Anda di halaman 1dari 88

ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI WAKTU DAN ESTIMASI

BIAYA BANGUNAN PADA PEKERJAAN RETAINING WALL DENGAN


MENGGUNAKAN BEKISTING KONVENSIONAL DAN BEKISTING
SEMI SISTEM PADA PROYEK RENOVASI GEDUNG F FAKULTAS
ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PROYEK AKHIR

OLEH
I PUTU WELAS ARSE
NIM 170522526503

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK SIPIL DAN BANGUNAN
OKTOBER 2020
ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI WAKTU DAN ESTIMASI
BIAYA BANGUNAN PADA PEKERJAAN RETAINING WALL DENGAN
MENGGUNAKAN BEKISTING KONVENSIONAL DAN BEKISTING
SEMI SISTEM PADA PROYEK RENOVASI GEDUNG F FAKULTAS
ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PROYEK AKHIR
diajukan kepada
Universitas Negeri Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Diploma
Teknik Sipil dan Bangunan

OLEH
I PUTU WELAS ARSE
NIM 170522526503

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK SIPIL DAN BANGUNAN
OKTOBER 2020

i
Proyek Akhir oleh I Putu Welas Arse
Telah dipertahankan di depan dewan penguji
Pada tanggal 20 Oktober 2020

Dewan Penguji

Drs. Eko Suwarno, M.Pd. Ketua


NIP 19650216 199001 1 001

Drs. H. Sugiyanto, S.T., M.T. Anggota


NIP 19591023 198601 1 001

Mengetahui, Mengesahkan,
Dekan Fakultas Teknik Ketua Jurusan Teknik Sipil

Prof. Dr. Marji, M.Kes. Dr. Ir. Hj. B. Sri Umniati, M.T.
NIP 19660321 199702 2 001 NIP 19590203 198403 1 001

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : I Putu Welas Arse
NIM : 1700522526503
Jurusan/Program Studi : Teknik Sipil/D3 Teknik Sipil
dan Bangunan
Fakultas : Teknik
Menyatakan dengan sesunggunya bahwa proyek akhir yang saya tulis ini benar-
benar tulisan saya, dan bukan merupakan plagiasi/falfikasi/fabrikasi baik sebagian
atau seluruhnya.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini
plagiasi/falfikasi/fabrikasi baik sebagian atau seluruhnya, maka saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 20 Oktober 2020


Yang membuat pernyataan,

I Putu Welas Arse

iii
ABSTRAK

Welas Arse, I Putu. 2020. Analisis Perbandingan Efisiensi Waktu Dan Estimasi
Biaya Bangunan Pada Pekerjaan Retaining Wall Dengan
Menggunakan Bekisting Konvensional Dan Bekisting Semi Sistem Pada
Proyek Renovasi Gedung F Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya. Proyek Akhir. Program Studi D3 Teknik Sipil dan
Bangunan. Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik. Universitas Negeri
Malang. Pembimbing: (I) Drs. H. Sugiyanto, S.T., M.T.

Kata Kunci: Bekisting, Retaining Wall, Efisiensi, Estimasi, Biaya, Waktu.

Dalam pekerjaan struktur sebuah konstruksi bekisting, bekisting yang


digunakan harus memenuhi syarat kekuatan, kekakuan, dan stabilitas. Syarat ini
harus dipenuhi mengingat bekisting merupakan pekerjaan yang dilakukan secara
berulang-ulang pada bangunan bertingkat dan bekisting memerlukan biaya yang
besar dalam pekerjaan bekisting sehingga perlu dilakukan analisa kontrol
kekuatan bekisting konvensional, yang bertujuan agar mengetahui kekuatan
bekisting konvensional yang akan digunakan dalam pekerjaan konstruksi, serta
efisiensi biaya dan waktu pelaksanaan bekisting agar mengetahui bekisting mana
yang lebih efisien biaya dan durasi waktu pelaksanaan agar dapat memperkecil
kebutuhan biaya yang digunakan dan durasi waktu yang dibutuhkan dalam
pekerjaan bekisting retaining wall.

Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisa topik diatas adalah


dengan menggunakan metode observasi di lapangan dan juga perbandingan. Data
yang didapat dari hasil observasi di lapangan nantinya akan dianalisa dengan cara
dibandingkan dengan teori-teori yang ada ataupun syarat-syarat yang berkaitan
dengan kontrol kekuatan bekisting, rencana anggaran biaya dan waktu
pelaksanaan pada pekerjaan bekisting retaining wall. Proses analisis data dengan
perbandingan dilakukan dengan pendekatan persentase, perbandingan antara hasil
analisis dengan teori maupun syarat pendukung dan perbandingan data hasil
observasi dengan hasil analisa dipresentasikan dengan acuan nilai persentase
tertentu untuk mengetahui kekuatan bekisting, efisiensi biaya dan efektifitas
antara bekisting konvensional dan bekisting semi sistem.

Berdasarakan hasil studi dan analisis pelaksanaan pekerjaan bekisting retaining


wall pada proyek Renovasi Gedung F Fakultas Imu Administrasi Universitas
Brawijaya untuk analisa perhitungan kontrol kekuatan bekisting. Bekisting
konvensional telah memenuhi syarat yang telah ditentukan dengan persentase
kesesuaian sebesar 100%, dan untuk perbandingan efisiensi biaya bekisting adalah
bekisting semi sistem dengan selisih sebesar Rp24.879.000,00 atau sekitar
55,14%, sedangkan untuk perbandingan efektifitas waktu pekerjaan bekisting
adalah bekisting semi semi sistem dengan selisih waktu pekerjaan selama 8 hari
atau sebesar 57 %.

viii
ABSTRACT

Welas Arse, I Putu. 2020. Analysis Comparative Of Time Efficiency and


Estimated Cost of Buildings for Retaining Wall Work Using
Conventional Formwork and Semi System Formwork in Building
Renovation Project F Faculty of Administrative Sciences, Universitas
Brawijaya. Final project. D3 Civil and Building Engineering Study
Program. Department of Civil Engineering. Faculty of Engineering.
State University of Malang. Advisors: (I) Drs. H. Sugiyanto, ST, MT

Keywords: Formwork, Retaining Wall, Efficiency, Estimated, Cost, Time.

In the structural work of a formwork construction, the formwork used


must meet the requirements for strength, stiffness and stability. This requirement
must be fulfilled considering that formwork is work that is carried out repeatedly
in multi-storey buildings and formwork requires a large amount of cost in
formwork work, so it is necessary to carry out a control analysis of conventional
formwork strength, which aims to determine the strength of conventional
formwork that will be used in construction work, and cost efficiency and
implementation time of formwork in order to know which formwork is more cost
efficient and duration of implementation in order to minimize the cost
requirements used and the duration of time required forformwork work retaining
wall.

The research method used in analyzing the above topic is to use the
method of field observation and comparison. The data obtained from observations
in the field will later be analyzed by comparing them with existing theories or
requirements related to formwork strength control, budget plans and
implementation time for formwork work retaining walls. The data analysis
process by comparison is carried out by using the percentage approach, the
comparison between the analysis results with the theory and supporting
requirements and the comparison of the observed data with the analysis results
presented with a reference to a certain percentage value to determine the strength
of formwork, cost efficiency and effectiveness between conventional formwork
and semi-system formwork.

Based on the results of studies and analysis of the implementation of formwork


work retaining wall on the renovation project of Building F, Faculty of
Administrative Sciences, Universitas Brawijaya for analysis of formwork strength
control calculations. Conventional formwork has met the predetermined
requirements with a conformity percentage of 100%, and for a comparison of cost
efficiency the formwork is semi-system formwork with a difference of IDR
24,879,000.00 or about 55.14%, while for a comparison of the effectiveness of the
formwork work is semi-formwork. semi system with a difference of work time for
8 days or by 57%.

ix
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proyek akhir ini. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu kelancaran
dalam menyelesaikan proyek akhir ini, diantaranya:
1. Prof. Dr. Marji, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Malang.
2. Dr. Ir. Hj. B. Sri Umniati, M.T, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik Universitas Negeri Malang.
3. Dr. Machmud Sugandi, S.T., M.T, selaku Koordinator Program Studi D3
Teknik Sipil dan Bangunan.
4. Drs. H. Sugiyanto, S.T., M.T, selaku dosen pembimbing proyek akhir yang
telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga proyek akhir
ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Drs. Eko Suwarno, M.Pd, selaku dosen penguji proyek akhir yeng telah
memberikan arahan dalam proses perbaikan proyek akhir ini.
6. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungan sehingga
proyek akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.
7. Teman-teman seperjuangan Iqbal Fandana, Makdalena Desta Indah Pratiwi,
Farid Anwar, Fadhil Muhammad Nur, Fiqul Addin Sabili dan teman-teman D3
Teknik Sipil dan Bangunan angkatan 2017 yang telah membantu serta
mendukung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Akhir kata dari penulis berharap semogo proyek akhir ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam
bidang lain yang berkaitan.

Malang, 20 Oktober 2020

Penulis

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTRACT ......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................... 3
1.5 Batasan Masalah ....................................................................................... 4
1.6 Definisi Istilah .......................................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Bekisting .................................................................................................. 6
2.1.1 Definisi Bekisting ............................................................................. 7
2.1.2 Spesifikasi Bekisting ........................................................................ 7
2.1.3 Syarat-syarat Pekerjaan Bekisting .................................................... 8
2.1.4 Jenis-jenis Bekisting ......................................................................... 9
2.1.5 Material Penyusun Bekisting ........................................................... 13
2.1.6 Metode Pelaksanaan Bekisting......................................................... 14
2.2 Perhitungan Kekuatan Bekisting .............................................................. 16
2.3 Estimasi Biaya Bangunan ......................................................................... 19
2.4 Efisiensi Waktu ......................................................................................... 22
2.4.1 Menentukan Produktifitas Pekerjaan .............................................. 24
2.4.2 Menetukan Durasi Pekerjaan .......................................................... 25

xi
BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISA
3.1 Rancangan Penelitian ............................................................................... 28
3.1.1 Diagram Alir Penelitian ................................................................... 28
3.2 Waktu dan Tempat Obeservasi ................................................................ 29
3.2.1 Data Proyek ...................................................................................... 29
3.2.1 Lokasi Proyek ................................................................................... 29
3.3 Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 30
3.4 Data Penelitian .......................................................................................... 31
3.5 Teknik Analisis Data ................................................................................ 33
3.6 Teknik Pengolahan Data ........................................................................... 33
3.6.1 Kontrol Kekuatan Bekisting ............................................................. 33
3.6.2 Perbandingan Efisiensi Biaya Bekisting .......................................... 37
3.6.3 Perbandingan Efektifiras Waktu ...................................................... 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Kontrol Kekuatan Bekisting ........................................................ 53
4.2 Perbandingan Efisiensi Biaya Bekisting .................................................. 54
4.3 Perbandingan Efektifitas Waktu ............................................................... 57
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 61
5.2 Saran ......................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 63
LAMPIRAN ......................................................................................................... 64

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Contoh perhitungan analisa harga satuan pekerjaan ...................................... 21
2.2 Contoh perhitungan rencana anggaran biaya ................................................. 22
2.3 Contoh diagram barchart ................................................................................ 26
2.4 Contoh perhitungan jumlah pekerja dan durasi waktu.................................... 26
3.1 Jenis dan data penelitian.................................................................................. 31
3.2 Data dimensi bekisting retaining wall ............................................................ 34
3.3 Format analisa kontrol Kekuatan bekisting ................................................... 35
3.4 Analisa kontrol kekuatan bekisting ................................................................. 37
3.5 Data pekerjaan bekisting ................................................................................. 40
3.6 Pehitungan volume pekerjaan bekisting retaining wall .................................. 40
3.7 Format perhitungan volume bahan bekisting konvensional............................ 41
3.8 Format perhitungan volume bahan bekisting semi sistem .............................. 43
3.9 Durasi Waktu Pekerja ..................................................................................... 45
3.10 Biaya bahan bekisting konvensional ............................................................. 46
3.11 Biaya bahan bekisting semi sistem ............................................................... 47
3.12 Biaya pekerja bekisting konvensional........................................................... 48
3.13 Biaya pekerja bekisting semi sistem ............................................................. 48
3.14 Rencana anggaran biaya pekerjaan bekisting ............................................... 49
3.15 Perbandingan biaya bekisting ....................................................................... 50
3.16 Data perbandingan efektifitas waktu ............................................................. 51
3.17 Perbandingan efektifitas waktu bekisting ..................................................... 51
3.18 Format plotting bekisting .............................................................................. 52
4.1 Perbandingan kontrol kekuatan bekisting ....................................................... 54
4.2 Rekapitulasi rencana anggaran biaya bekisting retaining wall ....................... 55
4.3 Perbandingan efisiensi biaya ........................................................................... 55
4.4 Rekapitulasi waktu pekerjaan bekisting .......................................................... 57
4.5 Perbandingan efektifitas waktu bekisting ....................................................... 58
4.6 Plotting bekisting retaining wall..................................................................... 59

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Gambar bekisting dinding dengan metode konvensional .............................. 10
2.2 Gambar bekisting dinding dengan metode semi sistem .................................. 12
3.1 Diagram alir penelitian .................................................................................... 28
3.2 Denah lokasi proyek ........................................................................................ 29
3.3 Gambar denah retaining wall .......................................................................... 32
3.4 Gambar potongan retaining wall .................................................................... 32
3.5 Gambar shop drawing basement ..................................................................... 39
3.6 Gambar potongan retaining wall .................................................................... 39
3.7 Gambar bekisting dinding dengan metode konvensional ............................... 41
3.8 Gambar proses pemasangan baja profil .......................................................... 42
3.9 Gambar proses pemasangan klem dan tie rod................................................. 43
3.10 Gambar pemasangan scaffolding dan staging ............................................... 43

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Tabel 1. Data-data penelitian ................................................................... 65
2. Gambar 1. Tampak atas bekisting konvensional. ..................................... 65
3. Gambar 2. Tampak samping bekisting konvensional ............................... 65
4. Gambar 3. Tampak depan bekisting konvensional ................................... 65
5. Tabel 2. Perbandingan kekuatan bekisting ............................................... 68
6. Gambar 4. Denah basement ...................................................................... 69
7. Gambar 5. Potongan retaining wall .......................................................... 69
8. Tabel 3. Bestek retaining wall ................................................................. 69
9. Tabel 4. Perhitungan luas retaining wall ................................................. 69
10. Tabel 5. Perhitungan Volume Bahan Bekisting Konvensional................. 70
11. Tabel 6. Perhitungan Volume Bahan Bekisting Semi Sistem ................... 70
12. Tabel 7. Data durasi waktu pelaksanaan bekisting konvensional ............. 71
13. Tabel 8. Data durasi waktu pelaksanaan bekisting semi sistem ............... 71
14. Tabel 9. Data durasi waktu pelaksanaan bekisting konvensional ............. 71
15. Tabel 10. Perhitungan Biaya Bahan Bekisting Konvensional .................. 72
16. Tabel 11. Biaya Bahan Bekisting Semi Sistem......................................... 72
17. Tabel 12. Daftar Harga Pekerja................................................................. 73
18. Tabel 13. Biaya Pekerja Bekisting Konvensional ..................................... 73
19. Tabel 14. Biaya Pekerja Bekisting Semi Sistem ....................................... 73
20. Tabel 15. Estimasi biaya pekerjaan........................................................... 73
21. Tabel 16. Time schedule............................................................................ 74
22. Tabel 17. Data Perbandingan Waktu Pelaksanaan Pekerjaan Bekisting .. 75
23. Tabel 18. Tabel Plotting Pelaksanaan Pekerjaan Bekisting...................... 75
24. Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 76
25. Rancangan anggaran biaya........................................................................ 78
26. Rencana kerja syarat ................................................................................. 84
27. Formulir Pendaftaran Proyek Akhir .......................................................... 90

xv
28. Lembar Bimbingan Proyek Akhir ............................................................. 91
29. Lembar Persetujuan Sidang Proyek Akhir ................................................ 96
30. Surat Persetujuan Penguji Proyek Akhir ................................................... 97
31. Surat Tugas Penguji Proyek Akhir............................................................ 98
32. Berita Acara Ujian Proyek Akhir .............................................................. 99
33. Revisi Proyek Akhir .................................................................................. 101
34. Riwayat Hidup .......................................................................................... 103

xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di zaman yang semakin berkembang ini dengan segala kemajuan teknologi
yang ada dan bertambahnya populasi manusia menuntut adanya infrastruktur
bangunan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang ada. Keterbatasan
lahan yang ada terutama di daerah perkotaan membuat bangunan bertingkat
menjadi solusi alternatif untuk membuat bangunan di lahan yang terbatas baik
untuk rumah tinggal, bangunan gedung untuk kantor, gedung perkuliahan, dan
bangunan lain yang memerlukan luas lahan yang besar tetapi terhalang karena
adanya keterbatasan lahan.
Pemilihan bangunan bertingkat sebagai salah satu solusi mendirikan
bangunan di lahan yang terbatas menjadikan bangunan bertingkat semakin
berkembang pesat mulai dari bangunan bertingkat sederhana hingga bangunan
pencakar langit yang bisa mencapai ketinggian ratusan meter di atas permukaan
tanah. Tentu saja hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi kontraktor untuk bisa
merencanakan serta merealisasikan bangunan bertingkat yang sesuai dengan
standar atau peraturan yang berlaku. Dalam perencanaan maupun pelaksanaan
pembangunan bangunan bertingkat yang menjadi faktor penting utama adalah
struktur bagian bawah bangunan (sub structure). Sub structure merupakan
struktur bagian bawah pada sebuah bangunan yang terletak di bawah permukaan
tanah yang berfungsi untuk menyalurkan beban dari struktur atas bangunan (upper
structure) ke lapisan tanah keras atau tanah pendukung di bawah pondasi (Aqmar,
2018).
Perkembangan teknologi dalam dunia konstruksi di Indonesia ditandai
dengan semakin banyaknya inovasi yang digunakan dalam proses konstruksi.
Peranan teknologi bertambah semakin besar terutama untuk mempermudah proses
yang terjadi pada suatu proyek konstruksi. Salah satu contoh aplikasi teknologi
pada proses konstruksi adalah teknologi cetakan beton atau bekisting (Baharudin
dan Dodi, 2008).

