Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN AKHIR

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN MESIN

RANCANG BANGUN DESAIN LIFT GALLON METODE


PESAWAT ANGKAT SEDERHANA

Disusun oleh:
(KELOMPOK 01)
ARIS SUWANTO (17117014)
MUHAMAD NAWASI (17117076)
MUHAMMAD DZIKRY AZHARI (17117010)
MUHAMMAD YUSRON ASYROFI (17117017)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNOLOGI MANUFAKTUR DAN
KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2020
Halaman Nomor Persoalan

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNOLOGI MANUFAKTUR DAN KEBUMIAN

LAPORAN AKHIR

Disusun untuk melengkapi persyaratan kelulusan mata kuliah perancangan mesin


Program Studi Teknik Mesin
Jurusan Teknologi Manufaktur dan Kebumian

Judul : RANCANG BANGUN DESAIN LIFT GALLON


METODE PESAWAT ANGKAT SEDERHANA
Nomor Persoalan : 01 / 01 / ML / SUG / 09 / 17
Mata Kuliah : Perancangan Mesin (MS-3212)
Nama dan NIM. Mahasiswa: ARIS SUWANTO (17117014)
MUHAMAD NAWASI (17117076)
MUHAMMAD DZIKRY A. (17117010)
MUHAMMAD YUSRON A. (17117017)
Jurusan : Jurusan Teknologi Manufaktur dan Kebumian

Lampung Selatan, 14 Mei 2020

Dosen Pembimbing Perancangan

Abdul Muhyi, S.T., M.T.

NIP/NRK. 1988 01 14 2016 1042


HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ARIS SUWANTO
NIM. : 17117014
Program Studi : Teknik Mesin
Menyatakan bahwa Laporan Akhir dengan judul “Rancang Bangun Desain Lift
Gallon Metode Pesawat Angkat Sederhana” bersifat ASLI atau ORIGINAL dan
BUKAN merupakan karya yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain,
kecuali secara tertulis diacu dalam naskah serta disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila terbukti bahwa Laporan Akhir yang telah kami tulis ini merupakan hasil
karya pihak lain, saya bersedia untuk membuat Laporan Akhir dengan judul baru
atau menerima sanksi lain.

Lampung Selatan, 14 Mei 2020

Aris Suwanto
NIM. 17117014
KATA PENGANTAR

Puji ayukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat mendiskusikan tugas matakuliah Perancangan yang berjudul
“Lift Galon” ini sesuai dengan timeline dan capaian pembelajaran.
Adapun tujuan dari proses desain lift galon ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Perancangan pada program studi Teknik Mesin Institut Teknologi Sumatera.
Selain itu, tujuan dari proses desain lift gallon yang dilakukan adalah untuk
mempermudah akomodasi gallon dan barang dari mahasiswa/i asrama TPB ITERA.
Laporan akhir tentang desain lift gallon ini juga diharapkan dapat menjadi bahan
evaluasi dalam pembuatan gedung asrama yang lebih ergonomi. Selain dapat
menuangkan gagasan dalam bentuk desain dan tulisan, melalui laporan akhir ini,
kami juga dapat berlatih menjadi insan yang baik dimasa depan. Ucapan terima
kasih kepada :
1. Bapak Abdul Muhyi selaku dosen pengampuh mata kuliah perancangan, dosen
pembimbing dan penanggung jawab matakuliah perancangan.
2. Bapak Kardo Rajagukguk, S.pd., M.Eng. selaku dosen pengampuh mata kuliah
perancangan.
3. Teman-teman mahasiswa/i Teknik Mesin ITERA, yang telah memotivasi kami
dalam melakukan pembuatan tugas secara diskusi online.
4. Keluarga kami terutama untuk kedua orang tua yang selalu mendoakan dan
memberikan dukungan dengan penuh cinta dan kasih sayangnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah menuangkan
gagasan dan pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan akhir ini.
Kami menyadari laporan akhir yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan selalu kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Lampung Selatan, 27 April 2020

Kelompok 1

i
ABSTRACT

The transportation of gallons in the life of the building is more than one
floor that does not need lifting facilities, especially when the distribution of
gallons located on the top floor is related to using a manual process and
only using human labor directly as the transporter, of course this makes the
process of sending gallons less efficient because it consumes a lot of time
and energy. Today, simple aircraft continue to be innovated with various
technological advancements to be more efficient and effective in order to
achieve faster and more ergonomic lifestyle goals. As found in the
compilation dormitory building transporting student needs to students who
need it on the fifth floor of the dormitory and carrying a gallon weight of
less than twenty kilos.

The design of design method used is the development research method


(research and development). Design methods to create designs for gallon
transportation that use simple control systems and functions that are used
to support the life of more ergonomic boarding students. The results of the
design and analysis showed that the gallon design performance gave an
assessment to do their job in accordance with the work design. The design
of the field survey was conducted first, by looking at the area to implement
the gallon lift which carried four nineteen liters gallons in one operation.

Evaluation of the level of appropriateness of elevator design is divided into


several aspects. Design aspects and performance are the main aspects in
making the design of the design. Comfort aspects and benefits aspects are
aspects where we see the suitability of functions in a design design.

Kata kunci: desain rancang bangun, hand type brake, lift pengangkut gallon.

ii
INTISARI

Pengangkutan gallon dalam kehidupan digedung lebih dari satu lantai yang
tidak terdapat fasilitas lift, khususnya pada saat proses pendistribusian
gallon yang terletak di lantai atas menjadi suatu permasalahan apabila
menggunakan proses manual dan hanya menggunakan tenaga manusia
secara langsung sebagai pengangkutnya, tentu hal tersebut membuat proses
pengiriman gallon kurang efisien karena memakan banyak waktu dan
tenaga. Dewasa ini, pesawat sederhana terus di inovasikan dengan berbagai
kemajuan teknologi agar fungsinya lebih efisien dan efektif guna tercapainya
tujuan gaya hidup yang semakin instan dan ergonomi. Seperti persoalan
yang penulis temukan pada sebuah gedung asrama yang mengangkat gallon
atau barang keperluan mahasiswa untuk konsumsi mahasiswa yang berada
di lima lantai gedung asrama dan mengankat berat gallon kurang lebih
80kg per satu kali angkut.

Metode desain rancang bangun yang digunakan adalah metode penelitian


pengembangan (research and development). Metode desain difokuskan
untuk membuat desain suatu alat angkut gallon yang menggunakan sistem
control sederhana dan fungsi yang efektif guna menunjang kehidupan
mahasiswa asrama yang lebih ergonomi. Hasil desain dan analisis
menunjukkan bahwa unjuk kerja rancang bangun lift galon mampu
menggambarkan untuk melakukan tugasnya sesuai dengan desain kerja.
Pembuatan desain dilakukan survey lapangan terlebih dahulu, dengan
melihat area untuk implementasi lift gallon yang mengangkut empat buah
gallon Sembilan belas liter dalam satu kali operasi.

Penilaian tingkat kelayakan desain lift galon dibagi dalam beberapa aspek.
Aspek desain dan unjuk kerja merupakan aspek utama dalam pembuatan
suatu desain perancangan. Aspek kemudahan pengoperasian dan aspek
manfaat adalah aspek dimana kita melihat kesesuaian fungsi dalam suatu
desain perancangan.

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


ABSTRACT ....................................................................................................................... ii
INTISARI ......................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Perancangan ........................................................................................ 2
1.4 Batasan Masalah ............................................................................................... 3
1.5 Metode Pengumpulan Data .............................................................................. 3
1.6 Sistematika Penulisan ....................................................................................... 4
1.7 Manfaat Perancangan....................................................................................... 4
1.8 Penegasan Istilah ............................................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................... 7
2.1 Sistem Kontrol ................................................................................................... 7
2.2 Band Type Brake ................................................................................................ 7
2.3 Pesawat Angkat ................................................................................................. 9
2.3 Potensio Meter ................................................................................................. 12
2.4 Switch Limit...................................................................................................... 14
2.5 Motor DC ......................................................................................................... 14
2.6 Asrama TPB ITERA....................................................................................... 17
BAB III METODOLOGI PERANCANGAN ............................................................... 19
3.1 Analysis DR&O ..................................................................................................... 19
3.2 Analisys Alternatif Desain .............................................................................. 20
3.3 Alat dan Bahan Perancangan ........................................................................ 25
3.4 Prosedur Desain Perancangan ....................................................................... 29
3.5 Fungsi dan Pengujian Desain ......................................................................... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 32
4.1 Studi Kasus ...................................................................................................... 32
4.2 Gambar Mesin ................................................................................................. 32
4.3 Keilmuan Teknik Mesin ................................................................................. 33
4.4 Manufacturability and Cost ............................................................................. 46

iv
4.5 Pembahasan Hasil Akhir Perancangan ........................................................ 48
BAB V PENUTUP........................................................................................................... 50
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 50
5.2 Saran ................................................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 50
LAMPIRAN..................................................................................................................... 52
Lampiran 1. Desain 3D lift gallon............................................................................... 52
Lampiran 2. Desain 2D lift gallon............................................................................... 53
Lampiran 3. Desain 2D lift gallon............................................................................... 54

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Band type brake ........................................................................................... 8


Gambar 2. 2 Katrol tunggal tetap .................................................................................... 11
Gambar 2. 3 Struktur potensiometer beserta bentuk dan simbolnya ............................... 12
Gambar 2. 4 Prinsip kerja (cara kerja) potensiometer ..................................................... 13
Gambar 2. 5 Simbol Limit Switch (Malvino, 1984) ....................................................... 14
Gambar 2. 6 Motor DC.................................................................................................... 15

Gambar 3. 2 Band type brake .......................................................................................... 20


Gambar 3. 3 Drum Brake ................................................................................................ 21
Gambar 3. 4 Disk Brake .................................................................................................. 22
Gambar 3. 5 Motor DC.................................................................................................... 25
Gambar 3. 6 Baja assental ( shafting bars) .................................................................... 26
Gambar 3. 7 Pulley ......................................................................................................... 26
Gambar 3. 8 Kawat seling baja........................................................................................ 27
Gambar 3. 9 Baja I-beam ................................................................................................ 27
Gambar 3. 10 Baja plat .................................................................................................... 27
Gambar 3. 11 Baja coil (baja sheet) ................................................................................ 28
Gambar 3. 12 Band type brake ........................................................................................ 28
Gambar 3. 13 Potensiometer ........................................................................................... 28
Gambar 3. 14 Limit switch .............................................................................................. 29
Gambar 3. 15 Diagram alir proses pembutan produk (Kelompok 01) ............................ 29

