Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL KEGIATAN

“ PELATIHAN PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN DAN


EVAKUASI BENCANA BAGI WARGA RW 05 ”

KARANG TARUNA RW 05
KELURAHAN KRAMAT JATI

Sekretariat : Jl. Al Mujahidin RW 05 Kelurahan Kramatjati


Kecamatan Kramatjati Kota Administrasi Jakarta Timur, 13510
Tahun 2022
1. PENDAHULUAN :

Pembangunan di wilayah perkotaan khususnya wilayah kota Jakarta


Timur yang begitu pesat menyebabkan terjadinya urbanisasi yang cukup
signifikan sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
penduduk secara alamiah dimana kebutuhan masyarakat akan berbagai
fasilitas seperti tempat tinggal maupun tempat kost semakin tinggi.
Permasalahan seperti itulah yang terjadi pula di wilayah Rw 05 Kelurahan
Kramat Jati Jakarta Timur yang memiliki masalah-masalah utama yang
membutuhkan perhatian khusus dan salah satunya adalah kebakaran.
Wilayah Rw 05 yang mempunyai luas sekitar 2,3 Ha dan mempunyai 6 Rt
dengan jumlah penduduk ……jiwa tidak luput dari resiko kebakaran.
Perumahan menempati urutan tertinggi dalam hal kejadian kebakaran
di DKI Jakarta, kepadatan penduduk merupakan faktor yang turut
mempengaruhi dan mempercepat proses meluasnya kebakaran. Kebakaran
yang terjadi di pemukiman padat penduduk akan menimbulkan kerugian yang
tidak sedikit bahkan tidak jarang mengakibatkan korban jiwa. Kebakaran dapat
terjadi pada siapa saja, dimana saja dan kapan saja tanpa bisa diprediksi
kejadiannya, namun kepedulian masyarakat terhadap masalah proteksi
kebakaran dan ketrampilan dalam menangani kebakaran masih dapat
dikatakan rendah.
Bencana kebakaran banyak disebabkan karena kelalaian individu yang
kurang berhati-hati dalam memeriksa keamanan listrik sehingga terjadi
konsleting dari yang semula percikan api ringan dan tidak ditangani dengan
benar membuat api semakin membesar dan melebar. Selain faktor aliran
listrik, kebakaran yang sering terjadi di pemukiman padat penduduk adalah api
yang berasal dari kompor, hubungan pendek arus listrik, gas elpiji yang bocor
ataupun hal lain yang berpotensi menjadi sumber api. Adapun faktor alam
yang dapat menjadi bencana kebakaran adalah musim kemarau dimana
barang-barang akan lebih mudah terbakar karena kering dan suhu udara yang
tinggi pun dapat memicu terjadinya percikan api. Prilaku masyarakat yang
membakar sampah secara sembarangan juga dapat menimbulkan bahaya
kebakaran.
Adapun penyebab terjadinya kebakaran dapat terjadi karena, yaitu:
1. Kebakaran karena sifat kelalaian manusia, seperti tidak adanya informasi
mengenai penanggulangan bahaya kebakaran, kurangnya rasa kehati-
hatian saat menggunakan alat dan bahan yang dapat menimbulkan api,
serta rendahnya kesadaran pribadi atau tidak disiplin.
2. Kebakaran karena peristiwa alam.
Jenis kebakaran ini terutama disebabkan oleh faktor dengan cuaca, sinar
matahari, letusan gunung berapi, gempa bumi, petir, angin dan topan.
3. Kebakaran karena kesengajaan untuk tujuan tertentu, misalnya sabotase,
mencari keuntungan ganti rugi klaim asuransi, hilangkan jejak kejahatan dan
sebagainya.

Jarak bangunan di wilayah Rw 05 dapat dikatakan rapat, dinding rumah


bersatu dengan rumah di sebelahnya. Hal ini memang umum terjadi pada
perumahan yang dibangun di daerah perkotaan. Jarak yang ada hanya terlihat
pada jalan-jalan atau gang. Hal tersebut terjadi karena keterbatasan lahan dan
mahalnya harga lahan di daerah perkotaan sehingga harga bangunan beserta
tanahnya dapat terjangkau oleh masyarakt. Kerapatan bangunan yang padat
akan menyebabkan api menjalar dengan mudah ke rumah di sekitarnya
begitupun dengan material yang digunakan pada bangunan juga akan
berpengaruh. Jika bahan yang digunakan adalah bahan yang mudah terbakar
seperti triplek, plastik dan kayu maka akan mempercepat penyebaran sumber
api. Namun jika bahan material yang digunakan adalah alumunium, besi, dan
batu bata maka akan memakan waktu lebih lama untuk api dapat menyebar
ke pemukiman di sekitarnya. Dengan kondisi tersebut, jika terjadi kebakaran di
salah satu bangunan bukan tidak mungkin dapat memusnahkan semua
bangunan yang lainnya. Hal seperti ini tentunya tidak diinginkan oleh semua
pihak termasuk petugas pemadam kebakaran, pemerintah dan sudah
tentunya penduduk di dalam perumahan.
Angka kebakaran di wilayah Jakarta Timur masih sangat tinggi,
dibandingkan tingkat kebakaran yang terjadi di beberapa wilayah lain di
Jakarta. Penyebabnya dari segi fasilitas dan infrastruktur yang kurang
memadai, serta kurangnya kemampuan personil pemadam kebakaran. Hal ini
dapat mempengaruhi terhambatnya proses pelayanan ditambah lagi dengan
tidak tersedianya alat pemadam kebakaran di setiap hunian maupun gedung
atau

yang lebih dikenal dengan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) juga menjadi
salah satu kendala dalam menangani kebakaran. Urgensi dari keberadaan
APAR akan sangat berpengaruh dalam menanggulangi kebakaran. Alat yang
digunakan saat kebakaran pertama kali terjadi ini dapat memadamkan sumber
api dengan cepat dan tuntas sehingga tidak perlu mengandalkan petugas
pemadam kebakaran untuk sampai ke lokasi jika timbul potensi sumber api
yang mungkin membesar.

hal-hal yang perlu menjadi perhatian untuk mengurangi resiko kebakaran adalah dengan
menyediakan kebutuhan pemadam api, mengurangi jarak kerapatan antar rumah,
ketersediaan akses untuk penanganan kebakaran oleh petugas pemadam kebakaran dan juga
penyediaan areal lapangan untuk manuver kendaraan petugas. Tujuan dari penelitian ini
yaitu untuk mengetahui kinerja tim pemadam dalam upaya penanggulangan kejadian
kebakaran ditinjau dari aspek sumber daya manusia (SDM) sesuai Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 16 Tahun 2009, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 20/PRT/M/2009
dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 25/PRT/M/2008 serta standar internasional
NFPA 1001, NFPA 1500. Melalui penelitian ini di dapatkan bahwa Analisis kinerja tim (sumber
daya manusia) pemadam kebakaran bidang operasional dan pengendalian meliputi; 1)
klasifikasi, 2) kualifikasi, 3) perencanaan dan pengadaan sumber daya manusia, 4) pendidikan
dan pelatihan serta sertifikasi sumber daya manusia/personil pemadam kebakaran
menunjukan bahwa 50% sesuai dengan Permen PU No. 20/PRT/M/2009 dalam hal klasifikasi.
35,83% sesuai dengan permendagri No. 16 Tahun 2009 mengenai jabatan fungsional, 58,33%
sesuai dengan Permen PU No. 20/PRT/M/2009 mengenai perencanaan dan pengadaan
sumber daya manusia, 13 24,10% sesuai dengan Permen PU No. 20/PRT/M/2009 sesuai
dengan nalisis pengembangan, pendidikan dan pelatihan serta sertifikasi SDM. Keempat,
penelitian berjudul “Analisis Pelaksanaan Tugas Dinas Pemadam Kebakaran Kota Pekanbaru
Pada Tahun 2008-2012” oleh : Yudhi Kuswandi penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pelakasanaan tugas dinas terkait dan menjelaskan faktor-faktor penghambat yang
mempengaruhi pelaksanaan tugas oleh Dinas Pemadam Kebakaran Kota Pekanbaru. Dari
penelitian ini di dapatkan bahwa dalam pelaksanaan tugas hambatan yang ditemui yaitu
waktu dan kelancaran petugas menuju tempat kejadian perkara, sarana prasarana pemadam
kebakaran yang kurang memadai, sikap petugas yang berpengaruh terhadap pelayanan
kepada masyarakat, kurangnya sosialisasi tentang pencegahan dan penanggulangan
kebakaran kepada masyarakat, dan perlu dilakukan pendidikan dan latihan untuk
meningkatkan kemampuan teknis dan pengetahuan personil pemadam kebakaran. Kelima,
penelitian berjudul “Analisis Kualitas Pelayanan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Surabaya”.
Analisis ini diteliti oleh : Adelberty, Mertilinda. Dari penelitian ini Hambatan tersebut antara
lain, kerumunan warga saat kebakaran terjadi, lalu lintas yang padat, informasi yang tidak
akurat, akses masuk ke lokasi tempat kejadian perkara yang sempit seperti adanya gapura,
gang, portal, polisi tidur yang tidak sesuai standarisasi sehingga menghambat petugas dalam
memadamkan kebakaran.
organisasi tidak berjalan dengan baik dan rekrutment sulit dilakukan. Kini, dengan perbaikan
peraturan yang ada membuat masyarakat secara tidak langsung berperan aktif dalam upaya
mitigasi kebakaran. Dukungan masyarakat terhadap BALAKAR turut menentukan kelancaran
program di lapangan. Kedelapan, kajian mitigasi bencana kebakaran di permukiman padat
(studi kasus: kelurahan taman sari, kota bandung) oleh Furi Sari Nurwulandari. Secara garis
besar, kajian ini membahas wilayah kajian mitigasi bencana Kebakaran di permukiman padat
Kelurahan Taman Sari, Kota Bandung yang terdiri dari 35 wilayah dan memiliki kasus kejadian
kebakaran. Masyarakat di kelurahan tersebut memiliki potensi komunitas yang dapat
dikembangkan diantaranya dengan 1) adanya inisiatif masyarakat dalam mensosialisasikan
program siaga bencana melalui surat edaran dan pelatihan-pelatihan 2) Masyarakat
menyediakan sarana 16 rumah tangga sebagai alat pencegah kebakaran lokal 3) keperdulian
antar-warga, apabila terjadi kendala, sehingga memudahkan pemecahan masalah sosial yang
terjadi di masyarakat. Rukun Warga (RW) 9, RW 16 dan RW 20 Kelurahan Tamansari,
termasuk wilayah yang berisiko terhadap bencana kebakaran, karena wilayah ini memiliki
riwayat kejadian kebakaran, serta memiliki sumber potensi api yang cukup tinggi yang
berasal dari aktivitas lingkungan sekitar (adanya keberadaan SPBU dan pedagang gas dan
BBM eceran. Berdasarkan skenario mitigasi yang dirumuskan untuk ketiga RW Kelurahan
Taman Sari, maka secara umum dapat dilakukan pendekatan mitigasi dengan
mempertimbangkan faktor pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, penanggulangan
kedaruratan, pemulihan dan pembangunan. Kesembilan, kajian pustaka melalui skripsi
“Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Kebakaran Terhadap Arsip di Dinas Perpustakaan Dan
Kearsipan Kota Yogyakarta” yang ditulis oleh Hana Rosila. Dalam skripsi ini

Kesadaran akan pentingnya pencegahan kebakaran dan penanggulangan dini terhadap bahaya
kebakaran, pada umumnya masih dirasakan sangat kurang, khususnya untuk rakyat Indonesia.
Sehingga masih seringkali terjadi kejadian kebakaran yang selalu mengakibatkan banyak
kerugian.  Untuk mencegah kejadian kebakaran dan mengurangi dampak yang ditimbulkannya,
diperlukan tingkat pengetahuan tentang api yang memadai.

Karena itulah diperlukan pelatihan ini.   Banyak faktor yang bisa mempercepat terjadinya bahaya
api atau kebakaran bahkan ledakan, faktor-faktor tersebut kadang-kadang kurang diperhatikan
oleh kebanyakan orang, padahal upaya pencegahan kebakaran lebih mudah dan lebih murah,
dibandingkan upaya penanggulangannya.  Karena itulah, dalam pelatihan ini upaya pencegahan
kebakaran lebih diutamakan.

