Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Munculnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang

Pemasyarakatan, konsep perlakuan terhadap narapidana telah mengalami

perubahan. Berubahnya konsep penjara yang bertujuan untuk membuat

narapidana menjadi jera menuju ke Sistem Pemasyarakatan sebagai konsep

reintegrasi sosial bagi narapidana. Sistem Pemasyarakatan adalah sistem

pemidanaan yang dijalankan oleh negara Indonesia. Kata “pemasyarakatan”

resmi mengubah sebutan kepenjaraan terhitung dari tanggal 27 April 1964.

Dengan tujuan akhir pemidanaan menurut Sistem Pemasyarakatan yaitu

mengembalikan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) ke tengah masyarakat

dan berperan aktif dalam pembangunan. Visi pemasyarakatan dalam hal ini

adalah megembalikan kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan

Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) sebagai mahluk Tuhan Yang Maha

Esa, individu, dan anggota masyarakat.

Adapun salah satu dari 10 (sepuluh) Prinsip Pemasyarakatan yang

berisikan tentang prinsip-prinsip pokok terkait perlakuan terhadap WBP

menyatakan bahwa:

“…. pekerjaan yang diberikan harus satu dengan pekerjaan yang terdapat
di masyarakat, dan yang menunjang pembangunan, umpamanya
menunjang usaha meningkatkan produksi pangan”.
Pekerjaan yang diberikan hendaknya dapat memberikan pengetahuan

kewirausahaan terhadap narapidana, sehingga setelah masa pidananya berakhir

1
2

dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Tujuan Pembinaan itu akan

terwujud apabila semua elemen dalam sistem tersebut saling mendukung.

Mengingat bahwa pembinaan Narapidana dalam sistem pemasyarakatan

merupakan kegiatan interaktif antara narapidana, petugas dan masyarakat,

maka keterlibatan masyarakat mutlaj diperlukan. Tanpa peran aktif dari

masyarakat dalam kegiatan pembinaan, baik kerjasama dalam penanaman

keterampilan, pengawasan kegiatan, maupun dalam pemasaran hasil kerja,

tujuan dari sistem pemasyarakatan dalam upaya reintegrasi WBP tidak akan

tercapai, tidak peduli seberapa baik kualitas program pelatihan yang

dilaksanakan.

Ketika melaksanakan kegiatan pembinaan kemandirian yang

diprogramkan dalam kegiatan kerja di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas),

petugas harus memiliki, dan menanamkan jiwa kewirausahaan terhadap

narapidana, karena dengan begitu akan dapat memicu, mendorong dan

memberi semangat kepada narapidana agar termotivasi untuk menekuni

kegiatan kerja yang diberikan di Lapas. Jiwa kewirausahaan perlu ditanamkan

kepada WBP karena dimasa sekarang, orang yang memiliki keahlian akan

dapat menjadikan keahlian tersebut modal untuk berwirausaha bahkan

menciptakan lapangan pekerjaan dengan mengajarkan keahlian tersebut

kepada orang lain sehingga orang tersebut dapat memberikan bantuan dalam

berwirausaha

Pembinaan melalui pembekalan dalam bentuk keterampilan bagi seorang

Narapidana (Napi) ketika menjalani hukuman, perlu mendapatkan perhatian

serius. Sebab keterampilan yang mereka terima itu akan bisa dijadikan sebagai
3

bekal dalam memenuhi kebutuhan hidupnya ketika kembali kelingkungan

masyarakat. Sehingga mereka dapat berguna di tengah-tengah masyarakat.

Meskipun harus diakui bahwa pembinaan itu membutuhkan waktu yang lama

serta proses yang tidak cepat, namun seiring berjalannya masa pembinaan

narapidana dapat menjalani proses dengan baik sehingga bisa kembali berbaur

dalam masyarakat.

Pembinaan keterampilan sebagai salah satu program pembinaan

dikategorikan ke dalam ruang lingkup pembinaan narapidana adalah untuk

membuat narapidana dapat bergaul dengan narapidana lain selama menjalani

keterampilan dan juga sebagai bekal narapidana dalam proses reintegrasi

dengan masyarakat. Pembinaan keterampilan sebagai salah satu program

pembinaan narapidana akan dapat terlaksana secara maksimal dengan menjalin

kerjasama melalui pihak ketiga baik dengan instansi pemerintah maupun pihak

swasta yang dapat memberikan bimbingan keterampilan yang bermanfaat bagi

narapidana apabila kelak telah habis masa hukumannya di Lembaga

Pemasyarakatan.

