Anda di halaman 1dari 47

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN

11.1. Anatomi Sistem Endokrin


11.2. Kelenjar Hipofisis
11.3. Kelenjar Tiroid dan Paratiroid
11.4. Kelenjar Pancreas
11.5. Mekanisme Umpan Balik Hormon
11.6. Hormon yang Berhubungan dengan Sistem Reproduksi

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN

11.1. Anatomi Sistem Endokrin

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar endokrin atau kelenjar buntu yang
dapat memengaruhi organ-organ lain, menghasilkan hormon yang dibawa langsung ke
cairan interstitial, sistem limfoid, atau darah
.
1. Hipotalamus
Organ ini merupakan master gland yang terletak di dasar otak. Hipotalamus dihubungkan
dengan hipofisis anterior melalui pembuluh portal, sedangkan ke hipofise posterior melalui
sistem saraf. Kelenjar endokrin ini menghasilkan stimulating hormone realising faktor dan
inhibitory hormon bagi hipofisis. Sekresi dari hipotalamus berupa lima hormon peptide, yaitu:
(1) Gonadotropin releasing hormone (GnRH) untuk merangsang sekresi foliclle stimulating
hormone (FSH), luteinizing hormone (LH), Luteotropin hormone (LTH); (2) Tirotropin realizing
hormone (TRH); (3) Corticotropin releasing hormone (CRH); (4)
somatostatin; dan (5) Growth hormon releasing hormone (GHRH).
Kelenjar endokrin
Sumber: Guiton dan Hall, 2014

2. Hipofisis
Hipofisis terletak di sella tursika pada dasar otak, di dalam fosa hipofisis tulang sfenoid. Sekresi
kelenjar hipofise dikendalikan oleh hipotalamus. Organ ini tersusun atas tiga lobus,
yaitu :
a. Lobus depan disebut Hipofisis anterior (Adenohipofisis). Lobus ini menghasilkan empat hormon
berikut ini.
1) Tirotropin stimulating hormone (TSH) untuk merangsang kelenjar tiroid agar
menghasilkan hormon tiroksin,
2) Growth hormone (GH) untuk merangsang pertumbuhan otak,
3) Gonadotropic hormone yang terdiri-dari: (a) follicle stimulating hormone (FSH) untuk
merangsang pertumbuhan folikel-folikel pada ovarium; (b) luteinizing hormone (LH)
untuk merangsang pembentukan korpus luteum; (c) prolactin untuk merangsang
kelenjar mammae agar menghasilkan air susu ibu (ASI),
4) Adrenocorticotropin hormone (ACTH) untuk merangsang kelenjar suprarenal
menghasilkan kortisol.

b. Lobus tengah disebut dengan hipofisis intermediate


Lobus ini terletak di antara lobus posterior dan anterior. Menghasilkan Melanosit stimulating
hormone (MSH) / melanotropin yang berfungsi merangsang melanogenesis untuk memberi
warna gelap pada kulit. Selain itu juga menghasilkan Endorphin untuk mengendalikan reseptor
rasa nyeri.
c. Lobus belakang disebut Hipofisis posterior (neurohipofisis)
Lobus ini menghasilkan dua hormon, yaitu (1) antidiuretic hormone (ADH) untuk mengendalikan
produksi atau kepekatan urine; (2) oksitosin untuk merangsang kontraksi uterus.

3. Badan pineal (epifisis)


Organ ini terletak di posterior hipotalamus. Organ ini mensintesis hormon melatonin
saat gelap. Kerja Badan pineal dihambat oleh cahaya. Hormon melatonin mempengaruhi
sekresi Gonadotropine Releasing Hormone (GnRH), LH, FSH, dan menghambat kerja
ovarium, sehingga mempengaruhi siklus seksual dan siklus haid, pertumbuhan gonad,
perkembangan seks sekunder.

4. Tiroid
Organ ini berbentuk seperti kupu-kupu, terletak di bawah laring. Tiroid terdiri-dari dua
lobus yang dihubungkan oleh isthmus. Setiap lobus tersusun atas folikel-folikel tertutup.
Hormon-hormon tiroid dihasilkan oleh folikel kelenjar tiroid. Menghasilkan hormon
thyroxine (T4), triiodothyronine (T3), dan kalsitonin. Sel parafolikuler atau sel “C” dalam
interstitium kelenjar tiroid juga menghasilkan kalsitonin. Fungsi kelenjar tiroid adalah
mengatur kegiatan metabolic, merangsang oksidasi, mengatur penggunaan O2 dan
pengeluaran CO2, mempengaruhi perkembangan susunan saraf, dan merangsang
pertumbuhan.

5. Paratiroid
Kelenjar ini dalam keadaan normal terdapat 4 buah, dua buah di sisi kiri dan dua buah
di sisi kanan atau dua buah di bagian atas (superior) dan dua buah di bagian bawah
(inferior). Terletak di belakang kelenjar tiroid. Kelenjar ini menghasilkan parathormon yang
berfungsi untuk metabolisme kalsium dan fosfat. Peningkatan sekresi Parathormon
mengakibatkan absorbsi kalsium di ginjal, intestinum, dan tulang sehingga terjadi kenaikan
kadar kalsium dalam darah.

6. Timus
Timus terletak di dalam mediastinum di belakang os sternum, menghasilkan hormon
timus. Hanya dijumpai pada anak usia di bawah 18 tahun, ukurannya pada bayi kira-kira 10
gram, bertambah pada masa remaja 30-40 gram, kemudian berkerut. Fungsi kelenjar timus
adalah mengaktifkan pertumbuhan badan, mengurangi aktivitas kelenjar kelamin, dan
sebagai imunitas tubuh.
7. Pankreas
Terletak di belakang lambung, setinggi L2, bermuara pada C-duodenum. Pankreas
menyekresi getah pencernaan ke dalam duodenum; glucagon, insulin, somatostatin,
polipeptida (gastrin).

Glukagon berfungsi untuk meningkatkan kadar glukosa dalam darah dengan cara
memobilisasi glukosa, asam lemak dan asam amino dari tempat cadangannya ke dalam
darah. Insulin berfungsi untuk menurunkan kadar glukosa darah dengan cara meningkatkan
perubahan glukosa menjadi glikogen yang disimpan di hati. Somatotastin berfungsi menekan
hormone pertumbuhan, menghambat saluran cerna (pengosongan lambung, sekresi asam
lambung, kontraksi kandung kemih).

8. Suprarenal (Kelenjar adrenal)


Kelenjar ini menempel di atas ginjal dan memiliki berat sekitar 5 gram. Kelenjar ini
terdiri-dari medula adrenal dan korteks adrenal. Bagian medulla adrenal menyekresi hormon
epinefrin dan norefineprin. Fungsinya adalah meningkatkan denyut jantung, menambah
tekanan darah, mempercepat pernapasan, dan meningkatkan produksi gula darah di hati.
Korteks adrenal menghasilkan hormon kortikosteroid, aldosteron (mineralokortikoid),
kortisol (glukokortikoid), androgen (efek maskulinisasi) dan estrogen. Fungsinya adalah
mempertahankan tekanan osmotik darah, meningkatkan pembentukan glukosa, dan
menampilkan tanda-tanda seks sekunder.

9. Gonad
a. Testis
Testis terletak di dalam skrotum, bentuk oval, warna putih. Ukuran: panjang 4 cm,
lebar 2,5 cm, tebal 3 cm. Berat 10–14 g. Tersusun atas 200-300 lobi masing-masing berisi
tubulus seminiferus. Antar tubulus dihubungkan oleh sel-sel interstitial (sel leydig) yang
menghasilkan hormon testosteron. Kelenjar Testis terletak di bagian interstitial testis.
Kelenjar ini dibentuk oleh sel-sel leydig yang menghasilkan hormon relaksin dan Testosteron.
Hormon relaksin berperan dalam mengatur relaksasi otot-otot yang berkaitan dengan sifat
kelamin. Hormon Testosteron berperan penting dalam pengaturan pembentukan sperma
dan ciri kelamin sekunder pria.
Gonad (Testis, Penis)
Sumber: Martini, dkk., 2012

b. Ovarium
Keduanya terletak di cavum peritonealis, pada ujung tuba fallopii. Organ kecil
berbentuk buah kenari, berwarna putih, permukaan tidak rata. Ukuran 3 cm x 2 cm x 1 cm.
Beratnya 5-8 gram. Ovarium terdiri-dari bagian kortex dan bagian medulla. Korteks ovarium
merupakan bagian fungsional ovarium, sebagai tempat perkembangan folikel ovarium.
Bagian medula merupakan tempat pembuluh darah, saraf, dan limfa. Ovarium menyekresi
hormon seks yaitu estrogen, progesteron, dan androgen.
11.1. Anatomi Sistem Endokrin

