Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan masyarakat dan pemberdayaan rakyat tidak mungkin di pisahkan
dari area dan konteks dimana dia beroprasi. Pemberdayaan masyarakat merupakan
bagian dari strategi dan program pengembangan kesejahteraan sosial. Tujuan
mempelajari masyarakat adalah agar dapat melakukan asesmen atau penelitan mengenai
masyarakat sehingga mampu, memahami konteks dimana kegiatan pengrganisasian dan
pengembangan Masyarakat (PPM) akan dilaksanakan mengevaluasi sistem pelayanan
kemanusiaan yang ada dan mengerti struktur pengembalian keputusan yang ada di
wilayah tersebut (Suharto, 2005).
Dalam suatu negara yang mengalami perkembangan terdapat siklus dimana suatu
keadaan yang tek berujung seperti lingkaran yaitu berbagai masalah pada masyarakat di
indonesia mulai bermunculan di sebabkan adanya tingkat sosial ekonomi masyarakat
sangat rendah sehinggan mengakibatkan ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam
berbagai hal khususnya dalam bidang kesehatan. Bila keadaan ini dibiarkan
menyebabkan masalah kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
dan berdampak pada penurunan status kesehatan keluarga dan masyarakat secara
keseluruhan. Keadaan ini akan berdampak terhadap produktivitas keluarga dan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu, seoang bidan yang akan
terjun di komunitas perlu melakukan adanya tindakan agar dapat meningkatkan keadaan
masyarakat secara keseluruhan (Sarwono, 2002).
Pengorganisasian masyarakat dapat dijelaskan sebagai salah satu upaya
masyarakat untuk saling mengatur dalam mengelola kegiatan atau program yang mereka
kembangkan disini masyarakat dapat membentuk penitia kerja, melakukan pembagian
tugas, saling mengawasi merencanakan kegiatan dan lain – lain. Lembaga – lembaga
yang ada perlu di libatkan karena lembaga inilah yang sudah mapan, tinggal
meningkatkan kemampuannya saja. Dari beberapa kasus yang dialami masyarakat,maka
perlu pengorganisasian dan pengembangan masyarakat serta berguna untuk
meningkatkan kualitas hidup keluarga dan masyarakat khususnya meningkatkan status
kesehatan. Agar masyarakat lebih memahami maka peran bidan sangat diperlukan dalam

1
kegiatan tersebut, terutama dalam Konsep Persiapan Sosial, Partisipasi Dan
Pengorganisasian Masyarakat (PPM).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Partisipasi Sosial dalam PPM ?
2. Bagaimana Konsep Partisipasi dalam PPM ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami secara dalam mengenai konsep persiapan sosial, partisipasi dan
pengembangan masyarakat (PPM)
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui konsep persiapan sosial dalam pengorganisasian dan
pengembangan masyarakat (PPM)
2) Untuk mengetahui konsep partisipasi dalam pengorganisasian dan
pengembangan masyarakat (PPM)

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Penulis dapat mengembangkan wawasan, menerapkan pengetahuan yang didapat
mengenai konsep persiapan sosial, partisipasi dan pengembangan masyarakat (PPM)
2. Bagi Institusi Pendidikan
a. Sebagai penambah referensi kepustakaan pada Mata Kuliah Pengorganisasian
dan Pengembangan Masyarakat (PPM), yakni konsep persiapan sosial,
partisipasi dan pengembangan masyarakat (PPM)
b. Sebagai sarana untuk mengevaluasi kemampuan mahasiswa dalam memahami
Mata Kuliah Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat (PPM), yakni
konsep persiapan sosial, partisipasi dan pengembangan masyarakat (PPM).

