Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dasar perairan laut memiliki karakteristik memantulkan dan menghamburkan
kembali gelombang suara seperti halnya permukaan air laut. Efek yang dihasilkan
kompleks karena sifat dasar laut yang tersusun atas beragam unsur mulai dari
bebatuan yang keras lempung yang halus serta lapisan-lapisan yang memiliki
komposisi yang berbeda-beda (Urick, 1983).

Beberapa penelitian mengenai habitat dasar perairan di Indonesia telah


dilakukan oleh Manik et al (2006) untuk pengukuran surface backscattering strength
(SS) menggunakan Quantitative Echo Sounder (QES) dan pendekatan nilai SS untuk
identifikasi habitat ikan.Selain itu metode akustik digunakan untuk menduga stok ikan
suatu wilayah. Pendugaan stok ikan ini terutama pada ikan pelagis, yang umumnya
hidup bergerombol. Informasi yang diperlukan untuk menduga stok ikan yaitu
densitas dan target strength ikan. Penelitian mengenai densitas ini penting, salah
satunya pada laut Arafura yang peluang pengembangan potensi ikan yang cukup
besar (Fauziah, 2010).

Penggunaan echo sounder dimanfaatkan dalam beberapa bidang seperti


teknik, geologi dan perikanan. Untuk bidang teknik, echo sounder digunakan untuk
mengetahui jenis subtrat misalnya untuk pembangunan sebuah pembangkit listrik
tenaga arus. Dalam bidnag geologi, echo sounder digunakan untuk mendeteksi
bebatuan sehingga bisa juga digunakan untuk mendeteksi minyak dan mineral di
dasar laut. Dalam bidang perikanan, biasanya digunakan untuk pendugaan stok ikan
di suatu wilayah perairan.

1.2 Tujuan dan Manfaat Praktikum


Adapun tujuan dari Praktikum Akustik Kelautan ini adalah :

- Mahasiswa dapat mengetahui berbagai macam alat akustik


- Mahasiswa dapat mengaplikasikan echo sounder
- Mahasiswa dapat mengetahui cara perakitan echo sounder
- Mahasiswa dapat mengetahui cara penggunaaan echo sounder

1.3 Tempat dan Waktu


Pelaksanaan Praktikum Akustik Kelautan dilakukan di Laboratorium Pemetaan Gedung
A lantai 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Brawijaya. Praktikum
Akustik Kelautan dilaksanakan pada hari Jumat 10 Oktober 2014 pada pukul 14.00-
15.00 WIB.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Akustik Kelautan

Akustik kelautan merupakan satu bidang kelautan yang mendeteksi target di kolom
perairan dan dasar perairan dengan menggunakan suara sebagai mediannya. Studi
kelautan dengan menggunakan akustik sangat membantu peneliti untuk mengetahui objek
yang berada di kolom dan dasar perairan. Objek ini dapat berupa plankton, ikan, jenis
subtrat maupun kandungan minyak yang berada di bawah dasar perairan (pratama, 2012)

Akustik kelautan merupakan teori yang membahas tentang gelombang suara dan
perambatannya dalam suatu medium air laut. Akustik kelautan merupakan satu bidang
kelautan yang mendeteksi target di kolom perairan dan dasar perairan dengan
menggunakan suara sebagai mediannya. Permasalahan-permasalahan yang dibahas dalam
akustik kelautan ini yaitu, kecepatan gelombang suara, waktu (pada saat gelombang
dipancarkan hingga gelombang dipantulkan kembali), dan kedalaman perairan
(arohmangusti, 2012).

