Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG CONVENTION HALL KABUPATEN


DELI SERDANG
(JALAN LINTAS SUMATERA LUBUK PAKAM)

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Studi Pada


Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas HKBP
Nommensen Medan

Disusun Oleh :
YOSSE J L PANJAITAN (NPM
17310009) OIKOSMENO IFOLALA HAREFA (NPM
17310012) PERI SHANDY HASIBUAN (NPM
17310088)
TONRY ANGELOS D LUBIS (NPM 15310009)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2021
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG CONVENTION HALL KABUPATEN
DELI SERDANG
(JALAN LINTAS SUMATERA LUBUK PAKAM)

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Studi Pada


Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas HKBP
Nommensen Medan

Disusun Oleh :
YOSSE J L PANJAITAN (NPM
17310009) OIKOSMENO IFOLALA HAREFA (NPM
17310012) PERI SHANDY HASIBUAN (NPM
17310088)
TONRY ANGELOS D LUBIS (NPM 15310009)

Ketua Program Studi


Teknik Sipil

( Tiurma Elita Saragi, ST, M.T )

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2021
LAPORAN KERJA PRAKTEK

PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG CONVENTION HALL KABUPATEN


DELI SERDANG
(JALAN LINTAS SUMATERA LUBUK PAKAM)

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Studi Pada


Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas HKBP
Nommensen Medan

Disusun Oleh :

YOSSE J L PANJAITAN (NPM


17310009) OIKOSMENO IFOLALA HAREFA (NPM
17310012) PERI SHANDY HASIBUAN (NPM
17310088)
TONRY LUBIS (NPM 15310009)

Dosen pembimbing

( Tiurma Elita Saragi, ST, M.T )

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmatnya penulis
dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktek (KP) ini. Adapun kerja praktek ini dilaksanakan sebagai
persyaratan untuk menyelesaikan jenjang S-1 di Universitas HKBP Nommensen Medan, Jurusan
Teknik Sipil.

Kerja praktek yang penulis laksanakan lebih kurang tiga bulan, terhitung dari tanggal 21
April 2021 sampai tanggal 21 Juni 2021 yaitu “Gedung Convetion Hall Kabupaten Deli Serdang”
yang berlokasi di JLN. LINTAS SUMATERA LUBUK PAKAM. Menyadari akan keterbatasan
ilmu pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, maka dalam penyusunan laporan kerja
praktek ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan saran dan kritik dari berbagai pihak, maka
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang setulus-tulusnya atas segala
bimbingan dan dorongan, bantuan dan kerja samanya selama ini.

Penulis menyadari akan kekurangan dan ketidaksempurnaan dari penulisan laporan kerja
praktek ini, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan dimasa yang akan datang.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis sendiri serta para
pembaca, baik yang berada di lingkungan teknik sipil maupun yang berada di luar lingkungan
teknik sipil.

Medan, Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Maksud Dan Tujuan.................................................................................................1
1.3 Ruang Lingkup.........................................................................................................2
1.4 Ruang Lingkup Proyek............................................................................................3
1.5 Tujuan Melaksanakan Kerja Praktek.......................................................................3
1.6 Manfaat Melaksanakan Kerja Praktek.....................................................................3
1.7 Ruang Lingkup Kerja Praktek.................................................................................4
BAB II PERENCANAAN DAN MANAJEMEN PROYEK
2.1 Pendahuluan.............................................................................................................5
2.2 Perencanaan Site Plan..............................................................................................5
2.3 Manajemen Ruang Lingkup.....................................................................................6
2.4 Manajemen Waktu...................................................................................................9
2.5 Manjemen Biaya......................................................................................................12
2.6 Manajemen Sumber Daya Manusia.........................................................................13
2.7 Manajemen Kualitas................................................................................................14
BAB III METODE KONSTRUKSI DAN PELAKSANAAN.....................................................15
3.1 Pendahuluan.............................................................................................................15
3.2 Pembuatan Shop Drawing........................................................................................16
3.3 Peralatan...................................................................................................................16
3.4 Material Dan Bahan.................................................................................................18
3.5 Konsep Metode Pekerjaan Strukur..........................................................................18
3.6 Metode Pekerjaan Persiapan...................................................................................20
3.7 Metode Pekerjaan Kolom........................................................................................20

BAB IV PERHITUNGAN BOBOT SATU KOLOM DAN KONTROL


TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI.................................................................23
4.1 Beban Yang Dipikul Kolom....................................................................................23
4.2 Daya Dukung Pondasi..............................................................................................25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................27
5.1 Kesimpulan..............................................................................................................27
5.2 Saran........................................................................................................................28
i
5.3 Penutup....................................................................................................................28
BAB VI DOKUMENTASI..........................................................................................................29

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Melihat semakin maju perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu teknologi dalam dunia
kontruksi sekarang ini, tuntuntan dalam pengajaran serta peningkatan pada materi pendidikan
kewirausahaan. Maka Universitas HKBP Nommensen Medan, sebagai lembaga akademis yang
berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia Teknik Sipil merupakan
kurikulum dan metode pengajaran yang fleksibel yang mampu mengakomodasikan
perkembangan yang ada. Salah satunya dengan memberikan mata kuliah Kerja Praktek kepada
mahasiswa.
Kerja praktek juga sebagai langkah praktis dalam mempersiapkan mahasiswa untuk dapat
tangkas, ahli, bertanggung jawab dan terampil dalam kehidupannya pada dunia kerja.
Diharapkan kepada mahasiswa agar mendapat gambaran tentang dunia kerja. Dan diharapkan
kepada mahasiswa agar mendapatkan gambaran dunia kerja sebenarnya sehingga tidak ada
kesan kaku atau canggung pada saat terjun ke dunia kerja yang sebenarnya.
Dalam rangka melaksanakan kerja praktek, mahasiswa memilih Proyek Pekerjaan
Pembangunan Gedung Convetion Hall Kabupaten Deli Serdang sebagai lokasi. Dimana lokasi
tersebut masih dalam tahap pembangunan, teknologi yang digunakan dalam pembangunan
kontruksi bangunan juga yang cukup modern. Mahasiswa dalam kerja praktek diharuskan
untuk meninjau perkembangan teknologi kontruksi baik dari perencanaan pondasi, balok sloof,
plat lantai, kolom, balok induk dan balok anak.
Di antara beberapa penggunaan teknologi dalam pembangunan dan perencanaan bangunan,
penulis tertarik untuk peninjauan pondasi.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud dan Tujuan Proyek

Maksud dan tujuan dibangunnya Gedung Convention Hall Kabupaten Deli Serdang ini
sebagai fasilitas tempat pertemuan, pesta, pentas seni, dan ruang rapat ( kegiatan formal
/ruang bertukar informasi) bagi Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang lebih mudah untuk
saling bertukar informasi, pendapat dan hal-hal baru yang dibahas untuk kepentingan
bersama.

1
2. Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
Maksud dari kerja praktek adalah memantau dan memahami bagaimana cara kerja dan
prosedur pembangunan suatu struktur tahap demi tahap, mengenal dunia lapangan dan
berbagai permasalahan yang dijumpai didalamnya.
Saat kerja praktek tersebut, kami melakukan peninjauan terhadap analisa kondisi
pembebanan kolom. Tujuan dari kerja praktek adalah agar dapat mengetahui dan memahami
proses perencanaan dan pelaksaaan pembangunan suatu bangunan sipil dan pemecahan
permasalahan yang ada di lapangan. Selain itu kerja praktek ini dilakukan sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan studi Strata-1 Fakultas Teknik Prodi Sipil Universitas
Nommensen Medan.

1.3 RUANG LINGKUP

1.3.1 Ruang lingkup pekerjaan proyek


Ruang lingkup dari pekerjaan lapangan tersebut adalah sebagai berikut :

Pekerjaan Persiapan
1. Perencanaan Site Plan
a) Kantor Proyek / direksi keet
b) Gudang Material dan peralatan / stock yard
c) Base camp staff proyek dan barak pekerja los kerja besi dan beton kerb/curb
d) Pagar proyek dan jalan kerja
2. Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya
a) Kebutuhan listrik kerja
b) Kebutuhan air kerja
3. Pembuatan shop
drawing
4. Pengadaan material untuk pekerjaan persiapan
5. Pengadaan safety and health (K3)
6. Mobilisasi pekerjaan

1.3.2 Ruang Lingkup Kerja Praktek


Subjek yang diamati dalam kerja praktek di proyek ini yaitu analisa kondisi
pembebanan kolom selama waktu 3 (tiga) bulan kerja praktek, pekerjaan tersebutlah yang
didapat dalam progres pekerjaan proyek, sehingga penulis hanya memfokuskan pada
pekerjaan tersebut.

