Disusun oleh:
(KELOMPOK 01)
ARIS SUWANTO (17117014)
MUHAMAD NAWASI (17117076)
MUHAMMAD DZIKRY AZHARI (17117010)
MUHAMMAD YUSRON ASYROFI (17117017)
LAPORAN AKHIR
Aris Suwanto
NIM. 17117014
KATA PENGANTAR
Puji ayukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat mendiskusikan tugas matakuliah Perancangan yang berjudul
“Lift Galon” ini sesuai dengan timeline dan capaian pembelajaran.
Adapun tujuan dari proses desain lift galon ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Perancangan pada program studi Teknik Mesin Institut Teknologi Sumatera.
Selain itu, tujuan dari proses desain lift gallon yang dilakukan adalah untuk
mempermudah akomodasi gallon dan barang dari mahasiswa/i asrama TPB ITERA.
Laporan akhir tentang desain lift gallon ini juga diharapkan dapat menjadi bahan
evaluasi dalam pembuatan gedung asrama yang lebih ergonomi. Selain dapat
menuangkan gagasan dalam bentuk desain dan tulisan, melalui laporan akhir ini,
kami juga dapat berlatih menjadi insan yang baik dimasa depan. Ucapan terima
kasih kepada :
1. Bapak Abdul Muhyi selaku dosen pengampuh mata kuliah perancangan, dosen
pembimbing dan penanggung jawab matakuliah perancangan.
2. Bapak Kardo Rajagukguk, S.pd., M.Eng. selaku dosen pengampuh mata kuliah
perancangan.
3. Teman-teman mahasiswa/i Teknik Mesin ITERA, yang telah memotivasi kami
dalam melakukan pembuatan tugas secara diskusi online.
4. Keluarga kami terutama untuk kedua orang tua yang selalu mendoakan dan
memberikan dukungan dengan penuh cinta dan kasih sayangnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah menuangkan
gagasan dan pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan akhir ini.
Kami menyadari laporan akhir yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan selalu kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Lampung Selatan, 27 April 2020
Kelompok 1
i
ABSTRACT
The transportation of gallons in the life of the building is more than one
floor that does not need lifting facilities, especially when the distribution of
gallons located on the top floor is related to using a manual process and
only using human labor directly as the transporter, of course this makes the
process of sending gallons less efficient because it consumes a lot of time
and energy. Today, simple aircraft continue to be innovated with various
technological advancements to be more efficient and effective in order to
achieve faster and more ergonomic lifestyle goals. As found in the
compilation dormitory building transporting student needs to students who
need it on the fifth floor of the dormitory and carrying a gallon weight of
less than twenty kilos.
Kata kunci: desain rancang bangun, hand type brake, lift pengangkut gallon.
ii
INTISARI
Pengangkutan gallon dalam kehidupan digedung lebih dari satu lantai yang
tidak terdapat fasilitas lift, khususnya pada saat proses pendistribusian
gallon yang terletak di lantai atas menjadi suatu permasalahan apabila
menggunakan proses manual dan hanya menggunakan tenaga manusia
secara langsung sebagai pengangkutnya, tentu hal tersebut membuat proses
pengiriman gallon kurang efisien karena memakan banyak waktu dan
tenaga. Dewasa ini, pesawat sederhana terus di inovasikan dengan berbagai
kemajuan teknologi agar fungsinya lebih efisien dan efektif guna tercapainya
tujuan gaya hidup yang semakin instan dan ergonomi. Seperti persoalan
yang penulis temukan pada sebuah gedung asrama yang mengangkat gallon
atau barang keperluan mahasiswa untuk konsumsi mahasiswa yang berada
di lima lantai gedung asrama dan mengankat berat gallon kurang lebih
80kg per satu kali angkut.
Penilaian tingkat kelayakan desain lift galon dibagi dalam beberapa aspek.
Aspek desain dan unjuk kerja merupakan aspek utama dalam pembuatan
suatu desain perancangan. Aspek kemudahan pengoperasian dan aspek
manfaat adalah aspek dimana kita melihat kesesuaian fungsi dalam suatu
desain perancangan.
iii
DAFTAR ISI
iv
4.5 Pembahasan Hasil Akhir Perancangan ........................................................ 48
BAB V PENUTUP........................................................................................................... 50
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 50
5.2 Saran ................................................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 50
LAMPIRAN..................................................................................................................... 52
Lampiran 1. Desain 3D lift gallon............................................................................... 52
Lampiran 2. Desain 2D lift gallon............................................................................... 53
Lampiran 3. Desain 2D lift gallon............................................................................... 54
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
Bab 1 Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
1
Bab 1 Pendahuluan
Saat ini kami sedang menempuh matakuliah prancangan, sehingga dengan
ini kami bisa banyak bergerak untuk persoalan yang kami paparkan di atas.
