Anda di halaman 1dari 6

Evaluasi Keandalan Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung

Lantai 7
Evaluation Reliability of Fire Protection System in 7th Floor Buildings

Fitriah Ramadhany M, M. Heri Zulfiar


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Abstrak. Kebakaran merupakan bencana yang timbul karena adanya nyala api yang tidak terkendali dan
menyebabkan kerugian secara materil dan moril. Kebakaran pada gedung di Indonesia sering terjadi akibat
kelalaian manusia dan korsleting listrik pada alat elektronik. Dampak dari kebakaran tersebut berupa
banyaknya korban jiwa, kerugian material, dan bangunan yang rusak. Bangunan gedung perlu adanya
sistem proteksi kebakaran dengan kelengkapan dan perletakan yang sesuai peraturan, supaya dapat
meminimalisir terjadinya kebakaran yang besar. Maka dari itu dilakukan evaluasi keandalan pada sistem
proteksi kebakaran. Tujuan dari penelitian ini melakukan pemeriksaan kelengkapan, perletakan, serta
penilaian pada sistem proteksi kebakaran pada bangunan lantai 7 di Yogyakarta. Penelitian ini
menggunakan metode analisis dan observasi di lapangan menggunakan acuhan SNI Pd-T-11-2005-C
tentang pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung. Hasil dari penelitian ini menunjukan pada
komponen kelengkapan tapak, sarana penyelamatan, sistem proteksi aktif, dan sistem proteksi pasif dalam
kondisi baik dengan nilai keandalan sistem keselamatan bangunan sebesar 82,23%. Dimana kelengkapan
dan perletakan sarana dan prasarana sistem proteksi pada Hotel Prima Inn sudah cukup baik dan sesuai
dengan peraturan.

Kata kunci: Bangunan, Hotel, Kebakaran, Sistem Proteksi.

Abstract. Fire is a disaster that arises because of an uncontrollable flame and cause the loss of materially
and morally. Fires in buildings in Indonesia often occur due to human negligence and electrical short
circuit in electronic devices. The impact of the fire was the number of casualties, material losses, and
damaged buildings. That buildings need a fire protection system with the completeness and placement of
the appropriate regulations, in order to minimize the occurrence of large fires. Therefore evaluated the
reliability of the fire protection system. The purpose of this study to check the completeness, placement,
and assessment on the fire protection system at 7th floor building in Yogyakarta. This study used the method
of analysis and field observation using SNI Pd-T-11-2005-C about the fire safety inspection of building
buildings. The results of this study indicate the components of the site completeness, rescue device, active
protection system, and passive protection system in good condition with the reliability of the building safety
system of 82.23%. Where the completeness and placement of infrastructure facilities and facilities at Hotel
Prima Inn is good enough and in accordance with the regulations.

Keywords: Building, Hotel, Fire, Protection System..

1. Pendahuluan yang terjadi pada gedung sering disebabkan


Bangunan gedung adalah hasil karenanya kelalaian manusia dan korsleting
pekerjaan kontruksi yang berada di atas tanah listik pada alat elektronik. Maka dari itu untuk
dan memiliki fungsi sebagai hunian atau tempat meminimalisir terjadinya kebakaran yang
melakukan kegiatan. Contoh bangunan gedung besar, perlu adanya sistem proteksi kebakaran
yaitu hotel, hotel adalah gedung yang dikelola pada bangunan gedung. Sistem proteksi
oleh pemiliknya dengan menyediakan kebakaran ini dapat meminimalisir terjadinya
pelayanan tanpa adanya perjanjian khusus. kebakaran yang besar dengan mendeteksi
Salah satu bencana yang sering terjadi pada adanya resiko yang dapat menyebabkan
bangunan gedung yaitu bencana kebakaran, kebakaran. Seperti yang sudah dilakukan
kebakaran adalah bencan yang terjadi adanya penelitian di UMY, menunjukkan bahwa
luapan api tanpa disengaja yang dapat gedung di UMY yang memiliki kelengkapan
menimbulkan kerugian yang besar. Kebakaran sistem proteksi yang sesuai peraturan maka

