TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1.1 Pengertian
Sarapan atau makan pagi berarti berbuka puasa setelah malam hari kita tidak
makan. Sarapan memutus masa “puasa” tersebut, bila puasa tersebut tidak disudahi
dengan makan pagi, cadangan gula darah (glukosa) dalam tubuh seseorang hanya
cukup untuk aktivitas dua-tiga jam di pagi hari. Kadar glukosa normal antara 70
hingga 110 mg/dl. Tanpa sarapan seseorang akan mengalami hipoglikemia atau kadar
Sarapan pagi bagi anak usia sekolah sangatlah penting karena waktu sekolah
adalah aktivitas yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup besar. Sarapan pagi
Sebagai pemasok energi awal, khususnya sebagai sumber energi glukosa bagi
otak, sarapan sangat dianjurkan terutama pada anak balita, anak-anak, remaja dan
wanita hamil. Glukosa sangat terlibat dalam mekanisme daya ingat kognitif (memori)
Hanya minum teh manis atau makan beberapa potong biskuit hingga
waktunya
vitamin dan
mineral yang menyehatkan. Sari buah alami dapat meningkatkan kadar gula darah
setelah semalaman kita tidak dapat makan. Setelah itu bisa dilanjutkan dengan
makan sereal, nasi atau roti. Menu pilihan lain berupa roti dan telur, bubur, susu, mi,
otak kita
kelaparan. Jika kita tidak mendapat glukosa yang cukup pada saat sarapan, maka
fungsi otak atau memori dapat terganggu. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Suzan E. Bagwel tahun 2008 (Loyola University New Orleans ) pada dua kelompok
populasi dengan kebiasaan sarapan yang rutin pada satu kelompok dan kebiasaan
(delapan) kata-kata yang sering ditemui oleh kedua kelompok tersebut untuk dihafal
selama lima menit, kemudian menuliskannya kembali dalam waktu satu menit. Hasil
dari tes tersebut didapatkan nilai rata-rata yang lebih tinggi pada kelompok dengan
performa lebih,
gampang berteman dan dapat menyelesaikan masalah dengan baik. Sedangkan anak
yang tidak sarapan, tidak dapat berpikir dengan baik dan selalu kelihatan malas.
58%
energi (terdiri dari 2/3 gula kompleks dan 1/3 gula cepat terserap). Sedangkan lemak
30% (2/3 lemak tidak jenuh dari nabati dan 1/3 asal hewani, ikan dan ternak) dari
Agar seimbang dan lengkap nilai gizinya, sarapan hendaknya tersusun dari jenis
pangan
seperti berikut:
1. Susu dan produk olahan susu
vitamin A, B2, dan D. Meski susu bergizi, namun masih ada kekurangan asam
amino esensial (penting dan mutlak ada tapi tidak dapat dibuat dalam tubuh)
kalsium dalam tubuh. Mineral kalsium sangat penting sebagai dasar masa
pertumbuhan tulang dan gizi. Satu liter susu mengandung protein setara
dengan empat butir telur. Susu sebanyak itu mencukupi kebutuhan bayi/balita
sebanyak 40% energi, 70% protein, >100% kalsium, >100% fosfor, 10% besi,
40% vitamin A, 10% vitamin D, 60% vitamin B1, >100% vitamin B2dan 40%
100% fosfor, 6% zat besi, 40% vitamin A, 30% vitamin B1, 60% vitamin B2
dan hanya 25% vitamin C. Protein sangat penting untuk membangun tubuh
transformasi dan asimilasi berbagai zat gizi (protein, lemak, karbohidrat) oleh
2. Telur
tyrosin dan ionin. Dibandingkan dengan daging, telur unggul pada semua
mentega atau madu kental. Di samping itu mentega juga sebagai sumber
khususnya bagi mereka yang bermasalah dengan kadar kolesterol atau ingin
tekanan terus (ketegangan otot). Selain sebagai sumber energi, serealia juga
kaya akan protein untuk melengkapi protein susu, khususnya karena kadar
( Choirul, 2006 )Pada anak usia 7-12 tahun kebutuhan tubuh akan energi
jauh lebih besar dibandingkan dengan sebelumnya, karena anak lebih banyak
melakukan aktivitas fisik seperti bermain, berolahraga, atau membantu orang tua.
