Oleh Kelompok 7:
Desi Puspitasari
P2.06.31.1.13.007
Iim Masunah
P2.06.31.1.13.017
Rofi Nuryanti
P2.06.31.1.13.028
P2.06.31.1.13.039
Sub Topik
Sasaran
Tempat
Hari, Tanggal
Waktu
: 30 menit
I.
II.
III.
SASARAN
Salah seorang ibu yang mempunyai anak balita
IV.
MATERI
1. Pengertian gizi seimbang
2. Manfaat gizi seimbang
3. Sumber gizi seimbang
4. Dampak dari asupan gizi tidak seimbang
V.
METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
VI.
MEDIA
1. Leaflet Gizi Seimbang
2. Daftar Bahan Penukar
3. Food Model
VII.
KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Klien hadir ditempat konseling
b. Penyelenggaraaan konseling dilaksanakan di rumah salah seorang ibu
yang mempunyai balita
c. Pengorganisasian penyelenggaraan konseling dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a. Klien antusias terhadap materi konseling
b. Klien mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil
a. Klien dapat memahami tentang materi konseling yang disampaikan
VIII.
KEGIATAN KONSELING
N
O
1
WAKTU
KEGIATAN
3 menit
Pembukaan:
KEGIATAN
KLIEN
Mengucapkan salam
Menjawab
Perkenalan
Menjawab
15 menit
Pelaksanaan:
Melakukan
pengkajian
(data Memperhatikan
data
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Pemaparan materi:
Memperhatikan
Memperhatikan
10 menit
Evaluasi:
2 menit
Memperhatikan
Menanyakan
kepada
pemaparan
materi
klien
yang
tentang Menjawab
telah
pertanyaan
disampaikan
Terminasi:
Menyimpulkan
materi
yang Mendengarkan
disampaikan
Mengucapkan terima
klien
Mengucapkan salam
kasih
kepada Menjawab
Menjawab salam
Materi Pelatihan
baik
kekurangan
atau
kelebihan
energi
dapat
energi
dan
protein
mengakibatkan
pertumbuhan
dan
sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus. Baik wasting
maupun stunting dibagi dalam tiga derajat. Seorang anak dapat mengalami
kedua hal tersebut berdasar penampilan yang ditunjukkan KEP akut derajat
berat dibedakan menjadi tiga bentuk :
1) Marasmus
Pada kasus marasmus anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya
Seperti orang tua. Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi yang lebih
dominan.
2) Kwashiorkor
Anak terlihat gemuk semu akibat oedema yaitu penumpukan cairan di
sela-sela sel dalam jaringan. walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot
tubuhnya mengalami pengurusan (wasting).
Edema dikarenakan kekurangan asupan protein secara akut (mendadak)
misalnya karena penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam tubuh
sudah habis.
3) Marasmus kwashiorkor
Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor.
Kejadian ini dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang meningkat
tidak dapat terpenuhi dari asupannya.
Ketiga bentuk di atas mengakibatkan anak menjadi tidak peduli dengan
lingkungan sekelilingnya dan perkembangannya terhambat. Selain itu, cairan
dan enzim pencernaan menurun sehingga anak sering menderita diare. Untuk
mengatasinya, diperlukan kesabaran dan tidak dapat langsung memberi
makanan yang berenergi dan berprotein tinggi. Pemberian diet harus bertahap
agar tubuh anak dapat melakukan penyesuaian.
2. Obesitas
Obesitas yaitu gangguan status kesehatan berupa timbunan lemak akibat
dari kelebihan asupan energi yang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh.
Tidak semua anak yang berat badannya di atas normal digolongkan obesitas.
Penggolongan ini harus disokong dengan berbagai pemeriksaan misalnya berat
badan terhadap tinggi badan dan tebalnya lipatan lemak di bawah kulit yang
jauh melebihi normal.
Anak dapat over weight (berat badan di atas normal), tetapi tidak obesitas
karena mempunyai struktur kerangka dan otot yang besar. Namun, Aven-Hen
(1992) berpendapat bahwa seorang balita yang over weight pada usia-usia
selanjutnya akan over weight, bahkan saat remaja dan dewasa akan mengalami
obesitas, hal ini dikarenakan jumlah sel lemak yang terlanjur berlebih sulit
diturunkan.
Timbulnya obesitas dipengaruhi berbagai factor diantaranya faktor
keturunan dan Iingkungan, Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi yang
tidak sesuai dengan penggunaan. Contoh obesitas sering ditemui pada anak
yang biasa duduk di depan televisi sambil makan atau disuapi.
Menurut Aven-Hen (1992), obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagal
berikut:
1) Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol.
2) Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.
3) Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.
4) Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat
sesuai keinginan orangtua.
5) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.
Obesitas sering menyebabkan berbagai gangguan kesehatan pada anak,
misalnya sering menderita penyakit infeksi terutama saluran pernapasan. Hal
ini dikarenakan respon pertahanan tubuh yang menurun dan hambatan gerakan
pernapasan oleh saluran pernapasan dan paru-paru. Pada anak obes juga sering
ditemui lecet-lecet di kulit akibat gesekan pada lipatan kulit. Selain itu,
obesitas merupakan faktor risiko timbulnya penyakit degeneratif (jantung
koroner, diabetes melitus, dan kanker).
Pada balita yang obes, risikonya semakin besar karena balita yang obes
cenderung seumur hidupnya obes. Penanggulangan obesitas lebih sulit dari
pencegahannya. Oleh karena itu, berilah makan secara teratur dengan jumlah
energi secukupnya, seimbang dengan aktivitas balita. Berbagai makanan yang
berlemak tinggi dan terlalu manis, misalnya kue manis pemberiannya dibatasi,
yaitu pada acara tertentu saja.