2
1.4 RUANG LINGKUP PROYEK

Secara umum ruang lingkup pekerjaan meliputi pekerjaan struktur antara lain adalah :
 Galian tanah
 Pekerjaan pondasi
 Lantai 1 s/d 2
 Dinding
 Pelat
 Tangga
 Balok
 Kolom

1.5 TUJUAN MELAKSANAKAN KERJA PRAKTEK

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari pelaksanaan Kerja Praktek di lapangan ini adalah :
 Untuk mengadakan pengamatan, mengumpulkan data dan informasi mengenai
pelaksanaan suatu proyek dilapangan.
 Untuk memperluas wawasan dan pola pikir mahasiswa, dimana diharapkan dengan
melihat, mengamati bahkan membantu pelaksanaan dilapangan sehingga mahasiswa
tersebut akan cakap bertindak setelah bekerja nanti.
 Untuk menciptakan tenaga kerja yang terampil, kreaktif, bertanggung jawab dan penuh
disiplin.
 Untuk memahami kesulitan-kesulitan dan hambatan yang terjadi di lapangan, sekaligus
turut memikirkan cara yang terbaik untuk pencegahan dan pemecahannya.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini adalah
untuk melihat dan mengamati pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan membandingkan
dengan teori-teori yang didapat diperkuliahan.

1.6 MANFAAT MELAKSANAKAN KERJA PRAKTEK

Laporan kerja praktek di lapangan ini bermanfaat bagi :


 Mahasiswa yang akan membahas hal yang sama
 Pihak pelaksana yang akan melaksanakan proyek yang sama
3
 Penulis sendiri untuk menambah pengetahuan dan pengalaman sebagai bekal bila nantinya
terjun kelapangan, sehingga mampu melaksanakan kegiatan yang sama dengan baik.

1.7 RUANG LINGKUP KERJA PRAKTEK

Mengingat luasnya ruang lingkup dan permasalahan mengenai pelaksanaan pembangunan


Gedung Convetion Hall Kabupaten Deli Serdang dan keterbatasan waktu untuk menyelesaikan
laporan kerja praktek di lapangan maka masalah yang akan dibahas hanya pada teknis
pelaksanaan pembangunan suatu bangunan bertingkat dan analisa kondisi pembebanan kolom.

4
BAB II
PERENCANAAN DAN MANAJEMEN PROYEK

2.1 PENDAHULUAN

Sebelum pelaksanaan pekerjaan pokok suatu pekerjaan konstruksi, pekerjaan yang harus
dilakukan adalah pekerjaan persiapan. Pekerjaan persiapan ini baik untuk proyek-proyek
pembangunan bangunan bertingkat, proyek pembagunan bandara, jembatan, pelabuhan,
dermaga maupun proyek lainnya, secara umum tidak banyak berbeda. Besar kecilnya, mudah
atau sulitnya tergantung pada masing-masing proyek yang akan dikerjakan.
Pekerjaan persiapan harus direncanakan sebelum masa pelaksanaan suatu proyek
konstruksi dan pada saat tender. Perencanaannya dibuat sedemikian rupa sehingga dapat
diperoleh suatu hasil perencanaan yang efisien, namun bisa mencakup segala pekerjaan yang
diperlukan untuk pelaksanaan proyek tersebut.
Adapun pekerjaan persiapan yang harus dilakukan dalam pelaksanaan proyek kontruksi, antara
lain :
 Perencanaan site plan
 Perhitungan kebutuhan sumber daya (listrik dan air)
 Pembuatan shop drawing
 Pengadaan material untuk pekerjaan persiapan
 Mobilisasi peralatan
 Pelaksanaan di lapangan

2.2 PERENCANAAN SITE PLAN

Perencanaan site plan pada prinsipnya adalah perencanaan tata letak atau layout dari
fasilitas-fasilitas yang diperlukan selama pelaksanaan proyek. Fasilitas-fasilitas yang
dibutuhkan dalam proyek pembangunan gedung ini antara lain :
 Gudang material
 Base camp staf proyek dan barak pekerja
 Los kerja besi dan kayu
 Pagar proyek dan pintu gerbang
 Jalan kerja
 Pos jaga
 Toilet

5
 Instalasi air bersih
 Instalasi air kotor
 Instalasi listrik

Dalam membuat layout untuk pekerjaan ini, perlu diperhitungkan secara cermat
penempatan masing-masing fasilitas dan sarana yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek.
Dengan memperhatikan kondisi lapangan yang ada dan disesuaikan dengan desain layout
proyek yang akan dikerjakan, penempatan fasilitas dan sarana proyek nantinya akan dapat
berfungsi secara optimal sesuai perencanaan. Namun demikian yang harus tetap di
pertimbangkan adalah bahwa seluruh fasilitas dan sarana proyek yang dibangun untuk
pekerjaan persiapan tersebut adalah bersifat sementara dan nantinya dibongkar setelah
pelaksanaan proyek selesai. Adapun kondisi lahan terhadap tapak bangunan yang akan
dibangun disajikan pada gambar site plan.

2.3 MANAJEMEN RUANG LINGKUP

Lingkup pekerjaan dikelompokkan berdasarkan pengelompokkan umum pekerjaan


pelaksanaan bangunan bertingkat yang kemudian di brealdown lebih lanjut, yaitu :
 Pekerjaan persiapan
 Pekerjaan struktur
 Pekerjaan arsitektur
 Pekerjaan mekanikal dan elektrikal
 Pekerjaan landscape/pekerjaan luar

2.3.1 Pekerjaan Persiapaan

Mobilisasi personil, peralatan dan material ke lokasi proyek akan diatur sesuai
dengan rencana dalam jadwal pelaksanaan yang disepakati dan metode pelaksanaan
yang disetujui. Pada bagian awal akan didatangkan peralatan untuk pekerjaan pembersih
lapangan, pemagaran proyek, penarikan bowplank, pembuatan sumur dangkal dll.

2.3.2 Pekerjaan Struktur

Pekerjaan struktur gedung merupakan pekerjaan yang memerlukan perencanaan


metode pelaksanaan yang detail. Pekerjaan ini menentukan lintasan kritis yang terjadi
karena bentuknya yang bertingkat. Sehingga di perlukan perencanaan konsep metode
struktur akan disampaikan secara rinci mengenai konsep metode, zoning dan arah
pekerjaan yang digunakan hingga sequence pekerjaannya.

6
Pekerjaan struktur dapat dikelompokan berdasarkan material, elemen struktur
maupun posisinya terhadap elevasi tanah. Pengelompokan pekerjaan struktur
berdasarkan material :
 Pekerjaan bekisting
 Pekerjaan pembesian
 Pekerjaan pengecoran (beton)
Sedangkan berdasarkan elemen struktur yang dikerjakan, pekerjaan struktur
dikelompokan sebagai berikut :
 Pekerjaan pondasi
 Pekerjaan kolom
 Pekerjaan balok dan pelat lantai
 Pekerjaan tangga
Pengelompokan pekerjaan struktur berdasarkan posisinya terhadap elevasi tanah
adalah :
 Pekerjaan sub structure
 Pekerjaan upper structure
Metode pelaksanaan pekerjaan struktur terdiri atas banyak macam, beberapa
diantaranya adalah :
 Metode konvensional
 Metode precast
 Metode top down
 Metode semi top down
Banyaknya keterkaitan suatu pekerjaan struktur dengan pekerjaan struktur yang
lain dan pekerjaan struktur dengan pekerjaan arsitektur maupun mekanikal dan elektrikal
menuntut perencanaan dan pelaksanaan yang baik. Suatu pekerjaan struktur tersebut
harus dikerjakan berdasarkan urutan yang benar dan dihubungkan dengan pekerjaan
struktur lain juga dengan benar.

2.3.3 Pekerjaan Arsitektur / Finishing

Pekerjaan arsitektur/finishing bangunan bertingkat sangat penting sekali perannya


karena akan menunjukan atau mewakili kualitas tampilan dari bangunan bertingkat yang
bersangkutan. Upaya melakukan pekerjaan arsitektur/finishing juga dipengaruhi kualitas
pekerjaan arsitektur.

7
Pekerjaan arsitektur/finishing bangunan bertingkat dapat dibagi 2 (dua) bagian
yaitu pekerjaan arsitektur/finishing bagian dalam bangunan dan pekerjaan
arsitektur/finishing bagian luar bangunan. Beberapa pekerjaan arsitektur/finishing
bagian dalam antara lain :
 Pekerjaan pasangan dinding (bata merah, bata ringan, celcon, hebel, dll )
 Pekerjaan plesteran, aci dan keramik dinding (finishing dinding)
 Pekerjaan finishing lantai (keramik, marmer, granit, floor, hardener, karpet, dll)
 Pekerjaan plafond (gypsum, acoustic, kayu, exposed, dll)
 Pekerjaan kusen pintu kayu, pintu besi dan jendela aluminium
 Pekerjaan cat
 Pekerjaan railing (railing tangga, railing void, dll)
 Pekerjaan cubicle (toilet)
 Pekerjaan sanitasi
 Pekerjaan aksesoris lain
Pekerjaan arsitektur/finishing bagian luar umumnya hanya pada pekerjaan kulit
luar yaitu :
 Pekerjaan dinding bagian luar (bata merah, celcon, hebel, facade precast, dll)
 Pekerjaan lapisan dinding bagian luar (plesteran + aci, marmer, granit, keramik, cat,
dll)

2.3.4 Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal

Pekerjaan mekanikal dan elektrikal merupakan pekerjaan pada bangunan


bertingkat yang berhubung dengan fasilitas bangunan tersebut. Pekerjaan ini terbagi atas
2 (dua) bagian utama yaitu pekerjaan mekanikal dan pekerjaan elektrikal. Namun
pekerjaan ini adalah kesatuan pekerjaan yang saling melengkapi dalam fungsinya
meningkatkan kenyamanan bangunan nantinya dan dalam pengerjaannya hampir
bersamaan. Beberpa pekerjaan yang merupakan bagian pekerjaan mekanikal dan
elektrikal adalah :
 Pekerjaan instalasi air bersih
 Pekerjaan instalasi air kotor
 Pekerjaan sanitasi
 Pekerjaan instalasi listrik
Pekerjaan mekanikal dan elektrikal merupakan pekerjaan yang memiliki
keterkaitan yang tinggi dengan pekerjaan finishing. Hal ini paling umum terjadi adalah
pada pekerjaan instalasi dan pekerjaan plafond. Sehingga koordinasi kedua pekerjaan
8
tersebut harus direncanakan dengan baik.

