Anda di halaman 1dari 10

Analisis Sistem K3 Kebakaran Di Gedung Kampus

(studi kasus: sisrem proteksi kebakaran di Gedung Rektorat Universitas Brawijaya)


1
Fitroh Efa Ibnati, 2Qomariyatus Sholihah
e-mail: fitrohefaibnati@student.ub.ac.id, Qomariyatus@ub.ac.id
Program Studi Pariwisata,Fakultas Ilmu Administrasi,
Universitas Brawijaya,Malang

ABSTRAK
Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) di dalam Gedung menjadi salah satu hal yang penting
untuk kesejahteraan orang di dalamnya. Keselamatan kerja merupakan keadaan dalam lingkungan
tempat kerja yang menjamin secara maksimal keselamatan orang-orang yang berada dalam tempat
tersebut. Keselamatn dan Kesehatan kerja ( K3). Gedung rektorat adalah salah satu Gedung
penting dalam sebuah universitas yang pasti di dalamnya terdapat para petinggi kampus yang
melakukan aktivitas di dalam Gedung tersebut baik untuk pertemuan ataupun hal lainnya selain
itu terdapat juga data-data yang sangat penting di dalamnya, ,maka dari itu dalam Gedung rektorat
tersebut perlu menanamkan atau implementasi K3( Keselamatan,Kesehatan kerja dan lingkungan)
terutama untuk bahaya kebakaran .adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
sistem proteksi bahaya kebakaran yang ada dalam Gedung rektorat tersebut. Untuk metode
penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif karena
hal ini di lakukan untuk mengetahui apa saja yang di siapkan oleh Petugas atau penjaga Gedung
rektorat Ketika suatu waktu terjadi ancaman bahaya. Dan hasil yang di dapat adalah ada beberapa
sistem proteksi kebakaran yang tidak tersedia di dalam Gedung dan fungsi penggunaan dari sistem
tersebut yang kurang sesuai
Keyword Safety induction,kebakaran, keselamatan dan Kesehatan kerja(k3)Gedung bertingkat

