Anda di halaman 1dari 123

ADVANCE

FIRE FIGHTING COURSE

AM
AN
UY
NA

SEKOLAH TINGGI ILMU PELAYARAN


JAKARTA
Revised Edition
Maret 2010
dsdsdsds
DAFTAR ISI

BAB I FIRE OREVENTION AND FIRE FIGHTING

BAB II TEORI TENTANG API

BAB III PENGANGGULANGAN KEBAKARAN

BAB IV ORGANISASI PEMADAMAN KEBAKARAN DI KAPAL

BAB V TATA CARA MEMADAMKAN KEBAKARAN

BAB VI KURUS PEMADAMAN KEBAKARAN


TINGKAT LANJUTAN

BAB VII PERALATAN/PERENCANAAN DAN SISTEM


PERENCANAAN

BAB VIII BAHAYA/RESIKO DALAM PROSES PEMADAMAN


KEBAKARAN

BAB IX PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

BAB X PENYIDIKAN API DAN LAPORAN


dsdsdsds
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

BAB I
FIRE PREVENTION AND FIRE FIGHTING

1. PENDAHULUAN DAN PRINSIP-PRINSIP KESELAMATAN

a. PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN


Ancaman bahaya kebakaran sangat tergantung dari terkendali atau tidaknya api yang menyala,
karna nyala api yang tidak terkendali dapat mengancam keselamatan jiwa maupun harta benda.
Berdasarkan hal tersebut, maka pencegahan bahaya kebakaran berarti segala usaha yang dilakukan
agar tidak terjadi penyalaan api yang tidak terkendali.
Kalimat tersebut mengandung dua pengertian; Pertama, bagi penyalaan api yang belum ada,
diusahakan agar tidak terjadi penyalaan api. Hal ini khususnya dilakukan pada tempat-tempat
tertentu yang dianggap penting, misalnya di tempat-tempat pembelian bensin, di gudang-gudang
bahan yang mudah terbakar dan sebagainya. Kedua, penyalaan api sudah ada karena memang
digunakan untuk suatu perluan, diusahakan jangan sampai api tersebut berkembang menjadi tidak
terkendali. Tindakan pencegahan yang dilakukan misalnya saja dengan menjauhkan bahan yang
mudah terbakar dari tempat tersebut, menyiapkan alat-alat pemadam api dan sebagainya.

b. PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN


Penanggulangan bahaya kebakaran mengandung arti yang lebih luas. Dalam hal ini peristiwa
kebakaran sudah terjadi sehingga menimbulkan bahaya terhadap keselamatan jiwa maupun harta
benda. Maka selain diperlukan tindakan pengendalian atau pemadaman api, diperlukan pula
tindakan-tindakan untuk mencegah kerugian yang lebih besar. Misalnya menyelamatkan korban
yang terancam bahaya, mengamankan harga benda atau dokumen-dokumen penting, pertolongan
pertama pada korban yang menderita luka bakar dan sebagainya.

c. TINDAKAN AWAL
Pada saat kejadian kebakaran, tindakan awal sangat menentukan, karena saat itu api masih kecil
dan mudah dikendalikan, kecuali apabila kebakaran disebabkan oleh ledakan. Tindakan awal harus
dilakukan dengan cepat dan tepat, karena keterlambatan dan kesalahan bertindak dapat mengakibatkan
hal-hal yang fatal. Hal demikian sering terjadi, karena pada umumnya dalam menghadapi bahaya api
orang mudah menjadi panik, sehingga kadang-kadang tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan.
Untuk dapat bertindak secara cepat dan tepat, diperlukan pengetahuan tentang cara-cara pencegahan
dan penanggulangan bahaya kebakaran yang baik, seperti pengetahuan tentang api dan sifat-sifatnya,
cara-cara penanggulangan yang tepat, jenis-jenis alat dan bahan pemadam yang digunakan dsb.
Pengetahuan tersebut akan memudahkan cara-cara penanggulangannya dan dapat mengatasi rasa
panik dalam menghadapi kebakaran.

1
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

BAB II
TEORI TENTANG API

2.1. SEBAB-SEBAB TERJADINYA API


Penyalaan api yang sederhana dapat dilihat pada korek api. Apabila korek api tidak ada bensinnya, maka
korek tidak akan menyala. Disini dapat diketahui bahwa unsure pertama untuk membuat api adalah bensin
atau bahan bakar. Walaupun sudah ada bensin, tetapi ada loncatan bunga api yang berasal dari gesekan
roda dan batu api, amaka korek tidak akan menyala. Loncatan bunga api tersebut sebenarnya adalah
energi panas. Dengan demikian selain ada unsure bahan bakar, maka unsure kedua yang diperlukan
adalah panas. Unsur bahan bakar dan panas tersebut sebenarnya belum dapat menimbulakan nyala api
tanpa bantuan unsure yang ketiga yaitu oksigen. Hal ini dapat dibuktikan dengan menaruh lilin menyala
kemudian ditutup dengan gelas, maka api lilin segera padam karena kekurangan oksigen.
Dengan demikian diketahui api yang terjadi karena adanya tiga unsure yaitu bahan bakar, panas dan
oksigen. Sedangkan nyala api adalah suatu reaksi berantai antara ketiga unsure tersebut secara cepat dan
seimbang. Apabila salah satu unsure tidak ada atau kadarnya kurang, maka tidak akan terjadi nyala api.

2.2 PEMADAM KEBAKARAN


Dasar-dasar pemadaman kebakaran terbagi menjadi 2 (dua) yaitu :
a) Prinsip pemadaman
b) Teknik pemadaman

a) Prinsip pemadaman

Prinsip-prinsip pemadaman kebakaran adalah sebagai berikut:


(1). Menghilangkan bahan bakar
(2). Memisahkan uap bahan bakar dengan udara
(3). Mendinginkan
(4). Memutuskan rantai reaksi pembakaran

Usaha dalam memadamkan kebakaran adalah menghilangkan salah satu unsur dari segi tiga api,
yaitu bahan bakar – panas – udara.

b) Teknik Pemadaman

Teknik pemadaman kebakaran yang dikenal selama ini adalah sebagai berikut:
(1) Starvation, yaitu (menghilangkan atau mengurangi bahan bakar sampai dibawah batas bisa
terbakar = Low Flammable Limit)
(2) Smothering, yaitu (menyelimuti atau menghilangkan atau memisahkan udara dengan bahan
bakar). Sedangkan Dilution adalah mengurangi atau memisahkan kadar zat asam.
(3) Cooling adalah mengurangi panas asam sampai bahan bakar mencapai suhu dibawah titik nyala
atau mendinginkan.
(4) Cut Chain Reaction adalah memutuskan rantai reaksi pembakaran baik secara kimiawi maupun
mekanis.

2
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

c) Jenis-jenis Media Pemadam

Media pemadam menurut fasanya dibagi menjadi 3 (tiga) bagian :


(1). Jenis Padat : Pasir, Tanah, Selimut Api (Fire Blanket), Tepung Kimia (dry Chemical)
(2). Jenis Cair : Air, Busa (Foam) cairan mudah menguap
(3). Jenis Gas : Gas Asam Arang (CO2), Gas Zat Lemas (N2), Gas Argon serta gas-gas inert
yang lain.

d) Media Pemadam Jenis Padat :


(1) Pasir dan Tanah
Fungsi utama ialah membatasi menjarahnya kebakaran, namun untuk kebakaran kecil dapat
digunakan untuk menutupi permukaan bahan bakar yang terbakar sehingga memisahkan
udara dari proses nyala yang terjadi. Dengan demikian nyalanya akan padam.

(2) Tepung Kimia


Menurut kelas kebakaran yang dipadamkan, maka tepung kimia dibagi sebagai berikut :

a) Tepung Kimia Biasa (Regular)


Kebakaran yang dipadamkan adalah kebakaran cairan, gas dan listrik. Bahan baku tepung
kimia regular :
1. Sodium Bikarbonat/Baking Soda (Na HCO3).
2. Potasium Bikarbonat (KHCO3) ini dikenal sebagai purple “K” yaitu untuk mencegah
sifat hidroskopis (menghisap air) dan pengumpulan. Untuk memberikan daya pengaktifan
yang lebih baik, maka ditambahkan logam stearate dan zat additive lain (merupakan
rahasia perusahaan/pembuatnya).
3. Potasium Carbonat yang dekenal sebagai “Monnex”.
4. Potasium Chloride (KCl) yang dikenal sebagai super “K”.

b) Tepung Kimia Serbaguna (Multipurpose)


Tepung ini dikenal sebagai tepung kimia ABC yang sangat efektif untuk memadamkan
kebakaran kelas A, B, C, seperti minyak, kayu, gas dan listrik.
Bahan baku tepung kimia multipurpose terdiri dari :
1. Mono Amonium Phosphate (MAP) atau (NH4) H2PO4
2. Kalium Sulfate (K2SO4)

c) Tepung Kimia Kering (Khusus)


Tepung kimia khusus atau tepung kimia kreing atau dry powder yang digunakan untuk
memadamkan kebakaran logam.
Bahan baku kimia kering terdiri dari :
1. Campuran Kalium Chloride, Barium Chloride, Magnesium Chloride, Natrium
Chloride dan Kalsium Chloride.
2. Bubuk grafik dengan berbagai campuran lain seperti organic phosphate. Dalam
perdagangan jenis ini dikenal dengan anama antara lain : Lith – X Powder, Metal – X
Guard Powder, Pyrene G – L Powder.

3
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

3. Campuran Sodium Chloride Tri Kalsium Phosphate, Metal Stearate dan Termo Plastic. Dalam
perdagangan dijual dengan nama Mat – L – X Powder.
4. Campuran Sodium Chloride, Amonium Phospate. Dalam perdagangan dikenal dengan nama
Pyroment Powder.

d). Cara kerja Tepung Kimia Dalam Memadamkan Api


1. Secara fisik adalah memisahkan atau menyelimuti bahan bakar, sehingga tidak terjadi pencampuran
oksigen dengan uap bahan bakar. Semua tepung kimia mempunyai cara kerja seperti ini.
2. Secara kimiawi adalah memutus mata rantai reaksi pembakaran dimana partikel-partikel tepung kimia
akan menyerap radikal hidroksil dari api.
Tepung kimia yang bekerja secara kimiawi adalah berbahan baku KHCO3 (Potasium bicarbonat) dan
(NH4) H2PO4 (Mono Amonium Phospate).

e). Media Pemadam Jenis Cair


Media pemadam jenis cair terbagi dalam beberapa jenis :
(1) Air (Water)
Dalam pemadaman kebakaran air adalah media pemadam yang paling banyak digunakan, karena air
mempunyai beberapa keuntungan antara lain:
(a) Mudah didapat dalam jumlah banyak.
(b) Harganya murah.
(c) Mudah disimpan, diangkut dan dialirkan.
(d) Dapat dipancarkan dalam bentuk pancaran :
- Jet (Jet Stream)
- Setelah tirai (Coarse Spray Stream)
- Tirai (Spray Steam)
- Mempunya daya mengambang yang besar dan daya untuk penguapan yant tinggi.

Dalam pemadaman air bekerja scara fisis yaitu :


(a) Mendinginkan
Air mempunyai daya penyerapan panas yang cukup tinggi dalam hal ini berfungsi sebagai
pendingin. Panas yang diserap dari 15º C sampai 100º C : 84,4 kkal/kg (152 BT/lb).
(b) Menyelimuti
Air yang terkena panas berubah menjadi uap dan uap tersebut akan menyelimuti bahan
yang terbakar. Dalam penyelimutan ini air cukup efektif karena dari 1 liter air akan
berubah menjadi 1670 uap air.

(2) Busa
Busa dapat dibagi dalam beberapa bagian yang sesuai dengan kelas kebakaran :
(a) Busa Regular
Yaitu busa yang mampu memadamkan bahan-bahan yang berasal dari Hydrocarbon atau
bahan-bahan cair bukan pelarut (Solvent).
(b) Busa Serba Guna
Busa ini juga sebagai busa anti alcohol yang dapat memadamkan kebakaran yang berasal

4
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

dari cairan pelarut seperti alcohol, either dll atau zat cair yang melarut.

Busa dapat dibagi lagi menurut terjadinya

(a) Busa Kimia (Chemical Foam)


Busa ini terjadi karena adanya proses dari pencampuran bahan-bahan kimia yang terdiri
dari :
- Tepung tunggal (single powder), apabila bercampur dengan air akan menjadi busa
- Tepung ganda; terdiri dari tepung aluminium sulfat dan tepung natrium carbonat.

Kedua tepung tersebut masing-masing dilarutkan dengan air dalam perbandingan volume
tertentu. Apabila keduanya dicampur akan manjadi bentuk busa dengan proses reaksi kimia
sebagai berikut :

A12 (SO4) + 6 Na HCO3 -> 2 AI (OH)3 + 3 Na2SO4 + 6 CO2

(b) Busa Mekanik


Busa ini terjadi karena proses mekanis, yaitu berupa adukan dari bahan-bahan pembuat
busa yang terjadi dari cairan busa dan udara. Untuk melaksanakan proses pembuatan busa
digunakan alat-alat pembuat busa, secara singkat sebagai berikut:

Udara

Air bertekanan Busa

Saringan

Cairan busa

Gambar 5 :

5
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Pada air dicampurkan busa sehingga membentuk larutan busa. Karena proses adukan atau penguapan
udara ke dalam larutan busa maka terbentuklah busa mekanik.

Bahan-bahan cairan busa adalah sebagai berikut :


a) Protein (hewani dan nabati)
b) Fluoro Protein (FP 70)
c) Fluorocarbon Surfactant (AF3 Light Water)
d) Detergent atau hydrocarbon surfactant atau loury alcohol, ini disebut sebagai cairan busa expansi tinggi.
Fluorocarbon surfactant dan hydrocarbon surfactant disebut juga sebagai cairan busa sintesis.

f) Media Pemadam Jenis Gas.


Media pemadam jenis gas akan memadamkan api secara fisis yaitu pendinginan dan penyelimutan
(dilumasi). Berbagai gas dapat digunakan dalam pemadaman api, namun asam arang (CO2) dan gas zat
lemas (N2) adalah gas yang paling banyak digunakan. Gas zat lemas banyak digunakan untuk mendorong
tepung kimia pada instalasi pemadam tetap atau dilarutkan dalam BCF, sedangakan yang langsung
digunakan untuk memadamkan api adalah gas asam (CO2). Dalam pemakaiannya gas CO2 disimpan
dalam botol yang mempunyai tekanan 1000 – 2000 psi (+800 atm).

Keuntungan gas CO2 ialah karena bersih, murah, mudah didpat dipasaran, dapat untuk memadamkan
listrik hidup, juga gas ini menyemprot dengan tekanan penguapannya sendiri. Sedangkan kerugiannya
adalah wadahnya yang berat sehingga menylitkan untuk bergerak bagi si pemakai.

g) Media Pemadam Jenis Cairan Mudah Terbakar


Media pemadaman ini bekerja dengan cara memutuskan rantai reaksi pembakaran dan mendesak
udara atau memisahkan zat asam. Nama umum media ini adalah HALON atau HALOGENATED
HYDROCARBON, yaitu suatu ikatan methan dan halogen (Jodium, Flour, Chlor, dan Bram). Bila
dibandingkan dengan udara maka Halon adalah lebih berat (contoh Halon 1301 adalah 5 kali lebih berat
dari udara).

No. Halon Singkatan Rumus Kimia Kepanjangan Singkatan


Halon 1011 CBM C H2 Br Cl Chloro Bromo Methan
Halon 1301 BTM C Br F3 Bromo Trifluoro Methan
Halon 2402 - C F2 Br C F2 Br Dibromo Tetraflour Methan
Halon 1202 - C Br2 F2 Dibromo Difluoro Methan
Halon 1211 BCF C Br Cl F2 Bromo Chloro Difluoro Methan
Halon 104 CTF C Cl4 Carbon Tetrachlorida
Halon 1001 CTC C H3 Br Methybromide

CTC pada saat ini sudah tidak dianjurkan untuk digunakan karena bila terkena api akan memberikan gas
CO Cl2 yang beracun (Phosgene).

6
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

2.3. BAHAN YANG MUDAH TERBAKAR.

Umumnya semua benda yang ada dialam ini dapat terbakar, dan diantarabahan-bahan yang mudah
terbakar tersebut dibedakan oleh titik nyala; yaitu suatu temperature terendah dari suatu bahan
untuk dapat berubah bentuk menjadi uap, dan akan menyala bila tersentuh api. Makin rendah titik
nyala suatu bahan, maka bahan tersebut akan makin mudah terbakar, dan sebaliknya makin tinggi titik
Nyalanya, makin sulit terbakar.

Bahan yang titik nyalanya rendah yang digolongkan sebagai bahan yang mudah terbakar, misalnya :
1. Benda Padat : Kayu, Kertas, Karet, Plastik, Tekstil dan sebagainya.
2. Benda Cair : Bensin, Spirtus, Solar, Oli dan lain sebagainya.
3. Benda Gas : Acetelin, Butane, LNG dan sebagainya.

2.4. BAHAYA KEBAKARAN DAN MELUASNYA API

Sumber Panas Yang Dapat Menimbulkan Kebakaran


Panas adalah salah satu penyebab timbulnya kebakaran, karena dengan adanya panas, maka suatu bahan
akan mengalami perubahan temperatur, sehingga akhirnya mencapai titik nyala. Bahan yang telah
mencapai titik nyala menjadi mudah sekali terbakar.

Sumber-sumber panas antara lain :


(a) Sinar matahari
(b) Listrik
(c) Panas yang berasal dari energi mekanik
(d) Panas yang berasal dari reaksi kimia
(e) Kompresi udara

Pemanasan langasung oleh sinar matahari dapat menyebabkan bahaya kebakaran hutan dan sering juga
menyebabkan terjadinya peristiwa ledakan dari bahan yang mudah meledak. Panas yang berasal dari
sumber-sumber yang disebut diatas dapat berpindah melalui empat cara, yaitu :

- Radiasi; adalah perpindahan panas yang memancar ke segala arah.


- Konduksi; adalah perpindahan panas melalui benda (permbatan panas).
- Konfeksi; adalah perpindahan panas yang menyebabkan perbedaan tekanan udara.
- Loncatan bunga api; adalah suatu reaksi antara energi panas dengan udara (oksigen).

OKSIGEN (O2)

Selain bahan bakar gas dan panas, oksigen adalah unsur ketiga yang dapat menyebabkan nyala api.
Oksigen atau gas O2 terdapat di udara bebas, yang dalam keadaan normal mencapai 21%. Karena oksigen
sebenarnya adalah suatu gas pembakar, maka sangat menentukan kadar atau keaktifan pembakaran.

Suatu tempat dinyatakan masih mempunyai keaktifan pembakaran, apabila kadar oksigennya lebih
dari 15%. Sedangkan pembakaran tidak akan terjadi apabila kadar oksigen di udara kurang dari 12%.
Oleh sebab itu salah satu teknik pemadaman api dapat menggunakan cara penurunan kadar keaktifan
pembakaran. Dalam hal ini adalah dengan cara menurunkan kadar oksigen di udara bebas menjadi kurang
dari 12%.

7
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

SEGI TIGA API

Seperti telah dikemukakan diatas bahwa nyala api sebenarnya adalah suatu reaksi dari tiga unsur yaitu : bahan
bakar, panas dan oksigen. Reaksi ketiga unsur tersebut hanya akan menghasilkan nyala api bila berjalan dengan
cepat dan seimbang, bila salah satu unsur ditiadakan atau kadarnya berkurang, maka dengan sendirinya nyala
api akan padam. Reaksi ketiga unsur tersebut digambarkan dalam suatu segi tiga yang disebut : SEGI TIGA
API.

BAHAN BAKAR PANAS

OKSIGEN

Gambar 1 : Segitiga Api

EKSPLOSIDEMO

a) TUJUAN : Memberikan penjelasan/pengarahan mengenai terjadinya api dengan memakai alat-alat


peraga (dengan demonstrasi-demonstrasi)

b) KIMIA API
(1) Definisi
Api adalah suatu reaksi kimia yang sedang berlangsung antara ketiga unsur segi tiga api yang diikuiti
dengan pengluaran cahaya yang panas.

(2) Segi Tiga Api


Yang dilihat dari reaksi itu disebut sebagai unsur-unsur dari segi tiga api yang terdiri dari :
- Energi atau sumber panas
- Bahan Bakar yang harus menjadi uap dulu
- Oksigen yang berasal dari udara

(3) Titik Nyala (Flash Point)


Titik Nyala adalah suhu terendah dimana suatu zat (yaitu bahan bakar) cukup mengeluarkan uap dan
menyala (terbakar sekecap) bila dikenai sumber panas yang cukup.

Titik Bakar (Fire Point) adalah suhu terendah dimana suatu zat (bahan bakar) cukup mengeluarkan
uap dan terbakar (menyala terus menerus) bila diberi sumber panas.

8
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Titik Nyala antara suatu zat dengan zat lain berbeda-beda, misalnya :
Bensin = 50 ºC
Kerosin = 40 ºC s/d 70 ºC
Farafin = 30 ºC

(4) Suhu Penyalaan Sendiri (Auto Ignition Temperature)


Suhu penyalaan sendiri adalah suhu dimana zat dapat menyala dengan sendirinya tanpa sumber panas dari
luar.
Misalnya : Bensin = 257,2 ºC
Kerosin = 228,9 ºC
Farafin = 316 ºC
Asetelin = 335 ºC
Propan = 457,8 ºC
Butan = 405 ºC

(5) Daerah Bisa Terbakar (Flammable Range, Combustable Range)

Daerah bisa terbakar adalah batas konsentrasi campuran antara uap bahan bakar dengan udara yang
dapat terbakar/menyala bila dikenai/diberi sumber panas.

Konsentrasi :

Perbandingan Volume antara Uap Bahan Bakar dengan Udara (Uap Bahan Bakar + Udara)

Daerah bisa terbakar dibatasi oleh :


- Batas bisa terbakar atas (Upper Flammable Limit)
- Batas bisa terbakar bawah (Lower Flammable Limit)

Konsentrasi Minyak Mentah


DAERAH BISA TERBAKAR Daerah Jenuh/Gemuk

Batas bisa terbakar


Atas, 10%

Batas bisa terbakar


Bawah 1%

10%
21% Daerah Kurus
Daerah Kurang Oksigen
KADAR OKSIGEN DI UDARA

9
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

SKEMA UNTUK MINYAK MENTAH


% HIDROCARBON IN MIXTURE
Theoretical Oxyten Concentration in Air / Hydrocarbon Mixture

1
1
1
Non Flammable
(too rich)
1 Non Flammable (too lean)

A
Critical Dilution line
D Non Elammable (too lean)

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 B

Flammable
PROSENTASE OXYGEN IN MIXTURE

Minyak Mentah = 1 % - 10%


Bensin = 1,4 % - 7,6%
Butan = 1,6 % - 8,5%
Propan = 2,3 % - 9,5%
Kerosene = 1,5 % - 6%
Aseton = 2,15 % - 13%
Benzene = 1,4 % - 13%
Tuluene = 1,2 % - 2%
Asetelin = 2,5 % - 80%

(6) Terjadinya Api

SUMBER PANAS
Titik Nyala
BAHAN BAKAR
(dalam bentuk uap) API
Daerah Bisa Terbakar
UDARA
(zat asam cukup)

10
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

c) LEDAKAN
Ledakan yaitu pembakaran yang terjadi pada ruangan tertutup. Sebab terjadinya ledakan sama dengan
sebab terjadinya api, yaitu harus ada oksigen, bahan bakar dan sumber penyalaan.

Campuran bahan bakar dan oksigen harus dalam kondisi yang seimbang (masuk dalam flammable range)
serta sumber penyalaan harus memadai, barulah terjadi pembakaran. Selanjutnya karena pembakaran itu
terjadi pada ruang tertutup, maka terjadi penambahan tekanan dalam ruang tertutup, yang mengakibatkan
ledakan.

d) BERAT UAP
Berat uap adalah perbandingan antara berat uap zat dengan udara. Bila berat uap lebih dari satu, maka uap
tersebut akan selalu turun ke permukaan tanah.

Contoh Berat Uap :

- Asetelin = 0,9 - Propan = 1,56 - CO = 0,967


- Amoniak = 0,6 - Hidrogen = 0,069
- Butan = 2,5 - Propan = 1,189

e) SUMBER-SUMBER PANAS (SOURCES OF HEAT)


(1) Api Terbuka ............................................ (Open Flame)
(2) Gesekan ................................................. (Friction)
(3) Bunga api listrik dan busur listrik ......... (Electric Spark & Are)
(4) Aliran Listrik .......................................... (Electric Current)
(5) Pembakaran Spontan ............................. (Spontantaneous Combustion)
(6) Listrik Statis .......................................... (Static Electricity)
(7) Petir ....................................................... (Lightning)
(8) Pemadatan ............................................. (Cmpression)
(9) Sinar Matahari ....................................... (Sun Light)
(10) Nuklir .................................................... (Nuclear)

f) TEKNIK PEMADAMAN API

Api terbuka ..................................... : Ingat segi tiga api


Gesekan .......................................... : Merusak keseimbangan antara ketiga unsur :
panas, oksigen dan bahan bakar.

Ini dapat dapat dilakukan dengan cara :


(1) Kurangi panas samapai dibawah titik nyala (cooling)
(2) Batasi udara; ialah dengan mengurangi perbandingan udara dan bahan bakar sampai dibawah batas
pembakaran (smothering)

11
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

2.5. KLASIFIKASI KEBAKARAN DAN MEDIA PEMADAMAN


Klasifikasi Kebakaran
MANFAAT : Mengetahui jenis kebakaran dan media pemadaman untuk memudahkan
pemadaman.
DEFINISI : Penggolongan kebakaran berdasarkan jenis bahan yang terbakar dan
pemilihan bahan pemadam yang tepat.

A) Dasar Perkembangan Klasifikasi


Klasifikasi pernah mengalami perkembangan dan perubahan, sehingga timbul berbagai klasifikasi
yang disebabkan antara lain:
(1) Ditentukan makin intensifnya pemakaian jenis bahan bakar yang sifatnya berbeda dengan
bahan bakar lain.
(2) Dikembangkan jenis jenis media pemadam baru yang lebih tepat (efektif) bagi suatu jenis
bahan bakar tertentu.
Sampai saat ini terdapat 4 (empat) klasifikasi yang berlaku dalam teknologi
penanggulangan kebakaran, yaitu :
(1) Klasifikasi sebelum tahun 1970.
(2) Klasifikasi sesudah tahun 1970.
(3) Klasifikasi menurut NFPA (USA).
(4) Klasifikasi menurut Coast Guard (USA).

B) Klasifikasi sebelum tahun 1970


Sebelum tahun 1970 negara-negara Eropa mengakui klasifikasi kebakaran ini sebagai berikut :
(1) Klas A : Bahan bakar padat (kain, kertas, kayu, dll)
(2) Klas B : Bahan bakar cair dan padat lunak (misalnya Grease atau gemuk)
(3) Klas C : Kebakaran listrik “hidup”

C) Klasifikasi sesudah tahun 1970


Pada bulan Juni tahun 1970 diadakan Konvensi Internasional yang melahirkan klasifikasi kebakaran
sebagai berikut :
(1) Klas A : Bahan bakar apabila terbakar akan meninggalkan arang dan abu.
(2) Klas B : Bahan bakarnya lunak dan cair (minyak tanah, bensin, solar, dll).
(3) Klas C : Bahan bakarnya gas.
(4) Klas D : Bahan bakamya logam.

Dengan adanya konvensi ini maka saat ini negara-negara Eropa mengakui klasifikasi sesudah
tahun 1970, sedang negara-negara yang mengikuti klasifikasi sebelum tahun 1970 adalah Amerika
Utara, Australia dan Afrika Selatan.

12
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

D) KLASIFIKASI MENURUT NFPA (National Fire Pretection Association).


Klasifikasi NFPA ini dikenal sebagai klasifikasi Amerika di darat (sama dengan DPK = Dinas Pemadam
Kebakaran di Indonesia). Adapun pembagian dari klasifikasi menurut NFPA ini adalah sebagai berikut :
( l ) Klas A : Bahan bakarnya bila terbakar akan meninggalkan arang dan abu.
(2) Klas B : Bahan bakar cair.
(3) Klas C : Kebakaran listrik.
(4) Klas D : Kebakaran logam.
Indonesia mengikuti klasifikasi menurut NFPA yang tertuang dalam : Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi tanggal 14 April 1980 No. PE-04/MENI1980, tentang Syarat-syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.

E) KLASIFlKASI MENURUT COAST GUARD (Satuan Penjaga Pantai dan Laut USA).
Pada klasifikasi menurut Coast Guard ini terdapat tujuh Klasifikasi kebakaran sebagai berikut:
(1) Klas A : Sisa pernbakaran berupa arang dan abu (kain, kayu, kertas, plastik, dan lain-lain).
(2) Klas B : Cairan dengan titik nyala lebih kecil dari 170 ºF dan tidak larut dalam air (misalnya bensin,
benzone, dan lain-lain).
(3) Klas C : Cairan dengan titik nyala lebih kecil dari 170 ºF dan larut dalam air (misalnya aceton, ethanol
dan lain-lain).
(4) Klas D : Cairan dengan titik nyala sama dengan 170 ºF dan lebih tinggi dan tidak larut dalam air
(misalnya minyak kelapa, minyak ikan paus, minyak trafo, bahan bakar/minyak berat).
(5) Klas E : Cairan dengan titik nyala sama dengan 170 ºF dan lebih tinggi, akan larut dalam air (misalnya
glicerin, etilen, glikon dan lain-lain).
(6) Klas F : Kebakaran Logam (misalnya aluminium dan lain-lain).
(7) Klas G : Kebakaran Listrik.

13
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

BAB III

PENANGGULANGAN KEBAKARAN

3.1. PRINSIP-PRINSIP PENCEGAHAN KEBAKARAN

SEGITIGA API
Api adalah suatu reaksi kimia yang diikuti evolusi pengeluaran cahaya dan panas. Sedangkan
nyala api sebenamya adalah suatu reaksi dari tiga unsur, yaitu :
a) Bahan Bakar (Fuel).
b) Panas (Energi) ..
c) Oksigen.
Reaksi dan ketiga unsur tersebut di atas hanya akan menghasilkan nyala api bila berjalan dengan
cepat dan seimbang. Bila salah satu unsur ditiadakan atau kadamya berkurang, maka dengan
sendirinya nyala api akan padam. Reaksi ketiga unsur tersebut di gambarkan dalam satu segi
tiga yang disebut : SEGI TIGA API.
Reaksi yang tergambar pada segi tiga api adalah reaksi berantai yang berjalan dengan seimbang.
Bila keseimbangan reaksi tersebut diganggu, maka reaksinya akan terhenti atau nyala api akan
padam.

BAHAN BAKAR PANAS

OKSIGEN

Gambar 6

Oleh karena itu dasar-dasar dan sistem pemadam api sesungguhnya adalah perusakan
keseimbangan reaksi api. Perusakan keseimbangan reaksi tersebut dapat dilakukan dengan
tiga cara yaitu :
(1) CARA PENGURAIAN : adalah suatu cara memadamkan api dengan jalan
memisahkan atau menyingkirkan bahan-bahan yang
mudah terbakar (lihat gambar 7 A).

14
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

(2) CARA PENDINGlNAN : adalah memadamkan api dengan jalan menurunkan Panas, sehingga
temperatur bahan-bahan yang terbakar turun sampai di bawah titik
nyalanya (lihat gambar 7B).
(3) CARA ISOLASI : adalah pemadaman api dengan jalan menurunkan kadar oksigen sampai
di bawah 12%. Cara ini disebut juga lokalisasi, yaitu mencegah reaksi
dengan oksigen (lihat garnbar 7C).

GAMBAR 7A GAMBAR 7B

PANAS BAHAN BAKAR

BAHAN BAKAR PANAS

OKSIGEN OKSIGEN

GAMBAR 7C

BAHAN BAKAR

PANAS

OKSIGEN

CARA PENDINGINAN

JENIS-JENIS API
Berdasarkan bahan yang terbuka, api dibedakan menjadi beberapa jenis. Hal ini dilakukan dengan tujuan
untuk rnernilih alat pemadam yang tepat untuk api tersebut, karena tidak sembarang api dapat dipadamkan
dengan alat pemadam yang sama.

JENIS-JENIS API tersebut adalah :


a) API KLAS A : adalah api yang berasal dari bahan yang mudah terbakar seperti kayu, kertas,
tekstil dan sebagainya.

15
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

b) API KLAS B : adalah nyala api dari bahan minyak, solar bensin dan sebagainya.
c) API KLAS C : adalah nyala api yang berasal dari arus listrik (korsleting)
d) API KLAS D : adalah api yang berasal dari logam seperti titanum, sardium, dan
sebagainya.
Suatu kebakaran akan digolongkan sesuai dengan jenis apinya di atas (lihat Diktat Klasifikasi Kebakaran
dan Media Pemadam).
Dengan mengetahui jenis api kebakaran, maka dapat dipilih alat pemadam yang tepat, karena kesalahan
penggunaan alat pemadam dapat lebih membahayakan. Misalnya penggunaan air sebagai alat pemadaman
api adalah tepat untuk api klas A saja. Sedagkan untuk api klas lainnya (B, C dan D) kurang baik, bahkan
untuk api klas B justru membahayakan.
3.2. DAERAH YANG RAWAN KEBAKARAN
Tujuan pembahasan ini adalah untuk menetapkan tingkat pencegahan terhadap bahaya kebakaran
yang dapat diIaksanakan. Prinsip-prinsip di bawah ini didasarkan pada jenis kapaI dan potensi bahaya
kebakaran yang ada seperti :
a. Pembagian kapal ke dalam wilayah vertikal pada batas thermal dan struktural.
b. Pembatasan ruangan-ruangan akomodasi dari bagian kapal lainnya dengan menggunakan
pembatas thermal dan struktural.
c. Pembatasan daIam penggunaan bahan-bahan yang mudah menyala.
d. Deteksi dari setiap tempat yang mungkin terjadi kebakaran.
e. Pembatasan dan pemadaman setiap tempat yang mungkin terjadi kebakaran/
f. Perlindungan terhadap jalur penyelamatan atau jalan untuk pemadaman atau kebakaran.
g. Kesiapan alat-alat pemadaman kebakaran.
h. Mengurangi kemungkinan terbakamya uap muatan yang mudah menyala.

Definisi
a. Bahan-bahan yang tidak menyala, berarti bahan yang tidak terbakar atau mengeluarkan uap yang
mudah terbakar dalam jumlah yang cukup sehingga baru dapat menyala sendiri bila dipanaskan
sampai ± 750°C.
b. Pengujian kebakaran baku, adalah pengujian dimana contoh dari sekat atau dinding atau geladak
diuji dalam tungku pengujian sampai suhu yang setingkat dengan kurun waktu suhu baku. Contoh
pengujian ini harus memiIiki permukaan terbakar tidak kurang dari 4,65 M’ dan tinggi (panjang
geladak) 2,44 M yang mirip sekali dengan konstruksi yang dirnaksud, termasuk sambungannya.
Kurva waktu suhu baku ditetapkan oleh mata kurva yang ditarik melaIui titik-titik berikut: - Pada
akhir 5 menit pertama 556°C
- Pada akhir 10 menit pertama 659°C
- Pada akhir 15 menit pertama 718°C
- Pada akhir 30 menit pertama 821°C
- Pada akhir 60 menit pertama 925°C

16
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

c. Pembagi Klas A, adalah pembagian-pembagian yang dibentuk oleh sekat (dinding) dan geladak-geladak
yang memenuhi hal-ha1 tersebut di bawah ini :
• Harus dibuat dari baja atau logam sejenis.
• Harus diperkuat secara baik.
• Harus dikonstruksi sedemikian rupa sehingga mampu mencegah lewatnya asap dan lidah api sampai
akhir pengujian baku kebakaran selama satu jam.
• Harus diberi lapisan isolasi yang disetujui dari bahan yang tidak mudah menyala sehingga rata-rata
dari pada bagian yang terbakar tidak akan naik lebih dari 139°C di atas dari suhu semula, juga pada
setiap sambungan, suhu tidak akan naik sampai 180°C di atas suhu semula da1am jangka waktu seperti
daftar berikut:
- Klas A - 60 60 Menit
- Klas A - 30 30 Menit
- Klas A - 15 15 Menit
- Klas A - 0 0 Menit
Pemerintah yang suatu negara dapat menetapkan pengujian suatu prototip sekat atau geladak untuk
menjamin penyesuaian dengan ketentuan-ketentuan di atas dalam hal integritas dan kenaikan suhu
d. Pembagi Klas B, ialah pembagian-pembagian yang dibentuk oleh sekat, geladak, langit-langit atau
lapisan-lapisan yang sesuai dengan hal-hal sebagai berikut :
• Harus dikonstruksi sedemikian rupa sehingga mampu mencegah lalunya lidah api sarnpai akhir
setengah jam pertama dari pengujian kebakaran baku.
• Harus memiliki kemampuan isolasi sedemikian rupa, sehingga suhu rata-rata dari sisi yang tidak
terbuka tidak akan meningkat lebih dari 225°C di atas suhu semula dalam jangka waktu seperti daftar
berikut :
- Klas B - 15 15 Menit
- Klas B - 0 0 Menit
• Harus dibuat dari bahan-bahan yang tidak mudah terbakar yang disetujui dan semua bahan-bahan yang
masuk ke dalam pembuatan dan penggunaan dari pembagian Klas “B” harus dari jenis yang tidak
mudah menyala, kecuali dimana sesuai dengan bagian C dan D dalam Bab ini penggunaan bahan tak
mudah terbakar tidak diharuskan, dalam ha1 mana ia memenuhi batas suhu yang ditetapkan dalam
ayat (ii).
Pemerintah suatu negara dapat menentukan suatu pengujian atau prototip sekat atau geladak guna menjamin
bahwa ketentuan-ketentuan di atas da1am hal integritas dan peningkatan suhu terpenuhi.
e. Pembagi Klas C, harus dibuat dari bahan-bahan yang tidak mudah terbakar yang disetujui. Klas C ini tidak
harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan lewatnya asap dan lidah api atau pembatasan
peningkatan suhu.
f. Langit-Iangit atau lapisan-lapisan yang rnenyambung Klas B adalah langit-Iangit atau lapisan-lapisan
Klas B yang hanya berakhir pada pemisah Klas A dan B.
g. Baja atau bahan lain yang sama, berarti setiap bahan yang karena sifatnya atau karena isolasi yang ada
memiliki daya struktura1 dan integritas sama dengan baja pada akhir

17
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

penerapan hubungan langsung dengan api sesuai pengujian kebakaran baku (misalnya paduan aluminium
dengan isolasi cukup).
h. Penyebaran Nyala Rendah; berarti permukaan tersebut selayaknya akan membatasi penyebaran nyala api,
hal mana ditetapkan berdasarkan persetujuan pemerintah yang bersangkutan melalui tata cara pengujian yang
ditentukan.
i. Daerah Vertikal Utama, adalah bagian-bagian badan kapal, bangunan atas dan bangunan bangunan geladak
yang dipisahkan oleh bagian Klas A, dimana panjang rata-rata di geladak manapun secara umum tidak melebihi
40 meter.
j. Ruangan Umum, adalah bagian-bagian dari akomodasi yang digunakan untuk ruang pertemuan, kamar makan,
ruang istirahat dan ruangan tertutup tetap yang sejenis.
k, Ruang Akomodasi, adalah yang digunakan untuk ruangan umum, lorong, kamar mandi, kamar-kamar tidur,
kantor kapal, tempat potong rambut Pantri terpisah loker dan ruangan ruangan sejenisnya.
l. Ruang Pelayanan, adalah ruangan yang digunakan untuk dapur, pantri utama gudang (kecuali pantri terpisah
dan loker-loker), ruang pos dan ruang penyimpanan uang dan surat berharga, bengkel yang bukan di kamar
mesin, dan ruangan sejenisnya serta lorong-Iorong menuju ruangan tersebut.
m, Ruang Muat.an, Adalah semua ruangan yang digunakan untuk memuat (termasuk tangki muatan minyak) dan
lorong-lorong menuju ruangan tersebut.
n. Ruangan Kategori Khusus, adalah ruangan tertutup di atas atau di bawah geladak sekat yang dimaksud untuk
mengangkut kendaraan bermotor dengan bahan bakar di dalam tangki sebagai tenaga pendorongnya.
o. Ruangan Mesin Kategori A, adalah semua ruangan yang bersisi :
Mesin dengan pembakaran dalam, yang digunakan sebagai pendorong utama, atau untuk tujuan lain di mana
rnesin-rnesin tersebut secara keseluruhan mampu mengeluarkan tenaga tidak kurang dari 375 kw atm.
Setiap ketel uap bahan bakar minyak, atau unit bahan baku minyak dan lorong menuju ruangan tersebut..
p. Ruangan Pemesinan, adalah semua ruangan mesin kategori A dan semua ruangan lain yang berisi pendorong,
ketel uap, unit bahan bakar minyak atau mesin uap dan mesin pembakaran dalam, generator dan mesin-mesin
listrik utama stasiun pengisian minyak, pendingin, pembuat keseimbangan, ventilasi, mesin pengatur udara dan
ruangan sejenisnya serta lorong menuju ke ruangan tersebut.
q. Unit Bahan Bakar Minyak, adalah alat yang digunakan untuk mempersiapkan bahan bakar minyak untuk
disalurkan ke ketel atau peralatan yang digunakan untuk mempersiapkan minyak yang dipanaskan guna
disalurkan ke mesin-mesin dengan pembakaran dalam, termasuk juga setiap pompa minyak, penyaring-
penyaring dan pemanas-pemanas untuk minyak pada ukuran tekanan lebih dari 1,8 kg per cm persegi.
r. Stasiun Pengendali, adalah ruangan dimana instalasi radio kapal utama untuk peralatan navigasi utama kapal
atau sumber pembangkit listrik darurat ditempatkan atau penempatan pencatatan kebakaran serta pengendali
kebakaran dipusatkan.
s. Kamar-kamar berisi peralatan dan perlengkapan dengan resiko kebakaran terbatas, adalah kamar-kamar
yang berisi peralatan dan perlengkapan dengan resiko kebakaran

18
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

terbatas (baik kamar-kamar, ruangan umum kantor kapal atau jenis akomodasi lainnya) di dalam
mana:
- Setiap peralatan seperti meja, lemari pakaian, meja rias, meja tulis, dresoar harus di konstruksi
seluruhnya dari bahan-bahan yang tidak mudah menyala kecuali lapisan yang tebalnya tidak lebih
dari 2 mm yang boleh dipakai sebagai permukaan peralatan tersebut.
- Semua peralatan yang berdiri sendiri seperti kursi-kursi, sofa-sofa, meja-meja, dikonstruksi
dengan kerangka dari bahan yang tidak mudah terbakar.
- Kain-kain penutup tirai-tirai dan bahan tekstil yang tergantung harus merniliki mutu yang dapat
menahan merambatnya lidah api beratnya bila disamakan dengan wol yang digunakan untuk
tujuan serupa.
- Semua penutup lantai harus memiliki mutu yang dapat menahan merambatnya lidah api
sekurang-kurangnya sama dengan wol yang digunakan untuk tujuan serupa.
- Semua permukaan yang terbuka di geladak-geladak sekat-sekat, lapisan-Iapisan, dan langit-
langit harus memiliki sifat mengurangi merambatnya lidah api.
t. Geladak Sekat, adalah geladak paling atas dimana geladak sekat terhadap air melintang di topang.
u. Robot Mati, adalah selisih antara air yang dipindahkan oleh badan kapal dengan berat jenis 1,025
dalam metrik ton pada garis benam sesuai dengan lambung timbul musim panas yang ditetapkan
dengan berat kapal kosong dari kapal yang bersangkutan.
v. Berat Kapal Kosong, adalah berat air yang dipindahkan oleh badan kapal dalam metrik ton
tanpa muatan bahan bakar, minyak pelumas, air ballast, air tawar dan air minum di dalam tangki-
tangki persediaan bahan-bahan untuk digunakan, serta penumpang dan awak kapal beserta barang
bawaannya.
w. Pengangkut Campuran, adalah kapal tanki yang dirancang untuk mengangkut rninyak atau
muatan padat secara curah.

