Disusun oleh:
dr. Kartika Prilia Nur Aini
Pendamping:
dr. Ferry Nurhayati
1
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Segala puji syukur kepada
Allah SWT, Pemilik dan Pengatur Alam Semesta. Shalawat serta salam senantiasa tercurah
kepada manusia yang paling mulia Rasulullah Muhammad SAW. Dengan rahmat dan karunia
dari Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan mini project dokter internship yang
berjudul GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU
TENTANG IMUNISASI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPARAY
KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2020 sebagai tugas mini project program internship
dokter Indonesia.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih atas bantuan dari
berbagai pihak material maupun spiritual. Semoga kebaikan-kebaikan yang telah diberikan
mendapatakan balasan yang lebih dari Allah SWT.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. dr. Heriyanto, selaku Kepala Puskesmas yang telah memberikan kesempatan kepada
penyusun untuk menjalankan Program Internship di Puskesmas.
2. dr. Ferry Nurhayati, selaku Dokter Pendamping yang telah mendampingi dan
membimbing kami selama menjalani proses intership di Puskesmas.
3. dr. Stephanie dan dr. Ratnasari teman sejawat yang menemani masa internship
penyusun, atas dukungan dan bantuannya selama ini.
4. Semua staf dan pegawai Puskesmas.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bermanfaat dari pembaca sangat kami harapkan. Semoga
laporan ini memberikan manfaat bagi kita semua.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….…………….3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..
………….4
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………..………
4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………..………………………….….5
1.3 Tujuan………………………………………………………….…………………………..5
1.4 Manfaat……………………………………………………………….…………..………..5
DAFTAR PUSTAKA…………………...……………………………………………………
46
LAMPIRAN………………………………...…………………………………………..……47
RIWAYAT HIDUP……………………………...……………………………………...……51
3
BAB I
PENDAHULUAN
Di era pandemi COVID-19 ini segala sesuatu menjadi lebih sulit salah satunya di bidang
kesehatan, dari pengobatan secara umum, gigi, hingga imunisasi pada bayi. Hal ini menjadi
salah satu yang hal penting dari kesehatan masyarakat. Imunisasi merupakan salah satu upaya
kesehatan masyarakat esensial yang efektif untuk memberikan kekebalan spesifik terhadap
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I). Adanya COVID-19 yang terjadi
secara global sejak ditetapkan sebagai Public Health Emergency of International Concern
(PHEIC) pada tanggal 30 Januari 2020 dan ditetapkan sebagai pandemi pada tanggal 11
Maret 2020 oleh WHO, memberikan dampak pada pelaksanaan program kesehatan
khususnya pelayanan imunisasi dan surveilans PD3I. Berdasarkan data yang diperoleh dari
GAVI, WHO dan UNICEF menyebutkan bahwa setidaknya 80 juta anak usia kurang dari 1
tahun memiliki risiko untuk menderita penyakit difteri, campak dan polio akibat
terganggunya pelayanan imunisasi rutin di tengah pandemi COVID-19. Terdapat 64% dari
107 negara mengalami gangguan atau penundaan pelaksanaan layanan imunisasi rutin dan 60
negara menunda pelaksanaan kampanye imunisasi terutama campak dan polio. Hal ini tentu
berisiko untuk terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) PD3I. Kajian situasi cepat (rapid
assessment) terkait dampak pelayanan Imunisasi selama masa pandemi COVID-19 di
Indonesia telah dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan dengan dukungan UNICEF pada
tanggal 20 sampai dengan 29 April 2020. Responden yang telah berpartisipasi adalah 5,329
dari 9,993 koordinator imunisasi tingkat Puskesmas di 388 dari 514 Kabupaten/Kota di 34
provinsi. Hasil kajian menunjukkan bahwa 84% Puskesmas menyatakan bahwa selama masa
pandemi COVID-19 terjadi penundaan/penghentian pelayanan imunisasi. Hal ini diakibatkan
oleh kekhawatiran orang tua maupun keraguan petugas kesehatan dalam menyelenggarakan
layanan imunisasi di tengah pandemi COVID-19. Jika kondisi seperti ini terus berlanjut maka
cakupan imunisasi nasional akan turun sehingga kekebalan komunitas juga menurun yang
dapat menyebabkan risiko terjadinya KLB PD3I (Buletin Surveilans PD3I & Imunisasi Edisi
2- Juli 2020, Kemenkes).
Target cakupan imunisasi dasar lengkap tahun 2019 adalah 93%. Pencapaian imunisasi di
Puskesmas Ciparay pada Bulan September tahun 2020 adalah 82.1% untuk imunisasi HB0,
72.1 % untuk imunisasi BCG, 72.1% untuk Imunisasi Polio 1, 71.5% untuk imunisasi Polio
2, 70.5% untuk imunisasi Polio 3, 65.2% untuk imunisasi Polio 4, 71.5% untuk imunisasi
DPT-HB-HIB 1, 70.5% untuk imunisasi DPT-HB-HIB 2, 65.2% untuk imunisasi DPT-HB-
HIB 3, 66.4% untuk imunisasi campak, dan 66.9% yang imunisasi lengkap (Laporan bulanan
Puskesmas Ciparay tahun 2020).
4
Maka itu prioritas dari Kementerian Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata komitmen
pemerintah untuk mencapai Millennium Development Goals (MDGs) khususnya untuk
menurunkan angka kematian pada anak (Permenkes 2017). Agar imunisasi dapat menjangkau
semua lapisan masyarakat maka sasaran yang ditujukan ialah orang tua. Khususnya pada ibu
atau calon ibu untuk diberikan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi bagi anak,
menganjurkan agar ibu membawa anaknya ke Posyandu (Puskesmas). Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi hal tersebut yakni faktor pendidikan. Semua orang tua, tentu
berkeinginan supaya anak-anakanya tetap sehat. Salah satu upaya agar anak-anak jangan
sampai menderita suatu penyakit adalah dengan memberikan imunisasi. Pada saat ini
imunisasi sudah berkembang cukup pesat ini terbuktinya dengan menurunnya angka
kematian bayi. Angka kematian bayi di Indonesia pada 2019 lalu adalah 21,12. Angka ini
menurun dari catatan pada 2018 ketika angka kematian bayi di Indonesia mencapai 21,86
(Riskesdas, 2018). Keberhasilan imunisasi ini tidak lepas dari peran orang tua serta petugas
kesehatan baik di posyandu maupun di puskesmas. Peran orang tua tentunya memegang
peranan utama dalam terlaksananya program imunisasi. Maka dari itu, penulis merasa perlu
mengkaji lebih lanjut mengenai gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu
dengan keterlibatan anak dalam imunisasi.
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut di atas dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran karakteristik ibu yang meliputi usia, pendidikan, pekerjaan,
agama, dan penghasilan ?
2. Bagaimana gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu terhadap Imunisasi di
Puskesmas Ciparay pada tahun 2020?
1.3 Tujuan
Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu yang memiliki Balita
terhadap Imunisasi di Puskesmas Ciparay.
