Anda di halaman 1dari 25

ADVANCE FIRE FIGHTING

1. PENGENALAN KESELAMATAN DAN


PRINSIP-PRINSIP PENYELAMATAN DIRI

a. Pendahuluan
 Rekomendasi bagi setiap negara anggota IMO harus melaksanakan
training bagi semua pelaut dalam hal :
 Pencegahan kebakaran
 Penanggulangnnya
b. Dasar Aturan
 Advanced Fire Figthing diatur dalam STCW 78 Amandement 2010
aturan VI/3 STCW Code A aturan VI / 3 1,2,3,4.
 Tujuan training Advanced Fire Figthing :
1) Memahami pengetahuan tentang pencegahan kebakaran.
2) Mampu memerintah, mengorganisasi dan mengendalikan
operasional pemadaman di kapal bila terjadi kebakaran.
3) Mampu melaksanakan pemeriksaan dan merawat peralatan
kebakaran yang ada di kapal.
C. Prinsip Dalam Penyelamatan
Semua crew harus familiar dalam keadaan darurat dengan cara latihan yang akan
meningkatkan ketrampilan dan kekompakan tim yang ada. Sebaiknya latihan dilakukan
selama kapal dalam pelayaran dan disaranakan melakukan simulasi kebakaran seperti di
kamar mesin, ruang akomodasi atau ruang muat dan dicoba dengan cara :
 Bunyikan alarm
 Turunkan kecepatan kapal
 Tutup ventilasi

Bila terjadi kebakaran perlu diingat :


 Dalam situasi panas dan asap,tindakan untuk menyelamatkan diri adalah menuju keluar
ruangan dengan cara berjalan merangkak sedekat mungkin dengan lantai.
 Usahakan sedapat mungkin mengurangi jumlah udara yang terhirup / masuk ke dalam
paru-paru.
 Menuruni tangga usahakan dengan cara membelakangi atau melindungi muka dari
panas.
 Menutup hidung dan mulut dengan kain
Latihan kebakaran secara reguler :
Untuk mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran secara
efektif maka perlu disiapkan crew yang siap siaga bila terjadi
kebakaran.
Pelaksanaan latihan kebakaran secara teratur sesuai ketentuan
SOLAS 74 :
 Untuk kapal penumpang : minimal sekali seminggu
 Untuk kapal barang : Latihan rutin dapat membina
disiplin pribadi para crew mempertinggi kewaspadaan,
meningkatkan ketrampilan dan meningkatkan keefektifan
setiap regu pemadam.
Setiap kegiatan Nahkoda harus mencatat pada jurnal / log book
dan memberikan tanggapan atas setiap latihan agar mengetahui
sejauh mana kesiapan peralatan pemadam yang tersedia di atas
kapal dan perlengkapannya.
2. TEORI KEBAKARAN
A. Kondisi Yang Menyebabkan Kebakaran
Kimia api adalah suatu proses reaksi kimia antara bahan bakar, oksigen dan sumber
panas yang diikuti pengeluaran cahaya dan asap serta terjadinya secara cepat dan
seimbang. Ketiga unsur yang bereaksi sehingga terjadi kimia api disebut SEGITIGA
API / FIRE TRIANGLE. Untuk mencegah terjadinya kebakaran maka salah satu unsur
harus ditiadakan.
 

Ada 2 cara menghentikan pembakaran :


 Turunkan temperatur hingga di bawah titik nyala
 Isolasi oksigen dari produk yang terbakar atau turunkan oksigen dbawah 12 %

B. Prinsip - prinsip Pemadaman Kebakaran


Prinsip utama dalam pemadaman adalah dengan merusak keseimbangan (proporsi)
atau menghentikan proses reaksi pembakarannya.
1. Pendinginan ( cooling )
2. Penyelimutan ( smothering )
3. Pemutusan satu / aliran bahan bakar
4. Pemutusan rantai reaksi api ( breaking chain reaction )
C. Sifat – sifat Bahan Yang Mudah Menyala
Uap bahan bakar adalah salah satu dari 3 faktor yang berkombinasi
menyebabkan terjadinya api.

