Anda di halaman 1dari 8

J. Kesehat. Masy. Indones.

13(1): 2018 ISSN 1693-3443

PENILAIAN RISIKO KEBAKARAN GEDUNG BERTINGKAT

Sika Widya Mustika1, Ratih Sari Wardani2, Diki Bima Prasetio3


1,2,3
Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang
2
Email Korespondensi: ratihsw@unimus.ac.id

ABSTRAK
Latar Belakang: Kebakaran merupakan suatu peristiwa yang diakibatkan oleh adanya
tiga unsur nyala api yang dapat memebahayakan keselamatan jiwa ataupun harta benda.
Kebakaran di gedung bertingkat lebih mematikan dan merugikan jika tidak memenuhi
komponen keselamatan kebakaran..
Metode: .Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan metode survei melalui wawancara
dan observasimenggunakan checklist penilaian risiko kebakaran di Kampus I
Universitas Muhammadiyah Semarang dengan pendekatan cross sectional.
Hasil: Manajemen proteksi risiko extreme pada manajemen, perencanaan prosedur
serta pengunjung dan penyandang disabilitas sedangkan kesadaran staf dan pelatihan
risiko high. Sarana penyelamatan risiko extreme yaitu pintu darurat dan pintu keluar
semua gedung, sedangkan jalur evakuasi, jalan keluar dan penerangan darurat gedung
NRC risiko low. Sarana proteksi risiko extreme meliputi alarm kebakaran gedung
lab.terpadu dan rektorat, sedangkan risiko low pada alarm kebakaran gedung NRC serta
APAR, hidran, sprinkler gedung rektorat dan lab.terpadu. Pencegahan kebakaran risiko
extreme pada penyimpanan bahan mudah terbakar gedung rektorat dan instalasi listrik
gedung rektorat dan NRC.
Kesimpulan : Kategori risiko extreme meliputi manajemen proteksi pada manajemen,
prosedur, perencanaan serta pengunjung.

Kata kunci : Kebakaran, Penilaian Risiko, Gedung Bertingkat

FIRE RISK ASSESSMENT HIGH RISE BUILDING

ABSTRACT
Background: A Fire is an event caused by three components of flame that pose threat to
both people and belongings. Fires in high rise buildings are more deadly and damaging
when requirements for fire safety components are not met.
Method: It is a descriptive research involving surveys with interviews and observations
with checklists of fire risk assessment di Kampus I Universitas Muhammadiyah
Semarang using the cross-sectional method.
Results: Risk protection management is found to be extreme for procedure, planning,
visitors and people with disabilities, and it is found to be of high risk for staff awareness
and training. The extreme risk safety equipment includes emergency exit in all parts of
the building, while the low risk includes evacuation and exit routes and also emergency
lighting at the NRC building. The extreme risk protection equipment includes fire alarms
at the integrated laboratory and rector building, whereas the low risk covers fire alarms
and the NRC building, as well as the APAR, hydrant, and sprinkler in both the rector and
integrated laboratory buildings. The extreme risk fire protection was identified at
flammable material storage room of rector and electrical installations at rector and NRC
buildings.
Conclusion: Extreme risk category includes protection management in the management,
procedure, planning, visitors.