Pentingnya Mengenal Sistem Kelenjar Endokrin


Para mahasiswi yang saya banggakan, sekarang kita akan belajar Topik 3, yang
akan membahas tentang pentingnya mengenal sistem Endokrin. Dalam praktik
kebidanan system Endokrin penting dipelajari karena banyak gangguan pada
kehamilan, persalinan, nifas dan balita yang berhubungan dengan sistem endokrin.
Pengetahuan yang memadai mengenai anatomi dan fisiologi sistem endokrin menjadi
sangat penting untuk dipelajari guna menunjang tugas Anda. Dengan mengenal
anatomi dan fungsi sistem endokrin, Anda bisa mendeteksi organ yang normal dan
tidak normal dan memberikan intervensi yang tepat.
Para mahasiswi, dalam Topik 3 ini kita akan membahas mengenai anatomi
fisiologi sistem endokrin dan kelenjarendokrin, serta hormon yang berhubungandengan
system reproduksi. Setelah mempelajari topik ini, Anda kami harapkan mampu
menjelaskan anatomi fisiologi sistem endokrin dan kelenjarendokrindan hormon yang
berhubungandengan system reproduksi. Untuk selanjutnya marilah kita bahas Topik 3
mengenai anatomi fisiologi system endokrin dan kelenjarendokrindan hormon yang
berhubungandengan sistem reproduksi.

A. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN DAN KELENJAR ENDOKRIN


Sistem endokrin adalah suatu sistem dalam tubuh manusia yang bertugas
untuk melakukan sekresi (memproduksi) hormon yang berfungsi untuk mengatur
seluruh kegiatan organ-organ dalam tubuh manusia sesuai dengan yang dibutuhkan
organ tersebut. Hasil sekresi berupa hormon ini langsung masuk ke dalam
pembuluh darah manusia tanpa harus melalui saluran (duktus). Sistem endokrin
terbagi menjadi beberapa kelenjar endokrin yang jika dalam satu kesatuan disebut
dengan sistem endokrin. Jadi, sistem endokrin merupakan gabungan dari beberapa
kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin itu sendiri ada yang menghasilkan satu macam
hormon/tunggal, danada juga yang menghasilkan beberapa hormon/ganda. Kelenjar
terdiri dari dua tipe yaitu endokrin dan eksokrin. Kelenjar endokrin melepaskan
sekresinya langsung ke dalam darah. Kelenjar endokrin terdapat pada pulau
Langerhans, kelenjar gonad (ovarium dan testis), kelenjar adrenal, hipofise, tiroid
dan paratiroid. Sedangkan kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya ke dalam
duktus pada permukaan tubuh seperti kulit dan organ internal (lapisan traktus
intestinal-sel APUD).

Gambar Sistem Endokrin pada Manusia

Beberapa fungsi dari kelenjar endokrin, adalah mengontrol dan merangsang


aktifitas kelenjar tubuh, merangsang pertumbuhan jaringan, menghasilkan hormon-
hormon yang dibutuhkan oleh organ-organ tertentu, mengatur oksidasi,
metabolisme, dan meningkatkan penyerapan (absorpsi) glukosa pada usus halus,
mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang, protein, vitamin, dan mineral.
Sedangkan fungsi dari hormon adalah mengendalikan proses-proses dalam tubuh
manusia seperti proses metabolisme, proses oksidatif, perkembangan seksual, dan
lain-lain. Menjaga keseimbangan fungsi tubuh (homeostasis). Di dalam tubuh
manusia, terdapat 6 kelenjar endokrin yang masing-masing berperan dalam
menghasilkan hormon-hormon tertentu sesuai dengan kebutuhan tubuh. Kelenjar-
kelenjar tersebut adalah sebagai berikut.

1. Kelenjar Hipofisis
Hipofisis atau disebut juga glandula pituitaria terletak di sella turcica,
lekukan os tsphenoidale basis cranii, berbentuk oval dengan diameter kira-kira 1
cm. Kelenjar ini terbagi menjadi lobus anterior dan posterior, serta terdiri dari
adenohipofisis yang berasal dari orofaring dan neurohipofisis yang berasal dari
sistem kantong Ratke (Ratke diambil dari nama ahli anatomi asal Jerman).
Hipofise dikenal sebagai master of gland karena kemampuan hipofise
dalam mempengaruhi atau mengontrol aktivitas kelenjar endokrin lain dengan
menghasilkan bermacam-macam hormon untuk mengatur kegiatan kelenjar
endokrin lainnya, terletak di bagian otak besar. Kelenjar hipofisis ini dibagi
menjadi 3 bagian berdasarkan letaknya, yaitu bagian depan (anterior), bagian
tengah (central), dan juga bagian belakang (posterior).
Kelenjar hipofisis juga bekerja sama dengan hipotalamus (suatu organ
dalam otak) untuk mengendalikan organ-organ dalam tubuh.

Gambar Kelenjar Hipofisis


(Sumber: Syaifuddin, 2012)

a. Kelenjar Hipofisis Anterior (Adenohipofise), menghasilkan beberapa macam


hormon, antara lain sebagai berikut.
1) Hormon Somatotropin, yang berfungsi untuk merangsang metabolisme
protein dan lemak serta merangsang pertumbuhan tulang dan otot.
2) Hormon Tirotropin, yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan dan
perkembangan dari kelenjar gondok (kelenjar tiroid) dan juga untuk
merangsang sekresi tiroksin.
3) Hormon Adenocorticotropin (ACTH), yang berfungsi untuk mengontrol
perkembangan dan pertumbuhan aktifitas kulit ginjal dan merangsang
kelenjar adrenal untuk memproduksi hormon glukokortikoid (hormon untuk
metabolism karbohidrat).
4) Hormon Lactogenic, yang berfungsi untuk memelihara korpus luteum
(kelenjar endokrin sementara pada ovarium) sehingga dapat
menghasilkan progesterone (hormon perkembangan dan pertumbuhan
primer pada wanita) dan air susu ibu
5) Hormon Gonadotropin, yang berfungsi untuk merangsang pematangan
folikel dalam ovarium (siklus mentruasi), menghasilkan hormon estrogen
(pertumbuhan dan perkembangan sekunder pada wanita), dan
menghasilkan progesteron pada wanita. Sedangkan pada pria, hormon
gonadotropin berfungsi untuk merangsang terjadinya spermatogenesis
(siklus pembentukan sperma pada pria) serta merangsang sel-sel
interstitial testis untuk menghasilkan hormon androgen dan testosterone.
b. Kelenjar Hipofise Tengah
Kelenjar hipofise bagian tengah hanya memproduksi satu hormon
yang disebut dengan Melanosit Stimulating Hormon (MSH). Hormon ini
bertanggung jawab terhadap pewarnaan pada kulit manusia. Semakin
banyak melanosit yang diproduksi, maka semakin hitam kulit seseorang.
c. Kelenjar Hipofise Belakang (Neurohipofise)
Kelenjar hipofise bagian belakang menghasilkan 2 macam hormon,
yaitu sebagai berikut.
1) Hormon Vasopresin atau Hormon Diuretik (ADH), yang berfungsi untuk
mempengaruhi proses reabsorpsi urin pada tubulus distal ginjal guna
mencegah terlalu banyak urin yang keluar.
2) Hormon Oksitosin, yang berfungsi untuk merangsang otot polos yang
terdapat di uterus (alat reproduksi dalam wanita).
2. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terletak di bagian depan leher atau bagian depan
kerongkongan tepat dibawah kartilago krikoid antara fasia koli media dan fasia
prevertebralis. Dalam ruang yang sama juga terletak trakea, esofagus, pembuluh
darah besar dan saraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea dan melingkari dua
pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Keempat kelenjar paratiroid umumnya
terletak pada permukaan belakang kelenjar tiroid.
Pada orang dewasa berat tiroid kira-kira 18 gram. Terdapat dua lobus
kanan dan kiri yang dibatasi oleh isthmus. Masing-masing lobus memiliki
ketebalan 2 cm, lebar 2,5 cm, dan panjang 4 cm. Terdapat folikel dan para
folikuler. Mendapat sirkulasi dari arteri tiroidea superior dan inferior dan
dipersarafi oleh saraf adrenergik dan kolinergik.Pembuluh darah besar yang
terdapat dekat kelenjar tiroid adalah arteri karotis komunis dan arteri jugularis
interna. Sedangkan saraf yang ada adalah nervus vagus yang terletak bersama
di dalam sarung tertutup di laterodorsal tiroid.
Nervus rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum masuk laring (Anderson,
1999; Syaifuddin, 2012; Pearce, 2007; Guyton & Hall, 2012). Kelenjar tiroid
menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) atau Tetra Iodotironin.
Bentuk aktif hormon ini adalah triyodotironin (T3) yang sebagian besar berasal
dari konversi hormon T4 di perifer dan sebagian kecil langsung dibentuk oleh
kelenjar tiroid.
Yodida inorganik yang diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku
hormon tiroid. Yodida inorganik mengalami oksidasi menjadi bentuk organik dan
selanjutnya menjadi bagian dari tirosin yang terdapat dalam tiroglobulin sebagai
monoyodotirosin (MIT).Sekresi hormone tiroid dikendalikan oleh kadar hormon
perangsang tiroid yaitu Thyroid Stimulating Hormon (TSH) yang dihasilkan oleh
lobus anterior kelenjar hipofisis. Kelenjar ini secara langsung dipengaruhi dan
diatur aktifitasnya oleh kadar hormon tiroid dalam sirkulasi yang bertindak
sebagai umpan balik negatif terhadap lobus anterior hipofisis dan terhadap
sekresi hormone pelepas tirotropin (Thytotropine Releasing Hormon – TRH) dari
hipotalamus.Kelenjar tiroid juga mengeluarkan kalsitonin dari sel parafolikuler.
Kalsitonin adalah polipeptida yang menurunkan kadar kalsium serum dengan
menghambat reabsorbsi kalsium dan tulang.Kelenjar ini menghasilkan dua
bentuk hormon sebagai berikut:
a. Hormon Tiroksin, yang berfungsi untuk mengatur pertumbuhan dan
perkembangan tubuh manusia, mengatur aktivitas saraf, dan juga mengatur
metabolisme organik.
b. Hormon Triiodontironin, fungsinya sama dengan hormon tiroksin. Fungsi
hormon tiroid antara lain mengatur laju metabolisme tubuh, pertumbuhan
testis,saraf dan tulang, mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin,
menambah kekuatan kontraksi otot dan irama jantung, merangsang
pembentukan sel darah merah, mempengaruhi kekuatan dan ritme
pernafasan,sebagai kompensasi tubuh terhadap kebutuhan oksigen akibat
metabolisme dan antagonis insulin.