2.2 Alat-Alat Akustik Kelautan

2.2.1 Pengertian, Bagian-Bagian serta Fungsi & Sistem Pengoperasian Fish Finder

Fishfinder merupakan teknologi suatu teknologi pendeteksian bawah air dengan


menggunakan perangkat akustik (acousticinstrument). Teknologi ini menggunakan suara
atau bunyi untuk melakukan pendeteksian. Sebagaimana diketahui bahwa kecepatan
suara di air adalah 1.500 m/detik, sedangkan kecepatan suara di udara hanya 340
m/detik, sehingga teknologi ini sangat efektif untuk deteksi di bawah air.
Echosounder atau fishfinder sebagai alat bantu dalam operasi penangkapan ikan
merupakan alat pengindraan jarak jauh dengan prinsip kerja menggunakan metode
akustik yaitu sistem sinyal yang berupa gelombang suara. Sinyal yang dipancarkan
kedalam laut secara vertikal setelah mengenai obyek, pantulan sinyal diterima kembali
kemudian diolah sehingga menghasilkan keterangan tentang kedalaman laut, kotur dan
tekstur dasar laut dan posisi dari gerombolan ikan (Dwinata dan Prihatini, 1999)

2.2.2 Pengertian, Bagian-Bagian serta Fungsi & Sistem Pengoperasian Sonar


SONAR (SoundNavigationandRanging) merupakan sistem instrumen yang
digunakan untuk mendapatkan informasi tentang obyek-obyek bawah air. Sistem SONAR
ini terdiri dari dua bagian yaitu sistem sonar aktif yang melakukan proses pemancaran
dan penerimaan sinyal suara dan sistem sonar pasif yang digunakan untuk menerima
sinyal-sinyal suara yang dihasilkan oleh obyek obyek bawah air (MacLennan dan
Simmonds, 1992).
Sistem echosounder dan sonar umumnya terdiri dari lima komponen, adapun
kelima komponen tersebut yaitu (MacLennanandSimmonds, 1992):
a. transmitter, berfungsi untuk menghasilkan pulsa listrik
b. transducer, untuk mengubah energi listrik menjadi energi suara begitu juga
sebaliknya
c. receiver, untuk menerima echo dari objek
d. peraga–perekam, untuk mencatat hasil echo
e. timebase, digunakan untuk mengaktifkan pulsa.

2.2.3 Pengertian, Bagian-Bagian serta Fungsi & Sistem Pengoperasian GPS

GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentu posisi
yang memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi dan informasi waktu, secara kontinyu di
seluruh dunia tanpa tergantung kepada waktu dan cuaca (Abidin etal., 2009).

Pada dasarnya GPS terdiri atas tiga segmen utama, yaitu segmen angkasa yang
terdiri dari satelit - satelit GPS, segmen sistem kontrol yang terdiri dari stasiun-stasiun
pemonitor dan pengontrol satelit, dan segmen pemakai yang terdiri dari pemakai GPS
termasuk alat-alat penerima dan pengolah sinyal serta data GPS. Sinyal GPS yang
dipancarkan oleh satelit-satelit GPS menggunakan band frekuensi L pada spektrum
gelombang elektromagnetik. Setiap satelit GPS memancarkan 2 gelombang pembawa yaitu
L1 dan L2 yang berisi data kode dan pesan navigasi (Shiddiq, 2012).

2.3 Echosounder
Echosounder adalah suatu alat navigasi elektronik dengan menggunakan system
gema yang dipasang pada dasar kapal yang berfungsi untuk mengukur kedalaman perairan,
mengetahui bentuk dasar suatu perairan dan untuk mendeteksi gerombolan ikan dibagian
bawah kapal secara vertical. Dikenal terdapat satu pemancar yang membangkitkan /
menimbulkan getaran-getaran listrik dalam bentuk impuls-impuls getaran-getaran ini
disalurkan ke suatu alat yang ditempatkan pada dasar kapal dan yang merubah energi listrik
menjadi getaran-getaran di dalam air laut (marineinside, 2013)
Echosounder merupakan sebuah alat yang berguna untuk mengukur kedalaman air
dengan mengirimkan tekanan gelombang dari permukaan ke dasar air dan dicatat
waktunya sampai echo kembali dari dasar air. Echosounder merupakan sebuah alat yang
digunakan untuk mengetahui kedalaman laut, sebagai alat pengukur jarak dengan
menggunakan ultra sonic. Tetapi pada dasarnya alat ini sama seperti sonar karena data
yang diterima oleh alat ini merupakan hasil dari pemancaran gelombang bunyi yang
kemudian memantul dan diterima oleh penerima sinyal dari alat tersebut

