Anda di halaman 1dari 15

KERJASAMA RUTAN KELAS IIB PAJANGAN DENGAN

SATUAN PEMBINAAN MASYARAKAT POLRES BANTUL


DALAM PEMBINAAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN
Mata Kuliah Sistem Lembaga Pemasyarakatan
Dosen Pengampu: Suratno, S.H., M.H.

Disusun oleh:
Deni Sulistiyanto
1630102490

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS COKROAMINOTO YOGYAKARTA
2020

i
ABSTRAK
Kerjasama Rutan Kelas II B Pajangan Dengan Satuan Pembinaan Masyarakat
Polres Bantul Dalam Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan
Deni Sulistiyanto
1630102490

Kerjasama merupakan kegiatan yang di lakukan secara bersama-sama dari


berbagai pihak untuk mencapai tujuan bersama. Fungsi Lembaga Pemasyarakatan yang
ada di Bantul diemban oleh Rumah Tahanan Kelas II B Pajangan, artinya terdapat
fungsi ganda yang dijalankan oleh Rutan Kelas II B Pajangan. Dalam pelaksanaan
tugasnya, pelaksana fungsi pemasyarakatan perlu melibatkan unsur lain dalam
pembinaan. Sat Binmas Polres Bantul merupakan satuan yang memiliki tujuan yang
sama dalam pembinaan, yang salah satu sasarannya adalah Warga Binaan
Pemasyarakatan. Berdasarkan kajian hukum dengan sumber literatur yang ditambah
dengan tambahan data hasil wawancara didapatkan data bahwa Rutan Kelas II B
Pajangan telah menjalin kerja sama dengan Sat Binmas Polres Bantul dalam
melaksanakan pembinaan kepada Warga Binaan Pemasyarakatan, namun terdapat
kendala pada pelaksanaannya yaitu naskah MoU yang masih dalam proses legalitas
serta pada masa pandemi covid-19, pembinaan belum dapat dilaksanakan kembali
mengingat harus menerapkan protokol kesehatan.

Keyword: Kerjasama, Rutan Kelas IIB Pajangan, Sat Binmas Polres Bantul

ii
DAFTAR ISI

Cover……………………………………………………………………………… i
Abstrak……………………………………………………………………………. ii
Daftar Isi………………………………………………………………………….. iii
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang…………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………. 2
C. Tujuan Penulisan Makalah………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….. 3
A. Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan………………………………….. 3
B. Sat Binmas Polres Bantul………………………………………………….. 7
C. Kerjasama Rutan Kelas IIB Pajangan dengan Sat Binmas Polres Bantul… 8
BAB III PENUTUP……………………………………………………………….. 11
1. Kesimpulan………………………………………………………………… 11
2. Saran……………………………………………………………………….. 11
Daftar Pustaka……………………………………………………………………... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembaga Pemasyarakatan (selanjutnya disebut dengan lapas) merupakan
bagian akhir dari sistem peradilan pidana di Indonesia setelah 3 (tiga) sistem
peradilan pidana yaitu kepolisian, kejaksaan serta pengadilan yang menjatuhkan
pidana penjara (pencabutan kemerdekaan) kepada para terpidana. Lapas menjalankan
tugas dan fungsi pemasyarakatan yaitu melakukan pembinaan Warga Binaan
Pemasyarakatan (selanjutnya disebut WBP) berdasarkan sistem, kelembagaan, dan
cara pembinaan berdasarkan Pancasila.1
Dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya lembaga
pemasyarakatan bekerja berdasarkan Undang-Undang No.12 Tahun 1995
(selanjutnya disebut UU Pemasyarakatan).
Dalam pelaksanaannya bukan hanya lembaga pemasyarakatan yang bekerja
untuk membina narapidana, rumah tahanan pun juga membina narapidana. Hal ini
disebabkan kapasitas lembaga pemasyarakatan yang di luar kapasitas. Salah satu
rumah tahanan yang sekaligus dijadikan sebagai Lembaga pemasyarakatan adalah
Rutan Kelas IIB Pajangan. Fungsi ganda yang dialami oleh Rutan Kelas IIB
Pajangan ini sebenarnya cukup bertentangan dengan Pasal 1 angka 2 Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab UndangUndang
Hukum Acara Pidana yang menjelaskan bahwa rutan adalah tempat tersangka atau
terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di
persidangan. Berbeda dengan Lembaga pemasyarakatan yang bertujuan untuk
melakukan pembinaan terhadap narapidana.2
Pembinaan WBP dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan
masyarakat untuk meningkatkan kualitas WBP agar menyadari kesalahan,
memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima

1
Citra Anggraeni Puspitasari. “Tanggung Jawab Pemerintah Dalam Pelanggaran Hak Narapidana dan
Tahanan Pada Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan Negara”. Jurnal Panorama Hukum. Volume
3. Nomor 1, 2018, 33-34. (dari 33-46)
2
Mita Yuyun Alina. “Penempatan Narapidana di Dalam Rumah Tahanan Dalam Konteks Sistem
Penegakan Hukum Pidana di Indonesia”. Diponegoro Law Review, Volume 1, Nomor 4, 2012, 1. (1-10)

1
2

kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan
dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. 3
Satuan Pembinaan Masyarakat Kepolisian Resor Bantul (disingkat Sat Binmas
Polres Bantul) merupakan satuan yang bertugas melakukan pembinaan, deteksi dini,
mediasi atau pencerahan kepada masyarakat melalui penyuluhan, sambang, door to
door, police goes to campus, polisi sahabat anak dan ceramah-ceramah tentang
keamanan ketertiban masyarakat dalam meningkatkan keamanan dalam menjalani
kehidupan sehari-hari di wilayah hukum Polres Bantul. 4 Dalam menjalankan
perannya melakukan pembinaan kepada masyarakat, salah satu sasarannya adalah
narapidana, agar saat narapidana kembali ke masyarakat dapat diterima dan
menjalankan peran yan gpositif di masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan
pembinaan WBP di Lembaga Pemasyarakatan (yang dalam hal ini adalah Rutan
Kelas IIB Pajangan), maka perlu diadakan Kerjasama dalam upaya pembinaan
Warga Binaan Pemasyarakatan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan kerjasama antara Sat Binmas Polres Bantul dengan
Rutan Kelas IIB Pajangan?
2. Bagaimana kendala yang dihadapai dalam menjalankan proses kerjasama antara
Sat Binmas Polres Bantul dengan Rutan Kelas IIB Pajangan?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Mengetahui pelaksanaan kerjasama antara Sat Binmas Polres Bantul dengan
Rutan Kelas IIB Pajangan.
2. Mengetahui kendala yang dihadapai dalam menjalankan proses kerjasama antara
Sat Binmas Polres Bantul dengan Rutan Kelas IIB Pajangan

3
Ibid
4
M. Fachrie Persada Putra. “Optimalisasi Penyuluhan Satuan Binmas Polres Salatiga Kepada Tokoh
Masyarakat Guna Cipta Kondisi Pemilu 2019 Yang Kondusif.: Indonesian Journal of Police Studies . Vol
4. No. 1, 2020, 260 (dari 257-300).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan


1. Pembinaan
Pembinaan Menurut pengertian yang tercantum pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1994), pembinaan adalah hal-hal yang meliputi:
a. Proses;
b. Pembaharuan, penyempurnaan;
c. Usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan
berhasil guna untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Menurut Thoha (2003) Pembinaan diartikan sebagai suatu tindakan,
proses, hasil, atau pernyataan menjadi lebih baik. Dalam hal ini menunjukan
adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evolusi, atas berbagai
kemungkinan, ber-kembang, atau meningkatnya sesuatu. Disini terdapat dua
unsur pengertian, yakni pembinaan dari suatu tujuan dan yang kedua pembinaan
dapat menunjukkan kepada “perbaikan” atas sesuatu. Jadi pembinaan dapat
diartikan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sadar, teratur, terarah dan
terencana oleh pembina untuk merubah, memperbaharui serta meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan cara kepada binaan dengan melalui tindakan
yang sifatnya mengarahkan, membimbing, menstimulan dan mengawasi dengan
berdasarkan norma yang keseluruhannya dilakukan secara berdaya guna dan
berhasil guna untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu pembangunan
manusia seutuhnya.5
Tujuan pembinaan dalam narapidana anak berupa penyerapan unsur-unsur
baru yang diperoleh melalui penambahan pengetahuan, keterampilan dan
menerapkannya dalam melaksanakan suatu kegiatan. Pembinaan yang
dilaksanakan ditujukan pada peningkatan kualitas seseorang dalam pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Tujuan pembinaan pada dasarnya untuk menghasilkan
masyarakat yang kreatif dalam arti bertambah dalam pengetahuan, keterampilan,
5
Erina Suhestia Ningtyas, Abd. Yuli Andi Gani, Sukanto. “Pelaksanaan Program Pembinaan
Narapidana Pada Lembaga Pemasyarakatan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia
(Studi Pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas I A Lowokwaru Kota Malang)”. Jurnal Administrasi Publik
(JAP), Vol. 1, No. 6, 2017, 1268 (dari 1266-1275).