Gambar 4. 1 Desain Lift Galon (Kelompok 01) .............................................................. 33


Gambar 4. 2 Skema las dengan elektrode terbungkus dan mesin las SMAW ................. 43
Gambar 4. 3 Paku keling atau rivet ................................................................................. 45

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Alokasi Kamar (https://asrama.itera.ac.id/) ..................................................... 18

Tabel 4. 1 I-Beam (INP) (Kelompok 01) ........................................................................ 34


Tabel 4. 2 Baja Assental ( Shafting Bars) (Kelompok 01) ............................................... 34
Tabel 4. 3 Plat Baja (Hot Rolled/Sheet) (Kelompok 01).................................................. 34
Tabel 4. 4 Biaya Bahan Baku Material (Kelompok 01) ................................................... 47
Tabel 4. 5 Total biaya proses produksi (Kelompok 01) ................................................... 48

vii
Bab 1 Pendahuluan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia teknologi pesawat angkat sederhana telah kita ketahui sejak
dahulu. Dengan mekanisme yang cukup sederhana akan tetapi mengurangi beban
pekerjaan manusia yang lumayan berat. Semakin berkembangnya teknologi,
pesawat sederhana terus di inovasikan dengan berbagai kemajuan teknologi agar
fungsinya lebih efisien dan efektif guna tercapainya tujuan gaya hidup yang
semakin instan. Dengan kemudahan yang ditawarkan kemajuan saat ini, sangat
disayangkan jika kampus yang berslogan “ITERA For Sumatera” memiliki asrama
yang masih kurang perhatiannya terhadap kajian ilmu ergonomi. Salah satunya
adalah asrama yang tidak memiliki fasilitas lift atau minimal alat angkut barang
untuk akomodasi beberapa barang keperluan mahasiswa yang berukuran besar dan
berat, khususnya dalam pengangkutan air mineral kemasan gallon Sembilan belas
liter.
Dimana kita ketahui dan lihat bahwa asrama jika ingin menaikan kemasan
air minum (gallon air mineral 19 liter) dan barang-barang yang memilki massa
besar harus mengangkat secara manual melalui anak tangga. Prosesnya dengan
proses pengangkutan masih menggunakan tenaga manusia secara langsung yang
menyebabkan ketidakefisienan, yaknik membutuhkan waktu yang cukup lama dan
tenaga besar. Sehingga sangat disayangkan sekali, jika kita sebagai mahasiswa
kampus tersebut tidak kritis melihat persoalan ini. Oleh karena itu kami sebagai
mahasiswa ingin menemukan solusi untuk menunjang kehidupan adek tingkat kami
yang tinggal diasrama dengan keterbatasan yang ada untuk mendapatkan metode
sederhana yang lebih efektif. Dalam prosesnya jika kita lihat tidak begitu menjadi
persoalan namun jika kita tinjau secara keberlangsungannya, hal ini harus
dipertimbangkan karena jika ada solusi yang lebih efektif mengapa kita harus
mempertahankan metdode yang lama. Khususnya untuk mahasiswa yang tinggal
diasrama putri, lift gallon ini sangat membantu dalam siklus hidup mahasiswa
diasrama.

1
Bab 1 Pendahuluan
Saat ini kami sedang menempuh matakuliah prancangan, sehingga dengan
ini kami bisa banyak bergerak untuk persoalan yang kami paparkan di atas.
Pergerakan yang kami lakukan tidak lah bertele-tele, akan tetapi yang ingin kami
lakukan adalah membuat desain lift barang (lift gallon) dengan kesederhanaan
desain yang ada pada pesawat angkat. Akan tetapi, kesederhanaan yang kami ingin
wujudkan berkontribusi besar bagi keberlangsungan kehidupan diasrama yang
lebih mudah dan efisien dalam akomodasi barang-barang dan gallon air mineral.
Pesawat sederhana yang akan kami rencanakan ini memiliki mekanisme hampir
sama dengan lift pada umumnya. Disini kami merancang hampir menyerupai lift
manusia, namun kapasitas yang dirancang hanya sebatas berkekuatan sebesar beban
gallon. Dengan motor penggerak motor listrik dan kontrol menggunakan kontrol
sederhana yang memanfaatkan potensiometer serta band type brake. Modelnya
hampir mirip dengan forklift, dimana gallon akan dinaikkan kawat baja (seling baja/
wire) kelantai yang dituju. Dalam merancang kami akan menghitung kekuatan dari
tali katrol serta rangka baja dari lift tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari judul Rancang Bangun Desain Lift Gallon Metode
Pesawat Angkat Sederhana adalah : Sistem pengiriman atau pengangkut gallon
kesetiap lantai di ASRAMA TPB ITERA (Gedung Lima Lantai) yang masih
dilakukan secara manual dengan tenaga manusia, yakni mengangkat secara
langsung dengan menaiki anak tangga yang ada diasrama tersebut. Dengan ini kami
berinovasi melakukan pengembangan dengan membuat lift metode angkat pesawat
sederhana yang melihat sistem kerja dari katrol. Desain sederhana dan menerapkan
sistem kendali yang mudah dioperasikan oleh seluruh civitas akademika ASRAMA
TPB ITERA merupakan suatu aspek penting dalam desain perancangan ini.

1.3 Tujuan Perancangan


Adapun dalam setiap desain perancangan pastinya memuat capaian yang
diinginkan. Tujuan perancangan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :
a. Menghasilkan sebuah desain Rancang Bangun sistem pesawat sederhana yang
menghasilkan alat bantu pengiriman gallon kesetiap lantai di asrama.

2
Bab 1 Pendahuluan
b. Mampu memberikan gambaran cara kerja lift gallon secara sederhana dalam
pembelajaran keilmuan teknik mesin yaitu sistem kendali.

1.4 Batasan Masalah


Agar permasalahan desain lift galon lebih terfokus, maka dilakukan
pembatasan permasalahan lapangan diantaranya sebagai berikut :
a. Rancang bangun lift galon ini hanya seperti pesawat sederhana sistem katrol
menggunakan motor listrik sebagai sebagai penggerak.
b. Rancang bangun lift ini dirancang hanya untuk melayani pengiriman gallon
dan barang-barang yang mampu ditampung oleh kabin lift tersebut.
c. Perancangan ini dianggap selesai apabila desain, biaya produksi dan analisis
keilmuan teknik mesin dapat dijelaskan secara teori dari rancang bangun ini.

1.5 Metode Pengumpulan Data


Dalam melakukan proses perancangan hendaknya kita memperhatikan
metode pengumpulan data untuk menciptakan produk yang sesuai dengan lokasi
penempatan produk dan fungsional dari produk tersebut. Kami melakukan
pengumpulan data dengan menggunakan dua metode pengumpulan data, yakni
observasi dan interview. Metode observasi yang dilakukan adalah melihat dan
meninjau langsung lokasi asrama yang akan diletakkan sebuah rancangan lift gallon
tersebut. Dengan observasi kita juga melihat bagaimana aktivitas akomodasi gallon
yang dilakukan oleh mahasiswa menggunakan tenaga manusia secara langsung
dalam proses pengangkutannya.
Metode interview juga kami lakukan guna melihat antusiasme mereka jika
dilakukan pembuatan alat angkut gallon dan tingkat efektivitas terhadap kehidupan
mereka. Interview yang kami lakukan tidak hanya kepada mahasiswa bersangkutan,
melainkan juga terhadap civitas akademika asrama yang lain, seperti kakak asrama,
satpam asrama, administrasi asrama, beberapa dosen asrama, serta kepala asrama
yang menaungi seluruh gedung asrama yang ada di kampus ITERA. Dimana hasil
wawancara tersebut kami gunakan untuk melakukan desain produk lift gallon ini.

3
Bab 1 Pendahuluan
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan desain rancang bangun lift gallon ini terdiri atas lima
bab yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Bab 1 Pendahuluan
Bab ini memuat tentang latar belakang dari penelitian, perumusan masalah,
tujuan perancangan, batasan masalah, metode pengumpulan data, sistematika
penulisan, manfaat perancangan dan penegasan istilah.
B. Bab 2 Landasan Teori Perancangan
Bab ini membahas tentang sistem control dalam desain perancangan, klasifikasi
komponen lift galon, dan dasar teori pesawat sederhana dengan system katrol
yang dipergunakan dalam pembuatan desain rancang bangun sistem lift
pengangkut gallon diasrama.
C. Bab 3 Metode Penelitian
Bab ini membahas tentang perhitungan pada perencanaan desain alat pengagkut
galon, proses desain lift galon, alat dan bahan yang dibutuhkan, proses
pembuatan , pengoperasian dan analisis pengujian alat.
D. Bab 4 Hasil dan Pembahasan
Bab ini dijelaskan hasil proses pengujian dari sistem lift pengangkut galon,
diskripsi studi kasus tentangang kurangnya fasilitas alat angkut gallon diasrama,
analisa masalah dan evaluasi data hasil perhitungan desain alat.
E. Bab 5 Penutup berisi Simpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan atas hasil analisis desain rancang bangun lift galon
dan saran yang mendukung desain rancang bangun agar memberikan hasil
yang lebih baik lagi dalam pembangunan lift pada nantinya dan untuk
pengembangannya serta berisi keinginan penulis menyampaikan suatu
gagasan yang belum dicapai dalam tujuan penelitian demi perbaikan. Bagian
akhir berisi Daftar Pustaka dan Lampiran-lampiran.

1.7 Manfaat Perancangan


Jika tujuan pembuatan ini mencapai hasil yang positif, maka manfaat yang

akan diperoleh antara lain adalah sebagai berikut:

4
Bab 1 Pendahuluan
a. Menciptakan peradaban kehidupan mahasiswa asrama yang ergonomi agar

selalu mengikuti perkembangan teknologi.

b. Diharapkan mampu memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) karena memenuhi

fungsi kebutuhan manusia (di asrama).

c. Sebagai bahan acuan bagi mahasiswa atau umum untuk mengadakan

pengembangan dan penelitian sesuai dengan disiplin ilmu masing- masing.

d. Hasil rancang bangun dapat digunakan dalam dunia industri sehingga dapat

membantu kerja manusia untuk tidak mengeluarkan banyak waktu dan

energi.

