OLEH:
KEKINIAN ANGKATAN X1
1
2
5
6
Api adalah reaksi kimia. Api dapat menyala jika hadir tiga unsur yang
dikenal dengan istilah segitiga api, yaitu bahan bakar, udara, dan panas. Api akan
padam bila satu dari tiga unsur tersebut dihilangkan; udara dengan pengisolasian,
panas dengan pendinginan, dan bahan bakar dengan penyingkiran atau
penguraian. Kompor minyak yang terbakar, ditutup dengan karung atau handuk
basah adalah contoh pengisolasian udara. Api kebakaran yang disiram air atau
bahan pemadam lainnya adalah contoh pendinginan panas. Dan kayu api unggun
yang disingkirkan adalah contoh penyingkiran bahan bakar (Gunawan, 2010).
pasir, busa,CO2, serbuk kimia kering, cairan kimia harus digunakan sebagai alat
pemadam pokok.
2) Kebakaran Kelas B
Kebakaran akibat bahan cairan yang mudah terbakar seperti minyak bumi,
gas, lemak dan sejenisnya (Metana, Amoniak, Solar). Jenis alat pemadam: yang
digunakan adalah jenis busa, CO2, serbuk kimia kering, sebagai alat pemadam
pokok.
3) Kebakaran Klas C
Kebakaran listrik (seperti kebocoran listrik, korsleting) termasuk kebakaran
pada alat-alat listrik. Jenis alat pemadam: yang digunakan adalah jenis kimia dan
gas (CO2, serbuk kimiakering, uap air) sebagai alat pemadam pokok.
4) Kebakaran Kelas D
Kebakaran akibat logam seperti Zeng, Magnesium, serbuk Aluminium,
Sodium, Titanium dan lain-lain. Jenis alat pemadam: yang harus digunakan adalah
jenis khusus yang berupa bubuk kimia kering seperti serbuk kimia sodium klorida,
grafit.
5) Kebakaran Kelas E
Kebakaran akibat bahan-bahan radioaktif. Jenis alat pemadam: belum
diketahui secara spesifik.
6) Kebakaran Kelas K
Kebakaran akibat lemak dan minyak masakan. Jenis alat pemadam: yang
harus digunakan adalah cairan kimia dan CO2.
tersebut.
e) Melaporkan/memberi informasi tentang terjadinya kebakaran
tersebut serta tindakan yang telah diambil dalam rangka
penanggulangannya, kepada Kabag Rumah Tangga.
(3) Teknisi
Setelah teknisi menerima berita kebakaran baik melalui laporan dan
Gedung maupun melalui tanda alarm, maka selanjutnya teknisi
mengadakan koordinasi antara lain :
a) Memberi instruksi/saran – saran kepada Dan Gedung dan Ka.
Pasukan Pemadam Inti mengenai kemungkinan pengarahan personil
dan peralatan yang diperlukan dalam rangka penanggulangan
tersebut.
b) Memberi instruksi/saran-saran kepada fungsi-fungsi penunjang
(keamanan, teknisi, medis, dan logistik) dalam rangka membantu
kelancaran penaggulangan kebakaran tersebut.
c) Menghubungi Dinas Kebakaran, SAR guna mendapatkan bantuan
bila diperlukan.
d) Melaporkan terjadinya kebakaran tersebut kepada kepala komando.
APAR adalah alat yang ringan sertamudah dilayani untuk satu orang
untukmemadamkan api pada mula terjadi kebakaran (berdasarkan
Permenakertrans RI No.4/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan).
20
Pemadaman api yang sesuai denga jenis pemadam yang tepat, akan menjadi
efektif, sebaliknya penggunaan jenis pemadam yang tidak tepat, akan
memperburuk keadaan, misalkan kebakaran pada jenis minyak apabila disiram air,
maka api tidak akan padam tetapi akan menjadi bertambah besar.
21
1) Pemasangan APAR
(1) Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan
pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil
serta dilengkapi denganpemberian tanda pemasangan.
(2) Pemberian tanda pemasangan tersebut harus sesuai dengan tanda untuk
menyatakan tempat alat pemadam api ringan yang dipasang didinding.
(3) Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut adalah 125 cm dari dasar
lantai tepat diatas satu atau kelompok alat pemadam api ringan
bersangkutan.
(4) Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai
dengan jenis dan penggolongan kebakaran.
(5) Penempatan tersebut antara alat pemadam api yang satu dengan lainnya
atau kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter,
kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan
Kerja.
(6) Semua tabung alat pemadam api ringan sebaiknya berwarna merah.
(7) Dilarang memasang dan menggunakan alat pemadam api ringan yang
didapati sudah berlubang-lubang atau cacat karena karat.
(8) Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang (ditempatkan)
menggantung pada dinding dengan penguatan sengkang atau dengan
konstruksi penguat lainnya atau ditempatkan dalam lemari atau peti (box)
yang tidak dikunci. Lemari atau peti (box) seperti tersebut dapat dikunci
dengan syarat bagian depannya harus diberi kaca aman (safety glass)
dengan tebal maximum 2 mm.
(9) Sengkang atau konstruksi penguat lainnya tidak boleh dikunci atau
digembok atau diikat mati
(10) Ukuran panjang dan lebar bingkai kaca aman (safety glass) tersebut harus
disesuaikan dengan besarya alat pemadam api ringan yang ada dalam
lemariatau peti (box) sehingga mudah dikeluarkan.
(11) Pemasangan alat pemadam api ringan harus sedemikian rupa sehingga
bagian paling atas (puncaknya) berada pada ketinggian 1,2 m dari
permukaan lantai kecuali jenis CO2 dantepung kering (dry chemical)
22
dapat ditempatkan lebih rendah dengan syarat, jarak antara dasar alat
pemadam api ringan tidak kurang 15 cm dan permukaan lantai.
(12) Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan atau
tempat dimana suhu melebihi 49°C atau turun sampai minus 44°C
kecuali apabila alat pemadam api ringan tersebut dibuat khusus untuk
suhu diluar batas tersebut diatas. Alat pemadam api ringan yang
ditempatkan di alam terbuka harus dilindungi dengan tutup pengaman.
a) Dalam ruangan
Adakah sarana yang dapat dijadikan tempat perlindungan?
Perabotan berat, meubeul dari jati dan ranjang yang kuat dapat
digunakan sebagai tempat berlindung. Pojok-pojok ruangan
(dekat pondasi) juga dapat menjadi tempat menyelamatkan diri.
Namun perlu diingat bahwa tempat berlindung harus jauh dari
jendela kaca, perapian
b) Gedung Bertingkat
Tidak ada waktu untuk lari keluar ruangan.Tetap di ruangan, dan
usahakan merapat ke dinding/pondasi bagian dalam. Konstruksi
terkuat gedung bertingkat adalah pondasi dekat lift, dan Anda
dapat berlindung disana (tetapi jangan berada di dalam lift atau
di area tangga).
(3) Titik Pertemuan
Seandainya gempa datang saat anggota keluarga beraktivitas diluar,
dan dampaknya cukup hebat sehingga mematikan listrik dan sarana
komunikasi, maka dirasa penting untuk menentukan “titik-titik
pertemuan” yang mudah dijangkau oleh semua anggota keluarga.
Misalkan, untuk anak sekolah, kita dapat menentukan titik
pertemuan di alun-alun kota, sebelum kemudian pulang ke rumah
atau pergi ke tempat pengungsian.
(4) Tas Siaga dan Bunker Persediaan
Penting untuk selalu menyiapkan diri atas kemungkinan terburuk
dari suatu bencana.Tas siaga adalah ‘teman’ yang akan meringankan
beban pasca bencana. Selain itu, mencontoh penduduk Jepang,
mereka selalu menyiapkan pasokan air dan makanan (cepat saji)
untuk keadaan darurat.Checklist perlengkapan yang harus disiapkan
dalam “tas siaga” dan“bunker persediaan” dapat dilihat pada
lampiran.