3
4

sikap dan motivasinya dan mengaplikasikannya kedalam kegiatan-kegiatan yang


bermanfaat. Hal tersebut memungkinkan terlaksananya rencana kegiatan yang
telah diprogramkan, sehingga terwujud masyarakat yang aktif dan dinamis. 6
Adapun fungsi pembinaan diantaranya:7
a. Penyampaian informasi dan pengetahuan;
b. Perubahan dan pengembangan sikap;
c. Latihan dan pengembangan sikap.
Adapun manfaat dari pembinaan anak pidana, diharapkan mampu
memperoleh manfaat dari pembinaan yang diadakan diantaranya: 8
a. Melihat diri dan melaksanakan hidup dan kerjanya;
b. Menganalisa situasi hidup dan kerjanya dari segala aspek segi positif dan
negatifnya;
c. Mengemukakan masalah hidup dan masalah dalam kerjanya;
d. Menemukan hal atau bidang hidup dan kerja yang sebaiknya diubah dan
diperbaiki;
e. Merencanakan sasaran program hidup dan kerjanya.

2. Lembaga Pemasyarakatan
Lembaga pemasyarakatan atau disingkat (LAPAS) merupakan institusi dari sub
sistem peradilan pidana mempunyai fungsi strategis sebagai pelaksanaan pidana
penjara sekaligus sebagai tempat pembinaan bagi narapidana.
Fungsi utama dari Lapas adalah sebagai berikut:9
a. Menerima terpidana yang telah diputus bersalah oleh pengadilan dengan pidana
penjara;
b. Melakukan pembinaan dalam lembaga pemasyarakatan;
c. Melakukan berbagai upaya agar proses pembinaan dapat terlaksana dengan baik;
d. Melakukan koordinasi dengan sub sitem kepolisian atau kejaksaan manakala
peserta didik pemasyarakatan tengah menjalani proses peradilan;
e. Menerima dan meneruskan permintaan grasi;

6
Nurkhalida. “Peranan Rumah Tahanan Negara Kelas II B Pangkajene Terhadap Pembinaan Anak
Pidana” Jurnal Tomalebbi, Volume 3. Nomor 1. 2016, 83. (dari 76-88).
7
Ibid
8
Ibid
9
Opcit
5

f. Menyiapkan pembebasan apabila waktu menjalankan pidana penjara telah


selesai;
g. Menyiapkan pembebasan bersyarat;
h. Menjaga dan memenuhi hak-hak narapidana yang diatur berdasarkan aturan
perundang-undangan
Penempatan Narapidana di dalam rumah tahanan dilaksanakan sama persis
dengan yang ada di dalam Rumah Tahanan/Lembaga pemasyarakatan seperti yang
ada dalam Undang-undang No.12 Tahun 1995. Pelaksanaan pembinaan narapidana
di dalam rumah tahanan sebenarnya tidak ada dalam peraturan. Namun karena
alasan over capacity di dalam Lembaga Pemasyarakatan, hal ini dapat dijalankan di
dalam rumah tahanan. Sehingga petugas mempunyai fungsi ganda yaitu merawat
tahanan dan membina narapidana dan lingkungan yang sama, yaitu rumah tahanan.10
Berdasarkan Keputusan Mentri Kehakiman Republik Indonesia nomor: M.02-
PK,04.10 Tahun 1990 tentang pola pembinaan Narapidana/Tahanan menegaskan
bahwa: Rumah Tahanan Negara adalah unit pelaksana teknis tempat tersangka atau
terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di siding
pengadilan. Rumah Tahanan Negara adalah unit pelaksana teknis tempat tersangka
atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di
siding pengadilan.
Rutan dibentuk oleh Menteri ditiap kabupaten dan kota madya yang juga
berperan sebagai pelaksana asas pengayoman yang merupakan tempat untuk
mencapai tujuan pemasyarakatan melalui pendidikan, rehabilitasi, dan reintegrasi.
Sejalan dengan itu kepala direktorat jenderal pemasyarakatan yang menulis bahwa.
“Pada prinsipnya tidak ada lagi penjara kerena perkembangan Rutan
dari sistem pemasyarakatan, apa yang sekarang ini disebut dengan
Lembaga Pemasyarkatan sebenarnya adalah suatu lembaga yang
dahulunya dikenal sebagai rumah penjara , yakni tempat dimana orang-
orang yang telah dijatuhi dengan pidana-pidana tertentu oleh hakim itu
harus menjalankan pidana mereka.”11

