Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PATOLOGI KLINIK

SISTEM ENDOKRIN DAN HORMON

Disusun Oleh:

1. Ika Fadhilatul H (1508010035)


2. Rully Panji M P (1508010061 )
3. Aditya Yuliandaru P (1508010069)
4. Hema Yuzaiga R H (1508010096)
5. Liani Sugesi (1508010119)
6. Amalia Intan Utami (1608010046)
7. Fuad Nur Fitria (1608010108)
8. Husein Kamal (1608010)
FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2019

System endokrin atau system hormone adalah jaringan kelenjar yang


memproduksi hormone didalam tubuh. Hormone sendiri merupakan senyawa kimia
tubuh penyampai pesan artinya hormone dan system endokrin berperan dalam
komunikasi antar sel, karena hormone membawa informasi dan instruksi. Sistem
endokrin meliputi sistem dan alat yang mengeluarkan hormon atau alat yang
merangsang keluarnya hormon yang berupa mediator kimia. Sistem endokrin
berkaitan dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua
sistem ini bekerja sama untuk mempertahankan homeostasis. Sistem endokrin
bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui neurotransmiter yang
dihasilkan oleh ujung-ujung saraf. Kelenjar terdiri dari dua tipe yaitu endokrin dan
eksokrin. Kelen(ar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah.
Kelenjar endokrin terdapat pada pulau Langerhans, kelenjar gonad ( ovarium dan
testis), kelenjar adrenal, hipofise, tiroid dan paratiroid. Sedangkan kelenjar
eksokrin melepaskan sekresinya ke dalam duktus pada permukaan tubuh seperti
kulit dan organ internal ( lapisan traktus intestinal-sel APUD. . Hormon berfungsi
untuk membedakan sistem saraf pusat dan sistem reproduktif pada janin yang
sedang berkembang, merangsang urutan perkembangan,mengkoordinasi sistem
reproduksi, memelihara lingkungan internal secara optimal dan melakukan respon
korektif dan adaptif ketika terjadi kedaruratan. Terdapat dua klasifikasi pembagian
hormon yaitu hormon yang larut dalam air dan lemak. Hormon yang larut dalam air
yaitu insulin, glukagon, hormon adrenokortikotropik (ACTH) dan gastrin.
Hormon yang larut dalam lemak yaitu steroid ( estrogen, progesteron, testoteron,
aldosteron, glukokortikoid ) dan tironin (tiroksin).

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin


System endokrin adalah suatu system yang bekerja dengan perantaraan
zat-zat kimia (hormon) yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar
endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan
mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan sel-sel,
lempengan ataugumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus yang banyak
mengandung pembuluh kapiler.
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya,
medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf
(neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua
kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.
Kelenjar endokrin tidak memiliki saluran, hasil sekresi dihantarkan
tidak melaui saluran, tapi dari sel-sel endokrin langsung masuk ke pembuluh
darah. Selanjutnya hormon tersebut dibawake sel-sel target (responsive cells)
tempat terjadinya efek hormon. Sedangkan ekresi kelenjar eksokrin keluar dari
tubuh kita melalui saluran khusus, seperti uretra dan saluran kelenjar ludah.

Dalam tubuh manusia ada tujuh kelenjar endokrin yang penting, yaitu:
1. Hipofisis
Kelenjar Hipofisis (pituitary) disebut juga master of gland atau kelenjar
pengendali karena menghasilkan bermacam-macam hormon yang mengatur
kegiatan kelenjar lainnya. Kelenjar ini berbentuk bulat dan berukuran kecil,
dengan diameter 1,3 cm. Hipofisis dibagi menjadi hipofisis bagian anterior,
bagian tengah (pars intermedia), dan bagian posterior.
a) Lobus anterior (adenohipofise)
Berasal dari kantong rathke (dua tulang rawan) yang menempel pada
jaringan otak lobus posterior, menghasilkan sejumlah hormon yang
bekerja sebagai pengendali produksi dari semua organ endokrin yang
lain.
 Hormon Somatrotopin (Growth Hormone). Hormon pertumbuhan
yang berfungsi merangsang sintesis protein dan metabolisme lemak,
serta merangsang pertumbuhan tulang (terutamatulang pipa) dan
otot. Kekurangan hormon ini pada anak-anak dapat menyebabkan
pertumbuhannya terhambat atau kerdil (kretinisme), jika kelebihan
akan menyebabkan pertumbuhan raksasa (gigantisme). Jika
kelebihan terjadi pada saat dewasa, akan menyebabkan pertumbuhan
tidak seimbang pada tulang jari tangan, kaki, rahang, ataupun tulang
hidung yang disebut akromegali.
 Hormon Tirotropik atau thyroid stimulating hormone (TSH).
Mengontrol pertumbuhan dan perkembangan kelenjar gondok atau
tiroid serta merangsang sekresi troksin.
 Hormon Adrenokortikotropik (ACTH). Mengontrol pertumbuhan
dan perkembangan aktivitas kulit ginjal dan merangsang kelenjar
adrenal untuk mensekresikan glukokortiroid.
 Prolaktin (PRL) dan Lactogenic Hormon (LSH). Membantu
kelahiran dan memelihara sekresi susu oleh kelenjar payudara.
 Hormon Gonadotropin. Follicle stimulating hormone (FSH) yang
memiliki fungsi bebeda pada wanita dan pria. Pada wanita, hormone
ini merangsang pertumbuhan dan perkembangan folikel ovarium,
tempat berkemngangnya ovum atau sel telur. Hormone ini juga
mendorong sekresi hormone estrogen dan ovarium. Pada pria FSH
diperlukan untuk produksi sperma. Luteinzing hormone (LH) pada
wanita berperan dalam ovulasi dan luteinisasi, serta mengatur
sekresi hormon-hormon seks wanita, estrogen dan progesterone,
oleho ovarium. Pada pria hormon ini merangsang sel interstisium
leydig di testis untuk mengeluarkan hormone seks pria, testosterone,
sehingga hormon. ini memiliki nama alternatife interstitial sell-
stimulating hormon.
b) Pars Media
Jenis hormon serta fungsi hipofisis pars media yaitu Melanosit
Stimulating Hormon (MSH) yang berfungsi mempengaruhi warna kulit
individu dengan cara menyebarkan butir melanin, apabila hormon ini
banyak dihasilkan maka menyebabkan kulit menjadi hitam.
c) Lobus Posterior (neurohipofisis)
Lobus posterior hipofisis terdiri dari jaringan saraf dan karenanya juga
dinamai neurohipofisis, berasal dari evaginasi atau penonjolan dasar
ventrikel otak ketiga.
 Oksitosin. Menstimulasi otot polos pada rahim wanita selama proses
melahirkan.
 Hormon ADH. Menurunkan volume urin dan meningkatkan tekanan
darah dengan cara menyempitkan pembuluh darah.