1
2

Formwork atau cetakan beton sering juga disebut bekisting merupakan


suatu sarana yang digunakan dalam proses pekerjaan struktur yaitu dalam proses
pencetakan beton dengan ukuran, bentuk maupun posisi serta kemiringan yang
dikehendaki. Bekisting merupakan penggabungan dari beberapa elemen yang
disatukan menjadi satu bagian bekisting sesuai dengan rencana pada pekerjaan
struktur yang akan dikerjakan. Sehingga bekisting dapat disebut dengan struktur
sementara yang mendukung beratnya sendiri dan berat beton yang dicor. Dalam
perencanaan bekisting perlu diperhatikan dalam pemilihan bekisting yang dalam
proses pembuatan bekisting harus mudah dikerjakan dan mudah pula untuk
dibongkar serta tidak mudah rusak selama proses pekerjaan dan dapat digunakan
berulang-ulang. Hal yang perlu diperhitungkan adalah bekisting yang dapat
menahan beban-beban yang ada.
Dalam pekerjaan struktur sebuah konstruksi bekisting yang digunakan
harus memenuhi syarat kekuatan, kekakuan, dan stabilitas. Syarat ini harus
dipenuhi mengingat bekisting merupakan pekerjaan yang dilakukan secara
berulang-ulang pada bangunan bertingkat dan bekisting memerlukan biaya yang
besar dalam pekerjaan bekisting (American Concrete Institute). Biaya untuk
bekisting berkisar antara 40% - 60% dari biaya pekerjaan beton atau sekitar 10%
dari biaya total konstruksi gedung (Hanna, 1999).
Saat ini di Indonesia terdapat 3 jenis bekisting konvensional, semi sistem
dan sistem. Pemilihan jenis bekisting merupakan suatu keputusan yang penting
pada proyek bangunan bertingkat karena bekisting yang akan digunakan dapat
mempengaruhi biaya, waktu pekerjaan dan kualitas konstruksi (Wigbout, 1997).
Pada Proyek Renovasi Gedung F Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya bekisting yang digunakan merupakan jenis bekisting semi sistem di
semua pekerjaan beton yaitu mulai dari pekerjaan struktur bagian bawah
bangunan (sub structure) sampai pekerjaan struktur bagian atas bangunan (upper
structure).
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas dan juga bertujuan untuk
menunjang keahlian dan keterampilan sebagai lulusan Diploma Teknik sipil yang
nantinya akan terjun di dunia kerja sebagai pelaksana konstruksi bangunan penulis
mengambil Proyek Akhir (PA) mengenai “Analisa Perbandingan Efektifitas
3

Waktu dan Biaya (RAB) pada pekerjaan Retaining Wall dengan menggunakan
Bekisting Konvensional dan Bekisting Semi Sistem Proyek Renovasi Gedung F
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya”. Studi ini akan membahas
mengenai Perbandingan waktu yang dibutuhkan dalam pekerjaan bekisting pada
Retaining Wall dan Perbandingan Rencana Anggaran biaya (RAB) yang
diperlukan pada pekerjaan Retaining Wall, yang dilakukan oleh kontraktor apakah
telah sesuai dengan teori pendukung maupun standar yang ada.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka
disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1) Bagaimana kontrol kekuatan bekisting konvensional?
2) Bagaimana perbandingan estimasi biaya Pekerjaan bekisting Retaining
wall dengan metode semi sistem dan metode konvensional?
3) Bagaimana perbandingan efisiensi waktu pelaksanaan pekerjaan Bekisting
Retaining Wall dengan metode semi sistem dan metode konvensional?

1.3 Tujuan Penulisan


1) Mengetahui kekuatan bekisting konvensional
2) Mengetahui perbandingan estimasi biaya Pekerjaan bekisting Retaining
wall dengan metode semi sistem dan metode konvensional
3) Mengetahui perbandingan efisiensi waktu pelaksanaan pekerjaan
Bekisting Retaining Wall dengan metode semi sistem dan metode
konvensional

1.4 Manfaat Penulisan


Berdasarkan tujuan penulisan yang telah diuraikan di atas, dapat
dipaparkan manfaat dari penulisan adalah sebagai berikut:
A. Bagi Mahasiswa
1) Mahasiswa dapat mengetahui kekuatan bekisting konvensional
2) Mahasiswa dapat mengetahui dan memilih bekisting yang efisien
antara bekisting semi sistem dengan bekisting konvensional
4

3) Mahasiswa dapat mengetahui Rencana Anggaran Biaya (RAB)


bekisting semi sistem dan bekisting konvensional
B. Bagi Jurusan
1) Dapat dijadikan sebagai bahan referensi kepustakaan dalam bidang
konstruksi khususnya yang berkenaan dengan pekerjaan bekisting
Retaining Wall
2) Dapat dijadikan pembaharuan pengembangan keilmuan pada
Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Malang dalam aspek
pekerjaan Retaining Wall.

1.5 Batasan Masalah


1) Perhitungan kekuatan bekisting semi sistem dan bekisting konvensional
pada pekerjaan Retaining Wall
2) Perhitungan perbandingan waktu dengan metode bekisting semi sistem
dengan metode bekisting konvensional
3) Perhitungan perbandingan estimasi biaya bangunan pada pekerjaan
bekisting retaining wall dengan metode bekisting semi sistem dengan
metode bekisting konvensional

1.6 Definisi Istilah


1) Bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton
selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan,
maka berikut ini adalah jenis-jenis bekisting (Wigbout, 1997)
2) “Bekisting konvensional adalah bekisting yang terbuat bahan bahan
seperti: papan, balok kayu, kayu kaso dan dolgen yang dirangkai dan
dikerjakan di tempat”
3) Bekisting semi sistem adalah bekisting yang bahan dasarnya terdiri dari
dua komponen berbeda yaitu baja dan kayu yang dirangkai menjadi sebuah
bekisting. Bahan yang digunakan dalam pembuatan bekisting semi sistem
seperti: baja kanal C, playwood, scaffolding, yang proses pembuatannya
dilakukan di tempat.
5

4) Efisiensi adalah ketepatan dalam pemilihan metode yang digunakan dalam


menjalankan sesuatu pekerjaan yang dinilai berdasarkan besarnya biaya
atau waktu yang digunakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
5) Estimasi Biaya Bangunan adalah perhitungan banyaknya biaya yang
diperlukan untuk upah dan bahan, serta biaya-biaya lain yang berhubungan
dengan pelaksanaan suatu pekerjaan pada proyek konstruksi.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Bekisting
Beksiting merupakan bagian penting dalam pekerjaan konstruksi terutama
dalam pekerjaan struktur beton, dalam pekerjaan struktur bekisting menerima
beban yang dapat membuat kerusakan pada bekisting atau pada hasil pengecoran
struktur yang tidak sesuai dengan perencanaan yang ada. Sehingga dalam
perencanaan bekisting perlu adanya analisa perhitungan beban pada bekisting
yang nantinya akan ditopang oleh bekisting. Beberapa pendapat para ahli
mengenai bekisting:
Sagel, Kole dan Gideon (1997), mengemukakan bahwa bentuk dan rupa
konstruksi beton ditentukan oleh kualitas bekisting, oleh karena itu material
bekisting harus bermutu dan direncanakan sebaik mungkin agar tidak mengalami
kerusakan pada konstruksi akibat lendutan pada bekisting saat proses pengecoran
Dalam melakukan penghematan biaya bekisting, perancangan konstruksi
perlu memenuhi beberapa persyaratan, seperti:
a) Bentuk yang sederhana dan rata
b) Ukuran yang sama di setiap komponen struktur seperti balok, kolom dan
lantai.
c) Celah (coran) dalam lantai-lantai, pada tempat-tempat yang secara teknis
dapat dipertangggung jawabkan
Menurut Navy g terdapat 3 faktor yang menjadi pertimbangan dalam
membuat memutuskan sebuah metode yang akan diambil yaitu:
a) Keadaan bangunan
Ini menjadi alasan utama dalam sistem perkuatan sebuah bekisting menjadi
komponen utama dalam keberhasilan mendapatkan hasil ukuran struktur
yang berkualitas seperti yang direncanakan sebelumnya. Metode yang
digunakan untuk bangunan dengan ukuran struktur yang besar, itu tidak
akan efektif jika digunakan pada dimensi ukuran yang kecil.

6
7

b) Keluasan bangunan
Pekerjaan bekisting adalah pekerjaan yang bahan materialnya dapat
digunakan secara berulang atau memiliki siklus pergerakan material. Dan
karenanya, luasan bangunan dapat menjadi sebuah pertimbangan utama
dalam menentukan siklus penggunaan material bekisting yang berdampak
dengan mahal tidaknya satuan harga pekerjaan.
c) Kesiapan alat serta material
Hal lain yang menjadi pertimbangan ialah mencari kemudahan dalam
memperoleh bahan material maupun alat yang akan digunakan untuk
metode bekisting tersebut.

2.1.1 Definisi Bekisting


Bekisting adalah konstruksi bersifat sementara yang merupakan cetakan
untuk menentukan bentuk dari suatu konstruksi beton mulai dari beton dituangkan
hingga beton mengeras dan membentuk struktur yang sesuai dengan rencana.
Sehingga dalam pembuatan bekisting perlu direncanakan agar bekisting dapat
membentuk struktur yang diinginkan, dalam pembuatan bekisting penggunaan
material yang digunakan harus dapat menahan beban yang diterima bekisting agar
tidak terjadi kerusakan pada bekisting dan material bekisting yang digunakan
mudah dalam pemasangan dan mudah saat pelepasan setelah beton yang dicor
mengeras karena bekisting merupakan konstruksi yang bersifat sementara.
Menurut (R. Sagel dkk, 1997) kualitas bekisting ikut menentukan bentuk
dan rupa konstruksi beton, sehingga harus dibuat dari bahan yang bermutu dan
perlu direncanakan sedemikian rupa supaya konstruksi tidak mengalami
kerusakan akibat lendutan yang timbul ketika beton dituang.

2.1.2 Spesifikasi Bekisting


Bekisting sebagai penunjang pekerjaan struktur beton sehingga bekisting
harus memenuhi spesifikasi yang ada sehingga bekisting yang dibuat dapat
digunakan dengan baik dalam pekerjaan konstruksi. Bekisting mempunyai 3
fungsi dalam sebuah konstruksi yaitu:
8

a) Bekisting menentukan bentuk dari suatu konstruksi beton yang akan


dibuat. Bentuk sederhana dari sebuah konstruksi beton menghendaki
sebuah bekisting yang sederhana.
b) Bekisting harus dapat menahan dengan aman beban yang ditimbulkan oleh
spesi beton dan berbagai beban luar serta getaran. Dalam hal ini perubahan
bentuk yang timbul dan geseran-geseran dapat diperkenankan asalkan
tidak melampaui toleransi-toleransi tertentu
c) Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dipasang dan dilepas dan
dipindahkan. (F.Wigbout, 1997)
Pekerjaan bekisting merupakan pekerjaan penting pada pekerjaan struktur
beton yang harus direncanakan sedemikian rupa agar pekerjaan struktur beton
dapat terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, pekerjaan bekisting harus
memenuhi persyaratan seperti:
a) Quality, merencanakan dan memasang bekisting yang akurat terhadap
ukuran, bentuk, posisi, sesuai yang diinginkan dan dapat menghasilkan
permukaan finishing yang bagus pada konstruksi beton.
b) Safety, yaitu membangun bekisting yang kokoh dan mampu mendukung
seluruh beban tanpa mengalami perubahan bentuk dan tanpa menimbulkan
bahaya bagi para pekerja dan struktur beton itu sendiri.
c) Economy, yaitu membangun bekisting secara efisien, menghemat waktu dan
biaya bagi kontraktor atau owner.

2.1.3 Syarat-Syarat Pekerjaan Bekisting


Menurut (DPUPKP, 2013) persyaratan umum dalam merencanakan suatu
struktur, baik struktur permanen maupun sementara seperti bekisting setidaknya
ada 3 persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Syarat Kekuatan, yaitu bagaimana material bekisting seperti balok kayu
tidak patah ketika menerima beban yang bekerja.
2. Syarat Kekakuan, yaitu bagaimana material bekisting tidak mengalami
perubahan bentuk / deformasi yang berarti, sehingga tidak membuat
struktur sia-sia.
9

3. Syarat Stabilitas, yang berarti bahwa balok bekisting dan tiang/perancah


tidak runtuh tiba-tiba akibat gaya yang bekerja.
Selain itu, perencanaan dan desain bekisting harus memenuhi aspek bisnis dan
teknologi sehingga pertimbangan –pertimbangan di bawah ini setidaknya harus
terpenuhi:
1. Aspek bisnis, yaitu dengan biaya yang efisien, tetapi tetap
mempertimbangkan mutu pekerjaan.
2. Aspek teknologi, agar dapat dilaksanakan dengan mudah dengan tetap
memepertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, serta tidak
mengurangi kualitas beton yang dihasilkan
3. Aspek manajemen, dapat diselesaikan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan schedule pekerjaan secara keseluruhan.
Secara keseluruhan ada beberapa hal yang harus dipenuhi dalam pekerjaan
bekisting, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor ekonomis
2. Kekuatan bekisting
3. Ketahanan bentuk bekisting
4. Memenuhi persyaratan permukaan yang diminta
5. Mudah saat pemasangan dan pembongkaran
6. Tidak bocor saat pengecoran dan setelah pengecoran

2.1.4 Jenis-jenis Bekisting


Saat ini di Indonesia pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi terdapat 3 jenis
bekisting yang sering digunakan yaitu: bekisting konvensional, semi sistem dan
sistem. Pemilihan jenis bekisting yang akan digunakan merupakan suatu
keputusan yang penting pada pekerjaan konstruksi karena bekisting dapat
mempengaruhi biaya, waktu pekerjaan dan kualitas konstruksi yang dihasilkan.
Berikut pengertian dari masing-masing bekisting.
a) Bekisting Konvensional
Menurut (Latip. Abdulah, 2019) pengertian dari bekisting konvensional
adalah bekisting yang terdiri dari penggabungan bahan bahan seperti kayu papan
dan kayu kaso sebagai penguat. Bekisting konvensional ini adalah bekisting yang
10

setiap kali setelah dilepas dan dibongkar menjadi bagian-bagian dasar dan dapat
disusun kembali menjadi sebuah bentuk lain. Penggunaan material pada bekisting
konvensional ini hanya dapat digunakan beberapa kali pengulangan dan untuk
konstruksi yang rumit harus banyak diadakan penggergajian sehingga pelaksanaan
jenis bekisting ini akan memakan waktu, bahan, dan ongkos kerja.
Contoh bekisting konvensional dapat dilihat pada Gambar 2.1. penggunaan
bekisting konvensional pada pekerjaan dinding basement (retaining wall),
penggunaan bekisting ini hanya terbatas dari material yang digunakan seperti:
papan kayu atau plywood, balok kayu, kayu kaso dan dolgen yang dirangkai
menjadi satu bentuk bekisting konvensional. Sehingga penggunaan bahan
pembuat bekisting konvensional akan cepat rusak apabila penggunaan relative
besar. Jika penggunaan bekisting pada bentuk yang rumit akan lebih
membutuhkan bahan yang lebih banyak karena akan banyak terjadi penggergajian
atau pemotongan yang dilakukan sehingga biaya investasi dapat membengkak
oleh karena banyaknya bagian bagian yang hilang akibat pemotongan dan limbah
yang dihasilkan cukup banyak. Namun jika dibandingkan dengan menggunakan
bekisting semi sistem, bekisting konvensional lebih efesien digunakan pada
pekerjaan yang bentuk nya cukup rumit, sedangkan bekisting konvensional
kurang efektif digunakan pada pekerjaan dengan bentuk struktur dengan
ketinggian > 4m karena kayu yang biasa dijual dipasaran berukuran 4m.

Gambar 2.1 gambar bekisting dinding dengan metode konvensional


(sumber: sibima.pu.go.id)
11

Keunggulan bekisting konvensional adalah:


1. Material yang digunakan mudah dicari
2. Harga bahan yang digunakan lebih murah
3. Pekerja yang mengerjakan tidak memerlukan tenaga yang ahli
Kekurangan bekisting konvensional adalah:
1. Material kayu yang digunakan tidak awet untuk dipakai berulang-ulang
kali
2. Waktu yang diperlukan pada saat pemasangan dan pembongkaran
bekisting menjadi lebih lama
3. Banyak menghasilkan sampah pada saat pemasangan dan pembongkaran
bekisting seperti sisa potongan kayu dan paku
4. Bentuknya yang dihasilkan tidak presisi

b) Bekisting Semi Sistem


Bekisting semi sistem merupakan bekisting yang bahan pembuatanya
menggunakan dua bahan yang berbeda, penggunaan bahan seperti tie road,
scaffolding sebagai penyangga panel bekisting dan baja kanal C sebagai tiang
bekisting, agar bekisting yang digunakan menjadi lebih kuat, bahan yang
digunakan pada bekisting semi sistem menggunakan material yang lebih kuat dan
tahan lama dari bahan yang digunakan pada bekisting konvensional, sehingga
dapat digunakan berulang-ulang dan membuat biaya pada pekerjaan bekisting
menjadi lebih murah.
Menurut (Pratama, dkk,2017) dengan berbagai kekurangan metode
bekisting konvensional tersebut maka di rencanakanlah sistem bekisting semi
sistem yang terbuat dari plat baja atau besi Hollow.
 Kelebihan penggunaan bekisting semi sistem adalah tahan lama dan lebih
murah, serta pada pelaksanaan pekerjaan bekisting lebih cepat
 Kekurangan penggunaan bekisting semi sistem adalah memerlukan area
untuk pabrikasi bekisting, dan memerlukan bahan yang lebih banyak
Menurut (Trijeti,2013) bekisting semi sistem adalah bekisting yang bahan
dasar pembuatan bekisting dapat disesuaikan dengan konstruksi beton, sehingga
12

bekisting dapat digunakan berulang apabila konstruksi beton itu sendiri tidak
terjadi perubahan bentuk maupun ukuran.
Pertimbangan penggunaan bekisting semi sistem adalah apabila struktur yang
digunakan pada pekerjaan konstruksi memiliki bentuk dan ukuran yang sama
sehingga penggunaan bekisting semi sistem dapat digunakan berulang. Bekisting
semi sistem merupakan bekisting yang dikembangkan dari bekisting konvensional
dengan tujuan mendapatkan bekisting yang lebih kuat, lebih murah serta waktu
pengerjaan bekisting yang lebih cepat dibandingkan bekisting konvensional.
Namun jika bentuk struktur yang akan dibuat cukup rumit dan banyak terjadi
pemotongan bahan seperti: potongan baja akibat tinggi bikisting yang akan dibuat
tidak sama maka bekisting kurang efisien dari segi biaya karena harga baja yang
cukup mahal dan bisa menjadi limbah pekerjaan bekisting semi sistem.
Menurut (F. Wigbout, 1997) bekisting semi sistem adalah sebuah bekisting
yang dirancang pada satu proyek, yang ukurannya disesuaikan pada bentuk
struktur beton yang akan dicetak. Biasanya bekisting setengah sistem terdiri dari
elemen elemen yang lebih besar, yang dibuat oleh pihak pemborong atau dari
pabrik penyedia jasa pembuatan bekisting.

