Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KELOMPOK

KESEHATAN MASYARAKAT

Dosen Pembimbing:
Novita Lusiana, SKM, M.Kes

Disusun oleh

Kelompok 9:

Evi Ramadhani
Suci Ugina
Winda Pasaribu
Kelas IB

PRODI D-III KEBIDANAN


STIKES HANG TUAH PEKANBARU
Peran Serta Masyarakat PSM
            Peran serta masyarakat (PSM) merupakan keikutsertaan individu, keluarga dan kelompok
masyarakat dalam setiap menggerakan upaya kesehatan yang juga merupakan tanggung jawab
sendiri, keluarga dan masyarakatnya.
            Dalam world Healt Assembly 1997, peran masyarakat adalah proses untuk mewujudkan
kerja sama kemitraan antara pemerintah dan masyarakat setempat dalam merencakan,
melaksanakan dan memanfaatkan kegiatan kesehatan sehingga diperoleh manfaat berupa
peningkatan kemampuan swadaya masyarakat masyarakat berperan dalam menentukan prasarana
dan pemeliharaan teknologi tepat guna dalam pelayanan kesehatan.
Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan
berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri
mereka sendiri mengenal, memecahkan masalah, dan kebutuhan yang dirasakan masyarakat,
baik dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan agar
mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan
kesejahteraan masyarakat.
Peran serta masyarakat (PSM) merupakan keikut sertaan individu, keluarga dan
kelompok masyarakat dalam setiap menggerakan upaya kesehatan yang juga merupakan
tanggung jawab sendiri, keluarga dan masyarakatnya. Peran serta masyarakat adalah proses
ketika individu dan keluarga dan serta lembaga swadaya masyarakat, termasuk swasta
bertanggung  jawab atas kita kesejahteraan kesehatan diri sendiri, keluaga dan masyarakat.
            Peran serta masyarakat memiliki makna yang amat luas. Semua ahli mengatakan bahwa
partisipasi atau peran serta masyarakat pada hakekatnya bertitik tolak dari sikap dan perilaku
namun batasannya tidak jelas, akan tetapi mudah dirasakan, dihayati dan diamalkan namun sulit
untuk dirumuskan. Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan dimana
individu, keluarga maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab terhadap kesehatan
diri, keluarga, ataupun kesehatan masyarakat lingkungannya (DepKes RI, 1997, hal 5)
      

\
1
      Peran serta masyarakat (PSM) adalah Proses dimana individu, keluarga dan lembaga
masyarakat termasuk swasta :
a.       Mengambil tanggung jawab atas kesehatan diri, keluarga dan masyarakat.
b.      Mengembangkan kemampuan untuk menyehatkan diri, keluarga dan masyarakat.
c.       Menjadi pelaku perintis kesehatan dan pemimpin yang menggerakkan kegiatan masyarakat di
bidang kesehatan berdasarkan atas kemandirian dan kebersamaan.
Jadi peran serta masyarakat sangat dibutuhkan sekali dalam bidang kesehatan. Karena,
tanpa peran dari masyarakat penggerakan peran serta masyarakat tidak akan berjalan dengan
lancar. Karena, semua masyarakat harus bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga,
ataupun kesehatan masyarakat lingkungannya.

Tujuan PSM
Tujuan umum:
Untuk meningkatkan jumlah dan mutu upaya masyarakat di bidang kesehatan.
Tujuan Khusus:
a.       Meningkatkan kemampuan pemimpin / pemuka masyarakat dalam menggerakkan upaya
kesehatan.
b.      Meningkatkan kemampuan organisasi masyarakat dalam menyelenggarakan upaya
kesehatan.
c.       Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menggali, menghimpun dan mengelola dana /
sarana masyarakat untuk kesehatan
            Tujuan program peran serta masyarakat adalah meningkatkan peran dan kemandirian,
dan kerjasama dengan lembaga-lembaga non pemerintah yang memiliki visi sesuai;
meningkatkan kuantitas dan kualitas jejaring kelembagaan dan organisasi non pemerintah dan
masyarakat; memperkuat peran aktif masyarakat dalam setiap tahap dan proses pembangunan.

2
Tahap-Tahap dan Tingkat PSM
Tahap-tahap PSM berdasarkan  Depkes 1995  adalah sebagai berikut:
1.      Analis situasi, analis tingka perkembangan, analisis kasusdan analisis sumber daya alam.
2.      Rumusan masalah, rumusan tujuan dan rumusan intervensi.
3.      Rencana usulan kegiatan dan pelaksanan kegiatan
4.      Intervensi petugas pemerintah setempat.
5.      Forum komunikasi untuk melakukan pemantauan setempat dan untuk melakukan komunikasi
6.      Siklus dan jadwal

Tingkat PSM
Tingkat-tingkat PSM adalah sebagai berikut:
1.      PSM karena Imbalan
Adanya peranserta karena adanya imbalan tertentu yang diberikan baik dalam bentuk imbalan
materi atau imbalan kedudukan.
2.      PSM karena Paksaan / Perintah
Masyarakat berperan serta karena adanya ancaman atau sanksi.
3.      PSM karena Identifikasi
4.      PSM karena Tuntutan Hak Asasi & Tanggung Jawab
5.      PSM yang Disertai Kreasi dan daya Cipta.
6.      PSM karena kesadaran
Peran serta atas dasar kesadaran tanpa adanya paksaan atau harapan dapat imbalan.

Bentuk-Bentuk PSM
            Bentuk-bentuk  PSM adalah sebagai berikut:
1.      Peran serta karena terpaksa
Masyarakat berperan serta karena adanya ancaman atau sanksi.
2.      Peran serta karena imbalan
Adanya peranserta karena adanya imbalan tertentu yang diberikan baik dalam bentuk imbalan
materi atau imbalan kedudukan.
3.      Peran serta karena kesadaran
Peran serta atas dasar kesadaran tanpa adanya paksaan atau harapan dapat imbalan.
3
  Pengembangan PSM
Strategi pengembangan peran serta masyarakat dilakukan melalui pendekatan community
organization atau community development yang terencana dan terarah. Dalam hubungan ini akan
disampaikan tiga pola yang selama ini dikerjakan.
Pola rekayasa manusia dan rekayasa sosial
Peningkatan peran serta masyarakat dapat ditempuh melalui dua strategi yaitu rekayasa
manusia dan rekayasa sosial. Kedua strategi ini ditempuh secara terpadu, dengan penekanan
sasaran yang berbeda. Teori ini menggunakan dasar teori Rogers tentang innovation decision
process, yaitu proses kejiwaan yang dialami individu sejak pertama kali memperoleh informasi
tentang inovasi, sampai pada saat dia menerima atau menolak inovasi tersebut.
Proses kejiwaan ini tentu saja sangat individual sifatnya, artinya ada individu yang cepat, tetapi
ada pula yang sangat lambat dalam menerima informasi. Berdasarkan kecepatan dalam
menerima informasi, penduduk dapat dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu:
a.       kelompok Inovator adalah kelompok yang berwawasan luas dan berpendidikan lebih dari
rata-rata.
b.      kelompok Early adopter adalah kelompok yang menyaring masuknya inovasi ke dalam
kelompok tersebut.
c.       kelompok Early majority adalah kelompok yang mengikuti sikap Early adopter
d.      kelompok Late majority  adalah kelompok yang mengikuti sikap yang telah dianut oleh
Early majority
e.       kelompok Laggards adalah kelompok yang bersikap tradisional dan sulit menerima bahkan
menolak inovasi baru.
Kajian terhadap teori ini menunjukkan bahwa intervensi pada Innovator dan Early adopter
akan dapat mempengaruhi kelompok Early majority, sementara perubahan positif pada
kelompok Early majority akan diikuti oleh kelompok Late majority.
Rekayasa manusia ditujukan kepada kelompok Innovator dan Early adopter yang relatif
mempunyai wawasan, tingkat pendidikan dan pengetahuan yang lebih baik. Kelompok ini tidak
banyak, sekitar 16%, tetapi merupakan pengambil keputusan yang berpengaruh. Oleh karena itu
perlu didekati secara interpersonal. Rekayasa manusia ini dilakukan melalui advokasi kepada
para pemimpin dan tokoh masyarakat setempat secara informal dulu, baru bila telah
mendapatkan lampu hijau dilakukan pendekatan secara formal.
4
Rekayasa sosial dimaksudkan untuk menggerakkan kelompok Early majority yang proses
penerimaan inovasinya lebih lambat dan berkiblat pada kelompok Early adopter. Pada kelompok
besar ini tidak mungkin dilakuan rekayasa manusia, karena akan membutuhkan tenaga yang
banyak dan waktu yang lama. Ole karena itu pada kelompok ini digunakan rekayasa sosial
berupa pengorganisasian masyarakat. Wujud rekayas sosial adalah pembentukan kelompok kerja
di tingkat masyarakat (misalnya Posyandu, Pos Obat Desa, Dana Sehat, Pos UKK, Polindes,
Sadari, Posbindu Usila/Pos pembinaan terpadu usia lanjut, dll),  yang prinsipnya adalah
menumbuhkan kader teknis kesehatan.
Lewat kerja kader inilah diharapkan terjadi alih pengetahuan dan olah keterampilan di bidang
kesehatan, dari petugas kepada kader dan dari kader kepada masyarakat. Dari proses yang
panjang dan lama ini secara bertahap dapat mempengaruhi kelompok Late majority untuk
mengikuti jejak kelompok di atasnya. Dengan demikian, harapan untuk meningkatkan kesadaran
dan kemampuan hidup sehat bagi segenap penduduk dapat tercapai.
Pola rekayasa manusia dan rekayasa sosial ini dikembangkan pula di tingkat petugas, dimana
para pemimpin kelompok/institusi digarap dengan rekayasa manusia, sementara pengembangan
organisasinya ditempuh melalui rekayasa sosial.
     

Pembinaan PSM
1.      Pendataan sasaran
2.      Pencatatan kelahiran kematian ibu dan bayi
3.      Penggerakan sasaran agar mau menerima pelayanaan KIA
4.      pengaturan transportasi setempat yang siap pakai untuk rujukan kedaruratan
5.      pengaturan biaya bagi masyarakat yang tidak mampu
6.      pengorganisasian donor darah berjalan
7.      pelaksanaan pertemuan rutin GSI (Gerakan sayang ibu) dalam promosi suami, bidan dan desa
siaga.

5
Pengembangan Wahana/Forum PSM

Berperan dalam kegiatan:


a. Polindes
b. Kelompok KIA
c. Dasa wisma
d. Tabungan ibu bersalin
e. Donor darah berjalan
f. Ambulan desa

Peran Pertugas (Guade)


1.      Sebagai pembimbing
Yang memberi jalan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan oleh masyarakat tersendiri
dengan cara yang efektif.
2.      Sebagai Enabler
Yaitu untuk memunculkan dan mengarahkan kesehatan yang ada dalam masyarakat untuk
diperbaiki. Petugas berfungsi sebagai ‘’salesman’’ yang menawarkan jalan keluar.
3.      Sebagai ahli (Expert)
Memeberikan keterangan dalam bidang yang di kuasai, beberapa fakta-fakta rekomendasi
tentang apa yang harus dipilih.

Langkah pembinaan PSM


Langkah pembinaan PPSM diantaranya:
1. Pertemuan / Pendekatan Tingkat Desa
2. Survey Mawas Diri ( Community Self Survey / CSS )
3. Musyawarah Masyarakat Desa
4. Pelatihan Kader
5. Pelaksanaan Upaya Kesehatan Oleh Masyarakat
6. Pembinaan Pelestarian Kegiatan
7. Pengenalan Sosio – Budaya Masyarakat Setempat

6
Bentuk Operasional Peran Serta Masyarakat
Pos Obat Desa
a.    Pengertian
Suatu peran serta masyarakat berupa upaya pengobatan sederhana bersumber daya masyarakat
(dari, oleh dan untuk masyarakat) dan bukan perpanjang tanganan puskesmas. POD juga
merupakan wahana edukasi yaitu alih pengetahuan dan keterangan tentang obat dan pengobatan
sederhana dari petugas kepada kader dan dari kader kepada masyarakat. Kegiatan ini juga
merupakan pengembangan dari upaya kesehatan bersumber dayamasyarakat lainnya seperti
posyandu, dana sehat, pos KB, desa siaga dan lain-lain.

b.      Tujuan
Umum        : meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong sendiri dibidang
kesehatan melalui penyediaan obat-obatan dan pengobatan sederhana terhadap penyakit ringan
didaerah setempat.
Khusus       :
1.      Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang obat dan upaya pengobatan sederhana terhadap
penyakit ringan didaerah setempat.
2.      Meningkatkan keterampilan masyarakatdalam mengenai keluhan dan mengobati penyakit ringan
secara sederhana.
3.      Tersedianya obat yang bermutu dengan hargat terjangkau bagi masyarakat.

c.    Sasaran
Kelompok masyarakat yang masih rendah keterjangkauan dalam halobatdan pengobatan.

d.   Strategi
1.      POD merupakan upaya kuratif dalam rangka meningkatkan fungsi dan pelestarian kader
posyandu
2.      POD dapat dibuktikan meski sebelumnya tidak terdapat usaha kesehatan bersumber daya
masyarakat bilasudah ada posyandu tersebut
3.      Obat yang digunakan di POD adalah obat genetik golongan obat bebas dan bebas terbatas,
seperti obat khusus yang disusun pemerintah
7
e.    Pelaksanaan  kegiatan POD
1.      Persiapan bagi petugas
Dilakukan dengan cara:
         Orientasi   : kepada petugas daerah tingkat II
         Pelatihan  : kepada petugas PKM lama latihan 3 hari di DATI II
2.      Persiapan masyarakat
Pelatihan kader POD harus seseorang yang sebelumnya berasal dari kader posyandu yang
mampu atau siapa saja yang dianggap mampu dan bersedia. Lama pelatihan 3 hari bertempat di
puskesmas atau balai desa.
3.      Pelaksanaa POD
         Selesai pelatihan kader dapat menyelenggarakan POD sesuai kebutuhan diwilayahnya
masing-masing
         Jika hanya 1 POD lokasinya diposyandu
         Jika lebih dari 1 POD lokasinya di posyandu dan rumah kader atau tempat lain yang
strategis dan siap 24 jam. Setelah kader dilatih, maka kader diberikan paket obat yang diangsur
secara kredit.

Polindes
  

a.    Pengertian
Salah satu bentuk UKBM (Usaha Kesehatan Bagi Masyarakat)yang didirikan masyarakat
oleh masyarakat atas dasarmusyawarah, sebagai kelengkapan dari pembangunan masyarakat
desa, untuk memberikan pelayanan KIA-KB  serta pelayanan kesehatanlainnya sesuai dengan
kewenangan bidan.
Polindes juga tempat yang didirikan oleh masyarakat atas dasar musyawarah sebagai
kelengkapan dari pembangunankesehatan masyarakat untuk memberikan pelayanan kesehatan
ibu dan anak dan keluarga berencana yang kelola oleh bidan desa bekerja sama dengan dukun
bayi dibawahpengawasandokter puskesmas setempat.