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Persiapan Sosial


Tujuan persiapan sosial adalah mengajak pasrtisipasi atau peran serta masyarakat
sejak awal kegiatan, selanjutnya sampai dengan perencanaan program, pelaksanaan
hingga pengembangan program kesehatan masyarakat. kegiatan dalam persiapan sosial
ini lebih ditekankan kepada persiapan - persiapan yang harus dilakukan baik aspek
teknis, administratif dan program - program kesehatan yang akan dilakukan.
Di indonesia, konsep kesejahteraan sosial juga telah lama dikenal. Ia telah ada
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Undang-undang RI Nomor 6 tahun 1974
tentang ketentuan - ketentuan Pokok kesejahteraan Sosial, misalnya, merumuskan
kesejahteraan sosial sebagai: Suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material
maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir
dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik - baiknya
bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-haka tau kewajiban
man usia sesuai dengan Pancasila.”
Dengan demikian, kesejahteraan sosial memiliki beberapa makna yang relatif
berbeda, meskipun substansinya tetap sama. kesejahteraan sosial pada intinya
mencakup tiga konsepsi, yaitu:
1. kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhanH
kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial.
2. lnstitusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial
dan berbagai pro'esi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan
sosial dan pelayanan sosial.
3. Aktivitas, yakni suatu kegiatanHkegiatan atau usaha yang terorganisi untuk
mencapai kondisi sejahtera (Suharto, 2005).

Persiapan sosial di sini menunjuk pada proses pragmatis untuk menentukan


keputusan dan menetapkan tindakan dalam memecahkan masalah sosial tertentu seperti

3
kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan (buta huruf), kesehatan
masyarakat yang buruk (rendahnya usia harapan hidup, tingginya tingkat kematian bayi,
kekurangan gizi) dll. Berbeda dengan pengembangan masyarakat lokal, perencanaan
sosial lebih berorientasi pada “tujuan tugas” (task goal). Sistem klien Persiapan sosial
umumnya adalah kelompok-kelompok yang kurang beruntung (disadvantaged groups
) atau kelompok rawan sosial-ekonomi, seperti para lanjut usia, orang cacat, janda,
yatim piatu, wanita tuna sosial. Pekerja sosial berperan sebagai perencana sosial yang
memandang mereka sebagai “konsumen” atau “penerima pelayanan” (beneficiaries).
Keterlibatan para penerima pelayanan dalam proses pembuatan kebijakan,
penentuan tujuan, dan pemecahan masalah bukan merupakan prioritas, karena
pengambilan keputusan dilakukan oleh para pekerja sosial di lembaga-lembaga normal,
semisal lembaga kesejahteraan sosial pemerintah ("epsos) atau swasta (ISM). Para
peren#ana sosial dipandang sebagai ahli (e"pert@ dalam melakukan penelitian,
menganalisis masalah dan kebutuhan masyarakat, serta dalam mengidenti'ikasi,
melaksanakan dan mengevaluasi programHprogram pelayanan kemanusiaan (Suharto,
2005).

a. Pengenalan masyarakat
Dalam tahap awal ini kita harus datang ketengah - tengah masyarakat dengan
hati yang terbuka dan kemauan untuk mengenal masyarakat sebagaiman adanya, tanpa
disertai prasangka serta menyampaikan maksud dan tujuan adanya, tanpa disertai
prasangka serta menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan.
Tahap ini dapat dilakukan baik melalui jalur Fomal yaitu dengan melalui sistem
pemerintahan seperti pamong desa atau camat, dan dapat juga dilakukan melalui jalur
informal misalnya wawancara dengan Tokoh Masyarakat, seperti Guru, Pemuka agama,
tokoh Pemuda,dll.
Tujuan mempelajari masyarakat adalah agar dapat melakukan asesmen atau
penelitian mengenai masyarakat sehingga mampu memahami konteks dimana kegiatan
PM akan dilaksanakan, mengevaluasi sistem pelayanan kemanusiaan yang ada, dan
mengerti struktur pengambilan keputusan yang ada di wilayah tersebut (Suharto, 2005).
Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki perasaan sama atau menyatu satu
sama lain karena mereka saling berbagi identitas, kepentingan-kepentingan yang sama,
perasaan memiliki, dan biasanya satu tempat yang sama. Ada beberapa fungsi
masyarakat penyedia dan pendistribusi barang-barang dan jasa, lokasi kegiatan bisnis