Bahan-bahan yang mudah menyala :

1. Titik menyala ( Flash Point )


Adalah suhu terendah dari suatu bahan bakar untuk dapat berubah
bentuk menjadi uap dan akan menyala bila tersentuh api.Makin rendah
titik nyala api suatu bahan makin mudah terbakar.
Titik nyala setiap bahan bakar berbeda-beda :
Bensin : - 43 0 C
Kerosine : 38 0 C
Parafin : 38 0 C
Butan : - 60 0 C
Propana : - 104 0 C
Asetelene : - 18 0 C

2. Titik Bakar ( Fire Point )


Adalah suhu terendah Dimana suatu bahan bakar cukup mengeluarkan uap
dan bercampur dengan udara dan dapat terbakar terus-menerus bila diberi
sumber panas yang cukup.
3. Suhu penyalaan sendiri ( Auto Ignation Temperature )
Adalah suhu dimana suatu zat dapat menyala / terbakar sendiri tanpa
diberi sumber panas yang cukup.
Contoh suhu penyalaan sendiri :
Bensin : 253 0 C
Kerosine : 228,9 0 C
Parafin : 316 0 C
Asetelene : 229 0 C
Butan : 405 0 C
Propana : 467,8 0 C

4. Daerah mudah menyala


Adalah batas konsentrasi minimum sampai maximum campuran
antara uap bahan bakar dan udara yang mudah menyala bila diberi
panas.
Batas daerah mudah menyala :
 Batas minimum konsentrasi mudah menyala (LFL=Lower Flammable
Limit )
 Batas maximum konsentrasi mudah menyala ( UFL = Upper
Flammable Limit )
Contoh daerah mudah menyala dalam % volume :
Bahan bakar LFL ( % ) UFL( % )

Minyak mentah 1 10

Gasoline 1,4 7,6

Kerosene 0,7 5,0

Butana 1,9 8,5

Propane 2,3 9,5

Acytelene 2,5 82

Spiritus 4,5 19

5. Peledakan karena kebakaran


Ini terjadi karena adanya pebakaran dalam ruangan terbatas atau
tertutup.Kecepatan peledakan pada keadaan biasa mencapai 10 s/d 30
feet per detik.
6. Berat uap dan Berat jenis
a) Berat uap : perbandingan antara berat uap bahan bakar dengan berat
udara.
Contoh : Bensin : 3 - 4

Kerosine : 0.9
Parafin : 0.6
Butan : 2.5
Propana : 1.56

Asetelene : 4.5

b) Berat jenis : perbandingan antara berat bahan / zat cair dengan berat
uap.
Kerosene : 0,8180
Gasoline : 0,7531
Solar : 0,8581
Crude oil : 0,8883
Air : 1,000

c) Gas hydrocarbon berat uapnya > 1 ( lebih berat dari udara ) sehingga uap
cenderung ke bawah permukaan tanah.

d) Cairan hydrocarbon ( minyak bumi ) Bj < 1 (lebih kecil dari air ) sehingga
bila tumpah di air akan berada di atas maka bisa terbakar
d. Bahaya Kebakaran dan Penyebarannya
 Panas adalah salah satu komponen dalam unsur-unsur segitiga apidapat
menyebabkan timbulnya kebakaran
 Bahan bakar mengalami perubahan temperatur sehingga mencapai titik
nyala
 Bahan yang mencapai titik nyala mudah terbakar
Panas dapat berasal dari

1) Sumber panas
 Mekanis
 Gesekan logam-logam
 Benturan benda-benda keras
 Pemampatan

2) Sumber panas berkaitan dengan listrik


 Bunga api listrik
 Busur api listrik
 Listrik statis dan petir
 Aliran listrik

3) Sumber panas berasal dari reaksi kimia yang elektrotermis antara bahan
kimia yang oksidator dan educator.
• Kalium permanganat ( KmnO 4)
• glycerine
Sumber panas dapat berpindah tempat melalui 4 cara :

