selama 2018 , setidaknya ada 208 kejadian kebakaran 1. Bagaimana penerapan sarana penyelamatan dan
dikota Makassar yang suda ditangani Dinas Damkar sistem proteksi pasif terhadap bahaya kebakaran di
Makassar. Jika menilik data jumlah ini mengalami Gedung Menara Bosowa Makassar?
Peningkatan dibandingkan tahun 2017 yang tercatat 2. Bagaimana nilai keandalan sistem keselamatan
sebanyak 150 kejadian kebakaran. Sementara untuk bangunan terhadap bahaya kebakaran di Gedung
taksiran kerugian masyarakat akibat musibah kebakaran Menara Bososwa Makassar dengan mengevaluasi
diperkirakan mencapai Rp. 20.000.000.000. Sementara penerapan sistem proteksi kebakaran berdasarkan
untuk masyarakat yang menjadi korban, Dinas Damkar peraturan yang berlaku?
Makassar mencatat ada 10 orang meninggal dunia dan 7 Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini:
orang mengalami luka (Kabar.news, Sabtu 29/12/2018). 1. Untuk mendapatkan nilai penerapan sarana
Pembangunan di Kota Makassar dewasanya penyelamatan dan sistem proteksi pasif terhadap
semakin meningkat, Saat ini banyak pembangunan bahaya kebakaran di Gedung Menara Bosowa
gedung sebagai pendukung kinerja penduduk di Kota Makassar.
Makassar. Pembangunan gedung yang beragam dan 2. Untuk mendapatkan nilai keandalan sistem
kompleks menuntut aspek keselamatan dan rasa aman keselamatan bangunan terhadap bahaya kebakaran di
terhadap bangunan gedung dan lingkungannya. Salah Gedung Menara Bosowa Makassar dengan
satu aspek keselamatan yang penting dari sebuah mengevaluasi penerapan sistem proteksi kebakaran
bangunan gedung adalah keselamatan dari bahaya berdasarkan peraturan yang berlaku.
kebakaran.
Salah satu gedung perkantoran dikota Makassar II. Tinjauan Pustaka
dengan aktivitas dan perilaku yang cukup tinggi yaitu
Gedung Menara Bosawa milik Grup Bosowa atau A. Penelitian Terdahulu
Bosowa Corporation. Menara Bosowa adalah gedung Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil
perkantoran tertinggi di Makassar dan Indonesia Timur, penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan
dengan 23 lantai 120 meter dan menghadap langsung ke sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun hasil-
Lapangan Karebosi, serta memiliki jumlah hunian hasil penelitian yang dijadikan perbandingan tidak
sebanyak 230 hunian hal inilah yang membuat penulis terlepas dari topik penelitian yaitu mengenai penilaian
tertarik. Berdasarkan data bangunan diatas tidak penerapan sarana penyelamatan dan sistem proteksi
menutup kemungkinan akan terjadinya kebakaran yang terhadap bahaya kebakaran.
merupakan suatu permasalahan yang tidak bisa lepas Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lily
dari manusia, kerugian yang diakibatkan oleh Christiani P (2011) yang berjudul “Analisis Pelaksanaan
kebakaran tidak hanya berupa kerusakan bangunan Fire Management pada Hotel di Surakarta dengan
saja, melainkan kerugian yang menyangkut moral dan Mengukur Tingkat Keamanan Hotel”. Hasil
jiwa manusia. Beberapa penyebab kebakaran antara penelitiannya menyatakan bahwa penerapan sistem
lain : rendahnya pemahaman dan kesadaran akan proteksi aktif dan pasif cukup memenuhi syarat sesuai
bahaya kebakaran, kurangnya kesiapan individu untuk dengan peraturan, analisis penerapan peraturan sistem
menghadapi dan menanggulangi bahaya kebakaran, proteksi aktif dan pasif yang berarti cukup memenuhi
sistem penanganan kebakaran yang belum terwujud peraturan dengan skala likert sebesar 4,232 pelaksanaan
dan terintegrasi serta rendahnya prasarana dan sarana pemeriksaan dan pemeliharaan sarana proteksi
sistem proteksi kebakaran bangunan yang memadai. kebakaran sudah dilakukan dengan rutin, dan
Bangunan Gedung Menara Bosowa mestinya ketersediaan alat pemadam kebakaran yang cukup
memerlukan kelengkapan tapak, sistem proteksi berpengaruh pada keamanaan staff hotel.