Gambar Kelenjar Tiroid


(Sumber: Guyton & Hall, 2012)

3. Kelenjar Paratiroid
Kelenjar ini terletak di setiap sisi dari kelenjar tiroid dan berjumlah 4 buah
yang tersusun secara berpasangan. Kelenjar Paratiroid menghasilkan hormon
parahormon yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan kalsium dalam darah
dan juga mengatur metabolism fosfor.Kelenjar paratiroid tumbuh di dalam
endoderm menempel pada bagian anterior dan posterior kedua lobus kelenjar
tiroid yang berjumlah 4 buah terdiri dari chief cells dan oxyphill cells. Kelenjar
paratiroid berwarna kekuningan dan berukuran kurang lebih 3 x 3 x 2 mm
dengan berat keseluruhan sampai 100 mg.
Kelenjar paratiroid mensintesa dan mengeluarkan hormon paratiroid
(Parathyroid Hormon/PTH). Sintesis PTH dikendalikan oleh kadar kalsium dalam
plasma. Sintesis PTH dihambat apabila kadar kalsium rendah.PTH bekerja pada
tiga sasaran utama dalam pengendalian homeostasis kalsiumyaitu di ginjal,
tulang dan usus. Di dalam ginjal, PTH meningkatkan reabsorbsi kalsium.
Padatulang, PTH merangsang aktifitas osteoplastik, sedangkan di usus, PTH
meningkatkan absorbsi kalsium (Anderson, 1999; Syaifuddin, 2012; Pearce,
2007; Guyton & Hall, 2012).

Gambar Kelenjar Paratiroid


(Sumber: Guyton & Hall, 2012)

4. Kelenjar Anak Ginjal (Adrenal/Suprarenal)


Kelenjar adrenal terletak di kutub atas kedua ginjal. Kelenjar suprarenal
atau kelenjar anak ginjal menempel pada ginjal. Terdiri dari dua lapis yaitu
bagian korteks dan medula. Korteks adrenal mensintesa 3 hormon,yaitu sebagai
berikut.
a. Mineralokortikoid (aldosteron), berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit
dengan meningkatkan retensi natrium dan eksresi kalium. Membantu dalam
mempertahankan tekanan darah normal dan curah jantung.
b. Glukokortikoid, berfungsi dalam metabolisme glukosa (glukosaneogenesis)
yang meningkatkan kadar glukosa darah, metabolisme cairan dan elektrolit,
inflamasi dan imunitas terhadap stressor.
c. Androgen/hormon seks (androgen dan estrogen). Kelebihan pelepasan
androgen mengakibatkan virilisme (penampilan sifat laki-laki secara fisik dan
mental pada wanita) dan kelebihan pelepasan estrogen mengakibatkan
ginekomastia dan retensi natrium dan air.

Sedangkan bagian medulla berfungsi untuk menghasilkan 2 hormon


sebagai berikut.
a. Hormon Adrenalin, yang berperan dalam segala hal yang berhubungan
dengan peningkatan fisiologis manusia, seperti meningkatkan denyut jantung,
meningkatkan kecepatan pernapasan, dan menyempitkan pembuluh darah
manusia.
b. Hormon Noradrenalin, yang fungsinya adalah kebalikan dari hormon
Adrenalin.

5. Kelenjar Pankreas
Kelenjar pankreas terletak di retroperitoneal rongga abdomen atas dan
terbentang horizontal dari cincin duodenal ke lien. Panjangnya sekitar 10-20 cm
dan lebar 2,5-5 cm. Mendapat asupan darah dari arteri mesenterika superior dan
splenikus. Kelenjar pankreas berfungsi sebagai endokrin dan eksokrin. Sebagai
organ endokrin karena di pankreas terdapat pulau-pulau Langerhans yang terdiri
dari 3 jenis sel yaitu sel beta (B) 75 %,sel alfa (A) 20 %dan sel delta (D) 5
%.Sekresi hormon pankreas dihasilkan oleh pulau Langerhans. Setiap pulau
Langerhans berdiameter 75-150 mikron. Sel alfa menghasilkan glukagon dan sel
beta merupakan sumber insulin, sedangkan sel delta mengeluarkan
somatostatin, gastrin dan polipeptida pankreas.
Glukagon juga dihasilkan oleh mukosa usus menyebabkan terjadinya
glikogenesis dalam hati dan mengeluarkan glukosa ke dalam aliran darah.
Fungsi insulin terutama untuk memindahkan glukosa dan gula lain melalui
membrane sel ke jaringan utama terutama sel otot, fibroblast dan jaringan lemak.
Bila tidak ada glukosa maka lemak akan digunakan untuk metabolisme sehingga
akan timbul ketosis dan acidosis. Dalam meningkatkan kadar gula dalam darah,
glukagon merangsang glikogenolisis (pemecahan glikogen menjadi glukosa) dan
meningkatkan transportasi asam amino dari otot serta meningkatkan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa dari yang bukan karbohidrat).
Dalam metabolisme lemak, glukagon meningkatkan lipolisis (pemecahan
lemak) (Anderson, 1999; Syaifuddin, 2012; Pearce, 2007; Guyton & Hall, 2012).
Efek anabolik dari hormon insulin adalah sebagai berikut.
a. Efek pada hepar, yaitu meningkatkan sintesa dan penyimpanan glukosa,
menghambat glikogenolisis, glukoneogenesis dan ketogenesis meningkatkan
sintesa triglicerida dari asam lemak bebas di hepar.
b. Efek pada otot, yaitu meningkatkan sintesis protein, meningkatkan
transfortasi asam amino dan meningkatkan glikogenesis.
c. Efek pada jaringan lemak, yaitu meningkatkan sintesa trigliserida dari asam
lemak bebas, meningkatkan penyimpanan trigliserida dan menurunkan
lipolisis.