1.8 Penegasan Istilah


Untuk menghindari penafsiran yang berbeda tentang desain perancangan ini,

diberikan beberapa penjelasan istilah sebagai berikut:

a. Desain Perancangan atau Rancang Bangun

Rancang bangun merupakan kegiatan menerjemahkan hasil analisis ke dalam

bentuk perangkat lunak gambar manual, kemudian menciptakan sistem

tersebut ataupun memperbaiki sistem yang sudah ada sebelumnya.

b. Alat

Alat merupakan benda yang di gunakan untuk mengerjakan sesuatu yang

berfungsi untuk mempermudah pekerjaan manusia.

c. Lift Galon

Lift galon adalah alat angkat dan angkut yang di khususkan untuk transportasi

gallon dan barang yang masuk dalam kabin lift. Penumpang(manusia) di larang

5
Bab 1 Pendahuluan
menaiki lift ini. Jenis lift ini banyak di gunakan di dunia industri. Lift

jenis ini memiliki ukuran kabin yang lebih kecil untuk media angkut gallon

dan barang.

d. Gallon

Gallon adalah objek yang nantinya akan diangkut oleh lift gallon, dimana gallon

tersendiri merupakan kemasan air mineral ukuran 19 liter yang biasa digunakan

untuk tampungan air minum bagi mahasiswa asrama dimasing-masing kamar.

6
Bab 2 Landasan Teori
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Kontrol


Sistem kontrol (control system) merupakan suatu kumpulan cara atau
metode yang dipelajari dari kebiasaan-kebiasaan manusia dalam bekerja, dimana
manusia membutuhkan suatu pengamatan kualitas dari apa yang telah mereka
kerjakan sehingga memiliki karakteristik sesuai dengan yang diharapkan pada
mulanya. Perkembangan teknologi menyebabkan manusia selalu terus belajar
untuk mengembangkan dan mengoperasikan pekerjaan-pekerjaan kontrol yang
semula dilakukan oleh manusia menjadi serba otomatis.
Dalam aplikasinya, sistem kontrol memegang peranan penting dalam
teknologi. Sebagai contoh, otomatisasi industri dapat menekan biaya produksi,
mempertinggi kualitas, dan dapat menggantikan pekerjaan-pekerjaan rutin yang
membosankan. Sehingga dengan demikian akan meningkatkan kinerja suatu
sistem secara keseluruhan, dan pada akhirnya memberikan keuntungan bagi
manusia yang menerapkannya.

2.2 Band Type Brake


Rem pita terdiri dari pita fleksibel dari kulit, satu atau lebih tali, atau baja
yang dilapisi bahan gesekan, yang mencakup bagian keliling drum. Rem band,
seperti, disebut rem band sederhana di mana salah satu ujung band terpasang ke pin
tetap atau fulcrum tuas sedangkan ujung lainnya terpasang ke tuas pada jarak b dari
fulcrum. Ketika gaya P diterapkan pada tuas di C, tuas berputar tentang pin
tumpuan O dan mengencangkan band pada drum dan karenanya rem
diterapkan. Gesekan antara band dan drum memberikan gaya pengereman. Gaya P
pada tuas di C dapat ditentukan seperti yang dibahas di bawah ini:

7
Bab 2 Landasan Teori

Gambar 2. 1 Band type brake (http://sounak4u.weebly.com/)


Dimana:
T1 = Ketegangan di sisi ketat band

T2 = Ketegangan di sisi kendur band,

𝜃 = Sudut putaran (atau pelukan) dari band pada drum,

μ = Koefisien gesekan antara band dan drum,

r = Radius drum,

t = Ketebalan band, dan

r e = Radius efektif drum = r + t / 2.

Kita tahu bahwa rasio pembatas dari ketegangan diberikan oleh persamaan,

𝑇1
= 𝑒 μ.θ …………………………………………………………..(1)
𝑇2

𝑇
2.3 log ( 1 ) = μ. θ …………………….…………………………..(2)
𝑇 2

dan gaya pengereman pada drum dapat kita selesaikan dengan persamaan berikut:

𝐹𝑑 = T 1 - T 2 ……………………………..……………….…..…….(3)

8
Bab 2 Landasan Teori
Torsi pengereman pada drum,

T B = (T 1 - T 2 ) .r (Dimana ketika mengabaikan ketebalan pita)…....(4)

TB = (T 1- T 2 ) . r e (Mempertimbangkan ketebalan band)……….....(5)

Sekarang mempertimbangkan keseimbangan tuas OBC. Dapat dicatat


bahwa ketika drum berputar searah jarum jam, ujung pita yang menempel pada titik
tumpu O akan kendur dengan tegangan T 2. dan ujung band yang melekat pada B
akan kencang dengan tegangan T 1 . Di sisi lain, ketika drum berputar ke arah
berlawanan arah jarum jam, ketegangan pada pita akan terbalik, yaitu ujung pita
yang menempel pada titik tumpu O akan kencang dengan tegangan T1 dan ujung
pita yang menempel pada B akan kendur dengan ketegangan T 2 . Sekarang
menghitung momen pada tumpuan O, dengan persamaan sebagai berikut:

𝑃. 𝑙 = 𝑇1 . 𝑏 (for clockwise rotation of the drum)………….………...…..(6)

𝑃. 𝑙 = 𝑇2 . 𝑏 (for counter clockwise rotation of the drum)……………….(7)

2.3 Pesawat Angkat


Pesawat sederhana adalah alat-alat yang digunakan untuk mempermudah
pekerjaan. Ada berbagai jenis pesawat sederhana antara lain bidang miring, tuas,
dan katrol. di dalam pembahasan pesawat sederhana ini....kalian akan sering
bertemu dengan istilah keuntungan mekanis (KM). keuntungan mekanis
merupakan efek dari penggunaan pesawat sederhana yang menyebabkan gaya yang
kita keluarkan untuk mengangkat beban sama dengan berat beban dibagi dengan
keuntungan mekanisnya.

9
Bab 2 Landasan Teori
𝑤
𝐹=𝐾= ………………………………………………………… (7)
𝐾𝑀

Keterangan:

F atau K = gaya/kuasa yang kita keluarkan (N)

W = berat benda yang kita angkat (N)

KM = keuntungan mekanis

M = massa benda (kg)

G = percepatan grafitasi = 10 m/s2 atau 9,8 m/s2

Jadi semakin besar KM maka gaya yang kita keluarkan untuk mengangkat beban
semakin kecil.

Hal ini berkaitan dengan usaha/kerja yang kita lakukan. Sebenarnya,


pesawat sederhana tidak mengurangi total usaha/kerja yang kita keluarkan untuk
mengangkat beban. walaupun demikian jumlah gaya yang dibutuhkan untuk
mencapai hal ini dapat dikurangi dengan menerapkan gaya yang lebih sedikit
terhadap jarak yang lebih jauh. Mengingat persamaan berikut :

W = F.s ……………………………………………………………………….(8)

Keterangan :

W = usaha ( J )

F = gaya ( N )

S = jarak tempuh ( m )

Dengan kata lain, walaupun usaha yang kita keluarkan sama peningkatan
jarak akan mengurangi gaya yang dibutuhkan. Lambang berat benda (w) hampir
sama dengan usaha (W) lambang berat dengan huruf kecil dan usaha dengan huruf
capital.

10
Bab 2 Landasan Teori

Katrol adalah roda berongga yang disepanjang sisinya untuk tempat tali.
Katrol sangat baik digunakan untuk memindahkan beban ke atas/bawah. Katrol
dapat dibedakan menjadi katrol tunggal tetap, katrol tunggal bergerak, dan takal
(katrol majemuk berganda).

Gambar 2. 2 Katrol tunggal tetap (https://mediabelajaronline.com/)


katrol tunggal tetap terdiri dari sebuah katrol yang kedudukannya tidak berubah-
ubah (tetap). Keuntungan mekanis (KM) katrol tunggal tetap = 1. Keuntungan
mekanis =1 berarti berat beban = gaya yang kita keluarkan untuk mengangkat beban
tersebut. Maka persamaannya menjadi,

F = w ………………………………………………………………………....(9)

katrol jenis ini memang tidak mengurangi besar gaya yang kita keluarkan, namun
dapat merubah arah gaya. Bila kita menarik suatu beban dari atas ke bawah tanpa
katrol maka kita harus mengeluarkan gaya dengan arah tersebut yaitu dari atas ke
bawah sehingga kita kesulitan memanfaatkan berat tubuh kita. sedangkan bila
menggunakan katrol (seperti yang terlihat pada gambar di atas) gaya yang kita
keluarkan justru berarah dari atas ke bawah. Hal ini menyebabkan kita dapat
memanfatkan berat tubuh kita untuk mengankat beban tersebut jadi tangan kita
tidak cepat lelah.

11
Bab 2 Landasan Teori

2.3 Potensio Meter


Potensiometer (POT) adalah salah satu jenis Resistor yang Nilai Resistansinya
dapat diatur sesuai dengan kebutuhan Rangkaian Elektronika ataupun kebutuhan
pemakainya. Potensiometer merupakan Keluarga Resistor yang tergolong dalam Kategori
Variable Resistor. Secara struktur, Potensiometer terdiri dari 3 kaki Terminal dengan
sebuah shaft atau tuas yang berfungsi sebagai pengaturnya. Gambar dibawah ini
menunjukan Struktur Internal Potensiometer beserta bentuk dan Simbolnya.

Gambar 2. 3 Struktur potensiometer beserta bentuk dan simbolnya


(https://www.teknikelektronika.com/)

Pada dasarnya bagian-bagian penting dalam Komponen Potensiometer adalah :

a. Penyapu atau disebut juga dengan Wiper,


b. Element Resistif,
c. Terminal.

Jenis-jenis Potensiometer, berdasarkan bentuknya Potensiometer dapat dibagi menjadi 3


macam, yaitu :

a. Potensiometer Slider, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat diatur dengan
cara menggeserkan Wiper-nya dari kiri ke kanan atau dari bawah ke atas sesuai dengan
pemasangannya. Biasanya menggunakan Ibu Jari untuk menggeser wiper-nya.
b. Potensiometer Rotary, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat diatur dengan
cara memutarkan Wiper-nya sepanjang lintasan yang melingkar. Biasanya
menggunakan Ibu Jari untuk memutar wiper tersebut. Oleh karena itu, Potensiometer
Rotary sering disebut juga dengan Thumbwheel Potentiometer.