kebakaran dan sarana penyelamatan karena bangunan Dwiyoga Noris Indrawijaya ( 2011) dengan
tersebut memiliki fungsi dan perilaku yang kompleks penelitiannya yang berjudul “Analisis Keandalan
dalam suatu bangunan tertutup. Berdasarkan hal Bangunan Gedung (Studi kasus Bangunan Gedung
tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian dengan Laboratorium Teknik Fakultas Teknik Unversitas
mengangkat judul “Analisis Keandalan Sistem Sebelas Maret Surakarta)”. Hasil penelitiannya
Proteksi terhadap Bahaya Kebakaran (Studi Kasus : menyatakan bahwa andal untuk bangunan gedung
Gedung Menara Bosowa)”. Laboratorium Teknik Fakultas Teknik Universitas
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui : Sebelas Maret Surakarta. Penilaian tingkat keandalan
meliputi arsitektur 97,01% (andal), Strultur 99,24%
JACEE 2021, Volume 1 No.1 (2021) : April 2021, 23-42 25
(andal), Utilitas dan proteksi kebakaran 98,52% Tabel 2.2 Gambaran Fokus Penelitian Sistem Proteksi
(kurang andal), Aksesibilitas 75,50% (kurang andal) Pasif
dan Tata bangunan dan lingkungan 100% (andal). No Variabel
Untuk meningkatkan dan mempertahankan tingkat 1. Pasangan konstruksi tahan api
keandalan bangunan gedung maka diperlukan 2. Pintu dan jendela tahan api
perbaikan dan pemeliharaan yang berkelanjutan. 3. Bahan pelapis interior
Penelitian mengenai “Analisis Tingkat Kepentingan 4. Penghalang api
Persepsi Peng guna Bangunan terhadap Fire 5. Partisi penghalang asap
Management Rumah Sakit di Kota Surakarta” oleh Rr. 6. Penghalang asap
Aryu Diah Parwitasari (2010) menyatakan bahwa 7. Atrium
penerapan sistem proteksi aktif dan pasif cukup Sumber :Permen PU No:26/PRT/M/2008
memenuhi syarat sesuai dengan peraturan sesuai dengan
analisis penerapann peraturan sistem proteksi aktif dan Tabel 2.3 Checklist Pengamatan Di Lapangan
pasif yang menunjukan 3 skala Likert yang berarti cukup No
Variabel
Kondisi
Keterangan
memenuhi peraturan, pelaksanaan pemeriksaan dan . Ya / Ada Tidak
pemeliharaan sarana proteksi kebakaran sudah dilakukan 1. Eksit Ya -
Keandalan
dengan rutin, dan sarana proteksi yang menurut keluarga 2. Ya -
jalan keluar
pasien dan karyawan RS menjadi prioritas utama untuk 3. -
dibenahi dan dilengkapi oleh pihak RS.
B. Unsur Penilaian
Hasil dari pengamatan, selanjutnya di
analisis berdasarkan skala likert yakni skala
1. Penilaian Penerapan Sarana Penyelamatan dan sebagai pengukuran kesesuaian antara dua atau
Sistem Proteksi Pasif lebih komponen yang ditinjau.