3.3. PETUNJUK-PETUNJUK KESELAMATAN


TINDAKAN- TINDAKAN DI KAMAR MESIN
a. Kamar mesin harus selalu di jaga kebersihannya. Minyak-minyak yang menetes di bawah
peralatan segera dibersihkan dan dikeringkan. Lap-lap kotor yang bercampur minyak jangan
diletakkan sembarangan. Sebaiknya disimpan di kotak besi yang tertutup rapat, got-got harus
sering dikuras.
b. Lakukan perawatan mesin listrik dengan sebaik-baiknya. Jangan melakukan perbaikan
atau perubahan-perubahan alat yang mengandung resiko. Alat yang sudah melampaui batas
pemakaian sebaiknya cepat-cepat diganti.
c. Alat-alat pemadam api untuk mesin listrik harus tersedia dengan cukup. Sebelum berangkat
berlayar sebaiknya memeriksa semua peralatan dan sistem pemadaman di kamar mesin,
yakinkan bahwa semua dalam kondisi yang baik dan siap digunakan.

19
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

d. Bila melakukan percobaan (setelah selesai perbaikan) alat-alat pemadam api dan petugasnya harus
disediakan.
e. Larangan “JANGAN MEROKOK” harus benar-benar ditaati.
f. Setiap pekerjaan di kamar mesin harus mengenal semua peralatan mesin/listrik yang ada diruangan, dan
mengetahui dengan tepat bahaya-bahaya apa yang dapat ditimbulkan oleh peralatan tersebut.
g. Setiap pekerja di kamar mesin harus mengetahui sistem pemadaman api yang digunakan, macam alat
yang digunakan, lokasinya dan cara bekerjanya, dan harus menggunakan peralatan tersebut sewaktu-
waktu diperlukan. Pekerja yang masih dalam taraf latihan sebaiknya harus selalu didampingi pekerja
yang sudah berpengalaman.
h. Pekerja yang bertugas juga harus melaksanakan kewajikaan dengan baik. Lakukan pengontrolan dan
pengecekan bekerjanya peralatan sesering mungkin. Perhatikan sekeliling apakah timbul asap atau
mungkin tercium bau kabel yang terbakar dan sebagainya.
i. Bila terpaksa melakukan perbaikan, sedangkan beberapa peralatan lain masih bekerja, perhatikan
tindakan-tindakan keamanan yang diperIukan.
j. Usahakan agar aliran udara/ventilasi kamar mesin bekerja dengan baik.
k. Bila ada kelainan yang membahayakan, jangan ragu-ragu untuk menyetop mesin tetapi bila
masih memungkinkan, agar laporan dulu ke anjungan dan Kepala Kamar Mesin.
l. Kabel-kabel listrik harus selalu di cek kondisinya, jangan sampai terjadi korsleting.
m. Jangan biasakan menempatkan kain-kain lap di atas peralatan.
n. Jangan menyimpan benda atau bahan-bahan yang mudah terbakar di kamar mesin, kecuali minyak-
minyak pelumas.
o. Pada kamar-kamar mesin modern yang memakai sistem remote control, jangan hanya melakukan
pemeriksaan di ruang control saja. Selama mesin bekerja harus ada pekerja yang langsung memeriksa
kamar mesin.

RUANGAN AKOMODASI
a. Merokok di dalam ruangan harus hati-hati. Jangan merokok sambil tiduran, dan buang puntung rokok
yang sudah dipadamkan pada tempat yang disediakan. Jangan sembarangan membuang puntung rokok
yang masih berapi keluar jendela.
b. Penghuni ruangan harus mengenal alat-alat pemadam di kamar dan sekitarnya, serta mampu
mempergunakan alat-alat tersebut pada saat diperIukan.
c. Kebersihan ruangan harus dijaga. Jangan menempatkan barang-barang (menggantungkan baju/celana)
dekat kabel-kabel listrik.
d. Bila menggunakan alat-alat listrik (seterika, kipas angin, dan sebagainya) harus hati-hati.
Jangan lalai mencabut stop kontaknya bila telah selesai.
e. Setiap akan tidur atau akan pergi ke luar ruangan, yakinkan bahwa semuanya telah aman, tidak ada hal-
hal yang dapat menimbulkan api (korsleting).

20
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

MUATAN DAN PENUMPANG


a Pemadam di palka harus diatur sebaik-baiknya. Petugas yang bertanggung jawab harus menguasai
peraturan-peraturan tentang muatan berbahaya, cara-cara pembungkusannya, cara-cara memuatnya, dan
tindakan-tindakan pengamanan yang harus dilakukan.
b. Ventilasi udara harus diatur sebaik-baiknya. Pada kapal yang tonagenya 1500 ton atau lebih, palka kapal
harus dilengkapi dengan termometer pengukur suhu. Petugas yang bertanggung jawab harus sering
memeriksa ruangan palka tersebut.
c. Untuk kapal yang mengangkut muatan minyak harus di jaga jangan sampai terjadi kebocoran pipa-pipa.
Tumpahan minyak atau uapnya merupakan hal berbahaya. Drum-drum maupun tempat berisi minyak
harus diikat dengan kuat, sehingga tidak ada kemungkinan minyaknya tumpah.
d. Di kapal penumpang yang memuat penumpang, kepada penumpang harus memberikan penjelasan
hal-hal yang membahayakan keselamatan bersama. Dan harus ada petugas yang selalu mengontrol
dan memperingatkan penumpang bila tidak mentaati larangan-larangan yang diberlakukan. Bila perlu,
penumpang dilibatkan dalam latihan.
e. Kapal-kapal khusus yang memuat barang-barang berbahaya (Kapal Tanker, Kapal L.P.G) diwajikakan
mematuhi peraturan maupun persyaratan pencegahan bahaya sesuai konvensi Internasional maupun
peraturan-peraturan yang berlaku di Negara-Negara yang disinggahi/dilewati.

RUANGAN MASAK/DAPUR

a. Alat-alat pemadam api portable harus selalu disiapkan di dapur, dan dijaga baik kondisinya. Pekerja di
dapur juga harus mampu menggunakan alat tersebut pada saat diperlukan.

b. Semua peralatan masak harus selalu dijaga kondisinya. Khusus peralatan masak yang modern, pekerja
harus sudah menguasai prosedur penggunaannya dan tindakan-tindakan keamanan yang diperlukan
harus dilaksanakan.

c. Penggunaan minyak harus hati-hati. Perhatikan temperatur minyak dan hindari hal-hal yang berbahaya.

d. Larangan jangan merokok harus ditaati. Jangan bekerja di dapur sarnbil merokok.

e. Setelah selesai memasak dan ketika meninggalkan ruangan (galley/pantry), yakinkan bahwa semua
peralatan sudah aman.

f. Tutup aliran bahan bakar atau mengambil/mengurangi jumlah bahan bakar (starvation)

g. Sifat-sifat Bahan Yang Mudah Terbakar.


Sangat dipengaruhi oleh 3 faktor :
(1) Titik Nyala (Flash Point)
(2) Suhu Penyalaan Sendiri (Auto Ignition Temperature)
(3) Daerah Bisa Terbakar (Flammable Range)

21
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Gambar 11
Kebakaran kapal sering terjadi pula pada saat kapal sedang dalam perbaikan di dock. Pada
umumnya disebabkan karena kelalaian, yaitu karena tidak mematuhi prosedur kerja yang
seharusnya dilakukan.

3.3 SEBAB-SEBAB KEBAKARAN


Peristiwa kebakaran terjadi karena bermacam-macam sebab, dan penyebab yang paling sering adalah
karena kelalaian. Disamping itu ada juga yang diseabkan karena peristiwa alam, penyalaan sendiri
dan ada pula yang memang disengaja. Yang terakhir ini adalah tindakan dengan tujuan-tujuan tertentu
Masing-masing penyebab kebakaran diatas akan dibahas secara berturut-turut

a) Kebakaran yang terjadi karena kelalaian


Kelalaian adalah suatu tindakan yang tidak disengaja, walaupun sebenarnya hal tersebut sering
menimbulkan akibat-akibat yang fatal. Hampir setiap peristiwa kebakaran besar, terjadi karena
faktor kelalaian.
(1) Sebab-sebab kelalaian :
(a) Kurang pengertian pencegahan bahaya kebakaran
(b) Kurang berhati-hati dalam menggunakan alat atau bahan yang dapat menimbulkan api.
(c) Kurangnya kesadaran pribadi atau tidak disiplin.
Contoh-contohnya :
- Merokok sambil tidur-tiduran.
- Mengisi minyak pada kompor yang menyala besar.
- Meletakkan minyak atau bahan yang mudah terbakar pada sembarang tempat.

22
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

- Mengganti kawat sekering dengan kawat sembarangan.


- Lupa mematikan kompor, alat-alat listrik dan sebagainya.
- Menguras logam dengan bahan yang mudah terbakar.

b) Kebakaran Yang Terjadi Karena Peristiwa Alam


Sebenarnya banyak peristiwa alam yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran. Dan pada umumnya
adalah peristiwa alam yang mengangkat keadaan cuaca atau gunung berapi.
Contoh-contohnya adalah :
(1) Sinar Matahari
Cuaca panas yang lama dapat mengakibatkan kebakaran pada gudang-gudang yang mudah terbakar
atau mudah meledak. Misalnya pada gudang mesiu, gudang bahan petasan, gudang bahan kimia dan
sebagainya.
(2) Letusan Gunung Berapi
Pada peristiwa ini yang sering adalah mengakibatkan kebakaran hutan, atau tempat-tempat yang
dilalui larva panas.
(3) Gempa Bumi
Gempa Bumi yang kuat dapat merobohkan rumah atau bangunan. Akibatnya dapat terjadi
korsleting listrik, sehingga terjadi kebakaran.
(4) Petir / Halilintar
Akibat petir sering menyebabkan kebakaran hutan, juga kebakaran rumah atau gudang-gudang
yang tidak dilengkapi dengan penangkal petir.
(5) Angin Topan
Angin Topan yang kuat dapat menyebabkan korsleting pada kabel-kabel tegangan tinggi, sehingga
menimbulkan kebakaran.

c) Kebakaran Yang Terjadi Karena Penyalaan Sendiri


Penyalaan sendiri sering terjadi pada gudang-gudang bahan kimia. Juga dapat terjadi pada tempat
penyimpanan kopra, dimana udara yang kering dan panas dapat menyebabkan terbakamya kopra,
sehingga terjadi kebakaran.

23
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

d) Kebakaran Yang Disebabkan Unsur Kesengajaan


Peristiwa kebakaran yang disengaja pada umumnya mempunyai tujuan-tujuan tertentu misalnya:
(1) Sabotase untuk menimbulkan huru-hara, kebanyakan karena alasan-alasan politis.
(2) Mencari keuntungan pribadi, misalnya karena ingin mendapat ganti rugi dari asuransi.
(3) Untuk menghilangkan jejak kejahatan dengan cara membakar dokumen atau bukti-bukti
yang sekiranya memberatkan.
(4) Untuk tujuan taktis dalam pertempuran, misalnya dengan jalan bumi hangus.

24
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

BAB IV
ORGANISASI PEMADAM KEBAKARAN DI ATAS KAPAL

4.1. ALARM KEADAAN DARURAT


Semua pelayar harus mengerti dengan benar alarm keadaan darurat di kapal, sehingga bila ter dengar alarm
keadaan darurat tersebut dapat segera bertindak sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Alarm keadaan
darurat yang baku terdiri dari tujuh (7) atau lebih tiup pendek diikuti dengan 1 (satu) tiup panjang
dan suling kapal dan lonceng kapal atau kelakson atau bunyian serupa (• • • • • • •------).
Panel control alarm bahaya kebakaran adalah suatu unit pengontrol yang berfungsi untuk menyeleksi
dan mengevaluasi sinyal bahaya yang berasal dari alat-alat deteksi. Dengan adanya peralatan ini, maka
pengawasan terhadap bahaya kebakaran dapat dilakukan secara terpusat dan tindakan pemadam api dapat
segera dilaksanakan.

FIRE
ALARM
CONTROL
PANEL

Gambar 6.1 : Panel Alarm Bahaya Kebakaran

Gambar di atas adalah panel Control untuk bangunan perusahaan/perkantoran yang tidak terlalu besar,
gudang-gudang, guest house, dan sebagainya. Jangkauan pengawasan bahaya dapat dipakai untuk
empat sampai lima lokasi (Zone Pengontrolan). Sedangkan untuk bangunan-bangunan lain yang lebih
komplek atau kapal-kapal laut, panel controInya dapat di desain lebih besar, lengkap dengan sistem
otomatisasi pemadam api instalasi tetapnya.
Pada kapal-kapal laut biasanya panel control tersebut ditempatkan di anjungan. Dari stasiun pengawas
keadaan darurat yang ada di anjungan tersebut dapat dioperasikan alarm kebakaran khusus yang berbunyi
di seluruh akomodasi dan ruang permesinan kapal sehingga dapat mengarahkan kapal ke tempat/stasiun
kebakaran.

25
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

4.2. BAGAN PENGENDALIAN KEBAKARAN DAN SIJIL KEADAN DARURAT


a. Bagan Pengendalian Kebakaran
Bagan pengendalian kebakaran harus di pasang secara tetap pada semua kapal, agar dapat dijadikan
petunjuk bagi perwira kapal. Bagan penyusunan umum memperlihatkan secara jelas stasiun
pengendalian setiap geladak, macam-macam ruangan yang dibatasi dengan pembagian Klas A, Klas
B (jika ada), serta penjelasan dari alarm kebakaran, sistem pendeteksian, instalasi percik (bila ada),
alat-alat pemadam kebakaran, jalan menuju ruangan lain, geladak-geladak serta sistem ventilasi.
Juga dijelaskan tentang dimana kedudukan dan angka pengenal ventilasi untuk setiap sektor.
Penjelasan di atas harus dimasukkan ke dalam buku petunjuk, dan setiap perwira harus diberi buku
ini dan buku tersebut setiap saat harus ada di kapal dan ditempatkan pada lokasi yang mudah di capai.
Bagan pengendalian beserta buku petunjuk ini harus dipelihara agar tetap mengikuti perubahan-
perubahan yang dilakukan. Keterangan dalam bagan pengendalian maupun buku petunjuk ini ditulis
dalam nasional, bila ditulis bukan dalam bahasa Inggris atau bahasa Perancis, maka harus dimasukkan
juga terjemahan ke dalam bahasa Inggris atau Perancis.
Petunjuk pengoperasian dan perawatan semua peralatan dan instalasi pemadam kebakaran harus
disimpan di dalam satu wadah tertutup di tempat selalu siap dan mudah dicapai.

b. Sijil Keadaan Darurat


Sijil keadaan darurat harus memuat semua tugas-tugas khusus dan terutama harus menunjukkan
tempat-tempat dimana tiap anggota harus pergi dan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Bentuk
dari sijil keadaan darurat harus diletakkan pada tempat-tempat yang mudah dilihat, terutama di
ruang-ruang awak kapal sebelum kapal tersebut berlayar.
Sijil keadaan darurat harus memuat tugas-tugas yang diberikan kepada akan buah kapal yang
berhubungan dengan :
• Penutupan pintu-pintu kedap air, katup-katup dan alat-alat penutup dari lubang-Iubang
pembuangan, pembuangan abu dan pintu-pintu kebakaran.
• Perlengkapan sekoci penolong (termasuk pesawat radio untuk sekoci dan rakit penolong, serta
alat penolong lainnya).
• Penurunan sekoci-sekoci penolong.
• Pengumpulan dari penumpang-penumpang.
• Pemadam kebakaran dengan memperhatikan bagan pengendalian kebakaran.
- Di kapal penumpang 1 minggu sekali bila memungkinkan harus dilakukan latihan sekoci
dan pemadaman kebakaran, latihan ini harus diadakan juga bila sebuah kapal, penumpang
meninggalkan pelabuhan pemberangkatan terakhir dalam pelayaran internasional, kecuali
pelayaran internasional jarak pendek.
- Di kapal barang, untuk latihan sekoci dan latihan pemadaman kebakaran harus dijalankan
dalam waktu tidak lebih dari 1 bulan, dengan ketentuan latihan sekoci dan latihan pemadaman
kebakaran harus dijalankan dalam waktu 24 jam sesudah meninggalkan pelabuhan, apabila
lebih dari 25% dari awak kapal telah diganti di pelabuhan tersebut. Latihan-latihan tersebut
harus dicatat dalam buku harian kapal.

26
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

4.3. TATA CARA KESELAMATAN PERORANGAN/PERSONAL SAFETY ROCEDURE


Peran atau roll bahaya kebakaran ialah suatu sistem pembagian tugas dan tanggung jawab anak buah
kapal di pos tugas yang ditentukan, agar dapat menggunakan peralatan pemadam api secara cepat dan
tepat. Hakekatnya peran sama dengan sistem siaga bahaya kebakaran sesuai yang dilaksanakan pada
latihan berkala. Dengan pengaturan tugas sesuai peran masing-masing, mereka mengerti tanggung
jawabnya bila terjadi bahaya kebakaran, sehingga penanggulangannya dapat dilakukan dengan cepat dan
terhindar dari korban/kerugian lebih besar. Setiap anak buah kapal yang baru harus mengetahui tugas dan
perannya dan segera menyesuaikan diri agar mampu melaksanakan tanggung jawab. Contoh daftar peran/
roll bahaya kebakaran dapat dilihat pada daftar berikut.

DAFTAR PERAN/ROLL BAHAYA KEBAKARAN

No. Tugas Jabatan Pos Tugas Uraian Tugas


A-1 Nakhoda Anjungan - Pimpinan Umum
- Mengolah Gerak Kapal
A-2 Mualim I Anjungan - Meneruskan Instruksi-instruksi Nakhoda
- Mengolah Olah Gerak Kapal
A-3 Mualim II Anjungan - Memplot posisi Terus menerus
A-4 Juru Mudi Anjungan - Mengemudi Kapal
A-1 Markonis RU. Radio - Siap Mengirim Isyarat Bahaya
- Menyiapkan Radio Portable/Emergency
- Mengamankan Dokumen
R-2 Ass. Markonis Lokasi K - Membantu Serang Menyiapkan Selang Air
D-1 Mualim III Lokasi K - Pemadaman Api dengan Air dan Busa
M-I KKM Lokasi K - Pimpinan Pemadaman Api
- Memberi Perintah Alat Pemadam yang dipakai.
M-2 Masinis I RU. Mesin - Siap menjalankan Pompa yang diperlukan.
- Siap mengaktifkan alat pemadaman otomatis
M-3 Masinis II RU. Mesin - Pemadam CO2 6 Kg dan membantu Masinis I
M-4 Masinis III Lokasi K - Membantu KKM danPemadam CO2 6 Kg.
M-5 Mandor Lokasi K - Menyiapkan Nozzle dan Membuka Kran-Kran.
- Pemadam CO2 6 Kg.
M-6 Jr. Motor I Lokasi K - Menyiapkan Nozzle dan Membuka Kran.
- Pemadam Api Dry Chemical
M-7 Jr. Motor II Lokasi K - Menutup Pintu/Jendela Kedap.
M-8 Jr. Motor III Lokasi K - Menutup Pintu/Jendela Kedap.
- Pemadam Dry Chemical
D-2 Serang Lokasi K - Pemadam Api Air Selang No. 1
D-3 Jr. Mudi II Lokasi K - Pemadam Api Air Selang No. 2
D-4 Jr. Mudi III Lokasi K - Pemadam Api Air Selang No. 2
D-5 Kelasi I Lokasi K - Pemadam Api Air Selang No .2
D-6 Kelasi II Lokasi K - Pemadam Api Busa.
- Pemadam Api Air Selang No. 2
D-7 Koki I Lokasi K - Pemadam Api Busa.
- Pemadam CO2 2 Kg
D-8 Koki II Lokasi K - Menutup Pintu / Jendela Kedap
- Pemadam CO2 2 Kg

27
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Setiap awak kapal harus mengetahui tentang larangan memasuki daerah kebakaran kecuali sudah
mendapat perintah dari orang yang bertugas. Disamping itu juga harus mengenal daerah lokasi kebakaran
di kapal dan faham betul mengenai jalur-jalur penyelamatan.
Untuk memasuki daerah yang terbakar, khususnya untuk yang beresiko tinggi seperti tidak adanya
penerangan dan pekatnya asap hasil kebakaran, maka petugas pemadam kebakaran harus menggunakan
peralatan pelindung yang lengkap, seperti:
- Alat Pelindung Pernafasan (B.A)
- Senter
- Kapak
- Tali Keselamatan Tahan Api dan Perlengkapannya
Petugas pemadam harus memakai pakaian pelindung yang memadai seperti topi keamanan, sarung
tangan, sepatu keamanan dan baju pemadam, agar dapat melaksanakan tugas secara maksimal. Petugas
yang menggunakan tali keselamatan, sudah harus mengerti tentang penandaan (signalling) yang sudah
disepakati seperti :
- Satu (1) tarikan tali berarti, saya aman dan tolong diulur talinya, saya akan masuk lagi.
- Dua (2) tarikan berarti, saya aman dan tolong ditarikkan, saya akan keluar.
- Tarikan berulang-ulang berarti saya dalam berbahaya, tolong segera tarik saya keluar.
Bila masing-masing anggota sudah mengetahui tugasnya dan peran bahaya kebakaran, maka kemampuan
penanggulangan bahaya kebakaran tergantung dari sering tidaknya diadakan latihan. Dengan seringnya
latihan, maka kecepatan gerak dalam menghadapi bahaya menjadi suatu gerakan reflek yang tangkas,
sehingga pemadaman api dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.

4.4. LATIHAN BERKALA DI ATAS KAPAL


Hal-hal yang penting dalam melaksanakan latihan kebakaran di kapal adalah membuat latihan kebakaran
seperti kejadian sesungguhnya. Selama pelaksanaan latihan kebakaran, pompa-pompa harus benar-
benar dioperasikan, air harus benar-benar mengalir di selang, alat pemadam api ringan harus disiapkan
untuk dipakai.
Semua awak kapal harus berpartisipasi dalam latihan pemadam kebakaran, karena tujuan latihan ini
adalah untuk dapat membentuk kelompok pemadam kebakaran yang bermutu, di mana harus ditunjang
dengan keahlian masing-masing awak kapal mengenai kemampuan penggunaan alat pemadam kebakaran,
penggunaan alat pelindung, tehnik pemadaman, kerjasama kelompok, memperkirakan bahaya yang
akan tirnbul, mengenai jalan penyelamatan diri sesuai dengan konstruksi kapal dan penggunaan alat
pelindung pernafasan.
Diharapkan setiap kali latihan pemadam kebakaran, jenis latihan berubah-ubah agar awak kapal dapat
mengenal betul cara-cara pemadaman kebakaran yang mungkin saja terjadi di atas kapal dan tidak
membosankan bagi para awak kapal.
Jenis-jenis latihan pemadaman kebakaran meliputi :
- Memadamkan Api yang terjadi di Bak Kecil.
- Memasuki ruangan tertutup yang terbakar.
- Memadamkan Kebakaran di Geladak Utama.
- Menyelamatkan Orang Pingsan dari ruangan yang penuh Asap dengan menggunakan alat pelindung
pernafasan.

28
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Setiap awak kapal harus benar-benar terbiasa menggunakan peralatan pemadam kebakaran dengan
benar. Disamping itu refleks dari para awak kapal begitu mendengar alarm kebakaran harus benar-
benar baik, sehingga dapat dengan tenang rnengerjakan tugas kewajikaannya sesuai dengan yang telah
ditetapkan. Jalur-jalur penyelamatan diri di atas kapal sudah harus dipaharni oleh setiap awak kapal,
sehingga bila terjadi keadaan darurat dan secara kebetuIan penerangan padam, setiap awak kapal dapat
menyelamatkan diri dengan selamat.
Penggunaan alat perlindungan pernafasan semestinya dipahami dan penggunaan sarana perlengkapan
lainnya, seperti tali keselamatan beserta pengait dan penandaannya harus dimengerti. Begitu juga
diharapkan keterarnpilan dalam penggunaan peralatan penolong pernafasan buatan untuk korban yang
memerlukan bantuan. Untuk dapat melakukan tindakantindakan keamanan mencegah bahaya kebakaran
dengan baik, latihan-latihan pemadam kebakaran harus sering dilakukan. Selain untuk meningkatkan
keterampilan, juga untuk menanamkan kesadaran dan disiplin terhadap usaha-usaha pencegahan
(keselamatan kerja). Dengan demikian dapat mempertinggi kewaspadaan di semua tempat dan pada
setiap saat.

4.5. SISTIM PENJAGAAN


- Sistem penjagaan harus diadakan pada semua kapal sehingga timbulnya kebakaran dapat segera
ditemukan. Alarm kebakaran manual harus dipasang di seluruh akomodasi penumpang dan
awak kapal, guna memungkinkan penjaga memberitahukan ke anjungan atau stasiun pengontrol
kebakaran bila terjadi kebakaran.
- Selain itu harus disediakan alarm kebakaran atau sistem deteksi kebakaran secara otomatis yang
dapat menunjukkan adanya gejala kebakaran di suatu tempat yang tidak dapat dijangkau dengan
sistem penjagaan manusia, kecuali sifat pelayaran kapal tersebut jangka pendek.
- Semua kapal, baik di laut atau di pelabuhan (kecuali dalam keadaan rusak) setiap saat harus
diawaki atau diperlengkapi sedemikian rupa, sehingga setiap alarm kebakaran awal, di jamin
dapat segera diterima oleh awak kapal yang bertanggung jawab.

29
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

BAB V
TATA CARA MEMADAMKAN KEBAKARAN

5.1. PENGETAHUAN TENTANG PENYUSUNAN KESELAMATAN KEBAKARAN


Alarm kebakaran harus di pasang di seluruh ruang akomodasi penumpang dan awak kapal guna
memungkinkan penjaga memberitahu anjungan atau stasiun pengawas keadaan darurat bila terjadi
kebakaran di atas kapal. Selanjutnya stasiun pengawas keadaan darurat akan membunyikan alarm ke
seluruh kapal untuk memberitahukan kepada seluruh pelayar bahwa sudah terjadi kebakaran. Alat-alat
pemadam kebakaran tetap akan bekerja dengan sendirinya bila alat deteksi kebakaran menemukan adanya
kebakaran di suatu tempat. Begitu juga pintu-pintu kedap air dapat di tutup sesuai dengan kebutuhan
yang semuanya ini diatur pada stasiun pengawas keadaan darurat.
Pada kebakaran yang terjadi, semua orang harus mengerti akan potensi bahaya kebakaran, seperti radiasi
panas dari kebakaran, gas beracun yang dihasilkan dan terperangkap di dalam lokasi kebakaran. Untuk
itu semua pelajar harus berhati-hati dalam menghadapi kebakaran yang terjadi dan mengerti prosedur
dalam menangani kebakaran.

5.2. ALARM-ALARM KEBAKARAN DAN TINDAKAN AWAL


Bila seorang pelayar menemukan adanya kebakaran maka tindakan awal yang dilakukan adalah
membunyikan alarm yang ada paling dekat dengan tempat kebakaran. Kotak alarm kebakaran ada yang
harus dipecahkan kacanya atau hanya membuka tutupnya saja. Selanjutnya tekan tombol atau menarik
tuas yang ada di kotak alarm.
Harus diperhitungkan pula tentang membesamya api, dan ingat bahwa bila kebakaran membesar berarti
ada kemungkinan terjebak dalam asap dan panas. Bila hal ini terjadi maka pelayar harus menyelamatkan
diri ke tempat yang aman sambil menunggu bantuan datang untuk memadamkan kebakaran. Hal yang
penting juga adalah bila memungkinkan menutup sistern peranginan. Tujuannya adalah agar kebakaran
tidak meluas ke bagian lain yang dikarenakan berkurangnya oksigen pada ruang yang terbakar.

5.3. PEMADAMAN KEBAKARAN


Dalam memadamkan kebakaran yang terjadi di kapal, para pelayar harus mengetahui cara
memadamkan kebakaran secara cepat dan tepat, dengan menggunakan tehnik dan taktik yang tepat
pula sesuai dengan jenis dan tempat kebakaran. Hal ini adalah karena konstruksi kapal yang khusus,
yang sangat berpengaruh terhadap usaha pemadaman kebakaran. Belum lagi akibat kebakaran dan
akibat pemadaman yang dapat bereaksi dengan muatan yang diangkut.
Untuk mencegah keadaan yang tidak diinginkan, maka pirnpinan pemadam kebakaran harus
rnengontrol stabilitas kapal, karena konstruksi bangunan kapal yang khusus, maka petugas
pemadam kebakaran tidak dapat bertindak dengan leluasa. Perlu diperhatikan orang-orang yang
tidak bertugas memadamkan kebakaran, menjauh dari lokasi kebakaran dan tidak diperkenankan
masuk ke lokasi kebakaran tanpa perintah dari petugas pemadam kebakaran.

30
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Sangat berbeda dengan kejadian kebakaran di darat, dimana orang yang terancam bahaya dapat cepat
menyingkir ke tempat yang aman. Pada kebakaran di kapal yang terjadi di tengah laut, korban tidak
dapat berlindung selain di dalam kapal, apalagi bila cuaca/ombak cukup besar. Oleh karena itu pimpinan
pemadam kebakaran harus dapat memutuskan dengan cepat, dan apabila situasinya memang sudah tidak
dapat diatasi, agar sekoei dan alat-alat penolong segera diselamatkan, supaya dapat digunakan untuk
tindakan penyelamatan lebih lanjut.
Bila kebakaran sudah dapat dipadamkan, masih perlu diadakan pengawasan tentang kemungkinan
terjadinya penyalaan kembali yang disebabkan masih adanya sumber penyalaan yang tersisa atau
bertambahnya kekuatan angin sehingga menambah kadar oksigen, yang sangat menunjang terjadinya
penyalaan.
Dari sifat-sifat khusus kebakaran kapal yang di bahas di atas dapat diketahui, bahwa penanggulangan
bahaya kebakaran di kapal adalah lebih sulit, dan ancaman bahaya khususnya terhadap jiwa manusia
adalah lebih besar. Oleh sebab itu usaha pencegahan bahaya kebakaran harus dilakukan secara ketat, dan
tindakan keamanan di masing-masing ruangan kapal yang di duga dapat menimbulkan sumber api, harus
benar-benar di tegakkan.

5.4. INSTRUKSI TATA CARA PENGGUNAAN SARANA PEMADAMAN DI KAPAL


A. Rencana Pendukung Kecemasan di atas Kapal
Pada waktu di laut Nakhoda bertanggung jawab untuk mengelola dan menggiatkan pemadam kebakaran
atau menolong korban keeelakaan. Manakala kapal berada di pelabuhan atau di dalam terminal laut,
Penguasa Pelabuhan Negara yang bersangkutan ikut terlibat, sedangkan kekuasaan Nakhoda dalam
mengelola dan bertindak serta mengelola kebakaran harus dengan tegas dilaksanakan.
Apa yang harus dilakukan ?
Pengelolaan terbaik adalah mengendalikan bahaya kebakaran dengan mengetahui lebih awal apa
yang harus dilakukan dan bagaimana menyusun rencana penanggulangan bahaya kebakaran. Rencana
penanggulangan di susun sesuai dengan USCG bersangkutan dengan negara bagian lain, lokal dan
pribadi yang disiapkan untuk melakukan suatu jenis dalam keadaan darurat.
Kunci berhasilnya rencana penanggulangan didasarkan pada:
1. Jenis kecelakaan yang timbul
2. Akibat kecelakaan
3. Tindakan yang dapat dilakukan
4. Tanggung jawab yang dapat dilakukan

Rencana penanggulangan akan berhasil apabila dikomunikasikan melalui pelatihan dan penyusunan
rencana latihan sesuai jenis kecelakaan. Dengan kejadian secara alami, Nakhoda haris
menyiapkan inburnisasi tentang kapal dan muatannya, kepentingan kapal dan muatannya
dengan informasi yang tepat. Dengan informasi ini, petugas pemadam kebakaran mempunyai
persiapam yang cukup dalam menghadapi keadaan bahaya muatan dan teknik serta alat yang
digunakan.
Sesuai bab di dalam Marine Safety Council, US Coast Board LCDR. Michael B. Slaek,
Kepala Coast Guard Boston, menyatakan bahwa untuk suatu kebakaran di kapal segera

31
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

menggerakkan organisasi pemadam kebakaran setempat adalah sangat penting.


Informasi penting yang harus disiapkan oleh Bagian Kebakaran adalah :
- Nama Pelapor
- Jenis Kebakaran
- Tempat Kebakaran
- Apakah ada seseorang terjebak atau luka
- Jumlah personil kapal
- Nama jenis muatan
- Bahaya dari muatan terhadap lingkungan
- Kapal dapat berlayar
- Usaha pemadaman yang dapat dicapai.
Bila regu pemadam kebakaran dari darat tiba, personil membantu dan bekerja sama melakukan
pemadaman kebakaran yang dipimpin oleh Kepala Regu Pemadam Kebakaran. Apabila keadaan
memungkinkan, siapkan beberapa hal seperti rencana pemadam kebakaran melalui rapat, manifest yang
terbaru, tim kapal dan buku stabilitas yang siap untuk diuji oleh Kepala Pemadam Kebakaran.

5.4.2. Team Bantuan Keadaan Darurat Alarm dan Sijil Kebakaran


Walaupun kapal berada di laut. berlabuh jangkar atau di pelabuhan, pada waktu mendengar alarm Regu
Pemadam harus segera rnenuju ke Posko. Sijil kebakaran harus di tempel di dinding posko, sehingga
menjamin jumlah personil dan dapat segera diketahui anggota yang hilang. Persiapan maksimum segera
dilakukan dan seragam untuk meneapai posko, tindakan awal harus mudah di koordinir.
Pengendalian bantuan perorangan untuk keadaan darurat adalah sebagai berikut :
1. Ditemukan keadaan darurat membunyikan alarm
2. Menyiapkan Pasko
3. Bila mendengar bunyi alarm, semua awak kapal segera menuju ke Posko dan seawal mungkin untuk
melaksanakan tugas.
4. Kepala team keadaan darurat atau wakilnya untuk sijil kebakaran dan melapor ke anjungan. Hal ini
dapat dieatat istilah kesiapan, dan didalam hubungan ini harus mengabulkan identitas teamnya, kedua
nama-nama petugas atau orang yang hilang, ketiga SDM dapat disiapkan segera untuk dikelola,
keempat alat-alat dan team kamar mesin bertanggung jawab mengecek dan dalam keadaan baik.

Kebijakan Kepala Team


Semua kepala team harus dapat mendelegasikan tugas kepada semua anggotanya. Kepala team tidak
pemah terlibat dalam tugas aktual bahwa pengendalian kegiatan teamnya untuk melindungi jiwa
manusia. Untuk mencapai tujuan Kepala Team harus menjamin efektifitas latihan dan percaya pada
kemampuan setiap anggotanya.

Susunan Team
Team dibagi menjadi 5 team kerja berdasarkan jumlah personil minimum 28 orang. Contoh susunan team

32
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

dapat dilihat pada halaman 5-4 dan 5-5. Seseorang yang tidak dicantumkan di dalam SijiI kebakaran
bertindak sebagai cadangan dan sijiI kebakaran di anjungan.

Team Anjungan
Team anjungan bertanggungjawab atas Komando dan pengendalian keadaan, menjamin bahwa sijil kebakaran
berdaya guna bagi petugas yang melakukannya. Bila diperlukan team anjungan meneliti setiap petugas yang
tidak giat. Team anjungan harus juga melaksanakan komunikasi keluar dan ke dalam, kamar anjungan, kamar
mesin, regu darurat dan bantuan, memelihara navigasi kapal dan mencatat setiap kejadian di jurnal.

Team Kamar Mesin


Team kamar mesin melaporkan ke anjungan tentang kesiapan kamar mesin, berisi keadaan kamar mesin dan
sistem darurat yang harus dimaksimumkan. Team harus menyiapkan apakah ada kekurangan pada sistim dan
team harus dapat memelihara pelayanan darurat.

Team Darurat 1 dan 2


Team melaporkan kesiapannya ke anjungan dan menyiapkan sarana dan kesiapan melakukan tugas langsung
oleh Nakhoda atau Perwira di Posko.

Team Bantuan
Team bantuan melaporkan kesiapannya ke Anjungan dan mempersiapkan bantuan kepada regu darurat dan
kapan diperintahkan oleh Nakhoda atau Perwira yang bertugas untuk:
- Rumah sakit dan P3K
- Menyiapkan sekoci penolong dan rakit penolong
- Menyiapkan alat penolong pernafasan untuk regu darurat
- Menyiapkan logistik untuk regu darurat, seperti pengisian udara alat penolong
pernafasan
- Patroli keamanan
- Pendinginan sekitar kebakaran.
Keberhasilan regu ini diukur dengan bantuan efektif yang dapat diberikan regu darurat untuk pelayanan, dan
setiap anggota regu memiliki kemampuan dan atribut sebagai Regu Darurat.

Regu Cadangan
Kapal yang mempunyai personil 28 orang, tambahan sesuai personil yang disiapkan setiap regu, tidak lebih
dari 8 orang.

Regu Pemberdayaan
Berhasil tidaknya setiap regu sangat tergantung dari kemampuan masing-masing anggota dalam
memberdayakan kemampuannya pada semua format keadaan darurat.

33
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Penyaringan anggota regu darurat kemampuan dan lambang harus diperhatikan :


- Pemadaman kebakaran (semua anggota)
- Memasuki tempat tertutup (semua anggota memakan breathing apparatus)
- Tehnik penyelidikan dan pertolongan
- Pengamatan dan komunikasi
- Ahli listrik
- Ahli mekanik
- Ahli kepelautan
- Ahli P3K
- Ahli penyelamatan
- Pengetahuan kapal dan perlengkapan
- Pengendalian kerusakan
- Ketahanan pisik (pertimbangan umur)
- Disiplin diri sendiri / perhatian berusaha dan
- Semangat regu

B. Perencanaan Pelatihan
Untuk mencapai regu yang efisien perlu dilakukan melalui latihan secara teratur, dan setiap anggota regu
harus tahu rencana latihan yang ditetapkan. Beberapa hal pokok yang dipraktekkan harus diperhatikan
secara bersungguh-sungguh oleh setiap anggota regu sehingga anggota-anggota regu tersebut akan
merupakan himpunan atau team work yang berpotensi besar dan efektif dalam bertindak.

Mengetahui situasi kapal


Pada waktu naik ke kapal, semua personil harus mengetahui tempat sekoci penolong dan menentukan
kebijakan regu. Mereka harus mengenal kapal secara Umum, seperti :
- Akomodasi
- Kamar rnesin, terutama utama dan kapal pompa bantu
- Semua gudang, perhatian khusus terhadap gudang cat dan benda yang berbahaya
- Posisi alarm
- Posisi sijil dan kotak alat darurat
- Letak slang kebakaran, hydrant dan alat pemadam api
- Letak semua pompa pemadam api darurat dan operasinya
- Letak dan eara pengoperasian pemadam kebakaran tetap.
- Lebih penting mengetahui alarm dalam keadaan daruratdan apa yang dilakukan bila
alarm dibunyikan.

Antisipasi situasi
Bila rencana latihan-latihan, keadaan darurat potensial (kebakaran, tabrakan, orang jatuh ke laut, tumpahan
minyak, pencemaran minyak, rusak kemudi dan pertolongan dari ruangan tertutup) kejadian ini harus
diantisipasi.

34
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Kegiatan mental
Perlu dicatat sebagai tambahan latihan praktek resmi, kesempatan yang harus diatasi dan harus dilakukan
secara individu untuk meningkatkan citra atau antisipasi keadaan darurat yang akan terjadi. Selanjutnya
dapat diambil tindakan alternatif sesuai lingkungan sekitamya. Latihan-latihan ini tidak hanya untuk
latihan praktek tapi juga dilakukan di dalam kelas, diskusi, pengkaderan pimpinan di dalam operasi pada
latihan-latihan rnasa depan.

Indikasi kemungkinan tempat kebakaran


Bila rencana latihan sudah disusun, harus dipikirkan tempat terjadi kebakaran dan jenis kebakaran, baik
di laut atau di pelabuhan. Regu manajemen kapal harus berkreasi sebagai satu kornite keselamatan kerja.
Komite harus melapor kepada Nakhoda dan bertanggung jawab atas latihan yang efektif dan membuat
usulan untuk perbaikan ERP. Hal itu harus dilakukan dengan bersemangat dan di audit setiap latihan.

Kesadaran route keluar


Bila mengatasi keadaan darurat, atau pengungsian suatu tempat, khusus kamar mesin dan akomodasi,
semua personil harus mengetahui kapal mereka dan sadar jalan keluar. Latihan-latihan berbagai cara jalan
keluar dapat dilakukan di luar latihan resmi, dan pimpinan regu harus melatih anggotanya terutama yang
baru bergabung mengetahui kapalnya.

Kemampuan alat pemadam


Semua personil harus mengerti dan sadar akan kemampuan serta keterbatasan alat keselamatan kerja.
Hal ini penting bahwa team keadaan darurat punya kepercayaan penuh dengan alat mereka. Alat yang
disimpan dalam gudang dijaga oleh ERP team. Di luar latihan resmi, pimpinan team keadaan darurat
harus memerintahkan untuk melakukan pengecekan alat-alat pemadam kebakaran. Kuncinya anggota
team bantuan harus dilatih oleh pimpinan keadaan darurat.