12
Bab 2 Landasan Teori
c. Potensiometer Trimmer, yaitu Potensiometer yang bentuknya kecil dan harus
menggunakan alat khusus seperti Obeng (screwdriver) untuk memutarnya.
Potensiometer Trimmer ini biasanya dipasangkan di PCB dan jarang dilakukan
pengaturannya.

Gambar 2. 4 Prinsip kerja (cara kerja) potensiometer


(https://www.teknikelektronika.com/)

Sebuah Potensiometer (POT) terdiri dari sebuah elemen resistif yang membentuk
jalur (track) dengan terminal di kedua ujungnya. Sedangkan terminal lainnya (biasanya
berada di tengah) adalah Penyapu (Wiper) yang dipergunakan untuk menentukan
pergerakan pada jalur elemen resistif (Resistive). Pergerakan Penyapu (Wiper) pada Jalur
Elemen Resistif inilah yang mengatur naik-turunnya Nilai Resistansi sebuah
Potensiometer.Elemen Resistif pada Potensiometer umumnya terbuat dari bahan campuran
Metal (logam) dan Keramik ataupun Bahan Karbon (Carbon). Berdasarkan Track (jalur)
elemen resistif-nya, Potensiometer dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu Potensiometer
Linear (Linear Potentiometer) dan Potensiometer Logaritmik (Logarithmic Potentiometer).
Dengan kemampuan yang dapat mengubah resistansi atau hambatan, Potensiometer sering
digunakan dalam rangkaian atau peralatan Elektronika dengan fungsi-fungsi sebagai
berikut :

a. pengatur Volume pada berbagai peralatan Audio/Video seperti Amplifier, Tape Mobil,
DVD Player,
b. Pengatur Tegangan pada Rangkaian Power Supply,
c. Pembagi Tegangan,
d. Aplikasi Switch TRIAC,
e. Joystick pada Tranduser,

13
Bab 2 Landasan Teori
f. Pengendali Level Sinyal.

2.4 Switch Limit


Limit switch adalah indikator mekanik yang digunakan untuk membatasi
kerja dari suatu alat yang sedang beroperasi. Prinsip kerja dari sensor ini adalah
saat saklar dalam kondisi tertutup (belum ditekan) keluaran rangkaian terhubung
langsung dengan ground dan akan diproses oleh PC dalam logika rendah. Saat
saklar tertekanakan membuat saklar terbuka dan keluaran rangkaian mendekati
+5V yang berarti dalam logika tinggi. Pada saat penekanan saklar akan timbul
getaran mekanis yang disebut efek bouncing sehingga timbul tegangan tak stabil
pada keluaran. Untuk menstabilkan tegangan tersebut dipasang kapasitor sebagai
peredam (debouncing). Resistor digunakan sebagai pembatas arus. Simbol limit
switch pada Gambar 2.5 (Malvino, 1984).

Gambar 2. 5 Simbol Limit Switch (Malvino, 1984)


(https://www.teknikelektronika.com/)

2.5 Motor DC
Motor listrik sering digunakan sebagai elemen kontrol akhir dalam sistem
kontrol posisi ataupun kecepatan. Cara kerja dasar dari sebuah motor listrik adalah
gaya yang bekerja pada konduktor yang beradaa di dalam suatu medan magnet
ketika ada arus yang melewati konduktor tersebut. Untuk konduktor dengan
pannjang (L) yang mengalirkan arus (I) dalam suatu medan magnetik dengan
kerapatan fluksi (B) pada sudut yang tepat, maka gaya (F) yang dibangkitkan

14
Bab 2 Landasan Teori
adalah sama dengan B.I.L.
Motor listrik menggunakan energi listrik dan energi magnet untuk menghasilkan
energi mekanis. Operasi motor tergantung pada interaksi dua medan magnet
tersebut. Secara sederhana daapat dikatakan bahwa motor listrik bekerja dengan
prinsip bahwa dua medan mgnet dapat dibuat berinteraksi untuk menghasilkan
gerakan. Tujuan suatu motor adalah untuk menghasilkan gaya yang bergerak (torsi
pada suatu motor DC terdapat kumparan-kumparan kawat yang dipasangkan pada
slot silinder yang terbuat dari material magnetik yang dikenal dengan istilah
armature atau jangkar. Jangkar dipasang pada sebuah bantalan dan dapat berotasi
dengan bebas. Medan magnetik dihasilkan oleh kutub-kutub medan. Medan
magnetik ini sendiri dapat dibangkitkan oleh suatu magnet permanen ataupun
electromagnet dengan sifat magnet yang dihasilkan oleh atus yang mengalir
melalui kumparan medan. Baik terbuat dari magnet permanen atau elektromagnet,
bagian ini umumnya membentuk bagian luar motor yang disebut stator. Dalam
praktiknya, terdapat lebih dari satu kumparan jangkar serta lebih dari sekumpulan
kutub-kutub stator. Ujung-ujung dari kumparan jangkar dihubungkan pada
segmen-segmen cincin tersegmentasi yang sering disebut sebagai komutator, yang
ikut berputar bersama dengan jangkar.

Gambar 2. 6 Motor DC (https://www.teknikelektronika.com/)


Penghantar yang mengalirkan arus ditempatkan tegak lurus pada medan magnet,
sehingga cenderung bergerak tegak lurus terhadap medan. Besarnya gaya yang
didesakkan untuk menggerakkan berubah sebanding dengan kekuatan medan
magnet, besarnya arus yang mengalir pada penghantar, dan panjang penghantar.
Unutk menentukan arah gerakan penghantar yang mengalirkan arus pada medan
magnet, digunakan “hukum tangan kanan motor.” Yang mana ibu jari dan dua jari
yang pertama dari tangan kanandisusun sehingga saling tegak lurus satu sama

15
Bab 2 Landasan Teori
lain dengan menunjukkan arah garis gaya magnet dari medan, dan jari tengah
menunjukkan arah arus yang mengalir (min ke plus) pada penghantar. Ibu jari
menunjukkan arah gerakan penghantar.
Motor DC dengan kumparan medan dapat diklasifikasikan berdasarkan
hubungan antara lilitan medan dan lilitan jangkarnya, yaitu sebagai berikut :
a. Motor Lilitan Seri
Untuk motor lilitan-seri, kumparan jangkar dan medan motor terhubung secara
seri. Motor ini mampu menghasilkan torka awal yang sangat tinggi serta
kecepatan dalam kondisi tanpa beban yang sangat besar. Meskipun demikian
dalam kondisi beban ringan, dapat muncul kondisi yang membahayakan
dimana motor memiliki kemungkinan untk berputar dalam kecepata yang
terlampau tinggi. Pembalikan polaritas tegangan catu tidak memiliki efek
terhadap arah putaran motor, karena baik arus jangkar dan medan keduanya
berbalik arah.
b. Motor Lilitan-Shunt
Untuk motor lilittan-shunt, kmparan jangkar dan medan motor terhubung
parallel. Motor ini menghasilkan torka awal yang sangat kecil, kecepatan
dalam kondisi tanpa beban yang jauh lebih kecil, serta memiliki regulasi
kecepatan yang baik. Motor ini mampu menghasilkan kecepatan yang hamper
konstan meski diberi pembebanan yang berbeda sehingga motor ini sangat
banyak digunakan. Untuk membalik arah putaran, salah satu diantara arah
aliran arus jangkar atau medan dapat diubah.
c. Motor Gabungan
Motor lilitan-gabungan (compound) mempunyai 2 buah lilitan medan, satu
diantaranya terhubung seri dengan lilitan jangkar, sedangkan yang lain
terhubung secara parallel. Motor lilitan-gabungan dibentuk dengan tujuan
untuk mendapatkan sifat-sifat terbaik dari motor seri dan shunt yaitu torka
awal yang tinggi serta regulasi kecepatan yang baik.
d. Motor Penguatan Terpisah
Motor penguatan terpisah memiliki kontrol arus jangkar dan medan yang
terpisah. Arah putaran dapat diatur atau diubah dengan cara mengubah atau
membalik arah aliran arus jangkar dengan medan.

16
Bab 2 Landasan Teori

𝑙𝑏
𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 (𝑟𝑝𝑚)𝑥 𝑇𝑜𝑟𝑠𝑖 ( )
𝑓𝑡
𝐻𝑜𝑟𝑠𝑒 𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟 = …………………………....(10)
5252

2.6 Asrama TPB ITERA


ITERA telah melaksanakan program pembinaan untuk mahasiswa baru di
asrama mulai dari Angkatan 2017. ITERA menetapkan bahwa mahasiswa
penerima KIP-K (d/h BIDIKMISI) yang berasal dari luar kota Bandar Lampung,
baik dari jalur SNMPTN maupun jalur SBMPTN, WAJIB tinggal di Asrama
ITERA selama menjalani Tahap Persiapan Bersama (TPB) sebagai bagian dari
rangkaian pembinaan untuk mahasiswa penerima KIP-K.

Di samping itu, setiap mahasiswa baru ITERA nantinya akan diwajibkan


untuk mengikuti Program Pembinaan Asrama TPB ITERA. Akan tetapi, mengingat
kapasitas asrama yang masih terbatas, ITERA menetapkan prioritas untuk
mahasiswa baru lainnya untuk tinggal di asrama sebagai berikut:

Prioritas 1:

Mahasiswa baru ITERA yang berasal dari luar provinsi Lampung dan masuk ke
dalam UKT Gol I, II, & III.

Prioritas 2:

Mahasiswa baru ITERA yang berasal dari provinsi Lampung di luar kota Bandar
Lampung dan masuk ke dalam UKT Gol I, II, & III.

Prioritas 3:

Mahasiswa baru ITERA yang berasal dari luar kota Bandar Lampung dengan UKT
di atas Gol. III. dengan urutan prioritas dimulai dari daerah asal terjauh dan UKT
terendah.

