Oleh:
ALMIRA DAVITA
1904101010016
Oleh:
ALMIRA DAVITA
1904101010016
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tugas akhir/tesis ini disusun sebagai
syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Teknik Sipil pada
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala adalah benar merupakan hasil karya
penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian
tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tugas akhir ini, telah penulis
cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tugas
akhir ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis
sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
Almira Davita
ii
Tugas Akhir Sarjana
Almira Davita
1904101010016
ABSTRAK
Keterlibatan banyak pihak pada kegiatan konstruksi membentuk suatu pola
hubungan rantai pasok. Rantai pasok merupakan jaringan-jaringan perusahaan yang
bekerjasama untuk menciptakan dan menghatantarkan produk. Salah satu cara
pengelolaannya adalah dengan menggunakan manajemen rantai pasok. Metode ini
diterapkan di dunia konstruksi untuk menjaga kelancaran aliran informasi, dana,
dan barang. Pada saat ini, masih banyak kontraktor yang belum menerapkan
manajemen rantai pasok dan cenderung masih menerapkan manajemen tradisional.
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana penerapan manajemen rantai
pasok pada proyek konstruksi dari sisi kontraktor beserta tantangan yang dihadapi
dengan menggunakan pendekatan studi kasus, yaitu dengan mengeksplor secara
mendalam proyek yang diteliti. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini
diadopsi dari Cooper (1993). Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran
kuisioner dan wawancara. Jumlah responden yang terkumpul sebanyak 12 orang
dari 4 perusahaan kontraktor dengan golongan menengah dan besar di Banda Aceh
yang sedang melaksanakan proyek gedung dan perumahan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa proyek perumahan Villa Harapan Indah sebesar 63,64%,
proyek gedung Badan Pengelolaan Keuangan Aceh sebesar 72,73%, proyek gedung
Bank Syariah Indonesia sebesar 72,73% dan proyek perumahan Klieng Cot Aron
sebesar 18,18%. Sedangkan faktor dominan hambatan dalam implementasinya
adalah faktor kompleksitas pada proyek yang terdapat 2 indikator dengan nilai rata-
rata tertinggi yaitu 3,83.
iii
Undergraduate Final Project
Almira Davita
1904101010016
ABSTRACT
iv
KATA PENGANTAR
v
8. Bapak Ir. Mahmuddin, S.T., M.T., selaku Pembimbing Pendamping
yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis
dalam penulisan tugas akhir ini.
9. Ibu Dr. Ir. Anita Rauzana, S.T., M.T., IPM., selaku Ketua Penguji
seminar proposal dan Sidang Tugas Akhir yang telah memberikan
pengarahan dalam berjalannya proses pengerjaan tugas akhir ini.
10. Ibu Ir. Febriyanti Maulina, S.T., M.T., selaku penguji II, dan Bapak
Dr. Ir. Mubarak, S.T., M.T., selaku penguji III yang telah banyak
memberikan masukan dan saran untuk perbaikan penulisan tugas akhir ini.
11. Seluruh dosen dalam lingkungan Fakultas Teknik Prodi Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala yang telah mendidik, mengajar, dan memberikan
dorongan kepada penulis, kemudian juga kepada seluruh staf Prodi Teknik
Sipil.
12. Ayahanda Mohd Irvan dan Ibunda Nevi Ariyani, Kakak Nevtia
Maharani, Abang Billy Dentiala, serta keluarga besar yang senantiasa
berdoa, memberikan cinta dan kasih sayang yang tiada hentinya serta
memberikan dorongan semangat yang tinggi kepada penulis.
13. Kepada teman – teman seperjuangan Cut Tari Anissa Mulya, Cut
Almas Faradisa, Cut Faradilla Chikana, Rana Zakirah, Mazaya Faiza, Jihan
Arifa Zurma dan Pocut Arifah Zahrina yang senantiasa menemani dan
selalu membantu penulis dari awal perkuliahan hingga penyelesaian tugas
akhir ini.
14. Kepada Dhiaulhaq Fasya yang membantu memberikan saran,
semangat dan motivasi selama proses pengerjaan tugas akhir ini.
15. Kepada para sahabat Warda, Ifa, Niva, dan Najla yang telah
memberikan semangat dan motivasi guna membantu penyelesaian tugas
akhir ini.
16. Kepada rekan-rekan Mahasiswa Manajemen Rekayasa Konstruksi
(CEMSA) dan teman-teman penelitian RSCC yang telah banyak membantu
penulis dalam proses penulisan tugas akhir ini.
vi
17. Serta semua pihak yang tidak tersebut namanya yang turut membantu
penulis dalam proses pembuatan Tugas Akhir ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis memohon maaf atas kekurangan
dan keterbatasan dalam penyajian buku ini. Akhir kata, semoga penelitian dapat
memberikan banyak manfaat. Amin ya Rabbal ‘Alamin.
Almira Davita
vii
DAFTAR ISI
viii
2.8 Metode Studi Kasus .................................................................................18
2.9 Kuisioner .................................................................................................18
2.10 Teknik Analisis Data ...............................................................................20
2.10.1 Analisis Deskriptif ........................................................................20
2.11 Penelitian Terdahulu Manajemen Rantai Pasok Konstruksi ...................20
ix
DAFTAR LAMPIRAN A
x
DAFTAR LAMPIRAN B
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
informasi dan pemantauan, mengelola sendiri, kurangnya berbagi risiko dan
manfaat (Ahmed et al.2002). Akibatnya, menggunakan metode manajemen
tradisional bisa jadi sulit untuk mendapatkan kinerja proyek terbaik. Oleh karena
itu, pencarian pendekatan baru diperlukan untuk mengatasi masalah dan
memastikan pembangunan industri konstruksi yang berkelanjutan. Manajemen
rantai pasok telah direkomendasikan sebagai solusi yang baik untuk mengatasi
masalah dan untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan daya saing industri
konstruksi (O'Brien et al.2004; Bankvall et al.2010). Manajemen rantai pasok
adalah integrasi aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi
barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke lapangan. Seluruh
aktivitas ini mencakup aktivitas pembelian dan pengalihdayaan (outsourcing),
ditambah fungsi lain yang penting baik hubungan antara pemasok dengan
distributor (Heizer dan Render, 2008). Manajemen rantai rasok dapat
mengembangkan kapasitas total perusahaan melalui pemaksimalan waktu,
lokasi dan aliran kuantitas bahan (Cuandra, 2022).