2. Tiroid
Tiroid merupakan kelenjar yang terdiri dari folikel-folikel dan terdapat
di depan trakea dan terdiri dari dua buah lobus. Kelenjar tiroid
menghasilkan dua macam hormon yaitu tiroksin (T4) dan Triiodontironin
(T3). Hormon ini dibuat di folikel jaringan tiroid dari asam amino (tiroksin)
yangmengandung yodium. Yodium secara aktif di akumulasi oleh kelenjar
tiroid daridarah. Oleh sebab itu kekurangan yodium dalam makanan dalam
jangka waktu yanglama mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok hingga
15 kali.
Hormon yang dihasilkan dari kelenjar tiroid, yaitu:
a) Tiroksin. Mengatur metabolisme, pertumbuhan, perkembangan, dan
kegiatan sistem syaraf.
b) Triiodontrionin. Mengatur metabolisme, pertumbuhan, perkembangan,
dan kegiatan sistem syaraf.
c) Kalsitonin. Menurunkan kadar kalsium dengan cara mempercepat
absorpsi kalsium oleh tulang.

3. Paratiroid
Kelenjar paratiroid terletak diatas selaput yang membungkus kelenjar
tiroid. Terdapat dua pasang (4 buah) terletak di belakang tiap lobus dari
kelenjar tiroid, dua sebelah kiri dan dua sebelah kanan. Besarnya setiap
kelenjar kira-kira 5x5x3 mm dengan berat antara 25-30 mg berat
keseluruhan lebih kurang 120 mg. Fungsi kelenjar paratiroid yaitu mengatur
metabolisme fosfor dan mengatur kadar kalsium darah.
Kelenjar ini menghasilkan parathormon (PTH) yang berfungsi untuk
mengaturkonsentrasi ion kalsium dalam cairan ekstraseluler dengan cara
mengatur : absorpsikalsium dari usus, ekskresi kalsium oleh ginjal, dan
pelepasan kalsium dari tulang.
Hormon paratiroid meningkatkan kalsium darah dengan cara
merangsang reabsorpsi kalsium di ginjal dan dengan cara penginduksian sel
—sel tulang osteoklas untuk merombak matriks bermineral pada osteoklas
untuk merombak matriks bermineral pada tulang sejati dan melepaskan
kalsium ke dalam darah.
4. Suprarenalis
Kelenjar suprarenalis atau adrenal berbentuk bola, atau topi yang
menempel pada bagian atas ginjal. Beratnya kira-kira 5-9 gram berjumlah
dua buah sesuai dengan jumlah ginjal. Pada setiap ginjal terdapat satu
kelenjar suprarenalis dan dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar (korteks)
dan bagian tengah (medula). Bagian korteks menghasilkan hormone-
hormon yang dikatagorikan sebagai hormone steroid, sedangkan bagian
medula menghasilkan katekolamim
Kelenjar suprarenalis dibagi atas:
a) Korteks Adrenal. Bagian luar berwarna kekuning-kuningan yang
menghasilkan kortisol, disebut korteks yang terdiri dari sel-sel epitel
yang besar berisi lipoid yang disebut foam cells, terdiri dari zona
glomerulosa (lapisan luar), zona fasikulata (lapisan tengah yang paling
besar), dan zona retikularis (lapisan dalam langsung yang mengelilingi
medulla). Pemeliharaan struktur tubuh dan aktivitas sekresi dari korteks
suprarenal dipengaruhi oleh hormone adrenokortikotropin (ACTH) dari
lobus anterior hipofise. Korteks adrenal menghasilkan hormon
mineralokortikoid yang berfungsi mengontrol metabolisme ion anorganik
dan hormon glukokortikoid berfungsi untuk mengontrol metabolisme
glukosa.
b) Medula Adrenal
Terdiri dari sel-sel yang menghasilkan hormon epinefrin dan hormon
norepinefrin yang mengandung sel-sel ganglion simpatis dan kelenjar
medula adrenal. Kedua hormon tersebut bekerja sama dalam hal berikut,
yaitu dilatasi bronkiolus, vasokonstriksi pada arteri, vasodilatasi
pembuluh darah otak dan otot, mengubah glikogen menjadi glukosa
dalam hati, dan gerak peristaltik.