Informasi Biaya dan Fasilitas

Biaya : Rp. 150.000,- / bulan (dibayarkan total 10 bulan di awal pendaftaran)

Fasilitas: Empat tower asrama (dua tower putri dan dua tower putra)

17
Bab 2 Landasan Teori
Kapasitas asrama putra 616 orang dan asrama putri 616 orang

Setiap kamar dilengkapi tempat tidur, meja dan kursi belajar, lemari serta
kamar mandi dalam

Tabel 2. 1 Alokasi Kamar (https://asrama.itera.ac.id/)

Gedung Peruntukan SNMPTN SBMPTN


Asrama 1 Putri 132 orang 132 orang
Asrama 2 Putra 132 orang 132 orang
Asrama 3 Putra 176 orang 176 orang
Asrama 4 Putri 176 orang 176 orang

18
Bab 3 Metodologi Perancangan
BAB III
METODOLOGI PERANCANGAN

3.1 Analysis DR&O


Dalam setiap aspek perancangan yang paling utama adalah menentukan
Design Requirements and Objectives (DR&O). Dimana hal tersebut adalah
pedoman dalam setiap membuat desain dan merealisasikan menjadi produk, guna
mengetahui nilai kelebihan dari desain yang ingin kita buat. Analisis desain rancang
bangun lift gallon ini masih sangat sederhana jika dibandingkan dengan kemajuan
teknologi yang saat ini sedang terjadi. Kemajuan teknologi tersebut cukup ideal jika
diterapkan untuk mempermudah pekerjaan manusia, akan tetapi biaya yang
dibutuhkan untuk sebuah riset dan pembuatan produk berbasis teknologi modern
tidak lah murah. Oleh karena itu kami disini mendesain suatu pesawat sederhana
dengan tanpa adanya pembaharuan system katrol. Adapun Design Requirements
and Objectives (DR&O) dari desain rancang bangun ini adalah sebagai berikut:
a. Lift harus bisa mengangkat beban minimal 4 buah galon berukuran 19 liter per-
gallon, beban diangkat menggunakan tali baja (seling baja atau wire).
b. Dimensi rancang bangun menyesuaikan ruang yang terdapat di asrama dengan
ukuran 0,90 m x 1,00 m x 15,00 m.
c. Lift akan dioperasikan menggunakan tuas yang terhubung demgan
potensiometer dan band type brake guna menghidupkan dan mematikan motor
serta berfungsi untuk pengereman.
d. Motor listrik yang digunakan maksimal 1500 watt karena harus menyesuaikan
tegangan listrik yang ada diasrama.
e. Motor listrik yang digunakan adalah jenis motor DC karena melihat kelebihan
dan keutamaannya serta kemudahan dalam kontrol jenis motor ini yang telah
ditimbang saat analisis alternatif desain.
f. Kerangka lift menggunakan besi siku 4cm dan tebal 5mm. lift dipasang switch
limit dibagian atas agar ketika lift sudah melewati titik pemberhentian dilantai
5 maka secara otomatis motor mati dan menghidupkan alarm atau sirine
peringatan agar lift dilakukan pengereman.

19
Bab 3 Metodologi Perancangan
g. Masing-masing lantai terdapat switc atau tombol untuk menghidupkan lampu
kontrol yang ada di pusat kontrol lantai dasar asrama untuk mengetahui kapan
waktu lift harus dimatikan dan direm.
h. Rangka lift akan ditutup body lift dengan bahan lembaran (sheet) baja agar lift
lebih terlihat rapi dan meminimalisir resiko kecelakaan.
i. Katrol atau tali yang digunakan adalah kawat baja atau seling baja dengan
diameter 8 mm dan panjang 40 m.

3.2 Analisys Alternatif Desain


Dalam membuat sebuah rancang bangun alternative desain sangat
dibutuhkan untuk menentukan desain yang paling efektif dan memungkinkan untuk
diwujudkan. Oleh karena itu hasil analisis alternative desain sangat menentukan
bahan material dan biaya produksi untuk sebuah produk. Adapun analisis
alternative desain yang kami diskusikan dapat kita lihat sebagai berikut:

a. Sistem Kontrol
System control dalam aspek teknik mesin suatu desain rancang bangun pasti
sangat diperhatikan. Hal ini agar rancang bangun yang nantinya diproduksi
dengan mudah dioprasikan oleh setiap orang, sehingga tidak membutuhkan
keahlian khusus. Berikut adalah beberapa alternative desain untuk system
control yang kami rancang:
1. Band Type Brake

Gambar 3. 1 Band type brake (http://sounak4u.weebly.com/)


Band type brake adalah rem primer atau sekunder, yang terdiri dari pita
bahan gesekan yang mengencangkan secara konsentris di bagian poros

20
Bab 3 Metodologi Perancangan
silinder yang terhubung dengan motor listrik. Untuk menentukan system
mana yang akan digunakan, maka kita harus mengetahui kelebihan dan
kelemahannya.

Keunggulan Band type brake antara lain:


a) Sederhana
b) Kompak (gesekan terjadi hampir seluruh permukaan silinder
c) Kokoh (cenderung sangat kuat untuk menahan beban pada lift gallon)
d) Dapat menghasilkan gaya tinggi dengan gaya input ringan.
Kelemahan band type antara lain:
Cenderung renggang dan kehilangan gaya pengereman saat panas.

2. Drum Brake

Gambar 3. 2 Drum Brake (http://sounak4u.weebly.com/)


Rem drum (juga disebut rem tromol) adalah rem bekerja atas dasar gesekan
antara sepatu rem dengan drum yang ikut berputar dengan putaran poros
transmisi.
Kelebihan :
a) Rem drum dapat digunakan pada kendaraan atau sistem yang
membutuhkan kerja ekstra dalam pengereman, seperti bus, truk, dan
lainnya.

21
Bab 3 Metodologi Perancangan
b) Rem drum tidak mudah kemasukan debu dan kotoran karena lebih
tertutup.
c) Kinerja pengereman lebih lembut dan penampang pengereman dapat
dibuat lebih lebar untuk memaksimalkan pengereman.
Kekurangan
a) Tidak seluruh kampas rem menempel ke drum atau tromol
mengakibatkan daya pengereman hanya 70 persen saja.
b) Rem lebih cepat panas karena sistem rem yang tertutup.
c) jika terkena air rem menjadi tidak pakem atau gaya geseknya berkurang
secara signifikan
d) jika oli rem kotor membuat rem menjadi lebih berisik.

3. Disc break

Gambar 3. 3 Disk Brake (http://sounak4u.weebly.com/)


Rem cakram adalah perangkat pengereman yang digunakan pada kendaraan
modern. Rem ini bekerja dengan menjepit cakram yang biasanya
dipasangkan pada roda kendaraan, untuk menjepit cakram
digunakan caliper yang digerakkan oleh piston untuk mendorong sepatu
rem (brake pads) ke cakram.
Kelebihan
a) Rem lebih tahan panas atau lebih tahan gesekan

22
Bab 3 Metodologi Perancangan
b) Cenderung lebih pakem atau seluruh permukaan disc pad mengalami
gesekan.
Kekurangan:

Gesekan tidak akan terjadi ketika disc terkena oli.

4. Alternatif Yang Dipilih


Dari tiga jenis system pengereman diatas kami menentukan band type brake
yang paling ideal digunakan untuk lift gallon. Alasannya:
a) desain yang sederhana
b) harga relative ekonomis dibandingkan system yang lain
c) gaya pengereman cukup besar
d) pengereman yang dilakukan tidak akan menimbulkan panas sehingga
dapat meminimalisir kekurangan dari jenis pengereman tipe ini
e) pengoprasian cenderung lebih mudah dan ergonomic

b. Letak Motor

Dalam setiap analisis yang dilakukan untuk menentukan desain rancang


bangun, beberapa alternative pasti terdeskripsikan guna mendapatkan hasil
desain yang ideal.

1. Diatas lift

Kelebihan:

a) mengurangi bahan tali katrol (kawat baja) sepanjang 15 meter.


b) Desai lebih menarik karena penempatan motor yang tersembunyi.

Kekurangan:

a) Ketika motor listrik rusak, perbaikan cukup sulit


b) Pemasangan cenderung lebih sulit
2. Dibawah atau Lantai Dasar

Kelebihan:

a) Kontrol atau pengoprasian lift lebih mudah

23
Bab 3 Metodologi Perancangan
b) Motor listrik dapat diamati setiap saat.
c) Perbandingan rasio dari katrol lebih mudah dikontrol

Kekurangan:

bahan tali katrol (kawat baja) yang digunakan cukup panjang yaitu 30 meter.

3. Alternatif yang dipilih


Dari dua jenis posisi motor listrik diatas kami menentukan letak yang paling
ideal adalah dilantai dasar atau dekat dengan pusat kontrol.
Alasannya:
a) desain yang akan dibuat lebih sederhana.
b) Menyesuaikan dengan system pengereman yaitu Band type brake.
c) Memudahkan pengecekan berkala pada motor listrik

c. Sistem Pengoprasian:

1. Otomatis

Kelebihan:

a) Lebih mudah dalam mengoprasikan


b) Desain lebih menyerupai lift pada umumnya

Kekurangan:

a) Harga relative lebih mahal


b) System cenderung lebih rumit
c) Kerusakan yang terjadi akan lebih kompleks
d) Perbaikan mahal

2. Manual atau Semi Otomatis

Kelebihan:

a) Harga relative ekonomis


b) Desain sederhana
c) Pengecekan berkala lebih mudah

24
Bab 3 Metodologi Perancangan
Kekurangan:

Harus jeli melihat lampu indikator ketika lift sudah akan sampai dititik
pemberhentian

3. Alternatif yang Dipilih:


Dari dua jenis system pengoprasian diatas kami menentukan system
pengoprasian yang paling ideal adalah menggunakan tuas secara manual.
Alasannya:
a) Menyesuaikan dengan system pengereman yaitu Band type brake.
b) Otomatis dengan manual tingkat kemudahan pengoprasiannya hampir
sama.
c) Dengan system manual namun tidak mengurangi fungsi lift.