1
gedung tersebut tidak rentan terhadap bahaya Inn Yogyakarta, maka perlu dilakukan evaluasi
kebakaran. kelengkapan dan perletakan serta dilakukan
Analisis efisiensi dan efektifitas penilaian yang mengacu pada SNI Pd-T-11-
penerapan fire safety managementdalam upaya 2015, sehingga hasil penelitian ini didapatkan
pencegahan bencana kebakaran di PT. CEPA informasi tentang keandalan sistem proteksi
menujukkan penerapan sistem FSM secara kebakaran di Hotel Prima Inn Yogyakarta dan
keseluruhan berjalan efektif dan efisien dengan dapat dijadikan referensi bagi pengembang dan
nilai 97,55% (Muchtar dkk., 2016). Untuk pemilik gedung sebagai acuan tingkat
evaluasi penerapan sistem keselamatan keselamatan gedung terhadap resiko kebakaran
kebakaran pada bangunan gedung Rumah sakit pada hotel.
di Padang menunjukkan keandalan pada sistem
proteksi gedung dan keandalan yang baik 2. Metode Penelitian
dengan nilai sebesar 92,59% (Hesna dkk.,
Penelitian ini dilakukan di Gedung Hotel
2009). Dilakukan juga penelitian tentang sistem
Prima Inn Yogyakarta, dengan menggunakan
deteksi dini bahaya kebakaran gedung
metode analisis dan observasi langsung ke
bertingkat akibat kegagalan instalasi listrik
lapangan dengan menggunakan acuhan SNI Pd-
yang menunjukkan pengujian pada jarak
T-11-2015 tentang pemerikasaan keselamatan
ganguan 100 meter maka sensor berhasil
kebakaran bangunan gedung serta dilakukan
mendeteksi adanya bahaya sebesar 95% hingga
wawancara terkait sitem proteksi kebakaran.
100% (Sombolayuk dkk., 2017). Untuk
Data – data yang diambil dalam
penelitian sistem utilitaas pada kontruksi
penelitian ini berupa komponen kelengkapan
gedung DTC Surabaya menunjukkan adanya
tapak, sarana penyelamatan, sistem proteksi
sistem proteksi yang cukup lengkap (Fahirah
aktif, dan sistem proteksi pasif. Kemudian
F., 2010). Dan dilakukan juga penelitian studi
kondisi pada tiap komponen yang ditinjau
eksploratif tingkat kesadaran penghuni gedung
dilakukan penilaian dan diberi bobot dan
bertingkat terhadap bahaya kebakaran
dievaluasi dengan hasil observasi lapangan dan
menunjukkan kesadaran tentang bahaya
wawancara dengan acuhan parameter penilaian
kebakaran masih rendah (Setyawan dkk.,
pada Tabel 1.
2008). Penelitain evaluasi rencana tindakan
darurat kebakaran pada Rusunawa Unnes Tabel 1. Tingkat penilaian audit kebakaran
menunjukkan tidak memenuhi persyaratan (Departemen PU, 2005)
yang terkait (Darmawan dkk., 2015) Nilai Kesesuaian Keandalan
Implementasi sistem evakuasi pasien >80 – 100 Sesuai Persyaratan Baik (B)
dalam tanggap bencana kebaran pada Rumah 60 – 80 Terpasang tetapi ada Cukup (C)
Sakit di Semarang menunjukkan adanya sistem sebagaian kecil instalasi
yang tidak sesuai
evakuasi pasien yang digunakan sesuai
persyaratan
kebijakan setempat (Harmanto dkk., 2015). <60 Tidak sesuai sama Kurang (K)
Dan implementasi sistem penanggulangan sekali
kebakaran di UPT undip menunjukkan adanya
APAR sebagai sistem penanggulangan yang 3. Hasil dan Pembahasan
ada (Turnip dkk., 2016).Untuk evaluasi jalaur a. Kelengkapan Tapak
evakuasi bangunan dalam kondisi darurat pada Dalam penelitian ini kelengkapan tapak
Apartemen menunjukkan sarana dan prasarana dibagi menjadi 4 yaitu sumber air, jalan
jalur evakuasi dalam proses evaluasi darurat lingkungan, jarak antar bangunan, dan hidran
sudah memenuhi syarat (Rahardian dkk., halaman.
2016). Untuk kajian desain sirkulasi ruang 1) Sumber air
dalam sebagai sarana evakuasi kebakaran pada Satu sumur dalam yang terletak di bawah
hotel di bandung menunjukkan keandalan dari lantai basement digunakan untuk memenuhi
desain dan sistem proteksi yang baik kebutuhan utama air hotel. Didapatkan nilai
(Pynkyawati dkk., 2009). 6,67% dengan hasil penilaian kategori Baik.
Untuk mengetahui keandalan dari sistem 2) Jalan lingkungan
proteksi kebakaran di bangunan Hotel Prima

