Anda di halaman 1dari 10

Journal of Correctional Issues

2020, Vol.3 (2), 55-64


MOTIVASI NARAPIDANA PEREMPUAN LAPAS Politeknik Ilmu
PEREMPUAN KELAS IIA BANDUNG DALAM MENGIKUTI Pemasyarakatan
PROGRAM PEMBINAAN KEMANDIRIAN
Review
20 Oktober 2020
Sri Sulistijaningsih
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan Accepted
10 September 2020
Abstract
Prisoners in undergoing the crime of missing independence at the Penitentiary must be
introduced to the community. Banyan Tree Protection Point.6). Prisoners must be given
work and must be one with the community and support efforts to increase production.
Bandung Women's Class IIA Penitentiary Institution is one of the Technical
Implementation units of the Directorate General of Correctional Facility under the ranks
of the West Java Province Ministry of Law and Human Rights office as a place to foster
female prisoners in the field of independence fostering programs. Fostering the
independence program is a form of fostering aimed at empowering female prisoners. It
is hoped that they will be effective and efficient in empowering the family's economy, so
that they can help a source of income for the family after being free from criminal
punishment. The purpose of this study is to determine the motivation of women
prisoners in Class IIA Bandung Women's Penitentiary in participating in a program to
develop independence, find out the constraints of obstacles and provide solutions to
overcome obstacles in the process of fostering Independence.

Keywords:
Motivation, Female prisoners , fostering Independence.

Abstrak
Narapidana dalam menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan
harus dikenalkan dengan masyarakat. Pohon Beringin Pengayoman Point.6).
Narapidana wajib diberikan pekerjaan dan harus satu dengan masyarakat serta
menunjang usaha peningkatan produksi. Lembaga Pemasyarakataan Perempuan Kelas
IIA Bandung adalah salah satu unit pelaksana Teknis Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan dibawah jajaran kantor wilayah kementerian hukum dan HAM Propinsi
Jawa Barat merupakan tempat membina narapidana perempuan dibidang program
pembinaan kemandirian. Pembinaan Program kemandirian merupakan salah satu
bentuk pembinaan yang bertujuan untuk memberdayakan narapidana perempuan. Di
harapkan mereka berhasil guna dan berdaya guna dalam pemberdayaan ekonomi
keluarga, sehingga dapat membantu sumber pendapatan bagi keluarga setelah bebas
menjalani Pidana. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi
narapidana perempuan di Lembaga pemasyarakatan perempuan Kelas IIA Bandung
dalam mengikuti program pembinaan kemandirian, mengetahui kendala kendala dan
memberikan solusi untuk mengatasi kendala dalam proses pembinaan Kemandirian.
Katakunci:
Motivasi, Narapidana Perempuan, Program Kemandirian
56
Sulistijaningsih, S Motivasi Narapidana Perempuan