1. Radiasi
Proses pemindahan panas tanpa medium ( melalui gelombang electromagnet
pembawa panas / infra merah )
2. Konduksi
Proses perambatan panas dalam zat disertai perpindahan massa ( adanya
kontak langsung dua zat padat )
3. Konveksi
Proses perpindahan pada zat disertai perpindahan massa, terjadi pada zat
cair.
 Konveksi alampemanas air
 Konveksi paksamendinginkan air
 Konveksi kebakaranmelalui udara
4. Loncatan bunga api
Suatu reaksi antara energi panas udara ( oksigen )

e. Klasifikasi Kebakaran Dan Media Pemadam


1. Klasifikasi Kebakaran

Adalah penggolongan kebakaran berdasarkan jenis bahan yang


terbakar. Klasifikasi ini merupakan suatu pedoman dalam bahaya kebakaran
Tujuannya
 Memudahkan usaha pencegahan dan pemadaman kebakaran
 Dapat menggunakan media pemadam yang tepat sesuai jenis bahan
bakar yang terbakar
Klasifikasi kebakaran mengalami beberapa perkembangan :
 Ditemukannya dan digunakannya bahan bakar baru
 Ditemukannya media pemadam baru yang lebih tepat
Beberapa negara menentukan sendiri klasifikasi kebakaran namun
klasifikasi kebakaran yang banyak dipakai oleh negara-negara adalah
klasifikasi NFPA (National Fire Protection Association) dari Amerika.

Klasifiksi kebakaran NFPA


Kelas A : bahan padat biasa
Kelas B : bahan cair / gas dan padat mudah mencair
Kelas C : listrik
Kelas D : logam

2. Media Pemadam
Adalah bahan-bahan yang digunakan untuk memadamkan api /
kebakaran.Maksud memahami media pemadam ini agar dapat mengenal ciri
masing-masing media, keunggulan maupun kelemahannya sehingga dapat
memadamkan kebakaran yang efektif dan effisien.
Media pemadam dibagi atas 4 :
a. Media jenis padat
 Pasir / tanah
 Tepung kimia kering ( dry chemical powder )
1) Tepung kimia reguler :
 Sodium bicarbonate ( NaHCO3 ) plus –50 C
 Potasium Carbonate
 Potasium Chloride ( KCl ) Super-K
2) Tepung kimia serba guna ( multi purpose dry chemical)
 Mono Amonium Phaspate ( MAP),( NH4 ) H2PO4
 Potasium Sulfide K2SO4
Ciri-ciri :
• Butirannya sangat halus ( Æ 15 – 60 micron)
• Sangat kering ( hampir 0 % kadungan air)
b. Media pemadam cair
1. Air tawar / laut
2. Busa / foam :
 Busa kimia : Alumunium Sulfat + Natrium Bicarbonat
 Busa mekanik : foam compound + air + udara
Jenis-jenis foam compound :
 Fluro Protein
 Light water aquaeous film forming foam ( AFFF)
 Detergent foam
 Protein hewani ( protein hydrolite )
C. Media pemadam jenis gas
 Gas CO2 ( carbon dioksida)
 Gas N2 ( Nitrogen gas )
Gas CO2 & N2 digunakan sebagai pendorong media tepung kimia kering.

d. Media pemadam jenis cair yang mudah menguap


Bahan dasarnya hydrocarbon biasaya methane atau ethana dan atom
hydrigennya idistribusi dengan atom holon ( F,Cl,Br,I ).nama umum mediaini adalah
jenis Holon ( Hoogenated Hydrocarbon )
Contoh : BCF ( Bromo Chloro Diflauro Methana )

Prinsip penggunaan media pemadam


Setiap media mempunyai fungsi utama uyang berbeda-beda dalam pemadaman
kebakaran.Tehnik dasar penggunaannya megarah pada fungsi utamanya gar
pemadaman efektif.
1) Media padat
Fugsi utamanya penyelimutan (secara fisis) namun untuk tepung kimia reguler
maupun serbaguna selain penyelimutan atau memutuskan rantai reaksi api ( secara
kimiawi)

2) Media cair
Fungsi utamanya pendinginan dan penyelimutan namun halon bekerja secara kimiawi(
memutus rantai reaksi api)

3) Media gas (CO2)


