Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

KONSEP PERSIAPAN SOSIAL, PARTISIPASI DAN KADERISASI


DALAM PPM

Dosen Pembimbing:
Dra. Neni Heryani, M.Kes

OLEH:
KELOMPOK 5
1. Ayu Oktanti Wahdah PO71241230178
2. Poniwaty PO71241230340
3. Sri Haryanti PO71241230185

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI PROGRAM STUDI


SARJANA TERAPA KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN
AHLI JENJANG KELAS MUARO JAMBI
2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah ini dengan judul “Konsep Persiapan Sosial, Partisipasi

Dan Kaderisasi Dalam PPM”.

Makalah ini penulis susun dalam rangka pencapaian kompetensi, dan

merupakan salah satu tugas kelompok yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswi

Prodi DIV Kebidanan.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna,

oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan makalah ini. Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat

memenuhi tugas kelompok.

Jambi, September 2023

Penulis

1
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pembangunan masyarakat dan pemberdayaan rakyat tidak mungkin

dipisahkan dari arena dan konteks di mana beroperasi. Pemberdayaan

masyarakat merupakan bagian dari strategi dan program pembangunan

kesejahteraan sosial. Tujuan mempelajari masyarakat adalah agar dapat

melakukan asesmen atau penelitian mengenai masyarakat sehingga mampu.

memahami konteks dimana kegiatan pengorganisasian dan pengembangan

masyarakat (PPM) akan dilaksanakan, mengevaluasi sistem pelayanan

kemanusiaan yang ada, dan mengerti struktur pengambilan keputusan yang

ada di wilayah tersebut (Suharto, 2018).

Di dalam suatu negara yang mengalami perkembangan terdapat siklus

dimana suatu keadaan yang tak berujung seperti lingkaran yaitu mengalami

penghambatan pada perkembangan masyarakat secara keseluruhan. Berbagai

masalah pada masyarakat di indonesia mulai bermunculan disebabkan adanya

tingkat sosial ekonomi masyarakat sangat rendah sehingga mengakibatkan

ketidakamampuan dan ketidaktahuan dalam berbagai hal khususnya dalam

bidang kesehatan. Bila keadaan ini dibiarkan menyebabkan masalah kesehatan

terhadap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dan berdampak pada

penurunan status kesehatan keluarga dan masyarakat secara keseluruhan.

Keadaan ini akan berpengaruh terhadap produktivitas keluarga dan

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu, seorang perawat

2
yang akan terjun di komunitas perlu melakukan adanya tindakan agar dapat

meningkatkan keadaaan masyarakat secara keseluruhan (Suharto, 2018).

Dalam masyarakat itu sendiri sebenarnya terdapat suatu dinamika yang

membuat mereka mampu bertahan dalam keadaan yang sulit dan hal itu

sebenarnya merupakan potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan

taraf hidupnya. Sampai seberapa jauh potensi itu telah dikembangkan, dapat

dilihat dari keadaan perkembangan masyarakat itu sendiri. Pada masyarakat

yang sudah berkembang, maka hal ini menunjukkan bahwa mereka telah dapat

memanfaatkan potensi yang mereka miliki sedangkan pada masyarakat yang

belum berkembang mereka belum banyak memanfaatkan potensi yang mereka

miliki (Suharto, 2018).

Pengorganisasian masyarakat dapat dijelaskan sebagai suatu upaya

masyarakat untuk saling mengatur dalam mengelolah kegiatan atau program

yang mereka kembangkan, disini masyarakat dapat membentuk panitia kerja,

melakukan pembagian tugas, saling mengawasi, merencanakan kegiatan dan

lain-lain. Lembaga-lembaga yang ada sebaiknya perlu dilibatkan karena

lembaga inilah yang sudah mapan, tinggal meningkatkan kemampuannya saja.

Dari beberapa kasus yang dialami masyarakat maka perlu pengorganisasian

dan pengembangan masyarakat sangat berguna untuk meningkatkan kualitas

hidup keluarga dan masyarakat khususnya meningkatkan status kesehatan.

Agar masyarakat lebih memahami maka peran bidan sangat diperlukan dalam

kegiatan tersebut, terutama dalam konsep Persiapan Sosial, Partisipasi dan

Kaderisasi Dalam Pengorganisasian Masyarakat (PPM).

3
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Persiapan Sosial dalam PPM?

2. Bagaimana Konsep Partisipasi dalam PPM?

3. Bagaimana Kaderisasi dalam PPM?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Konsep Persiapan Sosial dalam PPM?