Pendahuluan tengah masyarakat (proses non-


Tujuan sistem Pemasyarakatan institusional).
adalah mengembalikan hubungan Narapidana sebagai warga negara
kesatuan hidup, kehidupan dan Indonesia yang hilang kemerdekaan
penghidupan. Dalam undang undang bergeraknya dibatasi oleh tembok
Pemasyarakatan pasal 2 menyebutkan penjara tetap diberlakukan sebagai
“Sistem pemasyarakatan diselenggarakan warga negara walaupun dia telah
dalam rangka membentuk warga binaan melanggar hukum karena di dalam
agar menjadi manusia seutuhnya, peraturan perundang-undangan warga
menyadari kesalahan, memperbaiki diri negara yang melakukan tindak pidana
dan tidak mengulangi tindak pidana tidak lantas menghilangkan haknya
sehingga dapat diterima kembali oleh sebagai warga negara. Terkait dengan hal
lingkungan masyarakat, dapat aktif tersebut selama narapidana menjalani
berperan dalam pembangunan dan dapat pidana di lembaga pemasyarakatan
hidup secara wajar sebagai warga negara memiliki hak yang telah diatur dalam
yang baik dan bertanggungjawab.” pasal 14 Undang - Undang Nomor.12
Disamping bertujuan untuk tahun 1995 tentang Pemasyarakatan,
mengembalikan warga binaan sebagai berikut :
pemasyarakatan sebagai warga yang baik a. Melakukan ibadah sesuai dengan
juga bertujuan untuk melindungi agama atau kepercayaannya;
masyarakat terhadap kemungkinan b. Mendapat perawatan, baik
diulanginya tindak pidana oleh mantan perawatan rohani maupun jasmani;
narapidana. Sistem pemasyarakatan c. Mendapatkan pendidikan dan
bukan saja menjadikan narapidana pengajaran;
sebagai obyek melainkan juga sebagai d. Mendapatkan pelayanan kesehatan
subyek karena yang diberantas adalah dan makanan yang layak;
faktor-faktor yang dapat dikenakan e. Menyampaikan keluhan;
pidana. Sistem pemasyarakatan sebagai f. Mendapatkan bahan bacaan dan
upaya untuk menyadarkan warga binaan mengikuti siaran media massa
pemasyarakatan agar menyadari lainnya yang tidak dilarang;
kesalahan, memperbaiki diri dan tidak g. Mendapatkan upah atau premi atas
mengulangi tindak pidana sehingga dapat pekerjaan yang dilakukannya;
diterima kembali oleh lingkungaan h. Menerima kunjungan keluarga,
masyarakat dapat aktif berperan dalam penasehat hukum, atau orang
pembangunan dan menjadi warga tertentu lainnya;
masyarakat yang baik taat pada hukum, i. Mendapatkan pengurangan masa
menjunjung tinggi nilai nilai moral, sosial pidana (remisi);
dan keagamaan sehingga tercapai j. Mendapatkan kesempatan
kehidupan masyarakat yang aman, tertib berasimilasi termasuk cuti
dan damai. Proses pemasyarakatan mengunjungi keluarga;
mempunyai dua persektif (dua wajah) k. Mendapatkan pembebasan
yaitu proses yang berlangsung dalam bersyarat;
lingkungan bangunan (proses l. Mendapatkan cuti menjelang
institusional) dan proses yang bebas; dan
berlangsung secara penuh ditengah –

