Anda di halaman 1dari 74

MATERI PEMBELAJARAN AFF

1. PENGENALAN KESELAMATAN DAN PRINSIP-PRINSIP PENYELAMATAN DIRI


a. Pendahuluan
Rekomendasi bagi setiap negara anggota IMO harus melaksanakan training
bagi semua pelaut dalam hal :
 Pencegahan kebakaran
 Penanggulangnnya
b. Dasar Aturan
Advanced Fire Figthing diatur dalam STCW 78 Amandement 2010 aturan VI/3
STCW Code A aturan VI / 3 1,2,3,4.
Tujuan training Advanced Fire Figthing :
1) Memahami pengetahuan tentang pencegahan kebakaran.
2) Mampu memerintah, mengorganisasi dan mengendalikan operasional
pemadaman di kapal bila terjadi kebakaran.
3) Mampu melaksanakan pemeriksaan dan merawat peralatan kebakaran
yang ada di kapal.

c. Prinsip Dalam Penyelamatan


Semua crew harus familiar dalam keadaan darurat dengan cara latihan yang
akan meningkatkan ketrampilan dan kekompakan tim yang ada. Sebaiknya
latihan dilakukan selama kapal dalam pelayaran dan disaranakan melakukan
simulasi kebakaran seperti di kamar mesin, ruang akomodasi atau ruang muat
dan dicoba dengan cara :
1) Bunyikan alarm
2) Turunkan kecepatan kapal
3) Tutup ventilasi
Bila terjadi kebakaran perlu diingat :
1) Dalam situasi panas dan asap,tindakan untuk menyelamatkan diri adalah
menuju keluar ruangan dengan cara berjalan merangkak sedekat mungkin
dengan lantai.
2) Usahakan sedapat mungkin mengurangi jumlah udara yang terhirup /
masuk ke dalam paru-paru.
3) Menuruni tangga usahakan dengan cara membelakangi atau melindungi
muka dari panas.
4) Menutup hidung dan mulut dengan kain
Latihan kebakaran secara reguler :
Untuk mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran secara efektif maka
perlu disiapkan crew yang siap siaga bila terjadi kebakaran.
Pelaksanaan latihan kebakaran secara teratur sesuai ketentuan SOLAS 74 :
1) Untuk kapal penumpang : minimal sekali seminggu

1
2) Untuk kapal barang : Latihan rutin dapat membina disiplin pribadi
para crew mempertinggi kewaspadaan, meningkatkan ketrampilan dan
meningkatkan keefektifan setiap regu pemadam.
Setiap kegiatan Nahkoda harus mencatat pada jurnal / log book dan
memberikan tanggapan atas setiap latihan agar mengetahui sejauh mana
kesiapan peralatan pemadam yang tersedia di atas kapal dan
perlengkapannya.

2. TEORI KEBAKARAN
a. Kondisi Yang Menyebabkan Kebakaran
Kimia api adalah suatu proses reaksi kimia antara bahan bakar, oksigen dan
sumber panas yang diikuti pengeluaran cahaya dan asap serta terjadinya
secara cepat dan seimbang. Ketiga unsur yang bereaksi sehingga terjadi
kimia api disebut SEGITIGA API / FIRE TRIANGLE. Untuk mencegah
terjadinya kebakaran maka salah satu unsur harus ditiadakan.

Ada 2 cara menghentikan pembakaran :


1). Turunkan temperatur hingga di bawah titik nyala
2). Isolasi oksigen dari produk yang terbakar atau turunkan oksigen dbawah
12 %

2
b. Prinsip - prinsip Pemadaman Kebakaran
Prinsip utama dalam pemadaman adalah dengan merusak keseimbangan
(proporsi) atau menghentikan proses reaksi pembakarannya.
1) Pendinginan ( cooling )
2) Penyelimutan ( smothering )
3) Pemutusan satu / aliran bahan bakar
4) Pemutusan rantai reaksi api ( breaking chain reaction )

c. Sifat-sifat Bahan Yang Mudah Menyala


Uap bahan bakar adalah salah satu dari 3 faktor yang berkombinasi
menyebabkan terjadinya api.
Bahan-bahan yang mudah menyala :
1) Titik menyala ( Flash Point )
Adalah suhu terendah dari suatu bahan bakar untuk dapat berubah
bentuk menjadi uap dan akan menyala bila tersentuh api.Makin rendah
titik nyala api suatu bahan makin mudah terbakar.
Titik nyala setiap bahan bakar berbeda-beda :
Bensin : - 43 0 C
Kerosine : 38 0 C
Parafin : 38 0 C
Butan : - 60 0 C

3
Propana : - 104 0 C
Asetelene : - 18 0 C
2) Titik Bakar ( Fire Point )
Adalah suhu terendah Dimana suatu bahan bakar cukup mengeluarkan
uap dan bercampur dengan udara dan dapat terbakar terus-menerus bila
diberi sumber panas yang cukup.
3) Suhu penyalaan sendiri ( Auto Ignation Temperature )
Adalah suhu dimana suatu zat dapat menyala / terbakar sendiri tanpa
diberi sumber panas yang cukup.
Contoh suhu penyalaan sendiri :
Bensin : 253 0 C
Kerosine : 228,9 0 C
Parafin : 316 0 C
Asetelene : 229 0 C
Butan : 405 0 C
Propana : 467,8 0 C
4) Daerah mudah menyala
Adalah batas konsentrasi minimum sampai maximum campuran antara
uap bahan bakar dan udara yang mudah menyala bila diberi panas.
Batas daerah mudah menyala :
a) Batas minimum konsentrasi mudah menyala ( LFL = Lower
Flammable Limit )
b) Batas maximum konsentrasi mudah menyala ( UFL = Upper
Flammable Limit )
Contoh daerah mudah menyala dalam % volume :
Bahan bakar LFL ( % ) UFL( % )
Minyak mentah 1 10
Gasoline 1,4 7,6
Kerosene 0,7 5,0
Butana 1,9 8,5
Propane 2,3 9,5
Acytelene 2,5 82
Spiritus 4,5 19

5) Peledakan karena kebakaran


Ini terjadi karena adanya pebakaran dalam ruangan terbatas atau
tertutup.Kecepatan peledakan pada keadaan biasa mencapai 10 s/d 30
feet per detik.

4
6) Berat uap dan Berat jenis
a) Berat uap : perbandingan antara berat uap bahan bakar dengan
berat udara.
Contoh :
Bensin : 3-4
Kerosine : 0.9
Parafin : 0.6
Butan : 2.5
Propana : 1.56
Asetelene : 4.5
b) Berat jenis : perbandingan antara berat bahan / zat cair dengan berat
uap.
Kerosene : 0,8180
Gasoline : 0,7531
Solar : 0,8581
Crude oil : 0,8883
Air : 1,000
c) Gas hydrocarbon berat uapnya > 1 ( lebih berat dari udara )
sehingga uap cenderung ke bawah permukaan tanah.
d) Cairan hydrocarbon ( minyak bumi ) Bj < 1 (lebih kecil dari air )
sehingga bila tumpah di air akan berada di atas maka bisa terbakar.
d. Bahaya Kebakaran dan Penyebarannya
 Panas adalah salah satu komponen dalam unsur-unsur segitiga api
dapat menyebabkan timbulnya kebakaran.
 Bahan bakar mengalami perubahan temperatur sehingga mencapai titik
nyala.
 Bahan yang mencapai titik nyala menjadi mudah terbakar.
Panas dapat berasal dari :
1) Sumber panas
o Mekanis
o Gesekan logam-logam
o Benturan benda-benda keras
o Pemampatan

5
2) Sumber panas berkaitan dengan listrik
o Bunga api listrik
o Busur api listrik
o Listrik statis dan petir
o Aliran listrik
3) Sumber panas berasal dari reaksi kimia yang elektrotermis antara
bahan kimia yang oksidator dan educator.
o Kalium permanganat ( KmnO 4)
o glycerine
Sumber panas dapat berpindah tempat melalui 4 cara :
1) Radiasi
Proses pemindahan panas tanpa medium ( melalui gelombang
electromagnet pembawa panas / infra merah )
2) Konduksi
Proses perambatan panas dalam zat disertai perpindahan massa (
adanya kontak langsung dua zat padat )
3) Konveksi
Proses perpindahan pada zat disertai perpindahan massa, terjadi
pada zat cair.
o Konveksi alam  pemanas air
o Konveksi paksa  mendinginkan air
o Konveksi kebakaran  melalui udara
4) Loncatan bunga api
Suatu reaksi antara energi panas udara ( oksigen )
e. Klasifikasi Kebakaran dan Media Pemadam
1) Klasifikasi kebakaran
Adalah penggolongan kebakaran berdasarkan jenis bahan yang
terbakar. Klasifikasi ini merupakan suatu pedoman dalam bahaya
kebakaran.
Tujuannya :
o Memudahkan usaha pencegahan dan pemadaman kebakaran
o Dapat menggunakan media pemadam yang tepat sesuai jenis bahan
bakar yang terbakar
Klasifikasi kebakaran mengalami beberapa perkembangan :
o Ditemukannya dan digunakannya bahan bakar baru
o Ditemukannya media pemadam baru yang lebih tepat
Beberapa negara menentukan sendiri klasifikasi kebakaran namun
klasifikasi kebakaran yang banyak dipakai oleh negara-negara adalah
klasifikasi NFPA (National Fire Protection Association) dari Amerika.

6
Klasifiksi kebakaran NFPA :
o Kelas A : bahan padat biasa
o Kelas B : bahan cair / gas dan padat mudah mencair
o Kelas C : listrik
o Kelas D : logam
2) Media Pemadam
Adalah bahan-bahan yang digunakan untuk memadamkan api /
kebakaran.Maksud memahami media pemadam ini agar dapat mengenal
ciri masing-masing media, keunggulan maupun kelemahannya sehingga
dapat memadamkan kebakaran yang efektif dan effisien.
Media pemadam dibagi atas 4 :
a) Media jenis padat
o Pasir / tanah
o Tepung kimia kering ( dry chemical powder )
(1) Tepung kimia reguler :
o Sodium bicarbonate ( NaHCO3 ) plus –50 C
o Potasium Carbonate
o Potasium Chloride ( KCl ) Super-K
(2) Tepung kimia serba guna ( multi purpose dry chemical)
o Mono Amonium Phaspate ( MAP),( NH4 ) H2PO4
o Potasium Sulfide K2SO4
Ciri-ciri :
o Butirannya sangat halus (  15 – 60 micron)
o Sangat kering ( hampir 0 % kadungan air)
b) Media pemadam cair
(1) Air tawar / laut
(2) Busa / foam :
 Busa kimia : Alumunium Sulfat + Natrium Bicarbonat
 Busa mekanik : foam compound + air + udara
Jenis-jenis foam compound :
 Fluro Protein
 Light water aquaeous film forming foam ( AFFF)
 Detergent foam
 Protein hewani ( protein hydrolite )
c) Media pemadam jenis gas
 Gas CO2 ( carbon dioksida)
 Gas N2 ( Nitrogen gas )

7
Gas CO2 & N2 digunakan sebagai pendorong media tepung kimia
kering.
d) Media pemadam jens cair yang mudah menguap
Bahan dasarnya hydrocarbon biasaya methane atau ethana dan
atom hydrigennya idistribusi dengan atom holon ( F,Cl,Br,I ).nama
umum mediaini adalah jenis Holon ( Hoogenated Hydrocarbon )
Contoh : BCF ( Bromo Chloro Diflauro Methana )
Prinsip penggunaan media pemadam
Setiap media mempunyai fungsi utama uyang berbeda-beda dalam
pemadaman kebakaran.Tehnik dasar penggunaannya megarah pada
fungsi utamanya gar pemadaman efektif.
(1) Media padat
Fugsi utamanya penyelimutan (secara fisis) namun untuk tepung
kimia reguler maupun serbaguna selain penyelimutan atau
memutuskan rantai reaksi api ( secara kimiawi)
(2) Media cair
Fungsi utamanya pendinginan dan penyelimutan namun halon
bekerja secara kimiawi( memutus rantai reaksi api)
(3) Media gas (CO 2 )
Fungsinya penyelimutan ,pengenceran oksigen dan pendinginan

3. PENGONTROLAN KEBAKARAN DI ATAS KAPAL


a. Pendahuluan
1) Penyebab utama kebakaran di atas kapal di karenakan oleh
kelalaian manusianya yang tidak bertanggung jawab mentaati prosedur
kerja dan melaksanakan pencegahan bila keadaan berbahaya di
temukan.
2) Beberapa kejadian kebakaran menjadi bencana besar
karena tidak berhasilnya mengontrol situasi dan kondisi yang ada.
3) Kegagalan mengendalikan kebakaran diatas kapal dapat
mengakibatkan kehilangan kapal dan bahkan jiwa manusia. Oleh
sebab itu penting sekali crew kapal selalu siaga akan situasi-situasi
yang dapat terjadinya kebakaran diatas kapal

b. Daerah-daerah bahaya kebakaran


1) Ruangan mesin
Keberhasilan dalam pencegahan kebakaran di ruang mesin sangat
tergantung
a) Kesadaran akan keselamatan bagi setiap orang bekerja
b) Kebersihan.
c) Mengerti daerah beresiko tinggi dimana perhatian ekstra harus
diambil, misalnya : Dilarang keras merokok di tempat tertentu ( puri
fier room ).
d) Merawat peralatan mekanik, listrik dan peralatan pemadam di
kamar mesin.
e) Menjaga saluran got ( bilge ) bebas dari minyak/air.
f) Menjaga ruangan berventilasi baik bebas dari gas hydrocarbon
setiap saat.
8
Chief Engineer harus yakin : bahwa semua perhatian-perhatian di atas
kapal ditaati.
Selalui diingat
a) Ketahui dimana tempat peralatan pemadam
b) Perhatikan peringatan "DILARANG MEROKOK"
c) Jaga ruang mesin bebas dari sampah-sampah yang mudah
menyala.
d) Jaga saluran air got bebas dari sampah-sampah.

2) BOILER ( Ketel )
Boiler Blow Backs (tiupan balik ketel)
Tiupan balik boiler terjadi jika procedur flashing up
( menyalakan boiler ) tidak mengikuti dengan benar dan banyak
kecerobohan dalam operasional boiler.

3) RUANG AKOMODASI ( Accomodation Room)


Umumnya kebakaran di ruang akomodasi dari bahan bakar kelas A.
Penyebab kabakaran di ruang akomodasi :
a) Kecerobohan merokok
b) Penggunaan peralatan listrik yang salah.
c) Pembakaran spontan.

Harus mentaati di atas kapal tentang merokok.


a) Setiap kamar seharusnya disediakan asbak dari jenis yang dapat
mematikan sendiri puntung rokok.
b) Kebiasaan yang jelek yang dapat menimbulkan kebakaran.
c) Jangan merokok sambil tiduran.
d) Jangan menggantung pakaian pada stop kontak.
e) Dapur harus selalu bersih.
f) Peralatan listrik dimatikan jika tidak digunakan.

4) GUDANG STORE ROOM ( Store Room )


Resiko pembakaran spontan pada beberapa gudang di kapal, terutama
bila lembab / basah karena minyak. Material-material penyerap seperti
cotton, canvas, gemuk tidak boleh disimpan berdekatan dengan pipa
steam.
5) Kegiatan Pengelasan
a) Izin harus diberikan dari perwira yang bertanggung jawab
sebelum melakukan pengelasan.
b) Tidak ada material yang mudah terbakar di sekitarnya.
c) Siapkan karung basah.
d) Siapkan botol pemadam kebakaran yang siap digunakan.
e) Cegah jangan sampai bunga api ( sparks ) jatuh kebelakang hold
atau ventilator.

9
6) Flame Arrestores (kasa api)
Tersedia 5 jenis kasa api :
a) Crushe Wire
b) Wire gawle
c) Perforated metal plate
d) Craimped
e) Baffle plate.
Fungsi ke 5 jenis kasa api di atas adalah selain untuk menahan api
(nyata) masuk ke dalam ruangan. Sebenarnya walaupun pemasangan
flame arrester dilakukan dengan benar pada jaringan, namun jika
terjadi panas dan tidak dapat diuraikan ( dicerai beraikan ) maka
secara bertahap panas akan menjalar jatuh ke dalam tangki muatan
hal inilah yang menyebabkan suatu ledakan.

7) Electrical Storms
Aliran-aliran gas yang terbawa angin dan membentuk konsentrasi gas
berturblensi pada daerah belakang superstructure dinamai electrical
storms dan hal ini sangat membahyakan jika ada percikan api.

