Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS

IKTERUS NEONATORUM

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. S


UMUR 7 HARI DENGAN SC KOMPLIKASI IKTERUS
DI RSUD DORIS RUANG PERINATOLOGI KOTA PALANGKA RAYA

Disusun oleh :
Kristina Erna Maya Yona 2019.A.100808

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2021/2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Kasus

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. S


UMUR 7 HARI DENGAN SC KOMPLIKASI IKTERUS
DI RSUD DORIS RUANG PERINATOLOGI KOTA PALANGKA RAYA

Telah memenuhi syarat dan disetujui untuk dijadikan sebagai Laporan Kasus
Asuhan Kebidanan di RSUD Doris Ruang Perinatologi Kota Palangka Raya
Tanggal 17 Desember 2021

Dipersiapkan dan disusun oleh:


Kristina Erna Maya Yona 2019.A.100808

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan

Crishdianti Yulita S,Tr, M,Tr Keb Reni Sidabarida SST, bd

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan laporan
kasus ini dapat diselesaikan. Laporan kasus Ini disusun dengan judul
“Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny. S Umur 7 Hari dengan SC Komplikasi
Ikterus di RSUD Doris Ruang Perinatologi Kota Palangka Raya.”
Tentu banyak kekurangan yang masih luput dari pencermatan saya,
semata-mata kekurangmampuan saya dalam hal bahasa ataupun penguasaan
materi. Kritik, masukan, dan saran yang membangun sangat diharapkan oleh
saya demi perbaikan laporan kasus ini.
Demikian makalah ini saya susun semoga bermanfaat bagi semua.

Palangka Raya, 17 Desember 2021

Penulis

DAFTAR ISI

iii
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv
BAB I: PENDAHULUAN............................................................................... 6
Latar Belakang........................................................................................ 6
Tujuan...................................................................................................... 6
Manfaat.................................................................................................... 7
BAB II: TINJAUAN TEORI............................................................................ 8
Konsep Medis.......................................................................................... 8
Pengertian............................................................................................. 9
Batas Ikterus......................................................................................... 9
Etiologi................................................................................................. 10
Penilaian............................................................................................... 11
Kern-Ikterus.......................................................................................... 11
Patofisiologi.......................................................................................... 11
Konsep Asuhan Kebidanan..................................................................... 12
Pengkajian............................................................................................. 12
Interpretasi Data.................................................................................... 16
Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial....................................... 16
Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera.................................... 16
Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh............................................ 16
Pelaksanaan........................................................................................... 16
Terapi.................................................................................................... 17
Tranfusi Tukar Darah........................................................................... 18
Evaluasi................................................................................................. 18
Langkah Promotif dan Preventif........................................................... 18
BAB III: TINJAUAN KASUS......................................................................... 20
BAB IV: PEMBAHASAN............................................................................... 35
BAB V: PENUTUP.......................................................................................... 38

iv
Kesimpulan.............................................................................................. 38
Saran........................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 39

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu tujuan dari Millenium Development Goal’s adalah
menurunkan angka kematian bayi (MDG’s, 2003). Angka Kematian Bayi
(AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per 1000 kelahiran
hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan tingkat
permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab
kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat
keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial
ekonomi (Dinkes Jawa Tengah, 2012).
AKB di Indonesia pada tahun 2012 adalah 32 kematian per 1.000
kelahiran hidup (SDKI, 2012). AKB di Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar
10,75/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi di Jawa Tengah
diantaranya masalah pada neonatal seperti afiksi (sesak napas saat lahir), bayi
lahir dengan berat badan rendah serta infeksi neonatus, sedangkan AKB di
Kota Salatiga pada tahun 2012 mencapai 7,14 per 1.000 kelahiran hidup
(Dinkes Jawa Tengah, 2012).
Asuhan kebidanan baru lahir adalah satu pelayanan kesehatan utama
yang diperkirakan dapat menurunkan angka kematian bayi baru lahir. Selain
itu diadakannya sistem rujukan yang selektif yang dapat menurunkan angka
kematian bayi baru lahir.
Ikterus adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru
lahir. Kejadian ikterus pada bayi baru lahir menurut beberapa penulis berkisar
antara 5% pada bayi cukup bulan dan 75% pada bayi kurang bulan.
B. Tujuan
Diharapkan setelah melihat studi kasus yang ada di lapangan
mahasiswa mampu:
1. Umum

6
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan pada neonatus
dengan ikterus melalui pendekatan manajemen kebidanan dengan 7
langkah Varney
2. Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada by. Ny. S dengan
ikterus neonatorum.
b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa kebidanan pada by. Ny.
S dengan ikterus neonatorum.
c. Mahasiswa mampu menegakan diagnosa dan masalah potensial
pada by. Ny. S dengan ikterus neonatorum
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan
segera atau kolaborasi by. Ny. S dengan ikterus neonatorum.
e. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan asuhan kebidanan by.
Ny. S dengan ikterus neonatorum.
f. Mahasiswa mampu melakukan pelaksanaan atas rencana
manajemen yang telah direncanakan by. Ny. S dengan ikterus
neonatorum
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi asuhan kebidanan pada by. Ny. S
dengan ikterus neonatorum
C. Manfaat
1. Bagi RSUD DORIS Ruang Paerinatologi di Kota Palangka Raya
Menambah suasana belajar dengan melakukan asuhan secara langsung
pada pesien dengan tetap memperhatikan Standart Operasional Prosedur
2. Bagi Yayasan Eka Harap Palangka Raya Sekolah Tinggi Kesehatan
Untuk menambah referensi bacaan mahasiswa dan evaluasi pembelajaran
pratikum di lapangan
3. Bagi Mahasiswa
a. Meningkatkan kemampuan untuk membandingkan teori dengan
praktik lapangan
b. Dapat mengetahui asuhan yang dilakukan pada bayi dengan Ikterus

7
c. Dapat menjadikan ilmu pengetahuan sebagai dasar pengalaman
praktik di lapangan.