Kelenjar ini terletak di dalam rongga peritoneal (rongga perut) manusia


dan terdiri dari sel alpha dan sel betha. Masing-masing sel ini menghasilkan
hormon tersendiri, yaitu :
a. Sel Alpha, yang menghasilkan hormon Glukagon yang berperan dalam
produksi glukosa dalam darah.
b. Sel Betha, yang menghasilkan hormon insulin yang berperan dalam
menurunkan kadar glukosa dalam darah
Gambar Kelenjar Pankreas
(Sumber: Guyton & Hall, 2012)

6. Kelenjar Gonad (Kelenjar Reproduksi)


Kelenjar gonad terbentuk pada minggu-minggu pertama gestasi dan
tampak jelas pada minggu pertama. Keaktifan kelenjar gonad terjadi pada masa
prepubertas dengan meningkatnya sekresi gonadotropin (FSH dan LH). Kelenjar
ini disebut juga dengan kelenjar reproduksi karena produknya yang berhubungan
dengan alat reproduksi manusia. Kelenjar ini terletak di bagian alat reproduksi
pria dan wanita. Jika pada pria, terdapat di testis, dan wanita terdapat di ovarium.
Testis terdiri dari dua buah dalam skrotum.Testis mempunyai duafungsi
yaitu sebagai organ endokrin dan reproduksi.Sebagai organ endokrin, testis
menghasilkan hormone testoteron dan estradiol di bawah pengaruh LH. Efek
testoteron pada fetus merangsang diferensiasi dan perkembangan genital ke
arah pria. Pada masa pubertas akan merangsang perkembangan tanda-tanda
seks sekunder seperti perkembangan bentuk tubuh, distribusi rambut
tubuh,pembesaran laring, penebalan pita suara, pertumbuhan dan
perkembangan alat genetalia.
Ovarium berfungsi sebagai organ endokrin dan reproduksi.Sebagai organ
endokrin, ovarium menghasilkan sel telur (ovum) yang setiap bulannya pada
masa ovulasi siap dibuahi sperma. Estrogen dan progesteron akan
mempengaruhi perkembangan seks sekunder,menyiapkan endometrium untuk
menerima hasil konsepsi serta mempertahankan laktasi. Beberapa macam
hormon yang dihasilkan oleh kelenjar ini, antara lain sebagai berikut.
a. Hormon Estrogen, yang berfungsi dalam pertumbuhan dan perkembangan
alat reproduksi sekunder wanita seperti perkembangan payudara,
perkembangan pinggul, dan lain-lain.
b. Hormon Progesteron, yang berfungsi dalam perkembangan dan pertumbuhan
alat reproduksi primer wanita, seperti perkembangan uterus, dan lain-lain.
c. Hormon Androgen, yang berfungsi dalam pertumbuhan dan perkembangan
primer pada pria, seperti pembentukan sperma.
d. Hormon Testosteron, berperandalampertumbuhan dan perkembangan
sekunder pria, seperti perubahan suara, pertumbuhan jakun, dan lain-lain
(Anderson, 1999; Syaifuddin, 2012; Pearce, 2007; Guyton & Hall, 2012).

Gambar Kelenjar Gonad


(Sumber: Heffner, 2008)

Dalam menjalankan fungsinya, kelenjar endokrin juga akan mengalami


peningkatan ataupun penurunan dalam memproduksi hormon-hormon tubuh. Hal
ini juga yang akan menyebabkan penyakit-penyakit pada manusia. Beberapa
penyakit pada sistem hormone antara lain sebagai berikut.
1. Penyakit Addison, terjadi karena berkurangnya produksi dari hormon
glukokortikoid. Hal ini bisa disebabklan oleh kelenjar adrenal yang terinfeksi
atau bisa juga karena proses imun.
2. Sindrom Cushing, disebabkan karena produksi yang berlebihan dari hormone
glukokortikoid. Gejalanya seperti osteoporosis, otot menjadi lemah, luka yang
sulit sembuh, dan gangguan mental.
3. Sindrom Adrenogenital, terjadi karena kurangnya produksi hormon
glukokortikoid akibat kekurangan enzim pembentuk glukokortikoidpada
kelenjar adrenal. Contoh sindrom ini adalah timbulnya tanda-tanda
pertumbuhan reproduksi sekunder pria pada wanita.
4. Diabetes Mellitus, terjadi karena kadar glukosa dalam darah yang meningkat.
Hal ini disebabkan karena produksi glukosa oleh sel alpha yang meningkat
atau penurunan produksi insulin yang berkurang, sehingga tidak dapat
menstabilkan kelebihan glukosa dalam darah.
5. Hipotiroidea, terjadi akibat kekurangan hormon tiroid. Hal ini dapat
menyebabkan kratinisme (tubuh menjadi pendek karena pertumbuhan tulang
dan otot yang terhambat). Kekurangan hormon ini dapat diperbaiki dengan
mengkonsumsi garam yodium yang sesuai.
6. Hipertiroidea, terjadi karena hormon tiroid diproduksi secara berlebihan
sehingga dapat menyebabkan penyakit Graves, yaitu penyakit yang memiliki
gejala seperti pembengkakan kelenjar tiroid, pembesaran bola mata, dan lain-
lain.

B. HORMON YANG BERHUBUNGAN DENGAN SISTEM REPRODUKSI


Hormon berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu hormaein yang mempunyai
arti yang menimbulkan gairah. Definisi klasik hormon adalah suatu zat kimia organik
yang diproduksi oleh sel-sel khusus yang sehat, disalurkan melalui aliran darah,
dalam jumlah sedikit dan dapat menghambat atau merangsang aktivitas fungsional
dari target organ atau jaringan. Hormon adalah subtansi yang dihasilkan oleh sel
atau kelompok sel yang bergerak dalam aliran darah yang mengantarnya ke organ
target atau jaringan dalam tubuh yang memberikan suatu reaksi yang dapat
menolong mengkoordinasi fungsi-fungsi dalam tubuh. Sifat-sifat atau kekhususan
dari hormon adalah zat ini merupakan pengatur fisiologis terhadap kelangsungan
hidup suatu organ atau suatu sistem. Hormon dapat memberikan efeknya pada
struktur-struktur target dengan cara mengubah fungsi gen, memengaruhi jalur-jalur
metabolik secara langsung dan mengontrol perkembangan organ-organ spesifik
atau produk-produk skretorisnya (Anderson,1999; Syaifuddin, 2012; Pearce, 2007;
Wijaya, 1996).
Hormon adalah zat kimia berupa getah yang dihasilkan kelenjar endokrin dan
disekresi secara alami yang kemudian dibawa darah ke areal yang dituju atau
ditentukan. Adanya hormon menimbulkan efek tertentu sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Oleh karena itu, sama halnya dengan sistem tubuh lainnya, sistem
reproduksi juga mempunyai hormon yang memberikan efek dan fungsi dalam
perkembangannya.
Semua hormon berpartisipasi dalam semua aspek reproduksi. Partisipasi ini
mungkin melalui kerja langsung terhadap fungsi fisiologik lingkungan internal yang
menjamin keberhasilan reproduksi atau pengaruh tidak langsung. Hormon-hormon
reproduksi dibagi dalam tiga kategori menurut unsur pembentuknya, yaitugolongan
protein (peptida), golongan steroid, dan golongan asam lemak. Hormon protein atau
polipeptida bermolekul besar dengan berat molekul 300-70.000 dalton dengan sifat-
sifat mudah dipisahkan oleh enzim sehingga tidak dapat diberikan melalui oral tetapi
harus diberikan melalui suntikan, contohnya Gn-RH. Hormon steroid mempunyai
berat molekul 300-400 dalton. Hormon steroid alami tidak efektif apabila diberikan
melalui oral, tetapi steroid sintesis dan yang berasal dari tumbuhan dapat diberikan
melalui oral maupun suntikan,contohnya estrogen, progesteron, dan
androgen.Hormon asam lemak mempunyai berat molekul 400 dalton dan hanya
dapat diberikan melalui suntikan, contohnya prostaglandin). Fungsi hormon
reproduksi adalah merangsang keluarnya hormon-hormon lain, mempengauhi fungsi
gonad, activator sexual, mempertahankan kehamilan dan melisiskan corpus luteum
(Anderson, 1999; Syaifuddin, 2012; Pearce, 2007; Wijaya, 1996).
Ada empat kelenjar endokrin yang terdapat di dalam tubuh yang dapat
menghasilkan hormon reproduksi, yakni Kelenjar Hipofisa, Kelenjar Ovarium,
Endometrium, dan Testis. Hormon-hormon yang dihasilkan oleh empat kelenjar
tersebut, antara lainKelenjar Hipofisa, yang masing-masing bagian anterior
meghasilkan tiga macam hormon reproduksi yaitu, Follicle Stimulating Hormone
(FSH), Luteinizing Hormone dan Luteotropic Hormone, serta bagian posterior yang
menghasilkan dua macam hormon yakni oksitoksin dan vasopressin. Hormon ini
dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh hipofisis akibat rangsangan
dari GnRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel. Hormon ini juga
dihasilkan oleh hipofisis akibat rangsangan dari GnRH. Berfungsi untuk merangsang
sekresi kelenjar Gonade/Foliclle menjadi matang pecah dan ovulasi. GnRH
merupakan hormon yangdiproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH akan
merangsang pelepasan FSH di hipofisis (Anderson, 1999; Syaifuddin, 2012; Pearce,
2007; Wijaya, 1996).
Kelenjar Ovarium yang menghasilkan tiga hormon yaitu estrogen,
progesteron, dan relaksin. Hormon Estrogen dihasilkan oleh ovarium, Estrogen
berguna untuk pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada betina yaitu
pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan, dan lain-lain. Hormon
Progesteron mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat menerima
implantasi zygot, mengatur pembentukan plasenta dan produksi air susu
(Syaifuddin, 2012; Pearce, 2007; Wijaya, 1996).
Hypothalamus

In a continuation of the journey through the human brain, we arrive at the hypothalamus.


