Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

D DENGAN
PERIOPERATIF APPENDISITIS DI RUANGAN
OPERATIF KAMAR RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH SIDIKALANG

DISUSUN OLEH :

Kelompok 1
Aldo O Manullang (P07520421001)
Anita Sigalingging (P07520421002)
Ckresya Hasugian (P07520421003)
Debora Sihombing (P07520421004)
Herlisa Barimbing (P07520421010)

PRODI D III KEPERAWATAN DAIRI


POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN MEDAN
TA. 2022/2023
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Laporan : Asuhan Keperawatan Pada Ny. D dengan
Appendiksitis di Ruangan Operasi Rumah Sakit
Umum Daerah Sidikalang.

2. Nama Kelompok : Kelompok 1


Anggota : Aldo O Manullang
Anita Sigalingging
Ckresya F. Hasugian
Debora Sihombing
Herlisa A. Barimbing

3. Pembimbing dan Preseptor


1) Jojor Silaban, SST, M.Kes : ___________________
NIP : 197304182003122001

2) Ledy Gresia Sihotang, S.Kep, Ns, M.Kep : ___________________


NIP : 198804072019032006

3) Nurlela Sianturi, S.Kep, Ners : ___________________


NIP : 198010142003022021

Mengetahui/Menyetujui
Ka.Prodi D III Keperawatan Dairi
Poltekkes Kemenkes Medan

Jojor Silaban, SST, M.Kes


NIP : 197304182003122001

i
VISI DAN MISI
PRODI D-III KEPERAWATAN DAIRI

VISI
“Menjadi Penyelenggara Pendidikan Vokasi Keperawatan Yang Unggul Didalam
Bidang Keperawatan Gawat Darurat Dalam Penanganan Bencana Alam Yang Mampu
Bersaing Ditingkat Nasional Dan Internasional Pada Tahun 2024”

MISI

1. Menjadi Penyelenggara Pendidikan Vokasi Keperawatan Yang Unggul


Dibidang Keperawatan Gawat Darurat Dalam Penanganan Bencana Alam
Khususnya Bencana Tanah Longsor dan Angin Puting Beliung.

2. Mengembangkan Penelitian Ilmiah dibidang Keperawatan Berbasis Iptek.

3. Menyelenggarakan Pengabdian Kepada Masyarakat dengan Mengaplikasikan


Ilmu Keperawatan Berbasis Penelitian.

4. Menjalin Kerjasama dengan Pihak Pemerintah Maupun Swasta Untuk


Menunjang Pencapaian Tujuan Program Studi dan Penyalahgunaan Lulusan.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas segala rahmat-
Nya sehingga Kami dapat menyusun laporan Praktik Klinik Keperawatan Medikal
Bedah I ini tepat pada waktunya yang berjudul: “Asuhan Keperawatan Pada Ny. D
dengan Peri Operatif Appendisitis di Ruangan Operasi RSUD Sidikalang”.
Dalam menyelesaikan kegiatan Praktek Klinik Keperawatan Medikal Bedah I di
Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang, Kami mendapat bimbingan, saran dan
dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu Kami menyampaikan terimakasih kepada
Dosen pembimbing Ibu Jojor Silaban, SST, M.Kes dan preseftor Ibu Ledy Gresia
Sihotang, S.Kep, Ns, M.Kep dan Ibu Nurlela Sianturi, S.Kep, NsKami juga
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang Bapak dr. Psalmen Saragih, M.
Ked (Clinpath), Sp.P.K yang telah memberikan ijin kepada Mahasiswa Prodi D-III
Keperawatan Dairi untuk melaksanakan pelaksanaan Praktek Klinik Keperawatan
Medikal Bedah I.
2. Ketua Prodi D-III Keperawatan Dairi Ibu Jojor Silaban, SST, M.Kes yang telah
memberi kesempatan pada mahasiswa tingkat II untuk melakukan Praktek Klinik
Keperawatan Medikal Bedah I di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang.
3. Kepada seluruh Perawat dan tenaga kesehatan lainnya di ruang OK Rumah Sakit
Umum Daerah Sidikalang yang telah berkenan mengajari Kami.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman,
kami yakin dalam pembuatan makalah ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh
karena itu Kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
para pembaca.
Sidikalang, April 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. i

VISI DAN MISI PRODI D-III KEPERAWATAN DAIRI.............................. ii

KATA PENGANTAR......................................................................................... iii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iv

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................. 2
1.3 Manfaat Penulisan............................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 4


2.1 Konsep Perioperatif ........................................................................... 4
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Perioperatif...................................... 13

BAB III TINJAUAN KASUS


3.1 Pengkajian Keperawatan.................................................................... 19
3.2 Perumusan Diagnosa Keperawatan................................................... 30
3.3 Intervensi Keperawatan...................................................................... 30
3.4 Implementasi Keperawatan................................................................ 30
3.5 Evaluasi Keperawatan......................................................................... 30

BAB IV PENUTUP.............................................................................................. 33
4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 33
4.2 Saran .................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 34

LAMPIRAN......................................................................................................... 35
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… 36
1. SK Kegiatan................................................................................................... 36
2. Dokumentasi Kegiatan.................................................................................. 37
3. Daftar Hadir Kegiatan.................................................................................. 38

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluhan Apendisitis biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau
periumbilikus yang berhubungan dengan muntah. Nyeri akan beralih ke kuadran kanan
bawah dalam 2-12 jam, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk.
Keluhan nyeri pada pasien dengan Apendisitis dapat menghambat aktivitas sehari-hari
dan menghambat kebutuhan rasa aman dan nyaman (Hidayat, 2020).
Pada pasien Apendisitis akan terganggu kebutuhan dasar fisiologisnya seperti
kebutuhan pada nutrisinya dan eliminasinya (Maslow, 2017). Pada pasien Apendisitis
terganggu pada kebutuhan nutrisi dan eliminasi karena pasien kurang mengkonsumsi
asupan makanan yang mengandung serat sehingga pasien terkadang merasakan rasa
nyeri dan mual muntah (Mediarti et al., 2022).
Appendisitis yang tidak segera ditatalaksana akan menimbulkan komplikasi.
Salah satu komplikasi yang paling membahayakan adalah perforasi. Perforasi terjadi 24
jam setelah timbul nyeri. Gejalanya mencakup demam dengan suhu 37,7°C atau lebih
tinggi, dan nyeri abdomen atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu (Ridwan, 2013).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2008 merilis data bahwa
jumlah penderta radang usus buntu di Indonesia mencapai 591.819 orang dan pada
tahun 2009 terjadi peningkatan sebesar 596.132 dengan presentase 3.36 % dan
meningkat pada tahun 2016 menjadi 621.435 orang dengan presentase 3.53 % (Depkes
RI 2016).
Riset kesehatan Dasar ( Riskesdas) tahun 2018, menunjukkan bahwa pevalensi
jumlah penderita appendisitis di Rumah Sakit Haji Adam Malik dan Rumah Sakit
Umum Sumatera Utara, Medan, sumatera utara antara januari 2014 hingga maret 2019,
penulis menentukan akurasi bersama dengan hasil sensitivitas dan spesivisitas
ultrasonografi (usg) menggunakan rumus yang dihitung. Perbandingan antara hasil usg
dan temuan intraoperatif dianalisis menggunakan uji chisquare atau alternatifnya.
Hasil : diantara 32 pasien, pria dan wanita hampir sama dalam rasio 1:1, dengan usia
rata-rata 14,06 (+/- 3,98) tahun.

