Anda di halaman 1dari 79

KAJIAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN RANTAI

PASOK PADA PROYEK GEDUNG DAN


PERUMAHAN DI BANDA ACEH

TUGAS AKHIR SARJANA

Oleh:

ALMIRA DAVITA
1904101010016

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2023
KAJIAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN RANTAI
PASOK PADA PROYEK GEDUNG DAN
PERUMAHAN DI BANDA ACEH

TUGAS AKHIR SARJANA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Teknik dalam Program Studi Teknik Sipil pada
Jurusan Teknik Sipil – Universitas Syiah Kuala

Oleh:

ALMIRA DAVITA
1904101010016

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2023
PERNYATAAN

KAJIAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA


PROYEK GEDUNG DAN PERUMAHAN DI BANDA ACEH

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tugas akhir/tesis ini disusun sebagai
syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Teknik Sipil pada
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala adalah benar merupakan hasil karya
penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian
tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tugas akhir ini, telah penulis
cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tugas
akhir ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis
sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.

Banda Aceh, 31 Juli 2023


Penulis,

Almira Davita

ii
Tugas Akhir Sarjana

Kajian Implementasi Manajemen Rantai Pasok pada


Proyek Gedung dan Perumahan di Banda Aceh

Almira Davita
1904101010016

Program Studi Sarjana


Jurusan Teknik Sipil-Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK
Keterlibatan banyak pihak pada kegiatan konstruksi membentuk suatu pola
hubungan rantai pasok. Rantai pasok merupakan jaringan-jaringan perusahaan yang
bekerjasama untuk menciptakan dan menghatantarkan produk. Salah satu cara
pengelolaannya adalah dengan menggunakan manajemen rantai pasok. Metode ini
diterapkan di dunia konstruksi untuk menjaga kelancaran aliran informasi, dana,
dan barang. Pada saat ini, masih banyak kontraktor yang belum menerapkan
manajemen rantai pasok dan cenderung masih menerapkan manajemen tradisional.
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana penerapan manajemen rantai
pasok pada proyek konstruksi dari sisi kontraktor beserta tantangan yang dihadapi
dengan menggunakan pendekatan studi kasus, yaitu dengan mengeksplor secara
mendalam proyek yang diteliti. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini
diadopsi dari Cooper (1993). Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran
kuisioner dan wawancara. Jumlah responden yang terkumpul sebanyak 12 orang
dari 4 perusahaan kontraktor dengan golongan menengah dan besar di Banda Aceh
yang sedang melaksanakan proyek gedung dan perumahan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa proyek perumahan Villa Harapan Indah sebesar 63,64%,
proyek gedung Badan Pengelolaan Keuangan Aceh sebesar 72,73%, proyek gedung
Bank Syariah Indonesia sebesar 72,73% dan proyek perumahan Klieng Cot Aron
sebesar 18,18%. Sedangkan faktor dominan hambatan dalam implementasinya
adalah faktor kompleksitas pada proyek yang terdapat 2 indikator dengan nilai rata-
rata tertinggi yaitu 3,83.

Kata kunci: Manajemen rantai rasok, rantai pasok, gedung, perumahan

iii
Undergraduate Final Project

Study of the Supply Chain Management Implementation in


Building and Residential Projects in Banda Aceh

Almira Davita
1904101010016

Undergraduate Program of Civil


Engineering Civil Engineering Department
of Engineering Faculty
Universitas Syiah Kuala

ABSTRACT

The involvement of many participants in construction activities forms a pattern


of supply chain relationships. Supply chains are networks of companies that work
together to create and deliver products. One way to manage it is to use supply chain
management. This method is applied in the world of construction to maintain the
smooth flow of information, funds and goods. At this time, there are still many
contractors who have not implemented supply chain management and tend to still
apply traditional management. This study aims to find out how supply chain
management is applied to construction projects from the contractor side and the
challenges faced by using a case study approach, namely by exploring in depth the
project under study. The instrument used in this study was adopted from Cooper
(1993). Data collection was carried out by distributing questionnaires and
interviews. The number of respondents collected was 12 people from 4 contractor
companies with medium and large groups in Banda Aceh who were carrying out
building and residential projects. The results showed that the Villa Harapan Indah
residence project was 63.64%, the Badan Pengelolaan Keuangan Aceh building
project was 72.73%, the Bank Syariah Indonesia building project was 72.73% and
the Klieng Cot Aron residence project was 18.18%. Meanwhile, the dominant factor
that hinders its implementation is the complexity factor in the project, where there
are 2 indicators with the highest average value of 3.83.
Keywords: supply chain, supply chain management, building , residence

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa


Ta’ala yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Kajian Implementasi Manajemen
Rantai Pasok pada Proyek Gedung dan Perumahan di Banda Aceh” sebagai salah
satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala. Shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabiyullah
Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, yang telah membawa umat manusia
dari alam jahiliyah ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat
sekarang ini.
Selama melakukan penyusunan hingga penyelesaian tugas akhir, penulis
banyak memperoleh bantuan secara moril, spiritual, dan materil dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Marwan, IPU, selaku Rektor Universitas Syiah Kuala.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Alfiansyah Yulianur BC, selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Syiah Kuala.
3. Bapak Dr. Ir. Yusria Darma, S.T., M.Eng.Sc., selaku Ketua Jurusan
Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala.
4. Ibu Dr. Ir. Ella Meilianda, S.T., M.T., selaku Sekretaris Jurusan
Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala.
5. Bapak Ir. Amir Fauzi, S.T., selaku Koordinator Program Studi Sarjana
Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala.
6. Ibu Dr. Cut Dwi Refika ST., M.Eng, selaku Dosen Pembimbing
Akademik dan Penguji I yang telah banyak memberikan masukan untuk
perbaikan penulisan tugas akhir ini .
7. Ibu Ir. Nurisra, S.T., M.T, selaku Pembimbing Utama yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penulisan
tugas akhir ini.

v
8. Bapak Ir. Mahmuddin, S.T., M.T., selaku Pembimbing Pendamping
yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis
dalam penulisan tugas akhir ini.
9. Ibu Dr. Ir. Anita Rauzana, S.T., M.T., IPM., selaku Ketua Penguji
seminar proposal dan Sidang Tugas Akhir yang telah memberikan
pengarahan dalam berjalannya proses pengerjaan tugas akhir ini.
10. Ibu Ir. Febriyanti Maulina, S.T., M.T., selaku penguji II, dan Bapak
Dr. Ir. Mubarak, S.T., M.T., selaku penguji III yang telah banyak
memberikan masukan dan saran untuk perbaikan penulisan tugas akhir ini.
11. Seluruh dosen dalam lingkungan Fakultas Teknik Prodi Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala yang telah mendidik, mengajar, dan memberikan
dorongan kepada penulis, kemudian juga kepada seluruh staf Prodi Teknik
Sipil.
12. Ayahanda Mohd Irvan dan Ibunda Nevi Ariyani, Kakak Nevtia
Maharani, Abang Billy Dentiala, serta keluarga besar yang senantiasa
berdoa, memberikan cinta dan kasih sayang yang tiada hentinya serta
memberikan dorongan semangat yang tinggi kepada penulis.
13. Kepada teman – teman seperjuangan Cut Tari Anissa Mulya, Cut
Almas Faradisa, Cut Faradilla Chikana, Rana Zakirah, Mazaya Faiza, Jihan
Arifa Zurma dan Pocut Arifah Zahrina yang senantiasa menemani dan
selalu membantu penulis dari awal perkuliahan hingga penyelesaian tugas
akhir ini.
14. Kepada Dhiaulhaq Fasya yang membantu memberikan saran,
semangat dan motivasi selama proses pengerjaan tugas akhir ini.
15. Kepada para sahabat Warda, Ifa, Niva, dan Najla yang telah
memberikan semangat dan motivasi guna membantu penyelesaian tugas
akhir ini.
16. Kepada rekan-rekan Mahasiswa Manajemen Rekayasa Konstruksi
(CEMSA) dan teman-teman penelitian RSCC yang telah banyak membantu
penulis dalam proses penulisan tugas akhir ini.

vi
17. Serta semua pihak yang tidak tersebut namanya yang turut membantu
penulis dalam proses pembuatan Tugas Akhir ini.
Dengan segala kerendahan hati, penulis memohon maaf atas kekurangan
dan keterbatasan dalam penyajian buku ini. Akhir kata, semoga penelitian dapat
memberikan banyak manfaat. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Banda Aceh, 31 Juli 2023


Penulis,

Almira Davita

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ....................................................................................................


LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................
PERNYATAAN ..................................................................................................... ii
ABSTRAK............................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN A ......................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN B .................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1


1.1 Latar belakang ...........................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah ..................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................................3
1.5 Batasan Masalah ........................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................4


2.1 Proyek Konstruksi .....................................................................................4
2.2 Rantai Pasok pada Proyek Konstruksi .......................................................4
2.2.1 Rantai pasok ...................................................................................4
2.2.2 Rantai pasok konstruksi ..................................................................5
2.3 Manajemen Rantai Pasok ..........................................................................6
2.3.1 Perbedaan manajemen rantai pasok dan manajemen tradisional....8
2.3.2 Area cakupan manajemen rantai pasok ........................................12
2.4 Manajemen Rantai Pasok Gedung dan Perumahan .................................13
2.4.1 Manajemen rantai pasok gedung ..................................................13
2.4.2 Manajemen rantai pasok perumahan ............................................15
2.5 Hambatan dalam Penerapan Manajemen Rantai Pasok ..........................16
2.6 Jenis dan Sumber Data ............................................................................18
2.6.1 Data Primer ...................................................................................18
2.6.2 Data Sekunder ..............................................................................18
2.7 Instrumen Penelitian ................................................................................18

viii
2.8 Metode Studi Kasus .................................................................................18
2.9 Kuisioner .................................................................................................18
2.10 Teknik Analisis Data ...............................................................................20
2.10.1 Analisis Deskriptif ........................................................................20
2.11 Penelitian Terdahulu Manajemen Rantai Pasok Konstruksi ...................20

BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................22


3.1 Metodologi Penelitian .............................................................................22
3.2 Objek Penelitian ......................................................................................22
3.3 Studi Kasus ..............................................................................................23
3.4 Jenis dan Sumber Data ...........................................................................23
3.4.1 Data primer .................................................................................23
3.4.2 Data sekunder .............................................................................23
3.5 Instrumen Penelitian ...............................................................................23
3.5.1 Perancangan Kuisioner ...............................................................25
3.5.2 Pengumpulan data.......................................................................26
3.5.3 Wawancara .................................................................................26
3.5.4 Dokumentasi ...............................................................................27
3.6 Pengolahan & Analisis Data ...................................................................27
3.6.1 Reduksi data ...............................................................................27
3.6.2 Analisis deskriptif .......................................................................27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................28


4.1 Hasil ........................................................................................................28
4.1.1 Karakteristik Responden dan Perusahaan ...................................28
4.1.2 Persentase implementasi manajemen rantai pasok .....................30
4.1.3 Analisis deskriptif hambatan manajemen rantai pasok ..............39
4.2 Hasil Pembahasan ...................................................................................43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................46


5.1 Kesimpulan ..............................................................................................46
5.2 Saran ........................................................................................................46

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................47

ix
DAFTAR LAMPIRAN A

Gambar A 3.1 Bagan Alir Penelitian………….………………………………49

Gambar A 3.2 Peta Wilayah Aceh………………………………………….....50

Gambar A 4.1 Pengisian Kuisioner dan Wawancara Bersama Responden..….51

x
DAFTAR LAMPIRAN B

Tabel B.4.1 Kuisioner Penelitian …………………………………………...…52

Tabel B.4.2 Rekapitulasi Jawaban Karakteristik Responden…………...……. 60

Tabel B.4.3 Rekapitulasi Persentase Penerapan Manajemen Rantai Pasok……61


Tabel B.4.4 Analisis Deskriptif Hambatan Manajemen Rantai Pasok………... 66

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Rantai pasok adalah sebuah sistem rangkaian kegiatan yang meliputi


koordinasi, penjadwalan dan pengendalian yang terdiri atas organisasi, sumber
daya manusia, aktivitas, informasi, dan sumber daya lainnya terhadap pengadaan,
produksi, persediaan, dan pengiriman produk ataupun layanan jasa dari suatu
pemasok kepada pelanggan. Rantai pasok merupakan suatu konsep yang awal
perkembangannya berasal dari industri manufaktur. Industri konstruksi mengadopsi
konsep ini untuk mencapai efisiensi mutu, waktu dan biaya yang pada akhirnya
dapat meningkatkan produktivitas dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi
(Wahyono, 2017). Dalam penelitian yang dilakukan (Vrijhoef & Koskela, 1999)
dijelaskan bahwa pada dasarnya di dalam suatu rantai pasok terdapat keterlibatan
berbagai pihak mulai dari hubungan hulu (upstream) hingga ke hilir (downstream),
dalam proses dan kegiatan yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang
bernilai hingga sampai kepada pelanggan terakhir.
Sebuah proyek konstruksi melibatkan banyak pihak, sehingga kolaborasi dan
kerja tim yang terintegrasi di antara para pihak di seluruh tahapan proyek penting
untuk mencapai keberhasilan proyek. Karena adanya keterlibatan berbagai pihak
dengan keahlian dan kepentingan yang berbeda-beda tersebut menunjukkan
terpecah-pecahnya suatu pekerjaan konstruksi ke dalam beberapa paket pekerjaan
yang dilaksanakan oleh berbagai pihak yang berbeda sehingga dalam suatu pola
rantai pasok tersebut terjadi beberapa permasalahan, seperti meningkatnya biaya
pelaksanaan, terjadinya keterlambatan, terjadinya konflik dan perselisihan,
sehingga mengakibatkan industri konstruksi dikenal sebagai industri yang tidak
efisien (Tucker et al., 2001).
Saat ini, metode manajemen proyek tradisional masih populer di industri
konstruksi, tetapi banyak masalah dapat dihadapi ketika diterapkan, misalnya hanya
terjadi kontak sepihak pada saat transaksi, jangka waktu pendek, kurangnya berbagi

1
2
informasi dan pemantauan, mengelola sendiri, kurangnya berbagi risiko dan
manfaat (Ahmed et al.2002). Akibatnya, menggunakan metode manajemen
tradisional bisa jadi sulit untuk mendapatkan kinerja proyek terbaik. Oleh karena
itu, pencarian pendekatan baru diperlukan untuk mengatasi masalah dan
memastikan pembangunan industri konstruksi yang berkelanjutan. Manajemen
rantai pasok telah direkomendasikan sebagai solusi yang baik untuk mengatasi
masalah dan untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan daya saing industri
konstruksi (O'Brien et al.2004; Bankvall et al.2010). Manajemen rantai pasok
adalah integrasi aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi
barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke lapangan. Seluruh
aktivitas ini mencakup aktivitas pembelian dan pengalihdayaan (outsourcing),
ditambah fungsi lain yang penting baik hubungan antara pemasok dengan
distributor (Heizer dan Render, 2008). Manajemen rantai rasok dapat
mengembangkan kapasitas total perusahaan melalui pemaksimalan waktu,
lokasi dan aliran kuantitas bahan (Cuandra, 2022).
Besrdasarkan uraian diatas manajemen rantai pasok merupakan hal yang
penting untuk menunjang efisiensi dan efektivitas kinerja proyek. Namun, belum
semua pelaku industri konstruksi menerapkan konsep manajemen rantai pasok.
Beranjak dari kondisi tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk melihat
implementasi manajemen rantai pasok pada proyek konstruksi gedung dan
perumahan di Banda Aceh serta kendalanya yang diidentifikasi dengan
menggunakan indikator-indikator yang telah dikembangkan pada penelitian
sebelumnya dengan pendekatan studi kasus.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan


dikaji pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan manajemen rantai pasok pada proyek gedung dan
perumahan di Banda Aceh?
2. Apa saja faktor kendala dalam penerapan manajemen rantai pasok?
3
1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui implementasi manajemen rantai pasok pada proyek gedung dan


perumahan oleh kontraktor di Banda Aceh.

