Anda di halaman 1dari 27

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................................... i
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................................1
BAB II DEFINISI....................................................................................................................................... 3
BAB III RUANG LINGKUP........................................................................................................................9
BAB IV KEBIJAKAN............................................................................................................................... 16
BAB V TATA LAKSANA......................................................................................................................... 17
BAB VI DOKUMENTASI......................................................................................................................... 22
BAB VII PENUTUP.................................................................................................................................23
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pencegahan kebakaran adalah usaha menyadari/mewaspadai akan faktor-
faktor yang menjadi sebab munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil
langkah-langkah untuk mencegah kemungkinan tersebut menjadi kenyataan.
Pencegahan kebakaran membutuhkan suatu program pendidikan dan pengawasan
beserta pengawasan pegawai, suatu rencana pemeliharaan yang cermat dan teratur
atas bangunan dan kelengkapannya, inspeksi/pemeriksaan, penyediaan dan
penempatan yang baik dari peralatan pemadam kebakaran termasuk memeliharanya
baik segi siap-pakainya maupun dari segi mudah dicapainya.

B. Maksud dan Tujuan


Maksud dari buku panduan penanggulangan kebakaran ini adalah sebagai
petunjuk dalam menangani pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran di
rumah sakit.
Tujuan dan buku pedoman penanggulangan kebakaran ini adalah
mengamankan dan menyelamatkan, jiwa, harta benda serta, kelangsungan fungsi
pelayanan rumah sakit.

C. Ruang Lingkup
Buku pedoman ini mencakup ketentuan-ketentuan persyaratan umum untuk
pencegahan bahaya kebakaran dan penanggulangan kebakaran di rumah sakit.

D. Landasan Hukum
1. Peraturan dan pedoman yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum
mengenai pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran.
2. Peraturan-peraturan/pedoman mengenal :
a. Ketentuan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran pada
bangunan gedung.
b. Pedoman Sistem Instalasi listrik pada fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Instalasi penangkal petir dan pemasangan penangkal petir khusus.
d. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 378/KPTS/19487 tentang
Pengesahan 33 Standar Konstruksi Bangunan Indonesia.
e. Petunjuk-petunjuk dalam rangka pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran dan ledakan pada fasilitas pelayanan kesehatan.
f. Peraturan umum instalasi listrik (PUIL) tahun 1987.
g. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/KPTS/1985Tentang Ketentuan
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran pada Bangunan Gedung.
h. Pedoman Penanggulangan bahaya kebakaran dengan menggunakan air Sistem
spingkler otomatis tahun 1991 Dep. PU.

Panduan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 1


E. Pengertian
1. Kebakaran adalah bencana api yang tidak dikehendaki yang dapat menimbulkan
kerugian.
2. Pencegahan kebakaran ialah segala usaha secara berencana untuk memadamkan
atau menghindarkankemungkinan timbulnya bahaya kebakaran.
3. Pemadam Kebakaran ialah memisahkan hubungan langsung dari ketiga unsur
penyebab kebakaran (bahan bakar,panas, oxigen).
4. Penanggulangan kebakaran ialah segala daya upaya untuk mencegah dan
memberantas terjadinya kebakaran.
5. Alat Pemadam ialah alat untuk memadamkan kebakaran.
6. Alat Perlengkapan Pemadam ialah alat yang digunakan untuk melengkapi alat
pemadam kebakaran seperti : ember, karung goni, tangga, kaleng, karung pasir
dan lain-lain
7. Daerah kebakaran adalah daerah yang terancam bahaya kebakaran yang
mempunyai jarak 50 meter dari titik kebakaran terakhir.
8. Daerah bahaya kebakaran ialah daerah yang terancam bahaya kebakaran yang
mempunyai jarak 25 meter darititik kebakaran terakhir.
9. Detektor kebakaran adalah detektor yang berfungsi mendeteksi awal adanya
suatu kebakaran.
10. Detektor panas : detektor yang bekerja berdasarkan panas.
11. Detektor asap adalah detektor yang bekerja berdasarkan batas konsentrasi asap
tertentu.
12. Detektor nyala api adalah detektor yang bekerja berdasarkan radiasi nyala api.
13. Detektor gas adalah yang bekerja berdasarkan gas yang timbul akibat kebakaran
atau gas lainnya yang mudah terbakar.
14. Alarm kebakaran adalah komponen dan sistem yang memberikan syarat adanya
kebakaran.
15. Panel kebakaran adalah komponen dari sistem deteksi dan alarm kebakaran yang
berfungsi untuk mengontrol pekerjaan sistem, menerima dan menunjukkan
adanya syarat kebakaran serta mengaktifkan alarm kebakaran.
16. Zona deteksi adalah suatu daerah yang diawasi oleh kelompok deteksi dengan
luas tidak lebih dari 2000 m2.
17. Ruang efektif adalah ruang yang dipergunakan untuk menampung aktifitas yang
sesuai dengan fungsi bangunan.
18. Ruang sirkulasi adalah ruang yang hanya dipergunakan untuk lalu lintas atau
sirkulasi dalam bangunan.
19. Zone G dan Zone M : Di dalam ruangan fasilitas kesehatan terdapat Zone G dan
Zone M, yaitu daerah berbahaya ledakan (mudah terjadi ledakan).

Panduan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 2


BAB II

DEFINISI

A. Sumber Potensial Penyebab Kebakaran


1. Ditempat kerja secara umum
a. Api terbuka
Penggunaan api terbuka didaerah berbahaya/tempat bahan-bahan yang
mudah menyala sering menjadi sumber penyebab terjadinya kebakaran
antara lain : pengelasan, pemotongan dengan gas acetelin, dapur api, api
rokok dan sebagainya.
b. Permukaan panas
Pesawat/instalasi pemanas, pengering, oven apabila tidak terkendali/kontak
dengan bahan hingga mencapai suhu penyalaan dapat menyebabkan
kebakaran.
c. Peralatan listrik
Peralatan lisirik juga mempunyai potensi bahaya kebakaran apabila tidak
memenuhi standar keamanan dalam pemakaiannya misalnya pembebanan
lebih, legangan melebihi kapasitas, bunga api pada motor listrik.
d. Gesekan mekanis
Akibat gerakan secara mekanis seperti pada peralatan yang bergerak bila
tidak diberi pelumasan secara teratur, dapat menimbulkan panas bunga
mekanis/brom dan bubutan atau penggerindaan (mesin gurinda) dapat
menjadi sumber nyala api bila kontak dengan bahan yang mudah terbakar.
e. Reaksi Exothermal
Panas akibat reaksi bahan kimia terutama akibat reaksi yang terjadi dapat
mengeluarkan panas dan juga dapat menghasilkan gas yang mudah terbakar
seperti reaksi batu karbit dengan air, reaksi bahan kimia yang peka terhadap
asam.
f. Loncatan bunga api listrik statis
Akibat pengaruh mekanis pada bahan non konduktor akan dapat terjadi
penimbunan elektron (akumulasi listrik stalls) pada keadaan tertentu
elektron-elektron dapat menimbulkan loncatan bunga api yang dapat sebagai
sumber penyebab kebakaran.