3.3 Alat dan Bahan Perancangan


Dalam melakukan perancangan suatu produk hendaknya kita menentukan
apa saja alat dan bahan yang akan digunakan. Hal ini guna menjadi acuan pada saat
proses produksi. Adapun alat dan bahan yang akan digunakan adalah sebagai
berikut :
a. Motor DC

Gambar 3. 4 Motor DC (http://indonesiaports.com)

25
Bab 3 Metodologi Perancangan
b. Baja Assental ( Shafting Bars)

Gambar 3. 5 Baja assental ( shafting bars) (https://www.smsperkasa.com/)

c. Pulley

Gambar 3. 6 Pulley (https://www.hscdtech.com/)

26
Bab 3 Metodologi Perancangan
d. Kawat seling baja

Gambar 3. 7 Kawat seling baja (https://www.hscdtech.com/)

e. Baja I-beam

Gambar 3. 8 Baja I-beam (https://www.smsperkasa.com/)

f. Baja Plat

Gambar 3. 9 Baja plat (https://www.smsperkasa.com/)

27
Bab 3 Metodologi Perancangan
g. Baja Coil (baja sheet)

Gambar 3. 10 Baja coil (baja sheet) (https://www.smsperkasa.com/)

h. Band Type Brake

Gambar 3. 11 Band type brake (https://www.smsperkasa.com/)

i. Potensiometer

Gambar 3. 12 Potensiometer (https://www.teknikelektronika.com/)

28
Bab 3 Metodologi Perancangan
j. Limit Switch

Gambar 3. 13 Limit switch (https://www.teknikelektronika.com/)

3.4 Prosedur Desain Perancangan


Proses desain merupakan tahap awal dari lahirnya suatu produk, dalam
membuat desain pastinya banyak factor yang harus diperhatikan. Hal ini guna
terciptanya suatu hasil produksi yang lebih ideal sesuai dengan apa yang kita
inginkan. Setiap pembuatan suatu desain pastinya cukup banyak sekali tahapan dan
prosedur proses yang harus diperhatikan. Tahapan dan proses yang akan kita patuhi
merupakan hasil pengambilan data hingga proses analisis desain.

Gambar 3. 14 Diagram alir proses pembutan produk (Kelompok 01)

29
Bab 3 Metodologi Perancangan
Dalam mengumpulkan data percobaan atau perancangan desain dari suatu
permasalahan (studi kasus) hendaknya dilakukan beberapa metode guna
mendapatkan data yang akurat dan sesuai dengan klimaks studi kasus yang ada.
Dengan demikian kami mengambil data untuk proses perancangan suatu desain
rancang bangun lift gallon menggunakan metode observasi dan interview. Kami
melakukannya dengan metode ini guna mendapatkan data akurat untuk spesifikasi
lift gallon yang akan kami rancang. Selain itu kami juga berharap lift tidak hanya
difungsikan untuk gallon, melainkan barang-barang lain yang memungkinkan. Oleh
karena itu, kami melakukan wawancara guna apa saja yang memungkinkan
pekerjaan yang dapat dilakukan lift gallon tersebut.

Proses desain dalam rancang bangun merupakan tahapan kedua setelah


memperoleh data penelitian atau data observasi. Dengan ini dilakukan beberapa
tahap, yang paling utama adalah dalam menentukan analisis DR&O. Dalam proses
analisis tahap awal ini dilakukan penjabaran dari desain sedetail mungkin guna
mempermudah dalam proses produksi. Proses desain juga menentukan
kemungkinan penggunaan jenis system control, piranti yang digunakan, jenis bahan
yang sesuai dengan spesifikasi dan keterangan lain yang memun gkinkan
dibutuhkan dalam pembuatan atau proses produksi.

Analisis desain dilakukan untuk melihat apakah produk yang akan


diproduksi memiliki tingkat kekutatan, keamanan, umur produk dan kapasitas
produk tertentu. Hal ini guna melihat apakah biaya dari proses pembuatan produk
memiliki kesesuaian dengan fungsinya. Jika produk yang akan dibuat biaya
produksi dan fungsinya tidak seimbang maka harus dilakukan kajian ulang. Dengan
demikian produk yang akan dibuat memiliki tingkat efektivitas yang tinggi,
sehingga dapat dilakukan produksi massal.

Pembuatan produk merupakan proses produksi dari suatu barang yang telah
melewati beberapa uji dan analisis untuk menghasilkan jenis produk dengan
spesifikasi yang diinginkan. Dengan ini produk yang akan dibuat adalah lift gallon.
Dalam proses desain rancang bangun ini tidak sampai pembuatan produk,
melainkan hanya sampai pada desain gambar teknik. Dengan demikian ketika kita
atau siapapun yang ingin melanjutkan hingga terbentuknya produk, hanya dengan

30
Bab 3 Metodologi Perancangan
melihat desain yang telah dibuat sebelumnya guna menjadi acuan. Desain ini dibuat
dan dilakukan analisis sesuai dengan kondisi sebenarnya dan mendekati ideal
dilapangan atau area kerja. Desain yang telah dibuat memiliki spesifikasi dan
kegunaan yang diinginkan dilapangan. Desain ini dibuat setelah dilakukannya
proses pengambilan data dan analisis serta ditentukannya jenis piranti yang akan
digunakan.

3.5 Fungsi dan Pengujian Desain


Perancangan yang kami desain memiliki fungsi yang telah kami paparkan
sebelumnya dalam latar belakang dari perancangan. Lift gallon hanya memiliki
fungsi khusus yaitu untuk mengangkut gallon berukuran sembilan belas liter
dengan kapasitas sekali angkut adalah sebanyak empat buah gallon air mineral.
Dalam pemakaiannya kita juga dapat mengangkut barang selain gallon, akan tetapi
kapasitas dan volume harus disesuaikan dengan kemampuan angkut dari lift
tersebut. Kapasitas angkut dapat kita lihat dari analisis perhitungan keilmuan teknik
mesin dan melihat volume dari lift gallon tersebut.

31
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Studi Kasus


Dalam meninjau studi kasus tentang fasilitas diasrama pada mulanya itu
bukan suatu masalah. Mengapa demikian, karena asrama telah berjalan dua tahun
tanpa fasilitas alat bantu angkut gallon tersebut tidak ada permasalah besar yang
ditimbulkannya. Akan tetapi jika kita tinjau dari segi ergonomic, mengangkat
gallon dengan berat kurang lebih dua puluh kilo gram itu dapat menyebabkan
gangguin kesehatan pada tulang jika tidak dilakukan dengan benar. Selain itu lift
gallon ini dapat menaikkan barang kesetiap laintai, sehingga hendaknya harus
diperhatikan dalam pengembangannya untuk keberlangsungan siklus kehidupan
asrama yang lebih efektif.
Studi kasus timbul karena adanya simpatik dari saya dan rekan-rekan yang
tinggal diasrama terhadap mahasiswi yang mengangkat gallon dari lantai dasar
dengan bersusah payah karena beban yang dibawa cukup berat dan harus dibawa
naik kelantai yang ditempatinya. Oleh karena itu kami melakukan survey dan
wawancara dari berbagai aspek kehidupan diasrama sehingga memperoleh data dan
dapat dikembangkan sebagai studi kasus guna penelitian terkait hal tersebut.
Dengan adanya matakuliah perancangan ini kami dapat mengimplementasikan hal
tersebut walaupun masih dalam bentuk sebuah desain. Walaupun hanya sebuah
desain jika ada biaya untuk pembangunan lift gallon tersebut, akan dapat segera
terealisasikan.

4.2 Gambar Mesin


Desain merupakan gambaran yang memiliki ukuran, spesifikasi, jenis
material, dan system control produk yang akan dibuat. Dalam melakukan proses
desain ada tahapan yakni pembuatan gambar teknik, dengan ini gambar teknik
bertujuan memberi informasi bagaimana bentuk dari suatu produk.

32
Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Gambar 4. 1 Desain Lift Galon (Kelompok 01)


Gambar desain lift gallon yang dibuat memiliki bagian-bagian yang dapat kita
ketahui. Dalam gambar memiliki komponen utama yaitu rangka yang terbuat dari
baja I-Beam dengan ukuran yang tertera pada spesifikasi material. Selain itu ada
komponen cabin, katrol, motor listrik dan bagian control yaitu band type brake.

4.3 Keilmuan Teknik Mesin


Dalam sebuah desain rancang bangun, hendaknya dikaitkan dengan
pengetahuan matakuliah yang telah ditempuh. Disini desain perancangan lift gallon
akan kami analisis keterkaitannya dengan pengetahuan matakuliah yang ada,
diantaranya material bahan, analisis elemen mesin dan proses manufakturnya.
Bahkan jika kita ingin mengkaitkannya dengan system kendali, desain rancang
bangun ini memiliki keterkaitan yang dapat kita analisa. Disini akan digolongkan
keterkaitan desain dengan aspek keilmuan teknik mesin.

A. Material Bahan

Dalam keterkaitannya pada keilmuan teknik mesin, material bahan yang


digunakan pada setiap komponen pembuatan lift gallon sangat diperhatikan,
guna menentukan metode pengerjaan serta menghitung umur dari produk
tersebut. Disisni lift gallon yang akan kami desain ada tiga komponen utama
yang akan kami gunakan. Pengelompokannya dapat kita lihat pada tabel
dibawah ini:

33
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
1. I-Beam (INP)

Tabel 4. 1 I-Beam (INP) (Kelompok 01)

I-Beam (INP) Keterangan

Dimensi (80 x 42 x 3.9 x 5.9 mm) 6 M


Massa 38.5 Kg
Kadar Carbon 0.05 % - 0.25 % C
Kode dan standar JIS G 3101 SS 400
Harga Rp. 404.250,00

2. Baja Assental ( Shafting Bars)

Tabel 4. 2 Baja Assental ( Shafting Bars) (Kelompok 01)

Siku Assental ( Shafting Bars) Keterangan

Dimensi D : 29 mm ; L : 6 m
Massa 30.50 Kg
Kadar Carbon 0.20 % - 0.30 % C
Kode dan standar JIS 3112
Harga Rp. 320.250,00

3. Plat Baja (Hot Rolled Coil/ Sheet)

Tabel 4. 3 Plat Baja (Hot Rolled/Sheet) (Kelompok 01)

Plat Baja (Hot Rolled Coil/ Sheet) Keterangan

Dimensi ±0.2 mm x 1220 mm x 2440 mm


Massa 4.67 Kg
Kadar Carbon 0.05 % - 0.20 % C
Kode dan standar JIS SPHC/ JIS SS400/ ASTM A36
Harga Rp. 49.000,00

34
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
B. Elemen Mesin
1. Analisis poros (shaft)
a) Poros Bagian Atas

F1 = Beban Lift = 740N


T1 = F1 x rB = 740N x 0.1m = 74Nm

T = 0

T1 - T2 = 0 , T2 = 74Nm

T2 74Nm
F2 = = 0.08m = 925N
r2

M A = 0

-740(0.3) + CY (0.6) - 925(0.85) = 0

0.6 CY = 222+ 786 Nm

CY = 1680N

 Fy = 0

35
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
-AY - F1 + CY - F2 = 0

AY = 1680 – 1655 N

AY = 15N

Mc = 231.25Nm

MC 32M 32 (231.25)
= = 𝜋𝑑^3 =
I 𝜋(0.029)^3

 = 96.63 MPa

Tr 16T 16 (74)
= = 𝜋𝑑^3 = 𝜋(0.029)^3
J

 = 15.46 MPa
σ
   = 2  max

σ σ
=2 (2) + ()