2. Mengetahui faktor kendala dalam implementasi manajemen rantai pasok pada


proyek gedung dan perumahan di Banda Aceh.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi suatu
instansi dalam mengambil kebijakan terkait implementasi manajemen rantai pasok
pada proyek gedung dan perumahan.

1.5 Batasan Masalah


Sebelum melanjutkan penelitian maka terlebih dahulu ditentukan batasan-
batasan penelitian yang meliputi antara lain sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan dengan metode studi kasus pada proyek konstruksi
gedung dan perumahan di Banda Aceh yang melibatkan perusahaan
konstruksi.
2. Penelitian dilakukan pada 2 proyek gedung dan 2 proyek perumahan di Banda
Aceh.
3. Responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah project manager, site
manager, dan atau divisi logistik dengan kualifikasi menengah dan besar.
4. Penelitian kajian implementasi manajemen rantai pasok menggunakan
kriteria penelitian dari Cooper (1993).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proyek Konstruksi

Proyek merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifatnya tidak rutin,
memiliki keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumber daya serta memiliki
spesifikasi tersendiri atas produk yang akan dihasilkan. Dengan adanya
keterbatasan-keterbatasan dalam mengerjakan suatu proyek, maka sebuah
organisasi proyek sangat dibutuhkan untuk mengatur sumber daya yang dimiliki
agar dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang sinkron sehingga tujuan proyek bisa
tercapai. Organisasi proyek juga dibutuhkan untuk memastikan bahwa pekerjaan
dapat diselesaikan dengan cara yang efisien, tepat waktu dan sesuai dengan kualitas
yang diharapkan (Ramadhan & Madelan, 2020).
Ervianto (2005) menyatakan bahwa proyek konstruksi dapat dibedakan
menjadi dua jenis kelompok bangunan, yaitu:
1. Bangunan gedung; merupakan proyek konstruksi yang menghasilkan suatu
tempat bagi orang yang bekerja maupun tinggal. Pelaksanaanya relatif
sempit dan sudah diketahui pondasi umumnya dan sangat dibutuhkan
manajemen terutama untuk progressing pekerjaan, seperti contoh rumah,
pabrik, kantor dan lain lain.
2. Bangunan sipil; merupakan proyek konstruksi yang dilaksanakan untuk
mengelola alam yang akan berguna bagi kepentingan manusia. Umumnya
pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang dengan pondasi
yang berbeda satu sama lain dalam suatu proyek serta dibutuhkan
manajemen untuk menyelesaikan berbagai permasalahan, seperti contoh
jalan, jembatan, bendungan, dan infrastruktur lainnya.

2.2 Rantai Pasok pada Proyek Konstruksi

2.2.1 Rantai pasok

Sucahyowati (2011) rantai pasok adalah jaringan perusahaan-perusahaan

4
5
yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu
produk ke tangan pemakai akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya
termasuk supplier, pabrik, distributor, took atau ritel, serta perusahaan-perusahaan
pendukung seperti perusahaan jasa logistik. Pada suatu rantai pasok biasanya ada 3
macam aliran yang harus dikelola:

Gambar 2.1 Aliran rantai pasok (Juarti et al., 2010).

1. Aliran barang yang mengalir dari hulu ke hilir.


Contohnya adalah bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik. Setelah
produk selesai diproduksikan dikirim ke distributor lalu ke pengecer
kemudian ke konsumen akhir.
2. Aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu.
3. Aliran informasi yang bisa terjadi dari hulu ke hilir atau sebaliknya.

2.2.2 Rantai pasok konstruksi

Industri konstruksi dikenal sebagai industri dengan tingkat fragmentasi yang


tinggi (Tucker et al., 2001). Hal ini tercermin dari terpecah-pecahnya proses
konstruksi ke dalam beberapa subproses: perencanaan, pengadaan, hingga
pelaksanaan (produksi).
Secara umum pengelolaan rantai pasok pada siklus hidup industri konstruksi
dimulai dari idea –perencanaan – perancangan – pelaksanaan – operasi dan
pemeliharaan, serta diakhiri dengan rekonstruksi. Dewasa ini pengelolaan sumber
daya konstruksi lebih terfokus pada pengendalian biaya dan waktu untuk
menghasilkan produk konstruksi dengan kualitas. Dalam pelaksanaanya telah
disiapkan sistem pengendalian yang baik agar biaya yang digunakan dapat
dipertanggungjawabkan secara profesional (Wahyono, 2017). Rantai pasok di
konstruksi merupakan jaringan rantai yang kompleks yang menunjang kelancaran
6
proyek dari awal hingga akhir dan merupakan jaringan supply, yang menyangkut
proses produksi suatu material dari awal pembuatan hingga berakhir di pembeli
Hendrawan (2021). Pelaku rantai pasok antara lain:

1. Owner (Pemilik Hilir)


Dalam tahap konstruksi, produk dibuat berdasarkan permintaan owner.
Proses manajemen rantai pasok dimulai dari inisiatif owner yang memprakarsai
pembuatan produk konstruksi yang diinginkan yang pada akhirnya akan berakhir
dengan owner ketika produk yang diinginkan telah selesai diproduksi. Owner
memiliki peran pada di setiap tahap, mulai dari tahap studi kelayakan, perencanaan,
pengadaan implementasi pengoperasian, dan pemeliharaan. Baik di tahap produksi,
owner juga bisa langsung menunjuk pihak-pihak yang bisa dilibatkan dalam
pelaksanaan nominated subcontractor/nominated supplier (Hendrawan, 2021).
2. Kontraktor (Pelaku Utama)
Kontraktor merupakan organisasi konstruksi yang memberikan jasa
pekerjaan konstruksi berdasarkan perencanaan teknis dan spesifikasi memilih
hubungan garis komando terhadap owner dan bertugas mewujudkan keinginan dari
owner (Vaidyanathan, 2011).
3. Sub kontraktor
Menurut KBBI subkontraktor merupakan kontraktor yang menerima
pekerjaan pemborongan dari kontraktor lainnya yang lebih bonafide. Subkontraktor
adalah orang yang dipekerjakan oleh kontaraktor utama untuk
melakukan tugas proyek secara keseluruhan.
4. Pemasok (Supplier)
Supplier bertugas mendistribusikan material yang dihasilkan kepada
pemakai. Jenis material yang dikirim oleh supplier dapat dibagi menjadi
supplier komponen bangunan dan supplier material alam. Supplier
memegang peranan penting dalam memastikan tersedianya barang yang
dibutuhkan oleh owner (Hendrawan, 2021).

2.3 Manajemen Rantai Pasok

Manajemen rantai pasok adalah suatu metode penciptaan produk untuk


disampaikan pada pengguna terakhir, kalau rantai pasok adalah jaringan fisiknya,
7
yakni perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku,
memproduksi barang maupun mengirimkannya ke pemakai akhir, manajemen
rantai pasok adalah metode, alat atau pendekatan pengelolaannya (Sucahyowati,
2011). Manajemen rantai pasok adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk
mencapai pengintegrasian yang efisien dari supplier, manufacturer, distributor,
retailer, dan customer. Artinya barang diproduksi dalam jumlah yang tepat, pada
saat yang tepat, dan pada tempat yang tepat dengan tujuan mencapai biaya dari
sistem secara keseluruhan yang minimum dan juga mencapai tingkat pelayanan
yang diinginkan. Pada gambar 2.2 menunjukkan alur kerja, pengalihan tahapan-
tahapan tanggung jawab, seperti owner ke arsitek dan konsultan yang memberikan
detail desain dan laporan kerja. Kemudian, kontraktor dan subkontraktor adalah
pihak-pihak yang melakukan pekerjaan utama pada proyek, serta pemasok utama
dan pemasok tidak langsung adalah pihak utama untuk memasok barang seperti
bahan, alat/mesin, tenaga kerja ke lokasi proyek.

Gambar 2.2 Bagan Umum Jaringan Manajemen Rantai Pasok Konstruksi


(Battula et al., 2020).

Leppe et al., (2019) tujuan manajemen rantai pasok adalah membangun


sebuah rantai pemasok yang memusatkan perhatian untuk memaksimalkan nilai
bagi pelanggan. Manajemen rantai pasokan mencakup aktifitas untuk menentukan:
1. Penyedia transportasi
2. Transfer uang secara kredit dan tunai
3. Para pemasok
4. Distributor
8
5. Utang dan piutang usaha
6. Pergudangan dan persediaan
7. Pemenuhan pesanan,
8. Berbagi informasi pelanggan,prediksi, dan produksi.

2.3.1 Perbedaan manajemen rantai pasok dan manajemen tradisional

Manajemen rantai pasok berbeda dengan manajemen tradisional pada


umumnya. Beberapa hal yang membedakan:
1. Adanya pengembangan masalah seperti transparansi informasi saat
pemesanan, pengurangan variabilitas, sinkronisasi aliran material, dan
konfigurasi rantai pasok (Vrijhoef & Koskela, 2000).
2. Adanya strategi-strategi khusus seperti membina hubungan erat dengan mitra
kerja, berbagi informasi, dan menetapkan standar bagi pemasok komponen-
komponen (Vrijhoef & Koskela, 2000).
3. Ada tahap-tahap dalam manajemen rantai pasok termasuk di dalamnya
adalah kemitraan dan relasi yang baik dengan distributor dan pemasok,
pengendalian aliran (barang, uang, informasi) yang melibatkan semua pihak,
dan perbaikan secara terus-menerus terhadap segala aspek rantai pasok
(Vrijhoef & Koskela, 2000). Menurut (Cooper, 1993), terdapat karakteristik-
karakteristik manajemen rantai pasok yang dapat dilihat di Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Perbedaan Manajemen Rantai Pasok dan Manajemen Tradisional


(Cooper, 1993)

Manajemen
No Elemen Manajemen rantai pasok
tradisional
Pendekatan manajemen Melibatkan pihak lain dalam
1 Mengelola sendiri
inventarisasi rantai pasok

Meminimalisir biaya Efisiensi biaya dalam


2 Pendekatan biaya total
perusahaan keseluruhan rantai pasok

3 Jangka waktu Jangka pendek Jangka panjang

Banyaknya informasi Sesuai yang dibutuhkan untuk


Hanya terbatas saat
4 yang dibagi dan diamati proses perencanaan dan
bertransaksi
bersama pengamatan
9

Manajemen
No Elemen Manajemen rantai pasok
tradisional

Hanya terjadi kontak


Banyaknya koordinasi antara dua pihak Terjadi kontak antar pihak yang
5
antar tingkatan yang berhubungan tergabung dalam rantai pasok
langsung

6 Perencanaan bersama Berbasis transaksi Terjadi

Kesesuaian filosofi Ada kesesuaian setidaknya


7 Tidak relevan
perusahaan untuk membina hubungan

Besar untuk
menambah Kecil agar memudahkan
8 Skala basis pemasok
persaingan dan koordinasi
berbagi resiko

Sosok kepemimpinan
9 Tidak diperlukan Diperlukan
dalam rantai pasok

Setiap pihak
Banyaknya resiko dan Berbagi imbalan dan resiko
10 menanggung sendiri-
imbalan yang dibagi bersama-sama
sendiri

Kecepatan operasi,
Berorientasi
11 informasi dan Berorientasi pusat distribusi
pergudangan
inventarisasi

Karakteristik manajemen rantai pasok menurut Cooper (1993) adalah


sebagai berikut :
a) Pendekatan manajemen inventarisasi
Manajemen persediaan merupakan usaha yang dilakukan perusahaan dalam
mengelola dan mengatur aset yang dimiliki, baik berupa bahan baku, barang
dalam proses. Persediaan tersebar di seluruh rantai pasokan dan mencakup
semuanya mulai dari bahan mentah sampai kepada barang dalam proses sampai
barang jadi, yang diadakan oleh produsen, distributor, dan pengecer dalam suatu
rantai pasokan (Warella, 2021).
Manajemen inventaris mencegah situasi di mana terjadi kehabisan
persediaan. Mengurangi biaya dengan merampingkan kontrol inventaris, maka
staf inventaris tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk mencari barang
yang dibutuhkan. Sehingga sumber daya manusia perusahaan dapat digunakan
secara optimal. Komponen dari keputusan mengenai inventory adalah (Chopra
10
dan Meindl, 2004):

1. Cycle inventory
Cycle inventory adalah jumlah rata-rata dari inventory yang digunakan
untuk memenuhi permintaan dalam suatu waktu. Misalnya dalam sebulan
memerlukan 10 buah truk bahan baku, perusahaan bisa saja memesan 10 truk
bahan baku dalam sekali pesan atau bisa memesan 1 truk bahan baku yang
dipesan tiap 3 hari. Ini tergantung dari strategi rantai pasok apa yang mereka
terapkan (responsif atau efisiensi) dengan memperhitungkan ordering cost
(biaya pesan) dan holding cost (biaya penyimpanan).

2. Safety Inventory
Safety inventory adalah inventory yang dibuat untuk berjaga-jaga terhadap
perkiraan akan kelebihan permintaan. Ini digunakan untuk mengatasi
ketidakpastian atas permintaan yang tinggi.