4
dan pekerjaan, keamanan publik, sosialisasi, wadah dukungan bersama atau gotong
royong, kontrol sosial, organisasi dan partisipasi politik. Beberapa aspek di bawah ini
penting diketahui dalam rnempelajari masyarakat:
 Nama dan batas wilayah serta jarak dari kota atau masyarakat lain.
 Emografis: jumlah penduduk, distribusi usia, kelompok minoritas, jumlah anggota
keluarga, status keluarga.
 Sejarah wilayah: kapan, mengapa dan oleh siapa daerah tersebut dikembangkan,
kejadianHkejadian penting yang mempengaruhi perkembangan wilayah,
perubahan karakteristik penduduk, alasanH alasan mengapa pendatang baru datang
ke wilayah tersebut dan mengapa orangHorang pergi meninggalkan wilayah
tersebut.
 Geografi dan pengaruhHpengaruh lingkungan terhadap masyarakat: pengaruh
cuaca, gunung, sungai, danau, polaHpola transportasi lokal, pembangunan
ekonomi, pengaruh jalan tol, interaksi sosial, suplai air, listrik, jarak dari pasar.
 %eper#ayaan dan sikapHsikapN nilaiHnilai dominan, agama, sikapHsikap
penduduk, jenisHjenis lembaga pelayanan kemanusiaan, rasa memiliki penduduk
terhadap wilayahnya.
 Politik lokal: bentuk pemerintahan lokal, kekuasaan dan pengaruh partai politik,
tingkat partisipasi dalam pemilu, debat, isu dan kontroversi pada saat ini.
 Ekonomi dan bisnis lokal: industri utama, bisnis, produksi wilayah, jenis pekerjaan
yang ada, keterampilan kerja yang diperlukan oleh perusahaanHperusahaan besar,
persentasi pekerja dan penganggur, ramalan pertumbuhan ekonomi di masa depan.

b. Pengenalan masalah Penyadaran


Dalam tahap ini dituntut suatu kemampuan untuk dapat mengenal masalahH
masalah yang memang benar-benar menjadi kebutuhan masyarakat. Untuk dapat
mengenal masalah kesehatan masyarakat secara menyeluruh tersebut, diperlukan
interaksi dan interelasi dengan masyarakat setempat secara mendalam. Dalam tahap
ini mungkin akan banyak ditemukan masalah-masalah kesehatan masyarakat, oleh
karena itu harus disusun skala prioritas penanggulangan masalah. Beberapa
pertimbangan yang dapat digunakan untuk menyusun prioritas masalah adalah:
 Beratnya Masalah Perlu dipertimbangkan adalah Seberapa jauh masalah tersebut
menimbulkan gangguan terhadap masyarakat.

5
 Mudahnya Mengatasi yang diperhatikan adalah kemudahannya dalam
menanggulangi masalah tersebut.
 Pentingnya Masalah bagi Masyarakat yang paling berperan disini adalah
Subyektifitas masyarakat sendiri dan sangat dipengaruhi oleh kultur : budaya
setempat
 Banyaknya Masyarakat yang Merasakan Masalah

Misalnya perbaikan Gizi, akan lebih mudah dilaksanakan di wilayah yang


banyak balitanya. Tahap Penyadaran Masyarakat ini adalah menyadarkan
masyarakat agar mereka:
 Menyadari masalah : masalah kesehatan yang mereka hadapi
 Secara sadar berpartisipasi dalam kegiatan penanggulangan masalah
kesehatan yang dihadapi,
 Tahu cara memenuhi kebutuhan akan upaya pelayanan kesehatan sesuai
dengan potensi dan sumber daya yang ada.

