MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH ASPEK HUKUM DAN K3
yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. Ir. H. Djoko Kustono, M.Pd.
Oleh
Rohmanudin
150551806384
DAFTAR ISI
Daftar Isi ..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
misalnya Pasar Besar di kota Malang, Pasar Tanah Abang di Jakarta, Gedung BI di
Jakarta dan lain sebagainya maka yang menderita kerugian tentu masyarakat banyak.
Di lihat dari segi rehabilitasi fasilitas maka kecelakaan akibat kebakaran memerlukan
waktu yang relatif lama belum lagi kerugian yang mustahil di-recovery seperti arsip,
barang antik, sertifikat dan lain sebagainya. Oleh karena itu, mencegah terjadinya
kebakaran merupakan pilihan utama dalam teknologi penanggulangan kebakaran.
Dari sisi legal formal disebutkan dalam UU No.1 Tahun 1970 Dengan perundangan
ditetapkan persyaratan keselamatan kerja untuk mencegah, mengurangi dan
memadamkan kebakaran. Kemudian diikuti dengan peraturan lain misalnya:
Keputusan
Menteri
Tenaga
Kerja
RI
No.186/MEN/1999
Tentang
Unit
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui definisi pencegahan kebakaran
2. Mengetahui sifat teknis api dan kebakaran
3. Mengetahui dan memahami bahaya terjadinya kebakaran
4. Mengetahui prinsip pencegahan terjadinya kebakaran
5. Mengetahui aspek-aspek perilaku dalam pencegahan kebakaran
6. Mengetahui penyebab terjadinya kebakaran
7. Mengetahui dan memahami program pencegahan terjadinya kebakaran
8. Mengetahui strategi penegahan resiko terjadinya kebakaran
D. Kegunaan
Berdasarkan tujuan yang telah dikemukakan, maka hasil pembahasan pada
makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap pemahaman
tentang fire protection. Selain itu, makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
bahan rujukan bagi teman-teman maha peserta didik yang ingin mengkaji dan
mempelajari tentang fire protection atau pencegahan kebakaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pencegahan Kebakaran
Pencegahan kebakaran adalah segala usaha yang dilakukan agar tidak terjadi
penyalaan api yang tidak terkendali. Pencegahan kebakaran mengandung dua
pengertian yaitu (1) penyalaan api belum ada dan usaha pencegahan ditujukan agar
tidak terjadi penyalaan api. Contoh dari tindakan ini adalah dengan memisahkan
bahan mudah terbakar pada ruang khusus, membuat aturan pencegahan kebakaran,
memasang rambu dilarang merokok dan seterusnya. (2) Penyalaan api sudah ada dan
usaha pencegahan ditujukan agar api tetap terkendali. Contoh dari tindakan ini adalah
mengatur nyala api di dalam ruang tempa, ketel uap, dapur pemanas dan lain
sebagainya.
Pencegahan kebakaran menurut Kepmen No. 186/Men/1999 adalah
mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja yang meliputi:
(1) pengendalian setiap bentuk energi; (2) penyediaan sarana deteksi, alarm,
memadamkan kebakaran dan sarana evakuasi; (3) pengendalian penyebaran asap,
panas dan gas; (4) pembentukan unit penanggulanan kebakaran di tempat kerja, (5)
penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala dan (6)
memilki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi tempat kerja
yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga kerja dan atau tempat
yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat. Dari segi strategi pemadaman
ada dua cara penting yang perlu diperhatikan yaitu (1) teknik dan (2) taktik
pemadaman kebakaran. Teknik pemadaman kebakaran
yaitu kemampuan
mempergunakan alat dan perlengkapan pemadaman kebakaran dengan sebaikbaiknya. Agar menguasai teknik pemadaman kebakaran maka seseorang harus
mempunyai pengetahuan tentang penanggulangan kebakaran, bersikap positif
terhadap penanggulangan kebakaran, terlatih dan terampil mempergunakan berbagai
alat serta perlengkapan kebakaran.
Taktik pemadaman kebakaran adalah kemampuan menganalisis situasi
sehingga dapat melakukan tindakan dengan cepat dan tepat tanpa menimbulkan
kerugian yang lebih besar. Taktik ini terkait dengan analisis terhadap unsur-unsur
pengaruh angin, warna asap kebakaran, material utama yang terbakar, lokasi dan lain
sebagainya.
B. Penyebab Kebakaran
Berbagai sebab kebakaran dapat diklasifikasikan sebagai (1) kelalaian, (2)
kurang pengetahuan, (3) peristiwa alam, (4) penyalaan sendiri, dan (5) kesengajaan.
1. Kelalaian
Kelalaian merupakan penyebab terbanyak peristiwa kebakaran. Contoh dari
kelalaian ini misalnya: lupa mematikan kompor, merokok di tempat yang tidak
semestinya, menempatkan bahan bakar tidak pada tempatnya, mengganti alat
pengaman dengan spesifikasi yang tidak tepat, kontak atau sirkuit listrik yang terlalu
banyak atau kontak yang terlalu panas, kabel-kabel yang tidak aman, print-out
komputer atau berkas-berkas yang masih berserakan di atas meja, peralatan listrik
seperti komputer yang masih tersambung aliran listrik, dan lain sebagainya.
2. Kurang pengetahuan
Kurang pengetahuan tentang pencegahan kebakaran merupakan salah satu
penyebab kebakaran yang tidak boleh diabaikan. Contoh dari kekurang pengetahuan
ini misalnya tidak mengerti akan jenis bahan bakar yang mudah menyala, tidak
mengerti tanda-tanda bahaya kebakaran, tidak mengerti proses terjadinya api dan lain
sebagainya.
3. Peristiwa alam
Peristiwa alam dapat menjadi penyebab kebakaran. Contoh: gunung meletus,
gempa bumi, petir, panas matahari dan lain sebagainya.
4. Penyalaan sendiri
Api bisa terbentuk bila tiga unsur api yaitu bahan bakar, oksigen (biasanya
dari udara) dan panas bertemu dan menyebabkan reaksi rantai pembakaran. Contoh:
kebakaran di hutan yang disebabkan oleh panas matahari yang menimpa bahan bakar
kering di hutan.
5. Kesengajaan
Kebakaran bisa juga disebabkan oleh kesengajaan misalnya karena unsur
sabotase, penghilangan jejak, mengharap pengganti dari asuransi dan lain sebagainya.
Perusahaan dapat mencegah kebakaran yang disengaja dengan memastikan sistem
produksi kebakaran di tes secara berkala.
6. Mesin
Mesin yang sangat panas juga dapat menyebabkan kebakaran, sehingga harus
secara teratur di servis. Tempat pembuangan udaranya harus selalu dibersihkan untuk
mencegah terjadinya pemanasan mesin.
C. Sifat Teknis Api dan Kebakaran
Api terjadi dari tiga unsur yaitu (1) bahan bakar, (2) Oksigen dan (3) panas.
Bahan bakar yang mudah terbakar tersebut misalnya: kayu, kertas, karet, plastik dan
lain sebagainya. Oksigen biasanya didapat dari udara. Udara mengandung 21 %
oksigen suatu tempat dikatakan masih memiliki keaktifan pembakaran bila kadar
oksigennya lebih dari 15 %. Sedang bila kurang dari 12 % tidak akan terjadi
pembakaran.
Hal dan prosedur penanggulangan bahaya kebakaran dilandasi oleh fenomena
teknis api (disamping hal-hal psikologis, seperti: shock dan panik). Hal-hal teknis
yang menjadi landasan upaya penanggulangan bahaya kebakaran antara lain: (1)
unsur pembentuk api, (2) tahan perkembangan api, dan (3) hal-hal yang
membahayakan keselamatan jiwa.
Api akan tumbuh secara bertahap, dari mulai menyala, membesar,
menghasilkan gas dan asap dari bahan yang terbakar, dan apabila tidak dikontrol, api
tersebut akan mencapai tahap maksimal yang menghanguskan serta membahayakan
keselamatan jiwa. Secara teknis, perkembangan api di dalam ruangan tertutup dapat
dibagi menjadi 5 tahap, yaitu:
1) Tahap penyalaan
2) Tahap pertumbuhan
3) Tahap puncak
4) Tahap pembakaran penuh
5) Tahap surut
Dalam suatu proses pembakaran, tidak semua tahap perkembangan api akan
selalu dapat dilalui, atau proses pembakaran mencapai kelima tahap di atas. Hal
tersebut tergantung dari kualitas dan kapasitas tiga unsur pembentukan api. Secara
definisi, api sendiri merupakan hasil reaksi cepat dari material terbakar, oksigen (O2)
dan energi awal. Ketiga unsur pembentuk api tersebut digambarkan sebagai berikut:
Energi
Material
Oksigen (O2)
Ketiga unsur pembentuk api yang digambarkan di atas, harus bekerja
bersama-sama untuk dapat membentuk api dan pembakaran. Tanpa adanya salah satu
dari ketiga unsur tersebut, proses pembakaran tidak akan terjadi. Komposisi dari
ketiga unsur inilah yang menentukan tahap proses pembakaran berlangsung. Suhu
penyulutan dimaksudkan sebagai tingkatan energi bahn untuk terbakar pada
temperatur bakarnya.
Temperatur bakar sendiri merupakan temperatur terendah saat bahan bakar
mulai terbakar. Dapat juga diartikan sebagai bahan material mudah terbakar apabila
temperatur bakar material tersebut relatif rendah. Karekteristik pertumbuhan dan
penyebaran api ditentukan oleh banyak faktor, antara lain:
1) Kondisi geografis ruangan
2) Bahan yang ada
3) Sumber isi
4) Jarak antara sumber api dengan material terbakar
5) Karakteristik dari material interior
6) Tipe dan volume material
7) Kondisi dan penataan ruangan
Api akan dengan cepat berkembang besar melalui konveksi kemudian
menyebar secara lateral terus ke langit-langit apabila ruangan terbatas. Sesuatu yang
terbakar, selain menghasilkan gas, juga menghasilkan asap dan panas. Panas gas yang
timbul dari peristiwa kebakaran dapat mencapai 6500C 9500C.
D. Tips dan Trik Mencegah Terjadinya Kebakaran
Agar bangunan seperti rumah, kantor, sekolah, gudang dan lain sebagainya
tidak terbakar dan menimbulkan kebakaran, maka diperlukan pencegahan kebakaran
dengan tips dan trik mencegah terjadinya kebakaran sebagai berikut:
1. Waspada Rokok
Tidak membuang puntung rokok sembarangan. Pastikan rokok telah mati total
sebelum dibuang ke tempat sampah. Rokok 99% memberikan masalah daripada
manfaat, sehingga sebaiknya jangan merokok agar tidak rugi.
2. Waspada Pada Penerang Api
Ketika mati lampu dan menggunakan penerangan api seperti lilin dan lampu
tempel semprong / petromak maka jangan pernah lalai untuk mengawasi lampu
tersebut dan tidak menaruh di tempat sembarang yang bisa jatuh atau berpindah
tempat sehingga bisa membakar benda mudah terbakar yang ada di sekitarnya. Awasi
pula penggunaan anti nyamuk bakar.
3. Waspada Anak-Anak dan Lansia
Jauhkan benda-benda yang berapi atau yang dapat mengeluarkan api. Paling
tidak ada orang dewasa yang mengawasi seperti bermain korek api, korek gas,
kembang api, petasan, obat nyamuk bakar serta benda-benda yang mengeluarkan api
dan panas seperti kompor gas, kompor minyak, setrikaan, dispenser air, pemasak nasi,
dan lain-lain. Anak-anak sangat berpotensi bertindak ceroboh yang bersifat fatal.
4. Waspada & Rawat Perangkat Listrik dan Perangkat Api
Rawat dengan baik dan rutin kompor gas, setrikaan, mejik jar, solder, kabelkabel listrik dan perangkat listrik dan api lainnya. Jaringan listrik di rumah, kantor, dll
jika sudah usang sebaiknya dilakukan penggantian total dengan mengganti seluruh
perangkat jaringan listrik diganti dengan yang berkualitas bagus dan baru demi
keamanan dari korsleting listrik (hubungan arus pendek). Hindari mencuri listrik pln
agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti misal kesetrum dan konslet
listrik.
5. Siapkan Perangkat Pemadam Kebakaran Ringan
Jika bangunan cukup besar gunakan sistem pemadam detektor asap, pemancar
air, perangkat penunjang hidup saat kebakaran, hidran, selang penyemprot air, tabung
pemadam semprot, dan lain sebagainya. Jangan lupa berikan penyuluhan bagi
penghuni bangunan dalam menghadapi bencana kebakaran. Untuk bangunan kecil
minimal ada karung yang dapat dibasahi untuk meredam kebakaran ringan / kecil.
Siapkan selang panjang atau ember untuk memudahkan menyiram kebakaran dengan
air.
6. Melakukan Pembinaan dan Sosialisasi Kebakaran
Berikan penyuluhan kepada seluruh anggota keluarga, pegawai/karyawan
kantor, siswa guru sekolah, buruh pabrik, dan sebagainya mengenai penanganan
bencana kebakaran yang bisa saja terjadi kapan saja dan di mana saja agar ketika
terjadi kebakaran mereka mengerti apa yang harus mereka lakukan. Beritahu nomor
telepon polisi dan pemadam kebakaran lokal dan sentral.
7. Waspada Lingkungan Sekitar
Kebakaran juga bisa akibat dari bangunan sebelah yang terbakar sehingga
bangunan kita ikut menjadi korban karena api bisa membesar dan merembet ke manamana. Tingkatkan kesadaran bencana kebakaran di lingkungan masyarakat sekitar
untuk meminimalisir terjadinya kebakaran di lingkungan sekitar. Waspada juga
dengan melakukan tindakan-tindakan yang dapat memperkecil resiko kebakaran
merembet dari bangunan sekitar ke bangunan kita.
E. Fire Protection System (System Fire Alarm)
10
Sistem fire protection atau disebut juga dengan sistem fire alarm (sistem
pengindra api) adalah suatu sistem terintegrasi yang didesain untuk mendeteksi
adanya gejala kebakaran, untuk kemudian memberiperingatan (warning) dalam
sistem evakuasi dan ditindaklanjuti secara otomatis maupun manual dengan deengan
sistem instalasi pemadam kebakaran (sistem Fire fighting).
Peralatan utama dari sistem protection ini adalah MCFA (Main Control Fire
Alarm) atau disebut juga dengan Fire Alarm Control Panel (FACP). MACP berfungsi
meneriman sinyala masuk (input signal) dari detector dan komponen pendeteksi
lainnya(Fixed Heat detector dan smoke detector).
1. Macam-macam Sistem Pendetectian
Dalam prakteknya, ada 3 sistem pendetectian dari fire protection ini, yaitu:
a. Non addresable System
b. Semi addresable System
c. Full Adresable System
a. Non addresable System
Sistem ini disebut juga dengan sistem konvensional. Pada sistem inji MCFA
menerima sinyal masukan langsung dari detector (biasanya jumlahnya sangat
terbatas) tanpa pengalamatan dan langsung memerintahkan
komponen outpu
(keluaran) untuk merespon input (masukan) tersebut. Sistem ini pada umumnya
digunakan pada bangunan / area supervisi berskala kecil, seperti perumahan,
pertokoan, perkantoran, dan lain-lain.