2
Jalan lingkungan hanya tersedia pada sisi Tangga darurat dan kosntruksi jalan
timur hotel. Jalan lingkungan tersedia dengan keluar menggunakan beton tahan api.
perkerasan di dalam lingkungan bangunan agar Berdasarkan persyaratan teknis sistem proteksi
dapat dilalui oleh kendaraan pemadam kebakarn pada bangunan gedung menyatakan
kebakaran untuk memudahkan operasi bahwa perabot, dekorasi, atau benda-benda lain
pemadaman dan untuk melakukan proteksi tidak boleh diletakkan sehingga mengganggu
terhadap meluasnya kebakaran. Didapatkan eksit, akses ke eksit, jalan keluar dari eksit atau
nilai 6,26% dengan hasil penilaian kategori mengganggu pandangan. Namun kenyataannya
baik. di hotel prima inn pada salah satu titik di tangga
3) Jarak antar bangunan darurat digunakan untuk meletakkan beberapa
Jarak antar bangunan ditentukan untuk barang bekas peralatan hotel. Didapatkan nilai
melakukan proteksi terhadap meluasnya % dengan hasil penilaian kategori baik.
kebakaran. Karena jarak antar bangunan yang 3) Landasan helikopter
dibangun kurang dari 6 s/d 8 m sebagai syarat Untuk tindakan penyelamatan melalui
jarak yang aman seperti pada tinggi bangunan atap bangunan perlu diperhitungkan
14 – 40 meter, maka jarak antar bangunan tidak diadakannya landasan helikopter atau heliped.
terpenuhi atau tidak ada jarak dengan bangunan Landasan helikopter untuk gedung hotel prima
sekitarnya. Didapatkan nilai 3,45% dengan in tidak diperlukan dikarenakan persyaratan
hasil penilaian kategori kurang. tersebut berlaku hanya untuk gedung
4) Hidran Halaman ketinggian minimal 60 m.
Hidran halaman tersedia 2 unit di satu
titik, hidran terawat dan berfungsi dengan baik Tabel 3. Penilaian komponen sarana
serta mudah dijangkau. Hidran yang terpasang Penyelamatan
memiliki spesifikasi merk Ozeki ukuran No Sub KSKB Nilai kondisi (%)
1 Jalan keluar 8,5
95x66x20 cm dilengkapi dengan selang tipe PU
2 Konstruksi jalan keluar 7,9
(kanvas) bertekanan 30 sampai 39 bar, 3 Landasan helikopter 0
Coupling Machino atau alat konektor selang Jumlah 16,4
ukuran 2,5 inchi dan 1 unit Jet Nozle ukuran 3,5
inchi. Terdapat pula hidran pilar 2 jalur dengan c. Proteksi aktif
berat 63kg dan dapat bekerja dengan tekanan 10 Dalam penelitian ini komponen proteksi
kg/cm2. Didapatkan nilai 6,25% dengan hasil aktif dibagi menjadi 13 yaitu deteksi dan alarm,
penilaian kategori baik. siames connection, pemadan api ringan, hidran
gedung, sprinkler, sistem pemadan luapan,
Tabel 2. Penilaian komponen kelengkapan pengendali asap, deteksi asap, pembuangan
tapak asap, lift kebakaran, cahaya darurat dan
No Sub KSKB Nilai kondisi (%) petunjuk arah, listrik darurat, dan ruang
1 Sumber air 6,75 pengendali operasi.
2 Jalan lingkungan 6,25
3 Jarak antar bangunan 3,45 1) Deteksi dan alarm
4 Hidran halaman 6,25 Deteksi dan alarm terdapat pada setiap
Jumlah 22,7 lantai gedung. Deteksi yang berupa detektor
panas dan detektor asap serta alarm salam
b. Sarana Penyelamatan kondisi terawat dan dapat berfungsi dengan
Dalam penelitian ini sarana penyelamatan layak serta perletakan pada setiap lantai sudah
dibagi menjadi 3 yaitu jalan keluar, kontruksi sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Untuk
jalan keluar, dan landasan helikopter. alarm, setiap lantai terdapat lampu isyarat
1) Jalan keluar sebagai tanda untuk memberi peringatan
Jalan keluar didesain untuk jalur evakuasi apabila terjadi kebakaran.
saat terjadi kebakaran di Hotel. Pada Hotel 2) Siames connection
Prima Iin sebagian besar dari kriteria dalam Siames conection tersedia 1 unit jenis
penilaian sudah terpenuhi. Namun hanya coupling machino merk Ozeki. Siames
tersedia 1 tangga darurat. Didapatkan nilai % connection berfungsi sebagai jalur untuk