Agar masyarakat dapat menyadari masalah dan kebutuhan mereka akan


pelayanan kesehatan, diperlukan suatu mekanisme yang terencana dan terorganisasi
dengan baik, untuk itu beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka
Menyadarkan Masyarakat adalah:
1. Iokakarya Mini kesehatan,
2. Musyawarah Masyarakat Desa ( MMD )
3. Rembuk Desa

Hal ini dilakukan untuk menyadarkan, membicarakan langkah-langkah yang akan


ditempuh dalam penanggulanagan masalah, penyusunan program kegiatan yang
menyangkut petugas, biaya, sarana dan prasarana serta bentuk-bentuk kerjasama lintas
sektoral dari instansi terkait maupun lintas program, sehingga jelas peranan-peranan yang
harus dilaksanakan oleh masing-masing pihak yang berkepentingan dalam mencapai tujuan
masyarakat yang lebih luas. Hal - hal yang mendapat perhatian dalam penyadaran masalah
adalah:

1. Libatkan masyarakat secara keseluruhan baik formal maupun informal, sehingga


mereka sadar bahwa itu adalah masalah mereka bersama yang perlu segera diatasi

6
2. Dalam menyusun rencana penanggulangan masalah, sesuaikan dengan potensi dan
sumber daya yang ada pada masyarakat
3. Hindari konflik dari berbagai kepentingan dalam masyarakat
4. Kesadaran dari kelompok-kelompok kecil masyarakat hendaknya disebarkan kepada
kelompok masyarakat yang lebih luas
5. Adakan interaksi dan interalasi dengan tokoh-tokoh masyarakat secara intensif dan
akrab, sehingga mereka dapat dimanfaatkan untuk usaha motivasi, komunikasi sehingga
dapat menggugah kesadaran masyarakat
6. Dalam mengatasi sifat-sifat paternalistik masyarakat dapat memanfaatkan jalur
kepemimpinan masyarakat setempat dalam mendapatkan legitimasi dari pihak
pemerintah setempat untuk mempercepat kesadaran masyarakat (Mardikanto,2013).

B. Konsep Partisipasi

Menurut Rogers, partisipasi adalah tingkat keterlibatan anggota dalam


mengambil keputusan, termasuk dalam perencanaan. Namun pada dasarnya Partisipasi
berarti ikut serta, tetapi dalam bahasa kita hampir tidak ada perbedaan antara kata
tersebut sebagai kata kerja (to participate) atau kata benda (participation). Dalam arti
manapun sudah jelas bahwa dalam partisipasi ada minimal dua kelompok warga yang
saling hubungannya cukup menyatu (united) karena pada awalnya mempunyai tujuan
hidup yang tidak sepenuhnya sama. Sehingga seorang aktivis yang ingin
mengembangkan partisipasi perlu menemukan satu tujuan (purpose) yang bukan hanya
diterima oleh kelompok- kelompok dalam Community tetapi sekaligus salah satu dari
kebutuhan mereka yang dirasakan penting. Saat ini masalah peran serta masyarakat
(partisipasi) dalam pembangunan menjadi topik utama dimana kegagalan dalam setiap
program pemerintah disebabkan oleh kurangnya keikutsertaan masyarakat.

Alasan mengapa keikutsertaan (partisipasi) masyarakat dikatakan penting pada masa


pembangunan sekarang, antara lain :

1) Kita sedang berada dalam masa transisi dalam pembangunan era pertanian ke era
industri
2) Terciptanya demokrasi dan keterbukaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
3) Sebanyak 24 juta rakyat /ndonesia masih hidup dibawah garis kemiskinan
4) Perkembangnya etos kerja yang negatif

7
5) Masih terjadi pemisahan golongan antara kaum elite dan kaum bawahan.