5. Pankreas
Kelenjar pankreas merupakan sekelompok sel yang terletak pada
pankreas, sehingga dikenal dengan pulau-pulau langerhans. Kelenjar
pankreas menghasilkan hormon insuline dan glukogen. Insulin
mempermudah gerakan glukosa dari darah menuju ke sel- sel tubuh
menembus membrane sel.
Kepala pankreas terletak dekat kepala duodenum, sedangkan ekornya
sampai ke lien. Pankreas mendapat darah dari arteri linealis dan arteri
mesenterika superior.

6. Kelenjar Kelamin
Kelenjar gonad yaitu testis pada pria dan ovarium pada wanita,
mempunyai fungsi endokrin dan reproduksi. Sebagai kelenjar endokrin,
testis menghasilkan hormon seks yaitu androgen dan sperma. Sedangkan
ovarium menghasilkan estrogen dan progesterone serta memproduksi sel
telur.
Gonad dan kelenjar-kelenjar aksesori pada waktu lahir mempunyai
ukuran yang lebih kecil dan tidak berfungsi. Pada masa pubertas kelenjar
gonad menjadi aktif dan sifat kelamin sekunder mulai nampak, terjadi
peningkatan sekresi gonadotropin (FSH dan LH) yang merangsang
perkembangan dan produksi kelenjar gonad. Peningkatan sekresi FSH dan
LH disebabkan kepekaan hipotalamus terhadap inhibisii (hambatan) steroid
menurun.

7. Kelenjar Pienalis
Kelenjar pienalis (epifise) ini terdapat dalam sentrikel otak, berbentuk
kecil dengan warna merah seperti sebuah cemara, menonjol dari mensefalon
ke atas dan ke belakang kolikus superior. Kelenjar ini menghasilkan sekresi
interna dalam membantu pankreas dan kelenjar kelamin berperan penting
dalam mengatur aktivitas seksual dan reproduksi manusia. Glandula pienalis
diatur oleh isyarat syaraf yang ditimbulkan oleh cahaya yang terlihat oleh
mata, menyekresi melatonin, dan zat lain yang serupa melewati alirandarah
atau cairan sentrikel III ke glandula hipofise anterior menghambat sekresi
hormon gonadotropin, dan gonad menjadi terhambat lalu berinvolusi.

B. Penyakit Sistem Endokrin dan Hormon

1. HIPOPITUITARISME
Hal ini ditandai dengan rendahnya produksi hormon oleh kelenjar hipofisis,
yang terletak jauh di dalam otak dan dianggap sebagai kelenjar endokrin
yang paling penting dalam tubuh atau sistem hormonal. Human Growth
Hormone ( HGH ) atau hormon pertumbuhan manusia adalah salah satu
dari enam hormon yang diproduksi oleh bagian anterior dari kelenjar
pituitari. Kekurangan hormon ini pada anak - anak mengakibatkan
gangguan pertumbuhan atau dwarfisme. gejala yang menonjol lainnya
seperti lemas, mual muntah dan tingkat detak jantung lambat, telat dalam
berpikir, haus yang ekstrim, munculnya keriput halus disebelah mata dan
mulut dan sebagainya. Diagnosis dini dan pemberian HGH dapat
memperbaiki kondisi dan mengakibatkan anak kembali atau mendekati
normal. Berbagai gejala ditimbulkan dalam kasus kekurangan hormon lain
dari kelenjar pituitari. Jika semua hormon kelenjar penting ini dirilis dalam
jumlah sedikit, maka kondisi ini disebut sebagai panhipohipofisesme.
Karena hormon kelenjar pituitari berfungsi sebagai stimulan bagi kelenjar
lain untuk memproduksi hormon, situasi seperti ini mungkin memiliki efek
bola salju, sehingga mengakibatkan kekurangan hormon seks, hormon
kelenjar adrenal dan hormon tiroid juga.

2. HIPOTIROIDISME
Gangguan dari sistem endokrin ini terjadi ketika hormon tiroid diproduksi
dalam jumlah sedikit oleh kelenjar tiroid. Insufisiensi ini, pada gilirannya
akan menyebabkan perlambatan semua proses metabolisme dalam tubuh.
Gangguan autoimun, seperti penyakit Hashimoto dan produksi yang tidak
memadai hormon tiroid merangsang dikelompokkan antara penyebab
hipotiroidisme. Biasanya berkembang selama bertahun - tahun, tingkat
keparahan gejala tergantung pada tingkat kekurangan hormon tiroid.
Beberapa gejala yang jelas termasuk kelelahan, intoleransi dingin, sembelit,
berat badan yang tidak biasa, rambut rontok, kurangnya minat dalam seks,
gondok,lemas, suara menjadi lebih dalam, gangguan kemampuan mental,
periode menstruasi berkepanjangan, dan sebagainya. Munculnya gejala full-
blown mengarah ke kondisi yang disebut sebagai myxedema. Pengobatan
dilakukan melalui terapi penggantian hormon seumur hidup dengan hormon
tiroid atau tiroksin.