Frekwensi, sikap, ujian dan latihan


Latihan dilakukan secara teratur, tidak kurang dari persyaratan frekuensi, dan dilakukan dengan memberi
stimulan agar bersemangat pada waktu mendengar bunyi alarm.

35
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

DARURAT
SOLAS Chapter III Reg. 1.8 Pelatihan dan Pelatihan Darurat
Peraturan ini diaplikasikan untuk semua kapal. Berikut cuplikan diambil dari peraturan-peraturan tersebut
sebagai berikut.
Setiap anggota awak kapal disarankan berpartisipasi sedikitnya dalam satu kapal dan satu fire-drill
setiap bulan. Pelatihan dari awak kapal disarankan menempati 24 jam dari kapal yang rneninggalkan
pelabuhan, jika lebih dan 25% awak kapal tidak berpartisipasi dalam abandon-ship dan fire-drills
bertugas pada kapal khusus dalam bulan berikutnya.
Administrasi dapat rnenerima pengaturan lainnya, paling sedikit seimbang dengan kelas kapal tersebut yang
tidak dapat dilaksanakan.
1. Laporan ke stasiun-stasiun persiapan untuk tugas yang diterangkan dalam master list yang dibutuhkan oleh
peraturan 8.3.
2. Memenuhi penggunaan fire-pump, sedikitnya dua jet air yang dibutuhkan untuk menunjukkan bahwa
sistem berjalan sesuai keinginan.
3. Pemeriksaan kelengkapan pakaian fireman dan peralatan keamanan perorangan.
4. Pemeriksaan peralatan komunikasi yang relevan.
5. Pemeriksaan operasi dari pintu kedap air, fire door & fire dampers.
6. Pemeriksaan pengaturan yang penting untuk pelayaran kapal.
Fire drills sebaiknya direncanakan dengan pertimbangan yang diberikan untuk latihan regular dalam berbagai
keadaan darurat yang mungkin terjadi, dengan memperhatikan tipe kapal dan kargonya. Pelatihan sedapat
mungkin dianggap sebagai keadaan darurat yang sebenamya. Peralatan yang digunakan selama pelatihan
secepatnya dipersiapkan kembali untuk kondisi operasional secara penuh. Beberapa kerusakan sebagai akibat
yang diternukan selama pelatihan, sebaiknya diperbaiki secepatnya.

Latihan penugasan, pelatihan & instruksi-instruksi.


Latihan penugasan dan instruksi digunakan pada kapal untuk penyelamat termasuk peralatan survival craft.
Dalam penggunaan kapal pemadam kebakaran sebaiknya diberikan secepatnya tetapi tidak lebih dari dua
minggu setelah awak kapal bergabung dengan kapal. Bagairnanapun juga jika awak kapal dalam jadwal rotasi
regular yang ditetapkan di kapal, seperti pelatihan, diberikan tidak lebih lama dari 2 rninggu setelah saat
pertama bergabung dengan kapal. Instruksi perorangan mungkin mencakup bagian-bagian yang berbeda dari
kapal penyelamatan dan pemadam kebakaran, tetapi keduanya sebaiknya di cover dengan beberapa periode
tidak lebih dari 2 bulan.
Setiap awak kapal diberikan intsruksi yang terrnasuk tetapi tidak penting yang dibatasi pada :
1). Operation dan penggunaan dari kapal rakit penolong
2). Masalah dari hipothermia, pertolongan pertama pada hipothermia dan prosedur pertolongan pertama
lainnya
3). Spesial instruksi penting untuk digunakan pada kapal penyelamatan dalam cuaca dan kondisi
laut yang keras, dan
4). Operation dan penggunaan dari kapal pemadam kebakaran

Record (laporan) pelatihan


Tanggal ketika muster diadakan, detail dari keberangkan kapal, pelatihan fire drills dan pelatihan pada kapal

36
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

penyelarnat dan latihan penugasan harus di catat pada log-book yang akan dijelaskan oleh adrninistrasi.
Jika muster penuh, dibuat dalam log-book starting keadaan dan extent dari muster, pelatihan, atau training
diadakan.

Fire Drill
Fire drill sangat penting dan sebaiknya dihubungkan dengan penugasan regular, khususnya bagi awak kapal
baru seperti dalam peraturan. Intensitasnya tidak disediakan untuk kebakaran sesungguhnya tetapi lebih
pada menstimulasi kondisi, khususnya asap. Sebagai contoh dalam penggunaan bom asap yang prosedur
pengasapan tidak membahayakan awak kapal.
Sebaiknya dihitungkan pada konsekwensi yang mungkin dari kebakaran yang mempengaruhi bagian kapal
lainnya, yang diilustrasikan dengan baik, seperti motor pengganti yang terbakar dan asap hitam yang dikeluarkan
oleh material dasar, melindungi fire-fighting di dalam administrasi. Asap hitan juga menyebabkan ruang radio
di evakuasi sehingga peralatan utama radio tidak terganggu penggunaannya untuk mengirim berita keluar.
Untuk setiap jenis kebakaran, rencana yang harus dipersiapkan.
- Pintu kedap air, fire door atau seharusnya ditutup dan kipas ventilasi dihentikan.
- Pemadaman kebakaran sebaiknya digunakan seperti portable, hidran dan jika diperlukan, the fixed
system.
- awak kapal harus ditetapkan pada tugas-tugas yang berbeda.
- bagaimana api dipadamkan.
- pintu keran harus ditutup.
- mesin-mesin sebaiknya dimatikan.
- akses dan escape digunakan.
- dimana perlengkapan pakaian pemadam kebakaran terdekat disimpan.
- emergency generator dan emergency pompa kebakaran dinyalakan.
- pemeriksaan dibuat untuk mengumpulkan oil vapour dan bagaimana ia disebar secara aman.
:Fire Drill diatasi sebaiknya secara luas di konfirmasi untuk berbagai spesifikasi. Kegunaan dari fire drill
dalam kebakaran diasumsikan terjadi di beberapa bagian kapal dan sebaiknya dibuat peniruan. Kelengkapan
dan kerjasama dari seluruh personil dan seluruh departement dalam fire fighting sangat penting diawasi.
Officer yang mengenal lokasi yang ditunjuk untuk pelatihan sebaiknya in charge pada setiap operasi.
Tipe dan posisi dari supposed-fire sebaiknya bervariasi dari waktu ke waktu, misalnya:
- kargo fires yang dipertahankan atau lokasi lain
- api melibatkan oil cargo
- api di mesin dan ruang boiler
- api di awak kapal atau passenger accommodation
- api di dapur yang membakar minyak atau cooking fats

Ketika signal kebakaran diberikan anggota awak kapal harus melaksanakan tugas yang diberikan kepada
mereka tanpa menunggu perintah lebih lanjut. Anggota pemadam kebakaran yang dikonsentrasikan dengan
pemadam api sebaiknya di pasang pada stasiun yang ditunjuk untuk menunggu perintah. Staff ruang mesin
harus meyakinkan bahwa fire-pump di ruang mesin siap operasi dan water-pressure dinyalakan, termasuk fire-
pump darurat dilokasikan di luar ruang mesin. Pemadam kebakaran sebaiknya dikirim untuk memperkirakan
kebakaran. Selang di sekitarnya seharusnya diletakkan dan air dialirkan, dengan disuplai pertama kali dari
pompa ruang mesin, kemudian hanya pompa emergency, selanjutnya isolating valve ruang mesin ditutup.

37
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Sejurnlah pemadam api (portable fire) harus siap sedia, dan awak kapal diinstruksikan untuk menggunakan
berbagai tipe pemadam kebakaran sesuai dengan jenis kebakaran yang terjadi. Misalnya discharging water,
foam, dry powder dan CO2.
Dalam satu atau lebih kejadian dari pemadam kebakaran sebaiknya dilaksanakan oleh anggota awak dari
kapal yang berbeda. Awak kapal sebaiknya juga dilatih menutup pembukaan seperti side seuttler, deadlights,
doors, ventilating shafts, fire doors, ruang anular sekeliling panel, menurunkan supply udara ke api dan
mengisolasinya dari bagian lain pada kapal, khususnya tangga-tangga lift.
Officer seharusnya juga diperkenalkan dengan posisi remote control untuk kipas ventilasi, pompa minyak
(oil fuel pumps) dan keran tangki rninyak dan diinstruksikan cara pengoperasiannya.

Inspection & Testing


Instalasi pemadam kebakaran seperti CO2, foam, air, penyemprot dalam mesin, CO2, inert gas atau uap panas
dalam ruang kargo dan sprinkled system alarm kebakaran di akomodasi penumpang harus di tes dengan sesering
mungkin sehingga dapat dipertanggung jawabkan dan dapat digunakan pada saat terjadi kebakaran. Pemadam
kebakaran juga harus dilatih dalam penggunaan breathing apparatus di kapal dan emergency diaplikasikan
sebagai axes. Larnpu penyelarnat di bawa oleh anggota yang ditunjuk dari pemadam kebakaran pada saat fire
drills, dimana jumlah breathing apparatuses yang diizinkan/direkomendasikan adalah sepasang untuk setiap
orang.
Aplikasi kebakaran pada kapal yang tidak digunakan, selarna fire-drills diuji untuk meyakinkan berada dalam
kondisi yang baik dan benar-benar siap pakai untuk penggunaan darurat. Alarm kebakaran dan pendeteksi
sejauh mungkin harus diperiksa untuk melihat efisiensi pekerjaan. Juga semua saluran ventilasi tertutup dan
fire doors diuji untuk memastikan bahwa mereka bebas dan siap operasi, dan seluruh kerusakan harus dicatat
dan segera diperbaiki. Pengaturan ini dibuat untuk meyakinkan bahwa pemeriksaan dilakukan pada interval
yang sama, yaitu seminggu di kapal penumpang dan dua mingguan di kapal kargo.

Sprinkler instalasi
Di kapal penumpang yang memasang sprinkler installation, berikut test yang dilakukan mingguan :
(i) Automatis cutting dari pompa sprinkler, tekanan di dalam tanki harus dicatat dan dirawat untuk melihat
level dari air di dalam tanki tekanan mencapai ketinggian yang benar segera setelah dilakukan test.
(ii) pemeriksaan alarm automatis
- dengan pembukaan rotasi test keran pada masing-masing bagian stasiun pengontrol
- dengan switch lokal yang disediakan pada stasiun kontrol
Seluruh sprinkler head diuji berkali-kali agar tidak terjadi kerusakan, kotor atau kehilangan coloured
liquid. Perawatan yang penting akan efektif tanpa penundaan.

Conduct dad Fire Drills


Keselamatan fire drills harus dilakukan pada area yang bervariasi dari sebua kapal yang meliputi variasi-
variasi:
(i) Fungsi-fungsi umum, mencakup :
- starting generator darurat
- starting kebakaran darurat dan pompa lambung kapal
- menyeleksi keran untuk menyediakan air untuk memadamkan kebakaran palka banjir atau pompa
lambung dan
- mengidentifikasi kontrol darurat dan fungsi-fungsinya

38
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

(ii) Peningkatan keselamatan perorangan dengan latihan :


- memindahkan dan menemui jalan dengan keterbatasan penglihatan
- memindahkan melalui celah lubang kecil
- menemukan dan memindahkan kembali korban kecelakaan, dan
- menggunakan pemompaan udara breathing apparatus dan fire proof lifeline dalam kondisi tersebut
(iii) Ruang mesin, diasumsikan kebakaran pura-pura, seperti :
- kebakaran di diesel alternator disebabkan minyak dari keretakan pipa injeksi menghambat pipa
pembuangan
- kebakaran di lambung disebabkan rninyak terbakar akibat pekerjaan pengelasan di dekatnya
- kebakaran pada bagian atas dari ruang mesin akibat minyak pelumas dari keretakan pipa pada turbo
charger
- kebakaran di adjacent boiler akibat tiupan kembali dari pembakaran
- kebakaran di switchboard akibat hubungan pendek dan
- kebakaran di economizer atau boiler uptake akibat akumulasi jelaga
(iv) Ruang akomodasi, diasumsikan kebakaran pura-pura, seperti :
- kebakaran di kabin akibat bed clothes catching fire dari puntung rokok
- kebakaran di ruang awak kapal akibat hubungan listrik yang tidak efektif
(v) Kebakaran di dapur, termasuk :
- kebakaran di kompor akibat tumpahan minyak masakan
- kebakaran di deep-fat foyer
(vi) Kebakaran di dek kontainer, seperti :
- kebakaran akibat unit pendingin integral
(vii) Kebakaran di ruang kargo, seperti :
- di holds, tween-deck atau container
- makanan-makanan yang berbahaya

Instrusi untuk Pemadam Kebakaran (Fire-Parties)


Latihan diberikan kepada anggota pemadam kebakaran, meliputi:
(i) instruksi dalam tugas pada masing-masing fire parties, dimana anggota awak kapal ditetapkan
(ii) instruksi dalam tugas pada masing-masing fire-parties dan bagaimana tugas-tugas tersebut di
alokasikan.
(iii) latihan untuk membuat masing-masing fire-party, termasuk P3K

Instruksi untuk fire patrol


anggota awak kapal yang mengoperasikan system sebaiknya dilatih untuk meyakinkan bahwa mereka
mengenal peraturan kapal sebaik lokasi dan mengoperasikan peralatan, termasuk :
- operasi secara manual call
- points pendeteksi kebakaran dan sistem alarm telepon
- alat pemadam kebakaran (portable) dan batasannya hydran, pipa dan nozel

The following abstrak apply :


SOLAS Chapter 11-2: Construction.
Peraturan 40-Fire patrols, pendeteksi, alarm & sistem pengalamatan umum (paragraf 2 dari peraturan

39
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

diaplikasikan untuk kapal konstruksi setelah 1 February 1992, paragraf 7 dari peraturan diaplikasikan pada
kapal konstruksi setelah 1 January (994),
(1) Operasi manual call points dihubungkan dengan permintaan peraturan 13 sebaiknya
dipasang
(2) Pendeteksi kebakaran & sistem alarm dihubungkan dengan peraturan 13 atau pendeteksi asap
dihubungkan dengan permintaan dari peraturan 13-1 sebaiknya menyediakan ruang kargo, dalam
mendapat administrasi, tidak dapat diperoleh, kecuali dimana terlihat oleh administrasi bahwa kapal
terikat dalam perjalanan dari waktu yang pendek yang akan tidak dapat dijelaskan untuk mengaplikasikan
permintaan ini.
(3) Semua kapal pada semua waktu di laut atau pelabuhan (kecuali sedang dalam perbaikan) dilengkapi untuk
meyakinkan inisial alam kebakaran dengan cepat diterima oleh anggota awak kapal yang bertanggung
jawab.
(4) Alarm special, dioperasikan dari pasukan navigasi atau stasiun pengontrol kebakaran, dipasang untuk
memanggil awak kapal. Alarm ini merupakan bagian dari sistem alarm umum kapal, tetapi dapat
terdengar oleh ruang penumpang
(5) Sistem pengalarnatan umum atau komunikasi efektif lainnya disediakan melalui akomodasi dan ruang
service dan stasiun pengontrol dan anjungan kapal.
(6) Bagi kapal yang mengangkut lebih dari 36 penumpang sistem patroli yang efektif harus dipelihara
sehingga me!uasnya kebakaran dapat dideteksi. Setiap anggota patroli kebakaran dilatih untuk mengenal
pengaturan kapal sebaik lokasi dan mengoperasikan a1at-alat yang akan mereka gunakan. Setiap anggota
patroli kebakaran disediakan dua peralatan radio telephone portable.
Dimana ruang umum terdapat tiga atau lebih anjungan terbuka dan terdapat furniture dan ruang tertutup
seperti toko, kantor, restaurant dan seluruh zone vertikal yang berada dalam ruangan, dilindungi dengan
sistem pendeteksi asap dihubungkan dengan peraturan 13, dengan pengecualian dari paragraf 1. 9.
(7.1). Kapal penumpang dengan lebih dari 36 penumpang sebaiknya memiliki alarm pendeteksi untuk sistem
pada peraturan 36.2 disentralkan secara berlanjut dengan stasiun kontrol sentral. Tambahan kontrol
dari remote closing-fire doors dan penutupan kipas ventilasi disentralkan pada lokasi yang sama. Kipas
ventilasi dapat ditindaklanjuti oleh awak kapa! pada stasiun kontrol secara menerus.
Panel kontrol dari stasiun control central dapat mengindikasikan bukaan atau tertutupnya fire door dan
tertutup atau matinya detektor, alarm dan kipas angin.
Panel kontrol sebaiknya diberi tenaga secara menerus dan sebaiknya memiliki penggantian otomatis
untuk mempersiapkan supply tenaga dalam kasus hilangnya supply tenaga normal.
Panel kontrol diberi tenaga dari sumber utama tenaga listrik dan sumber darurat dari tenaga listrik
didefinisikan oleh peraturan II-l/42. Pengaturan lainnya diperbolehkan oleh peraturan sebagai dapat
diap!ikasikan.
(7.2). Panel kontrol di design dan prinsip seperti sirkuit detektor terbuka yang menyebabkan kondisi alarm,
seperti tertulis di peraturan 11-2/13.1.3 dan II-l/51.1.4

Abstrak berikut diambil dari “FIRE ABOARD” edisi ke 2, oleh Frank Rushbrook
Perkembangan yang diketahui dalam perusahaan perkapalan besar dari nilai efisien fire patrol, beberapa
perusahaan memelihara patroli di dermaga kapal pada skala yang lebih luas dari yang dianggap perlu yang
berhubungan dengan hukum. Pendapat mereka, agak benar, bahwa patroli yang efisien, walau rnahal, tidak dapat

40
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

hanya mencegah atau memadamkan kebakaran pada fase dini yang relatiftidak terlalu berbahaya, tetapijuga
akan mencegah pencurian dan pendeteksian dini untuk mencegah dan mengurangi kerusakan, seperti ledakan
air atau pipa minyak.

Penulis menemukan bahwa di dalam perkapalan efisiensi penyeragaman fire-patrol, perhatian ditujukan pada
awak kapal dan pekerja pendatang untuk pencegahan dasar kebakaran dalam meningkatkan pengenalan.
Keseragaman adalah kepentingan tingkat utama, yang memberikan penghargaan pada posisi seorang patroli
dan meningkatkan pengontrolan dari berbagai macam orang yang menemukan jalan mereka dalam kapal
selama mereka tinggal di pelabuhan, yang bukan pegawai langsung dan perusahaan yang dirnilikinya.
Tujuan pemilihan personil adalah penting. Ini tidak membayar untuk mempekerjakan beberapa tipe dan tenaga
kerja untuk pekerjaan yang bertanggung jawab. Petrolmen perlu menandakan tugas untuk menghasilkan
pekerjaan yang efisien, yang akan menjadi lebih mudah bagi orang yang tidak dapat menghargai pentingnya
pekerjaan, Pensiun pemadam kebakaran atau polisi akan menjadi petrolmen yang ideal, keduanya mempunyai
pengalaman dalam pelayanan yang disiplin, tapi kesulitan dan pensiunan, jarang ada yang mau bekerja pada
sistem shifts.

Seleksi yang teliti pada petugas yang bertugas patroli adalah penting. Ia harus mempunyai pengalaman
menangani orang dan harus dapat meningkatkan dan memelihara kegemaran dan semangat antar staffnya. Ia
harus benar-benar menghargai pekerjaannya, dan harus dapat misalnya membuat kontrol han an dan rekaman
waktu, keluar masuk, tahun derni tahun, tanpa ceroboh dan meninggalkan tugas penting (untuk beberapa
kehilangan dan patrolmen harus secepatnya diperbaiki jika patroli yang efisien dipelihara). Di saat yang sama,
ia harus menjadi petugas yang dapat most out dari orang-orangnya dengan membesarkan hati rasa disiplinnya.
Ia harus mampu menulis laporan yang dapat diterima dan secara pintar berbicara mengenai resiko kebakaran
diasosiasikan dengan berbagai variasi zat kimia dan material yang di bawa kapal.

Pengalaman penulis di Royal Group of London Docks meyakinkannya bahwa orang-orang tidak ada
kemustahilan dalam kebajikan, tetapi mereka ditemukan dalam mempertimbangkanjurnlah oleh beberapa
perusahaan yang biasa menggunakan Docks tersebut.

Hubungan antara patroli dan lokal Fire Service adalah penting. Setiap petrolmen berlatih pada pemadam
kebakaran secara mendasar pada stasiun kebakaran lokalnya. Pelatihan termasuk training pengasapan,
dengan menggunakan peralatan yang disediakan oleh perusahaannya di kapal tempat patrolinya. Ini tidak
hanya membuat patrolmen merasa bahwa ia lebih dari sekedar pengawas biasa, tetapi benar-benar pemadam
kebakaran yang baik. Ini juga membayar dividen yang besar dengan kebaikan dari fakta bahwa fireman dan
patrolmen akan saling mengenal secara pribadi, yang bernilai besar saat kebakaran terjadi. Patrolmen yang
terlatih (disebut Brigade) secara otomatis akan rnengetahui tindakan apa yang diambil selama menunggu
mereka datang. Firemen dapat tanpa .nenunda rnendapatkan selang pada kapal. Bahkan ia sendiri dapat bekerja
sebelum petugas yang bertugas dari Brigade dapat mencapai lokasi kebakaran. Sarannya, apa yang dapat
memadamkan api dapat benar-benar berharga dan pengetahuan mengenai apparatus pemadaman kebakaran
bahkan lebih. Bagaimanapun, pemadaman kebakaran yang kompeten dimiliki patrolmen yang terlatih, ia tidak
lupa peraturan pemadaman kebakaran pada kapal (ini secara jelas tertulis hitam putih dalam regulations of
the port of London Authority) yang mengatakan bahwa lokal Fire Brigade harus dicatat pada satu kali dari
beberapa kebakaran bahkan terlihat jelas bahwa ini dapat memadamkan kebakaran dalam arti cepat ditangani.
Di Inggris tidak ada Fire Brigade yang tidak cepat merespon panggilan dini dari kebakaran hanya untuk

41
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

menemukan keselamatan pada saat mereka datang, mereka akan menanggung resiko dan kebakaran yang
buruk ditangani dan rnernbahayakan kapal itu sendiri, instalasi stasiun dimana mereka berada untuk mencegah
dan kehidupan mereka sendiri.

Latihan
Petugas dan awak kapal harus mengenal secara praktis latihan ini dan dapat mendemonstrasikan kemampuan
dari latihan tersebut, seperti dalam:
- penggunaan pemadam kebakaran portable pada beberapa kategori kebakaran
- penggunaan air untuk memadamkan berbeda kategori dari kebakaran di dalam atau luar ruangan
- memindahkan dan mencari korban yang terjebak asap
- memindahkan langsung celah kecil yang digunakan CABA
- penyelamatan korban dari ruang tertutup
- pengerjaan dan pengetesan protective gear dan
- komunikasi antara lokasi kebakaran dan stasiun kontrol

Pemeliharaan pemadam kebakaran portable


Petugas dan awak kapal harus mengetahui bagaimana portable fire extinguishers digunakan, diperbaiki dan
dipelihara, seperti dijelaskan di Chapter 7 dari catatan latihan ini.

KECELAKAAN DAN LATIHAN PENYELAMATAN


Diambil dari artikel di “Singapore Transport & Logistics” jurnal dari Chartered Institute of Transport,
Singapore.

Management (Pengelolaan) Bencana Maritim, termasuk tindakan pencegahan dan penanganan bencana.
Bagian ini mengulang dari Marine Accident & Safety Training, menggambarkan beberapa faktor penting
untuk pencegah dan mengontrol kecelakaan maritim, seperti kebakaran pada kapal. Diharapkan dari latihan
keselamatan di institusi dan kapal yang bertugas.
Akhir-akhir ini banyak didiskusikan mengenai kualitas dan kurangnya pelaut, pemyataan yang tidak memuaskan
dari industri perkapalan dengan penyelamatan dan pencegahan polusi dan mempengaruhi faktor manusia ini
diselesaikan di dalam konteks pada situasi di industri perkapalan, persepsi umum dan tindakan lebih lanjut
dalam latihan penyelamatan.
Kecelakaan maritim dan bentuk latihan penyelamatan dari pendidikan dan latihan pelaut melalui karir mereka
di laut. Kecelakaan dan latihan penyelamatan diperintahkan bahwa institusi latihan penyelamatan memiliki
captive market. Sayangnya pada kenyataannya sedikit badan latihan di sekitar yang menawarkan kurang lebih
tipe latihan yang sama. Lebih penting lagi, anda butuh rnemperbarui diri dan rnenjaga trends dan rnengubah
perkapalan untuk rnelayani industri dengan lebih baik dengan rnenjaga keselamatannya.
Beberapa IMO berhubungan dengan isu dari kecelakaan dan latihan penyelamatan.

STCW Tahun 1978 STCW di revisi (STCW ‘95).


Beberapa hal yang perlu dicatat bahwa :
(i) dalam hubungan keselarnatan dan rnanusia., dengan metode demonstrasi bentuk kornpeten dari
permintaan minimum yang diperintahkan kepada seluruh pelaut
(ii) Kualitas standard rnencakup adrninistrasi dari sistern sertifikasi, latihan, program, ujian dan pelatihan
didirikan.

42
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Dengan demikian, hal ini tidak dapat dihindari bahwa badan pelatihan dan perusahaan perkapalan rnelalui
petugas kapal senior mereka., perlu peningkatan untuk mernprornosikan dan rneningkatkan level dari
keselamatan.

ISM Code
ISM Code akan dibentuk pada 1 Juli 1998 atau 1 Juli 2002, tergantung kategori kapal. Perusahaan diyakinkan
bahwa setiap kapal mereka di dasar pada kualitas, sertifikat dan kesehatan pelaut dihubungkan dengan permintaan
nasional dan intemasional. Ahli kapal diberi tanggung jawab dan wewenang dalam memotivasi awak kapal
dalam observasi keselamatan perusahaan dan peraturan perlindungan lingkungan. ISM digabungkan dengan
SOLLAS. ISM terlihat lebih menekankan pada aspek manusia. Tidak ada perdebatan bahwa kecelakaan marine
& training mempertimbangkan permintaan akan STeW, ISM, SOLAS dan pencegahan polosi, MARPOL.

Definisi
Kecelakaan di laut dan latihan keamanan didefinisikan sebagai program terorganisasi yang memimpin
perubahan pengetahuan pelaut, kemampuan dan tindakan pencegahan dan pengontrolan kecelakaan.

Elemen dalam training


Type training : on the job and off the job
On the job training di at as kapal biasanya dilakukan seorang senior yang melatih dan mengajarkan bawahan,
yang dapat dilakukan selama pelayaran. Off the job training membutuhkan pelaut untuk menghadiri pelatihan di
kantor perusahaan/lokasi yang telah di rancang atau di institusi pelatihan. Kebanyakan perusahaan perkapalan
menyerahkan pelatihan kepada institusi pelatihan dengan alasan kekurangan sumber daya, fasilitas dan waktu.
Dalam tam bahan, perusahaan tidak dapat memberikan sertifikat untuk pelaut. On dan off the job training
dalam keselamatan saling melengkapi. Satu tidak dapat dilakukan tanpa yang lainnya jika menjadi perubahan
abadi dalam perlengkapan pelaut.

Tipe latihan
Dapat dikategorikan menjadi 3 :
1. Perintah pertamaJpermintaan sertifikat
2. Penyegar/update
3. Spesifik perusahaan
Yang pertama lebih populer untuk pelaut, biasanya dihubungkan dengan institusi latihan. Penyegar dan spesifik
perusahaan dapat dilakukan dalam tugas (on the job training).

Tipe program
Untuk latihan keselamatan di laut, dapat diaplikasikan melalui:
• Kuliah, diskusi, studi kasus
• Dernonstrasi, Simulasi, Percobaan yang significant
• Penugasan team
• Perrnainan, T-Groups
• Illustrasi lokasi
• Video, Slides
Pelatihan yang menggunakan program kornbinasi, adalah salah satu yang terbaik.

43
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Contoh : Peneliti menemukan metode untuk keselamatan, permainan menghasilkan lebih lama dalam
peningkatan keselamatan. Latihan keselamatan adalah bentuk dari permainan, seperti ketika siswa menggunakan
breathing apparatus untuk meneliti dan menyelamatkan korban di ruang berasap. Mereka bermain dalam aturan
penyelamatan, salah satu dari mereka dianggap sebagai peraturan kepemimpinan.
Studi kasus baik untuk mendapatkan siswa merasa berada di situasi sesungguhnya, khususnya ketika siswa
adalah pelaut berpengalaman diminta untuk menganalisa dan memecahkan masalah.
Video dan film baik untuk menarik peserta baru agar lebih tertarik, dan mereka dapat melihat pekerjaan pada
lingkungan kapal di laut. Sarana ini sangat menolong mereka dan pelatih/senior dengan baik, seperti untuk
menyaksikan efek dari polusi laut oleh minyak walau pengaruh tidak dapat diperlihatkan di kelas kuliah.
Kuliah dapat menjemihkan point penting dari peraturan dan regulasi dan penjelasan konsep.

Dimana training lebih dibutuhkan


Area dimana training lebih dibutuhkan adalah area dimana pengetahuan, kemampuan dan sikap yang kurang
dari pelaut-pelaut, Seperti dalam pengidentifikasian, bagi siswa diperlukan semuajenis training. Apa yang
diinginkan harus diidentifikasi, dan ada tiga situasi yang perlu diperhatikan:
1. Masuk akal mengasumsikan bahwa semua pendatang baru dan seluruh pelaut yang bekerja di kapal, berbeda
kategori yang mereka gunakan. Misanya contoh: tanker gas ke tanker kimia. Mereka tidak mempunyai
pengetahuan dan keahlian yang diinginkan untuk bekerja secara aman di lingkungan baru.
2. Mungkin terjadi perubahan teknologi, standard, peraturan, system dan prosedur, yang mempengaruhi
pengetahuan dan keahlian pelaut.
3. Dengan berlangsungnya waktu, pel aut telah Iupa dan menjadi kurang beradaptasi pada apa yang mereka
pikirkan, khususnya ketika kesempatan untuk mengaplikasi kemampuan pengetahuan yang semakin
kecil.
Secara sederhana, latihan biasanya perlu ketika pelaut dibutuhkan untuk bekerja pada area yang tidak familiar.
Ada perubahan nyata di sekeliling area kerjanya dan untuk mengwnpulkan pengetahuan serta keahlian itu
adalah penting tetapi lama tidak digunakan. Kecuali perubahan, dimana latihan dalam bertugas (on the job
training), dua lainnya akan membutuhkan latihan di institusi. Latihan bertugas untuk mengingatkan kembali
ilmu pengetahuan dan keahlian adalah efektif hingga saat ini.
Ini menunjukkan bahwa tidak seluruh kecelakaan adalah kesalahan pelaut, dan mengirim mereka ke latihan
mungkin bukan hanya solusi. Perusahaan mengirim orang-orang mereka untuk training dengan asumsi bahwa
mereka perlu di training untuk bekerja pada tingkat keselamatan utama. Bagaimanapun, perusahaan tidak
memiliki peralatan, prosedur dan peraturan untuk membimbing rnereka, Selain itu, ada beberapa perusahaan
yang sedikit berjuang dalam training, karena melihat staff mereka masih menunjukkan tindakan yang tidak
aman setelah mengikuti latihan penyelamatan. Staff perusahaan, telah menerima latihan, tertangkap tanpa
menggunakan eye-goggle ketika megrinding kapalnya. Berdasarkan wawancara, ditemukan bahwa goggle
yang disediakan dalam kondisi yang buruk, membuatnya tidak nyaman digunakan. Kasus lain, belum dikirim
untuk latihan, tidak menggunakan goggle ketika mengerjakan pekerjaan yang sama. Tekanan group adalah
kekuatan persuasif yang menyebabkan seseorang bertindak berdasarkan group. Sekali lagi, ini pengawas /
management yang salah bukan karena gap training.
Karena itu latihan sangat penting dalam menolong menurunkan kecelakaan, karena latihan akan memberikan
pengetahuan, keahlian dan motivasi, sehingga managemen atau perusahaan akan menganggap penting proses
latihan ini.

44
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Dimana latihan di tolong


Training menjadi efektif apabilasiswa dikurangi di area yang dapat diisi. Biaya yang equivalen, atau kurang
dari nilai tambah untuk siswa. Ini mudah untuk menghitung fee latihan dalam dollar atau cent, tetapi sulit
untuk menghitung waktu dan usaha siswa selama latihan. Hal ini lebih problem untuk menghitung keuntungan
nilai tambah. Jalan lain untuk melihat ini, adalah berat dari harga latihan berbanding dengan harga (resiko
kecelakaan) dari tidak latihan. Menyampaikan analisa biaya keuntungan, latihan efektif jika menyediakan apa
yang diinginkan siswa. Apa yang dikurangi siswa ilmu pengetahuan, keahlian, tindakan. Apa yang disediakan
latihan ilmu pengetahuan, keahlian, motivasi.

I1mu pengetahuan & keahlian


Dalam latihan, pengembangan pengetahuan & keahlian menyediakan beberapa komponen :
- Kreasi dari kesadaran (peraturan baru, konsep, metode)
- Bagian dari pengalaman (contoh breathing apparatus, alat pengukur gas)
- Perijinan dan perbandingan perbedaan teknik dan alat (contoh : portable extinguisher)
Pengetahuan membuat tindakan yang benar dan keahlian menurunkan kebutuhan perhatian, pada setiap fare
dari proses persepsi dari masalah, pembuat keputusan dan respon.
Hasil akhir dari memperoleh pengetahuan dan keahlian di latihan penyelamatan adalah :
- Percaya diri (saya tahu bagaimana menggunakan pemadam)
- Memodifikasi tingkah laku yang tidak aman (saya sebaiknya meminta ijin sebelum bekerja)
- Menurunkan stress dan menenangkan pikiran (saya pemah mengerjakan sebelumnya. Mereka menjamin
keselamatan)
- Mempersiapkan tindakan cepat (ketika kapal datang dengan jarak, turunkan pelabuhan 15°)
- Meningkatkan produktivitas (saya dapat berkonsentrasi pada pekerjaan saya, Seluruh awak kapal dilatih
untuk bekerja secara aman).

Tindakan dan Motivasi


Tindakan adalah waktu yang lama, tetapi dapat di model kembali. Tidak semua siswa menghadiri latihan
penyelarnatan dengan tindakan ‘buruk’. Juga siswa tidak mempunyai alasan untuk melihat tingkah laku ‘tidak
aman’ selarna latihan. Contoh: menebak, tidak berbeda, malas, sempuma, bosan, paranoia, tergesa-gesa,
superior, penghancuran diri dan diluar kontrol. Mungkin karakteristik utama dari tindakan buruk menjadi
selamat menunjukkan partisipan latihan yaitu kepuasan diri. “Apa yang dapat terjadi padaku”? Sindrom,
satu cara untuk menjanjikan siswa adalah menggunakan studi kasus dimana kepuasan dapat menyebabkan
kecelakaan. Dalam latihan, kekurangan pengetahuan dan keahlian siswa, menolong menekan tindakan menuju
tindakan penyelamatan. Kondisi dan proses pelatihanjuga menunjukkan perubahan level. Tambahan perubahan,
siswa harus di motivasi untuk kekuatan lebih lanjut dari tindakan positif.
Motivasi lebih bersifat sementara, khususnya untuk pelaut, tergantung kondisi dan lingkungan kerja,
pelaut yang sama mungkin bertindak penyelamat di satu kapal dan terburu-buru di lainnya. Latihan sendiri
memotivasi pelaut diperlengkapi lebih baik untuk membentuk tugas yang aman, meningkatkan performance.
Untuk perubahan terakhir di dalam tingkah laku kapal perlu secara konstan menguatkan proses motivasi.
Menarik untuk dicatat bahwa peningkatan jumlah kapal pelabuhan Eropa pengawas kepemilikan, seperti
dilaporkan Paris MOU annual report. Jumlah pengurangan ditemukan meningkat dan keselamatan hidup,
aplikasi pemadam kebakaran dilengkapi latihan dan management kontrol lainnya.

45
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

TRANSFERABILITY
Berapa luas latihan dapat diterima setelah off-the-job training di transfer ke latihan saat bertugas. Latihan
penyelamatan terdiri dari komponen pencegahan dan komponen reaktif. Pencegahan penyelamatan berarti
pencegahan kecelakaan. Penyelamatan reaktif berarti perjanjian dengan situasi darurat yaitu memadamkan
kebakaran dan mempertahankan kapal (survive) setelah tabrakan. Mudah bagi pelaut berdamai dengan
situasi darurat tertentu seperti pemadaman kebakaran, meninggalkan kapal, melatih mereka untuk mencegah
kecelakaan. Latihan menggunakan breathing apparatus atau mengenakan jaket pengaman, karena bagaimanapun
sulit untuk melatih mereka tidak menyentuh kawat menyala atau mencegah memasuki ruang tertutup tanpa
breathing apparatus. Pengetahuan, keahlian dan tindakan positif yang diperoleh dapat diaplikasikan dalam
tugas.

Pengetahuan Keahlian Tindakan


Preventive Safety +++ ++/? ++/?
Reactive Safety +++ +++ ++
+ = luas yang di bawa kapal dari institusi latihan.
Keahlian dan tindakan di preventive safety lebih banyak di biaya on the job melalui pengawasan dan pengalaman
dengan menguatkan motivasi biasa. Pengetahuan off the job adalah untuk mengarah pada keahlian dan
tindakan. Keuntunganya, bertugas menawarkan kesempatan harian untuk meningkatkan keahlian dan tindakan
dalam pencegahan penyelamatan. Walau mungkin mentransfer apa yang diajarkan di reaktive safety setelah
latihan di pantai, mungkin sedikit atau tanpa kesempatan menggunakannya. Berapa pemadam kebakaran yang
dimiliki sebuah kapal. Untuk memadamkan, di satu tahun ? Pemadaman biasa penting untuk menyegarkan
pengajaran.

KUALITAS & BERSERTIFIKAT


Kualitas dan sertifikat dua hal vang diperlukan oleh masing-masing pihak sebagai berikut:
Apa yang diinginkan Apa yang diinginkan Apa yang diinginkan Apa yang dapat sediakan
industri dan society perusahaan pelaut pelatih
Keselamatan kapal dan Awak kapal yang Ijin berlayar Sertifikat
kebersihan laut berkualitas (sertifikat)
Awak kapal yang Pekerjaan yang Pengetahuan keahlian
terlatih baik berhubungan dg. tindakan penyelamat
pengetahuan keahlian
dan tindakan
Apa yang ditawarkan Apa yang ditawarkan Apa yang ditawarkan Apa yang ditawarkan
IMO perusahaan pelaut pelatih
Standars (ISM Code) Komitmen Waktu, tenaga, pikiran Fasilitas, dedikasi,
(SCTW) Monitoring terbuka kompeten
Fasilitas dalam Program pelatihan
meningkatkan tugas
Peralatan nyata Variasi peralatan
Pekerjaan latihan/ Contoh kerja/ prosedur
prosedur
Relasi Hubungan ke pelatih

46
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Peserta latihan penyelamatan perlu pikiran terbuka ketika menghindari latihan. Peserta yang hadir menanyakan
pandangan mereka dan tujuan mendatangi latihan. Beberapa menjawab, “Saya kesini karena perusahaan
mengirimku”. “Saya perlu sertifikat ini untuk bekerja”. Pernyataan demikian menunjukkan tujuan latihan
penyelamatan yang salah dimengerti yang akan mempengaruhi pelajaran. Sedikitnya tujuan dan aplikasi dan
pengetahuan/keahlian diapresiasikan, kecil rasa ketertarikan diharapkan dari peserta. Juga, kecelakaan dan
latihan penyelamatan dalam institusi pelatihan dan bertugas di kapal adalah melengkapi. STCW merevisi dan
ISM Code yang mendatang akan membuat ia bahkan lebih perlu untuk diusahakan.

KESIMPULAN
Kecelakaan laut dan latihan penyelamatan, mendasari pelaut untuk bekerja di kapal mereka secara aman dan
meninggalkan laut yang bersih. Ada beberapa elemen dalam proses latihan dan masing-masing secara kritis
menjadi pertimbangan perusahaan daslam permintaan pengetahuan, keahlian dan tindakan pelaut yang akan
membuat beberapa latihan menguat secara terus menerus.
UK Code dari Pelatihan Keselamatan Kerja di Latihan Pemadam Kebakaran
1. Efisiensi pemadaman kebakaran membutuhkan kerjasama penuh dari orang-orang dari segala department
di kapal. Latihan kebakaran diadakan berkelanjutan dengan fase pertama saat keberangkatan kapal. Fire
fighting parties sebaiknya memasang bakal stasiun, ruang mesin menyalakan fire-pump di ruang mesin dan
memeriksa tekanan penuh pada pipa saluran kebakaran. Pipa darurat lain disituasikan di luar ruang mesin
juga sebaiknya dinyalakan. Seluruh anggota awak kapal sebaiknya mengetahui bagaimana menyalakan
dan mengoperasikan pompa.
2. Fire parties sebaiknya mengirim bakal stasiun mereka untuk menyeleksi lokasi dari kebakaran, dibawah
oleh mereka peralatan emergency seperti kampak dan lampu dan breathing apparatus. Lokasi sebaiknya
dirubah untuk memberi pelatihan di kondisi yang berbeda dan berbeda tipe kebakaran dengan demikian
akomodasi, ruang mesin, ruang penyimpanan, dapur dan kargo atau area dari high fire hazard tercover dan
waktu ke waktu.
3. Sejumlah selang disiapkan dengan asumsi kebakaran akan menyebar. Pada beberapa fase dari latihan,
rnereka sebaiknya di test dengan rnernbawanya untuk digunakan, pertama dengan air yang disediakan
pompa ruang mesin dan kedua dengan air dari pompa darurat sendiri.
4. Latihan sebaiknya diperluas, dimana dimungkinkan, untuk memeriksa dan mendemonstrasikan remote
control, kipas ventilasi, pompa bahan bakar, dan kran tanki bahan bakar.
5. Pemasangan instalasi pemadam kebakaran sebaiknya di test untuk penggunaan secara luas.
6. Pemadam kebakaran portable sebaiknya disiapkan untuk demonstrasi penggunaan; yang termasuk tipe
berbeda dapat di aplikasikan untuk kebakaran yang berbeda. Setiap latihan pemadam kebakaran sebaiknya
dioperasikan oleh anggota fire-party. Anggota yang berbeda pada setiap kejadian, Pemadam kebakaran
digunakan sebaiknya di charge lagi sebelum dikembalikan ke lokasi normal atau tempat sebenarnya
supaya dapat di bawa untuk tujuan demonstrasi.
7. Breathing apparatus sebaiknya digunakan oleh anggota fire fighting parties sehingga anggota bergiliran
mempunyai pengalaman menggunakannya. Penelitian dan latihan penyelamatan dilakukan pada berbagai
bagian dari kapal. Peralatan sebaiknya dibersihkan dan diperbaiki dalam kondisi baik sebelum digunakan.
Silinder dan tempat penyimpanan untuk di bawa dalam tujuan ini.
8. Alat-alat kebakaran, pintu kedap air dan api dan alat-alat yang berhubungan lainnya dan juga pendeteksi
kebakaran dan sistem alarm yang tidak digunakan dalam latihan sebaiknya diperiksa untuk memastikan
dalam kondisi baik. Juga dalam waktu latihan atau segera setelahnya. Tambahan undang-undang yang
relevan dan permintaan sebaiknya dilengkapi.