8
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Medis
1. Pengertian
Ikterus neonatorum adalah warna kuning yang tampak pada kulit
dan mukosa oleh karena adanya bilirubin pada jaringan tersebut akibat
peningkatan kadar bilirubin dalam darah (sumber :)
a. Ikterus neonatorum ialah suatu gejala yang sering ditemukan pada
bayi baru lahir
b. Ikterus neonatorum ialah suatu gejala yang sering ditemukan pada
bayi baru lahir yang terbagi menjadi ikterus fisiologi dan ikterus
patologi
c. Kesimpulannya ikterus neonatorum adalah warna kuning yang tampak
pada kulit dan mukosa oleh karena keadaannya bilirubin pada jaringan
tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin darah yang sering
ditemukan pada BBL yang terbagi ikterus fisiologis dan patalogis.
2. Batas Ikterus
Ikterus terbagi menjadi :
a. Ikterus Fisiologi
Ikterus Fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari kedua
dan hari ketiga yang mempunyai dasar patologik, kadarnya tidak
melewati kadar yang membahayakan, atau mempunyai potensi
menjadi kern-ikterus dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada
bayi. Ikterus ini biasanya menghilang pada akhir minggu pertama atau
selambat-lambatnya 10 hari pertama.
Ikterus dikatakan Fisiologis bila :
1. Timbul pada hari kedua sampai ketiga.
2. Kadar bilirubin indirek sesudah 2 a 24 jam tidak melewati 15 mg
% pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada neonatus kurang
bulan.

9
3. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg %
perhari.
4. Ikterus mengilang pada 10 hari pertama
5. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologik
(kern – ikterus)
6. Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.
b. Ikterus Patologik
Ikterus Patologik adalah ikterus yang mempunyai dasar
patologik atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut
hiper bilirubin emia. Dasar patologik ini misalnya, jenis bilirubin, saat
timbulnya dan menghilangnya ikterus dan penyebabnya.
Ikterus dikatakan Patologis bila :
1. Timbul pada urnur kurang dari 36 jam
2. Cepat berkembang
3. Menghilang lebih dari dua minggu
4. Bisa disertai dengan animea
3. Etiologi
Etiologi ikterus pada neonatus dapat berdiri sendiri atau
disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Produksi yang berlebihan
 Golongan darah Ibu - bayi tidak sesuai
 Hematoma, memar
 Spheratisosis kongental
2. Gangguan konjugasi hepar
 Enzim glukoronil tranferasi belum adekuat (prematur)
3. Gangguan transportasi
 Albumin rendah
 Ikatan kompetitif dengan albumin
 Kemampuan mengikat albumin rendah
4. Gangguan ekresi

10
 Obstruksi saluran empedu
 Obstruksi usus
 Obstruksi pre hepatik
4. Penilaian
Penilaian ikterus secara klinis
Penilaian dengan menggunakan rumus KRAMER
No Luas Ikterus Kadar bilirubin (mg%)
1 Kepala dan leher 5
2 Daerah 1 dan badan bagian atas 9
3 Daerah 1,2 + badan bagian bawah 11
dan tungkai
4 Daerah 1,2,3 dan lengan dan kaki di 12
bawah dengkul
5 Daerah 1,2,3,4 + tangan dan kaki 16

5. Kern-Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek
pada otak terutama pada korpus striatum, talamus, nukleus subtalamus,
hipokampus, nukleus merah dan nukleus pada dasar ventrikulus ke IV.
Tanda-tanda kliniknya adalah mata yang berputar, letargi, kejang,
tak mau menghisap, tonus otot meninggi, leher kaku dasn akhirnay
opistotonus.
Pada umur yang lebih lanjut bila bayi hidup dapat terjadi spasme
otot, opistotonus, kejang, atetosis, yang disertai ketegangan otot. Ketulian
pada nada tinggi dapat ditemukan gangguan bicara dan retardasi mental.
6. Patofisiologi
a. Produksi bilirubin yang berlebihan, lebih dari kemampuan bayi untuk
mengeluarkannya bisa menjadi salah satu penyebab meningkatnya
kadar bilirubindalam darah, rnisalnya pada hemolisis yang meningkat
pada inkompabilitas darah, Rh, ABO, golongan darah lain, detisiensi
G6PD, pendarahan tertutup dan sepsis.
b. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar. Gangguan ini
dapat disebabkan oleh imatur hepar, kurangya substrat untuk konjugasi

11
bilirubin ganaguan fungsi hepar akibat asidosis, hipoksia dan infeksi
atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase (Criggler Najjer
Syndrome). Penyebab lainnya adalah defisiensi dalam hepar yang
berperan penting dalam uptake bilirubin ke sel-sel hepar.
c. Gangguan transportasi. Biliribin dalam darah terikat oleh albumin
kemudian diangkut ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat
dipengaruhi oleh obat-obatan (salisilat, sulfaturazole). Difisiensi
albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang
bebas dalam darah yang mudah melakat ke sel otak.
d. Gangguan dalam eksresi
a. Gangguan ini dapat terjadi karena obstruksi dalam hepar atau di
luar hepar, kelainan diluar hepar biasanya akibat infeksi atau
kerusakan hepar oleh penyebab lain.
e. Untuk menurunkan kadar bilirubin indirek dalam serum sehingga tidak
terjadi kern ikterus maka dilakukan terapi sinar tetapi efek samping
dari terapi sinar secara langsung dapat menyebabkan hipertemia karena
panas lampu, atau hipertemia karena telanjang atau bahkan kulit
terbakar karena prinsip kerjanya membantu pemecahan bilirubin yang
kemudian dikeluarkan melalui urin/feces maka bayi bayi bisa
mengalami dehidrasi.
f. Adanya letargi atau malas minum karena lemahnya reflek menghisap
ikterus menyebabkan asupan nutrisi berkurang sehingga pemenuhan
nutrisi berkurang.
g. Karena asupan nutrisi terlambat maka menyebabkan peristaltik usus
menurun, pasase makanan terlambat, sehingga feses lunak/coklat
kehijauan selama pengeluaran bilirubin, dan urine berwarna gelap
pekat cami,ai hitam Irarnlrlatan
B. Konsep Asuhan Kebidanan
1. Pengkajian
A. Identitas