I I . T U J U A N 1.
Memberikan pengetahuan dan keahlian tentang prosedur penanganan bencana,
kodeemergensi, dan teknik-teknik pencegahan dan penanggulangan kebakaran di tempatatau
di lingkungan kerja.
2.
Melatih peserta agar siap dalam menangani bencana dan menatalaksana 
k o d e emergensi serta mampu melakukan pemadaman kebakaran sesuai jenis
kebakarandan metodenya.
3.
Melatih peserta agar dapat mengoperasikan APAR.
4.
Melatih peserta agar dapat melakukan teknik evakuasi yang benar.
III.CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
1.Presentasi Materi2 . D i s k u s i 3 . S i m u l a s i 4.Pretest dan
P o s t t e s t 5.Pemberian sertifikat setelah pelatihan kepada pesert

Perkembangan teknologi kini memacu timbulnya berbagai resiko kecelakaan kerja, salah
satunyayang mungkin terjadi adalah kebakaran. seperti yang kita ketahui peristiwa
kebakaran dapat terjadikapanpun dan dimanapun. Tidak ada ruang ataupun lingkungan yang
terbebas dari resiko kebakaran,dimana peristiwa tersebut dapat mengakibatkan korban
materi serta adanya korban jiwa maupunkerugian lain secara tidak langsung. Sehingga
alangkah bijaksananya kita untuk selalu siaga denganmenyiapkan alat pemadam
kebakaran. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah alat pemadam api portable yang mudah
dibawa, cepatdan tepat di dalam penggunaan untuk awal kebakaran, selain itu pula karena
bentuknya yang portabledan ringan sehingga mudah mendekati daerah kebakaran. Oleh
karena itu cara penggunaan APARdan pemahaman terhadap fungsi-fungsi serta
bagaimana management penggunaan Alat Pemadam Api Ringan serta tata letak APAR
penting diketahui oleh setiap pegawai di Rumah Sakit, karenakanfungsinya untuk penanganan
dini dalam menangani kebakaran bisa semaksimal mungkin. Pada hariKamis, Jumat dan Sabtu,
14, 15 & 16 September 2017 pukul 09.00 pagi sampai dengan selesai, telahdiadakan inhouse
training Pelatihan Pencegahan & Penanggulangan Kebakaran diselenggarakan olehRumah
Sakit Dera As-Syifa Banjarharjo Kabupaten Brebes bekerja sama dengan Dinas
PemadamKebakaran Kota Brebes. Pelatihan ini diikuti oleh seluruh karyawan.Dijelaskan secara
singkat tentang pelatihan ini, pada sambutan pembukaan oleh Direktur RumahSakit Dera As-
Asyifa disampaikan bahwa selain untuk pemenuhan akreditasi, pencegahan
danpenanggulangan kebakaran adalah salah satu bentuk penilaian kinerja terhadap
pegawai. Pelatihankemudian ditutup dengan praktek lapangan tentang cara penanggulangan
kebakaran dengan media APAR dan karung goni basah. Diharapkan setelah mengikuti Pelatihan
Pencegahan &Penanggulangan Kebakaran, para peserta training diharapkan mampu
memahami fungsi alatpemadam kebakaran (APAR), mampu menggunakan APAR
yang benar dan tepat, mampumenganalisa faktor-faktor yang menyebabkan kebakaran,
dan mampu mendesign management APARdi Rumah Sakit

MATERI API Suatu masa / zat gas yang dapat timbul karena adanya reaksi oksidasi yang
bersifatexotermis dan dapat menghasilkan panas, nyala, cahaya dan asap. Oksidasi adalah
reaksi kimiaantara bahan / benda dengan oksigen (O2). Pengoksidasian cepat yang diikuti
oleh peristiwa api, ataunyala. Kebakaran adalah suatu bencana, malapetaka atau musibah
yang ditimbulkan oleh api yangtidak terkendali/tidak diharpakan/tidak dibutuhkan, sukar
dikuasai, merugikan, memusnahkan hartabenda dan mengancam keselamatan jiwa.
Daerah kebakaran adalah suatu daerah/lokasi yangdiancam bahaya kebakaran dan
mempunyai jarak 50 (lima puluh) meter dari titik api terahir.Daerah Bahaya Kebakaran
suatu daerah/lokasi yang diancam bahaya kebakaran danmempunyai jarak 25 (dua lima)
meter dari titik api kebakaran terakhir. Pencegahan bahaya kebakaranadalah usaha tindakan
yang dilakukan sebelum terjadi kebakaran dengan maksud mengurangi faktorpenyebab
terjadinya kebakaran. PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN Usaha/tindakan
yangdilaksanakan/dilakukan baik sebelum pada saat maupun setelah kebakaran.9. ALAT
PEMADAM API Adalah alat untuk memadamkan kebakaran, yang mencakup alat pemadam
api ringan dan alatpemadam api berat/yang menggunakan roda. MEDIA PEMADAMAN Jenis
bahan yang dipergunakanuntuk memadamkan kebakaran.Titik nyala suhu terendah dimana
suatu zat/bahan cukup mengeluarkan uap dan menyala, biladitemui sumber panas yang
cukup. Suhu penyalaan sendiri merupakan suhu temperatur dimana suatuzat dapat menyala
dengan sendirinya tanpa adanya sumber panas dari luar.13. PENGEMBANGAN API Suatu
penyalaan serentak dalam ruangan ketika uap bahan bakar mencapai titik
penyalaannyadimana oksigen mencukupi dan temperatur/panas tinggi.14. PENYALAAN
HEBAT SETELAH APIMENGECIL Suatu ledakan yang terjadi ketika oksigen tiba-tiba
masuk pada api yang sudah mengecildalam ruangan tertutup yang sangat panas.Fisika dan
Kimia Api Bentuk Visual Api a. Api Menyala / Berkobar (Flaming Fire) Nyala api:Gas hasil
akhir reaksi pembakaran yang memancarkan energi panas dan cahaya. Warna dari nyala
apitergantung dari bahan- bahan yang terbakar. b. Api Membara (Glowing Fire) Warna bara
api padapermukaan benda berhubungan dengan temperaturnya. Kimia Api Api : adalah
hasil akhir darisejumlah reaksi kimiawi (pembakaran/oksidasi) yang berunsurkan bahan
bakar, oksigen danpanas.Pembakaran: reaksi berantai yang menghasilkan energi panas
yang cukup untuk disebarkankepada bahan bakar lainnya menjadi ikut terbakar.Kebakaran
adalah peristiwa pembakaran yang tidak
4/7
terkendali & menimbulkan kerugian. API Tidak Terkendali Kebakaran - Tidak Terkendali
Pembakaran -KerugianGas Beracun Hasil Pembakaran a. Carbon Monoksida (CO) b.
Carbon Dioksina (CO2) c.Hidrogen Cianida (HCn) d. Phosgene (COCl2) e. Hidrogen Clorida
(HCl) Dalam konsentrasi tertentusenyawa kimia hasil pembakaran dapat mengancam
keselamatan jiwa manusia. Panas Oksigen-Tingkatan energi suatu - Gas yang mendukung
bahan untuk terbakar prores pembakaran. pada suhubakarnya. Panas - Udara mengandung
21% oksigen Ba Ok ha si g nB en ak ar Wujud Bahan PadatCair Gas. Panas Reaksi Rantai
Tetrahedron Api Ba 3 (tiga) komponen pembentuk api disertai adanyareaksi rantai han Ok
digambarkan dalam piramida api (tetrahedron api) sebagai berikut Ba sige kar nReaksi
rantai menunjukkan suatu proses pembakaran yang berkesinambungan
sehinggamenyebabkan proses pembakaran bertambah besar Panas OksigenPanas Asap
Rantai Reaksi KimiaNyala Bahan Bakar Oks en igen Oksig. TETRAHEDRON OF FIRE
UDARA OKSIGEN > 16 %MATERIAL YG PANAS YANGBISA TERBAKAR MELEBIHI
TITIK NYALA. Tahap Pengembangan ApiDalam Ruangan Perkembangan api yang terjadi
dalam ruangan /bangunan dapat dikenali melalui limatahap yaitu:A. Penyalaan Api muncul
dalam ruangan. Api masih relatif kecil. Pengembangan PenuhB.Pegembangan Awal Api
terus berkembang. Bahan bakar masih banyak. Penyalaan Serentak SurutC.Penyalaan
Serentak SUHU Pengembangan Tahap Flashover. Awal Seluruh materi
terbakar.Kebakaran sulit dikendalikan.D. Pengembangan Penuh Ruangan beserta isinya
terbakar Waktu secarasempurna.E. Surut Seluruh materi terbakar habis, api mulai
padam.Klasifikasi Jenis KebakaranKebakaran Kelas Kebakaran Kelas Kebakaran bahan
biasaKebakaran bahan cairan yang mudah terbakar yang mudah terbakar Kayu,
kertas, kain, plastik &Minyak bumi, bensin, gas, termasuk tumbuhan kering lemak dan
sejenisnya.Kebakaran KelasKebakaran Kelas Kebakaran listrik (hubung Kebakaran dari
bahan singkat, kebocoran listrik)mengandung logam Peralatan Listrik termasuk Zeng,
Magnesium, peralatan elektronik Aluminium,Sodium & lain-lain. SELARAS SELARAS
Outbound™ The Spirit Of Harmony Peralatan PemadamKebakaranAlat Pemadam Api
Sederhana/Tradisional Adalah peralatan pemadam api yangmenggunakan media/bahan
dari alam & penggunaan maupun pemindahannya secara sederhana. AlatPemadam Api
SederhanaAir Pasir Karung Alat bantu: Alat bantu: Alat bantu: - Ember,Kaleng -
Ember,Sekop, Cangkul - Karung goni Metode Pemadaman: Metode Pemadaman:
MetodePemadaman: Pendinginan Pembatasan Oksigen Pembatasan Oksigen. Alat
Pemadam pemadam yangdapat alat pemadam api ringan mempunyai berat ½ kg dijinjing
atau dibawa, dioprasikan oleh satuorang dilengkapi dengan penggunaannya untuk api kecil /
tindakan awal. Apar jenis air mudah di dapatbahannya dalam penggunaan Efektif
menurunkan suhu kebakaran Kelas A APAR JENIS TEPUNG
5/7
KIMIA Kimia Multipurpose dapat memadamkankebakaran kelas ABC Bahan baku : -
Kalium Sulfat -Mono Ammonium Phosphat APAR JENIS BUSA Cairan yang berbentuk
gelembung-gelembung kecil yang dapatmengapung diatas permukaan zat air dan dapat
mengalir dipermukaan zat padat. Dipergunakan untukmemadamkan kebakaran kelas A
dan B. Terdapat unsur air tidak dapat digunakan untukmemadamkan kebakaran kelas
C. APAR JENIS CO2 Pendinginan, gas yang dingin efektif menurunkantemperatur
penyalaan pada bahan yang terbakar. Penyelimutan, dalam jumlah yang besar
gas/saljudapat menutupi bahan yang terbakar sehingga terpisah dengan oksigen APAR
JENIS HALON Bentuk cair dan menguap dengan cepat dalam daerah kebakaran.Efektif
pada kebakaran kelas B dan C. Efektif digunakan pada ruangan tertutup. Penyelimutan,
bekerjadengan cara mendesak oksigen sehingga tidak bercampur dengan bahan
bakar. PENGGUNAAN APAR Ambil APAR dari tempatnya Lepaskan selang dari jepitannya
Cabut pen pengaman Pegangnozzle dengan tangan kiri arahkan ke atas Tekan katup/untuk
mencoba/tes alat Ambil jarak ± 2 meter Arahkan nozzle ke sumber api Sapukan di mulai dari
Api yang terkecil ( PASS) Pull, Aim , Squeeze,Sweep SELARAS SOSIALISASI APAR (Alat
Pemadam Api Ringan) dan simulasi pemadam kebakarandi Rumah sakit Dera As-Syifa
14, 15, 16 September 2017 pukul 09.00 WIB bertempat di ruangpertemuan (aula)
kantor Pengadilan Negeri Banjarmasin berlangsung acara sosialisasi APAR dalamrangka
penanggulangan bencana kebakaran. Sosialisasi ini di ikuti oleh kepala bagian, kasie,
koorddan penanggung jawab K3 dengan antusias. Setelah sosialisasi dilanjutkan
dengan simulasipemadam kebakaran yang bertempat di halaman depan (parkir) Rumah
Sakit Dera As-Syifa oleh timBadan Penanggulangan Bencana Daerah dan Kebakaran
Kabupaten Brebes.Sosialisasi dan simulasi ini dilakukan dalam rangka mempercepat
akreditasi yang merupakanagenda penting Pengadilan Negeri Banjarmasin di tahun 2016 ini.
Pelatihan APAR (Alat Pemadam ApiRingan) ini bertujuan untuk memberi pemahaman
kepada pegawai tentang fungsi APAR, juga melatihpara pegawai agar mampu
menggunakan APAR dengan tepat dan benar untuk menanggulangikebakaran dalam
skala kecil. Sosialisasi APAR (Alat Pemadam Api Ringan) ini disampaikan langsungoleh
Bapak Zuliansyah dari Badan penanggulangan Bencana Daerah dan Kebakaran
KotaBanjarmasin, dengan penyampaian informasi mengenai jenis APAR (Alat Pemadam Api
Ringan) yangtersedia di yaitu :1. APAR isi Powder2. APAR isi Gas CO2Selain itu juga
dijelaskan mengenai ciri kondisi APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang siap pakai :1.Posisi
masih tersegel,2. Ada Pen Pengaman,