47
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

BAB VI
KURSUS PEMADAM KEBAKARAN
TINGKAT LANJUTAN

Prosedur Pemadaman Kebakaran


Organisasi yang diatas kapal (Bab 4) dan pelatihan Awak Kapal (Bab 5) harus segera diberlakukan dan
meyakinkan bahwa setiap kebakaran dipadamkan tanpa menuggu waktu. Pentingnya metode pelatihan dalam
penggunaan sarana dan perlengkapan pemadam api dan latihan pemadaman kebakaran harus ditekankan.
Dalam bagian ini prosedur dan hal mengenai kebakaran di laut dan dipelabuhan akan berguna bagi peserta
pelatihan seperti materi pelajaran yang memberikan contoh bagi mereka tentang bagaimana suatu kebakaran
yang besar diatas kapal dapat ditangani/diatasi.

6.1 PROSEDUR KEADAAN DARURA T


Adalah tidak mungkin untuk memperkirakan bentuk dari setiap keadaan darurat yang potensial terjadi,
tetapi standar prosedur keadaan darurat harus dibuat untuk setiap kapal dan adalah penting bahwa
personil dilatih dengan baik untuk melaksanakan prosedur ini. Keputusan tindakan yang menyimpang
dari tanggung jawab operasi kapal haruslah demi keselamatan semua personil diatas kapal dan siapa saja
yang ada disekitarnya. Panduan umum mengenai prosedur untuk keadaan darurat yang paling sering dapat
diperkirakan, diberikan dalam Bab ini.

Hal mengenai Prosedur Keselamatan yang tertulis dengan baik.


Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Amerika Serikat, telah menyelidiki lebih dari 110.000
kecelakaan dalam waktu 225 tahun, dan telah mengidentifikasikan bahwa kebanyakan dari kecelakaan
tersebut yang dapat dicegah dengan hanya sedikit perbedaan sikap menanggapi kejadian atau dengan
mengantisipasinya secara sederhana. Adalah tidak cukup memberikan anggapan bahwa setiap awak kapal
mengetahui tindakan apa yang dilakukan dalam mengoperasikan kapal dengan arnan, dan oleh karena itu
timbul suatu pemikiran sederhana untuk membuat secara tertulis dan jelas mengenai bagaimana berbagai
tugas-tugas harus dilakukan.
Prosedur diperlukan setidaknya oleh karena tiga alasan : Pertama, meskipun awak kapal yang berpengalaman
boleh saja tidak terbiasa dengan system/perlengkapan disetiap kapal dimana dia ditugaskan. Kedua, setiap
awak kapal yang berbeda mungkin saja mempunyai kecondongan yang berbeda dalam praktek keselamatan
dan dengan awak kapal yang terdiri dari berbagai bangsa kemungkinan terjadi pendapat yang mendua
dalam perlindungan lingkungan. Ketiga, prosedur yang dibuat dengan baik akan menciptakan kebebasan
kolektif bagi mereka untuk bertindak berdasarkan keahlian masing-masing.

48
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

A. Rencana awal.
Prosedur keadaan darurat harus dibuat Rencana awal agar dapat berhasil. Nakhoda, KK.1.YI dan Perwira
kapal lainnya harus mempertimbangkan dan membuat suatu daftar mengenai apa yang akan mereka
lakukan dalam kejadian keadaan darurat yang terjadi di laut seperti kandas, kebakaran di kamar mesin,
tubrukan, kebakaran atau kerusakan di ruang muatan dan sebagainya.
Pada masing-masing situasi, langkah pertama dalam rencana tersebut adalah :
• membunyikan alarm keadaan darurat,
• menentukan lokasi dan meneliti kejadian dan kemungkinan bahaya yang terjadi,
• mengorganiser tenaga manusia dan perlengkapan
Rincian keadaan dari suatu keadaan darurat yang sebenarnya akan berbeda dalam banyak hal dari yang
dibayangkan pada waktu Rencana awal; namun demikian Rencana awal harus meyakinkan bahwa tindakan
permulaan dapat diambil secara cepat dan bahwa keputusan mengenai bagaimana mengatasi persoalan
tambahan yang timbul dapat sibuat dengan baik.

Tindakan permulaan.
Alarm umum.
Orang yang menemukan keadaan darurat harus membunyikan alarm dan menyampaikan informasi secepat
mungkin. Nakhoda harus menekankan kepada seluruh personil bahwa hal ini adalah tanggung jawab
utama bagi siapa saja yang berada ditempat kejadian. Sifat dari keadaan darurat harus dilaporkan ke pusat
komando yang akan melaksanakan rencana tindakan; sementara ini dilakukan, orang yang berada ditempat
kejadian dapat mengupayakan langkah tindakan pertama untuk mengendalikan keadaan darurat.Bilamana
regu keadaan darurat sudah tiba, suatu laporan lengkap harus dibuat dan orang yang berada ditempat
kejadian harus melapor ke pos keadaan darurat mereka.

Pemeriksaan awak kapal.


Adalah penting untuk memeriksa awak kapal secepat mungkin. setelah alarm umum dibunyikan sehingga
dapat diketahui apakah ada yang hilang. Pemeriksaan harus segera diselesaikan sehingga tidak mengganggu
terlalu lama terhadap mobilisasi organisasi keadaan darurat, dan Rencana awal yang baik sangat penting
untuk meneapai kondisi ini.

Pertemuan.
Tempat pertemuan untuk masing-masing kelompok harus direneanakan sebelurnnya, dan juga bagi mereka
yang tidak langsung terkait. Sifat dari kejadian akan akan menentukan keadaan tetapi sebagai eontoh regu
keadaan darurat harus berkumpul ditempat yang berdekatan dengan ruang penyimpanan perlengkapan
keadaan darurat.

49
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

B. Prosedur.
Kecelakaan personil yang diakibatkan muatan berbahaya.
Jika personil dipengaruhi oleh atau terkena muatan berbahaya, tindakan keadaan darurat harus dilakukan
dengan berpedoman pada data-data yang tercantum dalam IDG Code untuk jenis muatan tersebut.

Kecelakaan pada ruangan tertutup.


Jika personil mengalami kecelakaan didalam ruangan tertutup, orang yang siaga di lubang masuk harus
membunyikan alarm dan menyiapkan regu penyelamat.
Rencana penyelamatan yang telah disetujui harus dilaksanakan dan Perwira kapal yang bertanggung jawab
diberitahukan.

B. Prosedur pemadaman kebakaran.


Prosedur yang jelas diatas kapal untuk pemadaman kebakaran diberbagai kompartemen kapal, seperti
di ruang muatan, di kamar mesin dan di ruangan akomodasi, harus dibicarakan, tetapi hal-hal berikut
haruslah diperhatikan :
- Bunyikan alarm kebakaran
- Kumpulkan regu keadaan darurat
- Peringatkan semua departemen diatas kapal mengenai bahaya yang terjadi
- Yakinkan setiap orang diatas kapal sudah mengetahui kejadian
- Upayakan tindakan pertama untuk penanggulangannya
- Lakukan penanggulangan bahaya kebakaran yang besar bila diperlukan.
- Siapkan sekoci untuk diturunkan dan
- Tindakan lainnya yang diperlukan.

Umum
Langkah tindakan dalam pemadaman kebakaran yang berhasil adalah :
a. Yakinkan lokasi kebakaran dan bunyikan alarm
b. Periksa apa yang terbakar, besamya kebakaran, dan apakah ada orang yang terkurung akibat
kebakaran
c. Laksanakan Rencana penanggulangan keadaan darurat sebagaimana mestinya
d. Ambil segera langkah untuk menghentikan penyebaran kebakaran secara horizontal maupun vertical
dengan menutup sumber bahan bakar dan mendinginkan daerah yang terbakar,
e. Matikan api dengan jenis pemadam api yang cocok/sesuai,
f. Cegah terjadinya penyalaan ulang dengan terus mendinginkan sekitar daerah kebakaran dengan air.
Adalah tugas dari setiap personil diatas kapal yang menemukan munculnya kebakaran untuk segera
membunyikan alarm. Setelah itu dia harus melakukan sekuat tenaga untuk mengendalikan kebakaran
dengan sarana terdekat yang tersedia dan sesuai, sampai regu pemadam api yang terorganisir mengambil
alih tindakan pemadaman. Segera setelah alarm dibunyikan, semua kegiatan muatan dan bunker dihentikan
dan krangan ditutup pada pipa muatan cair. Semua dek, sekat dan struktur lain disekitar tempat kebakaran
harus didinginkan dengan air.

50
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Di pelabuhan, bantuan dari darat harus dimintakan segera dan bila memungkinkan, semua selang muatan
harus ditutup dan dilepas.
Jika kebakaran pada ruangan tertutup, ruangan tersebut jika memungkinkan harus ditutup kedap untuk
menghindarkan masuknya udara. Setiap peranginan mekanis ke ruangan tersebut harus dihentikan dan
sumber bahan bakar ditutup, disarankan dari luar. Jika ruangan dipasangi alat pemadam api system tetap
(seperti CO2, Sistem percik, busa dsb.), peralatan ini harus diaktifkan. Jika tidak ada, ruangan tersebut
harus dibiarkan dalam keadaan tertutup sampai regu pemadam api tiba.

Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat.


(a) Umum
Kapal harus mempunyai Rencana Penanggulangan Keadaan Darurat yang jelas meliputi semua jenis
keadaan darurat kebakaran. Begitu alarm dibunyikan maka Rencana penanggulangan keadaan darurat
harus dilaksanakan secepatnya; saat pertama yang singkat adalah sangat menentukan. Sementara
penanggulangan awal dan lanjutan dilaksanakan, pusat komando harus mempertimbangkan hal-hal
berikut dan tindakan lainnya yang diperlukan :
• Yakinkan bahwa setiap orang diatas kapal mengetahui apa yang terjadi,
• Kumpulkan regu keadaan darurat,
• Peringatkan semua departemen diatas kapal mengenai bahaya yang terjadi,
• Mintakan bantuan melalui radio atau telepon,
• Robah haluan kapal untuk penyelamatan,
• Jalankan generator darurat, dan
• Siapkan sekoci untuk diturunkan.

(b) Kebakaran di kamar mesin


Kebakaran di kamar mesin kebanyakan disebabkan oleh bahan bakar, oli atau perlengkapan listrik.
Pemilihan bahan pemadam api yang sesuai harus diperhatikan untuk digunakan. Kebakaran dapat
menyebar kebagian akomodasi atau kemungkinan terjadi kehilangan sumber tenaga. Kebakaran juga dapat
berpengaruh terhadap system muatan dan dalam hal kapal tanker muatan gas yang dicairkan, timbulnya
gas pada tangki yang berdekatan dapat terjadi; ini dapat dikendalikan dengan cara mendinginkan ruangan
muatan dengan air dikabutkan, menjalankam instalasi pencairan muatan gas atau mengisi tangki cofferdam
dengan air sampai penuh.
Hal-hal berikut harus menjadi perhatian :
• pemadaman awal dengan jenis bahan pemadam api yang sesuai,
• pemeriksaan bahwa tidak seorangpun personil yang hilang; cari bila diperlukan,
• amankan perlengkapan, udara dan sumber listrik, bahan bakar dan krangan buangan ke laut bila
diperlukan,
• evakuasi dan siapkan untuk pelaksanaan pemadaman lanjutan untuk api yang lebih besar,
• padamkan api dengan menggunakan alat pemadam api system tetap ( misalnya CO2, Halon,
busa atau air).

51
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

(e) Kebakaran di ruang akomodasi


Kebakaran di ruang akornodasi biasanya berhubungan dengan kebakaran material padat (seperti
perlengkapan tempat tidur atau alat listrik), namun kebakaran di dapur dapat juga disebabkan oleh
minyak. Adalah penting untuk mencegah penyebaran kebakaran dalam saluran udara atau disepanjang
lorang akornodasi, Asap dapat menghalangi pelaksanaan pemadaman kebakaran. Hal-hal berikut harus
diperhatikan :
• Ruangan yang terbakar harus di isolasi sebaik mungkin,
• Periksa agar tidak seorangpun yang hilang; lakukan pencarian bila diperlukan,
• Pemadaman awal dilakukan dengan menggunakan alat pemadam api yang sesuai.
• Pemadaman lanjutan melalui bukaan sekecil mungkin ke ruangan; dan
• Jika yang terbakar adalah material padat, maka bahan yang terbakar terus dibasahi meskipun nyala api
sudah padam untuk mencegah terjadinya kebakaran susulan.

(d) Kebakaran di ruang muatan


Jika kebakaran terjadi pada ruangan store atau mesin, harus dipadamkan dengan alat pemadam api yang
sesuai. Kebakaran tersebut mengkin mempengaruhi muatan dan pada kapal tanker muatan gas yang
dicairkan akan meningkatkan terjadinya gas; hal ini dapat dikurangi dengan mendinginkan sekitarnya
pakai air yang dikabutkan, atau dengan menggunakan sarana perlengkapan untuk mencairkan muatan gas.
Bagaimanapun, semprotan air tidak boleh digunakan pada kebakaran bahan cairan.
Jika kebakaran terjadi pada ruangan perlengkapan untuk bongkar muat (seperti ruangan kompressor),
sumber bahan bakar harus dihentikan dan pemadaman awal segera dilakukan dengan menggunakan
bubuk kering. Jika perlu semua personil harus di evakuasi, kompartemen tersebut ditutup kemudian alat
pemadam api system tetap diaktifkan (seperti foam, Co2, Halon). Daerah tersebut harus di dinginkan
dengan air yang dikabutkan. Begitu api padam, ruangan harus diberi peranginan secara hati-hati untuk
menghilangkan uap gas dengan memperhatikan:
• Sumber bahan bakar di isolasi,
• Lakukan tindakan pemadaman awal dengan alat pemadam api yang sesuai,
• Hentikan semua kegiatan bongkar muat dan tutup semua krangan tangki,
• Periksa bahwa tidak ada orang yang hilang, lakukan pencarian bila diperlukan,
• Siapkan untuk upaya pemadaman lanjutan, aktifkan system air dikabutkan,
• Tindakan pemadaman untuk kebakaran yang lebih besar (Regu pemadam api maju dibelakang
semprotan air yang dikabutkan untuk melindungi mereka dari panas),
• Teruskan mendinginkan daerah yang terbakar dengan air yang dikabutkan.

(e) Kebakaran yang terjadi berdekatan dengan kapal


Dalam kejadian kebakaran di darat atau di kapal lain yang berdekatan dengan kapal kita, hal-hal berikut
harus diperhatikan :
- Siapkan perlengkapan pemadam api dan regu pemadam api,
- Stop semua kegiatan bongkar muat dan bunker,
- Isolasi dan lepaskan selang muiatan,
- Tutup semua bukaan kompartemen, dan
- Siapkan motor induk untuk setiap waktu dapat olah gerak.

52
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

(f) Kebakaran pada waktu naik dok atau perbaikan


Resiko kebakaran kemungkinan terbesar terjadi pada waktu kapal naik dok dan waktu perbaikan.
Perhatian khusus perlu dilakukan pada waktu-waktu tersebut dan tidak boleh diremehkan.
Personil kapal harus meyakinkan pemeriksaan keamanan dilakukan sebagaimana mestinya.
Setiap orang di atas kapal boleh memberitahukan suatu keadaan darurat dengan menekan
tombol alarm keadaan darurat. Seseorang yang menemukan suatu keadaan darurat harus di
instruksikan agar segera menekan tombol alarm keadaan darurat yang terdekat. Kemudian
adalah penting bahwa informasi mengenai tipe dan lokasi keadaan darurat disampaikan segera
ke anjungan melalui: VHF, telepon, mikropon pengirim pesan atau bicara langsung

D. Tindakan secara garis besar bila terjadi kebakaran


Tindakan yang harus segera dilakukan bila suatu kebakaran diketahui adalah beraneka ragam tergantung
dari keadaan dari mana api berasal. Bagaimanapun juga., panduan umum yang harus diikuti adalah sebagai
berikut :
a. Bunyikan alarm umum dan beritahukan ke anjungan mengenai kejadian. Bila ada 2 atau 3 orang
disekitar kejadian, satu dari mereka harus membunyikan alarm, meninggalkan yang lain berupaya
untuk memadamkan kebakaran.
b. Jika api kebakaran itu masih kecil (misalnya di asbak rokok, kertas di tempat sampah dsb.), awak kapal
yang menemukannya setelah membunyikan alarm harus kembali ke lokasi kebakaran dan berusaha
memadamkannya dengan alat pemadam api yang terdekat tersedia.
c. Setiap orang yang menemukan suatu kebakaran yang lebih besar (misalnya kebakaran dikabin), harus
segera menutup pintu masuk ke lokasi sebelum membunyikan alarm.

Bila alarm kebakaran berbunyi


Jika alarm kebakaran dibunyikan, setiap orang harus menuju ke tempat berkumpul mereka tanpa
menunggu waktu. Siapa saja yang menemukan situasi keadaan darurat harus memberitahukannya ke
anjungan (dengan salah satu sarana yang telah disebutkan terdahulu), menyampaikan dengan tenang
dan jelas sifat dan lokasi keadaan darurat.
Jika ada keraguan terhadap apa saja mengenai prosedur keadaan darurat di kapal anda, tidak usah
malu-malu menghubungi Perwira terkait untuk minta penjelasan. Nyawa anda beserta rekan anda
diatas kapal sangat tergantung kepada penjelasan tersebut.
Ingat F I R E, ikuti langkah dasar berikut :
- Find the fire : Temukan kebakaran yang terjadi
- Inform (Bridge) : Beritahukan (Anjungan)
- Restrict the fire (keep it under control) : Halangi meluasnya kebakaran (kendalikan kebakaran)
- Extinguish fire : Padamkan kebakaran

Stabilitas kapal
Mengingat kembali isi bab 4, karena pengaruh permukaan bebas dari air, regu pemadam api harus
memperhatikan stabilitas dari kapal pada waktu permulaan terjadinya kebakaran.

53
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Stabilitas kapal akan menjadi suatu permasalahan pada setiap jenis kapal. Pemikiran praktis yang dapat
dilakukan oleh organisasi regu keadaan darurat untuk menjaga stabilitas kapal adalah sebagai berikut :
Regu pemadam api - batasi penggunaan air yang digunakan untuk pemadaman kebakaran
Regu penunjang - periksa agar semua lobang buangan dari dek dalam keadaan terbuka
Regu penunjang - alirkan air bekas digunakan ke daerah yang dapat dipompa untuk dibuang

Kebakaran susulan
Kebakaran dapat dipadamkan dan bahan bakar mungkin masih mempunyai panas yang cukup untuk menyala
kembali secara spontan ketika media pemadam api dikurangi atau dihentikan, contohnya bila system air percik
distop terlalu cepat, suplai busa dihentikan dan lapisan busa yang ada berkurang. Penyalaan susulan ini sering
terjadi pada kebanyakan kebakaran yang terjadi jika personil pemadam api tidak memeriksa secara teliti. Ini
dapat juga terjadi jika bahan bakar menguap dan suatu bara api atau loncatan bunga api ditinggalkan pada
daerah yang dilalui naham bakar yang menguap.
Setelah kebakaran harus dilakukan pengamatan selama 24 jam pada daerah kebakaran. Adalah sangat
mengagetkan betapa seringnya terjadi kebakaran susulan. Kebakaran kelas “A” sangat sangat beresiko
terjadinya kebakaran susulan, dan kebakaran kelas “B” juga dapat terjadi demikian jika lapisan busa tidak
dipertahankan tetap utuh.
Sebab-sebab terjadinya penyalaan susulan adalah :
- Panas tinggi yang masih tersimpan pada material yang terbakar
- Kehadiran “Pyrophoric” Carbon (dapat menyala sendiri)
- Penetrasi yang kurang sempurna oleh media pemadam pada nyala api.

Kegiatan pembersihan lokasi kebakaran


Jika pemadam api telah selesai, regu pemadam api tidak boleh tergesa-gesa menyimpan perlengkapan mereka
atau membiarkannya dalam tumpukan yang campur aduk beserta dengan BA yang botol udaranya sudah
kosong. Botol udara dari BA harus dilepas dan pelembaban harus dilakukan sampai semua tanda-tanda masih
adanya panas berhenti dan daerah lainnya diperiksa jangan sampai ada api yang tersembunyi. Harus di ingat
bahwa panas dari kebakaran boleh menyebar melalui bahan baja, sepanjang ruangan kosong dibelakang panel
dan saluran ventilasi yang panjang, yang dapat memicu kebakaran dimana saja

Kapal sedang di laut


Bila alarm kebakaran dibunyikan, prosedur pemadaman kebakaran dan prosedur berkumpul dalam keadaan
darurat harus dilaksanakan. Hal ini termasuk :
- Awak kapal berkumpul pada pos kebakaran yang telah ditentukan seperti yang tereantum dalam Daftar
Sijil Berkurnpul,
- Regu pemadam api berkumpul atas perintah dari anjungan, dan melaksanakan tugas mereka untuk
menanggulangi kebakaran,
- Haluan dan keeepatan kapal dirobah jika diperlukan untuk membantu dalam penanggulangan kebakaran,
- Pompa disiapkan untuk membuang air bekas yang digunakan untuk pemadaman,

54
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

- Untuk kebakaran di kamar mesin, kapal diberhentikan,


- Nakhoda memutuskan metode yang paling cocok untuk memadamkan kebakaran dan dilaksanakan oleh
Perwira pemadam api,
- Untuk kebakaran di kamar mesin, persiapan dini untuk menurunkan sekoei agar dilakukan.
Nakhoda mengawasi kegiatan pemadaman kebakaran dari anjungan seperti tercantum dalam bab 4. Jika
kebakaran sudah dapat dipadamkan, tugas pengamatan terhadap kebakaran terus dilakukan, peraturan pos
keadaan darurat dihentikan dan penyelidikan terhadap timbulnya kebakaran dimulai sebagaimana tercantum
dalam bab 10.

Daftar Sijil Berkumpul Dan Instruksi Keadaam Darurat (SOLAS Bab III Peraturan No.8)
1. Peraturan ini berlaku untuk semua kapal.
2. Instruksi yang jelas yang di-ikuti bilamana terjadi suatu keadaan darurat harus disiapkan untuk setiap
orang diatas kapal.
3. Daftar Sijil Berkumpul yang memenuhi ketentuan dalam peraturan no. 53 harus ditampilkan pada
tempat- tempat yang mudah dilihat diatas kapal termasuk di ruang navigasi, kamar mesin dan ruangan
akomodasi.
4. Buku-buku dan instruksi dalam bahasa yang sesuai harus ditempatkan pada kabin penumpang dan
diperlihatkan dengan jelas pada Daftar Sijil Berkumpul dan pada ruangan penumpang lainnya untuk
memberitahi. Ikan kepada penumpang mengenai :
(i) Pos berkumpul mereka
(ii) Tindakan penting yang harus dilakukan mereka dalam suatu keadaan darurat; dan
(iii) Metode menggunakan baju keselamatan.

SOLAS Bab III Peraturan no. 53


1. Daftar Sijil Berkumpul harus menjelaskan rineian dan tanda-tanda alarm keadaan darurat umum seperti
ditetapkan oleh peraturan no. 50 dan juga tindakan yang dilakukan oleh awak kapal dan penumpang
bila alarm tersebut dibunyikan. Daftar Sijil Berkumpul juga harus menjelaskan bagaimana perintah untuk
meninggalkan kapal akan diberikan.
2. Daftar Sijil Berkumpul harus mernperlihatkan tugas-tugas yang ditetapkan untuk masing-masing awak
kapal termasuk :
2.l. Menutup pintu kedap air, pintu kebakaran, krangan-krangan, lobang buangan dari dek, bukaan
samping kapal, skylight, jendela samping kapal dan bukaan lainnya diatas kapal;
2.2. Memperlengkapi sekoci keselamatan dan alat keselamatan lainnya;
2.3. Persiapan dan menurunkan sekoci keselamatan;
2.4. Persiapan umum terhadap alat keselamatan lainnya;
2.5. Mengumpulkan penumpang;
2.6. Menggunakan peralatan komunikasi;
2.7. Anggota regu pemadam api yang ditetapkan untuk menanggulangi kebakaran; dan 2.8.Tugas-tugas
khusus yang ditetapkan dalam penggunaan perlengkapan pemadam api dan instalasinya.
3. Daftar Sijil Berkumpul harus menentukan Perwira mana yang ditetapkan untuk meyakinkan bahwa
perlengkapan keselamatan jiwa dan pemadam api dipelihara dalam kondisi baik dan siap digunakan secara
cepat.

55
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

4. Daftar Sijil Berkumpul harus menentukan pengganti orang yang memegang peranan penting bila yang
bersangkutan berhalangan, dengan mempertimbangkan bahwa situasi keadaan darurat yang berbeda akan
memerlukan tindakan yang berbeda pula.
5. Daftar Sijil Berkurnpul harus memperlihatkan tugas-tugas yang ditetapkan bagi anggota awak kapal
sehubungan dengan pengurusan para penwnpang jika terjadi keadaan darurat. Tugas ini meliputi :
5. l. Mernberikan peringatan kepada penumpang;
5.2. Mernperhatikan agar mereka berpakaian yang sesuai dan telah menggunakan baju keselamatan
dengan benar;
5.3. Mengumpulkan penumpang pada pos yang telah ditentukan;
5.4. Mernberikan perintah dan petunjuk di gang-gang dan tangga laluan dan secara umum mengawasi
pergerakan para penumpang; dan
5.5. Meyakinkan bahwa perlengkapan selimut telah dibawa ke sekoci keselamatan.
6. Daftar Sijil Berkumpul harus disiapkan sebelum kapal berangkat berlayar. Setelah Daftar Sijil Berkumpul
disiapkan, jika ada pergantian awak kapal yang membutuhkan perubahan pada Daftar Sijil Berkumpul,
Nakhoda harus memperbaiki atau mengganti dengan yang baru
7. Bentuk dari daftar Daftar Sijil Berkumpul yang digunakan pada kapal penumpang harus rnendapatkan
pengesahan.

Kapal di pelabuhan
Ketika di pelabuhan, brigade kebakaran di darat harus diberitahukan jika terjadi kebakaran meskipun masih
berupa api kecil, dan pada saat regu brigade kebakaran tiba, kerja sama saudara dalam hal berikut adalah
sangat bernilai untuk keberhasilan melokaliser dan memadamkan kebakaran.
a. Ternui brigade kebakaran pada tangga kapal dan berikan informasi yang diperlukan.
b. Kumpulkan dan berikan informasi mengenai :
(i) Lokasi terjadinya kebakaran,
(ii) Pengarahan memasuki lokasi,
(iii) Saluran ventilasi,
(iv) Rincian dari rnuatan dan lengkap dengan denah pemuatannya,
(v) Langkah apa yang telah dilakukan untuk pemadaman api,
(vi) Berapa orang yang berada diatas kapal,
(vii) Instalasi apa yang digunakan,
(viii) Kondisi dari layanan kapal,
(ix) Sifat khusus mengenai struktur kapal seperti sekat dan pintu kedap air, tangki ceruk depan dan
belakang, jalan laluan dan data stabilitas kapal.
Bila alarm dibunyikan, prosedur kebakaran dan prosedur pos keadaan darurat segera dilakukan, sebagaimana
ditunjukkan diatas.
Sebagai tarnbahan, prosedur berikut harus diikuti :
• Panggil brigade kebakaran dari darat,
• Beritahukan kepada pejabat setempat yang terkait,
• Konfirmasikan dengan penguasa pelabuhan setempat bahwa Nakhoda kapal akan memegang komando
secara keseluruhan,

56
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

• Konfirmasikan dengan penguasa pelabuhan bahwa brigade kebakaran dari darat akan mengambil alih
komando pemadaman kebakaran dibantu oleh awak kapal bila diperlukan,
• Konfirmasikan dengan penguasa pelabuhan agar memberitahukan kepada Nakhoda setiap bahaya yang
mungkin terjadi terhadap instalasi dermaga dan juga tindakan yang diperlukan,
• Periksa siapa yang ada diatas kapal,
• Lakukan persiapan untuk kapal meninggalkan pelabuhan jika diperlukan, apakah dengan tenaga kapal
sendiri atau dengan batuan kapal tunda, dan
• Ungsikan orang yang tidak penting diatas kapal.

Bila kebakaran sudah dapat dipadamkan, lakukan penjagaan ditempat kejadian dan ketentuan situasi keadaan
darurat dapat dihentikan, kemudian penyelidikan terhadap terjadinya kebakaran mulai dilakukan sesuai dengan
yang tercantum dalam Bab 10.
Kapal yang membawa muatan berbahaya

SOLAS Bab 11-2 peraturan no, 54 (Ketentuan khusus untuk kapal yang membawa muatan berbahaya)
dibuat sebagai referensi.

Sesuai dengan ketentuan, maka setiap kapal yang digunakan untuk mengangkut barang berbahaya harus
dilengkapi dengan suatu perlengkapan pemadam api gas system tetap yang memenuhi peraturan pada
setiap ruangan muatan, atau dengan system pemadam api yang menurut pertimbangan badan administrator
memberikan perlindungan yang sama untuk muatan yang diangkut.
Berikut adalah langkah yang bijaksana untuk dilakukan :
• Rencana pemuatan harus diberi tanda untuk menunjukkan posisi dan kelas dari muatan berbahaya,
• Suatu rencana pemadam api yang menunjukkan jenis bahan pemadam api yang aman untuk digunakan,
harus disiapkan,
• Bahaya dan resiko terhadap awak kapal harus diperhatikan pada waktu memuat,
• Bila alarm kebakaran berbunyi, prosedur kebakaran dan prosedur keadaan darurat harus segera
diberlakukan seperti ditunjukkan diatas,
• Berhati-hati dan ingatkan awak kapal mengenai bahaya tindakan yang tergesa-gesa tanpa mengetahui
sifat dari muatan,
• Bila kebakaran sudah dapat diatasi, laksanakan tugas penjagaan ditempat kebakaran, pos keadaan darurat
dapat dibubarkan dan penyelidikan terhadap terjadinya kebakaran dapat dimulai seperti ditetapkan dalam
Bab 10.

Kapal tanker minyak


Bila alarm kebakaran berbunyi, prosedur kebakaran dan prosedur keadaan darurat harus segera diberlakukan
seperti ditunjukkan diatas.
Ketentuan tarnbahan untuk kapal tanker minyak termasuk :
1 Pemadam api system tetap di ruangan pompa,
2 Penyemprot busa yang dapat dikendalikan dari jarakjauh dipasang di dek,
3 Suatu system gas lembaru pada setiap tangki muatan,

57
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

4. Krangan pemisah dipasang pada pipa induk pemadam didepan buritan dan pada jarak yang ditentukan
dari depan buritan untuk memberi peluang ;
4.1. mengendalikan suplai air ke monitor busa busa bilamana ada kerusakan pada pipa induk pemadam,
dan
4.2. mengendalikan suplai air jika pompa kebakaran darurat digunakan.
5. Suatu pembagian kedalam ruangan gas berbahaya dan ruangan bebas gas, dan
6. Pemisahan secara ketat antara ruangan muatan, permesinan dan sisternnya, ruangan akomodasi dan
sistemnya.
Bila kebakaran telah dipadamkan, tugas penjagaan ditempat kebakaran terus dilakukan dan pos keadaan
darurat dapat dibubarkan, kemudian penyelidikan terhadap terjadinya kebakaran dapat dimulai seperti yang
ditunjukkan dalam Bab 10.

Peraturan berikut ini berhubungan dengan ketentuan diatas untuk kapal tanker rninyak.
SOLAS Bab 11-2 Peraturan no. 63
Ruangan pompa muatan
1. Masing-masing ruangan pompa muatan harus dilengkapi dengan satu dari alat pemadam api system tetap
yang dioperasikan dari posisi yang mudah dicapai dan telah disiapkan diluar ruangan pompa muatan.
Ruangan pompa muatan harus dilengkapi dengan suatu system yang cocok untuk ruangan mesin dari
kategori “A”.
1.1. Apakah suatu system CO2 atau Halon yang memenuhi ketentuan peraturan no. 5 dan dengan
perlengkapan berikut:
1.1.1. Alarm yang ditetapkan dalam peraturan 5.1.6 harus aman untuk digunakan pada campuran
udaropban gas dari muatan yang mudah terbakar;
1.1.2. Suatu pemberitahuan agar dibuatkan pada tempat pengendali yang menyatakan bahwa
karena adanya bahaya penyalaan oleh listrik statis, system tersebut hanya digunakan
memadamkan kebakaran dan tidak untuk kepentingan melembarukan.
1.2 Sistem busa dengan ekspansi tinggi yang memenuhi ketentuan dalam peraturan no.9, disiapkan
dengan suplai konsentrasi busa yang cukup untuk memadamkan kebakaran jenis muatan yang
diangkut.
1.3 Suatu system tetap semprotan air dengan tekanan yang memenuhi ketentuan dalam peraturan no.
10.
2. Jika media pemadam api yang digunakan untuk ruangan pompa muatan juga digunakan untuk melayani
ruangan lain, jumlah media yang disiapkan tidak perlu lebih dari keperluan maksimum untuk ruangan
yang terbesar.

SOLAS Bab II Peraturan no.61


Sistem tetap pemadam jenis busa di dek
1. Penataan untuk menyiapkan busa agar sanggup menyuplai busa ke seluruh area dek diatas tangki muatan
begitu jua kedalam setiap tangki yang bagian deknya runtuh.
2. Sistem busa untuk dek harus dapat dioperasikan dengan mudah dan cepat. Pos pengendalian utama untuk
system tersebut harusditempatkan pada lokasi yang baik diluar area muatan,

58
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

berdekatan dengan ruangan akomodasi dan dapat dijangkau serta dioperasikan bila terjadi kebakaran
pada area yang dilindungi.
3. Kecepatan suplai larutan busa harus tidak boleh kurang dari perhitungan yang paling besar dari berikut
ini :
a. 0,6 L/menit/m2 luas dek diatas tangki muatan, dimana luas dek diatas tangki muatan berarti lebar
kapal maksimum dikalikan dengan total panjang melintang dari ruangan tangki muatan.
b. 6 L/menit/m2 luas potongan horizontal dari satu tangki yang mempunyai luas terbesar.
c. 3 L/menit/m2 luas area yang dilindungi oleh monitor busa busa yang terbesar, dimana area tersebut
berada didepan monitor busa busa, tetapi tidak boleh kurang dari 1.250 Llmenit.
4. Konsentrat busa yang cukup harus disuplai untuk meyakinkan sekurang-kurangnya pembentukan busa
selama 20 menit pada kapal tanker yang dilengkapi system gas lembaru atau 30 menit untuk kapal
tanker yang tidak dilengkapi system gas lembaru ketika digunakan. Kecepatan larutan busa adalah
seperti dijelaskan pada 3a, 3b, 3c, yang mana saja yang terbesar. Perbandingan pemuaian busa (yaitu
perbandingan volume busa yang diproduksi terhadap volume konsentrasi campuran air dan pembuat
busa yang disuplai) harus tidak boleh melebihi 12 : 1 secara umum). Jika system menghendaki busa
yang diproduksi adalah pemuaian rendah tetapi temyata perbandingan pemuaian sedikit diatas 12 : 1,
jumlah larutan busa yang tersedia harus diperhitungkan sehingga mencapai system pernuaian dengan
perbandingan 12: 1; Bila menggunakan larutan bus a dengan pemuaian menengah (antara 50 : 1 sid
150 : 1), kecepatan penggunaannya maupun kapasitas dari instalasi monitor busanya harus memenuhi
ketentuan dari badan administrasi.
5. Busa dari system tetap pemadam api busa harus disalurkan melalui perangkat monitor busa dan aplikator
busa busa. Sedikitnya 50 % dari kecepatan larutan busa berdasarkan ketentuan 3.1 dan 3.2 harus disalurkan
melalui masing-masing monitor busa. Pada kapal tanker kurang dari 4.000 Dwt, badan administrasi boleh
tidak mensyaratkan pemasangan instalasi monitor busa tetapi hanva aplikator busa. Narnun demikian.
juka hanya rnenggunakan aplikator busa maka kapasitasnya paling sedikit 20 % dari kapasitas larutan
busa berdasarkan ketentuan 3.1 dan 3.2.
6.1 Jumlah dan posisi monitor busa harus memenuhi ketentuan 1. Kapasitas dari setiap monitor busa
sedikitnya 3L larutan busa/menit/ m2 luas dek yang dilindungi oleh monitor bus tersebut, dan luas dek
terse but berada semuanya didepan monitor busa ybs. Kapasitas tersebut tidak boleh kurang dari 1.250L/
menit.
6.2 Jarak dan monitor busa ke tempat yang paling jauh di daerah yang dilindungi tidak boleh lebih dari 75 %
dari jarak semprotan dari monitor tersebut pada waktu tidak ada angin.
7. Suatu monitor busa dan sambungan selang untuk aplikator busa harus ditempatkan pada kedua sisi kiri
dan kanan dari kapal didepan buritan atau ruangan akomodasi yang menghadap ke dek tarigki rnuatan.
Pada kapal tanker kurang dari 4.000 Dwt, sambungan selang untuk aplikator busa harus ditempatkan
pada kedua sisi kiri dan kanan dari kapal didepan buritan atau di ruang akomodasi yang menghadap ke
dek tangki muatan.
8. Aplikator busa harus disiapkan untuk meyakinkan kemudahan bertindak selama kegiatan pemadaman
kebakaran dan untuk mengatasi daerah yang terlindung dari monitor busa. Kapasitas setiap aplikator
busa tidak boleh kurang dari 400Llmenit dan lemparan aplikator busa pada waktu tidak ada angin, tidak
boleh kurang dari 15 meter. Junlah aplikator busa yang perlu disiapkan tidak boleh kurang dari 4 buah.

59
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Jumlah dan penempatan dari saluran induk dari busa harus demikian sehingga sedikitnya 2 aplikator busa
dapat diarahkan ke setiap daerah bagian dek diatas tangki muatan.
9. Krangan-krangan harus dipasang pada saluran induk dari busa, dan pada pipa utama pemadam kebakaran
bila keduanya merupakan kesatuan bagian dari system pemadam api busa untuk dek, serta sebelum
masing-masing monitor busa untuk dapat mengisolasi bagian yang mengalami kerusakan pada saluran
utama tersebut.
10. Pengoperasian system pemadam api busa untuk dek dengan kapasitas yang telah ditentukan harus mampu
memberi kelonggaran untuk menggunakan secara serentak beberapa buah selang Penyemprot air dengan
tekanan yang telah ditentukan, sesuai dengan persyaratan rrurUmum.

SOLAS Bab 11-2 Peraturan no. 62


Sistem gas lembaru
(Pasal 19.1 dan 19.2 peraturan ini berlaku bagi kapal-kapal yang dibangun pada atau setelah 1 Februari
1992)
Berikut adalah ringkasan dari peraturan tersebut :
Sistem gas lembaru seperti ditnjukkan olah peraturan no. 60 harus dirancang, dibangun dan dicob sehingga
memenuhi ketentuan dari badan administrasi. Perlengkapan tersebut harus dirancang dan dioperasikan untuk
menjaga dan memelihara kondisi udara didalam tangki muatan (yang manajuga termasuk slop tank sebagai
ketentuan dalam peraturan ini) menjadi tidak mudah terbakar setiap saat, kecuali tangki tersebut diperlukan
untuk bebas gas. Dalam hal system gas lembaru tidak sanggupuntuk memenuhi persyaratan operasional seperti
disebutkan diatas dan telah diteliti bahwa tidak dapat diperbaiki segera, maka pembongkaran rnuatan, buang
air ballas dan pembersihan tangki yang dibutuhkan hanya dapat dilakukan sebagai “kondisi keadaan darurat”
seperti tercantum dalam garis panduan pada system gas lembaru telah terpenuhi.

Sistem harus sanggup untuk :


1. Melembarukan tangki muatan yang kosong dengan mengurangi kadar oksigen pada udara didalam
masing-masing tangki pada tingkat dimana penyalaan tidak dapat terjadi;
2. Memelihara udara disetiap bagian ruangan didalam tangki dengan kadar oksigen tidak lebih dari 8 %
berdasarkan volume dan setiap saat dalam tekanan positip baik di pelabuhan maupun di laut, kecuali bila
perlu membebaskan gas dari suatu tangki; dan
3. Membersihkan tangki muatan yang kosong dari gas hidrokarbon sehingga kegiatan pembebasan gas
setiap saat tidak akan menimbulkan udara yang mudah terbakar di dalam tangki.
Sistem harus sanggup memasukkan gas lembaru ke tangki muatan dengan kapasitas sekurang-kurangnya
125% dari kapasitas maksimum pembongkaran muatan kapal, yang dihitung berdasarkan volume. Sistem
harus sanggup memasukkan gas lembaru dengan kadar oksigen tidak lebih dari 5% berdasarkan volume pada
pipa saluran induk gas lembaru ke tangki-tangki muatan pada setiap kapasitas aliran yang di inginkan. Buku
instruksi yang jelas harus disiapkan diatas kapal, meliputi pengoperasiannya, ketentuan keselamatan dan
pemeliharaan dan bahaya terhadap kesehatan manusia yang berhubungan dengan system gas lembaru dan
pemanfaatannya untuk system tangki muatan. Buku petunjuk harus mencakup panduan mengenaiprosedur
yang harus dijalankan bila terjadi gangguan atau kerusakan dari system gas lembaru.