9
2.3.5 Pekerjaan Lanscape

Pekerjaan lanscape pada dasarnya merupakan pekerjaan finishing area halaman


atau luar dari bangunan. Pekerjaan ini terbagi 2 (dua) kelompok yaitu pekerjaan
hardcape dan softcape.

2.4 MANAJEMEN WAKTU

Setiap proyek membutuhkan sebuah perencanaan dan pengaturan sehingga kegiatan di


dalamnya dapat berjalan dengan baik. Untuk itu dibutuhkan sebuah sistem manajemen yang
mampu mengatur semua kegiatan di dalam proyek yang disebut dengan manajemen proyek.
Manajemen mempunyai ruang lingkup yang cukup luas karena mencakup tahapan kegiatan
awal pelaksaan pekerjaan hingga akhir pelaksanaan yang berupa hasil pembangunan. Salah
satu bagian dari manajemen proyek adalah manajemen waktu.
Pada pelaksanaan proyek pembangunan gedung ini, tahapan kegiatannya dibagi 4 (empat) yaitu
:
 Perencanaan (Planning)
Kegiatan perencanaan meliputi perumusan persyaratan dari bangunan yang akan
dibangun, termasuk pembuatan gambar perencanaan lengkap dengan persyaratan teknis
yang diperlukan.Kegiatan perencanaan di aplikasikan dengan menentukan metode
pelaksanaan yang tepat sehingga pekerjaan yang sudah dapat diselesaikan sesuai dengan
rencana yang sudah dijadwalkan dan dianggarkan.
 Pengorganisasian (Organizing)
Kegiatan pengorganisasian berupa kegiatan mengatur dan menyusun organisasi yang
akan melaksanakan pembangunan, termasuk mengatur hubungan kerja di antara unsur-
unsur organisasi. Penyusunan organisasi akan melibatkan unsur-unsur pelaksana
pembangunan yang terdiri dari pemberi tugas (owner), konsultan (designer dan supervisor)
dan pelaksana (kontraktor) yang masing-masing mempunyai tugas, kewajiban, taanggung
jawab dan wewenang sesuai dengan peraturan/ketentuan yang telah ditetapkan.
 Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan meliputi kegiatan pekerjaan di lapangan dalam rangka
mewujudkan bangunan yang akan dibangun. Dalam kegiatan pelaksanaan ini hubugan
kerja antara unsur-unsur pelaksanaan pekerjaan pembangunan perlu diatur sehingga
masing- masing unsur dapat bekerja sesuai dengan bidangnya dan selalu tunduk serta taat
kepada peraturan dan ketentuan yang telah disepakati bersama. Penyimpangan yang terjadi
akibat dari salah satu unsur akan menimbulkan hambatan dalam pelaksanaan.
 Pengendalian
10
Kegiatan pengendalian dilaksanakan dengan tujuan agar hasil pelaksanaan sesuai
dengan persyaratan biaya dan waktu yang telah ditetapkan. Untuk keperluan tugas ini
unsur pengawas sangat penting terutama dalam membimbing dan mengarahkan
pelaksanaan pekerjaan. Hasil akhir dari pembangunan pada umumnya ditentukan oleh hasil
kegiatan pengawasan.Kegiatan pengendalian yang dilakuakan diantaranya pelaksanaan test
uji terhadap meterial untuk menjaga kualitas dari material yang akan digunakan pembuatan
master scedule, laporan secara berkala, S-curve actual dll.

2.4.1 Perencanaan dan Penjadwalan Konstruksi

Perencanaan dan penjadwalan bisa digunakan secara simultan. Proses


penjadwalan untuk proses kontruksi hanya ssalah satu bagian dari usaha perencanaan.
Perencanaan melibatkan proses pemilihan suatu metode dan alokasi pekerjaan yang
menghasilkan informasi detail untuk estimasi dan penjadwalan yang digunakan sebagai
dasar pedoman untuk kontrol proyek.
Perencanaan adalah teknik manajemen yang digunakan untuk membantu dalam
persiapan, pengorganisasian, pengendalian lingkup waktu, biaya dan organisasi suatu
proyek. Sedangkan penjadwalan adalah pengalokasi waktu yang ada kepada aktivitas
pekerjaan dalam rangka penyelesaian suatu proyek dengan mengikuti logika dari proses
perencanaan dan dilakukan sedemikian rupa sehingga tercapai hasil yang optimal
dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada. Penjadwalan digunakan sebagai alat
untuk menentukan aktivitas yang diperlukan dalam menyelesaikan proyek dan urutan
serta durasi di dalam aktivitas yang harus diselesaikan untuk mendaptkan penyelesaian
yang tepat waktu dan ekonomis.

2.4.2 Manfaat Penjadwalan

Dengan adanya penjadwalan kontruksi maka bermanfaat untuk :


 Memberikan pedoman untuk pelaksanaan kegiatan dan untuk memberikan prioritas
perhatian dalam pengawasan dan pengendalian, agar proyek dapat diselesaikan
sesuai rencana, terhindar dari keterlambatan, kenaikan biaya dan perselisihan-
perselisihan kontraktual.
 Dipakai sebagai dasar pedoman progres payment, penyusunan cash flow proyek dan
pembuatan strategi pendanaan proyek.
 Merupakan dasar atau pedoman, untuk pengendalian baik yang berkaitan dengan
waktu maupun biaya proyek. Dari pengukuran pengajuan pekerjaan, dapat diketahui
apabila ada penyimpangan pelaksanaan terhadap rencana/jadwal yang dengan

11
bantuan

12
alat-alat analitis tertentu, misalnya dengan trend analysis dan sensivity analytis dapat
segera dilakukan tindakan koreksi untuk penyelesaian sisa proyek.
 Memberikan pedoman kepada sub-ordinate units mengenai batas-batas waktu bagi
mulainya dan berakhirnya tugas masing-masing.
 Menghindari pengelolaan pelaksanaan proyek yang hanya mengandalkan naluri saja.
 Menghindari pemakaian sumber daya dengan intensitas yang tinggi sejak awal
proyek dengan harapan dapat diselesaikan secepatnya.
 Memberikan kapasitas waktu pelaksanaan kegiatan-kegiatan proyek. Kepastian
tersebut dapat menghindari pekerja berada di tempat kerja lebih lama dari waktu
yang diperlukan, bergerombol menanti penugasan, mondar-mandir tanpa tujuan dll.
 Dapat dipakai mengevaluasi dampak akibat adanya perubahan-perubahan
pelaksanaan proyek, maupun biaya proyek. Hasil evaluasi dapat dipakai sebagai
dasar penyelesaian masalah konntraktual, seperti penyelesaian tuntutan-tuntutan
(claims) kenaikan biaya maupun perpanjangan waktu.
 Apabila jadwal di update secara teratur sehingga selain tindakan koreksi, berfungsi
juga sebagai dokumentasi adanya perubahan-perubahan didalam pelaksanaan
pekerjaaan. Keterlambatan yang tidak diharapkan, perubahan waktu penyelesaian
kegiatan, adanya change order, maka dokumentasi jadwal awal berikut perubahan-
perubahannya dapat dipakai sebagai dokumen histories proyek.
2.4.3 Manajemen Waktu Proyek

Penjadwalan kontruksi berkaitan dengan manajemen waktu yang diperlukan untuk


memenuhi penyelesaian proyek. Menurut PMBOK dalam proses manajemen waktu
meliputi :
 Defenisi kegiataan, yaitu mengidentifikasikan jadwal kegiatan spesifik yang diperlukan
untuk menghasilkan deliverable proyek.
 Urutan kegiatan, yaitu mengidentifikasikan dan mendokumentasikan ketergantungan
diantara jadwal kegiatan
 Perhitungan sumber daya kegiatan, yaitu memperkirakan tipe dan jumlah dari sumber
daya yang diperlukan untuk melaksanakan masing-masing jadwal kegiatan individual.
 Pengembangan jadwal, yaitu menganalisi urutan kegiatan, durasi, kebutuhan sumber
daya dan batas-batas jadwal untuk membuat jadwal proyek.
 Perhitungan durasi kegiatan, yaitu memperkirakan tipe dan jumlah dari sumber daya
yang diperlukan untuk melaksanakan masing-masing jadwal kegiatan.

