MAKALAH
Untuk Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil
Oleh :
Disusun oleh :
Mengetahui,
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME atas segala rahmat dan
karuniNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul
ASUHAN KEBIDANAN BY NY D USIA 4 HARI DENGAN NCB - SMK +
ICTERUS DI RUANG PANJI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI tepat pada
waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun telah banyak mendapatkan bantuan
moril maupun materiil dari berbagai pihak, maka dari itu penyusun
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Aditya Bagus Djatmiko, M.Kes, selaku Bapak Direktur RSUD Gambiran
Kota Kediri atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan.
2. Jajuk Winarni S.Kep,Ns, MM.Kes, selaku Kepala Bidang Keperawatan
RSUD Gambiran Kota kediri atas arahan dan bimbingannya
3. Yuyun Kristina, S.Kep,Ns, selaku Kepala Ruang Panji RSUD Gambiran yang
telah memberikan dukungan dan arahannya.
4. Rekan-rekan kerja Ruang Panji RSUD Gambiran tanpa terkecuali dan semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan yang sifatnya membangun.
Akhirnya penyusun berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
iv
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................3
C. Tujuan........................................................................................................3
D. Manfaat......................................................................................................4
A. Definisi......................................................................................................5
B. Etiologi......................................................................................................6
C. Manifestasi Klinis......................................................................................7
D. Klasifikasi..................................................................................................9
E. Patofisiologi...............................................................................................9
F. Diagnosa....................................................................................................10
G. Penatalaksanaan ........................................................................................11
iv
A. Pengkajian.................................................................................................14
B. Intepretasi Data..........................................................................................20
E. Intervensi...................................................................................................22
F. Implementasi.............................................................................................23
G. Evaluasi.....................................................................................................24
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................28
A. Pengkajian.................................................................................................28
B. Diagnosa Kebidanan..................................................................................28
C. Intervensi...................................................................................................28
D. Implementasi.............................................................................................28
E. Evaluasi.....................................................................................................29
BAB V PENUTUP................................................................................................30
A. Kesimpulan................................................................................................30
B. Saran..........................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................32
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses
kehidupan ekstrauterin) dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan
Ikterus adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan
kuning pada kulit, sklera, akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang
berlebihan. Ikterus secara klinis akan mulai tampak pada bayi baru lahir bila
ke-1 kehidupan, dan sekitar 50% bayi aterm menjadi tampak ikterik.
Menurut definisi, ikterus adalah perubahan warna kulit dan sklera menjadi
iv
fisiologis tampak kira-kira 48 jam setelah kelahiran, dan biasanya menetap
Ikterus fisiologis yang tampak setelah 2-3 hari bayi baru lahir. Ikterus
ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama bayi baru lahir. Peran bidan adalah
2018, menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58% untuk
kadar bilirubin di atas 5 mg/dL dan 29,3% dengan kadar bilirubin diatas 12
sebanyak 85% bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin di atas 5
Data pasien rawat inap dengan icterus di Ruang Panji RSUD Gambiran
(16.04.85%) dari total 106 kelahiran. Icterus menduduki posisi ketiga urutan
iv
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik menyusun
4 Hari Dengan NCB - SMK + Icterus Di Ruang Panji RSUD Gambiran Kota
Kediri”.
B. Rumusan Masalah
Kediri?”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
iv
e. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada bayi NCB - SMK +
D. Manfaat
iv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
sebagian besar berasal dari pemecahan sel darah merah yang menua
pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin darah 5 – 7 mg/dl. Sedangkan
60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan. Ikterus pada sebagian
iv
menyebabkan kematian. Karenanya setiap bayi dengan ikterus harus
pertama kehidupan bayi atau bila kadar bilirubin meningkat lebih dari 5
2. Etiologi
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar ekologi ikterus neonatorum dapat
dibagi:
Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada hemolisis
yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh, ABO, golongan darah lain,
Gangguan ini dapat disebabkan oleh bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat
asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase.
Penyebab lain yaitu defisiensi protein, protein Y dalam hepar yang berperan penting
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke hepar. Ikatan
bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi obat misalnya salisilat, sulfafurazole.
iv
Gangguan dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar. Kelainan di
luar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar
peningkatan bilirubin tak terkonjungsi yang cukup berarti antara hari 4-7 kehidupan,
mencapai konsentrasi maksimal sebesar 10-27 mg/dl, selama miggu ke-3. Jika
kemudian akan menetap selama 3-10 minggu dengan kadar yang lebih rendah. Jila
mereka berhenti menyusu, kadar bilirubin serum akan menurun dengan cepat,
Penghentian menyusu selama 2-4 hari, bilirubin serum akan menurun dengan
cepat, setelah itu mereka dapat menyusu kembali, tanpa disertai timbulnya kembali
memperlihatkan tanda kesakitan lai dan kern ikterus tidak pernah dilaporkan. Susu
yang berasal dari beberapa diol dan asam lemak rantai panjang, 2-pregnan-3, ibu
konjugasi glukoronil transferase, pada kira-kira 70% bayi yang disusuinya. Pada ibu
lainnya, susu yang mereka hasilkan mengandung lipase yang mungkin bertanggung
jawab atas terjadinya ikterus. Sindrom ini harus dibedakan dan hubungan yang sering
yang diperberat dalam minggu pertama kehidupan dan menyusu pada ibu.