12
Nama bayi  :  untuk membedakan            bayi yang satu
dengan bayi yang lain
Umur bayi        :  untuk mengetahui hari keberapa dilakukan
pengkajian/asuhan
Tgl/jam lahir : untuk mengetahui kapan bayi tersebut
lahir/umur
Jenis kelamin       : untuk mengetahui jenis kelamin bayi tersebut
(ada kemungkinan terjadi kelaina gender
kejadian , iktems. pada BBL lebih besar pada
iaki-laki).
Berat badan        :  untuk mengetahui   apakah bayi     lahir
dengan berat rendah, nornial/bayi besar. Bayi
normal 2500 gr - 4000 gr. Pada bayi ikterus
kemungkinan kecil masa kehamilan, BLR dan
besar masa kehamilan
Panjang badan     : panjang badan normal 48 - 52 cm
Nama Ibu/Ayah   :  untuk identifikasi bayi/pasien
Umur Ibu/Ayah   : untuk identifikasi bayi / pasien .
Suku bangsa        : untuk mengetahui adat istiadat dan kebiasaan
Agama                 : menentukan jenis pendekatan spiritual
Pendidikan          :  status sosial ekonomi dan pendapatan
Alamat                 : mengetahui keadaan lingkungan tempat
tinggal dan untuk identifikasi
B. Anamnesa
Pada tanggal ........ pukul......
1. Riwayat penyakit kehamilan
2. Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita selama
kehamilan yang dapat menyebabkan bayi ikterus.
a. Contoh : diabetes, golongan darah ibu - bayi tidak sesuai,
Rh/ABO incompatibility, sakit infeksi, spherositosis kongenital
3. Kebiasaan waktu hamil

13
b. Untukmengetahu kebiasaan ibu pada saat hamil yang dapat
berpengaruh pada janin/BBL
4. Riwayat persalinan sekarang
Jenis persalinan  : biasanya ikterus terjadi persalinan
dibantu vacm eksraksi
Penolong                  : apakah dokter atau bidan
Tempat persalinan    : Apakah di rumah ibu, bidan atau RS
Umur kehamilan     : pada ikterus kemungkinan terjadi pada
preterm. kecil masa kehamilan. dan. 
besar masa kehamilan.
Ketuban             : warnanya jernih atau keruh, baunya khas
atau tidak,  jumlahnya normal atau tidak.
Normalnya < 500 cc.
Komplikasi persalinan : biasanya bay ikterus terjadi pada
persalinan dengan trauma.
Keadaan bayi baru lahir : nilai dengan APGAR 1 menit
pertama dan 5 menit kedua
B. Pemeriksaan
Keadaan umum : Apakah bayi tampak baik atau tidak. Biasanya
bayi ikterus terlihat letargi / aktifitas menurun
Suhu        : suhu normal 36,5 - 37,2° C
Pernapasan      : Frekuensi pernapasan sebaiknya dihitung 1
menit penuh. Normalnya 40-60x / menit
Nadi             : Frekuensi nadi normal 70 - 180x /menit
BB sekarang  : untuk mengetahui kenaikan / penurunan BB
bayi
C. Pemeriksaan fisik secara sistematik
Kepala   :  Dilihat besar, bentuk, molding, sutura, adakah
caput ikterus terjadi pada pendarahan intra
kranial dan sefal hematom

14
Muka : Untuk melihat kelainan kongenital, adakah
warna kuning
Mata         : Ada tidaknya pendarahan atau warna kuning
pucat menandakan anemia
Telinga  : Letak dan bentuk dapat mencerminkan
kelainan konaenital
Mulut                 :  Ada tidaknya tabioskilis, labiopatatoskius-
Reflek hisap baik atau tidak
Hidung         : Ada sumbatan atau kelainan lain seperti
cuping hidung.
Leher               : Apakah ada pembesaran kelenjar getah
bening / tiroid atau tidak.
Dada           :  Apakah tampak simetris atau tidak, ada
wheezing dan ronchi
Tali pusat dan abdomen : Apakah ada tanda-tanda infeksi atau
tidak dan pada ikterus pada palpasi
abdomen terdapat pembesaran limfe dan
hepar
Punggung : Adakah kelainan dan dilihat bentuknya,
apakah ada spina bifida atau tidak.
Ekstermitas   : Dilihat kelainan bentuk dan jumlah
Genitalia   : Pada bayi laki-laki testis sudah menurun atau
belum dan terdapat lubang uretra atau tidak
pada bayi perempuan labia rnayora telah
menutupi labia minora belum? Lubang vagina
ada atau tidak
Anus                    : Ada atau tidaknya lubang anus

Reflex : Bayi ikterus ada kemungkinan kehilangan


reflek moro, palmar reflek rooting reflek.
Antropometri

15
Lingkar kepata, lingkat dada, lingkar lengan atas.
Eliminasi
Miksi     : Kemungkinan warna urine gelap pekat sampai
hitam kecoklatan
Meconiurn / feces : Kemungkinan lunak dan berwarna coklat
kehijauan
Warna kulit : Penilaian ikterus secara klinis menurut rumus
kramer
2. Interpretasi Data
Neonatus dengan. ikterus patologis.
3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial     
Kern ikterus, dehidrasi, bronze ikterus, hipotermi.
4. Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera
Kolaborasi dengan dokter spesialis anak atau transfusi tukar
sesuai dengan. advise dokter.
5. Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh
Merencanakan asuhan untuk bayi baru lahir dengan ikterus sesuai
dengan penyebabnya.
6. Pelaksanaan
Melaksanakan asuhan bayi baru lahir dengan. ikterus sesuai
dengan. perencanaan.
Dalam penanganan Minis, cara-cara yang dipakai ialah mencegah
dan mengobati hiperbilirubinemia, terbagi menjadi :
1. Mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin :
a. Early Feeding, pemberian makanan dim pada neonatus dapat
mengurangi terjadinya ikterus fisiologi pada neonatus. Hal ini
mungkin sekali disebabkan karena dengan pemberian makman
yang dini itu terjadi pendorongan gerakan usus dan mekonium
lebih cepat dikeluarkan, sehingga peredaran enterohepati bilirubin
berkurang.

16
b. pemberian agar-agar, pemberian agar-agar peros dapat
mengurangi terjadinya ikterus fisiologik dan neonatus.
c. Mekanisme adalah dengan menghalangi atau mengurangi
peredaran bilirubin enterohepatik.
d. pemberian tenobarbital, dapat menurunkan kadar bilirubbin tidak
langsung dalam serum bayi yaitu dengan. mengadakan induksi
enzim mikrosoma sehingga konjugasi bilirubin berlansung lebih
cepat.
7. Terapi sinar
Dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang tidak toksik
dan yang dapat dikeluarkan dengan sempurna melalui ginjal dan
traktus digestivus.
Cremer (1957) melaporkan bahwa pada bayi penderita ikterus
yang diberi sinar matahari lebih dari penyinaran biasa. Ikterus lebih
cepat hilang dibandingkan dengan bayi lain yang tidak disinari.
Dengan kriteria untuk dilakukan penyinaran :
- suhu tubuh 36,5 - 37,2°C
- tidak terjadi cidera atau luka bakar pada kulit/jarinoan
- kadar bilirubin serum normal

Penatalaksanaan
1. Perhatikan dan dokumentasikan warna kulit dari kepala, sklera
dan tubuh secara progresif terhadap ikkterik sedikitnya setiap
shift
2. Berikan suhu lingkungan netral.
3. Pertahankan suhu aksila 36,5°C, hindari stres dingin.
4. Pantau tanda vital tiap 2 jam sekali
5. Beri nutrisi yang adekuat
6. Pantau masukan dan keluaran cairan, timbang BB tiap hari
7. Pertahankan terapi cairan parenteral sesuai advis.