Besrdasarkan uraian diatas manajemen rantai pasok merupakan hal yang
penting untuk menunjang efisiensi dan efektivitas kinerja proyek. Namun, belum
semua pelaku industri konstruksi menerapkan konsep manajemen rantai pasok.
Beranjak dari kondisi tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk melihat
implementasi manajemen rantai pasok pada proyek konstruksi gedung dan
perumahan di Banda Aceh serta kendalanya yang diidentifikasi dengan
menggunakan indikator-indikator yang telah dikembangkan pada penelitian
sebelumnya dengan pendekatan studi kasus.
Proyek merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifatnya tidak rutin,
memiliki keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumber daya serta memiliki
spesifikasi tersendiri atas produk yang akan dihasilkan. Dengan adanya
keterbatasan-keterbatasan dalam mengerjakan suatu proyek, maka sebuah
organisasi proyek sangat dibutuhkan untuk mengatur sumber daya yang dimiliki
agar dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang sinkron sehingga tujuan proyek bisa
tercapai. Organisasi proyek juga dibutuhkan untuk memastikan bahwa pekerjaan
dapat diselesaikan dengan cara yang efisien, tepat waktu dan sesuai dengan kualitas
yang diharapkan (Ramadhan & Madelan, 2020).
Ervianto (2005) menyatakan bahwa proyek konstruksi dapat dibedakan
menjadi dua jenis kelompok bangunan, yaitu:
1. Bangunan gedung; merupakan proyek konstruksi yang menghasilkan suatu
tempat bagi orang yang bekerja maupun tinggal. Pelaksanaanya relatif
sempit dan sudah diketahui pondasi umumnya dan sangat dibutuhkan
manajemen terutama untuk progressing pekerjaan, seperti contoh rumah,
pabrik, kantor dan lain lain.
2. Bangunan sipil; merupakan proyek konstruksi yang dilaksanakan untuk
mengelola alam yang akan berguna bagi kepentingan manusia. Umumnya
pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang dengan pondasi
yang berbeda satu sama lain dalam suatu proyek serta dibutuhkan
manajemen untuk menyelesaikan berbagai permasalahan, seperti contoh
jalan, jembatan, bendungan, dan infrastruktur lainnya.
4
5
yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu
produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya
termasuk supplier, pabrik, distributor, took atau ritel, serta perusahaan-perusahaan
pendukung seperti perusahaan jasa logistik. Pada suatu rantai pasok biasanya ada 3
macam aliran yang harus dikelola:
Manajemen
No Elemen Manajemen rantai pasok
tradisional
Pendekatan manajemen Melibatkan pihak lain dalam
1 Mengelola sendiri
inventarisasi rantai pasok
Manajemen
No Elemen Manajemen rantai pasok
tradisional
Besar untuk
menambah Kecil agar memudahkan
8 Skala basis pemasok
persaingan dan koordinasi
berbagi resiko
Sosok kepemimpinan
9 Tidak diperlukan Diperlukan
dalam rantai pasok
Setiap pihak
Banyaknya resiko dan Berbagi imbalan dan resiko
10 menanggung sendiri-
imbalan yang dibagi bersama-sama
sendiri
Kecepatan operasi,
Berorientasi
11 informasi dan Berorientasi pusat distribusi
pergudangan
inventarisasi
1. Cycle inventory
Cycle inventory adalah jumlah rata-rata dari inventory yang digunakan
untuk memenuhi permintaan dalam suatu waktu. Misalnya dalam sebulan
memerlukan 10 buah truk bahan baku, perusahaan bisa saja memesan 10 truk
bahan baku dalam sekali pesan atau bisa memesan 1 truk bahan baku yang
dipesan tiap 3 hari. Ini tergantung dari strategi rantai pasok apa yang mereka
terapkan (responsif atau efisiensi) dengan memperhitungkan ordering cost
(biaya pesan) dan holding cost (biaya penyimpanan).
2. Safety Inventory
Safety inventory adalah inventory yang dibuat untuk berjaga-jaga terhadap
perkiraan akan kelebihan permintaan. Ini digunakan untuk mengatasi
ketidakpastian atas permintaan yang tinggi.
3. Seasonal Inventory
Seasonal inventory adalah inventory yang dibuat untuk mengatasi
keragaman yang dapat diprediksi dalam permintaan. Perusahaan yang
menggunakan seasonal inventory akan membangun persediaan mereka pada
periode permintaan barang rendah dan menyimpannya untuk periode
permintaan barang menjadi tinggi, dimana pada saat permintaan tinggi mereka
tidak dapat memproduksi semua barang.
c) Jangka waktu
Perpanjangan jangka waktu merupakan hal penting untuk hubungan yang
bertahan lama. Setiap pihak mengharapkan keterlibatan untuk waktu yang
cukup lama. Jika tidak, investasi pada sistem informasi terintegritas dan sistem
operasi akan sulit untuk dikembalikan dalam siklus hubungan yang lebih
pendek. Selama rentang waktu kontraktual tetap, hubungan diharapkan
11
diperpanjang melampaui umur kontrak (Cooper, 1993).
f) Perencanaan bersama
Rantai pasok tradisional, perencanaan antara para pihak berfokus pada
transaksi jangka pendek, seperti pengiriman bersyarat dari pembelian tertentu,
berkebalikan dengan manajemen rantai pasok. Jika pihak yang terlibat lebih
terkoordinasi, perencanaan aliran material dan pengembangan produk akan
sesuai. Selain itu, juga terdapat proses yang berkelanjutan dari perencanaan,
evaluasi, dan peningkatan dalam beberapa tahun (Cooper, 1993).
Gambar 2.3 Pola Umum Rantai Pasok Konstruksi Bangunan Gedung (Susilawati
dan Wirahadikusumah, 2005).