Fungsinya penyelimutan ,pengenceran oksigen dan pendinginan
3. PENGONTROLAN KEBAKARAN DI ATAS KAPAL
a. Pendahuluan
Penyebab utama kebakaran di atas kapal di karenakan oleh kelalaian
manusianya yang tidak bertanggung jawab mentaati prosedur kerja dan
melaksanakan pencegahan bila keadaan berbahaya di temukan.
Beberapa kejadian kebakaran menjadi bencana besar karena tidak
berhasilnya mengontrol situasi dan kondisi yang ada.
Kegagalan mengendalikan kebakaran diatas kapal dapat mengakibatkan
kehilangan kapal dan bahkan jiwa manusia. Oleh sebab itu penting sekali crew
kapal selalu siaga akan situasi-situasi yang dapat terjadinya kebakaran diatas kapal
b. Daerah-daerah bahaya kebakaran
1. Ruangan mesin
Keberhasilan dalam pencegahan kebakaran di ruang mesin sangat tergantung
a) Kesadaran akan keselamatan bagi setiap orang bekerja
b) Kebersihan.
c) Mengerti daerah beresiko tinggi dimana perhatian ekstra harus diambil,
misalnya : Dilarang keras merokok di tempat tertentu ( puri fier room ).
d) Merawat peralatan mekanik, listrik dan peralatan pemadam di kamar
mesin.
e) Menjaga saluran got ( bilge ) bebas dari minyak/air.
Menjaga ruangan berventilasi baik bebas dari gas hydrocarbon setiap saat.
Chief Engineer harus yakin : bahwa semua perhatian-perhatian di atas kapal ditaati.
Selalui diingat
a. Ketahui dimana tempat peralatan pemadam
b. Perhatikan peringatan "DILARANG MEROKOK"
c. Jaga ruang mesin bebas dari sampah-sampah yang mudah menyala.
d. Jaga saluran air got bebas dari sampah-sampah
2. BOILER ( Ketel )
Boiler Blow Backs (tiupan balik ketel)
Tiupan balik boiler terjadi jika procedur flashing up
(menyalakan boiler) tidak mengikuti dengan benar dan banyak
kecerobohan dalam operasional boiler.
 
3. RUANG AKOMODASI ( Accomodation Room)
Umumnya kebakaran di ruang akomodasi dari bahan bakar kelas A.
Penyebab kabakaran di ruang akomodasi :
 Kecerobohan merokok
 Penggunaan peralatan listrik yang salah.
 Pembakaran spontan.
 
Harus mentaati di atas kapal tentang merokok.
• Setiap kamar seharusnya disediakan asbak dari jenis yang dapat
mematikan sendiri puntung rokok.
• Kebiasaan yang jelek yang dapat menimbulkan kebakaran.
• Jangan merokok sambil tiduran.
• Jangan menggantung pakaian pada stop kontak.
• Dapur harus selalu bersih.
• Peralatan listrik dimatikan jika tidak digunakan.
 
4. GUDANG STORE ROOM ( Store Room )
Resiko pembakaran spontan pada beberapa gudang di kapal, terutama bila lembab /
basah karena minyak. Material-material penyerap seperti cotton, canvas, gemuk tidak
boleh disimpan berdekatan dengan pipa steam.

5. Kegiatan Pengelasan
a. Izin harus diberikan dari perwira yang bertanggung jawab sebelum
melakukan pengelasan.
b. Tidak ada material yang mudah terbakar di sekitarnya.
c. Siapkan karung basah.
d. Siapkan botol pemadam kebakaran yang siap digunakan.
e. Cegah jangan sampai bunga api ( sparks ) jatuh kebelakang hold atau
ventilator.

6. Flame Arrestores (kasa api) Tersedia 5 jenis kasa api :


f. Crushe Wire
g. Wire gawle
h. Perforated metal plate
i. Craimped
j. Baffle plate.
Fungsi ke 5 jenis kasa api di atas adalah selain untuk menahan api (nyata) masuk
ke dalam ruangan. Sebenarnya walaupun pemasangan flame arrester dilakukan
dengan benar pada jaringan, namun jika terjadi panas dan tidak dapat
diuraikan ( dicerai beraikan ) maka secara bertahap panas akan menjalar
jatuh ke dalam tangki muatan hal inilah yang menyebabkan suatu ledakan
7. Electrical Storms
Aliran-aliran gas yang terbawa angin dan membentuk konsentrasi gas berturblensi
pada daerah belakang superstructure dinamai electrical storms dan hal ini sangat
membahyakan jika ada percikan api.