Pergerakan yang kami lakukan tidak lah bertele-tele, akan tetapi yang ingin kami
lakukan adalah membuat desain lift barang (lift gallon) dengan kesederhanaan
desain yang ada pada pesawat angkat. Akan tetapi, kesederhanaan yang kami ingin
wujudkan berkontribusi besar bagi keberlangsungan kehidupan diasrama yang
lebih mudah dan efisien dalam akomodasi barang-barang dan gallon air mineral.
Pesawat sederhana yang akan kami rencanakan ini memiliki mekanisme hampir
sama dengan lift pada umumnya. Disini kami merancang hampir menyerupai lift
manusia, namun kapasitas yang dirancang hanya sebatas berkekuatan sebesar beban
gallon. Dengan motor penggerak motor listrik dan kontrol menggunakan kontrol
sederhana yang memanfaatkan potensiometer serta band type brake. Modelnya
hampir mirip dengan forklift, dimana gallon akan dinaikkan kawat baja (seling baja/
wire) kelantai yang dituju. Dalam merancang kami akan menghitung kekuatan dari
tali katrol serta rangka baja dari lift tersebut.
2
Bab 1 Pendahuluan
b. Mampu memberikan gambaran cara kerja lift gallon secara sederhana dalam
pembelajaran keilmuan teknik mesin yaitu sistem kendali.
3
Bab 1 Pendahuluan
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan desain rancang bangun lift gallon ini terdiri atas lima
bab yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Bab 1 Pendahuluan
Bab ini memuat tentang latar belakang dari penelitian, perumusan masalah,
tujuan perancangan, batasan masalah, metode pengumpulan data, sistematika
penulisan, manfaat perancangan dan penegasan istilah.
B. Bab 2 Landasan Teori Perancangan
Bab ini membahas tentang sistem control dalam desain perancangan, klasifikasi
komponen lift galon, dan dasar teori pesawat sederhana dengan system katrol
yang dipergunakan dalam pembuatan desain rancang bangun sistem lift
pengangkut gallon diasrama.
C. Bab 3 Metode Penelitian
Bab ini membahas tentang perhitungan pada perencanaan desain alat pengagkut
galon, proses desain lift galon, alat dan bahan yang dibutuhkan, proses
pembuatan , pengoperasian dan analisis pengujian alat.
D. Bab 4 Hasil dan Pembahasan
Bab ini dijelaskan hasil proses pengujian dari sistem lift pengangkut galon,
diskripsi studi kasus tentangang kurangnya fasilitas alat angkut gallon diasrama,
analisa masalah dan evaluasi data hasil perhitungan desain alat.
E. Bab 5 Penutup berisi Simpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan atas hasil analisis desain rancang bangun lift galon
dan saran yang mendukung desain rancang bangun agar memberikan hasil
yang lebih baik lagi dalam pembangunan lift pada nantinya dan untuk
pengembangannya serta berisi keinginan penulis menyampaikan suatu
gagasan yang belum dicapai dalam tujuan penelitian demi perbaikan. Bagian
akhir berisi Daftar Pustaka dan Lampiran-lampiran.
4
Bab 1 Pendahuluan
a. Menciptakan peradaban kehidupan mahasiswa asrama yang ergonomi agar
d. Hasil rancang bangun dapat digunakan dalam dunia industri sehingga dapat
energi.
b. Alat
c. Lift Galon
Lift galon adalah alat angkat dan angkut yang di khususkan untuk transportasi
gallon dan barang yang masuk dalam kabin lift. Penumpang(manusia) di larang
5
Bab 1 Pendahuluan
menaiki lift ini. Jenis lift ini banyak di gunakan di dunia industri. Lift
jenis ini memiliki ukuran kabin yang lebih kecil untuk media angkut gallon
dan barang.
d. Gallon
Gallon adalah objek yang nantinya akan diangkut oleh lift gallon, dimana gallon
tersendiri merupakan kemasan air mineral ukuran 19 liter yang biasa digunakan
6
Bab 2 Landasan Teori
BAB II
LANDASAN TEORI
7
Bab 2 Landasan Teori
r = Radius drum,
Kita tahu bahwa rasio pembatas dari ketegangan diberikan oleh persamaan,
𝑇1
= 𝑒 μ.θ …………………………………………………………..(1)
𝑇2
𝑇
2.3 log ( 1 ) = μ. θ …………………….…………………………..(2)
𝑇 2
dan gaya pengereman pada drum dapat kita selesaikan dengan persamaan berikut:
𝐹𝑑 = T 1 - T 2 ……………………………..……………….…..…….(3)
8
Bab 2 Landasan Teori
Torsi pengereman pada drum,
9
Bab 2 Landasan Teori
𝑤
𝐹=𝐾= ………………………………………………………… (7)
𝐾𝑀
Keterangan:
KM = keuntungan mekanis
Jadi semakin besar KM maka gaya yang kita keluarkan untuk mengangkat beban
semakin kecil.