3. HIPERTIROIDISME
Hipertiroidisme disebabkan oleh sekresi berlebihan dari hormon tiroid oleh
kelenjar tiroid yang terletak di daerah leher. Hormon ini berkaitan dengan
pengaturan pertumbuhan tubuh dan proses metabolisme. Hasil
Hipertiroidisme dari kelebihan otonom hormon tiroid oleh kelenjar
membesar yang menderita penyakit Grave. Dalam kasus yang kurang
umum, sekresi sangat tinggi dari hormon tiroid juga bisa terjadi akibat
pertumbuhan yang tidak diinginkan dari nodul tunggal pada kelenjar.
Gejala ini lima kali lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria,
biasanya mempengaruhi orang pada usia berkisar antara 30 sampai 40
tahun. Dikaitkan dengan pertumbuhan dan metabolisme, jumlah kelebihan
hormon mempercepat semua aktivitas metabolisme dalam tubuh, yang juga
melibatkan pembakaran jumlah surplus kalori. Gejala yang umum termasuk
pembengkakan di leher, kecemasan & stres, insomnia, meningkatkan
tingkat detak jantung, gelisah, keringat berlebihan, gerakan cepat usus, dan
penurunan berat badan meskipun peningkatan nafsu makan dan konsumsi
makanan tinggi. Dalam sebagian besar kasus, hipertiroidisme dapat
diobati,tetapi jika diabaikan, mungkin akan berakibat fatal dan mengambil
alih kehidupan penderita. Metode pengobatan yang disukai adalah
pemberian yodium radioaktif dan pasien mungkin memerlukan pengawasan
medis sepanjang hidup mereka. Dalam keadaan tertentu, operasi
pengangkatan bagian yang terkena dari kelenjar tiroid juga mungkin
dianjurkan.
4. DIABETES MELITUS
Diabetes insipidus dan diabetes mellitus keduanya merupakan gangguan
pada sistem endokrin, karena masing-masing ditandai dengan kekurangan
hormon, yang terakhir ini juga dikenal sebagai gangguan fungsi metabolik.
Mellitus selanjutnya dapat dibedakan ke dalam Diabetes tipe 1 dan Diabetes
tipe 2, di mana sebelumnya juga disebut sebagai Diabetes Juvenile.
Penyakit ini dipicu oleh kekurangan hormon,diabetes menyebabkan
peningkatan abnormal pada tingkat glukosa darah, kondisi yang lebih
dikenal sebagai hiperglikemia. Dalam tipe 1, hiperglikemia dikaitkan dengan
gangguan autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru mulai
menyerang sel-sel yang memproduksi insulin di pankreas. Di sisi lain,
Diabetes tipe 2, sebagian besar disebabkan oleh penyebab genetik,sehingga
penyakit tersebut diwariskan dari orang tua kepada anak - anaknya. Insulin
adalah salah satu dari dua hormon pankreas yang penting, yang lainnya
adalah gukagon diproduksi dalam jumlah cukup, jumlah gula mulai
meningkat dalam alirandarah, 'ang (uga diekskresikan dalam urin. Di antara
ge(ala 'ang paling umum, ada termasuk buang air kecil yang berlebihan,
peningkatan rasa haus dan nafsu makan, penglihatan kabur, penurunan
berat badan yang tidak disengaja, lemas, dan lesu. Dalam situasi ekstrem,
pasien mungkin bahkan akan mengalami koma. obat alami untuk penyakit
ini adalah mengatur dan mengontrol pola makan serta berolahraga teratur.
Karena jika terjadi buang air kecil yang berlebihan, korban biasanya
disarankan untuk minum air lebih banyak untuk menjaga kandungan fluida
dan tubuh. Pengobatannya dengan cara menyuntikan insulin secara teratur,
yang akan memungkinkan pasien menjalani hidup normal atau mendekati
normal. penting untuk dicatat bahwa suntikan insulin harus diberi batas
waktu tepat untuk menghindari kondisi hipoglikemia, di mana kadar
glukosa darah turun di bawah batas normal.
5. GONDOK
Sebuah manifestasi umum dari penyakit Grave dan tiroiditis Hashimoto,
gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid berbentuk seperti kupu-kupu
yang terletak didaerah leher tubuh. Kondisi ini biasanya terjadi karena
kekurangan yodium, dan telah menjadi langka di Amerika Serikat setelah
munculnya garam beryodium. Pembengkakan kelenjar biasanya tidak
menimbulkan rasa sakit, tapi kadang-kadang jika terlalu besar akan
menyebabkan kesulitan bernafas. Di sini perlu dicatat bahwa gangguan
sistem endokrin ini mempengaruhi perempuan empat kali lebih sering dari
laki-laki. Strategi pengobatan yang disarankan melibatkan suplementasi
hormon tiroid dalam tubuh yang meringankan beban kelenjar, sehingga
membawa penurunan ukurannya. Kadang-kadang, perlu untuk diangkat
sebagian atau seluruh kelenjar yang bengkak melalui operasi. cara terbaik
untuk menghindari kelainan tersebut adalah mengkonsumsi garam
beryodium dalam makanan secara teratur.