3. Seasonal Inventory
Seasonal inventory adalah inventory yang dibuat untuk mengatasi
keragaman yang dapat diprediksi dalam permintaan. Perusahaan yang
menggunakan seasonal inventory akan membangun persediaan mereka pada
periode permintaan barang rendah dan menyimpannya untuk periode
permintaan barang menjadi tinggi, dimana pada saat permintaan tinggi mereka
tidak dapat memproduksi semua barang.

b) Pendekatan biaya total


Pendekatan manajemen rantai pasok berarti mengevaluasi keseluruhan dari
biaya untuk mengidentifikasikan total keuntungan biaya (Cooper, 1993).

c) Jangka waktu
Perpanjangan jangka waktu merupakan hal penting untuk hubungan yang
bertahan lama. Setiap pihak mengharapkan keterlibatan untuk waktu yang
cukup lama. Jika tidak, investasi pada sistem informasi terintegritas dan sistem
operasi akan sulit untuk dikembalikan dalam siklus hubungan yang lebih
pendek. Selama rentang waktu kontraktual tetap, hubungan diharapkan
11
diperpanjang melampaui umur kontrak (Cooper, 1993).

d) Banyaknya informasi yang dibagi dan diamati bersama


Seluruh jaringan di kelola dengan efektif apabila pihak yang terlibat
mendapatkan akses informasi yang relevan untuk menjalankan tugas mereka.
Pengamatan tidak hanya dilakukan pada akhir proses seperti dari produsen pada
pelanggan, tetapi dari kedua arah pihak. Tidak semua pihak dapat mengakses
informasi yang sama, melainkan hanya pihak-pihak yang membutuhkan
informasi tersebut untuk mengelola rantai pasok yang berkaitan dengan baik
(Cooper, 1993).

e) Banyaknya koordinasi antar tingkatan


Terdapat 3 macam koordinasi yang dapat diidentifikasi: keterlibatan pihak
yang bersangkutan, tingkat manajemen, dan fungsi. Pada manajemen
tradisional, berfokus pada transaksi yang lebih spesifik antara pembeli dan
penjual. Konsep manajemen rantai pasok pihak-pihak yang terlibat saling
berkoordinasi (Cooper, 1993).
Beberapa tingkat manajemen perusahaan juga terlibat pada proses rantai
pasok. Puncak dari berbagai pihak yang terlibat terletak pada proses
perencanaan. Manajer operasional berkomunikasi secara konstan baik lisan atau
komunikasi elektronik dengan pihak-pihak dari bidang lain.

f) Perencanaan bersama
Rantai pasok tradisional, perencanaan antara para pihak berfokus pada
transaksi jangka pendek, seperti pengiriman bersyarat dari pembelian tertentu,
berkebalikan dengan manajemen rantai pasok. Jika pihak yang terlibat lebih
terkoordinasi, perencanaan aliran material dan pengembangan produk akan
sesuai. Selain itu, juga terdapat proses yang berkelanjutan dari perencanaan,
evaluasi, dan peningkatan dalam beberapa tahun (Cooper, 1993).

g) Kesesuaian filosofi perusahaan


Filosofi perusahaan yang cocok adalah lebih baik hubungan jangka panjang
daripada transaksi yang hanya sedikit atau bahkan satu kali. Di sini, istilah
kompatibel filosofi perusahaan digunakan untuk kesepakatan tentang arah dasar
12
untuk pihak yang terlibat. Sebuah studi dua belas ribu eksekutif di seluruh dunia
menunjukkan bahwa budaya perusahaan yang cocok adalah yang paling penting
dalam pemasok/pembeli hubungan jangka panjang (Cooper, 1993).

h) Kelebaran basis pemasok


Manajemen tradisional melibatkan beberapa pemasok dari material atau
pelayanan yang sama untuk meningkatkan kompetisi dan mendapatkan
persyaratan penjualan yang lebih menguntungkan. Manajemen rantai pasok
menyarankan pemasok dasar dikurangi sehingga perusahaan dapat lebih
terintegrasi (Cooper, 1993).

i) Sosok kepemimpinan dalam rantai pasok


Karakteristik organisasi dengan memiliki struktur manajemen yang baik,
biasanya dipimpin oleh pimpinan yang baik pula. Rantai pasok membutuhkan
sosok kepemimpinan untuk mengembangkan, dan mengeksekusi strategi.

j) Banyaknya resiko dan imbalan yang dibagi


Menurut Williamson, Palay, dan lainnya, pihak-pihak rantai pasok akan
berbagi risiko dan imbalan dalam jangka waktu panjang. Hal ini merupakan
“win-win situation” pada siklus rantai pasok. Pada manajemen tradisional,
pihak-pihak menanggung risiko dan mendapat imbalan masing-masing, dengan
pendekatan jangka pendek tidak mempertimbangkan penyeimbangan risiko dan
imbalan dari waktu ke waktu.

k) Kecepatan operasi, informasi dan inventarisasi


Sistem informasi, seperti Electronic Data Interchange (EDI), dapat
berkontribusi pada kecepatan operasi dengan mengurangi waktu pembelian
pada siklus pesanan. Teknologi informasi seperti EDI dan barcode dapat
membantu untuk mengatur aliran yang baik pada distribusi, seperti lebih cepat
dalam pengambilan dan pengiriman. Ketika teknologi ini diaplikasikan dalam
rantai pasok, penggunaannya berdasarkan fungsinya. Pendekatan manajemen
rantai pasok dapat memeriksa seluruh pihak dan mengeksploitasi teknologi ini
secara luas.
13
2.3.2 Area cakupan manajemen rantai pasok
Sholeh (2020) manajemen rantai pasok tidak hanya fokus pada urusan di
dalam perusahaan melainkan juga urusan luar yang menyangkut hubungan dengan
perusahaan-perusahaan mitra. Hal ini dimaksud untuk memenuhi kepuasan
konsumen, serta bekerjasama membuat produk yang murah, pengiriman cepat, dan
kualitas yang bagus. Area cakupan rantai pasok dijelaskan ke dalam bagian rantai
pasok dan cakupan kegiatannya, seperti pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Area cakupan manajemen rantai pasok (Sholeh, 2020)


No Bagian Cakupan Kegiatan
1 Pengembangan (development) • Melakukan riset pasar
• Merancang produk baru
• Melibatkan supplier dalam merancang
produk baru

2 Pengadaan (procurement) • Memilih supplier


• Mengevaluasi kinerja supplier
• Melakukan pembelian bahan baku dan
komponen
• Memonitor supply risk
• Membina dam memelihara hubungan
dengan supplier

3 Perencanaan dan • Demand planning


pengendalian (planning and • Peramalan permintaan
• Perencanaan kapasitas
control)
• Perencanaan produksi dan persediaan

4 Operasi/produksi (production) • Eksekusi produksi


• Pengendalian kualitas

5 Pengiriman (distribution) • Perencanaan jaringan distribusi


• Penjadwalan pengiriman mencari dan
memelihara hubungan dengan perusahaan
jasa pengiriman
• Memonitor service level di tiap pusat
distribusi
14
2.4 Manajemen Rantai Pasok Gedung dan Perumahan

2.4.1 Manajemen rantai pasok gedung


Untuk dapat melakukan efisiensi pola rantai pasok konstruksi seperti yang
diinginkan, terlebih dahulu diperlukan suatu pemetaan pola rantai pasok konstruksi.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Susilawati (2005), mengenai studi rantai pasok
konstruksi pada proyek konstruksi bangunan gedung, telah teridentifikasi bentuk
pola rantai pasok yang biasa ditemui dalam proyek-proyek konstruksi khususnya
bangunan gedung, yang terdiri dari dua pola umum yang secara garis besar dibentuk
berdasarkan metoda kontrak yang digunakan, yaitu berdasarkan metoda kontrak
umum/ General Contract Method dan metoda kontrak terpisah/ Separate Contract
Method, dimana dari masing-masing pola umum tersebut memilki satu pola khusus
sebagai perluasan dari ada-tidaknya keterlibatan pemilik dalam pengadaan material.
Pola-pola hubungan pasokan yang terjadi ke dalam dua bentuk, yaitu pola umum
dan pola khusus.

Gambar 2.3 Pola Umum Rantai Pasok Konstruksi Bangunan Gedung (Susilawati
dan Wirahadikusumah, 2005).

Pola umum dapat diidentifikasi sebagai pola yang terjadi dalam rantai pasok
kontraktor dengan tiga pola hubungan umum yang sering terjadi, yaitu:
Pola 1 : Pola pekerjaan yang langsung dilaksanakan oleh kontraktor utama dan
kontraktor utama melakukan sendiri proses pengadaan material, alat dan pekerja.
Pola 2 : Pola pekerjaan dimana kontraktor utama memilih sub kontraktor untuk
melaksanakan pekerjaan klasifikasi konstruksi umum serta klasifikasi konstruksi
15
khusus yang tidak memerlukan perlengkapan khusus dengan pengadaan material,
alat dan pekerja disediakan langsung oleh subkontraktor.
Pola 3 : Pola pekerjaan dimana kontraktor utama menunjuk subkontraktor spesialis
untuk melaksanakan pekerjaan dengan klasifikasi konstruksi khusus yang
memerlukan keahlian atau perlengkapan khusus, dengan peralatan, material dan
pekerja langsung disediakan oleh subkontraktor spesialis.

2.4.2 Manajemen rantai pasok perumahan


Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan
sarana lingkungan (Thaha, 2016).

Gambar 2.4 Pola Umum Rantai Pasok pada Pembangunan Perumahan (Juarti et
al., 2010).

Rangkaian kegiatan (memasok dan dipasok) dalam dalam rantai pasok


pengembangan perumahan sejalan dengan suatu rangkaian kegiatan ekonomi, di
mana terdapat hubungan antara produsen dengan konsumen (Juarti, 2010). Pada
umumnya perumahan yang ditawarkan oleh pengembang terdiri dari tiga kelas yang
dibedakan berdasarkan kelengkapan fasilitas sarana dan prasarana perumahan, yaitu
perumahan sederhana, menengah dan mewah.

Tabel 2.4 Jenis Rumah Berdasarkan Luas Rumah dan Keterjangkauan Harga
Tipe Rumah Luas Bangunan Luas Tanah Harga Jual
Rumah Sederhana 36 M2 90 M2 90 Juta s/d 150 juta
Rumah Menengah 45 M2 <M<80 M2 90 M2<M<150 M2 150 Juta s/d 450 Juta
Rumah Mewah <80 M2 <200 M2 >450 Juta
(Sumber: Suparno Sastra M.(2006) dan Wulan Puspita(2008)).
16
2.5 Hambatan dalam Penerapan Manajemen Rantai Pasok

Sebagaimana telah dijelaskan dari beberapa peneliti sebelumnya terkait faktor-


faktor hambatan dalam penerapan manajemen rantai pasok konstruksi, berikut
faktor hambatan yang umum terjadi pada proyek konstruksi :

Tabel 2.5 Faktor Hambatan Manajemen Rantai Pasok

Sumber
Faktor Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8
Kurangnya komitmen manajemen
X X X X X
puncak

Kurangnya pemahaman
X X X X X
manajemen rantai pasok

Terdapat ketidakcocokan partner


mengenai konsep manajemen
X X X
rantai pasok yang diterapkan
perusahaan
Rendahnya komitmen dari rekan
Faktor hambatan kerja X X X
membangun
hubungan rantai Manfaat strategis tidak jelas X X
pasok
Kurangnya teknologi informasi
X X X
yang tepat

Tidak ada interaksi langsung yang


mengarah pada membina
X X X
hubungan jangka panjang yang
berkelanjutan dengan stakeholder

Kurangnya kepercayaan partner


pada mitra yang terlibat dalam X X X
proyek

Kekurangan sumber daya yang


memadai untuk
X X X X
mmengintegrasikan proses dan
mengelola logistik
Faktor hambatan
dalam Kurangnya sistemisasi pada
pelaksanaan struktur organisasi dan dukungan
proyek X X X X X
antara mitra yang terlibat dalam
proyek
Hubungan yang kurang baik
X X X
(perselisihan) antara rekan kerja
17
Sumber
Faktor Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8
Kurangnya kejelasan, batasan dan
ketidakcukupan dalam
X X X X X
memberikan informasi dan
pengumuman proyek
Kurangnya persiapan awal dari
kontraktor dan konsultan yang X
terlibat dalam proyek tersebut
Pekerja temporer ahli tidak
langsung dis ertakan dalam X X X
prosedur tugas
Lokasi pemasok jauh sehingga
X
meningkatkan biaya transportasi
Memilih partner kerja hanya
X X
berdasarkan biaya termurah
Proses tender yang kompetitif
X
mengurangi penerapannya
Sasaran pemasok jangka pendek
dan pendekatan yang berorientasi
pada harga di sektor tersebut X
berdampak buruk pada pasokan
kualitas material
Faktor Kesulitan terkait manajemen
X X
Kompleksitas inventarisasi (persediaan)
pada Proyek Supplier juga merupakan rekanan
X X
pihak lain
Sering bergantinya anggota dalam
X X
rantai pasok
Pihak-pihak dalam rantai pasok
X X X X X
memiliki kepentingan sendiri
Banyaknya pihak yang terlibat
X X
meningkatkan potensi konflik

Ketidakpastian jumlah permintaan


X X X
dan adanya perubahan permintaan

Ketidakpastian pengiriman
material karena keterbatasan stock X X X
material dari supplier
Faktor
Ketidakpastian Ketidakpastian informasi
pada Proyek mengenai harga material oleh X X X
supplier
Ketidakpastian kualitas dan
X X
kuantitas material
18
Sumber
Faktor Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8
Ketidakpastian kualitas SDM
X
dalam mengelola manajemen

Pemasok ragu untuk menjadi


bagian dari sistem baru karena X X
potensi masalah dan risikonya
Keterangan : 1. (Battula et al., 2020); 2. (Akintoye et al., 2000); 3. (Pahinggis,
2021); 4. (Okafor et al., 2021); 5. (Salami et al., 2016); 6. (Steven et al., 2017); 7.
(Amade, 2016); 8. (Smadi et al., 2022).

2.6 Jenis dan Sumber Data


Jenis data penelitian berkaitan dengan sumber data dan pemilihan metode
yang digunakan untuk memperoleh data penelitian. Terdapat dua kategori sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

2.6.1 Data Primer


Data primer adalah informasi yang langsung diperoleh dari subjek
penelitian dengan menggunakan metode seperti kuesioner dan wawancara terhadap
pelaksana, perencana, atau pemilik proyek (Sugiyono, 2013).

2.6.2 Data Sekunder


Data sekunder adalah informasi yang tidak langsung diperoleh melalui
pengamatan, tetapi diperoleh dari hasil studi kepustakaan yang terkait dengan topik
penelitian. Tujuan dari data sekunder adalah untuk menggunakan informasi yang
sudah ada sebagai acuan dalam pembangunan suatu proyek (Sugiyono, 2013).

2.7 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal terebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013).

2.8 Metode Studi Kasus

Rahardjo (2017) menyatakan bahwa studi kasus ialah suatu serangkaian


kegiatan ilmiah yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam tentang suatu
program, peristiwa, dan aktivitas, baik pada tingkat perorangan, sekelompok orang,
19
lembaga, atau organisasi untuk memperoleh pengetahuan mendalam tentang
peristiwa tersebut. Penelitian studi kasus bertujuan untuk mengungkap kekhasan
atau keunikan karakteristik yang terdapat didalam kasus yang diteliti. Kasus itu
sendiri merupakan penyebab dilakukanya penelitian studi kasus oleh karena itu
fokus utama dari penelitian studi kasus adalah pada kasus yang menjadi objek
penelitian.

2.9 Kuisioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan menyediakan sejumlah


pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden. Kuesioner terdiri dari
beberapa pernyataan yang dibagikan secara langsung dan diisi oleh responden
selama penelitian. Skala yang digunakan dalam kuesioner yang dibuat adalah skala
likert dan skala guttman.

Tabel 2.5 Pernyataan dan Interpretasi Skor Skala Likert


Pernyataan Bobot Nilai Interpretasi skor
Sangat Berpengaruh (SB) 5 81%-100%
Berpengaruh (B) 4 61%-80%
Kurang Berpengaruh (KB) 3 41%-60%
Tidak Berpengaruh (TB) 2 21%-40%
Sangat Tidak Berpengaruh (STB) 1 0%-20%
Sumber: Riduwan (2008).

Tabel 2.6 Bobot Nilai Skala Likert


Keterangan Bobot Nilai
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Kurang Setuju (KS) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Sumber: Sugiyono (2013)

Tabel 2.7 Bobot Penilaian Skala Guttman


Keterangan Bobot Nilai
Ya/Benar/Pernah 1
Tidak/Salah/Tidak Pernah 0

Sumber: Muri Yusuf (2017)


20
2.10 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah sebuah metode untuk memproses atau mengolah
data menjadi informasi valid dengan cara memeriksa segala bentuk data dari
komponen penelitian, seperti catatan, dokumen, hasil tes, rekaman, oral history dan
lain sebagainya. Analisis data dilakukan dalam seluruh kegiatan penelitian baik
penelitian kualitatif maupun kuantitatif.

