PENDAHULUAN
Kebakaran selalu menelan banyak kerugian baik moril, materil bahkan sering kali juga
keselamatan manusia. Bila kebakaran tersebut menimpa fasilitas publik misalnya rumah sakit,
maka yang menderita kerugian tentu masyarakat banyak. Rumah sakit adalah suatu institusi
pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan social ekonomi
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
(UU. No.44 tahun 2009)
Di lihat dari segi rehabilitasi fasilitas maka kecelakaan akibat kebakaran memerlukan
waktu yang relatif lama belum lagi kerugian seperti arsip, sertifikat dan lain sebagainya. Oleh
karena itu mencegah terjadinya kebakaran merupakan pilihan utama dalam teknologi
penanggulangan kebakaran. Dari sisi legal formal disebutkan dalam UU No. 1 Tahun 1970
“Dengan perundangan ditetapkan persyaratan keselamatan kerja untuk mencegah, mengurangi
dan memadamkan kebakaran”. Kemudian diikuti dengan peraturan lain misalnya: Keputusan
Menteri Tenaga Kerja RI No.186/MEN/1999 Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di
Tempat Kerja dan lain sebabagainya menyebutkan dalam Pasal ayat 1 “Pengurus atau
Perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, menyelenggarakan
latihan penganggulangan kebakaran di tempat kerja”.
Kasus kebakaran yang pernah melanda sebuah rumah sakit AMRI di Dhakuria, Kolkata
Selatan, pada 8 Desember 2011 waktu setempat. Mengakibatkan 93 orang meninggal dunia.
(Khabar South Asia, 24 Desember 2011). Kejadian serupa juga terjadi di Indonesia,terbakarnya
Rumah Sakit Otorita Batam (ANTARA News, 26 Februari 2010).
Pada saat terjadi kebakaran, ada empat hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan
bahaya api,yaitu penghuni bangunan (manusia), isi bangunan (harta), struktur bangunan dan
bangunan yang letaknya bersebelahan. Tiga hal yang pertama berkaitan dengan bahaya api yang
ada pada bangunan yang terbakar, sedangkan hal yang terakhir merupakan pertimbangan bagi
bangunan lainnya dan lingkungan komunitas secara menyeluruh. Hasil identifikasi bahaya
kebakaran di bangunan rumah sakit didapatkan fakta terdapat empat sumber utama penyebab
kebakaran, yakni penggunaan peralatan listrik, sambungan pendek arus listrik, menggunakan
tabung gas bertekanan, menggunakan berbagai macam bahan kimia baik cair maupun padat yang
bersifat flammable, korosif dan harmful. Sehingga dapat disimpulkan rumah sakit termasuk
kategori bangunan yang beresiko kebakaran dilihat dari banyaknya sumber potensi bahaya dan
penghuninya sebagian adalah orang sakit yang tidak mampu melayani dan menyelamatkan
dirinya sendiri apabila terjadi kebakaran.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, kami tertarik untuk membahas bagaimana cara
mengurangi potensi risiko dan upaya tanggap darurat terhadap bahaya kebakaran di Rumah Sakit
Otorita Batam.
TELAAH PUSTAKA
Sumber penyebab potensi penyebab kebakaran di rumah sakit sama halnya penyebab kebakaran
pada tempat kerja yang lain. Disini dititik beratkan pada penggunaan peralatan pada tempat-
tempat atau bagian-bagian di rumah sakit mengingat rumah sakit mempunyai ciri yang khusus
antara lain :
Pada instlasi listrik di luar zone G dan zone M ,pada instalasi nya di luar zone G dan zone
M harusla dipatuhi persyaratan pada puil A1,A3 yang mempunyai persyaratan pencegahan
kebakaran terutama pada :
a. Tusuk kontak
Yang sering menyebabkan percikan bunga api pertma disebabkan oleh beban alat yang
cukup besar
Pada tusuk kontak dianjurkan disesuaikan besar beban yang dipakai atau paling sedikit
satu tingkat diatas kemampuan daya pkul tusuk koontak tersebut dan diberikan penutup
kontak .
b. Sakelar(kotak kontak )
Pada sakelar ini sering tejadi loncatan bunga api yang disebabkan oleh pemasukan beban
yang secara tiba-tiba dan beban yang cukup besar dan didaerah sekitar lembab ,sangat
panas atau mengandung bahan korosif .
Untuk penempatan kotak kontak diusahakan penempatannya didaerah yang kering atau
tidak lembab dan mudah terjangkau /tidak tertutup atau terhalang daerah sekitarnya .
c. Instlasi daya kabel instalasi
Dengan diameter yang terlalu kecil tidak seimbang dengan beban,maka kabel instalasi
akan panas dan mudah teratur
Untuk mencegah mudah terbakar kabel instalasi listrik mak harus diadakan pengetsan
tahanan isolasi minimal 1 tahun seklai dan harus lebih teliti dalam mengawasi
penyambungan atau penambhan daya listrik pada jaringan listrik yang tidak sesuai
rencana harus seijin dari IPS RS,untuk daerah tetntu misal: ruang operasi ,ruang
cobalt ,ruang isolasi dan lain-lain.
a. Air
Air digunakan sebagai media pemadam kebakaran yang cocok atau tepat untuk memadamkan
kebakaran bahan padat (klas A) karena dapat menembus sampai bagian dalam.