2. Khusus dirumah sakit


Sumber potensi penyebab kebakaran dirumah sakit sama halnya potensi
penyebab kebakaran pada tempat kerja yang lain. Disini dititik beratkan pada
penggunaan peralatan pada tempat-tempat atau bagian-bagian dirumah sakit
mengingat rumah sakit mempunyai ciri yang khusus antara lain:
a. Dalam memberikan pelayanan kepada pasien dipergunakan alat-alat yang
mempergunakan aliran listrik (alat elektro medis), gas/cairan berbahaya dan
mudah terbakar/meledak dan zat radio aktif.
b. Pada bagian penunjang rumah sakit seperti laboratorium/rongent juga
banyak dipergunakan bahan - bahan yang dapat menimbulkan kebakaran
(bahan-bahan kimia).

Panduan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 3


c. Pada bagian dapur rumah sakit dipergunakan ketel uap/boiler serta banyak
mempergunakan listrik, gas dan minyak tanah sebagai sumber energi.
d. Bagian pusat sterilisasi mempergunakan autoclave dengan tekanan tinggi.
e. Pada bagian laundry juga dipergunakan listrik dan uap untuk mencuci setrika
dan pengeringan
f. Faktor lingkungan di luar rumah sakit yang rawan terhadap kebakaran.
g. Faktor keterampilan dan pengetahuantenaga kerja dalam mempergunakan
peralatan yang berbahaya dan kebakaran.
h. Faktor pcngunjung pasien pada jam-jam pengunjungan dan pada umumnya
awam terhadap bahaya kebakaran.

3. Daerah berbahaya ledakan Zone G : ialah daerah bahaya ledakan disebut juga
sistem gas medis tertutup, dimana secara terus menerus ataupun tidak dialirkan
dan dipergunakan campuran yang mudah meledak dalam jumlah sedikit (tidak
termasuk udara yang mudah meledak).
Pencegahan pada zone G dapat diusahakan dengan cara menjauhkan peralatan
listrik yang dapat menirnbulkan percikan api dari alat yang mengeluarkan gas,
baik dalam keadaan biasa maupun bila ada gangguan berlaku ketentuan-
ketentuan pada PUIL Pasal 860. Dianjurkan pada Zone G menggunakan Explusion
proof untuk lampu penerangan, Kotak Kontak atau Panel pada peralatan listrik.
Jenis peralatan elektro medik yang diijinkan.

4. Zone M ialah Daerah bahaya ledakan di sebut juga “APG” (jeralatan dengan
pengujian alat anestesi) sekitar kegiatan medis mencakup sebagian ruangan,
dimana dapat terbentuk udara mudah meledak sebagai akibat penggunaan bahan
analgetik/pembersih kulit, Ether Fluotliane, Nitrous Oxyde, Halothane
atauDesinfektan dalam jumlah sedikit dan waku yang singkat. Pada Zone M cara
pencegahan kebakaran tidak berbeda akan tetapi pada zone ini ada sedikit
kekhususan. Untuk pencegahan kebakaran akibat dan ledakan, maka pemasukan
daya listrik pada semua per1atan lisirik yang dapat menimbulkan percikan api,
dianjurkan terpasang terlebih dahulu sebelum gas analgetik/desinfektor
memasuki ruangan zone M tersebut. Jenis peralatan elektro medik yang diijinkan
“AP - M” (peralatan dengan pengujian alat anesthesi)

5. Pada Instalasi listrik di luar Zone G dan Zone M. Pada Instalasi/daya di luar Zone
G dan Zone M haruslah dipatuhi persyaratan - persyaratan pada Puil 910 Al A3.
Yang mempunyai syarat-syarat pencegahan kebakaran, terutama pada:
a. Tusuk Kontak.
Yang sering menyebabkan percikan bunga api perlama disebabkan oleh beban
alat-alat listrik yang cukup besar. Pada Tusuk Kontak : dianjurkan
disesuaikan besar beban yang dipikul atau paling sedikit satu tingkat dialas
kemampuan daya pikul tusuk kontak tersebut, dan diberikan penutup kontak.
Tusuk kontak pada zone G dan zone M diletakkan pada ketinggian minimal
1,5 m dan lantai.
b. Sakelar (Kotak kontak).
Pada sakelar sering terjadi loncatan bungan api yang disebabkan oleh
pemasukan beban yang secara tiba-tiba dan beban yang cukup besar. dan

Panduan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 4


didaerah sekitar lembab, sangat panas atau mengandung bahan korosif.Untuk
penempatan kotak-kontak diusahakan penempatannya didaerah yang
kering/tidak lembab dan mudah terjangkau/tidak tertutup atau terhalang
daerah sekitarnya.
c. Instalasi daya/kabel Instalasi.
Dengan diameter yang terlalu kecil tidak seimbang dengan beban, maka
kabel Instalasi akan panas dan mudah terbakar. Untuk mencegah mudah
terbakarnya kabel Instalasi listrik maka harus diadakan pengetesan tahanan
isolasi minimal 1 tahun sekali dan harus lebih teliti dalam mengawasi
penyambungan atau penambahan daya listrik pada jaringan lisirik yang tidak
sesuai rencana harus seijin dari IPS RS. Untuk daerah tertentu seperti ruang
operasi, ruang cobalt, ruang isolasi dan lain-lain disarankan : dipasang
detektor asap yang dihubungkan dengan MCFA (Master Control Fire Alarm).

