Anda di halaman 1dari 36

MATERI 14 :

SISTEM PEMADAM KEBAKARAN


Disampaikan oleh :
Perkumpulan Ahli Keselamatan Konstruksi Indonesia
( PAKKI)

PELATIHAN AHLI MUDA K3 KONSTRUKSI - 2022


LATAR BELAKANG
Latar Belakang
1. Kecelakaan adalah peristiwa yang menimbulkan kerugian harta benda, manusia dan rusaknya
lingkungan, sehingga mengganggu proses produksi.
2. Sering diberitakan bahwa, banyak terjadi kebakaran pada gedung, perumahan mupun di hutan,
akibat ulah manusia, dan tidak adanya peralatan pemadam kebakaran yang memadai.
3. Di lain pihak tingkat disiplin masyarakat yang rendah tentang pentingnya menyediakan sarana
pencegahan kebakaran, adalah faktor yang menyebabkan banyak korban pada setiap
kebakaran.
Menyadari kejadian-kejadian tersebut di atas Pemerintah telah banyak mengeluarkan peraturan
di antaranya Keputusan Menteri PUPR:
1. No. 02/KPTS/1985 ttg pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan gedung,
2. No.10 / Kpts / 2000 ttg ketentuan teknis pengamanan thdp bahaya kebakaran pada bangunan
gedung dan lingkungan.

25/08/2018 MODUL AHLI MUDA K3 KONSTRUKSI-A2K4 2


DASAR HUKUM
1. NFPA 10, Standard For Portable Fire Extinguishers;
2. NFPA 13, Standard For Installation Of Sprinkler Systems;
3. NFPA 20, Standard For The Installation Of Stationary Pump For The Protection;
4. SNI 03–3987–1995, Panduan Pemasangan Apar untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Gedung;
5. SNI 03–3986–2000, Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Instalasi Alarm
Kebakaran Otomatis untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Gedung;
6. SNI 03–3989–2000, Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Sprinkler
Otomatis untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung;
25/08/2018 MODUL AHLI MUDA K3 KONSTRUKSI-A2K4 3
DASAR HUKUM (lanjut)
7. PERMENAKER NO. PER.04/MEN/1980, tentang Syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Apar;
8. KEP. MENAKER NO. Kep.186/MEN/1999, tentang Unit Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja;
9. INSTRUKSI MENAKER RI No.INS.11/M/BW/1997 tentang Pengawasan
Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran;
10. KEP. MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.441/KPTS/ 1998, tentang
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung; dan
11. KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.10 / KPTS / 2000, tentang
Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan.

4
TEORI API DAN PRINSIP PEMADAMAN API
Definisi:
1. API adalah suatu masa/ zat gas yang dapat timbul karena adanya reaksi oksidasi, yang
bersifat eksotermis yang menghasilkan panas, nyala, cahaya, asap dan bara.
2. OKSIDASI adalah reaksi kimia antara bahan / benda dengan oksigen (O2).
3. PEMBAKARAN adalah reaksi oksidasi cepat yang diikuti oleh peristiwa terjadinya api,
bara atau nyala api.
4. KEBAKARAN adalah suatu bencana, malapetaka atau musibah yang ditimbulkan oleh
api, yang tidak diharapkan / tidak dibutuhkan, sukar dikuasai dan sangat merugikan.
5. DAERAH BISA TERBAKAR (FLAMMABLE RANGE) adalah daerah Bisa Terbakar
(Flammable Range) adalah: suatu batas / rentang konsentrasi campuran antara uap
bahan bakar dgn udara yg dapat terbakar / menyala bila dikenai / diberi sumber panas.
• Konsentrasi: adalah perbandingan Volume antara Uap bahan bakar dengan Udara / Oksigen (Uap
bahan bakar + O2 / Udara).
25/08/2018 MODUL AHLI MUDA K3 KONSTRUKSI-A2K4 5
DEFINISI (lanjut)
11. PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN adalah usaha-usaha / tindakan-tindakan yang
dilakukan sebelum terjadi kebakaran, dengan maksud mengurangi faktor-faktor
penyebab terjadinya kebakaran.
12. PEMADAMAN KEBAKARAN adalah usaha-usaha / tindakan-tindakan pembasmian
api yang dilakukan pada saat terjadi kebakaran, dengan maksud untuk mengurangi
/ memperkecil kerugian-kerugian yang timbul sebagai akibat dari kebakaran.
13. SARANA PEMADAMAN KEBAKARAN adalah setiap alat / sarana yang digunakan
untuk tujuan memadamkan kebakaran.