Bahan pada yang cocok dipadamkan dengan menggunakan air adalah seperti:
- Kayu
- Arang
- Kertas
- Tekstil
- Plastik dan sejenisnya.
b. Busa
Jenis media pamadam kebakaran, busa adalah salah satu media yang dapat digunakan
untuk memadamkan api. Ada 2 (dua) macam busa yang berfungsi untuk memadamkan
kebakaran yaitu busa kimia dan busa mekanik.Busa kimia dibuat dari gelembung yang
mengandung zat arang dan carbon dioksida, sedangkan busa mekanik dibuat dari campuaran zat
arang dengan udara. Busa dapat memadamkan kebakaran melalui kombinasi tiga aksi
pemadaman,yaitu:
– Menutupi yaitu membuat selimut busa diatas bahan yang terbakar, sehingga kontak dengan
oksigen (udara) terputus.
– Mendinginkan yaitu menyerap kalori cairan yang mudah terbakar sehingga suhunya
menurun.
c. Serbuk kimia kering
Daya pemadam dari serbuk kimia kering ini bergantung pada jumlah serbuk yang dapat
menutupi permukaan yang terbakar. Makin halus butir – butir serbuk kimia kering makin luas
permukaan yang dapat ditutupi.Adapun butiran bahan kimia kering yang sering digunakan
adalah Ammonium hydro phospat yang cocok digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas
A, B dan C. Cara kerja serbuk kimia kering ini adalah secara fisik dan kimia.
Media pemadam api CO₂ didalam tabung harus dalam keadaan fase cair bertekanan tinggi.
Prinsip kerja gas CO₂ dalam memadamkan api ialah reaksi dengan oxygen (O₂) sehingga
konsentarsi didalam udara berkurang, sehingga api akan padam hal ini disebut pemadaman
dengan cara menutup.
Namun CO₂ juga mempunyai kelemahan ialah bahwa media pemadam tersebut tidak dapat
dicegah terjadinya kebakaran kembali setelah api padam (reignitasi).Hal ini disebabkan CO₂
tersebut tidak dapat mengikat oxygen (O₂) secara terus menerus tetapi hanya mengikat O₂
sebanding dengan jumlah CO₂ yang tersedia sedang supply oxygen disekitar tempat kebakaran.
e. Halon
Pada saat terjadi kebakaran apabila digunakan halon untuk memadamkan api maka seluruh
penghuni harus meninggalkan ruangan kecuali bagi yang sudah mengetahui betul cara
penggunaannya. Jika gas halon terkena panas api kebakaran pada suhu sekitar 485⁰C maka akan
mengalami penguraian, dan zat – zat yang dihasilkan akan mengikat unsur hydrogen dan oxygen.
Jika penguraian tersebut terjadi dapat menghasilkan beberapa unsur baru dan zat baru tersebut
beracun dan cukup membahayakan terhadap manusia.
Alat ini hanya berupa pemadam api darurat dan bukan untuk memadamkan kebakaran
besar. Sebagian besar kebakaran berawal dari api yang sangat kecil dan masih dapat ditangani
dengan menggunakan alat pemadam api mampu-jinjing pada tahapan seperti itu. Akan tetapi,
dalam tahap manapun para pekerja tidak boleh membuat dirinya sendiri berisiko ketika mencoba
memadamkan api. Mereka harus selalu menempatkan diri diantara api dan rute evakuasi.
- Saran dari Kepala Dinas Pemadam Kebakaran setempat (kita dapat membayar jasanya)
- Paksaan dari penjual alat pemadam api (jangan terlalu mempercayai saran jumlah dan
kebutuhan unit pengganti yang mereka sarankan, periksalah selalu saran tersebut ke
kepala DPK sebelum membelinya)
2.4.2 Jenis-jenis alat pemadam api
Ada dua jenis alat yaitu perlengkapan terpasang (installed equipment) dan alat pemadam
api ringan (APAR)
1. Alat terpasang
a. Gulungan selang
b. Pemercik (sprinkler)
- Akan membatasi api namun dapat menyebabkan kerusakan besar terhadap benda-benda
di dalam ruang bersangkutan.
c. Gas hologen
- Dapat menahan api namun tidak mebuang kalor sehingga api dapat muncul lagi ketika
gas dimatikan atau habis.
d. Karbondioksida
- Merupakan asfiksian sehingga ruangan harus bebas dari pekerja sebelum gas
dihidupakan
- Tdak mebuang kalor sehingga api dapat muncul lagi jika gas dimatikan atau menguap.
Alat in terdiri dari enam jenis dasar dengan tabung berwarna merah yang diberi sabuk atau
panel berwarna tertentu untuk mengidentifikasi isinya dan jens api yang dapat dipadamkannya.