(.........................) + Gambar (Doni)


2.4.1 SINGLE BEAM
Single-beam depth sounders adalah alat echo sounding yang paling dulu, paling
dasar dan sampai saat ini paling sering digunakan. Kegunaan alat ini adalah untuk
mengukur kedalaman samudra di berbagai lokasi. Kedalaman yang direkam dapat
dikombinasikan dengan lokasi fisik untuk membuat sebuah peta tiga dimensional dari dasar
samudra. Umumnya single-beam depth sounders dirancang untuk melakukan pengukuran
dari sebuah kapal yang sedang bergerak. Selama single-beam depth sounders mempunyai
banyak keterbatasan, hal ini berguna untuk memahami bagaimana ia berfungsi sebagai
pembuka bagi pemahaman suatu sonar multi-beam. Sistem single-beam depth sounders
terdiri dari empat komponen dasar: sebuah Transmitter, sebuah Transducer, sebuah
Receiver, dan sebuah sistem Control serta Display (firdaus, 2008).

2.4.2 SPLIT BEAM


Teknik yang berbeda, teknik split beam dikenalkan pada akustik kelautan setelah
teknologi dual beam menjadi nyata, meskipun aplikasinya untuk akustik perikanan. Ini cukup
kontras atau terlihat berbeda dengan sistem dual beam, sebuah sistem split beam
digunakan tidak hanya untuk informasi amplitudo tetapi juga untuk informasi fase. Hal ini
iasa disebut interferometri, teknik yang memiiki kelebihan dari fase berbeda antara
transduser kuadran yang berdekatan. Fase berbeda merupakan fungsi dari akustik panjang
gelombang, jarak antara massa pusat akustik dari kuadran yang berdekatan, dan sudut dari
target relatif (chu, 2011).

2.4.3 DUAL BEAM


Teknik dual beam merupakan teknik perkenalan untuk akustik perikanan pada awal
tahun 1970 untuk memperkirakan ukuran dari sudut kutub dari sudut beam targetindividu di
dalam beam akustik. Dapat mengukur target strength secara in situ maupun ex situ. Rasio
intensitas backsterring dari echo dari wide dan narrow beam tranduser digunakan untuk
menentukan sudut kutub dari target tunggal. Teknologi dual beam digunakan hanya untuk
informasi dari amplitudo atau intensitas dengan informasi fase dan bisa menentukan hanya
dua dari tiga parameter dalam koordinat sperikal (Chu, 2011)

2.4.4 KUASI IDEAL BEAM


Jika metode dual-beam dam split-beam menggunakan sistem multi-beam untuk
pengukuran in situ target strength, maka pada quasi-ideal-beam ini tetap
menggunakan beam tunggal hanya berkat kecanggihan teknologi elektronika dan teknologi
transducer akhirnya dihasilkan suatu beam yang mendekati ideal. Beam ini dikatakan ideal
karena memiliki mainlobe dengan puncak yang datar (flat) dan side-lobenya berada
pada level lebih kecil dari -30 dB. Seperti halnya pada dual-beam atau split-beam disinipun
selain diperlukan hardware berupa “data analyzer”, diperlukan juga software khusus yang
sebenarnya sulit dipisahkan dari sistem perhitungan secara keseluruhan mengingat data
akhir yang diperoleh adalah “real-time” (arnaya, 1991).

2.5 ECHOSOUNDER

Untuk pengukuran kedalaman, digunakan echosounder atau perum gema yang pertama kali
dikembangkan di Jerman pada tahun 1920. Alat ini dapat dipakai untuk menghasilkan profil
kedalaman yang kontinyu sepanjang jalur perum dengan ketelitian yang cukup baik. Ada
dua cara yang dapat ditempuh untuk mengukur kedalaman laut yaitu dengan menggunakan
teknik bandul timah hitam (dradloading) dan teknik Gema duga
atau EchoSounder atau Echoloading (Waldopo, 2008).

Echosounder atau sonar pada kapal penelitian memiliki dua kegunaan yaitu untk
melihat objek seperti ikan atau gelembung dari lautan dalam di kolom perairan dan
menemukan di mana dasar laut. Mengetahui kedalaman merupakan hal penting untuk
beberapa alasan yang berbeda. Hal paling penting adalah kapal tidak bisa bergerak sampai
dasar. Echosounder mentrasnsmisikan pulsa suara langsung ke bawah dari kapal. Pulsa
suara bergerak sampai bawah perairan, memantul kembali dari dasar perairan dan kembali
ke atas sampai terdengar kembali oleh echosounder (noc, 2014).
2.5.1 TRANSMITTER
Transmitter dipicu oleh timebase pada hal yang ditransmissikan, pulsa per detik.
Setiap picu dimulai dengan sirkuit pulsa durasi dengan simbol (t), dijalankan untuk waktu
yang telah ditentukan dan selama waktu ini, frekuensi echosounder yang sebenarnya
digandakan oleh amplifier yang terhubung dengan transduser. Angka spesifik pada siklus
frekuensi yang benar dilepas oleh sirkuit durasi pulsa. Ada batasan fisik dengan durasi pulsa
minimum yang digunakan dan energi yang mungkin ditransimisikan, yang tidak
berhubungan dengan transmitter (fao, 2014).
Transmitter menerima sinyal elektrik dari recorder dan mengirimnya dengan kuat,
dilanjutkan ke transduser. Transduser mengubah elektrik menjadi suara dan mengirim suara
pendek ke dasar laut. Selamat suara bergerak melewati kolom perairan, transduser
mendengar echo yang kembali. Transmitter ini berfungsi menghasilkan pulsa yang akan
dipancarkan (maugeri, 1985).

2.5.2 TRANSDUSER
Fungsi utama dari transducer adalah mengubah energi listrik menjadi energi suara
ketika suara akan dipancarkan ke medium dan mengubah energi suara menjadi energi listrik
ketika echo diterima dari suatu target. Selain itu fungsi lain dari transducer adalah
memusatkan energi suara yang akan dipantulkan sebagai beam (MacLennan dan
Simmonds, 2005). Pulsa ditransmisikan secara bersamaan oleh keempat kuadran tetapi
sinyal diterima oleh masing-masing kuadran dan diproses secara terpisah. Keempat
kuadran diberi label a–d. Sudut θ pada satu bidang dibedakan oleh perbedaan fase (a–b)
dan (c–d), jumlah sinyal (a+c) dibandingkan dengan jumlah sinyal (b+d). Sudut φ di dalam
bidang tegak lurus terhadap yang pertama adalah sama dibedakan oleh perbedaan fase
antara (a+b) dan (c+d). Kedua sudut tersebut mendefinisikan arah target yang spesifik
(MacLennan dan Simmonds, 2005).
Meskipun terpisah dari transimtter dan receiver pada echosounder, merupakan hal
yang normal hanya menggunakan 1 transduser untuk 1 penerima dan transimisi. Transduser
merupakan pengkonversi energi, selama transmisi masukan dari kelistrikan dan
okeluarannya adalah akustik, untuk masukan atau input adalah akustik, keluaran atau output
adalah listrik. Konversi efisiensi energi adalah hal yang memungkinkan di dalam air
dibanding di udara. Ketika digunakan untuk transmisi disebut proyektor dan ketika
menerima, disebut hidrofon (foa, 2014).