Pada dasarnya partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran


dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk
memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan. keterlibatan aktif
dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti keterlibatan jasmaniah semata. Partisipasi dapat
diartikan sebagai keterlibatan mental, pikiran, dan emosi atau perasaan seseorang dalam
situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok
dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang
bersangkutan. Manfaat Partisipasi Masyarakat :

 Partisipasi adalah perwujudan kedaulatan rakyat, yang menempatkan mereka


sebagai awal dan tujuan pembangunan.
 Partisipasi menimbulkan rasa harga diri dan kemampuan pribadi untuk turut serta
dalam menentukan keputusan yand menyangkut masyarakat. Dengan kalimat lain
partisipasi merupakan bentuk 6memanusiakan manusiaD (nguwongake).
 Partisipasi adalah proses saling belajar bersama antara pemerintah dan masyarakat,
sehingga bisa saling menghargai, mempercayai, dan menumbuhkan sikap yang arif.
 Partisipasi menciptakan suatu lingkaran umpan balik informasi tentang aspirasi,
kebutuhan, dan kondisi masyarakat.
 Partisipasi merupakan kunci pemberdayaan dan kemandirian masyarakat.
 Partisipasi merupakan cara yang paling efektif untuk mengembangkan kemampuan
masyarakat dalam pengelolaan program pembangunan guna memenuhi kebutuhan.
 Partisipasi bisa mencegah timbulnya pertentangan, konflik, dan sikap -sikap waton
suloyo.
 Partisipasi bisa membangun rasa memiliki masyarakat terhadap agenda
pemerintahan, kemasyarakatan, dan pembangunan. ! Partisipasi dipandang sebagai
penerminan demokrasi. (Dwipayana,2003)

a. Urgensi Partisipasi
Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh conyers sebagai berikut :
1) Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh in'ormasi mengenai
kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya
program pembangunan serta proyekHproyek akan gagal.

8
2) Masyarakat akan lebih memper#ayai proyek atau program pembangunan jika merasa
dilibatkan dalam proses persiapan dan peren#anaannya, karena mereka akan lebih
mengetahui selukHbeluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki
terhadap proyek tersebut.
3) Suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat
mereka sendiri

Apa yang ingin dicapai dengan adanya partisipasi adalah meningkatnya


kemampuan (pemberdayaan) setiap orang yang terlibat baik langsung maupun tidak
langsung dalam sebuah program pembangunan dengan cara melibatkan mereka
dalam pengambilan keputusan dan kegiatan-kegiatan selanjutnya dan untuk jangka
yang lebih panjang.
Adapun prinsip - prinsip partisipasi tersebut, sebagaimana tertuang dalam
Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipatif yang disusun oleh department for
international development
a) Cakupan. Semua orang atau wakil - wakil dari semua kelompok yang terkena
dampak dari hasil - hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan.
b) Kesetaraan dan kemitraan ( Equal Partnership). Pada dasarnya setiap orang
mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak untuk
menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam setiap proses guna membangun
dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masing - masing pihak.
c) Transparansi. Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan komunikasi dan
iklim berkomunikasi terbuka dan kondusi' sehingga menimbulkan dialog.
d) Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/equal Powership). Berbagai pihak yang
terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan
untuk menghindari terjadinya dominasi.

b. Esensi partisipasi
Kata partisipasi berasal dari bahasa inggris yaitu “partisipation” yang artinya
pengambilan bagian, pengikutsertaan. Sedangkan kata “partisipation” berasal dari kata
“partisipate” yang berarti mengikutsertakan. Seiring dengan definisi tersebut partisipasi
dapat diartikan sebagai turut serta berperan serta atau keikutsertaan.