dengan hasil penilaian kategori baik. mensuplai air pada instalasi fire hydrant saat
2) Konstruksi jalan keluar
3
ground tank kehabisan stok air. Siames dalam ruangan menuju keluar gedung pada saat
conection dalam kondisi layak dan sangat terjadi kebakaran.
mudah dijangkau karena terletak di tepi jalan 10) Lift kebakaran
masuk namun tidak diberi petunjuk Menurut Kementeri Pekerjaan Umum
3) Pemadam api ringan No. 26/PRT/M/2008, untuk bangunan gedung
APAR menggunakan jenis Dry Chemical yang memiliki ketinggian efektif lebih dari 25
Powder dan CO². Sebanyak 28 buah APAR m atau lebih dari 5 lantai harus di pasang
diletakkan tersebar pada setiap lantai, di mana sekurang-kurangnya ada satu buah lif yang
lantai 2 hingga lantai 7 terdapat masing-masing disebut sebagai lif kebakaran atau lift darurat
3 buah. 1 buah APAR tersedia di eksit, 2 buah (emergency lift) untuk penanggulangan saat
lainnya tersedia di koridor. Lemari APAR tidak terjadi kebakaran. Namun pada Hotel Prima In
terkunci serta APAR dalam kondisi layak, tidak terdapat lift kebakaran.
tampak jelas dan tidak terhalangi sesuai dengan 11) Cahaya darurat dan petunjuk arah
persyaratan yang berlaku. APAR jenis CO2 Petunjuk arah jalur evakuasi telah
diletakkan pada ruang generator lantai terpasang pada tangga darurat dan tanda exit
basement sebanyak 2 buah. dapat menyala secara otomatis. Namun
4) Hidran gedung pencahayaan darurat tidak terpasang disetiap
Hidran dengan diameter 1,5 inchi dan tangga.
selang jenis kanvas ukuran 30 m lengkap 12) Listrik darurat
dengan noozle tersedia 8 unit, masing-masing Sumber listrik darurat 3 direncanakan
lantai tersedia 1 unit. Hidran bermerk Ozeki dapat bekerja secara otomatis dan setiap saat
dalam kondisi baik dan terawat. apabila sumber daya listrik utama tidak bekerja.
5) Sprinkler 13) Ruang pengendali operasi
Bila kebakaran terjadi, secara otomatis Monitor pemantau CCTV, alat
sprinkler akan menyala. Sprinkler berjumlah komunikasi, panel kontrol alarm, sound system,
keseluruhan 165 buah, terpasang pada seluruh dan panel kontrol kelistrikan tersedia dalam
ruangan bangunan hotel Prima In dengan ruang pengendali operasi. Ruang pengedali
perletakan sesuai persyaratan. operasi dapat memantau langsung bahaya
6) Sistem pemadam luapan kebakaran yang terjadi dengan pengawasan 24
Tidak tersedia sistem pemadam luapan jam dari teknisi dan satuan pengamanan.
pada gedung hotel Prima In, di mana tidak
tersedianya sistem pemadam luapan akan Tabel 4. Penilaian komponen proteksi aktif
berdampak mempercepat menjalarnya api. No Sub KSKB Nilai kondisi (%)
1 Deteksi dan alarm 1,92
7) Pengendali asap
2 Siames connector 1,73
Alat pengendali asap berupa kipas/fan 3 Pemadam api ringan 1,92
yang berputar setelah aktifnya detektor asap. 4 Hidran gedung 1,92
Hotel ini tidak dilengkapi dengan pengendali 5 Sprinkler 1,92
asap, akan berdampak pada menyebarnya asap 6 Sistem pemadam 1,01
luapan
di ruangan lain.
7 Pengendali asap 1,15
8) Deteksi asap 8 Deteksi asap 1,54
Pemasangan deteksi asap sesuai dengan 9 Pembuangan asap 1,01
syarat yang berlaku serta perletakannya ada 10 Lift kebakaran 1,01
pada setiap kamar. Kondisi deteksi asap dapat 11 Cahaya darurat dan 1,73
petunjuk arah
berfungsi dengan layak. Pada beberapa kondisi
12 Listrik darurat 1,92
di mana pengunjung hotel meminta kamar yang 13 Ruang pengendali 1,68
diperbolehkan untuk pengunjung merokok, operasi
maka pendeteksi asap ditutupi. Jumlah 20,46
9) Pembuangan asap
Tidak tersedianya pembuangan asap di d. Proteksi pasif
Hotel Prima In akan berdampak pada proses Dalam penelitian ini komponen proteksi
evakuasi dan upaya pemadam. Pembuangan pasif dibagi menjadi 3 yaitu ketahan api
