Anda di halaman 1dari 140

PELAKSANAAN PEKERJAAN FINISHING PADA PROYEK

PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH UMUM (GKU) 2


ITERA

(Laporan Kerja Praktik)

Oleh :
MOHAMMAD TEGAR PRASOJO
(2005081059)

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2023
PELAKSANAAN PEKERJAAN FINISHING PADA PROYEK
PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH UMUM (GKU) 2
ITERA

Oleh
MOHAMMAD TEGAR PRASOJO
2005081059

Laporan Kerja Praktik


Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
AHLI MADYA TEKNIK ARSITEKTUR

Pada
Jurusan Arsitektur
Program Studi DIII Arsitektur Bangunan Gedung

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2023
ABSTRAK

PELAKSANAAN PEKERJAAN FINISHING PADA PROYEK


PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH UMUM (GKU) 2
ITERA

Oleh

MOHAMMAD TEGAR PRASOJO

Secara garis besar pekerjaan proyek konstruksi terbagi atas empat kelompok
besar, yaitu: pekerjaan pondasi, pekerjaan struktur, pekerjaan arsitektur,
danpekerjaan MEP (Mechanical, Electrical dan Plumbing). Masing-masing
pekerjaan tersebut masih terbagi lagi atas sub-sub pekerjaan yang lebih rinci lagi.
Pekerjaan arsitektur (finishing), terbagi atas: pekerjaan dinding, pekerjaan kusen
pintu dan jendela, pekerjaan lantai, pekerjaan plafon, dan pekerjaan fasad bangunan.

Penulis mengikuti kerja praktik di salah satu perusahaan yang bergerak dibidang
konstruksi yaitu KSO ADHI-ABIPRAYA dalam Proyek Pembangunan Gedung
Kuliah Umum (2) INSTITUT TEKNOLOGI SUMATRA (ITERA). Tujuan dari kerja
praktik ini adalah untuk memenuhi syarat akademik, menambah ilmu pekerjaan
arsitektur (finishing), dan juga dapat membandingkan teori dan praktik di lapangan.
Selain itu juga melatih diri untuk lebih disiplin, memperoleh pengalaman, dan
keterampilan teknis dalam operasional kerja.

Pembangunan Gedung Kuliah Umum (2) INSTITUT TEKNOLOGI SUMATRA


(ITERA) ini merupakan bangunan bertingkat dan sedang melaksanakan proyek
konstruksi pekerjaan arsitektur (finishing). Sementara penulis mengambil
konsentrasi pekerjaan arsitektur (finishing) yaitu pekerjaan dinding, pekerjaan kusen
pintu dan jendela, pekerjaan plafon, pekerjaan lantai, dan pekerjaan fasad bangunan,
sehingga proses pengamatan saat Kerja Praktik (KP) ini telah berjalan sesuai dengan
pembangunan tersebut. Untuk hasil pengamatan pekerjaan arsitektur (finishing)
terhadap bangunan ini cukup baik, sebagian besar berjalan sesuai dengan Rencana
Kerja dan Syarat-syarat (RKS).

Kata kunci: Pekerjaan arsitektur (finishing), Proyek konstruksi, bangunan bertingkat.

I
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN KERJA PRAKTIK

Judul Kerja Praktik : PELAKSANAAN PEKERJAAN FINISHING PADA PROYEK

PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH UMUM (GKU) 2 ITERA


Nama Mahasiswa : Mohammad Tegar Prasojo
NPM : 2005081059
Program Studi : D3 Arsitektur Bangunan Gedung Jurusan
: Arsitektur
Fakultas : Teknik

MENYETUJUI

Pembimbing Penguji

Dona Jhonnata, S.T., M.T. Ir. Panji Kurniawan, S.T., M.Sc. I.P.M
NIP 198609172019031011 NIP 198302072008121002

MENGETAHUI

Ketua Jurusan Arsitektur Ketua Program Studi D3 Arsitektur


Bangunan Gedung

Ir. Agung Cahyo Nugroho, S.T., M.T. Dr. Ir. Citra Persada, M.Sc.
NIP 197603022006041002 NIP 196511081995012001

II
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTIK

1. Tim Penguji

Pembimbing : Dona Jhonnata, S.T., M.T


NIP 198302072008121002

Penguji : Ir. Panji Kurniawan, S.T., M.Sc.


NIP 198609172019031011

2. Dekan Fakultas Teknik

Dr.Eng.Ir. Helmy Fitriawan, S.T.,M.Sc.


NIP 19750928001121002

Tanggal Lulus Ujian Kerja Praktik : - 2022

III
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : MOHAMMAD TEGAR PRASOJO

NPM : 2005081059

Judul Kerja Praktik : PELAKSANAAN PEKERJAAN FINISHING PADA

PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH UMUM

(GKU) 2 INSTITUT TEKNOLOGI SUMATRA

(ITERA)

YANG BERTANDA TANGAN DIBAWAH INI MENYATAKAN BAHWA

LAPORAN KERJA PRAKTIK INI DIBUAT SENDIRI OLEH PENULIS DAN

BUKAN HASIL PLAGIAT SEBAGAIMANA DIATUR DALAM PASAL 36

PERATURAN AKADEMIK UNIVERSITAS LAMPUNG DENGAN SURAT

KEPUTUSAN REKTOR NOMOR 6 TAHUN 2016.

Bandar Lampung, 21 Febuari 2023


YANG MEMBUAT PERNYATAAN

MOHAMMAD TEGAR PRASOJO


NPM. 2005081059

IV
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 28 Maret 2003, sebagai anak pertama dari
empat bersaudara, dari Bapak Eko Rakhmanto Hady Saputra S.T. dan Ibu Murniasih ,Ibu Ely
Suryani

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Putri Rofi’ah diselesaikan tahun 2008, Sekolah Dasar
(SD) diselesaikan di SD Negeri 1 Langkapura pada tahun 2014, Sekolah Menengah Pertama
(SMP) di SMPN 13 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2017, dan Sekolah Menengah
Atas (SMA) diselesaikan di SMA KEBANGSAAN pada tahun 2020.

Tahun 2020, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Arsitektur Bangunan Gedung
Fakultas Teknik Unila melalui jalur Vokasi. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti
organisasi internal kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Arsitektur (HIMATUR). Pada tahun 2022,
penulis melakukan Kerja Praktik (KP) di proyek pembangunan Gedung Kuliah Umum 2 ITERA
selama kurang lebih tiga bulan, sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan tugas akhir pada
Program Studi D3 Teknik Sipil Arsitektur Bangunan Gedung, Fakultas Teknik, Universitas
Lampung.

V
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil Aalamiin.
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT.
yang telah memberikan begitu banyak rezeki dan nikmat kepadaku
Sholawat serta salam saya junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Sebagai mana hari ini penulis telah menyelesaikan Laporan Kerja Praktik
dengan atas ridho-Mu, melalui ujian-Mu, dan menyelesaikan melalui
pertolongan-Mu

Laporan ini saya persembahkan sebagai bakti kepada Universitas Lampung


karena telah mampu melaksanakan syarat akademik yang diwajibkan oleh
Prodi D3 Teknik Sipil Arsiektur Bangunan Gedung

Kepada kedua orang tua saya tercinta


Ayahanda Eko Rakhmanto HS dan Ibunda
Alm.Murniasih.
Yang telah, membimbing, berkorban, dan mendoakan dengan tulus ikhlas demi
keberhasilan dan masa depanku dunia dan akhirat, juga teruntuk
adik saya Akhmad Teguh Raharjo.

Juga tak lupa,


kepada dosen-dosen Arsitektur,
serta civitas akademik Fakultas Teknik Universitas Lampung,
Serta rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Arsitektur dan
Almamater tercinta

VI
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan anugerah-Nya laporan kerja praktik ini dapat diselesaikan.Laporan
kerja praktik dengan judul “Pekerjaan Struktur Tengah pada proyek
Pembengunan Gedung Kuliah Umum (GKU) 2 Institut Teknologi Sumatra
ITERA” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar ahlimadya Arsitektur
di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr.Eng.Ir. Helmy Fitriawan, S.T.,M.Sc. selaku Dekan Fakultas Teknik


UniversitasLampung;
2. Bapak Ar.Ir. Agung Cahyo Nugroho, S.T.,M.T. selaku Plt Ketua Jurusan
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lampung;
3. Ibu Dr. Ir. Citra Persada, M.Sc. selaku Ketua Program Studi D3 Arsitektur
bangunan Gedung;
4. Bapak Dona Jhonata, S.T.,M.T. selaku pembimbing kerja praktik atas
kesediaanya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses
penyelesaian laporan kerja praktik ini;
5. Bapak Ir. Panji Kurniawan, S.T., M.Sc.,I.P.M. selaku penguji kerja praktik dan
dosen koordinator Kerja Praktik . Terima kasih untuk masukan dan saran-saran
yang diberikan pada saat menguji seminar kerja praktik;
6. Bapak Ir. Panji Kurniawan, S.T., M.Sc, I.P.M. selaku pemimbing akademik;

7. Bapak dan Ibu Staf administrasi Arsitektur Unila;

8. PT. Brantas Abipraya, terima kasih sudah mengizinkan untuk kerja praktik
pada proyek pembangunannya;
9. Orang tua saya Bapak Eko Rakhmanto HS dan Ibu Alm.Murniasih. saya ucapkan
terima kasih yang selalu memberi dukungan, motivasi dan menjadi alasan saya
untuk terus bersemangat menyelesaikan kerja praktik;
10. Tidak lupa juga saya ucapkan banyak terima kasih kepada mba dengan NPM :
2015012005 yang selalu menemani saya mengerjakan laporan kerja praktik ini ;

11. Diri saya sendiri yang selalu bersemangat menyelesaikan kerja praktik;

12. Teman-teman saya yang telah membantu dan memberi motivasi saya dalam
VII
menyelesaikan laporan kerja praktik;

13. Semua pihak yang terlibat dan tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih
sudah memberi doa, dukungan, dan semangat dalam menyelesaikan laporan
kerja praktik.

Bandar Lampung, 2023

Mohammad Tegar Prasojo


NPM. 2005081059

VIII
SURAT PERNYATAAN

YANG BERTANDA TANGAN DI BAWAH INI MENYATAKAN BAHWA LAPORAN


KERJA PRAKTIK INI DIBUAT SENDIRI OLEH PENULIS DAN BUKAN HASIL
PLAGIAT SEBAGAIMANA DIATUR DALAM PASAL 27 PERATURAN AKADEMIK
UNIVERSITAS LAMPUNG DENGAN SURAT KEPUTUSAN REKTOR NOMOR
3187/H26/PP/2010.

YANG MEMBUAT PERNYATAAN,

MOHAMMAD TEGAR PRASOJO


NPM. 2005081059

IX
DAFTAR ISI

ABSTRAK ____________________________________________________________ I

LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN KERJA PRAKTIK _________________ II

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTIK _________________ III

SURAT PERNYATAAN ______________________________________________ IV

RIWAYAT HIDUP ____________________________________________________ V

HALAMAN PERSEMBAHAN _________________________________________ VI

SANWACANA _____________________________________________________ VII

SURAT PERNYATAAN ______________________________________________ IX

DAFTAR ISI _________________________________________________________ X

DAFTAR TABEL ___________________________________________________ XIII

DAFTAR GAMBAR _________________________________________________ XIV

BAB I _______________________________________________________________ 1

PENDAHULUAN _____________________________________________________ 1

1.1 Latar belakang _________________________________________________ 1

1.2 Maksud dan tujuan ______________________________________________ 2


1.2.1 Maksud dan tujuan proyek ______________________________________ 2
1.2.2 Maksud dan tujuan kerja praktik _________________________________ 2

1.3 Ruang lingkup pekerjaan _________________________________________ 3

1.4 Batasan Masalah ________________________________________________ 3

1.5 Metode pengambilan data ________________________________________ 4

1.6 Sistematika Penulisan____________________________________________ 5

BAB II ______________________________________________________________ 7

GAMBARAN UMUM PROYEK ________________________________________ 7

2.1 Lokasi Proyek __________________________________________________ 7

2.2 Data Umum Proyek _____________________________________________ 8

X
2.3 Sarana dan Prasarana Pelaksanaan __________________________________ 8

2.4 Pengertian Proyek ______________________________________________ 9

2.5 Tahap-Tahap Kegiatan Proyek _____________________________________ 9

2.6 Pelelangan ___________________________________________________ 11

2.7 Sistem Kontrak ________________________________________________ 11

2.8 Struktur Organisasi Proyek ______________________________________ 13

2.9 Struktur Organisasi Pelaksana Lapangan ____________________________ 16

BAB III_____________________________________________________________ 18

DESKRIPSI TEKNIS PROYEK ________________________________________ 18

3.1 Macam spesifikasi dan persyaratan peralatan ________________________ 18

3.2 Macam spesifikasi dan persyaratan material _________________________ 25

3.3 Persyaratan dan teknis pelaksanaan ________________________________ 35


3.3.1 Pekerjaan dinding ____________________________________________ 35
3.3.2 Pekerjaan kusen _____________________________________________ 55
3.3.3 Pekerjaan Plafon _____________________________________________ 63
3.3.4 Pekerjaan lantai______________________________________________ 69

BAB IV _____________________________________________________________ 77

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN _________________________________ 77

4.1 Jadwal pelaksanaan ____________________________________________ 77

4.2 Tenaga kerja __________________________________________________ 78


4.2.1 Jenis tenaga kerja ____________________________________________ 78
4.2.2 Status tenaga kerja ___________________________________________ 78
4.2.3 Sistem Pengupahan ___________________________________________ 79
4.2.4 Asal tenaga kerja ____________________________________________ 79

4.3 Pelaksanaan pekerjaan finishing __________________________________ 79


4.3.1 Pekerjaan dinding ____________________________________________ 79
4.3.2 Pekerjaan Kusen ____________________________________________ 103
4.3.3 Pekerjaan plafon ____________________________________________ 106
4.3.4 Pekerjaan lantai_____________________________________________ 110

4.4 Pembahasan _________________________________________________ 114


XI
4.4.1 Macam spesifikasi dan persyaratan peralatan ______________________ 114
4.4.2 Jenis spesifikasi dan persyaratan material ________________________ 114
4.4.3 Persyaratan dan teknis pelaksanaan _____________________________ 114

BAB V ____________________________________________________________ 118

KESIMPULAN DAN SARAN _________________________________________ 118

5.1 Kesimpulan__________________________________________________ 118

5.2 Saran _______________________________________________________ 119

DAFTAR PUSTAKA ________________________________________________ 120

XII
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tabel finishing dinding _______________________________________ 41


Tabel 3.2 Tabel tipe kusen pintu ________________________________________ 61
Tabel 3.3 Tabel tipe kusen jendela dan roster ______________________________ 61
Tabel 3.4 Tabel tipe kusen pintu ________________________________________ 62
Tabel 3.5 Tabel tipe kusen pintu dan jendela ______________________________ 62
Tabel 3.6 Tabel finishing plafon ________________________________________ 66

XIII
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Lokasi Proyek ......................................................................................7