Journal of Correctional Issues Volume 3, No.2 | 2020


57
Sulistijaningsih, S Motivasi Narapidana Perempuan

m. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dan staf serta pejabat bidang pembinaan
dengan peraturan perundang- yang bertindak sebagai intstruktur.
undangan. Motivasi Menurut Malthis (2006:114),
adalah keinginan dalam diri seseorang
Lapas perempuan kelas IIA yang menyebabkan orang tersebut
Bandung adalah Unit Pelaksana teknis bertindak. Biasanya orang bertindak
dibawah jajaran Kantor Wilayah karena suatu alasan untuk mencapai
kementerian Hukum dan Hak Asasi tujuan. Memahami motivasi sangatlah
manusia propinsi Jawa Barat. Lapas penting karena kinerja, reaksi terhadap
khusus perempuan ini mempunyai tugas kompensasi dan persoalan sumber daya
dan fungsi melakukan pembinaan dan manusia yang lain dipengaruhi dan
perawatan khusus bagi warga binaan mempengaruhi motivasi. Pendekatan
pemasyarakatan perempuan berada di untuk memahami motivasi berbeda-
bawah jajaran . beda, karena teori yang berbeda
Di dalam pasal 2 ayat (1) Peraturan mengembangkan pandangan dan model
Pemerintah Republik Indonesia Nomor mereka sendiri. Motivasi menurut Vroom
31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan Dan (dalam Kreitner & Kinicki 2007 : 247),
Pembimbingan Warga Binaan motivasi adalah mengarahkan dalam
Pemasyarakatan ayat (1) disebutkan : memutuskan seberapa besar upaya
“Program pembinaan dan pembimbingan untuk mengerahkan usaha dalam situasi
meliputi kegiatan pembinaan dan tertentu. Keitner & Kinicki (2007)
pembimbing kepribadian dan mendifinisikan motivasi sebagai proses
kemandirian”. Dalam pasal 3 disebutkan psikologis yang menyebabkan munculnya
pembinaan dan pembimbingan suatu tindakan yang memiliki arah untuk
kepribadian dan kemandirian meliputi mencapai tujuan tertentu. Morgan (1986
hal-hal yang berkaitan dengan point : (h) : 303) motivasi diartikan sebagai “ untuk
keterampilan kerja; dan (i) latihan kerja mendorong dan menekan dengan kuat
dan produksi. Program pembinaan yang akan muncul dalam perilaku yang
kemandirian di lapas juga telah diatur gigih dalam mengarah pada pencapaian
dalam sepuluh prinsip pemasyarakatan tujuan-tujuan tertentu”. Robins (1998 :
yaitu dalam angka (1) “Ayomi dan 50) Motivasi adalah “kesediaan untuk
berikan bekal hidup agar mereka dapat mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi
menjalankan peranannya sebagai warga untuk tujuan organisasi, yang
masyarakat yang baik dan berguna”. dikondisikan oleh kemampuan upaya itu
Pada angka (6) “Pekerjaan yang diberikan dalam memenuhi beberapa kebutuhan
kepada narapidana dan anak didik tidak individu”.
boleh diberikan pekerjaan untuk Diharapkan motivasi narapidana
memenuhi kebutuhan dinas atau dalam mengikuti program pembinaan
kepentingan negara sewaktu-waktu saja. kemandirian selama menjalani pidana
Pekerjaan yang diberikan harus satu didalam Lapas perempuan kelas IIA
dengan pekerjaan di masyarakat dan Bandung, dapat menjadi modal dasar
menunjang usaha peningkatan produksi”. dalam berwirausaha dan menciptakan
Salah satu keberhasilan pembinaan lapangan pekerjaan sendiri setelah bebas
dibidang kemandirian adalah adanya menjalani hukuman.
motivasi yang tinggi dari narapidana
sebagai peserta pembinaan kemandirian

Journal of Correctional Issues Volume 3, No.2 | 2020


58
Sulistijaningsih, S Motivasi Narapidana Perempuan

Metode seseorang untuk melakukan serangkaian


Metode yang digunakan dalam kegiatan yang mengarah ketercapaian-
penelitian ini adalah metode penelitian nya tujuan tertentu. Individu yang
deskriptif kualitatif karena peneliti ingin berhasil mencapai tujuan-nya tersebut
menggambarkan atau melukiskan fakta- berarti kebutuhan - kebutuhannya dapat
fakta atau keadaan ataupun gejala yang terpenuhi atau terpuaskan
tampak dalam Motivasi narapidana (Munandar,2001). Motivasi adalah alat
dalam mengikuti program pembinaan penggerak yang ada dalam setiap
kemandirian. Penelitian deskriptif individu untuk mencapai suatu tujuan
kualitatif adalah penelitian yang yang akan dicapai. Usaha yang diberikan
menggambarkan atau melukiskan objek dalam memotivasi seseorang dilakukan
penelitian berdasarkan fakta-fakta yang dengan cara memunculkan faktor-faktor
tampak atau sebagaimana adanya. yang mendorong individu berperilaku
Nawawi dan Martini (1996: 73). tertentu. Hal tersebut dapat dilakukan
Penelitian deskriptif kualitatif berusaha dengan jalan memberikan imbalan,
mendeskripsikan seluruh gejala atau menciptakan persaingan, melatih,
keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menasehati dan lainnya (Hariandja,
menurut apa adanya pada saat penelitian 2002).
dilakukan. Mukhtar (2013: 28). Penulis Sadili Samsudin (2006) menyatakan
menjadikan metode langsung dan bahwa motivasi kerja merupakan
metode tidak langsung, sesuatu yang menimbulkan dorongan
Dengan menggunakan teknik atau semangat kerja. David McCelland
analisis data kualitatif dalam (1998) menyatakan bahwa motivasi
pengambilan data, yaitu : seseorang itu cenderung memiliki pola
1. Hasil pengamatan dan wawancara motivasi yang terdiri atas : a. Motivasi
kepada narapidana yang mengikuti berprestasi (Achievement Motivation) b.
program pembinaan kemandirian di Motivasi afiliasi (Afilliation Motivation) c.
lapas Kelas IIA Perempuan Bandung. Motivasi kompetensi (Competence
2. Hasil wawancara dan informasi dari Motivation) d. Motivasi kekuasaan
staf dan pejabat yang berwenang (Power Motivation)
dalam program Kemandirian di Lapas
Perempuan kelas IIA Bandung.
3. Bahasan tertulis berita dimass media MOTIVA5S.I KERJA
,majalah, data base narapidana yang 6.
Achievement Motivation
terkait dengan program pembinaan
kemandirian di lapas perempuan 7.
Afilliation Motivation
kelas IIA Bandung. KINERJA
4. Dalam penelitian ini penulis akan Com8
pe.tence Motivation
membahas tentang apa saja yang
menjadi motivasi narapidana serta P9o.wer Motivation
kendala kendala apa saja yang
dihadapi dalam pelaksanaan program Gambar 1 :
pembinaan kemandirian di lapas Kerangka Pemikiran
perempuan kelas IIA Bandung.
Motivasi adalah proses dimana
kebutuhan kebutuhan mendorong