10
Opcit
11
Romli Atmasasmita. Strategi Pembinaan Pelanggaran Hukum Dalam Penegakan hukum Di Indonesia.
(Bandung : Alumni. 1975), 59.
6

3. Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan


Pembinaan narapidana didasarkan pada sistem pemasyarakatan, dan telah
diatur dalam UU No. 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan. Menurut Pasal 2 UU
No. 12 Tahun 1995, tujuan dari pembinaan adalah:
“Sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka
membentuk warga binaan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari
kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana
sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat
aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar
sebagai warga Negara yang baik dan bertanggungjawab”
Mengacu pada point diatas, pemasyarakatan merupakan kunci terpenting dalam
upaya “mengobati” narapidana yang nantinya akan kembali di tengah-tengah
masyarakat. Cara yang ditempuh adalah melalui program pembinaan narapidana.12
Aktivitas dari pembinaan narapidana harus berdasarkan aturan yang berlaku,
yakni SK Menteri Kehakiman No. M.02.PK.04.10 Tahun 1990 tentang Pembinaan
Narapidana/Tahanan, yang didalamnya terdapat 2 (dua) pola pembinaan, yaitu
pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian.13
a. Pembinaan kepribadian
Mengarah pada pembinaan mental, spiritual dan jasmani. Salah satu bentuk
program pembinaan yang tidak semua Lembaga Pemasyarakatan mampu
memiliki dan menjalankan adalah pendidikan formal, yang ini ditujukan untuk
narapidana yang tidak dapat menjangkau dan memenuhi pendidikan formal.
b. Pembinaan kemandirian
Mencakup program pendidikan keterampilan dan bimbingan kerja. Pada aktivitas
pembinaan ini, narapidana dikembangkan akan potensi, bakat dan minat yang
dimiliki. Pengembangan ini ditujukan agar narapidana lebih memiliki skill dan
lebih mengikuti akan perkembangan pengetahuan dan dapat diketahui kehidupan
di Lembaga Pemasyarakatan cenderung “terisolasi”.
Pelaksanaan Pembinaan di Rutan Kelas IIB Pajangan mengacu pada
Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan, karena fungsi ganda yang telah dijalankan
12
Opcit
13
Opcit
7

menuntut Rutan Kelas IIB Pajangan dapat memfasilitasi Warga Binaan


Pemasyarakatan.

B. Satuan Pembinaan Masyarakat


1. Tugas Satuan Pembinaan Masyarakat
Satuan Pembinaan Masyarakat Kepolisian Resor Bantul (disingkat Sat
Binmas Polres Bantul) merupakan satuan yang bertugas melakukan pembinaan,
deteksi dini, mediasi atau pencerahan kepada masyarakat melalui penyuluhan,
sambang, door to door, police goes to campus, polisi sahabat anak dan ceramah-
ceramah tentang keamanan ketertiban masyarakat dalam meningkatkan keamanan
dalam menjalani kehidupan sehari-hari di wilayah hukum Polres Bantul.
Ketentuan pelaksanaan kegiatan penyuluhan diatur dengan Peraturan
Kapolri Nomor 21 Tahun 2007 tentang Bimbingan Penyuluhan Keamanan dan
Ketertiban Masyarakat dalam Pasal 1 angka 2 dijelaskan: Bimbingan penyuluhan
adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memberikan tuntunan, petunjuk, dan
penerangan kepada individua tau kelompok secara terus-menerus dengan maksud
agar terjadi perubahan perilaku atau sikap yang berguna bagi diri pribadi maupun
kelompok atau masyarakat.
Selain itu, bimbingan dan penyuluhan juga dijelaskan sebagai kegiatan
memberi penerangan, arahan, dana atau mengingatkan masyarakat tentang
masalah-masalah kamtibmas dan cara-cara untuk mencegah dan
menanggulanginya. Bimbingan dan penyuluhan dapat dilakukan secara langsung
dengan cara bertatap muka dengan masyarakat serta menggunakan metode
ceramah maupun diskusi, tetapi dapat juga dilakukan secara tidak langsung baik
secara tertulis maupun media elektronik dan media budaya serta keagamaan.