Gambar 2.2. Struktur Organisasi ............................................................................13
Gambar 3.1 Scaffolding .........................................................................................18
Gambar 3.2 Cutting wheel .....................................................................................19
Gambar 3.3 Electric mixer .....................................................................................19
Gambar 3.4 Bor listrik............................................................................................20
Gambar 3.5 Gerinda tangan ...................................................................................20
Gambar 3.6 Pemotong Keramik (Tile Cutter) ........................................................21
Gambar 3.7 Waterpass ...........................................................................................21
Gambar 3.8 Sipatan ................................................................................................22
Gambar 3.9 Automatic level ..................................................................................22
Gambar 3.10 Jidar ..................................................................................................23
Gambar 3.14 Circular saw......................................................................................24
Gambar 3.15 Hand forklift .....................................................................................24
Gambar 3.16 Sealant Sillicone Gun .......................................................................25
Gambar 3.16 Agregat halus (Pasir) ........................................................................26
Gambar 3.17 Agregat kasar (Split) ........................................................................27
Gambar 3.18 Besi tulangan ulir 10 mm dan 6 mm ................................................27
Gambar 3.19 Batu bata ringan 60 x 20 x 10 cm.....................................................28
Gambar 3.20 Semen portland .................................................................................29
Gambar 3.21 Mortar thin bed 50 Kg ......................................................................30
Gambar 3.22 Mortar plester max 50 Kg ................................................................30
Gambar 3.23 Mortar skim coat 40kg .....................................................................31
Gambar 3.24 Mortar Acian plester 50 Kg ..............................................................31
Gambar 3.25 Mortar tile adhesive 50 Kg ...............................................................31
Gambar 3.26 Plywood (Multipleks) .......................................................................32
Gambar 3.27 Homogeneous tile .............................................................................32
Gambar 3.28 Tile grout ..........................................................................................33
Gambar 3.29 Gypsum board ..................................................................................33
Gambar 3.30 Compound ........................................................................................34
Gambar 3.31 Roster 20x20 ....................................................................................34
Gambar 3.33 Denah rencana finishing dinding lantai 1 .........................................38
XIV
Gambar 3.34 Denah rencana finishing dinding lantai 2 .........................................39
Gambar 3.35 Denah rencana finishing dinding lantai 3 .........................................39
Gambar 3.36 Denah rencana finishing dinding lantai 4 .........................................39
Gambar 3.37 Denah rencana finishing dinding lantai atap ....................................40
Gambar 3.38 Potongan dinding bata ringan ...........................................................40
Gambar 3.40 Denah rencana finishing dinding trasraam lantai 1 ..........................46
Gambar 3.41 Denah rencana finishing dinding trasraam lantai 2 ..........................47
Gambar 3.42 Denah rencana finishing dinding trasraam lantai 3 ..........................47
Gambar 3.43 Denah rencana finishing dinding trasraam lantai 4 ..........................48
Gambar 3.44 Denah typical finishing dinding toilet ..............................................53
Gambar 3.45 Potongan A-A Toilet ........................................................................54
Gambar 3.46 Potongan B-B Toilet.........................................................................54
Gambar 3.47 Potongan C-C Toilet.........................................................................55
Gambar 3.48 Potongan D-D Toilet ........................................................................55
Gambar 3.49 Denah pintu dan jendela lantai 1 ......................................................58
Gambar 3.50 Denah pintu dan jendela lantai 2 ......................................................59
Gambar 3.51 Denah pintu dan jendela lantai 3 ......................................................59
Gambar 3.52 Denah pintu dan jendela lantai 4 ......................................................60
Gambar 3.53 Denah pintu dan jendela lantai atap .................................................60
Gambar 3.54 Denah rencana plafon lantai 1 ..........................................................67
Gambar 3.55 Denah rencana plafon lantai 2 ..........................................................67
Gambar 3.56 Denah rencana plafon lantai 3 ..........................................................68
Gambar 3.57 Denah rencana plafon lantai 4 ..........................................................68
Gambar 3.58 Detail plafond ...................................................................................69
Gambar 3.59 Potongan lantai screed ......................................................................71
Gambar 3.60 Denah pola lantai – lantai 1 ..............................................................74
Gambar 3.61 Denah pola lantai – lantai 2 ..............................................................74
Gambar 3.62 Denah pola lantai – lantai 3 ..............................................................75
Gambar 3.63 Denah pola lantai – lantai 4 ..............................................................75
Gambar 3.64 Denah pola lantai – lantai atap .........................................................76
Gambar 4.1 Pengukuran area marking dengan meteran .........................................80
Gambar 4.2 Proses marking dengan sipatan ..........................................................80
Gambar 4.3 Marking area dinding dan opening.....................................................80
Gambar 4.4 Perspektif bata ringan atau hebel. ......................................................81
Gambar 4.5 Penarikan benang acuan .....................................................................82
XV
Gambar 4.6 Benang acuan pada pemasangan bata ringan .....................................82
Gambar 4.7 Pencampuran mortar dengan air secara manual .................................83
Gambar 4.8 Adukan spesi setebal 5 cm (leveling) .................................................83
Gambar 4.9 Pemasangan bata dimulai dari tepi .....................................................84
Gambar 4.10 Pemotongan bata ringan menggunakan cutting wheel .....................84
Gambar 4.11 Pemotongan bata ringan menggunakan gergaji ...............................84
Gambar 4.12 Pemotongan hebel menggunakan gergaji tangan .............................85
Gambar 4.13 Pemasangan stek kolom praktis .......................................................85
Gambar 4.14 Pemberian mortar setebal ± 3 mm sebagai perekat bataringan ........86
Gambar 4.15 Meletakan bata ringan secara perlahan dengan sedikit ditekan .......86
Gambar 4.16 Pemasangan dowel pada setiap 1 m ketinggian dinding ..................86
Gambar 4.17 Pengecekan verticality dan horizontality menggunakan waterpass .87
Gambar 4.18 Pengecoran kolom praktis mengikuti ketinggian pasangan bata
ringan......................................................................................................................87
Gambar 4.19 Pemasangan kolom praktis pada dinding dengan luas >12 m² dan
opening jendela dan pintu. .....................................................................................88
Gambar 4.20 Pemasangan benang lot sebagai acuan .............................................90
Gambar 4.21 Pengukuran ketegakan aluminium hollow menggunakan benang lot
dan unting-unting ...................................................................................................90
Gambar 4.22 Pemasangan Aluminium hollow pada kedua sisi bidang kolom
dengan besi tulangan sebagai pengunci .................................................................90
Gambar 4.23 Adukan mortar plester secara manual ..............................................91
Gambar 4.24 Adukan mortar plester menggunakan electric mixer .......................91
Gambar 4.25 Kepalaan plester sebagai acuan ........................................................91
Gambar 4.26 Pembuatan kepalaan plester sebagai acuan ......................................92
Gambar 4.27 Pengaplikasian plester sesuai dengan acuan ....................................92
Gambar 4.28 Pengaplikasian plester pada kolom ..................................................92
Gambar 4.29 Pengaplikasian plester pada shear wall ............................................93
Gambar 4.30 Pengaplikasian plester pada dinding ................................................93
Gambar 4.31 Perataan plester menggunakan jidar .................................................93
Gambar 4.32 Perataan plester menggunakan jidar pada kolom .............................94
Gambar 4.33 Hasil plesteran pada dinding ............................................................94
Gambar 4.34 Hasil plesteran pada kolom ..............................................................95
Gambar 4.35 Hasil plesteran Shear wall ................................................................95
Gambar 4.36 Pencampuran mortar acian dengan air .............................................96
XVI
Gambar 4.37 Hasil adukan acian ...........................................................................97
Gambar 4.38 Pengaplikasian acian pada kolom.....................................................97
Gambar 4.39 Pengaplikasian acian pada shear wall ..............................................97
Gambar 4.40 Pengaplikasian acian pada tangga ....................................................97
Gambar 4.41 Menghaluskan acian dalam keadaan setengah kering menggunakan
roskam besi.............................................................................................................98
Gambar 4.42 Hasil acian pada kolom ....................................................................98
Gambar 4.43 Potongan-A typical toilet ...............................................................100
Gambar 4.44 Potongan-B typical toilet ................................................................101
Gambar 4.45 Potongan-C typical toilet ................................................................101
Gambar 4.46 Potongan-D typical toilet ...............................................................101
Gambar 4.47 Detail kusen jendela tipe-W.01 ......................................................104
Gambar 4.48 Detail kusen jendela tipe-W.02 ......................................................105
Gambar 4.49 Detail kusen jendela tipe-W.03 ......................................................105
Gambar 4.50 Detail kusen jendela tipe-W.04 ......................................................106
Gambar 4.51 Detail plafon gypsum board 1 ........................................................108
Gambar 4.52 Detail Plafon gypsum board 2 ........................................................108
Gambar 4.53 Pemasangan rangka plafond ...........................................................109
Gambar 4.54 Pemasangan rangka plafond ...........................................................109
Gambar 4.55 Detail pemasangan Paku penggantung rangka ..............................109
Gambar 4.56 Proses pemasangan penggantung rangka plafond .........................109
Gambar 4.57 Mixer truck dan concrete pump .....................................................111
Gambar 4.58 Detail potongan lantai ....................................................................113
Gambar 4.59 Pengerjaan Pemasangan Hebel .......................................................115
Gambar 4.60 Bidang yang akan diplester tidak dibasahi terlebuh dahulu. ..........115
Gambar 4.61 Plester yang tidak selesai akibat penanaman pipa kabel listrik belum
selesai. ..................................................................................................................116
Gambar 4.62 Pengerjaan Plesteran ......................................................................116

XVII
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung dan merupakan kota
terbesar ketiga di Pulau Sumatera setelah Kota Medan dan Kota Palembang
berdasarkan jumlah penduduknya. Berdasarkan hasil sensus penduduk pada Tahun
2020, Bandar Lampung memiliki 1,1 juta penduduk atau 12,95% penduduk Provinsi
Lampung. Sebagai pusat kegiatan Provinsi Lampung, Bandar Lampung diharuskan
memiliki kualitas dan layanan pendidikan yang baik, yang salah satunya dapat
dilihat dari kualitas perguruan tinggi. INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
(ITERA) merupakan salah satu perguruan tinggi yang sedang dalam proses
pertumbuhan di Kota Bandar Lampung.
Meningkatnya kebutuhan masyarakat Provinsi Lampung untuk mendapatkan
layanan pendidikan terbaik dan kesadaran mahasiswa akan fasilitas kampus maka
membuat Institut Teknologi Sumatra (ITERA). Dituntut untuk lebih giat
memajukan pembangunan fasilitas kampus seperti pembangunan Gedung Kuliah
Umum 2 yang saat ini sedang proses pembangunan.
Pada saat ini di INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA(ITERA) sedang
berlangsung pembangunan tiga gedung fakultas baru yang salah satunya adalah
proyek pembangunan Gedung Kuliah Umum 2. Pembangunan tiga gedung fakultas
baru ini merupakan upaya pengembangan Intitut Teknologi Sumatera menjadi
Institut dengan penambahan program studi dan fasilitas baru. Adanya proyek
pembangunan Gedung Kuliah Umum 2 ini memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan Kerja Praktik (KP).
Kerja Praktik merupakan mata kuliah wajib yang harus ditempuh mahasiswa
Program Studi D3 Arsitektur Bangunan Gedung, Fakultas Teknik, Universitas
Lampung sebagai salah syarat akademik untuk mengikuti kegiatan Tugas Akhir.

1
Kerja Praktik merupakan mata kuliah wajib yang harus ditempuh mahasiswa
Program Studi D3 Arsitektur Bangunan Gedung, Fakultas Teknik, Universitas
Lampung sebagai salah syarat akademik untuk mengikuti kegiatan Tugas Akhir
(TA).
Bentuk dari kegiatan Kerja Praktik (KP) mahasiswa D3 Arsitektur Bangunan
Gedung, Fakultas Teknik, Universitas Lampung yaitu mahasiswa melakukan
proses magang pada suatu konsultan perencana ataupun kontraktor pelaksana yang
sedang melaksanakan pembangunan proyek untuk memberikan kesempatan pada
mahasiswa agar dapat mengetahui secara langsung pengaplikasian ilmu yang
diperoleh pada masa perkuliahan serta mempelajari konsep-konsep manajemen
atau metode pekerjaan pembangunan proyek pada dunia kerja.
Dengan demikian, Penulis melakukan kegiatan kerja praktik pada pelaksanaan
pekerjaan finishing selama tiga bulan (26 September 2023 – 26 Desember 2023)
sesuai dengan jadwal yang sedang dilaksanakan pada proyek Pembangunan
Gedung Kuliah Umum 2 Institut Teknologi Sumatera (ITERA).

1.2 Maksud dan tujuan


1.2.1 Maksud dan tujuan proyek
Maksud dan tujuan dari pembangunan Gedung Kuliah Umum 2 Institut Teknologi
Sumatera (ITERA) adalah untuk:
1. Meningkatkan sarana dan prasarana yang menunjang perkuliahan di Institut
Teknologi Sumatera (ITERA)
2. Meningkatkan efektivitas kegiatan dan kenyamanan mahasiswa di ITERA yang
akan dibuka yaitu Gedung Kuliah Umum (GKU) 2 .
3. Sebagai wujud nyata dari peningkatan kualitas layanan pendidikan perguruan tinggi
di Provinsi Lampung.

1.2.2 Maksud dan tujuan kerja praktik


Maksud dan tujuan dilaksanakannya Kerja Praktik (KP) pada pembangunan
Gedung Kuliah Umum 2 Institut Teknologi Sumatera (ITERA) ini adalah sebagai
berikut:
1. Memenuhi salah satu syarat akademik pada Program Studi D3Arsitektur Bangunan
Gedung Fakultas Teknik UniversitasLampung.

2
2. Dapat Mengetahui langsung pengaplikasian teori atau pengetahuan yang diperoleh
selama perkuliahan sesuai dengan kondisi yangsebenarnya di lapangan.
3. Dapat mengetahui dan memahami tentang tata cara sistem pengelolaan, dan sistem
pelaksanaan pembangunan bangunan bertingkat.
4. Dapat mengetahui dan memahami konsep-konsep non-akademisdalam pelaksanaan
pembangunan proyek.
5. Memperoleh wawasan tentang dunia kerja di lapangan yang akan dihadapi setelah
menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi.

1.3 Ruang lingkup pekerjaan


Secara umum ruang lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh KSO ADHI-
ABRIPRAYA pada pembangunan Gedung Kuliah Umum 2 Institut Teknologi
Sumatera (ITERA) adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan persiapan
2. Pekerjaan tanah
3. Pekerjaan struktur
4. Pekerjaan arsitektur (finishing)
5. Pekerjaan atap
6. Pekerjaan sanitasi
7. Pekerjaan mekanikal dan elektrikal

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah yang dibahas dalam laporan ini dibuat sesuai dengan
pekerjaan yang sedang berlangsung pada saat penulis melaksanakan kerja praktik
di lokasi Gedung Kuliah Umum (GKU)2 Institut Teknologi Sumatra ITERA yaitu
Pekerjaan arsitektur (finishing). Pekerjaan arsitektur (finishing) yang dikerjakan
selama penulis melaksanakanKerja Praktik meliputi:
1. Pekerjaan dinding
2. Pekerjaan plafon
3. Pekerjaan lantai
4. Pekerjaan kusen
5. Pekerjaan fasad banguna

3
1.5 Metode pengambilan data
Adapun metode pengambilan data dalam laporan kegiatan kerja praktik ini
adalah sebagai berikut:
1. Data primer
a. Observasi (Pengamatan)
Metode observasi dilakukan dengan mengamati proses pekerjaan yang
sedang berlangsung pada pembangunan Gedung Kuliah Umum (GKU)2
Institut Teknologi Sumatra ITERA
b. Interview (Wawancara langsung)
Metode interview dilakukan dengan bertanya langsung dengan pihak-pihak
yang berwenang untuk mendapatkan informasi atau datanon tertulis yang
berkaitan dengan proses pembangunan.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi dengan menggunakan alat bantu seperti kamera


ataupun alat tulis, yang berguna untuk mendapatkan data-data ataupun
informasi.

d. Asistensi dan konsultasi

Melakukan asistensi dan konsultasi dengan dosen pembimbing kerja praktik


dan pembimbing lapangan selama melaksanakan kerja praktik.
2. Data sekunder
a. Studi literatur
Metode studi literatur dilakukan dengan mencari informasi serta
mengumpulkan data dalam proyek pembangunan Gedung Kuliah Umum
(GKU)2 Institut Teknologi Sumatra ITERA yang berdasarkan dari jurnal,
buku, maupun internet yang berkaitan dengan laporan yang akan ditulis.
b. Mempelajari Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS);
c. Mempelajari Gambar Kerja; dan
d. Mempelajari Jadwal pelaksanaan pekerjaan (time schedule)

4
1.6 Sistematika Penulisan
Laporan kerja Praktik ini ditulis berdasarkan hasil Kerja Praktik yang
dilaksanakan pada proyek pembangunan Gedung Kuliah Umum (GKU) 2
ITERA dan sesuai dengan format yang berlaku di lingkungan Universitas
Lampung. Sistematika laporan Kerja Praktik tersebut terbagi atas lima bab
yaitu:

a. BAB I Pendahuluan
Pada BAB I Pendahuluan menguraikan serta menjelaskan mengenai latar
belakang dari pelaksanaan kegiatan kerja praktik serta latar belakang dari
pelaksanaan kegiatan proyek pembangunan Gedung Kuliah Umum (GKU)2,
maksud dan sasaran dari pelaksanaan proyek dan pelaksanaan kerjapraktik,
ruang lingkup dari pekerjaan yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan
proyek, batasan masalah, metode pengambilan data, serta uraian singkat
mengenai sistematika penulisan dari laporan kerja praktik

b. BAB II Gambaran Umum Proyek


Pada BAB II Gambaran Umum Proyek menguraikan tentang lokasi
proyek, data umum, fungsi dan fasilitas pendukung bangunan yang akan
tersedia, penjelasan mengenai pengertian proyek, tahap- tahap pelaksanaan
kegiatan proyek, definisi dan tujuan serta jenis-jenis pelelangan, definisi dan
fungsi serta jenis-jenis dari surat perjanjian atau kontrak kerja, Uraian
mengenai sistem pembayaran proyekdan struktur organisasi proyek dan
struktur organisasi dari pelaksana proyek.

c. BAB III Deskripsi Teknis Proyek

Pada BAB III Deskripsi Teknis Proyek menguraikan tentang spesifikasi


dan persyaratan-persyaratan material, persyaratan dan teknis pelaksanaan
pekerjaan,serta uraian mengenai macam- macam dan spesifikasi peralatan yang
akan digunakan di lapangan.

d. BAB IV Pelaksanaan Pekerjaaan dan Pembahasan

Pada BAB IV Pelaksanaan Pekerjaan dan Pembahasan menguraikan


tentang metode pelaksanaan pekerjaan proyek di lapangan dan pembahasan

5
yang meliputi tentang tata cara pelaksanaan pekerjaan finishing pada bangunan.
Metode dari pelaksanaan kegiatan tersebut diawali dengan proses
pembentukan. Tenaga kerja, perencanaan jadwal pelaksanaan kegiatan, dan
proses dari pelaksanaan kegiataan pekerjaan beserta pembahasan mengenai dari
setiap masing-masing pekerjaan.

e. BAB V Kesimpulan dan Saran

Pada BAB V menguraikan tentang ringkasan atau kesimpulan serta saran


dari hasil pengamatan kegiatan kerja praktik yang telah didapat mengenai
pelaksanaan pekerjaan finishing pada proyek pembangunan Gedung Kuliah
Umum (GKU) 2.

6
BAB II
GAMBARAN UMUM PROYEK

2.1 Lokasi Proyek


Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Umum (GKU) Institut Teknologi
Sumatera, yang berlokasi di Jalan Terusan Ryacudu, Way Huwi, Kec. Jati
Agung, Kab. Lampung selatan .Lokasi yang sedang dibangun atau lokasi
gedung Gedung Kuliah Umum (GKU) 2 terdapat pada gambar di bawah ini
:

Gambar 2.1. Lokasi Proyek


Sumber: Diolah dari Google Earth

Batas-batas wilayah pembangunan proyek Gedung Laboratorium


Teknik (GLT) 4 ini adalah sebagai berikut :

1. Utara : Kolam Rekreasi ITERA II

2. Selatan : Gedung F ITERA

3. Barat : Lahan kosong ITERA

4. Timur : Gedung E ITERA

7
2.2 Data Umum Proyek

Data umum proyek adalah data informasi umum mengenai sebuah


proyek yang akan dilaksanakan pembangunannya. Data umum proyek dapat
berupa suatu keadaan, gambar, suara, huruf, angka, matematika, bahasa, U 6
atau simbol- simbol lainnya yang bisa digunakan sebagai bahan untuk
melihat lingkungan, objek kejadian atau suatu konsep. Adapun data umum
proyek pembangunan Gedung Kuliah Umum 2 adalah sebagai berikut:
a. Nama Proyek : Gedung Kuliah Umum (GKU) 2 Institut
Teknologi Sumatera
b. Lokasi Proyek : Jalan Terusan Ryacudu Way Huwi, Kec. Jati
Agung, Kab. Lampung Selatan
c. Pemberian Kerja : Institut Teknologi Sumatera
d. Jumlah Lantai : 4 Lantai
e. Nama Pemilik : ITERA
f. Luas Bangunan : 3.000m2/lantai
g. Luas Lahan : 11.000
h. Kontraktor Pelaksana : PT. Brantas Abipraya (Persero)
i. Konsultan Perencana : CV. Dwiantara Mega Konsultan
j. Konsultan Management Konstruksi : PT. Yodya Karya (Persero)
k. Nilai Kontrak : Rp. 100.907.879.599,99

2.3 Sarana dan Prasarana Pelaksanaan

Pada suatu proyek pihak kontraktor sarana dan prasarana untuk


menunjang pelaksanaa pekerjaan maupun pengawasan, keamanan, dan
kelancaran proyek. Pada proyek pembangunan Gedung Kuliah Umum
(GKU)2 Institut Teknologi Sumatra ITERA terdapat fasilitas-fasilitas yang
tersedia sebagai berikut:
a. Kantor Proyek Sementara
b. Ruang rapat
c. Papan nama Proyek
d. Pagar proyek
e. Pos jaga keamanan
f. Klinik & Ruang K3
g. Gudang material

8
h. Fabrikasi Besi & Kayu
i. Mess pekerja
j. Jalan lingkungan proyek dan Pintu Keluar dan Masuk Site
k. Rambu- rambu K3
l. Jaringan air bersih
m. Instalasi listrik
n. Kamar mandi/ WC

2.4 Pengertian Proyek

Proyek merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifatnya tidak


rutin, memiliki keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumber daya serta
memiliki spesifikasi tersendiri atas produk yang akan dihasilkan. Kemudian
wujud proyek yang telah berbentuk dua dimensi di implementasikan menjadi
wujud tiga dimensi, yaitu wujud fisik yang merupakan hasil akhir dari
gagasan dasar /ide dasar yang dikenal dengan proses.