13
 Pengendalian jadwal, yaitu mengendalikan perubahan-perubahan ke dalam jadwal
proyek.

2.4.4 Pengendalian Waktu Proyek

Pengendalian waktu didasarkan pada time skedule pekerjaan. Keterlambatan


pekerjaan pada suatu proyek akan berpengaruh pada anggaran proyek yang akan
dilaksanakan. Agar dapat berlangsung tepat waktu, time skedule disusun sebagai alat
kontrol untuk mengukur tingkat persentase pekerjaan dengan lamanya pelaksanaan. Dan
pekerjaan apa yang harus dikerjakan lebih dahulu dan kapan harus dimulai dapat dengan
jelas pada time schedule, sehingga keterlambatan pekerjaan semaksimal mungkin
dihindari.

2.5 MANAJEMEN BIAYA

2.5.1 Pengendalian Biaya

Pengendalian biaya dimaksud untuk mengetahui besarnya biaya yang telah


dikeluarkan dengan melihat tahap pekerjaan yang telah dicapai. Besarnya biaya ini
dapat dibandingkan dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Rencana Pelaksanaan
(RAP) yang telah disusun. Dari perbandingan ini, dapat diketahui apabila pada
pekerjaan yang telah dilaksanakan tersebut terjadi pembengkakan biaya akibat
contigency pada setiap item pekerjaan sehingga dapat dilakukan avaluasi biaya.
Evaluasi biaya dilakukan secara periodik dalam hal ini setiap bulannya. Bila terjadi
penyimpangan terhadap rencana, penyimpangan ini dibahas dan dipelajari penyebabnya
oleh tim proyek, kemudian dibuat rencana tindak lanjut untuk memperbaikinya.
Pengendalian biaya ini biasanya dilakukan dengan membuat rekapitulasi biaya
yang telah dikeluarkan. Setiap dilakukan pembelian material, bagian logistik mencatat
jumlah material yang telah dibeli dan besarnya biaya yang digunakan. Sedangkan
pengendalian biaya tenaga kerja dilakukan dengan memerikasa daftar presentasi
pekerjaan selama 1 (satu) minggu dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
membayar gaji pekerja. Besar total biaya inilah yang akan selalu dikontrol dan
dievaluasi sebagai pengendali biaya, selain itu total biaya yang telah dikeluarkan ini
juga dapat digunakan untuk menyusun kurva S realisasi dan untuk memperkirakan
persentase pekerja proyek yang telah dicapai.

2.5.2 Pembayaran Prestasi Kerja

Beberapa hal yang menjadi syarat dalam pembayaran prestasi kerja antara lain :

14
 Pembayaran prestasi hasil pekerja yang telah disepakati dilakukan oleh pengguna jasa,
apaila penyedia jasa telah mengajukan tagihan disertai laporan kemajuan hasil
pekerjaan.
 Pembayaran prestasi hasil pekerjaan hanya dapat dilakukan senilai pekerjaan yang telah
terpasang, tidak termasuk bahan-bahan dan alat-alat yang ada di lapangan.
 Pengguna jasa dalam kurun waktu 7 (tujuh) hari sudah mengajukan syarat permintaan
pembayaran.
 Sistem pembayaran prestasi pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam syarat-syarat
khusus kontrak.
 Bila terdapat ketidak sesuaian dalam perhitungan angsuran tidak akan menjadi alasan
untuk menunda pembayaran. Pengguna jasa dapat meninta penyedia jasa untuk
menyampaikan perhitungan presentasi sementara dengan mengesampikan hal-hal yang
sedang menjadi perselisihan dan besarnya tagihan yang dapat disetujui untuk di bayar
setinggi-tingginya sebesar sesuai ketentuan dalam syarat-syarat khusus kontrak.
 Setiap pembayaran harus di potong jaminan pemeliharaan, angsuran uang muka, denda
(bila anda) dan pajak.
 Untuk kontrak yang mempunyai subkontrak, permintaan pembayaran kepada pengguna
jasa harus dilengkapi bukti pembayaran kepada seluruh subkontrakor sesuai dengan
kemajuan pekerjaan.
Pembayaran terakhir hanya dilakukan setelah pekerjaan selesai 100% dan berita
acara penyerahan pertama pekerjaan diterbitkan.

2.6 MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

Dalam pelaksanaan proyek ini, pemilik proyek (owner) langsung turun sebagai
pelaksanaan dengan memegang acuan desain dari Konsultan Perencana. Acuan itu berupa
Gambar Rencana dan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
Pelaksana dalam hal ini owner menerapkan sistem borong terhadap item-item pekerjaan
pembangunan gedung ini. Setiap item pekerjaan dikerjakan oleh pekerjaan yang menerima
tawaran atas harga atau upah yang diberikan pelaksana, dimana pelaksana berpedoman pada
accuan desain sebelumnya. Hal ini membuat pekerjaan yang bekerja di proyek ini berganti-
ganti atau berbeda tiap waktu atau tiap tahap pekerjaan.

Keuntungan dari sistem ini antara lain :


 Pekerjaan dikerjakan oleh pekerja yang pada umumnya sudah sering atau berpengalaman
dalam mengerjakan item pekerjaan tersebut, sehingga hasilnya dapat dipastikan baik.
15
 Karena sistemnya berupa penawaran maka kadang-kadang bisa di peroleh harga yang
mengutungkan atau harga setiap item pekerjaan bisa jauh lebih kecil dari harga yang
direncanakan dari awal.
Kerugian dari sistem ini antara lain :
 Kadang-kadang susah mencari pekerjaan yang benar-benar ahli dalam mengerjakan
pekerjaan tersebut.
 Karena para pekerja terus berganti, kadang-kadang para pekerja susah beradaptasi dengan
keadaan kontruksi yang telah ada.
 Perlu pengawasan yang cukup sering, karena kadang-kadang para pekerja hanya bekerja
sesuai dengan harga yang dibayarkan kepadanya dan cenderung mengambil untung.

2.7 MANAJEMEN KUALITAS

Dalam proyek pembangunan ini kualitas setiap bahan dan proses penggunaan bahan
tersebut dalam kontruksi langsung dikontrol oleh konsultan perencana yang telah
berpengalaman dan bertahun-tahun bekerja dalam bidang kontruksi berdasarkan standar acuan
SNI.
Kualitas setiap bahan sebelum digunakan di periksa dan dinilai langsung oleh Konsultan
Perencana, apakah layak untuk jenis pekerjaan yang akan dikerjakan. Kadang-kadang
ditemukan beberapa jenis material yang kurang bagus dan tidak layak pakai, maka oleh
konsultan perencana berdasrkan pengalaman kerjanya menilai dan kemudian meminta agar
material tersebut diganti dengan material yang kualitasnya lebih baik.
Kualitas setiap material yang digunakan dalam kontruksi dapat dilihat secara kasat mata
apakah baik dan layak dipakai misalnya melalui warna, bentuk, tekstur, campuran dll. Yang hal
ini tentunya dapat dipelajari dari pendidikan maupun dari pengalaman kerja di bidang
kontruksi.

16
BAB III
METODE KONTRUKSI DAN PELAKSANAAN

3.1 PENDAHULUAN

Metode kontruksi proyek adalah bagian yang sangat penting dalam proyek kontruksi untuk
mendapatkan tujuan dari proyek yaitu biaya, kualitas dan waktu. Aspek teknologi, sangat
berperan dalam suatu proyek kontruksi. Umumnya aplikasi teknologi ini banyak diterapkan
dalam metode-metode pelaksanaan pekerjaan kontruksi. Penggunaan metode yang tepat,
praktis, cepat dan aman sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek
kontruksi. Sehingga target waktu, biaya dan mutu sebagaimana akan dapat tercapai.

Dalam pelaksanaan pekerjaan kontruksi adakalanya juga diperlukan suatu metode terobosan
untuk menyelesaikan pekerjaan di lapangan. Khususnya pada saat menghadapi kendala-kendala
yang diakibatkan oleh kondisi lapangan yang tidak sesuai dengan dugaan sebelumnya. Untuk
itu, penerapan metode pelaksanaan konstruksi yang sesuai kondisi lapangan, akan sangat
membantu dalam penyelesaian proyek konstruksi bersangkutan.

Penerapan metode pelaksanaan konstruksi, selain terkait erat dengan kondisi lapangan
dimana suatu proyek konstruksi dikerjakan, juga tergantung jenis proyek yang dikerjakan.
Metode pelaksanaan pekerjaan untuk bangunan gedung berbeda dengan metode pekerjaan
bangunan irigasi, bangunan pembangkit listrik, konstruksi dermaga maupun konstruksi jalan
dan jembatan.

Semua tahapan pekerjaan gedung mempunyai metode pelaksanaan yang disesuaikan


dengan disain dari konsultan pereencana. Hal yang berpengaruh dalam metode pelaksanaan
bertingkat adalah :
 Kondisi dari lokasi proyek
 Volume pekerjaan
 Keadaan sekitar dari lokasi proyek
 Keadaan jalan akses untuk material dan peralatan
 Ketersediaan alat
 Tingkat kualitas yang dibutuhkan
 Jadwal pelaksanaan (schedule)
 Ketersediaan dari teknologi konstruksi dan sumber daya

17
Perencanaan metode pelaksanaan suatu item pekerjaan akan mengikuti jadwal waktu yang
disediakan untuk item pekerjaan tersebut. Dari perencanaan metode ini akan diperoleh data
kebutuhan alat yang diperlukan, jenis dan volume bahan yang akan dibutuhkan, teknis dan
urutan pelaksanaan pekerjaan serta pola pengendalian mutu yang harus diterapkan.
Apabila waktu pelaksanaan yang tersedia tidak mencukupi dalam pelaksanaan gedung
tersebut, maka berdasarkan kemampuan sumber daya yang ada pada daerah tertentu dibuat
schedule pelaksanaan yang realistis yang telah memperhitungkan segala kemungkinan dalam
pelaksanaan gedung.

3.2 PEMBUATAN SHOP DRAWING

Shop drawing atau gambar kerja, merupakan acuan bagi pelaksanaan pekerjaan di
lapangan. Dengan adanya gambar kerja, maka pekerjaan lapangan menjadi mudah dilaksanakan
dan terkendali secara teknis, baik dari segi waktu maupun mutu kerja.
Gambar kerja harus disiapkan dalam tahap awal proyek dan mendapatkan pengesahan dari
pihak pengawas atau konsultan perencana, sebelum dilaksanakan di lapangan. Shop drawing
disiapkan oleh bagian engineering berpedoman pada disain bangunan dari konsultan pada
gambar for construction drawing,

3.3 PERALATAN

Dalam kegiatan pelaksanaan konstruksi membutuhkan alat-alat tertentu yang sesuai dengan
kebutuhan untuk mendukung kegiatan di dalamnya. Alat-alat yang digunakan antara lainalat
berat, alat bantu atau alat pendukung.
3.3.1 Alat Berat
Alat berat yang digunakan dalam proyek pembangunan gedung perkuliahan ini
antara lain dump truck, hydraulic static pile driver, excavator pc 200, dan truk mixer
(ready mix).
a) Dump truck
Dump truck digunakan mengangkut material baik galian dari lokasi proyek maupun
untuk mengangkut material dari suplier (panglong) ke lokasi proyek
b)Hydraulic static pile driver
Alat ini digunakan untuk memancang pile ke dalam tanah
c) Excavator
Alat ini digunakan untuk menggali tanah

18
d)Truk mixer/molen (ready mix)
Alat ini digunakan untuk mengangkut beton ready mix dari pabrik pembuatannya ke
lokasi konstruksi.
3.3.2 Alat Bantu
Alat bantu yang digunakan dalam proyek pembagunan gedung unit ini antara lain :
(a) Alat pembengkok besi/baja beton
Alat ini merupakan alat pembengkok baja beton manual yang mana dapat dibuat oleh
tukang sendiri dimana alat ini berfungsi untuk membenegkokkan besi/baja beton
seperti dalam merakit sengkang, merakit tulangan dan lainnya. Alat ini bekerja dengan
menggunakan tenaga manusia.
(b) Bar cutter (alat pemotong besi/baja)
Bar cutter digunakan untuk memotong baja tulangan sesuai dengan kebutuhan
pemakai. Alat ini juga bekerja dengan menggunakan tenaga listrik. Dalam
penggunaannya dibutuhkan operator khusus untuk menggunakan alat ini sebab sangat
berbahaya.
(c) Vibrator
Vibrator digunakan untuk memadatkan beton pada saat pengecoran sehingga
memperkecil rongga-rongga udara yang ada didalamnya dan meratakan aduan agar
menyebar ke segala arah. Alat ini terdiri dari ujung penggetar dan kabel penghubung
dengan mesin diesel. Cara kerja alat ini adalah dengan menggetarkan ujung getar yang
dimasukkan ke dalam adonan beton hingga ke sela-sela bekisting dan tulangan selama
proses pengecoran berlangsung.
(d) Molen Beton
Molen Beton digunakan untuk membantu proses aduk semen. Dengan menggunakan
mesin ini hasil adukan semen akan lebih merata, efisien waktu dan tenaga.
(e) Alat Ukur
Alat ini digunakan dalam setiap pengukuran dalam proyek konstruksi.
(f) Waterpass
Alat ini digunakan untuk mengecek kedataran suatu bangunan dan alat ini biasa juga
digunakan untuk mengukur perbedaan ketinggian elevasi.
(g) Pompa air
Alat inidigunakan untuk memompa air yang berada di lokasi konstruksi untuk dibuang
keluar lokasi konstruksi.
(h) Adapun alat bantu lain yang biasa digunakan dalam proyek konstruksi seperti palu,
ember, sekop, cangkul, gerobak sorong, gunting kawat, bor kayu dan lain-lain.
19
3.4 MATERIAL DAN BAHAN

Material dan bahan yang digunakan dalam proyek pembangunan gedung ini antara lain :
 Besi baja tulangan
 Semen portland
 Beton ready mix
 Pasir
 Batu pecah/batu bulat
 Air kerja
 Oli bekisting
Bahan pelengkap antara lain :
 Kayu
 Paku
 Kawat pengikat
 Pipa pvc

3.5 KONSEP METODE PEKERJAAN STRUKTUR

Perencanaan metode pelaksanaan pekerjaan struktur didasarkan atas desain, situasi, dan
kondisi proyek serta site yang ada dalam penjelasan bagian sebelumnya (data-data proyek).
Data- data tersebut merupakan data yang mempengaruhi dalam menentukan dan merencanakan
metode pelaksanaan pembagunan bangunan bertingkat.
Sebelum menentukan pelaksanaan secara keseluruhan, dalam perencanaan metode ini
diperlukan suatu konsep metode yang memiliki pengaruh yang besar terhadap metode
pelakasanaan yang lain. Pada dasarnya terdapat metode utama dalam pekerjaan struktur, yaitu :
 Metode sitework
 Metode struktur umum
 Metode pekerjaan bekisting, pembesian, dan pengecoran
 Metode tempat pengecoran
 Metode khusus (misalnya mass concrete)

Metode site work atau struktur bawah merupakan metode yang memiliki pengaruh yang
cukup besar dalam metode pekerjaan struktur secara keseluruhan. Metode struktur bawah akan

20
menentukan ketetapan schedule pelaksanaan struktur. Hal tersebut disebabkan tingkat kesulitan
yang tinggi dalam pelaksanaannya.
Pada pelaksanaan struktur bawah terdapat permasalahan muka air tanah yang sering
menghambat pekerjaan dan perlu penanganan yang teliti mengenai perilaku air bawah tanah
sedemikian tidak memberikan dampak merugikan bagi lingkungan sekitar. Disamping
itu,kondisi tanah yang kurang baik yang di sertai dengan lahan yang sempit akan menberikan
kesulitan yang tinggi dalam pelaksanaan pekerjaan tanah dan pekerjaan lain yang terkait.
Keberadaan bangunan sekitar memberikan andil dalam proses penentuan metode pelaksanaan
struktur bawah. Hal tersebut disebabkan oleh adanya pengaruh pergerakan tanah
sekitar,kebisingan,dan debu yang sering menjadi hambatan pelaksanaan pekerjaan struktur
bawah bangunan.
Metode pekerjaan struktur bawah bangunan bertingkat ini terdapat beberapa jenis.
Penggolongan metode pekerjaan berdasarkan arah kerjanya dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu :
metode konvensional, metode top-down, dan metode semi top-down. Metode pekerjaan yang
digunakan dalam pembangunan Gedung Convetion Hall Kabupaten Deli Serdang ini adalah
metode konvensional.
Zoning struktur yang tepat akan membantu kelancaran pelaksanaan dan flow pengadaan
sumber daya yang terkait yaitu bekisting, besi tulangan, dan beton ready mix. Dalam
perencanaan zoning pekerjaan struktur ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :
 Kapasitas pengecoran harian rata-rata suatu daerah
 Volume material beton, besi dan bekisting serta flow pengadaannya
 Lahan yang tersedia untuk stok material
 Metode tempat pengecoran
 Metode khusus (misal, mass concrete) dan lainnya.
Dalam menentukan zoning, perlu diperhatikan batas-batas antar zone. Sebagai pedoman
praktis, batas zone ¼ bentang balok. Hal tersebut dikarenakan pada area tersebut diperkirakan
momen yang terjadi adalah nol atau mendekati nol.
Penentuan jumlah zoning, pada pekerjaan struktur juga diperlukan perencanaan arah/flow
pekerjaan struktur. Arah pekerjaan struktur akan menentukan hampir semua arah metode
pelaksanaan. Beberapa hal yang penting untuk diperhatikan dalam menentukan arah/flow
pekerjaan struktur adalah sebagai berikut :
 Perkiraan lintasan kritis schedule pelaksanaan
 Kemudahan pekerjaan
 Hindari kondisi lokasi pekerjaan yang terjebak karena flow yang salah

21
3.6 METODE PEKERJAAN PERSIAPAN

Persiapan
a. Pembersihan Lokasi
Setelah diketahui lokasi proyek tersebut, maka dilakukan pembersihan lokasi untuk
mempermudah pekerjaan selanjutnya.
b. Pemagaran Lokasi
Setelah dibersihkan, maka dilanjutkan untuk pekerjaan pemagaran lokasi untuk menjaga
kenyamanan dalam pelaksanaan proyek.
c. Penarikan Bowplank
Dilakukan penarikan bownplank untuk mengukur letak titik pondasi nantinya maupun
letak kolom nantinya, dilakukan dengan alat bantu Theodolit dengan menentukan titik-
titik koordinatnya.
d. Pembuatan Sumur Dangkal
Dilakukan pembuatan sumur dangkal untuk memenuhi kebutuhan air selama pekerjaan
proyek.