Gambar 2.2 gambar bekisting dinding dengan metode semi sistem


(sumber: dokumentasi penulis)
13

2.1.5 Material penyusun bekisting


1. Bekisting Konvensional
menggunakan material kayu ini dalam proses pengerjaannya dipasang dan
dibongkar pada bagian struktur yang akan dikerjakan. Metode bekisting yang
biasanya digunakan pada bangunan dengan material utama beton, adalah metode
bekisting konvensional. Bahan yang digunakan pada bekisting konvensional
diantaranya:
a) Balok kayu ukuran 5/7 dan 5 /10
b) Plywood dengan tebal 15 mm
c) Minyak bekisting
d) Separator/Track stank
e) Plastic cones
f) Pipa PVC ¾” atau ½”
g) Form tie
h) Paku ukuran 5 cm, 7 cm, dan 10 cm
Material yang digunakan mudah didapat tetapi masa pemakaiannya lebih pendek
dikarenakan penyusutan yang besar. Ini mengharuskan pembelian material
berulang kali. Selain itu dalam pengerjaannya harus dipasang dan dibongkar atau
dibuat pada setiap elemen struktur yang membutuhkan tenaga kerja yang kurang
terampil. Sehingga pengerjaan dengan metode ini memerlukan waktu dan biaya
pengerjaan yang cukup besar.
2. Bekisting semi sistem
Bekisting semi sistem menggunakan material yang digunakan jauh lebih
awet dan tahan lama dibandingkan dengan bekisting konvensional seperti:
a) Papan multipleks tebal minimal 9mm
b) Klem bekisting
c) Perancah kayu 5/ atau scaffolding
d) Baja profil
e) Baja Hollow
f) Tie Rod
Bekisting semi sistem merupakan perkembangan dari bekisting
konvensional, peningkatan kualitas bekisting semi sistem dari bekisting
14

konvensional membuat bekisting semi sistem dapat dilakukan penggunaan


berulang-ulang pada bekisting itu sendiri.

2.1.6 Metode pelaksanaan bekisting


1. Bekisting konvensional
a) Pekerjaan Persiapan
Sebelum memulai pekerjaan bekisting dinding maka yang perlu dilakukan
adalah:
- Penentuan rangka panel dan sistem panel yang akan dipakai, tergantung
kondisi dilapangan (ada tidaknya alat bantu)
- Jarak rangka tiang panel disesuaikan (maksimum jaraknya 25 cm)
- Setelah panel dirangkai, baru ditutup dengan plywood tebal 15 mm,
masing-masing panel terdiri dari 1 lembar plywood
- Panel bekisting dinding dipabrikasi sesuai kebutuhan (sesuai RAP)
kemudian panel yang telah ditumpuk dengan rapi.

b) Penyetelan Panel Dinding


- Sebelum penyetelan bekisting dinding, pertama-tama di check
mengenai markingan bekisting dinding dan panjangnya (yang telah
dibuat oleh surveyor/Main Kontraktor). Setelah sesuai baru dipasang
sepatu dinding. Adapun mengenai sepatu bekisting dinding dilakukan satu
persatu (dilakukan pada satu sisi diselesaikan terlebih dahulu).
- Selanjutnya pemasangan Separator/Track Stank pada setiap lubang yang
sudah disiapkan untuk separator harus dilengkapi dengan plastic cones dan
form tie nya.
- Setelah semua terpasang, dimana sisi yang sudah terpasang sudah di lot.
- Lalu dilakukan pemasangan pada sisi yang satunya lagi, tinggal mencoba
lubang yang sudah disiapkan dengan separator/ trek stank yang sudah
terpasang
- pada pemasangan bekisting dinding ini perlu diperhatikan pada
sambungan antar panel dinding harus benar benar rapat.
15

- Setelah panel bekisting terpasang, maka panel dirangkai dengan balok


5/10 x 4m untuk tempat dudukan support nantinya. Dipasang pipa support
pada form tie yang sudah terpasang.
- Kemudian dipasang pipe support untuk membuat ketegakkan dinding
sesuai gambar kerjanya, jarak support adalah 61cm.
c) Pengecekan Bekisting Dinding
- Untuk pengecekan bekisting dinding dapat dimulai dari bawah dari
pinjaman yang ada, kalau sudah ok baru di lot dari atas.
- Kemudian diatur sedemikian rupa sehingga dinding menjadi lot pada dua
sisi.
- Setelah lot, baru form tie dikencangkan demikian juga pipe supportnya.
- Untuk kelurusan arah memanjang digunakan benang 2 (dua) buah
d) Pembongkaran Bekisting Dinding
- Pembongkaran bekisting dinding dilakukan setelah 12 jam dari pekerjaan
pengecoran dilakukan atau tergantung pada pengawas lapangan (biasanya
paling lambat setelah berumur 24 jam).
2. Metode pelaksanaan pekerjaan Bekisting semi sistem menurut (PT. Aditama
Wahana Tata (KSO))
A. Fabrikasi bekisting
a) Membuat panel bekisting kolom balok dan plat lantai yang sesuai
dengan bentuk dan ukuran pada gambar
b) Bekisting harus memiliki konstruksi yang rapi dan dapat dibongkar
pasang dengan mudah. Selain itu juga harus dapat dipindahkan
dengan kokoh.
c) Bekisting harus memiliki permukaan yang rata dan rapat
B. Marking letak bekisting
a) Marking titik as dinding dengan theodolit. Untuk as kolom vertikal
ditentukan berdasarkan as kolom pada lantai dibawahnya.
C. Pemasangan bekisting
 Memasang baja profil long bar dan crossbar sebagai pengaku panel
bekisting dan ditempatkan pada garis marking kolom atau dinding
 Sambungan antar panel menggunakan tie-rod
16

 Menegakkan panel bekisting yang sudah tersambung dengan


memasang adjustable brace untuk mengukur kevertikalan dan
kekuatan bekisting
 Sambungan antar panel yang renggang ditutup dengan tape agar
kedap air
 Posisi as kolom harus sentris dengan kolom lantai di bawahnya.
Perlu dilakukan pengecekan kelurusan dengan benang atau unting
unting.
 Pemeriksaan kelurusan as kolom dilakukan dengan menempatkan
theodolite pada titik kontrol tersebut.

2.2 Perhitungan kekuatan bekisting


Kekuatan bekisting terletak pada tiang-tiang bekisting dan gelajar horizontal
yang digunakan dan dipasang dengan jarak yang sesuai pada pekerjaan bekisting,
agar saat pekerjaan pengecoran kemungkinan pergeseran atau kemungkinan
terburuk yang akan terjadi dari konstruksi bekisting adalah runtuh nya konstruksi
tersebut. Dampak dari kegagalan konstruksi tersebut membuat sebuah kerugian
bagi kontraktor dan juga memperlambat pekerjaan sehingga perlu perencanaan
yang tepat pada pekerjaan bekisting.
Dari rancangan bekisting telah di ditentukan jarak antar tiang dan jarak antar
gelagar yang selanjutnya akan diaplikasikan pada bekisting tersebut akibat getaran
yang ditimbulkan oleh vibrator pada saat pemadatan beton. Dengan demikian
sebuah bekisting harus diperhitungkan terhadap kekuatan, kekakuan, dan
kestabilan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan bekisting
 Mortar beton, berat volume, plastisitas, dan kecepatan pengerasan
 Proses pengecoran, temperatur lapangan, kecepatan pengecoran, metode
kerja, serta pemadatan.
 Bekisting, tinggi, bentuk, dan dimensi
 Kondisi tulangan: jarak, dan besar tulangan
Bekisting direncanakan dan dibuat sedemikian rupa, sehingga semua beban
yang terjadi dapat diserap dengan cukup aman. Faktor-faktor yang harus
17

diperhitungkan dalam merencanakan dalam konstruksi bekisting (F.wigbout,


1997)
 Kekakuan
 Kekuatan
 Kestabilan bagian-bagian bekisting dan kestabilan konstruksi yang
bersangkutan secara keseluruhan serta harus pula dicegah saling bergesernya
bagian-bagian tersebut.
Sehingga perhitungan kekuatan diperlukan dalam konstruksi bekisting kekuatan
bekisting dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan kontrol geser pada
tiangan bekisting dan gelagar bekisting yang disesuaikan dengan standar
perhitungan yang ada
Rumus perhitungan kontrol tiang
- Kontrol tegangan geser tiang
- Tekanan maksimum antar tiang bekisting
Tmt = Lt x Lp x pbeton
Dimana:
Tmt = Tekanan maksimum tiang bekisting (kN)
Lt = Jarak antar tiang vertikal bekisting (m)

Lp = Jarak antar gelagar horizontal bekisting (m)


Pbeton = Modulus Elastisitas Kayu (kN/m2)
- Tekanan maksimum antar gelagar horizontal

Tmp = x Tmt
Dimana:
Tmp = Tekanan maksimum antar gelagar horizontal bekisting (kN)
Tmt = Tekanan maksimum tiang bekisting (kN)

Maka besar tegangan geser yang terjadi

F = 1,5 x
Dimana:
F = tegangan geser yang terjadi (N/m2)
Tmp = Tekanan maksimum antar gelagar horizontal bekisting (kN)
18

b = Lebar kayu (mm)


h = Tebal kayu (mm)
- Kontrol tegangan tekanan antar tiang dan perangkai
R = Lt x Lp x pbeton

σ ⟘ =

Dimana:
R = tegangan antar tiang dan gelagar (kN)
Lt = Jarak antar tiang vertikal bekisting (m)

Lp = Jarak antar gelagar horizontal bekisting (m)


Pbeton = Modulus Elastisitas Kayu (kN/m2)
σ ⟘ = Tegangan ijin antar tiang dan gelagar (kN/mm2)

- Kontrol tegangan geser dalam perangkai


𝑉= x∅ xσ

Dimana:
V = Kekuatan pen pusat (N)
∅ = Diameter besi (mm)
σ = Tegangan Tarik baja (N/mm2)
Maka besar tegangan geser dalam perangkai
,
τ=

Dimana:
𝜏 = Tegangan geser ijin (kg/m2)
Vmaks = Jarak antar tumpuan (m)
A = Luas Penampang Kayu (mm2)
- Kontrol kekuatan bekisting semi sistem
1. Tahanan Lentur
𝜎= < 0,9 𝑓

Dimana
𝜎 = Tegangan yang terjadi pada Profil Baja (N/mm2 atau MPa)
Mx = Momen Maksimum yang terjadi (N.mm)
19

Wx = Momen Lawan Profil Baja (mm3)


2. Tahanan Geser
𝜎= < 0,75 𝑓

Dimana
Vx = Gaya Geser Maksimum (N)
A = Luas Penampang web Profil Baja CNP (mm2)
3. Kontrol Lendutan
 Lendutan ijin
𝑓 =

Dimana
L = Panjang Bentang (mm)

 Lendutan Maksimum

𝑓 =

Dimana
L = Panjang Bentang (mm)
I = Momen Inersia (mm)
W = Pembebanan (kN/m)
E = Modulus Elastisitas (MPa)

2.3 Estimasi Biaya Bangunan


Estimasi biaya bangunan pada pekerjaan konstruksi merupakan unsur utama
dan perlu di pertimbangkan dalam perencanaan pekerjaan konstruksi, biaya
pekerjaan konstruksi bisa dikendalikan karena unsur utama dalam rencana
anggaran biaya konstruksi adalah biaya material, biaya upah, dan biaya sewa alat
yang digunakan. Sehingga dari 3 faktor tersebut telah dikendalikan maka biaya
dari pekerjaan konstruksi menjadi lebih kecil.
Menurut Edward G Nawy (1997:7) besaran biaya bekisting berkisar antara
35% sampai 60% dari total biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan struktur beton
pada pekerjaan konstruksi. Akibat besarnya biaya yang dibutuhkan untuk
pekerjaan bekisting sehingga pihak engineer menggunakan bekisting dengan
20

biaya pekerjaan lebih efisien. Ada beberapa pertimbangan yang dijadikan acuan
dalam penentuan konstruksi bekisting yang ekonomis:
 Biaya dan kemungkinan terhadap penyesuaian material yang telah
ada dibandingkan dengan membeli atau menyewa material yang
baru.
 Biaya dari tingkat kualitas material yang lebih tinggi dibandingkan
dengan tingkat yang rendah plus keahlian pekerja yang lebih baik
dalam peningkatan kualitas dan kegunaan.
 Pemilihan terhadap material yang lebih mahal sehingga dapat
menghasilkan daya tahan dan kapasitas penggunaan dibandingkan
dengan material yang lebih murah dengan tingkat penggunaan
yang lebih pendek.
 Penyetelan di lokasi dibandingkan dengan penyetelan di toko atau
pabrik; hal ini tergantung dari kondisi serta lahan yang tersedia,
ukuran besar kecilnya proyek, jarak tempat penyetelan, dan lain
sebagainya.
Estimasi biaya pada bangunan yang sama akan berbeda di setiap daerah
dikarenakan perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja, dalam menyusun
rencana anggaran biaya diperlukan gambar-gambar bestek serta rencana kerja,
daftar kerja, daftar upah, daftar harga bahan, analisa harga satuan pekerjaan, dan
volume pekerjaan.
Adapun tahapan penyusunan rencana anggaran biaya:
1. Perhitungan volume pekerjaan
Perhitungan volume pekerjaan dapat dihitung dari luas pekerjaan yang telah
ditentukan pada gambar kerja (Shop Drawing) serta besaran teknik yang telah
ditentukan sebelumnya.
2. Harga bahan dan upah
Harga bahan dan upah dalam suatu pekerjaan konstruksi dapat ditentukan
dengan melihat tabel harga bahan atau material yang didapat di pasaran atau bisa
melihat tabel daftar harga satuan bahan yang terdapat di dinas pekerjaan umum
yang ada di masing-masing daerah kemudian dapat dijadikan daftar harga bahan,
sedangkan harga atau biaya upah dapat dilihat berdasarkan harga upah pekerja di
21

lokasi atau wilayah setempat yang dikumpulkan menjadi daftar harga upah
pekerja. Begitupun dengan harga sewa atau beli alat yang diperlukan untuk
menunjang kegiatan konstruksi yang akan dilaksanakan.
3. Analisa satuan pekerjaan
Analisa satuan pekerjaan (AHSP) merupakan perhitungan biaya pekerjaan
konstruksi, perhitungan satuan pekerjaan dapat dihitung dengan perkalian antara
kebutuhan material, pekerja, kebutuhan alat, harga bahan bangunan, standar upah
pekerja, harga sewa/beli alat yang digunakan untuk menyelesaikan satuan
pekerjaan
Pengendalian harga satuan pekerjaan dari besarnya harga atau kebutuhan
material yang digunakan dalam proses konstruksi dapat dikendalikan dengan nilai
atau koefisien sebagai acuan perhitungan besarnya nilai satuan bahan, nilai satuan
alat, nilai satuan upah tenaga kerja, atau nilai satuan lain dalam perencanaan harga
satuan pekerjaan dan dapat dirumuskan pada perhitungan dibawah ini:
Upah = harga satuan upah × koefisien (Analisa upah)
Bahan = harga satuan bahan × koefisien (Analisa bahan)
Alat = harga satuan alat × koefisien (Analisa alat)
Jadi Harga Satuan Pekerjaan merupakan hasil dari penjumlahan antara Upah,
Bahan, dan Alat
Tabel 2.1 Contoh perhitungan Analisa harga satuan pekerjaan

(Sumber: SNI AHSP Cipta Karya Permen PUPR No.28 2016)


22

4. Menentukan Estimasi Biaya Bangunan

Setelah harga satuan pekerjaan ditentukan kemudian dapat menyusun daftar


pekerjaan untuk menentukan rencana anggaran biaya pada pekerjaan Retaining
Wall yang akan dilaksanakan. Harga jenis pekerjaan pada estimasi biaya dapat
ditentukan dengan perkalian antara harga satuan pekerjaan dengan volume
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Tabel 2.2 Contoh perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB)

2.4. Efisiensi waktu


Menurut Soeharto (1995), sasaran adalah tujuan yang spesifik dimana
semua kegiatan ditujukan dan diusahakan untuk dapat mencapainya. Dalam
proses mencapai tujuan tersebut terdapat tiga sasaran pokok, yaitu besarnya biaya
anggaran yang dialokasikan, jadwal kegiatan, dan mutu yang harus dipenuhi
untuk mencapai suatu keberhasilan proyek
Efisiensi adalah suatu cara yang digunakan dalam menentukan suatu pilihan
untuk mencapai suatu tujuan, sehingga efisiensi dapat menentukan suatu
keberhasilan dari segi tercapai atau tidaknya tujuan yang telah ditetapkan sepeti
biaya dan waktu. Jika hasil yang didapat semakin mendekati tujuan dicapai maka
semakin besar nilai efektifitasnya.