2. Untuk mengetahui Konsep Partisipasi dalam PPM?

3. Untuk mengetahui Kaderisasi dalam PPM?

D. Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan memperluas

berfikir khususnya tentang pengembangan dan pengorganisasian masyarakat.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Persiapan Sosial

Tujuan persiapan sosial adalah mengajak pasrtisipasi atau peran serta

masyarakat sejak awal kegiatan, selanjutnya sampai dengan perencanaan

program, pelaksanaan hingga pengembangan program kesehatan masyarakat.

Kegiatan- kegiatan dalam persiapan sosial ini lebih ditekankan kepada

persiapan- persiapan yang harus dilakukan baik aspek teknis, administratif dan

program-program kesehatan yang akan dilakukan.

Di Indonesia, konsep kesejahteraan sosial juga telah lama dikenal. Ia telah

ada dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Undang-Undang RI Nomor 6

tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial,

misalnya. merumuskan kesejahteraan sosial sebagai:

"Suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual

yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan

batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang

sebail<-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung

tinggi hak-haka tau kewajiban man usia sesuai dengan Pancasila."

Dengan demikian, kesejahteraan sosial memiliki beberapa makna yang

relatif berbeda, meskipun substansinya tetap sama. Kesejahteraan sosial pada

intinya mencakup tiga konsepsi, yaitu :

5
a. ondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan-

kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial.

b. Institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan

sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha

kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.

c. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atau usaha yang terorganisi untuk

mencapai kondisi sejahtera (Suharto, 2018).

Persiapan sosial di sini menunjuk pada proses pragmatis untuk menentukan

keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah sosial

tertentu seperti kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan (buta

huruf). kesehatan masyarakat yang buruk (rendahnya usia harapan hidup,

tingginya tingkat kematian bayi, kekurangan gizi) dll. Berbeda dengan

pengembangan masyarakat lokal, perencanaan social lebih berorientasi pada

"tujuan tugas" (task goa/). Sistem klien Persiapan sosial umumnya adalah

kelompok-kelompok yang kurang beruntung (disadvantaged groups) atau

kelompok rawan sosial-ekonomi, seperti para lanjut usia, orang cacat, janda,

yatim piatu, wanita tuna sosial. Pekerja sosial berperan sebagai perencana

sosial yang memandang mereka sebagai "konsumen" atau "penerima

pelayanan" (beneficiaries).

Keterlibatan para penerima pelayanan dalam proses pembuatan kebijakan,

penentuan tujuan, dan pemecahan masalah bukan merupakan prioritas, karena

pengambilan keputusan dilakukan oleh para pekerja sosial di lembaga-lembaga

formal, semisal lembaga kesejahteraan sosial pemerintah (Depsos) atau swasta

(LSM). Para perencana sosial dipandang sebagai ahli (expert) dalam

6
melakukan penelitian, menganalisis masalah dan kebutuhan masyarakat, serta

dalam mengidentifikasi. melaksanakan dan mengevaluasi program-program

pelayanan kemanusiaan (Suharto, 2018).

1. Pengenalan Masyarakat

Dalam tahap awal ini kita harus datang ketengah tengah masyarakat

dengan hati yang terbuka dan kemauan untuk mengenal masyarakat

sebagaiman aadanya, tanpa disertai prasangka serta menyampaikan maksud

dan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan. Tahap ini dapat dilakukan baik

melalui Jalur Formal yaitu dengan melalui sistem pemerintahan setempat

seperti Pamong Desa atau Camat, dan dapat juga dilakukan melalui Jalur

Informal misalnya wawancara dengan Tokoh Masyarakat, seperti Guru,

Pemuka Agama, tokoh Pemuda, dll.

Tujuan mempelajari masyarakat adalah agar dapat melakukan asesmen

atau penelitian mengenai masyarakat sehingga mampu memahami konteks

dimana kegiatan PM akan dilaksanakan, mengevaluasi sistem pelayanan

kemanusiaan yang ada, dan mengerti struktur pengambilan keputusan yang

ada di wilayah tersebut (Suharto, 2018).

Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki perasaan sama atau

menyatu satu-sama lain karena mereka saling berbagi identitas,

kepentingan- kepentingan yang sama, perasaan memiliki, dan biasanya satu

tempat yang sama. Ada beberapa fungsi masyarakat: penyedia dan

pendistribusi barang-barang dan jasa, lokasi kegiatan bisnis dan pekerjaan,

keamanan publik, sosialisasi, wadah dukungan bersama atau gotong royong,

7
kontrol sosial. organisasi dan partisipasi politik. Beberapa aspek di bawah

ini penting diketahui dalam mempelajari masyarakat:

a. Nama dan batas wilayah serta jarak dari kota atau masyarakat lain.

b. Demografis: jumlah penduduk, distribusi usia, kelompok minoritas,

jumlah anggota keluarga, status keluarga.

c. Sejarah wilayah: kapan, mengapa dan oleh siapa daerah tersebut

dikembangkan, kejadian-kejadian penting yang mempengaruhi

perkembangan wilayah, perubahan karakteristik penduduk, alasan- alasan

mengapa pendatang baru datang ke wilayah tersebut dan mengapa orang-

orang pergi meninggalkan wilayah tersebut.

d. Geografi dan pengaruh-pengaruh lingkungan terhadap masyarakat:

pengaruh cuaca, gunung, sungai, danau, pola-pola transportasi lokal,

pembangunan ekonomi, pengaruh jalan tol, interaksi sosial, suplai air,

listrik, jarak dari pasar.

e. Kepercayaan dan sikap-sikap: nilai-nilai dominan, agama, sikap-sikap

penduduk, jenis-jenis lembaga pelayanan kemanusiaan, rasa memiliki

penduduk terhadap wilayahnya.

f. Politik lokal: bentuk pemerintahan lokal, kekuasaan dan pengaruh partai

politik, tingkat partisipasi dalam pemilu, debat, isu dan kontroversi pada

saat ini.

g. Ekonomi dan bisnis lokal: industri utama, bisnis, produksi wilayah, jenis

pekerjaan yang ada, keterampilan kerja yang diperlukan oleh perusahaan-

perusahaan besar, persentasi pekerja dan penganggur, ramalan

pertumbuhan ekonomi di masa depan.

8
h. Distribusi pendapatan: pendapatan rata-rata bagi pria dari wanita,

kelompok minoritas, jumlah orang dan keluarga yang hidup di bawah

garis kemiskinan, jumlah orang dan keluarga yang menerima bantuan

sosial (program kemiskinan).

i. Perumahan tipe peru mahan umum, biaya dan ketersediaan peru mahan,

persentasi peru mahan yang disewa atau kosong, persentasi rumah yang

padat atau kumuh.

j. Fasilitas dan program-program pendidikan: lokasi dan jenis sekolah

ketersediaan sekolah bagi anak-anak khusus, tingkat drop-out,

ketersediaan pendidikan tinggi, pendidikan orang dewasa,

programprogram kejuruan dan pelatihan kerja.

k. Sistem kesehatan dan kesejahteraan: nama dan lokasi pemberi pelayanan

kesehatan, pemberi pelayanan kemanusiaan, kelengkapan dan

keterjangkauan pelayanan, jaringan-jaringan informal.

l. Keamanan publik dan sistem peradilan: kelengkapan polisi dan

pemadam kebakaran, sikap penduduk terhadap polisi lokal, pengadilan

dan pogram-program koreksional, jumlah orang dewasa dan remaja yang

dipenjara.

m. Sumber informasi dan opini publik: Stasiun TV, radio dan surat kabar

yang paling berpengaruh, pemimpin kunci dan pembicara pembicara

utama dari berbagai kelompok masyarakat.

n. Masalah utama dan perhatian-perhatian masyarakat jenis dan penyebaran

masalah (perumahan kumuh. transportasi yang tidak memadai,

keterbatasan kesempatan kerja), usaha-usaha yang tengah dilakukan

9
untuk mengatasi masalah tersebut, kesenjangan yang ada pada berbagai

pelayanan pendidikan, kesehatan dan sosial (Suharto, 2018).

2. Pengenalan Masalah

Dalam tahap ini dituntut suatu kemampuan untuk dapat mengenal

masalah- masalah yang memang benar-benar menjadi kebutuhan

masyarakat. Untuk dapat mengenal masalah kesehatan masyarakat secara

menyeluruh tersebut, diperlukan interaksi dan interelasi dengan masyarakat

setempat secara mendalam. Dalam tahap ini mungkin akan banyak

ditemukan masalah-masalah kesehatan masyarakat, oleh karena itu harus

disusun skala prioritas penanggulangan masalah.

Beberapa pertimbangan yang dapat digunakan untuk menyusun prioritas

masalahnya adalah:

a. Beratnya Masalah

Perlu dipertimbangkan adalah Seberapa jauh masalah tersebut

menimbulkan gangguan terhadap masyarakat.

b. Mudahnya Mengatasi

Yang diperhatikan adalah kemudahannya dalam menanggulangi masalah

tersebut.

c. Pentingnya Masalah Bagi Masyarakat

Yang paling berperan disini adalah Subyektifitas masyarakat sendiri dan

sangat dipengaruhi oleh kultur- budaya setempat.