W = F.s ……………………………………………………………………….(8)
Keterangan :
W = usaha ( J )
F = gaya ( N )
S = jarak tempuh ( m )
Dengan kata lain, walaupun usaha yang kita keluarkan sama peningkatan
jarak akan mengurangi gaya yang dibutuhkan. Lambang berat benda (w) hampir
sama dengan usaha (W) lambang berat dengan huruf kecil dan usaha dengan huruf
capital.
10
Bab 2 Landasan Teori
Katrol adalah roda berongga yang disepanjang sisinya untuk tempat tali.
Katrol sangat baik digunakan untuk memindahkan beban ke atas/bawah. Katrol
dapat dibedakan menjadi katrol tunggal tetap, katrol tunggal bergerak, dan takal
(katrol majemuk berganda).
F = w ………………………………………………………………………....(9)
katrol jenis ini memang tidak mengurangi besar gaya yang kita keluarkan, namun
dapat merubah arah gaya. Bila kita menarik suatu beban dari atas ke bawah tanpa
katrol maka kita harus mengeluarkan gaya dengan arah tersebut yaitu dari atas ke
bawah sehingga kita kesulitan memanfaatkan berat tubuh kita. sedangkan bila
menggunakan katrol (seperti yang terlihat pada gambar di atas) gaya yang kita
keluarkan justru berarah dari atas ke bawah. Hal ini menyebabkan kita dapat
memanfatkan berat tubuh kita untuk mengankat beban tersebut jadi tangan kita
tidak cepat lelah.
11
Bab 2 Landasan Teori
a. Potensiometer Slider, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat diatur dengan
cara menggeserkan Wiper-nya dari kiri ke kanan atau dari bawah ke atas sesuai dengan
pemasangannya. Biasanya menggunakan Ibu Jari untuk menggeser wiper-nya.
b. Potensiometer Rotary, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat diatur dengan
cara memutarkan Wiper-nya sepanjang lintasan yang melingkar. Biasanya
menggunakan Ibu Jari untuk memutar wiper tersebut. Oleh karena itu, Potensiometer
Rotary sering disebut juga dengan Thumbwheel Potentiometer.
12
Bab 2 Landasan Teori
c. Potensiometer Trimmer, yaitu Potensiometer yang bentuknya kecil dan harus
menggunakan alat khusus seperti Obeng (screwdriver) untuk memutarnya.
Potensiometer Trimmer ini biasanya dipasangkan di PCB dan jarang dilakukan
pengaturannya.
Sebuah Potensiometer (POT) terdiri dari sebuah elemen resistif yang membentuk
jalur (track) dengan terminal di kedua ujungnya. Sedangkan terminal lainnya (biasanya
berada di tengah) adalah Penyapu (Wiper) yang dipergunakan untuk menentukan
pergerakan pada jalur elemen resistif (Resistive). Pergerakan Penyapu (Wiper) pada Jalur
Elemen Resistif inilah yang mengatur naik-turunnya Nilai Resistansi sebuah
Potensiometer.Elemen Resistif pada Potensiometer umumnya terbuat dari bahan campuran
Metal (logam) dan Keramik ataupun Bahan Karbon (Carbon). Berdasarkan Track (jalur)
elemen resistif-nya, Potensiometer dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu Potensiometer
Linear (Linear Potentiometer) dan Potensiometer Logaritmik (Logarithmic Potentiometer).
Dengan kemampuan yang dapat mengubah resistansi atau hambatan, Potensiometer sering
digunakan dalam rangkaian atau peralatan Elektronika dengan fungsi-fungsi sebagai
berikut :
a. pengatur Volume pada berbagai peralatan Audio/Video seperti Amplifier, Tape Mobil,
DVD Player,
b. Pengatur Tegangan pada Rangkaian Power Supply,
c. Pembagi Tegangan,
d. Aplikasi Switch TRIAC,
e. Joystick pada Tranduser,
13
Bab 2 Landasan Teori
f. Pengendali Level Sinyal.