96.63 96.63 2
=  ( ) + (15.46)2 = 48.32   Pa
2 2

 = 99.05 MPa (Principal Stress)

 = -2.41 MPa

36
Bab 4 Hasil dan Pembahasan

 max = 50.73 MPa

Spesifikasi Besi Assental (ST 41) Shafting Bar @6M

• Tensile Strength = 33.7 Kgf/mm atau 330.48 MPa


• Yield Strength = 21.1 Kgf/mm atau 206.92 MPa
• Shear Strength = 0.7*Tensile Strength = 231.34 MPa

Safety Factor :

206.92 MPa
n= = 2.09  Aman
99.05 MPa

b) Poros Bagian Bawah

TD = T2 = 74Nm
TD = TA = 74Nm (Drum pada brake memiliki beban torsi sebesar 74Nm)

TD 74Nm
F1 = = 0.08m = 925N
rD

M C = 0

-925 (0.4) + BY (0.6) = 0

0.6 BY = 370 Nm

BY = 617N

 Fy = 0

37
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
F1 - CY + BY = 0

CY = 925 + 617 N

CY = 1542N

Momen Maksimal = Mc = 370 Nm

MC 32M 32 (370)
= = 𝜋𝑑^3 = 𝜋(0.029)^3
I

 = 154.6 MPa

Ketika Shaft dalam kondisi direm / tidak bergerak, terdapat momen balik
(puntir) TA yang berlawanan dengan gerak TD

Tr 16T 16 (74)
= = 𝜋𝑑^3 = 𝜋(0.029)^3
J

 = 15.46 MPa
σ
   = 2  max

σ σ
=2 (2) + ()

154.6 154.6 2
=  ( ) + (15.46)2 = 77.3  78.83 MPa
2 2

 = 156.1 MPa (Principal Stress)

38
Bab 4 Hasil dan Pembahasan

 = -1.67 MPa

 max = 78.83 MPa

Spesifikasi Besi Assental (ST 41) Shafting Bar @6M (Sama seperti
sebelumnya)

Safety Factor :

206.92 MPa
n= = 1.325  Cukup Aman
156.1 MPa

2. Analisis bantalan (bearing)


Karena kedua shaft sama dan bearing yang digunakan tentunya
akan sejenis, maka hanya dilakukan satu Analisa pada bagian bearing yang
memiliki load/beban paling besar. Beban terbesar terletak pada shaft
bagian atas (Cy) sebesar 1680N atau 1.68kN.

Asumsi;
• Jenis bearing = Ball bearing (a=3)
• Besar application factor (af ) = 1
• Reliability sebesar 90%
• Spesifikasi bearing berdasar pada Weibull parameters sbb;

• Spesifikasi bearing (berdasarkan katalog; Bore = 30mm)

39
Bab 4 Hasil dan Pembahasan

𝑋𝐷
20.3 = (1) (1.68) {0.02+(4.459−0.02)(ln 1/0.9)^(1/1.483)}1/3

20.3
XD1/3 = 1.68 x 0.616

XD1/3 = 7.44

XD = 412.77 ≈ 413

LD = XD x LR = 413 x 106 rev.

Maka, berdasarkan hasil perhitungan diatas, didapatkan nilai LD atau


Design Life pada jenis bearing yang digunakan yaitu sebesar 413 x
106 rev.

3. Analisis Kerangka Lift


Analisis dilakukan pada titik pembebanan terbesar, yakni pada
bagian tumpuan shaft bagian atas, dengan besar pembebanan 1680N.
Beban tersebut ditambah dengan massa dari I beam yg digunakan (asumsi
beban massa terletak pada pusat massa, sejajar dengan beban dari shaft)
sehingga total beban menjadi sebesar 1698N. Berikut spesifikasinya :

40
Bab 4 Hasil dan Pembahasan

(42)(80)^3 (18.05)(72.2)^3
I= –2[ ] = 659762 mm4
12 12

3.9 36.1
Qa = ( ȳ’A’)|y=0y=40 = (36.1 + 2 ) [(42)(3.9)] + ( )[(36.1)(5.9)] =
2

10077mm3
3.9
Qb = Qc = ( ȳ’A’)|y=36.1y=40 = (36.1 + 2 ) [(42)(3.9)] = 6233mm3

Qd = ( ȳ’A’)|y=40y=40 = (40) (0) = 0


𝑉 𝑄𝑎 (849)(10077)
a = = (659762)(5.9) = 2.2 MPa
𝐼 𝑏𝑎

𝑉 𝑄𝑏 (849)(6233)
b = = (659762)(5.9) = 1.36 MPa
𝐼 𝑏𝑏

𝑉 𝑄𝑐 (849)(6233)
c = = (659762)(42) = 1.91 MPa
𝐼 𝑏𝑐

𝑉 𝑄𝑑 (849)(0)
d = = (659762)(42) = 0 MPa
𝐼 𝑏𝑑
𝑀𝑦𝑎 (25470)(0)
a = = = 0 MPa
𝐼 659762
𝑀𝑦𝑏 (25470)(36.1)
b = c = =− = -1.39 MPa
𝐼 659762

41
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
𝑀𝑦𝑎 (25470)(40)
d = =− = -1.54 MPa (Principal Stress)
𝐼 659762

σ
max = (2) + ()

max,a = (0) + () =  MPa


−1.39 
max,b = ( ) + () =  MPa
2
−1.39 
max,c = ( ) + () =  MPa
2
−1.54 
max,d = ( ) + () =  MPa
2

• Kekuatan tarik material = 195MPa ;


195 MPa
n = 2.2 = 88.6  Sangat Aman
MPa

4. Analisis Brake System


Salah satu alternative yang digunakan dalam braking system dari
alat ini yaitu menggunakan band type brake. Berikut skema dari rancangan
system

270
θ = 180 𝜋 = 4.71
𝑇1
ln 𝑇2 = f θ = (0.25)(4.71) = 1.1775
𝑇1
= 3.25 , T1 = 3.25 T2
𝑇2

42
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
M = (T1 - T2) r
74
= T1 - T2
0.15

T1 - T2 = 493.3 N
3.25 T2 - T2 =2.25 T2 = 493 N
T2 = 219 N ; T1 = 712 N

M = 0
P (750) – T1 (150) = 0
P = 142.4 N

2𝑇1 2(712)
pa = = (0.15)(0.15) = 63.3 kPa
𝑏𝐷

Sehingga, dibutuhkan gaya sebesar 142.4 N untuk menghentikan system


tersebut (setara dengan beban 14kg) . Lalu besar tekanan maksimalnya
yang terjadi pada bagian bawah (toe) yaitu 63.3 kPa (Masih tergolong
rendah jika dibandingkan dengan nilai max. tensile stress
C. Manufaktur
1. Pengelasan

Gambar 4. 2 Skema las dengan elektrode terbungkus dan mesin las SMAW
(https://www.pengelasan.net/)

43
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
Dalam desain perancangan yang kami kerjakan proses pengerjaan
kerangka dan sambungan poros menggunakan metode manufaktur
pengelasan. Pengelasan yang sesuai dengan desain dan material
perancangan lift gallon yaitu jenis las SMAW. Las SMAW yang berasal
dari kata Shield Metal Arc Welding adalah proses pengelasan yang
menggunakan panas untuk mencairkan material dasar atau logam induk dan
elektroda (kawat las). Panas tersebut ditimbulkan oleh lompatan ion listrik
yang terjadi antara katoda dan anoda (ujung elektroda dan permukaan plat
yang akan dilas ). Panas yang timbul dari lompatan ion listrik ini besarnya
dapat mencapai 4000 ͦ sampai 4500 ͦ Celcius.
Proses terjadinya pengelasan karena adanya kontak antara ujung
elektroda dan material dasar sehingga terjadi hubungan pendek dan saat
terjadi hubungan pendek tersebut tukang las (welder) harus menarik
elektrode sehingga terbentuk busur listrik yaitu lompatan ion yang
menimbulkan panas. Panas akan mencairkan elektrode dan material dasar
sehingga cairan elektrode dan cairan material dasar akan menyatu
membentuk logam lasan (weld metal).
Untuk menghasilkan busur yang baik dan konstan tukang las harus
menjaga jarak ujung elektroda dan permukaan material dasar tetap sama.
Adapun jarak yang paling baik adalah sama dengan diameter elektroda yang
dipakai,misalnya kawat las (elektroda) 3,2 mm maka jarak yang baik antara
material dasar dengan ujung elektroda adalah sekitar 3 mm juga.
2. Keling atau Rivet

Untuk desain yang lebih rapih dan safety maka kami merancang
penggunaan body cover pada lift gallon yang kami desain. Proses
pemasangan cover kai menggunakan metode yang sudah cukup familiar
sejak jaman dahulu. Metode ini kami sesuaikan dengan material bahan yang
kami gunakan dalam perancangan. Oleh karena itu kami memilih
penggunaan paku keeling ataua rivet dalam pemasangannya. Paku keling
merupakan salah satu jenis paku yang berbentuk silinder dan memiliki
batang pendek pada bagian batang. Ciri lain dari paku ini adalah pada bagian
kepalanya berbentuk setengah bulat, persegi empat, rata atau trapesium.

44
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
Paku ini digunakan sebagai alat penyambung bagian konstruksi mulai dari
konstruksi yang ringan hingga konstruksi berat.

Gambar 4. 3 Paku keling atau rivet (https://www.pengelasan.net/)


Contoh penggunaan paku keling terletak pada konstruksi jembatan rangka
batang, kerangka pesawat terbang, bangunan kerangka baja, kanvas sepatu,
bagan bus, dan lain sebagainya. paku ini terbuat dari baja lunak, aluminium,
baja keras, kuningan atau tembaga. Sambungan pada paku keling ini
termasuk dalam sambungan tetap atau permanen. Dengan begitu,
sambungan ini tidak dapat dibuka kembali tanpa merusaknya. Hal tersebut
tentu berbeda dengan jenis mur biasanya, yang mana penggunaan mur baut
dapat dibongkar ulang tanpa melakukan perusakan.

