BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penggerakan Peran Serta Masyarakat
2.1.1 Pengertian Peran Serta Masyarakat PSM
Peran serta masyarakat (PSM) merupakan keikutsertaan individu, keluarga dan kelompok
masyarakat dalam setiap menggerakan upaya kesehatan yang juga merupakan tanggung jawab
sendiri, keluarga dan masyarakatnya.
Dalam world Healt Assembly 1997, peran masyarakat adalah proses untuk mewujudkan
kerja sama kemitraan antara pemerintah dan masyarakat setempat dalam merencakan,
melaksanakan dan memanfaatkan kegiatan kesehatan sehingga diperoleh manfaat berupa
peningkatan kemampuan swadaya masyarakat masyarakat berperan dalam menentukan prasarana
dan pemeliharaan teknologi tepat guna dalam pelayanan kesehatan.
Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilakukan
berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri
mereka sendiri mengenal, memecahkan masalah, dan kebutuhan yang dirasakan masyarakat,
baik dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan agar
mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan
kesejahteraan masyarakat.
Peran serta masyarakat (PSM) merupakan keikut sertaan individu, keluarga dan
kelompok masyarakat dalam setiap menggerakan upaya kesehatan yang juga merupakan
tanggung jawab sendiri, keluarga dan masyarakatnya. Peran serta masyarakat adalah proses
ketika individu dan keluarga dan serta lembaga swadaya masyarakat, termasuk swasta
bertanggung jawab atas kita kesejahteraan kesehatan diri sendiri, keluaga dan masyarakat.
Peran serta masyarakat memiliki makna yang amat luas. Semua ahli mengatakan bahwa
partisipasi atau peran serta masyarakat pada hakekatnya bertitik tolak dari sikap dan perilaku
namun batasannya tidak jelas, akan tetapi mudah dirasakan, dihayati dan diamalkan namun sulit
untuk dirumuskan.
Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan dimana individu, keluarga
maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga,
ataupun kesehatan masyarakat lingkungannya (DepKes RI, 1997, hal 5)
Peran serta masyarakat (PSM) adalah Proses dimana individu, keluarga dan lembaga
masyarakat termasuk swasta :
a. Mengambil tanggung jawab atas kesehatan diri, keluarga dan masyarakat.
b. Mengembangkan kemampuan untuk menyehatkan diri, keluarga dan masyarakat.
c. Menjadi pelaku perintis kesehatan dan pemimpin yang menggerakkan kegiatan masyarakat di
bidang kesehatan berdasarkan atas kemandirian dan kebersamaan.
Jadi peran serta masyarakat sangat dibutuhkan sekali dalam bidang kesehatan. Karena,
tanpa peran dari masyarakat penggerakan peran serta masyarakat tidak akan berjalan dengan
lancar. Karena, semua masyarakat harus bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga,
ataupun kesehatan masyarakat lingkungannya.
Tingkat PSM
Tingkat-tingkat PSM adalah sebagai beriku:
1. PSM karena Imbalan
Adanya peranserta karena adanya imbalan tertentu yang diberikan baik dalam bentuk imbalan
materi atau imbalan kedudukan.
2. PSM karena Paksaan / Perintah
Masyarakat berperan serta karena adanya ancaman atau sanksi.
3. PSM karena Identifikasi
4. PSM karena Tuntutan Hak Asasi & Tanggung Jawab
5. PSM yang Disertai Kreasi dan daya Cipta.
6. PSM karena kesadaran
Peran serta atas dasar kesadaran tanpa adanya paksaan atau harapan dapat imbalan.
2. Pembinaan Kader
Kader adalah tenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat dan bekerja sama
dengan masyarakat serta sukarela.
Tujuan Pembentukan Kader
Ialah membantu masyarakat mengembangkan kemampuan menegnal dan memecahkan masalah
kesehatan yang dihadapi sesuai kemampuan.
Tugas Kader
a. Sebagai pelopor dalam pelaksanan kegiatan
b. Pelaksanan dan pemelihara kegiatan program pengembangan masalah.
c. Menjaga kelangsungan kegiatan.
d. Membantu dan menghubungkan antara masyarakat dengan lembaga-lembaga yang bekerja
dalam pembangunan masyarakat
e. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan
f. Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.
g. Pengenalan dini tetanus neonaturum dan BBL serta rujukannya.
h. Penyuluhan gizi dan KB
i. Pencatatan kelahiran den kematian ibu/bayi
j. Promosi tabungan ibu bersalin, donor darah berjalan dan ambulan desa.
b. Tujuan
Umum : meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong sendiri dibidang
kesehatan melalui penyediaan obat-obatan dan pengobatan sederhana terhadap penyakit ringan
didaerah setempat.
Khusus :
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang obat dan upaya pengobatan sederhana terhadap
penyakit ringan didaerah setempat.
2. Meningkatkan keterampilan masyarakatdalam mengenai keluhan dan mengobati penyakit ringan
secara sederhana.
3. Tersedianya obat yang bermutu dengan hargat terjangkau bagi masyarakat.
c. Sasaran
Kelompok masyarakat yang masih rendah keterjangkauan dalam halobatdan pengobatan.
d. Strategi
1. POD merupakan upaya kuratif dalam rangka meningkatkan fungsi dan pelestarian kader
posyandu
2. POD dapat dibuktikan meski sebelumnya tidak terdapat usaha kesehatan bersumber daya
masyarakat bilasudah ada posyandu tersebut
3. Obat yang digunakan di POD adalah obat genetik golongan obat bebas dan bebas terbatas,
seperti obat khusus yang disusun pemerintah
2.2.2 Polindes
a. Pengertian
Salah satu bentuk UKBM (Usaha Kesehatan Bagi Masyarakat)yang didirikan masyarakat
oleh masyarakat atas dasarmusyawarah, sebagai kelengkapan dari pembangunan masyarakat
desa, untuk memberikan pelayanan KIA-KB serta pelayanan kesehatanlainnya sesuai dengan
kewenangan bidan.
Polindes juga tempat yang didirikan oleh masyarakat atas dasar musyawarah sebagai
kelengkapan dari pembangunankesehatan masyarakat untuk memberikan pelayanan kesehatan
ibu dan anak dan keluarga berencana yang kelola oleh bidan desa bekerja sama dengan dukun
bayi dibawahpengawasandokter puskesmas setempat.
Kajian makna polindes:
1. Salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam penyediaan tempat pertolongan persalinan
danpelayanan KIA, termasuk KB di desa
2. Dirintis didesa yang telah mempunyai bidan yang tinggal didesa tersebut
3. Dalam pengembangan polindesdapat berupa penyediaan tempat untuk pelayanan KIA,
pertolongan polindes, penggerakan sasaran dan dukungan terhadap pelaksanaan tugasbidan
didesa
4. Peran bidan didesa yang sudahdilengkapi oleh pemerintah dengan alat-alat yang diperlukan
adalah memberikan pelayanan kebidanan kepadamasyarakat di desa tersebut
5. Polindes secara teknis berada dibawah pembinaan dan pengawasan puskesmas
6. Tempat yangdisediakan oleh masyarakat berupa ruangan untuk pelayanan KIA, termasuk tempat
pertolongan persalinan yang dilengkapi dengan air bersih
7. Tanggung jawab penyediaan dan penglolaan tempat serta dukungan operasional berasal dari
masyarakat, maka perlu diadakan kesepakatan antara wakil masyarakat melalui wadah LKMD
dengan bidan desa tentang pengaturan biayaoperasional dan tarif pertolongan persalinan di
polindes
8. Dukun bayi dan kader posyanduadalah kader masyarakat yang paling terkait
b. Fungsi
1. Sebagai tempat pelayanan KB dan KIA dan pelayanan kesehatan lainnya
2. Sebagai tempat untuk melakukan kegiatanpembinaan, penyuluhan dan konseling KIA
3. Pusat kegiatan pemberdayaan masyarakat
4. Ada tenaga bidan yangbekerja penuh sebagai pengelola polindes
5. Tersedianya sarana untuk melaksanakan fungsi bidan seperti:
Bidan kit
Sarana imuniasasi
Timbangan berat badan dan tinggi badan
Infus set
Obat-obatan uterotonika
Cairan Dex 5% NaCl
Inkubator sederhana
IUD kit
c. Tujuan
1. Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA dan KB
2. Meningkatkan pembinaan dukun bayi dan kader kesehatan
3. Meningkatkan kesempatan untukmemberikan penyuluhan dan konseling kesehatan bagi ibu
dankeluarganya
4. Meningkatkan pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangan bidan
d. Kegiatan
1. Memeriksa kehamilan, termasuk memberikan imunisai TT pada ibu hamil dan mendeteksi dini
resiko tinggi kehamilan
2. Menolong persalinannormal dan persalinan dengan resiko sedang
3. Memberikanpelayanan kesehatan ibudan nifas dan menyusui
4. Memberikan pelayanan kesehatanneonatal, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah, serta
imunisasi dasar pada bayi
5. Memberikan pelayanan KB
6. Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada kehamilan dan persalinan yang beresiko
tinggi baik ibu maupun bayinya
7. Menampung rujukan dari dukun bayi dan darikader (posyandu, desa wisma)
8. Merujuk kelainan kefasilitas kesehatan yang lebih mampu
9. Melatih danmembina dukun bayi maupun kader(posyandu. Desa wisma)
10. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang gizi ibu hamil dan anak serta peningkatan ASI dan
KB
11. Mencatat serta melaporkan kegiatan yang dilaksanakan kepada puskesmas setempat
12. Faktor resiko sedang
Faktor yang secara tidak langsung dapat membahayakan ibu hamil, ibu bersalin, sehingga
memerlukan pengawasan serta perawatan
Kriteria resiko sedang:
- Umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
- Tinggi badan ibukurangdari 145 cm
- Jarak antara kehamilan saat ini dan sebelumnya kurang dari 2 tahun
- Paritas sebanyak lebih dari 4 kali
13. Faktor resiko tinggi
Faktor yang merupakan penyebab dari kematian ibu hamil, bersalin dan bayi
- Perdarahan
- Infeksi
- Eklamsia
- Kelainan
- letak
e. Sasaran
1. Bayi berusia kurang dari 1 tahun
2. Anak balita usia 1 tahun sampai 5 tahun
3. Ibu hamil, menyusui, dan nifas
4. Wanita usia subur
5. Kader
6. Masyarakat setempat
f. Syarat terbentuknya
1. Tersedianya bidan didesa yang bekerja penuh untuk mengelola polindes
2. Tersedianya sarana untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi bidan
3. Memenuhi persyaratan rumah sehat
4. Lokasidapat dicapai oleh penduduk dan mudah dicapai oleh kendaraan roda empat
5. Ada tempat untuk melakukan pertolongan persalinan dan perawatan
Desa Siaga adalah konsep yang secara formal diperkenalkan oleh Kementerian Kesehatan
untuk meningkatkan kesiagaan penduduk desa dalam rangka mengatasi berbagai masalah
kesehatan, termasuk kejadian wabah (KLB). Menurut SK Menkes No. 564/SK/ VIII/ 2006,
elemen utama Desa Siaga sbb :
a. Pendirian Poskesdes
b. Penempatan tenaga professional minimal Bidan,
c. Pemberdayaan masyarakat dengan melatih kader Desa Siaga.
Peran serta masyarakat dilaksanakan melaui kegiatan SMD dan MMD (participative
planning and implementation).Melalui mekanisme ini masyarakat akan melakukan identifikasi
masalah kesehatan sekaligus merencanakan dan melaksanakan intervensi yang akan dilakukan
oleh masyarakat itu sendiri.
Desa yang dimaksud di sini dapat berarti Kelurahan atau negeri atau istilah-istilah lain
bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adapt-
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk
mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi,
penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, kejadian bencana,
kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong-royong.
Poskesdes juga diharapkan sebagai pusat pengembangan atau revitalisasi berbagai UKBM
lain yang dibutuhkan masyarakat desa (misalnya Warung Obat Desa, Kelompok Pemakai Air,
Arisan Jamban Keluarga dan lain-lain). Dengan demikian, Poskesdes sekaligus berperan sebagai
coordinator dan UKBM-UKBM tersebut.
Pembangunan saranan fisik Poskesdes dapat dilaksanakan melalui berbagai cara, yaitu
dengan urutan alternative sebagai berikut:
a. Mengembangkan Pondok Bersalin Desa (Polindes) yang telah ada menjadi Poskesdes.
b. Memanfaatkan bangunan yang sudah ada, yaitu misalnya Balai RW, Balai Desa, Bali Pertemuan
Desa, dan lain-lain.
c. Membangun baru, yaitu dengan pendanaan dari Pemerintah (Pusat atau Daerah), donator, dunia
usaha, atau swadaya masyarakat.
Meskipun di lapangan banyak variasi pelaksanaanya, namun secara garis besar langkah-
langkah pokok yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan Tim Petugas
Tujuan langkah ini adalah mempersiapkan para petugas kesehatan yang berada di wilayah
Puskesmas, baik petugas teknis maupun petugas administrasi. Persiapan pada petugas ini bisa
berbentuk sosialisasi, pertemuan atau pelatihan yang bersifat konsolidasi, yang disesuaikan
dengan kondisi setempat.
Keluaran (output) dan langkah ini adalah petugas memahami tugas dan fungsinya, serta siap
bekerjasama dalam satu tim untuk melakukan pendekatan kepada pemangku kepentingan
masyarakat.
e. Pelaksanaan Kegiatan
Secara operasional pembentukan Desa Siaga dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:
Pemilihan Pengurus dan Kader Desa Siaga
Pemilihan pengurus dan kader Desa Siaga dilakukan melalui pertemuan khusus para
pemimpin formal desa dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil masyarakat. Pemilihan
dilakukan secara musyawarah dan mufakat, sesuai dengan tata cara dan kriteria yang berlaku,
dengan difasilitasi oleh Puskesmas.
Orientasi / Pelatihan Kader Desa Siaga
Sebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengelola dan kader desa yang telah ditetapkan
perlu diberikan orientasi atau pelatihan. Orientasi / pelatihan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota sesuai dengan pedoman orientasi / pelatihan yang berlaku.
Materi orientasi / pelatihan mencakup kegiatan yang akan dilaksanakan di desa dalam
rangka pengembangan Desa Siaga (sebagaiman telah dirumuskan dalam Rencana Operasional).
Yaitu meliputi pengelolaan Desa Siaga secara umum, pembangunan dan pengelolaan Poskesdes,
pengembangan dan pengelolaan UBKM lain, serta hal-hal penting terkait seperti kehamilan dan
persalinan sehat, Siap-Antar-Jaga, Keluarga Sadar Gizi, Posyandu, kesehatan lingkungan,
pencegahan penyakit menular, penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman
(PAB-PLP), kegawatdaruratan sehari-hari, kesiap-siagaan bencana, kejadian luar biasa, warung
obat desa (WOD), dversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan melalui
Taman Obat Keluarga (TOGA), kegiatan surveilans, PHS, dan lain-lain.
Secara berkala kegiatan Desa Siaga dibimbing dan dipantau oleh Puskesmas, yang hasilnya
dipakai sebagai masukan untuk perencanaan dan pengembangan Desa Siaga selanjutnya secara
lintas sektoral.
Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian Desa Siaga adalah keaktifan para kader. Oleh
karena itu, dalam rangka pembinaan perlu dikembangkan upaya untuk memenuhi kebutuhan para
kader agar tidak drop out. Kader-kader yang memiliki motivasi memuaskan kebutuhan sosial
psikologinya harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan kreatifitasnya.
Sedangkan kader-kader yang masih dibebani dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya, harus
dibantu untuk memperoleh pendapatan tambahan, misalnya dengan pemberian gaji / intensif atau
difasilitasi agar dapat berwirausaha.
Untuk dapat melihat perkembangan Desa Siaga, perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi.
Berkaitan dengan itu, kegiatan-kegiatan di Desa Siaga perlu dicatat oleh kader, misalnya dalam
Buku Register UKBM (contohnya: kegiatan Posyandu dicatat dalam buku Register Ibu dan Anak
Tingkat Desa atau RIAD dalam Sistem Informasi Posyandu).
b. Komponen penyelenggaraan
Dalam komponen penyelenggaraan dana terdapat tiga komponen, yaitu:
1. Peserta
Peserta dana sehat dapat peorangan, keluarag dan kelompok masyrakat. Sebagai
perorangan peserta berkewajiban membayar iuran yang ditetapkan untuk mendapatkan hal
pelayanan kesehatan. Peserta dana sehat dalam bentuk keluarga, jumlah anggota keluarga yang
berhak mendapatkan pelayanan kesehatan ditentukan atas dasar sesuai dengan iuran yang
diserahkan dan paket pelayanan yang diberikan. Dalam bentuk kelompok, peserta ikut serta
didalam penyelenggaran dana sehat berdasarkan atas dasar musyawarah bersama.
2. Penyelenggraan
Tenaga kesehatan yang bekerja diunit kesehatan penyelenggraan dana sehat bertindak sebagai
pelaksana dana sehta. Sebagai penyelenggra dana sehat ini dapat unit pelayanan kesehtaan
pemerintah dan swasta.
3. Pengelolaan dana sehat
Pengelola dana sehat melaksanakan tiga fungsi, yaitu fungsi kepesertaan, perdanaan, dan
pemeliharaan kesehatan.
c. Ciri penyelenggaraan
Penyelenggaraan dana sehat bercirikan sebagai berikut:
1. Kegotong royongan
Penyelengaraan dana sehat dilaksanakan usaha bersama, asaz kekeluargaan diantara peserta,
bersama-sama mengumpulkan iuran unuk pemeliharaan kesehatan. Gotong royong dilakukan
oleh peserta spontan dan sadar.
2. Musyawarah mufakat
Setiap keputusan penyelenggaraan dana sehat didasarkan atas musyawarah anggotanya.
Kepemimpinan didalam penyelenggaraan dana sehat diperlukan agar tujuan bersama tercapai.
Pemeliharaan kesehatan yang didkung oleh dana sehat memerlukan organisasi yang teratur dan
mantap. Asaz demokrasi juga merupakan system pengambilan keputusan didalam
penyelenggaraan dana sehat.
3. Manajemen terbuka
Adanya manajemen adalah agar kegiatan dilakukan secara terbuka. Keterbukaan terutama
dalam pengelolaan dana yang terkumpul. Hal ini hanya dapat terwujud bila timbul rasa saling
percaya mempercayai antara peserta dengan pengelola.
4. Dana sehat dalam kegiatan ekonomi
Penyelenggaraan dana sehat akan lestari jika dikaitkan dengan upaya ekonomi.
2. Pelaksanaan
Kegiatan utama dari peyelenggaraan dana sehat adalah pembayaran iuran para anggotanya.
Pemelliharaan kesehatan melalui dana sehat banyak tergantung kepada kelancaraan pembayaraan
iuran peserta dana sehat. Pembayaran yang teratur dan tepat waktu akan menjamin kelancaraan
pemeliharaan kesehatan.
Faktor lain yang haruus diperhatikan adalah kesiapan pelaksana dan pengelola pelayanan.
Pelaksana dapat melakukan pelayanan yang memuaskan peserta. Ketidakpuasan peserta
menerima pelayanan akan mempengaruhi kelancaran pembayaran iuran. Manajemen yang
dilakukan oleh pengelola dan timnya juga berperan sebagai factor pendukung. Manajemen yang
baik akan memperlancar pebayaran iuran dan pelayanan.
3. Tahapan perkembangan
1) Dana sehat pratama, yaitu dana sehat yang paling pemula tingkatannya
2) Dana sehat madya, yaitu dana sehat yang sudah agak berkembang, tetapi belum seperti yang
diinginkan dan diharapkan
3) Dana sehat purnama, yaitu dana sehat yang sudah mantap seperti yang diinginkan
b. Tujuan Dasolin
1. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi
2. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama ibu hamil
3. Memotivasi masyarakat untuk menyisihkan sebagian dananya untuk ditabung, yang
kegunaannya untuk membantu ibu tersebut jika kembali hamil
4. Terselenggaranya pemeliharaan kesehatan yang bermutu, berhasil guna dan berdaya guna
5. Tersedianya dana yang dihimpun secara pra upaya atau asaz gotong royong
6. Terwujudnya penelolan yang efisien dan efektif oleh lembaga organisasi masyarakat yang
melindungi kepentingan peserta
c. Ciri Penyelenggaraan
1. Secara gotong royong, yaitu penyelenggaraan dilaksanakan usaha bersama, asaz kekeluargaan
diantara peserta
2. Secara musyawarah mufakat, jadi setiap keputusan didasarkan atas musyawarah dari seluruh
anggotanya
3. Secara manajemen terbuka , karena dasolin adalah upaya masyarakat secara gotong royong
maka manajemen dilakukan adalah secara terbuka
4. Dasolin dalam kegiatan ekonomi, jadi penyelenggraan dasolin akan lestari bila dikaitkan dengan
upaya ekonomi misalnya keterkaitan usaha koperasi
Penyelenggraan dasolin dapat dilakukan untuk pemeliharaan kesehtaan iu dan anak.
Pemeiharaan kesehatan melalui dana sehat dapat dilakukan kepada ibu hamil. Kontribusi dana
dapat berasal dari keluarga atau ibu rumah tangga. Orang yang berperan sebagai peserta dasolin
ibu dan keluarga berperan. Sedangkan yang berperan sebagai pelaksana pelayanan adalah tenaga
kesehatan terutama bidan, dokter dan perawat.
http://nofiakarunia.blogspot.com/p/pendekatan-edukatif-dalam-peran-serta.html
http://zahratulayini.wordpress.com/2012/12/21/peranan-bidan-desa-untuk-mewujudkan-desa-
siaga/
Diposkan oleh Fitri Wahyuni di 06.38 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Beranda
Langganan: Entri (Atom)
Mengenai Saya
Fitri Wahyuni
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
2014 (1)
o April (1)