2.5 Tahap-Tahap Kegiatan Proyek

Tahap-tahap kegiatan proyek adalah tahapan yang dilakukan pada


proyek dari awal pelaksanaan sampai akhir pelaksanaan proyek. Tahap-tahap
kegiatan proyek pembangunan Gedung Kuliah Umum (GKU)2 Institut
Teknologi Sumatra ITERA adalah :

1. Studi Kelayakan (Feasibility Study)


Tahap ini dilakukan untuk meyakinkan pemilik proyek Gedung Kuliah
Umum (GKU)2 Institut Teknologi Sumatra ITERA oleh pihak Konsultan
Perencana bahwa proyek konstruksi yang di usulkan layak untuk
dilaksanakan. Selain itu hasil dari studi kelayakan ini dapat di pertanggung
jawabkan dan untuk mempermudah dalam pengambilan keputusan.
2. Studi Pengenalan (Recounnainsance Study)
Studi pengenalan merupakan tahapan awal suatu proyek. Kegiatan yang
dilakukan adalah pengumpulan serta penyusunan data-data pendahuluan dari

9
proyek yang direncanakan sesuai dengan tujuan dan kegunaan proyek.
3. Penjelasan (Briefing)
Pada tahap ini manajer konstruksi yang bekerja sama dengan pemilik
Gedung Kuliah Umum (GKU) 2 Institut Teknologi Sumatra ITERA
menjelaskan fungsi proyek dan biaya yang di ijinkan, sehingga konsultan
perencana CV. Dwiantara Mega Konsultan dapat secara tepat menafsirkan
keinginan pemilik proyek dan membuat taksiran biaya yang diperlukan.
4. Studi Perencanaan
Tahap ini dimulai dengan dibuatnya perencanaan desain oleh konsultan
perencana CV. Dwiantara Mega Konsultan yang akan disesuaikan dengan
alokasi dana yang tersedia. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini
meliputi:
a. Program kerja.
b. Penelitian dan pengukuran.
c. Penentuan jenis konstruksi yang akan dipakai.
d. Perhitungan struktur bangunan.
e. Metode pelaksanaan.
5. Pengadaan / Pelelangan (Procuremen / Tender)
Pelelangan adalah suatu sistem pemilihan yang ditawarkan oleh pemilik
proyek atau wakilnya kepada kontraktor untuk mengadakan penawaran
biaya pekerjaan secara tertulis untuk menyelesaiakan proyek yang akan di
lelangkan.
6. Pelaksanaan (Contruction)
Tujuan dari pelaksanaan konstruksi adalah untuk mewujudkan
bangunan yang dibutuhkan oleh pemilik proyek yang sudah dirancang oleh
konsultan perencana, dalam batasan biaya dan waktu yang telah disepakati,
serta dengan mutu material dan peralatan serta pelaksanaan pekerjaan yang
telah disyaratkan.
7. Pemeliharaan dan Persiapan Penggunaan (Maintenance and Star Up)
Pemeliharaan dan Persiapan Penggunaan (Maintenance and Star Up)
Tujuan dari tahap ini adalah untuk menjamin agar bangunan yang telah
selesai sesuai dengan dokumen kontrak dan semua fasilitas bekerja

10
sebagaimana mestinya.

2.6 Pelelangan

Pelelangan atau tender adalah sebuah penawaran untuk melakukan


pekerjaan dengan nilai tertentu atau penawaran dengan perhitungan
keuntungan tertentu. Pelelangan atau tender bertujuan untuk membantu
pihak pemilik proyek dalam melakukan penyeleksian kontraktor kontraktor
potensial yang akan mengerjakan proyek tersebut. Secara umum pelelangan
terbagi atas 4 jenis, yaitu :
1. Pelelangan Umum / Terbuka
2. Pelelangan Terbatas
3. Penunjukan Langsung
4. Pelelangan Swasta
Jenis pelelangan yang digunakan dalam proses tender proyek
pembangunan Gedung Kuliah Umum (GKU) 2 Institut Teknologi Sumatra
ITERA ialah pelelangan umum atau terbuka, yaitu : metode pengerjaan
kontruksi atau jasa lainya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti
olehsemua penyedia barang atau pekerjaan kontruksi yang memenuhi syarat
dan pelelangan yang bersifat tidak terbatas. Penentuan pemenang lelang
berdasarkan kualifikasi dan persyaratan teknis kontraktor dan juga
penawaran realitas.

2.7 Sistem Kontrak

Pada pelaksanaan Proyek Gedung Kuliah Umum (GKU) 2 Institut Teknologi


Sumatra ITERA, terdapat beberapaa jenis sistem kontrak yaitu:

1. Kontrak Lumpsum
Merupakan kontrak dengan ruang lingkup pekerjaan dan jumlah harga yang
pasti dan tetap dalam batas waktu tertentu, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Semua resiko sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa;
b. Berbasis kepada keluaran/output base

11
c. Pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang
dihasilkan sesuai dengan ketentuan dalam kontrak.

2. Kontrak Harga Satuan


Merupakan kontrak pengadaan barang/pekerjaan kontsruksi/jasa lainnya
dengan harga satuan yang tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan
dengan spesifikasi teknis tertentu atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam
batas waktu yang telah ditetapkan, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Volume atau kuantitas pekerjaan masih bersifat perkiraan pada saat
kontrak ditandatangani;
b. Pembayaran berdasarkan hasil pengukuran Bersama atas relisasi
volume pekerjaan
c. Nilai akhir kontrak ditetapkan setelah seluruh pekerjaan
diselesaikan.
d. Jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh pekerjaan selesai
dilaksanakan; dan
e. Pembayaran dapat dilakukan berdasarkan termin sesuai
kesepakatan dalam Kontrak.

3. Kontrak Gabungan (LS dan HS)


Merupakan kontrak pengadaan barang/peerjaan konstruksi/jasa lainnya
gabungan lumsum dan harga satuan dalam 1 (satu) pekerjaan yang
diperjanjikan.

4. Kontrak Terima Jadi (Turkey)


merupakan Kontrak Pengadaan Pekerjaan Konstruksi atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan ketentuan.

5. Kontrak Payung
Dapat berupa kontrak harga satuan dalam periode waktu tertentu untuk
barang/jasa yang belum dapat ditentukan volume dan/atau waktu
pengirimannya pada saat Kontrak ditandatangani

12
2.8 Struktur Organisasi Proyek

Struktur organisasi proyek merupakan sekelompok orang dari berbegai


latar belakang ilmu, yang terorganisir dan terkordinir dalam wadah tertentu
yang melaksanakan tugas dengan cara tertentu untuk mencapai tujuan
bersama.Tugas yang di maksud di sini adalah mengelola pelaksanaan proyek
dengan harapan pekerjaan bisa berlangsung dengan lancar dan dapat
mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan. Prinsip dasar manajemen
yang harus diperhatikan dalam struktur organisasi kerja adalah:
1. Masing-masing personil memiliki tugas dan tanggung jawab sesuai
dengan wewenang yang diberikan.
2. Uraian pekerjaan untuk masing-masing personil harus jelas dan
terperinci.
3. Iklim kerja harus dibina agar kerja sama dapat berjalan dengan baik.

Berikut adalah organisasi pada proyek pembangunan Gedung Kuliah


Umum (GKU)2 Institut Teknologi Sumatra ITERA adalah

Gambar 2.2. Struktur Organisasi Internal PT. Brantas (Persero)


Pembangunan Gedung Kuliah Umum (GKU) 2

1. Pemilik Proyek

13
Pemilik proyek pada pembangunan ini adalah Institut Teknologi
Sumatera yang bertugas sebagai pemberi tugas atau pengguna jasa adalah
suatu badan usaha atau perorangan, baik pemerintah maupun swasta yang
memiliki, memberikan pekerjaan, serta membiayai suatu proyek dalam
proses pembangunan suatu bangunan.
a. Hak dan kewajiban pengguna jasa adalah:
b. Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).
c. Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan
yang telah dilakukan penyedia jasa.
d. Memberikan fasilitas baik berupa sarana dana prasaran yang
membutuhkan oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.
e. Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.
f. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia
jasa sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah
bangunan.
g. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan
dengan cara menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang
untuk bertindak atas nama pemilik.
h. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan.
i. Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan
oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang
dikehendaki.

2. Kantor Pengawas
Konsultan Pengawas pada proyek ini yaitu PT.Yodya Karya (Persero)
mempunyai kewajiban atau tugas yang merencanakan suatu rencana dalam
perencanaan struktur, arsitektur, dan mekanikal/elektrikal, dengan ketentuan
yang diinginkan oleh pemilik proyek. Hak dan kewajiban konsultan
supervisi adalah:
a. Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan
pihak kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.
b. Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-

14
hal yang kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja, dan syarat-
syarat.
c. Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan.

3. Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah pihak yang dipilih oleh owner untuk
melaksanakan pekerjaan yang direncanakan, perencana dapat berupa
perorangan atau badan usaha pemerintah atau swasta. Konsultan perencana
mendapatkan proyek dari proses pelelangan yang diadakan oleh panitia
tender pekerjaan kontruksi. Adapun tugas dari konsultan perencana adalah
sebagai berikut:
a. Membuat gambar desain, rincian volume pekerjaan pelaksanaan,
Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan membuat encana kerja dan syarat
– syarat (RKS) sebagai pedoman pelaksanaan kontruksi.
b. Mempersiapkan spesifikasi material kontruksi.
c. Bertanggung jawab atas desain dan perhitungan struktur jika terjadi
kegagalan kontruksi.

4. Kontraktor Pelaksana
Kontraktor pelaksana pada pekerjaan proyek ini yaitu PT Brantas
Abipraya. Kontraktor pelaksana ini berupa perorangan maupun badan
hukum baik pemerintah maupun swasta yang telah ditetapkan dari pemilik
proyek serta telah menandatangani Surat Perjanjian Kerja (SPK). Kontraktor
pelaksana ini bekerja dengan mengacu pada gambar kerja (shop drawing),
rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) yang telah disusun sebelumnya oleh
konsultan perencana. Hak dan kewajiban kontraktor pelaksana adalah:
a. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, peraturan dan
syarat-syarat, dan tambahan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh
pengguna jasa.
b. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan
pengawas sebagai wakil dari pengguna jasa.
c. Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam

15
peraturan untuk menjaga keselamaran pekerja dan masyarakat.
d. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan,
dan bulanan.
e. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah
diselsaikannya sesuai dengan ketetapan yang berlaku.

2.9 Struktur Organisasi Pelaksana Lapangan

Struktur organisasi pelaksana lapangan dibentuk untuk mendukung


kelancaranpekerjaan sehingga ada kejelasan penyelesaian tugas, wewenang.
Apabila terjadi kebakaran, kontraktor bertanggung-jawab atas akibatnya
baik yang berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa.Apabila
pekerjaan telah selesai, kontraktor harus segera mengangkut bahan
bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi
keluar lokasi pekerjaan. Segala pembiayaannya menjadi tanggungan
kontraktor dan tanggung jawab masing-masing pelaksana dilapangan.
Struktur organisasi pelaksana lapangan beserta tugas-tugasnya adalah
sebagai berikut:
1. Project Manager
Project Manager adalah orang yang mewakili pihak kontraktor yang
bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan proyek agar proyek
tersebut dapat selesai sesuai dengan batas waktu dan biaya yang telah
direncanakan.
2. Site Manager
Site Manager adalah orang yang bertanggung jawab pada pelaksanaan
pembangunan keseluruhan baik biaya, waktu dan mutu.
3. Surveyor
Surveyor adalah orang yang melakukan pengukuran pada lahan proyek
4. Administration
Bertanggung jawab terhadap urusan administrasi, arsip-arsip dan
dokumen- dokumen proyek. Dalam pekerjaannya administration
dibantu oleh seorang kasir.
5. Logistik

16
Tugas bagian logistik adalah bertanggung jawab terhadap sirkulasi
barang dan peralatan, mencatat inventarisasi barang dan alat,
mengecek, mencatat material yang masuk sesuai pesanan, membuat
laporan logistik untuk dilaporkan kepada pelaksana lapangan.
6. Safety Officer (K3)
K3 adalah singkatan dari Kesehatan dan Keselamatan Kerja, yaitu
orang yang bertanggung jawab atas keselamatan pekerja yang ada
didalam sebuah pekerjaan atau proyek
7. Pelaksana Lapangan
Orang yang bertanggung jawab dan memimpin mulai dari pekerjaan
struktur, arsitektur, dan mechanical, electrical, dan plumbing (MEP).

Adapun struktur organisasi pelaksanaan pada proyek pembangunan


Pegadaian Tower dapat dilihat pada diagram berikut ini:

Gambar 2.2. Struktur Organisasi Internal PT. Brantas (Persero)


Pembangunan Gedung Kuliah Umum (GKU) 2

17
BAB III
DESKRIPSI TEKNIS PROYEK

3.1 Macam spesifikasi dan persyaratan peralatan


Untuk menunjang kelancaran dalam melaksanakan proses pekerjaan
proyek pembangunan Gedung Kuliah Umum (GKU)2 Institut Teknologi
Sumatra ITERA mempersiapkan peralatan secara lengkap sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan yang dilakukan adalah suatu hal yang penting.
Penggunaan peralatan harus dilakukan secara efektif dan efisien, agar dalam
pelaksanaan proyek didapatkan hasil yang sesuai dengan perencanaan awal.
Berikut ini adalah berbagai macam peralatan yang digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan finishing pada proyek Gedung Kuliah Umum
(GKU)2 Institut Teknologi Sumatra ITERA

Tabel 3.1 Tabel peralatan


No Nama Alat Spesifikasi
1 Perancah (Scaffolding) Model : H Frame Scaffolding
Material : Q235 steel pipe 2,4
mm
Ukuran : 120 x 170 cm

Gambar 3.1 Scaffolding


Sumber: Foto Lapangan

Fungsi

18
Scaffolding adalah bangunan pelataran kerja (platform) yang dibuat
untuk sementara dan digunakan sebagai penyangga tenaga kerja,
bahan-bahan, dan alat-alat pada setiap pekerjaan konstruksi termasuk
pekerjaan pemeliharaan dan pembongkaran.

2 Nama Alat Spesifikasi


Cutting Wheel Dimensi : 53 x 32 x 46 cm (P x
L x T)
Kecepatan : 3.800 rpm
Input daya : 2.000 Watt
Berat : 19 Kg
Diameter mata gergaji : 355
mm / 14’’
Gambar 3.2 Cutting wheel
Sumber: Foto Lapangan

Fungsi
Cutting Wheel adalah mesin potong berupa dudukan yang digunakan
dalam berbagai macam pekerjaan yang membutuhkan metode
pemotongan seperti pemotongan hebel atau bata ringan, ataupun besi
tulangan ulir.
3 Nama Alat Spesifikasi
Electric Mixer Kecepatan : 680 rpm
Input daya : 800 Watt
Maksimal diameter-
pengaduk : 16 cm
Panjang besi- pengaduk : 58
cm

Gambar 3.3 Electric mixer


Sumber: Foto Lapangan
Fungsi
Electric Mixer merupakan alat listrik yang digunakan sebagai
pengaduk cat, semen, ataupun mortar agar tercampur dengan rata.

19
4 Nama Alat Spesifikasi
Bor Listrik Input daya : 650 Watt
Dimensi : 32,5 x 20,3 x 8,9 cm
Hammering speed : 0-4600
(blows/min)
Single impact energy : 1,8 Nm.
Speed under load : 0-930.

Gambar 3.4 Bor listrik


Sumber: Foto Lapangan

Fungsi
Bor listrik adalah alat yang digunakan untuk pekerjaan pengeboran.
Bor listrik terdiri atas handle, mata bor, tombol kendali mesin, dan
mesin sebagai penggerak mata bor tersebut. Penggunaan mata bor
dapat diganti sesuai dengan jenis pekerjaan. Dalam pekerjaan finishing
proyek pembangunan Gedung Kuliah Umum (GKU)2 Institut
Teknologi Sumatra ITERA bor listrik digunakan
untuk mengebor beton / lantai kerja, dinding, serta plywood.
5 Nama Alat Spesifikasi
Gerinda Tangan Input daya : 540 Watt
Kecepatan : 12000 rpm
Kapasitas : 100mm /4"
Berat : 1,6 Kg

Gambar 3.5 Gerinda tangan


Sumber: Foto Lapangan

Fungsi

20
Gerinda tangan adalah alat listrik yang digunakan sebagai alat potong
material yang dikendalikan oleh tangan pekerja tanpa dudukan.
Dalam pekerjaan finishing proyek pembangunan Gedung Kuliah
Umum (GKU)2 Institut Teknologi Sumatra ITERA gerinda tangan
digunakan sebagai alat memotong besi tulangan ulir, serta
plywood.

6 Nama Alat Spesifikasi


Pemotong Keramik (Tile Cutter)
Panjang Potongan : 80cm& 60cm

Sumber daya : manual


Ketebalan max : 13mm
Material : besi, aluminium, plastik

Gambar 3.6 Pemotong Keramik (Tile


Cutter)
Sumber: Foto Lapangan
Fungsi
Fungsi utamanya adalah untuk membantu memperkecil atau memotong
keramik di rumah sesuai dengan ukuran yang tepat. productnati

7 Nama Alat Spesifikasi


Waterpass Model : Tora Waterpass Magnet
Leveling 48" (125 cm)
Dimensi : 125 x 5 x 2 cm
Kapasitas Pengukuran : 48"
(120 cm)

Gambar 3.7 Waterpass


Sumber: Foto Lapangan

21
Fungsi
Waterpass adalah alat yang digunakan untuk mengukur atau
menentukan sebuah benda atau garis dalam posisi rata baik
pengukuran secara vertikal, horizontal maupun diagonal. Dilengkapi
dengan Magnet untuk kemudahan pengukuran pada media besi.
8 Nama Alat Spesifikasi
Sipatan ( Chalk Line ) Panjang : 10 meter
Berat : 200 gram
Dimenasi : 28 x 12 x 5 cm

Gambar 3.8 Sipatan


Sumber: Foto Lapangan
Fungsi
Sipatan / lot benang biasa digunakan untuk mengukur bidang yang
ingin dilihat kelurusannya, dengan tinta ataupun kapur biru membuat
garis jelas pada suatu bidang. Dalam pekerjaan finishing proyek
pembangunan Gedung Kuliah Umum (GKU)2 Institut Teknologi
Sumatra ITERA sipatan digunakan sebagai alat penanda
berupa garis untuk memudahkan pekerjaan pemasangan dinding.
9 Nama Alat Spesifikasi
Automatic Level/ Waterpass Perbesaran : 24X
Sighting guide : 1: 100
Jarak : sampai 250 feet
Akurasi jarak : 2 mm
Waterproof IPX6
Magnetic Dumping systems
360 derajat bacaan horizontal

Gambar 3.9 Automatic level


Sumber: Foto Lapangan

22
Fungsi
Automatic level/ Waterpass merupakan alat yang memiliki fungsi
untuk mengukur posisi suatu titik atau benda, baik secara vertikal
maupun horizontal. Dalam pekerjaan finishing proyek pembangunan
Gedung Kuliah Umum (GKU)2 Institut Teknologi Sumatra ITERA
total station digunakan sebagai alat yang menentukan titik
kepalaan screed pada pekerjaan lantai.
10 Nama Alat Spesifikasi
Jidar Model : Jidar Aluminium
hollow
Dimensi : 10 x 5 x 200 cm

Gambar 3.10 Jidar


Sumber: Foto Lapangan

Fungsi
Jidar adalah istilah alat yang digunakan untuk meratakan plesteran
pada pekerjaan plester dinding ataupun meratakan beton cair tanpa
koral pada pekerjaan screed lantai. Terdapat dua jenis jidar yaitu jidar
aluminium dan juga jidar kayu. Jidar yang digunakan pada pekerjaan
finishing plester proyek pembangunan Gedung Kuliah Umum (GKU)2
Institut Teknologi Sumatra ITERA yaitu jidar aluminium.
11 Nama Alat Spesifikasi

23
Circular saw SAW R Daya : 1.200 W
Diameter Mata Gergaji : 185
mm
Kecepatan Tanpa Daya : 4.700
rpm
Max. Memotong pada 90º : 63
mm

Gambar 3.14 Circular saw Max. Memotong pada 45º : 40


Sumber: Foto Lapangan mm
Berat : 4.0 Kg CS185-1
Fungsi
Circular saw merupakan alat pemotong kayu atau multipleks dalam
pembuatan bekisting pada pekerjaan kolom praktis.
12 Nama Alat Spesifikasi
Hand forklift Kapasitas : 3 ton
Panjang garpu : 1220 mm
Lebar garpu : 685 mm
Tinggi angkat : 195 mm

Gambar 3.15 Hand forklift


Sumber: Foto Lapangan
Fungsi
Hand pallet manual atau hand forklift adalah alat angkut untuk
membawa barang yang biasanya mempunyai tiga roda. hand forklift
didesain untuk dikendalikan oleh satu orang yang menggunakan satu
pegangan di bagian depan sebagai alat tarik. Hand pallet manual atau
hand forklift biasanya digunakan sebagai alat angkut material seperti
bata hebel atau bata ringan, semen, mortar, dan sebagainya
13 Nama Alat Spesifikasi

24
Sealant Sillicone Gun (Caulk Gun) Merek : Ell Pro
Dimensi : dapat menampung
lem tabung 230
gram

Gambar 3.16 Sealant Sillicone Gun


Sumber: Foto Google

Fungsi
Caulk Gun adalah alat yangn digunakan untuk membantu proses sealant
kaca pada bingkai jendela aluminium.

