Anda di halaman 1dari 5

26 | Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No.

2355-92

STUDY KEANDALAN BANGUNAN GEDUNG INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT


UMUM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN

Oleh:
Khaerul Rijal
Fakultas Teknik - Universitas Nusa Tenggara Barat

Abstrak: Peristiwa kebakaran selalu menyisakan kerugian baik materi berupa harta benda maupun korban
jiwa serta berdampak pada berkurangnya umur layanan suatu bangunan. Rumah sakit disamping
mempunyai risiko tingkat kebakaran yang tinggi juga membawa dampak yang sangat luas karena
bangunan gedung rumah sakit itu sendiri adalah obyek vital sebagai tempat dalam pelayanan kesehatan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keandalan bangunan gedung instalasi rawat
inap rumah sakit umum provinsi Nusa Tenggara Barat. Lokasi penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit
Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. Untuk mengetahui keandalan bangunan gedung digunakan metode
deskriptif-kuantitatif berdasarkan Peraturan Pd–T–11–2005–C tentang Pemeriksaan Keselamatan
Kebakaran Bangunan Gedung. Hasil perhitungan penilaian komponen utilitas di Rumah Sakit Umum
Provinsi NTB menghasilkan Nilai Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan (NKSKB) sebesar 73.27 %.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bangunan gedung Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Provinsi NTB dapat dikategorikan ANDAL terhadap bahaya kebakaran.
Kata Kunci: bangunan gedung, nilai keandalan bangunan, sistem keselamatan, sistem proteksi kebakaran.

PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan kota yang pemeliharaan sarana pencegahan kebakaran pada
terus meningkat, menyebabkan bangunan gedung bangunan.
terus mengalami pertumbuhan baik secara vertikal Selama ini banyak orang beranggapan bahwa
maupun horizontal. Pertumbuhan dan penataan suatu bangunan gedung dikatakan andal jika
bangunan gedung yang ada dewasa ini sering kali konstruksinya memiliki dimensi struktur yang
tidak diimbangi dengan kesiapan infrastruktur besar seperti dimensi kolom atau pondasi
bangunan atau terkesan pembangunan yang sehingga mengabaikan faktor non teknis seperti
dipaksakan sehingga bangunan fisik yang sistem pencegahan bangunan gedung terhadap
dihasilkan kurang memperhatikan bahaya bahaya kebakaran, padahal dalam kenyataannya
terhadap kebakaran. banyak bangunan gedung mengalami keruntuhan
Bahaya kebakaran dapat terjadi pada akibat kebakaran walaupun dibangun dengan
bangunan dimana bangunan tersebut berada. konstruksi yang kokoh dan kuat secara struktur.
Untuk melaksanakan fungsi dan kegunaan, Banyaknya sumber potensi bahaya
bangunan gedung terdiri dari beberapa sistem, kebakaran tersebut kemudian membuat rumah
sistem tersebut terdiri dari sub-sistem yang sakit menjadi bangunan yang cukup tinggi risiko
terbentuk secara integral dalam satu kesatuan. kebakarannya bahkan menurut National Fire
Pencegahan kebakaran merupakan salah satu Protection Association (NFPA), penyebab utama
sistem bangunan yang bertujuan untuk terjadinya korban jiwa dalam setiap kebakaran
menyelamatkan jiwa dan harta benda dari bahaya bukan diakibatkan karena api saja tetapi karena
kebakaran. menghirup asap dan gas beracun
Kesiapan dan penanganan sebelum Belum hilang dari ingatan kita peristiwa
terjadinya kebakaran menjadi faktor yang sangat kebakaran yang terjadi pada rumah sakit
penting untuk mencegah terjadinya kebakaran. kebanggaan warga NTB waktu itu yaitu Rumah
Berdasarkan Undang Undang No.28 Tahun 2002, Sakit Umum Provinsi NTB pada tahun 2011 yang
salah satu persyaratan keselamatan gedung adalah lalu yang menewaskan satu orang pasien dan
kemampuan bangunan gedung dalam mencegah menghanguskan 17 ruang poli. Pada maret Tahun
dan menanggulangi bahaya kebakaran. 2016 juga terjadi kebakaran di Rumah Sakit
Pengamanan kebakaran menyangkut kegiatan Angkatan Laut Mintoharjo yang menewaskan
pemeriksaan, perawatan, pemeliharaan, audit empat orang, dimana berdasarkan hasil
keselamatan kebakaran, dan latihan penyelidikan waktu kejadian, peristiwa kebakaran
penanggulangan bahaya kebakaran secara tersebut diakibatkan arus pendek listrik di ruang
periodik sebagai bagian dari kegiatan tabung di Gedung Ruang Udara Bertekanan
Tinggi (RUBT). Kejadian yang sama juga terjadi

Volume 5, No.4, Desember 2019 http://www.untb.ac.id/Desember-2019/


ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram| 27

menjelang akhir tahun 2016 yaitu kebakaran yang standar National Fire Protection Association
terjadi di Rumah Sakit Semen Gersik yang (NFPA) 101 life safety code (evaluation for
disebabkan oleh kursi roda elektrik. Kejadian- business occupancy), penilaian keamanan
kejadian kebakaran tersebut menjadi pelajaran bangunan menggunakan Standar National
buat kita untuk selalu mengantisipasi potensi Indonesia (SNI) dan Keputusan Menteri Pekerjaan
terjadinya bahaya kebakaran pada bangunan Umum (Kepmen PU), rancangan model kebakaran
gedung terutama pada bangunan gedung rumah dan standar American Society for Testing and
sakit. Materials (ASTM) Fire Test Standard E 931
Rumah sakit disamping mempunyai risiko (Standard Practice for Assessment of Fire Risk by
tingkat kebakaran yang tinggi, bila terjadi Occupancy Classification). Hasil penelitian
kebakaran juga akan membawa dampak yang menyimpulkan bahwa Senayan City termasuk
sangat luas karena bangunan gedung rumah sakit dalam kategori bangunan gedung yang aman
itu sendiri adalah obyek vital sebagai tempat terhadap bahaya kebakaran.
dalam pelayanan kesehatan dan juga tantangan Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan
global sekarang ini membawa konsekuensi yang Umum Nomor 29 Tahun 2006 bahwa persyaratan
berat bagi rumah sakit-rumah sakit, dimana keandalan bangunan gedung yaitu meliputi
persaingan berlangsung secara terus-menerus dan persyaratan kemampuan bangunan gedung
memaksa rumah sakit untuk senantiasa berupaya terhadap beban muatan, persyaratan kemampuan
meningkatkan daya saing secara berkelanjutan. bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran, dan
Mengingat akan pentingnya pelayanan kesehatan persyaratan kemampuan bangunan gedung
bagi setiap penduduk, menjadikan sebuah rumah terhadap bahaya petir dan bahaya kelistrikan.
sakit mempunyai peranan yang penting dalam Untuk menentukan tingkat keandalan struktur
menjawab kebutuhan masyarakat akan pelayanan bangunan, harus dilakukan pemeriksaan keandalan
kesehatan. bangunan secara berkala sesuai dengan ketentuan
Menurut WHO (2010), rumah sakit adalah dalam Pedoman/Petunjuk Teknis Tata Cara
bagian integral dari suatu organisasi sosial dan Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung.
kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Mataram
paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit Provinsi NTB Nomor 4 tahun 2014 bahwa fungsi
(kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) bangunan gedung terdiri atas: fungsi hunian,
kepada masyarakat. keagamaan, sosial budaya dan fungsi khusus,
Berdasarkan penjelasan di atas, maka sebagai sedangkan klasifikasi bangunan gedung dibedakan
upaya untuk mempertahankan kehandalan berdasarkan pada tingkat kompleksitas,
bangunan gedung rumah sakit dan pencegahan permanensi, risiko kebakaran, zonasi gempa,
terhadap bahaya kebakaran, maka diperlukan lokasi, ketinggian dan kepemilikan.
suatu kajian yang lebih mendalam mengenai Ramli, (2010) mendefinisikan kebakaran
kualitas kehandalan bangunan gedung rumah sakit adalah merupakan suatu kondisi alami akibat
untuk mengetahui sejauh mana sistem bertemunya bahan bakar, oksigen dan panas yang
pemelihararaan keandalan bangunan gedung tidak terkendali. Ketiga unsur di aatas merupakan
tersebut terhadap bahaya kebakaran. penyebab munculnya api, jika salah satu dari ketiga
Lokasi penelitian terletak di Kota Mataram unsur tersebut tidak terpenuhi maka tidak akan
yaitu pada bangunan gedung Instalasi Rawat Inap terjadi kebakaran atau dengan kata lain api tersebut
Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat akan padam.
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh
Balitbang PU Pd–T–11–2005–C tentang
Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Bangunan
Gedung, keandalan merupakan tingkat
kesempurnaan kondisi perlengkapan proteksi yang
menjamin keselamatan, fungsi dan kenyamanan
suatu bangunan gedung dan lingkungannya selama
masa pakai dari gedung tersebut dari segi
bahayanya terhadap kebakaran, sedangkan
Gambar1. Lokasi RSUP NTB keselamatan gedung merupakan kondisi yang
menjamin keselamatan dan tercegahnya bencana
TINJAUAN PUSTAKA dalam suatu gedung beserta isinya (manusia,
Endangsih Tri (2008), meneliti tentang peralatan, barang) yang diakibatkan oleh kegagalan
keselamatan bangunan gedung Mall Senayan City atau tidak berfungsinya utilitas gedung
terhadap bahaya kebakaran. Parameter keandalan Mengacu pada pedoman teknis yang
bangunan yang digunakan adalah menggunakan dikeluarkan oleh Balitbang PU Pd–T–11–2005–C