PENDAHULUAN
Keselamatan serta Kesehatan kerja( K3) di dalam Gedung jadi salah satu perihal yang
berarti buat kesejahteraan orang di dalamnya. Keselamatan kerja ialah kondisi dalam area tempat
kerja yang menjamin secara optimal keselamatan orang- orang yang terletak dalam tempat
tersebut. Keselamatn serta Kesehatan kerja( K3). Tiap pembangunan Gedung ataupun dalam suatu
lembaga wajib cocok dengan peraturan perundang- undangan selaku salah satu usaha buat
penangkalan kecelakann kerja, penyakit akibat kerja, baik kebakaran, ledakan serta pencemaran
area. Sumber hukum peraturan UU tentang K3 merupakan UUD 1945 Pasal 27 ayat( 2) yang
berbunyi“ tiap masyarakat negeri berhak atas pekerjaan serta penghidupan layak untuk
kemanusiaan”. yang mempunyai arti luas semacam di samping masyarakat negeri berhak
mendapatkn pekerjaan yang layak serta memperoleh jaminan Kesehatan yang layak biar Kala
melaksanakan tugasnya merasa nyaman serta aman sehingg sanggup tingkatkan produktivitas dari
para pekerja.
Gedung Rektorat merupakan Gedung utama dalam sebuah universitas.Hal ini karena
fungsi dari gedung ini adalah untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan
merencanakan,mengarahkan dan mengendalikan semua kegiatan kampus dalam hal akademik
untuk dapat mencapai visi misi tertentu yang telah di tetapkan. Zaman sekarang bencana menjadi
hal yang sering terjadi di dunia baik faktor alam maupun non alam. Kita tidak bisa dengan mudah
mengatakan kapan bahaya itu akan terjadi, kebanyakan bencana-bencana datang tanpa kita ketahui
sebelumnya,maka sangat penting dalam sebuah instansi adanya safety induction yang bisa di
arahkan kepada setiap orang yang berada di dalam lingkungan tersebut supaya mengerti apa yang
harus di lakukan Ketika suatu bahaya tersebut tiba. Seperti Bencana kebakaran dapat terjadi kapan
saja dan dimana saja, Oleh karena itu menjadi penting untuk sebuah Gedung rektorat dalam
mewaspadai adanya bahaya terutama kebakaran, karena tidak hanya orang-orang yang bekerja di
dalamnya namun data-data penting atau arsip berada di Gedung tersebut. Kondisi darurat yang
paling mendapat perhatian tinggi adalah keadaan darurat karena kebakaran. Oleh karena itu banyak
aturan-aturan pemerintah yang di keluarkan terkait dengan keamanan bangunan Gedung tergadap
bahaya kebakaran.
Kebakaran merupakan fenomana yang terjadi mulai dari terciptanya api yang awalnya
kecil menjadi besar dalam sebuah tempat ayng tidak di kehendaki yang di sebabkan oleh fenomana
aalam maupun ulah tangan manusia baik sadar maupun tidak sadar. Selain itu kebakaran juga bisa
menyebabkan kerusakan lingkungan hingga kematian pada manusia atau makhluk hidup lainnya.
Menurut Mehaffey dan Bert (1997),mengatakan bahwa kebakaran merupakan proses oksidasi
yang cepat,dan reaksi eksotermis dimana bagian dari energi yang di keluarkan mendukung proses
tersebut. Adapun menurut Srandar Nasional Indonesai Nomor 03-3985-2000 mengatakan bahwa
kebakaran merupakan fenomena yang terjadi di karenakan karena saat bahan mencapai
temperature yang krkisis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan
panas,,nyala api,cahaya dan efek lainnya.
Menurut( Menteri Tenaga Kerja serta Transmigrasi, 1980) Peraturan Menteri Nomor. 04/
MEN/ 1980 kebakaran di klasifikasikan jadi 4 jenis, ialah di antara lain jenis A, B, C, serta D.
Katagori A ini ialah jenis kebakaran barang padat kecuali logam, contohnya merupakan plastic,
kayu serta kertas. Jenis B ialah kebakaran yang terjalin karena barang bahan bakar cair ataupun
gas, contohnya bensin, LPG serta minyak. Jenis C ialah kebakaran karena sesuatu instalasi listrik,
contohnya listrik, perlengkapan perlengkapan elektronik. Jenis D merupakan kebakaran pada
benda- benda logam, semacam magnesium serta alumunium Dengan mengenali kalau buruknya
akibat kebakaran hingga di harapkan dari pihak Gedung mempunyai upaya penangkalan ataupun
penanggulangan terhadap terbentuknya kebakaran, sehingga proses terbentuknya kebakaran
tersebut bisa di minimalisir bila sewaktu- waktu perihal tersebut terjalin, dengan melaksanakan
penindakan yang sebaik- baiknya sehingga kebakaran tidek berdampak parah. Dengan banyaknya
bahan- bahan yang gampang dibakar penaggulangan serta penangkalan kebakaran wajib di
tingkatkan biar kerugian- kerugian jadi lebih kecil. Oleh sebab itu safety induction dalam suatu
Gedung paling utama Gedung bertingkat sangatlah berarti.
Faktor-faktor yang menyebabkan kerentanan kebakaran di dalam bangunan yaitu karena
adanya penggunaan instalai listrik,penggunaan alat penerangan, pemasangan instalasi listrik yang
tidak benar,penggunaan listrik yang terjadi secara terus menerus ,penggunaan kabel colokan listrik
yang terbakar,terkelupas Safety Induction menjadi salah satu hal yang penting dalam sebuah
Gedung atau instansi,karena dengan adanya safety induction ini dapat menjadi alasan utama untuk
membantu mencegah terjadinya kecelakaan kerja ataupun cidera di tempat kerja. Di dunia ini kita
tidak tahu bahwa bahaya akan terjadi kapan dan dimana,oleh karena itu sangat perlu antisipasi
berupa Tindakan baik bisa berupa Tindakan preventif maupun persuasif. Safety induction sendiri
merupakan sebuah penjelasan ataupun pengarahan yang terkait dengan bahaya atau
ancaman,pengendalian bahaya,alat pelindung diri,tangga darurat,tata cara penyelematan diri dari
bahaya pada suatu pertemuan dan lain sebagainya. Dengan adanya safety induction ini para pekerja
yang beraktivitas di dalam Gedung akan merasa aman karena ada safety inductionaa yang di
siapkan,dengan ini jika suatu saat terjadi ancaman bahaya akan sedikit mengurangi resiko adanya
korban jiwa. Terutama untuk bahaya yang karena bisa di timbulkan karena olah manusia seperti
kebakaran.
Kebakaran di Gedung bertingkat lebih beresiko apalagi mematikan, tidak hanya itu
penindakan kebakaran di Gedung bertingkat sedikit lebih susah daripada bangunan yang tidak
bertingkat. Peristiwa kebakaran di Gedung bertingkat di karenakan rendahnya sisten penangkalan
serta penanggulangan kebakaran, dan minimnya prosedur keselamatan serta Kesehatan kerja( K3)
di area Gedung bertingkat tersebut. Menurut UU Nomor. 2 Tahun 2002 tentang bangunan Gedung
dalam pasal 17 Ayat 1 melaporkan kalau ketentuan keselamatan Gedung meliputi persyaratan
