Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, salah
satu agenda pembangunan nasional adalah mengurangi kesenjangan antara
wilayah yang tercermin dari meningkatnya peran pedesaan sebagai basis
pertumbuhan ekonomi dan membaiknya indeks pembangunan manusia
(IPM). Pembangunan kesehatan yang merupakan salah satu program prioritas
dalam mewujudkan agenda pembangunan nasional mempunyai arah
kebijakan yaitu meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya angka harapan
hidup, menurunnya angka kematian bayi dan ibu melahirkan dan
meningkatnya status gizi masyarakat. Sesuai dengan deklarasi Alma Ata
tahun 1978 salah satu pendekatan dalam pembangunan kesehatan adalah
pendekatan kesehatan masyarakat melalui partisipasi masyarakat.
Setiap kelompok masyarakat tentu mempunyai masalahnya masing-
masing. Salah satunya adalah masalah dalam bidang kesehatan. Dalam
keadaan ini, ada masyarakat yang memahami masalah yang terjadi
di sekitarnya. Namun, juga banyak masyarakat yang tidak mengetahui dan
mengenal masalah yang ada di sekitarnya bahkan juga ada masyarakat yang
tidak mengetahui potensi yang ada dalam diri mereka masing-masing.
Manajemen partisipatif berkaitan dengan organisasi, pekerja dan
stakeholder terutama dalam hal pengambilan keputusan. Kunci utama
manajemen partisipasi adalah mewujudkan pelaksanaan manajemen yang
lebih baik seperti sistem manajemen mutu, hubungan karyawan, integrasi
rancangan (perencanaan) dan kinerja tim yang merupakan faktor kritis
menuju keunggulan bersaing baik organisasi private maupun publik (Lawler
1996:Branch, 2002).
Kader desa adalah tenaga sukarela yang terdidik dan terlatih dalam
bidangtertentu, yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat dan merasa

1
berkewajiban untuk melaksanakan, meningkatkan dan membina kesejahtraan
masyarakat dengan rasa ikhlas tanpa pamrih dengan di dasari
panggilan untuk melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan.
Adanya masalah dan ketidakmampuan mengenali masalah dari
masyarakat serta penyelesaiaan yang berhubungan dengan potensi yang ada
pada mereka merupakan salah satu hal yang harus ditangani dalam upaya
untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam suatu kelompok
masyarakat. Agar masyarakat menjadi masyarakat yang mampu
memberdayakan potensi yang ada di dalam diri mereka dalam upaya
mengenal dan menyelesaikan masalah yang ada. Baik secara individu ataupun
dengan kader kesehatan.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami membahas
tentang partisipasi sosial, bagaimana masyarakat mampu untuk
mengenal dirinya, mamahami potensi yang ada dalam diri mereka,
mengetahui memahami masalah yang terjadi disekitarnya dan
penyadaran masyarakat untuk menyelesaikan masalah yang mereka alami.

B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan konsep sosial, partisipasi dan kader dalam
pengorganisasian dan pengembangan masyarakat ?

C. Tujuan Penulisan
Mengetahui dan memahami tentang konsep sosial, partisipasi dan kader
dalam pengorganisasian dan pengembangan masyarakat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Persiapan Sosial


Dalam praktik perawatan kesehatan tujuan sosial adalah mengajak
partisipasi atau peran serta masyarakat sejak awal kegiatan
selanjutnya sampai dengan perencanaan program, pelaksanaan hingga
pengembangan program praktik perawatan kesehatan masyarakat. Kegiatan-
kegiatan dalam persiapan sosial ini lebih ditekankan kepada persiapan yang
harus dilakukan baik aspek teknis, administratif dan program-
program kesehatan yang akan dilaksanakan.
1. Pengenalan Masyarakat
Tahap pengenalan masyarakat dapat dilakukan melalui jalur formal
(informal leader), sebagai pihak yang bertanggung jawab secara
teknis administratif dan birokratif suatu wilayah yang akan dijadikan
daerah binaan. Pendekatan terhadap informal leader umumnya melalui
pemerintahan setempat yang bertanggung jawab terhadap wilayah
tersebut dan pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) atau instansi
terkait yang bertanggung jawab dalam bidang kesehatan masyarakat.
Pendekatan ini didahului melalui surat permintaan daerah
binaan yang akan dijadikan lahan praktik dilengkapi proposal
rencana pembinaan suatu daerah binaan. Setelah ada persetujuan dari
instansi terkait yang menangani kegiatan tersebut, langkah selanjutnya
yang harus ditempuh adalah mengadakan pendekatan terhadap
tokoh-tokoh informal yang ada di wilayah tersebut. Diantaranya
adalah tokoh-tokoh masyarakat seperti sesepuh, pemuka agama, guru,
tokoh pemuda, ketua PKK, dasawisma, ketua PKMD/LKMD dan
sebagainya. Hal ini penting untuk mendapatkan dukungan dalam
pelaksanaan kegiatan yang akan dijalankan. Tanpa bantuan tokoh-tokoh
informal kegiatan- kegiatan yang akan dilaksanakan sulit untuk mencapai
hasil yang maksimal. Seperti kita ketahui bahwa tokoh-tokoh

3
informal dalam masyarakat pada umumnya merupakan panutan
dari masyarakat secara keseluruhan dan mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap kegiatan masyarakat secara keseluruhan. Oleh
karena itu petugas datang ketengah-tengah masyarakat dengan hati yang
terbuka dan kemauan serta keiginan untuk lebih mengenal
masyarakat sebagaimana adanya sambil menyampaikan maksud dan
tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam melaksanakan pembinaan
perawatan kesehatan masyarakat. Pendekatan tokoh-tokoh informal
hendaknya lebih ditujukan kepada PKMD/LKMD, PKK, kader kesehatan
dan dasa wisma atau promotor kesehatan desa yang berkaitan erat
dengan pemeliharaan dan perawatan kesehatan masyarakat.
Hal ini penting dilakukan karena masyarakat Indonesia masih
bersifat paternalistik, dengan dikenalnya pemimpin-pemimpin masyarakat
formal dan informal, diharapkan penyebaran gagasan dan kegiatan
mendapat dukungan penuh dari masyarakat, sehingga mereka
berpartisipasi secara penuh dalam kegiatan tersebut.
2. Pengenalan Masalah
Untuk dapat mengenal masalah kesehatan masyarakat
secara menyeluruh yang benar-benar menjadi kebutuhan masyarakat
saat ini, diperlukan interaksi dan interelasi dengan masyarakat
setempat secara mendalam. Hal ini dapat dikakukan melalui survey
kesehatan masyarakat dalam ruang lingkup terbatas. Sehingga masalah-
masalah yang dirumuskan benar-benar masalah yang menjadi
kebutuhan masyarakat setempat. Oleh karena itu keterlibatan
masyarakat mulai saat ini sangat diperlukan, sehingga mereka manyadari
sepenuhnya masalah yang mereka hadapi dan sadar bagaimana
cara mengatasi masalah tesebut, dan hal ini sangat menentukan
keberhasilan program perawatan kesehatan masyarakat secara
keseluruhan.
Dalam tahap ini mungkin ditemukan banyak masalah kesehatan
masyarakat yang sangat beragam diantaranya masalah gizi
masyarakat, keluarga berencana, pelayanan kesehatan ibu dan anak,