14 Alat bantu lainnya


Palu, kapak, gergaji tangan, cetok semen, meteran, cangkul, ember,
paku, kawat, benang acuan, trowel kayu, roskam besi, unting-unting
dan sebagainya.

3.2 Macam spesifikasi dan persyaratan material


Pada pelaksanaan pekerjaan pembangunan Gedung Kuliah Umum
(GKU)2 Institut Teknologi Sumatra ITERA material merupakan salah
satu penunjang utama demi terlaksananya pembangunan sesuai dengan
perencanaan. Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja
dan Syarat-syarat (RKS) ini maupun dalam berita acara penjelasan
pekerjaan, bahan-bahan yang akan dipergunakan maupun syarat-syarat
pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat dan Persyaratan Umum
Bahan Bangunan Indonesia (PUBI tahun 1982), Standar Industri
Indonesia (SII) untuk bahan termaksud, serta ketentuan-ketentuan dan
syarat bahan-bahan lainnya yang berlaku di Indonesia. Seluruh barang
material yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti
material, peralatan dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan dengan
kualitas terbaik untuk tujuan yang dimaksudkan. Adapun material yang
digunakan adalah sebagai berikut:

25
1. Agregat halus
a. Agregat halus dapat digunakan pasir alam yang berasal dari daerah
setempat dengan catatan memenuhi syarat seperti yang tercantum dalam
PBI'71 untuk Agregat Halus.
b. Pasir harus bersih dari bahan organik, zat-zat alkali dan substansi-
substansi yang merusak beton.
c. Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.
d. Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan keras.

e. Cara dan penyiapan harus sedemikian rupa agar menjamin kemudahan


pelaksanaan pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi yang
tidak diinginkan.

Gambar 3.16 Agregat halus (Pasir)


Sumber: Foto Lapangan

2. Agregat Kasar
a. Agregat kasar berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecahanbatu dengan Wet System Stone Crusher.
b. Agregat kasar harus sesuai dengan spesifikasi agregat kasar
untukbeton menurut ASTM C33-86.
c. Ukuran terbesar agregat kasar adalah 2,5 cm.
d. Sistem penyimpanan harus sedemikian rupa agar memudahkan
pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi bahan
yang tidak diinginkan.
e. Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butiran-butiran
yang kasar, keras tidak berpori dan berbentuk kubus. Bila ada
butir-butir yang pipih jumlahnya tidak boleh

26
f. melampaui 20 % dari jumlah berat seluruhnya.
g. Agregat kasar tidak boleh mengalami pembubukan hingga
melebihi 50 % kehilangan berat menurut tes mesin Los Angeles
h. Agregat kasar harus bersih dari zat-zat organis, zat-zat reaktif
alkali atau substansi yang merusak beton.

Gambar 3.17 Agregat kasar (Split)


Sumber: Foto Lapangan

3. Besi Tulangan

Besi tulangan yang digunakan adalah besi tulangan ulir 10 mm sebagai


tulangan utama kolom praktis dan 6 mm sebagai tulangan begel. Besi
tulangan yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain,
apabila harus dibersihkan dengan cara disikat atau digosok tanpa
mengurangi diameter penampang besi.

Gambar 3.18 Besi tulangan ulir 10 mm dan 6 mm


Sumber: Foto Lapangan

27
4. Air

Air yang digunakan harus memenuhi Standar Nasional Indonesia yaitu air
harus bersih, tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 2gr/L, tidak
mengandung garam lebih dari 15gr/L, tidak mengandung senyawa sulfat
lebih dari 1gr/L dan tidak mengandung asam klorida lebih dari 0,5gr/L. Air
yang tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kualitas adukan,
mengurangi daya lekat beton, dan merusak beton serta dapat mengakibatkan
besi-besi tulangan berkarat. Dalam pekerjaan finishing, air digunakan
sebagai campuran dalam berbagai adukan.

5. Batu Bata Ringan/ Bata Hebel


Material batu bata yang digunakan adalah jenis batu bata ringan atau bata
hebel dengan ukuran 60 x 20 x 10 cm merek Mercusuar dengan berat jenis
normal 595 kg/m³ dan kuat tekan ≥ 4 N/mm². 1 m³ bata hebel berisi 83
buah bata hebel yang dapat mengisi dinding dengan total luas 10 m².

Gambar 3.19 Batu bata ringan 60 x 20 x 10 cm


Sumber: Foto Lapangan

28
6. Semen
Semen yang digunakan harus dari mutu terbaik dari satu hasil produk yang
disetujui direksi pengawas. Semen yang digunakan pada proyek
pembangunan Gedung Kuliah Umum (GKU)2 Insitut Teknologi Sumatra
ITERA adalah semen merek Semen Merah Putih dengan model Portland
Composite Cement (PCC).

3.20 Semen portland


Sumber: Foto Lapangan

7. Mortar

Mortar (sering disebut juga mortel atau spesi) adalah campuran yang terdiri
dari pasir, bahan perekat serta air, dan diaduk sampai homogen. Pasir sebagai
bahan bangunan dasar harus direkatkan dengan bahan perekat. Bahan perekat
yang digunakan dapat bermacam-macam, yaitu dapat berupa tanah liat, kapur,
atau semen merah (bata merah yang dihaluskan), maupun semen portland.
Pengaplikasian mortar hanya membutuhkan sedikit air dibandingkan dengan
semen biasa yaitu 9 – 10 liter / Sak 50 Kg. Mortar yang digunakan pada proyek
pembangunan Gedung Kuliah Umum (GKU)2 Insitut Teknologi Sumatra
ITERA adalah mortar merek Mortar Nasional (MONAS) yang terbagi atas 2
jenis mortar yaitu:
a. Mortar Nasional (MONAS) Thin Bed 50 Kg
Yaitu mortar yang digunakan sebagai perekat bata hebel pada dinding.
b. Mortar Nasional (MONAS) Plester Max 50 Kg
Yaitu mortar yang digunakan sebag tl plester pada dinding.

29
c. Mortar Nasional (MONAS) Skim coat 40 Kg
Yaitu mortar yang digunakan sebagai finishing pada semen ekspos di tangga.

d. Mortar Nasional (MONAS) Acian Plester 50 Kg


Yaitu mortar yang digunakan sebagai acian plester pada dinding.
e. Mortar Nasional (MONAS) Tile Adhesive 50 Kg
Yaitu mortar yang digunakan sebagai perekat pada lantai.

Gambar 3.21 Mortar thin bed 50 Kg


Sumber: Foto Lapangan

Gambar 3.22 Mortar plester max 50 Kg


Sumber: Foto Lapangan

30
Gambar 3.23 Mortar skim coat 40kg
Sumber: Foto Lapangan

Gambar 3.24 Mortar Acian plester 50 Kg


Sumber: Foto Lapangan

Gambar 3.25 Mortar tile adhesive 50 Kg


Sumber: Foto Lapangan

31
8. Plywood (Multipleks)
Material kayu solid yang telah di pabrikasi menjadi bentuk lembaran.
Spesifikasi yang digunakan adalah plywood dengan ketebalan 12 mm
dimensi 122 cm x 244 cm. Dalam pekerjaan finishing proyek
pembangunan Gedung Kuliah Umum (GKU)2 Insitut Teknologi Sumatra
ITERA plywood digunakan sebagai bekisting pengecorankolom praktis.

Gambar 3.26 Plywood (Multipleks)


Sumber: Foto Lapangan

9. Homogeneous Tile
Keramik yang digunakan pada pekerjaan finishing proyek pembangunan
Gedung Kuliah Umum (GKU)2 Insitut Teknologi Sumatra ITERAadalah
keramik jenis Homogeneous Tile merek Granito ukuran 60 x 60 cm, 30 x
60 cm dengan jenis polish.

Gambar 3.27 Homogeneous tile


Sumber: Foto Lapangan

32
10. Tile Grout
Tile Grout adalah pengisi nat pada proses pemasangan keramik untuk
menghasilkan ketahanan terhadap bakteri dan jamur. Tile Grout yang
digunakan pada proyek pembangunan Gedung Kuliah Umum (GKU)2
Insitut Teknologi Sumatra ITERA adalah merek DRY MIX Sanitized Tile
Grout 1 Kg.

Gambar 3.28 Tile grout


Sumber: Foto Lapangan
11. Gypsum board
Gypsum board yang digunakan harus memiliki kualitas yang baik dan
disetujui oleh perencana atau pemberi tugas. Pada proyek ini
menggunakan gypsum dari produk Jayaboard dengan ketebalan 9 mm,
dengan panjang 2400 mm dan lebar 1200 mm.

Gambar 3.29 Gypsum board


Sumber: Foto Lapangan

12. Compound

33
Compound mempunyai fungsi untuk penutup celah, pori – pori, lubang
yang kecil pada permukaan gypsum sebelum dicat dasar/cat finishing,
tujuannya agar permukaan gypsum bisa rata, tidak bergelombang sesuai
dengan yang diinginkan sehingga ketika dicat tidak muncul permukaan
yang bergelombang, berlubang dan bintik-bintik akibat dari serat bahan
drywall yang di pasang. Pada proyek ini menggunakan compound dari
A Plus 20kg.

Gambar 3.30 Compound


Sumber: Foto Lapangan

13. Roster
Roster adalah suatu alat yang digunakan untuk mengontrol udara yang
masuk atau keluar dari suatu ruangan. Roster lubang angin biasanya terdapat
pada jendela atau pintu, dan terdiri dari sebuah jaringan atau sekat yang bisa
dibuka atau ditutup sesuai kebutuhan. Roster yang digunakan pada proyek
ini ukuran 20x20 cm dengan tebal 10cm.

Gambar 3.31 Roster 20x20


Sumber: Foto Lapangan

34
3.3 Persyaratan dan teknis pelaksanaan
3.3.1 Pekerjaan dinding
1. Pekerjaan bata ringan
a. Lingkup pekerjaan
• Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan- bahan,
peralatan dan alat-alat Bantu yang dibutuhkan dalam
terlaksananya pekerjaan ini untuk mendapatkan hasil yang baik.
• Pekerjaan pasangan dinding ini meliputi seluruh detail yang
disebutkan / ditunjukkan dalam gambar atau sesuai petunjuk MK.
b. Persyaratan Bahan
• Hebel dipres oleh mesin dengan penekanan (pressure) yang sama
dengan memenuhi standar dan persyaratan lain yang
diindikasikan/dinyatakan di bawah untuk setiap bentuk hebel
yang disyaratkan.
➢ SNI 03-0349-1989
➢ Ukuran : Menyediakan bata yang diproduksi dengan dimensi
nyata sebagai berikut : 100 x 200 x 600 mm.

• Material adukan (Mortar) harus memenuhi 04060 sesuai dengan


SNI 15-2049-1994 atau Tipe I/PBI/PUBI-1982. Menyediakan
warna natural/alamiah atau semen putih seperti disyaratkan untuk
menghasilkan adukan yang disyaratkan.

• Adukan Mortar

➢ Umum: Jangan menambah bahan campuran tambahan


termasuk pigmen pewarna, bahan-bahan anti udara (air-
entraining agents), akselerator, penghambat, bahan-bahan
penolak/anti air, bahan tambahan lain dan atau, kecuali
dinyatakan lain.

➢ Pencampuran/Pengadukan: Campur dan aduk dengan rata


material-material yang mengandung semen, dalam
pengaduk yang memenuhi standar SNI yang direferensikan

35
untuk waktu pengadukan dan kadar air.

• Semen Portland harus memenuhi NI-8.

• Air harus memenuhi PVBI-1982 pasal 9.

• Pasir harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2; dan PBI'71.

c. Syarat-syarat pelaksanaan
• Pasangan bata ringan dengan menggunakan perekat mortar dan
air untuk semua pasangan dengan ketebalan ± 3 mm.

• Pencampuran mortar harus menggunakan electric mixer

sampai tercampur hingga rata.


• Bata ringan yang digunakan ukuran tebal 10 cm dengan kualitas
terbaik yang disetujui Perencana / MK.

• Sebelum dipasang bata ringan harus direndam dalam air terlebih


dahulu sekurang kurangnya selama 30 menit.

• Pemasangan dinding bata ringan dilakukan secara bertahap,


setiap tahap berdiri maksimum 1,5 m setiap harinya, diikuti
dengan cor kolom praktis dengan adukan campuran 1 pc : 2 ps :
3 kr.

• Bidang dinding yang luasnya lebih besar dari 12 m² ditambahkan


kolom dan balok penguat (kolom praktis) dengan ukuran 10 x 10
cm, dengan 4 tulangan pokok diameter 10 mm, dan begel
diameter 6 mm dengan jarak 15 cm.

• Pembuatan lubang pada pasangan bata ringan untuk perancah


sama sekali tidak diperkenankan.

• Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan dengan


setiap bagian pekerjaan beton (kolom) harus diberi penguat stek-
stek besi beton dengan diameter 10 mm jarak 80 cm, yang terlebih
dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan
bagian yang ditanam dalam pasangan bata sekurang-kuranya 30

36
cm kecuali ditentukan lain.
d. Teknis pelaksanaan
• Untuk memulai pekerjaan dan untuk mengontrol kelurusan sesuai
dengan shop drawing dilakukan pengukuran dan penandaan
(marking) untuk jalur pemasangan bata ringan.

• Mempersiapkan titik-titik pemasangan kolom praktis dengan


memperhitungkan luasan permukaan pemasangan dinding. Untuk
pemasangan dinding dengan luas > 12 m² harus dipasang kolom
praktis. Kolom praktis dipasang setiap jarak 3 m atau juga dengan
memperhitungkan adanya pertemuan dinding dan posisi kusen
pintu dan jendela.

• Unting-unting harus sudah dipasang sebelum pelaksanaan


pekerjaan pada posisi yang mudah dilihat dan bebas dari
gangguan kerja untuk mengontrol kelurusan pasangan dalam arah
vertikal.

• Campuran spesi 1 pc: 4 pasir sebagai lapisan antara lantai dengan


bata ringan (leveling) dan adukan mortar dicampur sesuai dengan
syarat yang telah ditentukan sesuai dengan lokasi peruntukannya
sebagai perekat bata ringan.

• Pemasangan bata dilakukan sesuai persyaratan teknis atau


rekomendasi dari pabrik pembuat. Pemasangan dilakukan dengan
cara selang seling untuk mendapatkan kekokohan dan kekuatan
dinding yang diinginkan dengan tebal perekat ± 3 mm. Pekerjaan
pasangan harus selalu dikontrol kerataannya dengan memasang
benang di atas pekerjaan pasangan dan juga melakukan checking
menggunakan waterpass.

• Pekerjaan kolom praktis dilakukan/dicor mengikuti ketinggian


pemasangan yang telah diperoleh.

• Untuk mempertahankan kualitas pekerjaan pasangan, dalam satu


hari kerja tidak boleh dilakukan pekerjaan pasangan dengan

37
ketinggian lebih dari 1,5 m dan harus diikuti dengan pemasangan
kolom praktis.

Gambar 3.33 Denah rencana finishing dinding lantai 1


Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

38
Gambar 3.34 Denah rencana finishing dinding lantai 2
Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

Gambar 3.35 Denah rencana finishing dinding lantai 3


Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

Gambar 3.36 Denah rencana finishing dinding lantai 4


Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

39
Gambar 3.37 Denah rencana finishing dinding lantai atap
Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

Gambar 3.38 Potongan dinding bata ringan


Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

40
Tabel 3.1 Tabel finishing dinding

2. Pekerjaan plesteran
a. Lingkup pekerjaan
• Termasuk dalam pekerjaan plesteran dinding adalah penyediaan
tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan
alat angkut yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan
plesteran, sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu
baik.

• Pekerjaan plesteran dinding dikerjakan pada permukaan dinding


bagian dalam dan luar serta seluruh detail disebutkan /
ditunjukkan dalam gambar.

b. Persyaratan bahan
• Bahan untuk plesteran adalah produk Mortar Nasional (MONAS)
Monas-328 Plester Max untuk pasangan bata ringan dan beton.

• Material adukan (Mortar) harus memenuhi 04060 sesuai dengan


SNI 15-2049-1994 atau tipe I/PBI/PUBI-1982. Menyediakan
warna natural/alamiah atau semen putih seperti disyaratkan untuk
menghasilkan adukan yang disyaratkan.

• Air untuk pencampuran harus bersih dan bebas dari zat berbahaya
dan merusak seperti alkali, asam, garam dan bahan anorganik

41
lainnya.

c. Syarat-syarat pelaksanaan
• Plesteran dilaksanakan sesuai standar spesifikasi dari bahan yang
digunakan sesuai dengan petunjuk dan persetujuan MK.

• Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan


bidang beton atau pasangan dinding bata telah disetujui oleh MK
sesuai uraian dan syarat-syarat pekerjaan yang tertulis dalam
Rencana Kerja dan Syarat-syarat.

• Dalam melaksanakan pekerjaan ini, harus mengikuti semua


petunjuk dalam gambar arsitektur terutama pada gambar detail
dan gambar potongan mengenai ukuran tebal / tinggi

• / peil dan bentuk profilnya.

• Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai


pemasangan instalasi pipa listrik dan plumbing untuk seluruh
bangunan.

• Untuk beton sebelum diplester permukaannya harus dibersihkan


dari sisa-sisa bekisting dan semua lubang- lubang bekas pengikat
bekisting atau form tie harus tertutup aduk plester.

• Ketebalan plesteran harus dibuat pada jarak ketebalan permukaan


dinding / kolom yang dinyatakan dalam gambar atau sesuai peil-
peil yang diminta gambar. Tebal plesteran 1 - 1,5 cm, jika
ketebalan melebihi 1,5 cm harus diberi kawat ayam untuk
membantu dan memperkuat daya lekat dari plesterannya serta
harus dilakukan dalam 2 tahap pada bagian pekerjaan yang
diizinkan Perencana / MK.

• Air yang digunakan air tawar, bersih, tidak mengandung minyak,


garam atau asam yang merusak atau sesuai dengan spesifikasi.
Pemakaian air harus mendapat persetujuan Pengawas.

• Tidak diperkenankan menggunakan alat pengaduk yang kotor

42
atau mengandung zat-zat lain yang akan mengurangi kualitas
adukan dan menggunakan semen yang berusia lebih dari 3 bulan.

• Permukaan harus dalam keadaan bersih dari debu dan kotoran-


kotoran lainnya yang dapat mengurangi efektivitas perekatan.

• Bahan harus disimpan di tempat yang kering, terlindung dan


bersih.

• Untuk bidang yang akan difinisih dengan cat ,maka dilakukan


proses pengacian atau plesteran halus.

• Setiap kerusakan yang terjadi menjadi tanggung jawab kontraktor


dan wajib diperbaiki,

• Tidak dibenarkan pekerjaan finishing permukaan dilakukan


sebelum plesteran berumur lebih dari 14 (empat belas) hari.

d. Teknis pelaksanaan
• Mempersiapkan bahan, peralatan dan tenaga kerja.