2.5.3 RECEIVER
Receiver berfungsi menerima pulsa dari objek dan display atau recorder sebagai
pencatat hasil echo. Sinyal listrik lemah yang dihasilkan oleh transducer setelah echo
diterima harus diperkuat beberapa ribu kali sebelum disalurkan ke recorder. Selama
penerimaan berlangsung keempat bagian transducer menerima echo dari target, dimana
target yang terdeteksi oleh transducer terletak dari pusat beam suara dan echo dari target
akan dikembalikan dan diterima oleh keempat bagian transducer pada waktu yang
bersamaan (ROIS, 2012).

Waktu antara pemancaran dan penerimaan digunakan oleh sistim Receiver untuk
menghitung jarak atau kedalaman. Kedalaman ini dilaporkan dan yangdirekam oleh sistem
Control dan Display. Sistem Control dan Display ini kemudian mencetuskan ping yang
berikutnya. Waktu yang diperlukan antara pancaran-pancaran ping disebut ping time atau
ping interval. Dengan menggunakan sebuah ping cycle yang terus menerus, sebuah deretan
dari pengukuran kedalaman diambil dan dicatat (firdaus, 2008).

2.5.4 RECORDER

Recorder berfungsi untuk merekam atau menampilkan sinyal echo dan juga berperan
sebagai pengatur kerja transmitter dan mengukur waktu antara pemancaran pulsa suara
dan penerimaan echo atau recorder memberikan sinyal kepada transmitter untuk
menghasilkan pulsa dan pada saat yang sama recorder juga mengirimkan sinyal ke receiver
untuk menurunkan sensitifitasnya (FAO, 1983).
Echosounder adalah alat untuk mengukur kedalaman air dengan mengirimkan
tekanan gelombang dari permukaan ke dasar air dan dicatat waktunya sampai echo kembali
dari dasar air. Kembalinya sinyal echo tersebut dicatat oleh recorder (Parkinson, B.W.,
1996).

2.6 Sistem Pengoperasian / Cara Kerja Echosounder

Prinsip kerjanya yaitu: pada transmiter terdapat tranduser yang berfungsi


untuk merubah energi listrik mnjd suara. Kemudian suara yg dihasilkan dipancarkan
dengan frekuensi tertntu. Suara ni dipancarkan melalui medium air yang mempunyai
kecepatan rambat sebesar, v=1500 m/s. Ktka suara ini tersentuh 0bjek, misalnya
ikan maka suara ini akn dipantulkan. Sesuai dng sifat gelombang yaitu gelombang
ketika mengenai suatu penghalang dpat dipantulkan, diserap & dibiaskan, maka hal
yg sama pun terjadi pada gelombang ini. (heru.2012)
Perangkat akustik ini memiliki beberapa komponen seperti pemancar,
penerima gelombang dan beberapa peralatan pendukung lainnya seperti komputer
dan GPS (Global Positioning Sistem). Prinsip kerjanya, yaitu pada transmiter
terdapat tranduser yang berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi suara.
Kemudian suara yang dihasilkan dipancarkan dengan frekuensi tertentu. Suara ini
dipancarkan melalui medium air yang mempunyai kecepatan rambat sebesar,
v=1500 m/s. Ketika suara ini mengenai objek, misalnya ikan maka suara ini akan
dipantulkan. Sesuai dengan sifat gelombang yaitu gelombang ketika mengenai suatu
penghalang dapat dipantulkan, diserap dan dibiaskan, maka hal yang sama pun
terjadi pada gelombang ini.( Rois.2012)