25/08/2018 MODUL AHLI MUDA K3 KONSTRUKSI-A2K4 6


Teori Api, Segitiga Api dan Piramida Api
1. Teori Api
Unsur-unsur api ada 3:
❑ BAHAN BAKAR, harus berubah menjadi uap dulu.
❑ OKSIGEN, sebagai oksidator
❑ SUMBER PANAS, harus cukup untuk mencapi titik nyalanya
Bila Titik Nyala bahan bakar telah tercapai, maka dari ketiga unsur tersebut akan
timbul api, fenomena ini disebut: Segi Tiga Api (FIRE TRIANGLE OF COMBUSTION).
❑ Bahan bakar ada 3 jenis:
- Bahan bakar padat, kayu, batu bara, plastik, gula, lemak, kertas, kulit dll.
- Bahan bakar cair, bensin, cat, minyak tanah, pernis, turpentine, alkohol, olive oil, dll.
- Bahan bakar gas, gas alam, asetilen, propan, karbon monoksida, butan, dll
7
Oksigen.
❑ Oksigen dari udara, dibutuhkan minimum 15% volume-nya dalam udara agar terjadi
pembakaran. Udara normal mengandung 21% volume oksigen. Ada beberapa bahan
bakar yang mempunyai banyak kandungan oksigen yang dapat mendukung terjadinya
pembakaran.
❑ Dari ketiga elemen (O2, bahan bakar dan panas), kebakaran belum terjadi dan hanya
menghasilkan pijar / bara.
❑ Diperlukan komponen keempat, yaitu rantai reaksi kimia (chemical chain reaction)
agar terjadi pembakaran. Teori ini dikenal sebagai Piramida Api atau Tetrahedron.

8
Piramida Api atau Tetrahedron
Piramida Api atau Tetrahedron adalah Rantai Reaksi Kimia, dimana ketiga elemen
saling bereaksi secara kimiawi, sehingga yang dihasilkan bukan hanya pijar tetapi
berupa nyala api atau peristiwa pembakaran.
CH4 + O2 + (x)panas ----> H2O + CO2 + (Y) panas

Karakteristik Api
Untuk mengenali api perlu mengetahuai karakteristik, sifat-sifat dan istilah-istilah
tentang api, sbb:
1. Titik Nyala (Flash Point).
2. Titik Bakar (Fire Point).
3. Suhu Bakar (Ignition Temperature).

9
4. Suhu Penyalaan Sendiri (Auto Ignition Temperature).
5. Pengembangan Api (Flash Over)
Adalah suatu tahap pengembangan api pada ruangan tertutup dimana pada saat
itu kecepatan penjalaran api meningkat sedemikian rupa, sehingga seluruh
ruangan menyala dengan hebat.
4. Flammable Range:
a) LEL / LFL (Low Explosive Limit/ Low Flammable Limit)
b) ‘UEL / UFL (Upper Explosive Limit/ Upper Flammable Limit)

10
Ada 4 prinsip teknik pemadaman api/ kebakaran.
1. Cooling (Pendinginan) : Metode pemadaman dengan menurunkan temperatur
permukaan benda yang terbakar. Biasanya dengan menyemprotkan air.
2. Smothering/Isolation (Isolasi Oksigen): Menutupi permukaan benda yang terbakar
dengan serbuk atau busa untuk memutuskan kontak dengan oksigen. Dapat juga
dengan menutupi dengan fire blanket atau karung basah.
3. Starvation (Mengambil/Memindahkan Bahan Bakar) : contoh: memindahkan bahan
bakar, yaitu dengan menutup membuka kerangan, memompa minyak ke tempat lain
,memindahkan bahan-bahan yang mudah terbakar ,dll.
4. Breaking Chain Chemical Reaction (Memecahkan Rantai Reaksi Kimia): menggunakan
bahan tertentu untuk mengikat radikal bebas pemicu rantai reaksi api.
5. Dilution (Dilusi/Pembatasan Oksigen): metode memadamkan api kebakaran dengan
cara meniupkan inert gas untuk menghalangi unsur gas Oksigen menyalakan api.
Media yang digunakan pada metode ini adalah gas CO2.
11
ALAT PEMADAM API RINGAN (A P A R)