Tahapan analisis yang dilakukan dalam
penelitian Penilaian Penerapan Sarana Tabel 2.4 Skala Likert
Penyelamatan dan Sistem Proteksi Pasif adalah No. Keterangan Skala likert
menentukan variabel untuk pengambilan data, 1. Sangat sesuai dengan peraturan 5
pengambilan data dilakukan dengan melakukan 2. Sesuai dengan peraturan 4
3. Cukup sesuai dengan peraturan 3
interview dan pengamatan langsung di lapangan
4. Kurang sesuai peraturan 2
dengan menggunakan check list. 5. Sangat tidak memenuhi 1
Sumber : Sugiyono, 2009
Tabel 2.1. Gambaran Fokus Penelitian Sarana
Penyelamatan Untuk mendapatkan hasil final setiap
No Variabel komponen , digunakan rumus rata – rata
1. Eksit sebagai berikut .
2. Keandalan jalan keluar
3. Pintu
4. Ruang terlindung dan proteksi tangga
5. Jalan terusan eksit
6. Jumlah sarana jalan ke luar
2. Penilaian Nilai Keandalan Sistem Keselamatan
7. Susunan jalan ke luar
Bangunan (NKSKB)
8. Eksit Pelepasan
9. Iluminasi sarana jal an ke luar
Tahapan analisis yang dilakukan dalam
10. Pencahayaan darurat Penilaian Nilai Keandalan Sistem Keselamatan
11. Penandaan sarana jalan ke luar Bangunan Gedung adalah dengan meninjau
Sumber : Permen PU No.26/PRT/M/2008 secara langsung keadaan sebenarnya di
lapangan, selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan standar dan peraturan yang
berlaku.
JACEE 2021, Volume 1 No.1 (2021) : April 2021, 23-42 26
kriteria yang ada. Jika terdapat kriteria yang tidak Diagram Alir Metode Penelitian
dapat diperoleh dengan observasi, maka penentuan
pemenuhan kriteria tersebut akan dilakukan melalui
metode wawancara atau telaah dokumen.
6. Seluruh hasil temuan kemudian akan dicocokkan
dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan hasil
pencocokkan kemudian dikonsultasikan kepada
pihak/petugas/tenaga ahli yang memiliki kualifikasi
dalam peraturan proteksi kebakaran bangunan
gedung. Peneliti bersama pihak/petugas/tenaga ahli
tersebut melakukan diskusi untuk menentukan nilai
kuantitatif (<60, 60-80, dan >80-100) bagi setiap
subkomponen yang telah diperiksa oleh peneliti.
Konsultasi dan diskusi tersebut dilakukan untuk
menghindari subjektifitas penilaian.
7. Adapun yang menjadi bahan pertimbangan dalam
menentukan nilai kuantitatif untuk setiap
subkomponen tersebut adalah terkait seberapa banyak Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian
kriterian-kriteria yang sudah terpenuhi oleh masing-
masing subkomponen.
8. Mengkalikan nilai kuantitaif tersebut dengan bobot IV. Hasil dan Pembahasan
subkomponen KSKB dan bobot komponen KSKB.
9. Bobot subkomponen kskb dan bobot komponen A. Analisis Deskriptif
KSKB yang dimaksud dalam poin 7 sudah ditentukan
Analisis deskriptif ini berdasarkan hasil dari check
dalam pedoman pemeriksaan keselamatan kebakaran
list pengamatan di lapangan mengenai sarana
bangunan gedung pd-t-11-2005-c yang digunakan
penyelamatan dan sistem proteksi pasif. Check list
dalam penelitian ini.
dilakukan di Gedung Menara Bosowa. Hasil check list
10. Penghitungan antara nilai kuantitatif subkomponen
bisa dilihat di Lampiran.
dengan bobot subkomponen KSKB dan bobot
Berdasarkan hasil check list dari pengamatan,
komponen KSKB akan menghasilkan nilai kondisi
selanjutnya di analisis berdasarkan skala likert yakni
setiap subkomponen (dengan satuan persentase).
skala sebagai pengukuran kesesuaian antara dua atau
11. Perhitungan poin 3 sampai 9 dilakukan untuk setiap
lebih komponen yang ditinjau.
subkomponen. Seluruh nilai kondisi subkomponen
1. Sarana penyelamatan
pada masing-masing komponen kemudian
Hasil pengamatan mengenai sarana
dijumlahkan. Angka yang didapatkan merupakan
penyelamatan berdasarkan pengamatan di
nilai komponen sistem proteksi kebakaran (dengan
lapangan, disajikan dalam tabel berikut :
satuan persentase).