26
2) Di Luar Ruangan
(1) Jika Anda berada diluar, carilah tanah yang lapang, yang jauh dari
gedung-gedung, pohon yang tinggi, dan kabel listrik., terowongan dan
jembatan.
(2) Jauhi retakan tanah akibat gempa, karena dapat membahayakan.
(3) Jauhi tempat-tempat yang mungkin longsor atau terkena longsoran,
seperti tebing yang curam.
28
GEMPA BUMI
BEREVAKUASI
- GUNAKAN TANGGA DARURAT GEMPA
- JANGAN GUNAKAN LIFT BERHENTI
BERKUMPUL DI TEMPAT
TERBUKA/LAPANG JAUHI
BANGUNAN, TIANG DAN
POHON BESAR
KEMBALI KE GEDUNG
ADA TIDAK
SETELAH DI UMUMKAN TIDAK BANGUNAN
KORBAN SITUASI AMAN RUSAK
YA YA
END
29
2.4 Ukuran Daun Rambu, Papan Informasi, Serta Ukuran Dan Jenis Huruf,
Angka Dan Simbol, Rambu Dan Papan Informasi Bencana Menurut
Peraturan Badan Penanggulangan Bencana Nomor 07 Tahun 2015
2.4.1 Ukuran Daun Rambu Petunjuk
1) Ukuran daun rambu petunjuk ukuran standar
31
Petunjuk tempat
pengungsian
Petunjuk lokasi
Posko
Petunjuk tempat
pengungsian
37
(2) Bentuk, lambang, warna, dan arti rambu peringatan dengan kata
Larangan berenang
disekitar area rambu
39
Larangan berkemah
disekitar area rambu
Larangan membuang
korek api dan puntung
rokok yang menyala
kedalam kawasan hutan
Larangan memasuki
kawasan kebakaran hutan
dengan merokok
40
(2) Bentuk, Lambang, Warna, Dan Arti Rambu Larangan dengan Kata
Menambahk
arah
Menambahkan penjelasan :
arah ke kanan
Menam
500
41
Menam
4) Papan tambahan yang menambahkan 50
yang menjelaskan hal tertentu dengan
kata
Menambahkan penjelasan :
kawasan rawan bencana III
5) Papan tambahan yang menambahkan penjelasan hal tertentu dengan kata dan
nilai
Menambahkan penjelasan :
jalur evakuasi berada di 500
meter dari rambu
Menambahkan penjelasan :
pengungsian berada di 500
meter dari rambu
42
BAB III
PEMBAHASAN
Ruangan Analisis
Ruangan konseling Terdapat meja dan kursi seperti sebuah ruangan kantor. Lokasi dekat dengan tangga darurat sebelah kiri. Tidak
jiwa ada detector asap.
Lab keperawatan Terdapat gudang lab. Terdapat asap detector. Di luar ruangan tidak ada APAR. Luar ruangan di sebelah kiri dari
jiwa pintu masuk kurang lebih 10 meter,tidak terdapat APAR dan alarm sama sekali.
Gas center Terdapat saluran gas yang akan menyambungkan seluruh outlet-outlet gas yang ada di lantai 2 khususnya di lab
klinik.
Musola Terletak dekat dengan gas center, terdapat karpet dan alat sholat yang jika terjadi kebakaran atau konsletin di
ruangan gas center akan merambat ke ruangan musola.
Ruang gerontik Terdapat banyak kayu-kayu penyekat, ada timbangan kain untuk bayi, dan beberapa barang yang belum tertata.
Asap detector 2. Luas gerontik 64.8 meter persegi.
Ruang konseling Terdapat kertas kertas, meja, papan tulis. Tidak terdapat asap detector di tiap ruangan.
jiwa, ruang
manager, ruang
admin lab
keperawatan, ruang
darmawanita
Lorong kiri pintu Tidak terdapat apar, terdapa kursi dan meja tamu, pintu-pintu terbuat dari besi yang menghantar panas ketika
masuk terjadi kebakaran.
Tangga darurat kiri Terdapat banyak barang-barang yang masih berserakan di bawah tangga, terdapat kursi tepat di bawah tangga
dekat pintu emergency. Terdapat saluran-saluran pipa yan di tempatkan pada tembok yang berlubang mengarah
ke atap. Lubang tidak ditutup dan pipa tersambung hingga lante 3. Pintu emergency terkunci.
Lab keperawatan Luasnya 129,6 meter persegi. Terdapat kasur, karpet, mainan anak. Terdapat asap detector 2. Terdapat autoclap
anak dengan NCB dekat dengan sumber air di autoclap.
Lab keperawatan Dipisahkan oleh sekat kaca. Terletak di dekat pintu emergency. Ventilasi ditutupi kertas sehingga cahaya tidak
anak di belakang masuk
45
Ruangan Analisis
Lab maternitas Pintu ditutupi oleh kertas, terdapat 2 asap detector, terdapat gudang lab penyimpanan bahan-bahan untuk
praktikum lab. Terdapat manekin.
Pintu emergency Terletak di belakang lab anak dan lab maternitas. Pintu terkunci. Tidak terdapat tulisan emergency hanya exit
lorong kanan saja.
Lorong kanan Terdapat loker dan tempat sepatu. Tidak terdapat apar.
Toilet Toilet terdapat di depan lorong kanan dan kiri.
RUANGAN ANALISIS
Koridor Ruang Exit Terdapat banyak barang dan benda-benda kayu yang mudah terbakar, tidak ada keterangan emrgency Exit hanya
antara 2 Lab (KMB tertulis exit.
& Kritis)
Terdapat NCB listrik dekat pintu exit
2
LR. 28,8 M + 21,6 Ruangan disiapkan menggunakan AC dimana instalasi kabel masih terbuka dan berisiko konsleting/ arus pendek.
m2= 50,4 m2
LAB KRITIS Terdapat gudang Laboratorium , terdapat banyak barang dan benda-benda kayu yang mudah terbakar, terdapat alat-
LR.166,8 m2 alat laboratorium yang mudah terbakar seperti alkohol, kasa-kasa dll.Terdapat tempat cuci tangan yang berintegrasi
dengan autoclap terbuat dari almunium yang harus diperhatikan karena beresiko terjadi arus pendek dan bahaya
strum. Ruangan disiapkan menggunakan AC dimana instalasi kabel masih terbuka dan berisiko konsleting/ arus
pendek.
Lab KMB Memiliki 3 detektor asap, tidak memiliki APAR, terdapat banyak barang dan benda-benda kayu yang mudah
LR. 151,2 m2 terbakar, terdapat alat-alat laboratorium yang mudah terbakar seperti alkohol, kasa-kasa dll. Sekat pembatas oleh
bed antara LAB KMB dan Kritis. Ruangan disiapkan menggunakan AC dimana instalasi kabel masih terbuka dan
berisiko konsleting/ arus pendek.
Gudang Lab. Dasar, Lap kep dasar digabung dengan keperawatan gerontik yang belum disekat, Memiliki 3 detektor asap, tidak memiliki
Lab. Dasar, Lab APAR, terdapat banyak barang dan benda-benda kayu yang mudah terbakar, terdapat alat-alat laboratorium yang
Gerontik mudah terbakar seperti alkohol, kasa-kasa dll. Ruangan disiapkan menggunakan AC dimana instalasi kabel masih
terbuka dan berisiko konsleting/ arus pendek.
Koridor Ruang pintu Terdapat banyak barang dan benda-benda kayu yang mudah terbakar, tidak ada keterangan emrgency Exit hanya
Exit antara 2 Lab tertulis exit.
(Dasar&Gerontik)
Terdapat NCB listrik dekat pintu exit
LR. 28,8 M2+ 21,6 Ruangan disiapkan menggunakan AC dimana instalasi kabel masih terbuka dan berisiko konsleting/ arus pendek.
m2= 50,4 m2
3)
47
Ruangan Analisis
Tangga utama Tangga dari lantai 2 ke lantai 3 terdiri dari 2 bagian, bagian pertama lebar 1.5 m, bagian ke 2 terdapat arah kiri kanan
masing masing 1 meter.
Koridor penghubung Terdapat alarm kebakaran manual lantai 3, terdapat detector asap
R. SimFor. Terdapat banyak barang elektronik, sambungan listrik berupa terminal mobil, terdapat perangkat kertas dan fasilitas
kantor terbuat dari kayu, tidak memiliki detector asap
R. Server Terdapat perangkat elektronik, tersambung listrik, tidak terdapat detector asap
Lab. Komputer Terdapat banyak perangkat computer dan sambungan listrik, terdapat detector asap, dekat dengan tangga darurat
R. Multimedia Terdapat banyak perangkat computer dan sambungan listrik, terdapat detector asap
R. Jurnal Terdapat banyak buku
Perpustakaan Banyak buku, 2 perangkat computer, rak buku terbuat darii kayu, terdapat 2 detektor asap
R. pert. mahasiswa Banyak alat musik dari bahan mudah terbakar, kursi, papan, terdapat detector 1 asap, dekat dengan tangga darurat
R. Alumni Terdapat perangkat computer, sambungan listrik, terdapat detector 1 asap
R. BSO / BEM Terdapat perangkat computer, lemari dan sambungan listrik, terdapat detector 1 asap
R. BEM / Rohis Terdapat 2 printer, sambungan listrik dan kulkas, terdapat detector 1 asap
R. BPM Terdapat sambungan listrik, terdapat detector 1 asap
Tangga darurat Lebar kurang dari 1 m,
Jalan menuju atap Tangga kurang dari 1 m, terdapat meja yang tertopang di bagian atas tangga, tower air 2000L di puncak tangga.
Gedung Terdapat penangkar petir, tidak ada hidran, pintu menuju tangga darurat tidak dikunci, namun pintu exit luar lantai 1
dikunci dan kuncinya disimpan oleh CS, pintu exit sebelah kiri tidak memiliki jalan yang cukup lebar, tanah
disamping gedung licin dan tidak rata.
49
50
51
mempunyai sistem penanggulangan atau manajemen kebakaran yang baik, sarana dan prasarana masih minim. Gedung baru Fakultas
Keperawatan Universitas Padjadjaran sudah diresmikan sejak 21 Juli 2016 dan telah digunakan secara penuh, gedung ini memiliki resiko
terjadi kebakaran karena isntalasi listrik pada gedung ini belum tertata rapi dan terdapat laboratorium komputer yang berisiko tinggi terjadi
korsleting listrik yang dapat menyebabkan kebakaran.
Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah di Provinsi Jawa Barat
53
1 Kebakaran 4 4
2 Gempa Bumi 3 5
3 Tanah Longsor 2 3
4 Gunung Meletus 1 3
57
1 2 3 4 5
Probabilitas
Kebakaran 4
Gempa Bumi 3
Tanah Longsor 2
Gunung Meletus 1
Dampak
Berdasarkan matriks diatas, dapat disimpulkan bahwa skor/nilai ancaman/bahaya bencana di gedung Fakultas Keperawatan
Universitas Padjadjajaran antara lain:
Gunung meletus memiliki bahaya/ancaman yang rendah dengan nilai 1
Tanah longsor memiliki bahaya/ancaman yang sedang dengan nilai 2
58
Tingkat Indeks
Jenis Ancaman
Ancaman Kerentanan Kemampuan Tingkat Resiko
Kebakaran 3 3 1 9 (Tinggi)
Berdasarkan penilaian resiko bencana diatas, gedung Akademik 2 (Laboratorium) Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
mempunyai resiko tinggi terjadinya bencana kebakaran dan gempa bumi. Hal tersebut perlu penanganan yang proritas dan perlu upaya
pencegahan terjadinya bencana.
59
3.3 Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa,
kerugian harta benda dan berubahnya tata kehidupan akademik di Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran. Upaya kesiapsiagaan
dilakukan pada saat bencana mulai teridentifikasi akan terjadi, kegiatan yang dilakukan antara lain:
1) Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur pendukungnya.
2) Pelatihan siaga/simulasi bencana/gladi/teknis bagi setiap sektor
3) Penanggulangan bencana (SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan pekerjaan umum).
4) Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan
5) Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik.
6) Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna mendukung tugas kebencanaan.
7) Penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan dini (early warning)
8) Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan)
9) Mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana/sarana peralatan)
1) Detector asap, system deteksi yang mendeteksi adanya asap. Menurut sifat fisiknya asap merupakan partikel-partikel karbon hasil
pembakaran yang tidak sempurna. Keberadaan ini digunakan untuk membuat suatu alat deteksi asap. Salah satu alat deteksi asap
bekerja dengan prinsip ionisasi dengan menggunakan bahan radio aktif yang akan mengionisasi udara di suatu ruangan dalam
komponen detector. Detector asap sangat tepat digunakan didalam bangunan dimana banyak terdapat kebakaran kelas A.
2) Detector panas, peralatan detector kebakaran yang dilengkapi dengan suatu rangkaian listrik atau pneumatic yang secara otomatis akan
mendeteksi kebakaran melalui panas yang diterimanya.
3) Detector nyala, api juga akan mengeluarkan nyala yang nyebar ke sekitarnya. Api mengeluarkan radiasi sinar infra merah dan ultra
violet.
Keberadaan sinar ini dapat dideteksi oleh sensor yang terpasang dalam detector, sesuai fungsinya detector ini ada beberapa jenis:
(1) Detector infra merah
(2) Detector UV
(3) Detector foto elektris
Pemasangan dan penempatan setektor memerlukan berbagai pertimbangan, misalnya sifat resiko kebakaran, jenis api dan kepadatan
penghuninya. Salah satu pertimbangan adalah jenis api dan kepadatan penghuninya. Selain itu, pertimbangan lainnya adalah jenis bahan
atau kelas kebakaran yang mungkin terjadi.
61
3.4.2 Sprinkler
Sistem sprinkler terdiri dari rangkaian pipa yag dilengkapi dengan ujung penyemprot yang kecil dan ditempatkan dalam suatu
bangunan. Jika terjadi kebakaran maka panas dari api akan melelehkan sambungan solder atau memecahkan bulb, kemudia kepala sprinkler
dan mengeluarkan air. Jenis sprinkler dapat digolongkan menjadi.
1) Sistem sprinkler pipa basah, merupakan jaringan pipa yang berisi air dengan tekanan tertentu. Jika terjadi kebakaran, maka sprinkler
akan meleleh dan terbuka sehingga air langsung memancar. Dengan demikian sistem ini hanya bekerja di area yang terbakar dan tidak
di ruangan lainnya selama ujung sprinkler masih tertutup. Kepala sprinkler dilengkapi dengan gelas kaca berisi cairan yang akan
memuai dan memecahkan kaca pada suhu tertentu. Tingkat suhu disesuaikan dengan warna cairan sebagai berikut :
Jingga : 530 C
Merah : 680 C
Kuning : 790 C
Hijau : 930 C
Biru : 1410 C
Ungu : 1820 C
Hitam : 201-2060 C
2) Sistem sprinkler pipa kering, sprinkler ini pada jalur pipa tidak berisi air, air akan mengalir dengan membuka katup pengalir yang
terpasang di pipa induk atau pipa jariganya. Dengan demikian, jika terjadi kebakaran, maka seluruh sprinkler yang ada dalam satu
jaringan akan langsung menyembur.
62
: Fire Detector
: Hydrant
: Fire Alarm
: Sprinkler
: APAR
: Jalur Evakuasi
: Assembly Point
66
Petugas inilah yang mempunyai peranan penting saat terjadi bencana kebakaran di gedung Fakultas Keperawatan Universitas
Padjadjaran. Selain itu, perlu diadakannya kerjasama dengan Dinas Pemadam Kebakaran untuk memberikan materi terkait pelatihan
tentang dasar ketentuan teknis pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan pada semua karyawan
(Dosen, TU, Teknisi, Petugas Keamanan, Petugas Laboratorium, Cleaning service, dan petugas kantin) serta mahasiswa di Fakultas
Keperawatan Universitas Padjadjaran. Materi pelatihan yang disampaikan meliputi :
1) Sistem tanda bahaya kebakaran (Fire Alarm System)
2) Instalasi hidrant kebakaran
3) Instalasi pemercik (Sprinkler)
4) Alat pemadam api ringan (APAR)
5) Penyelamatan Dokumen dan Evakuasi/penyelamatan diri
Pelatihan penanggulangan kebakaran menggharuskan semua peserta pelatihan untuk memadamkan api dengan media APAR dan
karung goni basah. Para peserta training diharapkan mampu memahami fungsi APAR, mampu menggunakan APAR yang benar dan tepat,
mampu menganalisa faktor-faktor yang menyebabkan kebakaran, dan mampu mendesign perencanaan dan penanganan bahaya kebakaran.
3.7 Rekomendasi
1) Sterilkan tangga darurat (singkirkan berbagai barang yang disimpan disekitar tangga darurat yang menggangu pemanfaatannya saat
bencana terjadi)
2) Rekomendasikan pemasangan lampu penerangan darurat, optimalkan penerangan yang ada (buka penutup kaca menuju exit)
3) Pasang tanda petunjuk arah evakuasi (pasang tanda sesuai petunjuk jalur evakuasi)
68
KIWALITE SG +
ALUMUNIUM DOUBLE TAPE
1 30 10 GLOW IN THE Rp 52.500 14 Rp 735.000
1.2mm 3M
DARK
Evakuasi Kanan
KIWALITE SG +
ALUMUNIUM DOUBLE TAPE
2 30 10 GLOW IN THE Rp 52.500 17 Rp 892.500
1.2mm 3M
DARK
Evakuasi Kiri
KIWALITE SG +
ALUMUNIUM DOUBLE TAPE
3 30 10 GLOW IN THE Rp 52.500 5 Rp 262.500
1.2mm 3M
DARK
KIWALITE SG +
ALUMUNIUM DOUBLE TAPE
4 30 10 GLOW IN THE Rp 52.500 6 Rp 315.000
1.2mm 3M
DARK
KIWALITE SG +
ALUMUNIUM DOUBLE TAPE
6 30 10 GLOW IN THE Rp 52.500 2 Rp 105.000
1.2mm 3M
DARK
KIWALITE SG +
ALUMUNIUM DOUBLE TAPE
7 30 15 GLOW IN THE Rp 71.250 2 Rp 142.500
1.2mm 3M
DARK
KIWALITE SG +
ALUMUNIUM DOUBLE TAPE
8 30 15 GLOW IN THE Rp 71.250 2 Rp 142.500
1.2mm 3M
DARK
72
KIWALITE SG +
ALUMUNIUM DOUBLE TAPE
9 30 15 GLOW IN THE Rp 71.250 3 Rp 213.750
1.2mm 3M
DARK
KIWALITE SG +
ALUMUNIUM DOUBLE TAPE
10 30 15 GLOW IN THE Rp 71.250 3 Rp 213.750
1.2mm 3M
DARK
KIWALITE SG +
ALUMUNIUM DOUBLE TAPE
11 30 15 GLOW IN THE Rp 71.250 3 Rp 213.750
1.2mm 3M
DARK
TOTAL 59 Rp 3.341.250
DISC : Rp 334.125
SUB TOTAL : Rp 3.007.125
PPN : Rp 300.713
. 2015. Ukuran daun rambu, papan informasi, serta ukuran dan jenis huruf,
angka dan simbol, rambu dan papan informasi bencana menurut peraturan
badan penanggulangan bencana nomor 07 tahun 2015.
Yervi, H., et al. (2009). Evaluasi Penerapan Sistem Keselamatan Kebakaran pada
Bangunan Gedung Rumah sakit Dr. M. Djamil Padang, Jurnal Rekayasa
Sipil Vol 5 No.2