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam, dan/atau faktor nonalam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. (Undang-Undang No 24 Tahun 2007)
Bencana yang disebabkan oleh faktor alam atau yang biasa disebut bencana alam adalah bencana
yang disebabkan oleh peristiwa alam antara lain gempa buni, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana yang disebabkan oleh faktor nonalam adalah
bencana yang disebabkan oleh peristiwa nonalam antara lain gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemik, dan wabah penyakit. Bencana yang disebabkan oleh faktor manusia atau bencana sosial
adalah bencana yang disebabkan oleh manusia antara lain konflik sosial antar kelompok atau antar
komunitas dan terror. (Undang-Undang No 24 Tahun 2007) Kebakaran adalah suatu situasi dimana
bangunan pada suatu tempat seperti rumah pemukiman, pabrik, pasar, gedung, dan lain-lain dilanda
api yang menimbulkan korban dan/atau kerugian. (Undang-Undang No 24 Tahun 2007) Kebakaran
merupakan salah satu bencana yang disebabkan oleh faktor nonalam. Kebakaran meupakan kejadian
timbulnya api yang tidak diinginkan atau api yang tidak pada tempatnya, dimana kejadian tersebut
terbentuk oleh tiga unsur 2 utama yaitu unsur bahan bakar atau bahan yang mudah terbakar, unsur
oksigen serta sumber panas. (Undang-Undang No 24 Tahun 2007) Menurut NFPA (National Fire
Protection Association) Kebakaran adalah suatu peristiwa oksidasi yang melibatkan tiga unsur yang
harus ada, yaitu : bahan bakar, oksigen, dan sumber panas yang berakibat menimbulkan kerugian
harta benda, cidera bahkan kematian. Pada tahun 2017, Evarts melaporkan bahwa dari data
Departemen pemadan kebakaran umum Amerika Serikat terdapat 1.319500 kejadian kebakaran di
tahun 2017. Dengan total kerugian 23 miliar dollar amerika dan 3400 korban jiwa. Kebakaran
menempati angka tertinggi dalam bencana non alam di Indonesia. Menurut data BNPB telah terjadi
1212 kejadian dengan korban meninggal dunia sebanyak 97 jiwa dalam kurun waktu sepuluh tahun
terakhir. Sedangkan di Jawa Tengah, Kebakaran menempati peringkat kedua dalam kejadian bencana
di jawa tengah tahin 2017 setelah tanah longsor dengan 571 kejadian dengan taksiran kerugian
39.283.373. Menurut data Dinas Kebakaran Kota Semarang, Kejadian kebakaran meningkat dalam
kurun waktu 3 tahun terakhir. Terdapat 162 kejadian di tahun 2016, meningkat di tahun 2017 dengan
304 kejadian dan 409 kejadian di tahun 2018. Dan sampai bulan September 2019, terdapat 386
kejadian kebakaran dengan 4 kejadian kebakaran di Pasar. Penyelenggaraan penanggulangan
bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijkan pembangunan yang berisiko
timbulnya bencana, 3 kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Penyelenggarann ini bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan
bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh dalam rangka memberikan
perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, risiko dan dampak bencana. Pada pasal 3 Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana, penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi pra bencana, saat tanggap darurat,
dan pasca bencana. Menurut Menya (2016) dalam Jurnal Urban Of Management, Pemerintah
Kabupaten Nairobi sering terjadi bencana kebakaran karena belum adanya kebijakan dan kurangnya
fasilitas pemadam kebakaran. Pasar Tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli
serta ditandai dengan adanya transaksi secara langsung dan biasanya ada proses tawarmenawar.
Bangunan pasar biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los, dan dasaran terbuka yang disediakan
oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Sampai saat ini pasar tradisional masih menjadi pilihan
rakyat, sehingga mengakibatkan mobilitas yang tinggi antara penjual dan pembeli. Aktivitas pasar
selama 24 jam. Dimulai para pedagang yang berbelanja guna dijual kembali pada dini hari, sampai
pedagang makanan yang biasa berjualan dari sore hari sampai dini hari. (Malano, 2013) Bangunan
pasar tradisional merupakan salah satu gedung yang memiliki resiko kebakaran yang tinggi. Hal ini
disebabkan karena adanya ketiga unsur penyebab terjadinya kebakaran. Mobilitas yang tinggi, dan
aktivitas yang berisiko 4 tinggi seperti berjualan makanan menggunakan sumber api terbuka, perilaku
penghuni, dan instalasi listrik. Kebakaran pasar tradisional menimbulkan kerugian yang besar. (Ramli,
2010) Beberapa kejadian kebakaran pasar di Indonesia antara lain kebakaran Pasar Kalimaling
Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang pada 14 Desesmber 2018 akibat korleting listrik yang
mengakibatkan kerugian sekitar 1,2 miliyar rupiah. Kebakaran Pasar Johar Semarang pada 8 Mei 2015
akibat korsleting listrik. Kebakaran Pasar Legi Solo 29 Oktober 2018 diduga akibat korsleting listrik.
Kejadian kebakaran pasar di Kota Semarang menurut Dinas Kebakaran Kota Semarang pada tahun
2019 telah terjadi 3 kejadian. Menurut Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 Tahun 2000
tentang ketentuan teknis manajemen penanggulangan kebakaran di perkotaan, pasar termasuk
dalam klasifikasi kebakaran sedang III. Risiko bahaya yang memicu timbulnya api di Pasar Peterongan
adalah konsleting listrik, kebiasaan orang mematikan rokok, dan peralatan memasak bagi pedagang
makanan yang ada di dalam pasar. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 15 April 2019
di Pasar Peterongan. Pasar Peterongan memiliki sistem proteksi kebakaran berupa APAR, hydrant,
detektor kebakaran dan alarm kebakaran. Jika dibandingkan dengan pasar tradisional di Kota
Semarang yang lain. Berdasarkan data dari Dinas Perdagangan Kota Semarang, Pasar Peterongan
memiliki risiko bahaya lebih tinggi dengan jam operasional 24 jam dan penggunaan sumber api
terbuka, selain itu jumlah APAR yang paling banyak dengan total 48 APAR.Untuk tim khusus yang
menangani kebakaran tidak ada, serta hanya kepala pasar peterongan dan petugas kemananan yang
bisa cara menggunakan APAR. 6 Berdasarkan latar belakang diatas, timbul gagasan untuk dilakukan
penelitian yang berjudul “Analisis Manajemen Sistem Kebakaran di Pasar Peterongan Kota Semarang
“. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1.2.1 Rumusan Masalah Umum Adapun rumusan masalah yang terdapat
dalam penelitian ini sebagai berikut : “Bagaimana manajemen sistem kebakaran di Pasar Peterongan
Kota Semarang?” 1.2.2 Rumusan Masalah Khusus 1. Bagaimana Organisasi Penanggulangan
Kebakaran di Pasar Peterongan? 2. Bagaimana Tata Laksana Operasional di Pasar Peterongan? 3.
Bagaimana Sumber Daya Manusia Penanggulangan Kebakaran di Pasar Peterongan? 4. Bagaimana
Sistem Proteksi Kebakaran di Pasar Peterongan? 1.3 TUJUAN 1.3.1 Tujuan Umum Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran manajemen sistem kebakaran di Pasar
Peterongan Kota Semarang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui bagaimana Organisasi
Penanggulangan Kebakaran di Pasar Peterongan? 2. Untuk mengetahui bagaimana Tata Laksana
Operasional di Pasar Peterongan? 7 3. Untuk mengetahui bagaimana Sumber Daya Manusia
Penanggulangan Kebakaran di Pasar Peterongan? 4. Untuk mengetahui bagaimana Sistem Proteksi
Kebakaran di Pasar Peterongan? 1.4 MANFAAT 1.4.1 Untuk Peneliti 1. Sebagai tambahan
pengetahuan dan merupakan pengalaman dalam melakukan penelitian dan penulisan ilmiah. 2.
Memperdalam, mengembangkan pengetahuan serta menambah wawasan mengenai manajemen
dan sistem proteksi kebakaran. 1.4.2 Untuk Pasar Peterongan Meningkatkan pengetahuan dan
kewaspadaan dalam mencegah terjadinya kebakaran. 1.4.3 Untuk Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Penelitian ini dapat menambah informasi pengetahuan dalam Keselamatan dan
Kesehatan Kerja khususnya tentang manajemen dan sistem proteksi kebakaran di pasar tradisional.
1.5 KEASLIAN PENELITIAN Tabel 1.1 Penelitian-Penelitian Y