• Memeriksa pekerjaan lain yang harus sudah selesai sebelum


pekerjaan plesteran.

• Menyiapkan dan memasang papan spesi (dibuat dari multipleks


lembaran dengan rangka kayu) di bawah lokasi pelaksanaan
plesteran.

• Membuat ukuran dengan cara menarik benang sesuai ketebalan


plester yang tercantum pada gambar kerja dan menggunakan
aluminium hollow yang telah disesuaikan dengan benang sebagai
acuan ketebalan plester pada pekerjaan plester kolom dan shear
wall.

• Mengarahkan dan mengontrol proses pengadukan mortar


plesteran.

• Pasangan dinding bata ringan sebelum diplester harus terlebih


dahulu dibersihkan.

43
• Membuat kepalaan vertikal dengan jarak 1,5 m dari atas ke
bawah,

• Tunggu kepalan mengering minimal 24 jam, setelah itu


dilaksanakan pekerjaan plesteran. Dan sebelum memulai
pekerjaan plesteran dinding harus dibasahi terlebih dahulu,

• Melaksanakan dan mengontrol proses plesteran berurutan dari


kepalaan yang satu dengan lainnya, dan diratakan dengan jidar
aluminium dari bawah ke atas agar permukaan dinding tetap rata
sesuai dengan acuan.

• Kondisi setengah kering plester digosok dan dipadatkan


menggunakan roskam besi.

• Tunggu plesteran kering (3 s/d 4 hari), agar penyusutan merata


sehingga bisa dilanjutkan dengan pekerjaan acian.

• Untuk plesteran sudut dalam, salah satu sisi harus diplester


terlebih dahulu baru bidang yang lain dengan membentuk siku.

3. Pekerjaan plesteran trasraam (Kedap air)


a. Lingkup pekerjaan
• Termasuk dalam pekerjaan plesteran trasraam (Kedap air) adalah
penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk alat-
alat bantu dan alat angkut yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan plesteran trasraam (Kedap air), sehingga dapat dicapai
hasil pekerjaan yang bermutu baik.

• Pekerjaan plesteran trasraam (Kedap air) dikerjakan pada


permukaan dinding bagian dalam dan luar serta seluruh detail
disebutkan / ditunjukkan dalam gambar.

b. Persyaratan bahan
• Bahan untuk plesteran trasraam (Kedap air) adalah produk DRY
MIX Plester D-200 yang digunakan untuk plesteran beton, bidang
kedap air dan eksterior.

44
c. Persyaratan pekerjaan
• Siapkan alat campuran / pengaduk.

• Untuk beton sebelum diplester permukaannya harus dibersihkan


dari sisa-sisa bekisting dan semua lubang- lubang bekas pengikat
bekisting atau form tie harus tertutup aduk plester.

• Ketebalan plesteran harus dibuat pada jarak ketebalan permukaan


dinding / kolom yang dinyatakan dalam gambar atau sesuai peil-
peil yang diminta gambar. Tebal plesteran 1 - 1,5 cm, jika
ketebalan melebihi 1,5 cm harus diberi kawat ayam untuk
membantu dan memperkuat daya lekat dari plesteran tersebut,
serta harus dilakukan dalam 2 tahap pada bagian pekerjaan yang
diizinkan Perencana / MK.

• Tidak diperkenankan menggunakan alat pengaduk yang kotor


atau mengandung zat-zat lain yang akan mengurangi kualitas
adukan dan menggunakan semen yang berusia lebih dari 3 bulan.

• Air yang digunakan air tawar, bersih, tidak mengandung minyak,


garam atau asam yang merusak atau sesuai dengan spesifikasi.
Pemakaian air harus mendapat persetujuan Pengawas.

d. Teknis pelaksanaan
• Campurkan adukan dengan perbandingan 9 - 10 liter per sak 50
kg.

• Aduk sampai rata hingga homogen dan membentuk pasta, adukan


dalam ember tidak lebih dari 60 menit harus diaplikasikan.

• Basahi permukaan bata ringan atau beton dan aplikasikan plester


menggunakan sendok semen dan ratakan menggunakan jidar.

• Pasangkan pada tempat-tempat tertentu sesuai dengan ketentuan


yang telah ditentukan, yaitu dinding eksterior sampai dengan 30
cm di atas lantai untuk yang berdekatan dengan level tanah, toilet

45
/ kamar mandi sampai 200 cm di atas lantai untuk seluruh dinding
dari pasangan lainnya yang terdapat dalam ruangan, pagar dan
turap sampai dengan 20-30 cm di atas level tanah yang terdekat
dengan pagar, dan seluruh pekerjaan turap; untuk turap yang
akan terkena genangan air.

Gambar 3.40 Denah rencana finishing dinding trasraam lantai 1


Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

46
Gambar 3.41 Denah rencana finishing dinding trasraam lantai 2
Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

Gambar 3.42 Denah rencana finishing dinding trasraam lantai 3


Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

47
Gambar 3.43 Denah rencana finishing dinding trasraam lantai 4
Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA
4. Pekerjaan acian
a. Lingkup pekerjaan
• Termasuk dalam pekerjaan acian dinding adalah penyediaan
tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan
alat angkut yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan acian,
sehingga dapat dicapai hasil pekerjaan yang bermutu baik.

• Pekerjaan acian dinding dikerjakan pada permukaan dinding


bagian dalam dan luar serta seluruh detail disebutkan /
ditunjukkan dalam gambar.

b. Persyaratan bahan
• Bahan untuk acian adalah produk DRY MIX Acian S100 .

c. Syarat-syarat pelaksanaan
• Siapkan alat pencampur / pengaduk.

• Tidak diperkenankan menggunakan alat pengaduk yang kotor

48
atau mengandung zat-zat lain yang akan mengurangi kualitas
adukan dan menggunakan semen yang berusia lebih dari 3 bulan.

• Air yang digunakan air tawar, bersih, tidak mengandung minyak,


garam atau asam yang merusak atau sesuai dengan spesifikasi.
Pemakaian air harus mendapat persetujuan Pengawas.

• Acian dilakukan setelah pekerjaan plesteran selesai dan


permukaan plesteran mengering.

• Adukan pengacian hanya menggunakan mortar acian dan air , dan


tidak terlalu kental/cir agar mudah diaplikasikan.

• Untuk penggunaan mortar acian dapat dicapai dengan ketebalan


maksimum 3 mm, pada umumnya aplikasi pekerjaan yang
disarankan mencapai ketebalan 2 mm.

d. Teknis pelaksanaan
• Pada tahap pencampuran dianjurkan menggunakan electric
mixer.

• Campur mortar acian dengan air secara bertahap dengan


perbandingan 11-12 liter /30 Kg sampai merata selama 3 atau 4
menit.

• Pasangkan pada tempat-tempat dimana tidak terdapat penjelasan


secara khusus atau pada dinding dengan penyelesaian cat.

• Melaksanakan dan mengontrol pelaksanaan acian, dilaksanakan


secara tipis dan merata.

• Saat kondisi setengah kering haluskan kembali Acian dengan


menggunakan roskam, jangan digosok dengan kertas semen,
ampelas atau sejenisnya.

• Setelah setengah kering acian digosok dengan spons/busa agar


mendapatkan bidang yang halus dan rata tetapi tidak licin.

• Biarkan kering minimal 5 hari sebelum dilakukan pengecatan.

49
• Untuk pekerjaan dimana pekerjaan instalasi ME di dalam ruangan
belum dikerjakan, untuk mengantisipasi adanya perbedaan antara
acian lama dengan acian baru setelah pemasangan instalasi ME
maka pada lokasi yang akan dipasang instalasi ME untuk
pekerjaan acian tidak dikerjakan terlebih dahulu.

• Cat yang digunakan setelah pengacian adalah cat interior dan cat
weathershield dari produk Nippon Paint.

5. Pekerjaan dinding toilet dengan keramik


a. Persyaratan bahan
• Lantai keramik yang digunakan:

➢ Produk : Homogeneous tile produksi Granito


➢ Ukuran : 30 x 60 cm
➢ Pengisi nat : DRY MIX Sanitized Tile Grout
➢ Warna : White pearl polish
• Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu
harus diserahkan contoh-contohnya untuk mendapatkan
persetujuan dari Pengawas/ Perencana.

• Keramik tidak boleh terdapat cacat-cacat retak, cembung, cekung,


lubang jarum pada permukaan, tergores, noda dari glasir dan lain-
lain,

• Bahan groutin/adhesive harus masih di dalam kemasannya tidak


diperkenankan sobek, membatu/mengeras dan belum
kedaluwarsa.

b. Syarat pelaksanaan
• Keramik harus sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan, sisi
yang berpotongan rapi. Jenis, ukuran dan ketebalan yang
seragam.

• Kontraktor harus menyerahkan dua salinan ketentuan dan


persyaratan teknis-operatif dari produsen sebagai informasi bagi
Pengawas,

50
• Pada permukaan dinding beton/plesteran yang telah berusia
minimal 14 hari dan telah diterima oleh Pengawas, keram dapat
langsung diletakkan, dengan menggunakan perekat dengan tipe
sesuai dengan rekomendasi dari produsen.

• Material tersebut harus diletakan 30 cm dari lantai pada ruang


yang mempunyai sirkulasi udara yang baik, terlindung dari cuaca
langsung hujan dan panas, juga harus dilindung agar tidak
menjadi rusak,

• Keramik yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik,


warna, motif tiap keramik harus sama tidak boleh retak, gompal,
gelembung, cekung, tidak siku, lubang- lubang jarum, noda pada
glasir atau cacat lainnya

• Pemotongan keramik harus menggunakan alat potong khusus


untuk itu, sesuai petunjuk pabrik,

• Keramik yang akan dipasang harus dalam keadaan kering, bidang


dinding yang akan dipasang keramik juga harus dalam keadaan
kering dan telah dibersihkan dari sisa-sisa adukan dan kotoran
lain.

• Pola keramik harus memperhatikan ukuran/letak dan semua


peralatan yang akan terpasang di dinding: Exchaust fan, panel,
stop kontak, lemari gantung dan lain-lain yang tertera di dalam
gambar, harus sesuai dengan gambar kerja atau sesuai petunjuk
pengawas lapangan,

• Ketinggian peil tepi atas pola keramik harus sesuai dengan yang
dikehendaki/sesuai dengan gambar kerja,

• Awal pemasangan keramik pada dinding dan ke mana sisa ukuran


harus ditentukan sesuai dengan gambar pola, harus meminta
persetujuan terlebih dahulu kepada Pengawas sebelum pekerjaan
pemasangan dimulai,

• Air adalah bersih/jernih tidak menggandung bahan-bahan

51
kimia/garam,

• Adukan dicampur sesuai spesifikasi yang dibutuhkan, homogen


dan kental (tidak terlalu encer/cair),

• Keramik harus disusun menurut garis-garis lurus dengan siar


setiap perpotongan siar harus membentuk dua garis tegak lurus.
Siar-siar keramik diisi dengan bahan pengisi Groute sehingga
membentuk setengah lingkaran seperti yang disebutkan dalam
persyaratan bahan dan warnanya akan ditentukan kemudian,

• Pasang keramik setiap tahap 1 m2, teliti degan waterpass agar


pasangan keramik tetap rata, bersihkan perekat dengan
busa/spons yang lembab (bukan basah) sebelum perekat
mengering sampai bersih,

• Aplikasikan pengisian nat setelah pasangan keramik minimal


berusia 12 Jam, gunakan karet khusus untuk pengisian nat
keramik kerjakan dengan baik sehingga nat- nat terisi penuh
seluruhnya, gosok dan bersihkan dengan spons yang lembab,
bersihkan dengan kain lap lembut dan kering setelah grouting
sampai bersih.

c. Teknis pelaksanaan
• Melakukan pengecekan dinding bata apakah sudah cukup untuk
dibebani oleh beban pasangan keramik,

• Melakukan pengecekan dinding bata apakah sudah cukup untuk


dibebani oleh beban pasangan keramik,

• Keramik dipilih dan direndam dalam air terlebih dahulu,

• Bagian dinding yang akan dipasang keramik agar dibasahi


terlebih dahulu sebelum diberi mortar,

• Sebelum dipasang keramik permukaan mortar sebaiknya ditaburi


semen kering agar lebih melekat kuat,

• Arah pemasangan adalah dari lapisan paling bawah

52
kemudian menerus ke arah horizontal dan ke atas.

• Pemasangan perlu diarahkan dan dikontrol agar nat-nat horizontal


dan vertikal terlihat sama dan sesuai dengan keinginan,

• Tempelkan keramik dengan memberi mortar pada bagian


belakang secukupnya,

• Memukulkan palu karet pada keramik sehingga mortar tersebar


merata dan posisi keramik berada posisi yang benar, ketebalan,
rata baik arah horizontal maupun vertikal,

• Setelah pemasangan cukup luas dan kering (3 – 4 hari) nat ditutup


dengan bahan grouting dengan warna dan bahan sesuai dengan
spesifikasi.

Gambar 3.44 Denah typical finishing dinding toilet


Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

53
Gambar 3.45 Potongan A-A Toilet
Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

Gambar 3.46 Potongan B-B Toilet


Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

54
Gambar 3.47 Potongan C-C Toilet
Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

Gambar 3.48 Potongan D-D Toilet


Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

3.3.2 Pekerjaan kusen


1. Pekerjaan kusen dan pintu aluminium
a. Persyaratan bahan
• SNI 07-0603-1989 - Produk Aluminium Ekstrusi untuk
Arsitektur.

• Semua pekerjaan aluminium dari profil pra-fabrikasi yang akan


digunakan untuk pintu, jendela, kisi-kisi dan kusen harus dari

55
ekstrusi anodized yang jelas pada paduan aluminium paduan
6063, temper T5 atau T6 minimal 10 mikron dengan lapisan
berwarna sebagaimana ditentukan oleh skema warna yang akan
diterbitkan kemudian, dan harus sesuai dengan SNI 07-0603-
1989 dan ASTM B 221M.

• 07920 - Sealant

• Kaca untuk pintu dan jendela aluminium harus sesuai dengan


spesifikasi 08800.

• Kaca untuk pintu dan jendela aluminium harus sesuai dengan


spesifikasi 08800.

• Semua kunci dan perlengkapan harus seperti yang ditunjukkan


dalam gambar dan sesuai dengan spesifikasi 08700.

b. Syarat pelaksanaan
• Semua profil aluminium yang akan digunakan harus dipilih
dengan hati-hati, memiliki keseragaman warna, dimensi dan
kesejajaran serta bebas dari cacat. Semua profil harus disetujui
oleh engineer.

• Sampel produk aluminium harus diuji di laboratorium yang


ditunjuk oleh kontraktor Ini termasuk pengujian untuk ketebalan,
pewarnaan, bobot, korosi.

• Pintu dan kusen harus dikirim dalam satu paket untuk mencegah
kerusakan akibat pengiriman atau cuaca. Semua bagian kusen
harus dikemas bersama. Setiap pintu harus

• dikemas secara individual. Segera setelah pengiriman, pintu dan


kusen harus ditumpuk dan dilindungi dengan benar sebelumnya
dan setelah instalasi.

• Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diwajibkan untuk


memeriksa gambar kerja dengan keadaan lapangan atau kondisi
terkait ukuran dan bukaan, termasuk pola atau layout

56
penempatan, bentuk, cara pemasangan, mekanisme- nya dan
detail-detail sesuai gambar,

• Semua pekerjaan harus dipasang sesuai dengan gambar rencana


yang sudah disetujui oleh pengawas dan dilaksanakan oleh pihak
yang memiliki tenaga ahli dalam pekerjaan ini,

• Material pintu jendela precast yang sudah disetujui konsultan


pengawas, pemberi tugas dan perencana.

• Segera setelah pengiriman, pekerjaan dan perlengkapan


aluminium harus ditumpuk dengan benar di tempat kering yang
bersih dan terlindung dari kerusakan atau korosi sebelum dan
sesudahnya instalasi. Semua barang harus dijaga kebersihannya
dan bebas dari kotoran mortar, plester, cat dan lainnya.

• Pada setiap pertemuan aluminium dengan beton, dinding dan


sebagainya harus diberi lapisan kedap air,

• Kusen disambung dengan kuat dan teliti dengan sekrup serta tidak
terlihat dari luar,

• Sebelum memasang pintu jendela, semua kotoran dan bekas-


bekas minyak harus dibersihkan sehingga tidak mengganggu
peletakan.

• Pemasangan pintu jendela pada dinding partisi harus


menggunakan perkuatan tambahan pada bagian atas diberi
multipleks ukuran 10 cm x 5 cm dengan jarak 50 cm di bagian
dalam rangka baja ringan.

• Sekeliling tepi kusen yang terlihat dan berbatasan dengan


dinding, diberi sealant agar terpenuhi persyaratan kedap udara
dan suara,

• Detail-detail pada setiap pertemuan harus rapi, halus dan rata


bersih.

57
c. Teknis pelaksanaan
• Pasang kusen jendela/pintu aluminium pada lokasi yang
ditentukan (sesuai tipe), sesuaikan ukuran kusen dengan lubang
tempat kusen tersebut (selisih ± 1 cm),

• Masukkan kusen yang telah siap dipasang pada lubangnya,


dengan batuan baji dari karet atau kayu,

• Atur kedudukan kusen dengan baji karet/kayu supaya tepat


kemudian atur kelurusan kusen terhadap tembok,

• Lubangi tembok/dinding melalui lubang kusen pintu dan precast


dengan bor, untuk tempat sekrup dan masukkan baut fischer ke
dalam lubang tersebut lalu atur aksesorinya (kunci, grendel,
engsel, roda, dan lain-lain). Kemudian finish dinding dengan
adukan semen/mortar/sealant (pengisian celah antara tembok
dengan kusen), supaya tidak terjadi rembesan bila ada tempias air
hujan.

• Supaya profil aluminium terhindar dari cacat, beri pelindung


sejenis isolasi kerta/plastik di bagian kusen yang rawan goresan.

Gambar 3.49 Denah pintu dan jendela lantai 1


Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

58
Gambar 3.50 Denah pintu dan jendela lantai 2
Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

Gambar 3.51 Denah pintu dan jendela lantai 3


Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

59
Gambar 3.52 Denah pintu dan jendela lantai 4
Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

Gambar 3.53 Denah pintu dan jendela lantai atap


Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

60
Tabel 3.2 Tabel tipe kusen pintu

Tabel 3.3 Tabel tipe kusen jendela dan roster

61
Tabel 3.4 Tabel tipe kusen pintu

Tabel 3.5 Tabel tipe kusen pintu dan jendela

62
3.3.3 Pekerjaan Plafon
1. Pekerjaan plafon gypsum board
a. Persyaratan bahan
• Gypsum board yang dipakai adalah gypsum board merek
Jayaboard dengan ukuran 120 x 240 cm, tebal 9 mm.

• Rangka langit-langit menggunakan besi hollow 4x4 cm tebal 0.9


mm.

• Dipakai baja atau gesper metal penggantung yang dapat diatur


agar seluruh sistem langit-langit dapat tetap rata permukaannya,
setelah sistem-sistem lainnya ikut ter- pasang (mekanikal,
elektrikal) dan sebagainya.

• Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan


persyaratan dalam PUBI 82 pasal 38, memenuhi SII.0404

• - 81 dan NI-5.

b. Syarat-syarat pelaksanaan
• Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu
harus diserahkan contoh-contohnya untuk mendapatkan
persetujuan dari direksi pengawas.

• Material lain yang tidak terdapat pada daftar di atas, tetapi


diperlukan untuk penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam
bagian ini, harus baru, kualitas terbaik dari jenisnya dan harus
disetujui Direksi Pengawas.