10
d. Banyaknya Masyarakat yang Merasakan Masalah

Misalnya perbaikan Gizi, akan lebih mudah dilaksanakan di wilayah

yang banyak balitanya.

3. Penyadaran

Tahap Penyadaran Masyarakat ini adalah menyadarkan masyarakat agar

mereka:

a. Menyadari masalah-masalah kesehatan yang mereka hadapi

b. Secara sadar berpartisipasi dalam kegiatan penanggulangan masalah

kesehatan yang dihadapi

c. Tahu cara memenuhi kebutuhan akan upaya pelayanan kesehatan sesuai

dengan potensi dan sumber daya yang ada.

Agar masyarakat dapat menyadari masalah dan kebutuhan mereka akan

pelayanan kesehatan, diperlukan suatu mekanisme yang terencana dan

terorganisasi dengan baik, untuk itu beberapa kegiatan yang dapat dilakukan

dalam rangka Menyadarkan Masyarakat adalah:

a. Lokakarya Mini Kesehatan

b. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)

c. Rembuk Desa

Hal ini dilakukan untuk menyadarkan, membicarakan langkah-langkah

yang akan ditempuh dalam penanggulanagan masalah, penyusunan program

kegiatan yang menyangkut petugas, biaya, sarana dan prasarana serta

bentuk-bentuk kerjasama lintas sektoral dari instansi terkait maupun lintas

program, sehingga jelas peranan-peranan yang harus dilaksanakan oleh

11
masing-masing pihak yang berkepentingan dalam mencapai tujuan

masyarakat yang lebih luas. Hal-hal yang mendapat perhatian dalam

penyadaran masalah adalah:

a. Libatkan masyarakat secara keseluruhan baik formal maupun informal,

sehingga mereka sadar bahwa itu adalah masalah mereka bersama yang

perlu segera diatasi

b. Dalam menyusun rencana penanggulangan masalah, sesuaikan dengan

potensi dan sumber daya yang ada pada masyarakat

c. Hindari konflik dari berbagai kepentingan dalam masyarakat

d. Kesadaran dari kelompok-kelompok kecil masyarakat hendaknya

disebarkan kepada kelompok masyarakat yang lebih luas

e. Adakan interaksi dan interalasi dengan tokoh-tokoh masyarakat secara

intensif dan akrab, sehingga mereka dapat dimanfaatkan untuk usaha

motivasi, komunikasi sehingga dapat menggugah kesadaran masyarakat

f. Dalam mengatasi sifat-sifat paternalistik masyarakat dapat

memanfaatkan jalur kepemimpinan masyarakat setempat dalam

mendapatkan legitimasi dari pihak pemerintah setempat untuk

mempercepat kesadaran masyarakat (Mardikanto, 2017).

B. Konsep Partisipasi

Menurut Rogers, partisipasi adalah tingkat keterlibatan anggota dalam

mengambil keputusan, termasuk dalam perencanaan. Namun pada dasarnya

Partisipasi berarti ikut serta, tetapi dalam bahasa kita hampir tidak ada

12
perbedaan antara kata tersebut sebagai kata kerja (to participate) atau kata

benda (participation).

Dalam arti manapun sudah jelas bahwa dalam partisipasi ada minimal dua

kelompok warga yang saling hubungannya cukup menyatu (united) karena

pada awalnya mempunyai tujuan hidup yang tidak sepenuhnya sama.

Sehingga seorang aktivis yang ingin mengembangkan partisipasi perlu

menemukan satu tujuan (purpose) yang bukan hanya diterima oleh kelompok-

kelompok dalam Community tetapi sekaligus salah satu dari kebutuhan mereka

yang dirasakan penting. Saat ini masalah peran serta masyarakat (partisipasi)

dalam pembangunan menjadi topik utama dimana kegagalan dalam setiap

program pemerintah disebabkan oleh kurangnya keikutsertaan masyarakat.

Alasan mengapa keikutsertaan (partisipasi) masyarakat dikatakan penting

pada masa pembangunan sekarang, antara lain:

a. Kita sedang berada dalam masa transisi dalam pembangunan era pertanian

ke era industri

b. Terciptanya demokrasi dan keterbukaan dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara bernegara

c. Sebanyak 27 juta rakyat Indonesia masih hidup dibawah garis kemiskinan

4) Berkembangnya etos kerja yang negatif

d. Masih terjadi pemisahan golongan antara kaum elite dan kaum bawahan.