FIRE PRECAUTION ( Tindakan pencegahan kebakaran )


a. Kelengkapan konsentrasi kapal
Kapal dibangun berdasarkan pada pengalaman dari kasus-kasus tragis yang terjadi
dikapai sehingga mengakibatkan kehilangan jiwa dan harta benda. Peraturan-
peraturan dan standar keselamatan selalu di "upgrade" berdasar tambahan
pengalaman yang terjadi. Salah satu peraturan Internasionai yang mengatur masaiah
ini adalah SOLAS 74
( konvensi safety at life at sea tahun 1974 ) yang telah menetapkan tingkat
pencegahan terhadap bahaya kebakaran berdasarkan jenis kapal dan prestasi bahaya
kebakaran yang ada.
Untuk mencegah dan pengendalian bahaya kebakaran maka disusun dan
kelengkapan konstruksi kapal diatur :
 Perlindungan ruang akomodasi dengan menggunakan sekat yang tahan panas
 Pembatasan dalam penggunaan bahan-bahan yang mudah terbakar
 Penempatan deteksi kebakaran pada tempat-tempat tertentu
 Pemasangan sistem pemadam api tetap yang sesuai dengan kelas kebakaran
setempat
 perlindungan terhadap jalur penyelamatan (escape route atau jalan untuk
memadamkan kebakaran)
 Menempatkan alat pemadam api ringan ( APAR ) sesuai kelas kebakarannya
 Mengendalikan dan mengurangi kemungkinan uap muatan yang mudah menyala
b. Pembagian kontruksi kapal Sesuai ketentuan SOLAS 1974 :
Pembagian kelas A
Pembagian yang dibentuk oleh sekat ( dinding ) dan geladak-geladak memenuhi hal-
hai tersebut di bawah ini :
1. Harus dibuat dari baja/Iogam sejenis.
2. Harus diperkuat sacara baik
3. Harus diintruksikan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah baku
lewainya asap dan lidah api sampai akhir pengujian baku kebakaran
selama satu jam.
4. Harus diberi lapisan isolasi yang disetujui dari bahan- bahan tidak mudah
menyala.
Pembagian kelas B
Pembagian yang dibentuk oleh sekat, geladak ,langit-langit atau lapisan yang sesuai :
 Harus diintruksikan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah baku lewatnya
asap dan lidah api sampai akhir pengujian baku kebakaran selama satu jam
 Harus memiliki kemampuan isolasi sedemikian rupa, sehingga suhu rata-rata dari
sisi yang tidak terbuka akan meningkat lebih dari 139 0 C di atas suhu semula
termasuk sambungan yang ada, lebih baik 225 0 C suhu semula dalam jangka
waktu :
Kelas B -15 menit
Kelas B -10 menit
Pembagian Kelas C
Harus dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar yang disetujui ini
tidak harus memenuhi ketentuan yang berkaitan dengan lewatnya asap dan lidah
api/meningkatnya pembatasan suhu.
C. Peralatan pemadam dan sistemnya ( Fire Extinguisher Equipment
And System )

 Portable dan semi portable extinguisher atau APAR kebakaran kecil di atas
kapal haruslah segera di padamkan
 Fixed fire extinguisher system(sistem pemadam api tetap)

Tujuan utama pemadaman adalah cepat mengontrol kebakaran dan menyelesaikan


pemadaman.Dengan menggunakan system pemadam api tetap maka pekerjaan itu
dapat dilakukan dengan akurat tanpa melibatkan crew kapal.

Untuk perlindungan bahaya kebakaran diatas kapal, SOLAS 1974 mengatur tentang
APAR :
1. Penggunaan media pemadam yang dapat menimbukan gas-gas dalam jumlah
banyak sehingga membahayakan orang, tidak boleh diizinkan.

2. Dilengkapi kontrol valve, petunjuk operasi diagram yang menunjukkan


kompartemen mana pipa disalurkan
3.Bilamana di gunakan media pemadam CO:
 Di ruang muatan, kapasitasnya harus cukup untuk mengisi min 30 % volume
dari kompartemen muatan yang terbesar yang ditutup rapat
 Di kamar mesin kelas A kapasitasnya harus mampu untuk mengisi min 40 % dari
isi ruang terbesar.Kapal barang < 2000 GRT minimum kapasitas 30%
4. Pelepasan media CO2 85% harus dapat dilakukan dalam waktu 2 menit.
5. Dilengkapi sarana peringatan ke semua ruangan sebelum digunakan.
6. Ruangan penyimpanan botol CO2 harus dilakukan di tempat yang aman, mudah
dimasuki dan diberi ventilasi yang baik
7. Semua pelepasan media gas tidak boleh dioperasikan secara otomatis.
8. Perintah mengoperasikan system ini bahaya diberikan oleh nahkoda atau mualim
senior

Banyak faktor yang harus dianalisa bila system pemadam api tetap di pasang di atas
kapal, oleh sebab itu didesain berdasarkan :
 Kelas kebakaran A,B,C,D dari potensi bahayanya
 Media pemadam yang digunakan
 Lokasi dari bahaya-bahaya spesifik
 Potensi peledakan
 Paparan
 Efek terhadap stabilitas kapal
 Metode pemadaman
 Perlidungan terhadap keselamatan crew
Umumnya jenis system pemadam api tetap yang dipasang di kapal:
 Fire main system
 Automatic and manual sprinkles system
 Spray system
 Foam system
 Carbon ditide system( CO2 System )
 Halogen 1301
 Dry chemical system

c) Pintu Pintu
Pintu-pintu tidak didesain khusus untuk dipakai dalam kejadian kebakaran di
kapal.

d) Pintu kedap air ( water tight doors )


Didesain untuk mencegah aliran air masuk melalui intu-pintu laluan air.
Klasifikasi
Berdasarkan operasinya,ada 3 kelas pintu kedap air :
Kelas 1 : Pintu engsel
Kelas 2 : Pintu geser (sliding door) → dengan manual bantuan
hydrolik
Kelas 3 : Pintu geser (sliding door) → manual & otomatis
Ketiga kelas harus mampu diopersikan hingga kemiringan kapal 150 ke kiri
maupun ke kanan
e) Fire Dumpers
Pelat bagian yang tebal paling sedikit 3,2 mm (1/8 Inchi) kuat mengatur aliran udara
pada suatu ruangan.Terletak di dalam “Ventilation Duct“ dan terpasang pada posisi
terbuka ditahan oleh fusible link,bila udara didalam duct mencapai temperature 740C
atau 100 0C di daerah yang panas seperti di pasang pada dapur, fusible link melumer
sehingga damper akan tertutup. Dibagian luar duct dapat terlihat indicator
apakah damper akan tertutup atau terbuka. Damper dapat juga ditutup secara
manual. Fire damper tidak mencegah kebakaran tetapi dapat menghentikan
penyebaran api.
 
Hal ini dilakukan dengan 2 cara :
• Menurunkan atau menutup supply udara ke api
• Membelok panas, asap dan api
D. EMERGENCY EQUIPMENT
Perlengkapan emergency disimpan dalam gudang yang harus setiap saat dapat
diambil bila diperlukan.Tempat penyimpanan biasanya di lemari, dinding kecil
berkaca dan tersedia palu untuk memecahkan kaca bilamana terjadi keadaan darurat.
Kotak penyimpan an di cat berwarna merah dengan informasi sesuai kunci yang
diletakkan di dalamnya .
a. Firemans Outfit /perlengkapan regu pemadam Terdiri dari :
- Sepatu (boots)
- Sarung tangan (gloves)
- Topi (helmet)
- Pakaian pelindung (outer protective clothing)
- Breathing apparatus
- Tali penyelamat (life line)
- Senter (approved flsh light)
b) Baju Tahan Panas
• Baju yang menutupi seluruh tubuh
• Pelindung kepala sampai bahu dan bagian atas pelindung kepala
dilemgkapi dengan kaca mata transparan
• Sarung tangan tebal
• Sepatu boot khusus
• Brething apparatus harus dipakai jika menggunakan baju ini

c) Baju tahan api (entry suit)


a) Sepatu
b) Celana
c) Pakaian
d) Pelindung kepala
Materialnya dibuat lebih khusus dan didesain untuk melindungi si pamakai bila kontak
langsung dengan api hingga temperature 8150C (15000F) untuk waktu yang
singkat
 

Anda mungkin juga menyukai