Waktu atau jadwal merupakan salah satu unsur utama dalam pekerjaan
konstruksi. Keterlambatan waktu dalam pekerjaan konstruksi dapat menyebabkan
23

berbagai macam kerugian antara lain penambahan biaya yang diakibatkan karena
durasi waktu pekerjaan terlalu lama, denda akibat keterlambatan dari waktu yang
telah ditentukan dalam kontrak, beberapa faktor keterlambatan itu semuanya akan
mempengaruhi pada biaya proyek keseluruhan dan berpengaruh langsung pada
arus kas proyek tersebut (Hermawan dkk, 2007).
Efisiensi waktu adalah kemampuan dalam memilih sarana dan prasarana
yang akan digunakan dalam pekerjaan konstruksi sehingga dapat memperkecil
durasi waktu dalam pekerjaan. Dalam pekerjaan konstruksi durasi waktu
pekerjaan berperan penting dimana pada suatu pekerjaan konstruksi dibatasi oleh
tiga faktor yaitu: biaya, waktu, dan mutu, dari ketiga faktor tersebut saling
berkaitan. Pada pekerjaan konstruksi terdapat kontrak kerja dimana dalam kontrak
tersebut lama waktu pekerjaan telah ditetapkan apabila waktu dalam pekerjaan
konstruksi melampaui dari waktu yang telah ditetapkan pada kontrak maka pihak
kontraktor akan mendapat denda keterlambatan pekerjaan. Sehingga efektifitas
waktu pekerjaan merupakan unsur penting dalam suatu pekerjaan konstruksi
sehingga lama waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan dapat
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan pada kontrak.
Efisiensi waktu dalam pekerjaan konstruksi berperan penting, dimana
pekerjaan konstruksi dibatasi oleh biaya, waktu, dan mutu, dari ketiga aspek
tersebut saling berkaitan, Menurut Schwalbe yang dikutip dari buku Dimyati &
Nurjaman (2014:21). Sehingga waktu menentukan keberhasilan dari suatu proyek
konstruksi dan waktu juga dapat membuat biaya proyek bertambah besar yang
membuat kerugian pihak kontraktor.
Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi cepat atau
terlambatnya waktu penyelesaian dari pekerjaan bekisting (Wahyudi, 2019) yaitu:
1. Faktor kondisi lapangan
Contohnya pada pekerjaan bekisting dimana kondisi lantai bertingkat rendah
tentunya berbeda dengan kondisi pekerjaan pada lantai bertingkat tinggi. Faktor
kesulitan dalam pengerjaan bekisting ini sangat menentukan waktu penyelesaian
kerja.
24

2. Faktor keterampilan (skill) tukang Keterampilan setiap tukang pasti akan


berbeda, banyak hal yang mempengaruhinya; kondisi fisik, umur, pengalaman
kerja pengawasan dan intelegensi.
3. Faktor ketersediaan material dan alat bantu Apabila material dan alat bantu
tersedia maka pekerjaan lebih cepat selesai, hal sebaliknya akan terjadi kendala
apabila tidak ada material dan alat bantu.
4. Pemilihan Metode yang digunakan, pemilihan metode yang tepat dapat
membuat pekerjaan menjadi lebih cepat selesai.

2.4.1 Rumus Menentukan Produktivitas Pekerjaan


Produktivitas pekerjaan merupakan perhitungan waktu efektif yang
diperlukan pada pekerjaan serta menghitung koefisien pekerja yang nantinya
digunakan pada perhitungan rencana anggaran biaya. Untuk koefisien pekerja
dapat dihitung dalam per jam pekerjaan atau dalam satu hari kerja yang nanti nya
dapat disesuaikan dengan harga upah yang ada.
Dari volume pekerjaan didapat nilai produktivitas harian dengan satuan
(m²/hari) untuk pekerjaan bekisting, (kg/hari) untuk pekerjaan pembesian, dan
(m³/hari) untuk pekerjaan pengecoran beton.
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan disusun dalam
tabel, kemudian dianalisis:
a) Menghitung time factor untuk setiap pekerja.
Time factor ditentukan untuk mengetahui besar waktu produktif tenaga kerja.
Menurut G.D Oberlender dan R. L. Peurifoy (1989) yang dikutip dari jurnal
Messah, Y., Dkk (2013:50) waktu efektif pekerja dalam satu jam adalah 45
menit. Oleh karena itu faktor waktu yang digunakan peneliti dalam penelitian
ini adalah
𝟒𝟓 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕
𝑾𝒂𝒌𝒕𝒖 𝑬𝒇𝒆𝒌𝒕𝒊𝒇 = 𝟎, 𝟕𝟓 𝒙 𝒅𝒖𝒓𝒂𝒔𝒊 𝒑𝒆𝒌𝒆𝒓𝒋𝒂
𝟔𝟎 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕
b) Menentukan koefisien tenaga kerja.
Koefisien tenaga kerja ditentukan untuk mengetahui jumlah tenaga kerja dan
waktu yang digunakan untuk menyelesaikan satu item pekerjaan dengan
volume tertentu.
25

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒆𝒏𝒂𝒈𝒂 𝒌𝒆𝒓𝒋𝒂 𝒙 𝒅𝒖𝒓𝒂𝒔𝒊 𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒕𝒊𝒇 𝒑𝒆𝒌𝒆𝒓𝒋𝒂𝒂𝒏


𝑲𝒐𝒆𝒇𝒊𝒔𝒊𝒆𝒏 𝒎𝒂𝒏 𝒉𝒐𝒖𝒓 =
𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑷𝒆𝒌𝒆𝒓𝒋𝒂𝒂𝒏
Upah tenaga kerja yang dibayarkan terhitung dalam satuan hari tidak hanya
untuk waktu produktifnya saja tetapi juga untuk waktu non produktifnya,
maka perlu diketahui koefisien man day dari tenaga kerja, yaitu:
𝑲𝒐𝒆𝒇𝒊𝒔𝒊𝒆𝒏 𝒎𝒂𝒏 𝒉𝒐𝒖𝒓
𝑲𝒐𝒆𝒇𝒊𝒔𝒊𝒆𝒏 𝒎𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒚 =
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒋𝒂𝒎 𝒌𝒆𝒓𝒋𝒂 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝟏 𝒉𝒂𝒓𝒊

2.4.2 Menetukan durasi pekerjaan


Durasi pekerjaan merupakan lama waktu yang diperlukan dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan, hasil analisa produktivitas waktu digunakan
dalam perancangan time schedule sehingga lama waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan seluruh pekerjaan dapat dihitung berdasarkan durasi masing-
masing pekerjaan.
Untuk menentukan perkiraan durasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
satu pekerjaan bergantung pada beberapa hal berikut ini
1. Jumlah pekerjaan
2. Jenis pekerjaan
3. Jenis dan jumlah sumber daya yang tersedia untuk digunakan
4. Apakah pekerjaan akan diselesaikan dalam satu Shift atau banyak Shift atau
lembur
5. Lingkungan yang mempengaruhi pekerjaan
6. Metode konstruksi
7. Batas waktu proyek
Metode yang digunakan untuk menghitung durasi waktu pekerjaan yaitu
dengan metode Barchart (bagan balok), dalam dunia konstruksi teknik
penjadwalan atau perhitungan durasi waktu pekerjaan yang paling sering
digunakan. Barchart atau Diagram Batang atau Bagan Balok. Barchart adalah
sekumpulan aktivitas yang ditempatkan dalam kolom vertikal, sementara waktu
yang ditempuh ditempatkan dalam baris horizontal. Perkiraan waktu mulai dan
selesai dapat ditentukan dari skala waktu horizontal pada bagian atas bagan.
Panjang dari balok menunjukkan durasi dari aktivitas dan biasanya aktivitas-
aktivitas tersebut disusun berdasarkan kronologi pekerjaannya (Callahan, l992)
26

Tabel 2.3 Contoh Diagram Barchart

Menghitung kebutuhan dan jadwal tenaga kerja


Barchart dapat digunakan dalam menentukan jumlah kebutuhan tenaga kerja
pada pada pekerjaan konstruksi di proyek konstruksi. Yang dimaksud dari tenaga
kerja di sini adalah besarnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan satu bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan (Ibrahim,
2008).
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk satu pekerjaan dapat dihitung
dengan perkalian antara koefisien pekerja dan volume pekerjaan yang didapat dari
AHSP yang ada pada estimasi biaya bangunan.
Jadi jumlah pekerja yang dibutuhkan = Koefisien pekerja x volume
Tabel 2.4 Contoh perhitungan jumlah pekerja dan durasi waktu

Koefisien pekerja mempunyai pengertian bahwa Pekerja bekerja bersama-


sama dengan Mandor akan menghasilkan 1m3 galian tanah dalam satu hari untuk
kegiatan suatu proyek maka harus dicari masing-masing jumlah tenaga kerja pada
27

setiap kegiatan dan dibuat rekapitulasinya. Selanjutnya data pada tabel kebutuhan
tenaga kerja dipindahkan ke barchart untuk mendapatkan jumlah tenaga kerja
pada setiap periode waktunya
BAB III
METODE PENELITIAN DAN ANALISA

3.1 Rancangan Penelitian


Pada penelitian ini akan menganalisis kontrol kekuatan beksiting, efisiensi
estimasi biaya bangunan dan efisiensi durasi waktu pelaksanaan pekerjaan
bekisting retaining wall dengan menggunakan bekisting konvensional dan
bekisting semi sistem.
3.1.1 Diagram Alir Penelitian
Dalam pengerjaan penelitian ini yang membahas tentang perbandingan
pekerjaan bekisting Retaining Wall menggunakan bekisting konvensional dan
bekisting semi sistem, maka perlu dilakukan prosedur yang jelas guna
memperoleh hasil yang lebih baik.
Pengamatan dilaksanakan pada pekerjaan bekisting retaining wall di Proyek
Renovasi Gedung F Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, ketika
observasi di lapangan pekerjaan yang diamati yaitu pelaksanaan pekerjaan
bekisting retaining wall dengan menggunakan bekisting semi sistem sehingga
data untuk bekisting semi sistem menggunakan data berdasarkan pengamatan di
lapangan dan data yang didapat dari proyek tersebut. Berikut diagram alir pada
penelitian ini.

Mulai

Menentukan data-data yang


Studi Literatur dipakai dalam penelitian

Kontrol Kekuatan Bekisting

Analisis Biaya bekisting Retaining wall

Analisis waktu pekerjaan bekisting Retaining wall Perbandingan


Efektifitas

Kesimpulan dan saran


Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
Sumber: Pengolahan penulis
Selesai

28
29

3.2 Waktu dan Tempat Observasi


3.2.1 Data Proyek
Berikut ini adalah data-data umum proyek konstruksi Gedung Fakultas
Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya:
 Nama Proyek : Pembangunan Gedung F Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya
 Lokasi Proyek : Jl. M.T Haryono No. 163, Lowokwaru,
Malang - Jawa Timur
 Pemilik Proyek : Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya Malang
 Kontraktor : PT. Adhitama Wahana Tata (KSO)
 Konsultan Perencana : PT. Bhakti Teknologi Adiyasa
 Konsultan Pengawas : PT. Tiramatsi Utama
 Luas Lahan Perencanaan : ± 40.182,94 m2
 Luas Total Bangunan : ± 13.719,42 m2
 Nilai Kontrak - PPN : Rp 6.887.000.000,00
 Jumlah Lantai Bangunan : 1 basement, 3 lantai.
 Waktu Pelaksanaan : 165 hari kalender.

3.2.2 Lokasi Proyek

Gambar 3.2 Denah lokasi proyek


30

Proyek Pembangunan Gedung F Fakultas Ilmu Administrasi


Universitas Brawijaya berlokasi di Jalan M.T Haryono 163, Kota Malang, Jawa
Timur dapat diilustrasikan pada Gambar 2.1
Dan juga dapat diilustrasikan sebagai berikut:
a) Sebelah Utara : Fakultas Hukum Universitas Brawijaya
b) Sebelah Barat : Masjid Raden Patah Universitas Brawijaya
c) Sebelah Selatan : Jembatan Soekarno Hatta Kota Malang Sebelah
Timur : Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Observasi pada penelitian ini adalah pada proyek Renovasi Gedung F


Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang di Jalan M.T Haryono
163, Kota Malang, Jawa Timur dan waktu pelaksanaan penelitian dilakukan
bersamaan dengan kegiatan Praktik Industri (PI) yaitu pada 2 September 2019 –
13 November 2019 atau kurang lebih selama sembilan minggu.

3.3 Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada rancangan penelitian ini dimulai dengan
mencari data-data bangunan yang berupa shop drawing dan time schedule untuk
mengetahui pelaksanaan pekerjaan bekisting Retaining Wall, volume pekerjaan,
dan durasi pekerjaan. Kemudian data-data tersebut diolah untuk menghasilkan
perbandingan biaya dan waktu. Terdapat teknik pengumpulan data selain yang
telah disebutkan, yaitu:
a. Observasi (pengamatan)
Teknik pengamatan adalah merupakan salah satu teknik operasional
pengumpulan data dengan melalui proses pencatatan secara cermat dan
sistematis terhadap obyek (proyek) yang diamati secara langsung. Dalam
metode ini pengamatan yang dilakukan berdasarkan pengamatan obyektif
sesuai dengan fokus yang diambil yaitu pekerjaan bekisting Retaining
Wall.
b. Interview (Wawancara)
Teknik wawancara merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan bertanya secara langsung kepada pihak di lapangan, sehingga
terjadi interaksi komunikasi antara mahasiswa dengan beberapa pihak di
31

lapangan. Wawancara merupakan tanya jawab yang dilakukan antara


pihak penanya (mahasiswa) dan penjawab (instruktur lapangan), Dalam
hal ini mahasiswa hanya mengingat dan mencatat dengan baik mengenai
permasalahan yang akan ditanyakan.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini dilakukan dengan cara mengambil data proyek
dan foto obyek disesuaikan dengan pengamatan yang dilakukan. Hasil
dokumentasi dituangkan dalam laporan secara sistematis.
Setelah melakukan pengumpulan data dengan langkah-langkah di atas,
maka Proyek Akhir ini dapat dibuat secara lengkap dari data-data tersebut, yaitu
hasil pengamatan di lapangan, wawancara, dan dokumentasi berupa data proyek
dan foto yang diambil di lapangan.

3.4 Data Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada proyek Renovasi Gedung F Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya bekisting yang ditinjau pada Pekerjaan
Retaining Wall. Dalam bangunan ini akan di analisa penempatan struktur
Retaining Wall pada gedung yang sama. Untuk bekisting menggunakan bekisting
semi sistem dan konvensional yang digunakan untuk penelitian ini sebagai dasar
perhitungan adalah:
Tabel 3.1 jenis dan data penelitian
No Data Sumber Data
1 Gambar Perencanaan Proyek Yang Ditinjau
2 Penjadwalan Proyek Proyek Yang Ditinjau
3 Harga Material Proyek Yang Ditinjau
Spesifikasi Dan Perencanaan Bekisting Semi
4 Proyek Yang Ditinjau
Konvensional
Spesifikasi Dan Perencanaan Bekisting
5
Konvensional SNI 7394:2008 No.6.25
Sumber: PT. Adhitama Wahana Tata (KSO)
32

Gambar 3.3 Gambar Denah Retaining Wall


Sumber: PT. Adhitama Wahana Tata (KSO)

Gambar 3.4 Gambar potongan Retaining Wall


Sumber: PT. Adhitama Wahana Tata (KSO)
33

3.5 Teknik Analisis Data


Hasil dari pengamatan atau observasi di lapangan kemudian dikumpulkan
untuk dianalisa dan dibandingkan dengan teori maupun sumber pendukung yang
berkaitan dengan pekerjaan bekisting Retaining Wall, Rancangan Anggaran Biaya
(RAB) Pekerjaan Bekisting Retaining Wall, dan waktu pelaksanaan Pekerjaan
bekisting Retaining Wall.

3.6 Teknik Pengolahan Data


Pada subbab ini data yang didapatkan dari hasil observasi di lapangan
maupun data yang diperoleh dari pihak proyek akan dianalisa. Berikut ini
merupakan analisis yang akan dihitung yaitu menghitung analisa kontrol kekuatan
bekisting konvensional, analisa rancangan anggaran biaya pekerjaan bekisting
retaining wall dengan menggunakan bekisting konvensional dan bekisting semi
sistem serta perhitungan waktu pekerjaan bekisting retaining wall.

3.6.1 Kontrol Kekuatan Bekisting


Proses Analisis data Kontrol Kekuatan Bekisting menggunakan data hasil
observasi dengan sumber pendukung yaitu dilakukan dengan membandingkan
hasil analisis dengan syarat pekerjaan bekisting untuk menentukan kekuatan
bekisting.
Bekisting yang sering digunakan pada pekerjaan konstruksi yaitu bekisting
konvensional, bekisting semi sistem dan bekisting sistem. Bekisting yang
digunakan pada pekerjaan Retaining Wall proyek renovasi gedung F fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya adalah bekisting semi sistem. Maka dari itu
penelitian ini akan menghitung kekuatan bekisting konvensional dengan data yang
sama pada pekerjaan Retaining Wall Pada Proyek Renovasi Gedung F Fakultas
Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
Analisa kontrol kekuatan bekisting dapat ditentukan dengan cara
perhitungan dengan menggunakan rumus kontrol kekuatan kemudian hasil dari
analisis akan dibandingkan dengan syarat kekuatan bekisting. Pada bekisting
konvensional dilakukan perhitungan kontrol kekuatan dikarenakan bekisting ini
34

tidak digunakan pada pekerjaan retaining wall di proyek renovasi Gedung F


Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
Untuk kontrol kekuatan ini dilakukan untuk menghitung kontrol kekuatan
pada bekisting konvensional saja, dikarenakan untuk bekisting konvensional tidak
digunakan pada pekerjaan bekisting retaining wall di proyek renovasi gedung F
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Sehingga diperlukan kontrol
kekuatan dan untuk data yang akan digunakan pada bekisting konvensional
menggunakan data yang sama pada pekerjaan bekisting retaining wall yang
menggunakan bekisting semi sistem pada proyek renovasi gedung F Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya, data yang digunakan dapat dilihat pada tabel
3.2.
Sedangkan untuk bekisting semi sistem tidak dilakukan kontrol kekuatan
karena berdasarkan hasil pengamatan dilapangan pada pelaksanaan pekerjaan
retaining wall dengan menggunakan bekisting semi sistem tidak mengalami
masalah sehingga bekisting semi sistem ini sesuai dengan syarat yang ada.
Tabel 3.2 Data Dimensi Bekisting Retaining Wall
Jarak Material Bekisting
pasang Jarak Pasang
Jenis
tiang Gelagar
Pekerjaan Tiang Gelagar Penutup
Bekisting Bekisting (cm)
(cm)
Retaining Kayu Kayu Multiplek
Wall 20 80 UK. 5/7 UK. 5/10 9 mm
Sumber: PT. Adhitama Wahana Tata (KSO)
Pada tabel 3 berisi data-data yang digunakan pada bekisting semi sistem
pada pekerjaan bekisting retaining wall di proyek renovasi gedung F Fakultas
Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya seperti: jarak pasang antar tiang
bekisting, dan jarak antar gelagar bekisting, sedangkan untuk bahan bekisting
menggunakan data dari SNI 7394:2008 No.6.25 sehingga untuk tiang bekisting
menggunakan kayu ukuran 5/7 dan untuk gelagar bekisting menggunakan balok
5/10 dan menggunakan multiplek dengan ketebalan 9 mm.