• Semua ukuran di dalam gambar adalah ukuran jadi (finish).

• Pada pekerjaan langit-langit ini perlu diperhatikan adanya


pekerjaan lain yang dalam pelaksanaannya sangat erat
hubungannya dengan pekerjaan langit-langit ini.

• Sebelum dilaksanakan pemasangan langit-langit, pekerja-an lain


yang terletak di atas langit-langit harus sudah terpasang dengan
sempurna.

63
• Harus diperhatikan terhadap disiplin lain di antaranya pekerjaan
elektrikal dan perlengkapan instalasi yang diperlukan. Bila
pekerjaan-pekerjaan tersebut di atas tidak

• tercantum digambar rencana langit-langit harus diteliti terlebih


dahulu pada gambar-gambar instalasi yang lain (elektrikal, AC
dan lain-lain). Untuk detail pemasangan harus konsultasi dengan
direksi pengawas.

• Pola pemasangan plafon gypsum sesuai yang ditunjukkan dalam


gambar perencanaan.

• Penggantung rangka utama harus dapat diatur ketinggian- nya,


dan jarak penggantung maksimal 120 cm.

• Rangka pembagi berjarak maksimal 60 cm.

• Pemasangan gypsum pada rangka dengan


galvanize

• Pada bagian tepi langit-langit dipasang list bentuk profil ukuran


sesuai yang ditunjukkan dalam detail gambar, dari bahan gypsum
yang difinish cat sesuai yang disyaratkan.

c. Teknis pelaksanaan
• Rangka langit-langit gypsum menggunakan rangka hollow 4 x 4
cm dengan bentuk, ukuran dan pola pemasangan sesuai dengan
gambar dan harus sesuai tata cara dan teknis pemasangan dari
pabriknya.

• Batang-batang hollow untuk rangka langit-langit dipasang rata


sesuai ukuran yang telah ditentukan. Batang hollow yang
dipasang di pasangan bata harus difiser masuk dalam tembok
sedalam 5 cm. Pada sambungan antar modul dilas dan di sekrup
dan sebagainya yang telah diseleksi dengan baik, lurus, rata, tidak
ada bagian yang bengkok atau melengkung, atau cacat-cacat
lainnya, dan tidak disetujui oleh Pengawas.

64
• Seluruh rangka langit-langit digantungkan pada pelat beton dan
atau atap dengan menggunakan penggantung dari

• logam galvanized suspension / kawat seng BWG 14 yang dapat


diatur ketinggiannya dan dibuat sedemikian rupa sehingga
seluruh rangka dapat melekat dengan baik dan kuat pada pelat
beton dan tidak dapat berubah-ubah bentuk lagi.

• Setelah seluruh rangka langit-langit terpasang, seluruh


permukaan rangka harus rata, lurus dan tidak ada bagian yang
bergelombang dan batang-batang rangka harus saling tegak lurus,
maka lembaran gypsum board dapat mulai dipasang.

• Rangka tersebut mempertimbangkan beban mechanical electrical


equipment yang terletak di plafon.

• Bahan penutup langit-langit yang digunakan adalah gypsum


board dengan ukuran sesuai dengan gambar.

• Gypsum board yang dipasang adalah gypsum board yang telah


dipilih dengan baik, bentuk dan ukuran masing- masing unit
sama, tidak ada bagian yang retak, gompal atau cacat-cacat lain
dan telah mendapat persetujuan dari Pengawas.

• Gypsum board dipasang dengan cara pemasangan sesuai dengan


gambar, setelah gypsum board terpasang, bidang permukaan
langit-langit harus rata, lurus, dan tidak bergelombang dan
sambungan antara unit-unit gypsum board harus tidak kelihatan.

• Finishing gypsum adalah cat emulsi, warna akan ditentukan


kemudian.

• Semua sambungan antar gypsum board didempul dengan bahan


tertentu sesuai tata cara dan teknis dari pabrik. Sambungan
gyspum harus didempul dan dicompound sehingga rata menutupi
sambungan tanpa ada retakan.

65
Tabel 3.6 Tabel finishing plafon

66
Gambar 3.54 Denah rencana plafon lantai 1
Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

Gambar 3.55 Denah rencana plafon lantai 2


Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

67
Gambar 3.56 Denah rencana plafon lantai 3
Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

Gambar 3.57 Denah rencana plafon lantai 4


Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

68
Gambar 3.58 Detail plafond
Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA
3.3.4 Pekerjaan lantai
1. Pekerjaan screeding lantai
a. Lingkup Pekerjaan
• Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan- bahan,
peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk keperluan pelaksanaan
pekerjaan yang bermutu baik.

• Pembuatan kepalaan screeding.

• Screeding dilakukan pada seluruh lantai bangunan.

• Persyaratan bahan

• Bahan untuk screeding adalah mortar yang memilik kekuatan


tekan tinggi setara dengan mutu beton K-300 berdasarkan standar
acuan produk EN 13813:2003.

b. Syarat pelaksanaan
• Penggunaan peralatan sesuai dengan kondisi lapangan,
cetok, roskam atau trowel, benang ukur, meteran, jidar dan
automatic level atau waterpass.

69
• Membuat kepalaan screeding dengan jarak 1,5 m/ kepalaan
dengan bahan adukan spesi 1 pc : 4ps setebal 5 cm dan lebar 10
cm.

• Ketebalan screed antara 3-5 cm. Jika terlalu tipis akan mudah
terkelupas dan jika screed terlalu tebal harus diberi kawat ayam
agar tidak terjadi pecah-pecah.

• Sebelum pelaksanaan pekerjaan screeding, lantai harus


dibersihkan dan dibasahi terlebih dahulu agar tidak ada kotoran
yang mengurangi efektivitas mortar.

• Screeding menggunakan mortar ready mix tanpa koral yang


dibawa mixer truck agar tercampur dengan rata/homogen.

c. Teknis pelaksanaan
• Bahan dipilih dengan kualitas yang sesuai dengan spesifikasi
pekerjaan adukan/mortar baik kekerasan, ukuran butir, kadar
lumpur/kotoran, dan lain-lain.

• Mengukur elevasi atau kondisi permukaan seluruh lantai


menggunakan automatic level/waterpass, kemudian menetapkan
elevasi akhir pekerjaan screed.

• Mengontrol proses produksi adukan/ mortar untuk screed.

• Sebelum melaksanakan screeding, permukaan lantai dibasahi


dengan air bersih.

• Pembuatan kepalaan sebagai acuan elevasi screed sesuai gambar


kerja setiap jarak 1,5 m. Untuk kerataannya juga dibantu dengan
pemasangan benang ukur. Ditunggu hingga cukup kering /keras
sebagai landasan dan menggunakan jidar sebagai alat untuk
meratakan kepalaan.

70
• Mortar ready mix yang dibawa dituangkan menggunakan
concrete pump secara berurutan di antara kepalaan, kemudian
diratakan dengan jidar serta dihaluskan menggunakan roskam
sesuai acuan elevasi.

Gambar 3.59 Potongan lantai screed


Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

2. Pekerjaan homogenous tile


a. Lingkup pekerjaan
• Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan- bahan,
peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk keperluan pelaksanaan
pekerjaan yang bermutu baik.

• Pasangan lantai homogenous tile ini dipasang pada seluruh detail


yang disebutkan / ditunjukkan dalam gambar.

• Tile grout untuk pengisi nat keramik / joint filler.

b. Persyaratan bahan
• Lantai keramik yang digunakan :

• Produk : Homogeneous tile produksi Granito

• Ukuran : 60 x 60 cm dan 30 x 60 cm

• Pengisi nat : DRY MIX Sanitized Tile Grout

• Warna : White Pearl Polish.

• Bahan-bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu


harus diserahkan contoh-contohnya untuk mendapat-kan
persetujuan dari Pengawas/ Perencana.

• Keramik tidak boleh terdapat cacat-cacat retak, cembung, cekung,

71
lubang jarum pada permukaan, tergores, noda dari glasir dan lain-
lain,

• Bahan Groutin/Adhesive adalah merek DRY MIX sanitized tile


grout 1 kg yang harus masih di dalam kemasannya tidak
diperkenankan sobek, membatu/ mengeras dan belum
kedaluwarsa.

c. Syarat pelaksanaan
• Keramik harus sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan, tidak
retak/cacat permukaan. Sisi yang berpotongan rapi. Jenis, ukuran
dan ketebalan yang seragam.

• Sebelum keramik dipasang, keramik terlebih dahulu direndam


air.

• Pola pemasangan keramik sesuai dengan pola pemasangan


keramik dalam gambar bestek yang telah disetujui.

• Selama pemasangan dan sebelum kering yang cukup, lantai harus


dihindari dari injakan atau gangguan yang lain.

• Cara-cara pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk dan


atas persetujuan dari pemberi tugas atau konsultan pengawas atau
konsultan perencana.

d. Teknis pelaksanaan
• Mengukur elevasi/kondisi permukaan seluruh lantai, kemudian
menetapkan elevasi akhir pekerjaan homogeneous tile.

• Dilakukan pembersihan lantai yang akan dipasang homogeneous


tile dan mengontrol proses produksi adukan/mortar.

• Permukaan lantai dibuat kasar dan dibasahi dengan air bersih.


Keramik direndam dalam air selama ± 20 menit sebelum
pemasangan.

• Pembuatan acuan elevasi sesuai gambar kerja, untuk kerataannya


dan penempatan nat-nat dibantu dengan pemasangan benang

72
ukur. Titik mulai pekerjaan dan penempatan motif homogeneous
tile diukur dengan tepat.

• Taburkan mortar diatas spesi sebagai perekat.

• Letakan homogeneous tile diatas lantai yang sudah disiapkan.

• Pukul-pukul perlahan homogeneous tile dengan palu karet agar


spesi tersebar rata dan padat, dan supaya keramik sejajar dengan
ukuran yang sudah ditentukan.

• Setelah pemasangan satu ruangan/cukup luas, waktu curing


adalah 5 – 7 hari sebelum dilakukan pengisian nat-nat.

• Celah/nat dibersihkan, disiram air, celah keramik diisi nat sampai


tertutup sempurna.

• Penyelesaian nat dilakukan dengan pembersihan segera dengan


kain, spons, karet, atau roskam.

Tabel 3.7 Tabel finishing lantai

73
Gambar 3.60 Denah pola lantai – lantai 1
Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

Gambar 3.61 Denah pola lantai – lantai 2


Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

74
Gambar 3.62 Denah pola lantai – lantai 3
Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

Gambar 3.63 Denah pola lantai – lantai 4


Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

75
Gambar 3.64 Denah pola lantai – lantai atap
Sumber: Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

76
BAB IV
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan pekerjaan dalam suatu proyek merupakan tahap terpenting, karena


dalam tahap ini menentukan hasil akhir dari bangunan yang telah direncanakan dan
dirancang sebelumnya.
Pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan berdasarkan Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS), gambar rencana kerja, petunjuk dari pengawas selama pelaksanaan
pekerjaan, jadwal kerja yang telah disepakati sesuai kontrak, dan peraturan-
peraturan yang mendukung pelaksanaan pekerjaan.
Pada proyek pembangunan Gedung Kuliah Umum (GKU)2 Institut Teknologi
Sumatra ITERA ini terdiri dari beberapa pekerjaan mulai dari pekerjaan persiapan,
pekerjaan tanah, pekerjaan struktur, pekerjaan atap, pekerjaan mekanikal dan
elektrikal, serta pekerjaan arsitektur (finishing). Pada laporan ini akan difokuskan
pada pembahasan pekerjaan arsitektur (finishing).

4.1 Jadwal pelaksanaan


Proyek pembangunan Gedung Kuliah Umum (GKU)2 Institut Teknologi
Sumatra ITERA dimulai pada tanggal kontrak 26 Juli 2022 dengan masa
pelaksanaan 243 hari kalender atau sekitar delapan bulan pelaksanaan dengan
waktu pemeliharaan 360 hari kalender.

Sementara untuk pelaksanaan finishing pada time schedule dilaksanakan


pada mingguke-20 di bulan December 2022 hingga akhir bulan febuari 2023,
Da n di l an j ut ka n de n ga n p e m e l i h a ra a n 3 hum an .

Jadwal pelaksanaan pekerjaan setiap hari pada proyek pembangunan Gedung


Kuliah Umum (GKU)2 Institut Teknologi Sumatra ITERA ini dimulai pada pukul
08.00-12.00 WIB, dan pada pukul 12.00-13.00 WIB pekerjaan dihentikan untuk
makan dan istirahat pekerja. Kemudian pekerjaan akan dilanjutkan kembali lagi

77
pada pukul 13.00-17.00 WIB. Pada waktu tertentu dilanjutkan kerja lembur dari
pukul 19.00-22.00 apabila terjadi keterlambatan pekerjaan atau untuk pencapaian
target.
Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan Proyek Gedung Kuliah Umum
(GKU)2 Institut Teknologi Sumatra ITERA yaitu 360 hari kalender. Laporan
kemajuan pekerjaan dibuat oleh pelaksana pekerjaan (kontraktor) dan di buat
laporan harian, mingguan, dan bulanan kepada Manajemen Konstruksi (MK).

4.2 Tenaga kerja


Salah Satu faktor yang paling penting dalam pelaksanaan pembangunan adalah
tenaga kerja. Penggunaan tenaga kerja harus dilakukan secara efektif dan efisien,
agar dalam pelaksanaan proyek didapatkan hasil yang sesuai dengan perencanaan.
Untuk mencapai hasil kerja yang baik, diperlukan tenaga kerja yang
berpengalaman dan berkompeten serta penempatan yang sesuai dengan
keahliannya agar menghasilkan mutu pekerjaan yang maksimal dan meminimalisir
kesalahn yang terjadi di lapangan nanti.

4.2.1 Jenis tenaga kerja


1. Tenaga kerja harian
Ruang lingkup pekerjaan untuk tenaga kerja harian sifatnya ringan atau
mudah, tidak memerlukan waktu lama dalam pengerjaannya serta sedikit
kapasitasnya.

2. Tenaga kerja borongan


Ruang lingkup pekerjaan untuk tenaga kerja borongan memerlukan waktu
pengerjaan yang lebih lama dan bertahap, sehingga kapasitas pekerjaannya
lebih banyak.

4.2.2 Status tenaga kerja


Pada saat pelaksanaan proyek pembangunan Gedung Kuliah Umum
(GKU) 2 Institut Teknologi Sumatra ITERA ini, status tenaga kerja yang
terlibat ada dua yaitu tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap. Tenaga
kerja tetap umumnya keahliannya dipakai dari tahap awal sampai tahap

78
akhir pekerjaan berlangsung, sedangkan tenaga kerja tidak tetap bekerja
hanya sebagian pekerjaan yang telah dikerjakan oleh tenaga kerja tetap.

4.2.3 Sistem Pengupahan


Sistem pengupahan yang diterapkan pada proyek pembangunan
Gedung Kuliah Umum (GKU)2 Institut Teknologi Sumatra ITERA antara
lain :
3. Upah kerja tetap yaitu upah tetap setiap bulan,
4. Upah harian yaitu upah yang dihitung secara harian yang biasanya
dibayar secara mingguan, yaitu setiap dua minggu sekali dan langsung
dari mandor,
5. Upah lembur yaitu upah yang dibayar untuk pekerjaan yang
dikerjakan di luar jam kerja atau pada hari libur. Biasanya ditentukan
oleh perjanjian sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai.

4.2.4 Asal tenaga kerja


Mayoritas tenaga kerja yang terlibat dalam proyek pembangunan
Gedung Kuliah Umum (GKU)2 Institut Teknologi Sumatra ITERA berasal
dari Pulau Jawa, namun sebagian kecil berasal dari Kota Bandar Lampung
yang merupakan tenaga kerja tambahan untuk menyesuaikan kebutuhan
pekerjaan di lapangan.

4.3 Pelaksanaan pekerjaan finishing

Berikut ini merupakan pekerjaan finishing pada proyek pembangunan Gedung


Kuliah Umum (GKU)2 Institut Teknologi Sumatra ITERA:

4.3.1 Pekerjaan dinding


1. Pekerjaan bata ringan
a. Pekerjaan perisapan
• Mempersiapkan shop drawing untuk mengetahui letak

• marking.

• Membesihkan area yang akan dimarking.

79
• Marking area dilaksanakan menggunakan meteran dan sipatan
agar garis marking lurus dan terlihat.

Gambar 4.1 Pengukuran area marking dengan meteran


Sumber : Dokumentasi lapangan

Gambar 4.2 Proses marking dengan sipatan


Sumber : Dokumentasi lapangan

Gambar 4.3 Marking area dinding dan opening.


Sumber : Dokumentasi lapangan

• Mempersiapkan bahan material yang akan digunakan dalam


pelaksanaan pekerjaan, diantaranya adalah bata ringan/hebel,

80
mortar thin bed, semen portland, pasir, split, air serta besi tulangan
berdiameter 10 mm dan 6 mm yang digunakan sebagai tulangan
kolom praktis.

• Mempersiapkan alat yang akan digunakan dalam pekerjaan,


diantaranya adalah cutting wheel, electric mixer, gerinda tangan,
kapak, gergaji tangan, benang acuan, cetok semen, unting-unting,
paku, palu, ember, meteran dan waterpass.

b. Pelaksanaan pekerjaan
• Bata ringan/hebel yang digunakan dalam proyek ini memiliki
dimensi panjang 60 cm, lebar 20 cm dan tebal 10 cm.

Gambar 4.4 Perspektif bata ringan atau hebel.


Sumber : Skestsa penulis
• Air yang digunakan untuk campuran adukan adalah air yang
bersih dan tidak mengandung zat kimia apa pun.

• Bahan perekat bata ringan/hebel adalah mortar thin bed dari


Mortar Nasional (MONAS) yang sesuai dengan spesifikasi pada
BAB III, Sub Bab : Macam spesifikasi dan persyaratan material.

• Ukuran batu bata dapat disesuaikan dengan kebutuhan ruang


menggunakan cutting wheel, gerinda tangan, kapak, ataupun
gergaji tangan.

• Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan dinding bata ringan


adalah cutting wheel, electric mixer, gerinda tangan, kapak,
gergaji tangan, benang acuan, cetok semen, unting- unting, paku,

81
palu, ember, meteran dan waterpass.

• Untuk pemasangan bata ringan yang terlalu tinggi menggunakan


perancah atau scaffolding.

• Pemberian kolom dan balok praktis setiap luasan dinding 12 m


dan opening menggunakan besi tulangan 10 dan 6 mm.

• Lokasi pemasangan terdapat pada seluruh dinding di setiap lantai.

c. Teknis pelaksanaan
• Pada tahap persiapan telah dilaksanakan marking berupa garis
pada bidang kerja. Tahap selanjutnya adalah pemasangan acuan
dinding dengan cara menarik benang sebagai lot. Acuan
menggunakan nilon untuk menjaga kerataan pasangan batu bata
yang akan dipasang setinggi ± 20 cm.

Gambar 4.5 Penarikan benang acuan


Sumber : Sketsa penulis

Benang acuan

Gambar 4.6 Benang acuan pada pemasangan bata ringan


Sumber : Dokumentasi lapangan

82
• Basahi dasar permukaan lantai yang telah di-marking dengan air,
guna mendapatkan kejenuhan beton. Tunggu hingga air cukup
menyerap pada lantai. Hal ini dilakukan agar adukan perekat bata
dapat merekat dengan sempurna

• saat pasangan bata sudah dalam keadaan kering (tidak mudah


goyang dan retak).