17
8. Cuci area perintal setiap habis defeksi, observasi kulit
kemungkinan iritasi.
9. Periksa kadar bilirubin setiap 12 jam.
10. Kolaborasi untuk pemeriksaan kadar Hb, trombosit, leukosit.
11. Periksa jampenggunaan lampu.
8. Transfusi tukar darah
Tujuan utamanya untuk mencegah efek taksik bilirubin dengan
cara mengeluarkan dari tubuh.
Indikasi untuk tranfusi tukar :
- pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek > 20 mg%
- kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat, yaitu 4,3 - 1 mg%
- anemia yang berat pada bayi baru lahir dengan gagal jantung
- kadar Hb tali pusat < 14 mg% dan uji cooms direk positif
9. Evaluasi
Mengevaluasi hasil dari pelaksanaan asuhan bayi bari lahir
dengan ikterus sehingga penyebabnya dapat diatasi
a. Dengan penberian ASI segera dapat mempercepat metabolisme dan
pengeluaran bilirubin Asi telah diberikan dengan
segera mempercepat pendorongan. Gerakan uterus  meconium cepat
dikeluarkan.
b. Dengan terapi sinar :
- kadar bilirubin dalam darah menurun
- tidak terjadi hypotermi atau hipertermi
- tidak terjadi kerusakan
c. Dengan tranfusi tukar :
- kadar bilirubin dalam darah menurun
- tidak terjadi infeksi post transfusi
10. Langkah Promotif dan Preventif
- Menghindari penggunaan obat-obatan pada ibu hamil yang
berakibat menimbulkan ikterus (sulfa, antimalaria, nitrofurantio,
aspirin, novobiosin oksitosin)

18
- Penanganan keadaan yang berakibat BBLR
- Penanganan infeksi maternal, KPD secara tepat dan cepat
- Penanganan asfiksia dan trauma persalinan dengan tepat
- Pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi baru lahir dengan ASI eksklusif
- Menjelaskan pada ibu tentang gejala-gejala ikterus yang muncul

Upaya promotif, preventif dan penataklaksanaan yang


dilakukan bidan sangat penting untuk mendeteksi dini terjadinya
hiperbilirubinemia dan mencegah agar tidak terjadinya kernikterus
apabila bayi mengalami hiperbilirubinemia.
.

19
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. S


UMUR 7 HARI DENGAN SC KOMPLIKASI IKTERUS
DI RSUD DORIS RUANG PERINATOLOGI KOTA PALANGKA RAYA

No. RM : 38.72.37
Tgl. masuk/jam: 07-12-2021 jam 23.10

I. PENGKAJIAN Tgl 14-12-2021 jam 08.19 WIB


A. Data Subyektif
1. Identitas Bayi
Nama : Bayi Ny. S
Umur : 7 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 08-12-2021 jam 00.19 WIB
2. Identitas Penaggungjawab
Nama : Ny. S Tn. A
Umur : 35th 45th
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMP SD
Pekerjaan : Swasta Swasta
Alamat : Jl. Mendawai Baru RT/RW 009/007
Hubungan : Ibu Ayah
3. Riwayat ANC
a. Umur kehamilan : 36 minggu
b. Frekuensi ANC : TM I : 2 kali

20
TM II : 3 kali
TM III : 5 kali
c. Komplikasi kehamilan : kehamilan preterm
d. Kebiasaan merugikan saat hamil
- Makanan
Tidak memakan makanan alergi/ yang tidak menyehatkan
janin
- Obat-obatan
Ibu mengatakan hanya mengkonsumsi obat dari bidan kalk,
promafit, hufaboion, SF
- Merokok
Ibu mengatakan sebelum dan selama hamil tidak pernah
merokok atau mengkonsumsi minuman beralkohol
Ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama dan belum
pernah mengalami keguguran
B. Data Obyektif
1. Riwayat Persalinan Terakhir
Lama kala I : 5 jam
Lama kala II : 30 menit
Lama kala III : 5 menit
Warna air ketuban : jernih
Jenis persalinan : SC
Penolong : Dokter
Tgl-jam lahir : 08-12-2021 jam 00.19 WIB
Jenis kelamin : Perempuan
Komplikasi bayi : Tidak ada
2. Komplikasi Persalinan
Perdarahan :-
Pre eklamsi :-
Eklamsi :-
Lain-lain :-

21
3. Keadaan BBL
APGAR Score
No Kriteria 0-1 menit 1-5 menit 5-10 menit
1. Denyut jantung 2 2 2
2. Usaha nafas 1 2 2
3. Tonus otot 1 1 1
4. Reflek 1 1 2
5. Warna kulit 1 1 1
Score 6 7 8
4. Pemeriksaan umum
KU : Lemah
Kesadaran : Composmentis
VS :N : 160x/menit S : 35,70C
RR : 50x/menit
BB lahir : 3.100 gram
Panjang : 46,5 cm
Sianosis : tidak ada
Ikterik : ya
5. Pemeriksaan fisik
Kepala : tidak ada benjolan abnormal
Muka : simetris, kekuningan
Mata : simetris, sklera ikterik
Hidung : lubang hidung ada, tidak ada sekret
Bibir : tidak ada labiopalatochisis
Telinga : simetris, lubang telingan ada
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tyroid,
ataupun vena jugularis serta berwarna kuning
Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada, gerakan
nafas teratur, detak jantung teratur, warna kuning