The hypothalamus is an organ central to many autonomous functions of the human body,
the most notable of which is the regulation of homeostasis.
Not only is it an integral part of the central nervous system but it also regulates processes
of the endocrine system and is also regarded as an organ of the limbic system.

This tiny little structure (it only accounts for less than 1% of the brain’s weight!) is located
just underneath the thalamus, above the pituitary gland. The role of the hypothalamus
extends over many levels, regulating motor skills, emotional responses, blood pressure,
and so much more.

Anatomy of the Hypothalamus


The hypothalamus is found underneath the thalamus and comprises the floor of the third
ventricle (one of four open spaces in the brain through which cerebrospinal fluid flows).
The hypothalamus extends downward from the brain into a stalk known as the pituitary
stalk (or infundibular stalk), which connects it to the pituitary gland.
It can be divided into three main regions, each containing distinct nuclei and neuron
clusters that are assigned various functions: The anterior region of the hypothalamus is
known as the supraoptic region.

The supraoptic and paraventricular nuclei can be found here along with many more,
smaller nuclei. The supraoptic nucleus functions as the main source of vasopressin, also
known as the antidiuretic hormone (ADH), which plays a key role in the absorption of
salts and glucose and maintaining the concentration of water in the extracellular fluid.

The middle region of the hypothalamus is known as the tuberal region and its primary
nuclei are the ventromedial and arcuate nuclei. The ventromedial nucleus controls the
appetite and the arcuate nucleus releases the growth hormone-releasing hormone (GHRH),
which stimulates the pituitary gland to produce growth hormone (as its name so
thoroughly explains).

Finally, the posterior region of the hypothalamus, called the mammillary region, contains
the following major nuclei: the posterior hypothalamic nucleus and mammillary nuclei.

The posterior hypothalamic nucleus regulates body temperature by initiating the


process of shivering and inhibiting the production of sweat. The mammillary nuclei make
up part of the mammillary bodies that form a fraction of the limbic system.
The posterior region of the hypothalamus is also home to a structure called the median
eminence. This structure contains many endings of neurosecretory cells (these neurons run
along the pituitary stalk down into the pituitary gland).

Structures adjacent to the median eminence (apart from the third ventricle) are the
mammillary bodies and the optic chiasm.

Functions of the Hypothalamus


The hypothalamus is undeniably a powerhouse, regulating processes from sleep cycles to
homeostasis, endocrine functions and more. Its involvement in several autonomic
processes means that its connections and roles in the central nervous system are plentiful.
All this, and it’s only about the size of a pea.

Autonomous Processes Regulated by the Hypothalamus

The autonomous processes regulated by the hypothalamus are key to its ability to control


homeostasis. Each of these processes must be maintained at a specific level called the set-
point.
This set-point can be observed to have minimal changes over time, but overall, it will
remain largely the same. The main elements that contribute to the set-point are blood
pressure, body temperature, the balance of electrolytes and fluids, and body weight.
Inputs to the Hypothalamus
In order to properly manage this set-point, the hypothalamus must receive neurological
inputs from multiple nervous and endocrine system sources. These sources are:

 Nucleus of solitary tract: Also known as the nucleus tractus solitarius, this
pair of cell bodies are located in the brainstem and is central to the
maintenance of homeostasis. This structure has been determined to be the
“primary visceral sensory relay station” of the brain, collecting information
on the respiratory, cardiovascular, and gastrointestinal systems.
 Reticular formation: This network of nerve pathways is located in the
tegmentum of the brainstem and gathers information passed from the spinal
cord and relays it to the hypothalamus. This network contributes to the
regulation of consciousness, contains one of the largest sites of dopamine
production in the brain, and more. This network contributes to the collection
of sensory information, motor activity, and behavioral responses to stimuli.
 Retina: A few fibers stemming from the optic nerve channel directly into the
suprachiasmatic nucleus, a structure that takes in visual sensory information
from the eyes in order to maintain the Circadian rhythm. Hormones and
neuronal signals released from the suprachiasmatic nucleus influence both
behavioral and physiological changes.

 Circumventricular organs: These are areas in the brain where the blood-
brain barrier is particularly weak, allowing fluids to cross into the brain more
easily than in other locations. These organs include
 Pineal body: associated with Circadian rhythm
 Neurohypophysis: releases hormones such as oxytocin and
vasopressin into the blood
 Area postrema: controls the vomiting reflex
 Subfornical organ: regulates bodily fluids and processes such as
osmoregulation, cardiovascular regulation, and energy
maintenance.
 Vascular organ of lamina terminalis: intake of chemosensory
information
 Median eminence: a neurohemal organ that contains a “capillary
bed” into which hypothalamic nerves send their neuronal
transmissions
 Limbic and olfactory systems: gathering and distribution of olfactory
sensory information and the regulation of emotions.

Hormones Released by the Hypothalamus


The hypothalamus can essentially control all endocrine glands in the body and directly
control blood pressure, body temperature, metabolism, and adrenaline levels through the
release of endocrine signals throughout the body. Endocrine signals are hormones
distributed throughout the body via the bloodstream.
There are two neurological components in the hypothalamus responsible for producing the
hormones that drive autonomous nervous system functions: the parasympathetic vagal
nuclei and another cluster of nerve fibers that extend all the way down to the sympathetic
nervous system (the part of the autonomic nervous system that controls the fight-or-flight
response), terminating in the spinal cord.

The hormones released by the hypothalamus include

 Vasopressin, or antidiuretic hormone (ADH): causes water reabsorption


in the kidneys, maintains blood pressure
 Oxytocin: “the cuddle/love hormone,” regulates social interaction and sexual
reproduction
 Growth hormone (GH): in children, acts on several parts of the body to
promote growth; in adults, maintains body structure, metabolism, and
maintenance of blood glucose levels
 Prolactin: plays a role in lactation, maintenance of the reproductive system,
behavior, and regulation of the immune system
 Corticotrophin-releasing hormone (CRH): controls the body’s response to
stress
 Growth hormone-releasing hormone (GHRH): (no, there wasn’t a typo –
this is a real, redundant-sounding hormone) can you guess what this does?
That’s right! This hormone stimulates the release of the growth hormone
 Somatostatin: this hormone inhibits the secretion of pancreatic and
gastrointestinal hormones
 Gonadotrophin-releasing hormone (GnRH): this is released from the
nerve cells in the brain, controlling the production of luteinizing hormone
and follicle-stimulating hormone
 Thyrotrophin-releasing hormone: regulates the production and secretion
of thyroid-stimulating hormone and prolactin

Potential Problems With the Hypothalamus

Just like any other part of the body, there are potential diseases and injuries that could
particularly affect the hypothalamus. The difficulty with hypothalamic injuries and
diseases is that, because the hypothalamic is so far-reaching in its roles in the central
nervous system, limbic system, and endocrine system, it can pose a tremendous challenge
to diagnose and treat issues that may arise in connection to this organ.
One of the most well-known problems affecting the hypothalamus is hypothalamic disease
(even this disease isn’t highly specific, as it can be applied to many different symptoms).

Hypothalamic disease is most commonly caused by physical trauma to the head and can
span over a number of disorders or hypothalamus-related malfunctions. Symptoms can
manifest as sleeping disorders, problems with appetite, growth abnormalities, and more.
Other causes include surgery, radiation, and tumors. There are even genetic links to
hypothalamic diseases like Kallman and Prader-Will syndromes, for example. Diabetes
insipidus and hypopituitarism are other known disorders related to the malfunctioning of
the hypothalamus.
When symptoms are too difficult to decipher or multiple symptoms occur at once, the issue
may be referred to as a hypothalamic-pituitary disorder. This is because the hypothalamus
and pituitary gland work so closely together. But don’t worry! It’s not all a guessing game.
There are tests to monitor hormone levels that narrow down the possibilities as to what
may be the source of the disorder or disease.