4
imunisasi dan sebagainya. Agar masalah tersebut dapat diatasi secara baik,
maka perlu dilakukan menyusun skala prioritas penanggulangan masalah
bersama-sama masyakat formal dan informal.
3. Penyadaran Masyarakat
Tujuan tahap ini adalah menyadarkan masyarakat agar mereka :
a. Menyadari masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang
mereka hadapi.
b. Secara sadar mereka mau ikut berpartisipasi dalam kegiatan
penanggulangan masalah kesehatan dan keperawatan yang
mereka hadapi.
c. Mereka tahu cara memenuhi kebutuhan-kebutuhan akan upaya
pelayanan kesehatan dan keperawatan sesuai dengan potensi
dan sumber daya yang ada pada mereka.
Agar masyarakat dapat menyadari masalah dan kebutuhan mereka
akan pelayanan kesehatan dan keperawatan diperlukan suatu mekanisme
yang terencana dan terorganisasi dengan baik, seperti kita ketahui
berbagai istilah yang sering dipergunakan dalam rangka menyadarkan
masyarakat, yaitu :
a. Lokakarya mini kesehatan
b. Musyawarah masyarakat desa
c. Rembuk desa
Hal ini dilakukan untuk menyadarkan, membicarakan
langkah- langkah yang akan ditempuh dalam penanggulanagan masalah,
penyusunan program kegiatan yang menyangkut petugas, biaya, sarana
dan prasarana serta bentuk-bentuk kerjasama lintas sektoral dari instansi
terkait maupun lintas program, sehingga jelas peranan-peranan yang
harus dilaksanakan oleh masing-masing pihak yang berkepentingan
dalam mencapai tujuan masyarakat yang lebih luas.
Hal-hal yang mendapat perhatian dalam penyadaran masalah adalah :
a. Libatkan masyarakat secara keseluruhan baik formal maupun
informal, sehingga mereka sadar bahwa itu adalah masalah mereka
bersama yang perlu segera diatasi

5
b. Dalam menyusun rencana penanggulangan masalah, sesuaikan
dengan potensi dan sumber daya yang ada pada masyarakat
c. Hindari konflik dari berbagai kepentingan dalam masyarakat
d. Kesadaran dari kelompok-kelompok kecil masyarakat hendaknya
disebarkan kepada kelompok masyarakat yang lebih luas
e. Adakan interaksi dan interalasi dengan tokoh-tokoh masyarakat
secara intensif dan akrab, sehingga mereka dapat dimanfaatkan untuk
usaha motivasi, komunikasi sehingga dapat menggugah
kesadaran masyarakat
f. Dalam mengatasi sifat-sifat paternalistik masyarakat dapat
memanfaatkan jalur kepemimpinan masyarakat setempat dalam
mendapatkan legitimasi dari pihak pemerintah setempat untuk
mempercepat kesadaran masyarakat
Setelah rencana penanggulangan masalah disusun dalam
mini lokakarya, atau dalam musyawarah masyarakat desa, maka
langkah selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun. Dan beberapa hal yang harus
dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan
masalah kesehatan masyarakat adalah :
a. Pilihlah kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat .
b. Libatkan peranserta masyarakat secara aktif dalam upaya
penanggulangan maslah.
c. Kegiatan disesuaikan dengan kemampuan, waktu dan sumberdaya
yang tersedia di masyarakat.
d. Tumbuhkan rasa percaya diri masyarakat bahwa mereka
mempunyai kemampuan dalam penanggulangan masalah
Penilaian dapat dilakukan setelah pelaksanaan dijalankan dalam jangka
waktu tertentu.

6
Dalam melakukan penilaian dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu :
a. Selama Kegiatan Berlangsung, disebut juga penilaian formatif,
penilaian ini dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan kegiatan
yang dijalankan sesuai perencanaan penanggulangan masalah yang
disusun. Penilaian semacam ini juga dapat disebut dengan monitoring.
Sehingga dapat diketahui perkembangan hasil yang akan dicapai.
b. Penilaian Setelah Program Selesai Dilaksanakan, disebut juga
penilaian sumatif, penilaian ini dilakukan setelah melalui
jangka waktu tertentu dari kegiatan yang dilakukan, atau disebutkan
juga penilaian pada akhir program. Sehingga dapat diketahui apakah
tujuan atau target tertentu dalam pelayanan kesehatan telah tercapai
atau belum.