22
Abdomen : tidak ada benjolan, perut tidak kembung, tidak ada
infeksi pada tali pusat, tali pusat lembek saat bayi
tidak menangis, warna kuning sampai paa pusat
Punggung : tidak ada kelainan pada tulang belakang
Genetalia : skrotum sudah turun, jumlah dua, lubang uretra (+)
Ekstremitas : atas bawah simetris, jumlah jari kaki dan tangan
lengkap, gerakan aktif, ekstremitas bawah terpasang
infus
Anus : lubang anus (+)
6. Reflek
Morro : ada
Rooting : ada
Walking : ada
Graps : ada
Sucking : ada
Tonic neck : ada
7. Antropometri
LK : 33 cm BB : 3.100
gr
LD : 33 cm PB : 46,5
cm
8. Eliminasi
BAB : sudah
BAK : sudah
9. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboraturium tgl 28 Februari 2015
- Hematologi Hasil Nilai rujukan Satuan
WBC 4,50 11,00 10^3/uL
RBC 4,00 6,00 10^6/uL
HGB 10,5 18,0 g/dL
HCT 37,0 48,0 %

23
MCV 86,6 102,0 fL
MCH 25,6 30,7 pg
MCHC 28,2 31,5 g/dL
PLT 150 400 10^3/Ul
RDW-SD 38,0 50,0 fL
RDW-CV 11,2 13,7 %
PDW 9,5 15,2 fL
MPV 9,2 12,1 fL
II. INTERPRETASI DATA
A. Diagnosa Kebidanan
Bayi Ny. S umur 7 hari jenis kelamin perempuan dengan SC
komplikasi ikterus
Data Dasar
- Data subyektif
Ibu mengatakan ini adalah anaknya yang pertama
Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 08 Desember 2021
Ibu mengatakan bayinya lahir segera menangis, 1 menit
kemudian tangis tidak adekuat
Ibu mengatakan bayinya tampak sesak
- Data obyektif
KU : lemah
Kesadaran : cm
VS : HR : 160 x/menit S : 35,70 C
RR : 50 x/menit
AS : 6/8
BB : 3.100 gr PB : 46,5 cm
Px : ikterus kramer 2 (kuning pada muka, leher, dada, perut
sampai pusat)
Reflek Sucking : ada
Antropometri : LK : 33 cm , LD : 33 cm
B. Masalah

24
Bayi mengalami ikterus
C. Kebutuhan
Lanjutkan terapi obat sesuai dengan advice dokter
III. DIAGNOSA POTENSIAL
Kern-Ikterus

IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA


Kolaborasi dengan dokter Sp.A untuk tindakan selanjutnya

V. PERENCANAAN tgl: 08-12-2021, jam: 08.30


1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
2. Observasi KU dan TTV setiap 3 jam
3. Observasi eliminasi (BAB & BAK) dan jaga personal hygiene bayi
4. Mengkaji reflek sucking
5. Bayi tetap diberikan ASI dari ibunya dengan meneteki
6. Berikan asi dengan pipet
7. Jaga kehangatan bayi dalam inkubator
8. Monitoring tetesan infus
9. Kolaborasi dengan dokter Sp.A untuk pemeriksaan lab. bilirubin
10. Ambil sample darah bayi untuk cek kadar bilirubin
11. Lanjutkan terapi sesuai advice dokter

VI. PELAKSANAAN tgl: 08-12-2021, jam: 08.30


1. Memberitahu ibu hasil pemerikasaan bahwa keadaan bayinya lemah,
berat badannya normal yaitu 3.100 gram. Dari hasil pemeriksaan fisik,
kulit bayi juga mengalami kemerahan, bayi segera menangis, 1 menit
kemudian tangis tidak adekuat, tampak sesak, ekstremitas kebiruan
2. Mengobservasi TTV setiap 3 jam
3. Mengobservasi eliminasi BAB dan BAK, serta menjaga personal
hygiene
4. Mengkaji reflek sucking

25
5. Bayi tetap meneteki pada ibunya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
bayi.
6. Memberikan ASI melalui pipet.
7. Menjaga kehangatan bayi dengan cara diletakkan di inkubator
8. Memonitor tetesan infus, memastikan infus menetes dengan baik, tidak
ada darah yang menyumbat aliran infus
9. Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp.A untuk dilakukan
pemeriksaan lab. bilirubin
10. Jam 12.20 WIB mengambil darah untuk dilakukan pemeriksaan kadar
billirubin, dengan cara memilih pembuluh darah vena, memasang
tourniquet di atas tempat penyuntikan 3cm, membuka tutup spuit 3cc,
antiseptis daerah yang akan dilakukan penyuntikan, lalu suntikkan
secara SC pada pembuluh darah yg sudah di pilih. Ambil sesuai
kebutuhan pemeriksaan lab, lalu tutup bekas penyuntikan dengan kapas
alcohol dan hepavik.
11. Melanjutkan terapi sesuai advice dokter
VII. EVALUASI
1. Jam 08.30 Ibu mengerti dengan kondisi bayinya saat ini
2. Observasi TTV setiap 3 jam telah dilakukan dengan hasil :
10.30 WIB : HR/RR/Suhu : 150x/menit / 45x/menit / 36 0C
13.30 WIB : HR/RR/Suhu : 138x/menit / 42x/menit / 36,2 0C
3. Observasi eliminasi telah dilakukan dengan tetap menjaga personal
hygiene bayi, dengan hasil
12.00 WIB : BAB + BAK = 100 gram, pampers telah diganti
4. Jam 10.30 : Reflek sucking bayi mulai lancar
Jam 13.30 : Reflek sucking bayi lancar
5. Jam 10.30 : bayi telah menyusu
6. ASI tambahan diberikan melalui pipet pada
Jam 10.30 : 10cc Jam 12.40 : 7cc
Jam 13.30 : 5cc

26
7. Jam 10.30 : Kehangatan bayi telah terjaga dengan cara mengatur suhu
inkubator
8. 10.30 WIB : Infuse berjalan dengan lancar 5 tpm. Tidak ada darah yang
menyumbat aliran infuse, dan
13.30 WIB : Infuse berjalan dengan lancar 5 tpm. Tidak ada darah yang
menyumbat aliran infuse
10. 11.00 WIB : Advice dokter dilakukan pengambilan sampel darah untuk
cek kadar bilirubin, dan mengantar ke labolatorium pada jam 12.20 WIB
11. 13.30 WIB : Mengambil hasil labolatorium bilirubin
12. Jam 10.30 telah diberikan injeksi