asap berguna untuk mengeluarkan asap dari struktur bangunan, kompartemenisasi ruang,
dan pelindung bukaan.
4
1) Ketahanan api struktur bangunan bangunan, diperoleh kesimpulan sebagai
Ketahanan api struktur bangunan masuk berikut:
ke dalam tipe konstruksi tahan api tipe A. KTA 1. Untuk sarana dan prasana sistem proteksi
tipe A mampu menahan secara struktural di gedung Hotel Prima Inn Yogyakarta sudah
terhadap kebakaran pada bangunan minimal 2 cukup lengkap, tatapi masih terdapat beberapa
jam. Terdapat dinding pemisah pembentuk sarana sistem proteksi yang belum tersedia.
kompartemen pada konstruksi tipe A untuk Serta untuk penempatan sarana dan prasana
mencegah penjalaran api ke dan dari ruang- sistem proteksi kebaran sudah cukup baik dan
ruang yang bersebelahan di dalam bangunan. sudah sesuai dengan peraturan yang ada.
2) Kompartemenisasi ruang 2. Penilaian yang dilakuakn di gedung Hotel
Tembok merpakan kompartemenisasi Prima Inn menunjukan pada kelengkapan tapak
ruangan yang memisahkan antar kamar hotel. didapat nilai 22,7%, pada sarana penyelamatan
Tiap ruangan telah dilengkapi dengan sprinkler didapat nilai 16,4%, pada sistem proteksi aktif
namun dalam bangunan ini sistem pembuangan didapat nilai 20,46%, pada sistem proteksi pasif
asap tidak terpasang. Akses mobil pemadam didapat nilai 22,67%, dengan jumlah nilai
masuk ke lokasi dirasa cukup dengan jalan keseluruhan sebesar 82,23%. Berdasarkan nilai
lingkungan lebar 6 m. keandalan tesebut Gedung Hotel Prima Inn
3) Perlindungan bukaan termasuk kondisi gedung dalm kategori baik.
Bukaan untuk akses pemadam kebakaran
tidak tersedia dalam bangunan gedung ini. Hal 5. Daftar Pustaka
ini akan berdampak pada sulitnya petugas Darmawan, M. H., Putra, B. S. K., dan Santoso,
pemadam kebakaran untuk masuk ke dalam E. B., 2015, Evaluasi Rencana Tindakan
gedung. Darurat Kebakaran (RTDK) pada
Bangunan Rusunawa Unnes Semarang
Tabel 5. Penilaian komponen Proteksi pasif Berdasarkan Petunjuk Teknik dan
No Sub KSKB Nilai kondisi (%) Persepsi Mahasiswa Penghuninya¸
1 Ketahanan api struktur 9,36
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan,
2 Kompartemenisasi 8,32
ruang 2(17), 151-160.
3 Perlindungan bukaan 4,99 Fahirah, F., 2010, Sistem Utilitas pada
Jumlah 22,67 Konstruksi Gedung, Jurnal Smartek,
8(2), 97-106.
Hasil penilaian keseluruhan sistem Harmanto, O., Widjasena, B., dan Suroto, 2015,
keselamatan bangunan Gedung Hotel Prima Inn Analisis Implementasi Sistem Evakuasi
Yogyakarta didapatkan nilai komponen yang Pasien dalam Tanggap Darurat Bencana
terkecil pada sistem proteksi aktif karena Kebakaran pada Gedung Bertingkat di
komponen pada sistem proteksi aktif dinilai Rumah Sakit X Semarang, Jurnal
kurang dan belum tersedia. Sedangkan nilai Kesehatan Masyarakat, 3(3), 555-562.
komponen terbesar pada kelengkapan tapak. Hesna, Y., Hidayat, B., dan Suwanda, S., 2009,
Evaluasi Penerapan Sistem Keselamatan
Tabel 6. Komponen sistem keselamatan Kebakaran pada Bangunan Gedung
gedung Rumah Sakit DR. M. Djamil Padang,
Bobot Nilai
No Parameter KSKB kondisi Jurnal Rekayasa Sipil, 5(2), 65-76.
(%) (%) Kementrian Pekerjaan Umum, 2008, Peraturan
1 Kelengkapan tapak 25 22,7 Menteri Pekerjaan Umum No.
2 Sarana penyelamatan 25 16,4 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan
3 Sistem proteksi aktif 24 20,46 Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada
4 Sistem proteksi pasif 26 22,67
Jumlah 82,23
Bangunan Gedung dan Lingkungan,
Jakarta.
4. Kesimpulan Muchtar, H. K., Ibrahim, H., dan Raodhah, S.,
Penelitian tentang evaluasi keandalan 2016, Analisis Efisiensi dan Efektivitas
sistem proteksi kebakaran pada gedung Penerapan Fire Safery Management
dalam Upaya Pencegahan Kebakaran di