1.4 Manfaat
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan
sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengerahui oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra
penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau
tingkat yang berbeda-beda. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung 2
aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang menentukan sikap
seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan
menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2007).
6
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi ataupun kondisi sebenarnyaa. Aplikasi disini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode prinsip dan
sebaginya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat
dilihat dari pengguna kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5) Sintesis (Syntesis)
Sintensis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemapuan untuk formulasi
baru dari formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat meringkas,
dapat merencanakan dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori
atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada (Notoatmodjo, 2007).
7
Berkerja pada umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja
bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
2) Faktor Eksternal
a. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang
atau kelompok.
b. Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari
sikap dalam menerima informasi.
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat
tetapi hanya dapat menafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara
nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang
dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus
sosial (Notoatmodjo, 2007).
8
atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa ibu telah
mempunya sikap positif terhadap gizi anak.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko adalah segala yang mempunyai sikap yang paling tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek sikap antara lain:
1) Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor
emosional.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis
atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini
antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
3) Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita
terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman
individu-individu masyarakat asuhannya.
4) Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya,
berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif cenderung
dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibat berpengaruh terhadap sikap
konsumennya.
5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari Lembaga Pendidikan dan Lembaga agama
sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau
pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
6) Faktor emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi
yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu
objek. Misalnya, bagaimana pendapat responden tentang kegiatan posyandu, atau juga
dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan setuju atau
tidak setuju terhadap pernyataan-pernyataan objek tertentu, dengan menggunakan skala
likert (Notoatmodjo, 2010).
9
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai
tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka
mempunyai aktifitas masing-masing (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan adalah suatu respon (organisme)
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan.
Menurut Notoatmodjo (2007) dilihat dari bentuk respon stimulus ini maka perilaku
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Perilaku tertutup (cover berhavior)
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang
lain.
2) Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam atau praktik (practice)
yang dengan mudah diamati atau dilihat orang lain.
Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara, secara
langsung, yakni dengan pengamatan (observasi), yaitu mengamati tindakan dari subjek
dalam rangka memelihara kesehatannya. Sedangkan secara tidak langsung menggunakan
metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan
terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan objek tertentu
(Notoatmodjo, 2010).
10
2.4 Konsep Dasar Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti
diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap
suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah
suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan
sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Permenkes RI 12, 2017).
1) Imunisasi Dasar
2) Imunisasi Lanjutan
11
Imunisasi ini diberikan pada kelas 1 (campak dan DT), kelas 2 (Td), dan kelas
5 (Td) (Kemenkes RI, 2018).
b. Imunisasi Tambahan
c. Imunisasi Khusus
Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan menurunkan angka
kesakitan dan kematian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi dapat
dirasakan oleh :
a. Anak, yaitu mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan
kemungkinan cacat atau kematian.
b. Keluarga, yaitu menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila anak
sakit, mendorong pembentukan keluarga apabila orangtua yakin bahwa
anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
c. Negara, yaitu memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat
dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara (Proverawati, 2010 : 5-
6).
12
2.4.5 Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
Menurut buku ajar imunisasi yang disusun oleh pusat pendidikan dan pelatihan tenaga
kesehatan (2014), dijelaskan bahwa terdapat beberapa penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi yaitu sebagai berikut :
a. Tuberculosis (TBC)
Penyakit TBC merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosa disebut juga batuk darah yang ditularkan melalui pernafasan dan
melalui bersin atau batuk. Gejala awal penyakit ini adalah lemah badan,
penurunan berat badan, demam, dan keluar keringat pada malam hari, gejala
selanjutnya yaitu batuk terus menerus, nyeri dada dan mungkin batuk darah,
sedangkan gejala lain timbul tergantung pada organ yang diserang.
Komplikasi yang dapat diakibatkan dari penyakit TBC adalah kelemahan dan
kematian.
b. Difteri
Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diphtheriae yang ditularkan melalui kontak fisik dan pernafasan. Gejala yang
timbul berupa radang tenggorokan, hilang nafsu makan, demam ringan,dalam
2-3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil.
Komplikasi yang dapat diakibatkan dari penyakit difteri adalah gangguan
pernafasan yang berakibat kematian.
c. Pertusis
Pertusis merupakan penyakit pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh
bakteri Bordetella pertusis yang ditularkan melalui percikan ludah (droplet
infection) dari batuk atau bersin. Gejala yang timbul berupa pilek, mata merah,
bersin, demam, batuk ringan yang lama kelamaan menjadi parah dan
menimbulkan batuk yang cepat dan keras. Komplikasi yang dapat diakibatkan
dari penyakit pertusis adalah Pneumonia bacterialis yang dapat menyebabkan
kematian.
d. Tetanus
Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang
menghasilkan neurotoksin dan ditularkan melalui kotoran yang masuk ke
dalam luka yang dalam. Gejala awal yang timbul berupa kaku otot pada
rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut,
berkeringat dan demam. Pada bayi terdapat gejala berhenti menetek antara 3-
28 hari setelah lahir dan gejala berikutnya berupa kejang yang hebat dan
tumbuh menjadi kaku. Komplikasi yang dapat diakibatkan dari penyakit
tetanus adalah patah tulang akibat kejang, Pneumonia, infeksi lain yang dapat
menimbulkan kematian.
e. HepatitisB
Hepatitis B merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang
merusak hati (penyakit kuning). Ditularkan secara horizontal dari produknya,
suntikan yang tidak aman, transfusi darah, melalui hubungan seksual dan
secara vertikal dari ibu ke bayi selama proses persalinan. Gejala yang ditimbul
berupa merasa lemah, gangguan perut, flu, urin menjadi kuning, kotoran
menjadi pucat, dan warna kuning bisa terlihat pada mata ataupun kulit.
Komplikasi yang diakibatkan dari penyakit hepatitis B adalah penyakit bisa
menjadi kronis yang menimbulkan pengerasan hati (Cirhosis Hepatitis),
kanker hati (Hepato Cellular Carsinoma) dan menimbulkan kematian.
13
f. Campak
Campak merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Myxovirus viridae
measles dan ditularkan melalui udara (percikan ludah) dari bersin atau batuk
penderita. Gejala awal yang timbul berupa demam, bercak kemerahan, batuk,
pilek, konjungtivitis (mata merah) dan koplik spots, selanjutnya timbul ruam
pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki.
Komplikasi yang diakibatkan dari penyakit campak adalah diare hebat,
peradangan pada telinga, infeksi saluran nafas (Pneumonia).
g. Rubella
Rubella atau campak jerman merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus
rubella, sebuah togavirus yang menyelimuti dan memiliki RNA genom untai
tunggal. Virus ini ditularkan melalui jalur pernafasan dan bereplikasi dalam
nasofaring dan kelenjar getah bening serta ditemukan dalam darah 5-7 hari
setelah infeksi dan menyebar ke seluruh tubuh. Rubella ditularkan melalui oral
droplet, dari nasofaring atau rute pernafasan. Gejala rubella pada anak
biasanya berlangsung dua hari yang ditandai dengan ruam awal pada wajah
yang menyebar ke seluruh tubuh, demam ren posterior limfadenopati servikal.