Pola umum dapat diidentifikasi sebagai pola yang terjadi dalam rantai pasok
kontraktor dengan tiga pola hubungan umum yang sering terjadi, yaitu:
Pola 1 : Pola pekerjaan yang langsung dilaksanakan oleh kontraktor utama dan
kontraktor utama melakukan sendiri proses pengadaan material, alat dan pekerja.
Pola 2 : Pola pekerjaan dimana kontraktor utama memilih sub kontraktor untuk
melaksanakan pekerjaan klasifikasi konstruksi umum serta klasifikasi konstruksi
15
khusus yang tidak memerlukan perlengkapan khusus dengan pengadaan material,
alat dan pekerja disediakan langsung oleh subkontraktor.
Pola 3 : Pola pekerjaan dimana kontraktor utama menunjuk subkontraktor spesialis
untuk melaksanakan pekerjaan dengan klasifikasi konstruksi khusus yang
memerlukan keahlian atau perlengkapan khusus, dengan peralatan, material dan
pekerja langsung disediakan oleh subkontraktor spesialis.
Gambar 2.4 Pola Umum Rantai Pasok pada Pembangunan Perumahan (Juarti et
al., 2010).
Tabel 2.4 Jenis Rumah Berdasarkan Luas Rumah dan Keterjangkauan Harga
Tipe Rumah Luas Bangunan Luas Tanah Harga Jual
Rumah Sederhana 36 M2 90 M2 90 Juta s/d 150 juta
Rumah Menengah 45 M2 <M<80 M2 90 M2<M<150 M2 150 Juta s/d 450 Juta
Rumah Mewah <80 M2 <200 M2 >450 Juta
(Sumber: Suparno Sastra M.(2006) dan Wulan Puspita(2008)).
16
2.5 Hambatan dalam Penerapan Manajemen Rantai Pasok
Sumber
Faktor Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8
Kurangnya komitmen manajemen
X X X X X
puncak
Kurangnya pemahaman
X X X X X
manajemen rantai pasok
Ketidakpastian pengiriman
material karena keterbatasan stock X X X
material dari supplier
Faktor
Ketidakpastian Ketidakpastian informasi
pada Proyek mengenai harga material oleh X X X
supplier
Ketidakpastian kualitas dan
X X
kuantitas material
18
Sumber
Faktor Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8
Ketidakpastian kualitas SDM
X
dalam mengelola manajemen
2.9 Kuisioner
∑ 𝑋1 .𝑓1
X = × 100% ………………….………………………………..(2.1)
𝑁
𝐹
P = 𝑁 × 100% …………………………………………………….….(2.2)
Keterangan:
X = Rata – rata (mean) variabel X
∑ 𝑋1 = Penjumlahan unsur pada variabel X
𝑓1 = Frekuensi variabel
P = Persentase jawaban
F = Jumlah jawaban
N = Jumlah responden
1. Identifikasi Permasalahan
2. Studi literatur
3. Penentuan instrumen penelitian
4. Penyusunan kuisioner dan wawancara
5. Pengumpulan data primer dan sekunder
6. Pengolahan dan analisis data
7. Kajian implementasi manajemen rantai pasok dan hambatannya
8. Kesimpulan dan saran
22
23
perusahaan kontraktor di Kota Banda Aceh.
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian
(Sugiyono, 2013). Pada penelitian ini data primer diperoleh dari penyebaran
kuesioner dan wawancara kepada project manager, site manager, dan atau divisi
logistik.
Indikator hambatan rantai pasok berdasarkan hasil kajian literatur pada tabel
2.4 dapat dilihat pada Tabel 3.2
Faktor Indikator
Kurangnya komitmen manajemen puncak (keterlibatan langsung
pemimpin dari level tertinggi di perusahaan, yang bertugas untuk
merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan
mengarahkan jalannya perusahaan)
Kurangnya pemahaman manajemen rantai pasok
Terdapat ketidakcocokan partner mengenai konsep manajemen
rantai pasok yang diterapkan perusahaan
Rendahnya komitmen dari rekan kerja
Faktor hambatan
membangun Manfaat strategis tidak jelas (berkaitan dengan memberikan
hubungan rantai kepuasan pelanggan, meningkatkan pendapatan, menurunkan
pasok biaya, pemanfaatan aset yang semakin tinggi, peningkatan
keuntungan dan perusahaan semakin besar)
Kurangnya teknologi informasi yang tepat (teknologi yang
berhubungan dengan pengolahan data menjadi informasi dan
proses penyaluran data/informasi)
Tidak ada interaksi langsung yang mengarah pada membina
hubungan jangka panjang yang berkelanjutan dengan stakeholder
Kurangnya kepercayaan partner pada mitra yang terlibat dalam
proyek
25
Faktor Indikator
Kekurangan sumber daya yang memadai untuk
mmengintegrasikan proses dan mengelola logistik
Kurangnya sistemisasi pada struktur organisasi dan dukungan
antara mitra yang terlibat dalam proyek
Hubungan yang kurang baik (perselisihan) antara rekan kerja
Faktor hambatan
Kurangnya kejelasan, batasan dan ketidakcukupan dalam
dalam pelaksanaan
memberikan informasi dan pengumuman proyek
proyek
Kurangnya persiapan awal dari kontraktor dan konsultan yang
terlibat dalam proyek tersebut
Pekerja temporer ahli tidak langsung dis ertakan dalam prosedur
tugas
Lokasi pemasok jauh sehingga meningkatkan biaya transportasi
Memilih partner kerja hanya berdasarkan biaya termurah
Pada penelitian ini, kuesioner dirancang menjadi 3 bagian, yakni sebagai berikut:
a) Kuesioner A
Dalam kuesioner tersebut terdapat beberapa pertanyaan tentang data
26
karakteristik responden dan perusahaan yang harus diisi oleh responden.