DATA PERKEMBANGAN I
(13-12-2021/Pagi) jam 06.30 WIB
S:
- Ibu mengatakan bayinya terlihat kemerahan
- Ibu mengatakan bayinya belum bisa menyusu dengan kuat
- Ibu mengatakan bayinya diberikan ASI perah melalui pipet
- Ibu mengatakan bayinya lahir segera menangis, 1 menit kemudian
tangis tidak adekuat
O:
- KU : sedang
- HR : 174x/menit RR : 60x/menit S : 36,60C
- Hasil Lab. bilirubun
Hasil Nilai rujukan
Pemeriksaan sewaktu 79 <200
A:
Bayi Ny. S umur 7 hari jenis kelamin perempuan dengan komplikasi
ikterus
Masalah : menyusui belum adekuat
P:

27
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa hasil pemeriksaan
laboraturium
Hasil: jam 06.40 WIB Ibu mengerti tentang kondisi bayinya
2. Mengobservasi TTV setiap 3 jam dengan hasil
Waktu HR RR Suhu
09.30 WIB 160 x/menit 57 x/menit 36,50 C
12.30 WIB 157 x/menit 52 x/menit 370 C

3. Mengobservasi eliminasi (BAB & BAK) dan menjaga personal


hygiene
Hasil: 14.30 WIB: BAB 50 gram, pampers telah diganti setelah BAB
4. Mengobservasi tetesan infuse
Hasil: jam 14.30 WIB tetesan infuse berjalan lancar, D5%5 tpm.
5. Mengkaji reflek sucking bayi
Hasil: jam 14.00 WIB reflek sucking belum kuat
6. Menganjurkan ibu menyusui bayinya
Hasil: jam 14.00 WIB : bayi menyusu selama 8 menit
jam 18.00 WIB : bayi menyusu selama 10 menit
7. Memberikan ASI tambahan melalui pipet
Hasil: jam 14.15 : ASI 10 cc masuk
jam 18.25 : ASI 12 cc masuk
8. Menimbang berat badan bayi
Hasil: jam 15.00 BBS= 3.120 gram
9. Memandikan bayi
Hasil: jam 15.10 bayi sudah dimandikan, pampers sudah diganti
10. Melakukan konsultasi dengan dokter Sp.A tentang hasil lab.
Bilirubin
Hasil: dilakukan terapi sinar pada bayi Ny.S selama 12 jam
11. Memberikan inform concent kepada ibu, bahwa sesuai dengan advice
dokter bayi harus dilakukan terapi sinar.
Hasil: jam 17.10 ibu bersedia bayinya dilakukan terapi sinar

28
12. Membantu mempersiapkan alat yang akan digunakan untuk terapi
sinar
Hasil: jam 18.30 alat sudah disiapkan, yaitu phototerapy dan terapi
sinar dimulai pada pukul 19.00 WIB- 07.00 WIB

DATA PERKEMBANGAN II
(14-12-2021/Siang) jam 14.00 WIB
S:
- Ibu mengatakan bayinya belum bisa menyusui dengan kuat
- Ibu mengatakan sesak yang dialami bai sudah mulai berkurang
O:
- KU : sedang
- HR= 125 x/menit - reflek sucking lemah
- RR= 48x/menit - ASI ibu keluar banyak
- S= 36,2 0c
A:
- Bayi Ny. S umur 7 hari jenis kelamin perempuan dengan komplikasi
ikterus
- Masalah : menyusui belum adekuat
P:
1. Mengobservasi TTV setiap 3 jam dengan hasil
Jam 15.00 Jam 18.00
HR : 130 x/menit HR : 115 x/menit
RR : 49 x/menit RR : 46 x/menit
Suhu : 36,70c Suhu : 36,80c

2. Mengobservasi eliminasi (BAB & BAK) dan menjaga personal


hygiene
Hasil: jam 17.00 WIB BAK 25 gram

29
jam 18.30 WIB BAB 25 gram, pampers sudah diganti
3. Mengobservasi tetesan infuse
Hasil: jam 15.10 tetesan infuse berjalan dengan lancar, D5%5 tpm.
4. Mengkaji reflek sucking bayi
Hasil: jam 14.15 reflek sucking lemah
5. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar, yaitu kepala berada pada
siku, dan telinga, tangan, serta kaki berada dalam satu garis lurus.
Perut bayi menempel pada perut ibu. Tangan kanan ibu menyangga
payudara dengan 4 jari, serta ibu jari berada di atas putting. Susui bayi
hingga bagian areola masuk ke dalam mulut bayi.
Hasil: jam 14.15 WIB ibu mengerti cara menyusui yang baik, dan ibu
sedang melakukannya.
6. Memberikan ASI menggunakan pipet
Hasil: jam 14.25 WIB: ASI 11 cc masuk
jam 17.00 WIB: ASI 8 cc masuk
7. Menimbang berat badan bayi
Hasil: Jam 15.10 WIB BBS= 3.130 gram
8. Memandikan bayi
Hasil: jam 15.10 Bayi sudah dimandikan, pampers sudah diganti
9. Menjaga kehangatan bayi dalam inkubator dengan suhu 330C
Hasil: jam 18.00 suhu inkubator 330C

DATA PERKEMBANGAN III


(15-12-2021/Malam) jam 20.00 WIB
S:
- Ibu mengatakan sudah tidak sesak napas
- Ibu mengatakan bayinya sudah bisa menyusu dengan baik
O:
- KU : sedang
- HR : 132x/menit RR : 40x/menit S : 36,60C
- Kulit bayi kemerahan

30
- Reflek sucking baik
A:
- Bayi Ny. S umur 7 hari jenis kelamin perempuan dengan masalah
ikterus
P:
1. Menaikkan suhu incubator 0,50C sampai suhu stabil
Hasil : jam 22.00 suhu incubator dinaikkan 0,50C menjadi 32,50C
Jam 23.00 suhu incubator dinaikkan menjadi 33,00C
2. Mengobservasi TTV setiap 1 jam dengan hasil
Waktu HR RR Suhu
20.30 WIB 115 46 36,0
21.00 WIB 121 59 36,2
22.00 WIB 120 50 36,1
23.00 WIB 115 48 36,0
00.00 WIB 154 39 36,1
01.00 WIB 133 48 36,4
02.30 WIB 127 49 36,4
03.00 WIB 114 36 36,5
04.00 WIB 128 39 36,7
05.00 WIB 135 40 36,6
06.10 WIB 145 50 36,8
07.00 WIB 151 46 36,9