C. FIRE PRECAUTION ( Tindakan pencegahan kebakaran )


a. Kelengkapan konsentrasi kapal
Kapal dibangun berdasarkan pada pengalaman dari kasus-kasus tragis
yang terjadi dikapai sehingga mengakibatkan kehilangan jiwa dan harta
benda. Peraturan-peraturan dan standar keselamatan selalu di
"upgrade" berdasar tambahan pengalaman yang terjadi. Salah satu
peraturan Internasionai yang mengatur masaiah ini adalah SOLAS 74
( konvensi safety at life at sea tahun 1974 ) yang telah menetapkan
tingkat pencegahan terhadap bahaya kebakaran berdasarkan jenis kapal
dan prestasi bahaya kebakaran yang ada.
Untuk mencegah dan pengendalian bahaya kebakaran maka disusun
dan kelengkapan konstruksi kapal diatur :
Perlindungan ruang akomodasi dengan menggunakan sekat yang tahan
panas
-Pembatasan dalam penggunaan bahan-bahan yang mudah terbakar
-Penempatan deteksi kebakaran pada tempat-tempat tertentu
-Pemasangan sistem pemadam api tetap yang sesuai dengan kelas
kebakaran setempat
- perlindungan terhadap jalur penyelamatan (escape route atau jalan
untuk memadamkan kebakaran)
-menempatkan alat pamadam api ringan (APAR) sesuai kelas
kebakarannya
-mengendalikan dan mengurangi kemungkinan uap muatan yang mudah
menyala

b. Pembagian kontruksi kapal


Sesuai ketentuan SOLAS 1974 :
Pembagian kelas A
Pembagian yang dibentuk oleh sekat ( dinding ) dan geladak-geladak
memenuhi hal-hai tersebut di bawah ini :
1) Harus dibuat dari baja/Iogam sejenis.
2) Harus diperkuat sacara baik

10
3) Harus diintruksikan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah
baku lewainya asap dan lidah api sampai akhir pengujian baku
kebakaran selama satu jam.
4) Harus diberi lapisan isolasi yang disetujui dari bahan- bahan tidak
mudah menyala.
Pembagian kelas B
Pembagian yang dibentuk oleh sekat, geladak ,langit-langit atau lapisan
yang sesuai :
- Harus diintruksikan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah
baku lewatnya asap dan lidah api sampai akhir pengujian baku
kebakaran selama satu jam
- Harus memiliki kemampuan isolasi sedemikian rupa, sehingga suhu
rata-rata dari sisi yang tidak terbuka akan meningkat lebih dari 139 0
C di atas suhu semula termasuk sambungan yang ada, lebih baik
225 0 C suhu semula dalam jangka waktu :
a. Kelas B -15 menit
b. Kelas B -0 menit
Pembagian Kelas C
Harus dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar yang disetujui ini
tidak harus memenuhi ketentuan yang berkaitan dengan lewatnya asap
dan lidah api/meningkatnya pembatasan suhu.

c. Peralatan pemadam dan sistemnya ( Fire Extinguisher Equipment and


System ) :
a) Portable dan semi portable extinguisher atau APAR kebakaran kecil
di atas kapal haruslah segera di padamkan
b) Fixed fire extinguisher system(sistem pemadam api tetap)
Tujuan utama pemadaman adalah cepat mengontrol kebakaran dan
menyelesaikan pemadaman.Dengan menggunakan system pemadam
api tetap maka pekerjaan itu dapat dilakukan dengan akurat tanpa
melibatkan crew kapal.

Untuk perlindungan bahaya kebakaran diatas kapal, SOLAS 1974


mengatur tentang APAT

11
1). Penggunaan media pemadam yang dapat menimbukan gas-gas
dalam jumlah banyak sehingga membahayakan orang, tidak
boleh diizinkan.
2). Dilengkapi kontrol valve, petunjuk operasi diagram yang
menunjukkan kompartemen mana pipa disalurkan.
3). Bilamana digunakan media pemadam CO :
 Di ruang muatan, kapasitasnya harus cukup untuk mengisi
min 30 % volume dari kompartemen muatan yang terbesar
yang ditutup rapat.
 Di kamar mesin kelas A kapasitasnya harus mampu untuk
mengisi min 40 % dari isi ruang terbesar.Kapal barang < 2000
GRT minimum kapasitas 30%
4). Pelepasan media CO2 85% harus dapat dilakukan dalam waktu 2
menit.
5). Dilengkapi sarana peringatan ke semua ruangan sebelum
digunakan.
6). Ruangan penyimpanan botol CO2 harus dilakukan di tempat yang
aman, mudah dimasuki dan diberi ventilasi yang baik.
7). Semua pelepasan media gas tidak boleh dioperasikan secara
otomatis.
8). Perintah mengoperasikan system ini bahaya diberikan oleh
nahkoda atau mualim senior
Banyak faktor yang harus dianalisa bila system pemadam api tetap
di pasang di atas kapal, oleh sebab itu didesain berdasarkan :
 Kelas kebakaran A,B,C,D dari potensi bahayanya
 Media pemadam yang digunakan
 Lokasi dari bahaya-bahaya spesifik
 Potensi peledakan
 Paparan
 Efek terhadap stabilitas kapal
 Metode pemadaman
 Perlidungan terhadap keselamatan crew
Umumnya jenis system pemadam api tetap yang dipasang di kapal:
 Fire main system
 Automatic and manual sprinkles system
 Spray system
 Foam system
 Carbon ditide system( CO2 System )
 Halogen 1301
 Dry chemical system

c) Pintu-pintu

12
Pintu-pintu tidak didesain khusus untuk dipakai dalam kejadian
kebakaran di kapal.
d) Pintu kedap air ( water tight doors )
Didesain untuk mencegah aliran air masuk melalui intu-pintu laluan
air.

Klasifikasi
Berdasarkan operasinya,ada 3 kelas pintu kedap air :
Kelas 1 : Pintu engsel
Kelas 2 : Pintu geser (sliding door) → dengan manual bantuan
hydrolik
Kelas 3 : Pintu geser (sliding door) → manual & otomatis
Ketiga kelas harus mampu diopersikan hingga kemiringan kapal 15 0
ke kiri maupun ke kanan
e) Fire Dampers
Pelat bagian yang tebal paling sedikit 3,2 mm (1/8 Inchi) kuat
mengatur aliran udara pada suatu ruangan.Terletak di dalam
“Ventilation Duct“ dan terpasang pada posisi terbuka ditahan oleh
fusible link,bila udara didalam duct mencapai temperature 74 0 C atau
100 0 C di daerah yang panas seperti di pasang pada dapur, fusible
link melumer sehingga damper akan tertutup. Dibagian luar duct
dapat terlihat indicator apakah damper akan tertutup atau terbuka.
Damper dapat juga ditutup secara manual. Fire damper tidak
mencegah kebakaran tetapi dapat menghentikan penyebaran api.

Hal ini dilakukan dengan 2 cara :


­ Menurunkan atau menutup supply udara ke api
­ Membelok panas, asap dan api
d. Emergency equipment ( perlengkapan emergency)
Perlengkapan emergency disimpan dalam gudang yang harus setiap
saat dapat diambil bila diperlukan.Tempat penyimpanan biasanya di
lemari, dinding kecil berkaca dan tersedia palu untuk memecahkan kaca
bilamana terjadi keadaan darurat. Kotak penyimpanan di cat berwarna
merah dengan informasi sesuai kunci yang diletakkan di dalamnya .
a) Firemans Outfit /perlengkapan regu pemadam Terdiri dari :
­ Sepatu (boots)
­ Sarung tangan (gloves)
­ Topi (helmet)
­ Pakaian pelindung (outer protective clothing)
­ Breathing apparatus
­ Tali penyelamat (life line)
­ Senter (approved flsh light)
b). Baju tahan panas (proximity suit)
­ Baju yang menutupi seluruh tubuh

13
­ Pelindung kepala sampai bahu dan bagian atas pelindung
kepala dilemgkapi dengan kaca mata transparan
­ Sarung tangan tebal
­ Sepatu boot khusus
­ Brething apparatus harus dipakai jika menggunakan baju ini

c). Baju tahan api (entry suit)


­ Sepatu
­ Celana
­ Pakaian
­ Pelindung kepala
Materialnya dibuat lebih khusus dan didesain untuk melindungi si
pamakai bila kontak langsung dengan api hingga temperature
815 0 C (1500 0 F) untuk waktu yang singkat

14
D. ORGANISASI PEMADAM KEBAKARAN DI KAPAL
a. PENDAHULUAN
Bilamana terjadi keadaan darurat di kapal,koordinasi dan menggerakkan team
harus segera dilakukan untuk memperkecil efek dari keadaan darurat tersebut.
Standart untuk semua kapal dan setiap personil yang sign on di atas kapal
harus sudah tahu organisasi keadaan darurat dan tahu tugas-tugasnya.
Setiap keadaan darurat harus siap dievaluasi sebelum diambil suatu
tindakan.Setelah penilaian dilakukan atas insiden yang terjadi maka nahkoda
atau perwira yang bertugas langsung menggerakkan team.

b. ALARM KEADAAN DARURAT


Dimanapun kapal berada setiap crew begitu mendengar alarm bahaya harus
langsung menuju tempat yang telah ditentukan sesuai sijil dan menyakinkan
lengkapnya crew mengidentifikasi personil yang tidak ada. Setiap personil harus
tanggap terhadap keadaan darurat dan mengikuti petunjuk-petunjuk di bawah
ini :
1) Menentukan keadaan darurat segera membunyikan alarm
2) Melaporkan ke pusat control dengan informasi
3) Tetap berada ditempat kejadian untuk mengontrol kebakaran dengan
peralatan sampai regu pemdam tiba.Jika situasi semakin membahayakan
personil harus segera meninggalkan lokasi kebakaran menuju tempat yang
telah ditentukan untuk berkumpul dan melaporkan situasi ke pusat control.
4) Mendengar alarm bahaya, personil segera menuju tempat berkumpul dan
membentuk regu sesuai tugas-tugasnya.
5) pemimpin regu atau wakilnya melaporkan kesiapan regunya ke anjungan.
c. ROLE OF TEAM LEADER ( Peran Komandan Team )
Komandan team harus cakap melaksanakan tugas dibebeankan untuk
memimpin teamnya.Komandan team tidak perlu langsung memadamkan
kebakaran, dia hanya mengontrol tindakan teamnya terutama melindungi
keselamatan teamnya.
d. FORMASI TEAM
Tujuan pembahasan hand out ini dapat diasumsikan jumlah crew kapal
minimum 26 orang dibagi 5 team.
Formasi team :
1) Bridge team ( team anjungan /command centre )
Team anjungan bertanggung jawab terhadap komando dan mengontrol
situasi serta meyakinkan tugas-tugas pada master list bagi setiap personil
dilaksanakan dengan efektif.Jika perlu team anjungan mengontrol dan
mencari orang yang tidak terhitung serta melakukan komunkasi luar dan
15
dalam antara anjungan dan kamar mesin.Team anjungan melakukan
navigasi dengan aman dan tetap mencatat waktu detail kejadian pada log
book.
2) Engine room team (Engineer Group )
Team kamar mesin harus melapor ke anjungan atas kesiapan di kamar
mesin. Laporan ini mengidentifikasikan dan emergency system yang siap
optimal operasi.Team harus dapat mempertahankan fungsi sesungguhnya
dari pompa emergency services.
3) Emergency team I & II (regu khusus I & II )
Emergency team I melaporkan ke anjungan kemudian menyiapkan segala
peralatan dan melaporkan kesiapan team ke anjungan serta siap
melaksanakan perintah nahkoda atau perwira yang ditunjuk.
4) Support Team (regu penunjang)
Melaporkan kesiapannya membantu segala keperluan untuk menunjang
emergency team bila diintruksikan oleh nahkoda.
Misalnya :
a) Menyiapkan rumah sakit & P3K
b) Menyiapkan sekoci penolong / rakit
c) Menyiapkan brething apparatus
d) Mnyiapkan logistic
e) Menyediakan peraltan pemadam tambahan
f) Tetap mengadakan penjagaan keselamatan
g) Membantu boundry cooling
5) Reverse team
Jika kapal yang mempunyai crew lebih dari 2 orang tambahan personil
cocok dimasukkan ke dalam team cadangan namun disarankan tidak ada
team yang anggotanya lebih dari 8 orang.

e. KEEFEKTIFAN TEAM
Sukses dari setiap team tergantung atas bermacam ketrampilan dan atribut
masing-masing individual anggota team yang sama baiknya pada waktu
latihan.Dalam memilih team ketrampilan dan atribut harus didasarkan atas
pengetahuan :
1) Fire fighting ( semua anggota )
2) Enclosed space entry ( memakai BA )
3) Search and rescue techniques
4) Penamatan dan kemampuan berkomunikasi
5) Electrical skill
6) Seaman ship skill
7) First aid skill
8) Pengetahuan kapal dan peralatan pemadam

16
9) Damage control
10) Kebugaran phisik ( usia perlu dipertimbangkan )
11) Disiplin pribadi yang tinggi
12) Semangat dalam team

f. DI PELABUHAN / DOK / LAY –UP


Organisasi pemadam kebakaran di atas kapal adalah untuk kapal yang operasi,
tetapi harus diperhatikan bahwa kekuatan individual team mungkin menurun bila
kapal di pelabuhan.
Keadaan darurat akan diterapkan bila kapal berada di atas dok atau kapal lay-
up kelengkapan minimal maka mengalami kondisi emergency harus melakukan
hal demikian.
1) Mengaktifkan emergency aliran alarm dan menginformasikan ke perwira
jaga
2) Menghubungi dan meminta bantuan dari pelayanan emergency didarat
3) Mengatasi keadaan daruratnya sejauh aman bagi teamnya.
4) Menentukan bentuk pelayanan apa tersedia di kapal dalam situasi tersebut
5) Menyiapkan petunjuk bagi team darat untuk mengatasi keadaan darurat dan
memberkan informasi sebanyak mungkin untuk mengatasi keadaan darurat
tersebut.

g. DAFTAR PERIKSA ANGGOTA TEAM DI MUSTER STATION


Daftar periksa ditempatkan pada setiap station yang menunjukkan nama dan
tugas masing-masing anggota team dalam muster list daftar periksa tersebut
adalah :
1) Emergency equipment check list
Daftar pelayanan emergency harus ditempelkan pada locker penyimpanan
peralatan.
Setiap locker harus berisi :
a) 1 BA talley set lengkap dengan spare botolnya
b) 1 rescue oxygen resusitator
c) 4 life line
d) 4 spare SCBA cylinders dengan sarungnya
e) 4 recharge safety lamps
f) 2 baju pemadam lengkap
g) 2 kampak tangan
h) 4 spare selang dan koplingnya
i) 1 spare fog nozzle

17
j) 2 thunder whistles
k) 1 explosimeter
l) 1 oxygen analysis
m) 1 emergency dokumen dalam map yang berisi eneral arrangement,fire
and safety control plans,muster and check list
n) 1 daftar team dengan tugas khusus seperti kebakaran,tabrakan dan SAR
o) 1 spare resque safety horness
p) 1 set peralatan bantuan helicopter
q) 1 kompas besar
r) 1 coil tali dengan diameter 1 inch
s) 1 pisau tajam
t) 1 international shore connection
u) 6 boiler suit
v) 6 safety helmet lengkap
2) Emergency equipment locker record book
Buku catatan diadakan untuk setiap locker yang menunjukkan inspeksi rutin
dan pengujian yang dilaksanakan terhadap peralatan tersebut.Ini untuk
meyakinkan semua peralatan darurat siap digunakan.Setiap team harus
bersemangat pada tanggung jawabnya untuk peralatan dan menjaga
ketentuan peralatan yang disimpan dalam locker.

h. PERENCANAAN KOMUNIKASI
Komunikasi intern
Komunikasi antara komandan team dengan komandan centre (anjungan)
diterima dengan baik dengan menggunakan radio ( walkie talkie )
Komunikasi eksternal di laut
Mengirim pesan darurat ke semua kapal dan stasiun darat / diprioritaskan di
sekitarnya menyebarkan keadaan darurat di kapal dan siap mengirim informasi
lebih lanjut
Pesan dipancarkan bila semua fakta diketahui hingga kondisi yang terakhir.
Pesan bahaya disampaikan/dikirim jika bantuan dari luar diperlukan, meminta
jenis bantuan yang diperlukan.
Pembatalan pesan dipancarkan bila keadaan darurat telah berakhir dan tidak
diperlukan lagi.
Komunikasi eksternal di pelabuhan atau lay-up
Menghubungi penguasa pelabuhan setempat atau fire brigade terminal harus
segera dilakukan.Nahkoda / radio officer harus saluran kontak dengan
emergency tea darat danprosedur apa yang harus dilakukan bila terjadi
keadaan emergency.

i. PERENCANAAN LATIHAN
Agar pelaksanaan emergency response procedure ERP efektif maka latihan
rutin harus dilakukan secara realistis agar hasilnya baik dan efektif. Oleh
karena itu potensial keadaan darurat seperti kebakaran, kandas, tubrukan,
18
orang jatuh ke laut, tumpahan minyak, kehilangan kemudi, latihan SAR dan
meninggalkan kapal harus disimulasikan sesungguhnya, paling sedikitnya satu
bulan sekali (sesuai ketentuan SOLAS 74 untuk kapal barang) dan dicatat dilog
book.