1
Masalah keperawatan yang akan muncul pada kasus preoperatif appendisitis
yaitu nyeri akut, hipertermia, dan ansietas.Sebelum dilakukan pembedahan perawat
perlu memprioritaskan tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu dengan mengurangi
nyeri, mencegah terjadinya komplikasi pre operatif, dan memberikan informasi tentang
kondisi atau prognosis dan kebutuhan pengobatannya, terutama yang akan menjalani
tindakan operasi agar tidak menimbulkan kecemasan bagi klien (Soewito, 2017).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat kasus Asuhan
Keperawatan Pada Ny. D Dengan Peri Operatif Appendisitis Di Ruangan OK RSUD
Sidikalang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam makalah ini
Adalah“Asuhan KeperawatanPada Ny. D Dengan Peri Operatif Appendisitis Di
Ruangan OK RSUD Sidikalang.”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum makalah adalah mampu menggambarkan Asuhan
Keperawatan Pada Ny. D Dengan Peri operatif Appendisitis Di Ruangan OK RSUD
Sidikalang.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penyususan makalah ini adalah :
1. Mampu menggambarkan pengkajian keperawatan pada Ny. D dengan
perioperatif appendisitis di ruangan OK RSUD Sidikalang.
2. Mampu menggambarkan diagnosa keperawatan pada Ny. D dengan perioperatif
appendisitis di ruangan OK RSUD Sidikalang
3. Mampu menggambarkan intervensi keperawatan pada Ny. D dengan perioperatif
appendisitis di ruangan OK RSUD Sidikalang
4. Mampu menggambarkan implementasi keperawatan pada Ny. D dengan
perioperatif appendisitis di ruangan OK RSUD Sidikalang

2
5. Mampu menggambarkan evaluasi keperawatan pada Ny. D dengan perioperatif
appendisitis di ruangan OK RSUD Sidikalang

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan informasi tentang asuhan keperawatan Pada
kasus Appendiksitis.
2. Bagi institusi pendidikan
Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengetahun dalam pengembangan pengetahuan tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan Pada kasus Appendiksitis.
3. Bagi Lahan Praktek
Dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan asuhan keperawatan kasus
Appendiksitis.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Appendisitis


2.1.1 Pengertian Appendisitis
Apendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam
kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyk kasus memerlukan
laparatomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawatt,
angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai
cacing yang terinfeksi hancur (Anonim, Apendisitis, 2007).
Appendisitis merupakan penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering
ditemukan dan memerlukan tindakan bedah mayor segera untuk mencegah
komplikasi yang umumnya berbahaya. Apendiks akan berbahaya jika tidak
ditangani dengan segera di mana terjadi infeksi berat yang bisa menyebabkan
pecahnya lumen usus. Penyakit ini dapat dijumpai disemua usia, namun paling
sering pada usia antara 20 sampai 30 tahun. Kejadian Apendisitis 1,4 kali lebih
tinggi pada pria dibandingkan dengan wanita (Hidayat, 2020).

2.1.2 Etiologi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada faktor
predisposisi yaitu :
1. Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini
terjadi karena :
a. Hiperplasia dari folikel limfoit, ini merupakan penyebab
terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptokokus.
3. Laki-laki lebih banyak dari dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30
tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan

4
limpoid pada masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk appendiks:
a. Appendik yang terlalu panjang
b. Massa appendik yang pendek
c. Peninjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
d. Kelainan katup di pangkal appendiks (Nuzulul, 2009).
Apendisitis dapat terjadi karena infeksi bakteri. Hubungan dengan
berbagai bakteri dan virus menular hanya ditemukan dalam kasus yang
kecil pada pasien Apendisitis. Flora apendiks yang meradang berbeda dari
flora apendiks normal. Sekitar 60% dari apendiks yang meradang memiliki
bakteri anaerob dengan 25% pada apendiks normal. Spesimen jaringan dari
dinding apendiks yang meradang hampir semuanya menumbuhkan
Escherichia coli dan Bacteroides species pada hasil kultur. Fusobacterium
nucleatum yang tidak ada pada flora sekum normal, telah diidentifikasi
pada 62% dari apendiks yang meradang. Parasit penyebab lain yang diduga
menimbulkan Apendisitis adalah ulserasi mukosa apendiks oleh parasit E.
histolytica, Viridans streptococci, dan Pseudomonas aeruginosa
(Tomayahu, 2011).

2.1.3 Manifestasi Klinik


Beberapa manifestasi klinis yang sering muncul pada
Apendisitis antara lain sebagai berikut (Cristie et al., 2021) :
1. Nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium disekitar umbilikus atau
periumbilikus. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri beralih ke kuadaran
kanan bawah ke titik Mc Burney (terletak diantara pertengahan umbilikus
dan spina anterior ileum) nyeri terasa lebih tajam.
2. Bisa disertai nyeri seluruh perut apabila sudah terjadi perionitis karena
kebocoran apendiks dan meluasnya pernanahan dalam rongga abdomen.
3. Mual/Muntah
4. Nafsu makan menurun
5. Konstipasi
6. Demam (Cristie et al., 2021)