Klasifikasi Kebakaran / Api dan Penggunaan APAR


Klasifikasi Kebakaran / Api di Indonesia mengacu PER: No. 04/MEN/1980 (Standar
NFPA), sbb:
Kelas A: kebakaran pada benda-benda / bahan padat, kecuali logam, bilamana
terbakar meninggalkan arang / abu.
Kelas B: kebakaran pada bahan bakar cair atau gas: bensin, minyak tanah, spiritus,
solar, avtur (jet fuel)/gas alam, etana, asetilen, propane, amoniak, alcohol, dll.
Kelas C: kebakaran yang terjadi karena kegagalan fungsi peralatan listrik.
Kelas D: kebakaran pada bahan bakar logam atau metal, seperti; magnesium,
titanium, aluminium, dan lain sebagainya.

25/08/2018 MODUL AHLI MUDA K3 KONSTRUKSI-A2K4 12


Penggunaan APAR
a) Persyaratan Teknis Pemadam Api Ringan b) Jenis Alat Pemadam Api
1. Tabung harus dalam keadaan baik. Ringan (APAR)
2. Etiket harus mudah dengan jelas dan dimengerti. - Jenis Media APAR
3. Sebelum dipakai segel harus dlm keadaan baik. 1. Jenis Media APAR Cair:
4. Slang harus tahan tekanan tinggi. Air, Busa kimia, Busa
5. Bahan baku pemadam harus selalu dalam mekanis, AF3.
keadaan baik. 2. Jenis Media Padat: Dry
6. Isi tabung gas sesuai dengan tekanan yang chemical (Dry powder).
dipergunakan. 3. Jenis Media Gas: CO2,
7. Belum lewat batas masa berlakunya. N2 (Inergen).
8. Warna tabung harus mudah dilihat (Merah,
Hijau, Biru, Kuning).
25/08/2018 MODUL AHLI MUDA K3 KONSTRUKSI-A2K4 13
- Jenis Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

STORED
PRESSURE
( N2 )

CO2
CARTRIDGE

25/08/2018 MODUL AHLI MUDA K3 KONSTRUKSI-A2K4 14


c) Cara Menggunakan APAR
Sebelum APAR digunakan pastikan persyaratan pada butir a) di atas telah di-check dan
dipenuhi, kemudian lakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Cabut kunci pengaman pada handle tabung;
2. Arahkan selang ke pusat api, pegang ujung selang;
3. Berdiri pada jarak 2-3 m dari api;
4. Tekan pemicu handel tabung sampai media pemadam keluar;
5. Sapukan semprotan racun api ke dasar api mulai dari satu sisi ke sisi lainnya sampai
api padam.
6. Setelah api padam tetap awasi api, bila ternyata nyala kembali (reignited) segera
padamkan dengan racun api yang masih sisa di dalam botol APAR.
Pada suatu latihan praktik penggunaan APAR, biasanya satu botol APAR dapat dipakai
sampai 3 kali pemadaman api.
25/08/2018 MODUL AHLI MUDA K3 KONSTRUKSI-A2K4 15
25/08/2018 MODUL AHLI MUDA K3 KONSTRUKSI-A2K4 16
Pemasangan dan Penempatan APAR
a) Setiap APAR harus dipasang pada posisi yang mudah dilihat.
b) Pemasangan APAR harus sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran.
c) Setiap APAR harus dipasang menggantung pada dinding dengan penguatan sengkang,
atau dalam lemari kaca dan dapat dipergunakan dengan mudah pada saat diperlukan.
d) Pemasangan APAR dilakukan sedemikian rupa, sehingga bagian paling atas berada
pada ketinggian 1,2 M dari permukaan lantai.
e) APAR tidak boleh dipasang di dalam ruangan yang mempunyai suhu lebih dari 490C
dan di bawah suhu minus 440C.
f) Penempatan juga didasarkan pada kemampuan jangkauan serta jenis bangunannya.
g) Jarak penempatan APAR / Tabung Pemadam satu dengan lainnya ialah 15 meter atau
ditentukan lain oleh pegawai pengawas K3 atau Ahli K3.
h) Semua Tabung Pemadam / APAR sebaiknya berwarna merah.