Pada dasarnya partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau

pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang

mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha

13
mencapai tujuan. Keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti

keterlibatan jasmaniah semata.

Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan mental, pikiran, dan emosi

atau perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk

memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta

turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.

Manfaat Partisipasi Masyarakat:

a. Partisipasi adalah perwujudan kedaulatan rakyat, yang menempatkan

mereka sebagai awal dan tujuan pembangunan.

b. Partisipasi menimbulkan rasa harga diri dan kemampuan pribadi untuk turut

serta dalam menentukan keputusan yand menyangkut masyarakat. Dengan

kalimat lain partisipasi merupakan bentuk "memanusiakan manusia"

(nguwongake).

c. Partisipasi adalah proses saling belajar bersama antara pemerintah dan

masyarakat, sehingga bisa saling menghargai, mempercayai, dan

menumbuhkan sikap yang arif.

d. Partisipasi menciptakan suatu lingkaran umpan balik informasi tentang

aspirasi, kebutuhan, dan kondisi masyarakat.

e. Partisipasi merupakan kunci pemberdayaan dan kemandirian masyarakat.

f. Partisipasi merupakan cara yang paling efektif untuk mengembangkan

kemampuan masyarakat dalam pengelolaan program pembangunan guna

memenuhi kebutuhan.

g. Partisipasi bisa mencegah timbulnya pertentangan, konflik, dan sikap-sikap

waton suloyo.

14
h. Partisipasi bisa membangun rasa memiliki masyarakat terhadap agenda

pemerintahan, kemasyarakatan, dan pembangunan.

i. Partisipasi dipandang sebagai pencerminan demokrasi (Dwipayana,2017).

1. Urgensi Partisi

Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh Conyers (2018) sebagai berikut:

a. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi

mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa

kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.

b. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan

jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya,

karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan

akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut.

c. Suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan

masyarakat mereka sendiri.

Apa yang ingin dicapai dengan adanya partisipasi adalah meningkatnya

kemampuan (pemberdayaan) setiap orang yang terlibat baik langsung

maupun tidak langsung dalam sebuah program pembangunan dengan cara

melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan dan kegiatan-kegiatan

selanjutnya dan untuk jangka yang lebih panjang.

Adapun prinsip-prinsip partisipasi tersebut, sebagaimana tertuang dalam

Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipatif yang disusun oleh Department

for International Development (DFID) (dalam Monique Sumampouw,

2020) adalah:

15
a. Cakupan. Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang

terkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek

pembangunan.

b. Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership). Pada dasarnya setiap

orang mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta

mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam

setiap proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang

dan struktur masing-masing pihak.

c. Transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan

komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga

menimbulkan dialog.

d. Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership). Berbagai

pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan

dan kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi.

e. Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility). Berbagai pihak

mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena

adanya kesetaraan kewenangan (sharing power) dan keterlibatannya

dalam proses pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya.

f. Pemberdayaan (Empowerment). Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas

dari segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga

melalui keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu

proses saling belajar dan saling memberdayakan satu sama lain.

16
g. Kerjasama. Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat

untuk saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan

yang ada, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya

manusia.

2. Esensi Partisipasi

Kata partisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu "Partisipation" yang

artinya pengambilan bagian, pengikutsertaan. Sedangkan kata

"Partisipation" berasal dari kata "Partisipate" yang berarti mengikutsertakan.

Seiring dengan definisi tersebut partisipasi dapat diartikan sebagai turut

serta berperan serta atau keikutsertaan.

Dalam kamus bahasa Indonesia definisi partisipasi adalah hal yang

berkenaan dengan turut serta dalam suatu kegiatan atau berperan serta dalam

suatu kegiatan atau berperan serta. Jadi, dapat diartikan bahwa partisipasi

adalah suatu bentuk kerjasama yang diberikan apabila suatu pihak sedang

melakukan suatu kegiatan.

Dengan keterlibatan dirinya, berarti keterlibatan pikiran dan perasaannya.

Misalnya anda berpartisipasi ikut serta (dapat anda rasakan sendiri), maka

anda melakukan kegiatan itu karena menurut pikiran anda perlu dan bahwa

perasaan anda pun menyetujui/berkenan untuk melakukannya.