3.7 METODE PEKERJAAN KOLOM

a. Lingkup Pekerjaan
Melakukan Perakitan besi, Pemasangan Bekisting dan Pengecoran Beton.
b. Persiapan Pekerjaan
1. Mengirim program kerja (workplan) termasuk metoda kerja, schedule, perlatan, personil
kerja dan gambar kerja yang akan digunakan, untuk memperoleh persetujuan dari
Konsultan sebelum pekerjaan
2. Memberitahu Konsultan secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum tanggal
dilakukannya pelaksanaan pekerjaan
3. Ruang Lingkup Pekerjaan adalah :
a. Pekerjaan pabrikasi Besi
b. Pekerjaan bekesting
c. Pekerjaan Instalasi besi Tulangan
d. Cor Beton K-300

22
c. Metode Pelaksanaan
Berikut langkah-langkah dalam pekerjaan kolom beton.
1. Menyiapkan Papan Bekisting, Besi Beton, dan Job Mix Design dan Job Mix Formula
untuk pekerjaan kolom beton.
2. Menyiapkan sepatu kolom yang ditarik garis lurusnya dari sloof. Fungsinya agar
bekisting tepat berada pada titik koordinatnya sesuai dengan gambar perencanaan.
Sepatu kolom biasanya menggunakan besi stek yang dibor pada lantai.
3. Melakukan perakitan besi tulangan sesuai dengan desain yang telah ditentukan.
4. Memasang bekisting kolom. Jangan lupa beton decking atau tahu beton penyangga besi
tulangan. Tujuan beton decking ini untuk menjaga jarak selimut beton agar tidak
berubah selama proses pengecoran.
5. Memasang sabuk sloof pada bekisting kolom untuk memperkuat. Ukuran sloof yang
digunakan relative sesuai dengan Soft Drawing. Untuk mengunci balok tersebut harus
menggunakan tie rod. Tie rod bisa buat sendiri dari kayu dan besi atau bisa membeli
barang jadi. Jika ingin membuat sendiri menggunakan as drat ukuran 10 mm, besi ulir
10 mm dan plat besi tebal 3-5 mm.
6. Memasang pipa support Untuk menjaga vertikaliti dari kolom terhadap sloof dan
balok.Untuk mendapatkan kolom struktur yang sempurna, bekisting tidak boleh miring
ataupun goyang saat pengecoran Oleh karena itu pemasangan pipa support dinilai sangat
penting.
7. Setelah kompenen bekisting dan besi serta celah bekisting dirapatkan dan mendapatkan
persetujuan dari direksi, maka dilakukanlah pengecoran beton sesuai dengan jenis beton
yang diinginkan. Untuk hasil pengecoran merata harus dibantu dengan menggunakan
alat concreate vibrator.
d. Kebutuhan bahan, alat dan tenaga
Bahan:
 Beton K-300
 Baja Tulangan Beton Ø10 / D19
 Kawat Beton
 Bekisting
 Minyak Bekisting
 Paku
Peralatan:
 Bor sekrup

23
 Palu
 Gegep Besi
 Bar Cutter
 Bar Bender
 Theodolit
 Concreate Vibrator
 Waterpass
 Alat bantu pertukangan
Tenaga :
 Pekerja
 Tukang
 Kepala tukang
 Mandor
e. Analisa K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja)
Personil
 Pelaksana
 Petugas K3
 Tenaga Kerja
Aspek K3
 Memasang peringatan area wajib menggunakan “Pergunakan Alat Pelindung Diri
(APD)”
 Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) terdiri atas : Helm, Sepatu Safety, Sarung
Tangan, Masker dan Kaca Mata Kerja.

24
BAB IV
TINJAU KHUSUS

4.1 ANALISA KONDISI PEMBEBANAN KOLOM


Beban aksial yang bekerja pada penampang kolom dibedakan atas dua macam yaitu beban
sentris dan beban eksentris, Untuk penampang kolom dengan beban eksentris masih
dibedakan lagi menjadi empat macam yaitu :
1. Penampang kolom dengan keruntuhan tekan
2. Penampang kolom dengan keruntuhan seimbang (balance)
3. Penampang kolom dengan keruntuhan Tarik, dan,
4. Penampang kolom dengan kondisi beban Pn = 0

4.2 DATA AWAL KOLOM (K1)


a. Mutu beton yang direncanakan adalah f’c = 25 MPa,
b. Dimensi kolom yaitu = 400x400 mm,
c. Kuat tarik baja fy = 400 MPa,
d. Jarak pusat tulangan ke serat luar beton (d’) = 40 mm
e. Baja tulangan yang di gunakan adalah = 14D19 mm
f. Diameter sengkang adalah = 10 mm

25
4.3 PERHITUNGAN
Luas kolom, Ag = 400 x 400
= 160.000 mm2
Mutu beton, f’c = 25 MPa
= 0,025 kN/mm2

Ebeton = 4.700 √𝑓′𝑐

= 4.700 √25
= 23.400 MPa
Kuat tarik baja, fy = 400 MPa
= 0,35 kN/mm2
Ebaja = 200.000 MPa

𝑓𝑦 400
ey = = = 0.00175
𝐸𝑦 200.000
1 1

A1 = 4 ( . 𝜋 . 𝐷2) = 4 ( . 𝜋 . 192) = 1133,54 mm2
4 4
1 1

A2 = 2 ( . 𝜋 . 𝐷2) = 2 ( . 𝜋 . 192) = 566,77 mm2
4 4
1 1

A3 = 2 ( . 𝜋 . 𝐷2) = 2 ( . 𝜋 . 192) = 566,77 mm2
4 4
1 1

A4 = 2 ( . 𝜋 . 𝐷2) = 2 ( . 𝜋 . 192) = 566,77 mm2
4 4
1 1

A5 = 4 ( . 𝜋 . 𝐷2) = 4 ( . 𝜋 . 192) = 1133,54 mm2
4 4

Ast = A1+A2+A3+A4+ A5
= 1133,54 + 566,77 + 566,77 + 566,77 + 1133,54
= 3.967,39 mm2

Gambar Kolom (K1)

26
4.4 ANALISA BEBAN AKSIAL DAN MOMEN LENTUR
4.4.1 Tinjau Kondisi Beban Sentris
Po = 0,85 . f’c . (Ag – Ast) + Ast . fy
= 0,85 . 25 . (160.000 - 3.967,39) + 3.967,39 . 400
= 5.023.029,46 N
= 5.023.029 kN
f Po = 0,65 . PO
= 0,65 . 5.023.029 kN
= 3.264.96 kN
Pn,max = 0,85 . PO
= 0,85 . 5.023.029
= 4.269.57 kN
f Pn,max = 0,65 . Pn,max
= 0,65 . 4.269.57
= 279.277,05 Kn

4.4.2 Tinjau Kondisi Keruntuhan Tekan


d’ = 40 mm
d = 400 – 40
= 460 mm
400 . 𝑑
cb = 400+𝑓𝑦
400 . 460
= 400+400
= 270,58 mm
Diambil nilai c = 300 mm (> cb)
ɑ = b1 . c
= 0,85 . 300 = 255 mm

27

Tinjau nilai e1 dan f1 =
𝜀1
𝜀𝑐𝑢
200−𝑑 ′ = 𝑐
𝜀1
0,003
200−40 = 300
𝜀1
= 0,003
160 300
160
e1 = 𝑥 0,003
300

e1 = 0,0016 < ey = 0,00175


Sehingga di peroleh :

f1 = e1 x Es
= 0,0016 x 200
= 0,32 kN/mm2

28

Tinjau nilai e2 dan f2 =
𝜀2
𝜀𝑐𝑢
200−𝑑 ′ = 𝑐
𝜀2
0,003
200−145 = 300
𝜀2
= 0,003
55 300
55
e2 =
300 𝑥 0,003

e2 = 0,00055 < ey = 0,00175


Sehingga di peroleh :

f2 = e2 x Es
= 0,00055 x 200
= 0,11 kN/mm2


Tinjau nilai e3 dan f’3 =
𝜀3
𝜀𝑐𝑢
300−145 = 𝑐
𝜀3 0,003
=
155 300
155
e3 = 𝑥 0,003
300

e3 = 0,00155 < ey = 0,00175


Sehingga di peroleh :

f3 = e3 x Es
= 0,00155 x 200
= 0,31 kN/mm2


Tinjau nilai e4 dan f’4 =
𝜀4
𝜀𝑐𝑢
300−145 = 𝑐
𝜀4 0,003
=
155 300
155
e4 = 𝑥 0,003
300

e4 = 0,00155 < ey = 0,00175

29
Sehingga di peroleh :

f4 = e4 x Es
= 0,00155 x 200
= 0,31 kN/mm2


Tinjau nilai e5 dan f’5 =
𝜀5
𝜀𝑐𝑢
300−𝑑 ′ = 𝑐
𝜀5
0,003
300−40 = 300
𝜀5
= 0,003
260 300
260
e5 = 𝑥 0,003
300

e5 = 0,0026 > ey = 0,00175


Nilai e5 lebih besar dari nilai ey, sehingga tulangan A5 sudah leleh maka f’5 = fy =
0,400 kN/mm2