25/08/2018 MODUL AHLI MUDA K3 KONSTRUKSI-A2K4 17


Tanda Tempat pemasangan APAR
a) Pada tiang (kolom) berbentuk persegi
b) Pada tiang (kolom) bulat
c) Pemasangan pada dinding
❖ Segitiga sama sisi dengan warna dasar merah
❖ Ukuran sisi 35 cm
❖ Tinggi tanda panah 7.5 cm
❖ Ruang tulisan 3 cm
❖ Tulisan warna putih

18
f). Lokasi Penempatan APAR mengacu pada Permenakertrans No. 04/1980.

Apa itu (Fire Rating) ? Kemampuan alat pemadam untuk memadamkan kebakaran yang diberi kode huruf dan angka
contohnya 2A 10B, 3A 15B, 4A 20B dsb. Huruf menunjukkan kelas kebakaran & Nomor menunjukkan ukuran besarnya api
yang dapat dipadamkan.

19
Contoh :
Bangunan dengan ukuran 150 x 450 ft ( 46 x 137 mtr) dengan luas area lantai 67,500 ft2 (6270 m2).
dengan menggunakan dasar luas lantai 11,250 ft2, kebutuhan APAR dapat dihitung sebagai berikut :

Kebutuhan APAR :

67,500 ft2/ 11,250 ft2 = 6 buah

Maka Lihat tabel diatas, Jadi berdasarkan perhitungan maka dibutuhkan APAR untuk
bahaya kebakaran ringan, bahaya kebakaran sedang, bahaya kebakaran besar masing-
masing 6 buah. dimana 6 buah untuk APAR Rating 4-A untuk bahaya kebakaran
ringan, 6 buah untuk APAR Rating 10-A untuk bahaya kebakaran sedang, 6 buah
untuk APAR Rating 20-A untuk bahaya kebakaran besar.
❖Akan tetapi, Penempatan APAR juga perlu diperhatikan contoh persyaratan
penempatan APAR pada Permenakertrans No.04/Men/1980
❖ Bab II Pemasangan Pasal 4 (5) Jarak antara alat pemadam api yang satu dengan lainnya atau
kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter.
maka jika jumlah APAR tidak dapat memenuhi jarak minimal tersebut maka jumlah
APAR tentunya harus di tambah dengan cara :
menurunkan perhitungan dengan basis 2A dengan luas 6000 ft2 dimana :
Kebutuhan APAR 67,500 ft2/ 6,000 ft2 = 12 buah

Maka lihat lagi tabel diatas, sehingga dibutuhkan APAR 12 buah untuk APAR Rating 2-
A untuk bahaya kebakaran ringan, 12 buah untuk APAR Rating 4-A untuk bahaya
kebakaran sedang, 12 buah untuk APAR Rating 6-A untuk bahaya kebakaran besar.
Cara Pemasangan APAR yang Tepat
1. Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada
posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta
dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan.
2. Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut adalah 125 cm dari dasar
lantai tepat di atas satu atau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan.
3. Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai dengan
jenis dan penggolongan kebakaran
4. Penempatan tersebut antara alat pemadam api yang satu dengan lainnya
atau kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali
ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan Kerja.
5. Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang (ditempatkan) menggantung
pada dinding dengan penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguat
lainnya atau ditempatkan dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci.
22
Cara Pemasangan APAR yang Tepat (lanjutan)
6. Lemari atau peti (box) seperti tersebut dapat dikunci dengan syarat bagian depannya
harus diberi kaca aman (safety glass) dengan tebal maximum 2 mm.
7. Ukuran panjang dan lebar bingkai kaca aman (safety glass) tersebut harus disesuaikan
dengan besarnya alat pemadam api ringan yang ada dalam lemari atau peti (box)
sehingga mudah dikeluarkan.
8. Pemasangan alat pemadam api ringan harus sedemikian rupa sehingga bagian paling
atas (puncaknya) berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan lantai kecuali jenis CO2
dan tepung kering (dry chemical) dapat ditempatkan lebih rendah dengan syarat, jarak
antara dasar alat pemadam api ringan tidak kurang 15 cm dan permukaan lantai.
9. Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan atau tempat dimana
suhu melebihi 49°C atau turun sampai minus 44°C kecuali apabila alat pemadam api
ringan tersebut dibuat khusus untuk suhu diluar batas tersebut diatas.
10. Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam terbuka harus dilindungi dengan
tutup pengaman.
23
SISTEM PEMADAM KEBAKARAN
a. Faktor-Faktor Yang Menjebabkan Terjadinya Kebakaran
i. Manusia
a) Kurangnya Pengetahuan
b) K e l a l a i a n
c) D i s e n g a j a