2. Sat Binmas di Polres Bantul\


Sat Binmas Polres Bantul dipimpin oleh AKP Rapiqoh, S.H. dengan
anggota 21 orang. Pelaksanaan tugas sehari-hari dibagi ke dalam tiga unit
pelaksana, yaitu unit ketertiban masyarakat, unit keamanan swakarsa dan unit
perpolisian masyarakat.
8

Sat Binmas Polres Bantul telah mengemban fungsi preemtif dalam


meminimalisir terjadinya gangguan kamtibmas dengan melaksanakan pembinaan,
penyuluhan, sambang, silaturahmi kepada berbagai elemen masyarakat seperti
tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh adat, hingga ke warga
masyarakat. Hal ini akan mengalami kelebihan beban tugas apabila Sat Binmas
Polres Bantul tidak mengadakan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait
karena terlalu banyak jangkauan yang dikerjakan. Oleh sebab itu Sat Binmas
Polres Bantul mengadakan kerjasama dalam mendukung pelaksanaan tugas, salah
satunya yaitu bekerjasama dengan Rutan Kelas IIB Pajangan dalam hal
pembinaan narapidana yang menjadi WBP.

C. Kerjasama Rutan Kelas IIB Pajangan dengan Sat Binmas Polres Bantul
1. Kerjasama
Menurut Abdulsyani, kerjasama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana
didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan
bersama dengan saling membantu dan saling memahami aktivitas masing-
masing.14 Kerjasama juga diartikan sebagai kegiatan yang di lakukan secara
bersama-sama dari berbagai pihak untuk mencapai tujuan bersama.15
Pelaksanaan kerjasama dan sistem informasi pendidikan dapat dilakukan
dengan menempuh tahapan yaitu: tahap penjajakan, tahap penanda tangan
kerjasama, tahap penyusunan program, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi, dan
tahap pelaporan. Ada beberapa cara yang dapat menjadikan kerjasama dapat
berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang telah disepakati oleh dua orang
atau lebih tersebut yaitu:16
a. Saling terbuka, dalam sebuah tatanan kerjasama yang baik harus ada komasi
yang komunikatif antara dua orang yang berkerjasama atau uniklebih.
b. Saling mengerti, kerjasama berarti dua orang atau lebih bekerja sama untuk
mencapai suatu tujuan, dalam proses tersebut, tentu ada, salah satu yang
melakukan kesalahan dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang
dihadapkan.

14
Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan, Jakarta: Bumi Aksara, 1994 h. 156.
15
W.J.S. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1985. h. 492
16
Abuddin Nata, Ilmu Pendidkan Islam, Jakarta: Prenada Media Group, h. 279-288.
9

Dalam hal ini kerjasama yang dilaksanakan oleh Rutan Kelas IIB sebagai
pengembang fungsi Lembaga Pemasyarakatan dengan Sat Binmas Polres Bantul
adalah dalam hal pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan. Tujuan dilaksanakan
pembinaan ini selaras dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas WBP agar
menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana
sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan
dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan
bertanggung jawab. Sementara itu tujuan Sat Binmas Polres Bantul dalam
melaksanakan pembinaan yaitu untuk memberikan tuntunan, petunjuk, dan
penerangan kepada individua tau kelompok secara terus-menerus dengan maksud
agar terjadi perubahan perilaku atau sikap yang berguna bagi diri pribadi maupun
kelompok atau masyarakat. Kedua tujuan tersebut selaras untuk dijadikan dasar
kerjasama.
Bentuk kerjasama yang sudah dilaksanakan antara Rutan Kelas IIB
Pajangan dengan Sat Binmas Polres Bantul adalah MoU Pembinaan WBP dengan
pelaksanaan bahwa Sat Binmas Polres Bantul melaksanakan kegiatan pembinaan
kepada WBP di Rutan Kelas IIB Pajangan setiap Hari Rabu ke-2 dan ke-4 pada
tiap-tiap bulannya, yang dilaksanakan setelah sholat dzuhur berjamaah di masjid
Rutan Kelas IIB Pajangan.