B. Konsep Partisipasi
1. Urgensi Partisipasi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia urgensi adalah hal yang sangat
penting atau keharusan yang sangat mendesak untuk diselesaikan, dengan
demikian mengandaikan ada suatu masalah dan harus segera ditindak
lanjuti. Partisipasi dalam berbagai hal harus memposisikan masyarakat
sebagai subjekyang aktifdalam semua proses kehidupan bermasyarakat.
Untuk itu partisipasi masyarakat harus diberi ruang yang luas, sehingga
tercapainya masyarakat yang berdasarkan partisipasi.
2. Esensi Partisipasi
Esensi mengalami perubahan sesuai dengan konsep penggunaannya,
sehingga esensi ialah pada konsepnya sendiri. Menurut Thomas Aquinas
adalah sesuatu yang terlepas dari persoalan apakah sesuatu itu ada atau
tidak. Oleh karena itu partisipasi dari masyarakat tidak terlepas dari
keinginan masyarakat yang terendam, sehingga jelasnya persoalan apa yang
dimaksudkan dalam hal partisipasi di lingkungan tempat tinggalnya.

7
3. Metode Pendekatan Partisipasi
a. Mobilisasi
Partisipasi dalam tahap ini dicirikan oleh adanya penggunaan
teknologi luar tanpa minta pendapat dari masyarakat, dan masyarakat
dikerahkan untuk melaksanakannya. Mobilisasi dikritik karena dianggap
bukan menyertakan masyarakat melainkan mengerahkan masyarakat,
atau keikutsertaan masyarakat dalam suatu kegiatan tidak lahir secara
sukarela melainkan dengan cara diperintah atau dipaksa. Karena itu tahap
mobilisasi dianggap sama sekali tidak partisipatif, bahkan bertentangan
dengan prinsip-prinsip pendekatan partisipatif. Dengan cara mobilisasi
sering kali masyarakat hanya dijadikan obyek pembangunan.
b. Pengenalan Partisipasi
Tahap partisipasi jenis ini memiliki ciri adanya penggunaan
teknologi luar yang tanpa meminta pendapat dari masyarakat.
Keterlibatan masyarakat dalam hal ini masih terbatas, seringkali sebagai
obyek percobaan penggunaan teknologi baru. Masyarakat memang
diminta untuk melakukan uji coba secara terbatas sebelum memutuskan
apakah suatu kegiatan atau teknologi akan diterapkan lebih luas. Tetapi
apa yang disebut partisipasi masyarakat sesungguhnya belum tumbuh
benar. Artinya rancangan kegiatan dan keputusan tentang jenis kegiatan
atau teknologi yang diadobsi masih ditentukan oleh orang luar, bukan
oleh masyarakat sendiri sehingga nyaris menempatkan mereka sebagai
sekedar pelaksana kegiatan saja.
c. Pemberdayaan Masyarakat
Tahap ini memiliki ciri adanya teknologi tepat guna yang
diperkenalkan dan masyarakat didorong atau diberikan motivasi untuk
meningkatkan kemampuannya. Pada tahap ini, keterlibatan masyarakat
mulai menjadi pertimbangan utama dalam prosesperencanaan,
pelaksanaan, maupun penilaian hasil program. Tetapi karena selama ini
masyarakat jarang diberi kesempatan untuk berperan aktif, maka orang
luar (lembaga program) masih harus memotivasi masyarakt agar mau
berperan aktif dan mampu menentukan pilihan teknologi atau kegiatan.

8
d. Kesetaraan/ Kesejajaran
Ciri-ciri pokok partisipasi dalam tahap ini antara lain teknoloi local
dipergunakan, teknologi tepat guna dari luar diperkenalkan dan
masyarakat sudah mampu memilih teknologi yang paling cocok untuk
dirinya sendiri. Tahap ini bisa disebut sebagai bentuk partisipasi yang
paling ideal. Orang luar menjadi mitra sejajar masyarakat (orang dalam).
Masyarakat sudah memiliki kemauan dan kemampuan untuk menetukan
apa yang terbaik bagi peningkatan kesejahteraan hidupnya. Program
direncanakan, dilaksanakan serta dinilai bersama masyarakat.
4. Mewujudkan Masyarakat Partisipasi
Menurut Holil (1980;9-10) unsur- unsur dalam partisipasi social yang juga
dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat adalah :
a. Kepercayaan dari masyarakat
b. Solidaritas dan integritas social masyarakat
c. Tanggung jawab social dan komitmen masyarakat
d. Kemauan dan kemampuan untuk mengubah atau memperbaiki keadaan
dan membangun atas kekuasaan sendiri
e. Prakarsa masyarakat atau prakarsa perseorangan yang diterima dan
diikuti menjadi milik masyarakat
f. Kepentingan umum murni, setidak-tidaknya umum dalam lingkungan
masyarakat yang bersangkutan dalam pengertian bukan kepentingan
umum yang semu karena penunggangan oleh kepentingan perseorangan
atau sebagian kecil dari masyarakat.
g. Organisasi, keputusan rasional dan efisiensi usaha
h. Musyawarah untuk mufakat dalam pengambilan keputusan
i. Kepekaan dan ketanggapan masyarakat terhadap masalah, kebutuhan-
kebutuhan dan kepentingan- kepentingan umum masyarakat.
Factor yang mempengaruhi partisipasi dalam suatu program kerja dapat
berasal dari unsur luar/ lingkungan. Menurut Holil (1980: 10) ada 4 poin yang
dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat yang berasal dari luar/ lingkungan,
yaitu :

9
a. Komunikasi yang intensif antara sesame warga masyarakat, antara warga
masyarakat dengan pimpinannya serta antara system social didalam
masyarakat dengan system di luarnya.
b. Iklim social, ekonomi, politik dan budaya, baik dalam kehidupan
keluarga, pergaulan, permainan, sekolah maupun masyarakat dan bangsa
yang menguntungkan bagi serta mendorong tumbuh dan berkembangnya
partisipasi masyarakat.
c. Kesempatan untuk berpartisipasi. Keadaan lingkungan serta proses dan
struktur social, system nilai dan norma-norma yang memungkinkan dan
mendorong terjadinya partisipasi social.
d. Kebebasan untuk berprakarsa dan berkreasi. Lingkungan didalam
keluarga masyarakat atau lingkungan politik, social, budaya yang
memungkinkan dan mendorong timbul dan berkembangnya prakarsa,
gagasan perseorangan atau kelompok.
5. Peran Organisasi Dalam Partisipasi
Dalam berorganisasi setiap individu dapat berinteraksi dengan semua
struktur yang terkait baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung
kepada organisasi yang mereka pilih. Agar dapat berinteraksi secara efektif
individu bisa berpartisipasi pada organisasi yang bersangkutan. Dengan
berpartisipasi setiap individu dapat lebih mengetahui hal-hal apa saja yang
harus dilakukan.
Pada dasarnya partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental
atau pikiran dan emosi perasaan seseorang didalam situasi kelompok yang
mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam
usaha mencapai tujuan. Keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya
berarti keterlibatan jasmaniah semata. Partisipasi dapat diartikan sebagai
keterlibatan mental, pikiran dan emosi atau perasaan seseorang dalam situasi
kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada
kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab
terhadap usaha yang bersangkutan.

