Anda di halaman 1dari 32

Lampiran Keputusan Direktur RSPCl

Nomor : Kpts 354AL/P00000/2021-


S0
Tanggal : 5 April 2021

PANDUAN PROTEKSI KEBAKARAN


RS PERTAMINA CILACAP
TAHUN 2021

RUMAH SAKIT PERTAMINA CILACAP


JL. DR. SETIABUDI NO. 1 TEGALKAMULYAN
CILACAP 53215
Telp. (0282) 509955 / 509922 Fax. (0282) 509987
Email : humasrspcilacap@gmail.com

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Maksud dan Tujuan.


Maksud dari buku pedoman ini adalah sebagai petunjuk dalam menangani
pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran di rumah sakit.
Tujuan dan buku pedoman ini adalah mengamankan dan menyelamatkan, jiwa,
harta benda serta, kelangsungan fungsi pelayanan rumah sakit.

B. Ruang Lingkup
Buku pedoman ini mencakup ketentuan-ketentuan persyaratan umum untuk
pencegahan bahaya kebakaran dan penanggulangan kebakaran di rumah sakit.

C. Ketentuan-Ketentuan Lain
1. Peraturan dan pedoman yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum
mengenai pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran.
2. Peraturan-peraturan/pedoman mengenal :
a. Ketentuan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran pada
bangunan gedung.
b. Pedoman Sistem Instalasi listrik pada fasilias pelayanan kesehatan.
c. Instalasi penangkal petir dan pemasangan penangkal petir khusus.
d. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 378/KPTS/19487 tentang
Pengesahan 33 Standar Konstruksi Bangunan Indonesia.
e. Petunjuk-petunjuk dalam rangka pencegahan dan penanggulangan
bahaya kebakaran dan ledakan pada fasilitas pelayanan kesehatan.
f. Peraturan umum instalasi listrik (PUIL) tahun 1987.
g. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum no. 02/KPTS/1985 Tentang
Ketentuan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran pada Bangunan
Gedung.
h. Pedoman Penanggulangan bahaya kebakaran dengan menggunakan air
Sistem spingkler otomatis tahun 1991 Dep. PU.

2
D. Pengertian
1. Kebakaran adalah bencana api yang tidak dikehendaki yang dapat
menimbulkan kerugian.
2. Pencegahan kebakaran ialah segala usaha secara berencana untuk
memadamkan atau menghindarkan kemungkinan timbulnya bahaya
kebakaran.
3. Pemadam Kebakaran ialah memisahkan hubungan langsung dari ketiga unsur
penyebab kebakaran (bahan bakar, panas, oxigen).
4. Penanggulangan kebakaran ialah segala daya upaya untuk mencegah dan
memberantas terjadinya kebakaran.
5. Alat Pemadam ialah alat untuk memadamkan kebakaran.
6. Alat Perlengkapan Pemadam ialah alat yang digunakan untuk melengkapi
alat pemadam kebakaran seperti : ember, karung goni, tangga, kaleng, karung
pasir dan lain-lain
7. Daerah kebakaran ialah daerah yang terancam bahaya kebakaran yang
mempunyai jarak 50 meter dari titik kebakaran terakhir.
8. Daerah bahaya kebakaran ialah daerah yang terancam bahaya kebakaran
yang mempunyai jarak 25 meter dari titik kebakaran terakhir.
9. Detektor kebakaran adalah detektor yang berfungsi mendeteksi awal adanya
suatu kebakaran.
10. Detektor panas : detektor yang bekerja berdasarkan panas.
11. Detektor asap adalah detektor yang bekerja berdasarkan batas konsentrasi
asap tertentu.
12. Detektor nyala api adalah detektor yang bekerja berdasarkan radiasi nyala
api.
13. Detektor gas adalah yang bekerja berdasarkan gas yang timbul akibat
kebakaran atau gas lainnya yang mudah terbakar.
14. Alarm kebakaran adalah komponen dan sistem yang memberikan syarat
adanya kebakaran.
15. Panel kebakaran adalah komponen dari sistem deteksi dan alarm kebakaran
yang berfungsi untuk mengontrol pekerjaan sistem, menerima dan
menunjukkan adanya syarat kebakaran serta mengaktifkan alarm kebakaran.

3
16. Zona deteksi adalah suatu daerah yang diawasi oleh kelompok deteksi
dengan luas tidak lebih dari 2000 m2.
17. Ruang efektif adalah ruang yang dipergunakan untuk menampung aktifitas
yang sesuai dengan fungsi bangunan.
18. Ruang sirkulasi adalah ruang yang hanya dipergunakan untuk lalu lintas atau
sirkulasi dalam bangunan.
19. Zone G dan Zone M : Di dalam ruangan fasilitas kesehatan terdapat Zone G
dan Zone M, yaitu daerah berbahaya ledakan (mudah terjadi ledakan).

4
BAB II
FAKTOR PENYEBAB KEBAKARAN

A. Api
Api adalah suatu reaksi kimia yang dikenal sebagai pembakaran. Nyala api
yang tampak pada hakekatnya adalah masa zat yang sedang berpijar yang
dihasilkan didalam proses kimia oksida yang berlangsung sangat cepat dan
disertal pelepasan sinar dan energi/panas.
1. Unsur-unsur terjadinya api.
Api atau kebakaran dapat terjadi karena adanya pertemuan unsur dalam
perbandingan yang tepat yaitu :
a. Unsur bakar atau setiap bahan yang beroksidasi baik padat, cair dan gas.
b. Oksigen/zat pembakaran (dari udara/ bahan oksidator).
c. Panas/sumber nyala yang cukup
d. Reaksi berantal radikal bebas setelah bahan bakar dipanaskan/terbakar.
2. Proses terjadinya api.
Bahan bakar setelah dipanaskan/terbakar akan mengalami :
a. Secara fisik menjadi gas.
b. Secara kimia akan menghasilkan atom-atom yang berdiri bebas
(radikal).
3. Api padam
a. Semua bahan telah habis terbakar.
b. Konsentrasi oksigen tidak cukup untuk berlangsungnya kebakaran.
c. Temperatur material berada dihawah suhu nyalanya.
d. Reaksi berantal radikal bebas terputus.