2. Kendala Yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Kerjasama


Setelah melakukan wawancara kepada anggota Sat Binmas Polres Bantul,
terdapat beberapa kendala yang dihadapi, diantaranya:
a. Naskah MoU yang telah dijadikan dasar kerjasama ternyata perlu dilakukan
revisi karena terkait keabsahan MoU dengan instansi Kepolisian perlu melalui
asistensi dari instansi diatasnya, dalam hal ini Bidang Hukum Polda DIY.
Sehingga sampai hari ini masih dalam tahap validasi poin-poin kerjasama
yang dituangkan, masih menunggu untuk proses acceptance dan pengesahan.
b. Pada masa pandemi covid-19, pelaksanaan kerja sama terhalang, mengingat
perlunya menerapkan protokol Kesehatan yang telah diatur oleh pemerintah,
sehingga sampai hari ini Rutan Kelas II B Pajangan belum dapat memberikan
10

akses kembali untuk melanjutkan pembinaan dari Sat Binmas Polres Bantul
kepada WBP di Rutan Kelas II B Pajangan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelaksanaan kerjasama antara Rutan Kelas II B Pajangan dengan Sat Binmas
Polres Bantul merupakan sebuah bentuk pelaksanaan tugas yang didasarkan pada
tujuan pembinaan yang selaras pada masing-masing instansi tersebut. Selain itu,
dengan dilaksanakannya kerjasama tersebut mempercepat tercapainya tujuan
dibandingkan dengan bekerja secara masing-masing.
Kendala yang dihadapi dalam melaksanakan pembinaan kepada WBP sebagai
bentuk kerjasama yang dilakukan terdapat pada proses MoU yang dilakukan masih
dalam tahap proses (belum jadi) dan selain itu pada masa pandemi covid-19
pembinaan belum dapat dilaksanakan kembali karena protokol kesehatan.

B. Saran
Penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan informasi
dan literatur yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, kepada penulis makalah
selanjutnya yang menggunakan tema yang sama, dapat lebih mendalami lagi
informasi dan literatur yang digunakan agar tercapai kualitas makalah yang lebih
baik.

11
12

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. (1994). Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara,

Alina, Mita Yuyun. (2012) Penempatan Narapidana di Dalam Rumah Tahanan Dalam
Konteks Sistem Penegakan Hukum Pidana di Indonesia. Diponegoro Law Review,
Volume 1 (4), 1-10.

Atmasasmita, Romli. (1975). Strategi Pembinaan Pelanggaran Hukum Dalam


Penegakan hukum Di Indonesia. Bandung : Alumni.

Nata, Abuddin. (th). Ilmu Pendidkan Islam. Jakarta: Prenada Media Group.

Ningtyas, Erina Suhestia, Abd. Yuli Andi Gani, dan Sukanto. (2017). Pelaksanaan
Program Pembinaan Narapidana Pada Lembaga Pemasyarakatan Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia (Studi Pada Lembaga Pemasyarakatan
Kelas I A Lowokwaru Kota Malang). Jurnal Administrasi Publik (JAP). Volume
1 (6), 1266-1275.

Nurkhalida. (2016). Peranan Rumah Tahanan Negara Kelas II B Pangkajene Terhadap


Pembinaan Anak Pidana. Jurnal Tomalebbi, Volume 3 (1), 76-88.

Purwadarminta, W.J.S. (1985). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Puspitasari, Citra Anggraeni. (2018). Tanggung Jawab Pemerintah Dalam Pelanggaran


Hak Narapidana dan Tahanan Pada Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan
Negara.. Jurnal Panorama Hukum. Volume 3 (1), 33-46.

Putra, M. Fachrie Persada. (2020). Optimalisasi Penyuluhan Satuan Binmas Polres


Salatiga Kepada Tokoh Masyarakat Guna Cipta Kondisi Pemilu 2019 Yang
Kondusif. Indonesian Journal of Police Studies, Volume 4 (1), 257-300.

Anda mungkin juga menyukai