Journal of Correctional Issues Volume 3, No.2 | 2020


59
Sulistijaningsih, S Motivasi Narapidana Perempuan

Hipotesis dalam Penelitian ini terorisme 2 orang; narapidana kasus


Berdasarkan uraian pada latar belakang trafficking 14 orang; narapidana kasus
masalah, identifikasi dan perumusan money loundring 5 orang. Narapidana
masalah yang didukung dengan kajian yang menjalani program pembinaan
teoritis yang dilengkapi juga dengan lanjutan berupa cuti bersyarat ( CB) 17
kerangka pemikiran sehingga dapat orang.
dikemukakan bahwa hipotesis penelitian
500
terdapat pengaruh positif dari motivasi
405
kerja Narapidana perempuan pada Lapas 400
perempuan kelas IIA Bandung. Metode 300
Penelitian bersifat diskriptis analisis
kualitatif . Obyek penelitian Populasi dan 200 S.H
Sampel Populasi dalam penelitian 100
B.I
merupakan sumber data, artinya sifat 1 1
27 4
B.IIA

atau karateristik dari sekelompok subjek. 0


Indonesia Asing
B.IIB

Sesuai dengan pendapat Sugiyono B.IIIS


S.H 1 0
(2002:57) yang mengemukakan bahwa, 405 4
B.I
“Populasi adalah wilayah generalisasi 1 0
B.IIA
yang terdiri atas objek atau subjek yang B.IIB 0 0
mempunyai kuantitas dan karateristik B.IIIS 27 0
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik Gambar 2 : Jumlah narapidana
kesimpulan”. Adapun yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah Struktur organisasi dan tata kerja
Narapidana di lapas perempuan kelas IIA lembaga pemasyarakatan perempuan
Bandung yang mengikuti program kelas IIA Bandung berdasarkan
pembinaan kemandirian sebanyak 49 Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak
orang. Penulis melakukan wawancara Asasi Manusia RI No : M. 01- PR-07-10
kepada peserta program pembinaan tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata
kemandirian sebanyak duapuluh Kerja Departemen Kehakiman dan Hak
narapidana secara acak, tiga orang Asasi Manusia RI. Dalam melaksanakan
petugas yang terdiri dari satu orang Program Kerja didukung oleh jajaran SDM
pejabat yaitu kasubsi kegiatan kerja dan dengan jumlah pegawai serta tingkat
dua orang staf bimbingan kerja. pendidikan yang relatif memadai.
Lembaga pemasyarakatan perempuan
Hasil Kelas IIA Bandung memiliki pegawai
Kondisi lapas perempuan kelas IIA berjumlah : 94 orang, terdiri dari
Bandung mempunyai kapasitas 325 pegawai laki-laki : 33 orang, pegawai
orang, penelitian dilakukan hari sabtu perempuan : 61 orang. Latar belakang
tanggal. 18 januari 2020 dengan jumlah pendidikan terakhir S2 : 2 orang ;
penghuni sebanyak 438 orang. Dari pendidkan terakhir S1 : 35 orang;
jumlah total narapidana 438 orang, pendidikan terakhir D3 : 5 orang; dan
terdapat narapidana dengan kasus pendidikan terakhir Sekolah lanjutan
narkoba 279 orang; narapidana kasus Tingkat Atas (SLTA) berjumlah 52 orang,
korupsi 38 orang; narapidana kasus gambar 2 menggambarkan kondisi
umum 100 orang; narapidana kasus