3. Mengobservasi eliminasi (BAB dan BAK) serta menjaga personal


higyene
Hasil: jam 03.40 WIB, BAB+BAK 100 gram, pampers sudah diganti
4. Mengobservasi tetesan infuse
Hasil: tetesan infuse berjalan lancar D5% 5tpm,
5. Mengkaji reflek sucking bayi
Hasil: reflek sucking baik
6. Menganjurkan ibu menyusui bayinya
Hasil: jam 02.00 WIB menyusu dengan ibu
7. Memberikan ASI melalui pipet
Hasil: Jam 05.00 WIB ASI 8cc masuk
8. Menimbang berat badan bayi

31
Hasil: jam 05.00 WIB BBS= 3.140 gram
9. Memandikan bayi
Hasil: jam 05.00 bayi sudah dimandikan dan sudah diganti pampers
10. Menjelaskan kepada ibu tentang kangoroo mother care yaitu kulit
bayi menempal pada kulit ibu. Dengan KMC, bayi akan merasa
hangat sehingga suhu tubuhnya bisa (36,5-37,5). Selain itu, akan
menambah ikatan batin antara ibu.
Hasil: jam 06.00 WIB ibu mengerti tentang kangoroo mother care
11. Bayi dilakukan KMC dengan cara menempelkan bayi pada perut ibu
dan kepala bayi di antara payudara ibu. Kepala bayi menoleh ke arah
salah satu sisi. Tangan dan kaki diletakkan di samping badan badan
bayi, membentuk seperti katak. Bayi dibiarkan telanjang atau hanya
menggunakan popok saja, sehingga kulit bayi menyentuh langsung
dengan kulit ibu. Bayi dipakaikan topi, sarung tangan, dan sarung
kaki. Saat dilakukan KMC, ibu bisa menggunakan pakaian
berkancing depan dan saat bayi menempel di perut ibu, bayi bisa
ditali dengan menggunakan jarik. KMC bisa dilakukan setiap hari,
sesering mungkin, dilakukan minimal 1 jam.
Hasil: jam 06.00 WIB ibu melakukan KMC sampai pukul 07.00WIB

DATA PERKEMBANGAN IV
(16-12-2021/Siang) jam 14.00 WIB
S:
- Ibu mengatakan bayinya sudah mulai pintar menyusu
O:
- KU : sedang
- HR : 132 x/menit - sucking baik
- RR : 50x/menit - ikterus sudah berkurang, dan mulai hilang
- S : 36,80C - sudah dilakukan KMC
A:
- Bayi Ny. S umur 7 hari jenis kelamin perempuan dengan ikterus

32
P:
1. Mengobservasi TTV setiap 3 jam dengan hasil
Jam 15.00 Jam 18.00
HR : 132 x/menit HR : 130x/menit
RR : 50 x/menit RR : 52 x/menit
Suhu : 36,80c Suhu : 36,90c

2. Mengobservasi eliminasi (BAB & BAK) dan menjaga personal


hygiene
Hasil: jam 18.20 WIB BAK+ BAB 100 gram, pampers sudah diganti
3. Mengobservasi tetesan infuse
Hasil: jam 15.30 Tetesan infuse berjalan lancar D5% 5tpm
4. Mengkaji reflek sucking bayi
Hasil: jam 14.00 reflek sucking baik
5. Bayi disusukan pada ibunya
Hasil: Jam 14.00 WIB bayi sudah pintar menyusu dengan ibu. Sudah
menyusui selama 10 menit bergantian antara payudara kiri dan
kanan.
Jam 17.00 WIB ibu menyusui selama 12 menit bergantian
payudara kiri dan kanan
6. Menimbang bayi
Hasil : jam 15.25 BBS : 3.155gr
7. Memandikan bayi
Hasil: jam 15.30 bayi sudah dimandikan
8. Melakukan Kangoroo Mother Care pada bayi selama 1 jam agar bayi
merasa hangat.
Hasil: Jam 18.00 -19.00 WIB ibu melakukan KMC

DATA PERKEMBANGAN IV
(16-12-2021/Malam) jam 23.00 WIB
S:
- Ibu mengatakan bayinya sudah mulai pintar menyusu

33
O:
- KU : baik
- HR : 112 x/menit - sucking baik
- RR : 44x/menit
- S : 36,8 0C
A:
- Bayi Ny. S umur 7 hari jenis kelamin perempuan dengan Ikterus
P:
1. Mengobservasi TTV setiap 3 jam dengan hasil
Jam 02.00 Jam 05.00 Jam 08.00 Jam 11.00
HR: HR: HR: HR:
112 x/menit 120x/menit 128x/menit 130x/menit
RR : RR : RR: RR:
44 x/menit 42 x/menit 50 x/menit 45 x/menit
Suhu : 36,80C Suhu : 36,70C Suhu : 36,70C Suhu : 36,80C

2. Mengobservasi eliminasi (BAB & BAK) dan menjaga personal hygiene


Hasil: Jam 23.00 WIB BAK+BAB 100 gr, pampers sudah diganti
Jam 02.00 WIB BAK 25 gr, pampers sudah diganti
Jam 04.30 WIB BAB+BAK 100 gr, pampers sudah diganti
3. Mengobservasi tetesan infuse
Hasil: tetesan infuse berjalan lancar D5% 5tpm
4. Mengkaji reflek sucking bayi
Hasil: reflek sucking baik/kuat
6. Bayi disusukan pada ibunya
Hasil: Jam 04.00 WIB menyusui selama 5 menit bergantian payudara
kanan dan kiri
Jam 07.00 WIB ibu menyusui selama 12 menit bergantian
payudara kanan dan kiri
7. Menimbang bayi
Hasil : jam 05.10 BBS : gr
8. Memandikan bayi
Hasil: jam 05.15 WIB bayi sudah dimandikan, pampers sudah diganti

34
9. Melakukan Kangoroo Mother Care
Hasil: jam 06.00 WIB – 07.00 WIB KMC telah dilakukan

35
BAB IV
PEMBAHASAN

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL Ny. ”S”