Keywords: Fire, Risk Assessment, High Rise Building

18
ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 13(1): 2018

PENDAHULUAN listrik yang bersambung dengan isolasi,


penggunaan kabel listrik atau colokan
Kebakaran merupakan suatu listrik yang terbakar, kabel listrik
bencana/musibah yang diakibatkan oleh terkelupas, situasi atau kondisi keberadaan
api dan dapat terjadi dimana saja dan kapan instalasi listrik.7 Penggunaan peralatan
saja. Kebakaran yang diakibatkan oleh masak yang dapat menyebabkan
ledakan atau ledakan yang diakibatkan kebakaran, seperti penggunaan kompor
oleh kebakaran dapat menimbulkan minyak yang terlalu lama (berjam-jam
kerugian harta benda, cidera bahkan bahkan seharian), penggunaan kompor gas
kematian. Nyala api berasal dari tiga unsur yang tidak terawat dan tidak mengganti
yaitu bahan bakar (fuel), oksigen (O2), dan regulator/ selang kompor gas, dan
panas. Kebakaran terjadi karena adanya penggunaan kompor gas yang terlalu
tiga faktor yang menjadi unsur api.1 Jenis, lama.6
jumlah dan banyaknya cairan, gas, dan Komponen keselamatan kebakaran
debu yang mudah terbakar dapat ada empat, yaitu sarana proteksi
menyebabkan ledakan yang parah.2 kebakaran, akses mobil pemadam
Kejadian kebakaran di Amerika kebakaran, sarana penyelamatan jiwa, dan
Serikat pada tahun 2010 ada sebanyak Manajemen Keselamatan Kebakaran
1.331.500 kejadian yang menyebabkan Gedung (MKKG).8 Berbagai peristiwa
kematian 3.120 jiwa dan kerugian kebakaran yang terjadi dapat disebabkan
sebanyak 11.593.000.000 dolar.3 karena tidak ada atau tidak fungsinya
Berdasarkan data pada tahun 2015, sistem deteksi dini, sistem pemadam
Indonesia merupakan dalam kelompok kebakaran dan sistem penyelamatan.9
ketiga yang frekuensi kebakarannya antara Sumber-sumber pemicu terjadinya
20-100 ribu kejadian pertahun dengan kebakaran di tempat kerja antara lain
korban jiwa mencapai 200 hingga 1000 listrik, sambaran petir, pengelasan
orang.4 Data dari Dinas Kebakaran Kota (pekerjaan konstruksi), pemakaian bahan
Semarang terdapat 194 kasus kebakaran dan cairan mudah terbakar, reaksi kimia,
dari bulan Januari sampai Oktober 2014 percikan atau bunga api, gesekan, dan
yang terbagi atas kebakaran bangunan rokok.10
perumahan sebanyak 68 kasus, bangunan Penilaian risiko kejadian kebakaran
campuran 72 kasus, bangunan industri (fire risk assessment) merupakan sebuah
sebanyak 35 kasus, dan sisanya adalah penilaian sistematis untuk meninjau
kebakaran kendaraan dan rumput ilalang.5 kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan di
Faktor-faktor yang dapat suatu tempat yang dapat menyebabkan
menyebabkan kerentanan kebakaran di nyala api dan membahayakan orang-orang
dalam bangunan yaitu penggunaan yang ada di dalam atau sekitar tempat
instalasi listrik, penggunaan peralatan tersebut. Penilaian risiko pada gedung
memasak, penggunaan alat penerangan bertujuan untuk mengidentifikasi risiko
saat listrik padam (lampu emergensi, kebakaran untuk mengurangi kerugian dari
genset, lampu teplok, lilin), dan kebakaran dengan sekecil mungkin dan
penggunaan obat nyamuk bakar.6 selanjutnya untuk melakukan tindakan
Pemasangan instalasi listrik yang tidak pencegahan.11
benar seperti penggunaan T-kontak Kebakaran di gedung bertingkat lebih
menumpuk, penggunaan peralatan listrik mematikan dan merugikan, selain itu
secara terus menerus, penggunaan kabel penanganan kebakaran di lokasi gedung

