Anda di halaman 1dari 39

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

DIII - KEBIDANAN

MEKANISME KOORDINASI PADA


SITUASI DARURAT YANG
BERFOKUS PADA KESEHATAN
REPRODUKSI DAN SEKSUAL,
KESEHATAN SEKSUAL BERBASIS
GENDER DAN HIV
Kelompok 1 - 3B
Kelompok 1
- 3B
• Angel Oktaviyanti
• Anggita Maulida
P3.73.24.2.19.041
P3.73.24.2.19.042
• Ayu Wandira P3.73.24.2.19.046
• Bunga Widya Faradiba P3.73.24.2.19.050
• Dwi Ratna Kurnia P3.73.24.2.19.054
• Fatimah Wafa Viola P3.73.24.2.18.053
• Rini Aulia P3.73.24.2.19.074
• Vebriya Nur Cahyani P3.73.24.2.19.077
MEKANISME KOORDINASI
KESEHATAN REPRODUKSI DALAM
SITUASI DARURAT BENCANA
Dalam penanggulangan bencana, diperlukan koordinasi dan kerjasama dari berbagai
pihak baik dari nasional, internasional, pemerintah maupun swasta atau masyarakat.
Klaster merupakan sekelompok badan, organisasi, dan atau lembaga yang bekerjasama
untuk mencapai tujuan bersama dalam mengatasi kebutuhan pada sektor tertentu saat
terjadi bencana (contohnya adalah kesehatan). Pendekatan klaster adalah salah satu
pendekatan koordinatif yang menyatukan semua pihak terkait, baik pemerintah maupun
non pemerintah dalam upaya penanggulangan bencana, untuk meminimalkan kesenjangan
dan tumpang tindih pemberian bantuan atau pelayanan.

Tantanan untuk melakukan Koordinasi


pada kondisi bencana:
• Proses yang kompleks
• Banyak pihak yang terlibat dan bekerja
dalam kondisi darurat bencana
• Menyusun program yang efektif dan
dapat dipertanggungjawabkan
Klaster
Tingkat Internasional Bencana Tingkat Nasional di Indonesia

Klaster internasional merupakan kelompok Pada tahun 2014, BNPB bersama


organisasi kemanusiaan, baik PBB maupun non- Kementerian/Lembaga terkait menyepakati
PBB yang masing-masing mempunyai peran pada pembentukan sistem klaster nasional melalui
sektor utama aksi kemanusiaan. Mereka ditunjuk keputusan Kepala BNPB Nomor 173 tahun
oleh Inter-Agency Standing Committee (Komite 2015,yang terdiri dari 8 (delapan) klaster yaitu:
Tetap Antar Lembaga/IASC) dan memiliki Kesehatan, Pendidikan, Pengungsian dan
tanggung jawab yang jelas untuk koordinasi. Perlindungan, Sarana dan Prasarana, Pemulihan
Klaster internasional diketuai oleh United Nations Dini, Ekonomi, Logistik, Pencarian dan
Office for the Coordination of Humanitarian Penyelamatan. Pada klaster nasional, penanggung
Affairs (UNOCHA). Ada 11 (sebelas) klaster jawab bidang kesehatan adalah klaster kesehatan
internasional, diantaranya klaster kesehatan yang dalam hal ini Kementerian Kesehatan sebagai
dikoordinir oleh World Health Organization koordinator.
(WHO) dan klaster gizi yang dikoordinir oleh
United Nation Children’s Fund (Unicef ).
Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB)
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
BNPB merupakan lembaga pemerintah (BPBD)
non departemen setingkat menteri yang
memiliki fungsi merumuskan dan BPBD adalah perangkat daerah yang dibentuk
menetapkan kebijakan penanggulangan untuk melaksanakan tugas dan fungsi
bencana dan penanganan pengungsi penyelenggaraan penanggulangan bencana di
secara cepat, tepat, efektif dan efisien daerah. Pada tingkat provinsi, BPBD dipimpin
serta mengkoordinasikan pelaksanaan oleh seorang pejabat setingkat di bawah
gubernur atau setingkat eselon IB dan pada
kegiatan penanggulangan bencana secara tingkat kabupatena atau kota dipimpin oleh
terencana, terpadu dan menyeluruh di seorang pejabat setingkat di bawah bupati atau
tingkat nasional. walikota atau setingkat eselon IIA. Kepala
BPBD dijabat secara rangkap (exofficio) oleh
Sekretaris Daerah yang bertanggungjawab
langsung kepada kepala daerah.
Klaster Kesehatan Nasional Penanggulangan Bencana