R.A Santoso Sastropoetro mengemukakan pengertian partisipasi adalah

keterlibatan yang bersifat spontan yang disertai kesadaran dan tanggung

jawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

17
Jenis-jenis partisipasi yang dikemukakan oleh sastropoetro, sebagai

berikut:

a. Partisipasi dalam pikiran

Dalam hal ini partisipasi berupa mengusulkan pendapat dan

merencanakan berbagai kegiatan demi kesuksesan suatu kegiatan atau

program.

b. Partisipasi dalam tenaga

Partisipasi ini dapat berupa sumbangsih tenaga yang diberikan oleh

sebagian atau seluruh masyarakat sehingga suatu kegiatan atau program

dapat berjalan lancer.

c. Partisipasi dalam keahlian

Bentuk partisipasi ini adalah berdasarkan dari tingkat keahlian,

keterampilan, pendidikan, dan pekerjaan yang dimiliki oleh sebagian atau

seluruh masyarakat.

d. Partisipasi dalam fasilitas

Partisipasi yang dimaksudkan disini adalah partisipasi atau

keikutsertaan yang dapat berupa kontribusi melalui uang, barang, dan

jasa.

3. Metode Pendekatan Partisipasi

a. Pendekatan pasif, pelatihan dan informasi

yakni pendekatan yang beranggapan bahwa pihak eksternal lebih

menguasai pengetahuan, teknologi, keterampilan dan sumber daya.

Dengan demikian partisipasi tersebut memberikan komunikasi satu arah,

18
dari atas ke bawah dan hubungan pihak eksternal dan masyarakat bersifat

vertikal.

b. Pendekatan partisipasi aktif

yaitu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berinteraksi

secara lebih intensif dengan para petugas eksternal, contohnya pelatihan

dan kunjungan.

c. Pendekatan partisipasi dengan keterikatan masyarakat atau individu

diberikan kesempatan untuk melakukan pembangunan, dan diberikan

pilihan untuk terikat pada sesuatu kegiatan dan bertanggung jawab atas

kegiatan tersebut.

d. Pendekatan dengan partisipasi setempat

yaitu pendekatan dengan mencerminkan kegiatan pembangunan atas

dasar keputusan yang diambil oleh masyarakat setempat.

4. Mewujudkan Masyarakat Partisipasi

Berbagai upaya dapat dilakukan untuk menumbuhkan partisipasi di

masyarakat:

a. Mengeksplorasi nilai-nilai yang berkaitan dengan semangat partisipasi

(kebersamaan dan solidaritas, tanggung jawab, kesadaran kritis, sensitif

perubahan, peka terhadap lokalitas dan keberpihakan pada kelompok

marginal, dll).

b. Menghidupkan kembali institusi-institusi volunteer sebagai media

kewargaan yang pernah hidup dan berfungsi untuk kemudian

19
dikontekstualisasi dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat

terutama dinamika kontemporer (Mis. forum rembuk desa dusun).

c. Memfasilitasi tebentuknya asosiasi-asosiasi kewargaan yang baru

berbasiskan kepentingan kelompok keagamaan, ekonomi, profesi, minat

dan hobi, dan politik maupun aspek-aspek kultural lainnya yang dapat

dimanfaatkan sebagai arena interaksi terbuka.

d. Mengkampanyekan pentingnya kesadaran inklusif bagi warga desa dalam

menyikapi sejumlah perbedaan yang terjadi dengan mempertimbangkan

kemajemukan.

e. Memperluas ruang komunikasi publik atau semacam public sphere yang

dapat dimanfaatkan warga desa untuk melakukan kontak-kontak sosial

dan kerjasama (Dwipayana, 2018).

5. Peran Organisasi Dalam Partisipasi

Dalam berorganisasi setiap individu dapat berinteraksi dengan semua

struktur yang terkait baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung

kepada organisasi yang mereka pilih. Agar dapat berinteraksi secara efektif

setiap individu bisa berpartisipasi pada organisasi yang bersangkutan.

Dengan berpartisipasi setiap individu dapat lebih mengetahui hal-hal apa

saja yang harus dilakukan.

Pada dasarnya partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau

pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang

mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam

usaha mencapai tujuan.

20
Keterlibatan/peran aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti

keterlibatan jasmaniah semata. Partisipasi dapat diartikan sebagai

keterlibatan mental. pikiran, dan emosi atau perasaan seseorang dalam

situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan

kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung

jawab terhadap usaha yang bersangkutan.

Unsur-unsur keterlibatan/peran menuruth Keith Davis ada tiga unsur

penting partisipasi, yaitu:

a. Unsur pertama, bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya

merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih dari pada

semata-mata atau hanya keterlibatan secara jasmaniah.

b. Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada

usaha mencapai tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa

senang, kesukarelaan untuk membantu kelompok.

c. Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab. Unsur tersebut merupakan

segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota. Hal ini diakui sebagai

anggota artinya ada rasa "sense of belongingness".