Journal of Correctional Issues Volume 3, No.2 | 2020


60
Sulistijaningsih, S Motivasi Narapidana Perempuan

pendidikan terakhir pegawai lapas Pembinaan kemandirian diikuti 54


perempuan kelas IIA Bandung. (lima puluh empat ) orang narapidana
seluruh narapidana yang berjumlah 445
30
orang. Kegiatan Program kemandirian
25 terdiri dalam delapan pos kegiatan
20 antara lain : 1. Taman ; 2. Salon 3.
15 Laki-laki Melukis; 4. Assesories / perca;
10 Perempuan Perkebunan ; 6.Tataboga;7.Menyulam;
5 8.Menjahit. Jenis kegiatan dan jumlah
0 peserta program pembinaan kemandirian
S2 S1 D3 SLTA dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini.

Gambar 2: Jumlah Pegawai


Sales
Program pembinaan kemandirian
di lapas kelas IIA Bandung diikuti oleh 7 12
54 orang narapidana (12 %) dari seluruh 5
narapidana ( 445 ) orang. Program 8 8
pembinaan kemandirian terbanyak 7 4 3
pesertanya adalah pos kegiatan
pertamanan sebanyak 12 orang (22 %) Taman
dari seluruh peserta kegiatan program Perkebunan
Salon
pembinaan kemandirian. Kegiatan tata Boga
Pembinaan Kemandirian yang paling Melukis
Menyulam
sedikit diikuti adalah program kerja salon Asesories/perca
diikuti 3 orang narapidana ( 6 %). Menjahit
Kegiatan Program kemandirian dibagi Gambar4: peserta program Kemandirian
dalam delapan pos kegiatan antara lain :
1. Taman ; 2.. salon 3. Melukis;
4.Assesories / perca; Perkebunan ;
6.Tataboga; 7.Menyulam; 8.Menjahit.

Gambar 5: Kebun

Dalam pelaksanaan program


pembinaan kemandirian supaya dapat
berjalan lancar dan effisien karena
Gambar 3: Menjahit terbatasnya sumber daya petugas baik
secara kualitas maupun secara kuantitas,
Pembahasan maka dalam pelaksanaan program
1. Jenis Kegiatan program kemandirian kemandirian di lapas perempuan kelas IIA

Journal of Correctional Issues Volume 3, No.2 | 2020


61
Sulistijaningsih, S Motivasi Narapidana Perempuan

Bandung dibantu oleh narapidana yang kesenian; f. kebersihan lingkungan; dan g.


