DAFTAR ISI............................................................................................................................................... i
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................................1
BAB II DEFINISI....................................................................................................................................... 3
BAB III RUANG LINGKUP........................................................................................................................9
BAB IV KEBIJAKAN............................................................................................................................... 16
BAB V TATA LAKSANA......................................................................................................................... 17
BAB VI DOKUMENTASI......................................................................................................................... 22
BAB VII PENUTUP.................................................................................................................................23
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencegahan kebakaran adalah usaha menyadari/mewaspadai akan faktor-
faktor yang menjadi sebab munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil
langkah-langkah untuk mencegah kemungkinan tersebut menjadi kenyataan.
Pencegahan kebakaran membutuhkan suatu program pendidikan dan pengawasan
beserta pengawasan pegawai, suatu rencana pemeliharaan yang cermat dan teratur
atas bangunan dan kelengkapannya, inspeksi/pemeriksaan, penyediaan dan
penempatan yang baik dari peralatan pemadam kebakaran termasuk memeliharanya
baik segi siap-pakainya maupun dari segi mudah dicapainya.
C. Ruang Lingkup
Buku pedoman ini mencakup ketentuan-ketentuan persyaratan umum untuk
pencegahan bahaya kebakaran dan penanggulangan kebakaran di rumah sakit.
D. Landasan Hukum
1. Peraturan dan pedoman yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum
mengenai pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran.
2. Peraturan-peraturan/pedoman mengenal :
a. Ketentuan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran pada
bangunan gedung.
b. Pedoman Sistem Instalasi listrik pada fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Instalasi penangkal petir dan pemasangan penangkal petir khusus.
d. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 378/KPTS/19487 tentang
Pengesahan 33 Standar Konstruksi Bangunan Indonesia.
e. Petunjuk-petunjuk dalam rangka pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran dan ledakan pada fasilitas pelayanan kesehatan.
f. Peraturan umum instalasi listrik (PUIL) tahun 1987.
g. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/KPTS/1985Tentang Ketentuan
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran pada Bangunan Gedung.
h. Pedoman Penanggulangan bahaya kebakaran dengan menggunakan air Sistem
spingkler otomatis tahun 1991 Dep. PU.
DEFINISI
3. Daerah berbahaya ledakan Zone G : ialah daerah bahaya ledakan disebut juga
sistem gas medis tertutup, dimana secara terus menerus ataupun tidak dialirkan
dan dipergunakan campuran yang mudah meledak dalam jumlah sedikit (tidak
termasuk udara yang mudah meledak).
Pencegahan pada zone G dapat diusahakan dengan cara menjauhkan peralatan
listrik yang dapat menirnbulkan percikan api dari alat yang mengeluarkan gas,
baik dalam keadaan biasa maupun bila ada gangguan berlaku ketentuan-
ketentuan pada PUIL Pasal 860. Dianjurkan pada Zone G menggunakan Explusion
proof untuk lampu penerangan, Kotak Kontak atau Panel pada peralatan listrik.
Jenis peralatan elektro medik yang diijinkan.
4. Zone M ialah Daerah bahaya ledakan di sebut juga “APG” (jeralatan dengan
pengujian alat anestesi) sekitar kegiatan medis mencakup sebagian ruangan,
dimana dapat terbentuk udara mudah meledak sebagai akibat penggunaan bahan
analgetik/pembersih kulit, Ether Fluotliane, Nitrous Oxyde, Halothane
atauDesinfektan dalam jumlah sedikit dan waku yang singkat. Pada Zone M cara
pencegahan kebakaran tidak berbeda akan tetapi pada zone ini ada sedikit
kekhususan. Untuk pencegahan kebakaran akibat dan ledakan, maka pemasukan
daya listrik pada semua per1atan lisirik yang dapat menimbulkan percikan api,
dianjurkan terpasang terlebih dahulu sebelum gas analgetik/desinfektor
memasuki ruangan zone M tersebut. Jenis peralatan elektro medik yang diijinkan
“AP - M” (peralatan dengan pengujian alat anesthesi)
5. Pada Instalasi listrik di luar Zone G dan Zone M. Pada Instalasi/daya di luar Zone
G dan Zone M haruslah dipatuhi persyaratan - persyaratan pada Puil 910 Al A3.
Yang mempunyai syarat-syarat pencegahan kebakaran, terutama pada:
a. Tusuk Kontak.
Yang sering menyebabkan percikan bunga api perlama disebabkan oleh beban
alat-alat listrik yang cukup besar. Pada Tusuk Kontak : dianjurkan
disesuaikan besar beban yang dipikul atau paling sedikit satu tingkat dialas
kemampuan daya pikul tusuk kontak tersebut, dan diberikan penutup kontak.
Tusuk kontak pada zone G dan zone M diletakkan pada ketinggian minimal
1,5 m dan lantai.
b. Sakelar (Kotak kontak).
Pada sakelar sering terjadi loncatan bungan api yang disebabkan oleh
pemasukan beban yang secara tiba-tiba dan beban yang cukup besar. dan
6. Pada Perlengkapan Hubungan Bagi (PHB). Pada PHB juga perlu diadakan
pemeriksaan pole-pole kabel ke Pengaman lebur dan percobaan secara rnekanis
(OFF/ON untuk membersihkan kerak-kerak besi yang ada dan sebaiknya tidak
dipergunakan jenis pengaman lebur yang terbuka, sebaiknya MCCB atau
MCB/ELCB. Pada PHB harus diletakkan didaerah yang bebas dan lembab dan
mudah terlihat dari segi pengamanan disekitamya dan diberi tutup
pengaman/pintu. Dianjurkan dipasang detektor asap pada shaft listrik yang
dihubungkan pada MCFA agar dideteksi lebih awal.