19
E. PELATIHAN PEMADAMAN KEBAKARAN BAGI PARA PELAUT
1. PENDAHULUAN
Kebakaran adalah diantara banyak jenis keadaan darurat yang sulit di kontrol di
kapal. Jenis produk yang diangkut, material-material yang terbakar, bentuk
kapal, kelengkapan peralatan pemadam, kesiapan peralatan dan regunya
sangat mempunyai andil dalam keberhasilan pengendalian kebakaran.
Untuk itu semua crew yang "sign on" di atas kapal haruslah diberi instruksi
sesuai prosedur emergensi yang telah ditetapkan dan dilatih dalam penggunaan
perlengkapan dan peralatan pemadam yang ada di kapal.
Dasar-dasar pelatihan pemadam kebakaran (Basic Fire Fighting Training)
haruslah sudah dipahami sebelum crew bertugas di atas kapal yang sesuai
ketentuan.
Untuk dapat bertindak cepat dan tepat, diperlukan pengetahuan cara-cara
pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran yang cukup. Dengan
mengenal teori api dan lingkungannya serta memahami cara penggunaan
peralatan pemadam, maka akan tahu cara-cara pengendalian kebakaran
sehingga dapat mengatasi rasa panik dan dapat melakukan pemadaman api
dengan tepat. Tidak semua situasi dan kondisi kebakaran yang terjadi sama
untuk setiap kapal, pelaut haruslah tahu cara dan strategi menghadapi setiap
instalasi maupun lokasi yang terbakar, untuk itu perlu dijaga dan ditingkatkan
latihan pemadaman pada setiap tempat yang berbeda dan mendekati simulasi
yang sebenarnya.
2. TEKNIK DAN TAKTIK PEMADAMAN
Setiap usaha pemadaman kebakaran bertujuan agar nyala api
kebakaran dapat dipadamkan dengan cepat, sehingga korban
maupun kerugian yang lebih besar dapat dihindarkan. Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka usaha pemadaman kebakaran
memerlukan teknik dan taktik yang tepat.
Teknik pemadaman kebakaran :
Adalah kemampuan untuk mempergunakan alat dan perlengkapan
pemadaman kebakaran dengan sebaik-baiknya.
Taktik pemadaman kebakaran :
Adalah kemampuan untuk menganalisa situasi sehingga dapat
melakukan tindakan dengan cepat dan tepat, tanpa menimbulkan
korban maupun kerugian yang lebih besar.
Untuk dapat rnenguasai teknik pemadaman secara baik, diperlukan syarat-
syarat sebagai berikut :
a. Menguasai dengan baik pengetahuan tentang pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran.
b. Dapat mempergunakan peralatan dan perlengkapan pemadaman dengan
cepat dan benar.
c. Sudah terlatih dengan baik untuk menghadapi situasi bahaya kebakaran.
Sedangkan untuk taktik pemadaman, disamping syarat-syarat di atas
diperlukan pengalaman yang sebenarnya dalam usaha pemadaman
kebakaran. Khususnya untuk regu pemadam kebakaran, hal-hal penting
yang diperlukan untuk melaksanakan taktik pemadaman yang baik adalah :

20
a. Dapat bekerja dengan tenang dan tabah.
Ketenangan dan ketabahan sangat diperlukan, karena udara yang panas dan
asap tebal yang ditimbulkan kebakaran pada umumnya mengakibatkan rasa
panik, apalagi pada kebakaran yang paling besar.
b. Harus berani mengambil tindakan-tindakan yang dipandang perlu.
Keberanian sangat diperlukan, namun harus tetap memperhatikan
keamanan dan keselamatannya. Pada pemadaman tempat-tempat
yang berbahaya atau untuk menyelamatkan korban, paling sedikit
harus ada dua orang petugas. Salah satu bertindak sebagai
penolong, satunya bertugas melindungi temannya terhadap bahaya api.
Dengan demikian bila terjadi hal-hal yang rnembahayakan dapat saling
tolong menolong.
c. Harus dapat bekerja dalam team yang kompak.
Selain dapat menimbulkan rasa panik, udara panas juga menyebabkan orang
cepat mengalami kelelahan. Untuk menghemat tenaga, penggunaan alat-alat
harus diatur secara bergiliran. Dalam hal ini, peranan pemimpin pemadaman
dan wakilnya sangat penting. Usaha pemadaman harus berjafan secara
terpirnpin, sehingga pelaksanaannya dapat mencapai hasii yang cepat dan
maksimal.
Selain tiga hal yang disebutkan di atas, khususnya untuk komandan regu
pemadam dan wakilnya harus pandai-pandai menllai situasi kebakaran.
Hal ini dilakukan dengan memperhitungkan faktor-faktor lain yang
mempengaruhi berhasil tidaknya usaha pemadaman. Faktor-faktor penting yang
perlu diperhatikan adalah :
a. Pengaruh angin
Kekuatan angin dan arah berhembusnya dapat dipakai sebagai pedoman
dalam menentukan arah menjalarnya api. Dan usaha pemadaman tidak
dibenarkan melawan arah angin. Hal ini dapat berbahaya, pertama karena
akan terhalang oleh asap dan kedua, dapat menjadi korban jilatan api. Oleh
karena itu pemadaman harus dilakukan searah dengan angin, atau dari
samping sebelah kiri - kanannya.
b. W arna asap kebakaran
Benda-benda yang terbakar kadang-kadang tidak dapat dikenali karena
terhalang oleh asap tebal yang ditimbulkan, namun dengan melihat warna
asapnya, dapat diperkirakan jenis benda yang terbakar.
Misalnya bilamana warna asap adalah hitam dan tebal, maka
kemungkinan bendanya : Aspal, karet, plastik, minyak, atau benda-
benda lain yang mengandung minyak. Bila warna asap coklat kekuning-
kuningan, kemungkinan benda yang terbakar adalah : Film, bahan film
dan benda-benda lain yang mengandung asam sulfat. Sedangkan bila
warna asap putih kebiru-biruan, biasanya berasal dari benda-benda yang
mengandung phospor. Disamping warna asap, bau dari asap juga
dapat dipakai sebagai pedoman untuk mengenal bendanya yang terbakar.
Setelah tahu bendanya, maka dapat ditentukan sistem dan alat-alat
pemadamnya yang tepat serta tindakan-tindakan lain yang mungkin
diperlukan. Lokasi kebakaran
Usaha pemadaman harus memperhatikan lokasinya, apakah kebakaran
tersebut terjadi di kapal atau perahu motor, harus dijaga agar usaha
pemadaman jangan sampai mengakibatkan kerugian yang lebih besar.
Misalnya pemadaman dengan cara menyemprotkan air, jangan sampai

21
berlebih-lebihan karena dapat merusak muatan, atau dapat merusak
kestabilan kapal sehingga dapat menyebabkan bahaya tenggelam. Bahaya-
bahaya lain yang mungkin terjadi.
Setiap usaha pemadaman kebakaran harus tetap memperhatikan faktor
keselamatan. Baik keselamatan petugas pemadam sendiri, maupun
keselamatan korban, terutama dikapal penumpang anak-anak, wanita, atau
mungkin orang yang berusia lanjut perlu diutamakan.
Bila ada korban yang terkurung bahaya api, harus segera ditolong misalnya
dengan cara merusak dinding ruangan, merusak langit-langit, dan
sebagainya. Oleh karena itu peralatan yang berupa kampak, ganco, linggis,
perlu dipersiapkan sebelumnya.
Harus diperhitungkan pula bahaya-bahaya yang mungkin dapat menimbulkan
jatuhnya korban. Misalnya apakah ada barang atau bahan yang dapat
menimbulkan gas-gas beracun. Bila ada, bahan-bahan berbahaya tersebut
harus segera diselamatkan lebih dulu.

3. PENANGANAN KEBAKARAN
Kebakaran dapat berpindah ketempat lain melalui jalan radiasi, konduksi dan
konveksi. Proses ini akan meluas secara lateral dan ke arah atas maupun ke
arah bawah. Lateral melalui sepanjang gang-gang dan ke arah atas melalui
palkah muatan, tangga-tangga serta ke arah bawah melalui saluran atau pelat
deck secara konduksi. Bara api akan turun dari satu deck ke deck lain, melalui
metode "Down Ward" menghadirkan bahaya yang lebih serius. Faktor-faktor
yang harus dipertimbangkan bila melakukan pemadaman adalah :
• Lamanya produk / bagian yang terbakar.
• Lokasi kebakaran
• Konstruksi ruangan sekitarnya.
a. Evaluasi Situasi Kebakaran
Penilaian situasi secepatnya dilakukan dan diputuskan berdasarkan :
1) Kelas kebakaran (material apa yang terbakar)
2) Kecocokan media pemadam
3) Kecocokan metoda pemadam
4) Bagaimana mencegah meluasnya kebakaran
5) Man Power yang diperlukan dan penilaian kemampuan regu pemadam.
b. Penyerangan kebakaran
Pemadaman harus dimulai secepat mungkin untuk dapat mengontrol dan
mencegah perluasan panasnya . Penyerangan api dapat dilakukan secara
langsung dan tidak langsung tergantung situasi kebakaran.

o Penyerangan api langsung

Cara ini dilakukan jika kebakarannya relatif kecil dan tidak berlawanan
arah angin.

22
o Penyerangan api tidak langsung

Hal ini dilakukan jika tidak mungkin untuk regu pemadam mencapai
pangkal api.
Umumnya kasus ini terjadi pada kebakaran bagian paling bawah dari
kapal. Keberhasilan dalam penyerangan secara tidak langsung
tergantung pada ruangan yang terbakar. Semua kemungkinan jalan
api harus dihentikan dengan menutup pintu-pintu, palkah-palkah dan
mematikan sistem ventilasi, kemudian penyerangan dilakukan dari lokasi
pengendalian (APAT).
Teknik lain dalam mendekati pangkal api pada situasi demikian
dengan cara membuat bukaan kecil kedalam ruangan yang
terbakar, masukan nozzle dan injeksi secara spray kedalam
ruangan tersebut.
Dengan demikian panas akan menguraikan pancaran kabut menjadi
steam yang berfungsi sebagai media penyelimutan (Smothering
Agent).
2 cara untuk keberhasilan ini ;
• Kebakaran harus segera dilokalisir dalam ruangan, dengan demikian uap
air akan menurunkan kadar oksigen dalam udara disekitar kebakaran.
• Kebakaran cukup panas sehingga dapat menguraikan air menjadi steam.
Teknik penyerangan tidak langsung yang lain adalah menggunakan media
pemadam yang bekerja secara smothering dan dillusi (pengenceran 0 2 )
seperti carbon dioxida (CO 2 ). Cara ini digunakan bila ruang palkah
muatan, kamar mesin ataupun kamar pompa pada kapal tanker terbakar.

23
c. Teknik ventilasi
Ventilasi atau peranginan di dalam tehnik pemadaman adalah suatu proses
pengambilan udara panas,asap dan gas dari dalam struktur secara
sistematis dengan cara penggantian udara normal dari luar struktur
bangunan.Memang ventilasi adalah suatu wujud yang tidak begitu tampak
tetapi sebenarnya adalah hal yang sangat pentin. Bertambah cepat kita
dapat memadamkan semakin berkurang bahaya-bahaya karena kita terjebak
oleh udara panas, gas-gas yang berbahaya dan juga mengurangi
kemungkinan terjadinya "Back Draft". Persiapan-persiapan yang dilakukan
oleh regu pemadam dalam menentukan perlunya ventilasi / peranginan
adalah mengontrol penyebaran api dan keselamatan regu pemadam itu
sendiri.
Keuntungan-keuntungan selama dilakukan peranginan :
1) Dapat melihat dan mencapai dimana api berada secepat mungkin.
Pengambilan asap, gas dan panas dari dalam bangunan akan
menambah daya pandang dan kenyamanan dalam bekerja karena
berkurangnya panas, sehingga akan mempercepat melakukan
penyerangan ke tempat lokasi dan melakukan pemadaman. Disamping
itu peranginan juga mengurangi bahaya asphyxiation (sesak napas), dan
juga mengurangi rintangan-rintangan yang mengganggu regu pemadam
selama melakukan pemadaman.
2) Dapat melakukan pertolongan terhadap korban manusia. Dengan
ventilasi memudahkan dan mempercepat Rescue terhadap korban yang
terperangkap, disamping itu regu pemadam dapat lebih aman.
3) Mengurangi Kerusakan-kerusakan. Pemadaman yang dilakukan dengan
cepat akan mengurangi kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh
asap karena adanya partikel-partikel carbon dan uap bahan bakar.
4) Mengurangi terakumulasinya asap, gas, panas-panas. Asap dan gas
akan bergerak ke atas menuju ke titik yang lebih tinggi, gerakan tersebut
akan terhenti setelah terperangkap pada eternit. Karena terperangkap
sehingga akan terakumulasi, makin lama turun dan bergerak lateral di
area tersebut. Peristiwa ini disebut "Mush Rooming".

24
BACKDRAFT
POTENTAL
- Low Oxygen
- Moderate Heat
- High Fuel Vapor
Concentrations

BACKDRAFT
- High Oxygen
- Moderate Heat
- Smoldering Fire
- High Fuel Vapor
Concentrations
Introduction of
Oxygen Causes Fire
of
Explosive Force

25
Macam-macam ventilasi
Dilihat dari segi letak bukaan dan jenis peralatan yang dipakai ventilasi
dapat dibagi menjadi :
­ Ventilasi vertical system
­ Ventilasi horizontal system
­ Forced ventilasi system
­ Water fog system

Gb.Ventilasi vertikal

Gb. Ventilasi Horizontal

26
d. Faktor Keselamatan dalam Pemadaman
Pemadaman dengan menggunakan selang kebakaran.
1) Posisi memegang selang : Pada saat mulai memegang nozzle
bertekanan, kuda-kuda dan cara memegang nozzle harus mantap
(perhatikan penjelasan praktis).
2) Membuka dan menutup nozzle, arah harus keatas dengan kuda-kuda
yang baik.
3) Sebelum merubah bentuk Spray menjadi Jet, perhatikan dahulu
kuda-kudanya (harus mantap).
4) Jika tidak kuat menahan tarikan selang (Jet Effect), janganlah nozzle itu
dilepaskan, tetapi rendahkan badan (untuk mengurangi tarikan tersebut).
5) Jika waktu memegang nozzle bertekanan, ternyata tidak kuat dan jatuh,
jatuhlah bersama-sama nozzle tersebut, (Nozzle jangan dilepaskan).
Make - Up (Penggulungan)
Sebelum membuka ikatan-ikatan kopling, tutup seluruh induk yang ada
dipompa (hydrant) dan menghilangkan (release) tekanan yang ada dalam
selang dengan cara membuka nozzle. Melepas kopling sewaktu selang
masih bertekanan dapat mengakibatkan selang lepas dan terputar dengan
cepat dan akan melukai tangan kita.
Pemadaman dengan menggunakan APAR
1) Jenis tepung kimia : test ditempat mengambil APAR dan arahkan nozzle
ke atas, handle ditekan (jangan dipukul}. Untuk jenis gas cartridge,
posisi ujung nozzle jangan diarahkan kemuka.
2) Jenis CO 2 : test ditempat mengambil APAR dan arahkan nozzle ke atas.
Jangan memegang corong pengarah (horn) saat memadamkan
kebakarannya.
3) Jenis BCF / BTM : test ditempat mengambil, selang harus lurus jangan
berbelit dan arahkan nozzle ke atas.
4) Jenis busa Mekanik : test ditempat mengambil, nozzle jangan dipegang
pada lubang masuk udara.
5) Jenis Busa Kimia ; dibalik ditempat kebakaran, perhatikan cara melipat
selang supaya tidak menyumbat aliran, muka dilindungi tabung
pemadam. Sesuai pemadaman sewaktu membalik kembali, pancaran
nozzle harus selalu diarahkan ke bawah.
Setiap selesai pemadaman yakinkan api telah padam, baru mundur
dan jangan langsung balik badan. (gambar-gambar terlampir)

4. RESCUE (PENYELAMATAN)
Rescue adalah suatu upaya penyelamatan atau pencarian korban yang mungkin
terjebak dalam suatu ruangan. Bila pencarian korban pada situasi kebakaran, si
penyelamat harus selalu memperhatikan masalah keselamatannya sendiri.
Personil yang ditugasi sebagai recuer selayaknya sudah dilatih dan dilengkapi
dengan peralatan-peralatan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaannya
dalam waktu singkat.
Perlengkapan dan latihan penggunaannya perlu dilakukan untuk
menyelamatkan seorang bila terjebak dalam suatu ruangan. Apabila seorang
sering mendapatkan kesulitan untuk mengangkat korban yang tidak sadar diri

27
dengan tali, latihan dan praktek dengan tehnik-tehnik penyelamatan adalah
diperlukan sebagai tambahan, dimana mungkin pekerja-pekerja lain dipanggii
dengan harapan dapat dikerahkan untuk membantu mengangkat korban.
Perlengkapan yang berguna harus mencakup alat-alat bantu pernafasan dan
alat pelindung lainnya. Petugas lain yang mengatur di luar ruangan harus cukup
mampu sebagai tenaga bantuan apabila diperlukan dalam keadaan darurat
Bila menolong seseorang dalam ruang tertutup tanpa memakai alat bantu
pernafasan, maka itu berarti penyelamatan yang tidak selamat. Kecelakaan fatal
akan terjadi bila tidak ada perlindungan bagi seseorang yang harus masuk
dalam suatu ruang tertutup untuk penyelamatan, setelah suatu kecelakaan
terjadi. Untuk tindakan pencegahan diusahakan untuk membentuk suatu tim
penyelamat yang harus segera dilatih dalam menangani resiko-resiko dan
mempergunakan alat bantu pernafasan, dan mengerti teknik pernafasan buatan.
Dibawah ini kunci keselamatan yang harus diperhatikan sebelum
melaksanakan tugas pencarian dan penyelamatan :
a) Pada situasi kebakaran yang hebat, si penyelamat harus
memperhatikan keselamatan jiwanya yang kemungkinan dapat
terancam.Sebaiknya penyelamatan tidak dilakukan, karena dalam
situasi demikian kemungkinan kecil korban dapat hidup.
b) Bila kemungkinan terjadinya Back Draft, kehadiran untuk masuk
keruangan hanya setelah dilakukan ventilasi. Masuk sebelum dilakukan
ventiiasi dapat mengakibatkan ledakan back draft sehingga dapat
nnengalami luka yang serius.
c) Selalu memakai pelindung lengkap termasuk "Self Contained
Breathing Apparatus (SCBA)". Selalu bekerja berpasangan dan perlu diingat
mereka bertanggung jawab satu sama lainnya.
d) Sudah mempunyai rencana dan tujuan serta bekerja secara
sistimatis.
e) Yakinkan tersedianya jalan keluar kedua untuk semua regu
pemadam yang berkaitan dengan pencarian.
f) Beri tanda bila masuk kesuatu ruangan dan tandai bila akan
meninggalkan ruangan tersebut.
g) Raba pintu-pintu untuk mengetahui kehadiran panas sebelum
masuk. Jangan berdiri didepan pintu, berdirilah disalah satu sisi dan buka
pintu secara perlahan.
h) Masuk agak merendah dan bergerak dengan penuh perhatian.
i) Tetap kontak dengan dinding.
j) Rescuer mencari korban sekeliling ruangan dan sekalian membuka jendela-
jendela untuk melepaskan panas dan asap, tetapi jika hal itu tidak membuat
api membesar.
k) Bila pencarian selesai, di penyelamat harus melapor kembali ke komandan
regunya.
l) Jika kehilangan arah, tetap tenang dan telusuri dinding maka cara itu akan
membawa ke arah pintu masuk awal" atau pintu keluar lainnya.