8
Kajian makna polindes:
1.    Salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam penyediaan tempat pertolongan persalinan
danpelayanan KIA, termasuk KB di desa
2.    Dirintis didesa yang telah mempunyai bidan yang tinggal didesa tersebut
3.    Dalam pengembangan polindesdapat berupa penyediaan tempat untuk pelayanan KIA,
pertolongan polindes, penggerakan sasaran dan dukungan terhadap pelaksanaan tugasbidan
didesa
4.    Peran bidan didesa yang sudahdilengkapi oleh pemerintah dengan alat-alat yang diperlukan
adalah memberikan pelayanan kebidanan kepadamasyarakat di desa tersebut
5.    Polindes secara teknis berada dibawah pembinaan dan pengawasan puskesmas
6.    Tempat yangdisediakan oleh masyarakat berupa ruangan untuk pelayanan KIA, termasuk tempat
pertolongan persalinan yang dilengkapi dengan air bersih
7.    Tanggung jawab penyediaan dan penglolaan tempat serta dukungan operasional berasal dari
masyarakat, maka perlu diadakan kesepakatan antara wakil masyarakat melalui wadah  LKMD
dengan bidan desa tentang pengaturan biayaoperasional dan tarif pertolongan persalinan di
polindes
8.    Dukun bayi dan kader posyanduadalah kader masyarakat yang paling terkait

b.      Fungsi
1.      Sebagai tempat pelayanan KB dan KIA dan pelayanan kesehatan lainnya
2.      Sebagai tempat untuk melakukan kegiatanpembinaan, penyuluhan dan konseling KIA
3.      Pusat kegiatan pemberdayaan masyarakat
4.      Ada tenaga bidan yangbekerja penuh sebagai pengelola polindes
5.      Tersedianya sarana untuk melaksanakan fungsi bidan seperti:

 Bidan kit
 Sarana imuniasasi
 Timbangan berat badan dan tinggi badan
 Infus set
 Obat-obatan uterotonika
 Cairan Dex 5% NaCl
 Inkubator sederhana
 IUD kit
9
6.      Memenuhi persyaratan Rumah Sakit
      Ventilasi dan penerangan cukup
      Tersedianya air bersih
      Tersedianya sistem pembangunan air limbah
      Ukuran minimal 3x4 m2
      Pekarangan bersih
7.    Lokasidapat dicapai oleh penduduk dan mudah dicapai oleh kendaraan roda empat
8.    Ada tempat untuk melakukan pertolongan persalinan dan perawatan yang memiliki tempat tidur
minimal 2

c.       Tujuan
1.      Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA dan KB
2.      Meningkatkan pembinaan dukun bayi dan kader kesehatan
3.      Meningkatkan kesempatan untukmemberikan penyuluhan dan konseling kesehatan bagi ibu
dankeluarganya
4.      Meningkatkan pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangan bidan

d.      Kegiatan
1.      Memeriksa kehamilan, termasuk memberikan imunisai TT pada ibu hamil dan mendeteksi dini
resiko tinggi kehamilan
2.      Menolong persalinannormal dan persalinan dengan resiko sedang
3.      Memberikanpelayanan kesehatan ibudan nifas dan menyusui
4.      Memberikan pelayanan kesehatanneonatal, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah, serta
imunisasi dasar pada bayi
5.        Memberikan pelayanan KB
6.        Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada kehamilan dan persalinan yang beresiko
tinggi baik ibu maupun bayinya
7.        Menampung rujukan dari dukun bayi dan darikader (posyandu, desa wisma)
8.        Merujuk kelainan kefasilitas kesehatan yang lebih mampu
10
9.        Melatih danmembina dukun bayi maupun kader(posyandu. Desa wisma)
10.    Memberikan penyuluhan kesehatan tentang gizi ibu hamil dan anak serta peningkatan ASI dan
KB
11.    Mencatat serta melaporkan kegiatan yang dilaksanakan kepada puskesmas setempat
12.    Faktor resiko sedang
  Faktor yang secara tidak langsung dapat membahayakan ibu hamil, ibu bersalin, sehingga
memerlukan pengawasan serta perawatan
  Kriteria resiko sedang:
-            Umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
-            Tinggi badan ibukurangdari 145 cm
-            Jarak antara kehamilan saat ini dan sebelumnya kurang dari 2 tahun
-            Paritas sebanyak lebih dari 4 kali
13.    Faktor resiko tinggi
  Faktor yang merupakan penyebab dari kematian ibu hamil, bersalin dan bayi

  Kriteria resiko tinggi:

-          Perdarahan
-          Infeksi
-          Eklamsia
-          Kelainan
-          letak

e.       Sasaran
1.      Bayi berusia kurang dari 1 tahun
2.      Anak balita usia 1 tahun sampai 5 tahun
3.      Ibu hamil, menyusui, dan nifas
4.      Wanita usia subur
5.      Kader
6.      Masyarakat setempat
11
f.       Syarat terbentuknya
1.    Tersedianya bidan didesa yang bekerja penuh untuk mengelola polindes
2.    Tersedianya sarana untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi bidan
3.    Memenuhi persyaratan rumah sehat
4.    Lokasidapat dicapai oleh penduduk dan mudah dicapai oleh kendaraan roda empat
5.    Ada tempat untuk melakukan pertolongan persalinan dan perawatan
                                                     
Tabungan Ibu Bersalin
Tabungan ini sifatnya insidensial, keberadaannya terutama padasaat mulainya kehamilan
dan dapat berakhir pada saat seorang ibu sudah melahirkan. Tabungan ini akan sangat membantu
terutama bagi ibu hamil dan keluarganya pada saat menghadapi persalinan terutama masalah
kendala biaya sudah dapat teratasi.
Secara psikologis ibu akan merasa tenang menghadapi saat persalinan dank arena
pengelolaan. Tubulin biasanya oleh tokoh masyarakat atau petugas kesehatan, maka akan
menjamin akses ibu kepada petugas kesehatan. Perlindungan pembiayaan kesehatan sendiri
seharusnya dimiliki  setiap orang pada fase kehidupannya.
Tujuan diadakannya tubulin, antara lain:
1.      Menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia
2.      Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama ibu hamil
3.      Memotivasi masyarakat terutama ibu hamil, menyisihkan sebagian persiapan persalinan
Keberhasilan pemberdayaan perempuan di sector kesehatan juga terlihat pada indicator
persalinan yang ditolong medis.Intervensi yang dilakukan adalah menggiatkan penyuluhan ke
tengah masyarakat, khususnya dipedesaan dan menyediakan lebih banyak lagi pusat pelayanan
kesehatan masyarakat bersama tenaga medisnya. Pemberdayaan perempuan di sector kesehatan
telah berhasil meningkatkan usia harapan hidup perempuan.
Salah satu kegiatan isis adalah membuat tabungan ibu bersalin. Tubulin adalah salah satu
programa kesehatan yang dinilai sangat positif langsung menyentuh masyarakat.Tabungan yang
bersifat sosial ini sangat membantu warga, terutama mereka yang berekonomi rendah.Program
ini sangat tepat dan efektif dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Warga tidak akan
merasa terbebani dalam mendukung program tersebut karena penggalangan dana tabungan
dilakukuan melalui pola jimpitan, seperti iuran suka rela. 12
Melalui tubulin ibu hamil diharapkan bisa menabung sehingga saat melahirkan tidak
mengalami kesulitan biaya persalinan karena sudah ada dana tabungan tersebut. Tubulin
merupakan upaya yang sangat baik untuk menurunkan angka kematian ibu. Meskipun cara ini
belum 100% menjamin ibu hamil selamat dari kematian.
Tabungan ibu bersalin sudah dimulai sebelum ada desa siaga.Kita menerangkan ibu hamil
dan keluarganya tentang kegunaan program tersebut, baik dari kelas bawah sampai kelas atas.
Tabungan ini di bentuk berdasarkan RW dan posyandu.

Dasa Wisma
Dasa Wisma adalah bagian dari organisasi PKK yang berada di tingkat paling bawah yaitu suatu
kelompok yang beranggotakan 10 KK sampai dengan 20 KK yang diketuai oleh seseorang yang dipilih
oleh mereka. Dasa Wisma mengambil peranan yang sangat penting dan strategis dalam pemberdayaan
keluarga menuju masyarakat yang sejahtera. Banyak Program-program pokok PKK yang pelaksanaannya
justru di tingkat Dasa Wisma ini , terutama program sandang, pangan, kesehatan, pengembangan
kehidupan koperasi, pendidikan dan ketrampilan, kelestarian lingkungan hidup dan lain-lainnya.
Pembinaan Dasa Wisma sangat diperlukan guna lebih memberdayakan anggotanya agar lebih sejahtera.