Tabel 3.3 Format Analisa Kontrol Kekuatan Bekisting


Tipe: Jenis atau tipe bekisting
35

Persyaratan Perencanaan Keterangan


Jenis (berdasarkan (berdasarkan (Memenuhi
No
Pekerjaan tabel syarat analisa Syarat)
bekisting) perhitungan)

Kekuatan Geser Jika nilai


1 2,0 N/mm2 ≥ perencanaan
Tiang
Tekanan antar lebih kecil dari
2 Tiang dan 2,5 N/mm2 ≥ nilai persyaratn
Perangkai maka bekisting
tersebut kuat
Tegangan geser
3 1,31 N/mm2 ≥
antar Perangkai
Sumber: F. Wigbout, Buku Bekisting (kotak cetak)
Untuk kontrol kekuatan bekisting menurut (F. Wigbout, Buku Bekisting
(kotak cetak)) yang dihitung yaitu: Kontrol tegangan geser tiang, Kontrol
tegangan tekanan antar tiang dan perangkai, Kontrol tegangan geser dalam
perangkai. Sehingga jika nilai dari kontrol kekuatan dari bekisting konvensional
lebih kecil bekisting dapat dinyatakan sesuai dengan syarat yang ada sehingga
bekisting bisa digunakan pada pekerjaan bekisting retaining wall.

1. Analisa kontrol kekuatan bekisting


a) Kontrol tegangan geser tiang
- Tekanan maksimum antar tiang bekisting
Tmt = Lt x Lp x pbeton
= 0,2 x 0,8 x 50
= 8 kN
- Tekanan maksimum antar gelagar horizontal
1
𝑇 = 𝑥𝑇
2
1
= 𝑥 8 𝑘𝑁
2
= 4 kN
36

- Maka besar tegangan geser yang terjadi


T
F = 1,5 x
bxh
4000
= 1,5 x
50 x 70
= 1,71 N/mm2

b) Kontrol tegangan tekanan antar tiang dan perangkai


R = Lt x Lp x pbeton
= 0,2 x 0.8 x 50
= 8 kN
- Maka besar tekanan antar tiang dan perangkai
R
σ ⟘ =
2xbxh
8000
=
2 x 50 x 50
= 1,6 N/mm2

c) Kontrol tegangan geser dalam perangkai


1
V= x∅ xσ
4
1
= x 16 x 160
4
= 10.240 N
- Maka besar tegangan geser dalam perangkai
1
1,5 x V
τ= 2
2xA
1
1,5 x x 10240
= 2
2 x 5000
= 0,768 N/mm2
Dari hasil analisa kontrol kekuatan bekisting didapat nilai kekuatan geser
tiang sebesar 1,71 N/mm2, sedangkan nilai tekanan antar tiang dan perangkai
sebesar 1,6 N/mm2, untuk tegangan geser antar Perangkai didapat nilai sebesar
0,768 N/mm2. Dari hasil analisa kontrol kekuatan nilai untuk semua item yang
37

dihitung akan dimasukkan kedalam tabel analisa kontrol kekuatan bekisting yang
nantinya akan dicocokkan dengan syarat bekisting konvensional menurut (F.
Wigbout, Buku Bekisting (kotak cetak))
Tabel 3.4 Analisa Kontrol Kekuatan Bekisting
Tipe: Jenis Bekisting
Keterangan
No Jenis Persyaratan Hasil
Sesuai/Tida
Analisa Kekuatan Analisa
k Sesuai
1 Kekuatan Geser
2,0 N/mm2 ≥ 1,71 N/mm2 Sesuai
Tiang
2 Tekanan antar Tiang 2,5 N/mm2 ≥ 1,6 N/mm2 Sesuai
dan Perangaki
Tegangan geser
3 dalam antar 1,31 N/mm2 ≥ 0,768 N/mm2 Sesuai
Perangkai
Persentase Kesesuaian Kontrol Kekuatan Bekisting
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖
= x 100% =. . . %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛
3
= x 100%
3
= 100%

3.6.2 Perbandingan Efisiensi Biaya Bekisting


Perbandingan Biaya Bekisting dilakukan agar mengetahui bekisting mana
yang paling efisien biaya pada pekerjaan bekisting retaining wall di Proyek
Renovasi Gedung F Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya dengan
menggunakan bekisting konvensional dan bekisting semi sistem
Perbandingan efisiensi biaya bekisting dihitung berdasarkan hasil dari
analisis rancangan anggaran biaya antara bekisting konvensional dan bekisting
semi sistem, setelah estimasi biaya untuk kedua bekisting diketahui maka dapat
dihitung perbandingan efisiensi biaya bekisting retaining wall.
Untuk analisa estimasi biaya dilakukan perbandingan antara biaya
pekerjaan bekisting semi sistem dan bekisting konvensional dengan data yang
sama pada pekerjaan Retaining Wall Pada Proyek Renovasi Gedung F Fakultas
Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. sebelum menghitung rancangan
anggaran biaya maka yang dihitung terlebih dahulu yaitu: perhitungan volume
bahan, dan perhitungan durasi waktu pekerja.
38

a) Perhitungan Volume Bahan


Untuk perencanaan bekisting retaining wall direncanakan 2 kali pakai
sehingga untuk volume bekisting dibagi 2 dan untuk perhitungan volume
bekisting, mencari luas dari pekerjaan bekisting. Berdasarkan hasil observasi
pelaksanaan pembuatan dan pemasangan bekisting pada pekerjaan bekisting
retaining wall di Proyek Renovasi Gedung F Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya jumlah pekerja yang mengerjakan bekisting semi sistem
sebanyak 4 orang pekerja,
Sehingga untuk bekisting konvensional menggunakan jumlah pekerja yang
sama dengan jumlah pekerja pada pekerjaan bekisting retaining wall dengan
menggunakkan bekisting semi sistem. Dalam perhitungan volume bahan maka
akan dihitung terlebih dahulu seperti: perhitungan volume pekerjaan setelah
volume pekerjaan diketahui maka dapat dihitung untuk volume kebutuhan bahan
untuk bekisting konvensional dan bekisting semi sistem.

1. Perhitungan Volume Pekerjaan


Perhitungan volume dilakukan agar dapat mengetahui luasan pekerjaan yang
akan dikerjakan volume dihitung dengan perkalian antara panjang pekerjaan dan
lebar atau tinggi dinding yang akan dicor perhitungan volume menggunakan data-
data dari gambar shop drawing.
Shop Drawing dibawah merupakan gambar yang di dapat pada pelaksanaan
praktek industri yang dilaksanakan pada Proyek Renovasi Gedung F Fakultas
Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, dari gambar tersebut dapat menjadi
acuan untuk menghitung volume pekerjaan bekisting retaining wall. Sehingga
dapat diketahui volume pekerjaan bekisting retaining wall.
39

Gambar 3.5 Shop Drawing Basement


Sumber: PT. Adhitama Wahana Tata (KSO)

Gambar 3.6 Potongan Retaining Wall


Sumber: PT. Adhitama Wahana Tata (KSO)
Dari gambar shop drawing diatas maka didapatkan ukuran dimensi dari
pekerjaan bekisting Retaining Wall yang dilaksanakan pada proyek Renovasi
Gedung F Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, untuk dimensi
pekerjaan dan volume terdapat pada tabel tabel dibawah ini:
40

Tabel 3.5 Data Pekerjaan Bekisting


Ukuran
No Uraian
(m)
1 Panjang 60,85
2 Tinggi 2,2
Sumber: PT. Adhitama Wahana Tata (KSO)
Berdasarkan gambar shop drawing diatas didapat ukuran pekerjaan
bekisting retaining wall di proyek renovasi gedung F Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya didapat tinggi pekerjaan bekisting 2,2 m, namun pada
gambar diatas tinggi dinding adalah 2,6 m karena untuk balok bekisting nya
mengikuti plat lantai, sehingga untuk tinggi nya dikurangi dengan tinggi balok.
Untuk panjangnya merupakan keliling dari pekerjaan retaining wall dan didapat
panjang nya 60, 85 m.
Tabel 3.6 perhitungan volume Pekerjaan Bekisting Retaining Wall
Uraian Hasil Jumlah
No Volume
Pekerjaan (m2) Pekerja
(𝑝 𝑥 𝑙) 𝑥 2
Pekerjaan 𝐿=
1 2 133,87 4
Bekisting (60,85 𝑥 2,2) 𝑥 2
𝐿=
2
Sumber: Penulis
Hasil perhitungan volume pekerjaan bekisting retaining wall pada tabel 3
sebesar 133,87 m2 dengan panjang pekerjaan 60,85 m dan tinggi bekisting 2,2 m,
yang nantinya hasil perhitungan volume pekerjaan bekisting akan digunakan
untuk menghitung jumlah kebutuhan material bekisting.

2. Perhitungan Volume Bahan


Pehitungan volume bahan dihitung antara bahan yang digunakkan untuk
bekisting konvensional dan bekisting semi sistem agar mengetahui jumlah bahan
yang akan digunakan untuk pekerjaan bekisting retaining wall, dari kedua
bekisting ini memiliki beberapa bahan yang sama sehingga dapat dibandingkan
bekisting mana yang lebih efisien dengan bahan yang sama. Dalam perhitungan
kebutuhan bahan untuk bekisting retaining wall terdapat 2 jenis bekisting yaitu
bekisting konvensional dan bekisting semi sistem sehingga untuk perhitungan
volume bahan akan dihitung untuk masing-masing jenis bekisting.
41

1) Perhitungan Volume Bahan Bekisting Konvensional


Tabel 3.7 merupakan tabel perhitungan jumlah bahan bekisting
konvensional pada pekerjaan retaining wall, perhitungan jumlah bahan pada tabel
3 akan mengetahui jumlah bahan yang diperlukan dengan luas pekerjaan sebesar
133,87 m2. Perhitungan volume bahan dapat dicari dengan perkalian antara luas
pekerjaan dengan koefisien dari analisa harga satuan pekerjaan, untuk koefisien
bahan pada tabel 3.7 berdasarkan SNI 7394:2008 No.6.25 akan digunakan untuk
pemasangan bekisting dengan luasan sebesar 1m2 sehingga untuk mendapatkan
volume bahan total koefisien akan dikalikan dengan volume pekerjaan.

Gambar 3.7 gambar bekisting retaining wall dengan metode konvensional


(sumber: sibima.pu.go.id)

Tabel 3.7 Format Perhitungan Volume Bahan Bekisting Konvensional

Volume
Volume
No Uraian Pekerjaan Sat Kof Pekerjaan
Bahan
(m3)
1 2 3 4 5 6
I Bekisting Retaining Wall
1 Kayu Kelas III m3 0.03 133.87 4,02
2 Paku 5cm-10cm Kg 0.4 133.87 53,55
3 Minyak Bekisting Ltr 0.2 133.87 26,77
4 Balok Kayu Kelas II m3 0.02 133.87 2,68
5 Plywood tebal 9 mm Br 0.35 133.87 46,85
Dolken Kayu Galam
6 Btg 3 133.87 401,61
Ø8-10 cm Panjang 4 m
Formite/Penjaga Jarak
7 Bh 4 133.87 535,48
Bekisting
Sumber: SNI 7394:2008 No.6.25
42

Pada tabel 3.7 didapat volume bahan untuk bekisting konvensional dengan
luasan pekerjaan sebesar 133,87 m2, bahan-bahan yang dihitung meliputi: kayu
kelas III yang digunakan untuk tiang vertikal, paku, minyak bekisting, balok kayu
kelas II digunakan untuk gelagar melintang, plywood dengan ketebalan 9mm,
dolken kayu, dan formite atau penjaga jarak bekisting. Dari hasil perhitungan
volume bahan untuk bekisting konvensional akan dimasukkan kedalam tabel
rancangan anggaran biaya.

2) Perhitungan Volume Bahan Bekisting Semi Sistem


Tabel 3.8 merupakan tabel perhitungan jumlah bahan bekisting semi sistem
pada pekerjaan retaining wall, perhitungan jumlah bahan pada tabel 3 akan
mengetahui jumlah bahan yang diperlukan dengan luas pekerjaan sebesar 133,87
m2. Perhitungan volume bahan dapat dicari dengan perkalian antara luas pekerjaan
dengan koefisien dari analisa harga satuan pekerjaan yang digunakkan pada
pekerjaan bekisting retaining wall yang di dapat dari kontraktor pelaksana yaitu
PT. Adhitama Wahana Tata (KSO), untuk koefisien bahan akan digunakan untuk
pemasangan bekisting dengan luasan sebesar 1m2 sehingga untuk mendapatkan
volume total koefisien akan dikalikan dengan volume pekerjaan.

Gambar 3.8 Proses Pemasangan Baja Profil


(Sumber: Dokumentasi Penulis.,2019)
43

Gambar 3.9 Proses Pemasangan Klem dan Tie Rod


(Sumber: Dokumentasi Penulis.,2019)

Gambar 3.10 Proses Pemasangan Scaffolding dan Staging


(Sumber: Dokumentasi Penulis.,2019)

Tabel 3.8 Format Perhitungan Volume Bahan Bekisting Semi Sistem


Volume
Volume
No Uraian Pekerjaan Sat Kof Pekerjaan
Total
(m3)
1 2 3 4 5 6
I Bekisting Semi Sistem
Scaffolding dan
1 Ls 1,00 133,87 133.87
Staging
2 Plywood tebal 9 mm Lbr 0.27 133,87 36,47
3 Baja Profil kg 6.50 133,87 870,156
4 Klem Bh 0.33 133,87 44,71
5 Minyak Bekisting Ltr 0.05 133,87 6,70
6 Tie Rod m 1,00 133,87 133,87
Sumber: PT. Adhitama Wahana Tata (KSO)
44

Pada tabel 3.8 menjelaskan komponen bekisting semi sistem pada pekerjaan
bekisting retaining wall di Proyek Renovasi Gedung F Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya dengan PT. Adhitama sebagai kontraktor pelaksana,
berdasarkan data dari proyek jumlah komponen bekisting semi sistem sebanyak 6
komponen yang terdiri dari scaffolding dan staging, plywood dengan ketebalan
9mm, baja profil, klem, minyak bekisting, dan tie rod. Dari semua komponen
tersebut nantinya dikalikan dengan volume pekerjaan retaining wall sehingga
didapatkan jumlah kebutuhan material untuk bekisting semi sistem.

b) Perhitungan Durasi Waktu Pekerja


Pada pekerjaan pemasangan bekisting retaining wall perhitungan dilakukan
agar mengetahui lama waktu kerja dari setiap pekerja untuk kedua jenis bekisting
yaitu bekisting konvensional dan bekisting semi sistem sehingga diketahui jumlah
hari dari masing-masing pekerja seperti tukang, dan pekerja. Pada pelaksanaan
pekerjaan bekisting retaining wall menggunakan data jumlah pekerja yang sama
pada pekerjaan bekisting retaining wall di Proyek Renovasi Gedung F Fakultas
Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
Pada pelaksanaan pekerjaan bekisting retaining wall di Proyek Renovasi
Gedung F Fakultas Ilmu Administrasi Brawijaya dengan PT. Adhitama Wahana
Tata (KSO) sebagai kontraktor pelaksana, untuk pekerjaan bekisting PT.
Adhitama Wahana Tata (KSO) menunjuk sub-kontraktor untuk pekerjaan
bekisting dengan menggunakkan bekisting semi sistem, sehingga jumlah pekerja
dari data hasil observasi di lapangan pada pelaksanaan pekerjaan bekisting
retaining wall dengan menggunakkan bekisting semi sistem sebanyak 4 orang
dengan 2 orang tukang dan 2 orang pekerja. Lama waktu pengerjaan bekisting
retaining wall dengan 4 pekerja yaitu selama 6 hari kerja dengan durasi 1 hari
kerja sama dengan 8 jam.
Untuk pekerjaan bekisting konvensional menggunakkan data yang sama
dengan data hasil observasi pada pekerjaan bekisting retaining wall dengan
menggunakan bekisting semi sistem pada Proyek Renovasi Gedung F Fakultas
Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Data yang digunakan yaitu data jumlah
pekerja dan volume pekerjaan bekisting. Untuk data lama waktu pekerjaan
45

bekisting retaining wall dengan menggunakan bekisting konvensional akan


dihitung. Menurut (M Rizal Wahyudi, Astuti Boer, 2019) untuk pekerjaan
bekisting konvensional kapasitas pekerja untuk 1 hari kerja atau 8 jam kerja,
kapasitas 1 orang pekerja berkisar antara 2 s/d 2,5 m2/hari/orang. Sehingga untuk
durasi waktu pekerjaan bekisting konvensional akan dihitung di bawah ini dengan
kapasitas pekerja bekisting dengan metode konvensional sebesar 2,5m 2 dan
jumlah pekerja sebanyak 4 orang:

𝑽
𝑻=
(𝑲𝒑 𝒙 𝑱𝒑)
133,87
𝑇=
(2,5 𝑚 𝑥 4 )
𝑇 = 13,38 𝐻𝑎𝑟𝑖
𝑇 = 14 𝐻𝑎𝑟𝑖
Jadi untuk pekerjaan bekisting retaining wall dengan menggunakkan bekisting
konvesional untuk jumlah pekerja sebanyak 4 orang dengan 2 orang tukang dan 2
orang pekerja, untuk lama waktu pengerjaan selama 14 hari kerja.