C. Pemeriksaan Penunjang Penyakit Sistem Endokrin dan Hormon

Evaluasi laboratorium merupakan hal yang penting untuk menegakkan dan


memperkuat diagnosis endokrin dan untuk membantu menyingkirkan diagnosis
spesifik. Uji laboratorium biasanya mengukur kadar hormon dalam cairan tubuh,
gejala sisa dari hormon, ataupun gejala sisa dari proses yang menyebabkan
kelainan hormon. Uji ini dapat dilakukan di bawah keadaan acak atau basal,
keadaan yang ditentukan dengan tepat, ataupun sebagai respon terhadap
beberapa rangsangan provokatif. Dalam mengukur kadar hormon, sensitivitas
mengacu pada konsentrasi terendah dari hormon yang dapat dideteksi secara
tepat, dan spesifisitas mengacu pada sifat spesies tertentu yang bereaksi dengan
uji hormone ini.

1. pengukuran kadar Hormon : Kadar Basal


Hormon diukur secara langsung dari sampel atau setelah ekstraksi dan
pemurnian. Sebagian besar pengukuran adalah terhadap hormon aktif,
walaupun pengukuran dari metabolit atau prekursor hormon ataupun zat
yang dilepaskan secara serentak kadang-kadang memberikan informasi
yang terbaik. Dengan demikian, pada umumnya, dalam menilai status
vitamin D, akan lebih informatif untuk mengukur hormon prekursor, 25-
(OH)D3 walaupun hormone aktif yang utama adalah 1,25-(OH)2D3. Pada
sindroma 21-hidroksilase, masalah klinik adalah defisiensi dari kortisol,
sementara pengukuran yang paling peka adalah kadar -hidroksiprogesteron
plasma, suatu prekursor dari hormon. Dalam a17 memeriksa
feokromositoma, kadar dari metabolit epinefrin kadang-kadang lebih
informatif ketimbang kadarhormon aktifnya, yaitu epinefrin.
1. Assay Plasma dan Urin Assay hormon dalam sampel darah, plasma atau
serum, akan memberikan suatu indikasi dari kadar hormon pada saat itu.
Untuk hormon dengan waktuparuh yang panjang yang kadarnya tidak
berubah dengan cepat (contohnya, tiroksin), pengukuran sampel yang
diambil secara acak memberikan suatu penilaian dari status hormon. Untuk
hormon dengan paruh-hidup yang lebih pendek, seperti epinefrin atau
kortisol, assay ini hanya akan memberikan informasi untuk saat
pengumpulan sampel. Dengan demikian, pada suatu feokromositoma yang
secara episodik melepaskan epinefrin, peningkatan kadar epinefrin plasma
akan ditemukan hanya selama periode pelepasan dan tidak di
antaranya.Penyakit Cushing yang spontan dapat dikaitkan dengan suatu
peningkatan jumlah pelepasan kortisol dengan kadar kortisol plasma normal
diantara pulsa. Pada stadium awal dari perkembangan penyakit Addison,
jumlah pulsa pelepasan kortisol dapat menurun, tetapi sewaktu-waktu
dapat terjadi pelepasan di mana setelah itu kortisol plasma dapat dalam
rentang yang normal. Assay urin mengukur kadar hormon atau
metabolitnya, dan periode pengumpulan dapat berupa suatu sampel acak
atau, lebih sering, suatu pengumpulan berkala (biasanya24 jam).
2. Kadar Hormon Bebas
Banyak hormon beredar terikat dengan protein plasma, dan umumnya
merupakan fraksi hormone bebas yang secara biologik relevan. Dengan
demikian, penilaian dari kadar hormon bebas lebih penting ketimbang
penilaian dari kadar hormon total. Sejumlah uji untuk mengukur kadar
hormon bebas tersedia saat ini. Assay ini dapat menggunakan dialisis
keseimbangan, ultrafiltrasi,pengikatan kompetisi, dan cara-cara lain.
Namun, uji seperti ini tidak biasa digunakan. Salah satu dari uji yang sering
digunakan adalah indeks tiroksin bebas, yang digunakan untuk mengukur
hormon bebas secara tak langsung dengan menilai kemampuan dari plasma
untuk mengambil T4; hal ini berbanding terbalik dengan penjenuhan dari
ikatan protein oleh hormon endogen dan berbanding langsung dengan fraksi
hormon total yang bebas . Pengukuran kalsium bebas daripada konsentrasi
ion kalsium total juga semakin banyak digunakan. Ada kemungkinan bahwa
pada masa selanjutnya akan terdapat peningkatan penggunaan pengukuran
konsentrasi hormon bebas. Seperti disebutkan di atas, pada beberapa
kasus-contohnya kortisol-kadar urin dari hormon dapat memberikan suatu
penilaian langsung mengenai konsentrasihormon plasma bebas (1,3)
3. Immunoassay
Immunoassay hormon menggunakan antibodi dengan afinitas yang tinggi
terhadap hormon. Antibodi bisa poliklonal atau monoklonal. Jika hormon
manusia akan dihasilkan antibodi cukup berbeda dari pada hormon pada
hewan, maka hormon yang tidak dimodifikasi dapat digunakan untuk
menghasilkan antibodi
4. Assay Nonimunologik
Assay nonimunologik termasuk assay kimiawi, yang mengambil manfaat
dari gugusan yang secara kimiawi reaktif dalam molekul; bioassay, yang
menilai aktivitas dari hormon yang diinkubasi dengan sel atau jaringan in
vitro atau disuntikkan ke dalam seekor hewan; dan assay pengikatan-
reseptor dan assay lain, yang memanfaatkan afinitas tinggi hormon untuk
reseptor atau molekul lain seperti protein pengikat-plasma. Uji ini jarang
digunakan. Immunoassay umumnya unggul daripada assay reseptor karena
memiliki afinitas yang lebih tinggi terhadap hormon ketimbang reseptor.
Suatu contoh dari uji reseptor adalah uji yang menggunakan biakan sel dari
suatu tumor tiroid (sel FRTL-5) yang mengandung reseptor TSH, untk
mendeteksi antibodi terhadap reseptor ini yang ditemukan pada penyakit
Graves.
5. Pengukuran Tak Langsung Status Hormon
Pengukuran dari status hormon dapat lebih penting daripada pengukuran
kadar hormon dan pada banyak situasi memberikan informasi pelengkap
yang penting. Walaupun dilakukan pengukuran dari kadar hormon, biasa
untuk mendapatkan paling tidak satu indeks dari efek hormon dalam
mendiagnosis suatu penyakit endokrin. Kadar glukosa darah lebih berguna
ketimbang kadar insulin 11plasma dalam mendiagnosis dan mengobati
diabetes melitus. Kadar insulin plasma dapat tinggi pada keadaan
hiperglikemia nyata pada diabetes melitus noninsulin-dependen, dan pada
diabetes melitus dependen-insulin kadar insulin merupakan suatu indeks
yang kurang dapat diandalkan dari status diabetes ketimbang glukosa
darah. Pengukuran dari kadar kalsium serum merupakan hal yang kritis
untuk mengevaluasi aldosteronisme primer. Penyebabyang paling sering
dari peningkatan kadar aldosteron adalah dehidrasi, latihan, terapi diuretika,
dan keadaan lain yang menghasilkan aldosteronisme sekunder; pada
keadaan ini, kadar renin plasma cenderung lebih tinggi.

Pemeriksaan Urin dan darah

1. Kadar Growth Hormon


Nilai normal 10 p.g ml baik pada anak dan orang dewasa. Pada bayi
dibulan-bulan pertama kelahiran nilai ini meningkat kadarnya. Spesimen
adalah darah vena lebih kurang 5 cc. Persiapan khusus secara fisik tidak
ada.
1. Kadar Tiroid Stimulating Hormon (TSH)
Nilai normal 6-10 1.1.g/ml. Dilakukan untuk menentukan apakah gangguan
tiroid bersifat primer atau sekunder. Dibutuhkan darah lebih kurang 5 cc.
Tanpa persiapan secara khusus.
2. Kadar Adrenokatiko Tropik (ACTH) Pengukuran dilakukan dengan test
supresi deksametason. Spesimen yang diperlukan adalah darah vena lebih
kurang 5 cc dan urine 24 jam.

Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Hipofise

1. Foto tengkorak (kranium)


Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga
atropi. Tidak dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namun pendidikan
kesehatan tentang tujuan dan prosedur sangatlah penting.
1. Foto tulang (osteo)
Dilakukan untuk melihat kondisi tulang. Pada klien dengan gigantisme akan
dijumpai ukuran tulang yang bertambah besar dari ukuran maupun
panjangnya. Pada akromegali akan dijumpai tulang-tulang perifer yang
bertambah ukurannya ke samping. Persiapan fisik secara khusus tidak ada,
pendidikan kesehatan diperlukan.
2. CT scan otak
Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofise atau
hipotalamus melalui komputerisasi. Tidak ada persiapan fisik secara khusus,
namun diperlukan penjelasan agar klien dapat diam tidak bergerak selama
prosedur

D. Interpretasi Klinik

1. Tiroid

a. Pemeriksaan Free Thyroxine (FT4)


merupakan cara paling baik untuk mengukur hormon tiroid yang bebas
dalam peredaran darah. FT4 menggambarkan hormon yang aktif bekerja
pada sel-sel tubuh. Obat-obatan atau penyakit-penyakit lain bisa
mempengaruhi kadar T4 total, tetap tidak bisa mempengaruhi jumlah FT4
yang beredar dalam darah. Kadar FT4 normal adalah 9 - 20 pmol/L (piko
mol per liter). Kadar FT4 yang tinggi menunjukkan hipertiroid, sedangkan
kadar FT4 yang rendah menunjukkan hipotiroid (Tandra, 2011).
b. Pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormon
Thyroid-Stimulating Hormon (TSH) adalah hormon yang diproduksi oleh
kelenjar hipofisis atau pituari. Ketika hormon tiroid yang beredar didalam
darah menurun, TSH akan banyak dikeluarkan. Sebaliknya, jika kebanyakan
hormon tiroid, pembentukan TSH akan dikurangi. Pemeriksaan Thyroid-
Stimulating Hormon (TSH) adalah tes fungsi tiroid yang akurat untuk
mengukur fungsi kelenjar tiroid. Pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormon
sensitive (TSHs) memiliki akurasi lebih tinggi atau lebih sensitif jika
dibandingkan dengan TSH, yaitu sampai 1/1000 sedangkan TSH hanya
sampai 1/100. Kadar normal TSHs adalah 0,25 - 5 µlU/mL (mikroliter unit
per mililiter). Kadar TSHs yang rendah menunjukkan hipertiroid, kadar
TSHs yang tinggi menunjukkan hipotiroid (Tandra, 2011).

2. Diabetes Militus

 GDP (Gula darah puasa) adalah kadar gula darah setelah 8 jam tanpa
asupan kalori
 GDA (Gula darah acak) adalah kadar gula darah di waktu kapanpun tanpa
memperhatikan jangka waktu sejak terakhir makan
 GD2PP (Gula darah 2 jam post prandial) adalah kadar gula darah setelah 2
jam tes toleransi oral glukosa (75 g beban glukosa).
 HbA1c menunjukkan paparan glukosa di darah dalam 3 bulan terakhir.

 Nilai Normal Kadar FSH

Wanita FSH (ng/L)


< 8 thn 0,6-0,8
8-12 th 1,2-2,4
12-14 th 1,7-2,8
14-18 th 2,2-3,0
Dewasa
Midcycle 2,6-24
Kehamilan Tak terdeteksi
premenopause 1,1-5,3
Pasca menopause 11,0-66

 Harga normal hormon estrogen pada wanita

Hormone Jenis kelamin Unit konvensional


Estradiol Wanita (pg/mL)
< 8 th 8-18
8-12 16-34
12-14 20-68
14-18 20-100
Fase folikuler 100-350
Lutcal 100-350
Pasca menopause 10-30
Estriol Kehamilan (ng/mL)
30-32 mgg 2-12
33-35 mgg 3-29
36-38 mgg 5-27
39-40 mgg 10-30
Tidak hamil <2
Estrone Wanita ng/mL
Fase folikuler 30-100
Ovulasi > 150
Lutcal 90-150
Pascamenopause 20-140

 Harga normal progesterone pada wanita

Hormone Jenis kelamin

Progesterone Wanita ng/mL


Fase folikular 0,3-0,8
Fase lutcal 4-20

E. Obat untuk penyakit sistem endokrin dan hormone


1. Hormon tiroid dan Anti Tiroid
THYROZOL
Kompisisi : Tiamazol 5 mg; 10mg; 20mg.
Indikasi : Hipertiroidisme terutama pasien muda, persiapan operasi dan
yang akan mengalami pengobatan radioiodin.
Efek samping : alergi kulit, perubahan pada jumlah sel darah, limfadenitis,
pembengkakan kelenjar ludah.
Dosis : 2 cara pemberian: a). Pemblokiran total produksi hormon
tiroid : 25-40mg per hari. Kasus ringan : sehari 2x 1 tablet 10
mg (20mg). Kasus berat : sehari 2x 1 tab 20mg(40mg). Setelah
fungsi tiroid normal, umumnya antara minggu ke 3-8: dosis
perlahan lahan diturunkan hingga dosis pemeliharaan 5-sehari
20mg; b). Bila hanya menggunakan tiamazol, dosis tergantung
pada aktivitas metabolik masing masing pasien dengan
memperhatikan niai TSH, dosis 2,5mg dan 10 mg.
2. Obat antihipothiroidisme
a. EUTHYROX
Komposisi : levotiroksin 5mg; 10mg; 20mg.
Indikasi : eutiroid goiter (struma non toksik), hipotiroidisme,
kombinasi pada terapi hipotiroidisme setelah
fungsi normal tercapai.
b. THYRAX
Komposisi : levotiroksin Na 100 mcg.
Indikasi : hipotiroidisme, supresi kadar TSH pada peny.
Gondok, nodul tiroid dan setelah terapi radiologik
pembedahan pada kanker tiroid, supresi efek
gaitrogenik dari obat lain, untuk diagnsis dan tes
supresi.
Efek samping :Takikardia, cemas, tremor, sakit kepala, kemerahan
muka, perspirasi, penurunan bb.
Dosis dewasa : awal 0,05 - 0,1 mg/hari, dosis harian ditingkatkan
tiap 2 minggu 0,025-0,05mg. Anak > lebih dari 12
tahun sehari 150-200mcg.
3. Obat Hormon Pertumbuhan
a. Somatren
Indikasi : untuk defisiensi atau kekurangan hormone
pertumbuhan pada anak yang dapat
membantu pertumbuhan anak
Dosis : harus disesuaikan dan diberikan oleh spesialis.
Maksimum 0,1 mg/kg tiga kali seminggu. Dosis total
seminggu 6-7 kali pemberian, respon baik bila obat
diberikan tiap hari
Efek samping : Hiperglikemia dan ketosis bias terjadi pada pasien
dengan riwayat DM
Somatropin
Indikasi : berperan dakam mengendalikan pertumbuhan tulang, otot,
organ serta memengaruhi kecepatan pertumbuhan tubuh dengan
memeberikan stimulasi kepada hati untuk mensekresi hormone
somatomedin dan defisiensi hormone pertumbuhan pada anak
Efek samping : -
Dosis dan pemberian : dosis maksimum 0,006 mg/kg dibagi 3 kali
pemberian dalam seminggu atau 6-7 pemberian dalam seminggu dan
diberikan dengan cara IM.
3. Obat Hormon Esterogen
a. Esetreva
Indikasi : kekurangan esterogen pada wanita menopause secara
natural atau akibat operasi
Kontraindikasi : jangan diberikan kepada ibu yang hamil dan
menyusui
Efek samping : perasaan tidak enak pada dada, pusing, keluarnya
cairan pada putting susu
Dosis : rata-rata 1,5 g geli setiap hari
b. Microginon
Indikasi : kontrasepsi oral
Kontraindikasi : thrombosis, emboli paru, infrak miokard, gangguan
kardiovaskular
Perhatian : tidak boleh diberikan pada inu hamil yang sedang dalam
kondisi buruk
Efek samping : pendarahan sedikit-sedikit, sensitifitas pada
payudara, nyeri sekresi pada payudara
Dosis : sehari 1 tablet dimulai pada hari pertama siklus haid
4. Obat Diabetes Melitus
a. Adecco ( Metformin 500 mg )
Indikasi : Dm tipe 2 monoterapi atau kombinasi dengan antidiabetik
oral lain. Dm tipe 1 dan tipe 2 kombinasi dengan insulin
Kontrainsikasi : koma diabetes, ketoasidosis, kerusakan penyakit
ginjal luar
Perhatian : asidosis laktat, gagal ginjal
Interaksi obata : sulfonylurea, insulin, beta bloker, ACE inhibitor
Efek samping : gangguan saluran pencernaan rasa seperti logam YK
Dosis : 500 mg 2-3 kali sehari maksimum 3g/hari sebelum atau
sesudah makan
b. Calmega
Indikasi : DM ringan atau sedang
Kontraindikasi : tidak boleh diberikan kepada penderita non diabetic
dengan glikosurian ginjal, gangguan fungsi hati dan ginjal parah,
DM dengan komplikasi
Efek samping : efek GI, reaksi hipoglikemia dan alergi kulit
Dosis : ½ tablet/hari bersama makan pagi, dosis dapat ditingkatkan
hingga 1 tablet maksimum 3 tablet/hari