Other symptoms that could potentially point to dysfunction of the hypothalamus include:

 Unusually high/low blood pressure


 Fluctuations in body temperature
 Unintentional weight gain/loss
 Sudden changes in appetite
 Insomnia
 Infertility
 Delayed onset of puberty
 Stunted growth
 Excessive dehydration
 Frequent urination
Almost every single structure in the whole of the brain (including the forebrain, midbrain,
and hindbrain) has several functions that it performs simultaneously, 24/7.

Each one of these functions is essential to our survival as human beings. Even such a tiny
thing as the hypothalamus plays a massive role in the regulation of many different aspects
of our nervous systems, both central and peripheral.
As you’ve read, the hypothalamus is involved in many autonomic functions, maintenance of
homeostasis, regulation of the Circadian rhythm, and so much more. Its essentiality to the
nervous system can never be overstated.
Translate

Hipotalamus

Dalam kelanjutan perjalanan melalui otak manusia, kita tiba di hipotalamus. Hipotalamus
adalah organ pusat banyak fungsi otonom tubuh manusia, yang paling menonjol adalah
pengaturan homeostasis.
Tidak hanya merupakan bagian integral dari sistem saraf pusat tetapi juga mengatur
proses sistem endokrin dan juga dianggap sebagai organ sistem limbik.
Struktur kecil mungil ini (hanya menyumbang kurang dari 1% dari berat otak!) terletak
tepat di bawah thalamus, di atas kelenjar pituitari. Peran hipotalamus meluas ke berbagai
tingkatan, mengatur keterampilan motorik, respons emosional, tekanan darah, dan banyak
lagi.

Anatomi Hipotalamus
Hipotalamus ditemukan di bawah talamus dan terdiri dari lantai ventrikel ketiga (salah
satu dari empat ruang terbuka di otak tempat cairan serebrospinal mengalir). Hipotalamus
memanjang ke bawah dari otak ke dalam tangkai yang dikenal sebagai tangkai hipofisis
(atau tangkai infundibular), yang menghubungkannya dengan kelenjar hipofisis.
Ini dapat dibagi menjadi tiga wilayah utama, masing-masing berisi inti dan kelompok
neuron yang berbeda yang ditugaskan berbagai fungsi: Wilayah anterior hipotalamus
dikenal sebagai wilayah supraoptik.
Inti supraoptik dan paraventrikular dapat ditemukan di sini bersama dengan lebih banyak
lagi, inti yang lebih kecil. Nukleus supraoptik berfungsi sebagai sumber utama vasopresin,
juga dikenal sebagai hormon antidiuretik (ADH), yang memainkan peran kunci dalam
penyerapan garam dan glukosa dan mempertahankan konsentrasi air dalam cairan
ekstraseluler.
Wilayah tengah hipotalamus dikenal sebagai wilayah tuberal dan inti utamanya adalah inti
ventromedial dan arkuata. Nukleus ventromedial mengontrol nafsu makan dan nukleus
arkuata melepaskan hormon pelepas hormon pertumbuhan (GHRH), yang merangsang
kelenjar pituitari untuk menghasilkan hormon pertumbuhan (seperti yang dijelaskan
dengan sangat teliti oleh namanya).
Akhirnya, regio posterior hipotalamus, yang disebut regio mammillary, berisi nukleus
mayor berikut: nukleus hipotalamus posterior dan nuclei mammillary.

Nukleus hipotalamus posterior mengatur suhu tubuh dengan memulai proses menggigil
dan menghambat produksi keringat. Nuclei mammillary membentuk bagian dari badan
mammillary yang membentuk sebagian kecil dari sistem limbik.
Daerah posterior hipotalamus juga merupakan rumah bagi struktur yang disebut
eminensia median. Struktur ini mengandung banyak ujung sel neurosecretory (neuron ini
berjalan di sepanjang tangkai hipofisis turun ke kelenjar hipofisis).
Struktur yang berdekatan dengan eminensia median (terlepas dari ventrikel ketiga) adalah
badan mamilari dan kiasma optikum.
Fungsi Hipotalamus
Hipotalamus tidak dapat disangkal adalah pembangkit tenaga listrik, mengatur proses dari
siklus tidur hingga homeostasis, fungsi endokrin dan banyak lagi. Keterlibatannya dalam
beberapa proses otonom berarti bahwa koneksi dan perannya dalam sistem saraf pusat
berlimpah. Semua ini, dan ini hanya seukuran kacang polong.
Proses Otonom Diatur oleh Hipotalamus

Proses otonom yang diatur oleh hipotalamus adalah kunci kemampuannya untuk
mengontrol homeostasis. Masing-masing proses ini harus dipertahankan pada tingkat
tertentu yang disebut set-point.
Set-point ini dapat diamati memiliki perubahan minimal dari waktu ke waktu, tetapi secara
keseluruhan, sebagian besar akan tetap sama. Elemen utama yang berkontribusi terhadap
set-point adalah tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan elektrolit dan cairan, dan berat
badan.

Masukan ke Hipotalamus
Untuk mengelola titik setel ini dengan benar, hipotalamus harus menerima masukan
neurologis dari berbagai sumber sistem saraf dan endokrin. Sumber-sumber ini adalah:
• Nukleus traktus solitarius: Juga dikenal sebagai nukleus traktus solitarius, pasangan
badan sel ini terletak di batang otak dan merupakan pusat pemeliharaan homeostasis.
Struktur ini telah ditetapkan sebagai "stasiun relai sensorik viseral primer" di otak, yang
mengumpulkan informasi tentang sistem pernapasan, kardiovaskular, dan gastrointestinal.
• Formasi retikuler: Jaringan jalur saraf ini terletak di tegmentum batang otak dan
mengumpulkan informasi yang diteruskan dari sumsum tulang belakang dan
menyampaikannya ke hipotalamus. Jaringan ini berkontribusi pada pengaturan kesadaran,
berisi salah satu tempat produksi dopamin terbesar di otak, dan banyak lagi. Jaringan ini
berkontribusi pada pengumpulan informasi sensorik, aktivitas motorik, dan respons
perilaku terhadap rangsangan.
• Retina: Beberapa serat yang berasal dari saluran saraf optik langsung ke nukleus
suprachiasmatic, sebuah struktur yang menerima informasi sensorik visual dari mata
untuk mempertahankan ritme sirkadian. Hormon dan sinyal saraf yang dilepaskan dari
nukleus suprachiasmatic mempengaruhi perubahan perilaku dan fisiologis.

• Organ sirkumventrikular: Ini adalah area di otak di mana penghalang darah-otak sangat
lemah, memungkinkan cairan untuk masuk ke otak lebih mudah daripada di lokasi lain.
Organ-organ tersebut antara lain:
• Badan pineal: berhubungan dengan ritme sirkadian
• Neurohipofisis: melepaskan hormon seperti oksitosin dan vasopresin ke dalam darah
• Area postrema: mengontrol refleks muntah
• Organ subfornical: mengatur cairan tubuh dan proses seperti osmoregulasi, regulasi
kardiovaskular, dan pemeliharaan energi.
• Organ vaskular lamina terminalis: pemasukan informasi kemosensori
• Eminensia median: organ neurohemal yang berisi “kapiler” tempat saraf hipotalamus
mengirimkan transmisi sarafnya
• Sistem limbik dan penciuman: pengumpulan dan distribusi informasi sensorik penciuman
dan pengaturan emosi.

Hormon yang Dikeluarkan oleh Hipotalamus

Hipotalamus pada dasarnya dapat mengontrol semua kelenjar endokrin dalam tubuh dan
secara langsung mengontrol tekanan darah, suhu tubuh, metabolisme, dan kadar adrenalin
melalui pelepasan sinyal endokrin ke seluruh tubuh. Sinyal endokrin adalah hormon yang
didistribusikan ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
Ada dua komponen neurologis di hipotalamus yang bertanggung jawab untuk
memproduksi hormon yang mendorong fungsi sistem saraf otonom: nukleus vagal
parasimpatis dan sekelompok serabut saraf lain yang memanjang sampai ke sistem saraf
simpatik (bagian dari sistem saraf otonom yang mengontrol respons fight-or-flight),
berakhir di sumsum tulang belakang.

Hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus antara lain:


• Vasopresin, atau hormon antidiuretik (ADH): menyebabkan reabsorpsi air di ginjal,
mempertahankan tekanan darah
• Oksitosin: “hormon pelukan/cinta”, mengatur interaksi sosial dan reproduksi seksual
• Hormon pertumbuhan (GH): pada anak-anak, bekerja pada beberapa bagian tubuh untuk
mendorong pertumbuhan; pada orang dewasa, mempertahankan struktur tubuh,
metabolisme, dan pemeliharaan kadar glukosa darah
• Prolaktin: berperan dalam laktasi, pemeliharaan sistem reproduksi, perilaku, dan
pengaturan sistem kekebalan tubuh
• Hormon pelepas kortikotropin (CRH): mengontrol respons tubuh terhadap stres
• Hormon pelepas hormon pertumbuhan (GHRH): (tidak, tidak ada kesalahan ketik – ini
adalah hormon yang nyata dan terdengar berlebihan) dapatkah Anda menebak apa
fungsinya? Betul sekali! Hormon ini merangsang pelepasan hormon pertumbuhan
• Somatostatin: hormon ini menghambat sekresi hormon pankreas dan gastrointestinal
• Hormon pelepas gonadotropin (GnRH): ini dilepaskan dari sel saraf di otak, mengontrol
produksi hormon luteinizing dan hormon perangsang folikel
• Hormon pelepas tirotropin: mengatur produksi dan sekresi hormon perangsang tiroid
dan prolaktin

Potensi Masalah Dengan Hipotalamus


Sama seperti bagian tubuh lainnya, ada potensi penyakit dan cedera yang secara khusus
dapat memengaruhi hipotalamus. Kesulitan dengan cedera dan penyakit hipotalamus
adalah, karena peran hipotalamus begitu luas dalam sistem saraf pusat, sistem limbik, dan
sistem endokrin, hal itu dapat menimbulkan tantangan yang luar biasa untuk mendiagnosis
dan mengobati masalah yang mungkin timbul sehubungan dengan itu. ke organ ini.
Salah satu masalah paling terkenal yang mempengaruhi hipotalamus adalah penyakit
hipotalamus (bahkan penyakit ini tidak terlalu spesifik, karena dapat diterapkan pada
banyak gejala yang berbeda).
Penyakit hipotalamus paling sering disebabkan oleh trauma fisik pada kepala dan dapat
mencakup sejumlah gangguan atau malfungsi terkait hipotalamus. Gejala dapat
bermanifestasi sebagai gangguan tidur, masalah nafsu makan, kelainan pertumbuhan, dan
banyak lagi.
Penyebab lainnya termasuk pembedahan, radiasi, dan tumor. Bahkan ada hubungan
genetik dengan penyakit hipotalamus seperti sindrom Kallman dan Prader-Will, misalnya.
Diabetes insipidus dan hipopituitarisme adalah gangguan lain yang diketahui terkait
dengan tidak berfungsinya hipotalamus.
Ketika gejala terlalu sulit untuk diuraikan atau beberapa gejala terjadi sekaligus, masalah
tersebut dapat disebut sebagai gangguan hipotalamus-hipofisis. Ini karena hipotalamus
dan kelenjar pituitari bekerja sangat erat. Tapi jangan khawatir! Itu semua bukan
permainan tebak-tebakan. Ada tes untuk memantau kadar hormon yang mempersempit
kemungkinan apa yang mungkin menjadi sumber gangguan atau penyakit.
Gejala lain yang berpotensi menunjukkan disfungsi hipotalamus meliputi:
• Tekanan darah tinggi/rendah yang luar biasa
• Fluktuasi suhu tubuh
• Kenaikan/penurunan berat badan yang tidak disengaja
• Perubahan nafsu makan yang tiba-tiba
• Insomnia
• Infertilitas
• Tertundanya pubertas
• Pertumbuhan terhambat
• Dehidrasi berlebihan
• Sering buang air kecil
Hampir setiap struktur tunggal di seluruh otak (termasuk otak depan, otak tengah, dan
otak belakang) memiliki beberapa fungsi yang dilakukan secara simultan, 24/7.
Masing-masing fungsi ini penting untuk kelangsungan hidup kita sebagai manusia. Bahkan
hal kecil seperti hipotalamus memainkan peran besar dalam pengaturan berbagai aspek
sistem saraf kita, baik pusat maupun perifer.
Seperti yang telah Anda baca, hipotalamus terlibat dalam banyak fungsi otonom,
pemeliharaan homeostasis, pengaturan ritme sirkadian, dan banyak lagi. Esensinya
terhadap sistem saraf tidak pernah bisa dilebih-lebihkan.
Pengertian Kelenjar Pineal
Kelenjar pineal merupakan salah satu kelenjar endokrin yang terdapat pada otak
vertebrata, termasuk otak manusia. Fungsi utamanya adalah untuk memproduksi
serotonin, sebuah hormon yang berfungsi untuk meregulasi siklus tidur.

Kelenjar pineal terletak di bagian belakang ventrikal tiga otak. Pada orang
dewasa, kelenjar pineal umumnya berukuran antara 5 – 9mm dengan berat 0,1
gram.

Bentuk dari kelenjar pineal menyerupai biji pinus, mungkin oleh karena itu
namanya adalah pineal (Latin Pinea = Pinus).

Fungsi Kelenjar Pineal


 Memproduksi melatonin.
 Untuk meregulasi siklus tidur.
 Berperan dalam meregulasi kerja kelenjar pituitary.
 Mempengaruhi sekresi hormon seks.
 Membantu metabolisme obat.
 Tempat untuk mengatur pigmentasi kulit.
 Berhubungan dengan sel-sel yang sensitif cahaya.
 Berhubungan dengan saraf mata “penglihatan”.
 Pusat penerima dari seluruh sensor eterik seperti penglihatan,
pendengaran, emosi dan lainnya.
 Mengatur waktu biologis yang berhubungan dengan musim dan cahaya.
 Pengatur suhu tubuh.
 Sebagai mata ketiga dan berhubungan dengan rohani.

Sel Kelenjar Pineal


 Pinealocytes yaitu terletak dibelakang ventrikel ketiga diantara 2 “dua”
belahan otak, berfungsi sekresi hormon melantonin.
 Interstitial cells yakni sel yang memberi bentuk pada kelenjar pineal,
bentuk memanjang dan sitoplasma berwarna gelap.
 Neuron pineal ialah salah satu bagian neuron pada hewan vertebrata.
 Peptidergic neuron like-cell merupakan sebuah sel yang mengatur
peracrine terdapat pada beberapa spesies.
 Perivascular phagocyte adalah suatu sel yang terletak dekat pembuluh
darah sebagai sel antigen, sel ini dapat ditemukan pada bagian kelenjar
pineal pada tikus.

Struktur Kelenjar Pineal


Ukuran dari kelenjar pineal pada manusia sekitar 8 mm dengan warna
kemerahan abu-abu berukuran kacang polong. Struktur kelenjar pineal kalau
dilihat dari perkembangannya, berasal dari perluasaan hipotalamus.

Hipotalamus berfungsi sebagai pada fungsi otak. Kelenjar pineal terbagi menjadi


2 “dua” belahan dengan alur badan talamik bulat bergabung yaitu lobular
parenkim dari pinealocytes.

Berdasarkan struktur, kelenjar pineal ini tersusun atas :

 Peredaran darah
 Sistem saraf
 Sel
 Pembangun
 Simetri
Cara Kerja Kelenjar Pineal
Cara kerja kelenjar pineal saat waktu tidur berhubungan dengan waktu malam
dan siang. Saat malam hari, hormon melantonin pada kelenjar pineal akan
bekerja lebih lama dibandingkan siang hari. Panjangnya waktu yang
menghasilkan hormon melantonin berhubungan dengan jam biologis manusia.

Sedangkan cara kerja kelenjar pineal ketika melakukan aktivitas seksual tiap
tingkatan umur berbeda. Pada saat kalian masih anak-anak, kelenjar pineal dan
kelenjar tymus akan berada dalam kondisi aktif sehingga menghambat
perkembangan seksual.

Dengan demikian saat masa pubertas kelenjar pineal akan mengalami


penyusutan dan mengeluarkan sedikit melatonin.

Adapun cara kerja kelenjar pineal berhubungan dengan mata ketiga dan rohani
hampir sama seperti cara kerja saat kalian masih anak-anak. Hanya saja ketika
berhubungan dengan mata ketiga dan rohani.

Kelenjar pineal akan menghasilkan DMT “Dimethyltryhptamine” yaitu zat yang


menghubungan antara nyata dan tidak nyata membentuk pola resonansi. Dalam
kondisi ini seseorang bisa kembali ke dunia nyata dimana kita bisa melihat
secara nyata dan tidak nyata.