Informasi ini akan digunakan sebagai dasar untuk mengetahui latar belakang
responden dan perusahaan.
b) Kuesioner B
Dalam kuesioner ini terdapat beberapa pertanyaan tentang kegiatan
implementasi rantai pasok. Responden harus menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut berdasarkan gambaran atau persepsi mereka, sehingga kuesioner ini
dapat memberikan gambaran kesesuaian penerapan rantai pasok. Skala yang
digunakan dalam kuisioner ini adalah skala guttman.
c) Kuisioner C
Dalam kuesioner ini terdapat beberapa pertanyaan tentang faktor-faktor
yang menghambat penerapan manajemen rantai pasok. Responden harus
menjawab dengan menentukan seberapa besar frekuensi hambatan tersebut
terjadi. Skala yang digunakan dalam kuisioner ini adalah skala likert.
3.5.3 Wawancara
3.5.3 Dokumentasi
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun sistematis data yang
diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner, wawancara, catatan lapangan, serta data
dokumentasi. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan
data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
4.1 Hasil
a. Data responden
28
29
Tabel 4.1 Data responden
b. Data Perusahaan
Tabel 4.3 Persentase Penerapan Manajemen Rantai Pasok Proyek Perumahan Villa
Harapan Indah
Tidak
Menerapkan
No Elemen menerapkan
MRP
MRP
Pendekatan manajemen inventarisasi (Manajemen
1 1
persediaan)
3 Jangka waktu 1
Banyaknya informasi yang dibagi dan diamati
4 1
bersama
5 Banyaknya koordinasi antar tingkatan 1
6 Perencanaan bersama 1
7 Kesesuaian kebijakan perusahaan 1
8 Luas lingkup supplier 1
Jumlah 7 4
Tidak
Menerapkan
No Elemen menerapkan
MRP
MRP
Pendekatan manajemen inventarisasi (Manajemen
1 1
persediaan)
3 Jangka waktu 1
Banyaknya informasi yang dibagi dan diamati
4 1
bersama
5 Banyaknya koordinasi antar tingkatan 1
6 Perencanaan bersama 1
7 Kesesuaian kebijakan perusahaan 1
8 Luas lingkup supplier 1
Proses penelitian dilakukan pada tanggal 29 Mei 2023, proyek gedung Badan
Pengelolaan Keuangan Aceh dilaksanakan oleh PT. Adik Abang Qanita yang
berlokasi di Klieng Cot Aron, Baitussalam, Kabupaten Aceh Besar. Proyek ini
memiliki luas tanah 2.436,72 𝒎𝟐 dan tinggi bangunan 40,5 m yang berjumlah 9
tingkat (1 basement dan 8 lantai) dengan anggaran sebesar Rp. 34.000.000.000,-.
Pengisian kuisioner dan wawancara dilakukan oleh 3 orang responden, yaitu 1
orang direktur, 1 orang project manager dan 1 orang dari divisi logistik. Persentase
penerapan manajemen rantai pasok dapat dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Persentase Penerapan Manajemen Rantai Pasok Proyek Gedung BPKA
Tidak
Menerapkan
No Elemen menerapkan
MRP
MRP
Pendekatan manajemen inventarisasi (Manajemen
1 1
persediaan)
2 Pendekatan biaya total 1
3 Jangka waktu 1
Banyaknya informasi yang dibagi dan diamati
4 1
bersama
5 Banyaknya koordinasi antar tingkatan 1
6 Perencanaan bersama 1
7 Kesesuaian kebijakan perusahaan 1
8 Luas lingkup supplier 1
9 Sosok kepemimpinan dalam rantai pasok 1
10 Banyaknya resiko dan imbalan yang dibagi 1
11 Kecepatan operasi, informasi dan inventarisasi 1
Jumlah 8 3
Persentase 72.73% 27.27%
36
Berdasarkan hasil kuisioner proyek gedung BPKA telah melaksanakan
manajemen rantai pasok dengan persentase sebesar 72,73%. Dari hasil wawancara
kepada responden, proyek ini merupakan proyek pemerintah yang melalui proses
tender untuk memilih kontraktor pelaksananya, pada tahap 1 tender dimenangkan
oleh PT. Adik Abang Qanita, pelaksanaan tahap 1 adalah pemasangan pondasi tiang
pancang hingga basement dengan anggaran sebesar Rp.34.000.000.000,00-,
supplier juga ikut terlibat dalam mengontrol dan efisiensi biaya pengadaan material.
Hubungan kerjasama yang terjalin pada subkontraktor/supplier ditetapkan
oleh kontraktor. Tidak ada keharusan dalam memilih subkontraktor/supplier selama
memenuhi syarat dan spesifikasi. Selain itu, informasi mengenai pengadaan,
kendala, dan inventory dibagi dan diamati bersama oleh subkontraktor yang
berkaitan dan supplier. Terkait keperluan material, perusahaan memasok dari toko
bangunan yang telah ditentukan sesuai dengan standarnya serta peralatan seperti
bulldozer, grader dan beko cenderung disewa. PT. Adik Abang Qanita dalam
proyek ini cenderung memilih lingkup supplier yang sedikit dengan
mengoptimalkan supplier yang kompeten agar memudahkan koordinasi sehingga
tingkat persaingan dan risiko juga rendah.
Struktur organisasi pada proyek gedung BPKA terdiri dari beberapa
tingkatan penanggungjawab, pihak yang terlibat dalam proyek ini antara lain:
owner, kontraktor, subkontraktor, konsultan, supplier, dan pekerja. Setiap pihak
memiliki peran masing-masing, secara keseluruhan imbalan dan risiko ditanggung
masing-masing oleh pihak perusahaan.
Perencanaan bersama melibatkan pihak lain, seperti supplier/subkontraktor,
sehingga diperlukan kesesuaian kebijakan dengan perusahaan untuk membina
hubungan. Sosok kepemimpinan diperlukan karena menaungi tanggungjawab yang
besar, dan untuk menjadi penengah apabila terjadi konflik, selain itu dengan adanya
sosok kepemimpinan akan membuat pekerjaan menjadi terkontrol dengan baik.