diangkat sebagai pemuka kerja dan dua kegiatan industry, diatur dalam Pasal 6 .
orang tamping, tamping jahit dan
tamping kebun. Pemuka kerja dan 2. Latar Belakang Keterampilan Peserta
tamping dipilih dari narapidana yang Narapidana peserta program
telah memenuhi persyaratan dan pembinaan kemandirian berlatar
ditetapkan dalam sidang Tim Pengamat memiliki :
Pemasyarakatan (TPP), dihadiri oleh a. Latar belakang keterampilan yang
seluruh anggota TPP terdiri dari Kepala di bawa dari luar lapas, sebelum
Seksi Pembinaan dan Anak Didik mereka menjalani masa hukuman
(Binadik); Kepala Kesatuan Pengamanan di lapas narapidana telah memiliki
Lapas (KPLP); Kepala Sub.seksi Bimbingan kemampuan dan keterampilan di
dan Perawatan dan anak didik, kepala pos kerja masing – masing.
Seksi Kemanan dan Ketertiban; Kepala Narapidana yang memiliki
seksi Kegiatan kerja; Kepala Sub seksi keterampilan dari luar terdapat
Sarana Kerja; kepala subseksi Registrasi, pada pos kerja : salon; menjahit
Pembimbing Kemasyarakatan (PK); Para tataboga.
wali Narapidana, dan keluarga b. Narapidana Tidak memiliki
narapidana. keterampilan sama sekali di bidang
Peraturan yang mengatur tentang pos kerjanya. Narapidana pada
pengangkatan dan pemberhentian kriteria ini baru memiliki
tamping dan pemuka, diatur dalam ketrampilan setelah mengikuti
Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi program pelatihan di lapas.
Manusia Republik Indonesia Nomor 9 Narapidna dalam kriteria ini
Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas terdapat pada pos kerja : taman;
Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi perkebunan; lukis ; merajut dan
Manusia Nomor 7 Tahun 2013 Tentang assesories/perca.
Pengangkatan Dan Pemberhentian
Pemuka Dan Tamping Pada Lembaga 3. Premi / Upah kerja
Pemasyarakatan diatur tentang syarat Peraturan mengenai Pendapatan
diangkat menjadi pemuka diatur dalam Negara Bukan Pajak (PNBP) di lingkungan
Pasal 5 (1) Untuk diangkat menjadi Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Pemuka, Narapidana harus memenuhi Manusia diatur berdasarkan Peraturan
syarat sebagai berikut: a. masa pidana Pemerintah Nomor.45 Tahun 2014
paling sedikit 3 (tiga) tahun; b. telah tentang jenis dan tarif atas jenis
menjalani 1/3 (satu per tiga) masa penerimaan negara bukan pajak yang
pidana; c. tidak pernah melanggar tata berlaku pada Kementerian Hukum dan
tertib dan tercatat dalam register F; d. Hak Asasi Manusia dalam peraturan
sehat jasmani dan rohani; e. pernah pemerintah dijelaskan pada pasal 1 ayat
diangkat sebagai Tamping paling sedikit 6 1 point G : “Jenis Penerimaan Negara
(enam) bulan; f. mempunyai kecakapan Bukan Pajak yang berlaku pada
dan keterampilan khusus; g. mempunyai Kementerian Hukum dan Hak Asasi
bakat memimpin; dan h. mempunyai jiwa manusia meliputi penerimaan dari :
sosial. Tugas pemuka membantu kegiatan Kegiatan kerja sama dengan pihak lain
dibidang : a. kegiatan kerja; b. dalam rangka pembinaan kemandirian
pendidikan; c. keagamaan; d. olahraga; e. warga binaan pemasyarakatan”. Program