Sedangkan gejala pada anak yang lebih tua dan orang dewasa gejala tambahan
berupa pembengkakan kelenjar, dingin seperti gejala, dan sakit sendi terutama
pada wanita muda. Masalah serius dapat terjadi berupa infeksi otak dan
perdarahan.
h. Poliomielitis
Poliomielitis merupakan penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan
oleh virus polio tipe 1, 2, atau 3 dan secara klinis menyerang anak di bawah
usia 15 tahun dan menderita lumpuh layu akut dengan ditularkan melalui
kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi. Gejala yang timbul berupa
demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama. Komplikasi
yang diakibatkan dari penyakit poliomielitis adalah bisa menyebabkan
kematian jika otot pernafasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.
i. Radang Selaput Otak
Radang selaput otak (meningitis) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus,
bakteri, riketsia, jamur, cacing, dan protozoa. Penyebab paling sering adalah
virus dan bakteri. Meningitis yang disebabkan oleh bakteri berakibat lebih
fatal dibandingkan meningitis penyebab lain karena mekanisme kerusakan dan
gangguan otak yang disebabkan oleh bakteri maupun produk bakteri lebih
berat. Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita
dan droplet (tetesan) infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus,
cairan bersin, dan cairan tenggorokan penderita. Meningitis ditandai dengan
adanya gejala-gejala seperti panas mendadak, letargi, muntah, dan kejang.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS)
melalui fungsi lumbal. Pada stadium I selama 2-3 minggu ditandai dengan
gejala ringan dan nampak seperti gejala infeksi biasa, stadium II berlangsung
selama 1-3 minggu ditandai dengan gejala penyakit lebih berat dimana
penderita mengalami nyeri kepala yang hebat dan sangat gelisah, sedangkan
stadium III ditandai dengan kelumpuhan dan gangguan kesadaran sampai
koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam waktu tiga
minggu bila tidak mendapat pengobatan sebagaimana mestinya.
j. Radang Paru-Paru
14
Radang paru-paru (pneumonia) adalah sebuah penyakit pada paru-paru dimana
(alveoli) yang bertanggungjawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang
dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa
penyebab, termasuk infeksi oleh bakteri, virus, jamur, atau parasit. Radang
paru-paru dapat juga disebabkan oleh penyakit lainnya, seperti kanker paru-
paru atau terlalu berlebihan minum alkohol. Gejala yang berhubungan dengan
radang paru-paru termasuk batuk, demam. Radang paru-paru terjadi di seluruh
kelompok umur dan merupakan penyebab kematian peringkat atas di antara
orangtua dan orang yang sakit menahun.
(Sumber https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-2017)
15
BAB III
METODE PENELITIAN
Desain penelitain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang berbentuk
penelitian deskriptif. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu
terhadap imunisasi pada balita di wilayah kerja Puskesmas Ciparay tahun 2020.
1. Responden
Responden adalah ibu-ibu yang memiliki balita yang berkunjung ke Puskesmas
Ciparay bulan Oktober 2020.
2. Usia
Usia adalah yang sesuai dengan KTP dengan faktor bulan/tahun. Dibagi dalam 3
golongan usia, yaitu usia di bawah 20 tahun, 20 sampai 35 tahun, dan di atas 35 tahun.
3. Pendidikan
Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang mencakup tingkat SD, SMP,
SMA/SMK, dan Perguruan Tinggi.
4. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan rutin yang dilakukan dalam upaya mendapatkan
penghasilan untuk pemenuhan kebutuhan hidup keluarga.
5. Tingkat Penghasilan Keluarga
16
Tingkat penghasilan dikelompokan menurut rata-rata upah/gaji/pendapatan perkerja
perbulan menjadi:
a. Rendah : <Rp. 1.500.000
b. Sedang : antara Rp.1.500.000 – Rp. 2.500.000
c. Tinggi : > Rp. 2.500.000
6. Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala informasi yang diketahui oleh ibu tentang imunisasi pada
balita, baik yang didapat secara formal maupun informal. Total skor untuk penilaian
terhadap pengetahuan adalah 22 dan dilakukan penilaian sebagai berikut:
a. Baik : apabila total skor pengetahuan persentasinya 76-100%
b. Cukup : apabila total skor pengetahuan persentasinya 56-75%
c. Kurang : apabila total skor pengetahuan persentasinya <56%
7. Sikap
Sikap adalah tanggapan atau respon ibu terhadap imunisasi pada balita. Total skor
untuk penilaian terhadap sikap adalah 6 dan dilakuan penelitan sebagai berikut:
a. Baik : apabila total skor pengetahuan persentasinya 76-100%
b. Cukup : apabila total skor pengetahuan persentasinya 56-75%
c. Kurang : apabila total skor pengetahuan persentasinya <56%
8. Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau kegiatan yang dilakukan ibu terhadap imunisasi pada
balita. Total skor untuk penilaian terhadap perilaku adalah 5 dan dilakukan penilaian
sebagai berikut:
a. Baik : apabila total skor pengetahuan persentasinya 76-100%
b. Cukup : apabila total skor pengetahuan persentasinya 56-75%
c. Kurang : apabila total skor pengetahuan persentasinya <56%
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang mempunyai balita umur 0-
24 bulan dan bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Ciparay, diambil
berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Ibu yang mempunyai balita umur 0-24 bulan berdomisili di wilayah kerja
Puskesmas Ciparay
2. Ibu yang bersedia dilakukan penilitian
3. Ibu yang bisa membaca dan menulis
Kriteria ekskusi dalam penelitian ini adalah:
1. Ibu yang tidak mau mengisi kuesioner
2. Ibu yang tidak kooperatif dalam proses pengambilan data
2. Sampel
Peneliti menggunakan teknik incidental sampling yang artinya jumlah sampel diambil
berdasarkan ibu yang memiliki balita yang memenuhi kriteria sebagai responden di
wilayah kerja Puskesmas Ciparay. Besarnya sampel dalam penelitain ini adalah 27
sampel yang merupakan ibu yang memiliki balita di wilayah kerja Puskesmas
Ciparay.
17
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ciparay. Waktu Penelitian dilakukan pada bulan
Oktober tahun 2020.
1. Partisipasi
Pengambilan data dilakukan setelah responden mengerti maksud dan tujuan
penelitian.
2. Jaminan kerahasiaan data
Seluruh data dan informasi penelitian ini akan dirahasiakan sehingga tidak
memungkinkan untuk diketahui orang lain.
3. Keikutsertaan
Keikutsertaan responden pada penelitian ini bersifat sukarela. Responden dapat
menolak maupun mengundurkan diri setiap saat. Bila responden tidak mengikuti dan
menaati aturan yang diberikan, responden dapat dikeluarkan setiap saat selama
penelitian dilakukan
Data yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan bantua computer. Melalui
beberapa tahapan yaitu:
Editing
Pengecekan dan perbaikan isian kuesioner mengenai apakah semua pertanyaan sudah
terjawab.