Pengelolaan inventarisasi proyek gedung BPKA berorientasi pusat distribusi,
pembelian material secara bertahap tergantung kebutuhan dilapangan pada satu
waktu, sebagian besar penyimpanan material sementara dan peralatan langsung
dilokasi proyek yang akan dilaksanakan, dengan memanfaatkan lahan proyek untuk
penyimpanan utama akan lebih efisien dalam pelaksanaannya. Dalam mengelola
37
manajemen inventarisasi tidak melibatkan supplier, sebatas perencanaan dan
pengamatan saja, proyek ini juga memanfaatkan lahan proyek untuk pergudangan
sementara agar memudahkan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Proses penelitian dilakukan pada tanggal 16 Juni 2023, proyek gedung Bank
Syariah Indonesia dilaksanakan oleh PT. PP (Persero) Tbk yang berlokasi di Jl.
Teuku Moh Daud Beureueh No.33C, Laksana, Kuta Alam, Banda Aceh. Proyek ini
memiliki luas tanah 4.190 𝒎𝟐 dan tinggi bangunan 46,6 m yang berjumlah 10
tingkat (2 basement dan 8 lantai) dengan anggaran sebesar Rp. 325.674.000.000,-.
Pengisian kuisioner dan wawancara dilakukan oleh 3 orang responden, yaitu 1
orang site manager dan 2 orang dari divisi logistik.. Persentase penerapan
manajemen rantai pasok dapat dilihat pada Tabel 4.6
Tabel 4.6 Persentase Penerapan Manajemen Rantai Pasok Proyek Gedung BSI
Tidak
Menerapkan
No Elemen menerapkan
MRP
MRP
Pendekatan manajemen inventarisasi (Manajemen
1 1
persediaan)
2 Pendekatan biaya total 1
3 Jangka waktu 1
Banyaknya informasi yang dibagi dan diamati
4 1
bersama
5 Banyaknya koordinasi antar tingkatan 1
6 Perencanaan bersama 1
7 Kesesuaian kebijakan perusahaan 1
8 Luas lingkup supplier 1
9 Sosok kepemimpinan dalam rantai pasok 1
Jumlah 8 3
Persentase 72.73% 27.27%
`A11 Hubungan yang kurang baik (perselisihan) antara rekan kerja 3.00 9
Penerapan MRP
No Proyek
Ya Tidak
1 PerumahanVilla Harapan Indah 63,64% 36,36%
2 Perumahan Klieng Cot Aron 18,18% 81,82%
3 Gedung Badan Pengelolaan Keuangan Aceh 72,73% 27,27%
4 Gedung Bank Syariah Indonesia 72,73% 27,27%
Bab ini akan menjabarkan kesimpulan dari hasil dan pembahasan pada bab
sebelumnya serta memberikan saran – saran yang berhubungan dengan penelitian
ini.
5.1 Kesimpulan
1. Dari 4 proyek yang diteliti telah menerapkan manajemen rantai pasok, 3 dari
4 proyek yang telah menerapkan manajemen rantai pasok >50% yaitu
proyek perumahan Villa Harapan Indah sebesar 63,64%, proyek gedung
Badan Pengelolaan Keuangan Aceh sebesar 72,73% dan proyek gedung
Bank Syariah Indonesia sebesar 72,73%. Lalu, 1 dari 4 proyek yang
menerapkan manjemn rantai pasok <50% yaitu proyek perumahan Klieng
Cot Aron sebesar 18,18%.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan dari penelitian ini, saran yang ingin
penulis sampaikan bahwa, penelitian yang dilakukan masih terbatas pada 4 proyek
yaitu 2 proyek gedung dan 2 proyek perumahan dikarenakan keterbatasan akses dan
waktu yang tersedia. Peneliti berharap pada penelitian selanjutnya untuk
mendapatkan proyek yang lebih banyak.
46
47
DAFTAR PUSTAKA
Akintoye, A., Mcintosh, G., & Fitzgerald, E. (2000). A survey of supply chain collaboration
and management in the UK construction industry. 6.
Amade, B. (2016). Supply Chain Management and Construction Project Delivery :
Constraints to its Supply Chain Management and Construction Project Delivery :
Constraints to its Application. May.
Battula, V. R., Namburu, S. K., & Kone, V. (2020). A study on factors involved in
implementation of supply chain management in construction industry. Materials
Today: Proceedings, 33, 446–449. https://doi.org/10.1016/j.matpr.2020.04.900
Cooper. (1993). Characteristics of Supply Chain Management and the Implications for
Purchasing and Logistics Strategy. 34(1), 1–5.
Cuandra, F. (2022). Analisis Penerapan Manajemen Rantai Pasok Dan Erp Pada Pt Semen
Padang. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 2(6), 65–70.
Ervianto, W. I. (2005). Manajemen Proyek Konstruksi (Edisi Revisi). Penerbit Andi.
Hendrawan, H. (2021). Analisis Rantai Pasok Material Semen pada Proyek Konstruksi di
Kota Tarakan.
Juarti, E. R. (2010). Pola Rantai Pasok Pada Pengembangan Perumahan. 022, 27.1-27.7.
Leppe, E. P., Karuntu, M., Ekonomi, F., Bisnis, D., Manajemen, J., & Ratulangi, U. S.
(2019). Kelurahan Bahu Manado Analysis of Home-Based Industrial Tofu Supply
Chain Management in Bahu. 7(1), 201–210.
Okafor, C. C., Ani, U. S., & Ugwu, O. (2021). Evaluation of Supply Chain Management
Lapses in Nigeria ’ s Construction Industry Evaluation of Supply Chain Management
Lapses in Nigeria ’ s Evaluation of Supply Chain Management Lapses in Nigeria ’ s
Construction Industry Chigozie Collins Okafor , Ugochukwu Sydney Ani & Onuegbu
Ugwu. International Journal of Construction Education and Research, 00(00), 1–20.
https://doi.org/10.1080/15578771.2020.1869122
Pahinggis, M. (2021). Analisis Pengaruh Penerapan Supply Chain Management
Pengadaan Material Terhadap Kinerja Proyek Konstruksi ( Studi Kasus : Proyek
Apartemen Jakarta Living Star ) (Issue 02).