19
J. Kesehat. Masy. Indones. 13(1): 2018 ISSN 1693-3443

bertingkat lebih menyulitkan dan berisiko mahasiswa, gedung Nursing Research


tinggi daripada lokasi-lokasi lain dimana Centre (NRC), gedung PKM mahasiswa,
bencana kebakaran terjadi.12 Bencana sport center, gedung laboratorium terpadu,
tersebut bisa terjadi kapan saja dan dan Unimus Medical Center (UMC).
tentunya akan menimbulkan banyak Gedung rektorat memiliki 5 lantai,
kerugian.13 gedung NRC ada 4 lantai, dan gedung
Peristiwa kebakaran yang banyak Laboratorium Terpadu ada 4 lantai.
terjadi pada gedung bertingkat dikarenakan Peristiwa kebakaran pernah terjadi setiap
rendahnya sistem pencegahan dan tahunnya di gedung kampus I Universitas
penanggulangan bahaya kebakaran serta Muhammadiyah Semarang yaitu pada
kurangnya prosedur keselamatan dan tahun 2008 sampai 2014 yang
kesehatan kerja (K3) di lingkungan gedung penyebabnya yaitu sambaran petir dan
bertingkat.13 Sesuai dengan Undang- konsleting listrik di ruang Teknologi
Undang No.2 tahun 2002 tentang bangunan Informasi dan Komunikasi (TIK) lantai 5
gedung Pasal 17 ayat (1) menyatakan gedung Rektorat.
bahwa syarat keselamatan gedung meliputi Kejadian paling besar terjadi pada
persyaratan kemampuan bangunan gedung tahun 2008 yang menyebabkan kerugian
untuk mendukung beban muatan, serta puluhan juta rupiah karena server dan
kemampuan bangunan gedung dalam komputer mengalami kerusakan. Kondisi
mencegah dan menanggulangi bahaya ruang TIK yang berada di lantai 5 memiliki
kebakaran dan bahaya petir.14 potensi bahaya terkena sambaran petir
Hasil penelitian lain menyatakan karena diruang tersebut terdapat banyak
bahwa sarana proteksi kebakaran di komputer dan server. Selain itu, ruang
kampus terutama sarana proteksi aktif dan server terletak dekat dengan ruang
sarana penyelamatan jiwa saat ini masih perpustakaan. Sehingga potensi kebakaran
kurang lengkap dan belum memenuhi akan lebih tinggi.
standar, sehingga perlunya memenuhi Ketersediaan fasilitas tanggap darurat
manajemen proteksi kebakaran seperti dapat mempengaruhi kondisi gawat darurat
prosedur tanggap darurat, organisasi jika terjadi bencana kebakaran yang dapat
proteksi kebakaran, dan sumber daya menyebabkan kefatalan, karena fasilitas
manusia untuk menunjang kelengkapan tanggap darurat kebakaran merupakan
dan terstandarnya proteksi kebakaran di fasilitas dasar untuk menanggulangi suatu
kampus.15-17 Pada bulan Juni 2016 terjadi bencana kebakaran.19
kebakaran di Universitas Islam Malang Berdasarkan hasil observasi diketahui
(UNISMA) dengan dugaan disebabkan kondisi fisik kampus Universitas
konsleting listrik melahap gedung yang Muhammadiyah Semarang seperti fasilitas
terdapat buku serta tumpukan kertas sarana proteksi aktif kebakaran meliputi
dengan kerugian mencapai 250 juta.18 sprinkler, detektor asap, alarm kebakaran
Kampus Universitas Muhammadiyah masih belum ada, hidran sudah ada namun
Semarang (Unimus) secara resmi berdiri tidak memenuhi kapasitas gedung, dan
tanggal 4 Agustus 1999. Kampus Unimus APAR (Alat Pemadam Api Ringan) juga
dibagi menjadi 5 lokasi, salah satunya yaitu sudah ada namun tidak lengkap (tidak
Kampus I Komplek Kampus Terpadu yang disediakan) pada setiap ruangan dan APAR
berlokasi di Jl. Kedungmundu Raya No. 18 dalam kondisi terkunci.
Semarang yang dimanfaatkan untuk Fasilitas sarana penyelamatan seperti
gedung rektorat, masjid, gedung asrama tangga darurat dan pintu darurat tidak