5
PT. Consolidated Electric Power Asia
Kabupaten Wajo, Jurnal Kesehatan
Lingkungan, 2(2), 91-98.

Pynkyawati, T., Wahadamaputera, S., dan


Adiwibowo, F., 2009, Kajian Desain
Sirkulasi Ruang Dalam sebagai Sarana
Evakuasi Kebakaran pada Bangunan
Hotel Carrcadin Bandung, Jurnal Itenas
Rekayasa, 13(4), 196-206.
Rahadian, E. Y., Astrini, Z. F., Rikyatama, B.,
dan Arafah M., 2016, Evaluasi Desai
Jalur Evakuasi Pengguna Bangunan
dalam Kondisi Darurat pada Bangunan
Apartemen X, Jurnal Reka Karsa, 4(4),
1-13.
Setyawan, A. dan Kartika, E. W., 2008, Studi
Eksploratif Tingkat Kesadaran Penghuni
Gedung Bertingkat Terhadap Bahaya
Kebakaran (Studi Kasus di Universitas
Kristen Petra Surabaya), Jurnal
Manajemen Perhotelan, 4(1), 28-38.
Sombolayuk, Y. U., Harun, N., Parung, H., dan
Hasanuddin, Z. B., 2017, Sistem Deteksi
Dini Bahaya Kebakaran Gedung
Bertingkat Tinggi Akibat Kegagalan
Instalasi Listrik, Prosiding Seminar
Nasional Sains dan Teknologi, 1-2
November 2017, 1-6.
Turnip, B. V. D., Kurniawan, B., dan Suroto,
2016, Implementasi Sistem
Penanggulangan Kebakaran di UPT
Perpustakaan Universitas Diponegoro
Semarang Tahun 2016, Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 4(3), 303-312.

Anda mungkin juga menyukai