DENGAN IKTERUS DI RSUD DORIS RUANG PERINATOLOGI KOTA PALANGKA RAYA

Tindakan
Pengumpulan Data Interprestasi Data Diagnosis Data Intervensi Implementasi Evaluasi
Segera
Tanggal : 08 Desember 2014 Diagnosa : Ikterus Berkolaborasi - Bersihkan jalan - Membersihkan jalan - Jalan nafas
Jam : 00.19 WIB Bayi Ny. S umur 7 dengan dokter nafas nafas bayi dengan cara sudah
Nama : Bayi Ny. “S” hari jenis kelamin lap mulut dan hidung dibersihkan
perempuan dengan bayi dengan kapas
DS : SC komplikasi icterus kasa steril untuk
 Ibu mengatakan bayi lahir menghilangkan lender
pada pukul 00.19 WIB Dasar : yang menyumbat jalan
dengan SC Bayi lahir SC nafas.
 A/S : 6/8
DO :  JK : perempuan - Cegah - Mencegah terjadinya - Bayi sudah
 Bayi lahir SC jam :  BB : 3100 Kg terjadinya hipotermi dengan cara dibersihkan dan
00.19 WIB  PB : 46,5 cm hipotermi mengeringkan bayi dibungkus
 Keadaan umum : lemah  R : 50 x/i segera setelah lahir dengan kain
 A/S : 6/8  N : 160x/i dan membungkus bayi
 JK : perempuan untuk
 LK : 33 cm
 BB : 3100 Kg mempertahankan suhu
 LD : 33 cm
tubuh bayi
 PB : 46,5 cm  Pemeriksaan fisik :

36
 R : 50 x/i tidak ada kelainan
 N : 160x/i - Berikan ASI - Memberikan ASI - Bayi sudah
 LK : 33 cm Masalah : segera dan segera dan sesering disusui
 LD : 33 cm Bayi dengan ikterus sesering mungkin setiap 2 jam
 Pemeriksaan fisik : tidak mungkin sekali
ada kelainan Kebutuhan :
 Reflek : Lanjutkan terapi obat - Lakukan - Melakukan perawatan - Tali pusat
a. Reflek moro ( + ) sesuai dengan advice perawatan tali tali pusat dengan terawatt dengan
b. Reflek Rooting ( + ) dokter pusat diberi dan dibungkus baik
c. Reflek grapks ( + ) dengan kasa steril dan
d. Reflek fucling ( + ) menganjurkan kepada
ibu untuk memakai
pakaian yang bersih
dan kering untuk
mencegah infeksi
pada tali pusat

- Atus posisi bayi - Mengatur posisi bayi - Bayi dalam


dengan memiringkan posisi miring
kepala

- Lakukan - Melakukan - Bayi sudah


pemeriksaan pemeriksaan fisik diperiksa dan
fisik pada bayi pada bayi secara tidak ada
sistematis dari kepala kelainan
sampai kaki

- Perawatan BBL - Merawat BBL :

37
 Mengeringkan bayi  Bayi sudah
dikeringkan
 Timbang BB  BB 3400 g
 Ukur TB  TB 49 cm
 Beri obat tetes  Sudah diberi
mata obat tetes
mata
 Beri vitamin K  Sudah diberi
1 mg/BB Vitamin K

- Letakkan bayi - Meletakkan bayi pada - Bayi sudah


pada ibu ibu agar ibu bisa diletakkan di
menyusuinya dan dada ibu
bantu ibu menyusui
bayi bila ibu tidak
sanggup menyusui

- Informasikan - Menginformasikan - Ibu senang


hasil hasil pemeriksaan mendengar
pemeriksaan pada ibu bahwa hasil
bayinya dalam pemeriksaan
keadaan sehat dan
normal serta tidak ada
kelainan dan
memberikan ucapan
selamat kepada ibu
atas kelahiran bayinya

38
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada neonatus dengan ikterus
neonatorum penulis menarik kesimpulan bahwa pengumpulan data atau
informasi sangatlah penting untuk menegakan diagnosa atas penyebab dari
kelainan yang di alami pasien dalam hal ini faktor congenital (bawaan)
atau gangguan fungsi organ dari pasien dengan ikterus neonatorum

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pemberian
asuhan kebidanan pada Bayi 7 hari dengan SC Ikterus beserta
komplikasinya
2. Bagi Yayasan Eka Harap Palangka Raya Sekolah Tinggi Kesehatan
Yayasan Eka Harap Palangka Raya Sekolah Tinggi Kesehatan
diharapkan mampu membekali pengetahuan yang lebih kompleks lagi
mengenai asuhan kebidanan patologi, khususnya pada bayi beserta
komplikasi yang menyertainya
3. Bagi RSUD DORIS Ruang Paerinatologi di Kota Palangka Raya
RSUD DORIS Ruang Paerinatologi di Kota Palangka Raya diharapkan
semakin meningkat pelayanan kesehatan terhadap bayi baik yang
beresiko mengalami komplikasi maupun yang tidak beresiko.

39
DAFTAR PUSTAKA

____. 2010. Kern Icterus. (http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/kern-


icterus.html, diakses tanggal 26 November 2013)
_____. 2012. Manajemen Asuhan Kebidananan pada Bayi Baru Lahir pada Bayi
Ny. “D” di Instalasi Rawat Inap Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang.
(http://kumpulanaskeb.com/kti/manajemen-asuhan-kebidanan-pada-bayi-
baru-lahir-pada-bayi-ny-d-dengan-ikterik-grade-iv-selanjutnya-klik-disini-
beri-beri-com-askeb-bblr-dengan-ikterik-grade-iv-dapatkan-kti-skri-
76406/, diakses tanggal 26 November 2013)
Behrman, et al. 2003. Nelson Textbook of Pediatrics 17th Edition. Pennsylvania:
Saunders
Delyana. 2013. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Mengalami Ikterus di
Kamar Bayi RSU Anutapura Palu. (http://delyanakumaat8.blogspot.
com/2013/02/proposal-konsultasi-pertama-asuhan.html, diakses tanggal 26
November 2013)
Haws, Paulette S. 2007. Asuhan Neonatus Rujukan Cepat. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Herry, Garna dkk. 2000. Ikterus Neonatorum. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Ilmu Kesehatan Anak Edisi Kedua. Bandung: Bagian/SMF Ilmu
Kesehatan Anak FKUP/RSHS.
Lissauer dan Fanaroff. 2009. At a Glance Neonatologi. Jakarta: Penerbit Erlangga
Ningsih, Sri. 2012. Pengertian Ikterus. ( http://semirang.blogspot.com/2012/10/
pengertian-ikterus.html, diakses tanggal 26 November 2013)
Sukadi, Abdurachman dkk. 2002. Ikterus Neonatorum Perinatologi. Bandung:
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FKUP/RSHS.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

40

Anda mungkin juga menyukai