2.10.1 Analisis Deskriptif


Analisis deskriptif bertujuan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang diperoleh melalui penyajian tabel,
grafik, diagram lingkaran, piktogram, perhitungan modus, median, mean
(pengukuran tendensi sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran
data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi, perhitungan persentase.
Analisis deskriptif juga dapat menggambarkan perbandingan data yang diperoleh
dari rata-rata data sampel penelitian (Sugiyono, 2013). Rumus yang digunakan
untuk mencari nilai rata – rata adalah:

∑ 𝑋1 .𝑓1
X = × 100% ………………….………………………………..(2.1)
𝑁
𝐹
P = 𝑁 × 100% …………………………………………………….….(2.2)

Keterangan:
X = Rata – rata (mean) variabel X
∑ 𝑋1 = Penjumlahan unsur pada variabel X
𝑓1 = Frekuensi variabel
P = Persentase jawaban
F = Jumlah jawaban
N = Jumlah responden

2.11 Penelitian Terdahulu Manajemen Rantai Pasok Konstruksi


Penulis mengambil beberapa tulisan dan jurnal yang terkait dengan bahasan
yang akan penulis angkat dalam penelitian ini. Adapun maksud dan tujuan dari hal
tersebut adalah untuk memudahkan penyusunan penelitian ini. Dapat dilihat pada
tabel 2.7.
21
Tabel 2.7 Penelitian Mengenai Manajemen Rantai Pasok

Penulis Judul Aspek dan hasil penelitian

Reini D. Pola Supply Aspek yang dipertimbangkan pola-pola supply chain


Wirahadikusumah Chain pada yang ditemui pada proyek bangunan gedung
dan Susilawati Proyek berdasarkan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian
(2006) Konstruksi menunjukkan bahwa pada konstruksi bangunan
Bangunan gedung sebagai custom made product – inisiatif
Gedung terjadinya proses produksi konstruksi yang dimulai
dari pemilik proyek dan berakhir pada pemilik proyek
sebagai end user, menunjukkan adanya peran pemilik
proyek yang besar dalam penyusunan jaringan supply
chain konstruksi.
Ery Radya Juarti Pola Rantai Aspek yang ditinjau adalah pola rantai pasok
(2010) Pasok Pada pengembangan perumahan serta memperoleh
Pengembangan gambaran pola umum dan pola khusus rantai pasok
Perumahan pengembangan perumahan. Hasil dari penelitian
yang dilakukan serta memperoleh gambaran pola
umum dan pola khusus rantai pasok pengembangan
perumahan. Hasil dari penelitian yang dilakukan
adalah diperoleh 13 pola rantai pasok pengembangan
perumahan yang dipengaruhi oleh 3 faktor, dan dari
tiga belas pola rantai pasok diperoleh pola umum dan
pola khusus yang terjadi.
Steven,Richard, Studi Aspek yang dipertimbangkan karakteristik rantai
Ratna (2017) Penerapan pasok, penerapan rantai pasok, dan tantangan
Manajemen penerapan rantai pasok. Hasil dari penelitian yang
Rantai Pasok dilakukan adalah dapat disimpulkan bahwa
Pengadaan penerapan manajemen rantai pasok dalam pengadaan
Material material proyek konstruksi sudah dijalankan oleh
Proyek sebagian besar kontraktor untuk menjaga kelancaran
Konstruksi aliran material ke lapangan. Sementara itu, tantangan
bagi penerapan manajemen rantai pasok dalam
pengadaan material proyek konstruksi cenderung
berbeda-beda untuk setiap kontraktor.
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah-langkah yang dilakukan secara sistematis


dengan kerangka acuan yang jelas dalam menyelesaikan permasalahan. Bab ini
menjabarkan mengenai metode pegumpulan data dan metode pengolahan data.
Penjelasan sistematis kegiatan dan arah penelitian yang dilakukan penulis dapat
dilihat pada bagan alir penelitian. Bagan alir tersebut dapat dilihat pada lampiran A
Gambar A. 3.1 Halaman 49.

3.1 Metodologi Penelitian


Penelitian ini dirancang sebagai studi explorasi (exploration study), dengan
tujuan untuk melihat penerapan dan kendala manajemen rantai pasok pada proyek
konstruksi bangunan gedung dan perumahan dengan menggunakan indikator-
indikator yang telah teridentifikasi. Disamping itu, penelitian ini sifatnya kualitatif,
sehingga hal ini akan mempengaruhi semua komponen yang dilakukan dalam
penelitian ini, baik dari pendekatan yang dilakukan, jenis data yang dikumpulkan,
serta proses analisis yang dilakukan dalam penelitian ini. Adapun langkah-langkah
penelitian yang akan dilakukan antara lain :

1. Identifikasi Permasalahan
2. Studi literatur
3. Penentuan instrumen penelitian
4. Penyusunan kuisioner dan wawancara
5. Pengumpulan data primer dan sekunder
6. Pengolahan dan analisis data
7. Kajian implementasi manajemen rantai pasok dan hambatannya
8. Kesimpulan dan saran

3.2 Objek Penelitian


Objek dari penelitian ini adalah kajian implementasi manajemen rantai
pasok pada proyek konstruksi gedung. Penelitian ini melibatkan beberapa

22
23
perusahaan kontraktor di Kota Banda Aceh.

3.3 Studi Kasus


Penelitian ini menggunakan metode studi kasus pada proyek gedung dan
perumahan yang berlokasi di Kota Banda Aceh. Penelitian ini meninjau
karakteristik dan pola rantai pasok yang terdapat pada:
1. Pembangunan Proyek Perumahan Griya Alam Sejahtera
2. Pembangunan Proyek Perumahan Hadrah Aceh Pratama
3. Pembangunan Proyek Gedung Badan Pengelolaan Keuangan Aceh (BPKA)
4. Pembangunan Proyek Gedung Bank Syariah Indonesia (BSI)

3.4 Jenis dan Sumber Data


Metode dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Sumber data yang
digunakan pada penelitian ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu data primer dan
data sekunder.

3.4.1 Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian
(Sugiyono, 2013). Pada penelitian ini data primer diperoleh dari penyebaran
kuesioner dan wawancara kepada project manager, site manager, dan atau divisi
logistik.

3.4.2 Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang tidak langsung diperoleh dari


pengamatan, seperti hasil studi kepustakaan terkait topik penelitian (Sugiyono,
2013). Pada penelitian ini data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yang
bersumber dari beberapa jurnal dan artikel untuk dijadikan variabel penelitian.

3.5 Instrumen Penelitian


Instrumen dalam penelitian ini disusun dalam bentuk kuisioner berdasarkan
studi kepustakaan terkait implementasi dan hambatan manajemen rantai pasok pada
proyek gedung dan perumahan di Banda Aceh. Instrumen penelitian dapat dilihat
pada Tabel 3.1
24
Tabel 3.1 Elemen Implementasi Rantai Pasok (Cooper, 1993)
No Elemen
1 Pendekatan manajemen inventarisasi (Manajemen persediaan)

2 Pendekatan biaya total


3 Jangka waktu
4 Banyaknya informasi yang dibagi dan diamati bersama
5 Banyaknya koordinasi antar tingkatan
6 Perencanaan bersama
7 Kesesuaian kebijakan perusahaan

8 Luas lingkup supplier


9 Sosok kepemimpinan dalam rantai pasok
10 Banyaknya resiko dan imbalan yang dibagi

11 Kecepatan operasi, informasi dan inventarisasi

Indikator hambatan rantai pasok berdasarkan hasil kajian literatur pada tabel
2.4 dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Faktor dan Indikator Hambatan Penerapan Rantai Pasok

Faktor Indikator
Kurangnya komitmen manajemen puncak (keterlibatan langsung
pemimpin dari level tertinggi di perusahaan, yang bertugas untuk
merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan
mengarahkan jalannya perusahaan)
Kurangnya pemahaman manajemen rantai pasok
Terdapat ketidakcocokan partner mengenai konsep manajemen
rantai pasok yang diterapkan perusahaan
Rendahnya komitmen dari rekan kerja
Faktor hambatan
membangun Manfaat strategis tidak jelas (berkaitan dengan memberikan
hubungan rantai kepuasan pelanggan, meningkatkan pendapatan, menurunkan
pasok biaya, pemanfaatan aset yang semakin tinggi, peningkatan
keuntungan dan perusahaan semakin besar)
Kurangnya teknologi informasi yang tepat (teknologi yang
berhubungan dengan pengolahan data menjadi informasi dan
proses penyaluran data/informasi)
Tidak ada interaksi langsung yang mengarah pada membina
hubungan jangka panjang yang berkelanjutan dengan stakeholder
Kurangnya kepercayaan partner pada mitra yang terlibat dalam
proyek
25
Faktor Indikator
Kekurangan sumber daya yang memadai untuk
mmengintegrasikan proses dan mengelola logistik
Kurangnya sistemisasi pada struktur organisasi dan dukungan
antara mitra yang terlibat dalam proyek
Hubungan yang kurang baik (perselisihan) antara rekan kerja
Faktor hambatan
Kurangnya kejelasan, batasan dan ketidakcukupan dalam
dalam pelaksanaan
memberikan informasi dan pengumuman proyek
proyek
Kurangnya persiapan awal dari kontraktor dan konsultan yang
terlibat dalam proyek tersebut
Pekerja temporer ahli tidak langsung dis ertakan dalam prosedur
tugas
Lokasi pemasok jauh sehingga meningkatkan biaya transportasi
Memilih partner kerja hanya berdasarkan biaya termurah

Proses tender yang kompetitif mengurangi penerapannya (fokus


utama pada harga penawaran, tanpa fokus pada biaya sebenarnya)
Sasaran pemasok jangka pendek dan pendekatan yang berorientasi
pada harga di sektor tersebut berdampak buruk pada pasokan
kualitas material
Faktor kompleksitas
pada proyek Kesulitan terkait manajemen inventarisasi (persediaan)
Supplier juga merupakan rekanan pihak lain
Sering bergantinya anggota dalam rantai pasok
Pihak-pihak dalam rantai pasok memiliki kepentingan sendiri
Banyaknya pihak yang terlibat meningkatkan potensi konflik
Ketidakpastian jumlah permintaan dan adanya perubahan
permintaan
Ketidakpastian pengiriman material karena keterbatasan stock
material dari supplier

Ketidakpastian informasi mengenai harga material oleh supplier


Faktor
ketidakpastian pada Ketidakpastian kualitas dan kuantitas material
proyek
Ketidakpastian kualitas SDM dalam mengelola manajemen
Pemasok ragu untuk menjadi bagian dari sistem baru karena
potensi masalah dan risikonya

3.5.1 Perancangan Kuisioner

Pada penelitian ini, kuesioner dirancang menjadi 3 bagian, yakni sebagai berikut:
a) Kuesioner A
Dalam kuesioner tersebut terdapat beberapa pertanyaan tentang data
26
karakteristik responden dan perusahaan yang harus diisi oleh responden.
Informasi ini akan digunakan sebagai dasar untuk mengetahui latar belakang
responden dan perusahaan.
b) Kuesioner B
Dalam kuesioner ini terdapat beberapa pertanyaan tentang kegiatan
implementasi rantai pasok. Responden harus menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut berdasarkan gambaran atau persepsi mereka, sehingga kuesioner ini
dapat memberikan gambaran kesesuaian penerapan rantai pasok. Skala yang
digunakan dalam kuisioner ini adalah skala guttman.
c) Kuisioner C
Dalam kuesioner ini terdapat beberapa pertanyaan tentang faktor-faktor
yang menghambat penerapan manajemen rantai pasok. Responden harus
menjawab dengan menentukan seberapa besar frekuensi hambatan tersebut
terjadi. Skala yang digunakan dalam kuisioner ini adalah skala likert.

3.5.2 Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau metode yang digunakan


untuk mengumpulkan data yang akan diteliti. Artinya, teknik ini memerlukan
langkah yang strategis dan juga sistematis untuk mendapatkan data yang valid dan
juga sesuai dengan kenyataannya. Proses pengumpulan data yakni :

1. Tinjau literatur dan konsultasi dengan ahli


2. Membina hubungan yang baik dengan responden
3. Melakukan penyebaran kuisioner dan wawancara
4. Mencatat dan memberi kode (recording and coding)
5. Pengorganisasian dan kode ulang data yang telah terkumpul supaya dapat
dianalisis

3.5.3 Wawancara

Penelitian ini melakukan wawancara langsung dengan project manager, site


manager, dan atau divisi logistik pada proyek konstruksi pembangunan gedung dan
perumahan di Kota Banda Aceh. Informasi yang akan dikumpulkan adalah
informasi mengenai implementasi dan hambatan manajemen rantai pasok
27
konstruksi yang diterapkan, yakni terkait deskripsi umum proyek berupa lokasi, unit
dan tipe bangunan, tahap pembangunan, anggaran, manajemen inventarisasinya,
hubungan dengan supplier, dan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.

3.5.3 Dokumentasi

Pada penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh


informasi berupa dokumentasi terkait dokumen proyek, data peralatan dan material
konstruksi.

3.6 Pengolahan & Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun sistematis data yang
diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner, wawancara, catatan lapangan, serta data
dokumentasi. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan
data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

3.6.1 Reduksi data

Reduksi data dilakukan untuk merangkum, menggolongkan, memilih hal


pokok dari data mentah yang muncul dari hasil wawancara dan menyusun data
secara sistematis agar kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan.

3.6.2 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif yang digunakan adalah perhitungan persentase untuk


melihat seberapa besar penerapan manajemen rantai pasok dan perhitungan rata –
rata untuk mengetahui kecenderungan jawaban responden mengenai faktor
dominan faktor hambatan manajemen rantai pasok. Rumus yang digunakan untuk
mencari nilai rata – rata dan persentase seperti pada persamaan (2.1) dan (2.2).
Setelah dihitung maka akan di urutkan dan diinterpretasi berdasarkan range berikut.

Tabel 3.3 Interpretasi Penilaian Hambatan Manajemen Rantai Pasok


No Interpretasi Range
1 Rendah 1 – 2,33
2 Sedang 2,34 – 3,67
3 Tinggi 3,68 - 5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan mengenai hasil pengumpulan data yang dilakukan


terhadap 4 proyek studi kasus. Pembahasan dilakukan sesuai dengan latar belakang
dan permasalahan yang dikemukakan pada Bab I, didukung dengan studi literatur
pada Bab II dan menggunakan metode penelitian yang telah dipaparkan pada Bab
III.

4.1 Hasil

Penelitian ini dilakukan melalui penyebaran kuisioner dan wawancara


terhadap 12 responden, yaitu perusahaan dengan kualifikasi menengah dan besar di
kota Banda Aceh, yang dimulai tanggal 23 Maret - 17 Juni 2023. Data yang
diperoleh melalui kuisioner menggunakan bantuan Google Form lalu diolah dan
dianalisis menggunakan bantuan aplikasi Microsoft Excel. Hasilnya didapatkan
persentase penerapan manajemen rantai pasok dan faktor dominan hambatannya
pada 4 proyek gedung dan perumahan di Banda Aceh, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Lampiran B 4.1 Halaman 52.

4.1.1 Karakteristik Responden dan Perusahaan

Karakteristik responden didapatkan dari hasil jawaban responden kuisioner


bagian A. Adapun data tersebut dijelaskan sebagai berikut.

a. Data responden

Karakteristik responden dikelompokkan atas jenis kelamin, umur, pendidikan


terakhir, jabatan dan pengalaman di bidang konstruksi, dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Rekapitulasi jawaban mengenai karakteristik responden dapat dilihat pada
Lampiran B Tabel 4.2 Halaman 60.