20
ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 13(1): 2018

disediakan, letak tangga dan lift pada yang terdiri dari jalur evakuasi, jalan
gedung laboratorium kesehatan berdekatan keluar, dan penerangan darurat di gedung
dan berada di tengah-tengah gedung, letak rektorat mempunyai nilai 44% kategori
assembly point berada di parkiran dan tidak risiko high. Pada pintu darurat dan pintu
memenuhi jumlah penghuni gedung, keluar di gedung nilai 33% kategori risiko
petunjuk arah (jalur evakuasi) masih extreme. Penilaian risiko kebakaran
kurang lengkap. Oleh karena itu, betapa gedung NRC pada sarana penyelamatan
perlunya kewaspadaan pencegahan jiwa dari jalur evakuasi, jalan keluar, dan
terhadap terjadinya kebakaran dan ledakan penerangan nilai 62% kategori risiko low.
perlu lebih ditingkatkan.1 Pada pintu darurat dan pintu keluar nilai
33% kategori risiko extreme. Sedangkan
METODE penilaian risiko kebakaran gedung
laboratorium terpadu pada sarana
Jenis penelitian yang digunakan dalam penyelamatan jiwa dari jalur evakuasi,
penelitian ini adalah deskriptif dengan jalan keluar, jalur darurat dan penerangan
metode survei melalui observasi dan nilai 37% kategori risiko extreme. Pada
wawancara menggunakan checklist pintu darurat dan pintu keluar nilai 33%
penilaian risiko kebakaran (FRA) dengan kategori risiko extreme.
pendekatan cross sectional. Hasil penilaian risiko kebakaran sarana
Penelitian ini menilai risiko kebakaran proteksi kebakaran berupa APAR, hidran
di gedung bertingkat untuk upaya dan sprinkler pada gedung rektorat
pencegahan dan penanggulangan mempunyai nilai 71% yang berarti tingkat
kebakaran untuk keselamatan bangunan kemungkinan unlikely dengan tingkat
gedung di Kampus I Universitas keparahan minor sehingga risiko relatifnya
Muhammadiyah Semarang. Setelah rendah (low). alarm kebakaran gedung
dilakukan penilaian risiko kebakaran, rektorat mendapat nilai 0% dengan tingkat
kemudian dilakukan analisis tingkat kemungkinan almost certain dan tingkat
kemungkinan dan tingkat keparahan. Hasil keparahan catastrophic sehingga risiko
dari tingkat kemungkinan dan tingkat relatifnya sangat tinggi (extreme).
keparahan kemudian dianalisis Penilaian risiko sarana proteksi
menggunakan matrix peringkat risiko. kebakaran (APAR, hidran, sprinkler)
gedung NRC mendapatkan nilai 57%
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan tingkat kemungkinan possible dan
tingkat keparahan moderate, sehingga
Hasil penilaian risiko manajemen risiko relatifnya tinggi (high). (alarm
proteksi kebakaran pada aspek manajemen, kebakaran) mendapat nilai 75% dengan
perencanaan, dan prosedur mendapat nilai tingkat kemungkinan unlikely dan tingkat
8% sehingga kategori risiko extreme. Pada keparahan minor sehingga risiko relatifnya
aspek kesadaran staf dan pelatihan rendah (low).
kebakaran mendapatkan nilai 43% Penilaian risiko kebakaran sarana
sehingga kategori risiko high. Sedangkan proteksi kebakaran berupa APAR, hidran
pada aspek hak pengunjung/ tamu dan dan sprinkler pada gedung laboratorium
penyandang disabilitas mendapatkan nilai terpadu mendapat nilai 71% yang berarti
0% sehingga kategori risiko extreme. tingkat kemungkinan unlikely dengan
Hasil penilaian risiko kebakaran gedung tingkat keparahan minor sehingga risiko
rektorat pada sarana penyelamatan jiwa relative bahaya rendah (low). Sedangkan