5
2.1.4 Patofisiologi
Apendisitis terjadi karena disebabkan oleh adanya obstruksi pada lamen
apendikeal oleh apendikolit, tumor apendiks, hiperplasia folikel limfoid
submukosa, fekalit (material garam kalsium, debris fekal), atau parasit E-
Histolytica. Selain itu Apendisitis juga bisa disebabkan oleh kebiasaan makan
makanan yang rendah serat yang dapat menimbulkan konstipasi. Kondisi
obstruktif akan meningkatkan tekanan intraluminal dan peningkatan
perkembangan bakteri. Hal ini akan mengakibatkan peningkatan kongesti dan
penurunan perfusi pada dinding apendiks yang berlanjut pada nekrosis dan
inflamasi apendiks. Pada fase ini penderita mengalami nyeri pada area
periumbilikal. Dengan berlanjutnya pada proses inflamasi, akan terjadi
pembentukan eksudat pada permukaan serosa apendiks. Ketika eksudat ini
berhubungan dengan perietal peritoneum, maka intensitas nyeri yang khas akan
terjadi. Dengan berlanjutnya proses obstruksi, bakteri akan berproliferasi dan
meningkatkan tekanan intraluminal dan membentuk infiltrat pada mukosa dinding
apendiks yang ditandai dengan ketidaknyamanan pada abdomen. Adanya
penurunan perfusi pada dinding akan menimbulkan iskemia dan nekrosis serta
diikuti peningkatan tekanan intraluminal, juga akan meningkatkan risiko perforasi
dari apendiks. Pada proses fagositosis terhadap respon perlawanan terhadap
bakteri ditandai dengan pembentukan nanah atau abses yang terakumulasi pada
lumen apendiks.
Berlanjutnya kondisi Apendisitis akan meningkatkan resiko terjadinya
perforasi dan pembentukan masa periapendikular. Perforasi dengan cairan
inflamasi dan bakteri masuk ke rongga abdomen kemudian akan memberikan
respon inflamasi permukaan peritoneum atau terjadi peritonitis. Apabila perforasi
apendiks disertai dengan abses, maka akan ditandai dengan gejala nyeri lokal
akibat akumulasi abses dan kemudian akan memberikan respons peritonitis.
Gejala yang khas dari perforasi apendiks adalah adanya nyeri hebat yang tiba-tiba
datang pada abdomen kanan bawah (Pratiwi, n.d. 2021).

6
2.1.5 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi apabila terjadi keterlambatan penanganan. Faktor
keterlambatan dapat terjadi dari pasien ataupun tenaga medis. Faktor penderita
dapat berasal dari pengetahuan dan biaya. Faktor tenaga medis dapat berupa
kesalahan dalam mendiagnosa, keterlambatan mengangani masalah dan
keterlambatan dalam merujuk ke rumah sakit dan penangggulangan. Hal ini dapat
memacu meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas. Proporsi yang sering
adalah terjadi pada anak kecil dan orang tua.
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan Apendisitis. Adapun
jenis komplikasi menurut (Silaban et al., 2020) adalah :
1. Abses
Abses merupakan peradangan apendiks yang berisi pus. Teraba massa
lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula
berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal
ini terjadi apabila Apendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh
omentum. Operasi appendectomy untuk kondisi abses apendiks dapat
dilakukan secara dini (appendectomy dini) maupun tertunda (appendectomy
interval). Appendectomy dini merupakan appendectomy yang dilakukan segera
atau beberapa hari setelah kedatangan pasien di rumah sakit. Sedangkan
appendectomy interval merupakan appendectomy yang dilakukan setelah terapi
konservatif awal, berupa pemberian antibiotika intravena selama beberapa
minggu.
2. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya apendiks yang berisi pus sehingga bakteri
menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak
awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam.Perforasi dapat diketahui pra
operatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam
sejak sakit, panas lebih dari 38,5° C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut,
dan leukositosis terutama Polymorphonuclear (PMN). Perforasi baik berupa
perforasi bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan terjadinya
peritonitis. Perforasi memerlukan pertolongan medis segera untuk membatasi
pergerakan lebih lanjut atau kebocoran dari isi lambung ke rongga perut.

7
3. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum. Bila infeksi tersebar
luas pada permukaan peritoneum dapat menyebabkan timbulnya peritonitis
umum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus
meregang, dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok,
gangguan sirkulasi, dan oliguria. Peritonitis disertai rasa sakit perut yang
semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan leukositosis. Penderita
peritonitis akan disarankan untuk menjalani rawat inap di rumah sakit.

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


1) Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi: Akan tampak adanya tanda pembengkakan (swelling),
rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi).
 Palpasi: Dibagian perut kanan bawah akan terasa nyeri (Blumbeng
Sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis Apendisitis akut.
 Dengan tindakan tungkai dan paha kanan ditekuk kuat / tungkai di
angkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri akan semakin parah (Psoas Sign).
 Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin parah apabila
pemeriksaan dubur dan vagina terasa nyeri.
 Suhu dubur atau rectal yang lebih tinggi dari suhu ketiak, lebih
menunjang lagi adanya radang usus buntu.

2). Pemeriksaan Laboratorium


Kenaikan sel darah putih (Leukosit) hingga 10.000 – 18.000/mm3.
Jika terjadi peningkatan yang lebih, maka kemungkinan apendiks sudah
mengalami perforasi.

3). Pemeriksaan Radiologi


1. Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang membantu)
2. Ultrasonografi (USG) Pemeriksaan USG dilakukan untuk
menilai inflamasi dari apendiks
3. Pemeriksaan CT – Scan pada abdomen untuk mendeteksi

8
Apendisitis dan adanya kemungkinan perforasi.
4. C – Reactive Protein (CRP) adalah sintesis dari reaksi fase akut oleh hati
sebagai respon dari infeksi atau inflamasi. Pada Apendisitis didapatkan
peningkatan kadar CRP.

2.1.7 Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan (konvensional atau laparaskopi) apabila diagnose Apendisitis
telah ditegakan dan harus segera dilakukan untuk mengurangi risiko
perforasi.
b. Berikan obat antibiotik dan cairan IV sampai tindakan pemebedahan
dilakukan.
c. Agen analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakan.
d. Operasi (apendiktomy), bila diagnosa telah ditegakan yang harus
dilakukan adalah operasi membuang apendiks (apendiktomy). Penundaan
apendiktomy dengan cara pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses
dan perforasi. Pada abses apendiks dilakukan drainage.
Apendiktomy adalah pembedahan atau operasi pengangkatan
apendiks. Apendiktomy merupakan pengobatan melalui prosedur tindakan
operasi hanya untuk penyakit apendicitis atau penyingkiran/pengangkatan
usus buntu yang terinfeksi. Apendiktomy dilakukan sesegera mungkin
untuk menurunkan risiko perforasi lebih lanjut seperti peritonitis atau
abses (Ridwan.at.al.2017)