Journal of Correctional Issues Volume 3, No.2 | 2020


62
Sulistijaningsih, S Motivasi Narapidana Perempuan

Kegiatan Kemandirian Lapas perempuan sumber pendapatan keluarga,


Kelas IIA Bandung tidak mempunyai dengan berwirausaha sesuai
kewajiban untuk menyetorkan PNBP atas dengan keterampilan yang
program pembinaan bidang kemandirian, diperolehnya selama menjalani
karena program kegiatan kemandirian di masa pidana di lapas.
lapas perempuan kelas IIA Bandung
belum melakukan kerjasama dengan Dari keempat motivasi narapidana
pihak ketiga. Pembagian upah hasil kerja dalam mengikuti kegiatan program
program kemandirian di Lapas pembinaan kemandirian di Lapas, dan
perempuan kelas IIA Bandung diatur seiring dengan berjalannya waktu semula
berdasarkan ketentuan internal Lapas sekedar mengisi waktu, motivasi tersebut
tentang pembagian upah dalam kegiatan berkembang menjadi suatu keinginan
kerja. Upah yang diberikan bagi peserta untuk menjadikan keterampilan yang
program pembinaan kemandirian tidak dimiliki sebagai bekal setelah bebas dan
sama besarannya bagi narapidana, dapat dikembangkan sebagai sumber
besarnya upah diberikan berdasarkan penghasilan untuk menopang ekonomi
kriteria : 1.Bidang pekerjaan yang keluarga.Dapat disimpulkan bahwa
dilakukan; 2.Tingkat kesulitan bidang motivasi narapidana untuk mengikuti
pekerjaan yang dikerjakan ; 3. Banyaknya kegiatan pembinaan kemandirian
konsumen yang memakai jasa tersebut berdampak positif, dari sudut
(berdasarkan pesanan); 4.Banyaknya pandang sebagai sekedar pengisi waktu
Jumlah pekerjaan yang dikerjakan. kemudian berkembang menjadikan
keterampilan sebagai usaha sumber
4. Tujuan Mengikuti Kegiatan pendapat dibidang ekonomi .
a. Narapidana termotivasi mengikuti
program pembinaan kemandirian Kendala Dalam Pelaksanaan Program
supaya tidak menganggur. Tidak Pembinaan Kemandirian
mempunyai kegiatan hanya ngobrol 1. Tidak semua narapidana yang
sana ngobrol sini membuat waktu berminat mengikuti program
terasa lama dalam menjalani kegiatan kemandirian dapat
hukuman di Lapas. langsung ditampung.
b. Untuk menambah pengalaman di 2. Tidak semua program kegiatan
bidang keterampilan selama kemandirian bidang kerja
menjalai hukuman di lapas. mendapatkan upah kerja.
c. Untuk mendapatkan upah, untuk 3. Terdapat kekosongan pejabat
membeli kebutuhan sehari hari bidang kegiatan kerja yaitu Kasi
yang tidak disediakan oleh Lapas. Kegiatan kerja, dan Kasubsi sarana
Kebutuhan tersebut antara lain Kerja.
sabun mandi,sabun cuci, shampo, 4. Terbatasnya dana, sarana dan
pembalut, lipstick. Selain itu juga prasara kegiatan kerja.
upah disisihkan untuk dikirimkan ke 5. Kurangnya kerjasama dengan pihak
adeknya sebagai biaya sekolah ketiga di bidang program
dipondok pesantren. kemandirian.
d. Untuk mendapatkan keterampilan
dari Lapas sehingga dapat
dikembangkan dan dijadikan