2.5 Motor DC
Motor listrik sering digunakan sebagai elemen kontrol akhir dalam sistem
kontrol posisi ataupun kecepatan. Cara kerja dasar dari sebuah motor listrik adalah
gaya yang bekerja pada konduktor yang beradaa di dalam suatu medan magnet
ketika ada arus yang melewati konduktor tersebut. Untuk konduktor dengan
pannjang (L) yang mengalirkan arus (I) dalam suatu medan magnetik dengan
kerapatan fluksi (B) pada sudut yang tepat, maka gaya (F) yang dibangkitkan
14
Bab 2 Landasan Teori
adalah sama dengan B.I.L.
Motor listrik menggunakan energi listrik dan energi magnet untuk menghasilkan
energi mekanis. Operasi motor tergantung pada interaksi dua medan magnet
tersebut. Secara sederhana daapat dikatakan bahwa motor listrik bekerja dengan
prinsip bahwa dua medan mgnet dapat dibuat berinteraksi untuk menghasilkan
gerakan. Tujuan suatu motor adalah untuk menghasilkan gaya yang bergerak (torsi
pada suatu motor DC terdapat kumparan-kumparan kawat yang dipasangkan pada
slot silinder yang terbuat dari material magnetik yang dikenal dengan istilah
armature atau jangkar. Jangkar dipasang pada sebuah bantalan dan dapat berotasi
dengan bebas. Medan magnetik dihasilkan oleh kutub-kutub medan. Medan
magnetik ini sendiri dapat dibangkitkan oleh suatu magnet permanen ataupun
electromagnet dengan sifat magnet yang dihasilkan oleh atus yang mengalir
melalui kumparan medan. Baik terbuat dari magnet permanen atau elektromagnet,
bagian ini umumnya membentuk bagian luar motor yang disebut stator. Dalam
praktiknya, terdapat lebih dari satu kumparan jangkar serta lebih dari sekumpulan
kutub-kutub stator. Ujung-ujung dari kumparan jangkar dihubungkan pada
segmen-segmen cincin tersegmentasi yang sering disebut sebagai komutator, yang
ikut berputar bersama dengan jangkar.
15
Bab 2 Landasan Teori
lain dengan menunjukkan arah garis gaya magnet dari medan, dan jari tengah
menunjukkan arah arus yang mengalir (min ke plus) pada penghantar. Ibu jari
menunjukkan arah gerakan penghantar.
Motor DC dengan kumparan medan dapat diklasifikasikan berdasarkan
hubungan antara lilitan medan dan lilitan jangkarnya, yaitu sebagai berikut :
a. Motor Lilitan Seri
Untuk motor lilitan-seri, kumparan jangkar dan medan motor terhubung secara
seri. Motor ini mampu menghasilkan torka awal yang sangat tinggi serta
kecepatan dalam kondisi tanpa beban yang sangat besar. Meskipun demikian
dalam kondisi beban ringan, dapat muncul kondisi yang membahayakan
dimana motor memiliki kemungkinan untk berputar dalam kecepata yang
terlampau tinggi. Pembalikan polaritas tegangan catu tidak memiliki efek
terhadap arah putaran motor, karena baik arus jangkar dan medan keduanya
berbalik arah.
b. Motor Lilitan-Shunt
Untuk motor lilittan-shunt, kmparan jangkar dan medan motor terhubung
parallel. Motor ini menghasilkan torka awal yang sangat kecil, kecepatan
dalam kondisi tanpa beban yang jauh lebih kecil, serta memiliki regulasi
kecepatan yang baik. Motor ini mampu menghasilkan kecepatan yang hamper
konstan meski diberi pembebanan yang berbeda sehingga motor ini sangat
banyak digunakan. Untuk membalik arah putaran, salah satu diantara arah
aliran arus jangkar atau medan dapat diubah.
c. Motor Gabungan
Motor lilitan-gabungan (compound) mempunyai 2 buah lilitan medan, satu
diantaranya terhubung seri dengan lilitan jangkar, sedangkan yang lain
terhubung secara parallel. Motor lilitan-gabungan dibentuk dengan tujuan
untuk mendapatkan sifat-sifat terbaik dari motor seri dan shunt yaitu torka
awal yang tinggi serta regulasi kecepatan yang baik.
d. Motor Penguatan Terpisah
Motor penguatan terpisah memiliki kontrol arus jangkar dan medan yang
terpisah. Arah putaran dapat diatur atau diubah dengan cara mengubah atau
membalik arah aliran arus jangkar dengan medan.
16
Bab 2 Landasan Teori
𝑙𝑏
𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 (𝑟𝑝𝑚)𝑥 𝑇𝑜𝑟𝑠𝑖 ( )
𝑓𝑡
𝐻𝑜𝑟𝑠𝑒 𝑃𝑜𝑤𝑒𝑟 = …………………………....(10)
5252
Prioritas 1:
Mahasiswa baru ITERA yang berasal dari luar provinsi Lampung dan masuk ke
dalam UKT Gol I, II, & III.
Prioritas 2:
Mahasiswa baru ITERA yang berasal dari provinsi Lampung di luar kota Bandar
Lampung dan masuk ke dalam UKT Gol I, II, & III.
Prioritas 3:
Mahasiswa baru ITERA yang berasal dari luar kota Bandar Lampung dengan UKT
di atas Gol. III. dengan urutan prioritas dimulai dari daerah asal terjauh dan UKT
terendah.
Fasilitas: Empat tower asrama (dua tower putri dan dua tower putra)
17
Bab 2 Landasan Teori
Kapasitas asrama putra 616 orang dan asrama putri 616 orang
Setiap kamar dilengkapi tempat tidur, meja dan kursi belajar, lemari serta
kamar mandi dalam
18
Bab 3 Metodologi Perancangan
BAB III
METODOLOGI PERANCANGAN
19
Bab 3 Metodologi Perancangan
g. Masing-masing lantai terdapat switc atau tombol untuk menghidupkan lampu
kontrol yang ada di pusat kontrol lantai dasar asrama untuk mengetahui kapan
waktu lift harus dimatikan dan direm.
h. Rangka lift akan ditutup body lift dengan bahan lembaran (sheet) baja agar lift
lebih terlihat rapi dan meminimalisir resiko kecelakaan.
i. Katrol atau tali yang digunakan adalah kawat baja atau seling baja dengan
diameter 8 mm dan panjang 40 m.
a. Sistem Kontrol
System control dalam aspek teknik mesin suatu desain rancang bangun pasti
sangat diperhatikan. Hal ini agar rancang bangun yang nantinya diproduksi
dengan mudah dioprasikan oleh setiap orang, sehingga tidak membutuhkan
keahlian khusus. Berikut adalah beberapa alternative desain untuk system
control yang kami rancang:
1. Band Type Brake
20
Bab 3 Metodologi Perancangan
silinder yang terhubung dengan motor listrik. Untuk menentukan system
mana yang akan digunakan, maka kita harus mengetahui kelebihan dan
kelemahannya.
2. Drum Brake
21
Bab 3 Metodologi Perancangan
b) Rem drum tidak mudah kemasukan debu dan kotoran karena lebih
tertutup.
c) Kinerja pengereman lebih lembut dan penampang pengereman dapat
dibuat lebih lebar untuk memaksimalkan pengereman.
Kekurangan
a) Tidak seluruh kampas rem menempel ke drum atau tromol
mengakibatkan daya pengereman hanya 70 persen saja.
b) Rem lebih cepat panas karena sistem rem yang tertutup.
c) jika terkena air rem menjadi tidak pakem atau gaya geseknya berkurang
secara signifikan
d) jika oli rem kotor membuat rem menjadi lebih berisik.
3. Disc break
22
Bab 3 Metodologi Perancangan
b) Cenderung lebih pakem atau seluruh permukaan disc pad mengalami
gesekan.
Kekurangan:
b. Letak Motor
1. Diatas lift
Kelebihan:
Kekurangan:
Kelebihan:
23
Bab 3 Metodologi Perancangan
b) Motor listrik dapat diamati setiap saat.
c) Perbandingan rasio dari katrol lebih mudah dikontrol
Kekurangan:
bahan tali katrol (kawat baja) yang digunakan cukup panjang yaitu 30 meter.
c. Sistem Pengoprasian:
1. Otomatis
Kelebihan:
Kekurangan:
Kelebihan:
24
Bab 3 Metodologi Perancangan
Kekurangan:
Harus jeli melihat lampu indikator ketika lift sudah akan sampai dititik
pemberhentian
25
Bab 3 Metodologi Perancangan
b. Baja Assental ( Shafting Bars)
c. Pulley
26
Bab 3 Metodologi Perancangan
d. Kawat seling baja
e. Baja I-beam
f. Baja Plat
27
Bab 3 Metodologi Perancangan
g. Baja Coil (baja sheet)
i. Potensiometer
28
Bab 3 Metodologi Perancangan
j. Limit Switch
29
Bab 3 Metodologi Perancangan
Dalam mengumpulkan data percobaan atau perancangan desain dari suatu
permasalahan (studi kasus) hendaknya dilakukan beberapa metode guna
mendapatkan data yang akurat dan sesuai dengan klimaks studi kasus yang ada.