28
29
Tabel 4.1 Data responden

No Karakteristik Responden Frekuensi Persentase


Pria 12 100%
1 Jenis kelamin
Wanita 0 0%
25 - 34 tahun 2 18%
35 - 44 tahun 6 45%
2 Usia responden
45 - 54 tahun 4 36%
> 54 tahun 0 0%
SMA 1 18%
DIII 1 9%
3 Pendidikan
S1 10 73%
S2 0 0%
≤ 3 tahun 2 18%
Pengalaman kerja 4 - 5 tahun 3 18%
4
bidang konstruksi 6 - 10 tahun 1 9%
> 10 tahun 6 55%
Direktur 2 18%
Project manager 2 18%
5 Jabatan
Site manager 1 0%
Divisi logistik 7 64%

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa semua responden adalah


pria yang berjumlah 12 orang. Usia responden bervariasi, yaitu 25 – 34 tahun
berjumlah 2 orang, 35 – 44 tahun 6 orang, dan 45 – 54 tahun 4 orang. Responden
dengan pendidikan S1 berjumlah 10 orang, DIII berjumlah 1 orang dan SMA
berjumlah 1 orang yang seluruhnya. Pengalaman kerja responden dibidang
konstruksi ≤ 3 tahun sebanyak 2 orang, 4 – 5 tahun sebanyak 3 orang, 6 – 10 tahun
sebanyak 1 orang dan > 10 tahun sebanyak 6 orang. Jabatan responden antara lain
direktur sebanyak 2 orang, project manager 2 orang, site manager 1 orang dan
didominasi dengan staff logistik sebanyak 7 orang.

b. Data Perusahaan

Karakteristik perusahaan dikelompokkan atas kualifikasi, lama perusahaan


beroperasi, jenis proyek dan nilai proyek. Rekapitulasi jawaban mengenai
karakteristik perusahaan dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini.
30
Tabel 4.2 Data perusahaan

No Karakteristik Perusahaan Frekuensi Persentase


Kualifikasi Besar 3 75%
1
perusahaan Menengah 1 25%
Lama < 5 tahun 0 0%
2 perusahaan 5 - 10 tahun 2 50%
beroperasi
> 10 tahun 2 50%
Jenis proyek Bangunan gedung 2 50%
3 yang pernah
dikerjakan Bangunan perumahan 2 50%
Rata - rata < Rp. 1.000.000.000 0 0%
nilai proyek > Rp. 1.000.000.000 - Rp. 5.000.000.000 0 0%
4
gedung yang >Rp. 5.000.000.000 - Rp. 10.000.000.000 0 0%
dikerjakan
>Rp. 10.000.000.000 2 100%
Rata - rata < Rp. 500.000.000 0 0%
nilai proyek > Rp. 500.000.000 - Rp. 1.000.000.000 0 0%
5 perumahan
yang >Rp. 1.000.000.000 - Rp. 2.000.000.000 1 50%
dikerjakan >Rp. 2.000.000.000 1 50%

Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa sebanyak 75% perusahaan


berkualifikasi besar dan telah beroperasi 5 – 10 tahun hingga lebih dari 10 tahun.
Jenis proyek yang pernah dikerjakan antara lain bangunan gedung berjumlah 2
perusahaan, bangunan perumahan berjumlah 1 perusahaan dan bangunan keduanya
berjumlah 1 perusahaan. Rata-rata nilai proyek gedung yang dikerjakan bernilai
>Rp. 10M, sendangkan nilai proyek perumahan dalam range >Rp. 1M - >Rp. 2M.

4.1.2 Persentase implementasi Manajemen Rantai Pasok (MRP)

Perhitungan manajemen rantai pasok pada 2 proyek gedung dan 2 proyek


perumahan di kota Banda Aceh berikut hasil perhitungannya. Rekapitulasi dari 4
proyek tersebut dapat dilihat pada Lampiran B Tabel 4.3 Halaman 61.

A. Proyek perumahan Villa Harapan Indah

Proses penelitian dilakukan pada tanggal 24 Mei 2023, proyek perumahan


31
Villa Harapan Indah dilaksanakan oleh PT.Griya Alam Sejahtera yang berlokasi di
Jl. Unnamed, Lamtheun, Kec. Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar. Proyek ini
membangun 22 unit rumah dengan tipe 36 dengan anggaran sebesar Rp.
8.300.000.000,-. Pengisian kuisioner dan wawancara dilakukan oleh 3 orang
responden, yaitu 1 orang direktur dan 2 orang dari divisi logisktik. Persentase
penerapan manajemen rantai pasok dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Persentase Penerapan Manajemen Rantai Pasok Proyek Perumahan Villa
Harapan Indah

Tidak
Menerapkan
No Elemen menerapkan
MRP
MRP
Pendekatan manajemen inventarisasi (Manajemen
1 1
persediaan)

2 Pendekatan biaya total 1

3 Jangka waktu 1
Banyaknya informasi yang dibagi dan diamati
4 1
bersama
5 Banyaknya koordinasi antar tingkatan 1

6 Perencanaan bersama 1
7 Kesesuaian kebijakan perusahaan 1
8 Luas lingkup supplier 1

9 Sosok kepemimpinan dalam rantai pasok 1

10 Banyaknya resiko dan imbalan yang dibagi 1

11 Kecepatan operasi, informasi dan inventarisasi 1

Jumlah 7 4

Persentase 63.64% 36.36%

Berdasarkan hasil kuisioner proyek perumahan Villa Harapan Indah telah


melaksanakan manajemen rantai pasok sebesar 63,64%. Dari hasil wawancara
kepada responden menyatakan bahwa proyek perumahan Villa Harapan Indah tidak
melibatkan subkontraktor baik dalam perencanaannya maupun dalam
pelaksanaannya, keseluruhannya dilakukan dan dikelola secara mandiri oleh owner
32
selaku direktur perusahaan tanpa melalui proses tender.
Pihak lain yang terlibat diluar perusahaan adalah supplier, dalam memilih
supplier perusahaan telah menentukan spesifikasi yang dibutuhkan, sebagian
merupakan rekanan yang telah bekerjasama sebelumnya pada proyek yang lain.
Namun, tidak ada interaksi hubungan kerjasama pada supplier, apabila tidak terjadi
masalah dan kerjasama berjalan lancar maka proyek kedepannya masih akan
bekerjasama, tetapi juga tidak menutup kemungkinan perusahaan bekerjasama
dengan supplier yang lain apabila sewaktu-waktu barang tidak tersedia dengan
jumlah yang dibutuhkan (out of stock).
Hubungan pada supplier disini hanya sebatas bertukar informasi saat
transaksi saja tanpa kontrak. Selain itu, informasi mengenai pengadaan, kendala,
dan inventory tidak dibagi dan diamati bersama oleh supplier, hal-hal terkait
pengadaan, kendala, dan inventory perusahaan memiliki tim/divisi yang
bertanggung jawab mengelolanya, disini sosok kepemimpinan diperlukan karena
menaungi tanggungjawab yang besar, dan untuk menjadi penengah apabila terjadi
konflik, selain itu dengan adanya sosok kepemimpinan akan membuat pekerjaan
menjadi terkontrol dengan baik.
Terkait keperluan material, perusahaan juga langsung memasok dari toko
bangunan dan peralatan seperti alat berat cenderung disewa. Proyek ini memiliki
supplier dalam ruang lingkup yang kecil agar memudahkan koordinasi dengan
mengoptimalkan supplier yang terpercaya.
Pengelolaan inventarisasi proyek ini berbasis pusat distribusi, pembelian
material secara bertahap tergantung kebutuhan dilapangan pada satu waktu,
sebagian besar penyimpanan material sementara dan peralatan langsung dilokasi
proyek yang akan dilaksanakan, dengan memanfaatkan lahan proyek untuk
penyimpanan utama akan lebih efisien dalam pelaksanaannya. Untuk metode
pembayaran yang diterapkan adalah pembayaran bertahap tergantung jumlah
barang yang dipasok dan sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati.

B. Proyek perumahan Klieng Cot Aron

Proses penelitian dilakukan pada tanggal 29 Mei 2023, proyek perumahan


Klieng Cot Aron dilaksanakan oleh PT. Hadrah Aceh Pratama yang berlokasi di
33
Klieng Cot Aron, Baitussalam, Kabupaten Aceh Besar. Proyek ini memiliki 84 unit
rumah dengan tipe 36 dengan anggaran sebesar Rp.20.000.000.000,-. Pengisian
kuisioner dan wawancara dilakukan oleh 3 orang responden, yaitu 1 orang direktur,
1 orang project manager dan 1 orang dari divisi logistik. Persentase penerapan
manajemen rantai pasok dapat dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Persentase Penerapan Manajemen Rantai Pasok Proyek Perumahan


Klieng Cot Aron

Tidak
Menerapkan
No Elemen menerapkan
MRP
MRP
Pendekatan manajemen inventarisasi (Manajemen
1 1
persediaan)

2 Pendekatan biaya total 1

3 Jangka waktu 1
Banyaknya informasi yang dibagi dan diamati
4 1
bersama
5 Banyaknya koordinasi antar tingkatan 1

6 Perencanaan bersama 1
7 Kesesuaian kebijakan perusahaan 1
8 Luas lingkup supplier 1

9 Sosok kepemimpinan dalam rantai pasok 1

10 Banyaknya resiko dan imbalan yang dibagi 1

11 Kecepatan operasi, informasi dan inventarisasi 1


Jumlah 2 9
Persentase 18.18% 81.82%

Berdasarkan hasil kuisioner proyek Klieng Cot Aron hanya melaksanakan


manajemen rantai pasok 18,18% dan cenderung masih menerapkan pengelolaan
rantai pasok secara tradisional dengan persentase 81,82%. Dari hasil wawancara
kepada responden menyatakan bahwa proyek perumahan Klieng Cot Aron tidak
melibatkan subkontraktor baik dalam perencanaannya maupun dalam
pelaksanaannya, keseluruhannya dilakukan dan dikelola secara mandiri oleh owner
selaku direktur perusahaan tanpa melalui proses tender.
34
Pihak lain yang terlibat diluar perusahaan adalah supplier. Hubungan
kerjasama yang terjalin pada supplier cenderung hubungan jangka panjang, dalam
memilih supplier perusahaan telah menentukan spesifikasi yang dibutuhkan,
sebagian merupakan rekanan yang telah bekerjasama sebelumnya pada proyek yang
lain. Namun, tidak ada interaksi hubungan kerjasama pada supplier, apabila tidak
terjadi masalah dan kerjasama berjalan lancar maka proyek kedepannya masih akan
bekerjasama, tetapi juga tidak menutup kemungkinan perusahaan bekerjasama
dengan supplier yang lain apabila sewaktu-waktu barang tidak tersedia dengan
jumlah yang dibutuhkan (out of stock).
Hubungan pada supplier disini hanya sebatas bertukar informasi saat
transaksi saja tanpa kontrak. Selain itu, informasi mengenai pengadaan, kendala,
dan inventory tidak dibagi dan diamati bersama oleh supplier, hal-hal terkait
pengadaan, kendala, dan inventory perusahaan memiliki tim/divisi yang
bertanggung jawab mengelolanya. Terkait keperluan material, perusahaan juga
langsung memasok dari toko bangunan dan peralatan seperti bulldozer, grader dan
sebagian beko merupakan milik perusahaan. Kebutuhan tambahan lainnya yang
akan di supply dari pihak lain tanpa dilibatkan dalam proses perencanaan. Proyek
Hadrahland memiliki supplier dalam ruang lingkup yang kecil agar memudahkan
koordinasi dengan mengoptimalkan supplier yang kompeten dan terpercaya.
Struktur organisasi pada proyek Klieng Cot Aron terdiri dari beberapa
tingkatan penanggungjawab, mulai dari direktur hingga divisi-divisi tanggung
jawab tertentu. Setiap pihak memiliki peran masing-masing, secara keseluruhan
imbalan dan risiko ditanggung oleh pihak dari perusahaan PT.Hadrah Aceh Pratama
tanpa melibatkan supplier dalam menanggung risikonya, karena hubungan
perusahaan dan supplier hanya sebatas transaksi. Selain itu, sosok kepemimpinan
diperlukan karena menaungi tanggungjawab yang besar, dan untuk menjadi
penengah apabila terjadi konflik, selain itu dengan adanya sosok kepemimpinan
akan membuat pekerjaan menjadi terkontrol dengan baik.
Pengelolaan inventarisasi proyek Klieng Cot Aron berbasis pergudangan,
terdapat gudang khusus untuk menyimpan material namun sebagian besar
penyimpanan material dan peralatan langsung dilokasi proyek yang akan
dilaksanakan, dengan memanfaatkan lahan proyek untuk penyimpanan utama akan
35
lebih efisien dalam pelaksanaannya. Untuk metode pembayaran yang diterapkan
adalah pembayaran bertahap tergantung jumlah barang yang dipasok dan sesuai
dengan kesepakatan yang telah disepakati.

C. Proyek gedung Badan Pengelolaan Keuangan Aceh (BPKA)

Proses penelitian dilakukan pada tanggal 29 Mei 2023, proyek gedung Badan
Pengelolaan Keuangan Aceh dilaksanakan oleh PT. Adik Abang Qanita yang
berlokasi di Klieng Cot Aron, Baitussalam, Kabupaten Aceh Besar. Proyek ini
memiliki luas tanah 2.436,72 𝒎𝟐 dan tinggi bangunan 40,5 m yang berjumlah 9
tingkat (1 basement dan 8 lantai) dengan anggaran sebesar Rp. 34.000.000.000,-.
Pengisian kuisioner dan wawancara dilakukan oleh 3 orang responden, yaitu 1
orang direktur, 1 orang project manager dan 1 orang dari divisi logistik. Persentase
penerapan manajemen rantai pasok dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Persentase Penerapan Manajemen Rantai Pasok Proyek Gedung BPKA

Tidak
Menerapkan
No Elemen menerapkan
MRP
MRP
Pendekatan manajemen inventarisasi (Manajemen
1 1
persediaan)
2 Pendekatan biaya total 1
3 Jangka waktu 1
Banyaknya informasi yang dibagi dan diamati
4 1
bersama
5 Banyaknya koordinasi antar tingkatan 1
6 Perencanaan bersama 1
7 Kesesuaian kebijakan perusahaan 1
8 Luas lingkup supplier 1
9 Sosok kepemimpinan dalam rantai pasok 1
10 Banyaknya resiko dan imbalan yang dibagi 1
11 Kecepatan operasi, informasi dan inventarisasi 1
Jumlah 8 3
Persentase 72.73% 27.27%
36
Berdasarkan hasil kuisioner proyek gedung BPKA telah melaksanakan
manajemen rantai pasok dengan persentase sebesar 72,73%. Dari hasil wawancara
kepada responden, proyek ini merupakan proyek pemerintah yang melalui proses
tender untuk memilih kontraktor pelaksananya, pada tahap 1 tender dimenangkan
oleh PT. Adik Abang Qanita, pelaksanaan tahap 1 adalah pemasangan pondasi tiang
pancang hingga basement dengan anggaran sebesar Rp.34.000.000.000,00-,
supplier juga ikut terlibat dalam mengontrol dan efisiensi biaya pengadaan material.
Hubungan kerjasama yang terjalin pada subkontraktor/supplier ditetapkan
oleh kontraktor. Tidak ada keharusan dalam memilih subkontraktor/supplier selama
memenuhi syarat dan spesifikasi. Selain itu, informasi mengenai pengadaan,
kendala, dan inventory dibagi dan diamati bersama oleh subkontraktor yang
berkaitan dan supplier. Terkait keperluan material, perusahaan memasok dari toko
bangunan yang telah ditentukan sesuai dengan standarnya serta peralatan seperti
bulldozer, grader dan beko cenderung disewa. PT. Adik Abang Qanita dalam
proyek ini cenderung memilih lingkup supplier yang sedikit dengan
mengoptimalkan supplier yang kompeten agar memudahkan koordinasi sehingga
tingkat persaingan dan risiko juga rendah.
Struktur organisasi pada proyek gedung BPKA terdiri dari beberapa
tingkatan penanggungjawab, pihak yang terlibat dalam proyek ini antara lain:
owner, kontraktor, subkontraktor, konsultan, supplier, dan pekerja. Setiap pihak
memiliki peran masing-masing, secara keseluruhan imbalan dan risiko ditanggung
masing-masing oleh pihak perusahaan.
Perencanaan bersama melibatkan pihak lain, seperti supplier/subkontraktor,
sehingga diperlukan kesesuaian kebijakan dengan perusahaan untuk membina
hubungan. Sosok kepemimpinan diperlukan karena menaungi tanggungjawab yang
besar, dan untuk menjadi penengah apabila terjadi konflik, selain itu dengan adanya
sosok kepemimpinan akan membuat pekerjaan menjadi terkontrol dengan baik.
Pengelolaan inventarisasi proyek gedung BPKA berorientasi pusat distribusi,
pembelian material secara bertahap tergantung kebutuhan dilapangan pada satu
waktu, sebagian besar penyimpanan material sementara dan peralatan langsung
dilokasi proyek yang akan dilaksanakan, dengan memanfaatkan lahan proyek untuk
penyimpanan utama akan lebih efisien dalam pelaksanaannya. Dalam mengelola
37
manajemen inventarisasi tidak melibatkan supplier, sebatas perencanaan dan
pengamatan saja, proyek ini juga memanfaatkan lahan proyek untuk pergudangan
sementara agar memudahkan dalam pelaksanaan pekerjaan.

D. Proyek gedung Bank Syariah Indonesia

Proses penelitian dilakukan pada tanggal 16 Juni 2023, proyek gedung Bank
Syariah Indonesia dilaksanakan oleh PT. PP (Persero) Tbk yang berlokasi di Jl.
Teuku Moh Daud Beureueh No.33C, Laksana, Kuta Alam, Banda Aceh. Proyek ini
memiliki luas tanah 4.190 𝒎𝟐 dan tinggi bangunan 46,6 m yang berjumlah 10
tingkat (2 basement dan 8 lantai) dengan anggaran sebesar Rp. 325.674.000.000,-.
Pengisian kuisioner dan wawancara dilakukan oleh 3 orang responden, yaitu 1
orang site manager dan 2 orang dari divisi logistik.. Persentase penerapan
manajemen rantai pasok dapat dilihat pada Tabel 4.6

Tabel 4.6 Persentase Penerapan Manajemen Rantai Pasok Proyek Gedung BSI

Tidak
Menerapkan
No Elemen menerapkan
MRP
MRP
Pendekatan manajemen inventarisasi (Manajemen
1 1
persediaan)
2 Pendekatan biaya total 1
3 Jangka waktu 1
Banyaknya informasi yang dibagi dan diamati
4 1
bersama
5 Banyaknya koordinasi antar tingkatan 1
6 Perencanaan bersama 1
7 Kesesuaian kebijakan perusahaan 1
8 Luas lingkup supplier 1
9 Sosok kepemimpinan dalam rantai pasok 1

10 Banyaknya resiko dan imbalan yang dibagi 1

11 Kecepatan operasi, informasi dan inventarisasi 1

Jumlah 8 3
Persentase 72.73% 27.27%

Berdasarkan hasil kuisioner proyek gedung Bank Syariah Indonesia telah


38
melaksanakan manajemen rantai pasok dengan persentase sebesar 72,73%. Dari
hasil wawancara kepada responden, proyek ini merupakan proyek BUMN yang
melalui proses tender untuk memilih kontraktor pelaksananya.
Hubungan kerjasama yang terjalin pada subkontraktor/supplier telah
ditetapkan dari kantor pusat dan memiliki kontrak kerja dalam jangka waktu
tertentu. Selain itu, informasi mengenai pengadaan, kendala, dan inventory dibagi
dan diamati bersama oleh subkontraktor yang berkaitan dan supplier. Terkait
keperluan material, perusahaan memasok dari toko bangunan yang telah ditentukan
dari pusat, sesuai dengan standarnya serta peralatan seperti bulldozer, grader dan
beko cenderung disewa di wilayah pelaksanaan proyek. Pada proyek ini cenderung
memilih lingkup supplier yang sedikit dengan mengoptimalkan supplier yang
kompeten agar memudahkan koordinasi sehingga tingkat persaingan dan risiko juga
rendah.
Struktur organisasi pada proyek gedung BSI terdiri dari beberapa tingkatan
penanggungjawab, pihak yang terlibat dalam proyek ini antara lain : owner,
kontraktor, subkontraktor, konsultan, supplier, dan pekerja. Setiap pihak memiliki
peran masing-masing, secara keseluruhan imbalan dan risiko ditanggung masing-
masing oleh pihak perusahaan.
Proses perencanaan bersama tidak melibatkan pihak lain, seperti
supplier/subkontraktor, perencanaan dilakukan oleh perusahaan sesuai dengan
spesifikasi gedung yang dibangun, sehingga diperlukan kesesuaian kebijakan
dengan perusahaan untuk membina hubungan. Sosok kepemimpinan diperlukan
karena menaungi tanggungjawab yang besar, dan untuk menjadi penengah apabila
terjadi konflik, selain itu dengan adanya sosok kepemimpinan akan membuat
pekerjaan menjadi terkontrol dengan baik
Pengelolaan inventarisasi proyek ini berbasis pergudangan, terdapat gudang
khusus untuk menyimpan material namun sebagian penyimpanan material dan
peralatan juga langsung dilokasi proyek yang akan dilaksanakan, tergantung dari
kebutuhan dan jenis materialnya, dengan memanfaatkan lahan proyek untuk
penyimpanan utama akan lebih efisien dalam pelaksanaannya.
39
4.1.3 Analisis deskriptif hambatan manajemen rantai pasok

Analisis deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan bagaimana hambatan


manajemen rantai pasok pada 4 proyek gedung dan perumahan di Banda Aceh.
Analisis deskriptif berupa nilai rata-rata (mean), dan persentase dari masing-masing
indikator penelitian. Interpretasi range penilaiannya adalah nilai 1-2,33 = Rendah,
nilai 2,34-3,67 = Sedang dan nilai 3,68-5 = Tinggi. Analisis ini dilakukan
berdasarkan jawaban-jawaban responden. Berikut nilai mean dan persentase
terhadap 30 indikator hambatan manajemen rantai pasok dari 12 responden pada 4
proyek gedung dan perumahan di Banda Aceh. Rekapitulasi analisis deskriptif
dapat dilihat pada Lampiran B Tabel 4.4 Halaman 66.

Tabel 4.7 Nilai Mean Indikator Hambatan Manajemen Rantai Pasok

Faktor-faktor Hambatan Manajemen Rantai Pasok


No Konstruksi Mean Interpretasi

Faktor hambatan membangun hubungan rantai pasok


Kurangnya komitmen manajemen puncak (keterlibatan
langsung pemimpin dari level tertinggi di perusahaan,
A1 yang bertugas untuk merencanakan kegiatan dan strategi 3.25 Sedang
perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya
perusahaan)
A2 Kurangnya pemahaman manajemen rantai pasok 3.17 Sedang
Terdapat ketidakcocokan partner mengenai konsep
A3 3.00 Sedang
manajemen rantai pasok yang diterapkan perusahaan
Rendahnya komitmen dari rekan kerja dalam menerapkan
A4 3.17 Sedang
manajemen rantai pasok
Manfaat strategis tidak jelas (berkaitan dengan
memberikan kepuasan pelanggan, meningkatkan
A5 pendapatan, menurunkan biaya, pemanfaatan aset yang 3.67 Sedang
semakin tinggi, peningkatan keuntungan dan perusahaan
semakin besar)
Kurangnya teknologi informasi yang tepat (teknologi
A6 yang berhubungan dengan pengolahan data menjadi 3.17 Sedang
informasi dan proses penyaluran data/informasi)
Tidak ada interaksi langsung yang mengarah pada
A7 membina hubungan jangka panjang yang berkelanjutan 3.33 Sedang
dengan supplier dan subkontraktor
Kurangnya kepercayaan partner pada mitra yang terlibat
A8 3.00 Sedang
dalam proyek
40
Faktor-faktor Hambatan Manajemen Rantai Pasok
No Konstruksi Mean Interpretasi

Faktor hambatan dalam pelaksanaan proyek

Kekurangan sumber daya yang memadai untuk


A9 3.00 Sedang
mengintegrasikan proses dan mengelola logistik

Kurangnya sistemisasi pada struktur organisasi dan


A10 3.17 Sedang
dukungan antara mitra yang terlibat dalam proyek
Hubungan yang kurang baik (perselisihan) antara rekan
A11 3.00 Sedang
kerja
Kurangnya kejelasan, batasan dan ketidakcukupan dalam
A12 3.08 Sedang
memberikan informasi dan pengumuman proyek

Kurangnya persiapan awal dari kontraktor dan konsultan


A13 3.17 Sedang
yang terlibat dalam proyek tersebut
Kurangnya keterlibatan supplier/subkontraktor dalam
A14 3.17 Sedang
pengaturan/prosedur pekerjaan
Lokasi pemasok jauh sehingga meningkatkan biaya 3.58
A15 Sedang
transportasi
Faktor kompleksitas pada proyek
Memilih supplier/subkontraktor hanya berdasarkan biaya
A16 3.67 Sedang
termurah
Proses tender yang kompetitif mengurangi penerapan
A17 manajemen rantai pasok (fokus utama pada harga 3.25 Sedang
penawaran, tanpa fokus pada biaya sebenarnya)
Sasaran supplier/subkontraktor jangka pendek dan
A18 pendekatan yang berorientasi pada harga di sektor 2.67 Sedang
tersebut berdampak buruk pada pasokan kualitas material

A19 Kesulitan terkait manajemen inventarisasi (persediaan) 3.17 Sedang


Supplier / subkontraktor juga merupakan rekanan pihak
A20 3.08 Sedang
lain
Sering bergantinya anggota (supplier / subkontraktor)
A21 3.67 Sedang
dalam rantai pasok
Pihak-pihak dalam rantai pasok memiliki kepentingan
A22 3.83 Tinggi
sendiri
Banyaknya pihak yang terlibat meningkatkan potensi
A23 3.83 Tinggi
konflik
Faktor ketidakpastian pada proyek
Ketidakpastian jumlah permintaan / adanya perubahan
A24 3.67 Sedang
permintaan
Ketidakpastian pengiriman material karena keterbatasan
A25 3.50 Sedang
stock material dari supplier
41
Faktor-faktor Hambatan Manajemen Rantai Pasok
No Konstruksi Mean Interpretasi

Ketidakpastian informasi mengenai harga material oleh


A26 3.08 Sedang
supplier
A27 Ketidakpastian kualitas dan kuantitas material 2.92 Sedang
Ketidakpastian kualitas SDM dalam mengelola
A28 3.25 Sedang
manajemen
A29 Ketidakstabilan modal kerja 3.08 Sedang

Pemasok/subkontraktor ragu untuk menjadi bagian dari


A30 2.83 Sedang
sistem baru karena potensi masalah dan risikonya

Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa terdapat 28 indikator dengan


interpretasi tinggi dan 2 indikator dengan interpretasi sedang. Aspek karakteristik
hambatan memiliki nilai paling tinggi yaitu 3,83 dengan kategori tinggi. Aspek
karakteristik hambatan yang memiliki nilai paling rendah yaitu 2,67 dengan
kategori sedang. Hasil dari niai mean selanjutnya diurutkan berdasarkan nilai
tertinggi hingga terendah. Untuk lebih jelasnya, perhitungan Analisa deskriptif
dapat dilihat pada Lampiran Tabel 4.8

Tabel 4.8 Rangking Indikator Hambatan Manajemen Rantai Pasok

Faktor-faktor Hambatan Manajemen Rantai Pasok


No Konstruksi Mean Rangking

A22 Pihak-pihak dalam rantai pasok memiliki kepentingan sendiri 3.83 1

A23 Banyaknya pihak yang terlibat meningkatkan potensi konflik 3.83 1

Manfaat strategis tidak jelas (berkaitan dengan memberikan


kepuasan pelanggan, meningkatkan pendapatan, menurunkan
A5 3.67 2
biaya, pemanfaatan aset yang semakin tinggi, peningkatan
keuntungan dan perusahaan semakin besar)

Memilih supplier/subkontraktor hanya berdasarkan biaya


A16 3.67 2
termurah
Sering bergantinya anggota (supplier / subkontraktor) dalam
A21 3.67 2
rantai pasok
Ketidakpastian jumlah permintaan / adanya perubahan
A24 3.67 2
permintaan

Lokasi pemasok jauh sehingga meningkatkan biaya


A15 3.58 3
transportasi
42
Faktor-faktor Hambatan Manajemen Rantai Pasok
No Konstruksi Mean Rangking

Ketidakpastian pengiriman material karena keterbatasan stock


A25 material dari supplier 3.50 4

Tidak ada interaksi langsung yang mengarah pada membina


A7 hubungan jangka panjang yang berkelanjutan dengan 3.33 5
supplier dan subkontraktor

Kurangnya komitmen manajemen puncak (keterlibatan


langsung pemimpin dari level tertinggi di perusahaan, yang
A1 bertugas untuk merencanakan kegiatan dan strategi 3.25 6
perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya
perusahaan)
Proses tender yang kompetitif mengurangi penerapan
A17 manajemen rantai pasok (fokus utama pada harga penawaran, 3.25 6
tanpa fokus pada biaya sebenarnya)
A28 Ketidakpastian kualitas SDM dalam mengelola manajemen 3.25 6

A2 Kurangnya pemahaman manajemen rantai pasok 3.17 7

Rendahnya komitmen dari rekan kerja dalam menerapkan


A4 3.17 7
manajemen rantai pasok
Kurangnya teknologi informasi yang tepat (teknologi yang
A6 berhubungan dengan pengolahan data menjadi informasi dan 3.17 7
proses penyaluran data/informasi)
Kurangnya sistemisasi pada struktur organisasi dan dukungan
A10 3.17 7
antara mitra yang terlibat dalam proyek
Kurangnya persiapan awal dari kontraktor dan konsultan
A13 3.17 7
yang terlibat dalam proyek tersebut
Kurangnya keterlibatan supplier/subkontraktor dalam
A14 3.17 7
pengaturan/prosedur pekerjaan

A19 Kesulitan terkait manajemen inventarisasi (persediaan) 3.17 7

Kurangnya kejelasan, batasan dan ketidakcukupan dalam


A12 3.08 8
memberikan informasi dan pengumuman proyek

A20 Supplier / subkontraktor juga merupakan rekanan pihak lain 3.08 8

Ketidakpastian informasi mengenai harga material oleh


A26 3.08 8
supplier
A29 Ketidakstabilan modal kerja 3.08 8

Terdapat ketidakcocokan partner mengenai konsep


A3 3.00 9
manajemen rantai pasok yang diterapkan perusahaan
43
Faktor-faktor Hambatan Manajemen Rantai Pasok
No Konstruksi Mean Rangking

Kurangnya kepercayaan partner pada mitra yang terlibat


A8 3.00 9
dalam proyek
Kekurangan sumber daya yang memadai untuk
A9 3.00 9
mengintegrasikan proses dan mengelola logistik

`A11 Hubungan yang kurang baik (perselisihan) antara rekan kerja 3.00 9

A27 Ketidakpastian kualitas dan kuantitas material 2.92 10

Pemasok/subkontraktor ragu untuk menjadi bagian dari


A30 2.83 11
sistem baru karena potensi masalah dan risikonya

Sasaran supplier/subkontraktor jangka pendek dan


A18 pendekatan yang berorientasi pada harga di sektor tersebut 2.67 12
berdampak buruk pada pasokan kualitas material

Gambar 4.1 Diagram Rangking Indikator Hambatan Manajemen


Rantai Pasok

Gambar diatas menunjukkan 10 rangking teratas yang merupakan indikator-


indikator hambatan manajemen rantai pasok tertinggi. Dapat dilihat bahwa
indikator hambatan tertinggi yaitu variabel A22 dan A23 dengan nilai rata-rata 3,83,
sedangkan indikator kesepuluh adalah variabel A1 dengan nilai rata-rata 3,25.