21
J. Kesehat. Masy. Indones. 13(1): 2018 ISSN 1693-3443

pada alarm kebakaran mendapat nilai 0% bahwa pengurus gedung atau kampus
dengan tingkat kemungkinan almost sudah bekerjasama dengan Dinas
certain dan tingkat keparahan catastrophic Pemadam Kebakaran Kota Semarang
sehingga risiko relatif bahaya sangat tinggi dalam pengecekan sarana proteksi
(extreme). kebakaran secara rutin.
Hasil penilaian risiko kebakaran di Hasil penilaian risiko pada manajemen
gedung rektorat berdasarkan pencegahan kategori risiko extreme. Sebagaimana
kebakaran dengan penerapan kebersihan dinyatakan pada Keputusan Menteri No 11
dan kerapihan nilai 67% kategori risiko tahun 2000 bahwa setiap bangunan gedung
low, bahan mudah terbakar nilai 33% yang berpenghuni minimal 500 orang, atau
kategori risiko extreme, instalasi dan yang memiliki luas lantai 5.000 m 2 atau
peralatan listrik nilai 20% kategori risiko terdapat bahan berbahaya yang mudah
extreme. Pencegahan kebakaran pada terbakar diwajibkan menerapkan
penerapan merokok di dalam ataupun di Manajemen Penanggulangan Kebakaran.20
area gedung rektorat nilai 83% kategori Hasil penilaian risiko pada
risiko low, perilaku pembakaran pengunjung/tamu dan penyandang
sembarangan di area gedung nilai 50% disabilitas kategori risiko extreme,
kategori risiko high. dikarenakan tidak ada ketentuan yang perlu
Hasil penilaian risiko kebakaran di diinformasikan bagi tamu/ pengunjung
gedung NRC berdasarkan pencegahan yang masuk ke dalam gedung, hal tersebut
kebakaran dengan penerapan kebersihan tidak sesuai dengan peraturan bahwa
dan kerapihan nilai 78% kategori risiko petugas bertugas membimbing para tamu
low, bahan mudah terbakar nilai 78% atau pengunjung yang berada di lantai
kategori risiko low, instalasi dan peralatan masing-masing tentang letak sarana
listrik nilai 20% kategori risiko extreme, penyelamatan jiwa saat terjadi kebakaran
penerapan merokok di dalam ataupun nilai di dalam gedung.21 Dan jika pemilik
67% kategori risiko low, perilaku bangunan gedung yang tidak menyediakan
pembakaran sembarangan nilai 50% fasilitas yang mudah diakses oleh
kategori risiko high. penyandang disabilitas dikenai sanksi
Hasil penilaian risiko kebakaran di administratif.22
gedung laboratorium terpadu berdasarkan Penerapan jalur evakuasi yang
pencegahan kebakaran dengan penerapan terpasang di gedung rektorat, NRC, dan
kebersihan dan kerapihan nilai 78% laboratorium terpadu mempunyai
kategori risiko low, bahan mudah terbakar kesesuaian dengan pedoman SNI 03-1746-
nilai 78% kategori risiko low, instalasi dan 2000 seperti penandaan jalur evakuasi
peralatan listrik nilai 60% kategori risiko dapat terlihat tanpa terhalang apapun.23
low, penerapan merokok nilai 50% Gedung rektorat, gedung NRC dan gedung
kategori risiko high, perilaku pembakaran laboratorium terpadu masing-masing
sembarangan nilai 50% kategori risiko memiliki jalan keluar berupa tangga
high. sebanyak 2 tangga, sehingga hal tersebut
Gedung rektorat, gedung NRC, dan sudah sesuai dengan persyaratan
gedung Laboratorium Terpadu tidak ada kebutuhan jalan keluar Keputusan Menteri
petugas yang melakukan pengecekan Negara Pekerjaan Umum
sarana proteksi kebakaran secara rutin. No.10/KPTS/2000 yang berbunyi
Berdasarkan hasil wawancara dengan “bangunan gedung dengan ketinggian 2
kepala bagian rumah tangga, diketahui

22
ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 13(1): 2018

lantai atau lebih harus mempunyai akses penanggung jawab berkewajiban untuk
jalan keluar sedikitnya 2 jalan keluar.” 24 membuat dan memasang
Gedung NRC dan gedung laboratorium tanda/petunjuk/peringatan larangan
terpadu dikatakan dalam risiko bahaya merokok dan tanda/petunjuk ruangan
tinggi (extreme) dikarenakan gedung NRC boleh merokok”.28
tidak memiliki pintu darurat dan hanya
memiliki satu pintu keluar utama. KESIMPULAN DAN SARAN
Sedangkan gedung laboratorium terpadu
memiliki 1 pintu darurat yang berada di Kesimpulan
bagian belakang. Pintu darurat menuju arah Manajemen proteksi kebakaran dengan
belakang gedung. Padahal dalam peraturan kategori risiko extreme meliputi
menyatakan bahwa setiap bangunan atau manajemen perencanaan, dan prosedur
gedung yang bertingkat lebih dari 3 (tiga) serta pengunjung/tamu dan penyandang
lantai harus dilengkapi dengan pintu disabilitas, sedangkan kesadaran staf dan
darurat minimal 2 (dua) buah.25 pelatihan kebakaran kategori risiko high.
Alarm kebakaran kategori risiko Sarana penyelamatan jiwa dengan
extreme pada gedung rektorat dan kategori risiko extreme meliputi pintu
laboratorium terpadu, hal tersebut tidak darurat dan pintu keluar pada semua
sesuai dengan Permenaker gedung dan jalur evakuasi, jalan keluar dan
No.PER.02/MEN/1983 tentang Instalasi penerangan darurat pada gedung
Alarm Kebakaran dimana “ruang lab.terpadu. Kategori risiko high meliputi
bangunan tangga dalam bangunan yang jalur evakuasi, jalan keluar dan penerangan
kedap kebakaran harus dipasang detektor darurat gedung rektorat. Sedangkan
di atasnya sedangkan untuk ruang kategori risiko low meliputi jalur evakuasi,
bangunan tangga yang tidak kedap jalan keluar dan penerangan darurat
kebakaran harus dipasang detektor pada gedung NRC.
setiap permukaan lantai utamanya”.26 Sarana proteksi kebakaran dengan
Gedung rektorat dikatakan risiko sangat kategori risiko extreme meliputi alarm
tinggi pada penyimpanan bahan mudah kebakaran gedung rektorat dan lab.terpadu.
terbakar karena gedung tersebut banyak Kategori risiko high meliputi APAR,
dimanfaatkan untuk ruang arsip dan hidran, sprinkler gedung NRC. Sedangkan
terdapat perpustakaan. Sehingga lembaga kategori risiko low meliputi APAR, hidran,
kearsipan atau perpustakaan harus sprinkler gedung rektorat dan lab terpadu,
menetapkan aturan-aturan yang serta alarm kebakaran gedung NRC.
diantaranya tidak boleh merokok di dalam Pencegahan kebakaran dengan kategori
ruang penyimpanan, melakukan risiko extreme meliputi penyimpanan
pemeliharaan secara teratur peralatan bahan mudah terbakar gedung rektorat,
listrik supaya tidak terjadi kontak singkat instalasi listrik gedung rektorat dan NRC.
yang berpotensi menimbulkan percikan Kategori risiko high meliputi pembakaran
api, dan pemilihan material yang tahan api semua gedung, dan merokok gedung
untuk gedung penyimpanan arsip.27 lab.terpadu. Sedangkan kategori low
Gedung rektorat dan gedung NRC meliputi kebersihan semua gedung,
sudah diberlakukan kebijakan larangan merokok gedung rektorat dan NRC,
merokok di area kampus dan pintu masuk penyimpanan bahan dan instalasi listrik
ruangan. Hal tersebut sudah sesuai dengan gedung lab.terpadu.
peraturan bahwa “pimpinan atau

23
J. Kesehat. Masy. Indones. 13(1): 2018 ISSN 1693-3443

Saran 5. Cahya C. Januari-Agustus Terjadi 200


Pada aspek manajemen, pengelola Kebakaran di Semarang. Suara
gedung membuat Standart Operasional Merdeka. 2015.
Prosedure (SOP) pencegahan dan 6. Adilla Y, Adyatma S, Arisanty D.
penanggulangan kebakaran dan dipasang Faktor Penyebab Kerentanan
disetiap ruangan, supaya semua penghuni Kebakaran Berdasarkan Persepsi
gedung termasuk pengunjung atau tamu Masyarakat di Kelurahan Melayu
mengetahui prosedur operasional tersebut, Kecamatan Banjarmasin Tengah. JPG
melakukan latihan penyelamatan (Jurnal Pendidikan Geografi).
kebakaran yang melibatkan seluruh 2016;3(4).
penghuni gedung minimal dilakukan 6 7. Lasuda S. Analisis Terjadinya
bulan sekali, dan menerapkan peraturan Kebakaran Akibat Listrik Pada
atau kebijakan untuk perlindungan khusus Bangunan. Jurnal Universitas
bagi penyandang disabilitas terutama jika Indonesia. 2010.
terjadi kebakaran 8. Lestari F, Fikawati S, Syafiq A,
Sarana penyelamatan jiwa disesuaikan Sukmaningtias A. Fire Safety
dengan standar seperti tanda jalur evakuasi, Assessment at Five Elementary
jumlah pintu keluar, jarak antar jalan Schools in DKI Jakarta. Jurnal
keluar (tangga), pintu darurat Kesehatan Masyarakat Nasional.
Sarana proteksi kebakaran disesuaikan Agustus 2011 2011;6 no 1:28.
dengan standar seperti jumlah APAR, 9. Dwina, Suroto, Wahyuni I. Analisis
kondisi APAR, jumlah hidran, kondisi Tingkat Pengetahuan Siswa Terhadap
hidran Tanggap Darurat Kebakaran Pada
Pada aspek pencegahan kebakaran, SMK Negeri 7 Kota Semarang Jurnal
semua gedung harus dipasang tanda/ Kesehatan Masyarakat. 2016;4 No 3.
petunjuk/ peringatan larangan merokok 10. Zulfikar T. Analisis Sarana Proteksi
dan tanda/ petunjuk ruangan boleh Aktif dan Sarana Penyelamatan Jiwa
merokok dan membuat peraturan atau Dalam Antisipasi Bencana Kebakaran
kebijakan bagi pengunjung untuk Pada RSUD Ungaran Kabupaten
mencegah adanya penyusup yang Semarang Jurnal Kesehatan
memasuki Gedung. Masyarakat. 2015.
11. Government H. Fire Safety Risk
DAFTAR PUSTAKA Assessment. London: Departement for
1. Ramli S. Petunjuk Praktis Manajemen Communities and Local Government;
Kebakaran (fire management): Dian 2006.
Rakyat; 2010. 12. Setyawan, Arief, Kartika EW. Studi
2. Zurich. Risk Features. Switzerland: Eksploratif Tingkat Kesadaran
Zurich Insurance Group Ltd; 2015. Penghuni Gedung Bertingkat
3. Karter MJ. Fire Loss in United State Terhadap Bahaya Kebakaran: Studi
During 2009 2011. kasus di Universitas Kristen Petra
http://www.nfpa.org/assets/files/PDF/ Surabaya. Jurnal Manajemen
os.fireloss2009.pdf. Perhotelan. 2012;4.1:28-38.
4. Tempo. Amerika Serikat Paling Sering 13. Suyono AM, Firdaus OM. Evaluasi
Kebakaran. Koran Tempo2015. Jalur Evakuasi Pada Gedung
Bertingkat 7 (Tujuh) Lantai (Studi
Kasus Di Gedung Graha Universitas

24
ISSN 1693-3443 J. Kesehat. Masy. Indones. 13(1): 2018

WidyatamaBandung). Workplace 23. Standar Nasional Indonesia 03-1746


Safety and Health. 2011:1-247. Tahun 2000 Tentang Standard Pintu
14. Peraturan Pemerintah Republik Darurat Kebakaran.
Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 24. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan
Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Umum Nomor: 10/KPTS/2000
No.28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Tentang Ketentuan Teknis
Gedung. Pengamanan Terhadap Bahaya
15. Jarwo P, Putut H. Kesiapan Teknisi Kebakaran Pada Bangunan Gedung
dan Peralatan Dalam Upaya dan Lingkungan.
Pencegahan Kebakaran Sarana dan 25. Peraturan Menteri Kesehatan
Prasarana di FT UNY. 2009. Republik Indonesia Nomor 48 Tahun
16. Kurniawan A. Gambaran Manajemen 2016 Tentang Standar Keselamatan
dan Sistem Proteksi Kebakaran di dan Kesehatan Kerja Perkantoran.
Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu 26. Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Kesehatan UIN Jakarta Tahun 2014. No.PER.02/MEN/1983 tentang
2015. Instalasi Alarm Kebakaran Automatik.
17. Setiawan MF, Purnomo A, Santoso 27. Shariasih E. Tindakan Preventif
EB. Evaluasi Fungsi Tangga Darurat Terhadap Kebakaran Sebagai Upaya
pada Gedung-gedung di Universitas Pelestarian Arsip. Accessed 14 April
Negeri Semarang. 2017.
18. Aminudin M. Kampus Unisma 28. Peraturan Daerah Kabupaten
Kebakaran Diduga Konsleting Listrik. Tulungagung Nomor 9 Tahun 2010
DetikNews2016. Tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok
19. Ismawan A. Hubungan antara Tingkat dan Terbatas Merokok.
Pengetahuan Penghuni dan Fasilitas
Rumah Susun terhadap Kesiapan
Tanggap Darurat Bencana Kebakaran
di Rumah Susun Pekunden Kota
Semarang 2014. Skripsi, Fakultas
Kesehatan. 2014.
20. Keputusan Menteri Negara Pekerja
Umum, Nomor 11/KPTS/2000
tentang Ketentuan Teknis Manajemen
Penanggulangan Kebakaran Di
Perkotaan.
21. Berita Negara Republik Indonesia
No.1054, 2013 Peraturan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun
2013 Tentang Manajemen
Penanggulangan Kebakaran di
Lingkungan Kementerian Hukum dan
Hak Hak Asasi Manusia.
22. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2016 Tentang
Penyandang Disabilitas.

25

Anda mungkin juga menyukai