B. Kebakaran
1. Sumber Potensial Penyebab Kebakaran
a. Ditempat kerja secara umum
1) Api terbuka.
Penggunaan api terbuka didaerah berbahaya/tempat bahan-bahan
yang mudah menyala sering menjadi sumber penyebab terjadinya

5
kebakaran antara lain : pengelasan, pemotongan dengan gas
acetelin, dapur api, api rokok dan sebagainya.
2) Permukaan panas
Pesawat/instalasi pemanas, pengering, oven apabila tidak
terkendali/kontak dengan bahan hingga mencapai suhu penyalaan
dapat menyebabkan kebakaran.
3) Peralatan listrik.
Peralatan lisirik juga mempunyai potensi bahaya kebakaran apabila
tidak memenuhi standar keamanan dalam pemakaiannya misalnya
pembebanan lebih, legangan melebihi kapasitas, bunga api pada
motor listrik.
4) Gesekan mekanis.
Akibat gerakan secara mekanis seperti pada peralatan yang bergerak
bila tidak diberi pelumasan secara teratur, dapat menimbulkan panas
bunga mekanis/brom dan bubutan atau penggerindaan (mesin
gurinda) dapat menjadi sumber nyala api bila kontak dengan bahan
yang mudah terbakar.
5) Reaksi Exothermal.
Panas akibat reaksi bahan kimia terutama akibat reaksi yang terjadi
dapat mengeluarkan panas dan juga dapat menghasilkan gas yang
mudah terbakar seperti reaksi batu karbit dengan air, reaksi bahan
kimia yang peka terhadap asam.
6) Loncatan bunga api listrik statis.
Akibat pengaruh mekanis pada bahan non konduktor akan dapat
terjadi penimbunan elektron (akumulasi listrik stalls) pada keadaan
tertentu elektron-elektron dapat menimbulkan loncatan bunga api
yang dapat sebagai sumber penyebab kebakaran.
b. Khusus di rumah sakit
Sumber potensi penyebab kebakaran di rumah sakit sama halnya potensi
penyebab kebakaran pada tempat kerja yang lain. Disini dititik beratkan
pada penggunaan peralatan pada tempat-tempat atau bagian-bagian

6
dirumah sakit mengingat rumah sakit mempunyai ciri yang khusus
antara lain:
1) Dalam memberikan pelayanan kepada pasien dipergunakan alat-alat
yang mempergunakan aliran listhk (alat elektro medis), gas/cairan
berbahaya dan mudah terbakar/meledak dan zat radio aktif.
2) Pada bagian penunjang rumah sakit seperti laboratorium/rotgent
juga banyak dipergunakan bahan - bahan yang dapat menimbulkan
kebakaran (bahan-bahan kimia).
3) Pada bagian dapur rumah sakit dipergunakan ketel uap/boiler serta
banyak mempergunakan listrik, gas dan minyak tanah sebagai
sumber energi.
4) Bagian pusat sterilisasi mempergunakan autoclave dengan tekanan
tinggi.
5) Pada bagian laundry juga dipergunakan listrik dan uap untuk
mencuci setrika dan pengeringan.
6) Faktor lingkungan di luar rumah sakit yang rawan terhadap
kebakaran.
7) Faktor keterampilan dan pengetahuan tenaga kerja dalam
mempergunakan peralatan yang berbahaya dan kebakaran.
8) Faktor pcngunjung pasien pada jam-jam pengunjungan dan pada
umumnya awam terhadap bahaya kebakaran.
c. Daerah berbahaya ledakan Zone G : ialah daerah bahaya ledakan disebut
juga sistem gas medis tertutup, dimana secara terus menerus ataupun
tidak dialirkan dan dipergunakan campuran yang mudah meledak dalam
jumlah sedikit (tidak termasuk udara yang mudah meledak).
Pencegahan pada zone G dapat diusahakan dengan cara menjauhkan
peralatan listrik yang dapat menirnbulkan percikan api dari alat yang
mengeluarkan gas, baik dalam keadaan biasa maupun bila ada gangguan
berlaku ketentuan-ketentuan pada PUIL Pasal 860.
Dianjurkan pada Zone G menggunakan Explusion proof untuk lampu
penerangan, Kotak Kontak atau Panel pada peralatan listrik. Jenis
peralatan elektro medik yang diijinkan.

7
d. Zone M ialah Daerah bahaya ledakan di sebut juga “APG” (jeralatan
dengan pengujian alat anestesi) sekitar kegiatan medis mencakup
sebagian ruangan, dimana dapat terbentuk udara mudah meledak sebagai
akibat penggunaan bahan analgetik/pembersih kulit, Ether Fluotliane,
Nitrous Oxyde, Halothane atau Desinfektan dalam jumlah sedikit dan
waku yang singkat. Pada Zone M cara pencegahan kebakaran tidak
berbeda akan tetapi pada zone ini ada sedikit kekhususan.
Untuk pencegahan kebakaran akibat dan ledakan, maka pemasukan daya
listrik pada semua per1atan lisirik yang dapat menimbulkan percikan
api, dianjurkan terpasang terlebih dahulu sebelum gas
analgetik/desinfektor memasuki ruangan zone M tersebut. Jenis
peralatan elektro medik yang diijinkan “AP - M” (peralatan dengan
pengujian alat anesthesi)
e. Pada Instalasi listrik di luar Zone G dan Zone M. Pada Instalasi/daya di
luar Zone G dan Zone M haruslah dipatuhi persyaratan - persyaratan
pada Puil 910 Al A3. Yang mempunyai syarat-syarat pencegahan
kebakaran, terutama pada:
1) Tusuk Kontak.
Yang sering menyebabkan percikan bunga api perlama disebabkan
oleh beban alat-alat listrik yang cukup besar. Pada Tusuk Kontak :
dianjurkan disesuaikan besar beban yang dipikul atau paling sedikit
satu tingkat dialas kemampuan daya pikul tusuk kontak tersebut,
dan diberikan penutup kontak. Tusuk kontak pada zone G dan zone
M diletakkan pada ketinggian minimal 1,5 m dan lantai.
2) Sakelar (Kotak kontak).
Pada sakelar sering terjadi loncatan bungan api yang disebabkan
oleh pemasukan beban yang secara tiba-tiba dan beban yang cukup
besar. dan didaerah sekitar lembab, sangat panas atau mengandung
bahan korosif.
Untuk penempatan kotak-kontak diusahakan penempatannya
didaerah yang kering/tidak lembab dan mudah terjangkau/tidak
tertutup atau terhalang daerah sekitarnya.

8
3) Instalasi daya/kabel Instalasi.
Dengan diameter yang terlalu kecil tidak seimbang dengan beban,
maka kabel Instalasi akan panas dan mudah terbakar.
Untuk mencegah mudah terbakarnya kabel Instalasi listrik maka
harus diadakan pengetesan tahanan isolasi minimal 1 tahun sekali
dan harus lebih teliti dalam mengawasi penyambungan atau
penambahan daya listrik pada jaringan lisirik yang tidak sesuai
rencana harus seijin dari IPS RS. Untuk daerah tertentu seperti
ruang operasi, ruang cobalt, ruang isolasi dan lain-lain disarankan :
dipasang detektor asap yang dihubungkan dengan MCFA (Master
Control Fire Alarm).
f. Pada Perlengkapan Hubungan Bagi (PHB). Pada PHB juga perlu
diadakan pemeriksaan pole-pole kabel ke Pengaman lebur dan
percobaan secara rnekanis (OFF/ON untuk membersihkan kerak-kerak
besi yang ada dan sebaiknya tidak dipergunakan jenis pengaman lebur
yang terbuka, sebaiknya MCCB atau MCB/ELCB.
Pada PHB harus diletakkan didaerah yang bebas dan lembab dan mudah
terlihat dari segi pengamanan disekitamya dan diberi tutup
pengaman/pintu.
Dianjurkan dipasang detektor asap pada shaft listrik yang dihubungkan
pada MCFA agar dideteksi lebih awal.
g. Ruang Genset.
Pada ruang Genset sering terjadi banyak tumpahan bahan bakar dan
barang-barang yang diletakkan tidak pada tempatnya. Misalnya kursi-
kursi bekas, meja-meja rusak, dan 1ain-lain.
Pada ruang genset dianjurkan untuk penempatan daily tank/tangki bahan
bakar tidak berada didalam ruang Genset dan untuk ruangan harus
bersih dan dijaga sirkulasi udara ruang Genset tersebut.
h. Ruang Boiler.
Pada ruangan ini karena Boiler menggunakan api untuk proses uap dan
menggunakan bahan bakar solar, resicu yang mudali terbakar. Maka
Daerah sekitar Boiler harus selalu bersih dan tidak ada bahan-bahan

9
yang mudah terbakar diletakkan di sekitar Boiler tersebut. Dan karena
Boiler tersebut menghasilkan uap maka daerah tersebut bisa dikatakan
daerah lembab.
Pada ruang Boiler tidak boleh ada tumpukan/ceceran bahan bakar/olie
dan lain-lain, karena daerah ini bisa dikatakan beruap/lembab maka
dianjurkan untuk penerangan menggunakan seal (penutup) dan pada
panel-panel listrik diberi seal agar tidak terkena uap masuk ke
Perlengkapan Hubung Bagi.

2. Aspek - aspek sebab kebakaran.


Aspek-aspek sebab kebakaran secara rinci dapat ditinjau melalui hal-hal
yang menyangkut:
a. Sumber daerah
1) Daerah produksi.
2) Penimbunan.
3) Fasilitas Pelayanan.
4) Jalan keluar yang aman.
5) Daerah perjalanan kendaraan.
b. Sumber Pelayanan.
1) Perilaku unsur pelayanan (Merokok dll)
2) Perlengkapan listrik.
3) Perlengkapan Proses
4) Tempat masak/pemasangan.
5) Mengelas dan memotong.
c. Bahan-bahan yang mudah menyala
1) Gas.
2) Larutan.
3) Kimiawi.
4) Kayu atau papan.
5) Textile dan lain-lain.
d. Keadaan/ tindakan yang membahayakan.
1) Kesalahan mekanis.

10
2) Tidak bekerjanya sistem.
3) Prosedur yang tidak aman.
4) Salah penggunaan peralatan.
5) Tidak adanya latihan.
e. Kesalahan pemadaman
1) Keterlambatan deteksi
2) Tidak adanya sistem alarm
3) Tidak adanya a1at-a1at pemadam api
4) Kesalahan pemeliharaan alat-alat pemadam api
5) Keterlambatan datangnya dinas pemadam.

C. Sumber Potensial Penyebab Terjadinya Kebakaran Pada Peralatan Medik


di Rumah Sakit.
Peralatan medik adalah peralatan yang digunakan untuk keperluan
diagnostik, therapy maupun untuk keperluan riset dalam bidang kesehatan. Pada
pengoperasian peralatan tidak terlepas pada media lain yang terkait seperti
pemakaian bahan habis pakai/ reagensia, gas-gas medis bahan bakar, dan lain-
lain. Oleh karena itu terkecuali peralatan anaesthesia dan beberapa peralatan
laboratorium, bahaya kebakaran dan peralatan medik tidak memerlukan
persyaratan khusus dalam hal penanggulangannya.
1. Ruang Perawatan dan ruang Emergency :
a. Penggunaan regulator compressed oxigen pada pemakaian ventilator
unit/respirator.
b. Terjadinya kegagalan isolasi/korsluiting listrik pada peralatan seperti
lampu OK Emergency, monitoring unit, Defibrillator, dan lain
sebagainya.
2. Ruang Operasi :
a. Pemakaian zat-zat yang mudah terbakar seperti ether, fluthane, halothen,
nitrous oxyde (N2O) pada peralatan anesthesi.
b. Disamping itu juga perlu diperhatikan oxygen bertekanan tinggi yang
mudah terbakar.

11
c. Terjadinya percikan/loncatan bunga api terhadap bahan-bahan yang
mudah terbakar seperti ether, alkohol, pada saat dilakukan pembedahan
dengan elektro surgery unit.
d. Terjadinya kegagalan isolasi pada alat sterilisator kecil ataupun alat
elektromedis lainnya yang ada di ruang operasi.
3. Ruang Radiologi.
a. Terjadinya gerakan/gesekan mekanis pada alat rontgen sehingga
menimbulkan panas/bunga mekanis dan dapat mengakibatkan
kebakaran.
b. Terjadinya kegagalan isolasi pada rangkaian listrik dan alat juga pada
kabel tegangan tinggi (high tension cable)
4. Ruang Laboratorium
a. Untuk keperluan pemeriksaan laboratoris sering dipergunakan asam dan
basa yang dapat menimbulkan luka bakar.
b. Penggunaan bahan-bahan kimia yang mudah terbakar seperti alkohol
absolut.
Bahan-bahan kimia lain yang efeknya belum diketahui dengan pasti
terutama reagensia reagensia yang baru.
c. Pemakaian gas LPG pada pemakaian alat Flame Photometer.
5. Ruang Farmasi dan Apotik :
a. Didalam ruang farmasi atau apotik selain obat-obatan disimpan juga
bahan-bahan yang mudah terbakar.
2.
6. Ruang Service/Dapur:
a. Pada umumnya didapur dipergunakan LPG sebagai bahan bakar untuk
keperluan memasak.
b. Di samping itu dalam proses memasak dipergunakan minyak goreng dan
air panas yang apabila tumpah dapat menimbulkan luka bakar.
7. Ruang Generator Set:
a. Umunya pembangkit tenaga listrik yang dihasilkan oleh mesin
diesel/generator, menggunakan minyak solar sebagai bahan bakarnya.

12
b. Minyak solar ini potensial dapat menimbulkan bahaya kebakaran apabila
terkena percikan api/ loncatan bunga api dan genset.
8. Ether, fluothane, halothane, nitrous oxyde dan alkohol:
a. Zat-zat tersebut diatas harus disimpan dengan ditutup secara rapat dalam
ruang yang sejuk dan berventilasi yang cukup dan sejauh mungkin harus
dihindari kebocoran dan tumpahan.
b. Khusus untuk ether dan alkohol didalam pemakaiannya agar diupayakan
jauh dari percikan api.
9. Uap panas bertekanan tinggi
a. Perangkat yang berisi uap panas bertekanan tinggi tidak boleh bocor,
secara berkala saluran-saluran diperiksa terhadap kemungkinan
terjadinya kebocoran.
b. Manometer/skalameter pada alat sterilisasi perlu selalu pantau
ketepatannya walaupun alat telah dilengkapi dengan safety, hal ini untuk
mencegah terjadinya pergerakan (scaling) yang menyebabkan terjadinya
ledakan dan kebakaran.
10. Saluran perpipaan gas-gas yang mudah terbakar:
Bila bagian-bagian dari peralatan terdiri atas pipa-pipa berisikan gas yang
mudah terbakar misal zat asam atau N2O, maka tempat keluarnya gas harus
berjarak 1.k. 25 cm dari bagian alat yang dapat menimbulkan percikan bunga
api yang dapat menyulut gas baik dalam keadaan biasa maupun bila ada
gangguan. Bila penghantar listrik dan pipa-pipa gas yang memudahkan
terjadinya kebakaran (misal zat asam) dipasang bersama-sama dalam satu
saluran pipa atau kotak maka haruslah penghantar listriknya paling kurang
memenuhi persyaratan untuk kabel NYM.
11. Pada ruang pesawat Rontgen
Pada ruang pesawat rontgen sebenarnya praktis kemungkinan untuk
terjadinya kebakaran kecil sekali atau dapat dikatakan tidak ada, hanya perlu
selalu dilakukan pemeliharaan berkala terhadap alat rontgen tersebut, seperti
misalnya:
pergerakan-pergerakan alat, contactor, sambungan kabel termasuk kabel
tegangan tinggi, pentanahan/ arde dan lai-lain.

13
12. Ruang laboratorium
Asam dan basa harus disimpan dalam ruangan yang berventilasi baik dan
sewaktu pemakaian harus dijaga agar tidak terjadi tumpahan-tumpahan.
Untuk pemakaian LPG agar selalu diperiksa tabung-tabungnya dari
kemungkinan korosif dan hindarkan benturan-benturan yang mungkin
terjadi.
13. Kerosene dan minyak goreng
Harus disimpan dalam kaleng atau drum yang ditempatkan jauh dari nyala
api dan pada penggunaannya harus dicegah terjadinya tumpahan-tumpahan.

14
BAB III
PEMADAM KEBAKARAN

A. Peralatan Pemadam Kebakaran


Ada beberapa alat pemadam api yang dibuat menurut standard yang berlaku
untuk memudahkan cara penggunaannya yang praktis.
Pada umumnya alat pemadam api dapat dipergunakan dengan mekanisme
yang sederhana, seperti dengan menekan pelatuk, membuka kran atau
menjalankan pompa tangan. Dalam hal ini diperlukan latihan agar pemakai
mengetahui cara penggunaannya.
1. Alat Pemadam Kebakaran Portable
a. Alat Pemadam Api sederhana
Antara lain Pasir, karung goni dan lain-lain.
b. Alat Pemadam Api Air
Alat pemadam api ini pada dasarnya adalah tabung yang berisi air dan
diberikan tekanan dengan pompa udara, gas CO2 atau gas N2 didalam
cartridge atau langsung didalam tabung itu sendiri. Tergantung dari
model alat pemadam api air, maka gas pendorong keluar dan cartridge
dengan cara menekan pelatuk yang akan memecahkan plat penutup
cartridge, dengan memijat kran, maka air yang bertekanan akan mengalir
dan memancar keluar dan corong pemadam.
c. Alat Pemadam Api Serbuk Kimia Kering
Alat pemadam api ringan serbuk kimia kering dibuat dalam bermacam-
macam ukuran mulai dari 2 Kg - 9 Kg dan dalam bentuk beroda dari
ukuran 20 Kg sampai dengan 90 Kg.
Bahan pemadam api yang dipergunakan adalah dari serbuk kimia kering
yang diisikan didalam tabung dan didorong keluar oleh tekanan gas CO 2
atau N2.
Cara bekerjanya adalah dengan memutuskan mata rantai reaksi oksidasi,
sehingga reaksi oksidasi terhenli dan api padam.

15
d. Alat pemadam Api BCF
Alat pemadam api ini berisi BCF atau halon 1211, dan bahan kimia
terdiri dari bromochliroci fluoro methane. Bahan ini tidak menghantar
listrik sehingga baik sekali untuk pemadam api kebakaran listrik. Karena
tekanan penguapan gas BCF sangat rendah, jadi harus didorong dengan
tambahan tekanan gas pendorong CO2 atau N2 yang disimpan dalam
tabung alat pemadam api ini. Bila pancaran BCF mengenai panas api
kebakaran, maka BCF akan sccepatnya menguap dan menyelimuli api
dan memadamkannya.
e. Alat Pemadam Api CO2.
Alat pemadam api CO2 berisi cairan CO2 yang ditekan pada tekanan 800-
900 kg/cm2 pada suhu udara biasa (30C) pada alat ini terdiri dari tabung
yang tahan terhadap tekanan tinggi, sebuah kran katup untuk mengatur
pengeluaran gas CO2 dan penyalur slang serta corong untuk
mengarahkan semprotan gas CO2 pada dasar api. Penggunaan gas CO2
yang setelah memadamkan api, akan menguap dengan sendirinya dan
tidak meninggalkan bekas atau kerusakan.
f. Alat Pemadam Api Busa
Alat pemadam api busa pada umumnya berukuran 10 liter, dan
mengeluarkan busa dengan isi gas CO2 yang dapat menutupi permukaan
yang terbakar terutama untuk permukaan minyak yang terbakar. Dalam
hal ini dengan menyelimuti permukaan cairan, sehingga zat asam
tersingkir dari api, dan terjadilah proses pemadaman. Bahkab bisa untuk
pemadaman kebakaran dibuat dari gelembung yang berisi antara carbon
dioxide (busa kimia) atau udara (busa udara).

16
Gambar 1. Tabung kimia bertekanan

Gambar 2. Tabung Kimia Bertekanan (serbuk kimia kering)

17
Gambar 3. Tabung Kimia Bertekanan (Gas CO2)

a. Sistem Pemadam CO2


Tabung CO2 diisi dengan gas yang dicairkan dengan tekanan 73 kg/cm 2
pada temperatur 30C yaitu temperatur kritis dari bahan CO2. Bila CO2
disemprotkan akan segera membuat kabut atau menguap dengan
kecepatan penguapan 534 1/Kg gas air, dan uap dapat memadamkan
kebakaran dengan cara mencekik dan memisahkan udara dan bahan
bakar, serta pendinginan.

b. Sistem Pemadaman Serbuk Kimia Kering.


Serbuk kimia kering adalah bahan yang balk sekali uniuk pemadaman
benda cair yang mudah terbakar dan juga untuk alat-alat listrik. Dengan
sistem pemadaman serbuk kimia kering dapatlah diharapkan bahwa
pemadaman dapat cepat sekali berlangsung dan dimana peristiwa
pembakaran kembali tidak ada.
Karena sifat dari serbuk kimia kering yang tidak menghantar listrik,
maka sistem ini juga baik sekali dipergunakan untuk pemadaman-
pemadaman ditransformer-transformer listrik yang berisi minyak, atau
peralatan pemutus aliran yang berisi minyak.

18
B. Peralatan Deteksi Kebakaran
Sistem Deteksi Awal Kebakaran (Fire alarm system)
Peralatan ini merupakan satu rangkaian peralatan yang membentuk sistem
pendeteksi awal kebakaran.
Alat-alat pendeteksi terdiri dari :
1. Detektor asap
2. Detektor panas
3. Detektor temperatur tetap.
Alat penerima isyarat deteksi :
1. Panel kontrol alarm
2. Ni Cd batterai
3. Charging system
Alat pemberitahu kebakaran :
1. Sirine
2. Alarm bell
3. Telephon
4. Lampu tanda bahaya
5. Grafic panel
6. Panel indicator
7. Panel pembantu
Alat-alat lain yang dikemudikan oleh panel kontrol secara Otomatis :
1. Mematikan AC, foam, exhaust foam
2. Menutup pintu asap
3. Menjalankan pompa hydran
4. Menjalankan sistem pemadam (kalau ada) : halon 1301, CO 2, serbuk kimia
kering, sprinkler terbuka, busa dli.

19
BAB IV
TINDAKAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

A. Pencegahan Kebakaran
1. Tindakan Pencegahan kebakaran
Untuk mencegah terjadinya kebakaran ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dan ditaati antara lain:
a. Meningkatkan disiplin dan tanggung jawab personil
b. Peningkatan kewaspadaan dan kesiagaan personil
c. Pengawasan dan penggantian alat-alat yang mengandung bahaya
potensial rawan bakar tinggi secara teratur
d. Adanya petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis pada setiap peralatan
secara jelas
e. Peningkatan kesadaran bahaya akan kebakaran merupakan tanggung
jawab seriap personil
f. Dilarang meletakkan/membuang puntung rokok berapi disembarang
tempat
g. Dilarang berbaring di tempat tidur sambil merokok
h. Dilarang main air
i. Dilarang menyalakan lampu, pelita, lilin disembarang tempat
j. Dilarang mengisi minyak kompor yang sedang menyala
k. Dilarang membiarkan kompor sumbunya longgar/kosong
l. Dilarang memasak baik dengan cooflat listrik, maupun dengan kompor
gas atau minyak tanah ditempat-tempat yang tidak diperuntukkan untuk
memasak
m. Dilarang menyambung atau menambah instalasi listrik tanpa diperiksan
terlebih dahulu oleh instalasi pemeliharaan sarana.
n. Dilarang untuk membakar sampah atau sisa kayu di lingkungan rumah
sakit
o. Dilarang membakar sampah yang berisikan bahan yang mudah meledak
atau menyebarkan percikan api

20
p. Dilarang lengah bila menyimpan bahan yang mudah terbakar seperti
elpiji, bensin, alkohol.
q. Dilarang membiarkan orang-orang yang tidak berkepentingan berada di
tempat peka terhadap bahaya kebakaran
r. Dilarang merokok di dalam ruang diesel/generator
s. Dilarang memperbaiki kendaraan di tempat parkir
t. Dilarang meninggalkan tugas pada waktu mesin-mesin dinyalakan bagi
petugas jaga diesel/generator, boiler.

2. Ketentuan bangunan dan lingkungan rumah sakit umum


a. Lingkungan bangunan rumah sakit
1) Besar ukuran balok bangunan tergantung kepada kapasitas,
intensitas dan kebutuhan dari suatu kegiatan atau fungsi dalam
ruangan atau bangunan.
2) Aksesbilitas atau pencapaian di lingkungan blok bangunan harus
dibuat jelas, aman, tanpa hambatan dan dilengkapi dengan tanda
atau petunjuk ke arah bukaan atau ruangan penyelamatan.
3) Tata letak blok bangunan
Di dalam bentuk blok bangunan harus dengan mempertimbangkan :
a) Kompartemenisasi di dalam massa bangunan
b) Jarak dan tinggi bangunan
c) Hidrant kebakaran
d) Alat bantu pemadam kebakaran lainnya

21
Jarak antara bangunan di dalam lingkungan rumah sakit
Tinggi Jarak
minimum
(to) (tl) (lo) (ll)
s/d 8 meter s/d 3 meter
8 s/d 14 meter 3 s/d 6 meter
14 s/d 40 meter 6 s/d 8 meter
Diatas 40 meter Diatas 8 meter

Jalan lingkungan rumah sakit


Lebar perkerasan minimum
Luas blok bangunan :
Searah : Bolak : Balik
Type Luas : Menerus : Buntu : Menerus
Kecil s/d 1 Ha 3,5 m 3,5 m 3,5 m
Sedang 1 s/d 5 Ha 3,5 m 3,5 m 3,5 m
Besar > 5 Ha 4,0 m 3,5 m 5,0 m

3. Bangunan rumah sakit


a. Beban penghunian ruang
Beban penggunaan ruang ditetapkan berdasarkan kepada jumlah
penghuni yang menempati setiap ruangan dari bangunan sesuai dengan
yang direncanakan.
b. Sifat bangunan
Penggunaan dengan bahaya tinggi. Pada bangunan harus disesuaikan
dengan fungsi/kegiatan dan matrial sebagal pengisi fungsinya.
c. Bukaan
Dinding bangunan (termasuk dinding dan jendela) dengan syarat dapat
menahan penjalaran nyala api/gas dan bangunan yang mempunyai
bukaan, baik horizontal maupun vertikal, seperti jendela, lubang
ekskaiator dan lain-lain harus memenuhi persyaratan yaitu lubang
jendela atau pintu bangunan yang Iangsung menghadap keluar,
minimum berjarak 90 cm satu dengan Iainnya, kecuali jika dilindungi
penjorokan minimum 50 cm yang dibuat dan struktur takan api
minimum 2 (dua) jam.
Bukaan

22
a. Kecuali untuk rumah tinggal biasa, lubang pintu bangunan perumahan
dan gedung yang Iangsung menghadap keluar, daun pintunya harus
menghadap/ membuka keluar.
b. Kecuali untuk rumah tinggal biasa, bagian atas dan setiap jendela atau
pintu bangunan yang Iangsung menghadap keluar, harus dilindungi
dengan penjorokan, minimum 50 cm (“D”) dari dinding yang terbuat
dari struktur tahan api, D + C lebih besar dan 1.30 meter, minimum 2
(dua) jam.
Jalan keluar
a. Semua jalan keluar atau penghubung dan bangunan baik berupa pintu
penyelamatan/pintu kebakaran, kondor, ramp maupun jenis Iainnya
harus :
1) Mudah dilihat, jelas dan tanpa hambatan.
2) Bila terdapat Iebih dan satu kelompok pemakai menggunakan
bangunan atau lantai, maka setiap kelompok pemakai harus
mempunyai pencapaian Iangsung ke jalan-jalan luar. Dan tidak
diperkenankan melalui ruang-ruang yang digunakan oleh kelompok
pemakai lainnya.
Perhitungan jalan keluar berdasarkan kepada fungsi/kegiatan, intensitas
penggunaan dan kapasitas ruang tertinggi. Jalan keluar dan bangunan
juga berdasarkan kepada :
1) Jenis penggunaan ruang/bangunan.
2) Beban penghunian ruang/bangunan.
3) Luas lantal penggunaan ruang/bangunan.
4) Jarak pencapalan.
5) Intensitas/kapasitas jalan keluar.
6) Apabila terdapat Iebih dan satu kelompok pemakai menggunakan
ruang/bangunan atau lantai, maka pencapaian langsung ke sejumlah
jalan keluar tidak diperkenankan melalui ruang/bangunan atau lantai
yang telah digunakan oleh pemakai Iainnya.
7) ApabiIa dibutuhkan Iebih dan satu jalan keluar pada
ruang/bangunan atau Iantai, maka setiap jalan keluar harus

23
ditempatkan sejelas mungkin dan dibedakan dari bukaan Iainnya
yang tidak berfungsi sebagai penyelamatan jalan keluar.
8) Jalan masuk kearah tangga penyelamatan yang melayani Iebih dari 4
(empat) lantai hanya diperkenankan melalui ruang/lobby bebas asap.
9) Jalan masuk atau keluar pada bangunan yang tinggi Iebih dari 4
(empat) lantai, maka harus dilengkapi dengan lift/elevator dan
eskalalor
10) Pintu-pintu jalan keluar harus mempunyai ketahanan terhadap api,
minimum 1 ½ Jam.
11) Letak dan jarak tempuh jalan keluar harus memperhatikan
klasifikasi dan kapasitas bangunan, dengan lembar minimum dan
jarak pencapaian maksimum sesuai label 5.
b. Koridor
1) Koridor berakhir di pintu kebakaran dengan tenda/petunjuk
penyelamatan kebakaran.
2) Bebas dari pada penirnhunan barang-barang.
3) Lantal dibuat dan hahan yang tidak hem.

Utilitas bangunan rumah sakit


Perlengkapan utilitas yagn harus ada di dalam bangunan rumah sakit
berdasarkan ketinggiannya sesuai dengan tabel berikut ini :
Klasifikasi A B C D E
Bangunan Tinggi s/d Tinggi s/d Tinggi s/d Tinggi s/d Tinggi > 40

24
Peralatan 8 m atau 1 8 m atau 2 14 m atau 40 m atau 8 m atau di
lantai lantai 4 lantai lantai atas 8 lantai
Sumber daya listrik     
darurat
Lampu darurat - -   
Pintu kebakaran - -   
Tangga kebakaran - -   
Pintu darurat dan   - - -
tangga darurat
Sistem pengendalian     
asap
Lift kebakaran - - -  
Komunikasi darurat     
Bukan penyelamat   
Penunjuk arah jalan     
keluar
Landasan helikopter - - - - 
Peralatan bantu   - - -
lainnya
Keterangan : = harus
- = tidak harus

B. Penanggulangan Kebakaran
1. Organisasi penanggulangan kebakaran
a. Diagram penanggulangan kebakaran
- Direktur
TIM - Dinas jaga
PENGENDALI - K3
- Satpam
25

TIM TIM TIM


PENGENDALI PENGENDALI PENGENDALI
Keterangan :
A. Unit kerja dilokasi

A
kebakaran
C
B B. Unit kerja disekitar
kebakaran
C. Unit kerja di luar lokasi
kebakaran

b. Uraian Tugas.
1) Direktur bertugas :
a) Memimpin dan mengendalikan penanggulangan kebakaran,
serta memerintahkan untuk membunyikan tanda bahaya.
b) Segera melaporkan kejadian kebakaran kepada Dinas Pemadam
Kebakaran, Kepolisian dan Pemda.
c) Memberitahukan kejadian kebakaran kepada unit kerja yang
lain (IPS dan SATPAM)
d) Menentukan tempat untuk evakuasi pasien, dokumen dan
peralatan.
2) Dinas Jaga bertugas :
a) Memerintahkan untuk membunyikan tanda bahaya kebakaran.
b) Memimpin dan mengendalikan penanggulangan kebakaran
yang terjadi diluar jam kerja. Setelah Direktur datang, tugas ini
diserahkan kepada Direktur.
c) Segera melaporkan kejadian kebakaran tersebut kepada Dinas
Pemadam Kebakaran, Kepolisian dan Pemda.
d) Memberitahukan kejadian kebakaran kepada Unit Kerja yang
lain ( IPS dan SATPAM).

26
e) Menentukan tempat untuk evakulasi pasien, dokumen dan
peralatan.
3) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit ( IPSRS ) bertugas :
a) Setelah menerima pemberitahuan/mengetahui adanya
kebakaran segera mematikan aliran Iistrik.
b) Memadamkan api dengan menggunakan alat pemadam yang
ada.
c) Melaksanakan kegiatan dan usaha dalam bidang tugasnya agar
kebakaran tidak meluas.
d) Mengecek semua alat pemadam api, menyiapkan serta
membawanya ke lokasi kebakaran.
4) SATPAM bertugas :
a) Memadamkan api dilokasi kebakaran dengan mempergunakan
alat pemadam api yang ada.
b) Menyiapkan alat pemadam api dan membawanya kelokasi
kebakaran.
c) Melaksanakan kegiatan dan usaha agar kebakaran tidak meluas.
d) Melakukan pengawasan dilokasi kebakaran agar usaha
pemadaman api berjalan lancar.
e) Mencegah orang-orang yang tidak berkepentingan mendekati
lokasi kebakaran.
f) Satu orang ditinggalkan di unit kerja/pos masing-masing untuk
mengawasi keamanan dan ketertiban di lingkungan unit kerja
masing-masing.
g) Sisanya dikerahkan untuk membantu memadamkan api dilokasi
kebakaran dan mengamankan jalan untuk evakuasi.
5) Petugas Unit Kerja dilokasi kebakaran (Perawat, Petugas
Administrasi dan Petugas lain) bertugas :
a) Melaporkan kejadian kebakaran kepada Tim Pengendali
(Direktur/Dinas jaga, IPS dan SATPAM).
b) Memadamkan api dengan menggunakan alat pemadam yang
ada/tersedia.