6. Pada Perlengkapan Hubungan Bagi (PHB). Pada PHB juga perlu diadakan
pemeriksaan pole-pole kabel ke Pengaman lebur dan percobaan secara rnekanis
(OFF/ON untuk membersihkan kerak-kerak besi yang ada dan sebaiknya tidak
dipergunakan jenis pengaman lebur yang terbuka, sebaiknya MCCB atau
MCB/ELCB. Pada PHB harus diletakkan didaerah yang bebas dan lembab dan
mudah terlihat dari segi pengamanan disekitamya dan diberi tutup
pengaman/pintu. Dianjurkan dipasang detektor asap pada shaft listrik yang
dihubungkan pada MCFA agar dideteksi lebih awal.

7. Ruang Genset
Pada ruang Genset sering terjadi banyak tumpahan bahan bakar dan barang-
barang yang diletakkan tidak pada tempatnya. Misalnya kursi-kursi bekas, meja-
meja rusak, dan 1ain-lain. Pada ruang genset dianjurkan untuk penempatan
daily tank/tangki bahan bakar tidak berada di dalam ruang genset dan untuk
ruangan harus bersih dan dijaga sirkulasi udara ruang Genset tersebut.

8. Ruang Boiler
Pada ruangan ini karena Boiler menggunakan api untuk proses uap dan
menggunakan bahan bakar solar, resicu yang mudali terbakar. Maka Daerah
sekitar Boiler harus selalu bersih dan tidak ada bahan-bahan yang mudah
terbakar diletakkan di sekitar Boiler tersebut. Dan karena Boiler tersebut
menghasilkan uap maka daerah tersebut bisa dikatakan daerah lembab. Pada
ruang Boiler tidak boleh ada tumpukan/ceceran bahan bakar/olie dan lain-lain,
karena daerah ini bisa dikatakan beruap/lembab maka dianjurkan untuk
penerangan menggunakan seal (penutup) dan pada panel-panel listrik diberi seal
agar tidak terkena uap masuk ke Perlengkapan Hubung Bagi.

B. Sumber Potensial Penyebab Terjadinya Kebakaran Pada Peralatan Medik


Peralatan medik adalah peralatan yang digunakan untuk keperluan diagnostik,
therapy maupun untuk keperluan riset dalam bidang kesehatan. Pada pengoperasian
peralatan tidak terlepas pada media lain yang terkait seperti pemakaian bahan habis
pakai/ reagensia, gas-gas medis bahan bakar, dan lain-lain. Oleh karena itu
terkecuali peralatan anaesthesia dan beberapa peralatan laboratorium, bahaya

Panduan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 5


kebakaran dan peralatan medik tidak memerlukan persyaratan khusus dalam hal
penanggulangannya.
1. Ruang Perawatan dan ruang Emergency
a. Penggunaan regulator compressed oxigen pada pemakaian ventilator
unit/respirator.
b. Terjadinya kegagalan konsleting listrik pada peralatan seperti lampu OK
Emergency, monitoring unit, defibrilator, dan lain sebagainya.
2. Ruang Operasi
a. Pemakaian zat-zat yang mudah terbakar seperti ether, fluthane, halothen,
nitrous oxyde (N2O) pada peralatan anesthesi.
b. Disamping itu juga perlu diperhatikan oxygen bertekanan tinggi yang mudah
terbakar.
c. Terjadinya percikan/loncatan bunga api terhadap bahan-bahan yang mudah
terbakar seperti ether, alkohol, pada saat dilakukan pembedahan dengan
elektro surgery unit.
d. Terjadinya kegagalan isolasi pada alat sterilisator kecil ataupun alat
elektromedis lainnya yang ada di ruang operasi.
3. Ruang Sterilisasi
a. Peralatan Sterilisasi seperti steam sterilizer, hot air sterilizer, sterilizer
basah, yang perlu diperhatikan adalah uap air panas yang bertekanan tinggi.
b. Terjadinya kegagalan isolasi pada alat.
4. Ruang Pharmasi dan Apotik
Didalam ruang farmasi atau apotik selain obat-obatan disimpan juga bahan-
bahan yang mudah terbakar.
5. Ruang Service/Dapur:
a. Pada umumnya didapur dipergunakan kerosene atau LNG sebagai bahan
bakar untuk keperluan memasak.
b. Di samping itu dalam proses memasak dipergunakan minyak goreng dan air
panas yang apabila tumpah dapat menimbulkan luka bakar.
6. Ruang Generator Set:
a. Umunya pembangkit tenaga listrik yang dihasilkan oleh mesin
diesel/generator, menggunakan minyak solar sebagai bahan bakarnya.
b. Minyak solar ini potensial dapat menimbulkan bahaya kebakaran apabila
terkena percikan api/ loncatan bunga api dan genset.
7. Ether, fluothane, halothane, nitrous oxyde dan alkohol:
a. Zat-zat tersebut diatas harus disimpan dengan ditutup secara rapat dalam
ruang yang sejuk dan berventilasi yang cukup dan sejauh mungkin harus
dihindari kebocoran dan tumpahan.
b. Khusus untuk ether dan alkohol didalam pemakaiannya agar diupayakan jauh
dari percikan api.
8. Uap panas bertekanan tinggi
a. Perangkat yang berisi uap panas bertekanan tinggi tidak boleh bocor, secara
berkala saluran-saluran diperiksa terhadap kemungkinan terjadinya
kebocoran.
b. Manometer/skala meter pada alat sterilisasi perlu selalu pantau
ketepatannya walaupun alat telah dilengkapi dengan safety, hal ini untuk

Panduan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 6


mencegah terjadinya pergerakan (scaling) yang menyebabkan terjadinya
ledakan dan kebakaran.
11. Saluran perpipaan gas-gas yang mudah terbakar
Bila bagian-bagian dari peralatan terdiri atas pipa-pipa berisikan gas yang mudah
terbakar misal zat asam atau N2O, maka tempat keluarnya gas harus berjarak
1.k. 25 cm dari bagian alat yang dapat menimbulkan percikan bunga api yang
dapat menyulut gas baik dalam keadaan biasa maupun bila ada gangguan. Bila
penghantar listrik dan pipa-pipa gas yang memudahkan terjadinya kebakaran
(misal zat asam) dipasang bersama-sama dalam satu saluran pipa atau kotak
maka haruslah penghantar listriknya paling kurang memenuhi persyaratan untuk
kabel NYM.
12. Pada ruang pesawat Rontgen
Pada ruang pesawat rontgen sebenarnya praktis kemungkinan untuk terjadinya
kebakaran kecil sekali atau dapat dikatakan tidak ada, hanya perlu selalu
dilakukan pemeliharaan berkala terhadap alat rontgen tersebut, seperti
misalnya: pergerakan - pergerakan alat, contactor, sambungan kabel termasuk
kabel tegangan tinggi (high tension cable), pentanahan/ arde dan lai-lain.
13. Ruang laboratorium
Asam dan basa harus disimpan dalam ruangan yang berventilasi baik dan sewaktu
pemakaian harus dijaga agar tidak terjadi tumpahan-tumpahan. Untuk
pemakaian LPG agar selalu diperiksa tabung-tabungnya dari kemungkinan korosif
dan hindarkan benturan-benturan yang mungkin terjadi.
14. Kerosene dan minyak goreng
Harus disimpan dalam kaleng atau drum yang ditempatkan jauh dari nyala api
dan pada penggunaannya harus dicegah terjadinya tumpahan-tumpahan.