2) Penatalaksanaan Keperawatan
a. Tujuan keperawatan mencakup upaya meredakan nyeri, mencegah defisit
volume cairan, mengatasi ansietas, mengurangi risiko infeksi yang
disebabkan oleh gangguan potensial atau aktual pada saluran
gastrointestinal, mempertahankan integritas kulit dan mencapai nutris
yang optimal.
b. Sebelum operasi, siapkan pasien untuk menjalani pembedahan, mulai
jalur Intra Vena berikan antibiotik, dan masukan selang nasogastrik (bila

9
terbukti ada ileus paralitik), jangan berikan laksatif.
c. Setelah operasi, posisikan pasien fowler tinggi, berikan analgetik
narkotik sesuai program, berikan cairan oral apabila dapat ditoleransi.
d. Jika drain terpasang di area insisi, pantau secara ketat adanya tanda-
tanda obstruksi usus halus, hemoragi sekunder atau abses sekunder.
(Silaban et al., 2020)

2.2 Konsep Perioperatif


2.2.1 Pengertian Perioperatif
Keperawatan Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien. Perioperatif adalah istilah gabungan yag
mencakup tiga fase yaitu fase preoperatif, intra operatif dan pasca operatif
dimana masing-masing fase tersebut dimulai dan berakhir pada waktu
tertentu dalam urutan peristiwa yang membentuk pengalamna bedah, dan
masing-masing mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang
luas yang dilakukan oleh perawat dengan menggunakan proses keperawatan
dan standar praktik keperawatan.
Fase Preoperatif merupakan tahapan awal dalam proses
pembedahan yang dimulai dari keputusan untuk informasi bedah dibuat dan
berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi untuk dilakukan tindakan
pembedahan. Aktivitas keperawatan yang termasuk dalam fase preoperatif
antara lain mengkaji pasien, mengidentifikasi masalah keperawatan yang
aktual dan potensial/berisiko terjadi masalah, merencanakan asuhan
keperawatan berdasarkan kebutuhan individu, dan memberikan penyuluhan
preoperatif pada pasien dan keluarga atau orang terdekatnya. Hal penting
yang perlu dilakukan pada fase preoperatif adalah menjelaskan tentang
maksud dan tujuan serta dampak dari pelaksanaan pembedahan pada pasien
yang dikenal dengan edukasi preoperatif (Indri1 et al., n.d.).

10
2.2.2 Fase-Fase Pelayanan Keperawatan Perioperatif
1) Fase Pre Operatif
Fase pre operatif dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan
intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi.
Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup
penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan klinik ataupun rumah,
wawancara pre operatif dan menyiapkan pasien untuk anasthesi yang
diberikan serta pembedahan.
Asuhan keperawatan pre operatif pada prakteknya akan dilakukan
secara berkesinambungan, baik asuhan keperawatan pre operatif di bagian
rawat inap, poliklinik, bagian bedah sehari (one day care), atau di unit
gawat darurat yang kemudian dilanjutkan di kamar operasi oleh perawat
kamar bedah.

2) Fase Intra Operatif


Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk kamar bedah dan
berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan atau ruang
perawatan intensif. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup
pemasangan infus, pemberian medikasi intravena, melakukan pemantauan
kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan
menjaga keselamatan pasien. Dalam hal ini sebagai contoh memberikan
dukungan psikologis selama induksi anasthesi, bertindak sebagai perawat
scrub, atau membantu mengatur posisi pasien di atas meja operasi dengan
menggunakan prinsip-prinsip kesimetrisan tubuh.
Pengkajian yang dilakukan perawat kamar bedah pada fase intra
operatif lebih kompleks dan harus dilakukan secara cepat dan ringkas agar
segera dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai. Kemampuan dalam
mengenali masalah pasien yang bersifat resiko maupun aktualakan
didapatkan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman keperawatan.
Implementasi dilaksanakan berdasarkan pada tujuan yang diprioritaskan,
koordinasi seluruh anggota tim operasi, serta melibatkan tindakan
independen dan dependen.

11
Pada fase ini terdapat juga pengisian checklist. Yang bertanggung
jawab untuk memeriksa checklist, yaitu perawat sirkuler tetapi dapat juga
setiap dokter yang berpartisipasi dalam operasi. Checklist dalam operasi
dibagi menjadi tiga fase, masingmasing sesuai dengan periode waktu
tertentu dalam prosedur normal : periode sebelum induksi anasthesi (sign
in), periode setelah induksi dan sebelum insisi (time out) dan periode
selama atau segera setelah penutupan luka.
a. Fase sign in yaitu sebelum induksi anasthesia, koordinator pengisian
checklist akan secara verbal mengkonfirmasi dengan pasien (jika
mungkin) identitasnya, lokasi operasi, prosedur dan persetujuan operasi
telah diperoleh. Koordinator akan selalu mengkonfirmasi bahwa lokasi
operasi sudah ditandai (jika perlu) dan akan meninjau secara lisan
dengan anasthesi profesional mengenai resiko pasien kehilangan darah,
penyulit pernapasan, alergi, dan juga apakah persiapan mesin anasthesi
serta obat-obatan telah lengkap.
b. Fase time out, tim akan berhenti sesaat sebelum sayatan kulit untuk
mengkonfirmasi dengan keras bahwa operasi yang sedang dilakukan
pada pasien yang benar dan lokasi yang benar. Semua anggota tim
kemudian akan meninjau secara verbal satu sama lain, pada gilirannya,
unsur-unsur penting dari rencana mereka untuk operasi, menggunakan
pertanyaan checklist pada panduan. Mereka juga akan mengkonfirmasi
bahwa antibiotik profilaksis telah diberikan dalam 60 menit sebelumnya
dan bahwa pencitraan penting ditampilkan sebagaimana mestinya.
c. Fase sign out, tim akan meninjau bersama operasi yang dilakukan,
kelengkapan jumlah spons dan instrumen serta label dari setiap
spesimen bedah yang diperoleh. Mereka juga akan meninjau setiap
malfungsi peralatan atau masalah yang perlu ditangani. Pada akhirnya
tim akan meninjau rencana utama dan kekhawatiran untuk manajemen
pasca operasi serta pemulihan sebelum memindahkan pasien dari ruang
operasi.
3) Fase Post Operatif
Fase post operatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang

12
pemulihan (recovery room) atau ruang intensive dan berakhir berakhir
dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan rawat inap, klinik, maupun
di rumah.lingkup aktivitas keperawatan mencakup rentang aktivitas
yang luas selama periode ini. Pada fase ini fokus pengkajian meliputi
efek agen anasthesi dan memantau fungsi vital serta mencegah
komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada
peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan,
perawatan tindak lanjut, serta rujukan untuk penyembuhan, rehabilitasi,
dan.pemulangan.(Indri1.et.al.,n.d.)