11
alamat/ adress yang spesifik. Pada saat detector atau alat penerima masukan lainnya
memberikan sinyal, maka MCFA akan meresponnya (I/O) berdasar zona kontroler
yang mengumpulkannya.
a) Dalam kontruksinya tiap zona dapat terdiri dari:
Satu lantai dalam bangunan / gedung
Beberapa ruangan yang berdekatan pada satu lantai di sebuah gedung
Beberapa ruangan yang mempunyai karakteristik tadi di sebuah gedung
Pada display MCFA akan terbaca alamat zona yang terjado gejala kebakaran,
sehingga dengan demikian tindakan yang harus diambil dapat dilokalisir hanya pada
zona tersebut.
c. Full Addresable System
Merupakan pengembangan dari sistem semi adresibble. Pada system ini
semua detector dan alat pemberi masukan (deteksi) mempunyai alamat yang spesifik,
sehingga proses pemadaman dan evakuasi dapat dilakukan langsung pada titik yang
diperkirakan mengalami kebakaran.
2. Peralatan Utama
Peralatan yang dibutuhkan pada Fire Protection adalah sebagai berikut:
a. Pendeteksi
Pendeteksi atau alat penerima input (masukan) yang bekerja secara otomatis
(automatic Input Device), yaitu:
Heat Detektor(Pengindra panas).. Berdasar cara kerjanya, heat detektor
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
Fixed Temperatur heat detector, yang bekerja mendeteksi suhu udara di
sekitar casing-nya (ambiencetemperatur) dengan membandingkannya
terhadap suhu setting defaultnya, misla 57 C , 75 C dan sebagainya
ROR (Rate of Rise) heat detector yang bekerja mendeteksi kecepatan
peningkatan suhu di sekitar casing-nya. Bila kecepatan peningkatan suhu
berjalan lebih lambat dari nilai settingnya, maka detector ini tidak akan
memberikan respon.
12
media
pemadam
suatu
kelas
kebakaran
berdasarkan
sumber
api/kebakarannya.
Klasifikasi (kelas) kebakaran berdasarkan NFPA berikut dengan media pemadam
efektifnya antara lain :
Kelas
Kebakaran
Pemadam
13
Kelas
Kebakaran
Pemadam
Metana, Amoniak,
Solar
Gas/Uap/Cairan
Arus Pendek
Listrik
Aluminium, Tembaga,
Besi, Baja
Serbuk Kimia sodium Klorida, Grafit
Logam
Bahan-Bahan
Radioaktif
Radioaktif
Bahan Masakan
14
Untuk seorang Pemadam kebakaran berbicara akan kelas api mungkin sudah
tidak asing. namun bagi orang awam, pengetahuan akan kelas api dan alat pemadam
yang cocok digunakan sangatlah penting. Adapun efek kesalahan pemilihan alat
pemadam dapat membahayakan si pemadam itu sendiri maupun orang disekitarnya.
Untuk itu mari kita ulas bersama kelas api dan alat pemadam yang paling cocok
digunakan.
Di Amerika serikat melalui badan yang dinamakan National Fire Protection
Association (NFPA) menetapkan 4 katagori jenis penyebab kebakaran, yaitu kelas A,
B, C, D.
Kelas A :
Adalah kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat, misalnya kertas,
kayu, plastik, karet, busa dan lain-lainnya. Media pemadaman kebakaran untuk kelas
ini berupa: air, pasir, karung goni yang dibasahi, dan Alat Pemadam berbahan tepung
kimia kering (dry powder).
15
Kelas B :
Adalah kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda mudah terbakar berupa
cairan, misalnya bensin, solar, minyak tanah, spirtus, alkohol dan lain-lainnya.Media
pemadaman kebakaran untuk kelas ini berupa: pasir dan Alat Pemadam tepung kimia
kering (dry powder) maupun Foam. Dilarang memadamkan menggunakan air untuk
jenis ini karena berat jenis air lebih berat dari pada berat jenis bahan di atas sehingga
bila kita menggunakan air maka kebakaran akan melebar kemana-mana.