Keith Davis juga mengemukakan jenis-jenis partisipasi yaitu sebagai

berikut:

a. Pikiran (partisipasi psikologis)

b. Tenaga (physical partisipation)

c. Pikiran dan tenaga

21
d. Keahlian

e. Barang

f. Uang

Agar suatu partisipasi dalam organisasi dapat berjalan dengan efektif,

membutuhkan persyaratan-persyaratan yang mutlak yaitu.

a. Waktu, untuk dapat berpatisipasi diperlukan waktu. Waktu yang

dimaksudkan disini adalah untuk memahamai pesan yang disampaikan

oleh pemimpin. Pesan tersebut mengandung informasi mengenai apa dan

bagaimana serta mengapa diperlukan peran serta.

b. Bilamana dalam kegiatan partisipasi ini diperlukan dana perangsang,

hendaknya dibatasi seperlunya agar tidak menimbulkan kesan

"memanjakan", yang akan menimbulkan efek negatif.

c. Subyek partisipasi hendaknya relevan atau berkaitan dengan organisasi

dimana individu yang bersangkutan tergabung atau sesuatau yang

menjadi perhatiannya.

d. Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk berpartisipasi, dalam arti

kata yang bersangkutan memiliki luas lingkup pemikiran dan

pengalaman yang sama dengan komunikator, dan kalupun belum ada,

maka unsur-unsur itu ditumbuhkan oleh komunikator.

e. Partisipasi harus memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi

timbal balik, misalnya menggunakan bahasa yang sama atau yang sama-

sama dipahami, sehingga tercipta pertukaran pikiran yang efektif atau

berhasil.

22
f. Para pihak yang bersangkutan bebas di dlam melaksanakan peran serta

tersebut sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.

g. Bila partisipasi diadakan untuk menentukan suatu kegiatan hendaknya

didasarkan kepada kebebasan dalam kelompok, artinya tidak dilakukan

pemaksaan atau penekanan yang dapat menimbulkan ketegangan atau

gangguan dalam pikiran atau jiwa pihak-pihak yang bersangkutan. Hal

ini didasarkan kepada prisnsip bahwa partisipasi adalah bersifat

persuasif.

C. Kaderisasi

Kaderisasi merupakan hal penting bagi sebuah organisasi, karena

merupakan inti dari kelanjutan perjuangan organisasi ke depan. Tanpa

kaderisasi, rasanya sangat sulit dibayangkan sebuah organisasi dapat bergerak

dan melakukan tugas- tugas keorganisasiannya dengan baik dan dinamis.

kaderisasi adalah sebuah keniscayaan mutlak membangun struktur kerja yang

mandiri dan berkelanjutan (Depkes, 2019).

Fungsi kaderisasi antara lain:

a. Melakukan rekrutmen anggota baru, penanaman awal nilai organisasi agar

anggota baru bisa paham dan bergerak menuju tujuan organisasi.

b. Menjalankan proses pembinaan, penjagaan, dan pengembangan anggota \

membina anggota dalam setiap pergerakkannya. Menjaga anggota dalam

nilai- nilai organisasi dan memastikan anggota tersebut masih sepaham dan

setujuan. Mengembangkan skill dan knowledge anggota agar semakin

kontributif.

23
c. Menyediakan sarana untuk pemberdayaan potensi anggota sekaligus sebagai

pembinaan dan pengembangan aktif. Kaderisasi akan gagal ketika potensi

anggota mati dan anggota tidak terberdayakan.

d. Mengevaluasi dan melakukan mekanisme kontrol organisasi. Kaderisasi

bisa menjadi evaluator organisasi terhadap anggota. Sejauh mana nilai-nilai

itu terterima anggota, bagaimana dampaknya, dan sebagainya (untuk itu

semua, diperlukan perencanaan sumber daya anggota sebelumnya) (Depkes,

2019).