Di bidang kesehatan dilakukan melalui pendekatan sub klaster dan


wilayah/regional. Menteri Kesehatan menetapkan 6 (enam) sub klaster
kesehatan yang diketuai oleh Kepala Pusat Krisis Kesehatan
(PKK).Masing masing sub klaster bertanggung jawab dalam
mengkoordinasikan upaya penanggulangan bencana sesuai tugas dan
fungsinya. Anggota klaster kesehatan maupun sub klaster kesehatan
dapat berasal dari pemerintah maupun non pemerintah yang
mempunyai perhatian dan tujuan pada bidang yang sama. Dalam
rangka meningkatkan upaya kesiapsiagaan dan memperkuat
koordinasi, pendekatan melalui sistem sub klaster kesehatan ini
direplikasi di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Kebi Kebijakan dan Strategi Nasional tentang Pelayanan Kespro

Peme an ja k Pada Situasi Darurat Bencana.

Tenta rintah Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam upaya


ng K meningkatkan akses dan kualitas pelayanankesehatan
Pada e sp r o perempuan sesuai dengan siklus hidupnya yang
Daru Situasi dilakukan dengan pendekatan Continum of Care, yaitu
rat B
e n c an penyediaan pelayanan mulai dari proses kehamilan,
a persalinan, bayi baru lahir, anak-anak, remaja, dewasa
dan sampai lanjut usia.
Landasan hukum
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 64 tahun 2013: tentang penanggulangan
krisis kesehatan, Pelayanan Kespro masuk ke dalam pelayanan kesehatan
yang harus disediakan pada tahap tanggap darurat dan paska krisis. Pasal 22:
Pemenuhan kebutuhan kesehatan antara lain berupa sumber daya manusia
(SDM) kesehatan, pendanaan, fasilitas untuk mengoperasionalkan sistem
pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan medik, obat dan perbekalan
kesehatan, gizi, pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan,
kesehatan jiwa, Kespro dan identifikasi korban sesuai kebutuhan.
Undang-undang (UU) RI No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan
bencana. Fokus pelayanan dari Kespro dalam situasi darurat juga
mencakup kelompok rentan. Pengaturan dan layanan kepada
kelompok rentan telah masuk kedalam UU tentang penanggulangan
bencana. Dalam UU tersebut terdapat dua pasal yang mengatur yaitu
pasal 48 dan pasal 55. Di dalam pasal 48, Penyelenggaraan
penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 huruf (b) meliputi:
• Pengkajian secara cepat, tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan
sumber daya
• Penentuan status keadaan darurat bencana
• Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana
• Perlindungan prioritas untuk mendapatkan penyelamatan,
evakuasi, pen
• gamanan, pelayanan kesehatan dan pemenuhan kebutuhan dasar
• Perlindungan terhadap kelompok rentan dan
• Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
Perlindungan terhadap kelompok rentan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48
huruf (e) dilakukan dengan memberikan
prioritas kepada kelompok rentan berupa
penyelamatan, evakuasi, pengamanan,
pelayanan kesehatan, dan psikososial.
Kelompok rentan sebagaimana dimaksud
terdiri atas:
• Bayi, balita, anak-anak, dan remaja
• Ibu yang sedang mengandung, ibu
nifas atau menyusui
• Wanita Usia Subur