Ramadhan, T., & Madelan, S. (2020). Analisis Optimalisasi Proyek Dengan Menggunakan
Metode PERT 1. December.
Salami, E., Aydinli, S., & Oral, E. L. (2016). Barriers to the Implementation of Supply
Chain Management- Case of Small to Medium Sized Contractors in Turkey.
48
September. https://doi.org/10.21275/ART20161582
Smadi, S. A.-D. W. Al, Smadi Mnaseer, R. Al, Hammoudah, A., Alhndawi, Y., Shafiq, A.,
& Husienat, M. (2022). Obstacles of Applying Supply Chain Management Concepts
( SCM ) in the Jordanian Construction Sector . 5(1), 1–9.
https://doi.org/10.37284/ijar.5.1.533.1
Steven, Ali, R. C., & Alifen, R. S. (2017). Studi Penerapan Manajemen Rantai Pasok
Pengadaan Material Proyek Konstruksi. 2, 217–223.
Sucahyowati, H. (2011). Manajemen Rantai Pasok. 13(1), 20–28.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Susilawati, & Wirahadikusumah. (2005). Pola Supply Chain pada Proyek Konstruksi
Bangunan Gedung.
Thaha, P. (2016). Pengembangan Model Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Pada Industri
Konstruksi Perumahan. In Nature Methods (Vol. 7, Issue 6).
Vaidyanathan, K. (2011). Value of Visibility and Planning in An Engineer-to-order
Environment.
Vrijhoef, R., & Koskela, L. J. (1999). Roles of Supply Chain Management in Construction.
January 1999.
Wahyono. (2017). Manajemen Rantai Pasok Pembangunan Gedung Administrasi Poltekes
Pontianak.
Warella, S. Y. et al. (2021). Manajemen Rantai Pasok.
49
LAMPIRAN A
Mulai
Identifikasi Masalah
Studi Literatur
Selesai
Sumber : https://sindunesia.com/peta-aceh/
51
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
LAMPIRAN B
LAMPIRAN B
LAMPIRAN B
LAMPIRAN B
LAMPIRAN B
Jenis kelamin Usia responden Pendidikan Pengalaman kerja bidang konstruksi Jabatan
Responden
Pria Wanita 25 - 34 35 - 44 45 - 54 > 54 SMA DIII S1 S2 ≤3 4-5 6 - 10 > 10 Direktur Project manager Site manager Divisi logistik
1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 1
12 1 1 1 1 1
Jumlah 12 0 2 6 4 0 1 1 10 0 2 3 1 6 2 2 1 7
61
LAMPIRAN B
Tabel 4.3 Rekapitulasi Jawaban Penerapan Manajemen Rantai Pasok Proyek Perumahan Villa Harapan Indah
No Elemen 1 2 3
Keterangan :
Pendekatan manajemen inventarisasi (Manajemen persediaan)
1 ☐ Tidak melibatkan pihak lain dalam mengelola manajemen inventarisasi (dikelola secara mandiri) 1 = Belum Menerapkan
☐ Melibatkan supplier dalam mengelola manajemen inventarisasi 1 1
Pendekatan biaya total = Sudah Menerapkan
2 ☐ Mengontrol dan efisiensi biaya dalam pengadaan material bersama supplier
☐ Fokus Meminimalisir biaya perusahaan 1 1 1
Jangka waktu hubungan kerjasama rekanan
3 ☐ Tidak ada interaksi langsung yang mengarah pada membina hubungan jangka panjang yang berkelanjutan dengan supplier/subkontraktor 1 1
☐ Membina kerjasama dengan supplier/subkontraktor dalam jangka panjang 1
Banyaknya informasi yang dibagi dan diamati bersama
4 ☐ Bertukar informasi dengan supplier mengenai pengadaan, kendala dan inventory untuk proses perencanaan dan pengamatan
☐ Bertukar informasi hanya terbatas saat bertransaksi tanpa melakukan perencanaan dan pengamatan bersama 1 1 1
Banyaknya koordinasi antar tingkatan
5 ☐ Hanya terjadi kontak antara dua pihak yang berhubungan langsung 1
☐ Terjadi kontak antar pihak yang tergabung dalam rantai pasok seperti berkoordinasi dengan supplier terkait pengadaan material 1 1
Keterlibatan supplier/subkontraktor dalam perencanaan bersama
6 ☐ Melibatkan pihak lain seperti supplier/subkontraktor dalam perencaanaan 1
☐ Hanya berbasis transaksi, tanpa melakukan perencanaan bersama 1 1
Kesesuaian kebijakan perusahaan
7 ☐ Tidak perlu melakukam penyesuaian untuk membina hubungan
☐ Ada kesesuaian setidaknya untuk membina hubungan, seperti supplier /subkontraktor menyesuaikan diri dengan sistem kerja perusahaan 1 1 1
Luas lingkup supplier
8 ☐Ruang lingkup yang kecil agar memudahkan koordinasi (dengan mengoptimalkan supplier yang kompeten) 1 1
☐ Ruang lingkup berskala besar untuk menambah persaingan dan berbagi resiko 1
Sosok kepemimpinan dalam rantai pasok
9 ☐ Tidak diperlukan karena tidak menaungi tanggung jawab besar 1
☐ Diperlukan untuk menjadi penengah apabila terjadi konflik 1 1
Banyaknya resiko dan imbalan yang dibagi
10 ☐ Berbagi imbalan dan resiko bersama-sama 1 1 1
☐ Setiap pihak menanggung sendiri-sendiri
Kecepatan operasi, informasi dan inventarisasi
11 ☐ Berorientasi pergudangan (menyimpan material/peralatan di lapangan) 1
☐ Berorientasi pusat distribusi dan mengutamakan aliran stock kebutuhan dilapangan 1 1
62
LAMPIRAN B
Tabel 4.3 Rekapitulasi Jawaban Penerapan Manajemen Rantai Pasok Proyek Perumahan Klieng Cot Aron
No Elemen 1 2 3
Keterangan :
Pendekatan manajemen inventarisasi (Manajemen persediaan)
1 ☐ Tidak melibatkan pihak lain dalam mengelola manajemen inventarisasi (dikelola secara mandiri) 1 1 1 = Belum Menerapkan
☐ Melibatkan supplier dalam mengelola manajemen inventarisasi
Pendekatan biaya total = Sudah Menerapkan
2 ☐ Mengontrol dan efisiensi biaya dalam pengadaan material bersama supplier
☐ Fokus Meminimalisir biaya perusahaan 1 1 1
Jangka waktu hubungan kerjasama rekanan
3 ☐ Tidak ada interaksi langsung yang mengarah pada membina hubungan jangka panjang yang berkelanjutan dengan supplier/subkontraktor 1 1 1
☐ Membina kerjasama dengan supplier/subkontraktor dalam jangka panjang
Banyaknya informasi yang dibagi dan diamati bersama
4 ☐ Bertukar informasi dengan supplier mengenai pengadaan, kendala dan inventory untuk proses perencanaan dan pengamatan
☐ Bertukar informasi hanya terbatas saat bertransaksi tanpa melakukan perencanaan dan pengamatan bersama 1 1 1
Banyaknya koordinasi antar tingkatan
5 ☐ Hanya terjadi kontak antara dua pihak yang berhubungan langsung 1 1
☐ Terjadi kontak antar pihak yang tergabung dalam rantai pasok seperti berkoordinasi dengan supplier terkait pengadaan material 1
Keterlibatan supplier/subkontraktor dalam perencanaan bersama
6 ☐ Melibatkan pihak lain seperti supplier/subkontraktor dalam perencaanaan
☐ Hanya berbasis transaksi, tanpa melakukan perencanaan bersama 1 1 1
Kesesuaian kebijakan perusahaan
7 ☐ Tidak perlu melakukam penyesuaian untuk membina hubungan 1 1 1
☐ Ada kesesuaian setidaknya untuk membina hubungan, seperti supplier /subkontraktor menyesuaikan diri dengan sistem kerja perusahaan
Luas lingkup supplier
8 ☐Ruang lingkup yang kecil agar memudahkan koordinasi (dengan mengoptimalkan supplier yang kompeten) 1
☐ Ruang lingkup berskala besar untuk menambah persaingan dan berbagi resiko 1 1
Sosok kepemimpinan dalam rantai pasok
9 ☐ Tidak diperlukan karena tidak menaungi tanggung jawab besar 1
☐ Diperlukan untuk menjadi penengah apabila terjadi konflik 1 1
Banyaknya resiko dan imbalan yang dibagi
10 ☐ Berbagi imbalan dan resiko bersama-sama 1 1
☐ Setiap pihak menanggung sendiri-sendiri 1
Kecepatan operasi, informasi dan inventarisasi
11 ☐ Berorientasi pergudangan (menyimpan material/peralatan di lapangan) 1 1 1
☐ Berorientasi pusat distribusi dan mengutamakan aliran stock kebutuhan dilapangan
63
LAMPIRAN B
Tabel 4.3 Rekapitulasi Jawaban Penerapan Manajemen Rantai Pasok Proyek Gedung Badan Pengelolaan Keuangan Aceh (BPKA)
No Elemen 1 2 3
Keterangan :
Pendekatan manajemen inventarisasi (Manajemen persediaan)
1 ☐ Tidak melibatkan pihak lain dalam mengelola manajemen inventarisasi (dikelola secara mandiri) 1 1 = Belum Menerapkan
☐ Melibatkan supplier dalam mengelola manajemen inventarisasi 1
= Sudah Menerapkan
Pendekatan biaya total
2 ☐ Mengontrol dan efisiensi biaya dalam pengadaan material bersama supplier 1
☐ Fokus Meminimalisir biaya perusahaan 1 1
Jangka waktu hubungan kerjasama rekanan
3 ☐ Tidak ada interaksi langsung yang mengarah pada membina hubungan jangka panjang yang berkelanjutan dengan supplier/subkontraktor 1
☐ Membina kerjasama dengan supplier/subkontraktor dalam jangka panjang 1 1
Banyaknya informasi yang dibagi dan diamati bersama
4 ☐ Bertukar informasi dengan supplier mengenai pengadaan, kendala dan inventory untuk proses perencanaan dan pengamatan 1 1 1
☐ Bertukar informasi hanya terbatas saat bertransaksi tanpa melakukan perencanaan dan pengamatan bersama
Banyaknya koordinasi antar tingkatan
5 ☐ Hanya terjadi kontak antara dua pihak yang berhubungan langsung 1
☐ Terjadi kontak antar pihak yang tergabung dalam rantai pasok seperti berkoordinasi dengan supplier terkait pengadaan material 1 1
Keterlibatan supplier/subkontraktor dalam perencanaan bersama
6 ☐ Melibatkan pihak lain seperti supplier/subkontraktor dalam perencaanaan 1 1
☐ Hanya berbasis transaksi, tanpa melakukan perencanaan bersama 1
Kesesuaian kebijakan perusahaan
7 ☐ Tidak perlu melakukam penyesuaian untuk membina hubungan 1
☐ Ada kesesuaian setidaknya untuk membina hubungan, seperti supplier /subkontraktor menyesuaikan diri dengan sistem kerja perusahaan 1 1
Luas lingkup supplier
8 ☐Ruang lingkup yang kecil agar memudahkan koordinasi (dengan mengoptimalkan supplier yang kompeten) 1 1
☐ Ruang lingkup berskala besar untuk menambah persaingan dan berbagi resiko 1
Sosok kepemimpinan dalam rantai pasok
9 ☐ Tidak diperlukan karena tidak menaungi tanggung jawab besar
☐ Diperlukan untuk menjadi penengah apabila terjadi konflik 1 1 1
Banyaknya resiko dan imbalan yang dibagi
10 ☐ Berbagi imbalan dan resiko bersama-sama
☐ Setiap pihak menanggung sendiri-sendiri 1 1 1
Kecepatan operasi, informasi dan inventarisasi
11 ☐ Berorientasi pergudangan (menyimpan material/peralatan di lapangan) 1
☐ Berorientasi pusat distribusi dan mengutamakan aliran stock kebutuhan dilapangan 1 1
64
LAMPIRAN B
Tabel 4.3 Rekapitulasi Jawaban Penerapan Manajemen Rantai Pasok Proyek Gedung Badan Pengelolaan Keuangan Aceh (BPKA)
No Elemen 1 2 3
Keterangan :
Pendekatan manajemen inventarisasi (Manajemen persediaan)
1 ☐ Tidak melibatkan pihak lain dalam mengelola manajemen inventarisasi (dikelola secara mandiri) 1 1 1 = Belum Menerapkan
☐ Melibatkan supplier dalam mengelola manajemen inventarisasi
= Sudah Menerapkan
Pendekatan biaya total
2 ☐ Mengontrol dan efisiensi biaya dalam pengadaan material bersama supplier 1 1 1
☐ Fokus Meminimalisir biaya perusahaan
Jangka waktu hubungan kerjasama rekanan
3 ☐ Tidak ada interaksi langsung yang mengarah pada membina hubungan jangka panjang yang berkelanjutan dengan supplier/subkontraktor
☐ Membina kerjasama dengan supplier/subkontraktor dalam jangka panjang 1 1 1
Banyaknya informasi yang dibagi dan diamati bersama
4 ☐ Bertukar informasi dengan supplier mengenai pengadaan, kendala dan inventory untuk proses perencanaan dan pengamatan 1 1 1
☐ Bertukar informasi hanya terbatas saat bertransaksi tanpa melakukan perencanaan dan pengamatan bersama
Banyaknya koordinasi antar tingkatan
5 ☐ Hanya terjadi kontak antara dua pihak yang berhubungan langsung 1
☐ Terjadi kontak antar pihak yang tergabung dalam rantai pasok seperti berkoordinasi dengan supplier terkait pengadaan material 1 1
Keterlibatan supplier/subkontraktor dalam perencanaan bersama
6 ☐ Melibatkan pihak lain seperti supplier/subkontraktor dalam perencaanaan
☐ Hanya berbasis transaksi, tanpa melakukan perencanaan bersama 1 1 1
Kesesuaian kebijakan perusahaan
7 ☐ Tidak perlu melakukam penyesuaian untuk membina hubungan
☐ Ada kesesuaian setidaknya untuk membina hubungan, seperti supplier /subkontraktor menyesuaikan diri dengan sistem kerja perusahaan 1 1 1
Luas lingkup supplier
8 ☐Ruang lingkup yang kecil agar memudahkan koordinasi (dengan mengoptimalkan supplier yang kompeten) 1 1 1
☐ Ruang lingkup berskala besar untuk menambah persaingan dan berbagi resiko
Sosok kepemimpinan dalam rantai pasok
9 ☐ Tidak diperlukan karena tidak menaungi tanggung jawab besar
☐ Diperlukan untuk menjadi penengah apabila terjadi konflik 1 1 1
Banyaknya resiko dan imbalan yang dibagi
10 ☐ Berbagi imbalan dan resiko bersama-sama 1
☐ Setiap pihak menanggung sendiri-sendiri 1 1
Kecepatan operasi, informasi dan inventarisasi
11 ☐ Berorientasi pergudangan (menyimpan material/peralatan di lapangan) 1 1 1
☐ Berorientasi pusat distribusi dan mengutamakan aliran stock kebutuhan dilapangan
65
LAMPIRAN B
Responden
Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pendekatan manajemen inventarisasi (Manajemen persediaan) ✓ ✓ - - - - ✓ - - - - -
Keterangan :
LAMPIRAN B
Jawaban Responden
Responden
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21 A22 A23 A24 A25 A26 A27 A28 A29 A30
1 2 3 3 3 3 2 3 4 2 2 3 2 2 4 1 4 1 2 3 2 4 5 3 4 4 2 3 4 5 3
2 3 2 3 2 4 1 4 3 3 2 3 4 4 3 3 4 2 2 3 2 4 5 3 3 4 2 3 2 3 2
3 3 3 3 2 4 1 4 3 3 2 3 4 4 3 3 4 2 2 3 2 4 5 4 3 4 2 3 2 3 2
4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 2 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 5 3 2 2 2 2 2 2
6 5 5 4 3 5 4 2 3 2 3 1 2 1 2 4 3 4 3 2 3 2 4 2 4 3 4 2 3 2 3
7 4 4 4 4 3 5 4 3 4 3 3 4 5 4 3 5 4 4 4 3 4 5 4 3 3 3 3 4 5 3
8 5 4 4 2 2 2 2 3 3 3 4 3 2 2 4 2 4 3 3 4 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3
9 2 2 3 3 3 4 3 1 1 3 1 1 1 2 4 4 4 2 2 4 4 1 4 4 4 2 2 1 1 2
10 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 2 4 3 3
11 4 4 4 5 4 4 4 3 4 5 4 3 4 3 5 4 3 3 5 4 5 4 5 5 4 4 3 4 3 3
12 3 3 4 4 5 5 3 4 4 5 3 3 4 4 5 4 4 3 3 3 4 4 5 4 3 4 4 5 3 3
Xtotal 39 38 42 38 44 38 40 36 36 38 36 37 38 38 43 44 39 32 38 37 44 46 46 44 42 37 35 39 37 34
Xrata-rata 3.25 3.17 3.00 3.17 3.67 3.17 3.33 3.00 3.00 3.17 3.00 3.08 3.17 3.17 3.58 3.67 3.25 2.67 3.17 3.08 3.67 3.83 3.83 3.67 3.50 3.08 2.92 3.25 3.08 2.83
Perhitungan X rata-rata :
∑ 𝑋1 .𝑓1
X rata-rata = 𝑁
(5 x 2) + (4 x 3) + (3 x 3) + (2 x 4) + (1 x 0)
X rata-rata = = 3,25
12
𝑀𝑎𝑘𝑎,
1 ↔ (1 + 1,33) = 1 ↔ 2,33 = Rendah
2,34 ↔ (2,34 + 1,33) = 2,34 ↔ 3,67 = Sedang
3,68 ↔ (3,69 + 1,33) = 3,68 ↔ 5 = Tinggi