Dengan demikian kami mengambil data untuk proses perancangan suatu desain
rancang bangun lift gallon menggunakan metode observasi dan interview. Kami
melakukannya dengan metode ini guna mendapatkan data akurat untuk spesifikasi
lift gallon yang akan kami rancang. Selain itu kami juga berharap lift tidak hanya
difungsikan untuk gallon, melainkan barang-barang lain yang memungkinkan. Oleh
karena itu, kami melakukan wawancara guna apa saja yang memungkinkan
pekerjaan yang dapat dilakukan lift gallon tersebut.
Pembuatan produk merupakan proses produksi dari suatu barang yang telah
melewati beberapa uji dan analisis untuk menghasilkan jenis produk dengan
spesifikasi yang diinginkan. Dengan ini produk yang akan dibuat adalah lift gallon.
Dalam proses desain rancang bangun ini tidak sampai pembuatan produk,
melainkan hanya sampai pada desain gambar teknik. Dengan demikian ketika kita
atau siapapun yang ingin melanjutkan hingga terbentuknya produk, hanya dengan
30
Bab 3 Metodologi Perancangan
melihat desain yang telah dibuat sebelumnya guna menjadi acuan. Desain ini dibuat
dan dilakukan analisis sesuai dengan kondisi sebenarnya dan mendekati ideal
dilapangan atau area kerja. Desain yang telah dibuat memiliki spesifikasi dan
kegunaan yang diinginkan dilapangan. Desain ini dibuat setelah dilakukannya
proses pengambilan data dan analisis serta ditentukannya jenis piranti yang akan
digunakan.
31
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
32
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
A. Material Bahan
33
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
1. I-Beam (INP)
Dimensi D : 29 mm ; L : 6 m
Massa 30.50 Kg
Kadar Carbon 0.20 % - 0.30 % C
Kode dan standar JIS 3112
Harga Rp. 320.250,00
34
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
B. Elemen Mesin
1. Analisis poros (shaft)
a) Poros Bagian Atas
T = 0
T1 - T2 = 0 , T2 = 74Nm
T2 74Nm
F2 = = 0.08m = 925N
r2
M A = 0
CY = 1680N
Fy = 0
35
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
-AY - F1 + CY - F2 = 0
AY = 1680 – 1655 N
AY = 15N
Mc = 231.25Nm
MC 32M 32 (231.25)
= = 𝜋𝑑^3 =
I 𝜋(0.029)^3
= 96.63 MPa
Tr 16T 16 (74)
= = 𝜋𝑑^3 = 𝜋(0.029)^3
J
= 15.46 MPa
σ
= 2 max
σ σ
=2 (2) + ()
96.63 96.63 2
= ( ) + (15.46)2 = 48.32 Pa
2 2
= -2.41 MPa
36
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
Safety Factor :
206.92 MPa
n= = 2.09 Aman
99.05 MPa
TD = T2 = 74Nm
TD = TA = 74Nm (Drum pada brake memiliki beban torsi sebesar 74Nm)
TD 74Nm
F1 = = 0.08m = 925N
rD
M C = 0
0.6 BY = 370 Nm
BY = 617N
Fy = 0
37
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
F1 - CY + BY = 0
CY = 925 + 617 N
CY = 1542N
MC 32M 32 (370)
= = 𝜋𝑑^3 = 𝜋(0.029)^3
I
= 154.6 MPa
Ketika Shaft dalam kondisi direm / tidak bergerak, terdapat momen balik
(puntir) TA yang berlawanan dengan gerak TD
Tr 16T 16 (74)
= = 𝜋𝑑^3 = 𝜋(0.029)^3
J
= 15.46 MPa
σ
= 2 max
σ σ
=2 (2) + ()
154.6 154.6 2
= ( ) + (15.46)2 = 77.3 78.83 MPa
2 2
38
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
= -1.67 MPa
Spesifikasi Besi Assental (ST 41) Shafting Bar @6M (Sama seperti
sebelumnya)
Safety Factor :
206.92 MPa
n= = 1.325 Cukup Aman
156.1 MPa
Asumsi;
• Jenis bearing = Ball bearing (a=3)
• Besar application factor (af ) = 1
• Reliability sebesar 90%
• Spesifikasi bearing berdasar pada Weibull parameters sbb;
39
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