Untuk pemasangan paku keling ini bisa dilakukan dengan cara


manual atau dengan menggunakan mesin pemasang rivet. Pemasangan paku
keling secara manual dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan palu,
pembentuk rivet serta landasan. Adapun untuk langkah pemasangan paku
keling secara manual dapat dilakukan dengan cara berikut:

a. Langkah pertama adalah membuat lubang pada bagian atau pelat yang
akan disambung dengan cara dibor. Untuk ukuran lubang ini, pada
umumnya dilebihkan sekitar 1.5 mm dari diameter tangkai paku keling
yang dipilih untuk digunakan.
b. Setelah itu, masukkan tangkai paku keling pada lubang yang telah
dibuat. Pastikan panjang tangkai yang keluar dari pelat tersebut sama
dengan 1,5 kali diameter paku rivet atau paku keling.

45
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
c. Langkah selanjutnya adalah memukul ujung tangkai paku keling
beberapa kali dengan menggunakan palu sampai kepala paku keling
mulai terbentuk.
d. Pasang die atau pembentuk kepala paku keling pada bagian kepala paku
yang mulai terbentuk pada ujung tangkai. Setelah itu, pukul pembentuk
kepala paku dengan menggunakan palu, sehingga kepala paku keling
terlihat lebih berbentuk rapi.

Perlu diperhatikan, pada bagian pemasangan keling kepala tirus, pastikan


bahwa lubang pada permukaan bagian yang akan disambung harus dibuang
secara tirus. Dengan begitu, bentuk paku keling akan sesuai dengan bentuk
kepala paku keling itu sendiri.

4.4 Manufacturability and Cost


Analisis biaya dalam teknik mesin sangat dibutuhkan untuk mengetahui
berapa besar modal untuk suatu produk tertentu sebelum dilakukannya proses
pemasaran. Proses ini untuk mengetahui bahwa produk tersebut memiliki nilai
tambah atau tidak didunia pemasaran.

a. Manufacturability

Dalam setiap proses desain pastinya kesempurnaan dari produk yang


dihasilkan adalah tujuan utamanya. Akan tetapi untuk memperoleh
kesempurnaan sebuah desain pastinya dibutuhkan faktor pendukung misalkan
material serta proses pengerjaan yang lebih kompleks, di sisi lain hal ini tidak
mempengaruhi fungsi suatu peralatan. Dari proses desain yang dilakukan nilai
eketivitas adalah hal utamanya, dimana tidak lah diharuskan suatu produk
berada pada titik kesempurnaan yang menyebabkan ketidaksuaian antara harga
produk dan kegunaannya.

Dalam analisis manufacturability hal yang sangat diperhatikan adalah


material bahan dan proses pengerjaan suatu produk. Dimana hal tersebut yang
menentukan hasil akhir tampilan dan nilai jual suatu produk. Dilihat dari kedua
tabel biaya produksi dibawah ini, diperoleh total biaya pembuatan produk lift

46
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
gallon sebesar Rp. 10.201.250,00. Dimana nilai tersebut cukup murah dan
memiliki capaian fungsi yang diinginkan. Biaya tersebut masih bisa direduksi
dengan menghilangkan biaya bahan material sheet baja dan pemasangan paku
keling untuk pembuatan cover. Nilai dari keduanya sebesar Rp. 1.232.000,00
yang dapat mengurangi total biaya produksi hingga menjadi Rp. 9.669.250,00.
Ketika kita mengurangi biaya pembuatan cover atau kita tidak memasang cover
lift gallon tersebut masih dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

b. Cost

Desain manufaktur di buat dengan memperhitungkan biaya bahan dan


proses produksi yang akan digunakan untuk sebuah produk. Dalam setiap
desain bahan material hendaknya memenuhi terbangunnya sebuah produk yang
memenuhi fungsinya. Akan tetapi dalam kriteria tertentu pastinya biaya bahan
baku dan proses produksi hendaknya dipertimbangkan agar produk yang di
hasilkan dari proses produksi tersebut dapat ikut serta didunia perdagangan.

Disini kami melakukan proses desain dengan mengukur tingkat kebutuhan


dimana lift gallon dapat berperan penting dalam keteraturan hidupan
mahasiswa/I diasrama TPB ITERA. Biaya yang dibutuhkan oleh produk
tersebut akan dilakukan analisis untuk hasil yang lebih efektif. Anggaran biaya
yang kami muat disini adalah hasil diskusi secara online dan melihat data dari
sumber terkait dengan hal tersebut. Berikut tabel rincian anggaran biaya untuk
satu unit lift gallon:

Tabel 4. 4 Biaya Bahan Baku Material (Kelompok 01)

Bahan Baku Jumlah Yang Harga Satuan Total Harga


Material Dibutuhkan Setiap Material
I-Beam (INP) 11 Unit Rp. 404.250,00 Rp. 4.446.750,00
Shafting Bars 1 Unit Rp. 320.250,00 Rp. 320.250,00
Plat Baja 18 Sheet Rp. 49.000,00 Rp. 882.000,00
Puli 3 Unit Rp. 75.000,00 Rp. 225.000,00
Kawat Seling Baja 40 Meter Rp. 20.000,00 Rp. 800.000,00
Bantalan Bearing 4 Unit Rp. 85.000,00 Rp. 340.000,00

47
Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Plat Baja 1,5 Sheet Rp. 245.000,00 Rp. 367.500,00


Motor Listrik 1 Unit Rp. 1.600.000,00 Rp. 1.600.000,00
Potensiometer 1 Pcs Rp. 97.500,00 Rp. 97.500,00
Total Rp. 9.079.000,00

Tabel 4. 5 Total biaya proses produksi (Kelompok 01)

Proses Produksi Biaya Produksi

Pengelasan Rp. 900.000,00


Pemasangan Cover (Paku Rivet) Rp. 350.000,00
Instalasi Elektrikal Rp. 200.000,00
Pengerjaan Tak Terduga Rp. 150.000,00
Total Biaya Produksi Rp. 1.600.000,00

Dari kedua tabel diatas dapat dihitung bahwa biaya untuk proses pembuatan lift
gallon adalah sebesar Rp. 10.679.000,00. Dimana nilai tersebut diperoleh dari
analisis perhitungan total biaya bahan baku material dan biaya proses produksi.

4.5 Pembahasan Hasil Akhir Perancangan


Rancang bangun lift gallon dengan system control tuas sederhana yang
memanfaatkan system kerja dari band type brake dan potensiometer. Lift gallon
digerakkan oleh motor listrik dengan jenis arus DC yang lebih mudah dalam control
kecepatannya. Daya dari motor listrik diteruskan oleh pulley melalui poros yang
dilewatkan oleh katrol. Katrol yang digunakan adalah jenis pesawat angkat
sederhana yang hanya merubah arah gayanya dan tidak mengurangi beban angkat
yang dilakukan oleh motor. Katrol dengan kawat seling 8mm merupakan tumpuan
utama untuk menaik atau menurunkan kabin lift tersebut.
Lift dirancang sedemikian rupa guna memenuhi fungsinya untuk menaikan
gallon kesetiap lantai yang ada digedung asrama. Dengan kerangka yang memiliki
dimensi 5.4 𝑚3 akan ditempatkan dilokasi samping tangga yang ada diasrama.
Lokasi tersebut sangat strategis guna akomodasi gallon. Oleh karena itu, kami
memeilih lokasi tersebut menjadi titik berdirinya lift gallon ini. Dengan spesifikasi

48
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
yang telah kami jabarkan diatas dapat di sampaikan bahwa lift gallon ini dapat
diproduksi guna memenuhi kebutuhan yang ada diasrama TPB ITERA. Bukan
hanya untuk gedung asrama, lift gallon ini juga dapat diterapkan pada gedung tinggi
yang tidak memiliki lift konvensional pada umumnya.

49
Bab 5 Penutup
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan proses desain dan analisis yang dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
a. Desain rancang bangun yang telah dibuat dan dianalisis memiliki spesifikasi
serta fungsi yang diinginkan.
b. Proses pembuatan desain yang dilakukan telah menerapkan topik matakuliah
yang telah ditempuh sehingga tujuan dari perancangan terpenuhi.
c. Lift gallon dapat difungsikan sebagai lift barang yang memiliki spesifikasi sama
dengan gallon Sembilan belas liter yang berjumlah 4 galon, atau menyesuaikan
dengan kabin yang ada.
d. Dengan harga produksi dan fungsi yang dapat dihasilkan dari lift gallon dapat
disimpulkan bahwa desain dapat diproduksi masal guna memenuhi kebutuhan
asrama atau gedung-gedung tinggi yang tidak memiliki fasilitas lift
konvensional.

5.2 Saran
Untuk memperbaiki hasil dari produk yang akan dihasilkan, maka dalam
pembuatan laporan akhir tentu memiliki kelemahan yang tidak diketahui oleh penulis. Oleh
karena itu dapat dijabarkan saran guna perbaikan untuk tahapan proses produksi sebagai
berikut:
a. Perlu ada pengembangan lebih lanjut untuk kontrol yang digunakan pada desain
rancang bangun lift galon yang disesuaikan dengan SOP yang berlaku dalam
gedung bertingkat selain asrama dengan perbedaan kondisi pengguna dan
kondisi area kerja lift.
b. Serta untuk mempermudah dalam melakukan praktik sistem kendali, peneliti
menyarankan agar menggunakan system control band type brake ini sebagai
alat pembelajaran untuk pengembangan lebih lanjut.
c. Dalam proses produksi hendaknya dikaji ulang dalam pemilihan material
bahan, karena disesuaikan dengan yang tersedia dipasaran.

50
DAFTAR PUSTAKA

https://asrama.itera.ac.id/. diakses pada 14 mei 2020


http://indonesiaports.com. diakses pada 16 mei 2020
https://mediabelajaronline.com/2010/03/pesawat-sederhana.html. diakses pada
16 mei 2020
https://www.hscdtech.com/. diakses pada 14 mei 2020
https://www.pengelasan.net/paku-keling/. diakses pada 12 mei 2020
https://www.smsperkasa.com/. diakses pada 17 mei 2020

http://sounak4u.weebly.com/simple-band-brake.html. diakses pada 19 mei 2020

https://www.teknikelektronika.com/. diakses pada 19 mei 2020


Radita, A. 2013. Penggunaan dan Pengaturan Motor Listrik. Yogyakarta:
Graha Ilmu

51
LAMPIRAN

Lampiran 1. Desain 3D lift gallon

52
Lampiran 2. Desain 2D lift gallon

53
Lampiran 3. Desain 2D lift gallon

54

Anda mungkin juga menyukai