28
PEMERIKSAAN DAN PERAWATAN ALAT PEMADAM SERTA
PERLENGKAPANNYA

29
30
31
5. SHIP FIRE FIGHTING EQUIPMENT
Pendahuluan
Semua personel harus tahu dengan baik denah kapal dan familiar dengan
lokasi dimana peralatan pemadam ditempatkan, faham akan
penggunaannya serta tahu dimana lokasi Fire Alarm terdekat agar dapat
mengantisipasi hal-ha! yang berkaitan dengan kebakaran. Pelaut haruslah
sadar dan paham antara lain bahwa :
• Kecepatan penyebaran panas membuat lebih sulit untuk' mencapai pangkal
dari api
• Penggunaan media pemadam lain harus sesuai dengan kelas kebakaran
dan tidak membahayakan personil yang ada.
• Kemungkinan harus menggunakan air sebagai media pemadam harus tetap
menjaga jumlah minimum untuk menghindari akses kerusakan dan
pengaruh terhadap stabilitas kapal.
• Penggunaan sistim pemadaman dengan media gas tidak boleh dioperasikan
secara otomatis dan pelepasan media gas harus diyakini tidak ada lagi
personil yang berada di ruangan tersebut.
a. FIRE ALARM (ALARM KEBAKARAN)
Tujuan Fire Alarm adalah untuk menarik perhatian, memberitahukan crew
bahwa terjadi suatu kebakaran.
Jenis Fire Alarm :
• Audible ==> Lonceng, Smne, pengeras suara, dan lain-lain.
• Visible -=> Lampu, Smar, dan lain-lain.
Efektifitas Alarm Kebakaran :
 Bentuk isyarat disesuaikan dengan tempat yang dilindungi.
 Isyarat dapat didengar, diketahui dan dimengertisemua crew
dimana alarm dipasang
 Isyarat harus khas / spesifik
 Isyarat hanya dipergunakan untuk tujuan itu saja.
Tombol-Tombol :
1. Break Glass (memecahkan kaca)
2. Menggeser Tuas (Pillar Box)
3. Detector Relay
Salah satu ujungnya oleh magnet unit Fire Detector yang mempunyai aliran
arus listrik tertutup Jika fuse detector putus karena panas/api, maka aliran
arus listrik terputus dan metal yang mudah lumer pada unit Fire Detector
kehilangan kemagnetannya sehingga akan melepaskan ujung relay dari Fire
Alarm maka terjadi aliran listrik dan bel berbunyi.

32
b. ALAT DETEKSI KEBAKARAN (FIRE DETECTOR)
Fungsi dari Fire Detector ini adalah untuk mendeteksi adanya
suatu kebakaran pada ruangan yang dipasang alat ini.
Pembagian Fire Detector :
(1). Heat Detector (Detektor Panas) :
a) Fixed Temperature Type Detectors ;
(1) Bimetallic Trip Detector
(2) Snap Action Disc Detectors
(3) Fusible Links
(4) Quartzoid bulb Detectors
b) Rate of Rise Type Detector ;
(1) Pneumatic Tube Detectore
(2) Thermo Electric Detectors.
(3) Refraction Type
(2). Smoke Detectors ( Detektor Asap)
a) Photo Electric Detector
(1) Spot Detector
 Projected Beam type
 Refraction type
(2) Beam Detector ( reflector beam )
b) lonization Detectors
(3). Flame Detector (Detektor Nyala) :
a) Infrared Detectors
b) Ultra Violet Detectors
c) Flame Flicker Detectors.

33
c. PORTABLE FIRE EXTINGUISHER
(ALAT PEMADAM KEBAKARAN JINJING, ALAT PEMADAM API RINGAN /
APAR)
PENGERTIAN
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam kebakaran yang
dapat dibawa dan digunakan / dioperasikan oleh satu orang serta berdiri
sendiri.
1) PEMBAGIAN APAR
APAR Dapat dibagi berdasarkan :
Jenis Media Pemadam
a) Bahan cair :
• Air
• Cairan yang mudah menguap :
• BCF (Bromo Chloro Difluoro Methane)
• BTM (Bromo Trifluoro Methane)
• Soda Acid
• Busa : - Busa kimia (Chemical Foam)
• Busa mekanik (Mechanical Foam)
34
b) Bahan Padat : Tepung kimia (Dry Chemical/ Powder).
c) Bahan Gas Arang) :CO 2 (Carbon Dioxyde/Gas Asam

Jenis Konstruksi
a) Air Jenis Tangki Pompa (Pump Tank W ater Extinguisher) yang
dapat dibagi dalam:
- Jenis gendong (Back Pack Pump Tank)
- Jenis jinjing (Stirrup Pump Tank)
b) Air jenis Tekanan Tersimpan (Storage Pressure / Pressurized W ater
Extinguisher).
c) Air jenis Tabung Gas (Gas Cartridge / cartridge Operated water
Extinguisher).
d) Busa Kimia dengan sistem pendorong swa cipta atau self generating,
dibagi beberapa jenis :
- Jenis balik biasa (Over Turning)
- Jenis berkerangan (Valve)
- Jems sekat pecah (Breakable Seal)
e) Busa Mekanik dengan sistim pendorong :
- Tekanan tersimpan (Storage Pressure)
- tabung gas (Gas Cartridge).
f) CO 2 dengan sistim pendorong swa pancar (self expelling).
g) Soda Acid dengan sistim pendorong swa cipta atau self
generating
h) Halon dengan sistim pendorong tekanan tersimpan
(Storage Pressure).
i) Tepung Kimia dengan sistim pendorong :
- Tekanan tersimpan (Storage Pressure)
- Tabung gas (Gas Cartridge).

3) KEMAMPUAN YANG DIMILIKI DINYATAKAN DALAM RATING


Kemampuan pemadam APAR dinyatakan berdasarkan Klasifikasi yang
dimihki , dinyatakan dengan simbol huruf dan rating yang dimiliki, dinyatakan
dengan simbol bilangan:
Contoh : 40 - A
Angka 40 . Bilangan untuk menyatakan rating APAR.
Huruf A Menyatakan Klasifikasi APAR.
Rating kelas A bervariasi mulai 1 - A sampai dengan 40-A.
APAR yang berisi air 1 - 2.5 gallon diberi rating 1 - A dan mampu
memadamkan kebakaran kelas A dengan ukuran tertentu. APAR yang
memiliki rating 2 - A akan berisi media pemadam yang setara dengan air 2,5
gallon dan mampu me-madamkan dua kali APAR rating 1-A pada kelas yang
sama.
35
Rating kelas B ditentukan berdasarkan luas kebakaran kelas yang
mampu dipadamkan oleh seseorang yang belum and, ukuran bidang yang
dibakar dinyatakan dalam satuan square feet. Misalnya : 40 - B
Angka 40 menyatakan luas yang dapat dipadamkan oleh orang-orang yang
belum ahli / trampil seluas 40 feet 2 . Sedangkan orang yang belum ahli
dianggap berkemampuan 40 % dari yang sudah ahli
Rating C & D belum mempunyai standart rating.
4) PEMILIHAN APAR
Faktor yang mempengaruhi pemilihan :
a) Kelas kebakaran, APAR harus dipilih sesuai dengan kelas kebakaran
yang akan dipadamkan.
b) Bentuk kebakaran, selain berdasarkan kelas kebakaran pemilihan Jems APAR
juga dipengaruhi oleh bentuk kebakaran potensiat, terutama untuk kelas B.
c) Potensi keparahan dari kebakaran (ukuran, intensitas dan kecepatan rambat
dari kebakaran).
d) Orang yang akan menggunakan APAR.
e) Keadaan daerah dimana APAR diletakkan.
f) Pengaruh APAR terhadap kesehatan dan keselamatan pemakai.
5) PENEMPATAN APAR
Prinsip penempatan, APAR harus diletakkan didaerah yang :
 Mudah dilihat
 Cepat diambil dan digunakan
 Tidak akan memungkinkan si pemakai terjebak bila kebakaran meluas.
 Bebas dari kemungkinan kerusakan.
 Penyebaran merata, sedapat mungkin pada tempat yang homogen
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penempatan APAR.
 Lingkungan fisik yang akan mempengaruhi yaitu :
 Temperatur dimana untuk APAR dengan bahan dasar air adalah pada
temperatur 4°C - 49 °C. Untuk APAR |enis lainnya adalah pada temperatur -
40°C s.d 49 "C. sedangkan untuk temperatur extrim perlu tindakan khusus.
Pengaruh lingkungan lain, misal : Sinar matahari, hujan, getaran dan
sebagainya.
 Reaksi kimia yang mungkin timbul antara media pemadam dengan bahan-
bahan yang terdapat di daerah tersebut, misalnya kelembaban udara yang
tinggi atau uap bahan kimia/air laut yang korosif.
 Keadaan ruangan, lorong-lorong dan sebagainya terutama untuk pemilthan
APAR beroda.

36
6) PENENTUAN JUMLAH APAR
NFPA mengelompokkan tingkat bahaya potensial kedalam 3 kelas yaitu :
 Tingkat Bahaya Rendah (Low Hazards)
Bagi lokasi dimana bahan bakar kelas A adalah sedikit misalnya Kantor,
anjungan, akomodasi dan sebagainya.
 Tingkat Bahaya Sedang (Moderate Hazards)
Bagi lokasi dimana terdapat bahan mudah terbakar kelas A dan B
dalam jumlah agak besar. Seperti misalnya : kontrol room dan gudang,
bengkel dan lain-lain.
 Tingkat Bahaya Tinggi (High Hazards)
Bagi lokasi dimana terdapat bahan mudah terbakar kelas A dan B yang cukup
besar dan mempunyai potensi bahaya kebakaran yang cukup tinggi. Seperti
misalnya : kamar pompa, kamar mesin, dan lain-lain.
Sedangkan penyebaran APAR menurut ke'tentuan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No. : PER-04/MEN/1980, bahwa penempatan APAR
yang satu dengan yang lain tidak boleh lebih dari 15 meter, kecuali ada
ketentuan lain yang ditetapkan oleh Pengawas, ahli keselamatan kerja
d. SELANG KEBAKARAN DAN PERLENGKAPANNYA (FIRE HOSE &
EQUIPMENT)
1) Fire hose (Selang Kebakaran)
Fungsi selang kebakaran :
Menyalurkan air dari sumber air keujung nozzle untuk
kegunaan memadamkan kebakaran.
Jenis Selang :
(a) Selang isap (suction hose), digunakan pada bagian isap dari
pompa.
(b) Selang tekan (discharge hose), digunakan pada bagian tekan dari
pompa.
Jenis Bahan :
(a) Rembes (unlined hose/percolating hose)
(b) Tidak rembes (non precolating hose)
(c) Selang hose reel (hosereel type).
Ukuran :
(a) Diameter : bermacam-macam, namun yang digunakan adalah
ukuran 2" dan IVa" (inchi).
(b) Panjang : bervariasi dari 50', 60', 70', 100' (kaki).

37
2) Alat-alat Penyambung Selang (Hose Fitting)
Kopling (Coupling)
Fungsi :
Untuk menyambung dua buah selang.sermg
Jenis Kopling :
a) Kopling Drad (Screw-Type Hose Coupling) ada jantan dan ada betina
(THREAD TYPE).
b) Kopling Interlock (Interlocking Type Hose Coupling)
­ Kopling Instanteneous (ada jantan - betina)
­ Kopling Machino (ada jantan - betina)
­ Kopling Hemaphrodite
­ Kopling Storz.
3) Penyemprot ( nozzle)
Fungsi :
• Mempercepat aliran air yang keluar dan ujung selang.
• Membentuk pancaran air yang tertentu.
Jenis Penyemprot :
a) Penyemprot monitor (Monitor Nozzle)
• yang dapat dipindah-pindan (Portable).
• yang terpasang tetap (Fixed).
b) Penyemprot tangan (Handling Nozzle)
(1) Tak dapat diatur (Non Adjustable Spray Nozzle). Bentuk pancaran tirai
sudah tetap, tak dapat diatur.
(2) Dapat diatur (Adjustable Spray Nozzle).
Bentuk aliran dapat diatur mulai dari pancaran utuh sampai
pancaran 90°.
Dengan kapasitas tetap atau dengan kapasitas yang berubah
sesuai perubahan bentuk pancaran.
(3) Kombinasi Khusus (Combination Spray Nozzle). *
Pada saat yang bersamaan, dapat diperoleh pancaran
utuh dan pancaran tirai.
Penyemprotan Khusus (Special type Nozzle).
Digunakan untuk keperluan-keperluan khusus.
Canton : - Cellar Nozzle.

4) Cabang (Branching)
Fungsi :
Membuat percabangan pada sistem penyaluran air. Ada yang dilengkapi
katup pengatur, ada yang tidak.

38
5) Turunan (Adaptor)
Fungsi :
Untuk menyambung dua kopling yang :
- Tidak sejenis
- Berbeda ukuran / diameter
- Sejenis. Jenis Adaptor :
- Antar jenis kopling
Contoh : Kopling Instanteneous ke kopling Strorz.
- Antar jenis kelamin.
Contoh : Dari female drad ke female Instantaneous.
- Antar diameter (Reducer)
Contoh : Dari diameter 2 1 /2” ke 1/2".

6) Kunci-kunci Selang (Spanners)


Fungsi : Mengencangkan/melepas ikatan kopling.
Macamnya :
a. Untuk pin lug
b. Untuk roker lug
c. Untuk hole - type lug
d. Kombinasi dari ketiganya.
7) Cara menggelar dan meringkas selang
a). Jenis Gulung Selang
(1). Gulung (Roll) :
• Gulung tunggal (Single Roll)
• Gulung ganda (Double Roll, Dutch Roll, Donat Roll).
(2). Lipatan (Flaking / Folding) :
• Accordion
• Flat
• Bentuk U / tapal kuda (Horse-shoe type).
(3). Bentuk angka 8 (Figure of Eight) :
Type 8 banyak digunakan dalam mobil-mobil pemadam kebakaran
karena cepat menggelarnya.
b). Cara Menggelar Selang
Prinsip :
- Arah lemparan dari sumber air kearah api.
- Gelar selang tidak boleh terpuntir
- Selang tidak boleh ditarik / diseret sepanjang permukaan tajam (yang
menonjol).

39
Cara :
­ Gulungan
• Dengan dilemparkan mendatar kebawah.
• Dengan dibawa berjalan (Khusus Kopling Instantaneous).
- Lipatan
• Ujungnya langsung dibawa kearah api.
c). Cara Meringkas Selang
Prinsip :
- Luruskan selang sehingga tidak 'terdapat lekukan dan buang air dalam
selang dari arah air kearah api.
- Gulung selang dari arah api ke sumber air.
Cara :
(1). Letakkan kopling dalam gulungan tunggal / ganda
• Kopling Draad
Laki-laki didalam, betina disebefah luar.
• Kopling Instantaneous
Betina di dalam, laki-laki disebelah luar.
• Kopling Storz & Hemaphrodite Sembarang.
(2) Gulung tunggal
(3) Gulung ganda
(4) Lipatan dan bentuk angka B

8) HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SEWAKTU MELAKSANAKAN


LATIHAN SELANG Lay Out (Penggelaran)
a) Gelar selang jangan sampai ada yang terpuntir.
b) Ikatan kopling harus baik.

9) PERAWATAN SELANG KEBAKARAN (FIRE HOSE)


Selang kebakaran seharusnya tidak digunakan untuk tujuan lain selain untuk
pemadaman kebakaran atau di uji dengan peralatan-peralatan pemadam
lainnya.
Meskipun menjaga kelengkapan dan merawat selang tersebut merupakan
bagian pekerjaan penting dari petugas pemadam setiap kapal tidaklah sama ;
sekalipun demikian perlu dilakukan perawatan dan pengujian untuk
meyakinkan selang tersebut berfungsi sebagaimana mestinya bila
diperlukan. Untuk menjaga agar selang tidak lapuk, sehabis digunakan
dikeringkan terlebih dahulu kemudian disimpan.
Alat Penyemprot dan Cabang (Nozzles and Branches)
Peralatan ini harus diperiksa dan dicoba secara berkala dengan tekanan
pompa tertentu untuk meyakinkan peralatan itu dapat beroperasi secara
memuaskan, bila ada geseran atau lekukan pada bagian dalam permukaan
40
akan mempengaruhi jangkauan pancaran jet. Branch & Nozzle yang tidak baik
(rusak) harus diperbaiki dan segera diletakkan pada tempat penyimpanan.

e. FIXED FIRE EXTINGUISHER EQUIPMENT (Peralatan Pemadam


Kebakaran Tetap)
1) Pengertian
Sistem pemadam kebakaran tetap (Fixed Fire Extinguisher) adalah sistem
pemadam kebakaran yang instalasinya dipasang tetap, baik secara
keseluruhan maupun sebagian. Dengan sistem pemadam api tetap ini,
diharapkan kebakaran dapat dipadamkan tanpa banyak melibatkan aktivitas
orang (regu pemadam). Berbeda bila menggunakan alat pemadam yang dapat
dibawa (portable) atau jenis yang bergerak / beroda (movable). W alaupun
sistem api pemadam tetap ini biaya pemasangannya sangat mahal,
namun kemampuan menanggulangi bahaya kebakaran sangat tinggi (+85
- 95%) yang berarti merupakan faktor penting bi/amana berhaJapan
dengan berbagai tingkat resiko kebakaran.
Sesuai fungsinya, unsur-unsur utama dari sistem pemadam kebakaran
tetap :
­ Dapat mengetahui timbulnya kebakaran (sistem deteksi)
­ Dapat memberitahu / melaporkan adanya bahaya (sistem alarm)

41
­ Dapat memadamkan kebakaran (sistem pemadaman) baik secara
langsung (automatis) maupun dioperasikan oleh orang (secara manual).
Media pemadam api yang digunakan dapat bermacanvmacam, tergantung dari
jenis kebakaran maupun tingkat resiko bahaya yang dihadapi, media (bahan
pemadamnya) antara lain menggunakan : air, busa, tepung kimia, CO 2 , gas
lembam (inert gas), Halon dan sebagainya.

2) Jenis-jenis Alat Pemadam Kebakaran Tetap


a) Fire Main System
Persvaratan SOLAS 1974 Consolidate 97 Chapter M-2 Part A. Reg. 4.
(1) Pipa harus mempunyai diameter yang besar mampu mendistribusikan air
dengan 2 pompa bersamaan.
(2) Untuk kapal barang dan penumpang, pompa harus dapat memberikan
tekanan minimum 50 PSI pada 2 hydrant yang terjauh dan tertinggi.
Tipe Fire Main System ada 2 :
(1) Single Fire Main System
Menggunakan 1 pipa utama dari haluan ke buritan dan umumnya terletak
di atas deck. Contoh paaa kapal Tanker.
(2) Looped Fire main System
Menggunakan 2 pipa utama yang peralel berhubungan dengan haluan dan
buritan. Contoh pada kapal barang dan penumpang.
Sistim pemadam kebakaran utama (Fire Main) terdiri dari pipa-pipa (dicat
merah), katup pengontrol, selang dan Nozzle yang ditata sampai ke semua
bagian-bagian kapal. Supply air laut meialui "Sea Chest" yang terletak pada
sisi-sisi bawah kapal akan diterima kerangan isolasi (Isolating Valve) dengan
tekanan tertentu dari pompa di supply ke sistim perpipaan keseluruh bagian
yang terbakar.
Penggunaan sistem ini akan mempunyai konsekuensi dalam
pemakaian jumlah air yang besar dan untuk itu perlu diingat efek yang
merugikan terhadap stabilitas kapal. Jika jumlah air yang tertinggal (Retained)
dikapal, semakin bertambah, maka draft akan naik dan lambung
bebas (free board) akan turun (berkurang).
Dengan alasan di atas, sangat penting memeriksa jumlah air yang digunakan.
Hal ini akan memungkinkan Nakhoda atau Perwira yang bertanggung jawab
menilai situasi dan memutuskan tindakan apa yang diambil.
b) Sprinkler System
Sistim pemancar air adalah instalasi perlindungan bahaya kebakaran yang
tertintegrasi antara komponen-komponennya, yaitu sistim perpipaan.
(1) Unsur-unsur Utama Sistim Sprinkler
(a) Sumber air (W ater Supply)
(b) Penggerak air
(c) Sistim perpipaan (isap dan tekan)
(d) Manometer
(e) Kerangan-kerangan dan klep-klep penahan
42
(f) Alarm
(g) Katup pemancar air (Sprinkler heads).
(2) Katup Pemancar Air (sprinkler air ) menggunakan 3 cara penyumbat :
(a) Fusible links (sambungan solder)
(b) Glass bulbs(bola glass)
(c) Chemical pellets (sumbat kimia)
3) Katup kendali utama (Main Water Control Valve)
Setiap sistem sprinkler air dilengkapi dengan katup kendali utama dan katup-katup
untuk test pembuangan / pencerat (drain valve) Katup kendali digunakan untuk
menu tup supply air ke sistem ketika KPA diganti.

(4) Jenis sistem sprinkler


(a) Sistim pipa basah (wet-pipe system)
Karena berisi air bertekanan diseluruh sistem pada setiap waktu dan
dihubungkan ke sumber air.
(b) Sistim pipa kering (dry-pipe system)
Ini disebut karena air didalam sistim perpipaan katup pipa kering (dry-pipe valve)
diganti oleh udara bertekanan.
(c).Sistim Tindakan - Awal (Pre - Action System)
Sistim ini digunakan bila khusus untuk pencegahan kerusakan oleh air
yang terjadi bila pipa akan pecah. Sistim ini tidak akan mengeluarkan air
ke dalam perpipaan kecuali oleh tanggapan sistim deteksi.
(d).Sistim Sprinkler Deluge (Deluge Sprinkler System)
Sistim ini biasanya dilengkapi dengan KPA terbuka dan katup deluge
{deluge valve) dan sarana deteksi kebakaran juga dipasang pada area
yang sama dengan KPA.

c) Sistim Spray - Air (Water Spray System)


Sistim Spray - Air mempunyai pola tertentu, ukuran partikel, velocity dan density
dari nozzle atau sistim peralatan yang dirancang secara khusus. Sistim ini

43
sering digunakan untuk perlindungan kebakaran yang khusus, dengan
penempatan tersendiri maupun perlengkapan sistim proteksi yang lain. Contoh ;
(1) Bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar
(2) Bahan bakar padat ordinary = kayu, kertas, kain
(3) Bahan bakar padat lainnya
(4) Bahaya listrik = transformer, oil switches, motor,cable trays dan cable
runs.
Pemakaian Spray - air dimaksudkan untuk tujuan :
(1) Pemadaman kebakaran.
(2) Pengendalian kebakaran.
(3) Perlindungan dari paparan kebakaran.
(4) Pencegahan kebakaran (penyebaran api atau peledakan).Keterbatasan
Spray-Air diperlukan pertimbangan khusus untuk :
(5) Bahan-bahan dengan temperatur tinggi atau mempunyai batas
distilasi yang lebar.
(6) Bahan bakar yang larut dalam air.
(7) Tidak boleh digunakan langsung untuk bahan yang mudah bereaksi
dengan air, contoh : Sodium metallic, Calcium yang menghasilkan uap
panas.
(8) LNG (pada temperatur Cryogenic) yang akan mendidih secara
tiba-tiba.
Desain sistim spray - air harus disesuaikan dengan NFPA 15. Hal-hal penting
yang perlu diperhitungkan antara lain :
(1) Pada area proses dimana mungkin terjadi ledakan penyebaran uap (vapor
cloud), pipa-pipa spray -air dan flange yang di las harus dipakai. Bila
memungkinkan, spray air harus dilindungi dari kerusakan akibat ledakan
dengan menempatkan dekat kolom-kolom, balok-balok struktur yang ada.
Untuk pipa diameter 2 inch (5 cm) dapat menggunakan sambungan ulir.
(2) Pengaktipan sistim spray - air dapat dilakukan secara otomatis atau manual.
Bila dipakai pengaktipan otomatis, pemakaian sistim "pilot head" lebih
banyak digunakan.
(3) Semua pengaktipan secara manual harus dapat dilakukan dari jauh (remote
tripping device) yang dihubungkan ke valve. Trip station harus siap untuk
digunakan dan kelihatan dengan jelas (pada route penyelamatan personil).

d) Sistim Pemadam Busa


(1) Busa Pengembangan Rendah
Sistim Pemadam Busa pengembangan rendah umumnya dipakai
untuk perlindungan kapal tangki pengangkut BBM. Busa tidak bisa
untuk pemadaman minyak dan gas yang bertekanan.
FIXED SYSTEM (sistim tetap)
Adalah sistim yang mempunyai instalasi lengkap, dari pusat station busa,
sistim perpipaan dan penyaluran-penyaluran sampai keluar (outlets) pada
bahaya yang dilindungi, disiapkan pompa yang dipasang tetap.
44
FOAM CANNON (MONITOR) dan HANDLINES Tangki muatan kapal
dilengkapi dengan foam cannon (Monitor) pada decknya
mensupplai dengan konsentrasi dari tangki penyimpanan busa yang
terpisah. Umumnya alat itu diletakkan pada plat form dan jangkauan
semprotan setiap cannon overlap satu sama lainnya, hal ini untuk
melindungi personil masuk kedalam daerah deck. Foam monitor dan
Handline baik secara tetap (fixed atau portable monitor atau hose
stream). Cocok digunakan untuk pemadaman tumpahan minyak di area
kebakaran yang beresiko tinggi. Jenis-jenisnya :
(a) Fixed Monitor (Cannon).
(b) Foam Hose Stream {Handline).
(c) Foam Monitor Stream.
(d) Handline (berupa selang dan nozzle)
(e) Portable Monitor (Cannon). Jenis foam monitor (cannon) diperlihatkan
pada gambar di bawah ini.
(2) Sistim Pemadam Busa - Pengembangan Tinggi Busa pengembangan tinggi
memiliki ratio pengembangan antara 100 - 1000 berbanding 1. Pada
dasarnya sifat-sifat busa adalah sama bagaimana pun
terbentuknya bila dihasilkan dengan udara bersih.
Perbedaannya adalah daya menahan air (W ater Retention Ability) yang
merupakan sarana yang utama dalam menentukan hasil dari High
Expansion Foam berkembang secara maksimal. Busa pengembangan tinggi
sangat cocok untuk memadamkan kebakaran pada permukaan cairan yang
mudah terbakar.
Faktor yang penting didalam perencanaan Sistim Busa Pengembangan
tinggi adalah :
(a) Kualitas dan kuantitas dari air yang tersedia.
(b) Daya tiup udara yang digunakan sebagai pengembangan (Foam
Generator).
(c) Sarana pengisian cairan busa.
(d) Sarana penyalur / pencurahan busa ke dalam tempat yang dilindungi.
Busa pengembangan tinggi tidak boleh digunakan pada bahan bakar
yang mengandung bahan yang dapat merusak busa atau akan
menimbulkan bahaya, antara lain :
Bahan kimia seperti Cellulose Nitrate, Oxidator.
Instalasi listrik.
Logam yang reaktip terhadap air seperti Sodium (Na), Pottasium (K)
Bahan yang reaktip terhadap air (Hazardous water reactive material) seperti
Tricthyl aluminum dan Phosphorus Pentoxide).
High Expantion Foam Generator
Sampai saat ini busa generator untuk HEFG terdapat 2 (dua) jenis,
tergantung kepada cara memasukkan udara ke dalam proses pembuatan
busa itu sendiri, yaitu Aspirator dan jenis Blower.

45
e) Sistim Tepung Kimia (DRY CHEMICAL SYSTEM)

46
Sistim pemadam dengan tepung kimia kering (dry chemical) pertama didaftar
oleh Underwriters Laboratories pada bulan Oktober 1954 dan NFPA standard
sebagai standar sementara pada tahun 1956.
Dry Chemical sebagai media pemadam kebakaran digunakan untuk
pemadam kebakaran :
• Bahan padat biasa (Ordinary combustible material) Contoh : kertas, kayu
dan textil.
• Cairan yang mudah terbakar (flammable liquids)
• Gas-gas yang mudah terbakar.
• Peralatan-peralatan listrik.
• Logam (menggunakan Dry Powder khusus).
(1) Lokasi dan Perencanaan Instalasi
Dry chemical tank dan gas pendorong harus terlebih dahulu dekat dengan
daerah yang dilindungi, namun harus terhindar dari kemungkinan terkena
sumber bahaya.
(2) Peralatan Operasi
Peralatan operasi yang diperlukan untuk memberi-kan tekanan pada Dry
Chemical Tank atau membuka katup penyalur dry chemical apabila
Pressurezed Gas Cylinder.
Pada sistim instalasi tetap, maka biasanya mekanik, untuk dapat
membuka gas cartridge untuk menekan dry chemical dalam tangki atau
membuka katup saluran tepung kimia pada system pressurized gas
cylinder.
(3) Piping dan Fitting
Sistim distribusi dan sambungan tepung kimia menggunakan pipa
galvanized steel schedule 40, dalam pengaturan pipanisasi harus
diperhitungkan agar seimbang pressure drop dari satu
nozzle dengan nozzle lainnya.
Hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
(a) Cast Iron tidak boleh dipakai.
(b) Flexible piping (hose) harus yang khusus untuk digunakan pada
tepung kimia.
(c) Pipa yang akan dipasang ditempat yang bertemperatur dinding harus
dilindungi dari tumpahan Cryogenic liquid.
(d) Untuk menghindari aliran tepung kimia agar tidak macet pada aliran
pipa, maka harus menggunakan pipa T, yaitu tepung kimia masuk dari
satu jalur dan keluar melalui dua jalur.
(4) Piping dan Nozzle
Penggunaan pipa harus sesuai dengan tipe aplikasinya. Diameter
pipa dan ukuran Nozzle bergantung kepada besarnya tekanan
dari tepung kimia.Besarnya aliran untuk seluruh sistim harus
seimbang, hal ini menandakan suatu sistim yang benar.

47
(5) Metoda Pemadam
Ada 2 metode dasar untuk penggunaan tepung kimia kering sebagai media
pemadam api.
Metode pertama adalah menyemburkan cukup tepung kimia kering
kedalam ruangan tertutup untuk menimbul-kan suatu kondisi pemadam
keseluruhan volume ruangan tersebut, metode ini yang disebut
pembanjiran total atau yang dikenal sebagai TOTAL FLOODING SYSTEM.
Metode yang kedua adalah menyemburkan tepung kimia kering langsung
ke objek yang terbakar untuk memadamkan tanpa berdasarkan pada
ruangan untuk menahan tepung kimia kering tersebut. Metode ini yang
disebut pemadaman setempat atau yang dikenal sebagai Local Application
System,
(a) Sistim pembanjiran total (total flooding system)
Prinsipnya mirip sistim pembanjiran total dengan carbon dioxide pada
system total flooding, tepung kimia kering disemburkan melalui suatu
nozzle yang telah dibuat sedemikian rupa (design) dan ditempat-kan
untuk dikembangkan dengan konsentrasi yang sama pada semua
bagian-bagian dari ruangan tertutup.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi sistim adalah :
• Jumlah minimum bahan kimia kering yang diperlukan.
• Kecepatan kritis pengaliran bahan kimia kering untuk
memadamkan.
• Batas atau jarak antar ujung pipa / nozzle. Faktor-faktor tersebut
secara langsung berhubungan dengan jenis tepung kimia
kering yang digunakan dalam sistim dan ' desain dari
peralatan.
(b) Sistim pemadaman setempat (local application system)
Pada sistim pemadaman setempat, tepung kimia kering disemprotkan
langsung kepermukaan yang terbakar melalui nozzle-nozzle yang
dibuat untuk sistim ini, yang diinginkan adalah dapat melindungi
seluruh area yang dapat terbakar dengan penempatan nozzle-nozzle
secara baik dan tepat..
(c) CO 2 SYSTEM
Beberapa kapal ada yang dilengkapi dengan alat pemadam
api tetap sistim CO 2 (Carbon Dioksida). CO Z adalah produk
komersial standar yang banyak digunakan dan tersedia dipasaran.
Pada temperatur normal, CO 2 tidak berbau, berwarna gas
lembam dengan density mendekati 50 % lebih berat dari density udara.
Sebagai media pemadam, CO 2 mempunyai beberapa
keunggulan :
Sebagai gas lembam, tidak membahayakan
Mempunyai daya pengisolir besar dan dapat dipakai dengan aman
pada peralatan listrik yang hidup.
Jika digunakan berupa gas dan akan meresap (penetrate) kedalam
dengan lain / selain dari pada itu tidak dapat dimasuki.

48
(1)) Bahaya-bahaya bagi PersoniI
Pengeluaran gas CO 2 dalam jumlah yang besar untuk
memadamkan kebakaran dapat membahayakan personil dengan
cara pengurangan kadar oksigen dan mengurangi penglihatan.
(b)) METODE PEMADAMAN
Total Flooding
Pada sistim total flooding, CO 2 disempurnakan melalui suatu
nozzle yang telah dibuat sedemikian rupa (didisain) dan
ditempatkan untuk dikembangkan dengan konsentrasi yang sama
pada semua bagian-bagian dari ruangan tertutup.
Local Application
Sistim Local Application adalah sistim pemadam CO 2 dengan
instalasi, perpipaan dan nozzle yang tetap, dimana CO 2 diarahkan
langsung pada obyek yang terbakar, Digunakan untuk kebakaran
bahan cair dan gas (yang menyala), bahan padat yang tipis (tidak
membara) dimana sumber bahaya tidak tertutup atau dalam
ruangan tetapi pemadaman tidak perlu sistim total flooding, misal
tangki penyimpanan, electrical transformer, vent gas dan
sebagainya. Penempatan :
• didalam ruangan (tertutup)
• tertutup sebagian
• diluar, dengan discharge yang tidak terpengaruh olah angin.
f) SISTIM PEMADAM HALON
Halon (Halogenated Hydrocarbon) adalah media pemadam yang dibuat
dan Hydrocarbon (methane atau ethane) dimana satu atau lebih atom-atom
Hydrocarbon diganti dengan atom-atom dan Halogen (Fluoro, Chlorine Bromine
dan Iodine) Dengan penggantian atom-atom tersebut maka halon tidak dapat
terbakar (non flammability) tetapi bersifat memadamkan kebakaran, yaitu
memutuskan reaksi rantai pembakaran denqan proses kimia. Halon berbentuk
cair pada temperatur biasa. Pemakaian untuk Pemadaman
(1) Bahan cairan atau gas yang mudah terbakar
(2) Kebakaran instalasi listrik
(3) Kebutuhan & media pemadam yang tetap bersih
(4) Bahan padat
(5) Bahan yang mempunyai nilai tinggi (bemarga), untuk menghmdari
kerusakan dan kerugian yang lebih besar
(6) Area yang selalu ditempati oteh orang/pekerja
(7) Karena penggunaan air atau media pemadam yang lainnya dibatasi atau
tidak boleh digunakan
Keterbatasan
(1) Bahan-bahan yang mengandung dan menghasilkan oksigen
sendiri ( oxidizing agent ) misal gunpowder, bahan bakar roket,
cellulose inhale, organic penoxide dan lam-lain.
(2) Logam-logam yang reaktif, contoh = Sodium, Potasium, Magnesium.
Titanium dll

49
(3) Logam-logam hidrida
Metode Pemadaman
• Pemadaman seluruh ruangan total flooding
Sistim total flooding ditujukan untuk tuang tertutup.Unsur-unsur yang
mempengaruhi perancangan sistim total flooding :
Kriteria bahaya, termasuk ukuran ruangan. volume bersih [net volume),
kelas bahaya kebakaran (fuels), batas temperatur. Ventilasi Area yang
relalif tidak tertutup (pintu /jendela) dan status penempatan.
• Pemadaman setempat ( local Application)
Sistim pemadaman setempat ditujukan untuk pemadaman langsung ke
obyek yang terbakar dan dapat menutup sekelilingnya dengan konsentrasi
yang tinggi. Sistim ini diperlukan karena sistem total flooding tidak sesuai
atau tidak efektif unluk jenis-jenis bahaya antara lain = tangki penyimpanan,
electric transformer vent, mesin proses dll.
Halon 1211 lebih cocok untuk sistim local application, dibending dengan
Halon 1301 karena penguapan yang lebih rendah, density cairan lebih tinggi

INSPECTION, TESTING AND SERVICING (Pemeriksaan, Pengujian dan


Pemeliharaan)
a. PORTABLE FIRE EXTINGUISHER (ALAT PEMADAM API
RINGAN/ JINJING )
Inspeksi APAR
Inspeksi ini secara umum mendatangi setiap alat pemadam dan
melakukan hal-hal berikut :
1) Pastikan bahwa alat pemadam api berada pada lempat yang sesuai
/tepat. Pemeriksaan ini juga unluk meyakinkan bahwa
alat pemadam api sebuah dengan bahayanya. Sebagai contoh sebuah
alat pemadam api dengan bahan pemadam yang mudah dilalui
arus listnk seperti air, tidak boleh ditempatkan di papan penghubung
bertegangan tinggi
2) Pastikan bahwa jalan menuju alat pemadam dan pandangan ke alat
tersebut tidak terhalang Diperlukan kewaspadaan yang tepat untuk
meyakinkan hal lersebut. seperti pengaturan perpmdahan ruangan. alat
pemadam api tidak boleh terhalang
3) Pastikan bahwa pengoperasian alat pemadaTn api jelas terlihat.
4) Pastikan bahwa penyeka! atau alat penunjuk masih utuh, hal mi selalu
disarankan suatu tankan perlahan pada kawat atau plastik seyel unluk
meyakinkan bahwa alat tersebut tidak putus. Bilamana alat tersebut
sudah putus rJiperHikan pemeriksaan lebih lanjut. Iakukan tata cara
perawatan alat pemadam api
5) Pastikan bahwa alat pengukur tekanan berada dalam batas normal.
6) Catat adanya kerusakan phisik yang tampak Ini adalah pengamatan
visual secara cepat untuk menehti kerusakan phisik yang tampak seperli
korosi, pecah selang atau tabung melekuk-lekuk.

50
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (Jinjing)
Pemeliharaan harus termasuk seluruh pengujian dan bagian-bagian mekanis
alat pemadam api ringan, zat/unsur pemadam yang ada di dalam tabung dan
alat pendorongnya Tujuan dan perencanaan pemeliharaan adalah untuk
memastikan agar alat pemadam dapat beroperasi dengan baik dan bukan
merupakan suatu sumber bahaya bagi operator maupun orang lain
didekatnya.
Daftar periksa dan Pemeliharaan Alat Pemadain Api benkut (label
13 1) adalah dibuat dan Appendix NhPA-1C. Standard for Porlable Fire
Extinguisher Keterangan dibagi atas dua bagian :
• Bagian-baqian mekanis
• Bahan / unsur pemadam dan alat pendorongnya
Setiap butir dan daftar akan diperiksa lermasuk usaha perbaikan seperti
dalam daftai penksa Prosedur lehih lengkap pelaksanaan usaha peibaikan
tidak dicantumkan dismi karena beraneka lagam pabrik pembuat alal
pemadam
Keterangan khusus tergantung dari instrukai pcmbuat alat pem ad am
b. FIXED FIRE EXTINGUISHER INSTALATION (ALAT PEMADAM
KEBAKARAN TETAP)
Pengertian
Pemeriksaan alau inspeksi secara Visual dimaksudkan untuk untuk
mengetahui lebih diri kemungkinan kerusakan sebelum diadakan pengujian
(test)
Pemeliharaan (Maintenance) dimaksudkan untuk membersihkan, merawat,
pelumasan dan mengganti komponen-komponen sesuai program yang telah
ditentukan Diharapkan dengan pemeliharaan yang tepat dan rutin maka
sistim akan selalu terjaga keandalan pengoperasiannya dan Ready for Used
Contoh Pemeriksaan Visual, Pengujian dan Pemeliharaan untuk sistim
Sprinkler air.
PEMERIKSAAN VISUAL
Setiap bulan
- Periksa segel Control Value
- Periksa kerangan pemasok air, yakinkan dalam keadaan
terbuka
- Periksa kondisi KPA (Sprinkler head)
PENGUJIAN
Perlu dilakukan pengujian secara berkala dengan menggunakan
blanko yang tersedia.Uji aliran terhadap pencerat utama (Main drains)
Ini termasuk mencatat tekanan pada pengukur (gauge) yang ada
dibagian bawah kerangan sprinkler, mengoperasikan tekanan
pasokan

51
PEMELIHARAAN
Triwulan
Bersihkan dan coba kerangan-kerangan dan dudukkan indikator.
Tahunan
Semua Sistim Sprinkler
 Lumasi semua ulir kerangan clengan menggimakan grafit atau campuran
grafit dengan mmyak ringan
 Bersihkan saringan
g) PROSEDUR PEMADAMAN KEBAKARAN
KEBAKARAN KAPAL SELAMA PELAYARAN
Setiap personil yang menemukan kebakaran di atas kapal harus
segera membunyikan alarm dan datang untuk memadamkan
kebakaran serta menutup suplai udara sebanyak mungkin yang ada. Personil
tidak harus memadamkan kebakaran . Suatu tanda isyarat bahaya
'XXX" atau "PAN PAN PAN" sebaiknya dikirimkan dengan memberi
informasi posisi kapal yang akurat. Tanda ini tidak memerlukan kapal lain
untuk datang membantu, namun kapal-kapal lain tersebut boleh
menyiapkan diri untuk menyimpang haluan semulanya ke arah kapal
yang mengirimkan isyarat bahaya tersebut .
a. Kebakaran di ruang Akomodasi
Harus ditangani secepatnya |ika diperlimbangkan banyak material-material
yang mudah menyala ada di ruang tersebut dan sulit untuk mengisolasikan
oksigen. Pintu-pmtu jendela-sebaiknya ditutup dan sistim ventilasi dimatikan
b. Kebakaran di kamar mesin
Kebakaran di kamar mesin memungkinkan banyak minyak terbakar. Jika
kebakaran kecil tidak dapat dipadamkan dengan APAR yang tersedia maka
supply bahan bakar, ventilasi harus dimatikan dan jendela atas (skylights)
ditutup,
c. Kebakaran di Palkah
Jika kebakaran dideteksi oleh Fire Delector, biasanya akan lebih
baik tidak membuka lubang palkah (Hatches) tetapi tetap
menyemprotkan gas (CO atau Halon jangan dibuka hingga kapal
sampai di pelabuhan dan regu pemadam dapat tiba dipelabuhan.
d. Kebakaran di dapur
Kebakaran di dapur kemungkinan berhubungan dengan panas fat
dan minyak penggorengan. Foam dan CO2 adalah media yang
paling cocok kebakaran ini.Air jangan digunakan untuk memadamkan
kebakaran fat.

52
KAPAL YANG MENGANGKUT BARANG BERBAHAYA
Perlu untuk mengelompokkan baiang-barang bahaya dalam penyimpanan
sedemikian rupa, sehingga ruang muatan kapal dapat dimanfaatkan sebaik-
baiknya dan aman
Mengabaikan sifat-sifat fisik dan kimia dan barang-barang berbahaya yang
dimuat potensi mendatangkan bahaya seperli :
• kebakaran
• peledakan
• pengeluaran gas beracun uap dan debu
Oleh karenanya dalam konvensi internasional SOLAS 1974. Bab VII
perihal 'Pengangkutan baranq-barang berbahaya". barang-barang tersebut
diklasifikasikan kedalam 9 kelas sebagai berikut :
Kelas 1 - bahan-bahan peledak
Kelas 2 - gas yang dikompres dicairkan atau dilarutkan dibawah tekanan
Kelas 3 - cairan-cairan yang mudah menyala
Kelas 4.1 - barang padat yang mudah menyala
Kelas 4.2 - bahan-bahan yang dapat terbakar secara spontan
Kelas 4.3 - bahan-bahan yang kalau tersentuh air, mengeluarkan gas yang
mudah menyala
Kelas 5.1 - bahan-bahan yang mengoksida
Kelas 5.2 - peroxida organik
Kelas 5.1 - zat-zat beracun
Kelas 6.2 - bahan-bahan yang menimbulkan infeksi
Kelas 7 - bahan-bahan radio aktif

53
Kelas 8 - bahan / zat yang mengakibatkan korosi
Kelas 9 - bahan / zat berbahaya lainnya yang menurut pengalaman terbukti
atau dapat terbukti mempunyai sifat bcrhahaya sehingga ketenUian
mi berlaku baginya
Pelaut yang profesional harus paham akan sifat dan karakteristik setiap
produk tersebut
Kesalahan dalam penanganan muatan barang berbahaya dapat
berakibat fatal bagi personil kapal, harta benda dan lingkungan

h) PROSES BAHAYA DALAM PEMADAMAN KEBAKARAN


1. PENDAHULUAN
Banyak faktor yang mengkontribusi adanya bahaya-bahaya kebakaran disuatu
tempat : kecepatan penyalaan kebakaran, pelepasan panas,asap,gas-gas
beracun dan sirkulasi gas-gas yang terbakar adalah penting untuk diketahui.
Sebuah kapal yang terbakar sesungguhnya terisolir dan menghadapi masalah-
masalah yang harus diatasi sendiri, jika tidak dapat menimbulkan bahaya
yang lebih besar lagi.
Pertumbuhan industri sintetis plastik dalam beberapa dekade ini
menyediakan banyak produk untuk digunakan sebagai fumishing dan
kontruksi.
Material polymeric pada plastik-plastik bila terbakar mengeluarkan
elemen-elemen kimia dan dapat meningkatkan efek pada tubuh,Tidak sama
halnya dengan material-material tradisional.
Meningkatnya penggunaan material-material organic polymeric pada
kontruksi dan furnishing kapal dapat menambah resiko kebakaran juga
menimbulkan banyak asap dan gas-gas beracun Belakangan ini kebakaran
ruang kamar mesin dan ruang akomodasi meningkat secara signifikan selama
tahun 1982 dan 1933 40 % kebakaran serius menimbulkan asap dan racun
gas-gas berbahaya yang terjadi di ruang akomodasi terutama malam hari.
Asap yang ditimbulkan pada tahap awal kebakaran dapat dideteksi oleh
detector kebakaran namun jika asap terus meningkat
mengakibatkan ketidakmungkinan untuk mengontrol asalnya api,yang
akhirnya sulit pula memadamkan dengan APAR .
Dengan bertambah besarnya api akan mengabutkan penglihatan Escape
Routes' dan efek gas-gas beracun yang dikeluarkannya memberi kontribusi
kehilangan jiwa manusia.Seperti halnya efek serius yang dialami dalam operasi
pemadaman pada kapal Scandinavian Sea" di Port Canavaral pada tanggal 09
Tularel 1934 clan kapal "Scandinavian Sun" di Miami pada tanggal 21 Agustus
1984. asap tebal yang dihasilkan dan kebakaran tersebut mengakibatkan
penglihatan terbatas sehingga regu pemadam mengalami serius kesulitan
menemukan sumber penyalaan api,
2. DRY DISTILLATION
Pengertian Dry Distillation adalah proses pembakaran material-
material yang terbakar pada suatu keadaan dimana oksigennya kurang
mencukupi untuk mendukung tercapainya pembakaran yang lengkap
(sempurna).
Contoh dari hasil Dry Distillation ini adalah Arang (Charcoal)

54
a. Tahapan kejadian-kejadian dari bahaya Dry Destination
Kebakaran didalam riiangan tertutup

Panas meningkat tetapi pembakaran tidak sempurna

Membuka ruangan, udara segar dan luar masuk

Mengakibatkan penyemburan api melalui pintu yang terbuka

Orang-orang yang masuk akan terluka atau terbakar kecuali mereka
dilindungi.

b. Mengurangi bahaya-bahaya Dry Distillation


1) lakukan pendinginan (cooling) kompartemen bagian luarnya dengan
air
2) masuk ke kompartemen dengan posisi membungkukkan badan rendah
dibelakang tirai air (water nozzle).
3) langsung menyemprotkan air (semi jet) ke atap etenit (ceiling)
dari ruangan yang terbakar.
UntuK mencegah Dry Distillation, tindakan harus dilakukan segera
begitu melitiat asap keluar dari mang yang tertutup.

3. CHEMICAL REACTION (REAKSI KIMIA)


a. Bahaya Kebakaran
Selain menimbulkan panas yang tinggi, kebakaran gas beracun, asap yang
tebal akan mengganggu seseorang untuk melarikan diri dan pula menghambat
gerakan pasukan pemadam kebakaran
Gas beracun yang dihasilkan oleh proses kebakaran merupakan yang paling
berbahaya Karbon monoksida (CO), basil pembakaran zat organik yang lidak
sempurna, tidak berbau, amal beracun, dapat berbahaya pada awal terjadinya
kebakaran. Da1a slatislik menunjukkan bahwa banyak orang meninggal karena
keracunari produk kebakaran daripada kena panas atau kejatuhan dinding atau
atap. Unsur seperti klor, belerang, nitrogen yang ada dalam bahan mudah
terbakar, adalah penyebab timbulnya gas-gas beracun dan iritant PVC yang
terbakar, akan menghasilkan separoh beratnya berupa gas hidrogen klorida
(Hcl) yang iritant Polimer mengandung nilrogen seperti busa poliuretan dapat
menghasilkan gas amat beracun hidrogen siamda {HCN) Dismi dapat kita lihat
hubungan yang erat antara pence^ahan dan penanggulangan kebakaran dan
keselamatan manusianya (toksikologj) dan menunjukkan adanya bidang
multidisiplin dalam hal keselamatan dan kesebatan serta higene Karena
sekarang banyak dipakai bahan sintetis polimers dan pemakaian busa
poliuretan untuk furniture, maka perlu lebih banyak diberikan perhatian pada
cara pencegahan dan penanggulangan kebakarannya.

55
b. Peledakan
Peledakan atau eksplosi didefinisikan sebagai proses pertambahan tekanan yang
amat cepat dan suatu yang terbatas. sebagai akibat adanya reakai ekaotermis dan
menghasiJkan gas dalam jumlah besar Dapat juga didefinisikan singkat sebagai
pelepasan enerqi secara amat cepat Sumber energi peledakan dapat bervariasj,
dan pemanasan sekaleng dagmg sampai pada energi dari gas yang bertekanan
tmggi. Reaksi nuklir, reaksi pengurahan atau ekspansi panas dan proses
polimerisasi. semua itu dapat menimbulkan eksplosi, dengan syarat terjadi pada
saat yang pendek atau tfba-tiba, Energi lain akan dilepaskan dan akan dipakai
sebagai suatu proses kerja, penghancuran, gelombang, goncangan. Dan
sebagainya. Bergantung pada sumber energi, eksplosi dapat dibagi dalam
beberapa jenis, yakni :
EKSPLOSI

FISIKA KIMIA
EKSPANSI PANAS
HANCURNYA SUATU WADAH BERTEKANAN

UNIFORM PROPAGASI
REAKSI EKSOTERM IS
DEKOMP0SISI
POLIMERISASI

DEFLAGRASI DETONASI

Peledakan kimia jenis propagasi yang sering banyak diperhatikan adalah


disebabkan oleh terbakarnya campuran gas / Lidsra alau gas / oksigen. Sedang
dalam detonasi, gelombang goncangan berjslan dengan kecepatan supersonik
atau melebihi kecepatan suara Pada deflagrasi kecepatan gerakan goncangan
lebih lamban. Deflagasi dapat menghasilkan tekanan eksplosi 7 atm. sedang
detonasi dapat mencapai tekanan puncak kira-kira 20 aim
Untuk campuran bahan bakar / udara, kedua modes eksplosi deflagasi dan
delonasi dapat lerjadi. Mana yang akan terjadi, amat bergantung pada beberapa
faktor, diantaranya sumber energi, kekasaran, panjang, diameter dan pipa atau
wadah, demikian pula tekanan, suhu dan komposisi campuran gas. Untuk
mencegah eksplosi prinsip yang sama dalam mencegah kebakaran dapat dipakai.
Adanya bahan bakar, udara dan panas secara simultan harus dapat
dicegah.Terutama kondisi berbahaya adalah tangki bekas bahan bakar Bahan
bakar sisa pada dasar langki menguap membentuk campuran gas / udara
yang sesuai dengan daerab flamabel Ledakan dahsyal dapat terjadi bila dinyalakan
Ledakan jenis ini lidak terbatas pada tangki penyimpanan bahan bakar. Tumpahan
bahan bakar dalam kamar mesin dgpat juga meng-hasilkan ledakan yang akan
menghancurkan ruangan tersebul. Untuk mencegah hal mi, hamslah amat berhati-
hati untuk mencegah tumpahan atau segera menyerap dengan pasir dan serbuk
gergaji Selanjutnya dibuang atau dibakar dengan aman ditempal terbuka yang jauh
dan aktivitas manusia. Eksplosi uap / udara dapal juga terjadi bila bahan bakar
padal, seperti kayu plastik dipanaskan dalam ruang tertutup dan kekurangan udara

56
Uap yang tidak Lerbakar sebagai hasil pirolisa dan bahan bakar padat dapat
bercampur dengan udara, dan ledakan dapat terjadi dan sumber yang ada.
c. Auto Ignation Temperature
Dalam praktek, permukaan panas dapat amat bervariasi dalam bentuk dan
ukurannya serta suhunya. Faktor ini bersamaan dengan sifat kemudahan terbakar
campuran gas akan menentukan apakah kebakaran dapat terjadi atau tidak
Permukaan panas dapat bervanasi dari yang amat tuas seperti permukaan oven
alau pipa panas sampai pada mesin kendaraan dan pompa yang terlalu panas
sampai pada sumber yang amat kecil seperti pada filament listrik, loncatan api
pada saat pemotongan logam dan pengelasan. Pada umumnya permukaan panas
memerlukan suhu yang lebih dari pada suhu bakar sendiri (auto - ignition) dan
campuran flamabel unluk dapat terjadi proses penyataan Titik bakar sendm {auto
ignition temperature - AIT) adalah suhu dimana suatu zat dapat menyala dengan
sendirinya dan terus terbakar tanpa ada api dan luar Terdapat banyak data AIT
untuk berbagai zat organik dan beberapa zat organik mempunyai AIT yang cukup
rendah seperti etil nitrit 90°C, karbon disulfida 102 U C dan asetaldehida 140 °C
Namun demikian, auhu bakar di atas dapat lebih rendah apabila kontrak antara
sumber panas dan gas flammabel lebih lama, alau gas campuran tersebut diaduk.
Demikian juga akibat adanya aksi katalist, proses penyalaan dapat lerjadi pada
suhu dibawah AIT Ini dapat kila perhatikan bila daiam kecelakaan mobil dimana
bensin tumpah dan campuran gas bensin/ udara kontak dengan besi panas
(knalpot), kebakaran akan dapat terjadi setelah beberapa merit, meskipun suhu
knalpot hanya kira-kira 200 0 C

4. FIRE IN BOILER (KEBAKARAN DI BOILER)


a. Kemungkinan lokasi terjadinya kebakaran :
• Diluar Furnace
• Didalam Furnace
• Di Ekonoiniser
• Di Funel.
b. Sebab-sebab :
Diluar Furnace :
 Kebocoran lislrik dan busi / spareplug
 Secara manual (permbakaran tanpa busi)
 Kebocoran mmyak dari brander diluar furnace atau adanya
 minyak ditempat penampungan kebocoran
 Terdapat bahan-bahan yarig mudah terbakar disekitar
 tempat pembakaran (misal : majun, kertas dll)
 Udara dari blower / fan tidak seimbang
 Kesalahan pengoperasian
Di dalam Furnace :
• Kebocoran minyak dan brander diluar furnace
• Kesalaban perigoperasran

57
Di Ekonomiser :
­ Terdapat banyak carbon-carbon basil pembakaran yang tidak
sempurna.
Di Funel :
­ Di dalam FuneI terdapat banyak carbon-carbon dari hasil pembakaran
yang tidak sempurna.

i) PERTOLONGAN PERTAMA
PENDAHULUAN
P3K dikapal adalah pertolongan pertama yang diberikan kepada korban yang
mendapat keelakaan sebelum diangkut ke rumah sakit .
1. Tujuan P3K
1) Mengurangi resiko kematian dengan jalan memulihkan pernafasan
dan menghentikan perdafahan
2) Mencegah terjadinya cidera yang lebih parah
3) Mencegah ter|adinya kecacalan bagi si korban
4) Mencegah terjadinya komplikasi seperti :
Kerusakan jaringan lebih luas akibat patah tulang karena salah
angkat
5) Mencegah bahaya akibat infeksi (Kehamaan)
6) Meringankan pendentaan bagi si korban.
7) Melindungi korban dan bahaya-bahaya lain yang mengancam
2. Syarat-syarat Penolong
Syarat penolong harus mempunyai pengetahuan tentang
ketrampilan P3K untuk penolong perlu :
a) Mempelajan dasar-dasar pengetahuan dan ilmu P3K
b) Mengikuti latihan P3K berulang kali dan tetatur
c) Dapat mempergunakan alat yang ada disekitar tempat kejadian
sebagai alal penolong
3. Sikap Seorang Penolong
a) Tidak boleh panik, harus sabar dan tenang
b) Waspada akan keadaan disekitar tempat kecelakaan
c) Selalu waspada akan keadaan si korban.
d) Dapat menenangkan si korban
e) Melaporkan setelah selesai memberikan pertolongan dengan cara
• Mencatat identitas korban
• Mencatal waktu dan lempat kejadian
• Mencatat pertolongan yang telah memberikan Itu semua merupakan
bahan laporan baik untuk pihak Rumah Sakit ataupun pihak
berwajib apabila diperlukan.

58
4. Prioritas tindakan
Siapapun di kapal bila menemukan korban kecelakaan, prioritaskan tindakan
pada korban yang tidak sadarkan diri dan memberikan pernafasan buatan
berdasar pengetahuan dasar setiap pelaut.
Harus diutamakan menyelamatkan jiwa manusia hingga petugas yang
berkepentingan datang membantu.
a) Jaga diri anda, jangan menjadi korban berikutnya
b) Jika diperlukan, bawa korban dan daerah bahaya atau bebaskan
korban dan bahaya yang ada (misal kecelakaan di ruangan tertutup)
gunakan Breathing Apparatus jika diduga adanya gas-gas beracun di
daerah tersebut
c) Jika hanya ada 1 korban yang tidak sadarkan diri (pingsan):
• Berikan segera pengobatan hanya pada korban yang pingsan.
• Segera bawa korban untuk diberi perlolongan febih lanjut
d) Jika ada korban pingsan lebih dari 1 orang :
• Memulai memberi pengobatan diutamakan pada koban yang paling
parah, dalarn hal: Berhenti pernafasan / jantung, Tidak sadar diri
(pingsan)
• Segera kirim korban untuk diberi perlolongan lebih lanjut
e) Jika korbari berada di ruang terbatas (tertutup)
• Jangan masuk ke ruang tertutup kecuali anda anggota team rescue yang
sudah dilatih yang bertindak atas instruksi.
• Kirim korban untuk diberi perlolongan lebih lanjut dan
beritahu Nakhoda
5. C.P.R. (CARDIO PULMORY RESCUCIATATION)
CARDIO ====> Jantung
PULMO === = > Paru-paru
RESCUSCITATION ====> Tindakan I perawatan
1. Definisi
Cardio Pulmonary Rescuscitation lalah suatu tindakan / pertolongan
perlama pada orang yang mengalami henti jantung serta paru-paru secara
tepat, cepat dan sistimatis.
2. Tujuan
Mengaktifkan kembali sistem perdarahan darah / fungsi |antung serla
sirkulasi oksigen /fungsi paru paru.
3. Prinsip Penanganan CPR
a) Air Way Opened
b) Breathing Restored
c) Circulation restored
d) Drugs(alat-alat)
e) Equipment (alat)
f) Fluid(cairan)
59
g) Gauge(penilaian)
h) Hypothermia (suhu)

Pernafasan dari mulut ke mulut

Pijat Jantung
Adalah suatu tindakan / pertolongan pertama pada orang yang mengalami
henti jantung serta paru-paru secara tepat, cepat dan sistimatis
Tujuannya untuk mengaktifkan kembali sistim peredaran darah / fungsi
jantung serta sirkulasi oxigen/fungsi paru-paru
Sebab henti jantung dan paru-paru :
a) Serangan jantung
b) Terkena sengatan arus listrik.
c) Keracunan
d) Dan lain-lain hal yang mengakibatkan berhentinya jantung dan paru-paru
Cara mengetahui henti Jantung dan Pernafasan
a) Pernafasan
b) Jantung

60
CPR yang dilakukan dua orang

ASPHYXIA
Asphyxia adalah keadaan tidak sadar dan sebagai akibat kekurangan zat
asam (O 2 ) dan kelebihan zat asam arang (CO 2 ) di dalam darah dan jaringan
tubuh.
1. Penyebab terjadi Asphyxia :
Sebagian besar tertelan dan terhirup karena keracunan kimia yang dapat
melalui jalan tertelan (Ingestion) atau terhirup (Inhalation):
 Jalan udara yang terlutup oleh muntah, darah atau lendir
 Halangan untuk bernafas oleh karena tenggorokan atau jalan udara
yang mengalami kejang olot
 Cairan di dalam rongga udara paru-paru disebabkan karena iritasi
debu misal Ammonia atau Chlorine
 Keracunan darah misalkan oleh karena Carbon Monoxide, Cyanides
atau Aniline yang menyebar pengenal Q 2 terganggu
 Keracunan pada mekanisme saluran pernafasan atau otak
 Gas-gas yang tidak mendukung kehidupan karena hadirnya gas
tersebut dalam atmosfir misal CO 2, N 2 , dan H 2.

61
2. Diagnosis {Tanda-tanda klinis)
 Kesulitan bernafas, kemudian melemah dan berhenti
 Denyut nadi cepat, biasanya di atas 100 permenit
 Kulit membiru dengan warna ungu pada bibir dan lidah
 Korban akan muntah muntah pada awalnya tetapi kemudian menjadi
kapatis dengan otol-ototnya melemah.
 Pupil mata akan bereaksi bila kena sinar pada awalnya
 Jika pupil melebar dan tidak bereaksi terhadap sinar, maka
hidupnya terancam
SHOCK
1) Sebab-sebab :
 Kehilangan darah yang banyak (luka parah) / Shock
 Kehilangan cairan tubuh yang banyak
 Kesakitan yang hebat (cedera. patah lulang)
 Tekanan emosi, ketakutan, terkejut
 Keracunan
 Mengalami setangan jantung
2) Tanda-tanda
 Kesadaran korban menurun.
 Nadi cepat (Jebih dan 140 / menit), lalu melemah lambat,
hilang
 Korban rnerasa mual mau muntah
 Kulit si korban dingin, lembab dan pucat
 Nafasnya dangkal, kadang tidak teratur
 Matanya suram, hampa tak bercahaya. manik melebar
3) Tindakan :
 Kenali tanda-tanda shock dan cari penyebabnya.
 Baringkan kepala lebih rendah, kecuali ada cedera otak
 Tarik lidah keluar, lalu ditekan atau diikat.
 Bersihkan rongga mulut dan sisa makanan /gigi palsu.
 Hentikan perdarahan bila ada (cara balut tekan)
 Pasang bidai bila ada patah tulang
 Tunggu pertolongan lebih lanjut dari regu penyelamat (team
Rescue)
LUKA BAKAR / COMBUSIO BURN
Benda benda biologi selama pembakaran akan mangeluarkan debu-debu
(asap) dan efek gas-gas yang membahayakan manusia serta panasnya
mengakibatkan luka yang serius (trauma). Dalam luka bakar yang
serius (parah) nyawa korban terancam dikarenakan Shock karena

62
kehilangan cairan dan gangguan dalam keseimbangan elekrolit serta
Infeksi
1. Luka bakar Panas (Thermal)
Parahnya luka bakar, begitu juga caranya pengobatan tergantung pada
dalam dan luas luka itu dan keselamatan si korban sangat tergantung atas
luasnya luka bakar yang dideritanya
Beratnya luka bakar
Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya
pajanan suhu tinggi. Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju yang
ikut terbakar juga memperdalam luka bakar. Bahan yang paling aman
adalah yang terbuat dari bulu domba
Luka bakar dibagi atas tiga tingkat. yaitu .
1) Luka bakar tingkat pertama
Tanda-tanda :
 Warna kulit kemerah-merahan
 Kulit merasa nyeri pada 24 jam pertama
 Mungkin sampai bengkak tetapi tidak luka
Tindakan P3K :
 Merendam atau diguyur dengan air dingin
 Kulit diolesi salep yang tidak berlemak. mengandung obat bius.
2) Luka bakar tingkat ke dua
Tanda-tanda:
 Kulit melepuh dan mudah pecah
 Rasa nyeri seperti tertusuk jarum.
 Bengkak
Tindakan P3K
 Guyur atau rendam dengan air dingin
 Jangan gunakan salep atau minyak
 Pakaian harus dibuka pada bagian-bagian yang terbakar
 Balutlah luka itu tanpa membuang sisa-sisa kain itu sampai si
korban tiba di Rumah Sakit
3) Luka bakar tingkat ketiga
Tanda-tandanya :
 Kulit berwarna hitam. kering atau bila kulitnya sudah terkelupas
akan berwarna pucat kuning I putih.
 Pada test tusuk jarum tak terasa sakit
 Tampak pembuluh darah yang mati
 Demam kehilangan cairan dan protein dari permukaan yang
terbakar.
 Bila tidak serius ditangani. maka akan berakibat fatal

63
Tindakan P3K
 Sama saja dengan menangani kasus luka bakar tingkat
kedua
 Secepatnya dikirim ke Kumah Sakit.
Luka Bakar sengatan Listrik
Luka bakar karena sengatan listrik dapat segera fata! (mati),
tetapi jika dapat bertahan hidup akan menimbulkan beberapa
masalah :
1) Penolong dapat terancam bahaya listrik kecuali sumber listriknya
dimatikan terlebih dahulu
2) Si korban memerlukan pertolongan segera untuk menghidup-kan
kembali henti jantung dan nafas dengan melakukan mouth to
mouth atau pijat jantung
3) Luka bakar ini biasanya dialami (tingkat ke 3) yang mungkin
adanya retak pada tubuh meskipun kecil. Pernafasan pada kondisi
ini melemah.
Tindakan P3K yang dilakukan sama dengan luka bakar tingkat
dua dan tiga.
Luka Bakar Kimia
Luka bakar ini disebabkan tersentuhnya bahan kimia yang dapat
berbentuk padat, cair dan gas-gas yang berbahaya (terhirup), yang
berlangsung terus menerus setelah terserap (absorp)
Tanda-tanda :
Sama dengan luka bakar panas
Daerah Luka bakar kimia yang berbahaya :
Pengobatan pada mata :
• Segera guyur mata dengan air bersih selama 10 - 15 menit.
• Teteskan 1- 2 "Anaesthetic eye drop"
• Lakukan berulang-ulang hingga cairan itu (obat) betul-betul
menutupi mata yang terkena
• 'Anti septic drop' diberikan 2 kali sehari selama 3 hari
berturut-turut
Pengobatan luka bakar kimia pada kulit
 Segera bilas dengan air pada bagian yang terkena
 Jika kulit kontak dengan acid, cuci dengan air sabun
atau cairan bicarbonate.
 Jika kulit kontak dengan alkali gunakan cuka apel. Jika kulit
kontak dongan phenol, gosokan dengan cairan alkohol
10%, kemudian di cuci dengan air sabun
 Tutup daerah yang terkena dengan perban yang dibasahi
dengan larutan Potasium Permanganat

64
Tanda-tanda bila terkontaminasi bahan kimia tersebut, dapat
berupa
 Pusing
 Sakit kepala
 Mual dan muntah
 Batuk yang terus menerus dan sakil bernafas
 Tidak sadarkan diri.
Terhirup debunya dapat mengakibatkan tubuh dengan cepat dan
tidak sadarkan diri.

J) PENYELIDIKAN DAN PELAPORAN KEBAKARAN


1. PENDAHULUAN
Penyelidikan kecelakaan merupakan bagian yang sangat pentinq dari suatu
program pencegahan kecelakaan hanya sayangnya hal ini sering tidak diketahui
maksudnya, sehingga timbul kesan " mencari kesalahan dan kambing hitam "

2. TUJUAN PENYELIDIKAN
Suatu penyelidikan kecelakaan yang efektif seharusnya dapat
a. Menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi
Dari bukti-bukti terutama yang menjadi sengketa, antara pihak yang satu
dengan yang lain, akan mengungkapkan kejadian menjadi lebih jelas.
biasanya hal itu akan di dukung oleh berbagai pernyataan tertulis
b. Menentukan sebab yang sebenarnya
Beberapa fakta yang memprihatinkan adalah bahwa sebagian besar
penyelidikan begitu rupa sehingga tidak ada gunanya. karena sebab yang
sebenarnya tidak diketemukan. waktu yang terpakai menjadi sia-sia.
c. Mengukur resiko
Penyelidikan yang baik akan memberikan dasar untuk menentukan
kemungkinan terulangnya kejadian serupa dan timbulnya potensi kerugian
yang besar. Hal ini penting dalam kaitannya dengan tindakan perbaikan dan
pencegahan selanjutnya
d. Mengembangkan tindakan kontrol
Pengendalian yang memadai untuk memperkecil dan meniadakan bahaya
akan timbul hanya bila didukung oleh hasil penyelidikan yang baik dan
sungguh-sungguh memecahkan masalah. Bila tidak maka masalah akan
selalu muncul walaupun dengan gejala yang berbeda.
3. Menentukan kecenderungan ( trend)
Memang ada beberapa accident dan incident merupakan kejadian yang
sungguh-sungguh tertutup, tetapi bila tersedia banyak laporan-laporan yang
baik maka bila dianalisa akan muncul kecenderungan yang pada gilirannya
akan mengungkap masalah tadi

65
4. Menunjukkan peran
Kecelakaan sering memberikan gambaran adanya ancaman terhadap
ketentraman kita. Suatu proses penyelidikan yang obyektif dan segera akan
dapat melegakan dan bahkan dapat memperbaiki hubungan antar karyawan
5. APAKAH YANG DISELIDIKI ?
Apa bentuknya setiap kecelakaan yang mengakibatkan kerugian serius, harus
segera diselidiki dengan tuntas. Banyak pihak dan orang yang mempunyai
kepentingan terhadap hasil penyelidikan tersebut demikian juga pengaruhnya
terhadap perusahaan, misalnya tindakan rehabilitas biaya, tanggung jawab dan
kerugian operasi maupun tindakan koreksi terhadap kekurangan-kekurangan
dalam sistem manajemen. Walaupun demikian, setiap accident harus selalu
diselidiki untuk mengetahui potensinya dalam menimbulkan kerugian. Kemudian
selidiki lebih lanjut dan konsentrasikan pada ''High Potential incident dan
accident agar kontrol yang memadai dapat dilakukan.
6. SIAPA YANG HARUS MELAKUKAN PENYELIDIKAN ?
a. Para Officer (line supervisor)
Para officer harus selalu dilibatkan dalam setiap penyelidikan kecelakaan.
Hal tersebut bukan sekedar menjadi tanggung jawabnya, lebih dari itu
menyelidiki kecelakaan yang melibatkan anak buahnya dan daerah
tanggung jawabnya adalah merupakan tugasnya. Mari kita lihat mengapa
demikian.
1) Officer sangat berkepentingan
Officer merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan
dan daerah kerjanya.
Incident akan mompengaruhi hasil kerja dan mutu serta efek-efek lain
dan pekerjaan yang mereka lakukan. Mereka harus menghadapi
masalah absensi orang yang cedera atau sakit, kerusakan peralatan,
kekurangan peralatan, atau mungkin bahan yang tercecer atau terbuang
percuma.
2) Officer mengetahui banyak tentang orang dan kondisi
Setiap hari mereka menggunakan sumber daya yang ada, mereka
membuat beberapa putusan yang melibatkan pemilihan standard,
schedule dan latihan. Mereka mengetahui hal-hal apa yang
mempengaruhi putusannya dan mereka mengetahui banyak informasi
tentang apa yang harus diperoleh dari penyelidikan.
3) Mereka faham sekali bagaimana dan dimana informasi yang
diperlukan tersebut diperoleh
Mereka mengetahui orang-orang mereka, 'siapa mengetahui apa'.
Mereka telah menentukan komunikasi dengan kelompok kerja yang lain.
Mereka mengetahui apa dan di mana catatan-catatan disimpan. Karena
itu mereka dapat memperoleh informasi yang tepat tentang kejadian dan
masalah yang mendasarinya secara lebih tepat.
4) Mereka akan memulai mengambil tindakan
Mereka akan menentukan apa yang akan dan yang tidak akan dikerjakan
serta mengapa. Mereka akan mengikuti perkembangan pelaksanaan
putusan dengan lebih baik apabila mereka dilibatkan dalam mengambil
putusan atau tindakan-tindakan perbaikan.