• Orang dengan disabilitas
• Orang lanjut usia atau lansia.
Kegiatan Prioritas Koordinasi Sub Klaster Kesehatan
Reproduksi:
• Mengidentifikasi lembaga dan organisasi yang bergerak di bidang
kesehatan reproduksi untuk menjadi anggota subklaster kesehatan
reproduksi di wilayah bencana
• Melakukan rapat koordinasi untuk menentukan penanggung jawab
komponen PPAM sesuai dengan bidang kerjanya
• Mensosialisasikan PPAM kesehatan reproduksi dan menyusun
rencana kerja
• Melakukan pertemuan rutin sub klaster kesehatan reproduksi dan
melaporkan kepada koordinator klaster kesehatan
• Mengikuti pertemuan rutin klaster kesehatan dan menyampaikan
hasilnya kepada anggota sub klaster kesehatan reproduksi
• Memastikan pelayanan kesehatan reproduksi tersedia dan berfungsi
dengan baik pada tempat pengungsian/ bagi masyarakat terdampak
• Mengkoordinir ketersediaan dan distribusi logistik kesehatan
reproduksi
TUGAS KOORDINATOR KESEHATAN
REPRODUKSI DALAM SITUASI
BENCANA DARURAT
Untuk memastikan pelaksanaan PPAM, hal-
hal berikut harus dilakukan:
• Sektor/cluster kesehatan menetapkan sebuah
organisasi/lembaga koordinator kesehatan
reproduksi.
• Lembaga koordinator kesehatan reproduksi
akan menempatkan seorang petugas kesehatan
reproduksi yang berfungsi di dalam
sektor/cluster kesehatan.
Petugas kesehatan reproduksi,
didukung oleh lembaga koordinator
kesehatan reproduksi, memastikan
bahwa
• semua lembaga kesehatan yang bekerja di suatu daerah krisis harus
memperhatikan kesehatan reproduksi.
• pertemuan reguler para stakeholders kesehatan reproduksi diadakan untuk
menyelenggarakan PPAM secara benar.
• informasi dari pertemuan tersebut dibagikan dan dibahas dalam rapat
koordinasi sektor/cluster kesehatan umum.
• memberikan petunjuk dan dukungan teknis untuk pengadaan supply
kesehatan reproduksi secara terkoordinasi;
• mengidentifikasi staf yang terampil untuk melaksanakan pelayanan
PPAM.
Kegiatan • Mengidentifikasi lembaga dan organisasi yang
bergerak di bidang kesehatan reproduksi
prioritas • Melakukan rapat koordinasi untuk menentukan
penanggung jawab komponen PPAM sesuai dengan

koordinasi bidang kerjanya.


• Mensosialisasikan PPAM kesehatan reproduksi dan

sub klaster
menyusun rencana kerja.
• Melakukan pertemuan rutin sub klaster kesehatan
reproduksi dan melaporkan kepada koordinator

kesehatan klaster kesehatan.


• Mengikuti pertemuan rutin klaster kesehatan dan

reproduksi menyampaikan hasilnya kepada anggota sub klaster


kesehatan reproduksi.
Mekanisme Koordinasi
Kesehatan Reproduksi dalam
Situasi Pandemi COVID-19
Pernyataan tanggap darurat bencana
covid19
Penetapan status darurat siaga bencana atau tanggap darurat bencana harus didasarkan pada kajian
atau penilaian kondisi daerah perihal penyebaran COVID-19 yang dilakukan oleh Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi. Setelah
dilakukan kajian atau penilaian kondisi daerah perihal penyebaran COVID-19, Gubernur,
Bupati/Walikota harus berkonsultasi dengan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) sebagai Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 terkait penetapan status
bencana.