10
C. Konsep Kaderisasi
1. Pengertian
Kaderisasi adalah proses pendidikan jangka panjang untuk
pengoptimalan potensi- potensi kader dengan cara mentransfer dan
menanamkan nilai-nilai tertentu, hingga nantinya akan melahirkan kader-
kader yang tangguh.
2. Peran kader
Saat ini pada umumnya kader kesehatan ada beberapa kelompok, misalnya :
a. Kader posyandu balita
Kader yang bertugas di pos pelayanan terpadu (posyandu) dengan
kegiatan rutin setiap bulannya melakukan pendaftaran, pencatatan,
penimbangan bayi dan balita
b. Kader posyandu lansia
Kader yang bertugas diposyandu lanjut usia (lansia) dengan kegiatan
rutin setiap bulannya membantu petugas kesehatan saat pemeriksaan
kesehatan pasien lansia.
c. Kader gizi
Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan
pendataan, penimbangan bayi dan balita yang mengalami gangguan gizi
(malnutrisi)
d. Kader kesehatan ibu dan anak (KIA) kader KPKIA
Kader yang bertugas membantu bidan puskesmas melakukan pendataan,
pemeriksaan ibu hamil dan anak- anak yang mengalami gangguan
kesehatan (penyakit)
e. Kader keluarga berencana (KB)
Kader yang bertugas membantu petugas KB melakukan pendataan,
pelaksanaan pelayanan KB kepada pasangan usia subur di lingkungan
tempat tinggalnya.
f. Kader juru pengamatan jentik (Jumantik)
Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan
pendataan dan pemeriksaan jentik nyamuk dirumah penduduk sekitar
wilayah kerja puskesmas.

11
g. Kader upaya kesehatan kerja (UKK)
Kader yang membantu petugas puskesmas melakukan pendataan dan
pemeriksaan kesehatan tenaga kerja di lingkungan pos tempat kerjanya.
h. Kader promosi kesehatan (Promkes) kader PHBS
Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan
penyuluhan kesehatan secara perseorangan maupun dalam kelompok
masyarakat.
i. Kader upaya kesehatan sekolah (UKS)
Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan
penjaringan dan pemeriksaan kesehatan anak- anak usia sekolah pada pos
pelayanan UKS
3. Peran petugas kesehatan terhadap kader kesehatan
a. Pendamping dan pengarah dalam pelayanan
b. Penghubung masyarakat pada memberi pelayanan
c. Menjadi contoh dan motivator dalam kegiatan
d. Menjaga kelangsungan kegiatan
e. Melaksanakan pembinaan dan pelatihan terhadap kader kesehatan
f. Melaksanakan koordinasi antara kader kesehatan dan tenaga kesehatan
g. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksaan kegiatan kader kesehatan
h. Melaksanakan evaluasi kegiatan bersama kader kesehatan.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada konsep persiapan social, konsep partisipasi dan kederisasi obyek
utamanya adalah masyarakat karena tanpa adanya masyarakat tidak akan
berjalan ketiga poin tersebut. Dalam pengembangan dan pengorganisasian
masyarakat, petugas kesehatan memegang peranan penting untuk
menciptakan situasi belajar mengajar tertentu yang membuat
masyarakat khususnya kader kesehatan, dasawisma, memperoleh
pengalaman belajar yang optimal dari kegiatan- kegiatan yang
dilaksanakan. Agar masyarakat menjadi masyarakat yang mampu
memberdayakan potensi yang ada di dalam diri mereka dalam upaya
mengenal dan menyelesaikan masalah yang ada, baik secara individu ataupun
dengan kader kesehatan.

B. Saran
Dalam konsep persiapan sosial, partisipasi dan kaderisasi dalam upaya
pengorganisasian dan pengembangan masyarakat hal utama yang
harus dikuasai oleh tenaga kesehatan adalah untuk mampu untuk
mengenali masyarakat, masalah yang ada dalam masyarakat dan penyadaran
masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anggaran Responsif Gender, Konsep dan Aplikasi. Civic Education and Budget
Transparency Advocation (CiBa) Jakarta 2007

Haris Mudjiman, Rekayasa Sosial dan Pembanguanan Kwalitas Manusia,


Makalah Seminar di IKIP Semarang. 1988

Karsidi Ravik, Perorganisasian Potensi Pembangunan Masyarakat, Suatu Model


Menumbuhkan Partisipasi, KNPI Surakarta.1988

R. Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Humaniora Utama Press,


Bandung. 2001.

Sudjatmoko, Dimensi Manusia dalam Pembangunan, Pilihan karangan, LP3ES,


Jakarta, 1983.

14

Anda mungkin juga menyukai