4.2 Hasil Pembahasan

Sesuai dengan hasil penelitian dan perhitungan sebagaimana yang telah


dikemukakan sebelumnya, maka pada sub bab ini akan membahas dan menganalisa
elemen implementasi dan indikator – indikator hambatan manajemen rantai pasok
44
pada 4 proyek gedung dan perumahan di Banda Aceh.
Berdasarkan karakteristik responden dari penelitian ini, semua responden
pria yang berada pada kelompok praktisi dengan dominan umur 35 – 44 tahun
sebesar 50% yaitu 6 orang, selain itu terdapat 4 orang berumur 45 – 54 tahun dan 2
orang berumur 25 – 34 tahun. Umumnya responden memiliki tingkat pendidikan
terakhir S1 dengan persentase 73% yaitu sebanyak 10 orang. Sebanyak 6 orang
yaitu 50% responden telah memiliki pengalaman kerja bidang konstruksi selama
>10 tahun. Posisi responden pada proyek yang sedang dilaksanakan antara lain
divisi logistik sebanyak 58%, site manager 8%, project manager 17% dan direktur
17%. Dapat dinilai, responden memiliki wawasan dan pengalaman yang cukup
dibidang konstruksi.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 1 proyek yang belum menerapkan
manajemen rantai pasok dan 3 proyek yang telah menerapkannya berdasarkan
elemen Cooper (1993), yaitu proyek perumahan Villa Harapan Indah oleh PT. Griya
Alam Sejahtera dengan persentase 63,64%. Selain itu, proyek gedung Badan
Pengelolaan Keuangan Aceh oleh PT. Adik Abang Qanita juga telah menerapkan
manajemen rantai pasok sebesar 72,73%. Lalu, proyek gedung Bank Syariah
Indonesia oleh PT. PP Persero telah menerapkan manajemen rantai pasok dengan
persentase sebesar 72,73%. Proyek perumahan Klieng Cot Aron oleh PT. Hadrah
Aceh Pratama hanya menerapkan manajemen rantai pasok sebesar 18,18%, proyek
ini cenderung masih menerapkan manajemen tradisional dalam pelaksanaannya.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 4.9 dibawah ini.

Tabel 4.9 Persentase Penerapan Manajemen Rantai Pasok

Penerapan MRP
No Proyek
Ya Tidak
1 PerumahanVilla Harapan Indah 63,64% 36,36%
2 Perumahan Klieng Cot Aron 18,18% 81,82%
3 Gedung Badan Pengelolaan Keuangan Aceh 72,73% 27,27%
4 Gedung Bank Syariah Indonesia 72,73% 27,27%

Kualifikasi proyek tidak menjamin bahwa suatu proyek tersebut telah


menerapkan manajemen rantai pasok, proyek perumahan Klieng Cot Aron yang
merupakan proyek dengan perusahaan berkualifikasi besar cenderung masih
45
menggunakan manajemen tradisional dalam pelaksanaan proyek. Terdapat 9 dari
11 elemen manajemen rantai pasok yang tidak diterapkan. Sedangkan, proyek
perumahan Villa Harapan Indah yang merupakan proyek perusahaan berkualifikasi
menengah telah menerapkan manajemen rantai pasok sebesar 63,64%. Begitu juga
dengan proyek gedung BPKA dan BSI yang merupakan proyek perusahaan besar
dan telah menerapkan manajemen rantai pasok sebesar 72,73%.
Sedangkan pada faktor hambatan penerapan manajemen rantai pasok,
terdapat 2 indikator dengan interpretasi tinggi dan 28 indikator dengan interpretasi
sedang. Dari gambar 4.1 menunjukkan grafik 10 rangking tertinggi indikator
hambatan penerapan manajemen rantai pasok. Faktor dominan hambatan penerapan
manajemen rantai pasok ialah faktor kompleksitas pada proyek, terdapat 2 indikator
dengan interpretasi tertinggi yaitu sebesar 3,83. Indikatornya adalah variabel A22
dan A23: 1). Pihak – pihak dalam rantai pasok memiliki kepentingan sendiri, 2).
Banyaknya pihak yang terlibat sehingga meningkatkan potensi konflik. Faktor
karakteristik hambatan yang memiliki nilai paling rendah yaitu juga pada
kompleksitas pada proyek yaitu variabel A18 dengan indikator sasaran
supplier/subkontraktor jangka pendek dan pendekatan yang berorientasi pada harga
di sektor berdampak buruk pada pasokan kualitas material, yang mendapat nilai
sebesar 2,67 dengan kategori sedang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menjabarkan kesimpulan dari hasil dan pembahasan pada bab
sebelumnya serta memberikan saran – saran yang berhubungan dengan penelitian
ini.

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian persentase penerapan


manajemen rantai pasok antara lain :

1. Dari 4 proyek yang diteliti telah menerapkan manajemen rantai pasok, 3 dari
4 proyek yang telah menerapkan manajemen rantai pasok >50% yaitu
proyek perumahan Villa Harapan Indah sebesar 63,64%, proyek gedung
Badan Pengelolaan Keuangan Aceh sebesar 72,73% dan proyek gedung
Bank Syariah Indonesia sebesar 72,73%. Lalu, 1 dari 4 proyek yang
menerapkan manjemn rantai pasok <50% yaitu proyek perumahan Klieng
Cot Aron sebesar 18,18%.

2. Faktor dominan hambatan penerapan manajemen rantai pasok ialah faktor


kompleksitas pada proyek, terdapat 2 indikator dengan nilai mean tertinggi.
Faktor dengan nilai rata-rata terendah juga terdapat mada faktor
kompleksitas pada proyek dengan indikator berbeda.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan dari penelitian ini, saran yang ingin
penulis sampaikan bahwa, penelitian yang dilakukan masih terbatas pada 4 proyek
yaitu 2 proyek gedung dan 2 proyek perumahan dikarenakan keterbatasan akses dan
waktu yang tersedia. Peneliti berharap pada penelitian selanjutnya untuk
mendapatkan proyek yang lebih banyak.

46
47

DAFTAR PUSTAKA

Akintoye, A., Mcintosh, G., & Fitzgerald, E. (2000). A survey of supply chain collaboration
and management in the UK construction industry. 6.
Amade, B. (2016). Supply Chain Management and Construction Project Delivery :
Constraints to its Supply Chain Management and Construction Project Delivery :
Constraints to its Application. May.
Battula, V. R., Namburu, S. K., & Kone, V. (2020). A study on factors involved in
implementation of supply chain management in construction industry. Materials
Today: Proceedings, 33, 446–449. https://doi.org/10.1016/j.matpr.2020.04.900
Cooper. (1993). Characteristics of Supply Chain Management and the Implications for
Purchasing and Logistics Strategy. 34(1), 1–5.
Cuandra, F. (2022). Analisis Penerapan Manajemen Rantai Pasok Dan Erp Pada Pt Semen
Padang. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 2(6), 65–70.
Ervianto, W. I. (2005). Manajemen Proyek Konstruksi (Edisi Revisi). Penerbit Andi.
Hendrawan, H. (2021). Analisis Rantai Pasok Material Semen pada Proyek Konstruksi di
Kota Tarakan.
Juarti, E. R. (2010). Pola Rantai Pasok Pada Pengembangan Perumahan. 022, 27.1-27.7.
Leppe, E. P., Karuntu, M., Ekonomi, F., Bisnis, D., Manajemen, J., & Ratulangi, U. S.
(2019). Kelurahan Bahu Manado Analysis of Home-Based Industrial Tofu Supply
Chain Management in Bahu. 7(1), 201–210.
Okafor, C. C., Ani, U. S., & Ugwu, O. (2021). Evaluation of Supply Chain Management
Lapses in Nigeria ’ s Construction Industry Evaluation of Supply Chain Management
Lapses in Nigeria ’ s Evaluation of Supply Chain Management Lapses in Nigeria ’ s
Construction Industry Chigozie Collins Okafor , Ugochukwu Sydney Ani & Onuegbu
Ugwu. International Journal of Construction Education and Research, 00(00), 1–20.
https://doi.org/10.1080/15578771.2020.1869122
Pahinggis, M. (2021). Analisis Pengaruh Penerapan Supply Chain Management
Pengadaan Material Terhadap Kinerja Proyek Konstruksi ( Studi Kasus : Proyek
Apartemen Jakarta Living Star ) (Issue 02).
Ramadhan, T., & Madelan, S. (2020). Analisis Optimalisasi Proyek Dengan Menggunakan
Metode PERT 1. December.
Salami, E., Aydinli, S., & Oral, E. L. (2016). Barriers to the Implementation of Supply
Chain Management- Case of Small to Medium Sized Contractors in Turkey.
48
September. https://doi.org/10.21275/ART20161582
Smadi, S. A.-D. W. Al, Smadi Mnaseer, R. Al, Hammoudah, A., Alhndawi, Y., Shafiq, A.,
& Husienat, M. (2022). Obstacles of Applying Supply Chain Management Concepts
( SCM ) in the Jordanian Construction Sector . 5(1), 1–9.
https://doi.org/10.37284/ijar.5.1.533.1
Steven, Ali, R. C., & Alifen, R. S. (2017). Studi Penerapan Manajemen Rantai Pasok
Pengadaan Material Proyek Konstruksi. 2, 217–223.
Sucahyowati, H. (2011). Manajemen Rantai Pasok. 13(1), 20–28.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Susilawati, & Wirahadikusumah. (2005). Pola Supply Chain pada Proyek Konstruksi
Bangunan Gedung.
Thaha, P. (2016). Pengembangan Model Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Pada Industri
Konstruksi Perumahan. In Nature Methods (Vol. 7, Issue 6).
Vaidyanathan, K. (2011). Value of Visibility and Planning in An Engineer-to-order
Environment.
Vrijhoef, R., & Koskela, L. J. (1999). Roles of Supply Chain Management in Construction.
January 1999.
Wahyono. (2017). Manajemen Rantai Pasok Pembangunan Gedung Administrasi Poltekes
Pontianak.
Warella, S. Y. et al. (2021). Manajemen Rantai Pasok.
49
LAMPIRAN A

Mulai

Identifikasi Masalah

Studi Literatur

Penentuan Instrumen Penelitian

Penyusunan Kuisioner dan


Wawancara

Pengumpulan Data Primer dan


Sekunder

Pengolahan dan Analisis Data

1. Persentase Implementasi Manajemen Rantai Pasok


2. Ranking Hambatan Manajemen Rantai Pasok

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar A 3.1 Bagan Alir Penelitian


50
LAMPIRAN A

Gambar A 3.2 Peta Wilayah Aceh

Sumber : https://sindunesia.com/peta-aceh/
51
LAMPIRAN A

Gambar A 3.3 Pengisian Kuisioner dan Wawancara Bersama Responden


52
LAMPIRAN B

Gambar B 4.1 Pengisian Kuisioner Menggunakan


Google Form
53
LAMPIRAN B

Tabel 4.1 Kuisioner Penelitian (1/7)


54
LAMPIRAN B

Tabel 4.1 Kuisioner Penelitian (2/7)


55

LAMPIRAN B

Tabel 4.1 Kuisioner Penelitian (3/7)


56

LAMPIRAN B

Tabel 4.1 Kuisioner Penelitian (4/7)


57

LAMPIRAN B

Tabel 4.1 Kuisioner Penelitian (5/7)


58

LAMPIRAN B

Tabel 4.1 Kuisioner Penelitian (6/7)


59

LAMPIRAN B

Tabel 4.1 Kuisioner Penelitian (7/7)


60

LAMPIRAN B

Tabel 4.2 Rekapitulasi Jawaban Karakteristik Responden

Jenis kelamin Usia responden Pendidikan Pengalaman kerja bidang konstruksi Jabatan
Responden

Pria Wanita 25 - 34 35 - 44 45 - 54 > 54 SMA DIII S1 S2 ≤3 4-5 6 - 10 > 10 Direktur Project manager Site manager Divisi logistik

1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1

5 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1

9 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1

11 1 1 1 1 1
12 1 1 1 1 1
Jumlah 12 0 2 6 4 0 1 1 10 0 2 3 1 6 2 2 1 7
61

LAMPIRAN B

Tabel 4.3 Rekapitulasi Jawaban Penerapan Manajemen Rantai Pasok Proyek Perumahan Villa Harapan Indah

No Elemen 1 2 3
Keterangan :
Pendekatan manajemen inventarisasi (Manajemen persediaan)
1 ☐ Tidak melibatkan pihak lain dalam mengelola manajemen inventarisasi (dikelola secara mandiri) 1 = Belum Menerapkan
☐ Melibatkan supplier dalam mengelola manajemen inventarisasi 1 1
Pendekatan biaya total = Sudah Menerapkan
2 ☐ Mengontrol dan efisiensi biaya dalam pengadaan material bersama supplier
☐ Fokus Meminimalisir biaya perusahaan 1 1 1
Jangka waktu hubungan kerjasama rekanan
3 ☐ Tidak ada interaksi langsung yang mengarah pada membina hubungan jangka panjang yang berkelanjutan dengan supplier/subkontraktor 1 1
☐ Membina kerjasama dengan supplier/subkontraktor dalam jangka panjang 1
Banyaknya informasi yang dibagi dan diamati bersama
4 ☐ Bertukar informasi dengan supplier mengenai pengadaan, kendala dan inventory untuk proses perencanaan dan pengamatan
☐ Bertukar informasi hanya terbatas saat bertransaksi tanpa melakukan perencanaan dan pengamatan bersama 1 1 1
Banyaknya koordinasi antar tingkatan
5 ☐ Hanya terjadi kontak antara dua pihak yang berhubungan langsung 1
☐ Terjadi kontak antar pihak yang tergabung dalam rantai pasok seperti berkoordinasi dengan supplier terkait pengadaan material 1 1
Keterlibatan supplier/subkontraktor dalam perencanaan bersama
6 ☐ Melibatkan pihak lain seperti supplier/subkontraktor dalam perencaanaan 1
☐ Hanya berbasis transaksi, tanpa melakukan perencanaan bersama 1 1
Kesesuaian kebijakan perusahaan
7 ☐ Tidak perlu melakukam penyesuaian untuk membina hubungan
☐ Ada kesesuaian setidaknya untuk membina hubungan, seperti supplier /subkontraktor menyesuaikan diri dengan sistem kerja perusahaan 1 1 1
Luas lingkup supplier
8 ☐Ruang lingkup yang kecil agar memudahkan koordinasi (dengan mengoptimalkan supplier yang kompeten) 1 1
☐ Ruang lingkup berskala besar untuk menambah persaingan dan berbagi resiko 1
Sosok kepemimpinan dalam rantai pasok
9 ☐ Tidak diperlukan karena tidak menaungi tanggung jawab besar 1
☐ Diperlukan untuk menjadi penengah apabila terjadi konflik 1 1
Banyaknya resiko dan imbalan yang dibagi
10 ☐ Berbagi imbalan dan resiko bersama-sama 1 1 1
☐ Setiap pihak menanggung sendiri-sendiri
Kecepatan operasi, informasi dan inventarisasi
11 ☐ Berorientasi pergudangan (menyimpan material/peralatan di lapangan) 1
☐ Berorientasi pusat distribusi dan mengutamakan aliran stock kebutuhan dilapangan 1 1
62