Tabulin
1. Definisi
Tabulin adalah tabungan sosial yang dilakukan oleh calon pengantin, ibu hamil dan ibu yang akan hamil
maupun oleh masyarakat untuk biaya pemeriksaan kehamilan dan persalinan serta pemeliharaan
kesehatan selama nifas. penyetoran tabulin dilakukan sekali untuk satu masa kehamilan dan persalinan ke
dalam rekening tabulin.
2. Tujuan
a. Meningkatkan pemahaman, pengetahuan, pengelola dan masyarakat tentang tabulin.
b. Meningkatkan kemampuan para pengelola dan masyarakat dalam mengenali masalah potensi yang ada
dan menemukan alternative pemecahan masalah yang berkaitan dengan ibu hamil dan nifas.
c. Meningkatkan kesadaran, kepedulian pengelola dan masyarakat dalam penggerakan ibu hamil untuk
ANC, persalinan dengan tenaga kesehatan, PNC, serta penghimpunan dana masyarakat untuk ibu hamil,
bersalin dan ambulan desa
Tabulin (Tabungan Ibu bersalin) dan Dasolin (Dana Sosial Bersalin).
13
Tabulin berarti Tabungan yang dikumpulkan oleh si Ibu bersalin itu sendiri atau keluarganya dari
sejak awal kehamilan untuk memenuhi biaya persalinannya kelak di fasilitas kesehatan. Tabulin
merupakan penerapan konsep siaga yang paling dasar, karena kalau seorang ibu hamil maupun seorang
suami sudah mempersiapkan biaya persalinan sejak awal kehamilan melalui Tabulin berarti paling tidak
dia sudah menerapkan konsep ‘siaga’ untuk dirinya sendiri.
Berdasarkan pengamatan penulis hampir 90% ibu hamil yang penulis temui tidak memiliki
Tabulin dengan berbagai alasan antara lain : Pertama, Tidak ada uang yang bisa disisihkan dari
penghasilannya karena buat makan dan memenuhi kebutuhan sehari hari saja sudah mepet. Kedua,
menganggap tabungan untuk biaya persalinan tidaklah penting Karena toh ada SKTM yang bisa
meringankan biaya persalinan mereka. Ketiga, mereka yakin akan melahirkan secara normal dan tidak
akan mengalami komplikasi dan pasti biayanya murah.
Untuk alasan yang pertama memang tidak bisa kita pungkiri bahwa mereka memang benar2
orang yang tidak mampu dan memang tidak ada uang yang bias mereka sisihkan, tetapi bukan berarti
tidak ada solusi bagi persiapan biaya persalinan mereka. Dalam masalah ini maka kader dan tokoh
masyarakat setempat sangat dibutuhkan peranannya melalui pengumpulan Dasolin. Misalnya melalui
acara-acara pengajian atau arisan tokoh agama dan tokoh masyarakat mengajak pesertanya untuk
mengumpulkan dana membantu mempersiapkan biaya persalinan si ibu ”A” yang memang semua warga
sudah tahu dengan kondisi ekonominya. Misalnya pesertanya ada 50 orang dan setiap orang
mengeluarkan Rp.1000 setiap bulannya maka sampai waktu persalinannya ibu ”A” sudah mempunyai
Dasolin sebesar Rp.450.000 yang bisa digunakan untuk biaya persalinan di ibu bidan. Apabila hal ini
sudah berjalan maka tidak ada lagi ibu hamil yang menggantungkan biaya persalinannya kepada
pemerintah. Dan masyarakat yang demikian sudah bisa dikatakan sebagai masyarakat ”Siaga” dalam hal
kuratif.
Untuk alasan yang kedua, salah satu solusinya adalah memperketat persyaratan untuk
mendapatkan SKTM dan juga perlu dibuat aturan yang memaksa mereka harus menabung untuk biaya
persalinannya. Misalnya bidan tempat si ibu melakukan ANC mewajibkan setiap ibu hamil yang periksa
di tempat dia untuk menabung di ibu bidan dengan pengadministrasian yang baik dan bisa dipercaya.
Untuk alasan yang ketiga dibutuhkan peran tenaga kesehatan untuk mendeteksi sedini mungkin kelainan
atau faktor resiko kehamilan si ibu sehingga bisa diberikan informasi sedini mungkin ke ibu hamil dan
keluarganya bahwa nanti persalinannya harus melalui operasi atau tindakan lain. Sehingga ibu dan
keluarganya juga akan sudah tahu bahwa persalinannya akan membutuhkan biaya yang besar dan akan
mempersiapkannya.
14
Donor darah berjalan
Donor darah berjalan merupakan salah satu strategi yang dilakukan Departemen
Kesehatan dalam hal ini direktorat Bina Kesehatan Ibu. Melalui program pemberdayaan
perempuan, keluarga dan masyarakat, dalam upaya mempercepat penurunan AKl.
Donor darah berjalan adalah para donor aktif yang kapan saja bisa dipanggil. Termasuk kerja
mobil ambulance dilapangan yang mendatangi instansi pemerintahan dan swasta terkait sediaan
darah lewat program yang mereka buat.
Untuk menguatkan program tersebut Menteri Kesehatan Dr.dr. Siti Fadilah Supari,
Sp.JP(K) mencanangkan dimulainya penempelan stiker perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) secara nasional. Dengan pencanangan ini, semua rumah yang di dalamnya
terdapat ibu hamil akan ditempeli stiker berisi nama, tanggal taksiran persalinan, penolong
persalinan, tempat persalinan, pendamping persalinan, transportasi dan calon pendonor darah.
Dengan demikian, setiap kehamilan sampai dengan persalinan dan nifas dapai dipantau oleh
masyarakat sekitar dan tenaga kesehatan sehingga persalinan tersebut berjalan dengan aman dan
selamat.
Kebutuhan akan darah dari tahun ke tahun semakin meningkat yaitu mencapai 3 juta
kantong per tahun. Sementara PMI setiap tahunnya hanya dapat mengumpulkan sekitar 1.2 juta
kantong. Masih kurangnya jumlah kantong darah yang harus dikumpulkan disebabkan masih
minimnya geliat masyarakat untuk mendonorkan darah mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan
penggalangan Donor Darah Sukarela (DDS).
Dari sudut medis tindakan menyumbang darah merupakan kebiasaan baik bagi kesehatan
pendonor. Salah satunya, dengan berdonor darah secara teratur secara tidak langsung pendonor
telah melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur pula. Karena sebelum mendonorkan darah
terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan kesehatan secara lengkap.
Darah yang disumbangkan dapat expired (kedaluwarsa) bila tidak terpakai. Sel-sel darah
merah harus digunakan dalam 42 hari. Platelet harus digunakan dalam 5 hari, dan plasma dapat
dibekukan dan digunakan dalam jangka waktu 1 tahun. Selain itu, donor darah akan membantu
menurunkan risiko terkena serangan jantung dan masalah jantung lainnya. Penelitian
menunjukkan, mendonorkan darah akan mengurangi kelebihan zat besi dalam tubuh.

15
Walau masih perlu penelitian lagi untuk memastikannya, kelebihan zat besi diduga
berperan menimbulkan kelainan pada jantung. Kelebihan itu akan membuat kolesterol jahat
(LDL) membentuk ateros/derosis (plak lemak yang akan menyumbat pembuluh darah).
Jika donor darah dilakukan 2-3 kali setahun, atau setiap 4 bulan sekali, diharapkan
kekentalan darah berkurang sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya penyumbatan
pembuluh darah. Sistem produksi sel - sel darah juga akan terus terpicu untuk memproduksi sel-
sel darah baru yang akan membawa oksigen keseluruh jaringan tubuh. Sirkulasi darah yang baik
akan meningkatkan metabolisme dan merevitalisasi tubuh.
Siklus pembentukan sel-sel darah baru yang lancar dan metabolisme tubuh yang berjalan
baik, membuat berbagai penyakit dapat dihindarkan. Selama 24 jam setelah berdonor maka
volume darah akan kembali normal. Sel-sel darah akan dibentuk kembali dalam waktu 4-8
minggu.
Adapun donor darah dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu :
1. Fasilitasi warga untuk menyepakati pentingnya mengetahui golongan darah.
2. Jika warga belum mengetahui golongan darahnya, maka perlu dilakukan pemeriksaan
golongan darah bagi seluruh warga yang memenuhi syarat untuk menjadi donor darah.
3. Hubungi pihak Puskesmas untuk menyelenggarakan pemeriksaan darah. Jika Puskesmas tidak
mempunyai layanan pemeriksaan darah, maka mintalah Puskesmas melakukan rujukan. Jika
diperlukan hubungi unit tranfusi darah PMI terdekat.
4. Buatlah daftar golongan darah ibu hamil dan perkiraan waktu lahir, kumpulkan nama warga
yang mempunyai golongan darah yang sama dengan ibu hamil. Catat nama dan alamat mereka
ataupun cara menghubungi yang tercepat dari semua warga yang bergolongan darah sama
dengan ibu hamil.
5. Usahakan semua ibu hamil memiliki daftar calon donor darah yang sesuai dengan golongan
darahnya.
6. Buatlah kesepakatan dengan para calon donor darah untuk selalu siap 24 jam, sewaktu-waktu
ibu hamil memerlukan tranfusi.
7. Buat kesepakatan dengan Unit Tranfusi darah, agar para warga yang telah bersedia menjadi
pendonor darah diprioritaskan untuk diambil darahnya, terutama tranfusi bagi ibu bersalin yang
membutuhkannya.
16
8. Kader berperan memotivasi serta mencari sukarelawan apabila ada salah seorang warganya
yang membutuhkan darah.

Ambulance desa
1. Definisi
Ambulan desa adalah salah satu bentuk semangat gotong royong dan saling peduli sesama warga
desa dalam sistem rujukan dari desa ke unit rujukan kesehatan yang berbentuk alat transportasi.
 Ambulan desa adalah suatu alat transportasi yang dapat digunakan untuk mengantarkan warga
yang membutuhkan pertolongan dan perawatan di tempat pelayanan kesehatan.

2. Tujuan:
a. Tujuan umum
Mempercepat penurunan AKI karena hamil, nifas dan melahirkan.
b. Tujuan khusus
Mempercepat pelayanan kegawat daruratan masa1ah kesehatan, bencana serta kesiapsiagaan
mengatasi masalah kesehatan yang terjadi atau mungkin terjadi.

3. Sasaran
Pihak-pihak yang berpengaruh terhadap perubahan prilaku individu dan keluarga yang dapat
menciptakan iklim yang kondusif terhadap perubahan prilaku tersebut. Semua individu dan
keluarga yang tanggap dan peduli terhadap permasalahan kesehatan dalam hal ini kesiapsiagaan
memenuhi sarana transportasi sebagai ambulan desa.

4. Kriteria
a. Kendaraan yang bermesin yang sesuai standart (mobil sehat)
b. Mobil pribadi, perusahaan, pemerintah pengusaha .
c. ONLINE (siap pakai)

17
5. Indikator Proses Pembentukan Ambulan Desa.
a. Ada forum kesehatan desa yang aktif

b. Gerakan bersama atau gotong royong oleh masyarakat dalam upaya mencegah dan mengatasi
masalah kesehatan. bencana serta kegawat daruratan kesehatan dengan pengendalian faktor
resikonya.
c. UKBM berkualitas
d. Pengamatan dan pemantauan masalah kesehatan.
e. Penurunan kasus masalah kesehatan, bencana atau kegawat daruratan kesehatan.

KB – KIA         
KB – KIA adalah kegiatan kelompok belajar kesehatan ibu dan anak yang anggotanya meliputi
ibu hamil dan menyusui.

Tujuan
a. Tujuan Umum
Agar ibu hamil dan menyusui tahu cara yang baik untuk menjaga kesehatan sendiri dan anaknya,
tahu pentingnya pemeriksaan ke puskesmas dan posyandu atau tenaga kesehatan lain pada masa
hamil dan menyusui serta adanya keinginan untuk ikut menggunakan kontrasepsi yang efektif
dan tepat.
b. Tujuan Khusus
Memberi pengetahuan kepada ibu tentang hygiene perorangan pentingnya menjaga kesehatan,
kesehatan ibu untuk kepentingan janin, jalannya proses persalinan, persiapan menyusui dan KB.

Kebijakan
a. Kegiatan harus disesuaikan dengan kesehatan ibu dan masalah yang ada.
b. Pelaksanaannya dilakukan setiap minggu dengan materi dasar yang harus di review terus.
c. Metode yang digunakan adalah demonstrasi dengan materi dan pembicara berganti - ganti.
d. Tenaga pelatih atau pengajar adalah orang yang ahli di bidangnya.
e. Tempat pertemuan adalah di ruang tunggu puskesmas, kelurahan atau tempat lain yang dikenal
masyarakat 18

f. Lamanya pelatihan tiap hari tidak lebih dari 1 jam.


g. Beri teori 20 menit, selebihnya adalah demontrasi

Materi Kegiatan
a. Pemeliharaan diri waktu hamil
b. Makanan ibu dan bayi
c. Pencegahan infeksi dengan imunisasi
d. Keluarga Berencana
e. Perawatan payudara dan hygiene perorangan.
f. Rencana persalinan
g. Tanda-tanda persalinan

Kegiatan yang dilakukan


a. Pakaian dan perawatan bayi
b. Contoh makanan sehat untuk ibu hamil dan menyusui
c. Makanan bayi
d. Perawatan payudara sebelum dan setelah persalinan
e. Peralatan yang diperlukan ibu hamil dan menyusui
f. Cara memandikan bayi
g. Demontrasi tentang alat kontrsepsi dan cara penggunaanya

Pelaksana
a. Pelaksana utama meliputi dokter puskesmas, pengelola KIA, Kader, Bidan.
b. Pelaksana pendukung meliputi camat, kades, pengurus LKMD, tokoh masyarakat.
c. Pelaksana pembina meliputi sub din KIA Propinsi, tim pengelola KIA kabupaten.
 
Faktor Penentu Keberhasilan
a. Faktor manusia
b. Faktor sarana (tempat)
c. Faktor prasarana (fasilitas). 19

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang
kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul ”KESEHATAN MASYARAKAT”. Dalam
penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap
agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Pekanbaru,12 Mei 2014

Penulis
i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………ii
PEMBAHASAN
PERAN SERTA MASYARAKAT (PSM) ………………………………………..1

1.1 Peran serta masyarakat ……………………………………………………………….1-2


1.2 Tujuan PSM ………………………………………………………………………………….2
1.3 Tahap-tahap dan tingkat PSM ……………………………………………………..3
1.4 Tingkat PSM …………………………………………………………………………………3
1.5 Bentuk-bentuk PSM …………………………………………………………………….3
1.6 Pengembangan PSM …………………………………………………………………..4-5
1.7 Pembinaan PSM ………………………………………………………………………….5

PENGEMBANGAN WAHANA/PSM …………………………………………..6

BENTUK OPERASIONAL PERAN SERTA MASYARAKAT


2.1 POD …………………………………………………………………..7-8
2.2 Polindes ……………………………………………………………….9-12
2.3 Tabungan ibu bersalin ……………………………………………….12-13
2.4 Dasa wisma …………………………………………………………..13
2.5 Tabulin ……………………………………………………………....13-14
2.6 Donor darah berjalan …………………………………………………15-17
2.7 Ambulance desa ……………………………………………………...17-18
2.8 Kelompok KIA ………………………………………………………18-19

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………… 20

ii
DAFTAR PUSTAKA

http://gemitaselaludihati.blogspot.com/2013/07/pengembangan-
wahanaforum-psm-berperan.html

Iqbal,wahit(2012).ilmu kesehatan masyarakat.Jakarta:Salemba Medika.


20

Anda mungkin juga menyukai