60
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

SOLAS Bab II-2 Peraturan no. 4.3.6


Pada kapal tanker krangan pemisah harus dipasang pada pipa saluran utama pemadam kebakaran di depan
buritan di lokasi yang terlindung dan di dek diatas tangki muatan setiap jarak 40 meter untuk memungkinkan
sistem utama pamadam kebakan dapat berfungsi bila terjadi kebakaran atau ledakan

SOLAS Bab 11-2 Peraturan no.56


Lokasi dan pemisahan ruangan
(Peraturan ini berlaku untuk kapal yang dibangun pada atau setelah 1 Februari 1992).
Berikut adalah ringkasan dari peraturan tersebut :
Ruangan mesin harus ditempatkan di belakang tangki muatan, slop tank, ruangan pompa muatan maupun
kofferdam, tetapi tidak perlu dibelakang tangki bunker. Setiap ruangan mesin harus dipisahkan dari tangki
muatan dan slop tank dengan kofferdam, ruangan pompa muatan, tangki bunker dan tangki ballas. Ruangan
pompa yang berisi pompa dan perlengkapannya untuk air ballas yang ditempatkan berdekatan dengan tangki
muatan, slop tank dan pompa pemindah bahan bakar, harus dianggap sama dengan ruangan pompa utama
berdasarkan peraturan ini, sehingga harus disiapkan standar keselamatan yang sama seperti yang ditentukan
untuk ruangan pompa muatan.
Meskipun demikian bagian bawah dari ruangan pompa dapat ditembuskan ke ruangan mesin dari kategori “A”
untuk kemudahan penataan pompa. Namun harus diperhatikan bahwa tinggi dek dari tembusan tersebut secara
umum tidak boleh lebih dari 1/3 tinggi dek utama diatas lunas kapal, kecuali bila ukuran kapal tidak lebih dari
25.000 Dwt dan dapat ditunjukkan bahwa karena alasan pentingnya jalan masuk dan demi kebaikan penataan
pipa-pipa sehingga persyaratan tersebut tidak dapat dilakukan, maka badan administrasi dapat mengijinkan
jalan tembus tersebut lebih tinggi dari yang telah ditentukan tetapi tidak boleh melebihi ½ tinggi dek utama
diatas lunas kapal.
Ruang akomodasi, ruang kontrol utama muatan dan ruang layanan (tidak termasuk ruang tersendiri untuk
penyimpanan perlengkapan bongkar muat), harus ditempatkan dibelakang tangki muatan, slop tank dan
ruangan yang memisahkan tangki muatan atau slop tank dari ruangan mesin. Namun tidak perlu dibelakang
tangki bunker dan tangki ballas, tetapi harus ditata sedemikian sehingga satu kesalahan di dek atau sekat tadak
akan membiarkan gas atau uap masuk dari tangki muatan ke ruang akomodasi, ruang kontrol utama muatan,
ruang kontrol atau ruang layanan. Jalan tembus yang disiapkan sesuai pasal 1 tidak perlu di buatkan bila posisi
dari ruangan-ruangan ini ditetapkan.
Narnun demikian bilamana dianggap perlu, badan administrasi boleh mengijinkan ruangan akomodasi, ruangan
kontrol utama muatan, ruangan kontrol dan ruangan layanan didepan tangki muatan, slop tank dan ruangan
yang mernisahkan muatan dan slop tank dari ruangan mesin. tetapi tidak perlu didepan tangki bunker atau
tangki ballas. Ruangan mesin yang tidak termasuk kategori “A”, boleh di ijinkan didepan tangki muatan dan
slop tank jika dipisahkan dengan kofferdam, ruangan pompa muatan, tangki bunker atau tangki ballas. Semua
ruangan diatas harus dilengkapi dengan standar keselarnatan yang sama dan penataan pemadam kebakaran yang
sesuai, berdasarkan ketentuan badan administrasi. Ruangan akomodasi. ruangan kontrol dan ruangan layanan
harus ditata demikian sehingga satu kesalahan pada dek atau sekat tidak membiarkan gas atau uap masuk dari
tangki muatan ke ruangan tersebut. Sebagai tambahan bila dianggap perlu untuk keselamatan dan kepentingan
navigasi kapal, badan administrasi dapat pengijinkan ruangan mesin yang berisi mesin pembakaran dalam
yang tidak digunakan untuk penggerak utama dan mempunyai tenaga lebih dari 375 KW, ditempatkan didepan
ruangan muatan jika penataannya sesuai dengan ketentuan dalam pasal ini.

61
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

6.2. KETENTUAN PELAKSANAAN KERJA YANG AMAN (UK) UNTUK AWAK KAPAL DAGANG
Tindakan dalam kejadian kebakaran
1. Resiko kebakaran yang terjadi diatas kapal tidak dapat dihilangkan tetapi dapat dikurangi sekecil
mungkin bila apa yang diberikan pada ketentuan ini secara sadar diikuti setiap saat.
2. Pelatihan prosedur pemadaman kebakaran dan pemeliharaan perlengkapannya harus diyakinkan
dengan latihan yang teratur, tetapi adalah penting juga bahwa jalan masuk ke perlengkapan pemadam
kebakaran setiap saat tidak boleh ada rintangan, dan jalan keluar dalam keadaan darurat maupun jalan
laluan tidak boleh dihalangi.
3. Suatu kebakaran biasanya dapat dipadamkan pada saat pertama kejadian. Kecepatan dan tindakan
yang benar adalah sangat penting.
4. Jika kebakaran terjadi, alarm harus dibunyikan dan segera diberitahukan ke anjungan mengenai
kejadian. Jika kapal di pelabuhan, brigade pemadam kebakaran setempat harus diberitahukan dan
diminta bantuannya. Jika memungkinkan, usaha harus segera dilakukan untuk memadamkan atau
membatasi kebakaran, dengan cara apa saja yang sesuai dan tersedia, seperti Alat Pemadam Api
ringan (APAR) yang sesuai, atau dengan menutupi api seperti kebakaran tiba-tiba yang disebabkan
oleh lemak atau minyak di dapur.
5. Tiap jenis APAR yang berbeda diatas kapal adalah sesuai untuk keperluan pemadaman kebakaran
yang berbeda juga. Pemadaman dengan air tidak boleh digunakan untuk kebakaran minyak dan
perlengkapan listrik.
6. Bukaan ke ruangan yang terbakar harus ditutup untuk mengurangi suplai udara ke yang terbakar
dan untuk mencegah meluasnya kebakaran. Setiap saluran minyak yang mengarah ke tempat yang
terbakar, harus ditutup atau diisolasi. Jika dapat dilakukan, semua bahan yang mudah terbakar didekat
kejadian, harus dipindahkan.
7. Jika suatu ruangan dipenuhi dengan asap dan uap, seseorang yang dilengkapi sebagaimana mestinya
dengan alat pernapasan harus segera keluar dari ruangan; jika perlu, keluar dengan jalan membungkuk
sambil melipat tangan memeluk dengkul kaki, karena udara yang dekat dengan plat dek relatif lebih
bersih untuk bernafas.
8. Setelah kebakaran sudah berhasil dipadamkan, harus diperhatikan dan diamati kemungkinan terjadinya
penyalaan susulan.
9. Orang yang tidak menggunakan alat Bantu pernafasan, tidak diperbolehkan memasuki rungan dimana
baru terjadi kebakaran sebelum dilakukan peranginan yang cukup.

A. Masuk kedalam ruangan tertutup (Lihat lampiran)

B. Masuk kedalam ruangan yang dipenuhi gas CO2 (Lihat lampiran)

62
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

KARTU KESELAMATAN MARITIM

Memasuki ruangan muatan, tangki-tangki, ruangan pompa, tangki bahan bakar, kofferdam, lorong
saluran udara, tangki ballas dan kompartemen lain yang tertutup

PERHATIAN UMUM
Jangan memasuki ruangan tertutup tanpa ijin dari Nakhoda atau Perwira penanggung jawab, dan kegiatan
ini hanya dapat dilakukan setelah diadakan pemeriksaan keselamatan sesuai dengan Daftar Pemeriksaan
Keselamatan terlampir.
Udara pada suatu ruangan tertutup mungkin tidak untuk mendukung kehidupan manusia. Kondisi ini boleh
terjadi karena kurangnya kadar oksigen atau adanya kandungan gas yang mudah terbakar dan yang beracun.
Hal ini juga berlaku bagi tangki-tangki yang telah di isi dengan gas lembaru.
Nakhoda atau Perwira penanggung jawab harus meyakinkan bahwa kondisi suatu ruangan tertutup sudah
aman dimasuki, dengan cara :
1. Meyakinkan bahwa ruangan tersebut sudah diberi peranginan yang cukup secara alami atau dengan
menggunakan peralatan mekanis.
2. Mengadakan pengetesan kondisi udara pada beberapa tempat untuk mengetahui kadar oksigen dan
adanya gas atau uap yang berbahaya, dengan menggunakan peralatan yang dapat dipercaya dan tersedia
diatas kapal.
3 Mensyaratkan penggunaan alat bantu pernafasan bagi semua orang yang memasuki ruangan dimana
ada keraguan mengenai hasil pengetesan sebelum dimasuki.

PERHATlAN
Jika diketahui bahwa kondisi udara didalam suatu ruangan tertutup adalah tidak aman, ruangan tersebut
hanya dapat dimasuki bila sangat diperlukan atau karena keadaan darurat. Semua pemeriksaan keselamatan
seperti dalam daftar terlampir harus dilakukan sebelum ruangan dimasuki, dan alat Bantu pernafasan harus
dipakai.

Pakaian dan perlengkapan pelindung


Adalah penting bahwa semua orang yang memasuki ruangan tertutup harus memakai pakaian yang sesuai
serta menggunakan perlengkapan pelindung yang disiapkan diatas kapal untuk keselamatan. Sepatu
keselamatan juga harus dipakai karena tangga masuk dan permukaan pelat lantai diruangan tersebut mungkin
licin. Topi keselamatan juga harus dipakai untuk melindungi kepala dari benturan dan dari benda yang jatuh.
Penggunaan pakaian yang robek harus dihindarkan karena mungkin dapat tersangkut pada benda yang
menghalangi. Perhatian tambahan adalah perlu jika ada resiko terkena dengan bahan kimia berbahaya.
Tandu, ikat pinggang dan tali keselamatan harus dipakai dan digunakan jika ada resiko terjatuh dari tempat
tinggi.
Jika ada instruksi tambahan diatas kapal, yakinkan bahwa semua orang yang terkait sudah di beritahu.

63
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

DAFTAR PEMERIKSAAN KESELAMATAN

Sebelum memasuki suatu ruangan tertutup, semua pemeriksaan keselamatan yang memadai sesuai
daftar dibawah ini, harus dilakukan Nakhoda atau Perwira penanggung jawab dan oleh orang yang akan
memasuki ruangan tersebut
Bagian 1
Diperiksa dan di isi oleh Nakhoda atau Perwira penanggung jawab
1.1 Apakah ruangan telah diberi peranginan yang cukup dan telah diadakan
pengetestan terhadap kadar gas didaIam ruangan, serta dinyatakan aman untuk
dimasuki ?
1.2 Apakah pengaturan telah dibuatkan agar peranginan terus dilakukan selama
ruangan dimasuki dan selama waktu istirahat ?
1.3 Apakah perlengkapan penyelamatan dan alat pertolongan pernafasan telah
disiapkan di samping bukaan masuk ke ruangan, untuk dapat digunakan segera ?
1.4 Apakah pengaturan telah dilakukan supaya satu orang penanggung jawab selalu
berada di bukaan masuk ke ruangan untuk mengawasi orang yang berada di
ruangan ?
1.5 Apakah system komunikasi antara orang yang berada di bukaan masuk dan yang
berada di ruangan telah disepakati ?
1.6 Apakahjalan masuk dan penerangan memadai ?
1.7 Apakah lampu jalan dan perlengkapan lainnya yang digunakan dari jenis yang
terjamin keamanannya?

Bila perhatian penting terhadap keselamatan seperti disebutkan dalam bagian 1 telah dilakukan, lembar
isian pemeriksaan ini diteruskan ke orang yang akan memasuki ruangan untuk di isi.

Bagian 2
Diperiksa dan di isi oleh orang yang akan memasuki ruangan

1. Apakah instruksi dan ijin telah diberikan oleh Nakhoda atau Perwira penanggung

jawab untuk memasuki ruangan atau kompartemen tertutup ?

2. Apakah pemeriksaan bagian I telah selesai dilakukan ?

64
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

3. Apakah anda telah di ingatkan harus segera meninggalkan ruangan bila ada

kesalahan dari system peranginan ?

4. Apakah anda memahami system komunikasi yang telah ditetapkan antara anda dan

orang yang bertugas mengawasi di bukaan masuk ke ruangan ?

Bagian 3
Jika harus menggunakan alat bantu pernafasan, bagian ini harus diperiksa dan di isi oleh Perwira
penanggung jawab bersama-sama dengan orang yang akan memasuki ruangan.

1. Apakah anda sudah terbiasa dengan alat bantu pernafasan yang akan digunakan ?

2. Apakah alat bantu pernafasan tersebut telah di periksa dan ditest sebagai berikut ?

(i) Alat pengukur dan kapasitas suplai udara

(ii) Alarm bunyi untuk tekanan rendah

(iii) Penutup muka - suplai udara dan kondisi pengikatan dan kekedapannya

3. Apakah alat komunikasi telah dicoba dan tanda keadaan darurat telah disepakati?

Jika seseorang telah ditugaskan sebagai penanggung jawab untuk mengawasi di jalan masuk ke ruangan
atau kompartemen, maka orang yang bertugas memasuki ruangan harus menunjukkan kartu pemeriksaan
yang sudah di isi kepada orang tersebut sebelum memasuki ruangan. Memasuki ruangan hanya dapat di
ijinkan bila semua pertanyaan pemeriksaan menunjukkan hasil yang aman untuk memasuki ruangan dan
diberi tanda V.

6.3 PROSEDUR SETELAH KEBAKARAN BERHASIL DIPADAMKAN


Setelah kebakaran dipadarnkan, prosedur berikut penting untuk dilaksanakan :
Teliti dan nilai jumlah kerusakan dan korban kecelakaan yang terjadi
Selidiki sebab-sebab kejadian dan buatkan laporannya
Siapkan / servis ulang / isi kembali peralatan pemadam api dan perlengkapan lainnya yang telah
digunakan atau rusak.
Tetapkan orang untuk melakukan tugas pengamatan pada lokasi kebakaran.
Oleh karena itu, disyaratkan agar memasuki ruangan bekas terbakar adalah oleh orang yang bukan
anggota regu pemadam kebakaran, dan persiapan untuk memasuki harus dilaksanakan.

65
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

BAB VII
PERALATAN/PERLENGKAPAN DAN SISTEM
PERENCANAAN.

7.1 Pelatihan yang baik mengenai inspeksi dan perawatan alat pemadam akan memberi keyakinan
kepada awak kapal bahwa, jika dibutuhkan perlengkapan tersebut dalam kondisi baik. Penekanan
juga perlu diberikan mengenai pentingnya pengisian kembali alat pemadam dan suku cadang yang
selalu ada di kapal, agar perawatan dapat dilakukan dengan baik.

Peralatan & Perlengkapan/Sistem & Perencanaan.


Inspeksi dan perawatan dibutuhkan untuk:
1. Alarm kebakaran
2. Perlengkapan penemu kebakaran
3. Perlengkapan pemadam api sistem tetap.
4. Pipa pemadam kebakaran, hidran, selang dan penyemprot.
5. Alat pemadam ringan (APAR) dan yang pakai roda.
6. Perangkat baju tahan api.
7. Denah penataan alat pemadam dan perlengkapannya.

Rencana
Rencana untuk pelaksanaan inspeksi dan perawatan harus terdiri dari :
a. Rencana lokasi
b. Jadwal pemeriksaan survey, inspeksi, pemeliharaan dan pengujian
c. Catatan mengenai kerusakan dan perbaikan
d. Buku instruksi dari pabrik pembuat yang mencakup minimum:
(i) inspeksi kerusakan atau hilangnya sesuatu pada susunan kabel dan perlengkapan
(ii) pembersihan kontak-kontak listrik dan saklar, dan
(iii) pengujian sistem yang membuktikan semua perlengkapan berfungsi dengan baik.

A. Alarm kebakaran
Rencana untuk alarm kebakaran dan saklar menjalankan.
- Suatu rencana harus ada yang menunjukkan posisi-posisi dari alarm
- Suatu jadwal harus disiapkan yang menunjukkan tanggal kapan pelaksanaan survey, inspeksi,
pemeliharaan, dan pengujian akan dilaksanakan
- Suatu catatan harus dibuatkan mengenai kerusakan yang ditemukan dan pelaksanaan perbaikan
- Buku instruksi dari pabrik pembuat harus digunakan sebagai dasar menyusun jadwal tersebut
diatas
- Inspeksi terhadap kerusakan atau bagian-bagian yang hilang pada penataan kabel listrik dan
perlengkapan
- Pembersihan kontak-kontak listrik dan saklar
- Pengujian sistem dan membuktikan bahwa semua perlengkapan berfungsi dengan baik.

66
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

B. Alat pendeteksi kebakaran


Rencana harus disiapkan dan dilaksanakan
Sebagai tambahan, jadwal pemeliharaan harus mencakup :
a. pengujian untuk meyakinkan setiap unit pendeteksi bekerja baik sesuai penggunaannya:
i) Pendeteksi asap (ion)
ii) Pendeteksi nyala api (sinar infrared atau ultraviolet dari nyala api)
iii) Pendeteksi panas (sentuhan panas)
b. Tingkat perubahan pendeteksi suhu
c. Suhu kerja dari sistem springkler (percik)
d. Membersihkan dan memeriksa kontak dan komponen lainnya didalam kotak pengatur dan
meyakinkan sambungan ke sistem alarm kebakaran bekerja dengan baik

Perlengkapan pemadam api sistem tetap


Rencana harus disiapkan dan dilaksanakan untuk setiap tipe pemadam api sistem tetap.
Adalah suatu tindakan yang baik setelah suatu sistem diisi dengan air laut apakah karena tidak
disengaja atau digunakan, agar dicerat, dibilas dan dibersihkan dengan air tawar, kemudian baru
diisi kembali sebagaimana mestinya.
1. Sistem Springkler (Percik)
Sebagai tambahan, jadwal pemeliharaan untuk sistem springkler (percik) harus
juga mencakup :
- Memeriksa bahwa permukaan air dan tekanan udara didalam bejana tekan adalah normal,
jika tidak agar diatur kembali.
- Memeriksa bahwa pompa springkler bekerja apabila tekanan berkurang sampai pada
tekanan yang telah ditentukan
- Memeriksa bahwa semua daerah dan katup penutup bekerja baik dan pada posisi yang
sebenarnya untuk melayani
- Memeriksa bahwa semua sprinkler bulb tidak terhalangi. Pada kapal dengan sistem
springkler, jika kepala springkler tertentu dipengaruhi angin dingin dari pintu yang
terbuka ke dek, adalah sering dibutuhkan untuk membungkus kepala springkler dengan
suatu kantong kertas kecil agar tidak mengalami pembekuan atau pecah.

2. Penyemprot air bertekanan sistem tetap.


Jadwal pemeliharaan untuk penyemprot air bertekanan sistem tetap harus juga mencakup:
- memeriksa bahwa Penyemprot (nozzle) tidak ada yang menghalangi
- memeriksa bahwa krangangan-krangangan bekerja baik

SOLAS Bab II-2 peraturan no. 10.7 : Perhatian harus dilakukan untuk mencegah Penyemprot
(nozzle) menjadi tersumbat oleh karena kotoran dari air atau korosi dari pipa, Penyemprot
(nozzle), krangangan-krangangan dan pompa.

67
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

3. Sistem CO2 (Carbon Dioxide)


a. Jadwal pemeliharaan untuk sistem CO2 harus juga rnencakup :
b. Menguji permukaan gas cair di dalam botol, dengan :
i) Metode isotop
ii) Metode penimbangan.
c. Memeriksa sirene yang memberikan peringatan bahwa gas CO2 sudah mau dilepas, bekerja
dengan baik.
d Memeriksa bahwa pengeluaran gas CO2 pada tempat yang dilindungi tidak ada yang
rnenghalangi.

4. Sistem Halon
Jadwal pemeliharaan untuk sistem Halon harus mencakup jenis pemeriksaan untuk sistem
CO2

5. Sistem busa.
Jadwal pemeliharaan untuk sistem busa harus juga mencakup :
- memeriksa bahwa bahan kimia pembuat busa adalah aktif dan tingkat pemuaiannya
memuaskan jika ditambahkan air
- memeriksa (pada kapal tanker) bahwa monitor busa di dek bekerja dengan baik
- memeriksa bahwa untuk penggunaan di ruangan mesin, pengeluaran busa dan penyebarannya
bebas, dan pipa-pipanya tidak berkarat.

6. Penataan pipa pemadam kebakaran, krangan pemadam kebakaran, selang & penyemprot
(nozzle)
Rencana harus disiapkan dan dilaksanakan
a. Penataan pipa pemadam kebakaran dan perlengkapannya
Krangan-krangan yang digunakan pada krangan pemadam kebakaran dan untuk keperluan
krangan pemisah pada penataan pipa kebakaran adalah dari tipe diapragma. Adalah penting
ditekankan bahwa diapragma ini adalah jenis yang terjamin tahan api, dan jika perlu untuk
memasang yang baru, harus diyakinkan agar dari jenis yang sama dan bukanlah dari krangan
standar biasa yang digunakan di mana-mana diatas kapal.

Inspeksi dan pemeliharaan untuk penataan pipa pemadam kebakaran dan perlengkapannya,
mencakup:
- Menguji sistem jangan sampai ada kebocoran
- Inspeksi pipa-pipa jangan ada yang rnengalami korosi/berkarat
- Memelihara krangan pemadam kebakaran dan kopling sambungan agar rnudah bergerak
- Tersedianya sarana pengganti bilamana mematikan atau melepas suatu bagian dari sistem
- Inspeksi katup-katup pelepas tekanan lebih
- Tersedianya suku cadang yang cukup untuk roda pernutar, setang krangangan, paking
kopling sambungan, cincin penutup dan krangangan.

68
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Langkah yang harus dilakukan pada daerah dingin adalah mempertahankan sistem penataan
pipa pemadam kebakaran bebas dari pembekuan es, dengan jalan :
- Matikan pompa dan tutup krangangan-krangangan
- Cerat semua air dari pipa-pipa
- Periksa apakah sistem sudah kosong dari air
- Buatkan catatan peringatan di anjungan bahwa penataan pipa pemadam kebakaran telah
dicerat dari air.
Perlu dicatat bahwa dengan mernbuka beberapa krangan pemadam kebakaran tidak akan
rnencegah sistem dari terjadinya pembekuan pada musim dingin.
Tindakan pencegahan yang harus dilakukan pada waktu musim dingin untuk
mencegah terjadinya pembekuan dan kerusakan terhadap penataan pipa pemadam kebakaran,
sangat penting untuk dijelaskan kepada awak kapal termasuk pengaruh dari kecepatan angin.

b. Selang kebakaran & Penyemprot (nozzle)


Inspeksi dan pemeliharaan selang kebakaran dan Penyemprot (nozzle), mencakup:
- Menguji dengan tekanan selang kebakaran
- Menggerakkan Penyemprot (nozzle) pada kondisi kerja normal
- Memelihara kopling sambungan agar mudah bergerak dan berfungsi baik
- Memeriksa kondisi cincin penutup
- Menyediakan suku cadang yang cukup untuk selang kebakaran, kopling sambungan, cincin
penutup dan Penyemprot (nozzle).

7. Alat pemadam api ringan (APAR) & Alat pemadam yang pakai roda
Rencana harus disiapkan dan dilaksanakan
Jika suatu alat pemadam ringan atau alat pemadam yang pakai roda telah terpakai, harus disiapkan
kembali segera untuk penggunaan selanjutnya, yaitu dengan jalan:
a. Pada alat pemadam tangkai pelatuk , tekan tangkainya untuk meyakinkan bahwa botolnya
sudah tidak ada tekanan
b. Lepas penutup bagian atas termasuk cartridge, kemudian bersihkan botol dan periksa apa ada
mengalami korosi atau berkarat;
(i) Periksa tanggal pengujian dengan tekanan
(ii) Periksa pipa tekan dan kondisi Penyemprot (nozzle)
(iii) Periksa kerja dari katup-katup apa ada yang bocor dan kondisi pengikatannya
(iv) Pasang kembali alat pemadam dengan menggunakan media dan cartridge yang benar
(v) Setelah penutup atas dipasang, pena pengaman dipasang kembali
c. Catat tanggal pengisian kembali pada botol alat pemadam tersebut
d. Tempatkan kembali alat pemadam tersebut pada posisi semula atau disimpan di store jika
merupakan cadangan
Catatan : suatu alat pemadam yang dipakai sebagian atau sudah kosong, tidak boleh ditempatkan
pada posisi semula sebelum diadakan pengisian kembali.

69
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

C. Inspeksi dan pengujian alat pemadam.


Alat pemadam, suku cadang dari cartridge gas dan tugas penggantian baru, harus di inspeksi
minimum setiap bulan oleh penanggung jawab untuk meyakinkan bahwa peralatan ada pada posisi
yang sebenarnya dan belum terpakai atau tekanannya berkurang (jika alat pemadam tersebut dipasang
penunjuk tekanan), atau mengalami kerusakan berat. Penataan tempat penyimpanan alat pemadam
diatas kapal akan membantu untuk mengetahui apa ada yang hilang dari tempatnya.
Pemeriksaan yang lebih teliti harus dilakukan setiap tahun oleh seorang ahli seperti anggota awak
kapal yang sudah mendapat pelatihan secara khusus, atau oleh teknisi dari penyalur alat pemadam,
atau tenaga spesialis untuk tipe alat pemadam tersebut. Bagian yang rusak berkarat atau ada kesalahan,
harus diganti dengan komponen yang asli atau yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat.
Sebelum membuka suatu alat pemadam adalah penting untuk memeriksa lobang peranginan atau alat
peranginan lainnya. Suatu peranginan yang buntu harus dibersihkan sebelum alat pemadam dibuka,
dan kemudian harus dibuka pelan-pelan untuk membiarkan gas yang ada terlepas dengan terkendali.
Tanggal pelaksanaan inspeksi dan pengisian kembali harus dicatat dengan tinta yang tidak dapat
terhapus pada suatu label dan ditempelkan pada alat pemadam kebakaran, atau di cat pada botol
pemadam api. Pilihan lain adalah mencatat tanggal pelaksanaannya pada buku catatan tersendiri,
tetapi setiap alat pemadam harus dibuatkan identifikasinya pada buku catatan tersebut.
Alat pemadam harus di isi kembali sesuai instruksi penyalur, segera setelah alat pemadam tersebut
dipakai semuanya atau sebagian. Bahan isian harus cukup tersedia diatas kapal dan tanggal pengisian
harus selalu dicatat seperti dijelaskan diatas.
Pengujian dengan tekanan secara berkala, terutama untuk alat pemadam jenis CO2 dan Halon, adalah
perlu dilakukan.
1. Air (Cartridge gas)
Minimum 1 x setiap tahun diperiksa bahwa :
(i) Tidak ada korosi kelihatan dari bagian luar
(ii) Pada waktu mengosongkan cairan kedalam penampungan yang bersih, periksa bagian
dalam untuk meyakinkan tidak terjadi korosi
(iii) Cartridge gas ditimbang untuk mengetahui adanya pengurangan berat, dan jika berkurang
10% dari berat yang tercantum pada cartridge berarti cartridge.tersebut harus diganti baru.
(iv) Penyemprot (nozzle), saringan, lobang peranginan pada penutup dan (jika dipasang) tabung
dalam untuk penyaluran dan katup pelepas tidak tersumbat bersihkan jika perlu.
(v) Penggerak mekanik dan katup penyaluran (jika dipasang) bergerak bebas. Perbaiki atau
ganti baru bila perlu.
(vi) Cincin penutup kedap dan selang (jika dipasang) dalam kondisi baik.
(vii) Untuk pengisian kembali alat pemadam, maka permukaan pengisian harus sesuai seperti
semula tambahan air agar dilebihkan jika perlu terkecuali dari jenis larutan khusus (seperti
anti pembekuan atau pencegah korosi) dimana instruksi dari pabrik pembuat harus diikuti.
(viii) Alat pemadam dirakit kembali dengan baik dan alat pengaman dipasang.

70
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

2. Air (Tekanan tersimpan)


a. Minimum 1 x setiap tahun, diperiksa bahwa :
i) Tekanan yang benar terlihat pada alat penunjuk atau alat pemberitahu. Jika
memungkinkan, tekanan alat pemadam harus diperiksa dengan menggunakan alat ukur
tekanan tersendiri.
ii) Tidak ada korosi kelihatan dibagian luar.
iii) Berat dari alat pemadam adalah sesuai standar yang telah ditetapkan.
b. Setelah dibongkar, diperiksa bahwa :
(i) Alat penunjuk tekanan atau alat pemberitahu tekanan berfungsi dengan baik dan
menunjukkan tekanan nol.
(ii) Pada waktu membuka dan memeriksa bagian dalam tabung alat pemadam, diyakinkan
tidak mengalami korosi.
(iii) Penyemprot (nozzle), saringan, alat peranginan dan (jika dipasang) tabung dalam untuk
penyaluran tidak tersumbat. Bersihkan jika perlu.
(iv) Penggerak mekanik bergerak bebas. Perbaiki atau ganti baru jika perlu.
(v) Cincin penutup rapat dan selang (jika dipasang) dalam kondisi baik.
(vi) Alat pemadam diisi dengan air atau dengan larutan khusus sesuai instruksi dari pabrik
pembuat.
(vii) Alat pemadam dirakit kembali dan diberi tekanan sesuai dengan instruksi dari pabrik
pembuat. Peralatan yang efektif harus disiapkan untuk meyakinkan bahwa tekanan pada
botol pemadam api tidak berlebihan.
(viii) Alat pengaman dipasang.
Alat pemadam harus dibongkar untuk diperiksa minimum 1 x setiap 2 tahun

3. Air (Soda Asam)


Sedikitnya I x setiap tahun, diperiksa bahwa :
(i) Setelah membuka dengan hati-hati botol soda asam, permukaan pengisian sampai batas yang
telah ditetapkan.
(ii) Pada waktu menuangkan cairan isian ke penampungan yang bersih, periksa dan yakinkan
bahwa bagian dalam dan bagian luar botol tidak mengalami korosi.
(iii) Tidak ada kebocoran dari soda asam yang dapat disebabkan oleh rembesan dari penutup
timah pada model pemadam yang dibalik dalam penggunaannya, atau mungkin karena ada
keretakan pada botol (Botol yang retak harus diganti baru).
(iv) Penyemprot (nozzle), saringan, lobang peranginan pada penutup (jika dipasang) tabung
dalam untuk penyaluran dan katup pelepasan tidak tersurnbat. Bersihkan jika perlu.
(v) Mekanik pembuka bergerak bebas. Perbaiki atau ganti baru jika perlu.
(vi) Cincin penutup rapat dan selang (jika dipasang) dalam kondisi baik.
(vii) Jika tidak ada kebocoran soda asam, cairan bahan pemadam yang asli dikembalikan ke alat
pemadam. Jika kurang sedikit dapat ditambah dengan air, namun jika kekurangannya banyak
harus diisi ulang sesuai dengan instruksi dari pabrik pembuat.
(viii) Alat pemadam dirakit kembali dengan baik dan alat pengaman dipasang.

71
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Masing-masing alat pemadam harus di uji penggunaannya minimum 1 x setiap 5 tahun. Model
yang dibalik (Botol soda asam yang menggunakan penutup sekali pakai), harus diganti baru isinya
setiap 2 tahun. Setelah dikeluarkan isi yang lama, alat pemadam dibersihkan dengan air dan sampai
tidak ada lagi kotoran yang tertinggal.

4. Busa (Bahan kimia)


Minimum 1 x setiap tahun, diperhatikan bahwa :
(i) Alat pemadam dan tabung dalam diisi sampai tinggi permukaan yang benar
(ii) Pada waktu menuangkan cairan isi ke penampungan yang bersih, periksa bagian dalam dan
luar botol alat pemadam untuk meyakinkan tidak ada korosi.
(iii) Penyemprot (nozzle), lobang peranginan disamping penutup dan katup pelepas (jika dipasang)
tidak tersumbat. Bersihkan jika perlu.
(iv) Mekanik penggerak dan katup penyalur (jika dipasang) bergerak bebas. Perbaiki atau ganti
baru jika perlu.
(v) Semua cincin penutup dan selang (jika dipasang) dalam kondisi baik.
(vi) Masukkan kembali bahan isian semula termasuk bubuk yang belum terlarut pada masing-
masing tabungnya yang sesuai. Jika cairan berkurang sedikit dapat ditambah dengan air,
namun jika berkurangnya banyak, maka cairan harus diganti dengan suplai baru dari pabrik
pembuat.
(vii) Alat pemadam dirakit kembali dengan baik dan kernudian alat pengaman dipasang. .
Setiap alat pemadam harus dibongkar untuk diperiksa minimum 1 x setiap 2 tahun.

5. Busa (Alat mekanik, Carrridge gas)


Minimum 1 x setiap tahun, diperhatikan bahwa :
(i) Alat pemadam diisi sampai batas permukaan yang telah ditentukan.
(ii) Pada waktu menuangkan cairan isian ke penampungan yang bersih, periksa bagian dalam dan
luar botol alat pemadam untuk meyakinkan adanya korosi.
(iii) Cartridge gas ditimbang beratnya apa ada pengurangan, dan jika berkurang lebih dari 10%
atau melebihi batas yang ditentukan oleh pabrik pembuat, maka cartridge gas tersebut
harus diganti baru dengan jenis yang sama. Cincin penutupnya juga harus diperiksa untuk
meyakinkan dalam kondisi yang baik.
(iv) Penyemprot (nozzle), saringan, pipa cabang, tabung dalam untuk penyaluran, katup pelepas
dan lobang peranginan pada penutup tidak tersumbat/bersihkan.
(v) Alat penggerak mekanik dan katup penyaluran (jika dipasang) bergerak bebas. Perbaiki atau
ganti baru jika perlu.
(vi) Cincin penutup dan selang dalam kondisi baik.
(vii) Jika bahan campuran busa dalam tabung yang terpisah, tidak terjadi kebocoran bahan
campuran busa tersebut.
(viii) Alat pemadam diisi kembali dengan cairan isian semula, dan jika berkurang sedikit ditambah
dengan air. Jika bahan isian merupakan jenis larutan busa yang sudah bercarnpur, maka
apabila sudah berkurang lebih dari 5% volume, harus diganti dengan suplai baru dari pabrik
pembuat.
(ix) Alat pemadam dirakit kembali dengan baik dan alat pengaman dipasang.
Setiap alat pemadam harus dibongkar untuk diperiksa minimum 1 x setiap 4 tahun.

72
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

6. Busa (Alat mekanik, tekanan tersimpan).


a. Minimum 1 x setiap tahun, diperhatikan bahwa :
(i) Tekanan yang benar terlihat pada alat penunjuk atau alat pemberitahu. Jika memungkinkan,
tekanan alat pemadam diperiksa dengan menggunakan alat ukur tekanan tersendiri.
(ii) Tidak ada korosi terlihat pada bagian luar.
(iii) Berat dari alat pemadam sesuai dengan yang ditentukan.
b. Setiap alat pemadam harus dibongkar untuk diperiksa minimum 1 x setiap 4 tahun.
c. Setelah alat pemadam dibongkar, diyakinkan bahwa :
(i) Alat penunjuk tekanan atau alat pemberitahu berfungsi dengan baik dan menunjukkan
tekanan nol.
(ii) Pada waktu membuka alat pemadam, bagian dalam dari tabung alat pemadam tidak
mengalami korosi.
(iii) Penyemprot (nozzle), saringan, pipa cabang, alat peranginan dan (jika dipasang) tabung
dalam untuk penyaluran tidak tersumbat. Bersihkan jika perlu.:
(iv) Alat penggerak mekanik bergerak bebas. Perbaiki atau ganti baru jika perlu.
(v) Cincin penutup dan selang (jika dipasang) dalam kondisi baik.
(vi) Alat pemadam diisi kembali dengan larutan khusus sesuai instruki dari pabrik pembuat.
(vii) Alat pemadam dirakit kembali dan diisi tekanan sesuai instruksi dari pabrik pembuat.
Peralatan yang efektif harus disiapkan untuk meyakinkan agar tekanan pada botol alat
pemadam tidak melebihi dari tekanan yang ditentukan.
(viii) Alat pengaman dipasang.
Setelah digunakan, alat pemadam jenis busa harus dicuci bersih dengan air dan tidak boleh ada
kotoran yang tertinggal.

7. Bubuk kimia kering (Cartridge gas)


Alat pemadam jenis bubuk kimia hanya boleh dibuka pada ruangan kering dan untuk waktu yang
sesingkat mungkin agar tidak dipengaruhi oleh kandungan uap air dari udara. Juga ditekankan
bahwa hanya alat pemadam yang berisi bubuk pemadam yang sejenis boleh dibuka dan diperiksa
pada waktu yang bersamaan, untuk menghindarkan terjadinya saling berkontaminasi.
Jika suatu pengatur penyaluran dipasang pada penyemprot (nozzle) diujung selang, pengatur tersebut
lebih dahulu dibuka sebelum melepas bagian-bagian dari alat pemadam, untuk menghilangkan
tekanan yang mungkin ada didalam alat pemadam. Pemeriksaan berikut kemudian harus dilakukan
minimum 1 x setiap tahun :
- Berat isi bubuk pemadam sesuai dengan yang telah ditentukan.
- Pada waktu memindahkan bubuk pemadam pada tempat penampungan yang bersih dan kering,
diperiksa apakah penyalurannya bebas dan tidak ada gurnpalan atau kotoran benda asing.
- Bagian dalam dan luar botol alat pemadam diperiksa tidak ada korosi.

73
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

- Cartridge gas ditimbang untuk mengetahui apakah ada pengurangan berat dari semula. Jika
beratnya berkurang lebih dari 10% atau berkurang lebih dari ketentuan pabrik pembuat, maka
cartridge gas tersebut harus diganti baru
- Penyemprot (nozzle), selang, lobang peranginan pada penutup dan tabung dalam untuk
penyaluran tidak tersumbat. Bersihkan jika perIu.
- Cincin penutup dan selang dalam kondisi baik.
- Alat penggerak mekanik dan pengatur penyaluran (jika dipasang) dapat berfungsi baik. Perbaiki
atau diganti baru jika perlu.
- Isian bubuk kimia semula atau bahan bubuk isian baru dimasukkan kembali dengan baik kedalam
alat pemadam.
- Alat pemadam dirakit kembali dengan baik dan alat pengaman dipasang.
Setiap alat pemadam harus dibongkar untuk diperiksa minimum 1 x setiap 5 tahun.

8. Bubuk kimia kering (Tekanan tersimpan)


a. Minimum 1 x setiap tahun, diperhatikan bahwa :
(i) Tekanan yang ditunjukkan oleh alat penunjuk tekanan atau alat pernberitahu sesuai dengan
yang telah ditentukan. Jika memungkinkan, tekanan pada alat pemadam harus juga diperiksa
dengan menggunakan alat ukur tekanan tersendiri.
(ii) Tidak ada korosi pada bagian dalam dan luar dari botol alat pemadam.
(iii) Berat dan alat pemadam sesuai dengan yang telah ditentukan.
(iv) Penyemprot dan selang tidak tersumbat. Bersihkan jika perlu.
(v) Selang dalam kondisi baik.
(vi) Jika alat pemadam dilengkapi dengan alat penggerak mekanik dan pengatur penyaluran,
perIengkapan tersebut dilepas dan diperiksa apakah berfungsi baik. Perbaiki atau ganti
baru jika perlu. (Gemuk dan oli tidak boleh digunakan untuk perlengkapan tersebut).
(vii) Alat pengaman diganti baru

Setiap alat pemadam dari jenis yang dapat diisi kembali, harus dibongkar untuk diperiksa minimum
1 x setiap 5 tahun. Setiap alat pemadam yang hanya boleh diisi oleh pabrik, harus dibongkar
minimum 1 x selama 20 tahun pertama disuplai. Setelah itu pembongkaran harus dilakukan pada
10 tahun berikutnya, selanjutnya setiap 5 tahun.

b. Setelah dibongkar, diperhatikan bahwa :


(i) Alat penunjuk tekanan atau alat pemberitahu berfungsi dengan baik dan rnenunjukkan
tekanan nol.
(ii) Bagian dalam dan luar botol alat pemadam tidak mengalami korosi.
(iii) Penyemprot (nozzle), selang, alat peranginan dan tabung dalam untuk penyaluran tidak
tersumbat. Bersihkan jika perIu.
(iv) Alat penggerak mekanik dan katup penyaluran (jika dipasang) bergerak bebas. Perbaiki atau
ganti baru jika perIu. (Gemuk dan oli tidak boleh digunakan untuk perlengkapan tersebut).
(v) Cincin penutup rapat dan selang dalam kondisi baik.

74
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

(vi) Alat pemadam diisi kembali dan diberi bertekanan sesuai instruksi dari pabrik pembuat.
Peralatan yang efektif harus disiapkan untuk meyakinkan bahwa tekanan pada botol alat
pemadam tidak melebihi tekanan yang telah ditentukan.
(vii) Alat pengaman dipasang.
Semua alat pemadam jenis bubuk kimia kering harus dijaga supaya benar-benar kering
setelah dibongkar dan tidak dicuci.

9. CO2 (Carbon Dioxide)


Minimum 1 x setiap tahun, diperhatikan bahwa :

(i) Tidak terjadi korosi pada bagian luar botol alat pemadam.
(ii) Berat dari alat pemadam sesuai dengan yang telah ditentukan. Jika beratnya berkurang lebih dari
10% atau melebihi ketentuan dari pabrik pembuat, maka alat pemadam tersebut harus diambil
untuk diganti baru.
(iii) Sirene, selang dan pemasangan katup dalam kondisi baik.
(iv) Jika alat pemadam dilengkapi dengan alat penggerak mekanik, periksa apakah alat penggerak
mekanik dan pengatur penyaluran (jika dipasang) bergerak bebas. Perbaiki atau ganti baru jika
perlu.
(v) Alat pengaman diganti baru.

Setiap alat pemadam jenis CO2 harus dibongkar minimum 1 x selarna 20 tahun pertama disuplai.
Setelah itu harus dibongkar pada 10 tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 5 tahun.
Alat pemadam jenis CO2 harus dikirimkan untuk diadakan hidrolik test (tercantum dalam spesifikasi
BS 5430 untuk pelaksanaan inspeksi, pengujian dan pemeliharaan berkala dari tabung gas yang dapat
dipindahkan), dan dilaksanakan :
a) Setelah uji coba pada selang waktu disebutkan diatas.
b) Setelah digunakan untuk pemadaman kebakaran.
c) Jika ditemukan adanya kebocoran atau korosi.
Pengujian ini harus dilakukan oleh pemasok alat pemadam atau perusahaan khusus.