ii. Penyalaan sendiri


Suatu kebakaran yang terjadi dengan sendirinya akibat benda itu sendiri.
• Pada timbunan sampah
• Pada penyimpanaan bahan-bahan mudah terbakar.

24
iii. Gerakan alam
Suatu kebakaran yang terjadi yang diakibatkan oleh peristiwa alam.
- Gunung meletus
- Kilatan petir.

b. Penanggulangan Bahaya Kebakaran


Penanggulangan bahaya kebakaran terdiri dari tiga kelompok besar:
i. Tindakan Preventive
ii. Tindakan Represive
iii. Tindakan Rehabilitative

25
i. Tindakan Preventive
Dilakukan sebelum terjadi kebakaran, maksudnya untuk menekan / mengurangi
faktor-faktor penyebab timbulnya kebakaran:
- Mengadakan penyuluhan-penyuluhan
- Pengawasan terhadap penyimpanan dan penggunaan barang-barang
- Pengawasan peralatan yang dapat menimbulkan api
- Pengadaan sarana pemadaman kebakaran
- Pengadaan sarana penyelamatan dan evakuasi
- Pengadaan sarana pengindera kebakaran
- Mempersiapkan Juklak (Petunjuk Pelaksanaan)
- Penegakkan peraturan dan ketentuan-ketentuan
- Mengadakan latihan berkala.
26
ii. Tindakan Reperesive
Tindakan pada saat terjadi kebakaran maksudnya untuk mengurangi/
memperkecil kerugian-kerugian akibat dari kebakaran.
Dalam tindakan ini yang dihadapi tidak hanya masalah api saja, akan tetapi
juga jiwa manusia dan harta benda.
Oleh karena itu tindakan represive terbagi dalam dua kelompok:
Kelompok Tindakan Pemadaman Kebakaran dan Kelompok Pertolongan/ Penyelamatan Jiwa
Manusia dan Harta Benda:

a) Kelompok Tindakan Pemadaman Kebakaran:


• Penggunaan peralatan pemadaman kebakaran
• Mencegah meluasnya kebakaran
• Pemberitahuan kepada PARA penghuni
• Pemberitahuan kepada yang berwajib
• Penggunaan alat-alat penunjang.
27
b) Kelompok Pertolongan/ Penyelamatan Jiwa Mnusia dan Harta Benda:
- Pengamanan Daerah Kebakaran dan Daerah Bahaya Kebakaran
- Pelaksanaan evakuasi
- Mempersiapkan tempat berhimpun dan Daerah aman.
Tindakan pemadaman dapat dilakukan sebelum atau sesudah tindakan
penyelamatan, atau pada umumnya dilakukan secara bersamaan.
Guna keberhasilan usaha-usaha Pemadaman dan Penyelamatan, perlu ditunjang
dengan adanya tindakan PENCARIAN, yaitu mencari sumber api yang akan
dipadamkan, serta mencari orang-orang yang terjebak dan mencari harta benda
untuk diselamatkan.

28
iii. Rehabilitative
❑ Melakukan pendataan
❑ Menganalisa tindakan-tindakan yang telah dilakukan
❑ Menyelidiki faktor-faktor penyebab kebakaran / Investigasi sebagai
bahan pengusutan.
Penanggulangan bahaya kebakaran yang lengkap adalah: Tindakan
Preventif, Tindakan Represif dan Tindakan Rehabilitatif.’’