Kebakaran adalah suatu peristiwa oksidasi yang melibatkan tiga unsur yang harus ada, yaitu : bahan
bakar, oksigen, dan sumber panas yang berakibat menimbulkan kerugian harta benda, cidera bahkan
kematian (NFPA). Sedangkan menurut Geotsch (2008), kebakaran adalah kondisi dimana api tumbuh
dan berkembang, 3 elemen yang diperlukan untuk memulai dan mendukung terjadinya api adalah
oksigen, bahan bakar, dan panas. Karena oksigen secara alami merupakan sesuatu yang palin banyak
berada di bumi, bahaya kebakaran biasanya melibatkan bahan bakar atau panas. Sehingga dapat
dikatakan api bisa terbentuk jika terdapat keseimbangaan tiga unsur yang terdiri dari bahan bakar,
oksigen, dan panas atau yang biasa disebut segitiga api. Bila salah satu unsur disingkirkan, api tidak
dapat mrnyala dan bila sedang berlangsung akan dapat terpadamkan. 2.2.2 Konsep Kebakaran Dalam
peraturan menteri no 11. Tahun 1997 Tentang Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan, dijelaskan
bahwa untuk dapat nyala api diperlukan tiga unsur pokok, yaitu adanya unsur bahan bakar (fuel),
oksigen (O2), dan panas (heat). Apabila salah satu unsur dari segitiga tersebut tidak ada maka api
tidak akan terjadi. Berikut mengenai segitiga api : 10 Gambar 2.1 Segitiga Api 1. Bahan bakar (fuel),
yaitu unsur bahan bakar baik padat, cair, atau gas yang dapat terbakar dan bercampur dengan
oksigen dari udara. 2. Sumber panas (heat), yang menjadi pemicu kebakaran dengan energi yang
cukup untuk menyalakan campuran antara bahan bakar dan oksigen dari udara. 3. Oksigen, yang
terkandung dalam udara. Tanpa adanya udara atau oksigen, maka proses kebakaran tidak dapat
terjadi. Kebakaran dapat terjadi jika ketiga unsur api tersebut saling bereaksi satu dengan yang
lainnya. Tanpa adanya salah satu unsur tersebut, api tidak dapat terjadi, bahkan masih ada unsur
keempat yang disebut reaksi berantai, karena tanpa adanya reaksi pembakaran maka api tidak akan
dapat hidup terus menerus. Keempat unsur ini sering disebut juga fire tetrahedron. 11 Gambar 2. 2
Fire Tetrahedron 2.2.3 Sumber Penyalaan Api 1. Api Terbuka Penggunaan api terbuka didaerah
berbahaya atau terdapat bahan-bahan yang mudah menyala sering dapat menjadi sumber penyebab
terjadinya kebakaran antara lain pengelasan, pemotongan dengan gas acetilin, dapur api. 2.
Permukaan Panas Pesawat atau instalasi pemanas, pengering, oven apabila tidak terkendali atau
kontak dnegan bahan hingga mencapai suhu penyalaan dapat menyebabkan kebakaran. 3. Peralatan
Listrik Peralatan listrik juga mempunyai potensi bahaya kebakaran apabila tidak memenuhi standard
keamanan dalam pemakaian misalnya : pembebanan berlebihan, tegangan melebihi kapasitas, dan
bunga pada motor listrik. 4. Reaksi Exothermal 12 Panas akibat bahan kimia terutama akibat reaksi
yang terjadi disamping mengeluarkan panas juga menghasilkan gas yang mudah terbakar seperti
reaksi batu karbit dengan air, reaksi bahan kimia yang peka terhadap asam. 5. Gesekan Mekanis
Akibat gesekan secara mekanis seperti pada peralatan yang bergerak bila tidak diberi pelumas secara
teratur dapat menimbulkan panas. Bunga api mekanis atau bubutan gerinda dapat menjadi sumber
nyala bila kontak dengan bahan yang mudah terbakar. 6. Loncatan Bunga Api Listrik Statis Akibat
pengaruh mekanis pada bahan non konduktor akan dapat terjadi penimbunan elektron (akumulasi
listrik statis) misalnya adalah bahan non konduktor, bila minyak dialirkan melalui slang dengan
tekanan tinggi, maka electron akan tertimbun pada minyak tersebut, dan pada keadaan tertentu
dapat menjadi loncatan electron dan dapat menjadi sumber penyebab kebakaran. 2.1.4 Klasifikasi
Kebakaran Pembagian atau penggolongan kebakaran menurut bahan bakarnya akan membantu
dalam pemilihan media pemadaman yang akan kita gunakan. Sehingga pemadaman dapat dilakukan
dengan cepat. (Peraturan menteri No. 11 tahun 1997) menurut peraturan menteri no 4 /MEN/1980
kebakaran diklasifikasikan menjadi 4, yaitu kategori A,B,C,D. 1. Kategori A adalah suatu kejadian
kebakaran yang disebabkan oleh bendabenda padat kecuali logam, sifat dari kebakaran ini adalah
bahan bakarnya 13 tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak dalam bentuk bara.
Seperti contohnya kayu, kertas, dan plastik. 2. Kategori B adalah kebakaran benda bahan bakar cair
atau gas, kebakaran terjadi diatas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas tersebutlah mudah
terbakar. Sifat dari kebakaran ini mudah mengalir dan menyalakan api ke tempat lainnya. Contohnya
kerosene, bensin, LPG dan minyak. 3. Kategori C adalah sbeuah kebakaran yang disebabkan oleh
suatu instalasi listrik yang rusak atau kongslet, contohnya breaker listrik, peralatan alat elektronik. 4.
Kategori D adalah kebakaran pada benda-benda logam, seperti magnesium, aluminium, natrium.
Menurut NFPA (2002), kebakaran dibedakan menjadi 6 kelas, yaitu : 1. Kelas A kebakaran kertas kain,
plastik, dan kayu 2. Kelas B kebakaran metana, amoniak, dna solar 3. Kelas C kebakaran arus pendek
4. Kelas D kebakaran aluminium, tembaga, besi dan baja 5. Kelas E kebakaran bahan-bahan radioaktif
6. Kelas K kebakaran lemak dan minyak masak 2.1.5 Faktor Penyebab Kebakaran Umumnya faktor
penyebab kebakaran bersumber pada 3 faktor yang dapat menimbulkan adanya nyala api
diantaranya (Dewi, 2013): 2.1.5.1 Faktor Manusia Penyebab kebakaran dari faktor manusia berupa :
14 1. Human eror, kurangnya disiplin dan sebagainya. Sebagai contoh dari manusia yang kurang
disiplin adalah membuang putung rokok dengan sembarangan. Putung rokok yang belum mati
sempurna berpotensi menyebabkan terjadinya kebakaran. 2. Pengelola minimnya pengawasan,
rendahnya perhatian terhadap keselamatan dan sebagainya. 2.1.5.2 Faktor Teknis Penyebab
kebakran dari faktor teknis dapat berupa : 1. Fisik atau mekanis, yaitu peningkatan suhu (panas) atau
adanya api terbuka, 2. Kimia, yaitu penanganan, pengangkutan, dan penyimpanana tidak sesuai
petunjuk yang ada, 3. Listrik (hubungan arus pendek/korsleting), penyebab kebakaran ini karena
perlengkapan listrik yang digunakan tidak sesuai dengan prosedur yang benar dan standard yang
telah ditetapkan oleh LMK ( Lembaga Masalah Kelistrikan) PLN, Karena rendahnya kualitas peralatan
listrik dan kabel yang digunakan, serta karena instalasi yang asal-asalan dan tidak sesuai peraturan.
2.1.5.3 Faktor Alam Dan Bencana Alam Penyebab kebakaran dari faktor alam adalah bencana alam
dapat berupa petir, gunung meletus, gempa bumi, dan sebagainya. Petir juga dapat menyebabkan
kebakaran. Petir ini merupakan faktor alam yang tidak bisa dihindari. 15 2.1.6 Tingkat Bahaya
Kebakaran Tingkat bahaya kebakaran dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu : 2.1.6.1 Bahaya Kebakaran
Ringan Ancaman bahaya kebakaran yang mempunyai nilai dan kemudahan terbakar rendah dan
apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah, sehingga penyalaran api kecil. 2.1.6.2 Bahaya
Kebakaran Sedang I Ancaman bahaya kebakaran mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar
sedang, penimbunana bahan yang mudah terbakar setinggi 2,5 meter. Pelepasan panas kebakaran
yang sedang sehingga penjalaran apinya sedang. 2.1.6.3 Bahaya Kebakaran Sedang II Ancaman
bahaya kebakaran yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan
yang mudah terbakar dengan tinggi lebih dari 4 meter. Pelepasan panas kebakaran panasnya sedang,
sehingga penjalaran api sedang. 2.1.6.4 Bahaya Kebakaran Sedang III Ancaman bahaya kebakaran
yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi, menimbulakan suhu panas agak tinggi
sehingga penjalaran api agak cepat. 2.1.6.5 Bahaya Kebakaran Berat/Tinggi Ancaman bahaya
kebakaran yang mempunyai nilai sangat tinggi dan apabila terjadi akan melepaskan suhu panas tinggi
sehingga penjalaran api sangat cepat. 16 2.1.7 Konsep Pemadaman Kebakaran Dalam hal ini
kebakaran dapat dipadamkan dengan dilakukan dengan beberapa teknik atau pendekatan yaitu
(Ramli, 2010) : 2.1.7.1 Teknik Pendinginan (Cooling) Teknik memadamkan kebakaran dengan cara
mendinginkan atau menurunkan temperature uap atau gas yang terbakar sampai ke bawah
temperature nyalanya. Jika panas tidak memadai, maka suatu bahan tidak akan mudah terbakar.
Cara ini banyak dilakukan oleh petugas pemadam kebakaran dengan menggunakan semprotan air ke
lokasi atau titik kebakaran sehingga api secara perlahan dapat berkurang dan mati. 2.1.7.2
Pembatasan Oksigen Untuk proses pembakaran suatu bahan bakar membutuhkan oksigen yang
cukup misalnya kayu akan mulai menyala pada permukaan bila kadar oksigen 4-5 %, acetylene
memerlukan oksigen dibawah 5 %, sedangkan gas dan uap hidrokarbon biasanya tidak akan terbakar
bila kadar oksigen dibawah 15 %. Sesuai teori segitiga api, kebakaran dapat dihentikan dengan
menghilangkan atau mengurangi suplai oksigen. Dengan membatasi atau mengurangi oksigen dalam
proses pembakaran api dapat padam. Teknik ini disebut smothering. 2.1.7.3 Penghilangan Bahan
Bakar Api secara alamiah akan mati dengan sendirinya jika bahan yang dapat terbakar sudah habis.
Atas dasar ini, api dapat dikurangi dengan menghilangkan atau mengurangi jumlah bahan yang
terbakar. Teknik ini disebut starvation. Teknik juga dapat dilakukan misalnya dengan menyemprot
bahan yang terbakar 17 dengan busa sehingga suplai bahan bakar untuk kelangsungan pembakaran
terhenti atau berkurang sehingga api akan mati. Api juga dapat dipadamkan dengan menjauhkan
bahan yang terbakar ke tempat yang aman. 2.1.7.4 Memutuskan Reaksi Berantai Cara yang terakhir
untuk emmadamkan api adalah dengan mencegah terjadinya reaksi rantai di dalam proses
pembakaran, para ahli menemukan bahwa reaksi rantai bias menghasilkan nyala api. Pada beberapa
zat kimia mempunyai sifat memecah sehingga terjadi rantai oleh atom-atom yang dibutuhkan oleh
nyala untuk tetap terbakar. 2.2 Bangunan Gedung Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 26/PRT/M/2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan
gedung dan lingkungan, bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tampat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau didalam
tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatanya, baik untuk hunian
atau tempat tinggal kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan social, budaya, maupun kegiatan
khusus, sedangkan bangunan gedung umum adalah bangunan yang digunakan untuk segala macam
kegiatan kerja, antara lain untuk : 1. Pertemuan umum 2. Perkantoran 3. Hotel 4. Pusat
perbelanjaan/mal 18 5. Tempat rekreasi/hiburan 6. Rumah sakit/ perawatan 7. Museum. 2.2.1 Kelas
Bangunan Gedung Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008 tentang
persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran, kelas bangunan gedung adalah pembagian bangunan
gedung atau bagian bangunan gedung sesuai dengan jenis peruntukan atau penggunaan bangunan
gedung sebgai berikut : 2.2.1.1 Kelas 1 (bangunan gedung hunian biasa) Satu atau lebih bangunan
gedung yang merupakan : 2.2.1.1.1 Kelas 1a Bangunan hunian tunggal yang berupa : 1. Satu rumah
tinggal, atau 2. Satu atau lebih hunian gandeng, yang masing-masing bangunannya dipisahkan
dengan sauatu dinding tahan api, termasuk rumah deret, rumah taman, unit town house, atau villa.
2.2.1.1.2 Kelas 1b Bangunan hunian tunggal yang berupa rumah asrama/kost, rumah tamu, hotel
atau sejenisnya dengan total lantai jurang dari 300 m2 dan tidak ditinggali lebih dari 12 orang secara
tetap dan tidak terletak di atas atau di bawah bangunan hunian lain atau bangunan kelas lain selain
tempat garasi pribadi. 2.2.1.2 Kelas 2 19 Bangunan hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunin
yang masingmasing merupakan tempat tinggal terpisah. 2.2.1.3 Kelas 3 Bangunan hunian diluar
bangunan kelas 1 dan 2, yang umum digunakan sevagai tempat tinggal lama atau sementara oleh
sejumlah orang yang tidak berhubungan, termasuk : 1. Rumah asrama, rumah tamu, losmen; atau 2.
Bagian untuk tempat tinggal dari suattu hotel atau motel; atau 3. Bagian untuk tempat tinggal dari
suatu sekolah; atau 4. Panti untuk orang berumur, cacat, atau anak-anak; atau 5. Bagian tempat
tinggal dari suatu banguna perawatan kesehatan yang menampung karyawan-karyawannya. 2.2.1.4
Kelas 4 Bangunan hunian campuran, yaitu tempat tinggal yang berada didalam suatu bangunan kelas
5,6,7,8, atau 9 dan merupaakan tempat tinggal yang ada dalam bangunan tersebut. 2.2.1.5 Kelas 5
Bangunan kantor, yaitu bangunan gedung yang dipergunakan untuk tujuan- tujuan usaha
professional, pengurusan administrasi, atau usaha komerdial diluar bangunan kelas 6,7,8, atau 9.
2.2.1.6 Kelas 6 Bangunan perdagangan, yaitu bangunan took atau bangunan lain yang dipergunakan
untuk tempat penjualan barang- barang secara eceran atau pelayana 20 pelayanan kebutuhan
langsung kepada masyarakat, termasuk : 1. Ruang makan, kafe, restoran; atau 2. Ruang makan
malam, bar, took atau kios sebagai bagian dari suatu hotel atau motel; atau 3. Tempat potong
rambut/ salon, tempat cuci umum; atau 4. Pasar, ruang penjualan, ruang pamer, atau bengkel. 2.3
Manajemen Proteksi Kebakaran Gedung Menurut Peraturaan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
20/PRT/M/2009 tentang pedoman teknis manajemen proteksi kebakaran ddi perkotaan, manajemen
proteksi kebakaran gedung adalah bagian dari manajemen bangunan intuk mengupayakan kesiapan
pemilik dan pengguna bangunan gedung dalam pelaksanaan kegiatan penvegahan dan
penanggulangan kebakaran pada bangunan gedung ( Departemen Pekerjaan Umum Republik
Indonesia, 2009). Setiap pemilik/pengguna bangunan gedung wajib melakukan kegiatan pengelolaan
risiko kebakaran meliputi kegiatan bersiap diri, meitigasi, merespon, dan pemulihan akibat
kebakaran. Selain itu setiap pemilik/pengguna bangunan gedung juga harus memanfaatkan
bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam ijin mendirikan bangunan gedung
termasuk pengelolaan risiko kebkaran melalui kegiatan pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan
secara berkala sitem proteksi kebakaran serta penyiapan personil terlatih dalam pengendalian
kebakaran (Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2009). 2.3.1 Organisasi Proteksi
Kebakaran Bangunan Gedung 21 Menurut Peraturaan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
20/PRT/M/2009, unsur pokok organisasi penanggulangan kebakaran bangunan gedung terdiri dari
penanggung jawab/ fire safety manager, personil komunikasi, pemadam kebakaran,
penyelamat/paramedic, ahli teknik, pemegang peran kebakaran lanati (floor warden), dan keamanan
(security) (Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2009). 2.3.1.1 Kewajiban
Pemilik/Pengguna Gedung Pemilik/pengelola bangunan gedung wajib melaksanakan manajemen
penanggulangan kebakaran dengan emmbentuk organisasi penanggulangan kebakaran yang
modelnya dapat berupa Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) yang akan mengimplementasikan
Rencana Pengaman Kebakaran (Fire Safety Plan) dan Rencana Tindakan Darurat Kebakaran (Fire
Emergency Plan) (Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2009). Besar kecilnya struktur
organisasi penanggulangan kebakaran tergantung pada klasifikasi risiko bangunan terhadap bahaya
kebakaran, tapak, dan fasilitas yang ttersedia pada bangunan. Bila terdapat unit bangunan lebih dari
satu, maka setiap unit bangunan gedung mempunyai Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) masing-
masing dan dipimpin oleh Kordinator Tim Penanggulangan Kebakaran Unit Bangunan (Departemen
Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2009). Pemilik/pengelola bangunan gedung wajib
melaksanakan manajemen penanggulangan kebakaran dengan membentuk organisasi
penanggulangan kebakaran yang modelnya dapat berupa Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK) yang
akan mengimplementasikan Rencana Pengaman Kebakaran (Fire Safety 22 Plan) dan Rencana
Tindakan Darurat Kebakaran (Fire Emergency Plan) (Departemen Pekerjaan Umum Republik
Indonesia, 2009). Berikut ini adalah model struktur organisasi penanggulangan bangunan gedung
menurut Peraturaan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2009. Gambar 2.3 Bagan
Penanggung Jawab Tim Penanggulangan Kebakaran Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 2009.
2.3.1.2 Struktur Organisasi Tim Penanggulangan Kebakaran Struktur organisasi Tim Penanggulangan
Kebakaran (TPK) antara lain terdiri dari : 1. Penanggung jawab Tim Penanggulangan Kebakaran (TPK)
2. Kepala bagian teknik pemeliharaan, membawahi : 1) operator ruang monitor dan komunikasi 2)
operator lift 3) operator listrik dan genset 4) operator air conditioning dan ventilasi 5) operator
pompa 3. Kepala bagian keamanan, membawahi : Pemilik/Pengelola Penanggung Jawab TPK
Koordinator TPK Unit Bangunan Koordinator TPK Unit Bangunan Koordinator TPK Unit Bangunan 23
1) Tim Pemadam Api (TPA) 2) Tim Penyelamat Kebakaran (TPK) 3) Tim Pengamanan (Departemen
Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2009). 2.3.2 Tata Laksana Operasional Tata laksana operasional
mancakup kegiatan pembentukan tim perencanaan, penuusunan analiris risiko bangunan gedung
terhada bahaya kebakaran, pembuatan dan pelaksanaan Rencana Pengamanan Kebakaran (Fire
Safety Plan), danRencana Tindak Darurat Kebakaran (Fire Emergency Plan) (Departemen Pekerjaan
Umum Republik Indonesia, 2009). Komponen pokok rencana pengamanan kebakaran mencakup
rencana pemeliharaan sistem proteksi kebakaran, rencana ketatagrahaan yang baik (good
housekeeping plan), dan rencana tindakan darurat kebakaran (Fire Emergency Plan) (Departemen
Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2009). 2.3.3 Sumber Daya Manusia Dalam Manajemen
Penanggulangan Kebakaran. Menurut Permen PU No 20/PRT/M/2009, untuk mecapai hasil kerja
yang efektif dan efisien harus didukung oleh tenaga-tenaga yang mempunyai dasar pengetahuan,
pengalaman, dan keahliah di bidang proteksi kebakaran, meliputi: 1. Keahlian dibidang pengamanan
kebakaran (fire safety), 2. Keahlian di bidang penyelamatan darurat (P3K dan medic darurat), dan 3.
Keahlian di bidang manajemen. Kualifikasi masung-masing jabatan dalam manajemen
penanggulangan kebakaran harus mempertimbangkan keompetensi keahlian diatas, fungsi 24
bangunan geudng, kualifikasi risiko bangunan gedung terhadap kebakaran, situasi dan kondisi
infrastruktur sekeliling bangunan gedung. Sumber daya manusia yang berada dalam manajemen
secara berkala harus dilatih dan ditingkatkan kemampuannya (Departemen Pekerjaan Umum
Republik Indonesia, 2009). 2.4 SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN 2.4.1 Utilitas Bangunan Gedung 2.4.1.1
Listrik Daya listrik yang dipasok untuk mengoperasikan sistem daya listrik darurat diperoleh sekurang-
kurangnya dari dua sumber tenaga listrik berikut : 1. PLN, atau 2. Sumber daya listrik darurat berupa
batere, generator, dan lain-lain. Sumber daya listrik darurat harus direncanakan dapat bekerja secara
otomatis apabila sumber daya listrik utama tidak bekerja dan harus dapat bekerja setiap saat
(Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2009). 2.4.1.2 Pusat Pengendali Kebakaran
Sarana yang ada di pusat pengendali kebakaran dapat digunakan untuk melakukan tindakan
pengendalian dan pengarahan selama berlangsungnya operasi penanggulangan kebakaran atau
penganan kondisi darurat lainnya dan melengkapi sarana alat pengenal, panel control, telepon,
mebel, peralatan dan sarana (Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2009). 2.4.1.3
Sistem Proteksi Petir Setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan instalasi sistem proteksi petir
(SPP) yang melinfungi bangunan, manusia dan peralatan didalamnya 25 terhadap sambaran petir.
Isntalasi SPP bangunan gedung di pasang dengan memperhatikan faktor letak. Sifat geografid,
kemungkinan sambaran petir, kondisi petir dan denitas sambaran petir ke tanah serta risiko petir
terhadadp peralatan dan lain-lain. Perencanaan, pelaksanaan dan pemeriksaan instalasi SPP harus
dilakukan oleh tenaga ahli (Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2009). 2.4.2 Akses Dan
Pasokan Air Untuk Pemadam Kebakaran Menurut Peraturaan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
26/PRT/M/2008, lingkungan perumahan, perdagangan, industri dan/atau campuran harus
direncanakan sedemikan rupa sehingga tersedia sumber air berupa hidran halaman, sumur
kebakaran atau reservoir air dan sebagainya yang memudahkan instansi pemadam kebakaran
menggunakaanya, sehingga setiap rumah dan bangunan gedung dapat dijangjau oleh pancaran air
unit pemadam kebakaean dari jalan dan lingkungannya (Departemen Pekerjaan Umum Republik
Indonesia, 2008). Untuk melakukan proteksi terhadap meluasnya kebakaran dan memudahkan
operasi pemadaman, maka didalam lingkungan bangunan gedung harus tersedia jalan lingkungan
dengan pekerasan agar dapat dilalui oleh kendaraan pemadam kebakaran (Departemen Pekerjaan
Umum Republik Indonesia, 2008). 2.4.3 Sarana Penyelamatan Jiwa Menurut Peraturaan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008, setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana
jalan keluar yang dapat 26 digunakan oleh penghuni bangunan gedung, sehingga memiliki waktu
yang cukup untuk menyelamatkan diri dengan aman tanpa terhambat hal-hal yang diakibatkan oleh
keadaan darurat. Tujuan dibuatnya sarana penyelamatan jiwa adalah untuk mencegah terjadinya
kecelakaan atau luka pada waktu melakukan evakuasi pada saat keadaan darurat terjadi
(Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2008). Elemen-elemen yang harus terdapat
dalam sarana penyelamatan jiwa adalah sarana jalan keluar, tangga kebakaran, pintu darurat,
pencahayaan darurat, dan tanda petunjuk arah (Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia,
2008). 2.5 MANAJEMEN PENANGGULANGAN KEBAKARAN Keberadaan suatu sistem manajemen
penanggulangan kebakaran sangat dibutuhkan oleh suatu bangunan gedung dengan risiko bencana
kebakaran, manajemen penanggulangan kebakaran terdiri dari beberapa kebijakan seperti, yang
dijelaskan di Keputusan Menteri Negara Republik Indonesia, No 11/KTPS/2000 tentang menajemen
penanggulangan kebakaran bangunan gedung, dalam peraturan tersebut disebutkan jika suatu
gedung harus memiliki sistem manajemen penanggulangan kebakaran seperti, mempunyai prosedur
operasional tentang penanggulangan kebakaran, sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran,
inspeksi atau pemeliharaan peralatan pemadam kebakaran dan tim khusus penanggulangan
kebakaran. 2.5.1 Prosedur Operasional 27 Prosedur Operasional merupakan tata cara melakukan
pekerjaan mulai awal hingga akhir yang didahului dengan penilaian risiko terhadap pekerjaan
tersebut yang mencakup tentang keselamatan dan kesehatan tenaga kerja terkait (Dewi, 2013).
Begitu juga dengan prosedur operasional tentang penanggulangan kebakaran yang bertujuan untuk
pencegahan dan penanggulangan kebakaran dalam suatu gedung. Prosedur operasional tentang
penanggulangan kebakaran harus mencakup semua terkait tentang tata pelaksanaan
penanggulangan kebakaran seperti, prosedur pencegahan risiko timbulnya api atau kebakaran,
prosedur tentang pembentukan personil atau tim penanggulangan kebakaran disuatu gedung,
prosedur tentang pengadaan sarana prasarana penanggulangan kebakaran, prosedur tentang cara
pemadaman kebakaran, prosedur tentang evakuasi diri, prosedur tentang pemeriksaan dan
pemeliharaan sarana dan prasaran penanggulangan kebakaran. (Kepmen RI No 11 thn 2000).
Sebaiknya prosedur operasional disosialisasikan secara umum untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja pada gedung tersebut, selain itu prosedur operasional juga harus diperbarui sesuai dengan
kondisi gedung yang berubah. 2.5.2 Sarana Penanggulangan Kebakaran 2.5.2.1 Sistem Proteksi
Kebakaran Pasif Menurut Menurut Peraturaan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008,
sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang terbentuk atau
terbangun ,melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen struktur bangunan,
kompartemenisasi atau pemisah bangunan 28 berdasarkan tingkat ketahanan api, serta perlindungan
terhadap bukaan (Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2008). Konstruksi Tahan Api
antara lain adalah penghalang api, dinding api, dinding luar dikaitkan dengan lokasi bangunan gedung
yang dilindungi, partisi penahan penjalaran api, dan penutup asap. Konstruksi tahan api tersebut
harus dipelihara dan harus diperbaiki, diperbaharui, atau diganti dengan tepat apabila terjadi
kerusakan, perubahan, keretakan, penembusan, pemindahan, atau akibat pemasangan yang salah
(Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2008). 2.5.2.2 Sistem proteksi Kebakaran Aktif
Menurut Menurut Peraturaan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008, sistem proteksi
kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap terdiri dari sistem
pendeteksian kebakaran baik manual maupun otomatis, sistem pemadam kebakaran berbasis air
seperti springkler, pipa tegak, dan slang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasi bahan
kimia, seperti APAR dan Pemadam khusus (Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, 2008).
2.5.2.2.1 APAR (Alat Pemadam Api Ringan) Menurut PERMENAKER No 04 tahun 1980, APAR adlah
alat yang ringan yang digunakaan oleh satu orang untuk memadamkan api pada mulai terjadi
kebakaran. Penempatan APAR harus memenuhi syarat yaitu, harus diletakkan pada lokasi dimana
mudah diakses dan mudah dijangkau, peletakkan tidak terhalang apa pun dan mudah dilihat,
digantung dengan ketinggian tidak 29 lebih dari 1,2 meter. Ada beberapa macam –macam media
APAR yaitu, media air, media busa, media serbuk kering, media karbon dioksida dan media hanlon.
2.5.2.2.2 Media Air Digunakan sebagai media pemadaman kebakaran telah digunakan dari zaman
dahulu sampai sekarang, konsep pemadaman media ini adalah mengambil panas dan sangat tepat
untuk memadamkan bahan padat (Kelas A) karena air dapat menembus sampai bagian dalam.
2.5.2.2.3 Busa Terdapat 2 macam busa yaitu busa kimia dan busa mekanik, busa kimia terbuat dari
gelembung yang berisi antara alin zat arang dan udara. Konsep pemadaman media ini adalah dengan
menutupi ( membuat selimut busa diatas bahan yang terbakar sehingga kontak dengan oksigen
terputus), melemahkan (mencegah penguapan cairan yang mudah terbakar) dan mendinginkan
(menyerap kalori cairan yang mudah terbakar sehingga suhunya turun). Efektif untuk memadamkan
tipe kebakaran B. 2.5.2.2.4 Serbuk kimia kering serbuk kimia ini terdiri dari phosphoric acid bi
hydrogenate ammonuium 95% dan garam salicid acid ditambahkan untuk menghindari jangan
sampai mengeras serta dapat menambah sifat mengalir. Sifat serbuk kimia ini tidak beracun tetapi
dapat menyebabkan sesak napas dalam waktu sementara. Namun serbuk kimia ini tidak baik untuk
pemadaman pada mesin karena dapat merusak mesin tersebut. Jenis media ini tepat untuk
memadamkan kebakaran tipe A,B, dan C. 30 2.5.2.2.5 Karbon dioksida Media pemadam api karbon
dioksida didalam tabung harus dalam keadaan fase cair bertekanan tinggi. Dapat juga digunakan
sebagai alat pemadam otomatis. Salah satu kelemahan media ini bahwa tidak dapat mencegah
terjadinya kebakaran kembali setelah api padam. Hal ini disebabkan karbon dioksida tersebut tidak
dapat mengikat oksigen secara terus menerus tetapi hanya dapat mengikat oksigen sebanding
dengan jumlah karbon dioksida yang tersedia, sedang supply oksigen di sekitar tempat kebakaran
terus berlangsung. Baik digunakan untuk tipe kebakaran B dan C. 2.5.2.2.6 Hanlon Bahan media
hanlon biasanya terdiri dari unsur-unsur kimia seperti chlorine, fluorine, bromide, dan iodine. Efektif
unutuk menanggulangi kebakaran jenis cairan yang mudah terbakar dan peralatan listrik bertrgangan
(kebakaran kelas B dan C). 2.5.2.3 Sprinkler Sistem sprinkler terdiri dari rangkaian pipa yang
dilengkapi dengan ujung penyemprot (Discharge Noozle) yang kecil (sprinkler head) dan ditempatkan
dalam suatu bangunan jika terjadi kebakaran maka panas dari api akan m

rangkaian pelatihan antara lain : 


1. Pelatihan Memadamkan Api dengan APAR Dan HYDRANT di dalam ruangan dengan
narasumber dari ahli K3 Pemadam Kebakaran dan tim safety, dengan tujuan
memberikan pemahaman secara mendetail sebelum terjun ke lapangan.
2. Pelatihan P3K, dilaksanakan di dalam ruangan dengan narasumber dokter
perusahaan, materi dan praktek yang diberikan adalah dasar-dasar penanganan P3K
3. Pelatihan Evakuasi, dilaksanakan di dalam ruangan dengan narasumber dari ketua
tim P2K3 dan Banpam, materi yang diberikan mengenai proses evakuasi, tanda-
tanda evakuasi, dan dibagi tim penanggung jawab evakuasi.
Sasaran dan Manfaat Training K3 Dasar-Dasar Perlindungan Kebakaran :

1. Peserta diharapkan akan memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk


memahami konsep terjadinya kebakaran.
2. Peserta mampu melakukan identifikasi sumber-sumber bahaya penyebab
kebakaran.
3. Peserta memahami jenis-jenis alat pemadam kebakaran dan aplikasinya.
4. Peserta mampu mengembangkan sistem manajemen tanggap darurat dan
manajemen pencegahan kebakaran.

 Undang-Undang No.01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.


 Permenaker No.4 Tahun 1980 tentang Alat Pemadam Api Ringan.
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. KEP-186/MEN/1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.

2. DASAR HUKUM
1. Undang-undang Dasar tahun 1945, pasal 29 ayat 1;
2. Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah
Daerah;
4. Permendagri No. 7 Tahun 2007 Tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat;
5. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 Tentang
Pemberdayaan Karang Taruna;

3. MAKSUD DAN TUJUAN :

A. Maksud

1. Mampu melaksanakan pencegahan dan penanggulangan kondisi kebakaran


dan jangan panik
2. Mampu mengevaluasi semua orang yang ada di dalam lokasi kebakaran
dengan berbagai kondisi serta menggunakan teknik kerja yang tepat.
3. Mampu memadamkan Api dengan level kebakaran dasar.
1. Tindakan Preventive yaitu tindakan yang dilakukan sebelum terjadi kebakaran
dam kecelakaan kerja dengan maksud menekan atau mengurangi faktor-faktor
yang dapat menyebabkan timbulnya kebakaran
2. Tindakan Represive yaitu tindakan yang dilakukan pada saat terjadi kebakaran
dengan maksud untuk mengurangi/memperkecil kerugian-2 yang timbul sebagai
akibat dari kebakaran.
3. Tindakan Rehabilitative yaitu usaha-usaha yang dilakukan setelah terjadi
kebakaran dengan maksud evaluasi dan menganalisa peristiwa kebakaran untuk
mengambil langkah-langkah seperti : Membuat pendataan, Menganalisa
tindakan-tindakan yang telah dilakukan, Menyelidiki faktor-faktor penyebab
kebakaran dan kecelakaan sebagai bahan pengusutan, Pemulihan dan
Penyampaian ke Publik

SASARAN DAN MANFAAT PELATIHAN

 Peserta akan memahami pentingnya upaya pencegahan kebakaran melebihi upaya


penanggulangannya
 Mengerti bagaimana kebakaran terjadi, penjalarannya, dan bagaimana pencegahan dan
penanggulangannya
 Memberikan kesadaran tentang pentingnya meningkatkan perilaku keseharian dalam pencegahan
kebakaran.

MANFAAT DAN PELATIHAN

o Peserta akan memahami pentingnya upaya pencegahan kebakaran melebihi upaya


penanggulangannya
o Mengerti bagaimana kebakaran terjadi, penjalarannya, dan bagaimana cara pencegahan dan
penanggulangannya
o Memberikan kesadaran tentang pentingnya meningkatkan perilaku keseharian dalam
pencegahan kebakaran.
o Mengenal beberapa sarana dan prasarana peralatan pencegahan dan penanggulangan
kebakaran.
o Mengantisipasi dan mengurangi kerugian akibat kebakaran, dengan membentuk organisasi
peran kebakaran.
MATERI TRAINING

 Mengenal beberapa sarana dan prasarana peralatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
 Mengantisipasi dan mengurangi kerugian akibat kebakaran, dengan membentuk organisasi peran
kebakaran.
 Mampu memadamkan kebakaran tingkat awal
B. Tujuan

Selain sebagai salah satu upaya meningkatkan kompetensi Tendik kegiatan


ini memiliki tujuan yakni:
1. Memberikan pengetahuan mengenai penyebab terjadinya api serta
pengenalan mengenai alat pemadam kebakaran.
2. Memberikan ketrampilan praktis terkait cara memadamkan api dengan
menggunakan alat pemadam.
Manfaat Kegiatan
Bagi Tenaga Kependidikan (Tendik) ITS, pelatihan ini bermanfaat untuk:
1. Meningkatkan pengetahuan tendik mengenai penyebab terjadinya api serta
pengenalan mengenai alat pemadam kebakaran.
2. Meningkatkan ketrampilan praktis terkait cara memadamkan api dengan
menggunakan alat pemadam.

Tujuan Kegiatan :
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009
Tentang Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran di Perkotaan tujuan
pelatihan dan pendidikan teknis fungsional Penanggulangan Kebakaran
adalah: 1. Merekrut, meningkatkan mutu dan kemampuan baik dalam bidang
substansi penanggulangan kebakaran serta kepemimpinan yang dinamis. 2.
Membangun dan meningkatkan semangat kerjasama dan tanggung jawab
sesuai dengan fungsinya dalam organisasi instansi pemadam kebakaran. 3.
Meningkatkan kompetensi teknis pelaksanaan pekerjaan.

4. SASARAN / TARGET :
Sasaran yang dipilih dalam program pelatihan ini adalah anggota DKM Al
Mujahidin dan anggota karang taruna unit 05 yang berada di wilayah Rw 05
Kelurahan Kramat Jati, Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur.

5. STRUKTUR KEPANITIAAN KEGIATAN


Terlampir
6. PERKIRAAN BIAYA :
Terlampir
Seperti sudah Anda  ketahui tentang klasifikasi kebakaran, berikut jenis-jenis alat pemadam
Api yang perlu Anda ketahui!
 Alat Pemadam Api APAR Air : APAR jenis air tersebut merupakan jenis yang paling
ekonomis serta cocok untuk memadamkan api yang dikarenakan oleh bahan-bahan
non logam. Seperti, karet, kertas dan sebagainya.
 Alat pemadam Api APAR Busa: APAR busa ini akan dikeluarkan menutupi bahan
yang terbakar sehingga oksigen tidak dapat masuk, dan APAR busa juga efektif
untuk memadamkan api yang ditimbulkan oleh bahan non-logam seperti kertas, karet
atau lain-lainnya.
 Alat pemadam APAR serbuk kimia yang merupakan kombinasi dari mono-amonium
dan ammonium sulphate yang akan menyelimuti bahan yang terbakar, sehingga
oksigen tidak masuk.
 Alat pemadam api APAR karbon dioksida ini sangat cocok untuk kebakaran kelas b
dan kelas c yang menggunakan bahan karbon dioksidan sebagai pemadamnya.

7. RUANG LINGKUP, LOKASI DAN JADWAL PELAKSANAAN SERTA FASILITAS


PENUNJANG :
Ruang lingkup pelaksanaan :

A. Perencanaan
Sebelum kegiatan dilaksanakan maka dilakukan persiapan-persiapan sebagai
berikut :
1. Melakukan studi pustaka tentang berbagai tata cara pemulasaraan
jenazah.
2. Menentukan materi yang akan disampaikan dan pembimbing yang akan
dihadirkan dalam kegiatan dimaksud.
3 Melakukan persiapan alat dan bahan untuk praktek pemulasaraan jenazah.
4. Menentukan waktu pelaksanaan dan lamanya kegiatan tersebut
5. Menentukan dan mempersiapkan materi yang akan disampaikan dalam
Dalam proses perencanaan, di lakukan beberapa tahapan antara lain :
- Pembuatan Proposal dan kepanitiaan pelaksanaan kegiatan
- Membuat jadwal pelaksanaan
- Koordinasi dengan DKM Al-Mujahidin
- Koordinasi dengan Majelis Taklim Masjid Al Mujahidin.

B. Pelaksanaan
Bentuk Pelatihan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20PRTM2009 Tentang
Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran di Perkotaan bentuk pelatihan
dan pendidikan teknis fungsional Penanggulangan Kebakaran adalah: 1. Sesi
orientasi dan edukasi yaitu sesi diskusi yang dijadwalkan secara tetap untuk
penyediaan informasi, menjawab pertanyaan dan mengidentifikasi kebutuhan
dan kepentingan. 2. Simulasi Tabletop Exercise, anggota kelompok bertemu di
ruang rapat untuk mendiskusikan tentang tanggung jawab mereka dan
bagaimana mereka bereaksi dalam skenario keadaan darurat. Untuk
mengidentifikasi hal-hal yang tumpang tindih dan membingungkan sebelum
mengadakan 41 kegiatan pelatihan, „tabletop-exercise‟ merupakan cara yang
efisien dan „cost efektif’. 3. Latihan Basis Kelompok Walk-through Drill,
kelompok MPK dan tim respon melaksanakan fungsi respon keadaan darurat
secara nyataaktual. Jenis latihan ini melibatkan lebih banyak personil dan lebih
seksama. 4. Latihan Fungsional Functional Drills, jenis latihan ini menguji coba
fungsi-fungsi khusus seperti respon medis, pemberitahuan keadaan darurat,
prosedur komunikasi dan peringatan yang tidak perlu dilakukan pada waktu
yang bersamaan. 5. Latihan Evakuasi Evacuation Drill, personil menjalani route
evakuasi menuju area yang ditetapkan untuk menguji prosedur penghitungan
seluruh personil. 6. Latihan Skala Penuh Full-scale Exercise, dirancang sebuah
situasi keadaan darurat yang semirip mungkin dengan kondisi yang
sesungguhnya. Jenis latihan ini melibatkan personil keadaan darurat
lingkungan bangunan gedung, MPK dan pengaturan tentang respon
komunitas.
2.4.4.5 Sertifikasi SDM

C. Pengawasan / monitoring
Dalam pelaksanaan kegiatan ini Karang Taruna unit 05 akan dibantu oleh
pihak DKM Al-Mujahidin, para tokoh agama dan tokoh masyarakat di
lingkungan RW 05. Pihak Ketua RW dan pengurus bersama LMK memonitor
dan mengevaluasi kegiatan.

D. Lokasi kegiatan
Lokasi kegiatan ini dilaksanakan di Masjid Al-Mujahidin RW 05 Kelurahan
Kramat Jati.

E. FASILITAS PENUNJANG
Fasilitas sarana dan prasarana yang sudah dimiliki oleh Masjid Al-Mujahidin
sebagai penunjang kegiatan pelaksanaan, adalah sebagai berikut :
1. Keranda mayat
2. Bak / meja pemandian jenazah
3. Kapasitas ruangan yang bisa menampung lebih dari 50 jamaah
4. Sound system yang mumpuni
8. KELUARAN / PRODUK YANG DIHASILKAN :
Hasil Pelatihan berdasarkan wawancara, tanya jawab dan pengamatan selama
kegiatan berlangsung, memberikan hasil sebagai berikut :
a. Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat khususnya Karang
Taruna Unit 05 Kelurahan Kramat Jati serta warga di lingkungan Rw 05
Kelurahan Kramat Jati dalam tata cara pemulasaran jenazah.
b. Meningkatnya keterampilan Karang Taruna Unit 05 dan masyarakat di wilayah
lingkungan Rw 05 Kelurahan Kramat Jati dalam menangani jenazah sehingga
dimungkinkan anggota Karang Taruna dan masyarakat dapat mempraktekkan
sendiri tata cara pemulasaraan jenazah tempat tinggal mereka.
9. WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN :
Pelaksanaan kegiatan akan di laksanakan pada :
Waktu dan tanggal : xxxxxxxxxxxxxxx 2022
Pukul : 08.00 – 12.00 WIB
Tempat : Masjid Al Mujahidin RW 05 Kelurahan Kramat Jati
10. METODE PELAKSANAAN :
Agar pelaksanaan kegiatan dapat mencapai sasaran, maka pelaksanaan tata
cara pemulasaraan jenazah dilaksanakan dan diterapkan di wilayah Rw 05
Kelurahan Kramat Jati Jakarta Timur yang mayoritas warganya adalah beragama
Islam serta masih banyak warga yang belum memahami tentang tata cara
pemulasaraan jenazah.
Agar tercapainya sasaran dari program pelatihan tata cara pemulasaraan
jenazah ini maka panitia yang berasal dari Karang Taruna unit 05 Kelurahan
Kramat Jati beserta team yang berasal dari DKM AL Mujahidin akan memberikan
materi yang akan disampaikan oleh Narasumber yang mempunyai keahlian
dibidang tersebut serta seluruh peserta akan dibimbing untuk mempraktekan atau
memperagakan secara langsung tahapan-tahapan dan proses pemulasaraan
jenazah.

11. PERSYARATAN PESERTA :


Peserta pelatihan pemulasaraan jenazah adalah sebagai berikut :
1. Berjenis kelamin laki-laki dan berusia lebih 25 tahun
2. Tinggal dan berdomisili di wilayah RW 05 yang dibuktikan dengan membawa
fotokopi Kartu Keluarga [KK}
3. Pakaian menggunakan baju koko

12. BIAYA DILUAR TANGGUNGAN


Biaya yang muncul di luar tanggungan akan di bebankan kepada :
a. Jika terkait kekurangan infrastruktur, sarana dan prasarana akan dibebankan
kepada RT dan RW 05 Kramat Jati;
b. Jika terkait pelaksanaan kegiatan akan dibebankan kepada panitia kegiatan.

13. PENUTUP
Demikianlah proposal ini kami buat sebagai rangka acuan kegiatan yang
akan dilakukan oleh Karang Taruna unit 05 Kramat Jati tahun 2022. Besar
harapan kami agar proposal ini dapat diterima dan disetujui agar program ini
dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan harapan sehingga pengetahuan
dan pemahaman serta ketrampilan masyarakat wilayah Rw 05 Kelurahan Kramat
Jati Jakarta Timur dalam tata cara pemulasaraan jenazah menjadi meningkat.
Semoga dengan adanya program pelatihan pemulasaraan jenazah ini akan
berkelanjutan dan berkesinambungan sehingga diharapkan masyarakat benar-
benar memahami dan dapat mempraktekkan dalam kegiatan sehari-hari.

Jakarta, 18 Mei 2022

Hormat Kami,

SATRIO ADI NUGROHO JHOVY


Ketua Karang Taruna RW.05 Ketua Pelaksana
Mengetahui,

JULI P. JATMIKO, SH.Msi AKBAR AZHARI


Ketua RW.05 Ketua Karang Taruna Kel. Kramat Jati

Lampiran-1
STRUKTUR PANITIA KEGIATAN
KARANG TARUNA RW 05 KELURAHAN KRAMAT JATI TAHUN 2022

Pelindung : Juli P. Jatmiko, SH.Msi (Ketua RW.05)


Penanggung Jawab : Dasuki (LMK RW.05)
Winata (Pembina Karang Taruna unit 05)
Ketua Pelaksana : Jhovy
Wakil : Muhammad Rafiq
Sekretaris : Kharisma Dwi Luthfiarini
Bendahara : Muhammad Naufal
Humas : Aru Adrian Setiawan;
Rizwan Arief;
Ganang Satrio Aji
Seksi Acara : Muhammad Icshan Kamil;
Novel;
Nadia Rahmanina Putri
Konsumsi : Ajeng Rachmawati;
Nur Latifa;
Arief Yuniawansyah.
Dokumentasi : Sayyidah Nafisah Hanum;
Ditya Purhadi Triwibowo.
Keamanan : Irwan Andrias Saputra;
Jamaludin Zaeny.

Tempat Sekretariat : KANTOR SEKRETARIAT RW.05


Jl. Al-Mujahidin RW 05 Kelurahan Kramat Jati
Contact Person : Jhovy 08568345193
Muhammad Naufal 082113002269

PANITIA PELAKSANAAN KEGIATAN


KARANG TARUNA RW.05 KELURAHAN KRAMAT JATI

JHOVY KHARISMA DWI LUTHFIARINI


Ketua Pelaksana Sekretaris

Lampiran-2

ANGGARAN KEGIATAN PELAKSANAAN KEGIATAN


KARANG TARUNA RW 05 KRAMAT JATI TAHUN 2022

NO KETERANGAN JUMLAH SATUAN TOTAL

1 2 3 4 5

1 Banner + Dokumentasi - - Rp 100,000.00

2 Perlengkapan Kegiatan - - Rp 500,000.00

(Pembuatan Poster, Perlengkapan


  Acara, Dekorasi)      

3 Aqua Gelas 4 Dus - - Rp 100,000.00

4 Konsumsi Acara - - Rp 1,000,000.00

5 Hadiah Kategori SD - - Rp 500,000.00

6 Hadiah Kategori SMP - - Rp 500,000.00

7 Hadiah Kategori SMA - - Rp 500,000.00

8 Dewan Juri - - Rp 900,000.00

         

TOTAL Rp 4,100,000.00
PANITIA PELAKSANAAN KEGIATAN
KARANG TARUNA RW 05 KRAMAT JATI

JHOVY MUHAMMAD NAUFAL


Ketua Pelaksana Bendahara

Lampiran-3

1. JHOVY (KETUA PELAKSANA) – 08568345193

2. MUHAMMAD RAFIQ (WAKIL KETUA PELAKSANA) 0895359565793

3. KHARISMA DWI LUTHFIARINI (SEKRETARIS) – 089512147989


4. MUHAMMAD NAUFAL (BENDAHARA) - 082113002269

Jadwal Kegiatan
Waktu Kegiatan Tempat Penanggung
Jawab Ket
08.00 – 08.30 Registrasi Peserta Ruangan Mesjid
Kecamatan Tanjung Ketua Panitia
08.30 – 09.00 Pembukaan Ruangan Mesjid
Kecamatan Tanjung Ketua Panitia
09.00 – 09.30 Istirahat/Snack Ruangan Mesjid
Kecamatan Tanjung Panitia
09.30 – 11.00 Penyajian Materi Ruangan Mesjid
Kecamatan Tanjung Tim Pelaksana
11.00 – 12.30 Penyajian Materi Ruangan Mesjid
Kecamatan Tanjung Tim Pelaksana
12.30 – 13.30 ISHOMA Panitia
13.30 – 15.00 Praktek Memandikan
Mayit, Mengkafani
Ruangan Mesjid
Kecamatan Tanjung Tim Pelaksana
15.00 – 16.30 Praktek Shalat Jenazah Ruangan Mesjid
Kecamatan Tanjung Tim Pelaksana
16.30 – 17.00 Istirahat/Snack Panitia
17.00 Penutupan Ruangan Mesjid
Kecamatan Tanjung Tim
Pelaksana
TATA CARA MEMANDIKAN DAN MENGKAFANI JENAZAH Oleh TIM PENGABDIAN MASYARAKAT 1. Tata
cara memandikan jenazah Ulama sepakat menyatakan bahwa hukum memandikan mayat adalah
fardhu kifayah, yaitu apabila ada salah seorang yang melakukannya, maka gugurlah kewajiban itu,
tetapi kalau tidak ada seorang pun yang memandikannya, maka semuanya berdosa. A. Hal-hal yang
perlu dipersiapkan :  Sediakan tempat mandi.  Air bersih.  Sabun mandi.  Sarung tangan  Sedikit
kapas atau beberapa kain sobek.  Air kapur barus. B. Syarat mayat yang dimandikan 1. muslim 2. ada
tubuhnya walaupun sedikit 3. tidak mati syahid 4. manusia sempurna, bukan mayat bayi yang dalam
keguguran dan lahir dalam keadaan tidak bernyawa (mati) sudah sempurna pendengarannya, dan
pada waktu lahir sempat bersuara walaupun sedikit. 5. ada air bersih untuk memandikannya. Jika
tidak mampu mendapatkan air maka tidak wajib dimandikan, cukup dengan ditayamumkan. 6. bila
tidak memungkinkan untuk memandikannya seperti pada orang yang mengalami luka bakar dan uzur
lain, cukup dilakukan ditayamumkan sebagai pengganti memandikan. C. Syarat orang yang
memandikan 1. Muslim, berakal dan balig 2. Mempunyai niat memandikan jenazah 3. Terpercaya,
amanah, yang mengetahui cara dan hokum memandikan mayat sesuai sunah yang diajarkan dan
tidak menyebutkan sesuatu aib tetapi harus merahasiakan sesuatu yang dilihatnya tidak baik. 4.
Orang yang memandikan wajib sama jenis kelaminnya. 5. Jika suami istri, maka suami boleh
memandikan istrinya, demikinan juga sebaliknya. Kecuali suami istri yang telah bercerai dengan
status talak bai’in, mereka tidak bisa saling memandikan. Atau orang yang masih terkait mahram
dengan mayat. 6. Bila yang meninggal itu anak kecil laki-laki, maka perempuan boleh memandikan
jika usia anak dibawah 7 tahun. Jika yang meninggal anak perempuan, laki-laki boleh memandikan
jika masih dibawah 3 tahun. 7. Jika bila wanita meninggal, sedangkan tidak ada lain selain lelaki yang
bukan mahramnya atau bukan suaminya, atau sebaliknya, maka ia boleh ditayamumkan saja atau
langsung dikuburkan. D. Cara memandikan jenazah 1. Usahakan mayat dihadapkan ke arah kiblat dan
pakaian mayat diganti dengan kain sarung dan kain penutub tubuh mayat, termasuk muka si mayat
bila perlu, disertai niat memandikan mayat. Yang lebih afdhal, mayat dimandikan dengan baju
kurung, sehingga memperkecil kemungkinan terbuka aurat. Jadi letakkan jenazah membujur dengan
kepala ke arah utara, kaki kea rah selatan, atau sesuaikan dengan letak dan ruang yang tersedia. 2.
Tinggikan posisi kepala dari badannya supaya air tidak masuk ke rongga mulut dan hidung. 3. Jika
dimandikan diatas dipan, sebisa mungkin diusahakan posisi kepala mayat agak ditinggikan, sandaran
punggung dibuat agak miring agar mempermudah pengurutan pada bagian perut agar kotoran
keluar. 4. Tekan perut jenazah supaya kotoran dapat keluar. Menekan perutnya dengan pelan-pelan
kecuali jenazah yang hamil dan apabila keluar kotorannya diambil dengan sobekan kain yang
disediakan sampai bersih. 5. Niatkan memandikan jenazah 6. Mayat diwudhukan 7. Memulai
memandikan dengan menyiramkan air ke seluruh tubuhnya dari kepala hingga ujung kaki dengan
mendahulukan anggota kanan dan anggota wudhu, tiga, lima, tujuh kali atau sesuai dengan
kebutuhan, yang penting ganjil. 8. Sewaktu memandikan, mayat harus diperlakukan dengan lembut,
termasuk dalam hal membalik, menggosok, menekan melembutkan sendi-sendi dan segala sesuatu
yang dilakukan sebagai rasa pemuliaan. 9. Mereka yang memandikan jenazah haruslah orang-orang
yang dapat dipercaya. 10. Siramlah seluruh permukaan rambut dan kulit jenazah secara merata
sampai sela-sela jari dan lipatan kulit dengan air bidara atau air sabun. Disunahkan memulai dari arah
yang kanan. 11. Kemudian kepalanya diusap, jenggot dibersihkan dan rambutnya disisir. Jika ada
rambut yang rontok, harus dicampur lagi ketika mengafaninya. Keramasi setiap helai rambut dan kulit
kepala dengan air shampo atau air merang yang dibakar secara merata. 12. Basuh dan gosok
wajahnya dengan air sabun atau air kembang secara merata, bersihkan lubang hidung dan telinga.
13. Mulut, gigi, hidung, kuku-kuku dan telinga hendaknya dibersihkan dengan jari-jari orang yang
memandikan, kemudian sarung tangan hendaknya diganti lagi dengan yang bersih. 14. Bersihkan dan
gosok dengan air sabun bagian leher, dada, tangan, perut terus turun ke arah mata kaki dengan
mendahulukan sebelah kanan baru sebelah kiri. 15. Bilas dengan air 16. Miringkan jenazah ke sebelah
kiri, bersihkan dan gosok badan jenazah mulai dari kepala bagian belakang, leher, tangan kanan,
punggung, pinggang dan kaki bagian belakang dengan air sabun. 17. Bilas dengan air bersih 18.
Miringkan jenazah ke sebelah kanan, bersihkan dan gosok badan jenazah seperti point 16 kembalikan
ke posisi semula (berbaring). 19. Bersihkan kotoran pada kuku-kuku jari tangan dan kaki 20.
Bersihkan kemaluan dan daerah sekitarnya dengan air sabun, upayakan tangan tidak menyentuh
kemaluan secara langsung. 21. Bersihkan lubang duburnya sampai benar-benar bersih 22. Disabun
pelan-pelan dengan waslap air sabun, lalu diguyur air sampai bersih. 23. Bilas dengan air bersih, lalu
air kapur barus atau air bunga yang harum. 24. Penyiraman hendaknya dilakukan dengan
mendahulukan yang kanan dengan cara memiringkan tubuh mayat ke kiri untuk membersihkan
sebelah kanan, lalu miringkan ke sebelah kanan untuk membersihkan yang kirinya. Sebaiknya ini
dilakukan 3 atau 5 kali. 25. Wudhukan dan disertai dengan doa akhir wudhu 26. Akhiri pemandian 27.
Sesudah bersih, keringkan jenazah dengan handuk bersih atau kain pengering lainnya dengan pelan-
pelan dan lembut, lepaskan kain basahan dang anti dengan kain panjang kering. 28. Jika jenazahnya
wanita, rambutnya disisir dulu, lalu dipintal menjadi tiga. 29. Di sunnahkan untuk melakukan hanut
sesudah memandikan jenazah selesai, yakni mengusap-usap tujuh anggota badan untuk sujud
dengan kapur barus. 2. Tata cara mengkafani jenazah Hukum mengkafani jenazah atau mayat juga
fardlu kifayah. Mengkafani mayat berarti membungkus mayat dengan selembar kain atau lebih yang
biasanya berwarna putih, setelah mayat selesai dimandikan dan sebelum dishalatkan serta dikubur.
Mengkafani mayat sebenarnya sudah cukup dengan satu lembar kain saja yang dapat menutup
seluruh tubuh si mayat. Namun kalau memungkinkan, hendaknya mengkafani mayat ini dilakukan
dengan sebaik-baiknya. Karena itu dalam mengkafani mayat ini ikutilah petunjukpetunjuk yang
diberikan oleh Nabi Saw., di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Kafanilah mayat dengan sebaik-
baiknya. Nabi Saw. bersabda: “Apabila salah seorang dari kamu mengkafani saudaranya, maka
hendaklah ia mengkafaninya dengan baik” (HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Daud dari Jabir). 2. Pakailah
kain kafan yang berwarna putih. 3. Kafanilah mayat laki-laki dengan tiga lapis dan mayat perempuan
dengan lima lapis. Lima lapis ini terdiri dari sarung, baju kurung, kerudung, lalu pembungkus dan
kemudian dibungkus satu lapis lagi. 4. Lulurlah mayat dengan semacam cendana, yaitu wangi-
wangian yang biasa untuk mayat, kecuali mayat yang sedang berihram. A. Hal-hal lain yang perlu
diperhatikan dalam mengkafani mayat adalah seperti berikut: 1. Jangan mengkafani mayat secara
berlebihan. 2. Untuk mengkafani mayat yang sedang melakukan ihram, maka cukup dikafani dengan
kain yang dipakainya untuk ihram. Bagi laki-laki tidak boleh ditutup kepalanya dan bagi perempuan
tidak boleh ditutup mukanya serta tidak boleh diberi wangi-wangian. 3. Bagi mayat yang mati syahid,
cukup dikafani dengan kain yang menempel di tubuhnya ketika dia meninggal, meskipun banyak
darah yang menempel di kainnya. Jika ada pakaian yang terbuat dari besi atau kulit, maka hendaknya
ditanggalkan. 4. Biaya kain kafan yang digunakan hendaknya diambil dari pokok harta peninggalan si
mayat. B. Alat-alat perlu disiapkan untuk mengkafani mayat di antaranya adalah seperti berikut: 1.
Kain kafan kurang lebih 12 meter. 2. Kapas secukupnya. 3. Kapur barus yang telah dihaluskan. 4. Kayu
cendana yang telah dihaluskan. 5. Sisir untuk menyisir rambut. 6. Tempat tidur atau meja untuk
membentangkan kain kafan yang sudah dipotong-potong. C. Cara membuat kain kafan bisa
bermacam-macam. Di antara cara yang praktis adalah seperti berikut: 1. Guntinglah kain kafan
menjadi beberapa bagian: a) Kain kafan sebanyak 3 helai sepanjang badan mayit ditambah 50 cm. b)
Tali untuk pengikat sebanyak 8 helai: 7 helai untuk tali kain kafan dan satu helai untuk cawat. Lebar
tali 5-7 cm. c) Kain untuk cawat. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 50 cm lalu dilipat
menjadi tiga bagian yang sama. Salah satu ujungnya dilipat kira-kira 10 cm lalu digunting ujung kanan
dan kirinya untuk lubang tali cawat. Lalu masukkanlah tali cawat pada lubang-lubang itu. Dalam
cawat ini berilah kapas yang sudah ditaburi kapur barus atau cendana sepanjang cawat. d) Kain
sorban atau kerudung. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 90/115 cm lalu melipatnya
antara sudut yang satu dengan yang lain sehingga menjadi segi tiga. Sorban ini berguna untuk
mengikat dagu mayit agar tidak terbuka. e) Sarung. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 125
cm atau lebih sesuai dengan ukuran mayit. f) Baju. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 150
cm atau lebih sesuai dengan ukuran mayit. Kain itu dilipat menjadi dua bagian yangsama. Lebar kain
itu juga dilipat menjadi dua bagian sehingga membentuk empat persegi panjang. Lalu guntinglah
sudut bagian tengah menjadi segi tiga. Bukalah bukalah kain itu sehingga bagian tengah kain akan
kelihatan lubang berbentuk belah ketupat. Salah satu sisi dari lubang itu digunting lurus sampai pada
bagian tepi, sehingga akan berbentuk sehelai baju. 2. Di samping kain kafan perlu juga disiapkan
kapas yang sudah dipotongpotong untuk: a) Penutup wajah/muka. Kapas ini berbentuk bujur sangkar
dengan ukuran sisi kira-kira 30 cm sebanyak satu helai. b) Bagian cawat sepanjang kira-kira 50 cm
sebanyak satu helai. c) Bagian penutup persendian anggota badan berbentuk bujur sangkar dengan
sisi kira-kira 15 cm sebanyak 25 helai. d) Penutup lubang hidung dan lubang telinga. Untuk ini buatlah
kapas berbentuk bulat sebanyak 4 buah. Di bagian atas kapas-kapas itu ditaburi kapur barus dan
cendana yang sudah dihaluskan. 3. Adapun cara mengkafani mayat dengan baik dan praktis adalah
seperti berikut: a) Letakkan tali-tali pengikat kain kafan sebanyak 7 helai, dengan perkiraan yang akan
ditali adalah: 1) bagian atas kepala 2) bagian bawah dagu 3) bagian bawah tangan yang sudah
disedekapkan 4) bagian pantat 5) bagian lutut 6) bagian betis 7) bagian bawah telapak kaki. b)
Bentangkan kain kafan dengan susunan antara lapis pertama dengan lapis lainnya tidak tertumpuk
sejajar, tetapi tumpangkan sebagian saja, sedangkan lapis ketiga bentangkan di tengah-tengah. c)
Taburkan pada kain kafan itu kapus barus yang sudah dihaluskan. d) Letakkan kain surban atau
kerudung yang berbentuk segitiga dengan bagian alas di sebelah atas. Letak kerudung ini
diperkirakan di bagian kepala mayit. e) Bentangkan kain baju yang sudah disiapkan. Lubang yang
berbentuk belah ketupat untuk leher mayit. Bagian sisi yang digunting dihamparkan ke atas. f)
Bentangkan kain sarung di tengah-tengah kain kafan. Letak kain sarung ini diperkirakan pada bagian
pantat mayit. g) Bujurkan kain cawat di bagian tengah untuk menutup alat vital mayit. h) Lalu
letakkan mayit membujur di atas kain kafan dalam tempat tertutup dan terselubung kain. i) Sisirlah
rambut mayat tersebut ke belakang. j) Pasang cawat dan talikan pada bagian atas. k) Tutuplah lubang
hidung dan lubang telinga dengan kapas yang bulat. l) Sedekapkan kedua tangan mayait dengan
tangan kanan di atas tangan kirinya. m) Tutuplah persendian mayit dengan kapas-kapas yang telah
ditaburi kapur barus dan cendana yang dihaluskan, seperti sendi jari kaki, mata kaki bagian dalam
dan luar, lingkaran lutut kaki, sendi jari-jari tangan, pergelangan tangan, siku, pangkal lengan dan
ketiak, leher, dan wajah/muka. n) Lipatlah kain sarung yang sudah disiapkan. o) Kenakan baju yang
sudah disiapkan dengan cara bagian sisi yang telah digunting diletakkan di atas dada dan tangan
mayit. p) Ikatkan surban yang berbentuk segitiga dengan ikatan di bawah dagu. q) Lipatkan kain kafan
melingkar ke seluruh tubuh mayit selapis demi selapis sambil ditarik ujung atas kepala dan ujung
bawah kaki. r) Kemudian talikan dengan tali-tali yang sudah disiapkan. Allahu a’lam bis showab

Anda mungkin juga menyukai