12. Nilai keempat komponen lalu dijumlahkan dan Tabel 4. 1 Eksit
menghasilkan nilai Kuantitatif keandalan sistem Kondisi skala
Peraturan
proteksi kebakaran (dengan satuan persentase). Existing likert
13. Nilai yang didapat kemudian diubah ke dalam nilai Eksit dipisahkan dari
Dipisahkan
kualitatif bangunan lain (Permen PU 5
oleh koridor
14. Jika tingkat nilai Keandalan Sistem Proteksi No:26/PRT/M/2008 :35)
Kebakaran ≥80%-100%, maka diberi nilai kualitatif Pemisah dibangun dengan
Pemisah
B pasangan konstruksi yang
dari
15. Jika jumlah nilai keandalan sistem proteksi kebakaran tidak mudah terbakar 5
Kontruksi
≥60%-<80%, maka diberi nilai kualitatif C Dan jika (Permen PU
beton
nilai tingkat keandalan sistem proteksi kebakaran No:26/PRT/M/2008 : 36)
kurang dari 60 %, maka diberi nilai kualitatif K
(kurang).
JACEE 2021, Volume 1 No.1 (2021) : April 2021, 23-42 29
Tabel 4. 21 Analisis Peraturan Sistem Proteksi Pasif Tabel 4. 22 Hasil Pemenuhan Kriteria Penilaian
dalam skala likert Sumber Air
No. Tinjauan Skala likert Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Nilai
1 Pasangan Konstruksi Tahan Api 5 Tersedia dengan Sumber air B
2 Pintu dan Jendala Tahan Api 5 kapasitas yang berasal dari air (100)
3 Bahan Pelapis interior 5 Memenuhi tanah dan PDAM
4 Penghalang Api 5 Persyaratan minimal terdapat ground
5 Partisi Penghalang Api 5 terhadap fungsi tank dengan
6 Penghalang Asap 5 bangunan kapasitas ±300
7 Atrium 5 m3
Jumlah Rata-rata sarana penyelamatan 5
2) Jalan Lingkungan
Subkomponen jalan lingkungan
Penerapan peraturan sistem proteksi pasif seperti
mensyaratakan bahwa jalan lingkungan harus
pada tabel tersebut di atas menghasilkan jumlah rata
tersedia dengan lebar minimal 6 m, diberi
– rata sebesar 5 dalam skala likert. Hal ini
pengerasan, dan lebar jalan masuk minimal 4 m.
menunjukkan sistem proteksi pasif di Gedung
Kondisi aktual jalan lingkungan Gedung
Menara Bosowa sangat sesuai dengan peraturan.
Menara Bosowa telah memenuhi tiga kriteria
3. Analisis Deskriptif – Kuantitatif yang telah disebutkan. Hasil pengukuran
Analisis deskriptif ini mengetahui nilai langsung menunjukkan jalan lingkungan
keandalan sistem keselamatan bangunan terhadap Gedung Menara Bosowa memiliki lebar di atas
bahaya kebakaran melalui pengamatan langsung. 6 m, jalan lingkungan telah diberi pengerasan
Dalam menilai keandalan suatu bangunan aspal, serta lebar jalan masuk di atas 4 meter
ditentukan oleh peraturan Pd – T – 11 – 2005 – C sehingga memungkinkan mobil pemadam
tentang Pemeriksaan Keselamatan Kebakaran kebakaran untuk masuk ke area sekitar Gedung
Bangunan Gedung yang didalamnya memiliki Menara Bosowa. Pemenuhan kriteria jalan
beberapa aspek, antara lain, kelengkapan tapak, lingkungan dapat dilihat dalam tabel berikut.