F. Kelainan Pada Sistem Hormon

1. Penyakit Addison
Penyakit ini terjadi karena sekresi yang berkurang dari
glukokortikoid. Hal ini dapat terjadi misalnya karena kelenjar
adrenal terkena infeksi atau disebabkan oleh autoimun. Gejala-
gejalanya : a. Berkurangnya volume dan tekanan darah karena
turunnya kadar Na+
dan volume air dari cairan tubuh. b. Hipoglikaemia dan turunnya
daya tahan tubuh terhadap stres, sehingga mudah terjadi shock. c.
Lesu mental dan fisik.
2. Sindrom Cushing
Kumpulan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh sekresi
berlebihan dari glukokortikoid seperti tumor adrenal dan hipofisis.
Dapat juga disebabkan oleh obat-obatan kortikosteroid yang
berlebihan. Gejala-gejalanya : a. Otot-otot mengecil dan menjadi
lemah karena katabolisme protein. b. Osteoporosis c. Luka yang
sulit sembuh. d. Gangguan mental.
3. Sindrom Adrenogenital
Kelainan ini terjadi karena kekurangan produksi glukokortikoid
yang biasanya akibat kekurangan enzim pembentuk glukokortikoid
pada kelenjar adrenal. Akibatnya kadar ACTH meningkat dan zona
retikularis dirangsang untuk mensekresi androgen yang
menyebabkan timbulnya kelainan-kelainan sekunder pria pada
seorang wanita disebut virilisme.
4. Peokromositoma
Tumor adrenal medula yang menyebabkan hipersekresi adrenalin
dan noradrenalin dengan akibat sebagai berikut : a. Basal
metabolisme meningkat.
b. Glukosa darah meningkat. c. Jantung berdebar. d. Tekanan
darah meninggi. e. Berkurangnya fungsi saluran pencernaan. f.
Keringat pada telapak tangan.
5. Struma
Pembengkakan dari kelenjar tiroid yang menimbulkan
pembenjolan pada leher bagian depan. Penyebabnya antaralain
peredangan, tumor ataupun defisiensi yodium.
6. Hipotiroidea
Keadaan ini terjadi karena kekurangan hormon tiroid. Bila terjadi
pada masa bayi dan anak, hipotiroidea menimbulkan kretinisme
yaitu tumbuh menjadi pendek karena pertumbuhan pada tulang
dan otot terhambat, disertai kemunduran mental karena sel-sel
otak kurang berkembang. Ciri-cirinya : muka bulat, perut buncit,
leher pendek, dan lidah yang besar.
7. Hipertiroidea
Keadaan ini terjadi karena hormon tiroid disekresikan melebihi
kadar normal. Gejalanya seperti : berat badan menurun,
gemeteran, berkeringat, nafsu makan besar, jantung berdebar dan
BMR meningkat melebihi 20 sampai 100.
8. Diabetes Melitus (DM)
Diabetes Melitus adalah penyakit yang disebabkan oleh kelainan
hormon yang mengakibatkan sel-sel dalam tubuh tidak dapat
menyerap glukosa dari darah. Gejalanya : merasa lemas, tidak
bertenaga, ingin makan yang manis, sering buang air kecil, dan
mudah sekali merasa haus.

Anda mungkin juga menyukai