3. Manifestasi Klinis
Pengamatan ikterus paling baik dilakukan dengan cahaya sianar matahari. Bayi
baru lahir tampak kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6 mg/dl. Salah satu
iv
cara pemeriksaan derajad kuning pada BBL secara klinis, sederhana dan mudah, yaitu
jari telunjuk ditekankan pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang
hidung, dada, lutut, dan lain-lain. Tempat yang ditekan akan tampak pucat dan kuning.
Derajat kuning ditentukan lewat derajat kramer yaitu apabila kuning terlihat di daerah
daerah yaitu :
2 Daerah 1 (+) 9
Badan bagian atas
4. Klasifikasi
4.1 Ikterus Neonatorum yaitu disklorisasi pada kulit atau organ lain karena
pemupukan bilirubin.
4.2 Ikterus fisiologis yaitu ikterus yang timbul pada hari ke-2 dan ke-3 yang tidak
4.3 Ikterus patologis yaitu ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar
4.4 Kern ikterus yaitu suatu sindroma neurologik yang timbul akibat sebagai
2014 : 98).
5. Patofisiologi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian
yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel
hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat tingkat penghancuran
iv
Gangguan ambilan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar
bilirubin tubuh, misalnya pada bayi dengan asidosis atau dengan hipoksia. Keadaan lain
konjugasi hepar atau bayi yang menderita gangguan ekskresi, misalnya penderita
Pada derajad tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan
tubuh. Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut
dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologi
pad sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang
terjadi pada otak ini disebut kern ikterus atau ensefalopati biliaris. Pada umumnya
dianggap bahwa kelainan pada susunan saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila
kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar darah
otak tidak hanya tergantung dari tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada
keadaan neonatus sendiri. Bilirubin indirek akan lebih mudah melalui sawar daerah otak
bila bayi imatur, berat lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia, hipoglikemia, dan kelainan
6. Diagnosis
inkompatibilitas darah, riwayat transfusu tukar atau terapi sinar pada bayi
sebelumnya. Disamping itu faktor resiko kehamilan dan persalinan juga berperan
dalam diagnosis drni ikterus pada bayi. Faktor resiko tersebut antara lain adalah
yang diberikan kepada ibu selama hamil / persalinan, kehamilan dengan diabetes
beberapa hari kemudian. Ikterus yang tampak pun sangat tergantung pada
penyebab ikterus itu sendiri. Pada bayi dengan peninggian bilirubin indirek, kulit
tampak berwarna kuning terang hingga jingga. Sedangkan pad penderita dengan
gangguan obstruksi empedu warna kuning kulit terlihat agak kehijauan. Penilaian
akan lebih sulit lagi bila penderita sedang mendapat terapi sinar. Selai kuning,
dan nafsu minum berkurang. Keadaan lain yang mungkin menyertai ikterus
adalah animea, petekre, perbesaran lien dan hepar, perdarahan tertutup, gangguan
nafas, gangguan sirkulasi, dan gangguan saraf. Keadaan tadi biasanya ditemukan
7. Penatalaksanaan
Jika setelah 3-4 hari kelebihan bilirubin masih terjadi, maka bayi harus segera
dalam darah kembali ke ambang batas normal. Dengan foto terapi, bilirubin dalam tubuh
bayi dapat dipecahkan dan menjadi larut dalam air tanpa harus diubah dulu oleh organ
hati.
Terapi sinar juga berupaya menjaga kadar bilirubin agar tidak terus meningkat
sehingga menimbulkan resiko yang lebih fatal. Sinar yang digunakan pada foto terapi
berasal dari sejenis lampu neon dengan panjang gelombang tertentu. Lampu yang
digunakan sekitar 12 buah dan disusun secara paralel. Di bagian bawah lampu ada sebuah
iv
kaca yang disebut flexy glass yang berfungsi meningkatkan energi sinar sehingga
Jika setelah menjalani foto terapi tidak ada perbaikan dan kadar bilirubin terus
meningkat hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka perlu dilakukan terapi transfusi
darah. Dikhawatirkan kelebihan bilirubin dapat menimbulkan kerusakan sel saraf otak
(kern ikterus). Efek inilah yang harus diwaspadai karena anak bisa mengalami beberapa
motorik dan bicara, serta gangguan penglihatan dan pendengaran. Untuk itu darah bayi
yng sudah teracuni akan dibuang dan ditukar dengan darah lain. Proses tukar darah yang
dilakukan secara bertahap. Efek samping yang bisa muncul adalah masuknya kuman
penyakit yang bersumber dari darah yang dimasukkan ke dalam tubuh bayi. Terapi ini
Bilirubin juga dapat pecah jika bayi mengeluarkan banyak feses dan urin. Untuk
itu bayi harus mendapatkan cukup banyak ASI. Seperti diketahui, ASI memiliki zat-zat
terbaik bagi bayi yang dapat memperlancar BAB dan BAK. Akan tetapi, pemberian ASI
juga harus di bawah pengawasan dokter karena pada beberapa kasus, ASI justru
meningkatkan kadar bilirubin bayi. Keadaan ini biasanya muncul di minggu pertama dan
kedua setelah bayi lahir dan akan berakhir pada minggu ketiga. Untuk sementara ibu
tidak menyusui bayinya dan setelah kadar bilirubin normal, ibu boleh menyusui.
sehingga bilirubin yang sifatnya indirek berubah menjadi direk. Ada juga obat-obatan
iv
yang mengandung plasma atau bilirubin yang berguna untuk mengurangi timbunan
Biasanya terapi ini dilakukan bersamaan dengan terapi lain, seperti foto terapi.
Jika sudah tampak perbaikan maka terapi obat-obatan ini dikurangi bahkan dihentikan.
Efek sampingnya adalah mengantuk. Sehingga bayi banyak tidur dan kurang minum ASI.
Oleh karena itu obat-obatan bukan menjadi pilihan utama untuk menangani hiperbilirubin
setelah bayi selesai dirawat di rumah sakit. Caranya, bayi dijemur selama ½ jam dengan
telungkup. Dilakukan antara jam 07.00 sampai 09.00 wib atau Ketika matahari dirasa
iv
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
KOTA KEDIRI
Ruang : Panji
I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Biodata
Umur : 4 hari
No register : 47106x
Alamat : Pesantren
2. Alasan datang
Tidak dikaji
3. Keluhan Utama
Bayi terlihat kuning di sekitar wajah, leher, badan bagian atas dan
lengan.
4. Riwayat Kesehatan
b. Penyakit sekarang
c. Penyakit Keluarga
iv
Ayah dan ibu bayi tidak memiliki riwayat dan tidak sedang
50 cm.
a. Pertumbuhan : baik
b. Perkembangan
iv
Reaksi setelah pemberian imunisasi : tidak ada
Istirahat : bayi tidur dan istirahat di boks bayi, sekitar 8 jam tidur
mandi 2x sehari
B. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
o Tanda-tanda vital :
~ Pernafasan : 52 x/menit
~ Suhu : 36,7oC
o Panjang Badan : 50 cm
iv
b. Pemeriksaan Fisik
o Inspeksi
Kepala :
Mata :
Telinga :
Simetris, hubungan letak telinga dengan mata sejajar, bersih, tidak ada
Leher :
Dada :
Simetris, bentuk normal, puting ada, tidak ada tarikan rongga dada,
Simetris, jumlah jari normal, gerak lengan positif, warna kulit kuning.
Perut :
Bentuk normal, tali pusat sudah kering, disekitar tali pusat tidak ada
Genetalia :
iv
Genetalia lengkap, labia mayora sudah menutupi labia minora.
Anus :
Kulit :
Turgor kulit baik, berwarna kuning, tidak oedema, tidak ada tanda lahir
di tubuh bayi.
o Palpasi
Kepala :
Leher :
Dada :
Abdomen :
Tidak oedema.
Kulit :
Tidak oedema.
iv
o Auskultasi
Dada :
Abdomen :
o Perkusi
Abdomen:
Tidak kembung
Ekstremitas :
Reflek moro positif, reflek rooting positif, reflek suckling positif, reflek
jernih, bau (-). Bayi dirawat di Ruang Panji sudah 4 hari. BBL :
3130 gram.
iv
DO : - Jenis kelamin bayi : perempuan
- Panjang badan : 50 cm
- Lingkar kepala : 35 cm
- Lingkar dada : 33 cm
Suhu : 36,7oC
kulit kuning.
2. Masalah : -
iv
III. Identifikasi Masalah Potensial
1. Lakukan Fototerapi
V. Intervensi
Kriteria Hasil :
o Suhu : (35-36,5)oC
3. Tali pusat bersih, kering, tidak keluar nanah dan kulit disekitar tali
4. Ikterus berkurang
Intervensi :
1. Beritahu keadaan bayi pada ibu dan keluarga dan meminta persetujuan
iv
R/ Agar ibu dan keluarga mengetahui keadaan bayinya, juga mencegah
sehingga menjadi mudah larut dalam air tanpa harus diubah dulu
VI. Implementasi
Tanggal : 12-3-2023
iv
1. Memberitahu keadaan bayi kepada ibu dan keluarga bahwa bayi
ikterus.
meliputi suhu, pernafasan dan denyut jantung setiap kali jaga shift.
a. Fototerapi 2 x 24 jam
pakaian bayi serta menutup mata dan genetalia bayi dengan karbon
5. Menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat dengan cara mengatur suhu
dehidrasi.
VII. Evaluasi
Tanggal : 12-3-2023
S : tidak dikaji
iv
- TTV : Pernafasan : 50 x/menit.
Suhu : 37 C.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal : 13-3-2023
S : Tidak dikaji
iv
P : - Jam 07.00. Membersihkan mulut bayi dengan Nystatin dan pemberian
vitamin
- Jam 12.00 Melaporkan kondisi bayi kepada dokter Sp.A bayi dan
tanggal 13-3-2023 jam 12.00 WIB. Setelah fototerapi aff ACC KRS
Tanggal : 14-3-2023
S : Tidak dikaji
- Ikterus berkurang
P : - Jam 07.00. Membersihkan mulut bayi dengan Nystatin dan pemberian vitamin
iv
- Jam 08.00 Memberi minum obat oral urdafalk dan asetil
untuk diteteki
RS.
iv
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisi tentang analisa teori dengan kasus icterus kemudian
1. Pengkajian
Pada tahap ini dengan berbagai cara untuk memperoleh data. Data yang
diperoleh dari wawancara yang bersumber dari pasien dan keluarga. Kemudian
dilakukan analisa antara sumber dengan data yang diperoleh oleh penulis.
Berdasarkan pengkajian pada pasien didapatkan warna kuning dari kepala, leher
2. Diagnosa Kebidanan
3. Intervensi
penanganan icterus. Dari berbagai sumber yang telah dicantumkan ternyata tidak
4. Implementasi
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu pasien dalam mencapai tujuan yang
1. Diagnosa :
minggu.
gram.
E. Evaluasi
yang dibuat pada tahap intervensi. Dalam penulisan makalah ini, penulis
perbaikan kondisi umum. KU bayi cukup, bayi tenang dan tidak rewel,
iv
33
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
1. Pengkajian
c. Neonatus icterus
3. Intervensi
4. Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan kebidanan dapat disimpulkan bahwa diagnosa yang muncul
2. Saran
Bidan sebagai tenaga Kesehatan yang langsung bersentuhan dengan pasien sangat perlu
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menambah keluarasan ilmu terapan asuhan
DAFTAR PUSTAKA
Dewi Lia Nanny. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta ; Salemba Timur. 2013.
Faiqah, Syajaratuddur. Hubungan Usia Gestasi dan Jenis Persalinan Dengan Kadar
Bilirubinemia pada Bayi Ikterus di RSUP NTB : Jurnal Kesehatan Prima, Vol 8,
No. 2 Agustus 2014.
Indrayani dan Moudy Emma Unaria Djarni. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
CV Trans Info Media. 2013.
Krishnan Elango, dkk. 2016. Evaluation Of Cord Bilirubin and Hemoglobin Analysis in
Predicting Pathological Joundice in Term Babies at Introduction Risk of ABO
Incompatibility. International Journal of Research in Medical Sciences. 2016. Vol
4. Issue 10. Page 4545.
Manggiasih, Vidia Atika dan Pongki Jaya. Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi, Balita
dan anak Prasekolah. Jakarta Timur. CV. Trans Info Media. 2016.
Maryuni dan Anik.Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Pra-sekolah. In Media. 2014.
Marmi dan Kukuh Rahardjo. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta : Pustaka Media. 2012.
Maulida, Luluk Fajria. Ikterus Neonatorum : PROFESI. Vol. 10, No. 3. September, 2013 –
Februari 2014.
33
Rukiyah yeyeh Ai, dan Lia Yulianti. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Cv.
Trans Info Media. 2013.
Sudarti, dan Afroh Fauziah. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Yogyakarta:
Nuha Media 2012.
Wahyuni, Sari. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita Penuntun Belajar Praktek Klinik, Jakarta :
Buku Kedokteran EGC. 2012
Walyani, Elisabeth Siwi. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Pustaka Baru :
Yogyakarta. 2015.
Yongki,dkk. Asuhan Pertumbuhan Kehamilan dan Persalinan, Neonatus, Bayi dan Balita.
Yogyakarta : Nuha Medika. 2012.
Yunanto dan Ari. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2014.