2.2.3 Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.3.1 Pengkajian Keperawatan
1. Data demografi Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin,
status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan,
alamat, nomor register.
a. Riwayat kesehatan Sekarang
1. Keluhan utama
Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.
Provoking Incident : Apakah ada peristiwa yang menjadi
faktor presitasi nyeri.
1) Quality Of Pain : Seperti apa rasa nyeri yang
dirasakan. Apakah seperti terbakar, berdenyut atau
menusuk.
2) Region : Apakah rasaa sakit bias reda, apakah rasa
sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit
terjadi.
3) Severity (scalr) Of Pain : Seberapa jauh rasa nyeri
yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri
atau menerangkkan seberapa jauh rasa sakit
mempengaruhi kemampuan fungsinya.
4) Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah buruk pada malam hari atau siang hari

13
2). Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang
menembus kebelakang sampai pada punggung dan mengalami demam
tinggi
 Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pasien pernah mengalami operasi sebelumnya pada colon.
 Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang
sama. Pemeriksaan fisik ROS (review of system)
a. Keadaan umum : kesadaran composmentis, wajah
tampak menyeringai, konjungtiva anemis. (H Kara, 2014)
 Airway
Dengan kontrol servikal, yang pertama harus dinilai adalah
kelancaran jalan nafas. Ini meliputi pemeriksaan adanya
obstruksi jalan nafas oleh adanya benda asing atau fraktus di
bagian wajah. Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus
memproteksi tulang cervikal, karena itu teknik Jaw Thrust
dapat digunakan. Pasien dengan gangguan kesadaran atau
GCS kurang dari 8 biasanya memerlukan pemasangan airway
definitive.
 Breathing
Setelah mengamankan airway maka selanjutnya kita
harus menjamin ventilasi yang baik. Ventilasi yang
baik meliputi fungsi dari paru paru yang baik, dinding
dada dan diafragma.
 Circulation
Ketika mengevaluasi sirkulasi maka yang harus
diperhatikan disini adalah volume darah, perdarahan, syok,
anemia, CRT dan Cardiac output.

3). Pemeriksaan diagnostic.


1. Ultrasonografi adalah diagnostik untuk Apendisitis akut

14
2. Foto polos abdomen : dapat memperlihatkan distensi sekum, kelainan non
spesifik seperti fekalit dan pola gas dan cairan abnormal atau untuk
mengetahui adanya komplikasi pasca pembedahan.
3. Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit
yang merupakan tanda adanya infeksi.
4. Pemeriksaan Laboratorium.
a. Darah : Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 µ/ml.
b. Urine : Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit.

2.2.3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai
respon pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017).
Berdasarkan pada semua data pengkajian diagnosa keperawatan utama
yang dapat muncul, antara lain :
Pre Operatif
1). Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2). Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
3). Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

Intra Operatif
1). Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif dan tindakan
pembedahan dan dilakukan intervensi pertahanan teknik steril selama
jalannya tindakan pembedahan
2). Resiko cidera akibat kondisi perioperatif berhubungan dengan gangguan
persepsi/sensorikakibat anestesi
3). Defisit voluem cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
secara aktif

Post Operatif
1). Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (insisi pembedahan pada
apendiktomi )

15
2). Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif : penatalaksanaan
appendiktomi
3). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis ( mual, muntah) (Haryono Rudi, 2012)

2.2.3.3 Perencanaan Keperawatan


Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah
perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan
pada pasien berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan dan
keperawatan pasien dapat diatasi.

Pre Operasi

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KRITERIA HASIL
1. nyeri Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi
akut berhubungankeperawatan 1x60 menit lokasi, karakterisitik,
dengan agen diharapkan keluhan nyeri durasi,
pencedera fisik menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas,
(SDKI D.0077) hasil meringis menurun, intensitas nyeri
sikap protektif menurun, 2. Identifikasi skala nyeri
gelisah menurun. 3. Identifikasi factor
Tingkat nyeri (SLKI memperberat dan
L.08066 Hal.145) memperingan nyeri
4. Fasilitasi istirahat dan
tidur
5. Kolaborasi pemberian
analgesik

2 Ansietas Setelah dilakukan tindakan . Identifikasi teknik


berhubungan keperawatan 1x60 menit relaksasi nafas dalam
dengan diharapkan tingkat ansietas . Ciptakan lingkungan

16
krisis membaik dengan kriteria tenang
situasional hasil perilaku gelisah . Anjurkan mengambil
(SDKI D.0080 menurun, perilaku tegang posisi nyaman
Hal.180) menurun, pola tidur . Anjurkan rileks
membaik.
Tingkat ansietas (SLKI
L.09093 Hal.132)
3. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan1. Identifikasi penyebab
berhubungan keperawatan 1x60 menit hipertermia
dengan proses diharapkan termoregulasi2. Monitor suhu tubuh
penyakit (SDKI membaik dengan kriteria3. Lakukan pendinginan
D.0130 Hal.284) hasil menggigil menurun, eksternal
suhu tubuh membaik.
Termoregulasi (SLKI
L.14134 Hal.129)

2.2.3.4 Implementasi Keperawatan


Tahap pelaksanaan merupakan tahap ke-4 dari proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan yang
terlah direncanakan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai
hal diantaranya bahaya fisik dan perlindungan terhadap pasien, Teknik
komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang
hak pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien. Dalam
pelaksanaan rencana tindakan terdapat 2 jenis yaitu: tindakan mandiri dan
kolaborasi (Mediarti et al., 2022).

2.2.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi Keperawatan merupakan penilaian dengan cara
membandingkan perubahan yang terjadi pada keadaan pasien (hasil yang

17
diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap
perencanaan.

WOC/ PATHWAY

18
Sumber : Nurarif & Kusuma, 2016

BAB III
FORMAT PENGKAJIAN KESEHATAN

I. BIODATA
Identitas Pasien
Nama : Ny. D
Umur : 58 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Suku Bangsa : Batak
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Buntu Raja
Tanggal masuk / jam : 15 April 2023
Diagnosa Medis : Appendiktomi
No. RM : 218412
Ruangan : OK
Penanggung Jawab.
Nama : Ny. P
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan keluarga : Anak Kandung
Alamat : Hutaimbaru

II. ALASAN KE RS / KELUHAN UTAMA.


Keluarga mengatakan pasien mengeluh nyeri perut sejak 3 hari nyeri menjalar ke
pinggang, mual dan muntah setiap kali makan.
19
III. RIWAYAT KESEHATAN.
Riwayat Kesehatan Sekarang.
Keluhan yang dirasakan saat ini : Pasien mengatakan nyeri didaerah
perut kanan bawah,
nyeri bertambah saat bergerak dan juga
mual muntah.