Berdasarkan dari data diatas selanjutnya data tersebut dimasukkan kedalam


tabel perhitungan jumlah hari untuk setiap pekerja yang nantinya digunakan untuk
perhitungan jumlah biaya pekerja.
Tabel 3.9 Durasi Waktu Pekerja
No Jenis Bekisting Jumlah Pekerja Durasi Waktu Total Waktu
(Org) (Hari) (Hari)
1 Konvensional
a. Tukang 2 14 28
b. Pekerja 2 14 28
2 Semi Sistem
a. Tukang 2 6 12
b. Pekerja 2 6 12

Untuk analisa harga satuan pekerjaan bekisting konvensional mengikuti


analisa harga satuan yang sesuai dengan SNI 7394:2008 No.6.25 dan untuk
analisa harga satuan pekerjaan bekisting semi sistem sesuai dengan nilai pada
estimasi biaya bangunan dari PT. Adhitama Wahana Tata (KSO) sebagai
kontraktor pelaksanaan Proyek Renovasi Gedung F Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya.
46

c) Estimasi Biaya Bangunan


Estimasi biaya dihitung berdasarkan hasil dari jumlah volume total bahan,
jumlah pekerja dan durasi waktu pekerjaan yang nantinya akan dikalikan dengan
harga masing-masing seperti harga bahan, upah pekerja. Untuk harga bahan dan
upah pekerja mengikuti harga pada rancangan anggaran biaya yang di dapat dari
Proyek Renovasi Gedung F Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya,
daftar harga tersebut akan digunakan pada bekisting konvensional maupun
bekisting semi sistem

1. Perhitungan Biaya Bahan


Perhitungan biaya bahan bekisting dilakukan agar mengetahui biaya yang
dibutuhkan dalam pembuatan bekisting retaining wall dengan menggunakan
bekisting konvensional dan bekisting semi sistem. Dalam perhitungan biaya bahan
bekisting menggunakan harga bahan berdasarkan harga bahan pada rancangan
anggaran biaya pada Proyek Renovasi Gedung F Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya, sehingga untuk bekisting konvensional dan bekisting semi
sistem menggunakan harga bahan yang sama. Pada tabel 3.10 dan tabel 3.11 akan
diketahui jumlah biaya bahan yang dibutuhkan untuk pekerjaan bekisting
retaining wall dengan menggunakan bekisting konvensional dan bekisting semi
sistem.
Tabel 3.10 Biaya Bahan Bekisting Konvensional
Harga
Total Biaya
No Jenis Bahan Sat Volume Bahan
(Rp)
(Rp)
1 Kayu Kelas III m3 4,02 1.872.000,00 7.518.100,00
2 Paku 5cm-10cm Kg 53,55 13.000,00 696.100,00
3 Minyak Bekisting Ltr 26,77 28.000,00 749.700,00
4 Balok Kayu Kelas II m3 2,68 2.800.000,00 7.496.700,00
5 Plywood tebal 9 mm Br 46,85 110.000,00 5.154.000,00
Dolken Kayu Galam
6 Btg 401,61 20.000,00 8.032.200,00
Ø8-10 cm Panjang 4 m
Formite/Penjaga Jarak
7 Bh 535,48 20.000,00 10.709.600,00
Bekisting
Total Biaya 40.357.000,00
47

Pada 3.10 diatas telah diketahui jumlah kebutuhan biaya masing-masing


bahan untuk pembuatan bekisting retaining wall dengan menggunakan bekisting
konvensional, jumlah biaya pada tabel 3.10 sudah mencakup semua biaya material
yang dibutuhkan untuk pembuatan bekisting dengan luas volume pekerjaan
sebesar 133,87 m2 dengan total biaya bahan bekisting konvensional sebesar
Rp40.357.000,00, selanjutnya total biaya untuk bahan bekisting konvensional
akan dimasukkan ke dalan tabel rancangan anggaran biaya bekisting.
Tabel 3.11 Biaya Bahan Bekisting Semi Sistem
Harga
Total Biaya
No Jenis Bahan Sat Volume Bahan
(Rp)
(Rp)
1 2 3 4 5 6
Scaffolding dan
1 Ls 133.87 12.870,00 1.722.900,00
Staging
2 Plywood tebal 9 mm Lbr 36,47 110.000,00 4.011.300,00
3 Baja Profil kg 870,156 8.500,00 7.396.300,00
4 Klem Bh 44,71 25.000,00 1.117.800,00
5 Minyak Bekisting Ltr 6,70 30.000,00 200.800,00
6 Tie Rod m 133,87 28.000,00 3.748.000,00
Total Biaya 18.198.000,00
Pada tabel 3.11 telah diketahui jumlah kebutuhan biaya masing-masing
bahan untuk pembuatan bekisting retaining wall dengan menggunakan bekisting
semi sistem, jumlah biaya pada tabel 3.11 sudah mencakup semua biaya material
dan sewa alat yang dibutuhkan untuk pembuatan bekisting dengan luas volume
pekerjaan sebesar 133,87 m2 dengan total biaya bahan bekisting semi sistem
sebesar Rp18.198.000,00, selanjutnya total biaya untuk bahan bekisting semi
sistem akan dimasukkan ke dalan tabel rancangan anggaran biaya bekisting.

2. Perhitungan Biaya Pekerja


Perhitungan biaya dihitung berdasarkan data pada tabel 3.9 yang berisi data
jumlah pekerja dan lama waktu pekerjaan sehingga pada perhitungan biaya
pekerja dihitung berdasarkan jumlah hari untuk setiap pekerja yang dikalikan
dengan biaya upah pekerja untuk 1 hari kerja. Dalam 3.9 dijelaskan untuk
pekerjaan bekisting retaining wall dengan menggunakan bekisting konvensional
dan bekisting semi sistem menggunakan jumlah pekerja sebanyak 4 orang dengan
2 orang tukang kayu dan 2 orang pekerja.
48

Dalam pekerjaan bekisting retaining wall dengan menggunakan bekisting


konvensional membutuhkan waktu selama 14 hari kerja sehingga jumlah hari total
untuk pekerja dan tukang selama 28 hari karena jumlah pekerja dan tukang masing
masing 2 orang. Sedangkan untuk bekisting semi sistem durasi waktu pekerjaan
selama 6 hari kerja sehingga jumlah total waktu untuk masing masing pekerja dan
tukang sebesar 12 hari karena jumlah tukang dan pekerja masing-masing sebanyak
2 orang.
Setelah jumlah hari diketahui maka jumlah hari dari masing masing pekerja
akan dikalikan dengan upah pekerja per hari nya, upah untuk tukang kayu per hari
sebesar Rp90.000,00 sedangkan untuk upah untuk pekerja per harinya sebesar
Rp80.000,00. Harga upah pekerja menggunakan harga upah pekerja yang sama
dengan upah pekerja pada Proyek Renovasi Gedung F Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya dengan PT. Adhitama Wahana Tata (KSO) sebagai
kontraktor pelaksana.
Tabel 3.12 Biaya Pekerja Bekisting Konvensional
Jumlah Upah Total Biaya
No Pekerja Sat
(Hari) (Rp) (Rp)
1 Tukang Kayu OH 28 90.000,00 2.520.000,00
2 Pekerja OH 28 80.000,00 2.240.000,00
Total Biaya 4.760.000,00

Tabel 3.12 merupakan tabel perhitungan biaya pekerja pada pekerjaan


bekisting retaining wall dengan menggunakan bekisting konvensional, biaya
untuk tukang kayu dan pekerja dihitung berdasarkan jumlah pekerja dan lama
waktu pekerjaan dengan masing-masing pekerja berjumlah 2 orang dengan lama
waktu pekerjaan selama 14 hari. Sehingga jumlah hari untuk tukang dan pekerja
selama 28 hari dengan biaya total biaya untuk tukang sebesar Rp2.520.000,00 dan
total biaya untuk pekerja sebesar Rp2.240.000,00. Jadi total biaya pekerja yang
dibutuhkan dalam pekerjaan bekisting retaining wall dengan menggunakan
bekisting konvensional sebesar Rp4.760.000,00.
Tabel 3.13 Biaya Pekerja Bekisting Semi Sistem
Jumlah Upah Total Biaya
No Pekerja Sat
(Hari) (Rp) (Rp)
1 Tukang Kayu OH 12 90.000,00 1.080.000,00
2 Pekerja OH 12 80.000,00 960.000,00
Total Biaya 2.040.000,00
49

Tabel 3.13 merupakan tabel perhitungan biaya pekerja pada pekerjaan


bekisting retaining wall dengan menggunakan bekisting semi sistem, biaya untuk
tukang kayu dan pekerja dihitung berdasarkan jumlah pekerja dan lama waktu
pekerjaan dengan masing-masing pekerja berjumlah 2 orang dengan lama waktu
pekerjaan selama 6 hari. Sehingga jumlah hari untuk tukang dan pekerja selama
12 hari dengan biaya total biaya untuk tukang sebesar Rp1.080.000,00 dan total
biaya untuk pekerja sebesar Rp960.000,00. Jadi total biaya pekerja yang
dibutuhkan dalam pekerjaan bekisting retaining wall dengan menggunakan
bekisting semi sistem sebesar Rp2.040.000,00.

3. Estimasi Biaya
Setelah biaya kebutuhan bahan dan biaya upah pekerja untuk bekisting
konvensional dan semi sistem diketahui maka selanjutnya dimasukkan kedalam
tabel 3.14 yang merupakan tabel rancangan anggaran biaya untuk kedua jenis
bekisting, setelah biaya kebutuhan bahan dan biaya upah pekerja dimasukkan
kedalam tabel maka biaya kebutuhan bahan dan biaya pekerja dijumlahkan dan
hasil penjumlahan antara biaya bahan dan pekerja merupakan biaya total untuk
pekerjaan bekisting retaining wall dengan menggunakan bekisting konvensional
dan bekisting semi sistem.
Tabel 3.14 Estimasi Biaya Pekerjaan Bekisting
Rancangan Anggaran Biaya
Total Biaya
No Jenis Bekisting Bahan Pekerja
(Rp)
(Rp) (Rp)
1 Konvensional 40.357.000,00 4.760.000,00 45.117.000,00
2 Semi Sistem 18.198.000,00 2.040.000,00 20.238.000,00

Pada tabel 3.14 merupakan tabel rencana anggaran biaya pekerjaan


bekisting retaining wall dengan menggunakan bekisting konvensinal dan
bekisting semi sistem, Untuk bekisting konvensional biaya yang dibutuhkan
sebesar Rp45.117.000,00 biaya tersebut sudah mencakup untuk biaya bahan dan
upah pekerja. Sedangkan untuk biaya pekerjaan bekisting retaining wall dengan
menggunakan bekisting semi sistem biaya yang dibutuhkan untuk biaya bahan
dan upah pekerja sebesar Rp20.238.000,00
50

d) Perbandingan Efisiensi Biaya


Perbandingan efisiensi biaya dihitung berdasarkan kolom hasil analisa
rancangan anggaran biaya pada tabel 3.8, kemudian selisih biaya antara bekisting
konvensional dan bekisting semi sistem dibagi dengan biaya pekerjaan bekisting
konvensional, sehingga hasil dari pembagian antara selisih biaya pekerjaan
bekisting dengan biaya pekerjaan bekisting konvensional dikalikan dengan 100%
dan didapat untuk hasil perbandingan efisiensi biaya bekisting.
Tabel 3.15 Perbandingan Biaya Bekisting
Rancangan Anggaran Biaya
No Jenis Bekisting
(Rp)
1 Bekisting Konvensional 45.117.000,00
2 Bekisting Semi Sistem 20.238.000,00
Selisih Biaya 24.879.000,00
Persentase Efesiensi Biaya
𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑘𝑠𝑎𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛
= × 100%
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑘𝑠𝑎𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑘𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔 𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
24.879.000,00
= × 100%
45.117.000,00
= 55,14%

Pada tabel 3.15 merupakan tabel analisa perbandingan biaya bekisting


antara bekisting konvensional dan bekisting semi sistem pada pekerjaan bekisting
retaining wall, hasil perbandingan biaya bekisting antara bekisting konvensional
dan bekisting semi sistem dengan selisih biaya sebesar Rp24.879.000,00 atau
sekitar 55,14% dengan bekisting sistem lebih efisien biaya dibandingkan dengan
bekisting konvensional.

3.6.3 Perbandingan Efisiensi Waktu


Perbandingan efisiensi waktu dilakukan agar mengetahui bekisting mana
yang lebih efisien dalam pelaksanaan pembuatan dan pemasangan bekisting pada
pekerjaan bekisting retaining wall dengan menggunakan bekisting konvensional
dan bekisting semi sistem pada Proyek Renovasi Gedung F Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya.
Dalam perbandingan efisiensi waktu pekerjaan bekisting retaining wall
menggunakan data pada sub-bab perhitungan durasi waktu pekerjaan, untuk
bekisting semi sistem data didapat berdasarkan hasil observasi di lapangan pada
51

pekerjaan bekisting retaining wall di Proyek Renovasi Gedung F Fakultas Ilmu


Administrasi Universitas Brawijaya, sedangkan untuk bekisting konvensional
durasi waktu pekerjaan dihitung berdasarkan kapasitas 1 orang pekerja yang di
kali dengan jumlah pekerja dan dibagi dengan luas pekerjaan yang sama dengan
luas pekerjaan untuk bekisting semi sistem, serta untuk jumlah pekerja mengikuti
dari data jumlah pekerja pada pemasangan bekisting semi sistem.
Data yang telah didapat selanjutnya dimasukkan kedalam tabel 3.16
nantinya akan digunakan sebagai data analisa perbandingan efisiensi waktu
pekerjaan bekisting antara bekisting konvensional dan bekisting semi sistem.
Tabel 3.16 Data Perbandingan Efektifitas Waktu
Volume Jumlah Durasi
No Jenis Bekisting Pekerjaan Pekerja Waktu
(m2) (Org) (Hari)
1 Konvensional 133,87 4 14
2 Semi Sistem 133,87 4 6

Perbandingan efisiensi waktu dapat dihitung dengan cara selisih antara


durasi waktu pekerjaan menggunakan bekisting konvensional dengan durasi
waktu pekerjaan bekisting semi sistem, selanjutnya selisih waktu antara bekisting
konvensional dan bekisting semi sistem dibagi dengan durasi waktu pekerjaan
bekisting konvensional dan dikalikan dengan 100%.
Setelah hasil analisa perbandingan efisiensi waktu pekerjaan bekisting
retaining wall dengan menggunakan bekisting konvensional dan semi sistem
maka dapat ditentukan bekisting mana yang efisien waktu dalam mengerjakan
bekisting retaining wall antara bekisting konvensional dan bekisting semi sistem.
Tabel 3.17 Perbandingan Efektifitas Waktu Bekisting

Durasi Waktu Hasil


No Jenis Bekisting
(Hari) (Hari)
1 Konvensional 14 14
2 Semi Sistem 6 6
Selisih waktu 8
Perbandingan Efektifitas Waktu
Selisih Efisiensi Waktu Pekerjaan
= × 100%
Waktu Pekerjaan Metode Konvensional
8 hari
= × 100%
14 hari
= 57 %
52

Perbandingan efisiensi waktu pekerjaan bekisting retaining wall antara


bekisting konvensional dengan bekisting semi sistem didapat selisih waktu selama
8 hari kerja atau sebesar 57%, nilai perbandingan didapat berdasarkan data durasi
waktu pengerjaan bekisting retaining wall dengan menggunakan bekisting
konvensional dan bekisting semi sistem.
Pada tabel plotting waktu pekerjaan dibuat berdasarkan durasi waktu
pekerjaan bekisting, untuk bekisting semi sistem menggunakan data hasil
observasi di lapangan pada pekerjaan bekisting retaining wall di Proyek Renovasi
Gedung F Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya sedangkan untuk
bekisting konvensional durasi waktu didapat berdasarkan hasil analisa
perhitungan durasi pekerjaan bekisting retaining wall. Sehingga hasil dari durasi
waktu pekerjaan bekisting retaining wall dengan menggunakan bekisting
konvensional dan bekisting semi sistem tersebut dimasukkan kedalam tabel
plotting agar memudahkan dalam memahami selisih waktu antara bekisting
konvensional dan bekisting semi sistem.
Tabel plotting, dihitung berdasarkan durasi waktu pekerjaan antara bekisting
konvensional dan bekisting semi sistem kemudian hasil perhitungan durasi
pekerjaan dimasukkan kedalam tabel jumlah hari yang akan digunakan pada
plotting waktu pekerjaan di kolom minggu kerja.
Tabel 3.18 Format Plotting Bekisting

Jenis Jumlah Minggu Minggu Minggu


No
Bekisting Hari ke-1 ke-2 ke-3
Bekisting
1. 14
Konvensional
Bekisting
2. 6
Semi Sistem

Pada tabel 3.18 dapat dilihat hasil plotting untuk pekerjaan bekisting
retaining wall terdapat selisih durasi waktu pekerjaan antara bekisting
konvensional dan semi sistem. Pada bekisting konvensional lama waktu durasi
pekerjaan selama 14 hari atau selama 2 minggu kerja lebih 2 hari sedangkan untuk
bekisting semi sistem membutuhkan waktu selama 6 hari atau selama 1 minggu,
untuk 1 minggu kerja sama 6 hari kerja dan 1 hari kerja selama 8 jam.
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Hasil analisa menjelaskan analisa kontrol kekuatan bekisting konvensional,


perbandingan biaya pekerjaan bekisting retaining wall dengan menggunakan
bekisting konvensional dan bekisting semi sistem, dan perbandingan waktu
pekerjaan pekerjaan bekisting retaining wall dengan menggunakan bekisting
konvensional dan bekisting semi sistem.
Pada bab sebelumnya hasil analisis maka akan dibahas untuk masing
masing sub bab, hasil dari pembahasan merupakan acuan untuk menarik sebuah
kesimpulan dimana untuk mencari efektivitas biaya dan waktu pada pekerjaan
bekisting retaining wall dengan menggunakan bekisting konvensional dan
bekisting semi sistem.