Kepala perangkat daerah yang secara fungsional terkait


dengan antisipasi dan penanganan dampak penularan
COVID-19, bertanggungjawab secara fsik dan
keuangan terhadap dana antisipasi dan penanganan
dampak penularan COVID-19 yang dikelolanya,
Koordina
• Rapat koordinasi dilakukan secara berkala setiap bulan (sebelumnya
setiap 2 mingguan) terbuka untuk anggota dan atau semua pihak yang
membutuhkan informasi terkait layanan Klaster Nasional Logistik.

si Koordinasi secara khusus bertujuan untuk mengkoordinasikan isu-isu


tertentu adalah:

Logistik
• Logistik medis terkait APD dan Alkes (Kemenko PMK, Kemenkes,
Kemenperin, BNPB, ASPAKI, ALI)
• Mekanisme penerimaan bantuan Luar Negeri (BNPB, ALFI, Bea Cukai)

penangan • Kendala rantai pasok komoditas pangan bersama Kemenko Kesra, ALI,
ALFI, dan Kemenko Ekonomi (ad-hoc)
• Rapat untuk membahas antisipasi penyimpanan vaksin COVID-19,

an Covid- dengan Kementerian Kesehatan, BNPB, Asosiasi Rantai Pendingin


Indonesia, WHO, dan berbagai pihak swasta (akan dilaksanakan dalam

19
waktu dekat, masih dilakukan follow up dengan badan pemerintah
terkait)
• Keterlibatan dalam mendukung kinerja Klaster Kesehatan
Sub-klaster Kesehatan Reproduksi terkait Penanganan Covid-19
• Finalisasi Paket Pelayanan Awal Minimum untuk Layanan Kesehatan
Reproduksi Lansia (Kemenkes)
• Dukungan bantuan APD untuk Praktek Bidan Mandiri dalam mendukung
pelayanan kesehatan reproduksi termasuk Keluarga Berencana/ Pencegahan
kehamilan yang tidak diinginkan (IBI, BKKBN, DOCTORSHARE, UNFPA)
• Dukungan bantuan 600 Kit individu (Kit Ibu hamil, Kit ibu melahirkan, Kit bayi
baru lahir) untuk Ibu yang paling membutuhkan (IBI, UNFPA)
• Supervisi pelaksanaan kewaspadaan standar, layanan ANC online dan kelahiran,
pelatihan online (IBI, DOCTORSHARE)
• Pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi esensial (PKBI)
• Edukasi, pelaksanaan pelayanan KB, telemedicine, Distribusi APD di Batang
dan Brebes (JHPIEGO)
• Monitoring ketersediaan ARV, dan memastikan pasien untuk terapi ARV (IAC)
• Penguatan pengumpulan data di 412 klinik bidan mandiri (IBI, UNFPA)
• Finalisasi Pedoman Tatalaksana Klinis Korban Kekerasan Seksual dalam situasi
Krisis (Kemenkes, UNFPA anggota sub klaster kespro)
Prinsip-prinsip dasar dan tindakan-tindakan kritis
Panduan yang dianjurkan dilakukan di tingkat nasional dan

Operasional daerah untuk tetap mempertahankan layanan


pelayanan kesehatan Seksual, Reproduksi,
Maternal, Neonatal, Anak, dan Remaja
(SRMNCAH) yang esensial, merata dan berkualitas
serta pemanfaatannya.
prinsip-prinsip pada layanan-layanan
SRMNCAH yang esensial,
• Negara-negara harus memprioritaskan layanan kesehatan Seksual, Reproduksi,
Maternal, Neonatal, Anak, dan Remaja (SRMNCAH) esensial agar dapat
berlanjut selama pandemi ini karena jenis layanan ini melayani perempuan,
anak-anak, dan remaja, yang lebih rentan selama masa kedaruratan dan hak-hak
mereka wajib dipenuhi.
• Harus dipersiapkan rencana antisipasi reorganisasi, pengurangan, atau
pemberian dari jarak jauh (telemedicine) layanan kesehatan Seksual,
Reproduksi, Maternal, Neonatal, Anak, dan Remaja (SRMNCAH) seiring
perkembangan pandemi ini.
• Standar perawatan nasional yang ada harus diikuti untuk memastikan bahwa
layanan tetap berkualitas tinggi dan aman; dan pemerataan serta pertimbangan-
pertimbangan gender harus diperhatikan.
• Praktik PPI yang ketat termasuk praktik-praktik yang khusus untuk COVID-19
harus selalu diberlakukan untuk memastikan keamanan pasien dan tenaga
kesehatan SRMNCAH, termasuk APD penuh.
prinsip-prinsip pada layanan-layanan
SRMNCAH yang esensial,
• Harus ada mekanisme yang jelas untuk menangani hambatan yang dialami
pasien dalam mengakses layanan seperti hambatan fisik (akibat karantina
wilayah, dsb.), keuangan (akibat pengangguran, sektor jasa keuangan yang
tertekan), dan sosial (takut terinfeksi saat mencari layanan).
• Pemantauan ketat atas penyediaan dan pemanfaatan layanan kesehatan Seksual,
Reproduksi, Maternal, Neonatal, Anak, dan Remaja (SRMNCAH) harus
dilakukan untuk memahami tingkat keberlanjutan layanan dalam hal
pemerataan, akses, cakupan, dan kualitas.
• Situasi wabah COVID-19 harus dikaji secara berkala dan layanan SRMNCAH
penuh harus kembali diberikan sesegera mungkin.
• Dana tambahan (Bank Dunia, GF, Uni Eropa) untuk penanganan COVID-19
juga harus digunakan untuk keberlanjutan layanan kesehatan Seksual,
Reproduksi, Maternal, Neonatal, Anak, dan Remaja (SRMNCAH) dan
memperkuat sistem kesehatan dalam jangka panjang.
Tindakan yang
direkomendasikan 3. Merancang ulang
pelayanan (SRMNCAH)

1. Memperkuat tata
kelola dan
koordinasi

2. Mempertahankan
penyediaan layanan
kesehatan Seksual,
Reproduksi, Maternal,
Neonatal, Anak, dan
Remaja SRMNCAH yang
terjangkau dan berkualitas
Pertimbangan khusus dalam pandemi
• Membantu melakukan sosialisasi informasi dan
edukasi terkait kesehatan reproduksi di masa
Peran pandemic COVID-19 kepada masyarakat dengan
mengoptimalkan media elektronik
Bidan • Tetap melakukan pelayanan Kesehatan reproduksi
dengan menggunakan APD sesuai standard an
memperhatikan protokol kesehatan dan pengaturan
dalam pasien dengan tele registrasi dan triase
• Melakukan kolaborasi dan koordinasi dengan PBM
masa yang lain, termasuk koordinasi dengan puskesmas,
kader dan PLKB, supaya memberikan pelayanan yang
Pandemi optimal dalam siatuasi pandemic.
• Mempersiapkan sarana pelayanan PBM sesuai
protokol kesehatan di masa pandemic COVID-19
IDENTIFIKASI KESEHATAN SEKSUAL
BERBASIS GENDER DAN HIV
PPAM
Kesehata
n PPAM merupakan serangkaian kegiatan prioritas kesehatan reproduksi yang
harus segera di laksanakan pada tanggap darurat krisis kesehatan dalam
rangka menyelamatkan jiwa pada kelompok rentan. PPAM kesehatan

Reproduk reproduksi dilaksanakan pada saat fasilitas pelayanan kesehatan tidak


berfungsi atau akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi sulit

si
terjangkau oleh masyarakat terdampak.
01 Meningkatkan kematian
maternal dan neonatal
Jika PPAM 02 Meningkatkan resiko kasus
kesehatan kekerasan seksual
reproduksi 03 Meningkatkankatkan
tidak penularan
Infeksi menular seksual (IMS)
dilaksanakan, 04 Terjadinyainya kehamilan yang
akan memiliki tidak diinginkan dan Aborsi yang
tidak aman
konsekuesi :
05 Terjadinya penyebaran HI V
Penjelasan PPAM Awalan

Kesehatan Dilaksanakan sesegera


mungkin dengan
Reproduksi
Paket
melihat hasil penilaian
kebutuhan awal.
Paket tidak berarti sebuah
kotak tetapi mengacu pada
strategi yang mencangkupkan
koordinasi, perencanaan,
supplies, dan kegiatan-
kegiatan kesehatan seksual Pelayanan
dan reproduksi Minimum
Pelayanan kesehatan
reproduksi yang diberikan Dasar, terbatas
kepada penduduk terdampak
Tahapan Pelaksanaan PPAM Kesehatan
Reproduksi pada fase kerisis kesehatan
Komponen PPAM kesehatan Reproduksi
Mengidentifikasi
koordinator PPAM
1 kesehatan 2reproduksi 3
Menetapkan seorang Melaksanakan pertemuan Lorem ipsum dolor sit
koordinator pelayanan koordinasi untuk amet, consectetuer
kesehatan reproduksi mendukung dan adipiscing elit. Aenean
untuk mengkoordinasi menetapkan sub- commodo ligula eget dolor.
lintas program, lintas koordinasi di setiap
sektor, lembaga lokal dan pelaksanaan PPAM ( SGBV,
internasional dalam HIV, maternal dan
pelaksanaan PPAM neonatal serta logistik )
kesehatan reproduksi.
1 2
Melakukan Menyediakan
perlindungan pada layanan medis dan
penduduk yang
terkena dapak,
terutama
dukungan
psikososial bagi
penyintas
Mencegah
perempuan dan
anak-anak.
perkosaan.
dan
3
Memastikan
4 menangani
masyarakat
mengetahui informasi
tersedianya pelayanan
Memastikan
adanya jejaring
untuk pencegahan
kekerasan
medis, psikososial,
rujukan perlindungan
dan bantuan hukum.
dan penanganan
kekerasan seksual. seksual
Memastikan tersedianya
Menceg trasfusi darah yang aman

ah Menfasilitasi dan
menekankan penerapan
penulara kewaspadaan standar

n HI V Memastikan ketersediaan
kondom
Mencegah meningkatkan
kesakitan dan kematian
maternal dan neonatal
1 2 3
Memastikan adanya tempat Memastikan tersedianya Membangun sistem
khusus untuk bersalin pelayanan persalinan rujukan untuk
normal dan kegawat memfasilitasi transportasi
daruratan maternal dan dan komunikasi dari
neonatal ( PONED dan masyarakat ke puskesmas
PONEK ) difasilitasi dan puskesmas ke rumah
pelayanan kesehatan dasar sakit.
dan rujukan.
Lanjutan...
Mencegah meningkatkan
kesakitan dan kematian
maternal dan neonatal
4 5
Tersedianya perlengkapan Memastikan masyarakat
persalinan yang diberikan mengetahui adanya
pada ibu hamil yang akan layanan pertolongan
melahirkan dalam waktu persalinan dan
dekat. kegawatdaruratan
maternal dan neonatal.
1 2
Mengidentifikasikan Mengidentifikasika
kebutuhan logistik
kesehatan
n data sasaran dan
data cakupan
Merencanakan
reproduksi wilayah. pelayanan kesehatan
berdasarkan
sistemasi pemakaian reproduksi
komperhensif dan
terintegrasi ke
3
Mengidentifikasi
4
Mengidentifikasi
dalam pelayanan
lokasi yang cocok
untuk lokasi yang cocok kesehatan dasar
untuk
menyelenggarakan
layanan kesehatan menyelenggarakan ketika situasi stabil
reproduksi
komperhensif.
layanan kesehatan
reproduksi
pasca kesehatan.
komperhensif.
THANK YOU - !

Any Question?

Anda mungkin juga menyukai