𝑋𝐷
20.3 = (1) (1.68) {0.02+(4.459−0.02)(ln 1/0.9)^(1/1.483)}1/3
20.3
XD1/3 = 1.68 x 0.616
XD1/3 = 7.44
XD = 412.77 ≈ 413
40
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
(42)(80)^3 (18.05)(72.2)^3
I= –2[ ] = 659762 mm4
12 12
3.9 36.1
Qa = ( ȳ’A’)|y=0y=40 = (36.1 + 2 ) [(42)(3.9)] + ( )[(36.1)(5.9)] =
2
10077mm3
3.9
Qb = Qc = ( ȳ’A’)|y=36.1y=40 = (36.1 + 2 ) [(42)(3.9)] = 6233mm3
𝑉 𝑄𝑏 (849)(6233)
b = = (659762)(5.9) = 1.36 MPa
𝐼 𝑏𝑏
𝑉 𝑄𝑐 (849)(6233)
c = = (659762)(42) = 1.91 MPa
𝐼 𝑏𝑐
𝑉 𝑄𝑑 (849)(0)
d = = (659762)(42) = 0 MPa
𝐼 𝑏𝑑
𝑀𝑦𝑎 (25470)(0)
a = = = 0 MPa
𝐼 659762
𝑀𝑦𝑏 (25470)(36.1)
b = c = =− = -1.39 MPa
𝐼 659762
41
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
𝑀𝑦𝑎 (25470)(40)
d = =− = -1.54 MPa (Principal Stress)
𝐼 659762
σ
max = (2) + ()
270
θ = 180 𝜋 = 4.71
𝑇1
ln 𝑇2 = f θ = (0.25)(4.71) = 1.1775
𝑇1
= 3.25 , T1 = 3.25 T2
𝑇2
42
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
M = (T1 - T2) r
74
= T1 - T2
0.15
T1 - T2 = 493.3 N
3.25 T2 - T2 =2.25 T2 = 493 N
T2 = 219 N ; T1 = 712 N
M = 0
P (750) – T1 (150) = 0
P = 142.4 N
2𝑇1 2(712)
pa = = (0.15)(0.15) = 63.3 kPa
𝑏𝐷
Gambar 4. 2 Skema las dengan elektrode terbungkus dan mesin las SMAW
(https://www.pengelasan.net/)
43
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
Dalam desain perancangan yang kami kerjakan proses pengerjaan
kerangka dan sambungan poros menggunakan metode manufaktur
pengelasan. Pengelasan yang sesuai dengan desain dan material
perancangan lift gallon yaitu jenis las SMAW. Las SMAW yang berasal
dari kata Shield Metal Arc Welding adalah proses pengelasan yang
menggunakan panas untuk mencairkan material dasar atau logam induk dan
elektroda (kawat las). Panas tersebut ditimbulkan oleh lompatan ion listrik
yang terjadi antara katoda dan anoda (ujung elektroda dan permukaan plat
yang akan dilas ). Panas yang timbul dari lompatan ion listrik ini besarnya
dapat mencapai 4000 ͦ sampai 4500 ͦ Celcius.
Proses terjadinya pengelasan karena adanya kontak antara ujung
elektroda dan material dasar sehingga terjadi hubungan pendek dan saat
terjadi hubungan pendek tersebut tukang las (welder) harus menarik
elektrode sehingga terbentuk busur listrik yaitu lompatan ion yang
menimbulkan panas. Panas akan mencairkan elektrode dan material dasar
sehingga cairan elektrode dan cairan material dasar akan menyatu
membentuk logam lasan (weld metal).
Untuk menghasilkan busur yang baik dan konstan tukang las harus
menjaga jarak ujung elektroda dan permukaan material dasar tetap sama.
Adapun jarak yang paling baik adalah sama dengan diameter elektroda yang
dipakai,misalnya kawat las (elektroda) 3,2 mm maka jarak yang baik antara
material dasar dengan ujung elektroda adalah sekitar 3 mm juga.
2. Keling atau Rivet
Untuk desain yang lebih rapih dan safety maka kami merancang
penggunaan body cover pada lift gallon yang kami desain. Proses
pemasangan cover kai menggunakan metode yang sudah cukup familiar
sejak jaman dahulu. Metode ini kami sesuaikan dengan material bahan yang
kami gunakan dalam perancangan. Oleh karena itu kami memilih
penggunaan paku keeling ataua rivet dalam pemasangannya. Paku keling
merupakan salah satu jenis paku yang berbentuk silinder dan memiliki
batang pendek pada bagian batang. Ciri lain dari paku ini adalah pada bagian
kepalanya berbentuk setengah bulat, persegi empat, rata atau trapesium.