Kelas C:
Adalah kebakaran yang disebabkan oleh adanya hubungan arus pendek pada
peralatan elektronik. Alat pemadam yang bisa digunakan untuk memadamkan
kebakaran jenis ini dapat juga menggunakan tepung kimia kering (dry powder), akan
tetapi memiliki resiko kerusakan peralatan elektronik, karena dry powder mempunyai
sifat lengket dan korosif. Lebih cocok menggunakan pemadam api berbahan clean
agent.
Kelas D :
Adalah kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda berbahan metal, untuk
kebakaran jenis ini tidak di perkenankan menggunakan jenis alat pemadam yang
bersifat dingin seperti contohnya CO2, karena hal tersebut dapat memicu ledakan
sehingga bahaya kebakaran akan semakin besar. kita dapat menggunakan DCP (dry
chemical powder), walaupun hal tersebut dapat berefek korosif pada metal namun
bahaya pada saat pemadaman relatif kecil.
Jadi kesimpulannya, janganlah terburu-buru memadamkan kebakaran yang
anda jumpai, kenalilah terlebih dahulu jenis/kelas api kebakaran tersebut. Karena jika
tidak, bukan api yang menjadi padam dan kita menjadi pahlawan tapi bahaya yang
akan mengancam.
G. Fire Safety Management
16
Fire Safety Management harus dilaksanakan dari mulai proses desain gedung,
commisioning dan operasional gedung. Selama ini dalam pembangunan gedung,
pemilik gedung hanya melibatkan konsultan perencana bangunan (arsitek),
manajemen konstruksi, listrik dan kontraktor bangunan tetapi belum melibatkan
konsultan fire safety. Artinya pihak pemilik/pengelola harus lebih berkoordinasi
dengan pihak-pihak yang kompeten untuk setiap bidang, tidak terkecuali masalah fire
safety, dalam perencanaan pembangunan gedung. Sementara di negara maju dalam
pembangunan gedung harus melibatkan fire safety consultant.
Penyusunan Fire Safety Management memang tidak mudah karena terdiri dari
beberapa rangkaian system yang harus dijelaskan secara terinci dan dapat
diaplikasikan. Berikut ini adalah model / elemen Fire Safety Management System
untuk gedung dalam keadaan beroperasi, yakni:
Management Commitment
Baseline Assessment
Pre-Fire Planning
Implementation
Control
Audit
Management Review
17
18
19
Prinsip dasar ini sangat perlu dipahami oleh pengguna alat pemadam api dan
menjadi salah satu alasan dalam pemilihan alat pemadam api yang tepat karena pada
dasarnya obat/gas kimia yang menjadi isi alat pemadam api tersebut memang secara
khusus diproduksi dan dipergunakan untuk mematikan kelas api secara khusus.
I. Fire & Safety Engineering
20
21
22
dalam menanggapi masalah kebakaran baru yang ditimbulkan oleh Revolusi Industri.
Ahli proteksi kebakaran (Fire Protection Engineer) pada era sekarang mengabdikan
dirinya dengan merancang metode dan teknik untuk melindungi fasilitas dan pabrikpabrik besar dari bahaya kebakaran, motivasi lain mengembangkan disiplin ilmu Fire
Protection Engineering adalah mencari inovasi melalui penelitian dan praktek guna
melindungi ancaman kebakaran gedung dan pemukiman penduduk yang banyak
terjadi di perkotaan pada abad ke-19. Industri asuransi juga turut membantu
mempromosikan kemajuan dalam profesi rekayasa kebakaran dan pengembangan
sistem proteksi kebakaran dan peralatan (Fire Protection Engineering)
Saat permulaan abad ke-20, melalui serangkaian peristiwa bencana kebakaran
hebat dihasilkan peningkatan standard dan persyaratan desain bangunan untuk
melindungi orang-orang dan properti dari kebakaran. Pada pertengahan abad ke-20
profesi dan disiplin teknik proteksi kebakaran (Fire Protection Engineering) muncul
sebagai profesi teknik yang unik, faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap
pertumbuhan displin ilmu proteksi kebakaran (Fire Protection Engineering) adalah
berdirinya Institution of Fire Engineers pada tahun 1918 di Inggris dan Society of
Fire Protection Engineers pada tahun 1950 di Amerika Serikat. Munculnya lembaga
profesi ahli proteksi kebakaran (Fire Protection Engineering) tesebut menjadikan
profesi proteksi kebakaran (Fire Protection Engineer) sebagai praktisi dan konsultan
independen dalam bidang proteksi kebakaran dan menghasilkan standard
(peraturan/pedoman) teknik untuk proteksi kebakaran.
Fire Engineering adalah penerapan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan
rekayasa untuk melindungi orang, properti dan lingkungan mereka dari dampak
berbahaya dan merusak dari kebakaran dan asap. Pengembangan disiplin ilmu Fire
Engineering tersebut tersebut menghasilkan bidang keilmuan Fire Protection
Engineering meliputi teknik proteksi kebakaran yang fokus pada metode identifikasi
potensi dan sistem deteksi kebakaran, metode mitigasi kebakaran dan teknik
penanggulangan atau pemadaman kebakaran. Dan bidang keilmuan Fire Safety
Engineering yang fokus pada masalah perilaku manusia terhadap api dan pengaturan
lingkungan hidup manusia (rumah, bangunan, gedung dll) untuk memudahkan
23
manusia evakuasi dari kebakaran. Di Amerika Serikat, disiplin ilmu Fire Safety
Engineering menjadi bagian tidak terpisahkan didalam Fire Protection Engineering.
Fire Engineer, seperti ahli di bidang teknik atau disiplin ilmu lainnya,
melakukan program formal pendidikan dan pengembangan profesional untuk
memperoleh dan mempertahankan kompetensi mereka. Pendidikan ini biasanya
mencakup studi dasar dalam matematika, fisika, kimia dan analisa teknis. Studi teknis
profesional Fire Engineering lebih difokuskan pada mempelajari dan meningkatkan
keahlian dalam ilmu material, statika, dinamika, termodinamika, dinamika fluida,
perpindahan panas, teknik ekonomi, etika, sistem di bidang teknik, kehandalan dan
psikologi lingkungan. Studi di bidang sumber/proses terjadinya kebakaran, penilaian
risiko probabilistik atau manajemen risiko, desain sistem pencegah kebakaran,
aplikasi dan interpretasi dari standar bangunan atau fasilitas, dan pengukuran dan
simulasi fenomena kebakaran lengkap sebagian besar kurikulum bagi seorang Fire
Engineer.
Di Indonesia, keahlian bidang proteksi kebakaran (Fire Protection Engineer)
tidak terpisah dari bidang Safety (Keselamatan Kerja) sebagaimana diatur dalam
peraturan bidang K3 pemerintah. Profesi Fire Protection Engineer telah mendapatkan
tempat di berbagai instansi pemerintah dan industri di Indonesia namun kualifikasi
keahlian Fire Engineer di Indonesia hingga saat ini baru pada level keahlian bidang
penanggulangan kebakaran (Fire Fighting) ditandai dengan adanya sertifikasi profesi
bidang Pemadam Kebakaran (Fireman) oleh BNSP (Badan Nasional Standarisasi
Profesi), sedangkan keahlian dibidang rekayasa dan penelitian Fire Engineering
masih belum dikembangkan dan diakomodir baik oleh pemerintah maupun industri.
J. Pertanyaan Seputar 3M Passive Fire Protection
Sarana apa yang harus dimiliki suatu bangunan sehingga dapat dikatakan
aman terhadap resiko terjadinya kebakaran ?
Suatu bangunan dapat dikatakan aman jika sudah dilengkapi dengan beberapa system
perlindungan dan penanganan kabakaran. System tersebut terdiri dari :
24
25
Mencegah penyebaran resiko bahaya kebakaran (api, asap, gas, panas) ke lokasi
lain
Meningkatkan nilai investasi / aset karena resiko kebakaran dapat dihindarkan
Dapat langsung diaplikasi di lokasi yang paling berpotensi memicu kebakaran
Free maintenace setelah system diaplikasi
Life time seumur bangunan selama belum pernah terbakar dan tidak ada
26
27
2.
Hydran
Ada 3 jenis hydran, yaitu hydran gedung, hydran halaman dan hydran kota,
sesuai namanya hydran gedung ditempatkan dalam gedung, untuk hydran halaman
ditempatkan di halaman, sedangkan hydran kota biasanya ditempatkan pada beberapa
titik yang memungkinkan Unit Pemadam Kebakaran suatu kota mengambil cadangan
air. Detektor Asap / Smoke Detector Peralatan yang memungkinkan secara otomatis
akan memberitahukan kepada setiap orang apabila ada asap pada suatu daerah maka
alat ini akan berbunyi, khusus untuk pemakaian dalam gedung.
3.
Fire Alarm
Peralatan yang dipergunakan untuk memberitahukan kepada setiap orang akan
28
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pencegahan kebakaran (fire protection) pada intinya adalah aspek paling
utama dalam program perlindungan kebakaran. Perencanaan yang baik dalam
aktifitas pencegahan kebakaran akan dapa menyelamatkan miliaran rupiah dan juga
nyawa manusia akibat kebakaran.
Prinsip dasar pencegahan terhadap kebakaran adalah: (1) pembatasan besar
dan lamanya kebakaran, yaitu dengan membatasi benda yang terbakar, (2)
pembatasan resiko penyebaran api, yaitu dengan mengatur penggunaan bahan-bahan
yang mudah terbakar dan jaringan yang mungkin sumber resiko kebakaran (sepertti
instalasi listrik, gas, dan pemanas), (3) petunjuk pengevakuasian dari kebakaran,
sehingga semua orang dapat meninggalkan gedung dalam waktu singkat dan
30
31
DAFTAR RUJUKAN
Karnadi. 2013. Penanganan Kebakaran dan Alat Pemadamnya. Dalam Google
Database. (Online),
(http://karnadi.staf.narotama.ac.id/2013/03/28/penanganan-kebakaran-danalat-pemadamnya/, diakses 28 September 2013)
Kustono, Djoko. Mencegah dan Menanggulangi Kebakaran. Dalam Google
Database. (Online), (http://dc336.4shared.com/doc/GQwWcWT/preview.html, diakses 4 Oktober 2013)
Lansida. 2012. Perlindungan dan Pencegahan Kebakaran. Dalam Google Database.
(Online), (http://lansida.blogspot.com/2012/01/perlindungan-dan-pencegahankebakaran.html, diakses 28 September 2013)
Muhadi. 2008. Pencegahan Resiko Kebakaran Gedung: Peran dan Tindakan Pusat
Layanan Kebakaran dan Pertolongan Departement Rhone. Tesis tidak
diterbitkan. Bandung: Teknik Pembangunan Wlayah dan Kota Pascasarjana
Universitas Diponegoro.
_____. Himpunan Peraturan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
RI. Dalam Google Database. (Online),
(http://www.presidenri.go.id/DokumenUU.php/749.pdf, diakses 4 Oktober
2013)
_____. 2012. Prinsip Dasar Pencegahan Kebakaran (Fire Protection). Dalam
Google Database. (Online), (http://hanosen.com/prinsip-dasar-pencegahankebakaran-fire-protection/, diakses 28 September 2013)
_____. 2013. Prinsip Dasar Pencegahan Kebakaran. Dalam Google Database.
(Online), (http://info.ptsedaya.com/prinsip-dasar-pencegahan-kebakaran-fire/,
diakses 28 September 2013)
_____. 2013. Prosedur Penanggulangan Kebakaran. Dalam Google Database.
(Online), (http://www.ajiwijaya.com/2011/06/prosedur-penanggulangankebakaran.html, diakses 28 September 2013)
32