• Campurkan mortar MONAS thin bed dengan air sesuai dengan


spesifikasi produk mortar yaitu dengan perbandingan 9 - 10 liter
/Sak 50kg menggunakan electric mixer ataupun secara manual
hingga menjadi pasta selama 3 atau 4 menit.

Gambar 4.7 Pencampuran mortar dengan air secara manual


Sumber : Dokumentasi lapangan

• Beri adukan spesi sebagai lapisan antara lantai dengan bata ringan
(leveling) setebal 5 cm sesuai dengan screeding lantai yang akan
dibuat pada tahap pekerjaan lantai.

Gambar 4.8 Adukan spesi setebal 5 cm (leveling)


Sumber : Dokumentasi lapangan

83
• Pemasangan bata ringan dimulai dari tepi, dengan lapis bagian
pertama adalah pasangan utuh, kemudian lapis kedua bagian tepi
adalah ½ bata. Pemotongan bata ringan bisa menggunakan cutting
wheel, gerinda tangan, kapak, ataupun gergaji tangan.

Gambar 4.9 Pemasangan bata dimulai dari tepi


Sumber : Sketsa penulis

Gambar 4.10 Pemotongan bata ringan menggunakan cutting


wheel
Sumber : Dokumentasi lapangan

Gambar 4.11 Pemotongan bata ringan menggunakan gergaji


Sumber : Dokumentasi lapangan

84
Gambar 4.12 Pemotongan hebel menggunakan gergaji tangan
Sumber : Dokumentasi lapangan

• Bor pelat lantai untuk pemasangan stek kolom praktis.


Pemasangan kolom praktis setiap 12 m2 luasan dinding dan juga
di setiap opening pada dinding. Diameter stek adalah 6 mm
dengan panjang 40 cm.

Gambar 4.13 Pemasangan stek kolom praktis


Sumber : Dokumentasi lapangan

• Beri adukan pasta mortar dengan ketebalan siar ± 3 mm dengan


cetok semen, kemudian letakan bata ringan secara perlahan
dengan sedikit ditekan. Adukan mortar yang melebar ke samping
akan diratakan dengan cetok semen. Setiap 1 m tinggi dinding
diharuskan memasang dowel yang terhubung dengan kolom
praktis yang sudah terpasang. Kegiatan tersebut diulang hingga
selesai.

85
Gambar 4.14 Pemberian mortar setebal ± 3 mm sebagai perekat
bataringan
Sumber : Dokumentasi lapangan

Gambar 4.15 Meletakan bata ringan secara perlahan dengan


sedikit ditekan
Sumber : Dokumentasi lapangan

Dowel

Gambar 4.16 Pemasangan dowel pada setiap 1 m ketinggian


dinding
Sumber : Dokumentasi lapangan

86
• Bata ringan dipasang hingga ketinggian ± 1,5 m, Selama proses
pemasangan harus selalu di cek verticality dan horizontality
menggunakan waterpass setiap ± 1,5 m tinggi dinding.

Gambar 4.17 Pengecekan verticality dan horizontality


menggunakan waterpass
Sumber : Sketsa penulis

• Pasang bekisting kolom praktis sesuai ketinggian pasangan bata


ringan yaitu ± 1,5 m untuk dilakukan pengecoran kolom praktis.

Gambar 4.18 Pengecoran kolom praktis mengikuti ketinggian


pasangan bata ringan
Sumber : Sketsa penulis

87
Gambar 4.19 Pemasangan kolom praktis pada dinding dengan
luas >12 m² dan opening jendela dan pintu.
Sumber : Dokumentasi lapangan

2. Pekerjaan plesteran
Pada proyek pembangunan Gedung Kuliah Umum (GKU) 2
Institut Teknologi Sumatra ITERA, pekerjaan palsteran yang pertama
dilakukan adalah plester setiap kolom, shear wall kemudian dinding
bata ringan.

a. Pekerjaan persiapan
• Siapkan peralatan yang digunakan yaitu benang untuk lot,
ember, electric mixer, cetok semen, trowel atau roskam
• kayu, waterpass, meteran dan jidar dengan panjang ± 2 m yang
sesuai spesifikasi teknis.
• Siapkan material yang akan digunakan yaitu mortar khusus
plester dan juga air.
• Pada pekerjaan plester bata ringan pastikan adukan perekat
pada dinding bata ringan telah kering dan siap untuk diplester.
Waktu pengeringan adalah sekitar 3 hari.
• Bersihkan kolom, shear wall, serta dinding pasangan bata
ringan dari debu, minyak, papan bekisting dan kotoran- kotoran
lainnya yang dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan plesteran
atau mengurangi daya rekat adukan plesteran.

b. Pelaksanaan pekerjaan

88
• Pekerjaan plester dapat dilakukan bersama dengan pemasangan
bata ringan pada bagian kolom dan shear wall yang tidak bertemu
langsung dengan dinding bata ringan. Pada pekerjaan plester
dinding bata ringan plesteran harus dilakukan setelah pasangan
dinding selesai terpasang dan mengering.
• Material utama yang digunakan adalah Mortar Nasional
(MONAS) plaster max 50kg sesuai dengan spesifikasi teknis yang
telah dibahas pada Bab III, Sub Bab: Macam Spesifikasi,
Persyaratan Material
• Air yang digunakan untuk campuran adukan adalah air yang
bersih dan tidak mengandung zat kimia apa pun.
• Peralatan yang digunakan yaitu benang untuk lot, ember, cetok
semen, trowel atau roskam kayu, waterpass, meteran dan jidar
dengan panjang ± 2 m.
• Untuk area yang relatif tinggi atau bagian tertentu yang sulit
dijangkau dapat menggunakan scaffolding yang telah disiapkan.

c. Teknis pemasangan
• Pasang lotan secara horizontal dan vertikal menggunakan
benang guna mendapatkan acuan agar plesteran dapat ter aplikasi
dengan tegak lurus.

89
Gambar 4.20 Pemasangan benang lot sebagai acuan
Sumber : Sketsa penulis

Benang Lot

Unting-unting

Gambar 4.21 Pengukuran ketegakan aluminium hollow


menggunakan benang lot dan unting-unting
Sumber : Dokumentasi lapangan

• Pada pekerjaan plester kolom dan shear wall dipasang


aluminium hollow sebagai kepalaan plester setinggi kolom ataupun
shear wall pada kedua sisi bidang yang akan di plester sesuai dengan
ketebalan yang telah disesuaikan dan diukur ketegakannya
menggunakan benang lot dan bandul. Aluminium hollow tersebut
akan dikunci menggunakan besi tulangan yang dibuat melengkung
membentuk huruf U.

Besi pengunci
Akuminium hollow

Gambar 4.22 Pemasangan Aluminium hollow pada kedua sisi


bidang kolom dengan besi tulangan sebagai pengunci
Sumber : Dokumentasi lapangan

• Pada saat pengadukan plester, mortar plester diaduk bersama


dengan air menggunakan electric mixer ataupun dengan cara manual

90
hingga merata atau homogen selama 3-5 menit. Adukan dalam
ember harus diaplikasikan tidak lebih dari 60 menit setelah adukan
tercampur rata.

Gambar 4.23 Adukan mortar plester secara manual


Sumber : Dokumentasi lapangan

Gambar 4.24 Adukan mortar plester menggunakan electric mixer


Sumber : Dokumentasi lapangan

• Pada plesteran dinding bata ringan dibuat kepalaan horizontal


pada bagian atas dan bawah yang berdekatan dengan benang lot, dan
kepalaan vertikal dengan jarak 1,5 m. Kepalaan akan dibiarkan
selama 24 jam.

Gambar 4.25 Kepalaan plester sebagai acuan


Sumber : Sketsa penulis

91
Kepalaan
plester

Gambar 4.26 Pembuatan kepalaan plester sebagai acuan


Sumber : Dokumentasi Lapangan

• Plester diaplikasikan pada pasangan bata ringan, kolom,


ataupun shear wall menggunakan roskam kayu atau cetok semen
dengan ketebalan yang tidak melebihi kepalaan yaitu 1 - 1,5 cm
sampai seluruh bidang tertutup adukan.

Gambar 4.27 Pengaplikasian plester sesuai dengan acuan


Sumber : Sketsa penulis

Gambar 4.28 Pengaplikasian plester pada kolom


Sumber : Dokumentasi lapangan

92
Gambar 4.29 Pengaplikasian plester pada shear wall
Sumber : Sketsa penulis

Gambar 4.30 Pengaplikasian plester pada dinding


Sumber : Dokumentasi lapangan

• Ratakan plester menggunakan jidar secara vertikal dari bawah


ke arah atas dalam waktu maksimum setengah jam dari tahap
aplikasi plester, untuk memastikan kerataan plester.

Gambar 4.31 Perataan plester menggunakan jidar


Sumber : Sketsa penulis

93
Jidar

Gambar 4.32 Perataan plester menggunakan jidar pada kolom


Sumber : Dokumentasi lapangan

Gambar 4.33 Hasil plesteran pada dinding


Sumber : Dokumentasi lapangan

• Setelah plester rata dan tidak bergelombang sampai pada


dinding bagian atas, potong plesteran akhiran dengan menggunakan
alat roskam. Diamkan plesteran mengering selama ± 3 hari.

94
Gambar 4.34 Hasil plesteran pada kolom
Sumber : Dokumentasi lapangan

Gambar 4.35 Hasil plesteran Shear wall


Sumber : Dokumentasi lapangan

3. Pekerjaan acian
a. Pekerjaan persiapan
• Pastikan plesteran telah kering dan siap untuk diaci. Pada
umumnya waktu pengeringan plesteran adalah 3 hari.
• Siapkan peralatan yang akan digunakan, electric mixer, ember,
cetok semen, dan roskam besi.
• Siapkan material utama yang akan digunakan yaitu mortar acian
dan air.
• Bersihkan plesteran (media tempat akan diaplikasikannya

95
acian) dari serpihan dan minyak yang dapat mengurangi daya rekat
adukan.
• Pelaksanaan pekerjaan
• Pekerjaan acian dilakukan setelah plesteran mengering. Acian
berguna sebagai plester halus pasangan dinding bata ringan kecuali
pada area tertentu (wett area).
• Material utama yang digunakan adalah MONAS ( Mortar
Nasional ) dengan jenis Acian Plester 50 gsesuai dengan spesifikasi
teknis yang telah dibahas pada Bab III, Sub Bab: Macam
Spesifikasi, Persyaratan Material.
• Air yang digunakan untuk campuran adukan adalah air yang
bersih dan tidak mengandung zat kimia apa pun.

b. Teknis pelaksanaan
• Campurkan mortar acian dengan air menggunakan electric
mixer ataupun dapat dilakukan secara manual selama 3 atau 4 menit
hingga rata / homogen. Adukan dalam ember tidak lebih dari 90
menit harus diaplikasikan.

Gambar 4.36 Pencampuran mortar acian dengan air


Sumber : Dokumentasi lapangan

96
Gambar 4.37 Hasil adukan acian
Sumber : Dokumentasi lapangan

• Aplikasikan adukan acian menggunakan roskam besi dengan


tarikan dari bawah ke atas dengan ketebalan maksimal 1,5 – 3 mm
pada lapisan plester. Tarikan harus rata dan tidak bergelombang.

Roskam besi

Gambar 4.38 Pengaplikasian acian pada kolom


Sumber : Dokumentasi lapangan

Gambar 4.39 Pengaplikasian acian pada shear wall


Sumber : Dokumentasi lapangan

Gambar 4.40 Pengaplikasian acian pada tangga


Sumber : Dokumentasi lapangan

97
• Dalam kondisi setengah kering haluskan kembali acian dengan
menggunakan roskam besi untuk mendapatkan permuakaan yang
halus.

Gambar 4.41 Menghaluskan acian dalam keadaan setengah


kering menggunakan roskam besi
Sumber : Dokumentasi lapangan

• Acian tidak boleh digosok dengan kertas semen, ampelas, atau


sejenisnya. Biarkan acian mengering minimum 5 hari sebelum
dilakukan pengecatan. Cat yang digunakan setelah pengacian adalah
cat interior dan cat weathershield dari merek Nippon Paint.

Gambar 4.42 Hasil acian pada kolom


Sumber : Dokumentasi lapangan

4. Pekerjaan dinding keramik

98
a. Pekerjaan persiapan
• Mempersiapkan material yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini, diantaranya adalah mortar perekat yaitu
DRY MIX Mortar tile adhesive, air dan keramik dinding dimensi 30
x 60 cm.
• Mempersiapkan alat yang digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan ini, diantaranya adalah cetok semen, alat potong keramik,
benang sebagai lot, meteran, waterpass, palu karet dan paku.

b. Pelaksanaan pekerjaan
• Keramik yang digunakan untuk dinding kamar mandi
menggunakan keramik dengan dimensi 30 cm x 60 cm.
• Alat yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini,
diantaranya adalah cetok semen, alat potong keramik, benang
sebagai lot, meteran, waterpass, palu karet dan paku.

c. Teknis pelaksanaan
• Dinding yang akan dipasang pasangan keramik terlebih dahulu
dilakukan penyiraman dengan air bersih,
• Dinding sebelum dipasang keramik harus di pasang
waterproofing dengan menggunakan fosroc gray dengan ketinggian
150 cm dengan cara di kuas pada dinding kamar mandi saja.
• Membuat acuan benang sebagai lot untuk menentukan
ketebalan keramik, nat-nat vertikal dan horizontal, serta garis
tengah.
• Campur DRY MIX Mortar tile adhesive 25 kg dengan
perbandingan 6 – 7 liter air dengan menggunakan electric mixer
secara bertahap dan aduk sampai rata selama 3 atau 4 menit.
• Aplikasikan adukan ke keramik yang akan dipasang secara
merata selebar permukaan keramik,
• Arah pemasangan adalah dari lapisan paling bawah kemudian
menerus ke arah horizontal dan ke atas. Pemasangan perlu diarahkan
dan dikontrol agar nat-nat horizontal dan vertikal terlihat sama dan
sesuai dengan keinginan, ketebalan adukan mortar DRY MIX

99
Mortar tile adhesive ± 3 - 15 mm.
• Memukulkan palu karet pada keramik sehingga mortar tersebar
merata dan posisi keramik berada posisi yang benar, baik arah
horizontal maupun vertikal,
• Setelah keramik benar-benar kering, celah nat dibersihkan dari
debu dan kotoran kemudian dilakukan pengisian celah nat dengan
bahan DRY MIX Sanitized Tile Grout.
• Dilakukan pengukuran kembali kerataan permukaan dengan
menggunakan waterpass.

Gambar 4.43 Potongan-A typical toilet


Sumber : Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

100
Gambar 4.44 Potongan-B typical toilet
Sumber : Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

Gambar 4.45 Potongan-C typical toilet


Sumber : Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

Gambar 4.46 Potongan-D typical toilet


Sumber : Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

5. Roster
a. Pekerjaan Persiapan
• Mempersiapkan bahan materia yang akan digunakan dalam
pekerjaan pemasangan roster dengan ukuran 20 x 20 dengan tebal
10 cm dan MONAS (Mortar Nasional) dengan jenis yang sama pada
saat pemasangan hebel, yaitu jenis mortar thin bed 50 Kh dan air
yang bersihserta terhindar dari zat kimia.

101
• Mempersiapkan alat yang akan digunakan. Dalam pelaksaan
pekerjaan ini, diantaranya adalah cetok semen, benang sebagai lot,
meteran, waterpass, paku, palu, dan amplas.

b. Pelaksanaan Pekerjaan
• Roster yang digunakan dalam proyek ini yatu roster beton
dengan motif yang sudah ditentukan dengan ukuran 20 x 20 cm
dengan ketebalan 10 cm.
• Jarak antar roster kurang lebih 3 mm.
• Untuk ketinggian roster pada proyek ini adalah yang sesuai
dengan Shopdrawing yaitu (120-220) cm dari lantai tangga (bordes
tangga).

c. Teknis Pelaksanaan
• Sebelum memulai proses pemasangan roster beton,
pertamatama kamu harus membuat perencanaan pola terlebih
dahulu
• Roster bisa di pasang dengan beraneka agam dan juga bisa
disesuaikan dengan bentuk roster yang ada.
• Ukur bagian yang akan di pasang roster dengan meteran.
• Proses pengukuran ini sangat penting, sebab berperan sebagai
penentu terhadap jarak penempatan roster yang ada.
• Agar hasilnya lebih presisi menggunakan water pas.
• Tarik tali benang lot sesuai dengan yang diinginkan/ditentukan
MK.
• Proses Chipping (Mengikis dinding beton)
• Setelah alat dan bahan siap, susun roster sesuai pola dengan
mengikuti tali benang yang sudah di pasang.
• Rekatkan setiap susunan roster dengan adonan semen mortar-
thin bed yang sudah disiapkan.
• Setelah semua roster terpasang, bershkan menggunakan Kape,
lalu masukkan semen putih pada bagian nat roster beton yang
terpasang.

102
• Ampelas roster beton yang sudah diberi nat semen putih agar
hasinya rapih.

4.3.2 Pekerjaan Kusen


1. Pekerjaan kusen pintu dan jendela aluminium
a. Pekerjaan persiapan
• Mempersiapkan material yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini, diantaranya adalah sealant, baut fisher,
paku rivet, rangkaian pintu atau jendela siap pasang (terdiri dari
kusen, daun pintu dan kaca), aksesoris seperti kunci, roda, engsel,
handle, door closer.
• Mempersiapkan alat yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pemasangan kusen aluminium yaitu obeng, bor listrik, sealent gun,
dan baji karet atau kayu,
• Melakukan marking pada area kerja yang akan dipasang kusen
dan jendela aluminium sesuai dengan gambar kerja,
• Pelaksanaan pekerjaan
• Melakukan marking pada area kerja yang akan dipasang kusen
dan jendela aluminium sesuai dengan gambar kerja,
• Perakitan kusen, dan pintu jendela sebagian besar dilakukan di
lapangan,
• Peralatan yang digunakan yaitu obeng, bor listrik, sealant gun,
dan baji karet atau kayu.

b. Teknis pelaksanaan
• Pasang kusen jendela/pintu aluminium pada lokasi yang
ditentukan (sesuai tipe), sesuaikan ukuran kusen dengan lubang
tempat kusen tersebut dengan selisih ± 1 cm,
• Sisipkan baji karet/kayu pada sisi–sisi kusen agar tepat dan atur
kelurusan kusen dengan dinding,
• Lubangi dinding melalui lubang kusen dengan menggunakan
bor listrik untuk tempat sekrup.
• Lubangi tembok/dinding melalui lubang kusen pintu dan

103
precast dengan bor, untuk tempat sekrup dan masukkan baut fischer
ke dalam lubang tersebut lalu atur aksesorinya (kunci, grendel,
engsel, roda, dan lain-lain). Kemudian finish dinding dengan adukan
semen /mortar /sealant (pengisian celah antara tembok dengan
kusen), agar tidak terjadi rembesan bila ada tempias air hujan.
• Beri perlindungan terhadap pintu dan jendela yang sudah
terpasang seperti isolasi kertas atau plastik pada bagian yang rawan
goresan.