9
Dalam kamus Bahasa Indonesia definisi partisipasi adalah hal yang berkenaan
dengan turut serta dalam suatu kegiatan atau berperan serta dalam kegiatan suatu
kegiatan atau berperan serta. Jadi, dapat diartikan bahwa partisipasi adalah suatu bentuk
kerja sama yang di berikan apabila suatu pihak sedang melakukan suatu kegiatan.
Dengan keterlibatan dirinya, berarti keterlibatan pikiran dan perasaannya.
Misalnya anda berpartisipasi atau ikut serta (dapat anda rasakan sendiri) maka anda
melakukan kegiatan itu karena menurut pikiran anda perlu dan bahwa perasaan anda
pun menyetujui/berkenan untuk melakukannya.
R.A Santoso Sastropoetro mengemukakan pengertian partisipasi adalah
keterlibatan yang bersifat spontan yang disertai kesadaran dan tanggung jawab terhadap
kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Jenis – jenis partisipasi yang dikemukakan oleh sastropoetro, sebagai berikut :
1. Partisipasi dalam pikiran
Dalam hal ini partisipasi berupa mengusulkan pendapat dan merencanakan sebagai
kegiatan demi kesuksesan suatu kegiatan atau program.
2. Partisipasi dalam tenaga
Partisipasi ini dapat berupa sumbangsih tenaga yang diberikan oleh sebagian atau
seluruh masyarakat sehingga suatu kegiatan atau program dapat berjalan lancar.
3. Partisipasi dalam keahlian
Bentuk partisipasi ini adalah berdasarkan dari tingkat keahlian, keterampilan,
pendidikan, dan pekerjaan yang dimiliki oleh sebagian atau seluruh masyarakat.
4. Partisipasi dalam fasilitas
Partisipasi yang dimaksudkan disini adalah pertisipasi atau keikutsertaan yang dapat
berupa konstribusi melalui uang, barang, dan jasa.

c. Metode Pendekatan Partisipasi

1. Pendekatan pasif, pelatihan dan informasi


yakni pendekatan yang beranggapan bahwa pihak eksternal lebih menguasai
pengetahuan, teknologi, keterampilan dan sumber daya. Dengan demikian
partisipasi tersebut memberikan komunikasi satu arah, dari atas ke bawah dan
hubungan pihak eksternal dan masyarakat bersifat vertikal.
2. Pendekatan partisipasi aktif

10
Yaitu memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berinteraksi secara
lebih intensif dengan para petugas eksternal , contohnya pelatihan dan
kunjungan.
3. Pendekatan partisipasi dengan keterikatan masyarakat atau individu diberikan
kesempatan untuk melakukan pembangunan, dan diberikan pilihan untuk terikat
pada suatu kegiatan dan bertanggung jawab atas kegiatan tersebut.
4. Pendekatan dengan partisipasi setempat
Yaitu pendekatan dengan mencerminkan kegiatan pembangunan atas dasar
keputusan yang diambil oleh masyarakat setempat.

11
BAB III
PENUTUP

A. kesimpulan

Tujuan persiapan sosial adalah mengajak pasrtisipasi atau peran serta masyarakat
sejak awal kegiatan, selanjutnya sampai dengan perencanaan program, pelaksanaan
hingga pengembangan program kesehatan masyarakat. kegiatan dalam persiapan sosial
ini lebih ditekankan kepada persiapan - persiapan yang harus dilakukan baik aspek
teknis, administratif dan program - program kesehatan yang akan dilakukan.

Menurut Rogers, partisipasi adalah tingkat keterlibatan anggota dalam mengambil


keputusan, termasuk dalam perencanaan. Namun pada dasarnya Partisipasi berarti ikut
serta, tetapi dalam bahasa kita hampir tidak ada perbedaan antara kata tersebut sebagai
kata kerja (to participate) atau kata benda (participation). Dalam arti manapun sudah
jelas bahwa dalam partisipasi ada minimal dua kelompok warga yang saling
hubungannya cukup menyatu (united) karena pada awalnya mempunyai tujuan hidup
yang tidak sepenuhnya sama.

B. Saran

Pada dasarnya partisisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran


dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya
untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan.

Maka sebagai pelopor, kita harus meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat,
agar usaha – usaha dalam kelompok untuk memenuhi tujuan hidup tercapai dengan
baik. Masyarakat mampu terlibat secara langsung dengan usaha – usaha yang di
lakukan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, SW.2002. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat. FKMUI. Jakarta

Suharto, Edi. 2005. Membangung Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian Strategis


Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial. Bandung: PT. Revika Aditama.

Totok Mardikanto,dkk. 2013. Pemberdyaan Masyarakat : Dalam Perspektif Kebijakan


Publik. Bandung : Alfabeta.

13

Anda mungkin juga menyukai