sarana penyelamatan, sarana proteksi aktif, dan Tabel 4. 23 Hasil Pemenuhan Kriteria Penilaian
sarana proteksi pasif. Jalan Lingkungan
Kriteria
Kondisi Aktual Nilai
a. Kelengkapan Tapak Penialaian
Komponen kelengkapan tapak terdiri atas 4 Tersedia Tersedia dengan B
subkomponen, yaitu sumber air, jalan dengan lebar lebar 6m; diberi (100)
lingkungan, jarak antar bangunan, dan hidran 6m; diberi pengerasan; lebar
halaman. Untuk mendapatkan nilai kondisi pengerasan; jalan masuk 4 m
komponen kelengkapan tapak Gedung Menara lebar jalan
Bosowa, diperlukan nilai kondisi dari keempat masuk 4 m
subkomponen tersebut. Pemaparan nilai konidisi
dari empat subkomponen tersebut akan
diuraikan dalam bagian berikut. 3) Jarak Antar Bangunan
Penilaian subkomponen jarak antar
1) Sumber Air bangunan dilakukan dengan observasi langsung
Berdasarkan hasil wawancara dengan yaitu pengukuran dengan alat bantu meteran
informan, jika kapasitas air di Gedung Menara dan telaah dokumen. Posisi Gedung Menara
Bosowa telah memenuhi syarat minimal Bosowa dengan bangunan terdekat akan
terhadap fungsi bangunan. dihitung jarak antar keduanya sehingga
JACEE 2021, Volume 1 No.1 (2021) : April 2021, 23-42 33
7) Pengendali Asap
Pengendalian asap harus disediakan untuk
bagunan kelas 2 sampai kelas 9. Gedung Menara
Bosowa termaksud dalam bangunan kelas 5 :
JACEE 2021, Volume 1 No.1 (2021) : April 2021, 23-42 36
Tabel 4. 39 Hasil Pemenuhan Kriteria Jalan Keluar Tabel 4. 40 Hasil Pemenuhan Kriteria Konstruksi Jalan
Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Nilai Keluar
Minimal per lantai 2 Telah tersedia 2 B Kriteria Penilaian Kondisi Aktual Nilai
exit dengan tinggi exit dengan tinggi (90) Konstruksi tahan Konstruksi beton, B
efektif 2,5 m 2,1 meter minimal 2 jam. tahan diatas 2 jam. (100)
Exit terlindung dari Terlindungi dari Bebas halangan. Bebas halangan.
bahaya kebakaran. bahaya kebakaran. Lebar minimal 200 Lebar jalan keluar
Jarak tempuh minimal Terdapat satu titik cm. 2m.
20 m dari pintu keluar. dengan jarak Jalan terusan yang Jalan terusan
tempuh 20m. terlindungi terhadap terlindungi dari
Ukuran minimal 200 Ukuran lebar jalan kebakaran, bahan bahaya kebakaran.
cm. > 2 m. tidak mudah terbakar,
Jarak dari suatu exit > Jarak dari suatu langit-langit punya
6 m. exit < 6m. ketahanan penjalaran
Pintu dari dalam tidak Pintu dari dalam api tidak dibawah 60
dibuka langsung ke tidak dibuka menit.
tangga. langsung ketangga. Pada tingkat tertentu Struktur dari beton
Penggunaan pintu Penggunaan pintu elemen bangunan bisa masih dapat
ayun tidak ayun tidak mempertahankan mempertahankan
mengganggu proses mengganggu stabilitas struktur bila stabilitas struktur
jalan keluar. proses jalan keluar. terjadi kebakaran. bangunan.
Tersedia lobby bebas Tidak terdapat Dapat mencegah Dapat mencegah
asap TKA 60/60/60 lobby bebas asap penjalaran asap penjalaran asap
terdapat pintu keluar dengan TKA kebakaran.
diberi tekanan positif. 60/60/60. Cukup waktu untuk Cukup waktu
Exit tidak boleh Exit tidak mengevakuasi untuk
terhalang. terhalang. penghuni. mengevakuasi.
Exit menuju ruangan Exit menuju ruang Akses ke bangunan Akses ke
terbuka. terbuka. harus disediakan bagi bangunan
tindakan petugas disediakan bagi
Dari seluruh kriteria penilaian subkomponen kebakaran. petugas kebakaran.
jalan keluar, hanya kriteria ketersediaan lobby
bebas asap yang tidak terpenuhi.
“...kalau lobby bebas asap, Gedung Menara 3) Landasan Helikopter
Bosowa tidak ada...” (ip) Landasan helikopter merupakan sub komponen
yang harus dinilai dalam komponen sarana
2) Konstruksi Jalan Keluar penyelamatan. Kriteria penilaian sub komponen
Hasil penilaian terhadap subkompomponen landasan helikopter berlaku jika bangunan yang
konstruksi jalan keluar Gedung Menara Bosowa diteliti memiliki tinggi minimal 60 meter.