4.1 Analisis Kontrol Kekuatan Bekisting


Analisa kontrol kekuatan bekisting dapat ditentukan dengan cara
perhitungan dengan menggunakan rumus kontrol kekuatan kemudian hasil dari
analisis akan dibandingkan dengan syarat kekuatan bekisting. Pada bekisting
konvensional dilakukan perhitungan kontrol kekuatan dikarenakan bekisting ini
tidak digunakan pada pekerjaan retaining wall di proyek renovasi Gedung F
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
Untuk kontrol kekuatan ini dilakukan untuk menghitung kontrol kekuatan
pada bekisting konvensional saja, dikarenakan untuk bekisting konvensional tidak
digunakan pada pekerjaan bekisting retaining wall di proyek renovasi gedung F
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Sehingga diperlukan kontrol
kekuatan dan untuk data yang akan digunakan pada bekisting konvensional
menggunakan data yang sama pada pekerjaan bekisting retaining wall yang
menggunakan bekisting semi sistem pada proyek renovasi gedung F Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya.
Sedangkan untuk bekisting semi sistem tidak dilakukan kontrol kekuatan
karena berdasarkan hasil pengamatan dilapangan pada pelaksanaan pekerjaan

53
54

retaining wall dengan menggunakan bekisting semi sistem tidak mengalami


masalah sehingga bekisting semi sistem ini sesuai dengan syarat yang ada.
Tabel 4.1 Perbandingan Kontrol Kekuatan Bekisting
Tipe: Jenis Bekisting
Keterangan
Jenis Persyaratan Hasil
No Sesuai/Tidak
Analisa Kekuatan Analisa
Sesuai
1 Kekuatan Geser Tiang 2,0 N/mm2 ≥ 1,71 N/mm2 Sesuai
Tekanan antar Tiang
2 2,5 N/mm2 ≥ 1,6 N/mm2 Sesuai
dan Perangkai
Tegangan geser dalam 0,768
3 1,31 N/mm2 ≥ Sesuai
antar Perangkai N/mm2
Persentase Kesesuaian Kontrol Kekautan Bekisting
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖
= x 100% =. . . %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛
3
= x 100% = 100%
3

Pada tabel diatas analisa kontrol kekuatan bekisting konvensional


berdasarkan syarat kekuatan bekisting menurut (F. Wigbout, Buku Bekisting
(kotak cetak)) yang meliputi kontrol tegangan geser tiang, kontrol tegangan
tekanan antar tiang dan perangkai, kontrol tegangan geser dalam perangkai, semua
syarat yang dianalisa telah memenuhi syarat kekuatan untuk bekisting
konvensional.
Sehingga bekisting konvensional ini bisa digunakan untuk pekerjaan
bekisting retaining wall, berdasarkan dari hasil analisa pada tabel perbandingan
kontrol kekuatan bekisting konvensional menurut (F. Wigbout, Buku Bekisting
(kotak cetak)) dengan nilai persentase kesesuaian kekuatan bekisting
konvensional adalah 100%. Dan selanjutnya bekisting konvensional akan
dibandingkan dengan bekisting semi sistem untuk mencari bekisting mana yang
lebih efisien dari segi biaya dan waktu pengerjaan bekisting.

4.2 Perbandingan Efisiensi Biaya bekisting


Perbandingan efisiensi biaya bekisting dilakukan untuk mengetahui
bekisting mana yang lebih efisien antara bekisting konvensional dan bekisting
semi sistem dari segi biaya sehingga dapat mengurangi biaya untuk pekerjaan

54
55

bekisting. Berikut rekapitulasi perbandingan efisiensi biaya pada pekerjaan


bekisting retaining wall dengan menggunakkan bekisting konvensional dan
bekisting semi sistem.
Pada bab 3 analisa rencana anggaran biaya bekisting sudah mencakup biaya
bahan dan biaya pekerja sehingga selanjutnya akan dibandingkan antara biaya
bekisting konvensional dan bekisting semi sistem agar mengetahui bekisting mana
yang lebih efisien biaya pada pekerjaan bekisting retaining wall.
Tabel 4.2 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya Bekisting Retaining Wall
Rancangan Anggaran Biaya
Total Biaya
No Jenis Bekisting Bahan Pekerja
(Rp)
(Rp) (Rp)
1 Konvensional 40.357.000,00 4.760.000,00 45.117.000,00
2 Semi Sistem 18.198.000,00 2.040.000,00 20.238.000,00

Pada tabel diatas merupakan tabel rencana anggaran biaya pekerjaan


bekisting retaining wall antara bekisting konvensional dan bekisting semi sistem
yang selanjutnya rancangan anggaran biaya kedua bekisting akan dibandingkan
dan dari hasil perbandingan didapat bekisting mana yang lebih efisien dari segi
biaya pada pekerjaan bekisting retaining wall.
Table 4.3 Perbandingan Efisiensi Biaya

Rancangan Anggaran Biaya


No Jenis Bekisting
(Rp)

1 Bekisting Konvensional 45.117.000,00


2 Bekisting Semi Sistem 20.238.000,00
Selisih Biaya 24.879.000,00
Persentase Efesiensi Biaya
𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑘𝑠𝑎𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛
= × 100%
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑘𝑠𝑎𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑘𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔 𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
24.879.000,00
= × 100%
45.117.000,00
= 55,14%
Sumber: Penulis
56

Tabel 4.3 merupakan analisis perbandingan efisiensi biaya bekisting


retaining wall antara bekisting konvensional dan bekisting semi sistem pada
pekerjaan bekisting retaining wall dimana bekisting semi sistem lebih efisien
dibandingkan dengan bekisting konvensional dengan dengan selisih biaya antara
kedua bekisting ini sebesar Rp24.879.000,00 atau sekitar 55,14%. Sehingga
bekisting semi sistem lebih efisien dari segi biaya yang dibutuhkan untuk
pekerjaan bekisting retaining wall berdasarkan hasil perbandingan efisiensi biaya
pekerjaan bekisting. Sedangkan untuk bekisting konvensional lebih mahal dari
segi biaya yang dibutuhkan karena pada bahan material yang digunakan lebih
banyak dibandingkan dengan bekisting semi sistem sehingga biaya yang
dibutuhkan dalam pembelian material untuk bekisting konvensional cukup besar
serta dalam pengerjaan membutuhkan waktu yang lama dalam perakitan dan
pemasangan bekisting tersebut
Dengan lamanya waktu yang dibutuhkan membuat biaya untuk pekerja pun
besar yang membuat selisih biaya antara kedua bekisting ini sebesar
Rp24.879.00,00, sehingga pada Proyek Renovasi Gedung F Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya pihak kontraktor menggunakan bekisting
semi sistem untuk semua pekerjaan struktur karena bekisting semi sistem karena
lebih efisien dari biaya yang dibutuhkan. Berdasarkan perbandingan efisiensi
biaya antara bekisting konvensional dan bekisting semi sistem pada pekerjaan
bekisting retaining wall. Selanjutnya biaya rencana anggaran biaya bekisting
konvensional dan bekisting semi sistem dimasukkan ke dalam grafik rencana
anggaran biaya bekisting retaining wall.
Grafik 4.1 Rencana Anggaran Biaya

RANCANGAN ANGGARAN BIAYA


Rp60,000,000
BIAYA PEKERJAAN BEKSIRING

Rp50,000,000 Rp45,117,000.00
Rp40,000,000
Rp30,000,000 Rp20,238,000.00
Rp20,000,000
Rp10,000,000
Rp-
Semi Sistem Konvensional
BEKISTING RETAINING WALL

Sumber: Penulis
57

Pada grafik diatas menjelaskan untuk pekerjaan bekisting retaining wall


dengan menggunakkan bekisting semi sistem biaya yang digunakan lebih sedikit
dibandingkan dengan menggunakkan bekisting konvensional perbedaan tersebut
dikarenakan hasil analisa rencana anggaran biaya untuk bekisting konvensional
lebih mahal dibandingkan dengan bekisting semi sistem. Untuk selisih biaya pada
pekerjaan retaining wall dengan volume pekerjaan sama antara bekisting
konvensional dan bekisting semi sistem yaitu sebesar Rp24.879.000,00 atau
sekitar 55,14 % lebih efisien dibandingkan dengan bekisting konvensional.

4.3 Perbandingan Efektifitas Waktu


Perbandingan efektifitas waktu pekerjaan bekisting retaining wall
merupakan perbandingan antara waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan bekisting
dengan metode bekisting konvensional dan bekisting semi sistem pada pekerjaan
retaining wall sehingga dapat mengetahui bekisting mana yang paling cepat
dalam pengerjaannya.
Perbandingan efektifitas waktu pekerjaan dapat menjadi acuan kontraktor
dalam memilih bekisting mana yang memiliki waktu pengerjaan yang cepat
sehingga dapat menurunkan biaya pekerjaan terutama untuk bekisting, pada
perbandingan efektifitas waktu ini membandingkan antara 2 jenis bekisting yaitu
bekisting konvensional dan bekisting semi sistem pada pekerjaan bekisting
retaining wall.
Tabel 4.4 Rekapitulasi Waktu Pekerjaan Bekisting
Volume Jumlah Durasi
No Jenis Bekisting Pekerjaan Pekerja Waktu
(m2) (Org) (Hari)
1 Konvensional 133,87 4 14
2 Semi Sistem 133,87 4 6

Pada tabel 4.4 merupakan tabel rekap waktu pelaksanaan bekisting retaining
wall dengan menggunakan bekisting konvensional dan bekisting semi sistem yang
nantinya lama waktu pelaksanaan kedua bekisting akan dibandingkan agar
mengetahui bekisting mana yang memiliki waktu pelaksanaan lebih cepat.
58

Tabel 4.5 Perbandingan Efektifitas Waktu Bekisting


Durasi Waktu Hasil
No Jenis Bekisting
(Hari) (Hari)
1 Konvensional 14 14
2 Semi Sistem 6 6
Selisih waktu 8
𝑃𝑒𝑟𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢
𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑃𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛
= × 100%
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑃𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑀𝑒𝑡𝑜𝑑𝑒 𝐾𝑜𝑛𝑣𝑒𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
8 ℎ𝑎𝑟𝑖
= × 100%
14 ℎ𝑎𝑟𝑖

= 57 %
Sumber: Penulis
Pada tabel 4.5 merupakan tabel perbandingan efektifitas waktu pekerjaan
bekisting retaining wall antara bekisting konvensional dan bekisting semi sistem,
dengan waktu pelaksanaan untuk bekisting konvensional selama 14 hari kerja
sedangkan untuk bekisting semi sistem membutuhkan waktu pelaksanaan selama
6 hari kerja dan selisih waktu pekerjaan bekisting retaining wall antara bekisting
konvensional dan bekisting semi sistem yaitu 8 hari.
Perbandingan efektifitas waktu pelaksanaan antara bekisting konvensional
dan bekisting semi sistem didapat hasil sebesar 57% sehingga untuk efektifitas
waktu pekerjaan bekisting retaining wall lebih efektif menggunakan bekisting
semi sistem dibandingkan bekisting konvensional. Perbedaan lama waktu
pengerjaan bekisting antara kedua bekisting yaitu untuk bekisting konvensional
penyebab lamanya waktu pekerjaan bekisting dikarenakan bahan yang digunakan
sehingga memperlambat waktu, selain itu bekisting konvensional untuk tiang
penyangga menggunakan kayu sehingga para pekerja memilah kayu yang akan
digunakan yang kuat setelah itu perkuatan tiang menggunakan kayu dolken yang
dipasang di setiap tiang sehingga waktu yang dibutuhkan lama, sedangkan untuk
bekisting semi sistem penyangga bekisting menggunakan scaffolding yang di
pasang 1 setiap 1 m2, penggunaan scaffolding ini dapat mempercepat pekerjaan
pemasangan bekisting.
Sehingga dapat menurunkan biaya pekerja dan waktu pekerjaan lebih
singkat dikarenakan suatu proyek memiliki waktu terbatas yang terdapat pada
59

kontrak, maka penggunaang bekisting yang lebih efisien dalam waktu pekerjaan
dapat mempercepat pekerjaan, apalagi dalam pekerjaan konstruksi gedung yang
paling banyak ialah pekerjaan struktur. Sehingga pada Proyek Renovasi Gedung F
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya menggunakan bekisting semi
sistem yang dalam waktu pekerjaannya lebih efektif dibandingkan dengan
bekisting konvensional.
Table 4.6 Plotting Bekisting retaining wall

Jenis Jumlah Minggu Minggu Minggu


No
Bekisting Hari ke-1 ke-2 ke-3
Bekisting
1. 14
Konvensional
Bekisting
2. 6
Semi Sistem
Sumber: Penulis
Pada tabel 4.6 dapat dilihat hasil plotting untuk pekerjaan bekisting
retaining wall dengan menggunakan bekisting konvensional dan bekisting semi
sistem dapat dilihat pada tabel terdapat selisih durasi waktu pekerjaan antara
bekisting konvensional dan semi sistem. Pada bekisting konvensional lama waktu
durasi pekerjaan selama 14 hari atau selama 2 minggu kerja lebih 2 hari
sedangkan untuk bekisting semi sistem membutuhkan waktu selama 6 hari atau
selama 1 minggu, untuk 1 minggu kerja sama 6 hari kerja dan 1 hari kerja selama
8 jam.
Grafik 4.2 Durasi Pekerjaan Bekisting

DURASI PEKERJAAN BEKISTING


20
WAKTU PEKERJAAN BEKISTING (HARI)

18
16 14
14
12
10
8 6
6
4
2
0
Semi Sistem Konvensional
BEKISTING RETAINING WALL

Sumber: Penulis
60

Pada grafik diatas menjelaskan untuk pekerjaan bekisting retaining wall


dengan menggunakkan bekisting semi sistem waktu pelaksanaan lebih cepat
dibandingkan dengan menggunakkan bekisting konvensional perbedaan tersebut
dikarenakan pada bekisting konvensional jumlah material yang digunakan lebih
banyak dibandingkan dengan bekisting semi sistem sehingga memperlambat
pekerjaan bekisting konvensional. Sehingga untuk bekisting konvensional
membutuhkan waktu pelaksanaan selama 14 hari kerja dan untuk bekisting semi
sistem membutuhkan waktu pelaksanaan selama 6 hari dengan persentase
efektifitas waktu sebesar 57% untuk bekisting semi sistem.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya untuk perhitungan kontrol kekuatan bekisting konvensional pada
pekerjaan bekisting retaining wall ada 3 syarat yang dihitung terdiri dari kekuatan
geser tiang, tekanan antar tiang dan perangkai, tegangan geser dalam antar
perangkai. Nilai untuk kontrol kekuatan bekisting semi sistem ialah: (1) kekuatan
geser tiang 1,71 N/mm2, (2) tekanan antar tiang dan perangkai 1,6 N/mm2, (3)
tegangan geser dalamantar perangkai 0,768 N/mm2, dari hasil analisa kontrol
kekuatan bekisting konvensional dan telah dibandingkan dengan syarat yang ada
didapat kesesuaian dengan persentase sebesar 100%. Sehingga berdasarkan nilai
hasil analisa perhitungan kontrol kekuatan bekisting pada pekerjaan bekisting
retaining wall, bekisting konvensional telah memenuhi syarat yang telah
ditentukan.

Untuk perbandingan efektifitas biaya antara bekisting konvensional dan


bekisting semi sistem pada pekerjaan bekisting retaining wall, untuk biaya
pekerjaan bekisting konvensional dengan luas pekerjaan 133,87 m 2 berdasarkan
SNI 7394:2008 No.6.25 biaya yang dibutuhkan sebesar Rp45.117.000,00,
sedangkan untuk biaya pekerjaan bekisting semi sistem sebesar Rp20.238.000,00.
Sehingga selisih biaya antara bekisting konvensional dan bekisting semi sistem
pada pekerjaan bekisting retaining wall dengan luasan pekerjaan yang sama
adalah sebesar Rp24.879.000,00 atau sekitar 55,14%, jadi untuk bekisting yang
paling efektif digunakan pada pekerjaan bekisting retaining wall adalah bekisting
semi sistem dengan selisih biaya sekitar 55,14% dibandingkan dengan
menggunakan bekisting konvensional.

Pada pekerjaan bekisting retaining wall perbandingan waktu antara


bekisting konvensional dan bekisting semi sistem untuk waktu yang dibutuhkan
pada pekerjaan dengan menggunakan bekisting konvensional selama 14 hari

61
62

dengan luas pekerjaan sebesar 133,87 m2, sedangkan untuk bekisting semi sistem
waktu yang dibutuhkan selama 6 hari. Jadi untuk perbandingan efektifitas waktu
pekerjaan bekisting antara bekisting konvensional dan bekisting semi sistem
adalah bekisting semi semi sistem dengan selisih waktu pekerjaan selama 8 hari
atau sebesar 57 %. Secara keseluruhan berdasarkan setiap item analisa pekerjaan
baik analisa perbandingan efektivitas biaya dan perbandingan efektifitas waktu
pekerjaan bekisting antara bekisting konvensional dan bekisting semi sistem,
untuk bekisting semi sistem secara keseluruhan lebih efisien dari segi biaya dan
waktu dibandingkan dengan bekisting konvensional.

5.2 Saran

Dari kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang perlu penulis sampaikan
yaitu sebagai berikut.

a) Bekisting konvensional jika ingin digunakan maka perlu diperhatikan untuk


jarak pasang gelagar atau bahan yang digunakan karena dengan jarak pasang
pada analisa kontrol kekuatan bekisting nilai analisa hampir mendekati nilai
syarat yang ada.
b) Penggunaan bekisting semi sistem dapat mengurangi dampak penebangan
pohon yang digunakan untuk bahan bekisting
c) Pemilihan bahan dan penggunaan bahan yang tepat dapat mengurangi biaya
pekerjaan.
d) Sistem pengawasan dalam pelaksanaan pekerjaan bekisting retaining wall
harus lebih ditingkatkan, karena terkait dengan lama nya waktu pekerjaan dan
baik tidaknya kualitas pekerjaan.
63

DAFTAR PUSTAKA

Aqmar, Haikal. 20018 Pelaksanaan substructure. URL:


https://www.academia.edu/36569531/Pelaksanaan_Substructure Diakses
6 April 2020.

Baharudin dan Dodi. 2008. Studi Perbandingan Penggunaan Bekisting Tradisonal


dengan Bekisting Prafabrikasi Sebagai Cetakan Beton Pada Proyek
Konstruksi Gedung Bertingkat. Institut Teknologi Bandung.

Dinas PUPKP Kabupaten Bantul. 2013. Bekisting, (Online),


(https://dpupkp.bantulkab.go.id/index.php/berita/37-bekisting), diakses
15 Mei 2020

F. Wigbout, 1997. Bekisting (Kotak Cetak). Erlangga, Jakarta.

Hanna Awad S. 1999. Concrete Formwork System, Marcel Dekker, University of


Wisconsin, New York.

Hermawan, Ruswandi. Dkk. 2007. Metode Penilaian Pendidikan Dasar, UPI


PRESS Bandung.

Ibrahim, Bachtiar. 2008. Rencana dan Estimate Real Of cost. Jakarta: Bumi
Aksara

Latip, Abdulah. 2019. Studi Efisiensi Penggunaan Baja Profil Cnp Sebagai
Pengganti Balok Kayu Pada Bekesting Semi Sistem. Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Ujung Pandang Makassar.

Messah. Y. A. Dkk. 2013, Analisa Indeks Biaya Untuk Pekerjaan Beton


Bertulang Dengan Menggunakan Metode Sni 7394-2008 Dan Lapangan
(Studi Kasus Pada Proyek Pembangunan Asrama STIKES CHMK Tahap
III). Jurusan Teknik Sipil Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa
Cendana Kupang.
64

Muis, Abdul. Trijeti. 2013, Analisis Bekesting Metode Semi Sistem Dan Metode
Sistem Pada Gedung. Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah
Jakarta.

Nawy, E.G. 1997. Concrete Construction Engineering. CRC Press. New York

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia


Nomor 28/Prt/M/2016 Tentang Pedoman Analisis Harga Satuan
Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum.

Pratama, Hario Surya. Dkk. 2017. Analisa Perbandingan Penggunaan Bekisting


Konvensional, Semi Sistem, Dan Sistem (Peri) Pada Kolom Gedung
Bertingkat. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro.

Sagel, R, Kole, P, Gideon, H. (1997). Pedoman Pengerjaan Beton berdasarkan


SKSNI T-15-1991-03 (693.5 VIS). Erlangga.

Schwalbe yang diterjemahkan oleh Dimyati, H., Nurjaman, K., 2014, Manajemen
Proyek, Pustaka Setia, Bandung.

Sibima. 2005. Pelatihan Tukang Bekisting Dan Perancah. Online.

https://www.google.com/search?q=bekisting+konvensional+retaining+w
all&safe=strict&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwjJ37fMl
oHoAhVCSX0KHSQ7AnQQ_AUoAXoECAwQAw&biw=1366&bih=6
57#imgrc=a78U4TXu__G0QM. Diakses 18 Mei 2020.

Soeherto, Imam. 1995. Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Oprasional.


Jakarta: Erlangga

Standar Nasional Indonesia No.6.25. 2008. Tentang Tata Cara Perhitungan


Harga Satuan Pekerjaan Beton Untuk Konstruksi Bangunan Gedung
Dan Perumahan.
Wahyudi, M., Boer, A., 2019, Tingkat Efisiensi Biaya Pekerjaan Bekisting
Struktur Core Wall Menggunakan Metode Semi Sistem dan Climbing
System. Teknik Sipil Universitas Islam Riau.
65

LAMPIRAN ANALISIS
1. Analisa Kontrol Kekuatan Bekisting
Data penelitian menggunakan data hasil observasi penulis dilapangan data-
data tersebut akan digunakan dalam analisa kontrol kekuatan bekisting
konvensional serta bahan yang digunakan untuk bekisting konvensional dan semi
sistem.
Tabel 1. Data-data penelitian

Jarak Jarak Material Bekisting


Jenis pasang Pasang
Tiang Gelagar Penutup
Bekisting tiang Gelagar Penyangga
(UK) (UK) (mm)
(cm) (cm)
Kaso Balok Multiplek Kayu
Konvensional 20 80
5/7 5/10 9 mm Dolken
Baja Baja Multiplek
Semi Sistem 20 80 Scafollding
Profil Profil 9 mm

Gambar 1. Tampak Atas Gambar 2. Tampak Samping


Sumber: Penulis Sumber: Penulis
66

G
a
m
b
a
r

3
.

T
a
m
p
a
k
Depan
Sumber: Penulis

Gambar diatas merupakan acuan yang digunakan dalam pekerjaan bekisting


retaining wall dengan menggunakan bekisting konvensional dengan jarak pasang
antar tiang 20cm dan jarak antar gelagar 80 cm dengan tinggi pekerjaan 220 cm
dan plywood dengan ketebalan 9mm sebagai panel penutup. Sedangkan untuk
tiang penyangga menggunakan kayu dolgen dengan ᴓ 8-10 cm dan panjang 4m.
Sedangkan untuk bekisting semi sistem gambar berdasarkan gambar
dilapngan yang diambil penulis saat praktek industri di Proyek Renovasi Gedung
F Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya dengan PT. Adhitama
Wahana Tata (KSO) sebagai kontraktor pelaksana. Pada bekisting semi sistem
jarak antar tiang dan antar gelagar sama dengan jarak pada bekisting
konvensional, serta bahan penutup antara bekisting konvensional dan bekisting
semi sistem sama sama menggunakan bahan plywood dengan ketebalan 9mm.
Sedangkan bahan tiang dan gelagar menggunakan bahan dari baja profil dan
penyangga menggunakan staging dan scaffolding.
Perhitungan analisa kontrol kekuatan bekisting konvensional tidak boleh
melebihi nilai syarat yang ada, pada pehitungan analisa kontrol kekuatan bekisting
konvensional ada 3 item yang dihitung yaitu: kekuatan geser tiang, tekanan antar
tiang dan perangkai, dan tegangan geser antar perangkai. Sedangkan nilai syarat
untuk pehitungan kontrol kekuatan bekisting dimasukkan dalam tabel dibawah.
67

d) Kontrol tegangan geser tiang


- Tekanan maksimum antar tiang bekisting
Tmt = Lt x Lp x pbeton
= 0,2 x 0,8 x 50
= 8 kN
- Tekanan maksimum antar gelagar horizontal
1
𝑇 = 𝑥𝑇
2
1
= 𝑥 8 𝑘𝑁
2
= 4 kN
- Maka besar tegangan geser yang terjadi
T
F = 1,5 x
bxh
4000
= 1,5 x
50 x 70
= 1,71 N/mm2
e) Kontrol tegangan tekanan antar tiang dan perangkai
R = Lt x Lp x pbeton
= 0,2 x 0.8 x 50
= 8 kN
- Maka besar tekanan antar tiang dan perangkai
R
σ ⟘ =
2xbxh
8000
=
2 x 50 x 50
= 1,6 N/mm2
f) Kontrol tegangan geser dalam perangkai
1
V= x∅ xσ
4
1
= x 16 x 160
4
= 10.240 N
68

- Maka besar tegangan geser dalam perangkai


1
1,5 x V
τ= 2
2xA
1
1,5 x x 10240
= 2
2 x 5000
= 0,768 N/mm2

Tabel 2. Perbandingan kekuatan bekisting


Tipe: Jenis Bekisting
Keterangan
Jenis Persyaratan Hasil
No Sesuai/Tidak
Analisa Kekuatan Analisa
Sesuai
1 Kekuatan Geser
2,0 N/mm2 ≥ 1,71 N/mm2 Sesuai
Tiang
2 Tekanan antar Tiang
2,5 N/mm2 ≥ 1,6 N/mm2 Sesuai
dan Perangaki
3 Tegangan geser
dalam antar 1,31 N/mm2 ≥ 0,768 N/mm2 Sesuai
Perangkai

Berdasarkan tabel diatas telah diketahui untuk hasil perhitungan analisa


kontrol kekuatan bekisting konvensional dengan hasil perhitungan analisa
dibandingkan dengan nilai syarat menurut (F. Wigbout, Buku Bekisting (kotak
cetak)). Selanjutnya hasil dari perbandingan kekuatan bekisting akan dimasukkan
kedalam tabel persentase perbandingan kontrol kekuatan bekisting.

2. Estimasi Biaya Pekerjaan


a) Perhitungan Volume Pekerjaan
Pada pekerjaan bekisting retaining wall luas pekerjaan yang dikerjakan akan
dimasukkan dalam tabel dibawah ini, luas pekerjaan didabat berdasarkan gambar
shoop drawing pekerjaan retaining wall yang didapat dari Proyek Renovasi
Gedung F Fakultas Ilmu Administrasi Unviversitas Brawijaya.
69

Gambar 4. Denah Basement


Sumber: PT. Adhitama Wahana Tata (KSO)

Gambar 5. Potongan Retaining wall


Sumber: PT. Adhitama Wahana Tata (KSO)

Tabel 3. Bestek Retaining Wall


No Uraian Ukuran (m)
1 Panjang 60,85
2 Tinggi 2,2
Setelah ukuran dari retaining wall diketahui maka dilanjutkan untuk
perhitungan volume pekerjaan bekisting retaining wall untuk volume pekerjaan
bekisting dengan menggunakan bekisting konvensional dan bekisting semi sistem
meggunakan volume pekerjaan yang sama.
Tabel 4. Luas Retaining Wall

Uraian Hasil Jumlah


No Volume
Pekerjaan (m2) Pekerja
(𝑝 𝑥 𝑙) 𝑥 2
Pekerjaan 𝐿=
1 2 133,87 4
Bekisting (60,85 𝑥 2,2) 𝑥 2
𝐿=
2
70

b) Perhitungan Volume Bahan


Perhitungan volume bahan dibagi menjadi 2 yaitu perhitungan volume
bahan bekisting konvensional dan perhitungan volume bahan bekisting semi
sistem pada pekerjaan bekisting retaining wall.
Tabel 5. Perhitungan Volume Bahan Bekisting Konvensional
Volume
Volume
No Uraian Pekerjaan Sat Kof Pekerjaan
Bahan
(m3)
1 2 3 4 5 6
I Bekisting Retaining Wall
1 Kayu Kelas III m3 0.03 133.87 4,02
2 Paku 5cm-10cm Kg 0.4 133.87 53,55
3 Minyak Bekisting Ltr 0.2 133.87 26,77
4 Balok Kayu Kelas II m3 0.02 133.87 2,68
5 Plywood tebal 9 mm Br 0.35 133.87 46,85
Dolken Kayu Galam Ø8-10
6 Btg 3 133.87 401,61
cm Panjang 4 m
Fornite/Penjaga Jarak
7 Bh 4 133.87 535,48
Bekisitng
Sumber: SNI 7394:2008 No.6.25
Tabel 6. Perhitungan Volume Bahan Bekisting Semi Sistem
Volume
Volume
No Uraian Pekerjaan Sat Kof Pekerjaan
Total
(m3)
1 2 3 4 5 6
I Bekisting Retaining Wall
1 Scafolding dan Staging Ls 1,00 133,87 133.87
2 Plywood tebal 9 mm Sht 0.27 133,87 36,47
3 Baja Profil kg 6.50 133,87 870,156
4 Klem Bh 0.33 133,87 44,71
5 Minyak Bekisting Ltr 0.05 133,87 6,70
6 Tie Rod m 1,00 133,87 133,87
Sumber: PT. Adhitama Wahana Tata (KSO)

c) Perhitungan Durasi Waktu Pekerja


1) Perhitungan Durasi Pekerja Bekisting Konvensional
Menurut (M Rizal Wahyudi, Astuti Boer, 2019) untuk pekerjaan bekisting
konvensional kapasitas pekerja untuk 1 hari kerja atau 8 jam kerja, kapasitas 1
orang pekerja berkisar antara 2 s/d 2,5 m2/hari/orang. Sehingga untuk durasi
waktu pekerjaan bekisting konvensional akan dihitung dibawah ini dengan
kapasitas pekerja bekisting dengan metode konvensional sebesar 2,5m 2 dan
jumlah pekerja sebanyak 4 orang:
71

𝑽
𝑻=
(𝑲𝒑 𝒙 𝑱𝒑)
133,87
𝑇=
(2,5 𝑚 𝑥 4 )
𝑇 = 13,38 𝐻𝑎𝑟𝑖
𝑇 = 14 𝐻𝑎𝑟𝑖
Tabel 7. Data durasi waktu pelaksanaan bekisting konvensional
No Jenis Bekisting Jumlah Pekerja Durasi Waktu Total Waktu
(Org) (Hari) (Hari)
1 Konvensional
a. Tukang 2 14 28
b. Pekerja 2 14 28

2) Perhitungan Durasi Pekerja Bekisting Semi Sistem


Untuk durasi waktu pekerjaan bekisting semi sistem didapat berdasarkan
hasil observasi di lapangan pada pekerjaan bekisting retaining wall dengan
menggunakan bekisting semi sistem di Proyek Renovasi Gedung F Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya didapat:
Tabel 8. Data durasi waktu pelaksanaan bekisting semi sistem
No Jenis Bekisting Jumlah Pekerja Durasi Waktu Total Waktu
(Org) (Hari) (Hari)
2 Semi Sistem
a. Tukang 2 6 12
b. Pekerja 2 6 12

d) Perhitungan Biaya Bahan


1) Harga Bahan
Harga bahan menggunakan harga bahan yang sama dengan harga bahan
pada rancangan anggaran biaya di Proyek Renovasi Gedung F Faklutas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya
Tabel 9. Data durasi waktu pelaksanaan bekisting konvensional
No Nama Bahan Satuan Harga
1 Kayu Kelas III m3 Rp 1,872,000.00
2 Paku kg Rp 13,000.00
3 Multiplek 9mm lbr Rp 110,000.00
4 Multiplek 12mm lbr Rp 180,000.00
5 Dolken kayu Ø8 cm btg Rp 20,000.00
6 Kayu Usuk 5/7 m3 Rp 3,250,000.00
7 Cat meni kg Rp 30,000.00
8 Besi Polos kg Rp 8,500.00
9 Besi Ulir kg Rp 8,800.00
10 Bendrat kg Rp 13,000.00
72

11 Papan kayu kelas III m3 Rp 3,000,000.00


12 Minyak Bekisting ltr Rp 28,000.00
13 Balok Kelas II m3 Rp 2,800,000.00
14 Baja Profil kg Rp 8,500.00
15 Baut Ø13 mutu tinggi bh Rp 3,000.00
16 Baja Ringan ljr Rp 75,000.00
17 Pipa Stainless Ø2" ljr Rp 240,000.00
18 Pipa Stainless Ø1,5" ljr Rp 210,000.00
19 Cat Meni Sekualitas Mowilex kg Rp 50,000.00
20 Alat bantu ls Rp 100,000.00
21 Baja Ringan kg Rp 13,500.00
22 Paku Keling bh Rp 3,000.00
23 Sekrup segala ukuran bh Rp 500.00
24 Sealant tube Rp 45,000.00
25 Kawat BC m' Rp 140,000.00
26 Klem bh Rp 25,000.00
27 Tie Road bh Rp 30,000.00
28 Fornite / Penjaga jarak bekisting/spacer bh Rp 20,000.00
Sumber: PT. Adhitama Wahana Tata (KSO)

Tabel 10. Perhitungan Biaya Bahan Bekisting Konvensional


Harga
Total Biaya
No Jenis Bahan Sat Volume Bahan
(Rp)
(Rp)
1 Kayu Kelas III m3 4,02 1.872.000,00 7.518.100,00
2 Paku 5cm-10cm Kg 53,55 13.000,00 696.100,00
3 Minyak Bekisting Ltr 26,77 28.000,00 749.700,00
4 Balok Kayu Kelas II m3 2,68 2.800.000,00 7.496.700,00
5 Plywood tebal 9 mm Br 46,85 110.000,00 5.154.000,00
Dolken Kayu Galam
6 Btg 401,61 20.000,00 8.032.200,00
Ø8-10 cm Panjang 4 m
Fornite/Penjaga Jarak
7 Bh 535,48 20.000,00 10.709.600,00
Bekisitng
Total Biaya 40.357.000,00

Tabel 11. Biaya Bahan Bekisting Semi Sistem


Harga
Total Biaya
No Jenis Bahan Sat Volume Bahan
(Rp)
(Rp)
1 Scafolding dan Staging Ls 133.87 12.870,00 1.722.900,00
2 Plywood tebal 9 mm Sht 36,47 110.000,00 4.011.300,00
3 Baja Profil kg 870,156 8.500,00 7.396.300,00
4 Klem Bh 44,71 25.000,00 1.117.800,00
5 Minyak Bekisting Ltr 6,70 30.000,00 200.800,00
6 Tie Rod m 133,87 28.000,00 3.748.000,00
Total Biaya 18.198.000,00
73

e) Perhitungan Biaya Pekerja


Tabel 12. Daftar Harga Pekerja
No Uraian Satuan Upah
1 Mandor Org/hr Rp 120,000.00
2 Kepala Tukang Org/hr Rp 100,000.00
3 Kepala Tukang Batu Org/hr Rp 100,000.00
4 Kepala Tukang Kayu Org/hr Rp 100,000.00
5 Kepala Tukang Besi Org/hr Rp 100,000.00
6 Kepala Tukang Cat Org/hr Rp 100,000.00
7 Kepala Tukang Listrik Org/hr Rp 100,000.00
8 Tukang Org/hr Rp 90,000.00
9 Tukang Batu Org/hr Rp 90,000.00
10 Tukang Kayu Org/hr Rp 90,000.00
11 Tukang Besi / Baja Org/hr Rp 90,000.00
12 Tukang Cat Org/hr Rp 90,000.00
13 Tukang Listrik Org/hr Rp 90,000.00
14 Tukang Pipa Org/hr Rp 90,000.00
15 Tukang Las Listrik Org/hr Rp 90,000.00
16 Pekerja Org/hr Rp 80,000.00

Tabel 13. Biaya Pekerja Bekisting Konvensional


Jumlah Upah Total Biaya
No Pekerja Sat
(Hari) (Rp) (Rp)
1 Tukang Kayu OH 28 90.000,00 2.520.000,00
2 Pekerja OH 28 80.000,00 2.240.000,00
Total Biaya 4.760.000,00

Tabel 14. Biaya Pekerja Bekisting Semi Sistem


Jumlah Upah Total Biaya
No Pekerja Sat
(Hari) (Rp) (Rp)
1 Tukang Kayu OH 12 90.000,00 1.080.000,00
2 Pekerja OH 12 80.000,00 960.000,00
Total Biaya 2.040.000,00

f) Estimasi Biaya Pekerjaan


Tabel 15. Estimasi biaya pekerjaan
Rancangan Anggaran Biaya
Total Biaya
No Jenis Bekisting Bahan Pekerja
(Rp)
(Rp) (Rp)
1 Konvensional 40.357.000,00 4.760.000,00 45.117.000,00
2 Semi Sistem 18.198.000,00 2.040.000,00 20.238.000,00
74

3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan (Time Schedule)


Tabel 16. Time schedule
75

Tabel 17. Data Perbandingan Waktu Pelaksanaan Pekerjaan Bekisting


No Jenis Bekisting Volume Jumlah Durasi
Pekerjaan Pekerja Waktu
(m2) (Org) (Hari)
1 Konvensional 133,87 4 14
2 Semi Sistem 133,87 4 6

Tabel 18. Tabel Plotting Pelaksanaan Pekerjaan Bekisting

Jenis Jumlah Minggu Minggu Minggu


No
Bekisting Hari ke-1 ke-2 ke-3
Bekisting
1. 14
Konvensional
Bekisting
2. 6
Semi Sistem

Anda mungkin juga menyukai