LAMPIRAN B

Tabel 4.3 Rekapitulasi Jawaban Penerapan Manajemen Rantai Pasok Proyek Perumahan Klieng Cot Aron

No Elemen 1 2 3
Keterangan :
Pendekatan manajemen inventarisasi (Manajemen persediaan)
1 ☐ Tidak melibatkan pihak lain dalam mengelola manajemen inventarisasi (dikelola secara mandiri) 1 1 1 = Belum Menerapkan
☐ Melibatkan supplier dalam mengelola manajemen inventarisasi
Pendekatan biaya total = Sudah Menerapkan
2 ☐ Mengontrol dan efisiensi biaya dalam pengadaan material bersama supplier
☐ Fokus Meminimalisir biaya perusahaan 1 1 1
Jangka waktu hubungan kerjasama rekanan
3 ☐ Tidak ada interaksi langsung yang mengarah pada membina hubungan jangka panjang yang berkelanjutan dengan supplier/subkontraktor 1 1 1
☐ Membina kerjasama dengan supplier/subkontraktor dalam jangka panjang
Banyaknya informasi yang dibagi dan diamati bersama
4 ☐ Bertukar informasi dengan supplier mengenai pengadaan, kendala dan inventory untuk proses perencanaan dan pengamatan
☐ Bertukar informasi hanya terbatas saat bertransaksi tanpa melakukan perencanaan dan pengamatan bersama 1 1 1
Banyaknya koordinasi antar tingkatan
5 ☐ Hanya terjadi kontak antara dua pihak yang berhubungan langsung 1 1
☐ Terjadi kontak antar pihak yang tergabung dalam rantai pasok seperti berkoordinasi dengan supplier terkait pengadaan material 1
Keterlibatan supplier/subkontraktor dalam perencanaan bersama
6 ☐ Melibatkan pihak lain seperti supplier/subkontraktor dalam perencaanaan
☐ Hanya berbasis transaksi, tanpa melakukan perencanaan bersama 1 1 1
Kesesuaian kebijakan perusahaan
7 ☐ Tidak perlu melakukam penyesuaian untuk membina hubungan 1 1 1
☐ Ada kesesuaian setidaknya untuk membina hubungan, seperti supplier /subkontraktor menyesuaikan diri dengan sistem kerja perusahaan
Luas lingkup supplier
8 ☐Ruang lingkup yang kecil agar memudahkan koordinasi (dengan mengoptimalkan supplier yang kompeten) 1
☐ Ruang lingkup berskala besar untuk menambah persaingan dan berbagi resiko 1 1
Sosok kepemimpinan dalam rantai pasok
9 ☐ Tidak diperlukan karena tidak menaungi tanggung jawab besar 1
☐ Diperlukan untuk menjadi penengah apabila terjadi konflik 1 1
Banyaknya resiko dan imbalan yang dibagi
10 ☐ Berbagi imbalan dan resiko bersama-sama 1 1
☐ Setiap pihak menanggung sendiri-sendiri 1
Kecepatan operasi, informasi dan inventarisasi
11 ☐ Berorientasi pergudangan (menyimpan material/peralatan di lapangan) 1 1 1
☐ Berorientasi pusat distribusi dan mengutamakan aliran stock kebutuhan dilapangan
63

LAMPIRAN B

Tabel 4.3 Rekapitulasi Jawaban Penerapan Manajemen Rantai Pasok Proyek Gedung Badan Pengelolaan Keuangan Aceh (BPKA)

No Elemen 1 2 3
Keterangan :
Pendekatan manajemen inventarisasi (Manajemen persediaan)
1 ☐ Tidak melibatkan pihak lain dalam mengelola manajemen inventarisasi (dikelola secara mandiri) 1 1 = Belum Menerapkan
☐ Melibatkan supplier dalam mengelola manajemen inventarisasi 1
= Sudah Menerapkan
Pendekatan biaya total
2 ☐ Mengontrol dan efisiensi biaya dalam pengadaan material bersama supplier 1
☐ Fokus Meminimalisir biaya perusahaan 1 1
Jangka waktu hubungan kerjasama rekanan
3 ☐ Tidak ada interaksi langsung yang mengarah pada membina hubungan jangka panjang yang berkelanjutan dengan supplier/subkontraktor 1
☐ Membina kerjasama dengan supplier/subkontraktor dalam jangka panjang 1 1
Banyaknya informasi yang dibagi dan diamati bersama
4 ☐ Bertukar informasi dengan supplier mengenai pengadaan, kendala dan inventory untuk proses perencanaan dan pengamatan 1 1 1
☐ Bertukar informasi hanya terbatas saat bertransaksi tanpa melakukan perencanaan dan pengamatan bersama
Banyaknya koordinasi antar tingkatan
5 ☐ Hanya terjadi kontak antara dua pihak yang berhubungan langsung 1
☐ Terjadi kontak antar pihak yang tergabung dalam rantai pasok seperti berkoordinasi dengan supplier terkait pengadaan material 1 1
Keterlibatan supplier/subkontraktor dalam perencanaan bersama
6 ☐ Melibatkan pihak lain seperti supplier/subkontraktor dalam perencaanaan 1 1
☐ Hanya berbasis transaksi, tanpa melakukan perencanaan bersama 1
Kesesuaian kebijakan perusahaan
7 ☐ Tidak perlu melakukam penyesuaian untuk membina hubungan 1
☐ Ada kesesuaian setidaknya untuk membina hubungan, seperti supplier /subkontraktor menyesuaikan diri dengan sistem kerja perusahaan 1 1
Luas lingkup supplier
8 ☐Ruang lingkup yang kecil agar memudahkan koordinasi (dengan mengoptimalkan supplier yang kompeten) 1 1
☐ Ruang lingkup berskala besar untuk menambah persaingan dan berbagi resiko 1
Sosok kepemimpinan dalam rantai pasok
9 ☐ Tidak diperlukan karena tidak menaungi tanggung jawab besar
☐ Diperlukan untuk menjadi penengah apabila terjadi konflik 1 1 1
Banyaknya resiko dan imbalan yang dibagi
10 ☐ Berbagi imbalan dan resiko bersama-sama
☐ Setiap pihak menanggung sendiri-sendiri 1 1 1
Kecepatan operasi, informasi dan inventarisasi
11 ☐ Berorientasi pergudangan (menyimpan material/peralatan di lapangan) 1
☐ Berorientasi pusat distribusi dan mengutamakan aliran stock kebutuhan dilapangan 1 1
64

LAMPIRAN B

Tabel 4.3 Rekapitulasi Jawaban Penerapan Manajemen Rantai Pasok Proyek Gedung Badan Pengelolaan Keuangan Aceh (BPKA)

No Elemen 1 2 3
Keterangan :
Pendekatan manajemen inventarisasi (Manajemen persediaan)
1 ☐ Tidak melibatkan pihak lain dalam mengelola manajemen inventarisasi (dikelola secara mandiri) 1 1 1 = Belum Menerapkan
☐ Melibatkan supplier dalam mengelola manajemen inventarisasi
= Sudah Menerapkan
Pendekatan biaya total
2 ☐ Mengontrol dan efisiensi biaya dalam pengadaan material bersama supplier 1 1 1
☐ Fokus Meminimalisir biaya perusahaan
Jangka waktu hubungan kerjasama rekanan
3 ☐ Tidak ada interaksi langsung yang mengarah pada membina hubungan jangka panjang yang berkelanjutan dengan supplier/subkontraktor
☐ Membina kerjasama dengan supplier/subkontraktor dalam jangka panjang 1 1 1
Banyaknya informasi yang dibagi dan diamati bersama
4 ☐ Bertukar informasi dengan supplier mengenai pengadaan, kendala dan inventory untuk proses perencanaan dan pengamatan 1 1 1
☐ Bertukar informasi hanya terbatas saat bertransaksi tanpa melakukan perencanaan dan pengamatan bersama
Banyaknya koordinasi antar tingkatan
5 ☐ Hanya terjadi kontak antara dua pihak yang berhubungan langsung 1
☐ Terjadi kontak antar pihak yang tergabung dalam rantai pasok seperti berkoordinasi dengan supplier terkait pengadaan material 1 1
Keterlibatan supplier/subkontraktor dalam perencanaan bersama
6 ☐ Melibatkan pihak lain seperti supplier/subkontraktor dalam perencaanaan
☐ Hanya berbasis transaksi, tanpa melakukan perencanaan bersama 1 1 1
Kesesuaian kebijakan perusahaan
7 ☐ Tidak perlu melakukam penyesuaian untuk membina hubungan
☐ Ada kesesuaian setidaknya untuk membina hubungan, seperti supplier /subkontraktor menyesuaikan diri dengan sistem kerja perusahaan 1 1 1
Luas lingkup supplier
8 ☐Ruang lingkup yang kecil agar memudahkan koordinasi (dengan mengoptimalkan supplier yang kompeten) 1 1 1
☐ Ruang lingkup berskala besar untuk menambah persaingan dan berbagi resiko
Sosok kepemimpinan dalam rantai pasok
9 ☐ Tidak diperlukan karena tidak menaungi tanggung jawab besar
☐ Diperlukan untuk menjadi penengah apabila terjadi konflik 1 1 1
Banyaknya resiko dan imbalan yang dibagi
10 ☐ Berbagi imbalan dan resiko bersama-sama 1
☐ Setiap pihak menanggung sendiri-sendiri 1 1
Kecepatan operasi, informasi dan inventarisasi
11 ☐ Berorientasi pergudangan (menyimpan material/peralatan di lapangan) 1 1 1
☐ Berorientasi pusat distribusi dan mengutamakan aliran stock kebutuhan dilapangan
65

LAMPIRAN B

Tabel 4.3 Rekapitulasi Total Jawaban Penerapan Manajemen Rantai Pasok

Responden
Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pendekatan manajemen inventarisasi (Manajemen persediaan) ✓ ✓ - - - - ✓ - - - - -

Pendekatan biaya total - - - - - - ✓ - - ✓ ✓ ✓


Jangka waktu ✓ - - - - - ✓ ✓ - ✓ ✓ ✓
Banyaknya informasi yang dibagi dan diamati bersama - - - - - - ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Banyaknya koordinasi antar tingkatan ✓ ✓ - ✓ - - ✓ ✓ - ✓ ✓ ✓
Perencanaan bersama ✓ - - - - - - ✓ ✓ - - -

Kesesuaian kebijakan perusahaan ✓ ✓ ✓ - - - ✓ ✓ - ✓ ✓ ✓


Luas lingkup supplier ✓ - ✓ ✓ - - ✓ - ✓ ✓ ✓ ✓
Sosok kepemimpinan dalam rantai pasok ✓ ✓ - ✓ - ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Banyaknya resiko dan imbalan yang dibagi ✓ ✓ ✓ - ✓ ✓ - - - - ✓ -

Kecepatan operasi, informasi dan inventarisasi ✓ ✓ - - - - ✓ ✓ - - - -


Jumlah 9 6 3 3 1 2 9 7 4 7 8 7

Keterangan :

Proyek perumahan Villa Harapan Indah = Responden 1, 2 dan 3

Proyek perumahan Klieng Cot Aron = Responden 4, 5 dan 6

Proyek gedung BPKA = Responden 7, 8 dan 9

Proyek gedung BSI = Responden 10, 11 dan 12


66

LAMPIRAN B

Tabel 4.4 Analisis Deskriptif Hambatan Manajemen Rantai Pasok

Jawaban Responden
Responden
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21 A22 A23 A24 A25 A26 A27 A28 A29 A30
1 2 3 3 3 3 2 3 4 2 2 3 2 2 4 1 4 1 2 3 2 4 5 3 4 4 2 3 4 5 3
2 3 2 3 2 4 1 4 3 3 2 3 4 4 3 3 4 2 2 3 2 4 5 3 3 4 2 3 2 3 2
3 3 3 3 2 4 1 4 3 3 2 3 4 4 3 3 4 2 2 3 2 4 5 4 3 4 2 3 2 3 2
4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 2 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 5 3 2 2 2 2 2 2
6 5 5 4 3 5 4 2 3 2 3 1 2 1 2 4 3 4 3 2 3 2 4 2 4 3 4 2 3 2 3
7 4 4 4 4 3 5 4 3 4 3 3 4 5 4 3 5 4 4 4 3 4 5 4 3 3 3 3 4 5 3
8 5 4 4 2 2 2 2 3 3 3 4 3 2 2 4 2 4 3 3 4 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3
9 2 2 3 3 3 4 3 1 1 3 1 1 1 2 4 4 4 2 2 4 4 1 4 4 4 2 2 1 1 2
10 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 2 4 3 3
11 4 4 4 5 4 4 4 3 4 5 4 3 4 3 5 4 3 3 5 4 5 4 5 5 4 4 3 4 3 3
12 3 3 4 4 5 5 3 4 4 5 3 3 4 4 5 4 4 3 3 3 4 4 5 4 3 4 4 5 3 3
Xtotal 39 38 42 38 44 38 40 36 36 38 36 37 38 38 43 44 39 32 38 37 44 46 46 44 42 37 35 39 37 34
Xrata-rata 3.25 3.17 3.00 3.17 3.67 3.17 3.33 3.00 3.00 3.17 3.00 3.08 3.17 3.17 3.58 3.67 3.25 2.67 3.17 3.08 3.67 3.83 3.83 3.67 3.50 3.08 2.92 3.25 3.08 2.83

Perhitungan X rata-rata :

Range Jawaban Responden 1


Faktor
5 4 3 2 1
Frekuensi jawaban
2 3 3 4 0
faktor A1

∑ 𝑋1 .𝑓1
X rata-rata = 𝑁
(5 x 2) + (4 x 3) + (3 x 3) + (2 x 4) + (1 x 0)
X rata-rata = = 3,25
12

Perhitunga Range Interpretasi :

𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑟𝑎𝑛𝑔𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ


𝑖=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙
5−1
𝑖= = 1,33 → 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙
3

𝑀𝑎𝑘𝑎,
1 ↔ (1 + 1,33) = 1 ↔ 2,33 = Rendah
2,34 ↔ (2,34 + 1,33) = 2,34 ↔ 3,67 = Sedang
3,68 ↔ (3,69 + 1,33) = 3,68 ↔ 5 = Tinggi

Anda mungkin juga menyukai