C. Aspek Penyebab Kebakaran


Aspek-aspek sebab kebakaran secara rinci dapat ditinjau melalui hal-hal yang
menyangkut:
1. Sumber daerah
a. Daerah produksi.
b. Penimbunan.
c. Fasilitas Pelayanan.
e. Jalan keluar yang aman.
f. Daerah perjalanan kendaraan.
2. Sumber Pelayanan
a. Perilaku unsur pelayanan (Merokok dll)
b. Perlengkapan listrik.
c. Perlengkapan Proses
d. Tempat masak/pemasangan.
e. Mengelas dan memotong.
3. Bahan-bahan yang mudah menyala
a. Gas.
b. Larutan.
c. Kimiawi.
d. Kayu atau papan.
e. Textile dan lain-lain.

Panduan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 7


4. Keadaan/ tindakan yang membahayakan.
a. Kesalahan mekanis.
b. Tidak bekerjanya sistem.
c. Prosedur yang tidak aman.
d. Salah penggunaan peralatan.
e. Tidak adanya latihan.
5. Kesalahan pemadaman
a. Keterlambatan deteksi
b. Tidak adanya sistem alarm
c. Tidak adanya alat-alat pemadam api
d. Kesalahan pemeliharaan alat-alat pemadam api
e. Keterlambatan datangnya dinas pemadam.

Panduan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 8


BAB III

RUANG LINGKUP

A. Peralatan Pemadam Kebakaran


Ada beberapa alat pemadam api yang dibuat menurut standard yang berlaku
untuk memudahkan cara penggunaannya yang praktis. Pada umumnya alat pemadam
api dapat dipergunakan dengan mekanisme yang sederhana, seperti dengan
menekan pelatuk, membuka kran atau menjalankan pompa tangan. Dalam hal ini
diperlukan latihan agar pemakai mengetahui cara penggunaannya.
1. Alat Pemadam Kebakaran Portable
a. Alat Pemadam Api sederhana
Antara lain Pasir, karung goni dan lain-lain.
b. Alat Pemadam Api Air
Alat pemadam api ini pada dasarnya adalah tabung yang berisi air dan
diberikan tekanan dengan pompa udara, gas CO2 atau gas N2 didalam
cartridge atau langsung didalam tabung itu sendiri. Tergantung dari model
alat pemadam api air, maka gas pendorong keluar dan cartridge dengan cara
menekan pelatuk yang akan memecahkan plat penutup cartridge, dengan
memijat kran, maka air yang bertekanan akan mengalir dan memancar
keluar dan corong pemadam.
c. Alat Pemadam Api Serbuk Kimia Kering
Alat pemadam api ringan serbuk kimia kering dibuat dalam bermacam-
macam ukuran mulai dari 2 Kg - 9 Kg dan dalam bentuk beroda dari ukuran
20 Kg sampai dengan 90 Kg.
Bahan pemadam api yang dipergunakan adalah dari serbuk kimia kering yang
diisikan didalam tabung dan didorong keluar oleh tekanan gas CO2 atau N2.
Cara bekerjanya adalah dengan memutuskan mata rantai reaksi oksidasi,
sehingga reaksi oksidasi terhenli dan api padam.
d. Alat pemadam Api BCF
Alat pemadam api ini berisi BCF atau halon 1211, dan bahan kimia terdiri
dari bromochliroci fluoro methane. Bahan ini tidak menghantar listrik
sehingga baik sekali untuk pemadam api kebakaran listrik. Karena tekanan
penguapan gas BCF sangat rendah, jadi harus
didorong dengan tambahan tekanan gas pendorong CO2 atau N2 yang
disimpan dalam tabung alat pemadam api ini. Bila pancaran BCF mengenai
panas api kebakaran, maka BCF akan sccepatnya menguap dan menyelimuli
api dan memadamkannya.
e. Alat Pemadam Api CO2.
Alat pemadam api CO2 berisi cairan CO2 yang ditekan pada tekanan 800-900
kg/cm2 pada suhu udara biasa (30°C) pada alat ini terdiri dari tabung yang
tahan terhadap tekanan tinggi, sebuah kran katup untuk mengatur
pengeluaran gas CO2 dan penyalur slang serta coronguntuk mengarahkan
semprotan gas CO2 pada dasar api. Penggunaan gas CO2 yang setelah
memadamkan api, akan menguap dengan sendirinya dan tidak meninggalkan
bekas atau kerusakan.

Panduan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 9


f. Alat Pemadam Api Busa
Alat pemadam api busa pada umumnya berukuran 10 liter, dan mengeluarkan
busa dengan isi gas CO2 yang dapat menutupi permukaan yang terbakar
terutama untuk permukaan minyak yang terbakar. Dalam hal ini dengan
menyelimuti permukaan cairan, sehingga zat asam tersingkir dari api, dan
terjadilah proses pemadaman. Bahkab bisa untuk pemadaman kebakaran
dibuat dari gelembung yang berisi antara carbon dioxide (busa kimia) atau
udara (busa udara).

Gambar 1. Tabung kimia bertekanan

Gambar 2. Tabung Kimia Bertekanan (serbuk kimia kering)

Gambar 3. Tabung Kimia Bertekanan (Gas CO2)

B. Alat Pemadam Instalasi

Sistem pemadam kebakaran pada gedung bertingkat dan gedung bangunan


yang luas maka perlu dipasang alat pemadam yang terinstalasi unuk mempercepat
penanggulangan kebakaran pada alat pemadam yang terinstalasi tersebut terbagi
dua antara lain :

Panduan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 10


1. Alat Instalasi Manual
a. Hydrant System
Hydrant adalah sistem yang menyediakan semprotan air secara manual
yang dilaksanakan oleh petugas pemadam kebakaran untuk memadamkan api
kebakaran di dalam gedung. Peralatan ini selalu diperlukan bila peralatan-
peralatan pemadam automatis tidak dapat diandalkan untuk pemadaman
menyeluruh. Kran hydrant 2 ½" adalah khusus disediakan untuk petugas-
petugas pemadam kebakaran, supaya mudah didalam mendapatkan sumber
saluran air yang cukup kapasitasnya untuk pemadaman kebakaran pada
gedung-gedung. Dalam klasifikasinya Hydrant System dibagi dalam 3
golongan, yaitu :
1) Golongan 1
Sistem ini mempergunakan saluran ukuran 2 ½" dan disediakan khusus
untuk orang yang terlatih, seperti petugas-petugas pem adam kebakaran.
Untuk gedung-gedung yang tidak dipasang sprinkler, maka golongan 1 ini
dapat dipergunakan untuk pemadaman secara manual. Type-type ini
adalah :
a) Hydrant Pillar
Ini ada beberapa macam yaitu Hydrant pillar terbenam. Peralatan ini
ada dibawah permukaan tanah, dan typenya ada yang type satu-
saluran, dan ada yang dua saluran.
b) Hydrant Box
Khusus disediakan kran hydrant ukuran 2 ½"
c) Kran Hydrant
Khusus disediakan kran hydrant ukuran 2 ½".
2) Golongan 2
a) Sistem ini menggunakan saluran ukuran 1 ½" ø dan dapat
dipergunakan oleh penghuni gedung di dalam usaha pertama
pemadam kebakaran, sampai kemudian diambil alih ileh petugas
pemadam kebakaran yang tiba ditempat tersebut. Slang-slang 1 ½"
dihubungkan pada nozzle dengan lubang ujung ¾ "- ½" ø.
Biasanya dalam hydrant box yang terpasang ditembok di dalamnya
sudah dilengkapi dengan slang pemadam kebakaran 1 ½" ø dengan
panjang 20 atau 30 meter, berikut kran hydrant 1 ½ " ø nozzle 1 ½
dan tempat gantinya slang.
b) Sistem ini mempergunakan hoscreel yaitu slang karet keras ukuran 1"
atau ¾" dengan panjang 30 meter. Karena kapasilas pancaran air kecil
sekali, peralatan ini hanya baik untuk lingkungan gedung-gedung yang
sudah dilengkapi dengan sprinkler system, dan sebagai sarana
pembantu untuk mcmadamkan api kebakaran yang diluar jangkauan
siraman air sprinkler. Karena jumlah pancaran hosareel ini kecil ¾" -
150 liter/menit dan 1 - 250 liter/menit, jadi hubungannya dapat
digabungkan dengan pipa tegak dan sprinkler.

3) Golongan 3

Panduan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 11


Sistem ini adalah gabungan dengan penyediaan saluran 1 ½ " dan 2 ½ " ø
yang dapat digunakan oleh penghuni gedung dan petugas-petugas terlatih
atau petugas dinas pemadam kebakaran. Standar ini biasanya disediakan
pada sebuah hydrant box yang besar dan sangat baik untuk dipasang
digedung-gedung bertingkat tinggi.
b. Sumber air.
Sumber air untuk hydrant sistem ukuran 2 ½" ø biasanya diukur sesuai dengan
besar kapasitas pompa kebakaran yang dipergunakan. Untuk sistem hydrant
golongan 1 dan 2, besar kapasitas pompa adalah 1800 liter/menit untuk
jangka waktu selama 30 menit. Bila didalam gedung terdapat 2 pipa tegak,
maka untuk pipa tegak pertama harus disuplay kapasitas air sebanyak 1800
liter/menit dan untuk pipa tegak kedua disuplay kapasitas sebanyak 900
liter/menit untuk jangka waktu 30 menit. Disamping itu tekanan air pada
titik hydrant terjauh atau tertinggi adalah minimum 4,5 kg/cm2. Khusus
untuk sistem hydrant golongan 2 (saluaran 1½", 1" dan ¾") adalah 400
liter/menu untuk jangka waktu 300 menit, disamping itu juga tekanan air
pada titik hydrant yang tertinggi adalah 4,5 kg/cm2. Untuk hydrant golongan
1 dan 3, diperlukan tambahan peralatan, fire departement connection, yang
dipasang sedemikian rupa sehingga slang-slang saluran air dapat dipasang
dan dipompakan ke pipa tegak.

Gambar 5. Hydran Box

c. Hydrant Pillar
Mengenai letak lokasi hydrant pillarjarak antara satu hydrant dan
lainnya tidak melebihi 150 meter, dan letak hydrant harus dipilih dekat
dengan persimpangan jalan dan hydrant-hydrant lainnya dipasang
dipinggirjalan. Sebagai kebiasaan hydrant-hydrant dipasang sekitar 25 meter
dan bangunan gedung, dan bila ini tidak mungkin harus dipikirkan
kemungkinan akibat kejatuhan dinding gedung atau terkena pancaran panas
kebakaran. Hydrant yang diletakkan dekat lalu lintas yang ramai harus diberi
perisai berupa pagar disekitarnya supaya tidak tertabrak kendaraan. Hydrant
harus dipasang tegak lurus dan tingginya kira-kira 45 cm dari permukaan
tanah disekitarnya.

Panduan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 12


Gambar 6. Hydrant Pillar

d. Monitor nozzles.
Dalam meletakkan monitor nozzles harus sedemikian rupa sehingga
semua tempat dapat dicapai dengan semprotan air.

Gambar 7. Monitor Nozzle

2. Alat Pemadam Instalasi Otomatis


a. Sistem Sprinkler
Panas api akan memecahkan satu atau beberapa buah sprinkler, dan dengan
sendirinya air akan memancar keluar dari sprinkler. Pancaran air
jumlahnya/kapasitasnya harus cukup untuk memadamkan api kebakaran,
atau mencegah menjalarnya api bila asal mula api itu tidak terjangkau atau
tidak dapat dipadamkan dengan air. Air dialirkan ke sprinkler melalui sistem
perpipaan yang biasanya digantungkan pada atap-atap sprinkler itu
sendiri ditempatkan pada tiap jarak tertentu sepanjang pipa tadi. Lubang
sprinkler ditutup dengan gelas yang berisi cairan, atau dengan tutup dan
bahan logam yang dikencangkan oleh sambungan las yang peka terhadap
perubahan temperatur.

Panduan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 13


Gambar 8. Sprinkler

b. Sistem Pemadam Busa


Sistem ini terdiri dari sumber air, pompa kebakaran, cairan busa udara,
tangki busa dengan proportionernya, pembangkit busa, penyemprot busa,
panel pengontrol sistim pemipaan dan kabel-kabel listrik. Campuran busa
udara dibuat dengan mencampur dalam campuran yang tertentu antara busa
udara dengan air yang dialirkan melalui pipa dan secara mekanik campuran
ini diaduk dan dicampur dengan udara, didalam alat pembangkit busa. Busa-
busa yang terjadi dipergunakan untuk menutupi permukaan bahan yang
terbakar, dan terjadi proses pendinginan, dan menutupi sehingga sumber api
padam.

c. Sistem Pemadam CO2


Tabung CO2 diisi dengan gas yang dicairkan dengan tekanan 73 kg/cm2 pada
temperatur 30°C yaitu temperatur kritis dari bahan CO2. Bila CO2
disemprotkan akan segera membuat kabut atau menguap dengan kecepatan
penguapan 534 1/Kg gas air, dan uap dapat memadamkan kebakaran dengan
cara mencekik dan memisahkan udara dan bahan bakar, serta pendinginan.

d. Sistem Pemadaman Halon 1301


Sifat-sifat yang menonjol adalah pemadaman yang sangat cepat dengan
proses pemutusan mata rantai reaksi kebakaran, dan daya campur serta
mengalir yang cepat ke seluruh ruangan. Nomor dan halon adalah
menunjukkan beberapa jenis unsur kimia dan jumlah atom, untuk
memudahkan pengenalan, dibandingkan dengan rumus kimia yang sulit
dihapal.
Halon 1301 atau (CF, Br) BTM
1.Jumlah atom Carbon (C)
3.Jumlah atom Fluorine (F)
0.Jumlah Atom Clorrne (EL)
1.Jumlah atom Bromine ( Br)
Halon 1301 diklasifikasikan sebagai gas yang paling kecil keracunanya dan
menurut UL (Under Writer Laboratory) diberi klasifikasi golongan 6, sama
dengan CO2.
d. Sistem Pemadaman Serbuk Kimia Kering.
Serbuk kimia kering adalah bahan yang balk sekali uniuk pemadaman benda
cair yang mudah terbakar dan juga untuk alat-alat listrik. Dengan sistem
pemadaman serbuk kimia kering dapatlah diharapkan bahwa pemadaman

Panduan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 14


dapat cepat sekali berlangsung dan dimana peristiwa pembakaran kembali
tidak ada.
Karena sifat dari serbuk kimia kering yang tidak menghantar listrik, maka
sistem ini juga baik sekali dipergunakan untuk pemadaman-pemadaman
ditransformer-transformer listrik yang berisi minyak, atau peralatan pemutus
aliran yang berisi minyak.

C. Peralatan Deteksi Kebakaran


Sistem Deteksi Awal Kebakaran (Fire alarm system)
Peralatan ini merupakan satu rangkaian peralatan yang membentuk sistem
pendeteksi awal kebakaran.
1. Alat-alat pendeteksi terdiri dari :
a. Detektor asap
b. Detektor panas
c. Detektor temperatur tetap.
2. Alat penerima isyarat deteksi :
a. Panel kontrol alarm
b. Ni Cd batterai
c. Charging system
3. Alat pemberitahu kebakaran :
a. Sirine
b. Alarm bell
c. Telephon
d. Lampu tanda bahaya
e. Grafic panel
f. Panel indicator
g. Panel pembantu
4. Alat-alat lain yang dikemudikan oleh panel kontrol secara Otomatis :
a. Mematikan AC, foam, exhaust foam
b. Menutup pintu asap
c. Menjalankan pompa hydran
d. Menjalankan sistem pemadam (kalau ada) : halon 1301, CO2, serbuk
kimia kering, sprinkler terbuka, busa dli.

Panduan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 15


BAB IV

KEBIJAKAN

Dalam rangka untuk mendukung Program Nasional tentang Kawasan Tanpa Rokok di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan menjalankan Peraturan Daerah Kota Surabaya, maka perlu
diterapkan Kawasan Tanpa Rokok di RS Islam Surabaya. Maka dari itu perlu diberlakukan
peraturan tersebut dengan SK Direktur. Kebijakan tersebut antara lain:
1. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor 26/PRT/M/2008, tentang Persyaratan
teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan.
4. Peraturan Pemerintah RI No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Kesehatan & Keselamatan Kerja;
5. Permenaker RI No. Per 05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Kesehatan &
Keselamatan Kerja (SMK3);
6. Keputusan Menkes RI No. 852/Menkes/SK/X/1993 tentang Komite Keselamatan &
Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit;
7. Keputusan Menkes RI No. 1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar Keselamatan &
Kesehatan Kerja (K3) di Rumah Sakit
8. Direktorat Bina Kesehatan Kerja Kemenkes RI tahun 2012 tentang Pedoman Manajemen
Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit;

Panduan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 16


BAB V
TATA LAKSANA

A. Pencegahan Kebakaran
1. Tindakan Pencegahan kebakaran
Untuk mencegah terjadinya kebakaran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dan ditaati antara lain:
a. Meningkatkan disiplin dan tanggung jawab personil
b. Peningkatan kewaspadaan dan kesiagaan personil
c. Pengawasan dan penggantian alat-alat yang mengandung bahaya potensial
rawan bakar tinggi secara teratur
d. Adanya petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis pada setiap peralatan secara
jelas
e. Peningkatan kesadaran bahaya akan kebakaran merupakan tanggung jawab
seriap personil
f. Dilarang meletakkan/membuang puntung rokok berapi disembarang tempat
g. Dilarang berbaring di tempat tidur sambil merokok
h. Dilarang main air
i. Dilarang menyalakan lampu, pelita, lilin disembarang tempat
j. Dilarang mengisi minyak kompor yang sedang menyala
k. Dilarang membiarkan kompor sumbunya longgar/kosong
l. Dilarang memasak baik dengan cooflat listrik, maupun dengan kompor gas
atau minyak tanah ditempat-tempat yang tidak diperuntukkan untuk
memasak
m. Dilarang menyambung atau menambah instalasi listrik tanpa diperiksan
terlebih dahulu oleh instalasi pemeliharaan sarana.
n. Dilarang untuk membakar sampah atau sisa kayu di lingkungan rumah sakit
o. Dilarang membakar sampah yang berisikan bahan yang mudah meledak atau
menyebarkan percikan api
p. Dilarang lengah bila menyimpan bahan yang mudah terbakar seperti elpiji,
bensin, alkohol.
q. Dilarang membiarkan orang-orang yang tidak berkepentingan berada di
tempat peka terhadap bahaya kebakaran
r. Dilarang merokok di dalam ruang diesel/generator
s. Dilarang memperbaiki kendaraan di tempat parkir
t. Dilarang meninggalkan tugas pada waktu mesin-mesin dinyalakan bagi
petugas jaga diesel/generator, boiler.

2. Ketentuan bangunan dan lingkungan rumah sakit umum


a. Lingkungan bangunan rumah sakit
1) Besar ukuran balok bangunan tergantung kepada kapasitas, intensitas dan
kebutuhan dari suatu kegiatan atau fungsi dalam ruangan atau bangunan.
2) Aksesbilitas atau pencapaian di lingkungan blok bangunan harus dibuat
jelas, aman, tanpa hambatan dan dilengkapi dengan tanda atau petunjuk
ke arah bukaan atau ruangan penyelamatan.

Panduan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 17


3) Tata letak blok bangunan
Di dalam bentuk blok bangunan harus dengan mempertimbangkan:
a) Kompartemenisasi di dalam massa bangunan
b) Jarak dan tinggi bangunan
c) Hidrant kebakaran
d) Alat bantu pemadam kebakaran lainnya
Jarak antara bangunan di dalam lingkungan rumah sakit

Tinggi Jarak
minimum

(to) (tl) (lo) (ll)

s/d 8 meter s/d 3 meter

8 s/d 14 meter 3 s/d 6 meter

14 s/d 40 meter 6 s/d 8 meter

Diatas 40 meter Diatas 8 meter

Jalan lingkungan rumah sakit

Lebar perkerasan minimum

Luas blok bangunan :


Searah : Bolak : Balik

Type Luas : Menerus : Buntu : Menerus

Kecil s/d 1 Ha 3,5 m 3,5 m 3,5 m

Sedang 1 s/d 5 Ha 3,5 m 3,5 m 3,5 m

Besar > 5 Ha 4,0 m 3,5 m 5,0 m

3. Bangunan rumah sakit


a. Beban penghunian ruang
Beban penggunaan ruang ditetapkan berdasarkan kepada jumlah penghuni
yang menempati setiap ruangan dari bangunan sesuai dengan yang
direncanakan.
b. Sifat bangunan
Penggunaan dengan bahaya tinggi. Pada bangunan harus disesuaikan dengan
fungsi/kegiatan dan matrial sebagal pengisi fungsinya.

Panduan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 18


c. Bukaan
Dinding bangunan (termasuk dinding dan jendela) dengan syarat dapat
menahan penjalaran nyala api/gas dan bangunan yang mempunyai bukaan,
baik horizontal maupun vertikal, seperti jendela, lubang ekskaiator dan lain-
lain harus memenuhi persyaratan yaitu lubang jendela atau pintu bangunan
yang Iangsung menghadap keluar, minimum berjarak 90 cm satu dengan
Iainnya, kecuali jika dilindungi penjorokan minimum 50 cm yang dibuat dan
struktur tahan api minimum 2 (dua) jam.
Bukaan
a. Kecuali untuk rumah tinggal biasa, lubang pintu bangunan perumahan dan
gedung yang Iangsung menghadap keluar, daun pintunya harus menghadap/
membuka keluar.
b. Kecuali untuk rumah tinggal biasa, bagian atas dan setiap jendela
atau pintu bangunan yang Iangsung menghadap keluar, harus dilindungi
dengan penjorokan, minimum 50 cm (“D”) dari dinding yang terbuat dari
struktur tahan api, D + C lebih besar dan 1.30 meter, minimum 2 (dua) jam.
Jalan keluar
a. Semua jalan keluar atau penghubung dan bangunan baik berupa pintu
penyelamatan/pintu kebakaran, kondor, ramp maupun jenis Iainnya harus :
1) Mudah dilihat, jelas dan tanpa hambatan.
2) Bila terdapat Iebih dan satu kelompok pemakai menggunakan
bangunan atau lantai, maka setiap kelompok pemakai harus
mempunyai pencapaian Iangsung ke jalan-jalan luar. Dan tidak
diperkenankan melalui ruang-ruang yang digunakan oleh kelompok
pemakai lainnya.
Perhitungan jalan keluar berdasarkan kepada fungsi/kegiatan, intensitas
penggunaan dan kapasitas ruang tertinggi. Jalan keluar dan bangunan juga
berdasarkan kepada :
1) Jenis penggunaan ruang/bangunan.
2) Beban penghunian ruang/bangunan.
3) Luas lantal penggunaan ruang/bangunan.
4) Jarak pencapalan.
5) Intensitas/kapasitas jalan keluar.
6) Apabila terdapat Iebih dan satu kelompok pemakai menggunakan
ruang/bangunan atau lantai, maka pencapaian langsung ke sejumlah
jalan keluar tidak diperkenankan melalui ruang/bangunan atau lantai
yang telah digunakan oleh pemakai Iainnya.
7) ApabiIa dibutuhkan Iebih dan satu jalan keluar pada ruang/bangunan
atau Iantai, maka setiap jalan keluar harus ditempatkan sejelas
mungkin dan dibedakan dari bukaan Iainnya yang tidak berfungsi
sebagai penyelamatan jalan keluar.
8) Jalan masuk kearah tangga penyelamatan yang melayani Iebih dari 4
(empat) lantai hanya diperkenankan melalui ruang/lobby bebas asap.
9) Jalan masuk atau keluar pada bangunan yang tinggi Iebih dari 4 (empat)
lantai, maka harus dilengkapi dengan lift/elevator dan eskalalor
10) Pintu-pintu jalan keluar harus mempunyai ketahanan terhadap api,
minimum 11/2 Jam.

Panduan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 19


11) Letak dan jarak tempuh jalan keluar harus memperhatikan klasifikasi
dan kapasitas bangunan, dengan lembar minimum dan jarak
pencapaian maksimum sesuai label 5.
b. Koridor
1) Koridor berakhir di pintu kebakaran dengan tanda/petunjuk
penyelamatan kebakaran.
2) Bebas dari penimbunan barang-barang.
3) Lantai dibuat dari bahan yang tidak hem.

B. Tindakan yang perlu diperhatikan pada waktu terjadinya kebakaran


Unsur-unsur atau hal-hal yang harus dipenuhi adalah:
a. Membunyikan tanda bahaya.
Untuk setiap kebakaran di rumah sakit baik kecil maupun besar bunyikan
tanda alarm/tanda bahaya umum dengan segera. Alarm ini harus dapat
didengar diseluruh bagian rumah sakit, bahkan didaerah yang kedap suarapun
(ICCU, ICU, IBS dll)
b. Memanggil Dinas Pemadam Kebakaran.
Sangatlah penting untuk tidak menunda pemanggilan Dinas Pemadam
Kebakaran, segera setelah menerima laporan adanya kebakaran. Satpam
diharuskan menunggu kedatangan Dinas Pemadam Kebakaran dipintu masuk
yang telah ditetapkan, untuk menunjukkan jalan ketempat lokasi kebakaran
danmemberikan informasi yang diperlukan, seperti kondisi gedung, lokasi
sumber air terdekat dan lain-lain.
c. Membasmi api dengan segera.
Kebakaran harus segera dipadamkan disaat pertama kali dilihat, dengan
menggunakan alat pemadam kebakaran darurat yang tersedia, sambil
berupaya untuk memberikan laporan tentang adanya kebakaran agar dapat
ditanggulangi dengan cepat.
d. Pengungsian (Evakuasi).
Untuk mencegah keterlambatan dalam pengungsian haruslah terdapat
rencana/aturan yang memungkinkan pengungsian berjalan aman dan cepat.
Faktor yang penting adalah route mana yang harus digunakan serta route
pengganti jika jalan utama tidak dapat dilalui dan dimana berkumpuil untuk
diabsen ketika sampai diudara terbuka.

C. Tindakan pada waktu terjadinya kebakaran.


a. Setiap petugas yang mengetahui adanya kebakaran, segera mengambil
tindakan untuk memadamkan kebakaran dengan alarm yang terdapat
disekitar, sambil meneriakkan “CODE RED” berulang kali
b. Petugas yang mendengar adanya kebakaran segera menuju ketempat
kejadian untuk meneliti kebenarannya sambil membawa APAR.
c. Segera meminta bantuan kepada petugas lain untuk membantu pemadaman
dan sekaligus melapor kepada kepala.
d. Lakukan pemadaman awal dengan menggunakan APAR sampai api padam
hingga bantuan (satpam) datang.
e. Petugas yang lain segera amankan berkas dan dokumen penting

Panduan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 20


f. Jika api tidak dapat dikuasai atau dipadamkan segera lakukan tindakan
evakuasi.
g. Petugas yang bertugas sebagai komando kebakaran menggunakan helm
bencana sesuai jadwal petugas yang tercantum dalam papan bencana
‒ Komando helm Merah bertugas sebagai komandan yang bertugas
membantu memadamkan Api
‒ Komando helm Biru bertugas sebagai komandan yang bertugas
mengevakuasi pasien
‒ Komando helm Kuning bertugas sebagai komandan yang menyelamatkan
alat medis dan peralatan kantor yang ringan (laptop)
‒ Komando helm Putih bertugas sebagai komdan yang menyelamatkan
berkas / dokumen penting seperti staopmap rekam medis / data pasien
h. Keluar menuju ke titik berkumpul terdekat, yakni :
‒ Halaman depan parkir mobil

D. Methode Evakuasi dan Pengamanan.


a. Pasien.
Pasien yang dapat berjalan dibimbing/dituntun keluar dan lokasi kebakaran
melalui pintu darurat menuju ketempat penampungan.
1) Pasien yang tidak dapat berjalan dievakuasi dengan cara :
a) Dipapah
b) Digendong
c) Kursi roda
d) Tempat tidur beroda
e) Dibungkus dengan selimut/seprai kemudian ditarik.
2) Pasien yang berada diruangan gedung bertingkat dievakuasikan dengan :
a) Melalui tangga darurat
b) Melalui jalan landai (Ramp)
c) Mempergunakan tali peluncur
d) Melompat kedalam jaring
3) Menyiapkan tempat penampungan dengan cara
a) Menggunakan tempat tidur yang kosong beserta kasur, bantal seprai,
sarung bantal yang tersedia/ cadangan.
b) Peralatan tempat tidur pasien dilokasi kebakaran yang masih dapat
diselamaikan dikirim ketempat penampungail.
4) Bilamana berada dalam kabut asap atau dimalam han penderita yang dapat.
berjalan dan tamu saling berpegangan secara beruntun
5) Jangan menggunakan tempat tidur untuk tujuan evakuasi.
b. Dokumen dan Peralatan.
1) Dokumen dan peralatan penting yang masih dapat diselamatkan
dikumpulkan dan diadakan pencatatan oleh petugas administrasi.
2) Petugas administrasi membawa dokumen danperalatan penting ketempat
penampungan.

Panduan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 21


BAB VI
DOKUMENTASI

Panduan Pencegahan dan Penanggulangan kebakaran dalam pelaksanannya didokumentasikan


1. Pencatatatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran di lingkungan rumah sakit dilakukan
oleh panitia K3 atau PJK3 setiap ada kejadian / kondisi yang menyebabkan kebakaran.
2. Pelaporan dilakukan setiap bulan kepada Panitia K3RS dilanjutkan kepada Direktur oleh
Panitia K3RS.

Panduan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 22


BAB VII

PENUTUP

Demikian Buku Panduan Pencegahan Penanggulangan Kebakaran ini disusun untuk


semua jenis alat dan sistem penanggulangan bahaya kebakaran yang dipakai di Rumah
Sakit Islam Surabaya.
Tujuan penyusunan buku ini yaitu sebagai panduan bagi para karyawan rumah
sakit dalam pemakaian alat dan sistem penanggulangan bahaya kebakaran secara tepat
mengingat bahwa rumah sakit mempunyai beberapa jenis ruangan khusus.
Kami mengharapkan saran yang membangun untuk penyesuaian dan
penyempurnaan buku panduan ini pada masa yang akan datang.

Ditetapkan di : Surabaya
Pada tanggal : 11 Rajab 1440 H.
18 Maret 2018 M.

Direksi,

dr. H. Samsul Arifin, MARS.


Direktur

Panduan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran 23

Anda mungkin juga menyukai