Pada saat ini kendala terbesar bagi pengembangan keterampilan

narapidana adalah dana yang kurang memadai untuk melaksanakan berbagai

keterampilan yang dibutuhkan narapidana serta hubungan kerjasama dengan

pihak ketiga yang tidak diadakan secara berkelanjutan dalam penyelenggaraan

pembinaan keterampilan, sehingga narapidana menerima pembinaan

keterampilan yang disesuaikan dengan dana yang tersedia di lapas tersebut.

Untuk menunjang terselenggaranya pendidikan dan latihan kerja di Lapas


4

masih diperlukan perbaikan atau pembaharuan perlengkapan sarana dan pra

sarana latihan yang sangat memadai.

Sebagai contoh di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Cibinong

dilaksanakan program pembinaan keterampilan, yaitu budidaya ikan air tawar.

Dalam hal ini ikan air tawar yang dimaksud adalah Lele dan Mujair. Kegiatan

ini merupakan satu dari beberapa pembinaan keterampilan yang dilaksanakan

di Lembaga Pemasyarakatan klas II A Cibinong.

Budidaya ikan air tawar memiliki beberapa keunggulan, diantaranya

permintaan pasar terus meningkat, masa pemeliharaan lebih singkat, tekhnik

pemeliharaan cukup sederhana, siklus keuangan cepat, benih relatif lebih

murah dan mudah diperoleh, serta relatif tahan terhadap penyakit. Prospek

bisnis budidaya ikan air tawar cukup bagus karena permintaan semakin

meningkat seiring bertambahnya penduduk Indonesia dan semakin

menjamurnya usaha warung makan yang menyajikan menu ikan air tawar.

Menyadari hal itu, penulis tertarik untuk mempelajari bagaimana

keberhasilan program tersebut untuk menjadi bekal bagi narapidana dalam

bersosialisasi dengan masyarakat. Kemudian kendala yang dihadapi dari

pelaksanaan budidaya ikan air tawar terhadap narapidana, serta upaya yang

lakukan sebagai solusi dalam pengoptimalan hasil produksi dari kegiatan

budidaya tersebut.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul: “OPTIMALISASI PRODUKSI BUDIDAYA

IKAN AIR TAWAR BAGI NARAPIDANA DI LEMBAGA

PEMASYARAKATAN KELAS IIA CIBINONG”.


5

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi pokok bahasan dalam program budidaya ikan air

tawar Di Lapas Kelas IIA Cibinong dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi narapidana selama melakukan

budidaya Ikan Air Tawar di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Cibinong?

2. Bagaimana upaya optimalisasi pelaksanaan kegiatan budidaya ikan air

tawar di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Cibinong?

C. Tujuan Penelitian

1. . Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi narapidana selama

melakukan budidaya ikan air tawar di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Cibinong.

2. Untuk memaksimalkan pelaksanaan kegiatan budidaya ikan air tawar oleh

narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Cibinong.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Mengetahui dan memahami bagaimana pelaksanaan kegiatan budidaya ikan

air tawar oleh narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Cibinong,


6

sehingga dapat dijadikan sebagai kegiatan pembekalan keterampilan untuk

narapidana agar dapat bermanfaat bagi narapidana setelah masa pidananya

berakhir dan kembali ke masyarakat.

2. Manfaat Praktis

Adanya penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat menjadi

masukan bagi UPT Pemasyarakatan, sehingga dapat dijadikan pengetahuan

dan pedoman dalam rangka meningkatkan kualitas kegiatan-kegiatan

pembinaan narapidana khususnya pembinaan kemandirian di Lembaga

Pemasyarakatan.

E. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup, operasional

variable, metodologi penelitian serta sistematika penelitian.

Bab II : Landasan teoritis yang berisi uraian teori-teori mengenai variabel

penelitian yaitu pelaksanaan kegiatan budidaya ikan air tawar serta

proses pembinaan narapidana.

Bab III : Gambaran umum lokasi penelitian di Lembaga Pemasyarakatan

Kelas IIA Cibinong

Bab IV : Uraian hasil penelitian dan analisa tentang pemecahan masalah.

Bab V : Merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran


7

Anda mungkin juga menyukai