Tinjau Nilai Setiap Gaya (kN)
T1 = - (A1 x f1)
= - (1133,54 x 0,32)
= - 362,73 kN

T2 = - (A2 x f2)
= - (566,77 x 0,11)
= - 62,34 kN

CC = 0,85 x f’c x α x b
= 0,85 x 0,025 x 225 x 400
= 1.673.437 kN

C3 = (A3 x f’3)
= (566,77 x 0,31)
= 175,69 kN

30
C4 = (A4 x f’4)
= (566,77 x 0,31)
= 175,69 kN

C5 = (A5 x f’5)
= (1133,54 x 0,400)
= 396,74 kN


Tinjau Jarak Lengan Pusat Setiap Gaya (m)
0,5
e1 = - (( ) − 0,04 ) = −0,21 m
2
0,5
e2 = - (( ) − 0,145 = −0,036 m
2

0,5 0,225
ec = 2 = 0,1225 m
0,5
e3 = ( ) − 0,145 = 0,036 m
2
0,5
e4 = ( ) − 0,145 = 0,036 m
2
0,5
e5 = ( ) − 0,04 = 0,21 m
2


Tabel Perhitungan Beban Aksial, Pn, dan Momen Lentur, Mn

Tabel Hasil Perhitungan Beban Aksial Dan Momen Lentur Pada Kondisi Keruntuhan Tekan
Pada Kolom (K1) :

Gaya (kN) Lengan ke Pusat (m) Momen (kN. m)


T1 = -362,73 e1 = -0,21 76,173
T2 = -62,34 e2 = -0,036 2,224
CC = 1673,437 ec = 0,1225 204,49
C3 = 175,69 e3 = 0,036 6,324
C4 = 175,69 e4 = 0,036 6,324
C5 = 362,74 e5 = 0,21 83,315
Pn = 1.996,487 Mn = 379,39

31
f . Pn = 0,65 x 1.996,487
= 1.297,71 kN
f . Mn = 0,65 x 379,39
= 246,59 kN

4.4.3 Tinjau Kondisi Keruntuhan Seimbang (Balance)


d’ = 40 mm
d = 400 – 40
= 360 mm
400 . 𝑑
cb = 400+𝑓𝑦
400 . 360 230.000
= 400+400 = 850

= 270,58
mm
ɑ = b1 . c
= 0,85 . 270,58 = 229,99 mm

32

Tinjau nilai e1 dan f1 =
𝜀1
𝜀𝑐𝑢
229,42−𝑑 ′ = 𝐶𝑏
𝜀1
0,003
229,42−40 = 270,58
𝜀1
= 0,003
189,42 270,58
189,42
e1 = 𝑥 0,003
270,58

e1 = 0,0021 > ey = 0,00175


Nilai e1 lebih besar dari nilai ey, sehingga tulangan A1 sudah leleh maka f’1 = fy =
0,400 kN/mm2


Tinjau nilai e2 dan f2 =
𝜀2
𝜀𝑐𝑢
229,42−145 = 𝐶𝑏
𝜀2
= 0,003
84,42
270,58
84,42
e2 = 270,58 𝑥 0,003
e2 = 0,00093 < ey = 0,00175
Sehingga di peroleh :

f2 = e2 x Es
= 0,00093 x 200
= 0,186 kN/mm2


Tinjau nilai e3 dan f’3 =
𝜀3
𝜀𝑐𝑢
270,58−145 = 𝐶𝑏
𝜀3
= 0,003
125,58 270,58
125,58
e3 = 𝑥 0,003
270,58

e3 = 0,0013 < ey = 0,00175

33
Sehingga di peroleh :

f3 = e3 x Es
= 0,0013 x 200
= 0,26 kN/mm2


Tinjau nilai e4 dan f’4 =
𝜀4
𝜀𝑐𝑢
270,58−145 = 𝐶𝑏
𝜀4 0,003
=
125,58 270,58
125,58
e4 = 𝑥 0,003
270,58

e4 = 0,0013 < ey = 0,00175


Sehingga di peroleh :

f4 = e4 x Es
= 0,0013 x 200
= 0,26 kN/mm2


Tinjau nilai e5 dan f’5 =
𝜀5
𝜀𝑐𝑢
270,58−𝑑 ′ = 𝐶𝑏
𝜀5
0,003
270,58−40 = 270,58
𝜀5 0,003
=
230,58 270,58
230,58
e5 = 𝑥 0,003
270,58

e5 = 0,0025 > ey = 0,00175


Nilai e5 lebih besar dari nilai ey, sehingga tulangan A5 sudah leleh maka f’5 = fy =
0,400 kN/mm2


Tinjau Nilai Setiap Gaya (kN)
T1 = - (A1 x f1)
= - (1133,54 x 0,400)
= - 396,74 kN

34
T2 = - (A2 x f2)
= - (566,77 x 0,186)
= - 105,42 kN

CC = 0,85 x f’c x α x b
= 0,85 x 0,025 x 229,99 x 400
= 1.710,55 kN

C3 = (A3 x f’3)
= (566,77 x 0,26)
= 147,36 kN

C4 = (A4 x f’4)
= (566,77 x 0,26)
= 147,36 kN

C5 = (A5 x f’5)
= (1133,54 x 0,400)
= 396,74 kN


Tinjau Jarak Lengan Pusat Setiap Gaya (m)
0,5
e1 = - (( ) − 0,04 ) = −0,21 m
2
0,5
e2 = - (( ) − 0,145 = −0,036 m
2

0,5 0,229,99
ec = 2 = 0,27 m
0,5
e3 = ( ) − 0,145 = 0,036 m
2
0,5
e4 = ( ) − 0,145 = 0,036 m
2
0,5
e5 = ( ) − 0,04 = 0,21 m
2

35

Tabel Perhitungan Beban Aksial, Pn, dan Momen Lentur, Mn

Tabel Hasil Perhitungan Beban Aksial dan Momen Lentur Pada Kondisi Keruntuhan Seimbang
Pada Kolom (K1) :

Gaya (kN) Lengan ke Pusat (m) Momen (kN. m)


T1 = -396,74 e1 = -0,21 83,32
T2 = -105,42 e2 = -0,036 3,79
CC = 1710,52 ec = 0,27 461,85
C3 = 147,36 e3 = 0,036 5,304
C4 = 147,36 e4 = 0,036 5,304
C5 = 396,74 e5 = 0,21 83,32
Pn .b = 1.899,82 Mn .b = 642,888

f . Pn .b = 0,65 x 1.899,82
= 1.234,883 kN
f . Mn .b = 0,65 x 642,888
= 417,877 kN

4.4.4 Tinjau Kondisi Keruntuhan Tarik


d’ = 40 mm
d = 400 – 40
= 460 mm
400 . 𝑑
cb = 400+𝑓𝑦
400 . 460 230.00
= 400+400 = 850 = 270,58 𝑚𝑚
= 270,58 mm
Diambil nilai c = 260 mm (< cb)
ɑ = b1 . c
= 0,85 . 260 = 221 mm

36

Tinjau nilai e1 dan f1 =
𝜀1
𝜀𝑐𝑢
240−𝑑 ′ = 𝐶
𝜀1
0,003
240−40 = 260
𝜀1
= 0,003
200 260
200
e1 = 𝑥 0,003
260

e1 = 0,0023 > ey = 0,00175


Nilai e1 lebih besar dari nilai ey, sehingga tulangan A1 sudah leleh maka f’1 = fy =
0,400 kN/mm2


Tinjau nilai e2 dan f2 =
𝜀2
𝜀𝑐𝑢
240−145 = 𝐶
𝜀2
= 0,003
95 260
95
e2 =
260 𝑥 0,003
e2 = 0,0010 < ey = 0,00175