Coding
Pengkodean yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka
atau bilangan.
Processing
Data dalam bentuk kode diproses dengan dimaukan ke dalam software computer.
Cleaning
Semua data dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode,
ketidaklengkapan, dan sebagainya.
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
19
Distribusi sampel menurut umur ibu
<20 tahun 20-35 tahun > 35 tahun
7%
19%
74%
20
Distribusi Sampel Menurut Pendidikan Terakhir Ibu
SD SMP SMA / SMK D3/S1
D3/S1
SD
4%
4%
Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat dilihat bahwa ibu-ibu di Puskesmas
Ciparay umumnya Pendidikan terakhir pada tingkat SMA/SMK sebanyak 13 orang (48%),
kemudian di urutan kedua pada tingkat SMP sebanyak 12 orang (44%) , dan paling sedikit
pada tingkat SD sebanyak 1 orang (4%) dan tingkat D3/S1 sebanyak 1 orang (4%).
21
Distribusi Sampel Menurut Agama Ibu
Islam Kristen
4%
96%
100%
22
Distribusi karakteristik sampel menurut penghasilan keluarga dapat dilihat pada tabel
berikut:
23
Diagram 4.6 Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin Bayi
Distribusi Sampel Menurut Jenis Kelamin Bayi
Laki-laki Perempuan
48%
52%
24
Distribusi Sampel Menurut Umur Bayi
>9 Bulan
11%
9 Bulan
4% 1 Bulan
7 Bulan 30%
4%
6 Bulan
4%
5 Bulan
7%
4 Bulan 2 Bulan
11% 11%
3 Bulan
19%
25
Diagram 4.8 Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Menurut Kategori
Berdasarkan tabel dan diagram diatas, tingkat pengetahuan ibu umumnya berada pada
kategori cukup, yaitu sebanyak 13 orang (48%), Selanjutnya diikuti oleh kategori kurang
yaitu sebanyak 9 orang (33%), kemudian terakhir oleh kategori baik yaitu sebanyak 5 orang
(19%). Adapun dikatakan baik apabila tingkat pengetahuan ibu lebih atau sama dengan 76%,
dikatakan cukup apabila 56-75%, dan dikatakan kurang apabila kurang atau sama dengan
55%.
Salah
4%
Benar
96%
26
3. Distribusi Responden Untuk Pengetahuan Tentang Manfaat Imunisasi
Diagram 4.10 Distribusi Responden Untuk Pengetahuan Tentang Manfaat Imunisasi
Benar
100%
Posyandu
Bidan Praktek Swasta 17%
20%
RS Umum
8%
RS Bersalin
10%
Puskesmas
45%
27
5. Distribusi Responden Untuk Pengetahuan Tentang Jenis-Jenis Imunisasi Dasar
Diagram 4.12 Distribusi Responden Untuk Pengetahuan Tentang Jenis-Jenis Imunisasi Dasar
Polio
20%
DPT-Hib
24%
Benar
37%
Salah
63%
28
7. Distribusi Responden Untuk Pengetahuan Tentang Jadwal Pemberian Imunisasi BCG
Diagram 4.14 Distribusi Responden Untuk Pengetahuan Tentang Jadwal Pemberian
Imunisasi BCG
Salah
11%
Benar
89%
Salah
44% Benar
56%
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat frekuensi jawaban untuk pengetahuan tentang
manfaat imunisasi DPT-Hib, diperoleh sebanyak 15 orang (56%) jawaban benar, dan
sebanyak 12 orang (44%) jawaban salah.
29
9. Distribusi Responden Untuk Pengetahuan Tentang Jadwal Pemberian Imunisasi DPT-
Hib
Diagram 4.16 Distribusi Responden Untuk Pengetahuan Tentang Jadwal Pemberian
Imunisasi DPT-Hib
Salah
30%
Benar
70%
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat frekuensi jawaban untuk pengetahuan tentang
jadwal pemberian imunisasi DPT-Hib, diperoleh sebanyak 19 orang (70%) jawaban benar,
dan sebanyak 8 orang (30%) jawaban salah.
Benar
37%
Salah
63%
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat frekuensi jawaban untuk pengetahuan tentang
manfaat imunisasi Hep. B, diperoleh sebanyak 10 orang (37%) jawaban benar, dan sebanyak
17 orang (63%) jawaban salah.
30
11. Distribusi Responden Untuk Pengetahuan Tentang Jadwal Pertama Kali Pemberian
Imunisasi Hep. B
Diagram 4.18 Distribusi Responden Untuk Pengetahuan Tentang Jadwal Pertama Kali
Pemberian Imunisasi Hep. B
Benar
44%
Salah
56%
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat frekuensi jawaban untuk pengetahuan tentang
jadwal pemberian imunisasi Hep. B, diperoleh sebanyak 12 orang (44%) jawaban benar, dan
sebanyak 15 orang (56%) jawaban salah.
Salah
7%
Benar
93%
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat frekuensi jawaban untuk pengetahuan tentang
manfaat imunisasi Polio, diperoleh sebanyak 25 orang (93%) jawaban benar, dan sebanyak 2
orang (7%) jawaban salah
13. Distribusi Responden Untuk Pengetahuan Tentang Jadwal Pemberian Imunisasi Polio
31
Diagram 4.20 Distribusi Responden Untuk Pengetahuan Tentang Jadwal Pemberian
Imunisasi Polio
Jadwal Pemberian Imunisasi Polio
Benar Salah
Salah
30%
Benar
70%
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat frekuensi jawaban untuk pengetahuan tentang
jadwal pemberian imunisasi Polio, diperoleh sebanyak 19 orang (70%) jawaban benar, dan
sebanyak 8 orang (30%) jawaban salah.
Salah
11%
Benar
89%
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat frekuensi jawaban untuk pengetahuan tentang
manfaat imunisasi Campak, diperoleh sebanyak 24 orang (89%) jawaban benar, dan
sebanyak 3 orang (11%) jawaban salah
32
Jadwal Pemberian Imunisasi Campak
Benar Salah
Salah
37%
Benar
63%
33
Buruk (Skor 0-2)
4%
Cukup (Skor 3-4)
7%
Berdasarkan tabel dan diagram diatas, tingkat sikap ibu di puskesmas Ciparay umumnya
berada pada kategori Baik yaitu sebanyak 24 orang (89%), kemudian pada kategori cukup
sebanyak 2 orang (7%) dan pada kategori buruk sebanyak 1 orang (4%). Adapun dikatakan
baik apabila tingkat sikap ibu lebih atau sama dengan 76%, dikatakan cukup apabila 56-75%,
dan dikatakan kurang apabila kurang atau sama dengan 55%.
Pemberian Imunisasi
Setuju Tidak Setuju
Setuju
100%
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat frekuensi jawaban untuk sikap terhadap
pemberian imunisasi, diperoleh sebanyak 27 orang (100%) jawaban setuju, dan tidak ada
responden yang menjawaban tidak setuju.
34
Manfaat Imunisasi
Setuju Tidak Setuju
Tidak Setuju
4%
Setuju
96%
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat frekuensi jawaban untuk sikap terhadap manfaat
imunisasi, diperoleh sebanyak 26 orang (96%) jawaban setuju, dan sebanyak 1 orang (4%)
jawaban tidak setuju.
Tidak Setuju
7%
Setuju
93%
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat frekuensi jawaban untuk sikap terhadap
pemberian imunisasi dasar berulang, diperoleh sebanyak 25 orang (93%) jawaban setuju, dan
sebanyak 2 orang (7%) jawaban tidak setuju.
35
Program Pemerintah
Setuju Tidak Setuju
Tidak Setuju
15%
Setuju
85%
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat frekuensi jawaban untuk sikap terhadap
imunisasi program pemerintah, diperoleh sebanyak 23 orang (85%) jawaban setuju, dan
sebanyak 4 orang (15%) jawaban tidak setuju.
Imunisasi lain
Setuju Tidak Setuju
Tidak Setuju
26%
Setuju
74%
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat frekuensi jawaban untuk sikap terhadap
pemberian imunisasi lainnya (influenza), diperoleh sebanyak 20 orang (74%) jawaban setuju,
dan sebanyak 7 orang (26%) jawaban tidak setuju.
7. Distribusi Responden Untuk Sikap Terhadap Peran Ibu dan Keluarga dalam
Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap
36
Diagram 4.29 Distribusi Responden Untuk Sikap Terhadap Peran Ibu dan Keluarga
dalam Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap
Tidak Setuju
7%
Setuju
93%
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat frekuensi jawaban untuk sikap terhadap
peran ibu dan keluarga dalam pemberian imunisasi, diperoleh sebanyak 25 orang (93%)
jawaban setuju, dan sebanyak 2 orang (7%) jawaban tidak setuju.
Berdasarkan tabel dan diagram diatas, tingkat perilaku ibu di puskesmas Ciparay
umumnya berada pada kategori baik yaitu sebanyak 22 orang (81%), kemudian pada kategori
37
cukup sebanyak 5 orang (19%) dan tidak terdapat responden pada kategori kurang. Adapun
dikatakan baik apabila tingkat sikap ibu lebih atau sama dengan 76%, dikatakan cukup
apabila 56-75%, dan dikatakan kurang apabila kurang atau sama dengan 55%.
7%
93%
Ada
4%
Tidak ada
96%
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat frekuensi jawaban untuk perilaku terhadap
kesulitan dalam pemberian imunisasi, diperoleh sebanyak 26 orang (96%) jawaban tidak ada
kesulitan dan sebanyak 1 orang (4%) jawaban ada kesulitan.
38
Menyadari Pentingya Imunisasi Untuk Balita
Ya Tidak
Ya
100%
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat frekuensi jawaban untuk perilaku terhadap
pentingnya pemberian imunisasi, diperoleh sebanyak 27 orang (96%) jawaban ya dan tidak
ada yang yang jawaban tidak.
Tidak Sesuai
15%
Sesuai
85%
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat frekuensi jawaban untuk perilaku terhadap
pemberian imunisasi sesuai jadwal imunisasi, diperoleh sebanyak 23 orang (85%) jawaban
sesuai dan sebanyak 4 orang (15%) jawaban tidak sesuai.
39
Imunisasi Dasar Lengkap Pada Balita usia >9 Bulan
Lengkap Tidak Lengkap
Lengkap
100%
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat frekuensi jawaban untuk perilaku terhadap
imunisasi dasar lengkap untuk balita >9 bulan, diperoleh sebanyak 4 orang (100%) jawaban
lengkap dan tidak ada yang jawab tidak lengkap.
Tidak
11%
Ya
89%
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat frekuensi jawaban untuk perilaku terhadap
pengulangan imunisasi walaupun ada efek samping pada imunisasi sebelumnya, diperoleh
sebanyak 24 orang (89%) jawaban ya dan sebanyak 3 orang (11%) jawaban tidak.
40
8. Distribusi Responden Untuk Perilaku Tempat Mendapatkan Informasi Mengenai
Imunisasi
Diagram 4.36 Distribusi Responden Untuk Perilaku Tempat Mendapatkan Informasi
Mengenai Imunisasi
1%
3%
19% 25%
8%
5% 14%
25%
4.2 Pembahasan
Dari data hasil penelitian diatas, tingkat pengetahuan ibu mengenai imunisasi
menunjukkan bahwa ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang cukup sebesar 48 % (13
orang), di bandingkan dengan ibu yang memiliki tingkat pengetahuan kurang adalah sebesar
33% (9 orang), sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan baik adalah sebesar 19% (5
41
orang). Hal ini menunjukkan kurangnya minat ibu-ibu untuk mengetahui tentang imunisasi
dan juga karena kurangnya penyuluhan yang mereka terima, meskipun kebanyakan
responden mengaku memperoleh informasi tentang imunisasi dari petugas kesehatan (25%)
dan bidan (25%). Hal ini mungkin juga disebabkan karena kurangnya efektifitas metode
penyuluhan tentang imunisasi dan manfaat imunisasi oleh puskesmas, posyandu, ataupun
pustu. Kondisi ini dapat menjadi penghambat tercapainya kelengkapan imunisasi dasar,
apabila ibu dengan pendidikan rendah tidak mendapatkan akses informasi yang adekuat
mengenai imunisasi pada anak. Mayoritas ibu-ibu mendapat dorongan dari bidan desa, kader,
dan keluarganya untuk mengimunisasikan anaknya. Dorongan ini merupakan dukungan
sosial dalam bentuk dukungan informatif. Menurut House (Handono, 2013 dalam
Meilianawati 2015) menyatakan bahwa dukungan sosial dibedakan menjadi empat dukungan
yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan penghargaan dan dukungan
informatif.
Pada umumnya, ibu-ibu sudah mengetahui definisi dari imunisasi, terdapat lebih
banyak ibu yang menjawab dengan benar, yaitu sebanyak 26 orang (96%), dan seluruh ibu-
ibu sudah mengetahui manfaat imunisasi secara umum (100%). Tetapi ibu-ibu belum
mengetahui manfaat tiap-tiap imunisasi, seperti manfaat imunisasi BCG untuk perlindungan
penyakit tuberkuosis (TBC) terdapat lebih banyak ibu yang tidak menjawab dengan benar
yaitu sebanyak 17 orang (63%), manfaat imunisasi Hep. B untuk perlindungan penyakit
hepatits B terdapat lebih banyak ibu yang tidak menjawab dengan benar yaitu sebanyak 17
orang (63%), dan manfaat imuniasai DPT-Hib untuk perlindungan penyakit difteri, pertussis,
tetanus, dan radang otak terdapat lebih banyak ibu yang menjawab tidak benar sebanyak 12
orang (44%). Untuk manfaat imunisasi polio banyak ibu yang menjawab benar sebanyak 25
orang (93%), dan manfaat imunisasi campak sebanyak 24 orang (89%). Selain itu, responden
masih banyak belum mengetahui jadwal pemberian tiap-tiap imunisasi, seperti pemberian
pertama kali imunisasi Hep. B terdapat lebih banyak ibu yang tidak menjawab dengan benar
yaitu sebanyak 15 orang (56%), untuk jadwal pemberian imunisasi lainnya ibu lebih banyak
yang menjawab dengan benar yaitu pada imunisasi BCG sebanyak 24 orang (89%) yang
menjawab dengan benar, DPT-Hib sebanyak 19 orang (70%) yang menjawab dengan benar,
polio sebanyak 19 orang (70%) yang menjawab dengan benar, dan campak sebanyak 17
orang (63%) yang menjawab dengan benar. Hal ini mayoritas responden jadwal pemberian
imunisasi BCG paling banyak diingat karena pemberian imunisasi diberikan pada 1 bulan
setelah lahir, sehingga sebagian besar dari responden lebih mengingatnya.
Distribusi umur menunjukan angka terbanyak yaitu umur 20-30 tahun. Hal ini
menandakan bahwa dengan umur yang relatif masih muda akan memungkinkan untuk ibu
mendapatkan suatu pembelajaran mengenai imunisasi, sehingga dapat menyebabkan
pengetahuan akan imunisasi meningkat dikemudian hari. Selain umur, faktor pendidikan juga
dapat mempengaruh pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin
mudah orang tersebut menerima informasi, sehingga semakin banyak juga pengetahuan yang
dimiliki. Pengetahuan ibu yang kurang akan berdampak pada status kelengkapan imunisasi
dasar pada balita sebagaimana hasil penelitain Tri Anisca dan Ira Nurmala (2019) yang
menyatakan bahwa semakin rendah pengetahuan ibu, maka semakin banyak berkontribusi
terhadap ketidaklengkapan imunisasi, buruknya pengetahuan tentang imunisasi juga
berkaitan dengan peran ibu dalam melengkapi imunisasi bayi. Ibu dengan pengetahuan
rendah cenderung tidak memberikan imunisasi dasar lengkap dibandingkan ibu yang
berpengetahuan tinggi.
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan atau kognitif merupakan komponen
sangat penting dalam menentukan tindakan seseorang, dimana perilaku seseorang yang
dilandasi oleh pengetahaun lebih teguh dan tahan lama daripada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan. Pengetahun ibu yang baik mengenai imunisasi memotivasi ibu-ibu untuk
42
memberikan imunisasi lengkap pada anaknya karena ibu tersebut mengerti manfaat imunisasi
pada bayinya.
Dari data hasil penelitian diatas, tingkat sikap ibu mengenai imunisasi menunjukkan
bahwa ibu yang memiliki tingkat sikap yang baik sebesar 89 % (24 orang), di bandingkan
dengan ibu yang memiliki tingkat sikap cukup adalah sebesar 7% (2 orang), sedangkan ibu
dengan tingkat sikap buruk adalah sebesar 4% (1 orang). Sikap ibu yang baik disebabkan
karena dapat memahami dan memiliki motivasi dari petugas kesehatan tentang imunisasi.
Sikap memiliki 3 komponen yaitu kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap
objek, kehidupan emosional atau evaluasi seseorang terhadap objek, dan kecenderungan
untuk bertindak. Menurut Notoatmodjo (2010) Sikap sering diperoleh dari pengalaman
sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Hal ini menandakan bahwa sikap dibangun
oleh kepercayaan seseorang.
Pada umumnya setiap pertanyaan pada kuesioner disetujui oleh sebagian besar
responden, yang menghasilkan hasil 89% pada kategori sikap yang baik. Namun terdapat
juga beberapa pernyataan yang cenderung tidak disetujui oleh para ibu di Puskesmas Ciparay.
Responden cenderung keberatan dengan pernyataan mengenai pemberian imunisasi lainnya
(seperti influenza) dengan respon tidak setuju sebesar 26% (7 orang). Hal ini mungkin terjadi
karena para ibu tidak sepenuhnya mengetahui imunisasi lain selain imunisasi dasar, dan
kurangnya informasi tentang imunisasi lainnya yang tidak termasuk program pemerintah
sehingga ibu tidak mendapat informasi tentang imunisasi lainnya. Selain itu ada juga yang
tidak setuju terhadap manfaat imunisasi sebesar 4% (1 orang), pemberian imunisasi berulang
sebesar 7% (2 orang) yang tidak setuju, imunisasi yang merupakan salah satu program
pemerintah sebanyak 15% (4 orang) yang tidak setuju, dan peran ibu dan keluarga terhadap
pemberian imunisasi sebesar 7% (2 orang) yang tidak setuju. Hal ini terjadi karena masih
kurangnya informasi tentang imunisasi yang didapatkan oleh ibu-ibu sehingga masih ada
yang tidak setuju terhadap hal tersebut.
Sikap individu dapat dibentuk maupun dipelajari yang diperoleh dari informasi dan
pengalaman dengan kaitannya dengan situasi, kondisi, dan objek tersebut, pernyataan ini
sesuai dengan yang dijelaskan Notoatmodjo (2005) bahwa terbentuknya suatu perilaku baru
terutama pada orang dewasa, dimulai pada domain kognitif atau pengetahuan, yang berarti
seseorang tahu terlebih dahulu stimulus yang dapat berupa materi atau suatu objek.
Kemudian hal ini menimbulkan suatu respon yang baru terhadap objek tersebut yang
akhirnya akan dihasilkan respon yang lebih jauh, yaitu tindakan. Salah satu faktor yang
mempengaruhi sikap adalah pengaruh orang lain yang dianggap penting. Pada penelitian ini
dibutuhkan peran kader, bidan desa dan pemegang program imunisasi untuk memberikan
informasi dan pemahamam sehingga berpengaruh terhadap sikap ibu. Apabila kader
keseharan, bidan desa, dan pemegang program dapat menjalankan perannya dalam upaya
preventif (pelayanan imunisasi) maka seluruh ibu dapat bersikap baik dalam melakukan
imunisasi pada anaknya.
Dari data hasil penelitian diatas, tingkat perilaku ibu mengenai imunisasi
menunjukkan bahwa ibu yang memiliki tingkat perilaku yang baik sebesar 81 % (22 orang),
di bandingkan dengan ibu yang memiliki tingkat perilaku cukup adalah sebesar 19% (5
orang), tidak ada ibu dengan tingkat perilaku buruk. Perwujudan dari perilaku dapat melalui
pengetahuan dan sikap, namun suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan.
43
Terwujudnya suatu sikap agar menjadi tindakan perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain seperti fasilitas dan dukungan
dari pihak lain seperti keluarga, sekolah, lingkungan dan kelompok sebaya. Faktor
lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku.
Pada umumnya bahwa mayoritas dari responden memiliki perilaku baik terhadap
imunisasi. Perilaku responden terhadap pemberian imunisasi sesuai jadwal sebesar 85% (23
orang) yang sesuai jadwal, ibu-ibu tetap memberikan imunisasi walaupun ada efek samping
pada imunisasi sebelumnya sebesar 89% (24 orang), seluruhnya menyadari pentingnya
imunisasi pada anak mereka (100%), dan untuk yang balita yang usia >9 bulan seluruhnya
sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap (100%). Pemberian imunisasi sesuai jadwal
memang penting dengan tujuan agar kadar antibodi yang dibuat oleh tubuh cukup efektif
untuk perlindungan terhadap penyakit tersebut. Tetapi ada ibu yang kesulitan dalam
pemberian imunisasi pada anak sebesar 4% (1 orang), dikarenakan anaknya sakit sehingga
ibu khawatir untuk memberikan imunisasi pada anaknya.
Tidak boleh dilupakan faktor yang mempengaruhi perilaku adalah fasilitas dan
dukungan orang lain. Fasilitas yang kurang memadai tentu membuat pelayanan imunisasi
kurang memadai pula. Fasilitas juga berpengaruh kepada berkurangnya minat ibu untuk
mengimunisasi anaknya. Seperti yang sudah dijelaskan diatas tentang gambaran
pengetahauan imunisasi yang buruk dan sikap imunisasi yang cukup baik, tetapi mereka
masih tetap berusaha berperilaku baik terhadap imunisasi yaitu tercermin dari perilaku
responden yang tetap mau memberikan imunisasi dan sesuai dengan jadwal kepada anak
mereka walaupun sebenarnya mereka tidak tahu tujuan imunisasi tersebut.
Untuk itu sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai imunisasi
pada ibu yang dapat dilakukan dengan cara memberikan pengetahuan melalui penyuluhan
kesehatan yang berkesinambungan dan periodik tentang imunisasi dasar dan imunisasi
lanjutan guna menunjang status imunisasi anak yang dapat dilakukkan petugas kesehatan ke
desa-desa saat dilakukan Posyandu Ibu Anak di tiap desa. Salah satunya bisa dengan
menggunakan suatu media. Media merupakan partner yang penting karena memiliki kekuatan
untuk mengakat berbagai topik ke ruang publik, memicu percakapan penting dan
mempengaruhi perubahan positif, termasuk dalam isu imunisasi sebagai intervensi kesehatan
yang terbukti efektif untuk mencegah penyakit menular. Dengan peyuluhan tersebut dapat
mengedukasi ibu-ibu agar membawa anak-anak ke puskesmas ataupun posyandu untuk
imunisasi. Selain meningkatkan pengetahuan perlu ditingkatkan motivasi ibu-ibu dengan cara
penghargaan/reward bagi balita dengan imuniasai dasar lengkap dan sesuai jadwal.
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV, maka dapat ditarik
beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Dilihat dari usia responden, pada umumnya responden berusia 20-35 tahun sebanyak
20 responden (74%), responden yang berusia >35 tahun sebanyak 5 responden
(19%), dan yang berusia <20 tahun sebanyak 2 responden (7%).
2. Dilihat dari segi Pendidikan kebanyakan responden memiliki tingkat Pendidikan
SMA/SMK yaitu sebanyak 13 reponden (48%), yang memilki tingkat Pendidikan
SMP sebanyak 12 responden (44%), dan paling sedikit pada tingkat SD sebanyak 1
responden (4%) dan tingkat D3/S1 sebanyak 1 responden (4%).
3. Dilihat dari pekerjaan seluruh reponden hanya sebagai ibu rumah tangga yaitu 27
responden (100%)
4. Dilihat dari penghasil sebagian besar responden memilki tingkat penghasilan sedang
yaitu sebanyak 17 responden (63%), yang berpenghasilan tinggi sebanyak 7
responden (26%), dan paling sedikit yang berpenghasilan rendah sebanyak 3
responden (11%).
5. Dilihat dari jenis kelamin bayi, yang memiliki bayi laki-laki sebanyak 14 responden
(52%) dan yang mempunyai bayi perempuan sebanyak 13 responden (48%).
6. Dilihat dari umur bayi, yang memiliki bayi usia 1 bulan sebanyak 8 responden (30%),
bayi usia 3 bulan yaitu sebanyak 5 responden (18%), bayi yang berusia 2 bulan
sebanyak 3 responden (11%), bayi yang berusia 4 bulan sebanyak 3 responden (11%),
bayi yang berusia 5 bulan sebanyak 2 responden (7%), bayi yang berusia 6 bulan
sebanyak 1 responden (4%), bayi berusia 7 bulan sebanyak 1 responden (4%), bayi
yang berusia 9 bulan sebanyak 1 responden (4%), dan bayi yang berusia lebih dari 9
bulan sebanyak 3 responden (11%).
7. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup, yaitu sebanyak 13
responden (48%), kategori kurang yaitu sebanyak 9 responden (33%), dan kategori
baik yaitu sebanyak 5 responden (19%).
8. Sebagian besar responden memiliki sikap yang baik yaitu sebanyak 24 responden
(89%), kategori cukup sebanyak 2 responden (7%) dan pada kategori buruk sebanyak
1 responden (4%).
9. Sebagian besar ibu memilki perilaku yang baik yaitu sebanyak 22 responden (81%),
kemudian pada kategori cukup sebanyak 5 responden (19%) dan tidak terdapat
responden pada kategori.
10. Dilihat dari sumber informasi mengenai imunisasi mayoritas responden mendapat
informasi mengenai imunisasi dari Petugas kesehatan (25%) dan bidan (25%).
5.2 Saran
45
1. Bagi Peneliti
Diharapkan untuk memperluas wawasan tentang imunisasi agar penelitian
selanjutnya dapat lebih baik dan lebih bermanfaat.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk lebih meningkatkan kinerja dan promosi
kesehatan mengenai imunisasi pada balita, memberikan pengetahuan melalui
penyuluhan kesehatan yang berkesinambungan dan periodik tentang imunisasi
dasar dan imunisasi lanjutan.
3. Bagi Pemerintah
Diharapkan bagi pemerintah untuk memberikan penghargaan/reward bagi balita
dengan imuniasai dasar lengkap dan sesuai jadwal, sehingga dapat meningkatkan
motivasi ibu-ibu agar memberikan imunisasi pada anaknya.
4. Bagi Masyarakat
Diharapkan bagi masyarakat untuk lebih aktif berpatisipasi dalam program-
program kesehatan sehingga dapat meningkatkan taraf hidip keluarga dan
masyarakat sekitarnya.
46
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 1992. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga. Jakarta:
Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Survei Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta : Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Buku Panduan Imunisasi. Jakarta: Depkes RI.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2017. Jadwal Imunisasi. Jakarta : IDAI.
Kemenkes RI. Tetap Terlindungi di Masa Pandemi COVID-19. Buletin Surveilans PD31 &
Imunisasi Edisi 2 (2020).
Kemenkes RI .2019. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta : Kemenkes RI.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta : Rineka
Cipta.
Permenkes RI No.12. 2017. Tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta : Depkes RI.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.2014. Buku Ajar Imunisasi. Jakarta:
Kemenkes RI.
Tri Anisca Dillyana dan Ira Nurmala. Hubungan Pengetahuan, Sikap , dan Persepsi Ibu
dengan Status Imunisasi Dasar Di Wonokusmo. Jurnal Promkes: The Indonesia
Journal of Health Promotion and Health Education. VO. 7 No. 1 (2009) 67-77.
Wawan, A.,& Dewi Maria. 2010. Medical book: Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap,
dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
47
LAMPIRAN
KUESIONER
Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu yang memiliki Bayi terhadap Imunisasi di Wilayah Kerja
Puskesmas Ciparay Kabupaten Bandung
Identitas Responden
Nama Ibu :
Umur Ibu :
Alamat :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
Agama :
Penghasilan Keluarga :
Umur Balita :
Jenis Kelamin Balita :
Pengetahuan
1) Menurut ibu apakah pengertian imunisasi itu ?
a. Suatu upaya untuk memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit
b. Suatu upaya untuk menyembuhkan suatu penyakit
c. Upaya untuk bebas dari kumam
d. Pemberian makanan tambahan
e. Tidak tahu
2) Apa yang Ibu ketahui tentang manfaat imunisasi pada anak ? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh
agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.
b. Pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.
c. Jawaban salah semua
d. Tidak tahu
3) Dimanakah ibu bisa mendapatkan imunisasi untuk anak anda ? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. POSYANDU d. RS Umum
b. PUSKESMAS e. Bidan Praktek Swasta
c. RS Bersalin f. Tidak tahu
4) Iminisasi apa sajakah yang termasuk dalam imunisasi dasar pada anak ? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. BCG d. Campak
b. DPT-Hib e. Hep. B
c. Polio f. Tidak tahu
48
5) Apa yang ibu ketahui tentang manfaat imunisasi BCG ?
a. Untuk perlindungan Penyakit TBC (Tuberculosis)
b. Untuk perlindungan Penyakit Difteri, Batuk 100 hari (Batuk rejan), Tetanus & Radang Otak
c. Untuk perlindungan Penyakit Polio
d. Untuk perlindungan Penyakit Campak
e. Untuk perlindungan Penyakit Infeksi hati
f. Tidak tahu
6) Kapankah imunisasi BCG diberikan ?
a. <2 bulan b. 8 bulan c. 1 tahun 6 bulan d. 10 bulan e. Tidak tahu
7) Apa yang ibu ketahui tentang manfaat imunisasi Combo DPT-Hib ?
a. Untuk perlindungan Penyakit TBC (Tuberculosis)
b. Untuk perlindungan Penyakit Difteri, Batuk 100 hari (Batuk rejan), Tetanus dan Radang Otak
c. Untuk perlindungan Penyakit Polio
d. Untuk perlindungan Penyakit Campak
e. Untuk perlindungan Penyakit Infeksi hati
f. Tidak tahu
8) Kapankan imunisasi Combo DPT-Hib diberikan ?
a. 2,3, dan 4 bulan
b. 8 bulan
c. 1 tahun 6 bulan
d. 10 bulan
e. Tidak tahu
9) Apa yang ibu ketahui tentang manfaat imunisasi hep B ?
a. Untuk perlindungan Penyakit TBC (Tuberculosis)
b. Untuk perlindungan Penyakit Difteri, Batuk 100 hari (Batuk rejan), Tetanus dan Radang Otak
c. Untuk perlindungan Penyakit Polio
d. Untuk perlindungan Penyakit Campak
e. Untuk perlindungan Penyakit Infeksi hati
f. Tidak tahu
10) Kapankah imunisasi hep B pertama kali diberikan ?
a. 2 bulan
b. 8 bulan
c. Sejak lahir
d. 10 bulan
e. Tidak tahu
11) Apa yang ibu ketahui tentang manfaat imunisasi polio ?
a. Untuk perlindungan Penyakit TBC (Tuberculosis)
b. Untuk perlindungan Penyakit Difteri, Batuk 100 hari (Batuk rejan), Tetanus dan Radang Otak
c. Untuk perlindungan Penyakit Polio
d. Untuk perlindungan Penyakit Campak
e. Untuk perlindungan Penyakit Infeksi hati
f. Tidak tahu
12) Kapankah imunisasi polio diberikan ?
49
a. 9 bulan
b. 5 dan 6 bulan
c. 1, 2, 3, dan 4 bulan
d. 5, 6, dan 7 bulan
e. Tidak tahu
13) Apa yang ibu ketahui tentang manfaat imunisasi campak ?
a. Untuk perlindungan Penyakit TBC (Tuberculosis)
b. Untuk perlindungan Penyakit Difteri, Batuk 100 hari (Batuk rejan), Tetanus dan Radang Otak
c. Untuk perlindungan Penyakit Polio
d. Untuk perlindungan Penyakit Campak
e. Untuk perlindungan Penyakit Infeksi hati
f. Tidak tahu
14) Kapankah imunisasi campak pertama kali diberikan ?
a. 2 bulan
b. 8 bulan
c. Sejak lahir
d. 9 bulan
e. Tidak tahu
15) Apakah yang ibu mengetahui tentang imunisasi lain? Bila ya,sebutkan…
1……………………..
2……………………..
3……………………..
4……………………..
5……………………..
Sikap
16) Imunisasi diberikan agar anak terhindar dari penyakit?
a. Setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu
17) Banyak manfaat yang dapat kita ambil dari pemberian imunisasi ?
a. Setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu
18) Pemberian imunisasi dasar berulang (seperti DPT I&II) diberikan agar kekebalan tubuh anak tetap
terlindungi maksimal ?
a. Setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu
19) Imunisasi yang diberikan ibu kepada anaknya dapat mensukseskan program pemerintah ?
a. Setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu
20) Diperlukan adanya imunisasai lain seperti Influenza yang diberikan untuk mencegah penyakit Influenza?
a. Setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu
21) Peran ibu dan keluarga sangat penting untuk mencegah penyakit pada anak dengan memberikannya
imunisasi dasar lengkap ?
a. Setuju b. Tidak setuju c. Tidak tahu
Perilaku
22) Dimana ibu memberikan imunisasi pada anak anda ?
50
a. POSYANDU d. RS Umum
b. PUSKESMAS e. Bidan Praktek Swasta
c. RS Bersalin f. Tidak tahu
23) Apakah ada kesulitan untuk memberikan imunisasi pada anak ?
a. Ya, Alasannya…..
b. Tidak
24) Apakah anda menyadari pentingnya pemberian imunisasi pada anak anda?
a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu
25) Apa ibu memberikan imunisasi kepada anak ibu sesuai jadwal yang telah ditetapkan ?
a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu
26) Apa Ibu memberikan imunisasi lengkap pada anak ibu? (Untuk balita diatas 9 bulan )
a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu
27) Apakah ibu tetap akan mengulang imunisasi pada anak anda walaupun pada imunisasi sebelumnya
terjadi demam/diare pada anak?
a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu
28) Dari mana ibu mendapat informasi tentang imunisasi pada anak ? (jawaban boleh lebih dari satu)
a. Petugas kesehatan Puskesmas e. Media elektronik
b. Dokter umum/spesialis f. Orang tua
c. Bidan g. Tetangga
d. Media cetak h. Lain-lain …
51
RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan :
2020
52