dengan menentukan diagnosa
kebidanan Nn. V 18 tahun dengan dismenorea, yang didapat dari data subjektif
dan objektif dari hasil pengkajian. Pada kasus ini Nn. V tidak mengalami
masalah apapun.
3. Penulis telah mampu mengidentifikasi tidak ada diagnosa atau masalah potensial
yang mungkin akan terjadi pada Nn. V hal ini ditunjukkan dengan keluhan yang
dialami oleh Nn. V merupakan keluhan yang normal terjadi pada remaja
sebelum dan sesudah menstruasi.
4. Penulis telah mampu mengidentifikasi tidak ada tindakan segera terhadap
keluhan Nn. V, hal ini dikarenakan keluhan yang dialami oleh Nn. V merupakan
keluhan yang normal terjadi pada remaja sebelum dan sesudah menstruasi.
5. Penulis telah mampu memberikan rencana asuhan kebidanan terhadap Nn. V 18
tahun dengan dismenorea sesuai dengan asuhan yang diberikan yaitu dengan
memberikan informasi yang tepat mengenai keluhan yang dialami dan cara
penatalaksanaan yang tepat sesuai dengan keluhan yang dialami ibu.
6. Penulis telah mampu melakukan pelaksanaan yang telah dilakukan sesuai
dengan rencana asuhan kebidanan yang diberikan.

34
B. Saran
1. Bagi Lahan Praktik
Dalam memberikan pelayanan kebidanan Khususnya remaja, bidan yang
bertugas di Puskesmas hendaknya selalu memberikan KIE kepada klien sesuai
dengan kebutuhannya. KIE tersebut dapat berupa Edukasi dan Motivasi kepada
klien agar peduli terhadap kesehatannya dan melakukan penanganan non
farmakologi terhadap dismenorea.
2. Bagi Instutusi
Dapat memberikan pembekalan sebelum mahasiswa diturunkan ke lahan
praktik sesuai dengan tujuan kompetensi yang ingin dicapai sehingga mahasiswa
dapat lebih mudah menggali dan menerapkan ketampilan sesuai dengan teori
yang telah dipelajari.

35
DAFTAR PUSTAKA

Andira, 2020. Disemnorea dan cara penanganannya. Penerbi Pustaka Press Yogyakarta

Ayu Asmarani. (2020). Pengaruh Pemberian Kompres Air Hangat Tehadap Penurunan
Intesitas Dismenorea Primer Pada Mahasiswi AKBID Pondok Pesantren
Assanadiyah Palembang. Kampurui Jurnal Kesehatan Masyarakat, 02(02), 13–19.

Badan Pusat Statistik dan Macro Internasional. 2015. Survei Kesehatan Reproduksi
Remaja Indonesia 2015. Jakarta.

Idayanti, T., Su’idah, H., Haryanto, D. K., Sari, S. M., Mardiana, H. R., & Virgia, V.
(2018). Influence of Dysmenorrhea Gymnastic on Menstrual Pain To 8Th Grade
Students of Smpn 2 Sooko District Mojokerto. International Journal of Nursing
and Midwifery Science (Ijnms), 2(01), 12–19.
https://doi.org/10.29082/ijnms/2018/vol2/iss01/80

Karim, 2019. Kesehatan Reproduksi. Penerbit Nuha Medika Yogyakarta

Kumalasari I dan Andhyantoro I. 2018. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba


Medika.

Katharini, dkk. 2017. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta; Trans Info Media

Kusmiran E. 2013. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba


Medika.

Mahua, H., Mudayatiningsih, S., & Perwiraningtyas, P. (2018). Pengaruh Pemberian


Kompres Air Hangat Terhadap Dismenorea Pada Remaja Putri Di SMK
Penerbangan Angkasa Singosari Malang Hawa. Nursing News, 3(1), 259–268.
https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/article/view/787

Maidarti, Hayati, S., & Hasanah, A. P. (2018). Efektivitas Terapi Kompres Hangat
Terhadap Penurunan Nyeri Dismenorea Pada Remaja Di Bandung. Jurnal
Keperawatan BSI, VI(2), 156–164.

36
Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2015. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Ed 4.
Jakarta: EGC

Murtiningsi, 2015. Kesehatan Remaja. Penerbit Pustaka Press Bandung

Parra-Fernández, M. L., Onieva-Zafra, M. D., Abreu-Sánchez, A., Ramos-Pichardo, J.


D., Iglesias-López, M. T., & Fernández-Martínez, E. (2020). Management of
primary dysmenorrhea among university students in the south of spain and family
influence. International Journal of Environmental Research and Public Health,
17(15), 1–13. https://doi.org/10.3390/ijerph17155570

Ramli, 2018. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita Usia Subur. Penerbit Nuha
Medika Yogyakarta

Syafni, 2018. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Permasalahannya. Penerbit Poltekkes


Kemenkes Yogyakarta

Sharghi, M., Mansurkhani, S. M., Ashtary-Larky, D., Kooti, W., Niksefat, M.,
Firoozbakht, M., Behzadifar, M., Azami, M., Servatyari, K., & Jouybari, L. (2019).
An update and systematic review on the treatment of primary dysmenorrhea.
Jornal Brasileiro de Reproducao Assistida, 23(1), 51–57.
https://doi.org/10.5935/1518-0557.20180083

37

Anda mungkin juga menyukai