Journal of Correctional Issues Volume 3, No.2 | 2020


63
Sulistijaningsih, S Motivasi Narapidana Perempuan

Kesimpulan Referensi
Kesimpulan yang dapat diambil Bahrudin Surjobroto, (2002) “Bunga
motivasi narapidana perempuan di Rampai Pemasyarakatan, kumpulan
Lembaga pemasyarakatan perempuan tulisan almarhum mantan kepala
Kelas IIA Bandung dalam mengikuti direktorat pemasyarakatan diterbitkan
program pembinaan kemandirian adalah dalam rangka hari bhakti
sebagai berikut : pemasyarakatan ke-38”,untuk
1. Narapidana yang mengikuti kegiatan kalangan sendiri.
kerja adalah ingin mengisi waktu Buchari Zainun Dr, (1984) “Manajemen
luang. dan Motivasi” , Balai Aksara .
2. Narapidana berkeinginan Samsudin, Sadili. (2006). “Manajemen
mendapatkan uang sebagai upah Sumber Daya Manusia”, CV Pustaka
hasil kerja. Setia. Bandung
3. Ingin mendapatkan keterampilan Malthis. 2006. Manajemen Sumber Daya
sesuai dengan minat dan bakatnya Manusia. Salemba Empat. Jakarta
sebagai bekal setelah bebas. Didin Sudirman. (2007). “Reposisi dan
4. Ingin mengembangkan ketrampilan Revitalisasi Pemasyarakatan dalam
setelah bebas dan dapat system peradilan pidana di Indonesia”.
menciptakan usaha sebagai mata Pusat Pengkajian dan pengembangan
pencaharian. kebijakan Departemen Hukum dan
HAM RI.
Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian maka Kementerian Kehakiman Republik
dapat dikemukakan implikasi sebagai Indonesia. (1990). Keputusan Menteri
berikut : Kehakiman Republik Indonesia No:
1. Lapas kelas perempuan kelas IIA M.01-PK.04.10 Tahun 1990 tentang
Bandung hendaknya dapat Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan.
menampung narapidana di program Jakarta.
kegiatan kemandirian sesuai dengan Kementerian Koperasi dan Pembinaan
minat dan bakatnya. Pengusaha Kecil. (1995).Keputusan
2. Lapas perempuan kelas IIA Bandung Menteri Koperasi dan Pembinaan
harus mampu memenuhi sumber Pengusaha Kecil. Nomor.
daya manusia di bidang kegiatan 961/KEP/M/XI/1995. Surabaya.
kerja baik secara kualitas maupun Presiden Republik Indonesia. (1999).
secara kuantitas. Peraturan Pemerintah Republik
3. Segera mengisi jabatan yang kosong Indonesia No.31 Tahun 1999 tentang
pada bidang kegiatan kerja. Pembinaan dan Pembimbingan Warga
4. Menyediakan dana, sarana dan Binaan Pemasyarakatan. Jakarta.
parasaran yang dibutuhkan di bidang Republik Indonesia. (1995). Undang-
program kegiatan kerja. Undang Republik Indonesia No.12
5. Meningkatkan kerjasama (MOU) Tahun 1995 tentang
dengan Instansi terkait, LSM dan Pemasyarakatan. Jakarta.
berbagai pihak sehingga dapat Octavia Tria Abati. (2007). Skripsi :”Pola
memberikan kontribusi bagi PNBP di Pembinaan Narapidana Untuk
bidang program pembinaan Melatih Kemandirian Berwirausaha
kemandirian. Di Lembaga Pemasyarakatan Klas

Journal of Correctional Issues Volume 3, No.2 | 2020


64
Sulistijaningsih, S Motivasi Narapidana Perempuan

IIb Klaten” . Jurusan Bimbingan dan


Konseling Islam Fakultas
Ushuluddin Negeri Surakarta.
Kiki Cahaya Setiawan,(2015).”Pengaruh
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan Level Pelaksana Di Divisi
Operasi Pt. Pusri Palembang”.Jurnal
Psikologi Islami.
Erina Suhestia Ningtyas, Abd. Yuli Andi
Gani, Sukanto.(2013). “Pelaksanaan
program pembinaan narapidana
pada lembaga pemasyarakatan
dalam rangka pengembangan
sumber daya manusia (studi pada
lembaga pemasyarakatan klas IA
Lowokwaru Kota Malang)”.Jurnal
Administrasi Publik.
Aldo Herlambang Gardjito Mochammad
Al Musadieq Gunawan Eko
Nurtjahjono. (2014).“Pengaruh
Motivasi Kerja Dan Lingkungan
Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
(Studi pada Karyawan Bagian
Produksi PT. Karmand Mitra
Andalan Surabaya)”. Jurnal
Administrasi Bisnis.
Yoeyong Rahsel.(2016).”Pengaruh
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Pegawai Administrasi Pusat
Universitas Padjadjaran Bandung
(Studi Pada Bagian Administrasi
Umum Unpad)”. Jurnal Manajemen
Magister, Vol. 02. No.02, Juli 2016
Sumber website
M.Rangga WK-Prima Naomi.artikel :
Pengaruh motivasi diri terhadap
kinerja belajar mahasiswa (studi
kasus pada mahasiswa universitas
paramadina)
http://jurnal.upi.edu/file/M._Rangga
_.pdf
Junawan71.blogspot.com.(2017).”Kehidu
pan di Penjara”.

Journal of Correctional Issues Volume 3, No.2 | 2020

Anda mungkin juga menyukai