Gedung tersebut sanggup menunjang beban muatan Gedung dalam menghindari serta
menanggulangi bahaya kebakaran serta bahaya petir. Dalam riset lain berkata kalau fasilitas
perlindungan kebakaran di Gedung Rektorat kampus melaporkan kalau fasilitas untuk
perlindungan kebakaran, yang paling utama merupakan perlindungan aktif serta fasilitas
penyelamatan jiwa masih kurang lengkap serta belum penuhi standard buat suatu perlindungan
keamanan, sehingga butuh terdapatnya pemenuhan manajemen perlindungan buat bahaya
kebakaran semacam organisasi perlindungan kebakaran, prosedur paham terhadap darurat
TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sistem proteksi bahaya kebakaran yang
ada dalam Gedung rektorat Universitas Brawijaya,apakah sudah memenuhi syarat untuk safety
inductionnya dan apakahan sudah sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada. Sehingga dapat di
ketahui bahwa safety induction tersebut sudah sesui dengan aturan-aturan yang telah di tetapkan
atau bahkan melanggar dan tidak memenuhi persyaratan tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan Kesehatan kerja merupakan suatu hal yang di filosofikan sebagai suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani dan rohani tenaga
kerja terkhusus kepada manusia untuk menuju masyarakat Makmur dan sejahtera(Sri
Rejeki,2016). Keselamatan dan Kesehatan kerja ini di dapatkan dari analisis job keselamatan
pekerjaan( job safety analysis) karena hal tersebut berpengaruh terhadap produktivitas pekerja
untuk sebuah perusahaan ataupun isntansi lainnya (Staranks,2003). Penerapana k3 ini tidak boleh
hanya di anggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja,yang perlu mengabiskan banyak
biaya dari sebuah instansi terskait,namun harus di anggap sebagai investasi jangka Panjang yang
memberi keuntungan yang berlimpah pada masa akan datang (K.Isma Ismara).
Keselamatan dan Kesehatan kerja tidak hanya menjadi tanggung jawab karyawan semata
namun juga menjadi tanggung jawab pihak instansi untuk menjamin Kesehatan dan keselamatan
para pekerjaanya. Keselamatan pada sebuah instansi pada perguruan tinggi harus di dukung oleh
perlengkapan keselamatan dan Kesehatan kerja (K.Isma Ismara).
Gedung
Gedung menjadi salah satu tempat yang memiliki peran sangat penting untuk sebuah
proses dalam pekerjaan. Oleh karena itu pihak-pihak yang memanfaatkan Gedung tersebut baik
untuk individu dalam berusaha ataupun mitra kerja perlu menjaga Kesehatan dan keselamatan
kerja sesui dengan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja salah satu cara sebuah
inastansu atau Gedung dalam memelihaara keselamatan dan Kesehatan kerja ada;ah melalaui
kesiapan sistem pencegahan dan penanggulangan pada bahaya. Sebuah Gedung harus mampu
mengatasi kemungkinan terjadi bahaya seperti kebakaran melalui sistem proteksi yang ada dan
kemampuan petugas menangani behaya kebakaran tersebut. ( Jonson H. Laning,2021)
Kebakaran
Kebakaran ialah sesuatu peristiwa yang bisa menyebabkan kerugian berbentuk hilangnya
nyawa seorang ataupun harta barang, serta bisa terjalin di mana saja( Rigen serta Tri, 2017).
Kebakaran bisa dikategorikan jadi 2, ialah bencana alam serta bencana non alam( Ruth, Sidharta
serta Arif, 2014). Kebakaran yang tercantum dalam bencana alam ialah kebakaran yang terjalin
akibat terdapatnya petir yang menyambar, gunung berapi maupun kekeringan
Kebakaran ialah efek nyala api yang tidak dapat di kendalikan, efek nyala api tersebut
akan jadi lebih besar dengan terdapatnya temuan dan pertumbuhan yang menunjang karya
arsitektur spesialnya dalam structural konstruksi, Pada dikala terjalin kebakaran, terdapat 4 perihal
yang butuh dicermati berkaitan dengan bahaya api,ialah penunggu bangunan( manusia), isi
bangunan( harta), struktur bangunan serta bangunan yang posisinya berdekatan. 3 perihal yang
awal berkaitan dengan bahaya api yang terdapat pada bangunan yang dibakar, sedangkan hal yang
terakhir ialah pertimbangan untuk bangunan yang lain serta area komunitas secara merata( Hesna,
2009).
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/ PRT/ M/ 2008 tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Zona, jika keselamatan masyarakat yang
terletak didalam bangunan dan zona harus jadi pertimbangan utama spesialnya terhadap bahaya
kebakaran, sampai dari itu suatu bangunan harus memiliki sistem proteksi kebakaran baik itu pasif
maupun yang aktif , dan harus dilengkapi dengan kelengkapan dan sarana penyelamatan dalam
rangka mewujudkan kondisi aman kebakaran pada bangunan gedung dan zona. ini di ungkpakan
oleh (Hidayat, 2017).
Bagi KEPMEN PU No. 10/ KPTS/ 2000, sistem proteksi kebakaran aktif ialah sistem
perlindungan terhadap kebakaran yang dilaksanakan dengan mengenakan perlaatan yang dapat
bekerja secara otomatis ataupun manual. Peralatan tersebut wajib digunakan oleh penghuni
maupun petugas pemadam kebakaran dalam upayanya melaksanakan operasi pemadam
kebakaran. Sistem perlindungan ini meliputi APAR, sprinkler, alarm kebakaran, detektor, dan
hidrant. Peralatan pemadam api ringan untuk PERMENAKER No. 04/ MEN/ 1980 ialah peralatan
yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang buat memadamkan api pada mula terjadinya
kebakaran kala api belum membesar. Sprinkler untuk PERMEN PU RI No. 26/ PRT/ M/ 2008
ialah peralatan pemancar air yang difungsikan buat memadamkan kebakaran berbentuk tudung
dengan ujungnya memiliki mulut pancar yang dapa memancar yang dapat memancar ke segala
arah. Untuk SNI 03- 3989- 2000, alarm kebakaran ialah suatu komponen dan sistem yang
berfungsi buat membagikan isyarat/ karakteristik sehabis kebakaran ditemukan.
Safety Induction
Safety induction ini merupakan penginformasian terhadap K3(keselamatan dan
Kesehatan kerja) yang di tujukan kepada para pekerja,tamu,ataupun orang yang berada dalam
lingkungan tersebut. Adapun tujuan dari adanya safety induction ini adalah untuk sebagai alay
komunikasi jika terjadi kemungkinan bahaya-bahaya selama melakukan suatu pekerjaan ataupun
juga kegiatan kunjungan sehingga mampu di ketahui untuk tindakan pengendelian bahaya tersebut.
Selain itu safety induction ini juga merupakan wujud nyata dari pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1970
yang berisi tentang keselamatan kerja hal ini menurut (Muhammad Irvan dan Yan Fuadi,)

METODE PENELITIAN
Penelitian ini berkaitan dengan safety induction khususnya proteksi bahaya kebakaran di
Gedung Rektorat Universitas Brawijaya. Metode yang di lakukan untuk penelitian ini adalah
deskriptif yang menggunakan pendekata kualitatif . Penelitian ini di lakukan secara langsung
dengan melakukan observasi secara langsung,. Metode ini di lakukan untuk dapat memperolah
indormasi tentang sistem proteksi terhadap pencegahan dan penanganan bahaya kebakaran,dan
apa saja yang di persiapkan oleh Gedung Rektorat Universitas Brawijaya. Teknik yang di lakukan
dalam metode ini adalah dengan Purposive Sampling . Untuk focus yang di lakukan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja yang di persiapkan dan di miliki oleh oleh Gedung
Rektorat Universitas Brawijaya untuk mencegah dan menangani bahaya kebakaran, sumber data
yang di gunakan dalam penelitian yaitu dari data penelitian terdahulu menggunakan dolumen-
dokumen yang sudah tersedia,dan wawancara yang di lakukan secara mendalam dengan salah satu
penjaga Gedung Rektorat. Infroman tersebut bisa di bilang dengan orang yang memberikan
informasi atau responden,karena yang terjadi adalah mereka harus menjawab pertanyaan-
pertanyaan dari pewawancara atau orang yang membutuhkan informasi tersebut untuk menjadi
hasil sehingga bisa di buat untuk hasil dari sebuah penelitian. Data- data yang di ambil juga
bersumber dari literatur internet,ebook,jurnal ataupun karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan
tema yang di angkat. Sedangkan Teknik dalam pengumpulan data ini bersumber dari observasu
langsung ke lapangan dan wawancara secara mendalam,hingga beberapa dokumentasi yang di
ambil sebagai penguat data penelitian. Dalam penelitian ini juga menggunakan Teknik analisis
yang hasilnya bisa berupa kata-kata,data yang berasal dari penelitian terdahulu,catatan observasi
lapangan,sumber penelitian terdahulu dan sebagainya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gedung Rektorat menjadi pusat kegiatan akademik Universitas Brawijaya yang memiliki
8 lantai di dalamnya. Menurut standar kontruksi bangunan Indonesia 1987 bangunan yang
memiliki tinggi lebih 40 meter harus memiliki sistem proteksi kebakaran dan di lengkapi dengan
sistem pemadam otomatis(sprinkler). Sistem proteksi kebakaran yang ada di Gedung Rektorat
Universitas Brawijaya ini harus di lakukan dalam beberapa tahapan,yang di mulai dari pencegahan
kebakaran,penanggulangan dan rekonstruksi setelah terjadi kebakaran.
Dari hasil observasi dan survei yang di lakukan untuk meninjau apa saja sistem proteksi
kebakaran yang ada di Gedung Rektorat Di peroleh informasi dan data sebagai berikut:
1. Sumber air berasal Ketika sewaktu-waktu terjadi kebakaran

Ketika suatu saat terjadi kebakaran di Gedung Universitas Brawijaya ini,Gedung ini
hanya memiliki 1 hydrant yang tersedia di luar Gedung sebagai pasokan air dan 1 kolam
air yang dapat di manfaatkan sebagai pasokan air darurat . Namun hydrant halama
tersebut kurang dapat menjangkau sudut-sudut Gedung tertentu,yang bisa menghambat
evakuasi pemadaman api

2. Tangga Darurat

Di setiap lantai di Gedung Rektorat universitas brawijaya ini memiliki tangga


darurat yang berguna untuk Ketika terjadi suatu keadaan yang berbahaya atau darurat
terutana Ketika terjadi kebakaran,namun di sisi lain tangga darurat ini kurang berfungsi
dengan baik karena di tangga daurat tersebut menjadi tempat penyimpanan barang yang
bahkan bisa menghambat jalur evakuasi jika suatu saat terjadi kebakaran. Persyaratan
teknis untuk sebuah tangga darurat adalah menyangkut minimal memiliki daya tahan
terhadap api selama kurang lebih 2 jam,dan penemepatan yang mudah di jangkau dan
juga memiliki penerangan yang cerah. Di lihat dari persyaratan tangga darurat ini maka
fakta di lapangan menunjukkan bahwa tangga darurat di universitas brawijaya ini kurang
efektif untuk di jadikan sebagai jakur evakuasi bencana karena fakta di lapangan
menjunjukkan lemahnya fungsi manajemen Gedung yang membiarkan tumpukan
barang-barang yang tersimpan di dalam tangga darurat tersebut.Namun untuk material
bahan terutama untuk pintu sudah menggunakan bahan yang tidak mudah terbakar.
3. APAR

Untuk sistem proteksi yang satu ini sudah ada di setiap lantai Gedung Universitas
Brwijaya,setiap lantai di lengkapi dengan alat tersebut sebagai alat pemadam api ringan
guna membantu jika terjadi kecelakaan api ringan dlama Gedung tersebut,di setiap
penempatan apar ini ada beberapa yang juga sudah di lengkapi dengan tata cara
pemakain yang benar dan ada beberapa tidak ada petunjuk pemakainnya, namun
seharusnya di setiap Gedung tidak hanya memiliki 1 APAR saja,karena penggunaannya
yang terbatas,selain itu APAR ini juga di cek oleh balai pemadam kebakaran apakah
masih layak di gunakan atau tidak,APAR mimiliki ketahanan hanya 2 tahun,setelah itu
harus di ganti dengan yang baru,dalam penggunaan APAR juga ada teknisnya,kita tidak
bisa menggunakan benda etersebut tanpa pengetahuan yag di milikiterjait barang
tersebut,yang terutama dalam penggunaan APAR ini adalah tidak boleh langsung di
semprotkan langsung ke sumber apinya,namun hanrus perlahan-lahn dari jarak sumber
api hingga ke titik api tersebut,karena jika langsung di semprotkan ke sumber titik api
nya maka air dalam APAR tersebut akan mental karena tekanan yang sangat tinggi.

4. Hydrant

Untuk hydrant di Gedung Rektorat Univesitas Brawijaya ini juga sudah ada di
setiap lantainya, yang paling penting adalah hydrant tersebut terlihat dan ada beberapa
kondisi dimana hydrant tersebut ada yang terkunci dan tidak,untuk di lantai satu Ketika
observasi berlangsung hydrant tersebut berada di dalam lemari seperti lemari rahasia
dan tidal sulit untuk di buka Ketika dalam kondisi darurat,namun untuk lantai 2 dan
seterusnya terlihat bahwa hydrant tersebut terkunci yang akan mengakibatkan kesulitan
membuka saat terjadi kebakaran,selain itu juga tidak ada petunjuk pemakain untuk
hydrat tersebut yang mengakibatkan semua orang tidak tahu bagaimana cara
menggunakan alat tersebut Sehibffa yang seharusnya di perhatikan adalah untuk box
hydrant tersebut tidak dalam kondisi terkunci supaya tidak menghambat penanganan di
tempelkan petunjuk pemakaian di samping hydrant tersebut. Selain di dalam
Gedung,hydrant juga tersebar di luaran Gedung namun juga dalam kondisi terkunci.
Untuk jaraj antara hydrant 1 dengan yang lainnya sudah cukup aman jika suatu ssat
terjadi kebakaran karena tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh.

5. Regu atau organisasi

Di ketahui bahwa di Gedung Rektorat Universitas Brawijaya ini dulunya pernah


memiliki program pelatihan terhadap penanganan kebakaran yang di berikan oleh Badan
Pemadam Kebakaran kepada satpam ataupu orang-orang di sekitar Gedung
tersebut,mereka di latih tentang cara penanggulangan bencana kebakaran,hal ini di
lakukan untuk suatu Ketika terjadi kebakaaran dan petugas pemadam kebakaran belum
sampai di lokasi maka sudah ada pihak-pihak yang di latih tersebut untuk menanganinya
walaupun hanya sedikit penanganan yang di lakukan,terutama pada api” kecil,jika
memang kondisinya api besar maka yang bisa di lakukan adalah melakukan evakuasi
terhadap orang-orang yang berada di dalam Gedung tersebut untuk segera keluar dari
dalam Gedung karena dengan api yang besar tanpa bantuan petugas pemadam kebakaran
akan sangat sulit. Tentu hal tersebut sangat membantu untuk berusaha penanggulangan
Ketika terjadi suatu bahaya terutama bahaya kebakaran
PENUTUP

KESIMPULAN
Setelah melalui Analisa dan observasi terhadap kondisi di lapanagn terhadap sistem proteksi
kebakaran di Gedung rektorat ,maka beberapa kesimpulan umum yang di peroleh dari Analisa dan
pembahasan adalah sebagai berikut:
1. Fasilitas penyelamatan gedung bertingkat Gedung Rektorat UB kurang di penuhi
persyaratan seperti yang digariskan dalam standar bangunan bertingkat besar. Tata letak,
konstruksi tangga darurat belum cocok dengan syarat sehingga bisa mengecam kelancaran
proses evakuasi. Serta guna tangga yang sepatutnya buat kondisi darurat kurang berperan
dengan baik
2. Sistem proteksi kebakaran yang belum memadai untuk Gedung bertingkat di Gedung
Rektorat Universitas Brawijaya,dan belum adanya organisasi khusus yang menangani
pencegahan dan penanggulangan bencana kebakaran tersebut.
3. Adanya beberapa kelemahan yang dapat di temukan terhadap sistem proteksi kebakaran di
dalam Gedung ,diantaranya adalah belum adanya peta mitigasi banana di setiap lantai atau
ruangan ,ada beberapa alat yang tidak bisa di operasikan sesuai fugsinya,
4. Para pebghuni ruangan yang belum semuanya pernah mengikuti pelatihan pengelolaan
bencana kebakaran tersebut,atau hanya di bebankan kepada tim penjaga di Gedung tersebut.

SARAN
Setelah mengetahui beberapa kekuatan dan kelemahan terhadap sistem proteksi kebakaran
di Gedung Rektorat Universitas Brawijaya ini makan saran yang dapat di berikan adalah berupa:
1. Perlu adanya prosedur tetap tentang mitigasi bencana kebajaran di Gedung Rektorat.
2. Perlu di adakanny a pelatihan terhadap penanggulangan bencana kebakaran kepada
semua penghuni Gedung.
3. Melengkapi sarana dan prasaran terutama alat-alat yang berfungsi dengan baik dan
memnuhi standar nasional sistem proteksi kebakaran
4. Menggunakan tangga darurat sebagaimana seharusnya di gunakan sesuai fungsinya
5. Setiap alat proteksi kebakaran di lengkapi dengan petunjuk yang lengkap agar semua
tahu bagaimana cara menggunakan alat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sri Rejeki,Buku Keselamatan dan Kesehatan Kerja,Jakarta
2. Tjokorda Istri Praganingrum,Ida Adi Widi Adnyani,2022, Analisis faktor pengaruh penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Pada Proyek Konstruksi Gedung Rektorat dan Dekanat
UNMAS Denpasar.
3. Qomariyatus Sholihah, Buku Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi.2020
4. Rigen Adi Kowara,Tri Martiana,2017, Analisis Sistemn Proteksi Kebakaran Sebagai Uapaya
Pancegahan dan Penanggulangan Kebakaran (Studi di PT.PJB Brantas Malang)
5. Qomariyatus Sholihah,NL Rahmawati, 2019,Analisis Pengendalian Rsiko Kecelakaan Kerja
Menggunakan HIRA Pada Pekerjaan Arsitektur, Jurnal Rekayasa dan Manajemen Sistem Industri
7 (7), p171-181
6. Hade Septiadi,Elvi Sunarsih,Anita Camelia,2014, Analisis Sistem proteksi kebakaran pada
bangunan gedung dan lingkungan di Universitas Sriwijaya kampus inderalaya tahun 2013
7. Syafran Arrazy,Elvi Sunarsih,Anita Rahmiwati,2014,Penerapan sistem manajemen
keselamatan kebakaran di Rumah Sakit Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas Tahun 2013
8. Jonson H. Laning,Hari Rarindo,2021, Analisis Sistem Pencegah dan penanggulangan Bahaya
Kebakaran di Gedung Rektorat Universitas Nusa Cendana
9. Sarah Fathrani,2018, Implementasi Penyediaan Sarana Penyelamatan Jiwa dalam Bangunan
Gedung Apartemen Sebagai Bagian Dari upaya pencegahan dan Penanggulangan Bahaya
Kebakaran menurut UU No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung JO peraturan Daerah DKI
Jakarta No.8 Tahun 2008 Tentang pencegahan dan penanggulangan kebakaran
10. Sika Widya Mustika,Rath Sari Wardani,Diki Bima Prasetlo,2018, Penilaian Risiko Kebakaran
Gedung Bertingkat
11. Ambar Kristiyanto,2012, Evaluasi Sistem Manajemen Kebakaran Gedung Rektorat
Universitas Brawijaya (Lt. 1 s.d 4)
12. Nita Amalia Putri,2019,Analisis Sistem Proteksi Kebakaran Sebagai Upaya Pencegahan
Kebakaran
13. Heru Sufianto,Agung Murti Nugroho,M Satya Aditama,Perilaku tanggap kebakaran pada
bangunan kampus (Studi: Kampus Universitas Brawijaya,Malang)
14. Pratiwi Styaning Putri, Dicki Dian Permana,Budi Wicaksono,2020, Pelatihan Pelaksanaan K3
Terhadap Resiko Kebakaran Di Madrasah Ibtidaiyah AL- Huda
15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 26/PRT/M/2008 Tentang Persyaratan Teknis Sistem
Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai