Anda di halaman 1dari 5

POLICY PAPER

“KEBIJAKAN PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP NARAPIDANA RESIKO


TINGGI”

I. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan tren kejahatan baru seperti
terorisme dan radikalisme yang mengancam keamanan negara,
diperlukan strategi khusus dalam melaksanakan pembinaan terhadap
narapidana yang terjerat radikalisme dan terorisme. Salah satu strategi
yang digunakan dalam penanganan narapidana terorisme adalah dengan
mengklasifikan narapidana yang didasarkan atas faktor risiko, yakni risiko
rendah, risiko sedang dan risiko tinggi.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka


dalam penelitian ini dapat dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana efektifitas pembinaan narapidana risiko di Lembaga


Pemasyarakatan?

2. Apa saja kendala dalam pembinaan napiter dan perbaikan yang perlu
dilakukan dalam meningkatkan kualitas pembinaan napiter?

II. Alternatif Kebijakan


Dalam penanganan resiko tinggi Ditjen Pemasyarakatan telah
menetapkan Peraturan Dirjen Pemasyarakatan Nomor PAS- 58.OT.03.01
Tahun 2010 tentang Prosedur Tetap Perlakuan Narapidana Risiko Tinggi
(Protap Pelakuan Narapidana Risiko Tinggi). Narapidana risiko tinggi
harus mendapatkan perlakuan khusus untuk mengurangi bahkan
menghilangkan risiko yang ditimbulkan. Perlakuan khusus atau perlakuan
yang berbeda terhadap narapidana risiko tinggi dikarenakan adanya
kebutuhan dan risiko yang melekat pada dirinya.
Hasil penilaian masing masing narapidana memiliki kualifikasi
risiko yang berbeda, yang mencakup narapidana risiko tinggi, risiko
sedang, dan risiko rendah. Penetapan kualifikasi narapidana risiko tinggi
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan berdasarkan
penilaian dari petugas wali, para ahli, Bapas dan Tim Pengamat
Pemasyarakatan melalui metode asesmen resiko meliputu risk
identification (mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi), Risk Analysis
(menganalisis risiko yang mungkin terjadi) dan Risk Evaluation
(melakukan peninjauan secara periodik terhadap potensi risiko yang
ada).
Pemasyarakatan dengan menetapkan kebijakan perlakuan
terhadap narapidana risiko tinggi di lembaga pemasyarakatan. Kebijakan
yang diambil adalah narapidana dengan resiko tinggi ditempatkan di
salah satu bolok yang tersisah. Model perlakuan khusus kepada
narapidana tertentu merupakan salah satu syarat untuk mencapai
efektifitas pelaksanaan pembinaan. Hal tersebut dilakukan karena
keberadaan narapidana tersebut di lapas konvensional dikhawatirkan
dapat mengganggu sistem pembinaan pemasyarakatan serta
meresahkan sesama narapidana maupun petugas

III. Penilaian Alternatif


Metode penilaian yang digunakan dalam perlakuan terhadap
narapidana risiko tinggi sebagai berikut (Haryono, 2017)
a. Penilaian awal dilakukan berdasarkan rekomendasi wali, bapas dan
informasi lainnya, jangka waktu penilaian dilakukan 1 (satu) bulan
setelah narapidana menjalani admisi dan orientasi, dilakukan oleh
lembaga pemasyarakatan (penangunggung jawab hasil penilaian
adalah Kalapas)
b. Penilaian tahunan dilakukan oleh Direktorat berdasarkan rekomendasi
yang berasal dari TPP Lapas, untuk melakukan analisa dan
peninjauan terhadap status dan jenis perlakuan narapidana risiko
tinggi
c. Penilaian khusus dilakukan atas permintaan kantor wilayah maupun
direktorat untuk perubahan status narapidana risiko tinggi
berdasarkan adanya bukti yang meyakinkan mengenai penurunan
atau peningkatan risiko pengamanan
Penempatan narapidana pada penjara berdasarkan pengamanan
maksimum (maximum security) hanya diterapkan (imposed) kepada
hanya sebagaian kecil dari narapidana, sehingga evaluasi dan penilaian
ulang tingkat risiko narapidana harus dilakukan.

IV. Rekomendasi
a. Kejelasan sistem dalam penanganan perlakuan kebijakan pada
narapidana berkaitan dengan pembinaan petugas, anggaran dana,
peraturan hingga pemenuhan sarana & prasarana sehingga
diperlukan kejelasan pengelolaanya
b. Untuk menekan adanya potensi kerusuhan yang diakibatkan oleh
narapidana didalam lapas maka petugas membentuk tim intelejen dan
mengatur narapidana yang memicu terjadinya gangguan keamanan
dan ketertiban yang timbul karena provokasi
c. Hukuman bagi penghuni lapas yang menghasut timbulnya kerusuhan
akan dikirim ke lapas high risk seperti yang ada di Nusakambangan
d. Dalam mencegah serangan dari luar petugas lapas meningkatkan
pengamanan serta kewaspadaannya melaului koordinasi antar badan
hukum seperti TNI/POLRI. Disamping itu intelejen lapas selalu
mengumpulkan informasi dilingkungan lapas
e. Membentuk tim dengan melibatkan assessor berkompeten dalam
assesmen dan analisis risiko terhadap narapidana serta melakukan
evaluasi penilaian terhadap perkembangan tingkat risiko untuk
pembinaan lebih lanjut
f. Melakukan asesmen untuk mendapatkan pegawai yang memiliki
integritas dan kompetensi dalam menangani Narapidana risiko tinggi

REFERENSI

Abdullah, Rahmat Hi. Urgensi Penggolongan Narapidana dalam Lembaga


Pemasyarakatan. Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 9 No.1
JanuariMaret 2015. Hal.49-60
Bryans, Shane and Tomris Atabay, Hand Book on the Management of high-
risk prisoners (criminal justice handbook series), UNODC : New York, 2016

Haryono. 2015. Kebijakan perlakuan khusus terhadap narapidana risiko tinggi


di lembaga pemasyarakatan (studi kasus di lembaga pemasyarakatan kls III
GN. Sindur). JIKH. 11(3), 231-247

Peraturan Dirjen Pemasyarakatan Nomor: PAS.58.OT.03.01 tahun 2010


tentang Prosedur Tetap perlakuan narapidana risiko tinggi

Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 13 Tahun 2013 Tentang


Assesment Risiko dan Assesment Kebutuhan Bagi Narapidana dan Klien
Pemasyarakatan

Poernomo, Bambang. Pelaksanaan Pidana


PenjaradenganSistemPemasyarakatan. Yogyakarta: Liberty, 1986.

Keputusan Dirjen Pemasyarakatan Nomor PAS-449.PK.02.03.01 Tahun 2015


tentang Standar Evaluasi Hunian Lapas/Rutan

Anda mungkin juga menyukai