Peran kaderisasi:

a. Pewarisan nilai-nilai organisasi yang baik

Proses transfer nilai adalah suatu proses untuk memindahkan sesuatu

(nilai) dari satu orang keorang lain (definisi Kamus Besar Bahasa

Indonesia). Nilai-nilai ini bisa berupa hal-hal yang tertulis atau yang sudah

tercantum dalam aturan-aturan organisasi (seperti Konsepsi, AD ART, dan

aturan-aturan lainnya) maupun nilai yang tidak tertulis atau budaya-budaya

baik yang terdapat dalam organisasi (misalnya budaya diskusi) maupun

kondisi-kondisi terbaru yang menjadi kebutuhan dan keharusan untuk

ditransfer.

b. Penjamin keberlangsungan organisasi

Organisasi yang baik adalah organisasi yang mengalir, yang berarti dalam

setiap keberjalanan waktu ada generasi yang pergi dan ada generasi yang

datang (ga itu-itu aja, ga ngandelin figuritas). Nah, keberlangsungan

organisasi dapat dijamin dengan adanya sumber daya manusia yang

menggerakan, jika sumber daya manusia tersebut hilang maka dapat

24
dipastikan bahwa organisasinya pun akan mati. Regenerasi berarti proses

pergantian dari generasi lama ke generasi baru, yang termasuk di dalamnya

adanya pembaruan semangat.

c. Sarana belajar bagi anggota

Tempat di mana anggota mendapat pendidikan yang tidak didapat di

bangku pendidikan formal.Pendidikan itu sendiri berarti proses pengubahan

sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam proses

mendewasakan manusia melalui proses pengajaran dan pelatihan.

Pendidikan di sini mencakup dua hal yaitu pembentukan dan

pengembangan. Pembentukan karena dalam kaderisasi terdapat output-

output yang ingin dicapai, sehingga setiap individu yang terlibat di dalam

dibentuk karakternya sesuai dengan output. Pengembangan karena setiap

individu yang terlibat di dalam tidak berangkat dari nol tetapi sudah

memiliki karakter dan skill sendiri-sendiri yang terbentuk sejak kecil.

kaderisasi memfasilitasi adanya proses pengembangan itu.

Pendidikan yang dimaksudkan di sini terbagi dua yaitu dengan pengajaran

(yang dalam lingkup kaderisasi lebih mengacu pada karakter) dan pelatihan

(yang dalam lingkup kaderisasi lebih mengacu pada skill).

Dengan menggunakan kata pendidikan, kaderisasi mengandung

konsekuensi adanya pengubahan sikap dan tata laku serta proses

mendewasakan. Hal ini sangat terkait erat dengan proses yang akan

dijalankan di tataran lapangan, bagaimana menciptakan kaderisasi yang

intelek untuk mendekati kesempurnaan pengubahan sikap dan tata laku serta

pendewasaan (Depkes, 2019).

25
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tujuan persiapan sosial adalah mengajak berpartisipasi atau peran serta

masyarakat sejak awal kegiatan, sampai dengan perencanaan program,

pelaksanaan hingga pengembangan program kesehatan masyarakat. Kegiatan-

kegiatan dalam persiapan sosial ini lebih ditekankan kepada persiapan-

persiapan yang harus dilakukan baik aspek teknis, administratif dan program-

program kesehatan yang akan dilakukan.

Partisipasi Menurut Keith Davis, partisipasi adalah suatu keterlibatan

mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung

jawab di dalamnya. Dalam defenisi tersebut kunci pemikirannya adalah

keterlibatan mental dan emosi. Sebenarnya partisipasi adalah suatu geja la

demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam suatu perencanaan serta dalam

pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat

kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam

bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan.

Kaderisasi merupakan hal penting bagi sebuah organisasi, karena

merupakan inti dari kelanjutan perjuangan organisasi ke depan. Tanpa

kaderisasi, rasanya sangat sulit dibayangkan sebuah organisasi dapat bergerak

dan melakukan tugas- tugas keorganisasiannya dengan baik dan dinamis.

Kaderisasi adalah sebuah keniscayaan mutlak membangun struktur kerja yang

mandiri dan berkelanjutan.

26
B. Saran

Dalam berorganisasi setiap individu dapat berinteraksi dengan semua

struktur yang terkait baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung

kepada organisasi yang mereka pilih. Agar dapat berinteraksi secara efektif

setiap individu bisa berpartisipasi pada organisasi yang bersangkutan. Dengan

berpartisipasi setiap individu dapat lebih mengetahui hal-hal apa saja yang

harus dilakukan.

27
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/399944296/Tugas-Ppm-Konsep-Persiapan-
Sosial-Partisipasi-Dan-Kaderisasi
https://www.scribd.com/document/366490165/Makalah-Konsep-Persiapan-Sosial
https://www.academia.edu/44144724/
Pengorganisasian_dan_Pengembangan_Mayarakat_bunda_ps
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/
571a3cc8a3c9df700a0b29304ec3c5ae.pdf

28

Anda mungkin juga menyukai