44
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
Paku ini digunakan sebagai alat penyambung bagian konstruksi mulai dari
konstruksi yang ringan hingga konstruksi berat.
a. Langkah pertama adalah membuat lubang pada bagian atau pelat yang
akan disambung dengan cara dibor. Untuk ukuran lubang ini, pada
umumnya dilebihkan sekitar 1.5 mm dari diameter tangkai paku keling
yang dipilih untuk digunakan.
b. Setelah itu, masukkan tangkai paku keling pada lubang yang telah
dibuat. Pastikan panjang tangkai yang keluar dari pelat tersebut sama
dengan 1,5 kali diameter paku rivet atau paku keling.
45
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
c. Langkah selanjutnya adalah memukul ujung tangkai paku keling
beberapa kali dengan menggunakan palu sampai kepala paku keling
mulai terbentuk.
d. Pasang die atau pembentuk kepala paku keling pada bagian kepala paku
yang mulai terbentuk pada ujung tangkai. Setelah itu, pukul pembentuk
kepala paku dengan menggunakan palu, sehingga kepala paku keling
terlihat lebih berbentuk rapi.
a. Manufacturability
46
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
gallon sebesar Rp. 10.201.250,00. Dimana nilai tersebut cukup murah dan
memiliki capaian fungsi yang diinginkan. Biaya tersebut masih bisa direduksi
dengan menghilangkan biaya bahan material sheet baja dan pemasangan paku
keling untuk pembuatan cover. Nilai dari keduanya sebesar Rp. 1.232.000,00
yang dapat mengurangi total biaya produksi hingga menjadi Rp. 9.669.250,00.
Ketika kita mengurangi biaya pembuatan cover atau kita tidak memasang cover
lift gallon tersebut masih dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
b. Cost
47
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
Dari kedua tabel diatas dapat dihitung bahwa biaya untuk proses pembuatan lift
gallon adalah sebesar Rp. 10.679.000,00. Dimana nilai tersebut diperoleh dari
analisis perhitungan total biaya bahan baku material dan biaya proses produksi.
48
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
yang telah kami jabarkan diatas dapat di sampaikan bahwa lift gallon ini dapat
diproduksi guna memenuhi kebutuhan yang ada diasrama TPB ITERA. Bukan
hanya untuk gedung asrama, lift gallon ini juga dapat diterapkan pada gedung tinggi
yang tidak memiliki lift konvensional pada umumnya.
49
Bab 5 Penutup
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan proses desain dan analisis yang dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
a. Desain rancang bangun yang telah dibuat dan dianalisis memiliki spesifikasi
serta fungsi yang diinginkan.
b. Proses pembuatan desain yang dilakukan telah menerapkan topik matakuliah
yang telah ditempuh sehingga tujuan dari perancangan terpenuhi.
c. Lift gallon dapat difungsikan sebagai lift barang yang memiliki spesifikasi sama
dengan gallon Sembilan belas liter yang berjumlah 4 galon, atau menyesuaikan
dengan kabin yang ada.
d. Dengan harga produksi dan fungsi yang dapat dihasilkan dari lift gallon dapat
disimpulkan bahwa desain dapat diproduksi masal guna memenuhi kebutuhan
asrama atau gedung-gedung tinggi yang tidak memiliki fasilitas lift
konvensional.
5.2 Saran
Untuk memperbaiki hasil dari produk yang akan dihasilkan, maka dalam
pembuatan laporan akhir tentu memiliki kelemahan yang tidak diketahui oleh penulis. Oleh
karena itu dapat dijabarkan saran guna perbaikan untuk tahapan proses produksi sebagai
berikut:
a. Perlu ada pengembangan lebih lanjut untuk kontrol yang digunakan pada desain
rancang bangun lift galon yang disesuaikan dengan SOP yang berlaku dalam
gedung bertingkat selain asrama dengan perbedaan kondisi pengguna dan
kondisi area kerja lift.
b. Serta untuk mempermudah dalam melakukan praktik sistem kendali, peneliti
menyarankan agar menggunakan system control band type brake ini sebagai
alat pembelajaran untuk pengembangan lebih lanjut.
c. Dalam proses produksi hendaknya dikaji ulang dalam pemilihan material
bahan, karena disesuaikan dengan yang tersedia dipasaran.
50
DAFTAR PUSTAKA
51
LAMPIRAN
52
Lampiran 2. Desain 2D lift gallon
53
Lampiran 3. Desain 2D lift gallon
54