Memasuki usia 10-12 tahun, akan semakin besar lagi kebutuhan energi serta zat-
zat gizinya dibandingkan dengan usia 7-9 tahun. Pada usia ini pemberian
makanan untuk anak laki-laki dan perempuan mulai dibedakan. Biasanya anak
laki-laki lebih aktif dan lebih banyak bergerak sehingga lebih banyak
membutuhkan konsumsi zat gizi dalam makanan mereka Perhatian khusus perlu
merupakan waktu makan. Yang penting, kebiasaan makan pagi sebelum anak
berangkat ke sekolah jangan sampai ditinggalkan. Makan pagi yang cukup akan
penurunan kadar gula darah yang berikat pada terganggunya konsentrasi anak
dalam menerima pelajaran di sekolah. Jika anak tidak sempat makan pagi di
rumah, jangan lupa mambawakan bekal makanan yang praktis dan higienis.
Berikan pengertian pada anak bahwa bekal yang dibawa dari rumah lebih sehat
dan bergizi ketimbang jajanan. Hendaknya anak tidak dibekali dengan makanan
yang praktis dan menarik namun memenuhi kelengkapan gizi yang diperlukan.
2.2 pengertian status gizi
Zat gizi (nutrient) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
menjadi zat gizi atau nutrient. Zat tersebut selanjutnya diserap melalui dinding
Pada dasarnya status gizi dapat dibedakan menjadi dua yaitu secara
a. Antropometri
(Proverawati,2011).
yaitu:
mendeteksi kegemukan.
Fajar,2008).
epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada
kelenjer tiroid.
jaringan.
individu.
Fajar, 2008).
mengantuk..
Berdaarkan hasil penelitian Wiyono (2008) pada 132 orang anak sekolah dsar
di Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru didapatkan sebanyak 41,7 % yang jarang
sarapan pagi dan 58,3 % sering sarapan pagi dan setelah dinilai status gizinya
didapatkan sebanyak 4,5 % yang berstatus gizi gemuk, 94,7 % berstatus gizi normal
dan 0,8 % berstatus gizi kurus. Hasil penelitian tersebut didapatkan adanya hubungan
antara kebiasaan sarapan pagi dengan status gizi anak sekolah dasar di Kecamatan
hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya atau antara
variabel satu dengan variabel lainnya dari masalah yang ingin diteliti
(Notoatmodjo,2010).
Gambar 1
Kerangka Konsep
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
desain Cross Sectional. Pada penelitian ini variabel independen dan variabel
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
penelitian ini adalah siswa SDN 17 Pandau Jaya yang berada di kelas V
dan VI yang berjumlah 264 siswa. Dengan jumlah siswa laki-laki 138
2. Sampel
n= N
1 + N (d)2
n= 264
1 + 264 (0,1)2
n= 264
1 + 264 (0,01)
n= 264
3,64
n = 72,52 = 73 orang
keterangan :
n = Besar Sampel
N = Besar Populasi
adalah teknik Proportional. dikarenakan jumlah siswa tiap kelas tidak sama
agar perimbangan sampel dari masing-masing kelas memadai.Teknik
(Usman, 2008).
Dengan rumus :
V −VI
xy
X
Keterangan :
y : Sampel penelitian
berikut :
tabel 3.1
V 121 264 73 34
VI 143 264 73 39
Jumlah 73
E. Definisi Operasional
Tabel 3.2
Variabel penelitian dan definisi operasional
1. Sumber Data
a. Data Primer
b. Data Skunder
anak dari media yang ditemui yang terkait dengan materi penelitian
dan data jumlah siswa SDN 17 Pekanbaru di dapatkan dari arsip data
siswa di SD tersebut.
Jenis data pada penelitian ini merupakan data primer yang dikumpulkan
melalui pengukuran tinggi badan dan berat badan dengan cara menghitung
telah terpilih namun tidak hadir pada saat pengukuan peneliti melakukan
H. Pengolahan Data
diperiksa apakah diisi dengan benar dan sudah dijawab oleh responden.
2. Pengkodean (Coding)
Melakukan pemeriksaan kode pada setiap data yang telah dikumpulkan
tertentu.
3. Tabulating (Tabulating)
Setelah dilakukan coding data, data diteliti untuk mendapatkan jumlah dan
bentuk data.
I. Analisis Data
persentase, hasil dari penelitian nantinya akan digunakan sebagai tolak ukur
F
p= x 100 %
N
Keterangan :
P = Persentase
N = Jumlah Soal