http://www.untb.ac.id/Desember-2019/ Volume 5, No. 4, Desember 2019


28 | Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-92

tentang Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran Pengumpulan data primer dalam penelitian ini
Bangunan Gedung, penilaian didasarkan pada yaitu berupa data primer yang diperoleh langsung
kriteria atau pembatasan kondisi komponen berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi
bangunan. Nilai kondisi komponen proteksi langsung di lokasi penelitian yaitu Rumah Sakit
kebakaran bangunan dibagi dalam tiga tingkat, Umum Provinsi NTB, berupa data kondisi
seperti yang dijelaskan pada Tabel 1. komponen sistem penyelamatan bangunan terhadap
bahaya kebakaran yang meliputi komponen
Tabel 1. Tingkat Penilaian Audit Kebakaran
kelengkapan tapak, sarana penyelamatan, sistem
Nilai Kesesuaian Keanda proteksi pasif dan sistem proteksi aktif.
lan Untuk menambah sumber informasi tentang
> 80 Sesuai persyaratan Baik (B) sistem keselamatan bangunan gedung pada Rumah
– 100 Sakit di atas terhadap pencegahan kebakaran, maka
60 – Terpasang tetapi ada Cukup data sekunder diperoleh dari data yang didapatkan
80 sebagian kecil instalasi (C) dari pengelola bangunan selaku penanggung jawab
yang tidak sesuai syarat pelaksana, meliputi gambar rencana bangunan
< 60 Tidak sesuai sama sekali Kurang gedung rumah sakit, gambar terlaksana (As Built
(K) Drawing) dan sumber informasi lain yang
diperlukan didalam pemeriksaan keandalan sistem
Berdasarkan Peraturan Pd – T – 11 – 2005 – C kesematan bangunan gedung terhadap bahaya
tentang Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran kebakaran.
Bangunan Gedung, Pembobotan pada masing- Data–data yang diperoleh dari pengamatan
masing komponen harus dilakukan dengan metode langsung dan check list di lapangan selanjutnya
Analitycal Hierarchycal Process (AHP), dimana akan digunakan untuk mengetahui nilai keandalan
hasil pembobotan parameter komponen system sistem keselamatan bangunan terhadap bahaya
keselamatan bangunan sebagaimana berdasarkan kebakaran berdasarkan Peraturan Pd–T–11–2005–
peraturan di atas adalah sebagai berikut: C tentang Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran
Bangunan Gedung.
Tabel 2. Hasil Pembobotan Parameter Komponen Setelah penilaian kondisi bangunan
Sistem Keselamatan Bangunan dilakukan, selanjutnya dapat memberikan
Sumber: Peraturan Pd – T – 11 – 2005 – C rekomendasi untuk melakukan sistem perbaikan
atau rehabilitasi guna mendapatkan keandalan
No. Parameter KSKB Bobot KSKB bangunan yang baik.
(%)
1 Kelengkapan Tapak 25 HASIL DAN PEMBAHASAN
2 Sarana Penyelamatan 25
a. Hasil Penilaian Sarana Penyelamatan
3 Sistem Proteksi Aktif 24
4 Sistem Proteksi Pasif 26 Hasil analisis penilaian komponen sarana
penyelamatan di Rumah Sakit Umum Provinsi
METODE PENELITIAN NTB, disajikan dalam Tabel 3 di bawah ini:.
Pada penelitian ini, metode yang digunakan Tabel 3. Hasil Pengamatan Sarana Penyelamatan
adalah metode deskriptif–kuantitatif, untuk
mengetahui nilai keandalan sistem keselamatan
bangunan terhadap bahaya kebakaran melalui
pengamatan lagsung berdasarkan Peraturan Pd – T
– 11 – 2005 – C tentang Pemeriksaan
Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung,
yaitu yang meliputi:
1. Komponen kelengkapan tapak
2. Komponen sarana penyelamatan
3. Komponen sistem proteksi pasif
4. Komponen sistem proteksi aktif yang
berpengaruh terhadap sistem proteksi pasif
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan 2 metode, yaitu dengan Berdasarkan Tabel 3. di atas, jumlah nilai
mengumpulkan data primer dan sekunder yang kondisi komponen sarana penyelamatan sebesar
berkaitan langsung dengan tujuan penelitian yang 23.65 dengan nilai bobot sarana penyelamatan
akan dicapai. yaitu sebesar 25. Hal ini menunjukkan bahwa

Volume 5, No.4, Desember 2019 http://www.untb.ac.id/Desember-2019/


ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram| 29

berdasarkan komponen utilitas sarana 18.78 untuk nilai keandalan Rumah Sakit Umum
penyelamatan yang ada di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB dengan nilai bobot sistem proteksi
Provinsi NTB tersebut masuk dalam kategori pasif 25. Hal ini menunjukkan bahwa komponen
handal dan telah memenuhi syarat sesuai dengan utilitas kelengkapan tapak di Rumah Sakit Umum
peraturan yang ada. Provinsi NTB telah cukup memenuhi syarat sesuai
dengan peraturan.
b. Sistem Proteksi Pasif
d. Sistem Proteksi Aktif
Prosedur penilaian komponen sistem proteksi
pasif, sama dengan prosedur penilaian komponen Berdasarkan hasil pengamatan mengenai
sarana penyelamatan yang membedakan adalah sistem proteksi aktif di Rumah Sakit Umum
nilai bobot komponen sistem proteksi pasif. Hasil Provinsi NTB nilai kondisi komponen sistem
analisis penilaian komponen sistem proteksi pasif proteksi aktif sebesar 14.29 untuk nilai keandalan
di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB dapat Rumah Sakit Umum Provinsi NTB dengan nilai
disajikan dalam Tabel 4. di bawah ini: bobot sistem proteksi pasif 26. Hal ini
menunjukkan bahwa komponen utilitas sistem
Tabel 4. Hasil Analisis Penilaian Komponen
proteksi pasif di Rumah Sakit Umum Provinsi
Sistem Proteksi Pasif
NTB kurang memenuhi syarat sesuai dengan
peraturan.

e. Evaluasi Nilai Keandalan Sistem


Keselamatan Bangunan (NKSKB)
Berdasarkan hasil dari perhitungan nilai
keandalan untuk tiap komponen utilitas, dapat
disimpulkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 6. Hasil Perhitungan Penilaian Komponen


Utilitas
Hasil Nilai
Komponen
No. Penilaian maksimum
Berdasarkan Tabel 4. di atas jumlah nilai kondisi Utilitas
RSUP
komponen sistem proteksi pasif sebesar 16.54 1 Sarana 23.65 25
untuk nilai keandalan Rumah Sakit Umum Penyelamatan
Provinsi NTB. Hal ini menunjukkan bahwa 2 Sistem 16.54 26
komponen utilitas sistem proteksi pasif di Rumah Proteksi Pasif
Sakit Umum Provinsi NTB telah cukup memenuhi 3 Kelengkapan 18.78 25
syarat sesuai dengan peraturan. Tapak
4 Sistem 14.29 24
c. Kelengkapan Tapak Proteksi Aktif
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai 73.27 100
kelengkapan di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5. di bawah
PENUTUP
ini:
Berdasarkan Tabel 6. Hasil perhitungan
penilaian komponen utilitas menghasilkan Nilai
Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan
(NKSKB) sebesar 73.27 %, hal ini menunjukkan
bahwa nilai keandalan bangunan Rumah Sakit
Umum Provinsi NTB termasuk dalam kategori
cukup baik dengan nilai keandalannya masih
dibawah 80 %.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Litbang PU Departemen Pekerjaan Umum
Pd-T-11-2005-C, 2005, Pemeriksaan
Berdasarkan Tabel 5. di atas jumlah nilai Keselamatan Kebakaran Bangunan
kondisi komponen kelengkapan tapak sebesar Gedung, Jakarta.

http://www.untb.ac.id/Desember-2019/ Volume 5, No. 4, Desember 2019


30 | Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-92

Endangsih Tri, 2008, Keselamatan Bangunan Pusat


Perbelanjaan terhadap Bahaya
Kebakaran, Universitas Indonesia,
Jakarta.

Peraturan Daerah Kota Mataram, Provinsi Nusa


Tenggara Barat No. 4 Tahun 2014,
tentang Bangunan Gedung, Mataram.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.


29/PRT/M/2006, tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung,
Jakarta.

Ramli S., 2010, Sistem Manajemen Keselamatan


dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001,
Dian Rakyat, Jakarta.

Volume 5, No.4, Desember 2019 http://www.untb.ac.id/Desember-2019/

Anda mungkin juga menyukai