37
Sehingga di peroleh :

f2 = e2 x Es
= 0,0010 x 200
= 0,2 kN/mm2


Tinjau nilai e3 dan f’3 =
𝜀3
𝜀𝑐𝑢
260−145 = 𝐶
𝜀3
= 0,003
115 260
115
e3 = 𝑥 0,003
260

e3 = 0,0013 < ey = 0,00175


Sehingga di peroleh :

f3 = e3 x Es
= 0,0013 x 200
= 0,26 kN/mm2


Tinjau nilai e4 dan f’4 =
𝜀4
𝜀𝑐𝑢
260−145 = 𝑐
𝜀4 0,003
=
115 260
115
e4 = 𝑥 0,003
260

e4 = 0,0013 < ey = 0,00175


Sehingga di peroleh :

f4 = e4 x Es
= 0,0013 x 200
= 0,26 kN/mm2

38

Tinjau nilai e5 dan f’5 =
𝜀5
𝜀𝑐𝑢
260−𝑑 ′ = 𝑐
𝜀5
0,003
260−40 = 260
𝜀5
= 0,003
220 260
220
e5 = 𝑥 0,003
260

e5 = 0,0025 > ey = 0,00175


Nilai e5 lebih besar dari nilai ey, sehingga tulangan A5 sudah leleh maka f’5 = fy =
0,400 kN/mm2


Tinjau Nilai Setiap Gaya (kN)
T1 = - (A1 x f1)
= - (1133,54 x 0,400)
= - 396,74 kN

T2 = - (A2 x f2)
= - (566,77 x 0,2)
= - 113,354 kN

CC = 0,85 x f’c x α x b
= 0,85 x 0,025 x 221 x 400
= 1.643,68 kN

C3 = (A3 x f’3)
= (566,77 x 0,26)
= 147,36 kN

C4 = (A4 x f’4)
= (566,77 x 0,26)
= 147,36 kN

39
C5 = (A5 x f’5)
= (1133,54 x 0,400)
= 396,74 kN


Tinjau Jarak Lengan Pusat Setiap Gaya (m)
0,5
e1 = - (( ) − 0,04 ) = −0,21 m
2
0,5
e2 = - (( ) − 0,145 = −0,036 m
2

0,5 0,221
ec = 2 = 0,1395 m
0,5
e3 = ( ) − 0,145 = 0,036 m
2
0,5
e4 = ( ) − 0,145 = 0,036 m
2
0,5
e5 = ( ) − 0,04 = 0,21 m
2


Tabel Perhitungan Beban Aksial, Pn, dan Momen Lentur, Mn
Tabel Hasil Perhitungan Beban Aksial dan Momen Lentur Pada Kondisi Keruntuhan Tarik
Pada Kolom (K1) :

Gaya (kN) Lengan ke Pusat (m) Momen (kN. m)


T1 = -396,74 e1 = -0,21 83,32
T2 = -113,354 e2 = -0,036 4,080
CC = 1643,88 ec = 0,1395 229,32
C3 = 147,36 e3 = 0,036 5,304
C4 = 147,36 e4 = 0,036 5,304
C5 = 396,74 e5 = 0,21 83,32
Pn .b = 1.825,246 Mn .b = 410,648

f . Pn .b = 0,65 x 1.825,246
= 1.186,41 kN
f . Mn .b = 0,65 x 410,648
= 266,92 kN

40

Batas Struktur Boleh di Anggap Hanya Menahan Momen Lentur Pada :
P u f = 0,10 . f’c . b . h
= 0,10 . 25 . 400 . 400
= 437.400 kN
= 437,5 kN
P u f = f . Pn.b
Dipilih nilai yang terkecil, yaitu Puf = 437,5 kN

4.4.5 Tinjau Kondisi Keadaan Beban Pn = 0

Pada keadaan ini di hitung seperti balok .


ds = d’s = 40 + 4 = 60 𝑚𝑚
0
2

d = h - ds = 400 – 60 = 340 mm
Tulangan Tarik Aki = A1 + A2 = 1.133,54 + 566,77 = 1.700,31 mm
Tulangan Tekan Aka = A3 + A4 + A5 = 566,77 + 566,77 + 1.133,54 = 2.276,08 mm
400 . 𝐴′ 𝑘𝑎−𝐴𝑘𝑖 . 𝑓𝑦
P = 1,7 .𝑓 ′ 𝑐 . 𝑏

400 . 1.700,31−2.267,08 . 400


` = 1,7 . 25 . 400

850,155−793,478
= 14,875

= 3,81
400 . 𝛽1 . 𝑑′𝑠 . 𝐴′𝑘𝑎
q = 0,85 .𝑓 ′ 𝑐 . 𝑏

400 . 0,85 . 60 . 2.267,08


= 0,85 . 25 . 400

= 57,81 = 7,77
7,437

41
α = (√𝑃2 + 𝑞 ) - P

= (√3,812 + 7,77 ) – 3,81


= √22,28 + 3,81
= 4,29 mm
𝑎 . 𝛽1 . 𝑑′𝑠
f’2 = x 400
𝑎

4,29 . 0,85 . 60
= 4,29 x 400
4,29 . 51
= 4,29 x 400
= - 5.444,0559 mm
Mnc 𝑎
= 0,85 . f’c . α . b ( 440 − )
2
4,29
= 0,85 . 25 . 4,29 . 400 ( 440 − )
2

= 31.906,875 (437,855)
= 13.970.584.753,1 N.mm ≈ 13.970.584,75 kN.m
Mns = 𝐴𝑘𝑎 . 𝑓 ′ 2 . (𝑑−𝑑𝑠)

= 2.267,08 (-5.444,0559) . (440-60)


= -12.342.110,25 N.mm ≈ - 12.342,11 kN.m
Mn = Mnc + Mns
= 13.970.584,75 + 12.342,11
= 13.982.926,86 N.mm ≈ 13.982,92 kN.m
Nilai Kuat Rencana f = 0,65, maka, f . Mn = 0,65 . 13.982,92
= 9.088,89 kN.m
f = 0,80, maka, f . Mn = 0,80 . 13.982,92
= 11.186,33 kN.m

42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Pelaksanaan Kerja Praktek selama tiga bulan di Proyek Pembangunan Gedung
Convetion Hall Kabupaten Deli Serdang Medan, telah memberikan pengalaman-
pengalaman dan pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pembagunan suatu
proyek. Ada beberapa hal yang dapat diambil kesimpulan selama kerja praktek adalah :

1. Proyek pekerjaan pembangunan Rusun Samapta Polda Sumut bertujuan untk menambah
daya dukung dan semangat anggota POLRI terkhusus Anggota kepolisian dari Polda
SUMUT. Dimana pembangunan rusun ini diperuntukan kepada anggota Polda Sumut
yang berkeluarga, Dengan adanya Rusun tersebut hubungan dan ikatan antar Keluarga
besar Polda sumut dapat terjalin sangat baik dimana adanya interaksi antar anggota dan
keluarga Polri, Dengan adanya Rusun ini dapat menjadi penunjang besar dalam
pelaksanaan dan rasa royalitas anggota Polri kepada daerah tugasnya.
2. Gedung Gedung Convetion Hall Kabupaten Deli Serdang memiliki 2 lantai.
3. Pelaksanaan pengawasan terhadap suatu proyek konstruksi adalah suatu hal yang sangat
penting. Pengawasan dilakukan supaya pekerjaan yang dilaksanakan oleh pelaksana
proyek sesuai dengan rencana, pedoman pelaksanaan konstruksi yang ada, spesifikasi
teknis, dan gambar rencana proyek tersebut. Pada proyek ini dilaksanakan pengawasan
terhadap mutu bahan, pengawasan pelaksanaan pekerjaan, pengendalian waktu serta
evaluasi kemajuan pekerjaan.
4. Pekerjaan persiapan merupakan langkah awal sebuah proyek yang meliputi :
a) Pembersihan tanah lapangan dan meratakan tanah lapangan.
b) Pembangunan direksi keet, gudang, barak pekerja serta fasilitas penunjang lainnya
beserta sarana dan prasarananya.
c) Pekerjaan galian, urugan dan pemadatan
5. Sistem struktur gedung ini memiliki Kolom dan struktur rangka beton bertulang dengan
menggunakan K300.
6. Dari perhitungan analisa kondisi pembeban kolom beban aksial dan momen lentur, Nilai
kuat rencana sebesar 11.186,33 kN.m

43
Penyusun mempelajari berbagai metode konstruksi dan struktur bangunan Convention
Hall Kab. Deli Serdang Sumut sekaligus mempelajari aspek manajemen konstruksi melalui
pelaksanaan lapangan. Penulis juga ditunjukkan kesalahan-kesalahan di lapangan yang dapat
terjadi dan bagaimana respon atau pertimbangan untuk kebijakan yang diambil terkait
dengan proses konstruksinya.

5.2 SARAN

Adapun hal yang perlu mendapat perhatian pada proyek ini adalah pelaksana
maupun pengawas sebaiknya lebih meningkatkan pengawasan dan koreksi pelaksanaan
pekerjaan, karena masih banyak pekerja yang tidak memakai perlengkapan pengaman saat
melakukan pekerjaan yang mana hal itu merupakan salah satu prosedur pelaksanaan proyek.

5.3 PENUTUP
Dengan rasa kerendahan hati dan selalu takut akan Tuhan, demikianlah laporan kerja
praktek ini, semoga dapat membawa manfaat dan dapat menjadi referensi pada pembaca.

44
BAB VI
DOKUMENTASI

43
46
47
48
49
50
51

Anda mungkin juga menyukai