10. Halon.
Minimum 1 x setiap tahun, diperhatikan bahwa :
(i) Tidak ada korosi pada bagian luar botol alat pemadam.
(ii) Berat dari alat pemadam sesuai dengan berat yang telah ditentukan.
(iii) Tekanan yang benar diperlihatkan oleh alat penunjuk tekanan (jika dipasang). Jika memungkinkan
tekanan pada alat pemadam harus juga diukur dengan alat pengukur tekanan yang tersendiri.
Alat pemadam yang tekanannya berkurang lebih dari batas yang ditentukan oleh pabrik pembuat,
harus diambil untuk di adakan pengisian baru.
(iv) Jika alat pemadam dilengkapi dengan alat penggerak mekanik dan pengatur penyaluran maka
harus diperiksa apakah dapat bergerak bebas. Perbaiki atau ganti baru jika perlu.
(v) Alat pengaman dipasang.

75
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Setiap alat pemadam jenis halon, harus dibongkar terurai minimum 1 x selama 20 tahun pertama
disuplai. Setelah itu pada 10 tahun berikutnya dan selanjutnya setiap 5 tahun. Alat pemadam
jenis halon harus dikirimkan untuk diadakan hidrolik test seperti diterangkan dalam BS 5430,
dan ini dilakukan :
(i) Setelah uji coba seperti dijelaskan diatas,
(ii) Setelah digunakan untuk memadamkan kebakaran.
(iii) Jika ditemukan adanya kebocoran atau korosi.
Pengujian ini harus dilakukan oleh pemasok alat pemadam atau oleh perusahaan khusus.
Alat pemadam jenis carbon tetrachloride tidak boleh digunakan lagi.

D. Pemberian tanda pada alat pemadam - (8) dan resolusi A.602(15)


Setiap alat pemadam harus secara jelas diberi tanda yang minimum menjelaskan hal-hal berikut:
1. Nama pabrik pembuat.
2. Jenis kebakaran untuk mana alat pemadam dapat digunakan dengan baik.
3. Jenis dan jumlah bahan isian pemadam.
4. Rincian pengesahan.
5. Instruksi penggunaan dan cara pengisian kembali (disarankan bahwa instruksi penggunaan
diberikan dalam bentuk format bergambar.
6. Tahun pembuatan.
7. Rentang suhu dimana alat pemadam dapat berfungsi dengan baik.
8. Tekanan pengujian.

E. Inspeksi dan pemeliharaan berkala - (9) dan ResoIusi A.602 (15).


1. Terhadap alat-alat pemadam harus dilakukan inspeksi dan pemeliharaan berkala sesuai dengan
instruksi dari pabrik pembuat. Waktu antara pelaksanaan inspeksi dan pemeliharaan tersebut
tidak boleh melebihi waktu antara pelaksanaan survey perlengkapan keselamatan.
2. Catatan pelaksanaan inspeksi harus dipelihara. Catatan tersebut harus memperlihatkan tanggal
pelaksanaan inspeksi, jenis pemeliharaan yang dilakukan, dan apakah pengujian tekanan
dilakukan atau tidak.
3. Instruksi untuk pengisian kembali alat pemadam harus disuplai oleh pabrik pembuat dan tersedia
untuk digunakan diatas kapal.

F. Perlengkapan baju tahan api.


Rencana harus disiapkan dan dilaksanakan.
Sebagai tarnbahan, jadwal inspeksi dan pemeliharaan harus mencakup pemeriksaan :
- Semua perlengkapan baju tahan api disimpan pada tempat yang telah ditentukan.
- Semua perlengkapannya tidak ada yang rusak dan tidak ada yang kurang.
- Bateri dari senter keselamatan (lampu tangan) terisi penuh.
- Alat Bantu pernafasan siap untuk digunakan.
- Botol udara tekan termasuk cadangannya terisi penuh.
- Setelah digunakan, alat bantu pernafasan dilepas untuk meyakinkan bahwa semua bagiannya
dalam keadaan bersih dan semua katup-katup berfungsi baik.
- Tali keselamatan jiwa yang tahan api tidak mengalami kerusakan.

76
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

6. Rencana pengendalian kebakaran dan latihan kebakaran.


SOLAS Bab II-2 Peraturan no. 20.
(Peraturan ini berlaku untuk semua kapal).
1. Pada semua kapal, rencana penataan umum harus secara permanen diperlihatkan sebagai
panduan bagi Perwira kapal, menunjukkan secara jelas pada masing-masing dek mengenai
pos pengendalian, berbagai seksi kebakaran yang termasuk divisi kelas “A”, seksi divisi
kelas “B” lengkap dengan keterangan mengenai sistem penemu kebakaran dan alarm
kebakaran, instalasi springkler (percik), perlengkapan alat pemadam kebakaran, sarana
jalan masuk ke kompartemen yang berlainan, dek dan sebagainya, dan sistem peranginan
termasuk keterangan rnengenai posisi pengatur peranginan, posisi penutup saluran dan nomor
identifikasi dari kipas angin yang melayani setiap seksi. Sebagai pengganti atas persetujuan
badan administrasi, uraian seperti tersebut diatas dapat dibuatkan dalam bentuk buku keeil,
dimana masing-masing Perwira kapal memiliki 1 copy, dan 1 copy harus tersedia ditempat
yang mudah dijangkau diatas kapal. Rencana dan buku kecil tersebut harus perbaharui
dan setiap ada perubahan dicatat didalamnya secepat mungkin. Tulisan didalam rencana
dan buku kecil tersebut harus dalam bahasa nasional dan negara dimana kapal tersebut
didaftarkan (bendera kapal). Jika bahasa yang digunakan bukan bahasa Inggris atau Peraneis,
terjemahan kedalam salah satu dari bahasa tersebut diatas harus juga disertakan. Sebagai
tambahan, instruksi mengenai pemeliharaan dan cara penggunaan dari semua perlengkapan
dan instalasi diatas kapal untuk pemadaman dan pengendalian kebakaran harus tersedia
dalam 1 buku dan selalu ada pada tempat yang mudah dijangkau.
2. Pada semua kapal, 1 set dari duplikat dan rencana pengendalian kebakaran atau buku kecil
yang berisi rencana tersebut harus secara permanen tersimpan pada suatu kotak yang kedap
cuaca dan diberi tanda secara jelas, diluar bangunan kapal bagian atas dek utama, untuk
keperluan bantuan petugas pemadam kebakaran dari darat.
3. Latihan kebakaran harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pada peraturan III/I 8.
4. Pada kapal yang membawa lebih dari 36 orang penumpang, rencana dan buku kecil yang
disyaratkan oleh peraturan ini agar menyediakan informasi rnengenai pencegahan kebakaran,
penernuan kebakaran dan pemadaman kebakaran berdasarkan panduan yang diterbitkan.
Rencana pengendalian kebakaran harus diperiksa secara berkala untuk meyakinkan bahwa rencana
tersebut dapat dibaca dengan jelas dan selalu diperbaharui.
Duplikat dari rencana pengendalian kebakaran atau buku kecil yang berisi rencana tersebut, dan
yang disiapkan untuk keperluan bantuan petugas pemadam kebakaran dari darat, harus diperiksa
untuk meyakinkannya selalu dalam kondisi baik.
Periksa bahwa tanda petunjuk pada duplikat rencana pengendatian kebakaran selalu utuh dan
jelas.

77
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

TAMBAHAN

PANDUAN MENGENAI LOKASI DARI RENCANA PENGElNDALIAN


KEBAKARAN UNTUK KEPERLUAN BANTUAN PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN
DARI DARAT

1. Umum.
Peratutan no. II-2120.2 dari Konvensi SOLAS 1974 sebagaimana telah dirubah, mensyaratkan semua
kapal baru dan yang sudah ada untuk dilengkapi dengan rencana penanggulangan kebakaran (atau suatu
buku kecil) untuk keperluan bantuan petugas pemadam kebakaran dari darat (contoh : Brigade pemadam
kebakaran dari pelabuhan) dan rencana tersebut harus secara permanen disimpan didalam satu kotak yang
kedap cuaca dan ditempatkan diluar bangunan kapal bagian atas dek utama.
2. Lokasi.
2.1. Fire Control Plan (Rencana Penanggulangan Kebakaran) harus siap tersedia untuk digunakan oleh
petugas pemadam kebakaran dari darat, sehingga jalan masuk ke tempat kebakaran yang terjadi di
kapal dapat diketahui petugas dari darat. Pada kapal tanker minyak, bahan kimia dan pengangkut
gas cair, rencana penanggulangan kebakaran tidak boleh ditempatkan pada batas luar superstructure
yang menghadap ke tangki muatan dan pada bagian samping kapal dalam jarak 3 meter dari batas
luar tersebut.
2.2. Kotak penyimpanan rencana penanggulangan kebakaran harus dicat dengan warna merah dan
penempatan kotak tersebut harus diberi petunjuk dengan warna merah kapal dan warna dasar putih.
Ukuran dari petunjuk lokasi harus tidak kurang dari 297 x 400 mm (lihat gambar 1).
2.3. Jika kotak fire plans tidak berdekatan dengan jalan masuk, maka harus dibuatkan tanda petunjuk
untuk membantu petugas pemadam kebakaran dari darat menemukan kotak fire plans tersebut dan
mengambil rencana pengendalian kebakaran yang ada didalamnya. Tanda petunjuk tersebut harus
sesuai dengan yang dijelaskan dalam pasal 2.2 dengan tambahan tanda petunjuk arah dengan warna
merah (gambar 2.1 atau 2.2, sesuai persetujuan badan administrasi) yang menunjukkan dimana
kotak fire plans dapat ditemukan.

78
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

BAB VIII
BAHAYA / RESIKO DALAM PROSES PEMADAMAN
KEBAKARAN
8.1 BAHAYA / RESIKO.
Ini adalah merupakan bagian penting dari kursus karena menyangkut bahaya atau resiko
dalam melaksanakan pemadaman kebakaran dan keselamatan awak kapal.
Bahaya/resiko proses yang dijelaskan pada bagian ini adalah :
• Distilasi kering (Dry Distillation)
• Reaksi kimia (Chemical Reactions).
• Kebakaran di cerobong ketel uap (Boiler uptake fires).
• Kebakaran pada ketel uap jenis pipa air (Fires in water tube Boiler).

A. Distilasi kering (Dry Distillation).


Distilasi kering adalah proses kombinasi dalam mana bahan yang mudah menyala terbakar dengan
kondisi kandungan oksigen yang tidak cukup untuk terjadinya pembakaran sempurna. Contoh dari
distilasi kering adalah pembuatan charcoal (arang). Istilah distilasi kering (Dry Distillation) mungkin
tidak biasa, tetapi istilah tersebut digunakan pada Annex 2 Resolusi no. 437 (XI) untuk kejadian yang
diterangkan pada silabus ini. Situasi kebakaran dapat menjadi sangat berbahaya dan harus dihadapi,
terutama karena adanya konsentrasi tinggi dari karbon monoksida (CO).
Urutan kejadian dalam distilasi kering :
- Kebakaran pada ruangan tertutup.
- Panas menjadi tinggi tetapi penyalaan/pembakaran tidak sempuma.
- Membuka jalan masuk akan memberikan udara baru pada ruangan yang terbakar.
- Akibatnya kebakaran menyambar ke jalan masuk.
- Orang yang akan masuk ke ruangan akan celaka atau terbakar bila tidak menggunakan perlengkapan
pelindung.
Kejadian ini disebut juga dengan istilah “api menyambar balik”. Karena itu, mengambil tindakan yang
tergesa-gesa untuk memasuki ruangan bila asap terlihat
keluar dari suatu ruangan tertutup adalah tidak disarankan.
Bahaya dari distilasi kering dapat dikurangi seminimum mungkin, yaitu dengan :
- Mendinginkan kompartemen dari bagian luar dengan semprotan air.
- Memasuki ruangan dengan posisi merangkak dibelakang tirai percikan air, dan
- Mengarahkan semprotan air ke plafon ruangan yang terbakar.

B. Reaksi kimia.
Reaksi kimia terjadi adalah pengaruh dari bertambahnya satu atau lebih zat tersebut
dibawah ini pada suatu bahan kimia:
1. Air.
2. Panas.
3. Uap air.

79
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

4. Minyak.
5. Busa.
6. Karbon monoksida.
7. Pasir.
Hal utama yang perlu ditekankan bila menghadapi reaksi kimia adalah bahwa bahan pemadam api
biasa seperti air dan pasir kemungkinan mempunyai sifat bereaksi yang hebat dengan suatu jenis bahan
kimia yang terbakar. Timbulnya gas beracun dari sejenis bahan plastik juga harus dipertimbangkan.
Reaksi kimia selama pemadaman kebakaran adalah lebih sering terjadi pada kebakaran di tangki
muatan dan di daerah akomodasi.
Beberapa akibat yang terjadi adalah :
- Ledakan yang ditimbulkan oleh gas yang mudah menyala.
- Pembakaran secara spontan.
- TimbuInya kabut beracun, dan
- Pembentukan asap.

Contoh reaksi kimia yang menyebabkan atau membuat kebakaran lebih buruk :
- Pembentukan gas asetilen bila kapur karbid bercampur dengan air.
- Pemisahan unsur uap air bila digunakan untuk memadamkan api batu bara.
- Pembentukan gas hidrogen bila suatu senyawa besi (Direct Reduced Iron) becampur dengan air.
- Oksidasi muatan yang terbakar, seperti beberapa jenis pupuk, sekalipun diselimuti pada gas
pemadam .
- Muatan yang secara spontan menyala di udara, seperti posfor bila pembungkusnya rusak.
- Muatan yang mengeluarkan panas sendiri seperti biji-bijian yang basah, dan
- Pembentukan gas metan pafa muatan batu bara jika peranginannya terganggu.

Tindakan yang benar terhadap kebakaran oleh barang berbahaya diberikan atau dapat ditentukan dalam
Emergency Procedures for Ships Carrying Dangeroua Goods (Prosedur Keadaan Darurat untuk kapal
yang mengangkut muatan berbahaya) dan pada General Index of the IMDG Code (Daftar Umum dari
Ketentuan Maritim Internasional untuk Barang Berbahaya)
Tindakan yang benar terhadap kebakaran pada muatan curah yang memiliki bahaya kimia, diberikan
atau dapat diditentukan pada Emergency Schedule of the Code of Safe Practice for Solid Bulk Cargoes
(Rencana Keadaan Darurat mengenai ketentuan tindakan yang aman untuk muatan curah yang padat)
Perhatikan penjelasan pada Cargo Safety Sata Sheet (Lembar data keselamatan muatan)

8.1.3 Kebakaran di cerobong ketel uap.


Kebakaran di cerobong ketel uap adalah kebakaran yang terjadi di :
- Manifold gas buangan ekonomiser, pemanas udara dari kapal uap, dan
- Pipa gas buang, ekonomiser dan ketel uap yang menggunakan gas bekas pada kapal yang
digerakkan dengan mesin pembakaran dalam.

80
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Sebab-sebab yang biasa terjadinya kebakaran tersebut diatas adalah akumulasi deposit karbon, dengan
atau tanpa adanya minyak, yang menjadi terlalu panas dan menimbulkan kebakaran.
Kebakaran jenis ini adalah sulit dan berbahaya untuk ditanggulangi/dipadamkan karena alasan
berikut:
- Tidak adanya jalan masuk pada bagian atas cerobong di ruangan mesin.
- Kemungkinan terjadinya ledakan jika pintu jalan masuk dibuka ke ekonomiser.
- Kemungkinan pipa-pipa ekonomiser mencapai suhu 700”C, yang dapat mengakibatkan :
(i) Besi dari pipa-pipa terbakar dalam uap.
(ii) Reaksi akan saling mempengaruhi dan akan menimbulkan panas tambahan.
(iii) Akibat dari pembakaran, besi akan beroksidasi kembali dan menimbulkan gas hydrogen
bebas.
(iv) Pembakaran besi pada uap akan menimbulkan pengasaan oksigen dengan sendirinya
(v) Pembentukan gas hydrogen akan terbakar jika berhubungan dengan udara.
(vi) Ledakan.

Prosedur untuk menanggulangi dan memadamkan kebakaran :


- Matikan ketel uap dan/atau mesin induk.
- Semprot dengan air permukaan bagian luar tempat terjadinya kebakaran untuk mendinginkan.
- Tutup bila perlu tingkap pengatur pembukaan saluran udara ke ketel uap untuk menahan
udarajangan masuk ke tempat kebakaran.
- Buatkan perlindungan terhadap perlengkapan dan peralatan listrik yang penting dibawah daerah
yang terbakar agar tidak mengalami kerusakan karena air.
- Teruskan melakukan pendinginan dengan semprotan air, sampai diyakinkan sudah aman membuka
jalan masuk ke ekonorniser untuk pemeriksaan dan membersihkan bagian yang terbakar.

D. Kebakaran di ketel uap jenis pipa air.


Kebakaran besi bercampur dengan uap dapat terjadi pada ketel uap jenis pipa air, karena:
- Kurangnya air di ketel uap menyebabkan panas berlebihan pada pipa diatas pennukaan air jika
terlambat mematikan ketel uap.
- Suatu kebakaran lengas yang tidak terkendali pada ruang dapur ketel uap setelah ketel uap
dimatikan di pelabuhan, diikuti oleh kurangnya air pada ketel uap menyebabkan panas berlebihan
pada bagian atas permukaan air ketel.
Jika kebakaran dengan cepat diketahui (Seperti suhu pipa masih dibawah 700”C, metode yang terbaik
untuk memadamkannya adalah :
- Langsung rnelalui lobang burner (Pembakar) atau sejenis dengan semprotan air dalam jumlah
banyak, dan melalui pompa air pengisian ke sumber kebakaran dengan perkiraan pipa air dari
ketel uap telah runtuh atau terbakar.

81
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

- Terus mempertahankan saluran udara dan cerobong tetap dingin dengan semprotan air, dan
- Menghindarkan penggunaan bahan pemadam jenis kabut air, busa atau CO2 langsung ke lokasi
kebakaran
Prosedur yang dilaksanakan jika kebakaran besi bercampur dengan uap telah terjadi (Suhu pipa sudah
mencapai 700’C atau lebih) :
- Matikan ketel uap dan/atau mesin induk.
- Semprot dengan air permukaan bagian luar dari lokasi kebakaran untuk menurunkan suhunya.
- Tutup tingkap pengatur udara untuk mencegah udara luar masuk ke lokasi kebakaran.
- Buatkan perlindungan terhadap peralatan listrik yang penting dan perlengkapan lainnya dibawah
lokasi kebakaran agar tidak menjadi rusak oleh air.
- Teruskan pendinginan sampai diperkirakan aman untuk melaksanakan inspeksi bagian dalam
lokasi yang terbakar.
Kebakaran besi bercampur dengan uap seperti diatas juga disebut “Kebakaran baja”. Kenyataan
yang penting mengenai hal ini adalah bahwa kejadian seperti ini tidak boleh ditanggulangi dengan
cara pemadaman api biasa, karena resikonya kemungkinan menimbulkan bencana yang lebih besar.
Kesabaran dibutuhkan salam menghadapi kebakaran seperti tersebut diatas, dan apinya harus dibiarkan
mati sendiri; regu pemaam kebakaran harus memusatkan perhatian pada pencegahan meluasnya
kebakaran.
Seperti disebutkan, jika pemadaman langsung harus dilakukan, metode yang disarankan adalah
mengarahkan semprotan air sebanyak mungkin pada bagian dasar api. Metode pemadaman dengan kabut
air, busa atau uap tidak boleh digunakan. Kebakaran gas hydrogen yang mungkin terjadi bersamaan
dengan kebakaran besi dalam uap harus dikendalikan dan bukan dipadamkan sampai kebakaran besi
dalam uap berhenti. Ini untuk mencegah kemungkinan terjadinya ledakan.

Kebakaran besi dalam uap.


Beberapa kasus telah terjadi di laut mengenai kebakaran yang tidak biasa akibat hilangnya air pada ketel
uap. Kecelakaan terakhir seperti ini terjadi pada sebuah kapal distroyer. Pada penyelidikan setelah kejadian,
Perwira mesin mengatakan bahwa ketika dia turun ke ruangan ketel uap, tidak ada api dalam ruang dapur ketel
tetapi barisan pipa ketel bagian atas sudah berpijar, dan metal yang meleleh sedang menetes kebawah melalui
dinding dapur kedalam ruang dapur. Telah terjadi kebakaran pada saluran gas bekas bagian atas, dan metal
pipa sedang terbakar.
Para ahli kimia mengetahui betul bahwa besi dapat terbakar jika bercampur dengan uap, dengan menimbulkan
gas hydrogen bebas. Penyalaan terjadi pada suhu 700”C dan reaksi akan berhenti jika zat yang bersangkutan
didinginkan dibawah suhu tersebut, sebagai panas merah terendah. Sementara pembakaran besi dalam uap
dapat berlanjut jika ada suplai oksigen dan udara, gas hisrogen yang timbul sebagai reaksi kimia akan terbakar
pada waktu bertemu dengan udara, jika suhu cukup tinggi untuk menyebabkan penyalaan. Ini berarti bahwa

82
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

ada 2 jenis kebakaran yang terjadi secara bersamaan, satu pada lingkungan uap dan satu lagi pada lingkungan
udara. dengan menutup lokasi kebakaran kemungkinan dapat memadamkan api akibat penyalaan gas hydrogen
sementara kebakaran besi dalam uap terus berlangsung dan menghasilkan akumulasi gas hydrogen bebas
sehingga akan terjadi ledakan bila bertemu dengan udara.

Memperkuat pembuktian ini, Perwira mesin kapal tersebut menyatakan bahwa ketika dia pergi turun kebawah,
dia melihat kebakaran yang makin besar pada bagian atas ketel uap, tetapi pipa-pipa bagian bawah masih utuh.
Adalah tidak mungkin meneliti pada saat tersebut mengenai jenis kerusakan yang terjadi, tetapi yang terlihat
jelas bagian atas bahwa bangunan luar dari ketel uap di ruangan mesin sudah merah akibat panas. Setelah
memeriksa bahwa semua krangan bahan bakar sudah ditutup, Perwira mesin mengisolasi saluran isap bahan
bakar dan kemudian menutup rapat ruangan ketel uap untuk rnengurangi masuknya udara. Dia mengharapkan
dengan demikian api akan padam, tetapi kenyataannya malah makin besar. Semprotan air langsung dimasukkan
melalui pintu funnel, turun ke bagian luar cerobong. Perwira mesin secara berkala memeriksa ruangan ketel
uap untuk meyakinkan tidak terjadi kebakaran pada bagian luar cerobong.

Pada saat kondisi seperti ini, Perwira mesin senior tiba dikapal dan mengatakan bahwa tidak disarankan untuk
menyemprotkan air dari funnel, dan sebagai penggantinya pemadam jenis busa dimasukkan melalui pintu
funnel, tetapi api makin bertambah. Kemudian dibuatkan pipa untuk memasukkan air langsung ke lokasi
kebakaran melalui pintu cerobong asap, dan beberapa jam kemudian barulah kebakaran dapat dipadamkan.
Setelah diadakan pemeriksaann temyata bahwa tidak ada kerusakan akibat kebakaran pada ruang dapur,
dan yang mengalami kerusakan berat adalah pipa-pipa air bagian atas dan ketel uap. Pada bagian pipa yang
berpijar dan meleleh karena panas masih terlihat nyala keeil yang berkelip karena masih ada pembentukan gas
hydrogen bebas meskipun sudah sangat sedikit sekali.

Oksidasi pada besi dalam uap yang diikuti oleh pembentukan gas hydrogen bebas akan selalu terjadi bila
ketel uap atau pipa airnya mengalami kebocoran akibat panas berlebihan. Reaksi akan dimulai pada lobang
keboeoran pipa sebelum ledakan terjadi Keluamya air bertekanan dari pipa yang boeor akan mendinginkan
sekitamya sampai dibawah suhu penyalaan dan melepaskan kerak-kerak yang ada disekitar lobang kebocoran
pipa, tetapi oksida hitam dari besi akan terbentuk didekat lobang. Jika sumber panas tidak segera dihilangkan
dan suplai air pengisian tidak dipertahankan, reaksi akan mulai lagi.

Kemungkinan terjadinya reaksi ini juga tidak perlu terlalu berlebihan terutama jika dibutuhkan untuk membuang
air ketel sementara tekanan uap masih ada, misalnya untuk keperluan membersihkan ketel uap. Yang perlu
diperhatikan adalah bahwa tidak boleh dilakukan untuk mempercepat pendinginan dengan membuka udara
luar dan membuka pintu bangunan ketel uap. Setelah membuang air ketel, harus ada orang yang mengawasi
setiap saat sampai tidak ada tekanan didalam ketel uap dan lobang lalu orang sudah aman untuk dibuka.

Reaksi yang menjadi dasar proses Lane dalam memproduksi gas hydrogen bebas adalah sebagai berikut :

83
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

3 Fe + 4 H2O = Fe304 + 4 H2

(Fe304 disebut black oxide of iron / ferrosic oxide atau oksida hitam dari besi)
Reaksi tersebut adalah mengeluarkan panas (exothermic) dan terus berlangsung sebelum :
a) Suhu diturunkan menjadi dibawah 700’C, dengan cara pendinginan.
b) Semua kadar besi telah teroksidasi.
c) Suplai uap dihentikan.
Dengan reaksi ini telah dilakukan percobaan dengan hasil bahwa jika 180 lb besi beroksidasi dengan uap
yang dihasilkan dari 72 Ib air, akan terbentuk 8 Ib gas hydrogen bebas. Pada suhu udara luar 18 Ib gas
hydrogen akan mengisi sebuah balon dengan diameter 14 ft.
Uap dapat berubah menjadi hydrogen dan oksigen karena panas sendiri, tetapi hanya 0,0007% terjadi
demikian pada suhu 1124’C (2050’F) dan II % pada suhu 2656’C (4000’F). Jelas bahwa pemisahan karena
panas bukan penyebab kebakaran tersebut.
Secara teori maupun dari pengalaman kejadian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa cara yang
terbaik untuk memadamkan kebakaran besi dalam uap adalah memasukkan air sebanyak-banyaknya dalam
waktu yang cepat pada bagian dasar api. Perlu diupayakan cara yang paling baik dalam memasukkan air
sehingga efek pendinginanya cukup untuk menurunkan suhu dibawah 700’C sebelum pada akhirnya api
menjadi padam. Jika aliran air tidak cukup maka efek pendinginannya kurang dan malah akan terbentuk uap
yang lebih banyak sehingga dapat mengakibatkan kebakaran menjadi lebih besar.
Cukup jelas a1asannya bahwa upaya menutupi kebakaran besi dalam uap dengan mengurangi suplai udara
tidak boleh dilakukan karena akan mengakibatkan potensi bahaya yang lebih besar lagi. Kebakaran yang
berasal dari gas hydrogen bebas mungkin akan dapat diatasi, tetapi sebaliknya pembentukan gas hydrogen
bebas akan lebih besar dan berakumulasi sehingga jika bertemu dengan udara, kemungkinan akan terjadi
ledakan. Gas hydrogen lebih baik dibiarkan saja terbakar begitu terbentuk sehingga apinya tidak besar.
Oleh sebab itu, untuk mengatasi kebakaran besi dalam uap perlu diberikan peranginan sebanyak-banyaknya
sambil terus megupayakan mengurangi uap disekitar lokasi besi yang berpijar dengan jalan pendinginan
yang efektif.
Bahan pemadam jenis busa juga tidak efektif digunakan untuk kebakaran seperti diatas karena pengaruh
pendinginannya sangat kurang dibandingkan dengan air. Penggunaan busa hanya dapat dikombinasikan
memadamkan kebakaran minyak yang mungkin juga dapat terjadi secara bersamaan dalam kasus lain
(Dalam kasus ini tidak ada).
Kasus yang serupa juga terjadi pada kapal pesiar Jerman “Prinz Eugen”, dimana karena kurangnya air
ketel telah terjadi kebakaran di ruangan ketel uap. Kebakaran terjadi pada pipa-pipa ketel dan tumpahan
minyak. Kapal tersebut dilengkapi instalasi pemadam system tetap jenis gas lembaru yang disebut Ardexin.
Untuk memadamkan api maka kompartemen ditutup dan gas pemadam dimasukkan. Setelah satu jam api
dari tumpahan minyak dapat dipadarnkan, tetapi ketika awak kapal memasuki kompartemen, temyata pipa-
pipa ketel masih terbakar terus sampai empatjam. Dapat diambil kesimpulan bahwa kebakaran tersebut
berlangsung dengan sendirinya karena adanya uap disekitar besi yang membara.

84
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Kecelakaan ketel uap jenis pipa air.


Ini adalah versi yang sudah diringkas dari tulisan G. McNee. dimana semua penjelasan teknis adalah sama
dengan tulisan aslinya.
Ada pengalaman yang tidak menyenangkan dan kerusakan berat akibat kebakaran pada ketel uap jenis pipa air,
dimana dalam kasus ini mengakibatkan ketel uap rusak total
Kebakaran terjadi pada sebuah kapal ketika ketel uap kin dibakar untuk persiapan percobaan di laut (Sea
trials). Ketel uap pada kapal ini adalah tipe uap panas lanjut yang dapat diatur, terdiri dari drum uap bagian atas
dihubungkan dengan pipa-pipa ayang miring sekitar 45 derajat ke dua buah drum air dibagian bawah. Ruang
dapur yang herada diantara dua deretan pipa ini secara penuh terbagi menjadi dua hagian oleh pipa air jatuh
dan pipa penguat yang dibungkus dengan lapisan chrome
Ketel uap rnulai dibakar sekitar jam 02.00 dan tekanan uap sudah naik, semuanya kelihatan seperti normal
saja sampai jam 06.00 ketika panas berlebihan terlihat pada bangunan ketel uap disekitar peruanas udara
pembakaran, yang diduga ada kebakaran di pemanas. Brigade kebakaran segera dipanggil dan meskipun
mereka tiba dengan cepat, waktu itu pipa cerobong asap antara ketel uap dan pemanas udara pernbakaran
sudah mernbara.
Enam brigade kebakaran dengan mernbawa 8 selang bekerja mendinginkan bangunan yang mernbara dan
terus berlangsung sampai tengah han, ketika kebakaran dapat dikatakan sudah berhasil dipadamkan.
Kerusakan akibat kebakaran ketel terse but rcmyata sangat besar Semua pipa-pipa air yang terdiri dan 1400
buah pipa meleleh terbakar, demikian juga pipa ekonomiser yang terletak langsung dibagian atas serta sebelah
dati pipa peruanas udara pembakaran Pipa-pipa pemisah ruang dapur bengkok semuanya. Bangunan ketel
rnulai dari permukaan drum bawah bengkok dan robek. Drum uap dan drum air masih untung tidak mengalami
kerusakan. Disamping itu perlengkapan listrik banyak mengalami kerusakan berat akibat kena air.
Penyebab dari kecelakaan int adalah kesalahan pemasangan dari gelas duga pada ketel. Gelas duga ini telah
dibuka oleh Perwira mesin kapal dan dipasang kembali pada pelayaran sebelurnnya, tetapi selama pelayaran
tersebut ketel uap tidak digunakan sehingga tidak dinyalakan
Gelas duga tersebut dilengkapi dengan semacam bola pada dudukan pemasangan bagian bawah, yang berfungsi
sebagai katup satu arah (non return valve) untuk mencegah air mendidih keluar jika gelasnya pecah. Karena
tidak hati-hati atau kelupaan, gelas duga tersebut dipasang terbalik sehingga non return valve berada diatas dan
berakibat mencekik saluran bagian atas dari gel as duga. Dengan demikian penunjukan gelas duga tidak benar
dan meskipun air didalam ketel sudah berkurang setelah memproduksi uap tetapi paga gelas duga kelihatan
masih normal, sehingga pipa-pipa air sempat kosong dalam keadaan dibakar dan mengakibatkan kebocoran
pipa. Selanjutnya terjadilah kebakaran besi dalam uap yang lama kelamaan menjadi lebih besar.

85
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

BAB IX
PERTOLONGAN PERTAlVIA PADA KECELAKAAN

9.1 KATA PENGANTAR


Bagian ini meliputi kewaspadaan mengenai pertolongan pertama pada kecelakaan yang timbul dari bahaya
kebakaran. Ini tidak dimaksudkan sebagai Kursus Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) tetapi
sebagai pengganti cara mengetahui tindakan pertolongan pertama yang dilakukan bila ada kecelakaan
akibat terjadinya kebakaran. Perlu ditekankan, setelah pertolongan pertama diberikan, perawatan medis
selanjutnya sangat perlu. Pertolongan pertama terbatas pada mengeluarkan korban dari bahaya dan
melakukan tindakan yang perlu untuk menyelamatkanjiwa korban, mengurangi rasa sakit dan kerusakan
jaringan tubuh.
Dengan perkataan lain, berikan pertolongan pernafasan jika perlu dan lakukan sesuatu untuk mengurangi
pengaruh luka bakar. Yang terakhir harus dilakukan dengan segera menyiramkan air pada daerah luka
bakar, dan jika tidak memungkinkan, benamkan bagian yang terluka bakar kedalam air. Menyiram atau
membenamkan kedalam air harus dilakukan minimum 10 menit agar waktunya cukup untuk proses
pendinginan sampai padajaringan yang lebih dalam. Tidak perlu mendinginkannya dengan air dingin
secara khusus karena pendinginan dengan air pada suhu biasa lebih bermanfaat, dan yang paling penting
adalah kecepatan waktu memberikan pertolongan pertama dan perawatannya. Menyiram dengan air pada
luka bakar adalah lebih baik dari tidak sama sekali, sehingga tidak ada waktu untuk mencari air dengan
kondisi yang lebih optimal.

9.2 . BAHAYA UTAMA


Bahaya utama yang timbul dari kebakaran terhadap kesehatan manusia adalah :
a) Sesak nafas akibat kekurangan oksigen.
b) Keracunan.
c) Kerusakan jaringan tubuh.
d) Luka bakar pada kulit.
e) Guncangan kejiwaan tahap kedua.
f) Rasa sakit.

(A) Sesak nafas akibat kekurangan oksigen.


Ini adalah akibat kebakaran yang menyebabkan kurangnya oksigen disekitarnya dan juga karena
bahan pemadam yang digunakan menggantikan udara dari sekitarnya,
(B) Keracunan.
Ini dapat disebabkan oleh timbulnya karbon monoksida bila terjadi kebakaran, dan juga oleh gas
pembakaran yang beracun dari bahan yang terbakar.
(C) Kerusakan jaringan tubuh
Ini dapat menyebabkan hilangnya fungdi bagian tubuh, infeksi dan pemotongan anggota tubuh/
berparut/cacat.

86
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

(D) Luka bakar pada kulit


Ini dapat mempengaruhi fungsi pernafasan dan kemungkinan berakibat kematian.
(E) Guncangan kejiwaan tahap kedua.
Ini adalah kondisi yang sangat berbahaya, diakibatkan pengumpulan cairan tubuh karena melepuh,
dan harus selalu dicurigai terjadi terkecuali terlihat merupakan luka bakar ringan.

9.3 TINDAKAN PERTOLONGAN PERTAMA.


A. Sesak nafas kekurangan oksigen dan Keracunan
Tindakan pertolongan pertama terhadap korban yang sesak nafas dan keracunan adalah secepatnya
mengeluarkan korban dari tempat bahaya, setelah itu :
a) Jika tidak sadar, letakkan korban pada posisi pemulihan.
b) Jika kesulitan bernafas, berikan pernafasan buatan.
c) Jika denyut nadi tidak ada, lakukan pemacuan fungsi jantung dan paru-paru
Kecepatan bertindak sangat penting bilamana diperlukan untuk menyadarkan korban. Perawatan
demikian jika diperlukan, harus dimulai begitu korban dikelurkan dari tempat bahaya atau bahkan
didalam perjalanan ke tempat yang aman.
(Latihan berkala dibawah pengawasan dokter ahli harus dilaksanakan, dan praktek diatas kapal
dibiasakan dengan meletakkan seseorang pada posisi pemulihan yang benar, penggunaan pernafasan
buatan (Dari mulut ke mulut atau hidung) dan penggunaan alat pacu jantung dan paru-paru)

B. Luka bakar.
Pemberian pertolongan pertama pada luka bakar :
- Siram terus dengan air atau benamkan kedalam air bagian yang terkena luka bakar
- Berikan suntikan morphine jika korban menderita sakit sekali

C. Guncangan kejiwaan.
Pembalutan dan perawatan untuk korban yang mengalami guncangan kejiwaan adalah sama pentingnya,
tetapi tidak boleh dilakukan sebagai tindakan pertolongan pertama.
Salah satu bahaya utama yang timbul dari korban luka bakar adalah guncangan kejiwaan, yang sering
tidak secara langsung kelihatan. Kurangnya kewaspadaan terhadap kemungkinan ini dapat menyebabkan
kematian terhadap korban. Jadi lebih baik menyiapkan pertolongan terhadap kemungkinan terjadinya
guncangan kejiwaan terhadap korban, terkecuali pada luka bakar yang sangat kecil. Karena peralatan
untuk pertolongan terhadap guncangan kejiwaan diatas kapal sangat terbatas, saran dari dokter perlu
dimintakan dari pelabuhan terdekat dan harus dipertirnbangkan untuk mengirimkan korban ke rumah
sakit terdekat.
Untuk semua kasus tersebut diatas, yang paling penting adalah bahwa tindakan pertolongan pertama
harus diikuti dengan tindakan perawatan medis.

87
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Berikut ini adalah penjelasan yang lebih rinci terhadap bahaya yang mungkin terjadi pada waktu kebakaran,
dan tindakan pertolongan pertama yang perlu dilakukan.

PERAWATAN MEDIS SECARA DARURAT


Perawatan medis secara darurat yang timbul pada situasi terjadinya kebakaran tidak terbatas hanya pada
korban luka bakar, dan dapat terjadi mulai dari goresan pada kulit sampai pada ancaman hilangnya jiwa
manusia. Kebakaran itu sendiri tentu adalah sumber dari luka akibat panas. Penghirupan asap dari api dapat
meracuni korban, tetapi semua jenis korban luka biasanya dibarengi dengan kecelakaan karena situasi pada
saat kebakaran, sehubungan dengan ruang kerja yang terbatas, olengan kapal, ketidak leluasaan berjalan
pada kompartemen yang basah dan kurangnya jarak pandang akibat banyaknya asap. Disamping itu asap
dapat menyebabkan gangguan pernafasan, dan petugas pemadam yang dalam kondisi tegang dapat menderita
serangan jantung. Keduanya memerlukan tindakan segera dari petugas penyelamat. Bahkan ada kemungkinan
orang tenggelam pada kompartemen yang tergenang air.
Petugas penyelamat harus memberikan perlindungan terhadap korban sehingga tidak mengalami penderitaan
yang lebih buruk, yaitu dengan cara mengatasi kondisi yang mengancam jiwa korban dengan memberikan
perawatan terhadap luka ringan dan membuat korban tenang sampai mendapatkan bantuan medis. Peran
petugas penyelamat mencakup :
- Mengeluarkan korban dari situasi yang mengancam jiwa korban termasuk jiwa petugas yang
menyelamatkan.
- Mengatasi permasalahan yang mengancam jiwa dan menghentikan perdarahan pada bagian yang terluka
sebelum memindahkan korban ke tempat perawatan.
- Memindahkan korban dengan cara yang terbaik untuk menghindarkan kondisi yang lebih parah pada bagian
yang terluka.
- Mengurus sarana dan keperluan yang mendukung keselamatan jiwa korban selama dalam perjalanan ke
tempat perawatan.
- Memperhatikan dan memberikan perlindungan terhadap korban sampai petugas medis mengambil alih
tugas perawatan.
- Mengurus hal-hal yang menyangkut perawatan korban sesuai petunjuk dan instruksi.

Menentukan jenis dan tingkat keparahan korban luka.


Sebelum petugas penyelamat dapat memulai memulai perawatan darurat, dia harus secara cepat dan efektif
memeriksa korban untuk menentukan tingkat keparahan dari suatu penyakit atau luka yang diderita korban.
Banyak petugas penyelamat yang tidak terlatih baik, memberikan perawatan darurat hanya berdasarkan luka
yang jelas terlihat. Pendekatan ini dapat menimbulkanbahaya besar terhadap korban, karena luka yang kelihatan
mungkin kecil dan tidak menimbulkan an cam an terhadap jiwa korban, sementara luka yang tersembunyi dan
yang tidak terdeteksi dapat mengakibatkan kematian korban.
Informasi yang tersedia untuk petugas penyelamat terdiri dari :
1. Apa yang diceritakan korban kepadanya.
2. Apa yang diceritakan awak kapal atau saksi lain kepadanya.
3. Apa yang dapat dia perhatikan dari luka yang kelihatan nyata pada korban.
4. Apa yang dapat dia perhatikan dari bagaimana terjadinya luka korban.

88
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Informasi dari sumber ini digabung dengan pemeriksaan menyeluruh terhadap korban. Petugas penyelamat
kemudian dapat menentukan tingkat keparahan dari luka korban dan menyiapkan pelaksanaan perawatan
darurat.

Tanda-tanda diagnosa dan pengertiannya.


Tanda-tanda diagnosa adalah seperangkat petunjuk yang harus digunakan oleh petugas penyelamat dalam
mengevaluasi kondisi korban. Dengan mengikuti kursus dan praktek pelatihan, awak kapal dapat menggunakan
tanda-tanda ini untuk menentukan tindakan darurat apa yang perlu disiapkan. Tanda diagnosa dasar asalah :
1. Pernafasan.
2. Denyut nadi.
3. Tekanan darah.
4. Suhu permukaan kulit.
5. Warna kulit.
6. Pergerakan biji mata.
7. Keadaan kesadaran.
8. Kesanggupan menggerakkan anggota badan.
9. Reaksi terhadap rasa sakit.
Masing-masing atau kombinasi antara tanda-tanda tersebut menunjukkan sesuatu mengenai kondisi korban
dan apa yang perlu dilakukan terhadapnya. Tanda-tanda ini dapat diperhatikan secara cepat dengan peralatan
yang minimum.

1. Pernafasan.
Pernafasan orang dewasa yang normal adalah 12 - 15 pernafasan tiap menit. Jumlah pernafasan tiap menit
dan dalamnya penarikan nafas adalah sangat penting diperhatikan. Untuk menentukan jumlah pernafasan
tiap menit dari korban dan dalamnya penarikan nafas adalah dengan melihat, mendengar dan merasakan
pergantian udara pernafasan. Lihat gerakan gerakan rongga dada, dengar dan rasakan pergantian udara
melalui mulut dan hidung.

2. Denyut nadi.
Denyut nadi adalah petunjuk mengenai kerja jantung. Jumlah denyut nadi yang normal pada orang dewasa
adalah 60 - 80 denyutan tiap menit. Pembacaan jumlah denyut nadi biasanya diambil pada pergelangan
tangan. Namun demikian, kadang-kadang sulit dilakukan dalam keadaan darurat dimana sangat banyak
pergerakan, atau dimana terjadi guncangan kejiwaan karena denyut nadi yang terlalu lemah. Untuk
menentukan jumlah denyut nadi, letakkan jari-jari (bukan ibu jari) pada urat nadi cortoid di leher atau
urat nadi femoral di kunci paha, Kedua urat nadi ini cukup besar dan terletak paling dekat dengan kulit
bagian luar. Jika tidak ada denyut nadi terdeteksi pada tempat ini, dengarkan pada jantung korban dengan
meletakkan telinga anda langsung pada rongga dada korban atau dengan menggunakan stethoscope.

3. Tekanan darah,
Tekanan darah adalah tekanan yang desakan darah yang beredar dapa dinding urat nadi.
Sebenamya ada 2 macam tekanan darah yaitu systolic dan diastolic. Tekanan darah systolic
adalah tekanan mendesak sewaktu jantung memompakan darah melalui urat nadi. Tekanan

89
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

diastolic adalah tekanan darah mendesak pada waktu jantung sedang santai (Darah masuk kembali
kedalam jantung). Kedua jenis tekanan darah tersebut diukur dengan menggunakan alat yang disebut
sphygmomanometer, yang dibantu dengan alat stethoscope.
Petugas penyelamat harus mengukur tekanan darah korban secepatnya setelah memeriksa dan mengatasi
ancaman terhadap jiwa korban dalam keadaan darurat. Dia harus mencatat tekanan darah dan waktu
pengambilan dari yang pertama kali. Jika memungkinkan, dia harus terus mengambil pengukuran tekanan
darah sampai dia menyerahkan korban ke Perwira Kesehatan, dokter atau tim penyelamat dari darat.
Catatan tersebut akan sangat membantu dokter untuk menentukan jenis perawatan yang benar.
Tekanan darah diukur dalam mm Hg. Meskipun tinggi tekanan darah tergantung kepada usia dan jenis
kelarnin, adalah sangat berguna menggunakan peraturan ibu jari, dimana tekanan darah systolic untuk laki-
laki asalah 100 ditambah umur korban, dan tekanan diastolic normal pada mereka adalah 65 - 90. Untuk
perempuan, masing-masing jenis tekanan tersebut biasanya lebih rendah antara 8 - 10 dari tekanan darah
laki-laki.
Untuk mengukur tekanan darah, pasangkan manset dari sphygmomanometer sekeliling salah satu lengan
dari korban pada bagian atas siku. Ikuti petunjuk pada manset untuk pemasangan yang benar dari diapragma
tekanan di urat nadi. Temukan urat nadi brachial dengan merasakan denyutan lengan dimuka siku.
Tutup katup dari balon pemompa, dan isi udara kedalam manset dengan menggunakan balon pemompa
sampai jarum penunjuk berhenti bergerak dengan denyutan. (Ini biasanya berhenti antara 150 - 200 pada
alat penunjuk). Tempatkan diapragma dari stethoscope pada urat nadi dimuka siku lengan, dan secara
perlahan-lahan keluarkan udara dari balon pemompa dengan membuka katupnya. Titik pada alat penunjuk
dimana terdengar pertama kali denyut nadi melalui stethoscope, adalah merupakan tekanan systolic.
Lanjutkan mengeluarkan udara dari balon pemompa secara perlahan-lahan sementara terus mendengarkan
denyut nadi melalui stethoscope. Titik pada alat penunjuk dimana suara denyut nadi mulai memudar dan
hilang, adalah merupakan tekanan diastolic. Catat tekanan ini dengan menulis tekanan systolic diatas
tekanan diastolic, seperti 140/80.

4. Suhu permukaan kulit.


Karena suhu permukaan kulit mengatur suhu badan, maka perubahan pada suhu permukaan kulit
menunjukkan adanya perubahan pada suhu badan.
Untuk menentukan suhu permukaan kulit dari korban, rasakan dengan tangan suhu permukaan kulit pada
beberapa tempat. Gunakan bagian belakang dari tangan karena lebih sensitive merasakan perubahan suhu
dibandingkan dengan telapak tangan.

5. Warna kulit.
Warna kulit umumnya ditentukan oleh sirkulasi darah pada penampung darah dibawah kulit. Karena
itu perubahan warna kulit menggambarkan adanya penambahan atau pengurangan aliran darah, atau
perubahan kandungan unsur kimia didalam darah. Namun demikian, warna kulit hitam karena pigmen
akan menyulitkan untuk mengetahui perubahan warna.
ZPerhatikan secara seksama wajah dan tangan korban apakah ada daerah yang warna kulitnya tidak normal.
Perhatikan apakah kulit kelihatan berwarna merah, putih atau biru.

90
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

6. Biji mata.
Biji mata adalah petunjuk yang baik mengenai kondisi jantung dan sistem saraf otak/pusat. Bila badan
dalam kondisi normal, biji mata sama ukurannya dan responsive terhadap cahaya. Perubahan atau perbedaan
ukuran dari satu atau kedua biji mata adalah merupakan petunjuk penting bagi petugas penyelamat, terutama
dalam menentukan apakah korban mengalami gangguan jantung atau tidak. Dalam memeriksa biji mata
korban, petugas penyelamat harus selalu mempertimbangkan kemungkinan korban menggunakan contact
lens atau kacamata.
Periksa biji mata dengan membuka secara pelan kelopak mata bagian atas. Perhatikan apakah biji mata
korban melebar atau menyempit. Periksa kedua biji mata karena beberapa permasalahan medis menyebabkan
ukuran biji mata tidak sama. Jika biji mata membesar, periksa reaksinya terhadap rangsangan dengan
menyalakan cahaya ke biji mata. Pada orang yang sudah meninggal, biji mata tidak rnemberikan reaksi lagi
terhadap rangsangan cahaya.

7. Keadaan kesadaran.
Orang yang normal dan sehat siap siaga menyesuaikan diri dan sanggup memberikan respon terhadap
rangsangan suara dan jasmani. Korban yang pada mulanya siap siaga dan kemudian menjadi tidak sadar,
kemungkinan menderita kerusakan pada otak. Perhatikan secara teliti kondisi kesadaran korban ketika
pertama kali melihatnya. Catat setiap ada perubahan mengenai kondisi kesadarannya dan disampaikan
informasinya ke dokter yang merawat.

8. Kesanggupan bergerak (Kelumpuhan atau kehilangan rasa)


Bila seorang korban tidak sanggup menggerakkan anggota badannya secara suka rela atau tidak mau
bergerak ketika dirangsang, maka korban tersebut dinamakan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan dapat
disebabkan gangguan medis tertentu (Seperti stroke) atau luka pada saraf tulang belakang. Korban yang
mengalami kelumpuhan tidak merasakan atau memberikan respon terhadap rasa sakit pada bagian yang
yang terluka. Pada jenis luka yang tidak menyebabkan kelumpuhan total, korban masih dapat menggunakan
kaki dan tangan secara terbatas. Dalam hal ini, anggota badan mengalami mati rasalkebas atau ada sensasi
yang menggelikan. Adalah penting bagi petugas penyelamat untuk mengingat bahwa kelumpuhan atau
kehilangan rasa merupakan tanda-tanda kemungkinan saraf tulang belakang terluka, Korban tidak boleh
digerakkan dan biarkan dia diam dengan kaku, sehingga lukanya tidak bertambah parah.
Untuk menentukan apakah terjadi kelumpuhan, pertama-tama tanyakan kepada korban apakah dia merasakan
sakit dilengan atau kaki, kemudian minta dia menggerakkan sendiri anggota badannya danjangan dibantu.
Perhatikan apakah dia dapat melaksanakan sendiri seperti yang dimintakan.

9. Reaksi terhadap rasa sakit.


Perasaan sakit adalah reaksi normal bila terjadi luka dan merupakan petunjuk yang baik terhadap lokasi
dimana terjadi luka. Namun demikian, beberapa jenis luka dan gangguan medis tertentu tidak mengikuti
reaksi normal ini. Tanyakan kepada korban dim ana terasa sakit atau tidak nyaman. Informasi ini bersama-
sama dengan hasil pengamatan terhadap korban dan pengetahuan mengenai sebab-sebab terjadinya luka,
dapat menunjukkan jenis luka yang terjadi.

91
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

MengevaIuasi korban kecelakaan.


Petugas penyelamat harus sanggup untuk :
a. Secara cepat mengevaluasi tingkat keparahan dari luka yang terlihat, dan
b. Menganalisa semua informasi lainya untuk menentukan apakah korban mengalami jenis luka lainnya yang
tidak jelas terlihat. Disini juga petugas penyelamat harus memaharni jenis kecelakaan dan kemungkinan
jenis luka yang ditimbulkannya, mekanisme terjadinya luka dan tanda-tanda diagnosa serta artinya.
Peralatan harus tersedia bagi petugas penyelamat untuk mengadakan pemeriksaan yang sebenarnya terhadap
korban. Dengan menggabungkan hasil pemeriksaan dengan informasi lain yang didapatkan, petugas
penyelamat dapat menganalisa kondisi korban yang sebenarnya secara teliti. Pemeriksaan terdiri dari 2 bagian.
Pemeriksaan pertama adalah mencari permasalahan yang mengancam jiwa korban. Pemeriksaan kedua adalah
mengevaluasi luka lainnya yang mungkin ada, dimana tidak menimbulkan ancaman terhadap jiwa korban.

Sesak nafas karena kurang oksigen.


Sesak nafas karena kurang oksigen terjadi bila darah tidak cukup mensuplai oksigen ke otak. Seseorang yang
mengalami sesak nafas juga dapat merasakan sakit kepala, pusing dan ketidak sanggupan untuk berkonsentrasi,
diikuti dengan kehilangan kesadaran. Dalam konsentrasi yang cukup, gas uap dapat dapat menyebabkan sesak
nafas, apakah itu beracun atau tidak.
Sesak nafas dapat dihindarkan dengan menggunakan alat ukur konsentrasi gas uap dan oksigen, serta
menggunakan alat bantu pernafasan (Breathing apparatus) jika perlu. Setiap gangguan terhadap proses
pernafasan adalah berpotensi fatal, karena dapat mengakibatkan sesak nafas karena kurang oksigen. Ini juga
istilah medis yang digunakan bagi orang yang mati lemas (Suffocation), bukan hanya karena uap tetapi juga
setiap kondisi yang mencegah oksigen diserap oleh darah untuk dialirkan ke otak. Mati lemas terjadi bila
udara terhalang masuk ke paru-paru, apakah karena sesuatu pembatasan secara phisik yang menghalangi udara
masuk ke hidung atau mulut, atau karena udara yang dihirup penuh dengan partikel debu, gas atau asap.
Penipisan kadar oksigen dalam tubuh disebut hypoxia. Dalam keadaan ini, jaringan tubuh mengalami kerusakan
secara cepat, sel-sel otak akan mulai mati jika suplai oksigen terputus selama 3 menit.
Gejala dan tanda-tanda kadar oksigen rendah didalam darah.
- Kesukaran bernafas dan terengah engah secara cepat.
- Kebingungan, sifat lekas rnarah, sifat menyerang, dan dapat menjadi tidak sadar.
- Biasanya warna kulit rnernbiru (Cyanosis).
- Jika penipisan kadar oksigen didalam darah tidak cepat kembali normal, pernafasan dan fungsi jantung
dapat berhenti.

Memberikan oksigen.
Perlengkapan botol oksigen ringan sudah banyak tersedia sekarang, dan banyak petugas P3K telah mendapatkan
pelatihan mengenai cara penggunaannya. Ini dapat digunakan sebagai tambahan peranginan buatan atau untuk
memperkaya udara pernafasan bagi korban kecelakaan yang masih bernafas (Oxigen therapy). Jika diberikan
oleh orang yang terlatih, oksigen tidak menimbulkan akibat yang buruk.

92
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Menggunakan perlengkapan oksigen dengan aman.


Harus selalu diperhatikan peraturan berikut :
- Jangan merokok atau membiarkan api terbuka disekitar perlengkapan oksigen.
- Jangan menggunakan oli atau gemuk pada tombol pengatur atau katupnya.
- Perlengkapan dirawat dengan baik.
- Yakinkan bahwa perlengkapan telah diperiksa dan berfungsi baik, kemudian selalu diisi kembali setelah
digunakan.
Dalam pemberian pertolongan pertama, sasarannya adalah :
- Mengembalikan suplai udara yang normal bagi keperluan pernafasan korban kecelakaan.
- Mencari atau memintakan bantuan medis.
Karena menghirup asap, gas atau uap beracun dapat mematikan, upaya penyelamatan tidak boleh dilakukan
jika itu akan mencelakakan jiwa anda sendiri. Asap atau partikel gas yang telah berakumulasi didalam ruangan
tertutup dapat secara cepat mempengaruhi petugas penyelamat yang tidak menggunakan perlengkapan
pelindung diri. Jangan memasuki ruangan yang penuh dengan asap tanpa menggunakan perlengkapan pengaman
yang semestinya. Kompartemen yang terbakar menghadirkan bahaya tambahan, bukan hanya apinya sendiri
tetapi juga kemungkinan terkena jatuhan benda.

Udara yang mengganggu pernafasan.


Kenyataan bahwa suatu kondisi udara tidak aman untuk pernafasan karena satu atau dua penyebab utarna,
yaitu kekurangan Kadar oksigen atau kehadiran bahan beracun atau yang mengganggu pernafasan. Agar badan
dapat berfungsi dengan baik, rnaka udara yang dihirup harus mengandung sedikitnya 20 % oksigen Udara
dengan kandungan oksigen hanya sedikit saja dibawah angka ini dapat rnenyebabkan sakit kepala dan perasaan
lesu, dan pengurangan lebih lanjut dapat rnenyebabkan kehilangan kesadaran dan kematian.
Pada kebakaran, asap dari berbagai kepekatan dengan kandungan partikel padat, dapat menyebabkan
peradangan pada paru-paru dengan pembentukan dahak, yang mempengaruhi pernafasan. Banyak gas beracun
yang mungkin ditemui, seperti karbon monoksida (CO), ammonia (NH3), Hidrogen sulfida (H2S), Sulfur
dioksida (S02), gas partikel padat dari bahan cat dan proses industri lainnya, gas minyak burni dan sebagainya.
Karbon monoksida terutama berbahaya karena mempengaruhi sel-sel darah merah sehingga menghalangi darah
mengambil oksigen dari paru-paru, Udara yang mengandung hanya 0,1 % karbon monoksida jika dihirup
dalam waktu ½ jam saja, akan menyebabkan ½ dari sel darah merah tidak berfungsi. Menghirup gas karbon
monoksida murni dapat menyebabkan langsung tidak sadar.
Karena itu harus diperhatikan bahwa perubahan sedikit saja dari kondisi udara normal dapat menimbulkan
dampak yang serius terhadap fungsi badan manusia. Kekurangan oksigen tidak dapat dideteksi secara normal,
dan sementara gas seperti ammonia atau sulfur dioksida dapat diketahui kehadirannya karena mengeluarkan
bau yang tajam, sedangkan karbon monoksida tidak berbau. Orang yang bekerja pada kondisi seperti ini dapat
segera menghindarkan diri tanpa menyadari bahwa udara disekitamya sudah tidak normal.
Petugas pemadam kebakaran sering bekerja pada udara yang kekurangan oksigen atau mengandung
gas beracun. Agar dapat bekerja pada kondisi seperti ini, maka mereka harus diberikan perlengkapan
yang akan memberi perlindungan yang memadai, begitu juga suplai udara atau oksigen yang cukup
untuk keperluannya selama bertugas.

93
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Keadaan darurat yang disebabkan oleh keracunan.


Racun dapat masuk kedalam tubuh melalui 4 cara, yaitu :
1. Tertelan (melaui mulut)
2. Injeksi (kejaringan tubuh atau aliran darah)
3. Pernafasan (melalui hidung)
4. Penyerapan (melalui kulit)

Racun yang masuk karena tertelan atau injeksi.


Dalam situasi memadamkan kebakaran, adalah jarang menemukan kasus keracunan karena termakan atau
injeksi. Alat pelindung yang benar akan mengurangi bahaya ini. Sebagai langkah tambahan untuk keselamatan,
mereka yang berada disekitar kebakaran harus menghindarkan sarung tangan ataupun tangan telanjang
bersentuhan dengan mulut mereka. Harus diperhatikan juga untuk tidak memakan makanan yang disimpan
secara terbuka disekitar kebakaran. Makanan yang tertutup dan perkakas harus dibersihkan lebih dahulu
sebelum digunakan.
Racun yang terhirup dapat menimbulkan gangguan pernafasan seperti nafas pendek, batuk dan sesak nafas.
Korban dapat meninggal karena serangan jantung jika masalah pernafasan tidak segera diatasi. Korban harus
segera dikeluarkan dari udara yang mengandung racun dan rnembawanya ke tempat yang aman dengan udara
bersih. Jika dia bernafas, paru-parunya harus dibilas dengan udara yang kadar oksigennya lebih dari keadaan
normal (hanya boleh dilakukan oleh petugas yang ahli). Jika korban tidak bernafas, maka harus diberikan
pertolongan pernafasan buatan. Seorang korban yang sudah menunjukkan kesembuhan sementara dari bahaya
keracunan oleh gas beracun, tidak boleh ditinggalkan tanpa pengawasan karena kemungkinan kembali
mengalami gangguan pernafasan sering terjadi.
Biasanya tidak ada tanda-tanda terjadinya keracunan akibat dari gas karbon monoksida sampai korban jatuh
lemas. Gas tersebut tidak berbau, tidak dapat dirasa dan tidak berwarna, sehingga bahaya tidak dapat dikenali
sampai korban meninggal. Dia mungkin menderita sakit kepala dan pusing, tetapi ini juga terjadi pada kasus
lain sehingga sering salah duga. Hanya ada satu tanda-tanda orang keracunan karbon monoksida yang biasanya
dapat dipercaya dan tidak salah lagi, yaitu jika kulit korban menjadi berwarna merah cherry yang tidak seperti
gejala pada penyakit lainnya. Kadang-kadang perubahan warna kulit ini tidakjelas bagi orang yang warna
kulitnya agak gelap, dan dalam hal ini anggap saja gas beracun tersebut adalah karbon monoksida sehingga
supaya dilakukan tindakan berikut :
Keluarkan korban ketempat dimana udaranya bersih dan mulai segera melakukan pertolongan bantuan
pernafasan. Jika memungkinkan, gunakan alat bantu pernafasan (Breathing apparatus) yang pakai masker
sehingga oksigen dapat diatur seefektif mungkin. Jika korban bernafas secara spontan, alat penghirup mekanis
dapat digunakan dan kemudian kirimkan korban secepatnya ke rumah sakit.

Racun yang terserap.


Racun yang terserap dapat rnenirnbulkan perasaan perih pada kulit, selaput lendir/melepuh dan peradangan
mata. Pertolongan untuk korban yang terserap racun melalui kulit, lepaskan baju yang terkontaminasi termasuk

94
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

sepatu, jam tangan dan cincin. Rendam dengan air permukaan kulit yang terkontaminasi minimum 15 menit.
Jangan gunakan pengobatan terhadap kulit kalau tidak ada petunjuk dari dokter. Jika racun terkena mata,
rendam dengan air yang banyak. Awasi korban secara cermat terhadap kemungkinan adanya tanda-tanda
guncangan kejiwaan dan supaya siap siaga terhadap perubahan fungsi pernafasan dan peredarannya.

Asap yang terhisap.


Setiap orang yang telah didalam ruangan tertutup selama kebakaran kemungkinan telah menghisap asap. Asap
dari bahan bakar biasa, plastik yang terbakar, lapisan busa, penutup dinding yang terbuat dari bahan sintesis
akan mengandung gas partikel padat. Korban agar diperiksa terhadap adanya keluhan lain sebagai akibat dari
kebakaran.
Pengaruh / dampak.
Gangguan pada saluran pernafasan menyebabkan kekejangan dan bengkak, sehingga mengakibatkan susah
bernafas dan gerakannya cepat serta berbunyi, kemudian diikuti dengan batuk-batuk dan bunyi mendesah;
kehilangan kesadaran; rasa terbakar padahidung dan mulut.

Karbon monoksida.
Gas yang sangat berbahaya ini akan menghalangi darah menyerap dan membawa oksigen. Dengan kandungan
yang tinggi di udara dapat menyebabkan kematian dengan cepat. Namun demikian, dengan kandungan yang
sedikit pada gas tetapi berlangsung lama, misalnya kebocoran kecil pada pemanas gas yang mengalami
gangguan, dapat juga menimbulkan keracunan berat dan mematikan.
Pengaruh / dampak.
Kehadiran kandungan karbon monoksida yang terus menerus dapat menimbulkan sakit kepala, kegelisahan,
cepat rnarah, mual, rnuntah; keracunan karbon monoksida yang berat, secara cepat akan rnenyebabkan
gangguan berat pada pernafasan, warna kulit menjadi membiru (cyanosis) dan rusaknya kesadaran yang secara
cepat korban menjadi tidak sadar.
Dalam memberikan pertolongan pertama, sasarannya adalah :
- Memulihkan sistem pernafasan yang cukup.
- Minta bantuan medis segera.

Luka terbakar dan luka terkena air panas/uap.


Banyak pengaruh terhadap tubuh sebagai akibat dari terkena panas. Ini termasuk berkurangnya cairan dalam
tubuh, kelelahan karena panas, tersurnbatnya sistem pernafasan (edema) dan luka bakar.
Luka bakar adalah kerusakan pada kulit dan jaringan dibawah kulit yang disebabkan oleh panas tinggi.
Kerusakan hampir selalu lebih banyak timbul dari meningkatnya panas didalam tubuh oleh proses metabolisme,
daripada akibat panas luar yang terkena pada tubuh. Suhu yang tinggi disekitar kita biasanya diimbangi dengan
penurunan panas yang diproduksi tubuh, sehingga menyebabkan suhu tubuh menjadi naik. Hanya sedikit
kejadian dimana suhu sekitar kita cukup besar menyebabkan perpindahan panas kedalam tubuh kita.

95
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Kulit.
Ada 3 lapisan kulit tubuh yaitu epidermis, dermis dan lapisan subcutaneous. Epidermis terdiri dari sel yang
tidak biasa karena dapat berganti sendiri bila mengalami kerusakan; tahan air dan menjadi bagian ujung dari
saraf. Dermis adalah lapisan kulit kedua, terbuat dari jaringan tubuh yang tebal dan saling mengikat, yang
memberikan kekuatan dan elastisitas pada kulit. Dibawah lapisan ini adalah kantung rambut, kelenjar lemak
dan kelenjar keringat. Lapisan subcutaneous adalah merupakan jaringan lemak.

Klasifikasi luka bakar.


Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebab dan tingkat kedalaman luka yang ditimbulkan.
Berdasarkan penyebab luka bakar dibedakan menjadi 6 klassifikasi utama, yaitu:
1. Luka bakar karena panas (Disebabkan oleh api atau panas radiasi)
2. Luka bakar karena bahan kimia
3. Luka bakar karena arus listrik
4. Luka bakar Cryogenic (Akibat suhu rendah)
5. Luka bakar karena radiasi nuklir
6 Luka bakar karena cahaya (Luka pada mata)
Berdasarkan kedalaman luka bakar, beberapa dokter hanya memberikan 2 klassifikasi yaitu luka bakar
kedalaman sebagian dan luka bakar kedalaman penuh. Namun demikian, luka bakar biasanya diklassifikasikan
berdasarkan tingkat keparahan yaitu luka bakar tingkat satu (ringan), luka bakar tingkat dua (menengah) dan
luka bakar tingkat tiga (berat). Luka bakar akibat dari panas kering (dry heat) adalah yang ditimbulkan oleh
zat yang bersifat korosif dan oleh karena gesekan; Luka bakar akibat panas basah (wet heat) adalah yang
ditimbulkan oleh cairan panas dan oleh uap. Luka bakar dapat juga disebabkan oleh suhu yang sangat rendah
dan oleh radiasi, tennasuk oleh cahaya matahari. Luka bakar dapat sebagai dampak ikutan atau merupakan
konsekuensi dari suatu situasi yang mempunyai ancaman besar terhadap jiwa manusia. Luka bakar dapat
mulai terjadi secara tidak sengaja karena penggunaan obat keras atau alcohol yang berlebihan, dan luka yang
lebih serius dapat terjadi karena ledakan. Setelah luka bakar diberi perawatan, maka kondisi korban harus
diperiksa secara menyeluruh.

Mengatasi suatu kejadian luka bakar.


Mendekati suatu kecelakaan yang menimbulkan luka bakar adalah sering sulit dilakukan karena adanya
kebakaran, ledakan, bahaya listrik, gas beracun atau bahaya lainnya. Luka bakar bisa sangat menakutkan,
terutama bila luka bakar karena api terjadi pada ruangan tertutup. Orang yang akan menolong dan korban
dapat menderita oleh bau dari rambut gosong
dan daging terbakar.
Orang pertama yang menolong harus:
- Pastikan keselamatan anda sendiri sebelum berupaya menolong korban.
- Hentikan luka bakar dengan cara pendinginan yang cepat untuk mencegah berlanjutnya kerusakan pada
jaringan tubuh, mengurangi pembengkakan, mengurangi sampai sekecil mungkin guncangan kejiwaan
korban, dan meringankan rasa sakit.
- Tutupi bagian yang terluka karena luka bakar sangat mudah kena infeksi sehingga perlu dilindungi dari
kuman
- Usahakan segera mendapatkan bantuan medis yang memadai, kecuali korban hanya menderita luka bakar
ringan.

96
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Menilai kondisi keparahan luka bakar.


Ada beberapa factor yang perlu dipertimbangkan bila menilai keparahan dari suatu luka bakar dan bagaimana
memberikan pertolongan yang terbaik. Ini termasuk penyebab luka bakar, apakah aliran udara terlibat,
kedalaman luka bakar dan besarnya bagian tubuh yang menderita luka bakar.
Luas bagian tubuh yang terbakar akan menunjukkan apakah ada kemungkinan terjadi guncangan kejiwaan
korban, seperti cairan jaringan tubuh yang keluar dari bekas terbakar dan diisi kembali oleh sistem sirkulasi
cairan tubuh. Lebih besar bagian tubuh yang terbakar akan rnengakibatkan guncangan kejiwaan yang lebih
parah bagi korban. Penyebab dari luka bakar dapat juga mengingatkan kita agar mewaspadai kemungkinan
terjadinya komplikasi lainnya.
Luka bakar juga membawa resiko besar terjadinya infeksi, dan luka bakar yang lebih besar dan lebih dalam
akan mengakibatkan resiko infeksi yang lebih besar pula. Kerusakan pada kulit akibat luka bakar menyebabkan
rusaknya pelindung alamiah bagian tubuh sehingga terbuka bagi masuknya kuman-kuman.

Keterlibatan aliran udara pada luka bakar.


Setiap bagian dari saluran udara yang mungkin rusak karena asap beracun, gas panas atau bahan kimia korosif,
akan menyebabkan luka menjadi lebih parah. Jaringan tubuh akan mengalami pembengkakan secara cepat dan
dapat mengakibatkan bernafas sangat sulit.

Cara mengetahui.
Harus dicurigai bahwa resiko yang ditimbulkan aliran udara mungkin sudah terjadi bila luka bakar telah berada
pada beberapa saat di ruangan terbatas, atau jika diperhatikan adanya :
- Lengas disekitar hidung atau mulut.
- Rambut hidung yang gosong.
- Warna kulit kernerah-rnerahan, pernbengkakan, atau luka bakar pada lidah.
- Kulit yang rusak disekitar mulut.
- Suara yang seraklparau.
- Kesulitan bernafas.
Apapun penyebab atau besarnya luka bakar yang me!ibatkan aliran udara, selalu memerlukan perawatan di
rumah sakit dengan segera.

Luka bakar yang parah.


Kedalaman dan besarnya luka bakar serta kemungkinan keadaan akan mernaksa kita untuk menghadapi korban
yang menderita luka parah. Tindakan pertama adalah mendinginkan luka, karena lebih lama luka dibiarkan
tanpa diperiksaJdiberikan pertolongan, akan rnenyebabkan korban menderita lebih parah lagi. Pemberian
bantuan pernafasan kepada korban dilakukan setelah pendinginan. PerIu diingat bahwa korban yang menderita
luka bakar yang parah, selalu membawa resiko terjadinya guncangan kejiwaan.
Dalam memberikan pertolongan pertama, sasarannya adalah :
- Menghentikan proses luka bakar dan menghilangkan rasa sakit.
- Mernberi bantuan pernafasan jika diperlukan.
- Merawat luka yang ringan.
- Mengurangi resiko infeksi.
- Mengusahakan secepatnya membawa korban ke rumah sakit.

97
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Jangan membiarkan korban terlalu dingin karena pendinginan yang terlalu banyak akan menimbulkan bahaya
suhu badan korban terlalu rendah (hypothermia). Jangan berusaha melepas apa saja yang melekat pada luka
bakar karena dapat menyebabkan kerusakan yang lebih berat dan terjadinya infeksi.

Luka bakar yang ringan.


Pertolongan pertama yang tepat biasanya sudah cukup memberi kesanggupan bagi korban untuk sembuh
secara alamiah dan sehat, tetapijika ada keraguan mengenai tingkat keparahan
dari luka bakar tersebut, segera mintakan bantuan medis.
Dalam memberikan pertolongan pertama, sasarannya adalah :
- Menghentikan proses luka bakar agar tidak berkelanjutan.
- Mengurangi rasa sakit maupun pembengkakan.
- Mengurangi resiko infeksi.

Melepuh.
Ada semacam gelembung tipis terbentuk pada kulit yang rusak karena panas atau gesekan. Gelembung
tersebut adalah akibat cairan jaringan tubuh bocor ke bagian yang terbakar dibawah permukaan kulit. Selama
penyernbuhan, kulit baru terbentuk pada bagian dasar dari yang melepuh, cairannya diserap dan kulit luar yang
sudah rudak menjadi terkupas.

Apa yang dapat diperbuat pada luka melepuh.


• Jangan memecahkan bagian yang melepuh karena dapat menjadi infeksi. Melepuh biasanya tidak
memerlukan pengobatan. Namun demikian, jika pecah atau menjadi rusak, tutup bagian atas luka sampai
ke pinggimya dengan suatu pembalut kasa yang kering dan tidak lengket.
• Jangan gunakan pembalut kasa atau plester yang lengket.
• Jangan memecahkan bagian yang melepuh atau memegangi bagian yang terluka.
• Jangan mengoleskan air pernbersih, obat salap, krim atau bahan lemak pada luka.

Tindakan secara umum.


Dengan luka bakar akibat terkena api atau bahan panas, sel kulit menjadi rusak dan bagian yang luka
menjadi rnerah, bengkak, melepuh dan sakit. Karena kerusakan kulit adalah akibat dari panas, maka bagian
yang terluka harus didinginkan secepat mungkin. Petugas pemadam kebakaran bila memungkinkan harus
merendam luka yang terjadi dengan air dingin atau mengalirkan air keseluruh bagian yang terluka, dan tidak
boleh memecahkan bagian yang melepuh. Dia harus menutupi bagian yang terluka dengan pembalut kasa yang
steril, kain tiras yang bersih atau kain linen yang baru disterika. Ini terutama penting untuk bagian badan yang
sering menjadi kotor seperti tangan. Petugas pemadam kebakaran harus melepas dari korban segala sesuatu
yang bersifat menggenjet seperti cincin, gelang, jam tang an , ikat pinggang dan sepatu sebelum mulai terjadi
pembengkakan. Tidak perlu melepaskan semua bagian pakaian yang menutupi luka karena dapat dianggap
sudah steril terkena panas. Harus diperhatikan apakah ada bahan fabric atau plastik yang meleleh dan lengket
pad a luka.

98
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Pengaruh dari panas berlebihan.


Dalam kondisi panas berlebihan, mekanisme pengurangan suhu badan dapat menjadi tidak bekerja baik. Bila
suhu udara sama dengan suhu badan, menjadi tidak mungkin bagi badan untuk mengurangi panas secara
radiasi. Apalagi jika kelembaban udara tinggi (banyak mengandung uap air), keringat tidak akan menguap
dengan baik. Dalam keadaan ini, terutama selama latihan berat ketika panas tambahan dihasilkan oleh aktifitas
otot, terjadilah kelelahan karena panas, atau kondisi yang lebih berbahaya lagi yaitu gangguan fungsi otak
karena panas.

Udara panas dan lembab.


Sudah terbukti bahwa orang akan dapat bekerja lebih lama pada kondisi yang panas dan kering, dibandingkan
dengan pada kondisi udara yang panas tetapi lembab.
Kelembaban yang tinggi digabung dengan suhu yang tinggi adalah suatu kondisi yang terbentuk dalam waktu
yang cukup lama, dan ini hanya terjadi dimana peranginan tidak ada. Namun demikian, kondisi ini akan
ditemui dari waktu ke waktu, dan oleh karena itu disarankan sebagai latihan yang berguna bagi pemakai alat
bantu pernafasan (Breathing apparatus) untuk mengalami pengaruh udara yang panas maupun kelembaban
yang tinggi.

Bekerja pada udara yang mempunyai panas dan kelembaban tinggi.


Dalam kondisi udara panas dan kelembaban tinggi dimana tidak ada peranginan, terutama jika kerja keras
diperlukan, akan menjadi ukuran kemampuan petugas pemadam kebakaran untuk dapat bertahan pada
kondisi tersebut dan bukan pada batas waktu penggunaan alat bantu pernafasan (Breathing apparatus), yang
akan menentukanjadwal pergantian yang diperlukan. Dari pengalaman didapatkan bahwa perlu dilakukan
pergantian tim setiap 10-15 menit. Meskipun petugas pemadam kebakaran dapat melakukan tugasnya selama
waktu yang ditentukan, mereka harus beristirahat cukup sebelum dimintakan untuk mengambil alih pekerjaan
selanjutnya.
Petugas pemadam kebakaran kadang-kadang mengalami ketegangan karena panas, yang memperlihatkan
gejala seperti pusing, kelesuan, muak, perut terasa tidak enak atau perasaan terbakar pada kulit. Setiap orang
yang menunjukkan gejala tersebut harus dikeluarkan segera dari tempat kejadian serta diberikan pengobatan.
Ketegangan akibat dari panas terutama berbahaya bila pakaian kedap gas untuk perlindungan terhadap bahan
kimia sedang digunakan. Udara yang lebih dingin dari alat bantu pernafasan (Breathing apparatus) akan
membuat pemakai lebih tahan lama pada kondisi suhu dan kelembaban yang tinggi.

Gangguan fungsi otak akibat panas (Heatstroke) dan Kelelahan akibat panas (Heat exhaustion).
Ada 2 jenis situasi keadaan darurat yang ditemukan sebagai akibat panas yaitu gangguan fungsi otak (heatstroke)
dan kelelahan (heat exhaustion) Heatstroke terjadi bila pengeluaran keringat badan sampai berhenti. Akan
terjadi bahaya kenaikan suhu badan yang tinggi secara tiba-tiba dan cepat. Dengan heatstroke, badan korban
secara total kehilangan kesanggupan untuk mendinginkan sendiri kondisinya. Wajah korban menjadi merah,
kering dan panas jika diraba. Denyutan nadi menjadi kuat dan cepat. Jika korban yang mengalami heatstroke
tidak segera didinginkan, dia akan meninggal. Badan korban dibasahi dengan air dan dibiarkan aimya menguap
dengan jalan memberikan peranginan pada korban. Disamping itu sangat penting untuk memindahkan korban
kedalam lingkungan yang dingin.

99
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Bila seseorang bekerja pada lingkungan yang panas, keringat akan mendinginkan sendiri suhu badan orang
tersebut. Melalui keringat, garam dan air dari tubuh korban akan habis dan kalau ini terjadi maka denyut jantung
korban akan naik, dehidrasi dan kelelahan akan menyusul segera. Kelelahan akibat panas (Heat exhaustion)
dapat berakibat merusak kemampuan berpikir dan berkoordinasi. Suhu badan korban kelihatannya tetap
normal tetapi akan memperiihatkan kulit yang lembab, lemah dan pusing. Korban harus segera dikeluarkan
dari lingkungan yang panas dan dibaringkan dengan posisi kaki sedikit diatas.

Gangguan fungsi otak akibat panas (Heatstroke).


Kondisi ini sering terjadi secara tiba-tiba dan dapat menyebabkan korban secara cepat tidak sadar. Peringatan
akan timbulnya kondisi seperti ini adalah bila orang tersebut merasa tidak tenang dan tidak enak. Heatstroke
adalah disebabkan adanya gangguan pada alat pengatur suhu (thermostat) didalam otak, sebagai akibat terlalu
lama berada pada lingkungan yang sangat panas. Badan secara cepat menjadi kelebihan panas yang sangat
berbahaya,
Cara mengetahui.
Ada bebarapa tanda-tanda terjadinya heatstroke, yaitu :
- Sakit kepala, pusing dan perasaan tidak enak.
- Gusar dan bingung.
- Kulit panas, berwarna merah dan kering.
- Penurunan yang cepat pada tingkat kemampuan memberikan reaksi.
- Denyut nadi yang kuat dan meloncat-loncat,
- Suhu badan diatas 40°C.
Pertolongan pertama yang perlu diberikan adalah :
a. Menurunkan suhu badan korban secepat mungkin.
b. Mengupayakan secepatnya bantuan medis.

Kelelahan akibat panas (Heat exhaustion).


Kondisi ini biasanya terbentuk secara bertahap dan disebabkan oleh hilangnya garam dan air dari tubuh
melalui keringat yang berlebihan. Ini lebih sering terjadi pada orang yang tidak biasa bekerja atau latihan pada
lingkungan yang panas dan lembab, dan pada mereka yang kurang sehat terutama yang menderita penyakit
diare dan muntah-muntah.
Cara mengetahui.
Tanda-tanda terjadinya heat exhaustion adalah :
- Sakit kepala, pusing dan kebingungan.
- Kehilangan selera, dan lemas.
- Berkeringat, kulit pucat dan lembab.
- Kejang pada anggota tubuh dan pada perut.
- Pernafasan dan denyut nadi lemah dan cepat.

100
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Pertolongan pertama yang perlu diberikan :


a. Memindahkan korban ke lingkungan yang dingin.
b. Mengganti cairan dan garam tubuh yang hilang.

Keadaan darurat akibat ledakan.


Suatu ledakan adalah akibat terlepasnya suatu tenaga/energi dengan sangat cepat. Sifat dari suatu ledakan
tergantung dari beberapa factor, termasuk jenis dari bahan yang meledak, ruangan dimana terjadi ledakan, dan
sempit tidaknya ruangan dimana terjadi ledakan. Kerusakan yang disebabkan oleh terjadinya ledakan adalah
sebagai hasil dari adanya gelombang mengguncang (shock wave) yang ditimbulkan oleh pelepasan energi.
Begitu gelombang menyebar ke semua arah, dua jenis tekanan yang hampir muncul bersamaan. Suatu tekanan
yang jauh melebihi tekanan udara luar dan merupakan gelombang mengguncang (shock wave), menghantam
masing-masing benda disekitamya dan cenderung meruntuhkan benda yang terkena. Pada saat yang hampir
bersamaan, suatu tekanan dinamik (seperti angin kencang) memukul benda disekitamya dan cenderung
mendorong benda sampai pecah berkeping-keping. Setiap potongan puing seperti dikumpulkan dan dilernpar
keluar oleh tekanan gelombang mengguncang (shock wave).
Begitu tekanan gelombang mengguncang (shock wave) berlalu, tekanan sedikit berkurang (dibawah tekanan
udara normal) dan aliran udara berbalik. Pada saat udara berbalik ini juga dapat menyebabkan kerusakan
susulan, meskipun tidak seberat yang ditimbulkan oleh tekanan gelombang mengguncang (shock wave).
Dalam daerah tempat terjadinya ledakan, dari gelombang mengguncang(shock wave) itu sendiri dapat
mengakibatkanjenis luka tertentu, termasuk kerusakan gendang telinga, organ tubuh bagian dalam, perdarahan
didalam, luka memar pada paru-paru akibat perubahan tekanan yang cepat.
Luka pada paru-paru dapat menimbulkan pembengkakan oleh cairan yang berkumpul (edema) dan perdarahan
(hemorrhage). Penyumbatan oleh cairan yang terbentuk akan menurunkan jumlah oksigen yang ada untuk
dipindahkan ke darah, sehingga menyebabkan anoxia.
Begitu bahan eksplosif meledak, sejumlah besar panas ditimbulkan. Meskipun panas ini cepat menghilang,
orang yang dekat ke tempat kejadian ledakan dapat mengalami luka bakar. Tingkat keparahan dari luka bakar
ini sebagaimana luka yang diakibatkan oleh benda panas sangat tergantung pada jarak antara korban dengan
ledakan. Bagian tubuh yang tidak terlindung seperti wajah dan tangan, adalah bagian yang sangat beresiko
tinggi.
Karena gelombang mengguncang (shock wave) menyebabkan benda atau puing yang terlepas terlempar keluar,
orang dapat terluka oleh benda yang beterbangan. Benda ini dapat menyebabkan luka lecet, luka memar dan
luka koyak. Jika benda yang beterbangan dengan kecepatan tinggi, maka dapat mengakibatkan kepatah/retak/
retakan atau masuk kedalam kaki dan tangan, serta organ tubuh yang vital. Kejatuhan benda yang berat dapat
menyebabkan luka remuk, termasuk luka besar dan berdarah dan patah/retak/retak.
Petugas penolong harus menyiapkan diri untuk berhadapan dengan banyak aneka jenis luka pada korban.
Mereka harus meyakinkan adanya aliran udara yang cukup, bantuan pernafasan jika dibutuhkan, pengendalian
luka bagian luar, dan belat luka patah/retak. Korban harus segera dikirimkan ke rumah sakit untuk mendapatkan
bantuan medis, dan kemungkinan korban mengalami luka dalam yang parah harus menjadi pertimbangan.

101
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Guncangan kejiwaan (Shock).


Fungsi dari sistem sirkulasi dalam tubuh adalah mendistribusikan darah keseluruh bagian tubuh, sehingga
oksigen dan bahan gizi yang dibawa, dapat sampai dan digunakan oleh jaringan tubuh. Bila mengalami kegagalan
sehingga tidak cukup oksigen mencapai jaringan, kondisi medis yang disebut “Shock” akan terjadi.
Jika shock tidak segera diobati, organ tubuh yang vital akan mengalami kegagalan dan harus diperhatikan
bahwa kondisi ini akan menjadi lebih buruk oleh karena penderita akan merasa sakit dan ketakutan.
Shock adalah reaksi tubuh terhadap sirkulasi darah yang tidak cukup sekaligus kekurangan oksigen. Ini
dibarengi dengan luka, rasa sakit sekali, atau penyakit yang tiba-tiba dan berbagai tingkat keparahan mulai
dari perasaan mau pingsan, jatuh dan bahkan kematian.

Apa yang menyebabkan shock?


Pertama, shock dapat terjadi bila pompajantung gagal melakukan tugasnya sehingga tekanan sirkulasi darah
berkurang. Yang paling sering penyebab dari shock ini adalah serangan jantung. Kedua, shock dapat terjadi
bila volume cairan yang bersirkulasi didalam tubuh berkurang. Perdarahan luar atau perdarahan dalam, atau
kehilangan cairan tubuh lainnya melalui penyakit diare, muntah-muntah atau luka bakar adalah contoh yang
paling umum. Tubuh memberikan reaksi dengan menarik suplai darah dari permukaan kebagian inti tubuh.
Gejala utama dan tanda-tanda dari shock adalah berkaitan dengan gangguan sirkulasi tersebut.
Shock terjadi bila tubuh tidak dapat lagi mempertahankan suplai oksigen mengalir melalui aliran darah
kedalam sel tubuh. Petugas medis dalam keadaan darurat dilatih untuk mengobati shock ini, meskipun bila
mereka tidak melihat tanda-tandanya, karena bila tanda-tanda sudah nampak berarti krban sudah pada kondisi
berbahaya. Untuk mengobati shock, petugas medis dalam keadaan darurat harus mengupayakan agar korban
tenang, dan pertahankan suhu badan tetap normal. Jika oksigen tersedia dan petugas medis mampu untuk
menggunakannya, maka korban perlu diberi tambahan oksigen sesuai prosedur medis setempat.

Tanda-tanda dan gejala shock.


Tidak seperti orang jatuh yang sebenamya, gejala dan tanda-tanda shock adalah perasaan pusing seperti
mabuk, kelelahan, muka pucat, kedinginan, kulit lembab dan denyut nadi cepat dan tidak teratur. Intensitas
dari gejala dan tanda-tanda ini adalah berhubungan dengan tingkatan dari shock. Dalam penjelasan yang lebih
rinci adalah sebagai berikut :
a. Mata menjadi pudar dan tidak bersemangat, tandanya sirkulasi darah kurang.
b. Biji mata melebar, juga sebagai tanda sirkulasi darah berkurang.
c. Wajah pucat dan kemungkinan membiru atau Cyanosis, yaitu suatu pertanda penting dari kekurangan
oksigen yang dalam hal ini disebabkan sirkulasi darah yang berkurang.
d. Pernafasan lemah, kemungkinan tidak teratur atau susah. Fungsi sentral vital yang mengatur pernafasan
menurun bersamaan dengan menurunnya semua proses kehidupan.
e. Denyut nadi cepat dan lemah. Jantung bekerja lebih cepat, berupaya mengatasi penurunan tekanan dan
volume sirkulasi darah.
f. Kulit menjadi dingin dan lembab. Darah telah berhenti sirkulasi pada kaki dan tangan, dan berkumpul
pada organ tubuh yang vital.
g. Korban bisa menjadi lemas, roboh, muntah-rnuntah, ketakutan dan kehausan.

102
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Cara mengetahui.
Pertama kali, aliran dari adrenalin menyebabkan :
- Denyut nadi yang cepat.
- Kulit yang pucat dan keabu-abuan, terutama pada bagian dalam dari bibir. Kuku jari atau cuping telinga
bila ditekan, warnanya tidak cepat kembali seperti semula.
- Berkeringat dan dingin, kulit lembab karena keringat tidak menguap.
Begitu shock terjadi, maka korban akan :
- Lemah dan merasa pusing seperti mabuk.
- Lemas dan kemungkinan muntah-rnuntah,
- Haus.
- Pernafasan pendek dan cepat.
- Denyut nadi cepat dan tidak teratur. Bila denyut nadi pada pergelangan tangan tidak ada lagi berarti cairan
tubuh yang hilang sudah mencapai setengah dari volume darah.
Begitu suplai oksigen ke otak melemah :
- Korban menjadi tidak tenang, ketakutan dan menunjukkan sikap menyerang.
- Korban menjadi mengap-mengap dan menggapai mencari udara.
- Korban akan menjadi tidak sadar.
- Akhirnya, jantung akan berhenti.

Dalam memberikan pertolongan pertarna, sasaran utama adalah :


a. Mengenali gejala shock.
b. Mengatasi sebab-sebab yang kelihatan.
c. Memperbaiki suplai darah ke otak, jantung dan paru-paru.
d. Mengusahakan secepatnya mengirimkan korban untuk mendapatkan pengobatan medis.

Petugas pemadam kebakaran hampir selalu dapat mengembalikan kesadaran korban yang mengalami shock
karena reaksi saraf, yaitu dengan langkah-langkah yang sederhana seperti menenangkan, meyakinkan dan
mengupayakan korban merasa enak dengan membaringkan dan menjaga agar tubuh korban selalu hangat. Shock
yang diakibatkan kehilangan darah atau plasma darah adalah lebih gawat. Transfusi darah dan pembedahan
akan dibutuhkan pada kejadian kekurangan darah karena perdarahan didalam. Karena itu langkah pertama
adalah mengirirnkan korban segera ke rumah sakit terdekat atau memberikan bantuan pengobatan ditempat.
Sambil menunggu hal ini dapat terlaksana, pertolongan pertama harus dipusatkan untuk mempertahankan
sistem pernafasan dan menghentikan perdarahan.
Tindakan darurat terhadap korban yang mengalami shock.
1. Yakinkan agar korban mendapatkan pernafasan yang cukup. Jika korban masih bernafas, dijaga agar
aliran udara selalu cukup dengan meletakkan kepala korban pada posisi yang benar. Jika korban tidak
bernafas lagi, siapkan aliran udara dan kembalikan fungsi pernafasan dengan melakukan salah satu cara
memberikan pertolongan pernafasan. Jika pernafasan dan peredaran darah sudah mulai berhenti, gunakan
CPR.
2. Kendalikan perdarahan. Jika korban mengalami luka berdarah, upayakan untuk menghentikan
perdarahan.

103
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

3. Siapkan oksigen. Kekurangan oksigen akan terjadi karena kurangnya sirkulasi darah.
Usahakan untuk memberikan oksigen 100 % kepada korban untuk mengganti kekurangan yang terjadi
(Hanya dapat dilakukan oleh orang yang sudah terlatih).
4. Naikkan posisi kaki dari korban. Aliran darah ke jantung dan otak mungkin sudah sangat berkurang
sehingga diharapkan sirkulasi dapat diperbaiki dengan jalan meninggikan posisi kaki. Tidak disarankan
untuk menempatkan posisi semua anggota badan diatas kepala, karena organ didalam perut akan menekan
sekat rongga perut dan mengganggu fungsi pernafasan. Pengecualian dari posisi kaki dinaikkan adalah
jika ada luka pada kepala dan dada, dimana perlu merendahkan tekanan pada bagian yang luka. Dalam hal
ini bagian atas dari badan harus dinaikkan sedikit. Bilamana ada keraguan untuk menentukan posisi yang
terbaik, korban agar diletakkan mendatar tanpa menambah rasa sakit pada korban.
5. Hindarkan untuk menggerakkan korban secara kasar dan harus dilakukan dengan sangat hati-hati bila
diperlukan. Pergerakan badan akan memperburuk kondisi korban.
6. Berkurangnya panas badan korban harus dicegah. Pertahankan agar korban tetap panas, tetapi harus
diawasi jangan sampai terlalu panas yang dapat memperburuk kondisi korban. Badan korban dialasi dan
dibungkus dengan selimut untuk menghindari penurunan suhu badan oleh pengaruh sekitamya.
7. Biarkan korban terbaring. Ini menghindari hambatan terhadap sistem sirkulasi pada waktu harus berhenti.
Meskipun demikian, korban yang menderita gangguan jantung sebaiknya dibuat pada posisi agak seperti
duduk bila akan dipindahkanJdikirim ke rumah sakit.
8. Jangan memberikanJmemasukkan sesuatu pada mulut korban.

104
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

BABX
PENYIDIKAN API DAN LAPORAN

Tujuan dasar dari penyidikan adalah untuk meningkatkan keselamatan jiwa manusia dan kapal di laut.
Dilakukan dengan memprakarsai tindakan-tindakan perbaikan segera bila diperlukan dengan menetapkan
penyebab, dan memanfaatkan pengetahuan untuk menentukan tindakan-tindakan/ukuran-ukuran apa yang
perlu diambil untuk mencegah terulangnya sebuah kejadian. Tujuan awal adalah menentukan sebab, sedangan
tujuan akhir adalah meningkatkan keselamatan di laut. Tujuan lain yang sama pentingnya adalah melengkapi
penerangan kepada yang berwenang/penguasa agar mereka dapat menanggapi dengan pengetahuan yang luas
bila ditanya kecelakaan yang terjadi.

10.1. Batasan sebuah kecelakaan


Kecelakaan kapal dapat dianggap terjadi :
a) Bila sebuah kapal hilang, ditinggalkan kandas atau rusak dalam pelayaran dari / ke pelabuhan.
b) Bila sebuah kapal menyebabkan hilang atau kerusakan terhadap kapal lain
c) Bila akibat kecelakaan yang terjadi kepada atau di atas sebuah kapal, terjadi kehilangan jiwa
d) Bila kehilangan yang demikian, perbuatan meninggalkan kapal, kandas, rusak atau kecelakaan terjadi
dimana saja, dan seorang saksi yang cakap daripadanya tiba atau berada/ditemukan pada setiap
tempat.
e) Bila ada jiwa hilang akibat terjadi kecelakaan, kepada atau di perahu/sekoci milik sebuah kapal ikan
atau kapallain yang terdaftar atau yang mempunyai surat izin.
f) When/hila sebuah kapal hilang atau diperkirakan telah hilang, dan setiap bukti di dapat pada keadaan-
keadaan dimana kapal menuju laut atau terakhir terdengar.

10.2. Definisi sebuah kecelakaan


Kecelakaan tidak direncanakan, kejadian yang tidak diinginkan. Kecelakaan timbul dari tindakan yang
tidak tepat, keadaan yang tidak benar, atau keduanya. Dapat dicegah untuk menghindari setiap kerugian
terhadap harta benda atau penderitaan terhadap manusia.
“Accident” termasuk kecelakaan yang terjadi di atas kapal sebagai hasil/akibat dimana seorang atau
beberapa orang:
a) Kehilangan nyawanya.
b) Diyakini hilang akibatjatuh ke laut.
c) Luka berada lama di tubuh cukup gawat untuk mencegah melanjutkan tugas-tugas biasa dalam 24
jam sesudah mendapat perawatan medis.
d) Menderita/mengalami sesak nafas sementara
e) Mengalami tersengat listrik yang mengakibatkan kehilangan kesadaran

105
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

10.3. Sasaran penyidikan


- Memperkecil bahaya terhadap karyawan
- Menghindari berlanjutnya kerugian
- Pencegahan kecelakaan berlanjut
- Memperkecil proses gangguan/kekacauan
- Meningkatkan kepercayaan
- Mengisolasi penyimpangan bangunan
- Meningkatkan efisiensi operasi
- Batasan kesalahan operasi
- Batasan kesalahan manajemen
- Pendidikan manajer, pengawas dan staf
- Tanggap akan kebutuhan-kebutuhan manajemen
- Peraturan perusahaan yang memadai
- Mengantisipasi kepentingan pemerintah
- Peraturan-peraturan yang memadai
- Mengenali pelanggaran-pelanggaran
- Memenuhi peraturan-peraturan menyangkut pembayaran/ penggajian pekerja
- Lindungi atas proses pengadilan
- Persyaratan-persyaratan asuransi yang memadai
- Memberikan jawaban-jawaban terhadap kepentingan umum
- Media berita-berita yang memadai
- Tujuan-tujuan riset

10.4. Investigation/penyidikan, pendekatan dan methode


Methode pendekatan dan metode analisis atas penyidikan kecelakaan telah berkembang. Beberapa
diantaranya adalah :
Epidemiologi : Kerangka kerja untuk menganalisa adalah zat/tuan rumah/tri
tunggal lingkungan dan interaksinya.
Klinis : Mengenai obat-obatan dan ilmu jiwa, pengamatan langsung
terhadap pasien dan kelakuannya
Kecenderungan ramalan : Perhitungan atas dasar data historis untuk memperkirakan/
meramalkan kecenderungan-kecenderungan
Statistik kesimpulan : Analisis data untuk mendapatkan perubahan-perubahan kuat
sekali mempengaruhi kemungkinan kejadian-kejadian masa
depan.
Rekonstruksi kejadian/kecelakaan : Mengenali kejadian secara historis dan rekonstruksinya ke
dalam suatu gambaran kejadian yang diperintahkan.
Simulasi : Suatu pengujian dari suatu proses secara simulasi untuk
dipelajari

106
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Peragaan pengetahuan tentang : Gambaran peragaan sikap dari manusia melalui sikap
pengamatan
System pendekatan : Batasan dari komponen-komponen dalam kelompok yang
berinteraksi sebagai suatu system.
Heuristic : Mempelajari dari sejarah/pengalaman/ usaha-usaha praktis
mandiri/pribadi dari penyidik
Perlawanan : Mentandingkan dua atau lebih pengacara yang mempunyai
titik pandang yang berlawanan
Pengetahuan : Meningkatkan/memperlancar pengertian atas masalah dengan
pengamatan, hipotesa, ujicoba dan memperumum hukum-
hukum alam dan prinsip
Kipling : Pelayan yang setia “apa, siapa, kapan, dimana, mengapa dan
bagaimana”
Sherlock Holmes : Kejadian-kejadian merangkai terpadu dalam ingatan penyidik
Keahlian : Membandingkan operasi atau konstruksi dari komponen atau
system yang dibangun secara profesional dengan operasi dan
konstruksi yang dirancang

10.5. Jenis-jenis dan tanda-tanda dari bukti-bukti hasil penyidikan


Dalam banyak kasus kejadian, kesaksian dari mereka yang bertanggung jawab kadang-kadang
merupakan bukti utama atas apa yang terjadi sebenarnya. Semua kejadian harus didekati yang akan
membawa seterusnya sebanyak mungkin bukti-bukti objectve dan yang akan membatasi wilayah yang
mana perlu seluruhnya mengacu pada kesaksian para saksi dari kapal yang terlihat.
Alur di bawah ini diambil dari petunjuk yang diberikan kepada kejadian tubrukan, tetapi dapat berlaku
untuk kejadian kebakaran.
Bukti objective demikian termasuk, sebagai contoh kasus tubrukan (yang dalam kenyataan dalam
mengakibatkan kebakaran), pita pencatat haluan, pita pencatat bell mesin atau deck dan mesin buku
pencatat bell, pencatat RPM, pencatat suara dari pengumuman melalui VHF, buku bureau/asli jurnal,
peta yang digunakan saat tubrukan, buku pilot NTM/BRI di kapal, lernbar plat radar dan lembaran
penutup (bila ada), radar dan CAS buku perawatan, buku koreksi kompas (magnetic dan gyro), buku
perintah harian nakhoda, buku radio kapal/jurnal radio kapal dan diagram lengkap anjungan/kamar
peta.
Secepatnya sesaat setelah kecelakaan, membuat foto dari tabrakan dan kerusakan akibat kebakaran harus,
di dapat demikian pula copynya atas survey kerusakan dan perkumpulan kelas hasil survey perbaikan.

107
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Akhirnya pemeriksaan yang sungguh-sungguh harus dibuat untuk mengetahui apakah setiap kapal lain
dan kemudahan-kemudahan di darat di daerah yang diamati tubrukan apakah terlihat secara manual atau
radar.
Kesaksian para saksi, apakah mereka bertanggung jawab atau tidak untuk navigasi dari kapal yang
tubrukan, selalu merupakan bukti yang subjektif.
Ada kasus-kasus yang diketahui dimana keterkejutan/shock dalam tubrukan secara nyata menghapus
ingatan seorang juru mudi jaga pada waktu itu; dia menjadi demikain takut sehingga jiwanya terpengaruh
oleh tubrukan tersebut dan tidak dapat berlayar lagi setelah kejadian tersebut. Juga, sedikit saksi yang
terlibat di dalam tabrakan tersebut, dari permulaan penyidikan penuh kejujuran dan mereka menceritakan
kebenaran dengan kemampuan yang optimal untuk mengulangnya.
Bagian terbesar dari yang terbanyak dari saksi-saksi tabrakan kapal-kapal berada diantara mereka yang
tidak ingat apa-apa dan yang menceriterakan kebenaran mengenai segalanya. Pada umumnya, telah
dikatakan bahwa saksi yang berdusta adalah yang termudah diketahui.

10.6. Penyidikan Kebakaran :


Penyidikan kebakaran harus meliput sebagai berikut :
- Bagaimana api diketahui/ditemukan
- Waktu dimana alarm kebakaran dibunyikan
- Bagaimana alarm diberikan
- Waktu dimana Nakhoda dan perwira lainnya diberitahu
- Lokasilposisi dan jenis kebakaran
- Siapa yang pertama kali berada di lokasi kejadian
- Tindakan-tindakan apa yang pertama kali
- Melaksanakan pemadaman api
- Berapa buah baju tahan api dan alat pernafasan udara bertekanan yang digunakan
- Pada jam berapa api dapat dipadamkan
- Jumlah korban dengan rincian mereka yang terluka dan jenis lukanya
- Kerusakan apa yang ditimbulkan, termasuk kerusakan terhadap struktur kapal dan perlengkapan
kapal bila ada
- Perkiraan berapa bagian kerusakan yang timbul akibat media pemadam dibandingkan dengan
kerusakan langsung oleh api (misalnya air atau foam)
- Untuk berapa lama, setelah api dipadamkan, penjagaa terhadap api dipertahankan
- Seberapa luas kapal atau bagian-bagian, seperti kamar mesin, tidak dapat bergerak akibat
kebakaran.
- Suatu analisis dari kebakaran, material yang terbakar atau kemungkinan sumber-sumber api dan
penyebab dan
- Kesimpulan atau sebab kebakaran dan saran-saran untuk menghindari pengulangan kejadian

10.7. Pelaporan
Laporan dalam penyidikan memasukkan rincian prosedur pemadaman kebakaran :
- Kejadian dan daftar waktu dari kebakaran
- Tindakan-tindakan yang diambil dan masing-masing waktu tiap-tiap tindakan

108
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

- Data-data menyangkut kebakaran, termasuk tempat kejadian, material dan nyata


- Perlengkapan pemadam kebakaran yang ditbutuhkan untuk melakukan pemadaman dan jumlah
masing-masing jenis peralatan yang digunakan
- Jumlah ABK dan pemadaman kebakaran darat (bila ada) yang bergabung dalam memadamkan
kebakama
- Jumlah baju tahan api dan alat pernafasan udara bertekanan yang digunakan
- Kerusakan yang ditimbulkan oleh api
- Kerusakan yang ditimbulkan media pemadam
- Besamya bagian kapal atau alat lainnya yang tidak dapat bekerja akibat kebakaran
Laporan juga harus mengandung kesimpulan-kesirnpulan dari kejadian-kejadian yang nyata
termasuk:
- Analisis dan diskusi dari fakta-fakta
- Kesimpulan yang dicapai dari analisis dan diskusi
- Saran-saran dan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menghindari pengulangan kejadian, dan
- Saran-saran, bila ada, untuk meningkatkan pencegahan kebakaran dan prosedur
pemadaman api.

Dari : Merchant Shipping Notices (UK)


MAlB Notice No. M.1584
Laporan Kejadian dan penyidikan

109
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Annex I
Luka besar, luka sungguhan, dan kejadian berbahaya
1) Major lnjury / Luka besar diuaikan sebagai berikut :
a) Patah tulang, selain dari jari tangan dan jari kaki
b) Hilangnya sebuah tungkai atau sebagian dari tungkai
c) Bergesernya tulang pundak, pinggang atau lutut
d) Hilangnya penglihatan (sementara atau selamanya)
e) Luka menembus mata atau :
f) Luka yang lain:
(1) Menyebabkan kehilangan panas tubuh atau kesadaran
(2) Membutuhkan pernafasan buatan
(3) Keharusan masuk rumah sakit atau rumah sakit/ruang untuk orang sakit di kapal di lepas
pantai untuk lebih 24 jam atau tinggal di tempat lebih dari 24 jam.
2) Serious injury/luka sungguhan adalah luka selain luka besar kepada seseorang yang bekerja atau diangkut
di kapal di lnggris yang terjadi di kapal atau ditangga/selama naik tangga dan menyebabkan tidak dapat
bekerja terus menerus selama 3 hari tidak termasuk hari kecelakaan terjadi, atau dengan akibat korban
ybs di bawa ke darat dan kapal berlayar tanpa keikut sertaannya, atau ketidak mampuan diketahui atau
diberi tahu rnenjadi tiga hari berturut-turut at au kurang, tidak termasuk hari kejadian.
3) Ketentuan kejadian bahaya adalah salah satu dari yang berikut ini, dengan ketentuan dapat dipertanggung
jawabkan, dengan memperhatikan keadaan dari kejadian, yang menimbulkan luka yang sesungguhnya
atau kerusakan/gangguan terhadap kesehatan setiap personil :
a) Jatuh seseorang ke laut
b) Setiap kebakaran atau ledakan
c) Hancurnya atau meledaknya kapal yang bertekanan, pipa muat atau katup atau kejadian menyalanya
sesuatu didalam sebuah pipa muat
d) Jatuh atau gagalnya alat pengangkat berat, jalur peralatan, tutup palka, tempat berdiri atau tempat
duduk seseorang (peranca) atau bagian-bagian penyanggah berat yang berkaitan.
e) Pelepasan atau larinya zat-zat atau media yang merusak tanpa dapat diatasi
f) Setiap jatuhnya sebuah muatan atau bergeraknya muatan tanpa disengaja, yang menyebabkan
kapal miring sampai kehilangan muatan karena jatuh ke laut
g) Kencang alat-alat pancing, menyebabkan kapal miring sampai sudut kemiringan yang
membahayakan
h) Putusnya tali gandeng atau
i) Sentuhan oleh seorang karena menggunakan alat pelindung dengan bahan asbestos fibre yang
sepotong-potong/bagian-bagian, kecuali menggunakan baju pelindung keseluruhan.
Keterangan-keterangan yang diperlukan dalam laporan
1) Nama dan kapal, nomor resmi, nomor resmi kapal ikan
2) Nama dan alamat pemilik atau pengurus
3) Pelabuhan berangkat dan pelabuhan tujuan
4) Nama dan bendera masing-masing kapal yang terlibat
5) Rincian singkat dari kejadian :
a) Jenis (misalnya tubrukan, kebakaran, sesuatujatuh ke laut, berpindahnya muatan, luka yang
terjadi pada waktu menarik alat pancing dsbnya)

110
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

b) Tanggal, waktu dan posisi kapal


c) Keadaan cuaca
d) Bagian dari kapal atas kejadian di atas kapal
6) Akibat kejadian :
a) Jurnal, penumpang yang meninggal atau luka-luka dalam rincian singkat (tetapi tidak perlu
memberi nama)
b) Besarnya kerusakan
c) Apakah kejadian rnenimbulkan polusi atau bahaya bagi navigasi
7) Urutan-urutan kejadian sampai terjadinya keeelakaan :
a) Sebab
b) Bagaimana kecelakaan yang sama di masa yad dapat dihindari
c) Tindakan-tindakan apa yang telah diambil atau disarankan
Lembaran IRF dilengkapi dengan media yang memudahkan untuk laporan tetapi tulisan biasa yang
menguraikan laporan di atas dapat digunakan bila lembaran tersebut tidak tersedia. Laporan selengkap
mungkin bila memungkinkan harus diberikan apakah digunakan atau tidak lembaran tersebut; daftar
data-data di atas tidak dimaksudkan untuk dibatasi dan setiap hal harus dimasukkan untuk membantu
jelasnya keadaan atau memberi petunjuk agar kejadian seperti itu terhindarkan di masa yang akan
datang. Sketsa dan rencanasering sangat membantu dan dilarnpirkan pada laporan.
Laporan harus ditandatangani oleh Nakhoda atau wakil pemilik kapal, dan Perwira Keselamatan
Kapal bila ada.

10.8. Wawancara Saksi-saksi dan lainnya


Umum
Dalam meneari untuk menetapkan penyebab kebakaran perwirajaga harus berbieara kepada orang-orang
sebanyak mungkin yang dapat memberikan keterangan yang berguna.
Dia harus memberikan perhatian khusus kepada orang yang menemukan api atau yang terakhir berada
di ruangan tesebut, tetapi jangan melupakan kemungkinan bahwa rincian yang berguna dapat diperoleh
dari beberapa tempat. Adalah tindakan yang baik untuk meneatat hal-hal yang ada hubungannya dalam
buku eatatan.
Perwira tersebut harus selalu ingat bahwa dia tidak punya hak untuk meminta jawaban-jawaban dari
pertanyaan-pertanyaannya.

Sikap dari mereka yang ditanyai


Perwira harus memperhatikan seperti pikiran pernilik atau penghuni sesudah kebakaran. Bagaimanapun
keadaannya, dan apapun penyebab kejadiannya, banyak dari yang ditanyai tersebut akan menunjukkan
kerugian yang wajar untuk menekankan ketidak kesalahannya sama sekali. Pemilik rumah terutarna
mungkin sangat marah dan keeewa. Pekerja takut akan pekerjaannya, terutama bila lalai atau salah
menggunakan peralatan. Yang mempekerjakan takut pembalikan resmi, terutama bila ada dari tenaga
kerjanya yang terlibat atau tindakan-tindakan yang illegal atau melanggar ketentuan/peraturan kesehatan
dan keselamatan kerja dalam segala hal berkaitan dengan asuransi.

111
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Orang akan mengirim kembali pertanyaan pada saat dimana terutama bila mereka tidak dapat melihat
dengan segera maksud dari pertanyaan-pertanyaan yang spesifik. Pejabat tersebut oleh karenanya
harus memperhatikan kemungkinan bahwa orang-orang tidak akan memberikan kterangan semua yang
dimilikinya atau memberikan keterangan yang salah.
Dia juga tidak boleh lupa bahwa kekuatan pengamatan dan ingatan orang-orang yang tidak terlatih
sangat terbatas. Bahkan bila mereka ingat sering tidak begitu tepat. Masalah ini diperburuk oleh tiap
kerusakan, cemas atau guncangan-guncangan yang mereka alami.

Cara-cara memberikan pertanyaan-pertanyaan


Pejabat tersebut akan menemukan manfaat untuk merencanakan pertanyaan/batas-batas peratanyaan-
pertanyaan secara umum sebelumnya.
Bila dia ingin menanyakan para pekerja dia pertama kali harus minta izin kepada manajemen. Dia
harus menanyakan orang-orang yang patut secara terpisah, dirnulai dari pemula dan dikonsentrasikan
kepada orang yang melaporkan kebakaran atau orang terakhir yang berada di ruangan tersebut.
Pendekatannya harus sanggup menghasilkan kerjasama yang diperlukan untuk mendapatkan keterangan
yang dibutuhkannya.
Secara umum dikatakan, pendekatan harus sopan dan bersahabat tetapi tegas. Dengan mereka yang
tidak terlibat secara langsung, pendekatan langsung akan sangat baik. Walaupun demikian pejabat
harus dipersiapkan, terutarna dengan penyelenggara atau pemilik ruangan, untuk menjelaskan
mengapa keterangan-keterangan tertentu dibutuhkan, dan membicarakan atas hal sebagai masalah yang
berhubungan dimana masing-masing dapat membantu yang lain.
Dia harus (membawa) memindahkan penyelenggara kedalam suasana tenang dan duduk memberikan
waktu untuk tenang dan membesarkan hatinya apapun yang dapat membantu hal ini. Dia sendiri dapat
membantu dengan melepas topi helmnya dan berbicara secara tidak resmi dari pada seperti pemeriksaan
dengan sikap yang keras seperti di ruang pengadilan.
Dengan anak-anak mud a tentu, bahkan lebih lunak, pendekatan yang lebih bersahabat dibutuhkan untuk
membujuk mereka, menceriterakan kejadian-kejadian dan mereka selalu harus diwawancarai di depan
orang tuanya atau penjaganya.

Keterangan yang diperlukan


Pejabat memerlukan menetapkan kepada siapa seharusnya pertanyaan-pertanyaan diarahkan; para
pekerja, manajer, pemilik, tetangga, saksi-saksi, orang terakhir yang berada di ruangan , orang yang
melaporkan kebakaran dan lainnya. Dia harus yakin dia berbicara dengan mereka semua dan jangan
lupa rincian yang berkaitan dengan laporan pemadam kebakaran yang mungkin ada pada kejadian yang
diamati.
Dia harus mencocokkan (konfirmasikan) keterangan yang didapatnya dari sebuah sumber dan
laporan-laporan yang di dapatnya dan tidak melihatnya secara terpisah. Bila memungkinkan dia harus
mendapatkan data utama yang menarik yang dibenarkan oleh yang lain, walau dia harus menjaga
mengarahkan mereka untuk mendapatkan jawaban yang diinginkannya. Bilamana, bagaimanapun
selama bertanya, dia menjadi ragu-ragu (curiga), dia harus berhenti, dan meneruskan kecurigaannya
kepada perwira urusan pidana, dan menyerahkan melakukan pertanyaan kepadanya.
Berikut adalah wilayah-wilayah penjabat akan meliput dan contoh berbagai jawaban yang diinginkan:

112
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

1) Awal petunjuk dari kebakaran :


a) Dimana pertama kali kelihatan/tampak kebakaran
b) Kapan ?
c) Dimana saksi berada ?
d) Apakah disana hanya ada asap atau nyala api ?
e) Apakah setiap pintu-pintu terbuka ?
f) Apakah ada jendela-jendela rusak atau berubah warna ?
g) Apakah ada kelanjutan perkembangan : ledakan-ledakan, kejatuhan, api menyebar sebalum regu
pemadam tiba ?
2) Keadaan saat sebelum kebakaran :
a) Siapa yang terakhir di dalam ruangan-ruangan ? Pada jam berapa ?
b) Apa yang dilakukan sebelum kamar-kamar dikosongkan?
c) Apakah ada binatang ?
d) Apakah ada orang-orang lain yang tak dikenal berada di sekitar ?
e) Apakah ada seseorang melihat, mencium atau mendengar sesuatu yang tidak biasa ?
f) Apakah ada alat-alat mesin yang tetap hidup ?
g) Apakah ada pekerjaan-pekerjaan perbaikan; pemasangan hiasan-hiasan atau kegiatan yang bukan
sehari-hari dilakukan.
3) Keterangan umum mengenai ruangan-ruangan :
a) Apakah ada alat-alat mesin yang dapat menimbulkan bunga api ?
b) Adakah bukti mengenai peralatan atau instalasi-instalasi tidak terawat dengan baik, ataukah ada
seseorang mengetahui sesuatu ?
c) Apakah ada zat-zat yang berbahaya (bersifat mudah meledak, barang-barangnya yang sangat mudah
terbakar dan sebagainya).
d) Bagaiamana prosedur yang berlaku dalam pembuangan limbah dan tugas lain yang beruIang-uIang.
e) Apakah ada bukti ketidak hati-hatian atau kelalaian, atau ada seseorang menyebutkan contoh-
contoh?
f) Apakah ada kebakaran sebelumnya, kelistrikan atau kesalahan-kesalahan di dalam ruangan-ruangan.
g) Apakah pelayaran (listrik atau gas dll) nyala atau mati ?
Daftar ini belum Iengkap dan pejabat harus menyesuaikannya tergantung situasi.

PENYELIDIKAN DI TEMPAT KEJADIAN


Jelas, pengamatan pribadi sendiri pejabat dan keterangan yang didapatnya dari orang lain, tidak akan, dengan
sendirinya, cukup untuk menentukan sumber dari api. Meskipun kesulitan-kesulitan yang disebabkan puing-
puing dan kerusakan disebabkan kebakaran, dia harus mencari bukti-bukti physic di tempat kejadian itu
sendiri.
Ini memerlukan kewaspadaan yang tetap selama operasi pemadaman kebakaran dan pencarian yang aktif
melalui puing-puing segera keadaan mengizinkan, bila mungkin, bahkan sebelum api padam.
Dari : Ketentuan praktek keselamatan kerja untuk pelaut kapal niaga.
Adalah sangat menguntungkan memakai bentuk standard untuk pemyataan oleh saksi-saksi. Yang berikut ini
disarankan :

113
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

PERNYATAAN SUKA RELA


Berkaitan dengan suatu kecelakaan di kapal/nama kapal/nomor resmi/tanggal kecelakaan/waktu kecelakaan :
Keterangan saksi :
Nama :
Tingkat dan jabatan :
Alamat ABK :
Alamat pekerjaan dll

Pernyataan Saksi
Saya buat pemyataan ini dengan suka rela, telah di baca sebelum di tanda tangani dan percaya pemyataan ini
benar :
Tanda tangan saksi :
Nama:
Tanggal:
Keterangan pewawancara :
Nama:
Tanggal:
Adalah sangat berharga menekankan pentingnya membedakan antara kenyataan-kenyataan dengan pendapat-
pendapat. Kenyataan-kenyataan ditunjang oleh bukti-bukti sedang pendapat adalah kepercayaan/keyakinan
pribadi. Penyelidikan harus tergantung dari kenyataan yang dikumpulkan tetapi pendapat dapat sangat
membantu mengikuti garis tertentu dari pemeriksaan/penyelidikan dan tidak boleh diabaikan.

10.9. Sumber-sumber bahaya


(A) Bahava yang melekat
Kimia Mechanika
- Pengkaratan - Berat
- Keracunan - Kecepatan atau percepatan
- Kemampuan terbakar - Keseimbangan
- Kemampuan oksidasi - Getaran
dengan udara panas - Perputaran
dan menyalakan HC - Perwujudan
- Oksidasi - Gerakan bolak-balik
- Fotoreaksi - Titik tekan atau pusat
- Reaksi dengan air - Memukul dan melepas
- Cancer/Kanker - Ujung-ujung tajam
- Rentan terhadap kejutan
- Kerja roda
- Tenaga tersimpan
- Menjebak
- Dampak
- Pemotongan

114
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Listrik Lain-lain
- Kontak - Suara
- Hubungan pendek - Intensitas ringan
- Bunga api - Dampak pengukuran-pengukuran gerakan-
- Aliran listrik berkekuatan tinggi antara dua titik gerakan pendek yang berulang-ulang
- Peledakan - Pengaruh temperatur
- Radiasi - Tekanan, hisapan
- Kebakaran - Pemancaran- pemancaran
- Isolasi yang gagal - Peranginan Sumber-sumber nyala
- Terlalu panas - Penguraian
- Kelicinan Embun
- Urnur/Ketuaan

Panas (kecuali perambatan ke segala arah) Pyrophoric yang menimbulkan peledakan :


• Konveksi • Sumbat
• Pemanasan awal las logam berat • Kabel tabung exploison
• Pipa steam terbuka • Dinarnit
• Pemanas listrik • Tenaga yang ditirnbulkan logam
• Kabel listrik • Debu-debu
• Peralatan listrik • Hydrogen (termasuk bateray untuk
• Tempat cair timah menggerakkan)
• Alat pemanas (temp. tinggi) • Gas-gas
• Nitrat
• Peroxida; superoxide

115
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Radiation: Kesalahan orang


• Alpha, Gamma, Beta • Gagal untuk melaksanakan
• Sinar X • Pelaksanaan yang tidak teliti
• Infra Red dan Ultraviolet • Pengawasan yang tidak teliti
• Radio dan microwave • Pelatihan yang kurang teliti
• Kualifikasi yang berlebihan
(B) Bahava vang ditimbulkan orang • Keputusan yang lemah
Pribadi
• Ketidak acuan Lingkungan
• Kebosanan • Temperatur
• Kebosanan dan membuang-buang waktu • Penerangan
• Kelalaian • Susunan dasar
• Kekurang hati-hatian • Peranginan
• Sikap yang kasar • Kerumitan
• Merokok • Kondisi-kondisi nyaman
• Alkohol, obat-obatan • Peringatan-peringatan
• Keletihan • Faktor-faktor sosial
• Kehilangan pegangan • Faktor-faktor psikhologis
• Tertekan
• Keterbatasan fisik
• Latar belakang budaya

116
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

10.10. Kesalahan manusia


Badan Transportasi Keselamatan National telah melakukan penyelidikan atas lebih dari 110,000
kecelakaan dalam 25 tahun. Dengan sedikit pengecualian, sebab-sebab atau kemungkinan telah
ditemukan.
Dengan pertimbangan jumlah kesalahan manusia yang diketahui dalam kecelakaan tersebut, banyak
dari kecelakaan ini dapat dihindarkan dengan sedikit perubahan dalam sikap menanggapi atau dengan
mengantisipasi dengan sederhana kejadian tersebut.
Kesalahan manusia terlibat dalam hampir semua kecelakaan.
Ini adalah kesalahan-kesalahan manajemen, pengawasan, latihan-latihan atau dari pekerja-pekerja
itu sendiri. Dengan mengenal kesalahan-kesalahan tersebut adalah penting untuk memperkecil atau
menghilangkan/meniadakan kecelakaan-kecelakaan.

SIKAP
Banyak tindakan-tindakan yang tidak aman dihubungkan dengan sikap para pekerja dan kekurangan
pengetahuan dan keterampilan. Bahkan sesudah latihan untuk memperbaiki kekurangan, masih tetap
ada masalah sikap. Peneliti dalam sikap pekerja dapat mencatat berbagai karakteristik/ciri-ciri dari
rendahnya sikap/perilaku sebagai berikut :
- Kebiasaan bekerja yang rendah
- Faham kesempurnaan
- Pengabaian
- Kebosanan
- Keberanian
- Kemalasan
- Tindakan sendiri yang merusak
- Tindakan kawan sebaya yang merusak
- Gerak cepat
- Sifat
- Keunggulan
- Rendah diri
- Takut
Bila kecelakaan dan tmdakan yang tidak aman diletakkan pada kesalahan manusia, sebuah klasifikasi
yang lebih umum mempertimbangkan kesalahan-kesalahan dari keputusan, teknik yang rendah,
ketidak patuhan atas sebuah perintah, ketidak-hati-hatian, kelalaian, dan kesalahan-kesalahan yang
melibatkan isyarat-isyarat di bawah ambang batas rasa organ manusia.
Menemukan kelas-kelas utama ini adalah kekurangan pengalaman, latihan yang tidak cukup, kondisi
fisik, kerusakan fisik dan kondisi psikhologis. Kondisi-kondisi ini dapat terbentuk oleh faktor-faktor
seperti:
(1) Psikhologis : Takut, sedih, frustasi, dan marah
(2) Secara fisik : Tekanan, kelelahan, temperatur yang berlebihan dan kelaparan

117
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

Gejala-gejala stress/keletihan
Stress dan keletihan telah terlihat sebagai penyebab umum kecelakaan yang melibatkan pekerjaan berlayar.
Ini mungkin disebabkan karena sifat dari pekerjaan, terutarna dengan diperkecil / dikuranginya tenaga di atas
kapal.
Gejala stress dan keletihan adalah :
- Ketidak hadiran
- Sikap berulang-ulang yang menimbulkan kecelakaan
- Membingkungkan/kebingunan
- Sulit berkonsentrasi
- Perhatian yang tidak tetap/tak teratur pola pekerjaan
- Keengganan merubah tugas
- Secara umum menurunkan efisiensi dan
- Hubungan antar karyawan yang rendah
Seseorang penyidik yang menemukan bukti dan tanda-tanda di atas harus mengamati lebih lanjut kemungkinan
stress (ketegangan jiwa) sebagai faktor penyebabnya.

OBAT-OBATAN DAN ALKOHOL


Hampir semua penggunaan obat penenang, stimulant/perangsang atau yang menimbulkan halunisasi
merupakan bahaya melalui meningkatnya kecenderungan terjadinya kecelakaan. Obat untuk menyembuhkan
sakit atau kerusakan rubuh dapat menimbulkan bahaya yang sama. Beberapa obat rendah kekuatannya
dan tidak menimbulkan masalah. Walaupun demikian banyak menghasilkan reaksi berdarnpak terhadap
penarnpilan mental dan fisik (jiwa dan jasmani) sampai ke tingkatan menimbulkan bahaya dalam pekerjaan.
Sebuah masalah besar adalah gabungan yang mematikan dari berbagai obat-obatan dan sering secara sendiri
obat-obatan yang tidak merusak.

LINGKUNGAN SOSIAL
Sebagai penyidik-penyidik kecelakaan, kita sangat prihatin dengan apa orang belajar dan menerima, yang
berkaitan dengan ling kung an sosial. Keprihatinan kita kepada setiap penyebab kecelakaan kapal kepada
kebutuhan bagaimana, bahasa-bahasa. Kebiasaan-kebiasaan, sikap-sikap dan adat dan nilai interaksi dengan
lingkup sosial.

KEGAGALAN MANAJEMEN
Di bawah ini ada 15 faktor penyebab dasar kecelakaan yang dapat di kesan karena kegagalan manajemen
(1) Perawatan yang rendah
(2) Penggunaan yang tidak benar atau alat-alat perlengkapan
(3) Ketidak arnanan atau peralatan/sarana yang rusak
(4) Kekurangan dalam pelaksanaan prosedure yang benar
(5) Tidak amannya prosedure yang dibuat
(6) Gagal mengikuti prosedure yang digariskan
(7) Tidak mengerti pekerjaan
(8) Kekurang hati-hatian terhadap bahaya-bahaya yang berkaitan

118
ADVANCE FIRE FIGHTING COURSE

(9) Tidak memadai alat-alat perlengkapan yang baik


(10) Kekurangan baju pelindung
(11) Melampaui batas-batas muat, kecepatan, kekuatan dll yang telah ditetapkan (12) Kurang perhatian, lalai
dalam tindakan keselamatan.
(13) Letih, penurunan kewaspadaan
(14) Tindakan yang salah, kemampuan yang menurun

Faktor-faktor yang memungkinkan pembakaran rumah/gedung


• Kebakaran berulang-ulang
• Rumah gandengan/kereta gandengan
• Tidak adanya penyebab kecelakaan
• Penggunaan dari perlengkapan-perlengkapan kecelakaan
• Kerusakan bangunan sebelum terjadi kebakaran
• Pemindahan benda-benda sebelum kebakaran
• Pemindahan perlengkapan utarna sebelum kebakaran
• Tidak ada faktor personil/surat-surat berharga
• Lokasi kebakaran
• Bukti-bukti tindakan kriminal lainnya
• Penyebaran api yang tidak alami, kerusakan yang berlebihan
• Tenggang waktu antara keluarnya orang dari ruangan dan timbulnya kebakaran
• Awal terbakarnya benda-benda atau kebakaran kedua dalam bangunan yang sama
• Adanya minyak yang dapat atau tidak dapat terbakar dekat titik asal
• Waktu kejadian

119

Anda mungkin juga menyukai