66
5) Mereka memperoleh manfaat dari penyelidikan, antara lain :
• Menunjukkan peran
Officer yang melaksanakan penyelidikan kecelakaan secara sadar
dan sungguh-sungguh merupakan bukti nyata dan perhatiannya
terhadap pelaut. Bila la gagal melaksanakan peran ini, banyak
masalah-masalah moral yang serius akan timbul.
• Meningkatkan produktivitas.
Semua insiden, kegiatan penyelidikan, tindakan darurat dan tindakan
perbaikan akan menyita jalannya operasi atau kerja. Bila para officer
melakukan semua hal tersebut secara efisien, gangguan terhadap
operasi akan kecil sekali dan bila pelaksanaan penyelidikan berjalan
baik, terhentinya operasi dimasa datang akan dapat dihindari.
• Menekan biaya operasi
Semua jenis cedera, kerusakan, bahan buangan. dan akibat lain dari
kecelakaan selalu menyita waktu dan biaya. Penyelidikan yang efektif
pada gilirannya akan menekan biaya operasi dengan keuntungan bagi
setiap orang.
 Menunjukkan adanya pengontrolan
Anak buah hanya akan datang kepada pimpinan yang dapat menanggapi
masalah dan idenya. Mereka hanya mengikult instruksi atasan yang
benar-benar mengemban tugas. Penghentian terhadap beberapa
perusahaan terkenal menunjukkan bahwa karyawan yang bekerja untuk
pengawas yang benar mengemban tugas memberikan kebanggaan yang
lebih tinggi juga tampak dimata anak buahnya telah menunjukkan fungsi
kontrol dalam tanggung jawabnya.
b. Master atau Manager Madya
Kadang kala penyelidikan kecelakaan memerlukan partisipasi dan top
manajemen terutama terhadap haI-haI tipikal sebagai berikut :
1) Kerugian yang besar atau kejadian yang sangat membahayakan
Beberapa situasi yang gawat selalu melibatkan officer, tetapi hal
tersebut tidak adil bila hanya meminta para officer untuk menyelesaikan
masalah yang memerlukan tingkat pengelahuan dan wewenang yang
lebih tinggi. Dan |uga kerugian yang besar mungkin akan menjadi pusat
perhatian, pemerintah dan masyarakat, pimpinan puncak atau pemilik
dimana informasi keluar perlu untuk disepakali oleh Manager tingkat
atas
2) W ilayah atau wawasannya melibatkan daerah kekuasaan officer
yang lain.
Menurut peraturan, kecelakaan harus diselidiki oleh pimpinan tingkat
rendah dengan wewenang yang mencakup seluruh operasi yang terkait
3) Tindakan perbaikannya memerlukan biaya yang besar dan
jangkauannya luas. Dalam kasus seperti ini, diperlukan pejabat yang
mempunyai wewenang yang lebih besar untuk mengembangkan
langkah-langkah yang lebih praktis dan efektif. Misalnya suatu
kecelakaan yang pengaruhnya sampai kepada perusahaan, daerah lain
atau melibatkan banyak pihak.
Pada situasi seperti diatas peranan officer masih sangat diperlukan yaitu
sebagai anggota tim penyelidik
67
c. Tenaga Ahli
Acap kali, pengetahuan khusus diperlukan di suatu penyelidikan. hal ini
dapat terjadi misalnya pada proses yang relatif baru, ada dugaan kerusakan
peralatan, adanya penggunaan bahan yang berbahaya atau situasi yang
rumit. Beberapa informasi mungkin diperlukan dari hasil analisa para ahli
tehnik. Tenaga ahli seperti ini akan menjadi penasehat dalam penyelidikan.
Demikian juga tentang petugas keselamatan yang dalam grup berperan
sebagai penasehat staf teknik dan dalam keadaan bagaimanapun putusan
ada ditangan Manager level tertentu.

7. LANGKAH-LANGKAH DALAM PENYELDIKAN


a. Berikut ini adalah langkah-laingkah yang harus diperhatikan oleh para
penyelidik seolah ia menerima berita tentang kecelakaan :
1) Bereaksi secara positif
2) Berikan perhatian khusus terhadap pengendalian
3) Bangkitkan partisipasi individu.
4) Catat keterangan yang berarti dan kembangkan
5) Bertindak dengan yakin
6) Bangun dan dorong semangat kerja sama

b. Jabatan officer yang tertinggi yang ada ditempat kejadian


hendaknya melakukan tindakan awal sebagai berikut :
1) Lakukan tindakan penanggulangan ditempat kejadian dan ambil
alih tanggung jawab
2) Lakukan pertolongan pertama dan panggil bantuan darurat.
3) Tanggulangi potensi bahaya kedua
4) Temukan bukti asal kejadian.
5) Jaga agar bukti tersebut tidak berubah
6) Selidiki untuk menentukan potensi kerugian
7) Beritahu master.
c. Cara memperoleh informasi
1) Dapatkan gambaran global
2) Wawancara para saksi
 Lakukan terpisah
 Ditempat yang layak
 Suasana yang tidak tegang
 Bersifat individu
 Tanyakan yang perlu pada saat yang tepat
 Beri umpan balik

68
 Cepat catat info yang penting
 Gunakan alat peraga
 Akhiri dengan positif
 Jaga hubungan terbuka
Peragaan ulang yang dilakukan hanya bila :
• Tidak ada cara lain untuk memperoleh info
• Perlu untuk mengembangkan tindak penanggulangan
• Sangat perlu untuk memastikan fakta-fakta yang kritis.
Metode yang dianjurkan adalah .
 Hadirkan pengamat yang ahli dan berbobot
 Yang bersangkutan agar tetap menjelaskan langkah demi
langkah.
 Sistem harus dimatikan / diamankan
 Peragaan tanpa harus menyentuh.
 Perlambat gerakan terakhir sebelum terjadinya kecelakaan.
 Hentikan segera setelah info diperoleh.
d. Sket dan Peta
e. Pemeriksaan peralatan
f. Pemeriksaan catatan pribadi :
 Catatan tentang training
 Catatan tentang laporan harian
 Jadwal kerja
 Tata cara dan praktek kerja.
g. Foto dan gambar, dianjurkan agar :
• Ambil gambar dan semua sisi.
• Ambil pandangan umum, baru buat close-up,
• Atur cahaya dengan tepat
h. Analisa bahan yang rusak, biasanya dibantu ahli teknik

8. MENGANALISA SEBAB KECELAKAAN


a. Langkah-iangkah dalam menganalisa kecelakaan adalah :
• Tulis setiap loss (kerugian)
• Dibawahnya tulis semua kontak dengan energi
• Dibawahnya tulis tindakan & kondisi sub-standar
• Dibawahnya tulis sebab dasarnya
• Analisa tahap akhir oleh manajer (Nakhoda).
b. Tindakan perbaikan

69
• Tindakan sementara
• Tindakan tetap
Risk evaluation
Probability of accurance
Tindakan koreksi
9. CATATAN PENYELIDIKAN KEBAKARAN :
 Bagaimana api ditemukan
 Waktu fire alarm dibunyikan
 Bagaimana alarm didengar
 Waktu pada saat Nakhoda atau Perwira jaga diberitahukan
 P OSISI dan material yang terbakar
 Siapa yang menemukan
 Tindakan-tindakan apa yang dilakuan untuk memadamkan
kebakaran.
 Berapa banyak Fireman's out Fitts dengan BA yang dipakai
 Peralatan apa yang digunakan. baik itu APAR maupun APAT
 Berapa banyak manpower dipakai
 Jam berapa kebakaran dipadamkan
 Jumlah korban, dengan keterangan detail dari lukanya
 Kerusakan apa yang diakibatkan, termasuk struktur dan
perlengkapan kapal
 Perkiraan secara profesional dari kerusakan sebagai akibat
penggunaan media pemadam misal air atau foam jika
dibandingkan langsung penyebab akibat dan api
 Berapa lama setelah kebakaran dipadamkan, pengamatan atas
hal itu diperhatikan
 Analisa kebakaran, material-material yang terbakar diketahui atau
kemungkinan sumber penyalaan sebagai penyebab
 Kesimpulan dari kasus kebakaran ini dan rekomendasi-rekomendasi untuk
mencegah kejadian ini terulang kembali

10. LAPORAN PENYELIDIKAN


Suatu laporan penyelidikan yang baik akan mampu mengenali informasi dengan
menggunakan kata dan angka tertentu, mengevaluasi potensi kerugian yang
sesungguhnya, bagaimana sering hal itu dapat terjadi. Laporan penyelidikan
kecelakaan yang baik juga mampu menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi,
tindakan apa yang mengawasi insiden tersebut dan tindakan reaktif apa yang telah
dikerjakan untuk mengurangi kerugian yang mungkin timbul. Suatu laporan yang
baik mampu menganalisa penyebab kecelakaan, yaitu dengan membuat daftar
gejala-gejala (tindakan & kondisi-kondisi sub standard), sebab-sebab dasar (faktor-
faktor pekerjaan atau pribadi) dan kontribusi yang paling besar terhadap timbulnya
kecelakaan kerja serta rencana tindakan apa yang harus dikerjakan. Laporan
70
penyelidikan perlu dibuat dengan tepat waktu. mengandung unsur-unsur ketepatan
dan kesempurnaan dari informasi yang dikenali-nya, evaluasi dan potensi
keparahan dan kemungkinan dapat berulang-nya kembali kejadian serupa Laporan
tersebut juga harus dapat menguraikan langkah demi langkah secara jelas dari apa
yang telah terjadi, menganalisa penyebab dasar dan penyebab langsung, tindakan
yang tepat untuk mengoreksi persoalan. dan telah ditanda tangani oleh orang-
orang yang berwenang
a. Membuat laporan dengan segera
Para officer mengetahui tentang kecelakaan-kecelakaan. sebelum mereka dapat
melakukan penyelidikan secara efektif. Banyak officer yang dengan hati-hati
melakukan penyelidikan kecelakaan yang dilaporkan kepadanya, tetapi tidak
banyak yang menggambarkan tentang program keselamatan. Pengamatan
menunjukkan bahwa dalam perusahaan menengah banyak kecelakaan yang
mempunyai potensi kerugian yang tidak dapat dilaporkan. dan bahkan
disembunyikan untuk menghindari penyelidikan. Para officer yang " Goal
Oriented" menyadari bahwa mereka dapat memperoleh hasil yang banyak sekali
dari suatu penyelidikan, sebagai suatu pengungkapan masalah dan kegiatan
penyelesaian Hal mi dapat dicapai bila semua kecelakaan selalu dilaporkan
untuk mendorong agar orang selalu melaporkan kecelakaan. Para officer harus
tahu mengapa orang sering tidak melaporkan kecelakaan.
b. Alasan-alasan mengapa kecelakaan tidak dilaporkan.
Menurut penelitian, pekerja tidak melaporkan kecelakaan paling sering
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut
1). Takut akan tindakan disiplin
Banyak orang yang melihat penyelidikan sebagai upaya untuk mencari
kesalahan ketimbang fakta. Tidak seorangpun sempurna. dan orang takut
akan kemungkinan dijatuhkan hukuman kepadanya karena kelalaiannya.
Walaupun tindakan disiplin yang baik selalu diperlukan, tetapi hukuman
hanya merupakan bagian kecil dari tindakan disiplin. Pengawas yang baik
akan mengetahui bahwa tindakan yang substandar hanyalah gejala dari
suatu masalah. Mereka tidak boleh menggunakan orang-orang mereka
sebagai korban. Dan memang tidak semua officer telah mengikuti latihan
dengan baik bagaimana memimpin orang. Reaksi mereka adalah mencela
dan menghukum.
2). Khawatir akan catatan tentang keselamatan
Pada umumnya orang tidak ingin merusak catatan keselamatan dan
grupnya. Terutama bila program penghargaan didasarkan catatan bebas
kecelakaan. Tidak seorangpun ingin merusaknya dengan timbulnya
beberapa kecelakaan dan kerusakan kecil.
3). Khawatir akan reputasi
Orang tidak ingin dijuluki orang yang sering celaka atau pelaut yang
dianggap berbahaya oleh officer mereka. Mereka mencoba menghindari
pandangan seperti itu. Setiap pelaut yang mengalami kecelakaan harus
mempunyai perasaan tanggung jawab dan bertekad untuk lebih hati-hati
dimasa mendatang.
4), Takut diobati
Suatu yang berantakan beberapa banyak orang yang sungguh takut
berobat. Banyak orang yang kehilangan jari. kaki, bahkan meninggal
karena mereka terlambat mendapat pengobatan. Juga orang mungkin
takut kalau penyakitnya yang parah akan ketahuan hanya karena la
71
mengobati penyakit yang tidak seberapa dan hasilnya, cedera padanya
tidak pernah dilaporkan.
5). Tidak menyukai petugas medik
Beberapa orang tidak ingin diobati petugas medik tertentu karena alasan
pribadi, pengalaman masalahnya yang tidak baik dalam pengobatan.
6). Menghindari terhentinya kerja
Kebanyakan pelaut memiliki perhatian yang sungguh-sungguh terhadap
pekerjaan yang la lakukan. Mereka tidak ingin sesuatu terhenti karena
berobat
7). Ingin menjaga catatan pribadi bersih.
8). Menghindari pertanyaan yang bermacam-macam.
Banyak orang menyatakan ”Mengapa anda harus menjawab selusin
pertanyaan hanya untuk mendapatkan sebuah plester'. Atau mungkin
suatu laporan panjang.
9). Melindungi tingkah laku orang lain
Ada beberapa orang berfikir bahwa la melaporkan kecelakaan hubungan
dengan beberapa orang akan memburuk karena mereka terbawa-bawa
10). Tidak paham pentingnya laporan
Sering orang tidak melihat tindakan positif yang segera diambil setelah ia
melaporkan masalahnya. Karena itu mereka memutuskan untuk tidak
melakukan apa-apa.
c. Menulis laporan kecelakaan
Standar form
. Menjawab apa yang terjadi, dimana, bagairnana dan apa penyebabnya
. Data yang konsisten
. Tindak lanjut dan rencana tindakan
. Dirancang dengan baik, dapat dipakai untuk berbagai kecelakaan
Laporan yang baik
- Pengenalan info secara rinci
- Evaluasi potensi bahaya
- Uraian kejadian
- Analisa sebab
- Rencana tindakan
d. Distribusi Laporan Kecelakaan Kerja
Laporan dan informasi mengenai kecelakaaan kerja adalah rahasia perusahaan.
Setelah penyelidikan kecelakaan selesai dilakukan. maka data mengenai
penyebab dan tindakan koreksi yang diperlukan lalu dimasukkan ke dalam bentuk
laporaan kecelakaan kerja. Apablia bentuk laporan itu telah selesai diisi,
kemudian dikirimkan ke Departeinen Keselamatan Kerja (Syahbandar).

72
11. PELAPORAN PENYELIDIKAN KEBAKARAN TERMASUK PROSEDUR
PEMADAMANNYA
a. Kejadian kebakaran dan time table-nya.
b. Tindakan yang diambil dan waktu setiap tindakan yang dilakukan
c. Data-data mengenai kebakaran, termasuk efek sampingan, material-material
dan penyalaannya,
d. Peralatan-peralatan pemadam yang diperlukan untuk pemadaman dan
jumlahnya setiap jenis peralatan yang dipakai
e. Jumlah crew dan petugas darat (jika ada) yang teliibat dalam pemadaman
f. Jumlah Fireman s outfits dan BA yang digunakan.
g. Kerusakan akibat kebakaran.
h. Kerusakan akibat media pemadam.
i. Barang-barang yang tidak berfungsi lagi akibat kebakaran

73
74

Anda mungkin juga menyukai