7. Ruang Genset
Pada ruang Genset sering terjadi banyak tumpahan bahan bakar dan barang-
barang yang diletakkan tidak pada tempatnya. Misalnya kursi-kursi bekas, meja-
meja rusak, dan 1ain-lain. Pada ruang genset dianjurkan untuk penempatan
daily tank/tangki bahan bakar tidak berada di dalam ruang genset dan untuk
ruangan harus bersih dan dijaga sirkulasi udara ruang Genset tersebut.
8. Ruang Boiler
Pada ruangan ini karena Boiler menggunakan api untuk proses uap dan
menggunakan bahan bakar solar, resicu yang mudali terbakar. Maka Daerah
sekitar Boiler harus selalu bersih dan tidak ada bahan-bahan yang mudah
terbakar diletakkan di sekitar Boiler tersebut. Dan karena Boiler tersebut
menghasilkan uap maka daerah tersebut bisa dikatakan daerah lembab. Pada
ruang Boiler tidak boleh ada tumpukan/ceceran bahan bakar/olie dan lain-lain,
karena daerah ini bisa dikatakan beruap/lembab maka dianjurkan untuk
penerangan menggunakan seal (penutup) dan pada panel-panel listrik diberi seal
agar tidak terkena uap masuk ke Perlengkapan Hubung Bagi.
RUANG LINGKUP
3) Golongan 3
c. Hydrant Pillar
Mengenai letak lokasi hydrant pillarjarak antara satu hydrant dan
lainnya tidak melebihi 150 meter, dan letak hydrant harus dipilih dekat
dengan persimpangan jalan dan hydrant-hydrant lainnya dipasang
dipinggirjalan. Sebagai kebiasaan hydrant-hydrant dipasang sekitar 25 meter
dan bangunan gedung, dan bila ini tidak mungkin harus dipikirkan
kemungkinan akibat kejatuhan dinding gedung atau terkena pancaran panas
kebakaran. Hydrant yang diletakkan dekat lalu lintas yang ramai harus diberi
perisai berupa pagar disekitarnya supaya tidak tertabrak kendaraan. Hydrant
harus dipasang tegak lurus dan tingginya kira-kira 45 cm dari permukaan
tanah disekitarnya.
d. Monitor nozzles.
Dalam meletakkan monitor nozzles harus sedemikian rupa sehingga
semua tempat dapat dicapai dengan semprotan air.
KEBIJAKAN
Dalam rangka untuk mendukung Program Nasional tentang Kawasan Tanpa Rokok di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan menjalankan Peraturan Daerah Kota Surabaya, maka perlu
diterapkan Kawasan Tanpa Rokok di RS Islam Surabaya. Maka dari itu perlu diberlakukan
peraturan tersebut dengan SK Direktur. Kebijakan tersebut antara lain:
1. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor 26/PRT/M/2008, tentang Persyaratan
teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan.
4. Peraturan Pemerintah RI No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Kesehatan & Keselamatan Kerja;
5. Permenaker RI No. Per 05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Kesehatan &
Keselamatan Kerja (SMK3);
6. Keputusan Menkes RI No. 852/Menkes/SK/X/1993 tentang Komite Keselamatan &
Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit;
7. Keputusan Menkes RI No. 1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar Keselamatan &
Kesehatan Kerja (K3) di Rumah Sakit
8. Direktorat Bina Kesehatan Kerja Kemenkes RI tahun 2012 tentang Pedoman Manajemen
Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit;
A. Pencegahan Kebakaran
1. Tindakan Pencegahan kebakaran
Untuk mencegah terjadinya kebakaran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dan ditaati antara lain:
a. Meningkatkan disiplin dan tanggung jawab personil
b. Peningkatan kewaspadaan dan kesiagaan personil
c. Pengawasan dan penggantian alat-alat yang mengandung bahaya potensial
rawan bakar tinggi secara teratur
d. Adanya petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis pada setiap peralatan secara
jelas
e. Peningkatan kesadaran bahaya akan kebakaran merupakan tanggung jawab
seriap personil
f. Dilarang meletakkan/membuang puntung rokok berapi disembarang tempat
g. Dilarang berbaring di tempat tidur sambil merokok
h. Dilarang main air
i. Dilarang menyalakan lampu, pelita, lilin disembarang tempat
j. Dilarang mengisi minyak kompor yang sedang menyala
k. Dilarang membiarkan kompor sumbunya longgar/kosong
l. Dilarang memasak baik dengan cooflat listrik, maupun dengan kompor gas
atau minyak tanah ditempat-tempat yang tidak diperuntukkan untuk
memasak
m. Dilarang menyambung atau menambah instalasi listrik tanpa diperiksan
terlebih dahulu oleh instalasi pemeliharaan sarana.
n. Dilarang untuk membakar sampah atau sisa kayu di lingkungan rumah sakit
o. Dilarang membakar sampah yang berisikan bahan yang mudah meledak atau
menyebarkan percikan api
p. Dilarang lengah bila menyimpan bahan yang mudah terbakar seperti elpiji,
bensin, alkohol.
q. Dilarang membiarkan orang-orang yang tidak berkepentingan berada di
tempat peka terhadap bahaya kebakaran
r. Dilarang merokok di dalam ruang diesel/generator
s. Dilarang memperbaiki kendaraan di tempat parkir
t. Dilarang meninggalkan tugas pada waktu mesin-mesin dinyalakan bagi
petugas jaga diesel/generator, boiler.
Tinggi Jarak
minimum
PENUTUP
Ditetapkan di : Surabaya
Pada tanggal : 11 Rajab 1440 H.
18 Maret 2018 M.
Direksi,