27
c) Mengevakuasikan pasien, dokumen dan peralatan Rumah Sakit
serta barang milik pasien.
d) Melaksanakan kegiatan dan usaha dalam bidang tugasnya agar
kebakaran tidak meluas.
6) Petugas unit kerja disekitar lokasi kebakaran
a) Mengevakuasikan pasien, dokumen dan peralatan rumah sakit
yang dipandang perlu.
b) Menyingkirkan barang-barang yang mudah terbakar.
c) Membantu mengatasi kebakaran.
7) Petugas unit kerja diluar lokasi kebakaran.
a) Meninggalkan beberapa petugas untuk mengawasi ketertiban
dan menjaga pasien diunit kerja masing-masing agar tidak
panik.
b) Menyiapkan tempat tidur bagi pasien di unit kerja masing-
masing agar sewaktu-waktu diperlukan dapat menampung
pasien yang di evakuasikan dari tempat kebakaran.
c) Perawat dan petugas Administrasi Iainnya dikirim kelokasi
kebakaran untuk membantu evakuasi pasien, dokumen dan
peralatan rumah sakit.
2. Tindakan yang perlu diperhatikan pada waktu terjadinya kebakaran
Unsur-unsur Tindakan Utama. Unsur-unsur atau hal-hal yang harus dipenuhi
adalah:

a. Membunyikan tanda bahaya.


Untuk setiap kebakaran di rumah sakit baik kecil maupun besar
bunyikan tanda alarm/tanda bahaya umum dengan segera. Alarm ini
harus dapat didengar diseluruh bagian rumah sakit, bahkan didaerah
yang kedap suarapun (ICCU, ICU, OK dll)
b. Memanggil Dinas Pemadam Kebakaran.
Sangatlah penting untuk tidak menunda pemanggilan Dinas Pemadam
Kebakaran, segera setelah menerima laporan adanya kebakaran.
Satpam diharuskan menunggu kedatangan Dinas Pemadam Kebakaran

28
dipintu masuk yang telah ditetapkan, untuk menunjukkan jalan ketempat
lokasi kebakaran dan memberikan informasi yang diperlukan, seperti
kondisi gedung, lokasi sumber air terdekat dan lain-lain.
c. Membasmi api dengan segera.
Kebakaran harus segera dipadamkan disaat pertama kali dilihat, dengan
menggunakan alat pemadam kebakaran darurat yang tersedia, sambil
berupaya untuk memberikan laporan tentang adanya kebakaran agar
dapat ditanggulangi dengan cepat.
d. Pengungsian (Evakuasi).
Untuk mencegah keterlambatan dalam pengungsian haruslah terdapat
rencana/aturan yang memungkinkan pengungsian berjalan aman dan
cepat.
Faktor yang penting adalah route mana yang harus digunakan serta route
pengganti jika jalan utama tidak dapat dilalui dan dimana berkumpuil
untuk diabsen ketika sampai diudara terbuka.
3. Tindakan pada waktu terjadinya kebakaran.
a. Setiap anggota yang mengetahui adanya kebakaran, segera mengambil
tindakan untuk memadamkan kebakaran dengan alarm terdapat
disekitarnya, sambil meneriakkan “KEBAKARAN” berulang kali
b. Anggota yang mendengar adanya kebakaran segera menuju ketempat
kejadian untuk meneliti kebenarannya.
c. Segera meminta bantuan kepada petugas lain untuk membantu
pemadaman dan sekaligus melapor kepada kepala.
4. Methode Evakuasi dan Pengamanan.
a. Pasien.
1) Pasien yang dapat berjalan dibimbing/dituntun keluar dan lokasi
kebakaran melalui pintu darurat menuju ketempat penampungan.
2) Pasien yang tidak dapat berjalan dievakuasi dengan cara :
a) Dipapah
b) Digendong
c) Kursi roda.
d) Tempat tidur beroda

29
e) Dibungkus dengan selirnut/sepral kernudian ditarik.
3) Pasien yang berada diruangan gedung bertingkat dievakuasikan
dengan :
a) Melalui tangga darurat.
b) Melalui jalan landai (Ramp)
c) Mempergunakan tali peluncur
d) Melompat kedalam jaring.
4) Menyiapkan tempat penampungan deiigan cara
a) Menggunakan tempat tidur yang kosong beserta kasur, bantal
sepral, sarung bantal yang tersedia/ cadangan.
b) Peralatan tempat tidur pasien dilokasi kebakaran yang masih
dapat diselamaikan dikirim ketempat penampungail.
5) Bilamana berada dalam kabut asap atau dimalam han penderita yang
dapat. berjalan dan tamu saling berpegangan secara beruntun
6) Jangan menggunakan tempat tidur untuk tujuan evakuasi.
b. Dokumen dan Peralatan.
1) Dokumen dan peralatan penting yang masih dapat diselamatkan
dikumpulkan dan diadakan pencatatan oleh petugas administrasi.
2) Petugas administrasi membawa dokumen dan peralatan penting
ketempat penampungan.

30
BAB V
PENUTUP

Demikian Buku Panduan Pencegahan Penanggulangan Kebakaran ini disusun


untuk semua jenis alat dan sistim penanggulangan bahaya kebakaran yang dipakai di
RS Pertamina Cilacap.
Tujuan penyusunan buku ini yaitu sebagai pedoman bagi para karyawan rumah
sakit dalam pemakaian alat dan sistim penanggulangan bahaya kebakaran secara tepat
mengingat bahwa rumah sakit mempunyai beberapa jenis ruangan khusus.
Kami mengharapkan saran yang membangun untuk penyesuaian dan
penyempurnaan buku pedoman ini pada masa yang akan datang.

Direktur
RS Pertamina Cilacap

dr.Syafik Ahmad, MPH

31
32

Anda mungkin juga menyukai