Selama kelenjar pineal aktif dan melepaskan DMT maka terjadi proses biokimia
dan bioelektronik, kelenjar ini bisa aktif karena tergantung pada aktivitas yang
dilakukan oleh individu maupun lingkungan.
Timus

Pengertian Kelenjar Timus


Kelenjar Timus merupakan salah satu organ dalam tubuh yang mengontrol
proses kekebalan tubuh. Kelenjar Timus juga memproses sejenis sel darah putih
yang dikenal dengan T-limfosit.

T-limfosit ini mengatur imunitas sel, yang berarti bahwa mereka membantu sel-
sel mengenali dan menghancurkan bakteri, virus yang menyerang, serta
menghambat pertumbuhan sel yang tidak normal seperti kanker, dan jaringan
asing.
Kelenjar timus merupakan salah satu kelenjar yang terletak di dalam rongga
dada atas dan yang memiliki fungsi utama untuk dapat memproduksi Sel limfosit
T.

Organ ini termasuk ke dalam organ endokrin yang sangat penting dalam sistem
kekebalan tubuh. Kelenjar timus juga akan tumbuh dan mencapai berat
maksimalnya ketika manusia akan memasuki masa pubertas kemudian hilang
ketika beranjak dewasa.

Oleh karena itu kelenjar timus sering hanya dijumpai pada anak usia dibawah 18
tahum. Warna kelenjar ini kemerah-merahan dan terdiri dari dua lobus.

Fungsi Kelenjar Timus


1. Memproduksi Sel Limfosit T

Kelenjar timus akan memproduksi hormon tymosin, yaitu hormon berfungsi


sebagai pemicu pembentukan sel limfosit T dalam tubuh.

Sel limfosit T merupakan sebuah kelompok sel darah putih yang berperan sangat
penting dalam sistem kekebalan tubuh, terutama pada sistem kekebalan tubuh
Seluler. Sel Limfosit T juga bisa membedakan jenis patogen berdasarkan suatu
kemampuannya berevolusi sepanjang waktu.

2. Berperan Sedikit Dalam Pertumbuhan Hingga Masa Pubertas

Kelenjar timus sedikit berperan dalam pertumbuhan seseorang karena kelenjar


timus memiliki tumpukan hormon somatotrof yang merupakan hormon
pertumbuhan.

 
Bagian dan Struktur Kelenjar Timus
Kelenjar timus ialah organ lembut yang terletak diatas jantung tepat setelah leher
pada rongga dada bagian atas. Kelenjar timus juga dapat dibagi menjadi dua
lobus yang dikelilingi oleh kapsul fibrosa.

Ketika manusia dilahirkan kelenjar ini memiliki panjang sekitar 5 mm, lebar 4 mm
dan tebal 6 mm. Masing-masing lobul ini dapat disusun oleh lobulus-lobulus yang
dipisahkan oleh sebuah jaringan areolar.

Kelenjar timus terdiri dari 2 bagian utama yaitu sebagai berikut ini :

1. Korteks

Korteks kelenjar timus merupakan bagian luar yang disusun oleh limfosit dan sel
epitel retikular yang akan berhubungan dengan bagian medulla. Korteks
merupakan tempat awal terbentuknya sel T.

2. Medulla

Pada bagian medulla sel epitel retikularnya lebih kasar, sedangkan sel
limfositnya lebih sedikit. Pada bagian medulla juga dapat ditemukan Hassall’s
corpus yaitu sebuah struktur seperti sarang yang merupakan salah satu tempat
berkumpulnya sel epitel retikular, medulla ini juga ialah suatu tempat
pembentukan sel T lanjutan.

Letak Kelenjar Timus


Kelenjar timus ini terletak di bagian anterior rongga dada. Membentang dari
suatu bagian inferior leher ke mediastinum superior.

Itu terletak di salah satu bagian depan manubrium sternum (tulang dada) dan
juga memiliki ukuran yang bervariasi, mungkin akan bisa meluas ke bagian atas
dari mediastinum bawah (di bawah sudut sternum).

Dan hal ini dapat menempatkan kelenjar timus kira-kira pada tingkat T4 untuk T6
vertebra. Hal ini melekat pada dinding dada anterior dan di baliknya terdapat
aorta, saluran pernapasan dan kerongkongan.
 

Kelainan Pada Kelenjar Timus


Myasthenia gravis ialah kondisi yang mempengaruhi otot dan menyebabkan otot
melemah dalam jangka panjang, terutama otot-otot yang mengontrol mata,
kelompak mata, ekspresi wajah mengunyah, menelan, berbicara dan lain-lain.

Penyakit ini biasanya menyerang laki-laki berusia 60 tahun keatas dan wanita
usia kurang dari 40 tahun. Di samping itu Myasthenia gravis juga dapat
menghancurkan sinyal atau komunikasi antar saraf dan otot sehingga otot-otot
menjadi lemah dan mudah lelah.

Salah satu penyebab mengapa pada kelenjar timus ini dapat menyerang sel
yang sehat yaitu karena ukuran kelenjar timus yang tidak dapat mengecil setelah
masa puberts “menurut para ahli, meskipun penyebabnya belum diketahui
secara pasti”.
Paratiroid gland

Pengertian Kelenjar Paratiroid


Kelenjar paratiroid merupakan salah satu kelenjar endokrin di leher yang
memproduksi atau mensekresi hormon paratiroid.

Biasanya manusia memiliki empat kelenjar paratiroid, yang letaknya terdapat di


bagian belakang dari kelenjar tiroid atau kelenjar yang dekat dengan kelenjar
tiroid sehingga disebut dengan “paratiroid”, atau di kasus yang langka, di dalam
kelenjar tiroid itu sendiri atau di dada.
Hormon paratiroid yang dihasilkan oleh kelenjar ini berfungsi untuk mengontrol
kadar kalsium di darah dan tulang. Kelenjar ini akan terus berproduksi secara
konstan hingga seseorang mencapai usia 30 tahun.

Fungsi Kelenjar Paratiroid


 Pengatur dan pengendali kecepatan metabolismu tulang
 Pengatur kadar serum kalsium tubuh dengan mempengaruhi
tulang, ginjal dan usus untuk resopsi kalsium.
 Meningkatkan kecepatan remodeling kerangka dan kecepatan resorpsi
tulang
 Meningkatkan jumlah osteoblas dan osteoklas pada permukaan tulang
 Peningkatan awal dalam memasukkan kalsium ke sel-sel jaringan tertentu
 Pengubah keseimbangan asam-basa tubuh
 Meningkakan kadar kalsium plasma
 Mengurangi kadar fosfar plasma
 Meningkatkan absorpsi kalsium dari usus sebagai proses pencernaan
makanan.

Struktur Kelenjar Paratiroid


Sebuah kelenjar paratiroid biasanya mempunyai panjang sekitar 6 mm, lebar
sekitar 3 mm serta tebal sekitar 2 mm. Jika seseorang mempunyai ukuran
kelenjar yang jauh lebih besar daripada ukuran normal, maka bisa jadi orang
tersebut menderita penyakit hiperparatiroid atau tumor. Seringkali kelenjar
paratiroid ini warnanya cokelat kehitaman.

Di tubuh manusia, ada empat kelenjar paratiroid dengan dua kelenjar paratiroid
pada masing-masing sisi atas dan bawah. Tetapi jumlah tersebut bervariasi
dapat lebih maupun dapat berkurang.

Kelenjar paratiroid di orang dewasa mempunyai sel pemimpin (chield cell) yang
berisikan apparatus golgi, yakni tempat diproduksinya hormon paratiroid. Di
kelenjar tiroid juga ada sel oksifil yang berisikan granula oksifil dan sejumlah
besar mitokondria dalam sitoplasma.
Sebelum memasukan masa pubertas hanya ditemui sebagian dikit sel oksifil,
tetapi sesudah itu jumlah sel ini menjadi banyak seiring bertambahnya usia.

Fungsi sel oksifil masih belum banyak diketahui, bisa jadi sel itu adalah
modifikasi atau sisa dari chief sel yang tidak lagi menghasilkan hormon.

Silkulasi darah pada kelenjar paratiroid seringkali dilakukan oleh cabang arteri
tiroidea inferior di masing-masing sisi. 1/3 kelenjar paratiroid pada manusia
mempunyai dua atau lebih arteri paratiroid.

Pembuluh limfe paratiroid banyak dan mempunyai keterkaitan dengan pembuluh


limfe kelenjar tiroid dan kelenjar thymus. Persarafan di kelenjar paratiroid adalah
saraf yang sifatnya simpatis yakni langsung dari gangila servikalis superior atau
metida.

Anda mungkin juga menyukai