Makassar akan dijelaskan dalam tabel beirkut ini : Berdasarkan hasil telaah dokumen layout
Gedung Menara Bosowa Makassar, Gedung Menara
Bosowa Makassar hanya memiliki tinggi sekitar
102.5 meter sehingga persyaratan landasan
helikopter perlu. Tetapi berdasarkan pengamatan
dilapangan gedung Menara bosowa tidak memiliki
landasan helikopter.
JACEE 2021, Volume 1 No.1 (2021) : April 2021, 23-42 40
4. Nilai Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan Tabel 4.44. Hasil Analisis Penilaian Komponen
(NKSKB) Sarana Penyelamatan
KSKB/
Hasil Standar Bobo Nilai Jml
No SUB
Penilaian keandalan sistem keselamatan KSKB
Penilaian Penilaian t Kondisi Nilai
bangunan berdasarkan pada kriteria dan pembobotan 1 2 3 4 5 6 7
pada yang telah disajikan. Sarana Penyelamatan 25
1 Jalan
a) Sistem Kelengkapan Tapak B 90 38 8.55
. keluar
Berdasarkan penelitian yang berjudul “Analisis 2 Kons jalan
B 100 35 8.75
. keluar
Penerapan Sarana Penyelamatan dan Sistem
3 Landasan
Proteksi Pasif terhadap Bahaya Kebakaran (studi K 0 27 0
. Helikopter
kasus : Gedung Menara Bosowa)” yang dilakukan Jumlah 17.30
oleh penulis, hasil pengamatan mengenai
Berdasarkan Tabel 4.48 diatas jumlah nilai
kelengkapan tapak di Gedung Menara Bosowa
kondisi komponen sarana penyelamatan sebesar
Makassar, dapat disajikan dalam tabel berikut :
17,30% dengan nilai bobot sarana penyelamatan
Tabel 4.43. Hasil Analisis Penilaian Komponen 25%.
Kelengkapan Tapak
KSKB
Hasil Standar Nilai Jml c) Sistem Proteksi Aktif
No. /SUB Bobot
KSKB
Penilaian Penilaian Kondisi Nilai Berdasarkan penelitian yang berjudul “Analisis
1 2 3 4 5 6 7 Penerapan Sistem Proteksi terhadap Bahaya
Kelengkapan Tapak 25 Kebakaran (studi kasus : Gedung Menara
1 Sumber
. Air
B 100 27 6.75 Bosowa)” yang dilakukan oleh penulis, hasil
Jarak pengamatan mengenai sistem proteksi aktif
2
.
Lingkun B 100 25 6.25 disajikan dalam tabel berikut :
gan
Jarak Tabel 4. 41 Hasil Analisis Penilaian Komponen Sistem
3 antar Proteksi Aktif
B 100 23 5.75
. banguna Hasil Nilai
n KSKB /SUB Standar Jumlah
No Penilaia Bobot Kondis
4 Hidran KSKB Penilaian Nilai
B 100 25 6.25 n i
. halaman 1 2 3 4 5 6 7
Jumlah 25.00 Sistem Proteksi Aktif 24
Deteksi dan
1. B 100 8 1,92
Alarm
Berdasarkan Tabel 4.47 diatas jumlah nilai kondisi Siamese
komponen kelengkapan tapak sebesar 25% dengan nilai 2. B 100 8 1,92
connection
bobot kelengkapan tapak 25%. Pemadam api
3. B 100 8 1,92
ringan
Hidran gedung
b) Sarana Penyelamatan 4.
(pipa tegak)
B 100 8 1,92
Hasil analisis komponen sarana penyelamatan di 5. Sprinkler B 100 8 1,92
Gedung Bosowa Makassar, dapat disajikan pada Sistem
6. pemadam B 100 7 1,68
tabel berikut luapan
7. Pengendali asap B 100 8 1,92
8. Deteksi asap B 90 8 1,73
Pembuangan
9. B 100 7 1,68
asap
10. Lift kebakaran K 0 7 0
Cahaya darurat
11. dan B 100 8 1,92
petunjuk arah
12. Listrik darurat B 90 8 1,73
Ruang
13. pengendali B 100 7 1,68
operasi
Jumlah 21,94
JACEE 2021, Volume 1 No.1 (2021) : April 2021, 23-42 41
Berdasarkan Tabel 4.49 diatas jumlah nilai bahwa nilai keandalan bangunan Gedung Menara
kondisi komponen sistem proteksi aktif sebesar Bosowa termasuk baik.
21,94% dengan nilai bobot sistem proteksi aktif
24%.
V. Kesimpulan dan Saran
d) Sistem Proteksi Pasif
A. Kesimpulan
Prosedur penilaian komponen sistem
proteksi pasif sama dengan prosedur penilaian Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data
komponen sarana penyelamatan yang penelitian dapat disimpulkan bahwa :
membedakan adalah nilai bobot komponen 1. Penerapan sarana penyelamatan dan sistem proteksi
sistem proteksi pasif . Hasil Analisis Penerapan pasif terhadap bahaya kebakaran di Gedung Menara
Sistem Proteksi terhadap Bahaya Kebakaran (studi Bosowa berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan
kasus : Gedung Menara Bosowa) dapat disajikan Umum 26/PRT/M/2008 mendapatkan hasil
dalam tabel berikut : penelitian sarana penyelamatan dengan jumlah rata
– rata sebesar 5.00 dalam skala likert dan sistem
Tabel 4. 42 Hasil Analisis Penilaian Komponen Sistem proteksi pasif di Gedung Menara Bosowa meng
Proteksi Pasif hasilkan jumlah rata – rata sebesar 5.00 dalam
Hasil skala likert. Hal ini menunjukkan sarana
Komponen Standar Nilai Jumlah
No.
Utilitas/Variabel
Penilaia
Penilaian
Bobot
Kondisi Nilai
penyelamatan dan sistem proteksi pasif di
n Gedung Menara Bosowa telah sangat sesuai dengan
1 2 3 4 5 6 7
Sistem Proteksi Pasif 26 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Ketahanan api 26/PRT/M/2008.
1. B 100 36 9,36
struktur Bangunan 2. Nilai keandalan sistem keselamatan bangunan
Kompartemenisasi terhadap bahaya kebakaran di Gedung Menara
2. B 100 32 8,32
ruang
Perlindungan Bosowa dengan mengevaluasi penerapan sistem
3. C 75 32 6,24 proteksi kebakaran berdasarkan Pd-T-11-2005-C
bukaan
Jumlah 23,92 departemen pekerjaan umum mendapatkan hasil
penelitian penilain kondisi komponen sistem
Berdasarkan Tabel 4.50 diatas jumlah nilai
kelengkapan tapak 25%, Sarana penyelamatan
kondisi komponen sistem proteksi pasif sebesesar
17,30%, Sistem proteksi aktif 21,94%, Sistem
23,92% dengan nilai bobot sistem proteksi pasif
proteksi pasif 23,92%, dari seluruh komponen
26%.
diperoleh total nilai kondisi sebesar 88,16% dari
skala 100%. Hal ini menunjukkan bahwa Nilai
e) Evaluasi Nilai Keandalan Sistem Keselamatan Keandalan Sistem Keselamatan Bangunan
Bangunan (NKSKB) (NKSKB) telah sangat sesuai dengan peraturan Pd-
T-11-2005-C.
Berdasarkan hasil dari perhitungan nilai
keandalan untuk tiap komponen utilitas, dapat
B. Saran
disimpulkan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 4.47. Hasil Perhitungan Penilaian Berdasarkan pada hasil penelitian, terdapat beberapa
Komponen Utilitas saran yang diharapkan dapat menjadi masukan guna
Bobot meningkatkan kualitas sistem keselamatan bangunan
No. Parameter KSKB Nilai di Gedung Menara Bosowa Makassar. Adapun saran-
KSKS(%)
1 Kelengkapan Tapak 25.00 25 saran tersebut adalah sebagai berikut :
2 Sarana Penyelamatan 17.30 25 1. Bagi pihak yang berwenang menangani semua
3 Sistem Proteksi aktif 21.94 24
4 Sistem Proteksi Pasif 23.92 26
yang berhubungan dengan Sistem Proteksi
NKSKB (%) 88.16 100 Kebakaran di Gedung Menara Bosowa Makassar,
diharapkan dapat melengkapi dan meningkatan
Berdasarkan Tabel 4.51 Hasil perhitungan kualitas Sistem Proteksi Kebakaran terutama
penilaian komponen utilitas menghasilkan Nilai jumlah perlindungan bukaan , mengingat bangunan
Keandalan Sistem Keselamatan Bnagunan tersebut memiliki tingkat 23 lantai.