Gambar 4.47 Detail kusen jendela tipe-W.01


Sumber : Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

104
Gambar 4.48 Detail kusen jendela tipe-W.02
Sumber : Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

Gambar 4.49 Detail kusen jendela tipe-W.03


Sumber : Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

105
Gambar 4.50 Detail kusen jendela tipe-W.04
Sumber : Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

4.3.3 Pekerjaan plafon


1. Pekerjaan plafon gypsum board
a. Pekerjaan persiapan
• Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan untuk
pekerjaan plafon yaitu meteran, benang acuan, paku, palu, ramset,
bor listrik circle saw, dan waterpass.
• Mempersiapkan bahan material yang plafon yaitu gypsum
goard, besi hollow, metal furing, sekrup gypsum, fischer, dan
compound.

b. Pelaksanaan pekerjaan
• Gypsum Board yang dipakai adalah dari merek Jayaboard
dengan ukuran 120 x 240 cm, tebal 9 mm
• Rangka langit-langit menggunakan besi hollow 4x4 cm tebal
0.9 mm.

c. Teknis pelaksanaan

106
• Melakukan pengukuran ketinggian plafon yang akan dipasang
dengan meteran,
• Memasang benang sebagai acuan pemasangan plafon pada
dinding yang akan dipasang plafon dengan paku sebagai pengaitnya,
dengan ketinggian plafon ± 3 m dari permukaan lantai,
• Batang-batang hollow untuk rangka langit-langit dipasang rata
sesuai ukuran yang telah ditentukan. Batang hollow yang dipasang
di pasangan bata harus difiser masuk dalam tembok sedalam 5 cm.
Pada sambungan antar modul dilas dan disekrup.
• Seluruh rangka langit-langit digantungkan pada pelat beton dan
atau atap dengan menggunakan penggantung dari logam galvanized
suspension / kawat seng BWG 14 yang dapat diatur ketinggiannya
dan dibuat sedemikian rupa sehingga seluruh rangka dapat melekat
dengan baik dan kuat pada pelat beton dan tidak dapat berubah-ubah
bentuk lagi.
• Setelah rangka hollow terpasang dengan benar, rata, dan kuat,
serta instalasi ME sudah terpasang, maka lembaran gypsum board
dapat mulai dipasang.
• Sebelum pemasangan sekrup pastikan bor sekrup disesuaikan
benar, sehingga kepala sekrup hanya masuk sedikit ke dalam
permukaan lembaran gypsum board.
• Sekrup berfungsi sebagai titik perkuatan, dan dipasang pada
jarak maksimal 30 cm.
• Setelah lembaran gypsum terpasang, cek kembali leveling
• permukaan plafon.
• Sambungan antara pertemuan gypsum diberi textile tape dan
dicompound kemudian digosok dengan ampelas untuk mendapatkan
permukaan yang rata.

107
• Tutup semua kepala sekrup dengan compound lalu gosok
dengan ampelas halus, finishing gypsum adalah cat emulsi, yang
warnanya akan ditentukan kemudian.

Gambar 4.51 Detail plafon gypsum board 1


Sumber : Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

Gambar 4.52 Detail Plafon gypsum board 2


Sumber : Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

108
300cm hollow

Gambar 4.53 Pemasangan rangka plafond


Sumber : sketsa penulis

Gambar 4.54 Pemasangan rangka plafond


Sumber : Foto Lapangan

Gambar 4.55 Detail pemasangan Paku


penggantung rangka

60c

120

Gambar 4.56 Proses pemasangan penggantung rangka plafond


Sumber : sketsa penulis

109
4.3.4 Pekerjaan lantai

1. Pekerjaan screeding lantai


a. Pekerjaan persiapan
• Mempersiapkan peralatan yang digunakan seperti automatic
level atau waterpass, trowel atau roskam kayu, meteran dan jidar
dengan panjang ± 2 m yang sesuai spesifikasi teknis.
• Sebelum pelaksanaan pekerjaan screeding, lantai harus
dibersihkan dan dibasahi terlebih dahulu agar tidak ada kotoran
yang mengurangi efektivitas mortar.
• Membuat kepalaan screed menggunakan waterpass dan adukan
spesi.

b. Pelaksanaan pekerjaan
• Material screeding adalah mortar ready mix tanpa koral yang
memilik kekuatan tekan tinggi setara dengan mutu beton K-300
berdasarkan standar acuan produk.
• Material kepalaan screeding adalah semen portland padang
kelas 1, sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah dibahas pada
Bab III, Sub Bab: Macam Spesifikasi, Persyaratan Material.
• Air yang digunakan untuk campuran adukan kepalaan screed
adalah air yang bersih dan tidak mengandung zat kimia apapun.
• Peralatan yang digunakan pada proses screeding adalah
automatic level atau waterpass, trowel atau roskam kayu, meteran
dan jidar dengan panjang ± 2 m.
• Alat-alat penuangan mortar ready mix seperti talang, pipa chute
dan sebagainya harus selalu bersih dan bebas dari lapisan-lapisan
beton yang mengeras.

c. Teknis pelaksanaan
• Basahi dasar permukaan lantai yang akan dibuat panduan
kepalaan screed dengan air, guna mendapatkan kejenuhan beton dan
tunggu hingga air cukup menyerap pada lantai.

110
• Tentukan titik panduan kepalaan screed menggunakan
automatic level atau waterpass dengan jarak setiap titik adalah 1,5
m, buat panduan kepalaan screed menggunakan adukan spesi dan
pecahan keramik sebagai acuan kerataan dengan ketebalan 5 cm.
• Setelah pandual kepalaan dibuat, selanjutnya pembuatan
kepalaan secara memajang secara horizontal menggunakan adukan
spesi yang sama dengan panduan kepalaan, dan diratakan
menggunakan jidar. Diamkan minimal selama 24 jam sebelum
proses screeding dilaksanakan.
• Sebelum pelaksanaan pengecoran screeding, lantai harus
dibersihkan dan dibasahi terlebih dahulu agar tidak ada kotoran
yang mengurangi efektivitas adukan mortar.
• Pengecoran di lakukan dengan ready mix tanpa koral yang
didatangkan dari PT. Ardi Mix menggunakan mixer truck
berkapasitas maksimum 5–7 m3. Untuk memudahkan pekerjaan
screeding digunakan Concrete Pump untuk mencapai semua titik
screed yang telah dibuat.

Gambar 4.57 Mixer truck dan concrete pump


Sumber : Dokumentasi lapangan

• Mortar ready mix yang dibawa mixer truck dituangkan


menggunakan concrete pump secara berurutan di antara kepalaan,
dan pekerja menggunakan alat penggaruk beton untuk menyebar
adukan ke seluruh area lantai. Penyebaran adukan ini dilakukan oleh
10 - 13 orang pekerja hingga adukan tersebar secara merata dan

111
tinggi adukan tidak lebih dari ketinggian kepalaan yang telah dibuat
yaitu 5 cm.
• Ratakan adukan screed menggu nakan jidar secara horizontal
dari depan ke belakang hingga rata. Penjidaran dilakukan oleh 2 - 3
orang dalam sekali penjidaran untuk memudahkan pekerjaan
sekaligus mendapatkan hasil yang maksimal.
• Setelah lantai screed diratakan menggunakan jidar, lantai
dihaluskan menggunakan roskam kayu.
• Dibutuhkan waktu setidaknya 28 hari bagi lantai screed yang
baru dibuat tersebut untuk dapat mengering dengan sempurna.

2. Pekerjaan Homogeneous Tile


a. Pekerjaan persiapan
• Mempersiapkan bahan material yang akan digunakan dalam
pekerjaan homogeneous tile yaitu homogeneous tile dengan merek
Granito ukuran 60 x 60 cm, yang terdiri atas warna yaitu White
Pearl Polish. Mortar Tile Adhesive, air, dan tile grout.
• Mempersiapkan alat yang digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan ini, diantaranya adalah cetok semen, alat potong keramik,
benang sebagai lot, meteran, waterpass, palu karet dan paku.

b. Pelaksanaan pekerjaan
• Keramik yang digunakan dalam proyek ini yaitu homogeneous
tile merek Granito dengan dimensi 60 cm x 60 cm yang terdiri atas
warna yaitu White Pearl Polish.
• Untuk lantai kamar mandi, jarak antar keramik ± 3 mm.
• Untuk elevasi lantai kamar mandi/WC turun 5 cm dari elevasi
lantai normal.

c. Teknis pelaksanaan
• Mengukur elevasi/kondisi permukaan seluruh lantai, kemudian
menetapkan elevasi akhir pekerjaan homogeneous tile .

112
• Campur Mortar tile adhesive 50 kg dengan perbandingan 6–7
liter air dengan menggunakan electric mixer secara bertahap dan
aduk sampai rata selama 3 atau 4 menit.
• Aplikasikan adukan mortar ke homogeneous tile yang akan
dipasang secara merata selebar permukaan homogeneous tile.
Ketebalan adukan Mortar tile adhesive ± 3-15 mm.
• Pembuatan acuan elevasi sesuai gambar kerja, untuk
kerataannya dan penempatan nat-nat dibantu dengan pemasangan
benang ukur. Titik mulai pekerjaan dan penempatan motif
homogeneous tile harus diukur dengan tepat.
• Letakan homogeneous tile di atas lantai yang sudah disiapkan,
ketuk dan tekan dengan palu karet agar adukan rata dan padat serta
keramik rata dengan lot yang telah dipasang,
• Untuk pemasangan keramik pada lantai kamar mandi, jarak
antar keramik ± 3mm. Dan pada akhir pemasangan celah tersebut
dapat ditutup nat dengan bantuan kain, spons, karet, atau roskam.
• Kemudian permukaan keramik dilap dengan kain basah agar
sisa adukan yang ada pada permukaan keramik tidak mengering dan
mengotori keramik,
• Setelah keramik benar - benar kering, celah nat dibersihkan dari
debu dan kotoran kemudian dilakukan pengisian celah nat dengan
bahan DRY MIX Sanitized Tile Grout.
• Dilakukan pengukuran kembali kerataan permukaan dengan
menggunakan waterpass.

Gambar 4.58 Detail potongan lantai


Sumber : Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA

113
4.4 Pembahasan

Sub bab pembahasan ini berisi mengenai alasan teknis, perubahan, dan
penyimpangan yang terjadi saat proses pelaksanaan proyek pembangunan
Gedung Kuliah Umum (GKU)2 Institut Teknologi Sumatra ITERA ini serta
membandingkan antara perencanaan awal pada BAB III dengan pelaksanaan
di lapangan yang berdasarkan hasil pengamatan di lapangan selama kerja
praktik (KP) berlangsung dengan panduan spesifikasi persyaratan dan teknis
pelaksanaan.

4.4.1 Macam spesifikasi dan persyaratan peralatan


Secara keseluruhan alat-alat yang digunakan pada proyek
pembangunan Gedung Kuliah Umum (GKU)2 Institut Teknologi Sumatra
ITERAini sudah memenuhi persyaratan, Tetapi ada beberapa Kendala
dalam penyimpanan besi kolom praktis Karena ditaruh di tempat yang
terkena dinar matahari mengakibatkan ada besi yang berkarat.

4.4.2 Jenis spesifikasi dan persyaratan material


Sebagian besar material yang digunakan pada pelaksanaan proyek
pembangunan Gedung Kuliah Umum (GKU)2 Institut Teknologi Sumatra
ITERAini sudah sesuai dengan standar perencanaan yang ada, namun
banyaknya material sisa seperti mortar yang dibiarkan begitu saja
mengakibatkan material mengeras dan tidak dapat digunakan kembali
Dan until fasilitas Gudang penyimpanan K3 seperti helm proyek, rompi
kurang tersusun rapih.

4.4.3 Persyaratan dan teknis pelaksanaan

a. Pekerjaan Dinding
Pekerjaan pemasangan dinding hebel secara keseluruhan mengacu
dengan gambar kerja. Untuk pemasangan dinding hebel disetiap ruang
tidak banyak kendala hanya saja pemasangannya belum 100% selesai,
membutuhkan lebih banyak waktu.

114
Gambar 4.59 Pengerjaan Pemasangan Hebel
Sumber : Dokumentasi lapangan

• Kurangnya pekerja pada awal pekerjaan pemasangan dinding


bata ringan yang mengakibatkan keterlambatan pemasangan bata
ringan. Kurangnya pekerja diakibatkan pekerjaan dilaksanakan pada
Bulan Ramadhan yang mengakibatkan banyaknya pekerja yang
berasal dari Pulau Jawa cuti lebih awal pada pertengahan Bulan
Ramdhan dan baru dapat kembali 2 minggu setelah perayaan Idul
Fitri akibat pembatasan yang ditetapkan oleh pemerintah.

b. Pekerjaan plesteran
• Bidang dinding bata ringan, kolom, ataupun shear wall yang
akan diplester tidak dibasahi terlebih dahulu.

Gambar 4.60 Bidang yang akan diplester tidak dibasahi terlebuh


dahulu.
Sumber : Dokumentasi lapangan

• Pekerjaan plester dilaksanakan bersamaan dengan pekerjaan


ME sehingga terdapat beberapa titik plesteran yang tidak selesai

115
karena penanaman pipa kabel listrik belum selesai. Penambalan
akibat pekerjaan ME tersebut menggunakan mortar plester.

Gambar 4.61 Plester yang tidak selesai akibat penanaman pipa


kabel listrik belum selesai.
Sumber : Dokumentasi lapangan

• Pada pekerjaan plesteran masih kurangnya pekerja yang


menggunakan alat safety seperti helm proyek,rompi,Dan sepatu
boat sehingga sangat beresiko terjadinya kecelakaan saat
pengerjaan.

Gambar 4.62 Pengerjaan Plesteran


Sumber : Dokumentasi lapangan
c. Pekerjaan acian
• Pekerjaan acian kolom dan shear wall didahulukan karena
pekerjaan pemasangan bata ringan belum selesai.
• Bidang plester kolom atau shear wall yang akan diaci tidak
dibasahi terlebih dahulu.

116
d. Pekerjaan lantai
• Pekerjaan screeding
• Pekerjaan screeding dilaksanakan sesuai dengan rencana kerja
dan syarat-syarat yang telah ditetapkan, namun terdapat beberapa
area yang mengalami retak rambut pada lantai yang sudah
dilaksanakan screeding, dan terdapat beberapa jejak kaki pekerja
yang menginjak lantai screed sebelum kering, yang menyebabkan
beberapa permukaan tidak rata.

e. Pekerjaan Homogeneous Tile


• Elevasi pada lantai toilet terlalu dangkal yaitu hanya turun 2 cm
dari elevasi lantai normal.

117
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan selama 3 bulan melaksanakan kerja praktik di proyek
pembangunan Gedung Kuliah Umum (GKU)2 Institut Teknologi Sumatra ITERA
serta deskripsi Pembahasan dan teknis pelaksanaan, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa:
1. Pekerjaan pemasangan bata pada proyek ini menggunakan bata hebel yang
dimana penggunaan bata hebel tidak menggunakan semen melainkan
menggunakan jenis semen mortar dengan spesifikasi thin bed yang di
oleskan tipis pada hebel penggunaan mortar juga sangat mengefisiensi
waktu pekerjaan pada proyek sehingga pekerjaan proyek dapat lebih cepat.
2. Pekerjaan plester pada proyek ini bertahap dan bersamaan dengan pekerjaan
ME dimulai pada lantai satu hingga lantai empat tetapi ada sebagian yang
belom di plester karena adanya pembobokan tembok untuk menanam pipa
kabel.pekerjaan plesteran ini juga menggunakan mortar dengan jenis plester
max.
3. pemasangan Kolom,Balok dan Platlantai pada proyek ini sedikit lebih cepat
karena digunakan system bekisting atau dicetak terlebih dahulu atau di
pabrikasi setelah itu baru dipasang satu per satu menggunakan crane
sehingga pekerjaan struktur lebih cepat.
4. Pada pekerjaan struktur kolom dan balok banyak terjadi keretakan tipis
sehinnga perlunya untuk di perbaiki atau di tambal lagi.
5. pekerjaan lantai menggunakan lantai Homogeneous Tile 60x60 cm tetapi
banyak sekali kekurangan seperti banyaknya lantai yang tidak merata saat
pemasangan mortar saat dilapangan sehingga mengakibatkan banyaknya
lantai yang kopong saat di ketuk menggunakan paralon.
6. Bidang yang akan diplester atau diaci tidak dibasahi terlebih dahulu.

118
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan selama 3 bulan melaksanakan kerja praktik
pada proyek pembangunan Gedung Kuliah Umum (GKU)2 Institut Teknologi
Sumatra ITERA, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Penulis hanya melakukan pengamatan pekerjaan dinding bata ringan,
plesteran, acian, lantai dan plafond selama kurun waktu 3 bulan, sehingga
pekerjaan yang dilakukan lewat dari 3 bulan tidak dapat diamati oleh
penulis.
2. Memperketat penerapan K3 (kesehatan, keamanan, dan keselamatan kerja)
terutama bagi para pekerja untuk memakai perlengkapan safety kerja saat
bekerja di lapangan.

3. Perlu diperhatikan penempatan barang sehingga tidak terlalu banyak barang


yang hilang dan masalah pengadaan, penyimpanan, penempatan bahan dan
peralatan yang akan digunakan agar tidak ada keterlambatan dalam
perkerjaan.
4. Untuk pekerjaan plester dan acian sebaiknya membersihkan bidang
pekerjaan terlebih dahulu menggunakan air agar adukan plester dan acian
dapat merekat dengan sempurna.
5. Pada pekerjaan lantai juga harus lebih diperhatikan saat pemasangan lantai
agar tidak terjadi lagi banyaknya lantai yang kopong pada saat pengecekan
oleh pengawas lapangan menggunakan pipa paralon.
6. Pada saat dilapangan perlu di perhatikan saat tukang bekerja sehingga tidak
banyak terjadi kesalahan saat mengerjakan sesuatu sehingga
memperhemat dan mempercepat pekerjaan itu selesai.

119
DAFTAR PUSTAKA

Anggista. (2020). Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Bawah Bore Pile, Pile Cap, Tie
Beam, Dan Shear Wall Pada Proyek Pembangunan Gedung Rektorat Uin
Raden Intan Lampung (Proyek 6 In 1 SBSN). (Laporan Kerja Praktik).
Universitas Lampung, Bandar Lampung.

BPSDM Kementerian PUPR. (2019). Modul Dokumen Kontrak. Bandung, Jawa


Barat. https://bpsdm.pu.go.id. Diakses pada 15 April 2021.

Dokumen KSO ADHI-ABIPRAYA. (2020). Rencana Kerja dan Syarat-Syarat


(RKS) Pekerjaan Pembangunan Gedung Rektorat UIN Raden Intan Lampung
(Proyek 6 In 1 SBSN). Bandar Lampung.

Ervianto, W. I. (2005). Manajemen proyek konstruksi. Andi, Yogyakarta.


https://www.academia.edu/4269225/Manajemen_Proyek_Konstruksi_Edis
i_Revisi. Diakses pada 12 April 2021.

Indonesia, R. (2010). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun


2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta: Sekretariat
Kabinet RI. https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/41063/perpres-no- 54-
tahun-2010. Diakses pada 20 April 2021.

Juwarta. (2016). Berbagai Jenis Pelelangan Pekerjaan Proyek Yang Lazim


Dilakukan Di Negara Indonesia. Tembalang, Semarang.
https://jurnal.polines.ac.id. Diakses pada 12 April 2021.

Muhammad Gilang Fero Dewantara. (2020). Pekerjaan Finishing Lantai 1 Proyek


Pembangunan Gedung Tindakan Rs Urip Sumoharjo,B.Lampung. (Laporan
Kerja Praktik). Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Muhammad Reza Adi Putra. (2020). Pekerjaan Finishing Dinding Bata Ringan,
Dry Wall, Pintu Dan Jendela Pada Main Building East Dan Atap Sirap Pada
Villa Proyek Pembangunan Hotel Four Point by Sheraton Bintan, Kepulauan
Riau. (Laporan Kerja Praktik). Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Universitas Lampung. (2020). Panduan Penulisan Karya Ilmiah Universitas


Lampung. Bandar Lampung. http://eng.unila.ac.id/panduan-penulisan-
karya-ilmiah-2020/. Diakses pada 20 September 2022

120

Anda mungkin juga menyukai