29
c. Jenis Sarana Penanggulangan Kebakaran: Aktif dan Pasif

i. Jenis Sarana Penanggulangan Kebakaran Aktif


a) Detector: detektor (asap, panas, nyala api)
b) Alarm: misalnya alarm untuk tanda kebakaran listrik
c) APAR: dry powder, air bertekanan tinggi (pressured water) busa mekanikal dan
busa kimia (mechanical foam & chemical foam)
d) Sprinkler
▪ Sistem kontrol asap dan kontrol panas
▪ Alat pemadam api ringan
▪ Sistem suplai aie sprinkler (Water supply sprinkler system):

30
Sistem suplai sprinkler (Water supply sprinkler system):
✓ Sprinkler head otomatis terbuka bila suhu panas
✓ Reservoir air
✓ Kontrol valve
✓ Pipa air

Kepekaan tergantung warna kaca pada kepala springkler:


✓ Jingga 570c
✓ Merah 680c
✓ Hijau 930c
✓ Biru 1410c
✓ Ungu 1820c
✓ Hitam 2040c

31
e) Hydrant
Klas I : Selang 2 ½”
Klas II : Selang 1 ½”
Klas III : Kombinasi Klas I Dan Klas II
Penempatan:
Di dalam gedung
Di luar gedung
Dilengkapi Kopling Kembar Siam (Fdc)

ii. Jenis Sarana Penanggulangan Kebakaran Pasif:


a) Means of Escape
b) Compartment
c) Smoke Control
d) Fire Damper
e) Fire Retardant/Treatment
32
PRAKTIK PENGGUNAAN APAR
a. Pemeriksaan dan Pengetesan APAR
i. Pemeriksaan APAR
Pemeriksaan APAR visual dilakukan sebulan sekali dengan checklist yang
ditempelkan pada tabung APAR. Sedangkan untuk pengetesan botol
dilakukan 5 tahun sekali.

Penjelasan bagian-bagian APAR

33
ii. Checklist Pemeriksaan APAR
1. Berikut ini adalah daftar pertanyaan 9. Apakah handle dalam keadaan baik?
pemeriksaan APAR: 10. Apakah safety pin dalam keadaan baik?
2. Apakah APAR dapat dijangkau dengan mudah 11. Apakah tabung dalam keadaan baik?
dan tidak penghalang?
12. Apakah penunjuk tekanan (pressure
3. Apakah APAR diletakan pada area yang telah gauge) pada posisi normal (hijau)?
ditetapkan?
13. Apakah berat APAR masih dalam kondisi
4. Apakah APAR disimpan dengan cara digantung
normal?
atau di kotak penyimpanan khusus?
14. Apakah label pada tabung APAR masih
5. Apakah APAR di gantung pada ketinggian tidak
lengkap dan jelas?
lebih dari 120 cm?
6. Apakah prosedur penggunaan APAR dapat 15. Apakah kartu pemeriksaan APAR ada?
dibaca dengan jelas? 16. Apakah tanda penunjuk APAR tersedia dan
7. Apakah selang (hose) dalam keadaan baik? jelas?
8. Apakah lubang selang tidak tertutup sesuatu? 17. Apakah APAR yang sedang diperiksa sudah
masuk dalam daftar APAR?
25/08/2018 MODUL AHLI MUDA K3 KONSTRUKSI-A2K4 34
iv. Pengisian Ulang dan Pengetesan Botol (Bottle Refilling & Testing)
JENIS REFILLING BOTTLE TESTING
Water 5 th 5 th
Mechanical Foam 3 th 5 th
Chemical Foam 2 Th 5 th
Dry Powder 5 th 5 th
Inerfgen/ FM-200 5 th 5 th
CO2 5 – 10 th 10 – 5 – 5 th
b. Penggunaan APAR
Cara Sederhana Menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) :
Cara kerja semua APAR hampir sama yang di dalam bahasa Inggris menggunakan
singkatan agar mudah diingat: P.A.S.S: Pull, Aim, Squeeze & Sweep.

25/08/2018 MODUL AHLI MUDA K3 KONSTRUKSI-A2K4 35


36

Anda mungkin juga menyukai