(NKSKB) sebesar 88.16%, hal ini menunjukkan
JACEE 2021, Volume 1 No.1 (2021) : April 2021, 23-42 42
2. Bagi kalangan akademis yang ingin melakukan Audit%20keselamatan-Literatur.pdf. Diakses tanggal 7 Agustus
2019.
penelitian mengenai kualitas Sistem Proteksi [6] Parwitasari, Rr Aryu Diah. 2010. “Analisis Tingkat Kepentingan
Kebakaran diharapkan sebagai bahan dan Persepsi Pengguna Bangunan Terhadap Fire Planning
pertimbangan peningkatan kualitas Sistem Proteksi Management Rumah Sakit di Kota Surakarta”, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
Kebakaran terhadap bahaya kebakaran gedung di
[7] Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008.
Indonesia khususnya bagi gedung yang berkaitan 2008. Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada
erat dengan aktivitas banyak orang seperti halnya Bangunan Gedung dan Lingkungan. Jakarta.
apartemen, mall ataupun rumah sakit. Dengan [8] Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor
04/Men/1980. 1980. Syarat-syarat Pemasangan dan
demikian diharapkan resiko terhadap bahaya Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan. Jakarta.
kebakaran dapat dihindari dan diantisipasi. [9] Ramli, Soehatman. 2010. “Pedoman Praktis Manajemen Risiko
dalam Prespektif K3”. Jakarta: Dian Rakyat.
[10] ----------.2010. “Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Daftar Pustaka Kerja OSHAS 18001”. Jakarta: Dian Rakyat.
[11] Republik Indonesia. 2004. Peraturan Daerah Kota Makassar
[1] Christiani P, Lily. 2011. ”Analisis Pelaksanaan Fire Planning Nomor 15 Tahun 2004 tentang Tata Bangunan. Lembaran
Management Pada Hotel di Surakarta” Universitas Sebelas Daerah Kota Makassar Tahun 2004, No. 9. Sekretariat Daerah
Maret, Surakarta. Kota Makassar. Makassar.
[2] Fajar, Ihwan. Jumlah Kebakaran di Makassar Meningkat [12] Republik Indonesia. 2002. Undang-Undang Nomor 28 Tahun
(online), https://kabar.news/2018-jumlah-kebakaran-di- 2008 tentang Bangunan Gedung. Lembaran RI Tahun 2002,
makassar-meningkat. Diakses tanggal 5 Agustus 2019. No. 134. Sekretariat Negara. Jakarta.
[3] Hesna, Yervi, Benny Hidayat, dan Satria Suwanda. 2009. [13] Saptaria, E., Mulyanto, S., dan Maryono. 2006. Pemeriksaan
Evaluasi Penerapan Sistem Keselamatan Kebakaran Pada Keselamatan Kebakaran Bangunan Gedung, Badan Litbag PU
Bangunan Gedung Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang. Departemen Pekerjaan Umum , Pd-T-11-2005-C. Jakarta.
Rekayasa Sipil, 18(2). [14] Standar Nasional Indonesia. 2000. Tata Cara Perencanaan
[4] Indra Wijaya, Dwiyoga Noris. 2011. ”Analisis Keandalan Sistem Proteksi Pasif Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran
Bangunan (Studi Kasus Bangunan Laboratorium Teknik Pada Bangunan Gedung, SNI 03-1736-2000. Jakarta: BSNI.
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta)” [15] Sugiyono. 2009. “Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Universitas Sebelas Maret, Surakarta. dan Research and Development”. Bandung: CV. Alfabeta.
[5] Klasifikasi Kebakaran Menurut NFPA (online).
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125291-S-5708-