Provocative / Palliative
Apa penyebabnya : Peradangan apendik
Hal yang memperbaiki : Tidur dengan posisi supinasi
atau yang memperberat :
Quality/Quantity
Bagaimana dirasakan :Nyerinya seperti ditusuk-tusuk
Bagaimana terlihat/terdengar :Pasien tampak meringis kesakitan
Regional
Dimana lokasinya : Sepertiga dari umbilikus ke fossa iliaka
kanan

Scale (1 – 10)
Seberapa parah penyakitnya : Skala 6
Timing
Kapan mulai timbul : 3 hari yang lalu
Sering/kadang-kadang : Sering
Bagaimana terjadinya : Secara tiba-tiba

IV. KEBIASAAN SEHARI-HARI.


Biologis.
Nutrisi
Sebelum masuk RS
Pola makan : 3 x /hari
Nafsu makan : Baik
Makanan yang disukai : Semua suka
Makanan pantangan : tidak ada

20
Sesudah Masuk RS : Pasien dianjurkan untuk diet

Minum.
Sebelum masuk RS.
Jenis minuman : Air Putih
Banyaknya : 2000 cc ( 8 gelas/hari).
Sesudah masuk RS. : Pasien dianjurkan diet
Tidur
Tidur siang : 2 jam/hari.
Tidur malam : 8 jam/hari.
Kesulitan waktu tidur : Tidak Ada
Cara mengatasinya :-
Sesudah masuk RS.
Tidur siang : 1 jam/hari.
Tidur malam : 5 jam/hari.
Kesulitan waktu tidur : Nyeri saat mengubah posisi
Cara mengatasinya : Mengatur posisi tidur
Eliminasi (BAK/BAB)
BAK
Sebelum masuk RS Frekwensi : 3 x/hari
Warna & bau : Kekuningan dan berbau khas
Kelainan : Tidak ada
Sesudah masuk RS Frekwensi : ( Pasien terpasang kateter)
Banyaknya : 200 ml/hari
Warna & bau : kuning pekat dan berbau khas
Kelainan : Tidak ada

BAB
Sebelum/Sesudah masuk RS
pasien mengatakan belum ada BAB
Aktivitas.
Sebelum masuk RS
Kegiatan : Mengajar
Jumlah jam kegiatan : 7 Jam

21
Sesudah masuk RS
Ditolong dgn bantuan sebagian : Ya, aktivitas dibantu oleh anak
pasien
Personal Hygiene
Sebelum masuk RS.
Mandi : 2 x/hari.
Gosok gigi : 2 x/hari.
Cuci rambut : 3 x/minggu
Potong kuku : 1 x/minggu
Sesudah masuk RS.
Mandi : 0 x/hari.
Gosok gigi : 0 x/hari.
Cuci rambut : 0 x/minggu
Potong kuku : 0 x/minggu
Hambatan dalam melaksanakan personal hygiene :
Nyeri dibagian perut, pasien terpasang kateter dan infus
Rekreasi.
Nonton TV/Bioskop : Kurang lebih 1 x /hari
Mendengakan musik : sering
Olah raga :Kadang-kadang
Ke tempat hiburan : jarang

Psikologis.
Persepsi pasien tentang penyakitnya : pasien mengatakan pasti akan
sembuh
Konsep diri : baik
Emosi : Terkontrol
Adaptasi : baik
Mekanisme pertahanan diri : Baik
Klien mengerti tentang penyakitnya : Tidak mengerti
Pertanyaan yg sering diajukian klien : Berapa lama operasi yang akan
dilakukan
Sosial.
Hubungan antar anggota keluarga : Harmonis
Hubungan dengan orang lain : Baik

22
Perhatian terhadap orang lain : Baik
Kegemaran / hobby : olahraga
Bahasa yang digunakan : Bahasa daerah
Bicara (jelas/tdk jelas/relevan) : Jelas
Spiritual.
Pelaksanaan ibadah : Rajin Beribadah
Keyakinan tentang kesembuhannya : pasien mengatakan yakin untuk
sembuh

V. PEMERIKSAAN FISIK.
Tanda-tanda vital. : Tanggal :15 April 2023 Jam :10.30
Keadaan umum pasien : pasien lemah
Kesadaran : Compos Mentis
Suhu : 36,8 oC
Tekanan darah : 130/70 mmHg
Nadi : 85 x/menit.
Pernafasan : 20 x/menit.
Tinggi Badan : 151 cm.
Berat Badan : 51 Kg.
Ciri-ciri tubuh : Kulit sawo matang
Pemeriksaan Head To Toe.
Kepala.
Bentuknya : simetris
Kulit kepala :  Bersih  Kotor & bau  Ada
lesi/luka.
Rambut
Keadaan : Subur  Rontok
Warna : Hitam
Keadaan : Bersih  Kotor  Kotor &
bau.
Mata
Visus / ketajaman penglihatan : Normal
Fungsi penglihatan : Normal
Sclera :  Ikterik Tdk ikterik Merah
Conjungtiva :  Anemis  Tidak anemis

23
Pupil dan reflex cahaya :  Normal  Miosis 
Midriosis
Posisi bola mata : Normal
Pemakaian alat bantu :  Ada Tidak ada,
Jenis :________
Hidung/penciuman
Benda asing dan secret :  Ada  Tidak ada
Fungsi penciuman : Normal
Perdarahan :  Ada Tidak ada, Jumlah :
______
Peradangan mukosa :  Ada Tidak ada
Polip :  Ada  Tidak ada
Telinga / pendengaran
Fungsi pendengaran: Normal
Serumen atau cairan :  Ada Tidak ada, Jumlah :
_______
Perdarahan :  Ada Tidak ada, Jumlah :
_______
Peradangan :  Ada Tidak ada, Jumlah :
_______
Pemakaian alat bantu :  Ada Tidak ada, Jenis :
_______
Mulut
Rongga mulut
Fungsi menelan : sulit
Mucosa dan bibir : kering
Bau : Tidak
Perdarahan :  Ada Tidak ada, Jumlah : ______
Gigi
Keadaan gigi : Bersih  Kotor  Kotor dan
bau.
Karang gigi / caries :  Bersih  Kotor dan bau.
Perdarahan :  Ada Tidak ada
Peradangan :  Ada Tidak ada

24
Protese :  Ada Tidak ada, Jenis : ___
Lidah
Kebersihan : Bersih  Kotor dan bau.
Hiperemik tepi lidah :  Ada Tidak ada
Fungsi pengecapan : Normal
Tonsil
Bentuk dan ukuran :  Bengkak Tidak bengkak
Pharing
Peradangan / pembesaran :  Ada Tidak ada
Kesulitan berbicara : Tidak ada

Leher
Kelenjar getah bening :  Bengkak Tidak
bengkak
Kelenjar tiroid :  Bengkak Tidak
bengkak
Tekanan vena jugularis : Normal  Meninggi
Kaku kuduk/tengkuk : Normal

Thorax dan fungsi pernafasan


a. Bentuk thorax : Simetris  Tidak simetris
b. Frekwensi nafas : 20x/mnt
c. Jenis pernafasan : Torakal  Abdominal
 Torakal abdominal.
d. Irama :  Reguler  Irreguler
e. Pola nafas : Eupnea  Dyspnoe
 Bradypnoe
 Tachypnoe  Cheyne Stokes
 Kusmaul  Biot’s

f. Penggunaan otot assesoris :  Ada Tidak ada.


g. Suara nafas :  Vesikuler 
Bronchovesikuler
 Bronchial  Tracheal

25
 Ronchi basah/kering 
Wheezing,
 Gesekan pleura /krekles.
h. Jalan nafas : Bersih  Tersumbat :
_____________
i. Batuk :  Ada  Tidak ada
j. Sputum :  Ada Tidak ada
Jantung.
Ukuran jantung : Normal  Artrofi 
Hypertrofi
Bunyi jantung :  BJ I – II  BJ III, Jenis :
__________
Frekuensi denyut jantung : Normal

Irama jantung :  Reguler  Irreguler


Nyeri dada :  Ada  Tidak ada
Sianosis :  Ada  Tidak ada
Abdomen
Turgor kulit abdomen : Normal
Bentuk : Simetris  Tidak simetris
Bising usus :-
Nyeri tekan : Ada nyeri tekan

Massa/benjolan :  Ada  Tidak ada


Keadaan lien :  Teraba Tidak teraba
Keadaan ginjal :  Teraba Tidak teraba.
Reproduksi / alat kelamin
Kelenjar limfe inguinal
Organ seksual :  Laki-laki Perempuan
Kebersihan kulit kelamin : Bersih
Perdarahan :  Ada  Tidak ada, jumlah :
_______
Peradangan/infeksi :  Ada Tidak ada
Testis kiri dan kanan : Normal  Atrofi 

26
Hipertrofi
Kebersihan vulva :  Bersih  Kotor
Anus
Haemorhoid external :  Ada Tidak ada
Fissura/Fistula :  Ada  Tidak ada
Peradangan/keganasan :  Ada Tidak ada
Extremitas
Atas
Oedema : Tidak ada
Rentang gerak : Normal
Bentuk : Simetris
Kekuatan otot : Baik
Tanda-tanda khusus :-

Bawah
Oedema : Tidak ada
Rentang gerak : Terbatas
Bentuk : Simetris
Kekuatan otot : Mengalami kelemehan otot

VI. DATA PENUNJANG/PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah
Darah Hasil Normal
Hemoglobin 11.8 g/dl 12-16
Leukosit 12.7 ribu/ul (meningkat) 4.0-11.0
Eritrosit 3.59 juta/ul 4.1-5.1
Hematokrit 32.2 % (menurun) 36-47
Thrombosit 269 ribu/ul 150-450
MCV 89.7 fL 81-99
MCH 32.8 pg (meningkat) 27-31
MCHC 36.5 g/dl 31-37
27
RDW-CV 12.1 % 11.5-14.5
MPV 9.8 fL 6.5-9.5

B. Pemeriksaan Rontgen : Fhoto Thorax


Cor tak membesar dan pulmo tak
tampak kelainan

VIII. THERAPI / TINDAKAN MEDIK :


N JENIS TERAPI DOSIS GOLONGAN EFEK TERAPI EFEK SAMPING
O
1 Ringer lactat 500 ml 20 tetes per Kristaloid Untuk Nyeri dada
(makro) menit / 8 jam mempertahankan
hidrasi pada
pasien yang
tidak dapat
menahan cairan
2 Ceftriaxone 1 gr / 12 jam Antibiotik Untuk Mual dan muntah,
mengobati pusing atau sakit
infeksi bakteri kepala dan
mengantuk.
3. Ranitdine 1 Amp / 12 Histamin Untuk Sakit kepala, mual,
jam mengobati gejala pusing.
atau penyakit
yang berkaitan
dengan produksi
asam lambung
berlebih .
4. Ketorolac 1 Amp / 8 Analgesik Meredakan nyeri Sakit kepala,

28
jam sedang hingga pusing, kantuk
berat

ANALISA DATA

NO DATA KEMUN GKINAN MASALAH


PENYEBAB
01. DS : Fekalit, benda asing Nyeri Akut (Pre Operasi)
- Pasien mengatakan nyeri di
daerah perut kanan bawah
DO : Obstruksi pada lumen
- Pasien tampak meringis
kesakitan
- Pasien tampak lemah Penekanan pembuluh darah
- P : Peradangan apendik lumen dan terjadi kematian sel/
- Q : Seperti ditusuk - tusuk kerusakan jaringan
- R : Perut kanan bawah
- S:6
- T : Nyeri hilang timbul Inflamasi Apendik
- TD : 130/70 mmHg

29
- RR : 20X/Menit Apendisitis
- HR : 85x/Menit
- T : 36,8 oC Respon peradangan

Nyeri akut
DS : Pembedahan Nyeri Akut (Post Operasi)
- Pasien mengatakan nyeri saat ada
gerakan Luka insisi pasca bedah

DO :
- Pasien protektif terhadap luka Nyeri saat ekstremitas kanan
- P : Adanya luka insisi operasi digerakkan
- Q : Seperti di sayat- sayat
- S:4
- T : 30 detik saat bergerak/mengubah Nyeri akut pada luka post bedah
posisi

PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencegera bioligis

Post Operasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis

30
31
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
Tanggal Data Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional
13 April DS : Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Untuk
2023 - Pasien mengatakan berhubungan tindakan lokasi dan kualitas menentukan
Pre nyeri di daerah perut dengan agen keperawatan selama nyeri tindakan
kanan bawah 1x30 menit terdapat
Operasi cedera biologis 2. Identifikasi skala selanjutnya
DO : penurunan respon
nyeri 2.Untuk
- Pasien meringis nyeri dengan
3. Ajarkan tehnik mengetahui
kesakitan kriteria hasil :
nonfarmakologis tingkat nye
- Pasien lemah - Skala nyeri 3-0
- P : Peradangan - Pasien merasa
untuk mengurangi pasien

apendik nyaman nyeri 3. Tehnik no


- Q : Seperti ditusuk - - TTV dalam batas farmakologis
tusuk normal nafas dalam
- R : Perut kanan bawah TD : 120/80 dapat
- S:6 mmHg mengurangi
- T : timbul HR : 60-100 rasa nyeri
- TD : 130/70 mmHg x/menit
- RR: 20 X/Menit RR : 16-20
- HR: 85 x/Menit x/menit
- T : 36,8oC T : 36,2-37,2 oC

32
13 April DS : Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Untuk
2023 - Pasien mengatakan nyeri saat berhubungan tindakan lokasi dan kualitas menentukan
Post ada gerakan dengan agen keperawatan nyeri tindakan
Operasi cedera fisiologis selama 2x60 2. Identifikasi skala selanjutnya
DO : (Insisi operasi) menit diharapkan nyeri 2.Untuk
- Pasien protektif terhadap tingkat nyeri 3. Ajarkan tehnik mengetahui
luka
dapat menurun nonfarmakologis tingkat nye
- P : Adanya luka insisi
dengan dengan untuk mengurangi pasien
operasi
kriteria hasil : nyeri 3. Tehnik no
- Q : Seperti di sayat- sayat
Skala nyeri 3-0 farmakologis
- S: 4
- Pasien merasa nafas dalam
- T : 30 detik saat
nyaman dapat
bergerak/mengubah
- TTV dalam batas
posisi mengurangi
normal
rasa nyeri
TD : 120/80
mmHg
HR : 60-100
x/menit
RR : 16-20
x/menit
- T :
36,2-37,2
o
C

1.

33
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1. Dari hasil uraian yang telah didapat tentang asuhan keperawatan pada pasien
maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
2. Hasil pengkajian pre operasi pasien mengalami kecemasan karena
baru pertama kali melakukan tindakan operasi karena pasien
sebelumnya tidak pernah melakukan tindakan operasi.
3. Dari diagnosa keperawatan didapatkan pre operasi adalah nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, ansietas
berhubungan dengan krisis situasional.
4. Intervensi keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Apendisitis
dilakukan sesuai dengan ansietas berhubungan dengan krisis situasional:
monitor tanda ansietas, ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang dengan
kriteria hasil: ansietas menurun. Pada masalah keperawatan nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis: identifikasi kuantitas, kualitas, skala nyeri,
identfiikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri dengan kriteria hasil
keluhan nyeri berkurang
5.Implementasi keperawatan pada pasien disesuaikan dengan diagnosa
keperawatan yang ada : pasien dengan masalah keperawatan nyeri akut :
identifikasi kualitas, kuantitas, intensitas, skala nyeri dan identifikasi faktor
yang memperberat dan memperingan nyeri. Pada masalah keperawatan ansietas
: identifikasi tingkat ansietas, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam. 5.Evaluasi
tindakan keperawatan ansietas berhubungan dengan krisis situasional, pasien
mengatakan sudah tidak cemas.
Saran
1. Untuk mencapai hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan hubungan yang
baik dan keterlibatan pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya.
2. Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya mempunyai
pengetahuan, ketrampilan yang cukup serta dapat bekerjasama dengan tim
kesehatan lainnya dengan memberikan asuhan keperawatan pada pasien.

34
DAFTAR PUSTAKA

Cristie, J. O., Wibowo, A. A., Noor, M. S., Tedjowitono, B., Aflanie, I., Studi, P.,
Dokter, P., Kedokteran, F., Mangkurat, U. L., Digestif, D. B., Ilmu, D.,
Masyarakat, K., Kedokteran, F., Mangkurat, U. L., Onkologi, D. B.,
Forensik, D., Kedokteran, F., & Mangkurat, U. L. (2021). Literature
Review : Analisis Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Apendisitis Akut. Homeostasis, 4(.), 59–68.

H Kara, O. A. M. A. (2014). No Title No Title No Title. Paper Knowledge .


Toward a Media History of Documents, 7(2), 107–115.

Hidayat, E. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan


Apendisitis Yang Di Rawat Di Rumah Sakit. In Jurnal Ilmiah
Kesehatan. http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/id/eprint/1066

(Haryono, R. 2012). Keperawatan Medikal Bedah : Sistem Pencernaan.


Yogyakarta :Gosyen Publishing.

Indri1, U. V., Karim2, D., & Elita3, V. (n.d.). 187926-ID-hubungan-


antara-nyeri- kecemasan-dan-ling.

Maslow, A. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia.

Mediarti, D., Akbar, H., Jaya, H., Studi, program, Keperawatan, D., Kesehatan,
P., & Kesehatan, K. (2022). Apendisitis dengan masalah nyeri akut. 7.

Nasution, R. A. (2021). Perbandingan efektivitas operasi apendektomi


laparaskopi dan apendektomi terbuka sebagai tatalaksana operasi
pada pasien apendisitis: telaah sistematis dan meta analisis. 1–76.

35
Pratiwi, N. K. D. T., Raya, N. A. J., & Puspita, L. M. (2021). Manajemen
Hipotermia Dalam Keperawatan Perioperatif Pada Pasien Yang Menjalani
Pembedahan Abdomen: a Literature Review. Coping: Community of
50 60 Publishing in Nursing, 9(5),
497.https://doi.org/10.24843/coping.2021.v09.i05.p02

Rahmayati, E., Irawan, A., & Sormin, T. (2017). Pengaruh Terapi Komplementer
Akupresur terhadap Mual Muntah Pasca Operasi di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung. Jurnal Kesehatan, 8(3), 382.
https://doi.org/10.26630/jk.v8i3.649

Ridwan, M., Rinawati, S. A. W., & Syah, D. Z. R. (2014). Terdapat Hubungan


Antara Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kecemasan Pasien
Pre Operasi Appendectomy.3(3),192–197.
https://doaj.org/article/de096c68ed0d4452b8876797c56671c7

Silaban, I., Butar-butar, H., & Silitonga, H. A. (2020). Literature Review


Apendiks Pada Apendisitis Akut. 13(1).

Soewito, B. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada pasien pre


operasi apendisitis di ruang rawat inap rumah sakit umum daerah siti aisyah
kota lubuklinggau tahun 2017 (Vol. 5, Issue 2).

Tomayahu, M. (2011). Persepsi Pasien Apendiksitis terhadap Perawatan


Apendiktomi Yang Di Rawat Di Ruang Bedah RSUD Toto Kabila Kabupaten
Bone Bolango. Politeknik Kesehatan Kemenkes Gorontalo, 8.

36

Anda mungkin juga menyukai