2.7 Kelemahan Dan Kelebihan Echosounder

Kelemahan dari echosounder jika semakin dalam laut, gambar yang


dihasilkan semakin tidak jelas (tidak terlihat lebih spesifik gambar karang, ikan, kapal
karam,dan sebagainya). Contoh ketika echosounder digunakan di akuarium yang
berisi ikan, gambar yang dihasilkan lebih jelas, hal ini dipengaruhi oleh laut.
Disamping itu mengganggu komunikasi antar hewan laut contohnya paus dan
lumba–lumba. Keuntungannya dapat mengukur kedalaman laut yang disertai
dengan pemetaan dasar laut, disamping itu digunakan nelayan untuk mengetahui
gerombolan ikan,serta dapat mengukur suhu air pada kedalaman tertentu
(Parkinson, B.W., 1996).
Kelemahan dari echosounder adalah tidak dapat digunakan untuk deteksi
ikan, hanya dapat digunakan bagi yang sudah berpengalaman, sehingga
echosounder biasanya digunakan untuk kapal-kapal perang, kapal penumpang, dan
kapal barang. Echosounder memiliki beberapa kelebihan yaitu Akurasi pengelihatan
kedalaman sebanyak 99%, dapat menggunakan batrai atau listrik, dapat melihat
kedalaman air secara melingkar, melingkari dengan kapal dengan jangkauan 10 m.
(salem,2012)

2.8 Manfaat Echosounder di Bidang Perikanan

Echosounder mempunyai beberapa manfaat diantara nya yaitu untuk survey


bathymetry, untuk mengidentifikasi sedimen dasar laut, Informasi yang diketahui
yaitu perbedaan amplitudo yang didapat saat gelombang kembali. informasi sedimen
penutup dasar laut (Lutfi,2013)

Manfaat dasar dari echosounder yaitu menentukan kedalaman suatu perairan


dengan mengirimkan tekanan gelombang dari permukaan ke dasar air dan dicatat
waktunya sampai echo kembali dari dasar air. Data tampilan juga dapat
dikombinasikan dengan koordinat global berdasarkan sinyal dari satelit GPS yang
ada dengan memasang antena GPS (Manik ,2013)

BAB III METODELOGI

3.1 Alat Dan Bahan Serta Fungsinya

Dalam Praktikum Akustik Kelautan tanggal 10 Oktober 2014, pukul 14.00 di Gedung A lantai
1, digunkan alat berikut sebagai penunjang praktikum, adapun alatnya adalah sebagai berikut :

No Gambar Nama Alat Fungsi

1 set echosounder Digunakan untuk alat


merk Garmi tipe percobaan simulasi
GPSmap 178C praktikum akustik
Sounder kelautan

Display Unit Digunakan untuk


menampilkan data
dihasilkan dari
echosounder
Tranducer Digunakan untuk
memancarkan sinyal
gelombang suara
secara vertikal

Processor Unit Digunakan untuk


menghubungkan antara
display unit dengan
tranducer, dan
tranducer dengan
power suply

Antena Digunakan untuk


menangkap sinyal
satelit.
Adapun Bahan yang digunakan dalam praktikum akustik kelautan pada tanggal 10 Oktober
2014, adalah sebagai berikut :

No Gambar Bahan Nama Bahan Fungsi Bahan


1
Accu daya 15 Volt Diguanakan sebagai
sember tegangan listrik
pada echosounder.

3.2 Skema Kerja

Pada saat praktikum akustik kelautan tanggal 10 oktber 2014, dilakukan pengamatan
tentan sistem kerja perakitan dan penggunaan satu set alat echousounder, berikut langkah-
langkah yang dilakukan :

Perangkaian

Persiapkan Alat ( 1 set echosounder )

Rangkai seluruh komponen alat

Pengoprasian
n
Tekan tombol power

Pilih I Agree
Tekan page sampai muncul halaman kedalaman pada peta

Tekan tombol menu

Pilih Set up sonar

Atur ke face update

Tentukan fish symbol

Keluar dari menu set up sonar

Amati

HASIL

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Analisa Prosedur Praktikum

4.2 Hasil Pengamatan

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai