TUGAS AKHIR
119170074
LAMPUNG SELATAN
2023
ANALISIS PENGARUH VARIASI TEKANAN PADA PROSES
PEMBUATAN BIO BRIKET BERBAHAN DASAR JERAMI
MENGGUNAKAN PEREKAT TEPUNG TAPIOKA
TUGAS AKHIR
119170074
LAMPUNG SELATAN
2023
iii
LEMBAR PENGESAHAAN
Tugas Akhir Sarjana dengan judul “Analisis Pengaruh Variasi Tekanan Pada
Proses Pembuatan Bio Briket Berbahan Dasar Jerami Menggunakan Perekat
Tepung Tapioka” adalah benar dibuat oleh saya sendiri dan belum pernah dibuat
dan diserahkan sebelumnya, baik sebagian ataupun seluruhnya, baik oleh saya
ataupun orang lain, baik di Institut Teknologi Sumatera maupun di institusi
pendidikan lainnya.
Lampung Selatan,
Penulis,
Disahkan oleh,
Koordinator Program Studi Teknik Mesin
Jurusan Teknologi Produksi dan Industri
Institut Teknologi Sumatera
Skripsi adalah karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan benar.
NIM : 119170074
Tanda Tangan :
Sebagai civitas akademik Institut Teknologi Sumatera, saya yang bertanda tangan
di bawah ini :
Nama : Yehezkiel Cristoper H.Sianturi
NIM : 119170074
Program studi : Teknik Mesin
Jurusan : Jurusan Teknologi Produksi dan Industri
Jenis Karya : Tugas Akhir
Yang menyatakan
Hamda Yunasdi
vi
ABSTRAK
ABSTRACT
Energy is needed for human activities, especially for daily activities. New Energy
and Renewable Energy (EBT) is an alternative source of energy supply, because
apart from having a low impact on environmental damage, it also guarantees
energy sustainability into the future. Biomass energy can be a solution to overcome
the increasing limitations of fossil resources. thinned by making charcoal
briquettes. Biomass energy comes from plants or organic materials which are
easily found in abundant availability, one of which is straw which is the main
ingredient in this research. In this research, pressure variations of 40 kg/cm2, 50
kg/cm2, and 60 kg/cm2 were used with burning for 1 hour at a temperature of 150
℃. Based on the results of this research trial, the values for water content, ash
content, carbon content, calorific value, volatile matter content and combustion test
will be obtained by comparing them based on SNI standard No.1/6235/2000. And
for the ratio of making charcoal briquettes, the basic ingredients of rice straw with
tapioca flour adhesive are 50:25. Based on the results of the tests that have been
carried out, it was found that the best test results were at a pressure of 60 kg/cm2,
namely for the water content test, the results were 4.28%, the ash content test was
33.2066%, the carbon content test was 48.138%, the results of testing the calorific
value of 3205.82 cal/g, the results of testing the levels of volatile matter obtained
results of 39.3% and for testing the combustion rate of 0.1923 g/minute.
MOTTO
Oleh Karena Itu Aku Berkata Kepadamu: Mintalah, Maka Akan Diberikan
Kepadamu; Carilah, Maka Kamu Akan Mendapat; Ketoklah, Maka Pintu Akan
Dibukakan Bagimu
(Lukas 11 : 9)
ix
PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian Tugas Akhir ini dengan judul
“Analisis Pengaruh Variasi Tekanan Pada Proses Pembuatan Bio Briket Berbahan
Dasar Jerami Menggunakan Perekat Tepung Tapioka”. Adapun tujuan penyusunan
Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana pada
Program Studi Teknik Mesin, Jurusan Teknologi Produksi dan Industri, Institut
Teknologi Sumatera.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini tentunya tidak lepas dari bimbingan serta
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. I Nyoman Pugeg Aryantha, selaku Rektor Institut Teknologi
Sumatera.
2. Bapak Hadi Teguh Yudistira S.T., Ph.D, selaku Ketua Jurusan Teknologi
Produksi dan Industri Institut Teknologi Sumatera, sekaligus sebagai Dosen
Pembimbing kuliah.
3. Bapak Eko Pujiyulianto S.T., M.Eng, selaku Koordinator Program Studi Teknik
Mesin Insitut Teknologi Sumatera.
4. Ibu Devia Gahana C. A, S.T., M.Sc, selaku Dosen Pembimbing I Tugas Akhir.
5. Bapak Muhammad Syaukani S.T., M.T, selaku Dosen Pembimbing II Tugas
Akhir.
6. Laboran Teknik Sistem Energi Institut Teknologi Sumatera.
7. Laboran Teknik Biosistem Institut Teknologi Sumatera.
8. Laboran Farmasi Institut Teknologi Sumatera.
9. Keluarga tercinta yaitu mama, bapa, adik dan opung.
10. Teman – teman satu tema briket dan semua pihak yang telah membantu dan tidak
dapat disebutkan satu per satu.
DAFTAR ISI
PERSEMBAHAN................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
1
diubah menjadi energi terbarukan dan sudah sering digunakan sebagai pembangkit
listrik ataupun digunakan dalam dunia industri. Untuk memanfaatkannya secara
efisien, biomassa diubah menjadi briket melalui proses pemadatan bahan organik
menjadi bentuk padat. Manfaat dari biomassa yang dikonversi menjadi briket
adalah sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan.[5].
Briket merupakan jenis bahan bakar padat yang memiliki nilai kalor tinggi
dan dapat berfungsi sebagai pengganti minyak tanah dan gas dalam kehidupan
sehari-hari. Diharapkan penggunaan briket ini dapat mengurangi ketergantungan
masyarakat terhadap minyak tanah dan gas. Penggunaan briket secara luas
diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam mengatasi krisis energi di negara
ini. Beberapa contoh biomassa yang dapat digunakan untuk pembuatan briket
meliputi tempurung kelapa, sabut kelapa, sekam padi, dan tongkol jagung[6].
Jerami merupakan hasil sisa dari usaha pertanian yang terdiri dari tangkai
dan batang dari tanaman serealia yang telah kering setelah biji-bijiannya
dipisahkan[7]. Sebagai alternatif, briket adalah bahan bakar padat yang terbuat dari
biomassa, seperti ampas tebu, sekam padi, dan jerami. Proses pembuatan briket dari
bahan ini memungkinkan untuk menciptakan energi alternatif yang dapat
menggantikan penggunaan briket batu bara, yang berasal dari sumber alam yang
tidak dapat diperbaharui. Penggunaan briket ini dapat diterapkan baik dalam skala
rumah tangga maupun industri kecil, dan memberikan kesempatan untuk
mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui
selama ini [8].
Kualitas briket yang dihasilkan dipengaruhi oleh proses persiapan dan
bahan pembuat briket itu sendiri, termasuk rasio perekat dan jenis bahan dasar yang
digunakan. Penggunaan perekat mempengaruhi struktur mikro sampel dengan
meningkatkan densitas briket saat perekat ditambahkan. Namun, penggunaan
perekat juga dapat mengurangi nilai kalor briket karena laju pembakarannya
menjadi lebih rendah akibat penambahan air dalam perekat [9]. Terdapat dua jenis
perekat yang digunakan dalam pembuatan briket, yaitu perekat organik dan
anorganik [10].
Perekat anorganik digunakan untuk menjaga integritas briket selama proses
pembakaran tanpa mengurangi kelancaran aliran bahan bakar. Beberapa jenis
2
perekat anorganik meliputi semen, lempung, dan natrium. Di sisi lain, perekat
organik memiliki keunggulan karena menghasilkan sedikit abu setelah pembakaran
dan berfungsi dengan baik sebagai bahan perekat. Beberapa contoh perekat organik
termasuk kanji, tar, aspal, amilum, molase, dan parafin [11].
Penelitian tentang briket Jerami sebelumnya yang diakukan oleh Mitra
Medio pada tahun 2021 Kualitas briket biomassa telah memenuhi persyaratan SNI
01-6235-2000 kecuali nilai kalor [12].
Berdasarkan teori serta penelitian-penelitan yang telah di lakukan maka
penulis mencoba untuk mempelajari pengaruh variasi tekanan pada karakteristik
briket berbahan Jerami yang menggunakan perekat tepung tapioka atau tepung
kanji serta komposisinya akan menggunakan analisis pengukuran kadar air, kadar
abu, kadar karbon, nilai kalor dan kadar zat terbang.
1.2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui pengaruh variasi tekanan pembuatan briket jerami terhadap
pengujian kadar abu, kadar air, kadar kalor, nilai karbon, kadar zat terbang,
dan laju pembakaran.
b. Membandingkan kualitas briket yang telah diteliti dengan kualitas standar
SNI
1.3. Ruang Lingkup Penellitian
Adapun ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Proses pembakaran jerami selama 3 jam.
b. Tepung tapioka atau tepung kanji yang dijual dipasaran adalah bahan
perekat pembuatan briket.
c. Variasi tekanan yang digunakan pada pengujian ini adalah 40 kg/𝑐𝑚2 ,
50kg/𝑐𝑚2 , 60 kg/𝑐𝑚2 .
d. Karakteristik pengujian terbatas pada kandungan yang diuji dalam
pembuatan briket yaitu kadar air menggunakan (mouisture analyzer/oven),
kadar abu (furnish), kadar karbon (furnish), nilai kalor (kalorimeter bom),
dan kadar zat terbang (volatile matters).
3
1.4. Metodologi Penelitian
Adapun metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Studi Literatur
Proses pembelajaran materi yang terkait dengan penelitian ini dilakukan
melalui studi literatur. Referensi literatur yang digunakan berasal dari jurnal
dan sumber-sumber di internet.
b. Persiapan alat dan bahan yang digunakan
Menyiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan dalam penelitian untuk
membuat briket.
c. Pengambilan dan Mengolah Data
Mendapatkan hasil pengujian yang akan digunakan sebagai dasar
perhitungan dalam proses pengolahan data.
d. Analisis Hasil dan Kesimpulan
Data yang telah diperoleh akan diolah dan dianalisis untuk menemukan
karakteristik nilai briket, serta menyimpulkan temuan dari hasil tersebut.
1.5. Sistematika Penulisan
Penelitian terkait briket ini akan ditulis dengan sistematika penulisan
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan mencakup informasi mengenai latar belakang, perumusan
masalah, tujuan penelitian, cakupan penelitian, metodologi, dan struktur penulisan
yang akan digunakan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini akan dijelaskan mengenai literatur yang telah diperoleh dari
berbagai sumber. Literatur tersebut akan digunakan sebagai acuan dalam proses
penelitian baik tentang teori-teori, rumus-rumus dan lainnya.
BAB III METODOLOGI
Pada bab ini akan menjelaskan terkait tahapan-tahapan pengujian yang akan
dilakukan, tahapan-tahapan pengambilan data dan pengolahan data, serta analisis
data dan kesimpulan.
4
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menjelaskan terkait hasil dari pengelolahan data serta
pembahasan dari hasil-hasil analisis maupun perhitungan-perhitungan yang
dilakukan.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini akan menjelaskan terkait kesimpulan dari hasil penelitian yang
telah dilakukan serta penjelasan terkait saran untuk penelitian selanjutnya agar hasil
penelitian bisa lebih baik.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
6
Indonesia sangat besar, terutama di daerah pesisir laut. Selain itu, Indonesia
memiliki potensi panas bumi yang luar biasa, mencapai 29 GW (yang merupakan
salah satu yang terbesar di dunia), namun pemanfaatannya saat ini baru mencapai
1.341 W (4,6%) dari potensi tersebut [16].
Di Indonesia, potensi biomassa sebagai sumber energi sangat melimpah.
Limbah dari hewan dan tumbuhan, terutama yang berasal dari tanaman pangan dan
perkebunan, memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Pemanfaatan limbah ini
sebagai bahan bakar nabati akan memberikan tiga keuntungan utama. Pertama,
akan meningkatkan efisiensi energi secara keseluruhan karena limbah memiliki
kandungan energi yang cukup besar, dan jika tidak dimanfaatkan, akan terbuang
percuma. Keuntungan kedua adalah potensi penghematan biaya, karena seringkali
membuang limbah lebih mahal daripada memanfaatkannya. Selain itu, ini akan
membantu mengurangi kebutuhan akan tempat penimbunan sampah di perkotaan,
mengingat penyediaan tempat penimbunan sampah seringkali menjadi lebih sulit
dan mahal [17].
2.2. Biomassa
Biomassa adalah bahan organik yang terbentuk melalui proses fotosintesis,
baik dalam bentuk produk hasil pertanian maupun limbah. Contohnya mencakup
tanaman, pepohonan, rumput, limbah pertanian, limbah hutan, serta tinja dan
kotoran ternak. Biomassa memiliki beragam penggunaan, seperti sebagai serat,
bahan pangan, pakan ternak, minyak nabati, bahan bangunan, dan sebagainya.
Selain itu, biomassa juga digunakan sebagai sumber energi atau bahan
bakar.Pemanfaatan energi dari biomassa dapat menjadi alternatif pengganti bahan
bakar fosil, seperti minyak bumi dan batu bara, karena memiliki beberapa sifat
menguntungkan. Salah satunya adalah kemampuannya untuk dimanfaatkan secara
lestari karena dapat diperbaharui secara alami. Selain itu, energi biomassa
cenderung tidak mengandung unsur sulfur, sehingga tidak menyebabkan polusi
udara. Penggunaan energi biomassa juga membantu meningkatkan efisiensi dalam
pemanfaatan sumber daya hutan dan pertanian [18].
7
berkelanjutan karena bersifat sebagai sumber daya terbarukan. Kedua, penggunaan
energi biomassa tidak mengandung unsur sulfur yang dapat menyebabkan polusi
udara seperti pada penggunaan bahan bakar fosil. Selain itu, pemanfaatan energi
biomassa juga dapat meningkatkan efisiensi dalam mengelola limbah
pertanian.Dalam konteks potensi limbah pertanian dan pemanfaatannya di daerah
pedesaan, penelitian mengenai energi terbarukan menjadi sangat penting. Fokus
penelitian ini meliputi pengelolaan konservasi energi dan pemanfaatan energi
secara efisien. Upaya ini bertujuan untuk mendukung pembangunan pertanian yang
berkelanjutan dan ramah lingkungan. [19].
2.3. Briket
Briket merupakan massa padat yang terbentuk dari bahan lunak yang
kemudian mengalami proses pengerasan. Sementara itu, briket biomassa adalah
massa padat atau batangan arang yang dibuat dari biomassa, yaitu bahan lunak.
Briket ini dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar dan memiliki performa
yang tidak kalah dengan batu bara atau jenis bahan bakar lainnya.
Briket memiliki ciri umum, yakni teksturnya kering, berwarna hitam, tidak
berjamur, dan memiliki berbagai bentuk, seperti bulat, sarang tawon, pipa kecil, dan
cekung. Saat dibakar, briket tidak mengeluarkan asap atau api berwarna biru, serta
tidak berbau. Penggunaan biobriket limbah biomassa memiliki beberapa kelebihan,
seperti biaya bahan bakar yang lebih ekonomis, kemampuan tungku untuk
menggunakan berbagai jenis briket, ramah lingkungan (Green Energy), merupakan
sumber energi terbarukan (Renewable Energy), membantu mengatasi masalah
limbah, dan mengurangi biaya dalam pengelolaan limbah [20].
Bahan baku untuk pembuatan briket di Indonesia dan global bervariasi
sesuai dengan ketersediaan dan kebutuhan lokal. Di Indonesia, bahan baku briket
umumnya berasal dari limbah pertanian, seperti sekam padi, jerami, dan sabut
kelapa. Meskipun kayu dan batu bara juga digunakan sebagai bahan baku,
penggunaannya terbatas karena semakin sulitnya mendapatkan kayu dan dampak
negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan batu bara terhadap lingkungan [21].
Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan ragam bahan baku
untuk pembuatan briket, terutama dengan perkembangan teknologi yang
memungkinkan penggunaan limbah industri seperti kertas, plastik, dan kain sebagai
8
bahan baku. Namun, penting untuk memilih bahan baku yang sesuai agar kualitas
briket yang dihasilkan memiliki nilai kalor yang baik, daya tahan yang optimal, dan
tingkat produksi yang efisien. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan
mengenai bahan baku briket terus dilakukan untuk menciptakan briket yang lebih
ramah lingkungan dan efisien dalam penggunaannya.[21]. Adapun parameter yang
berlaku sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI)
Tabel 2.1 Standar SNI NO.1/6235/2000 [22]
9
potensi pemanfaatan sekam dan jerami padi sebagai sumber energi alternatif sangat
menjanjikan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2020,
produksi gabah kering giling mencapai 54,6 juta ton, dan pada tahun 2022
meningkat menjadi 55,6 juta ton [24]. Jika limbah yang dihasilkan dari tanaman
padi, seperti sekam dan jerami padi, digunakan sebagai sumber energi alternatif,
hal ini akan menjadi kontribusi yang sangat berarti dalam menghadapi krisis bahan
bakar di masa depan [25].
2.5. Perekat
Perekat adalah substansi yang memiliki kemampuan untuk menyatukan dua
benda dengan membentuk ikatan pada permukaannya. Perekat juga dikenal dengan
berbagai nama lain seperti lem, lendir, tempel, dan semen. Serbuk arang secara
alami cenderung terpisah satu sama lain. Namun, dengan bantuan lem atau perekat,
partikel arang dapat diikat bersama dan dicetak sesuai dengan keinginan. [26].
Pembriketan terdiri dari dua komponen utama, yaitu bahan baku dan
perekat, yang berperan penting dalam menentukan kualitas briket. Pada proses ini,
digunakan perekat berupa tapioka, yang dipilih karena memiliki viskositas yang
10
tinggi. Tapioka memiliki tingkat viskositas tertinggi dibandingkan dengan tepung
beras, beras ketan, dan terigu. Selain itu, perekat tapioka memiliki keunggulan
karena harganya yang murah dan mudah didapat, penggunaannya yang sederhana,
serta memiliki daya rekat yang tinggi saat briket sudah kering [27].
Tepung tapioka, tepung singkong, tepung kanji, atau aci adalah jenis tepung
yang berasal dari akar tanaman ketela pohon atau singkong. Sifat-sifat tapioka mirip
dengan sagu, sehingga keduanya dapat digunakan secara bergantian. Tepung ini
sering digunakan dalam pembuatan makanan, sebagai bahan perekat, dan dalam
berbagai hidangan tradisional yang menggunakan tapioka sebagai bahan utamanya.
Tapioka merupakan produk olahan dari akar singkong (cassava). Berikut adalah
spesifikasi karakteristik dari tepung tapioka [28]:
No Karakteristik Persentase
1 Kadar air 70%
2 Pati 24%
3 Serat 2%
4 Protein 1%
5 mineral, lemak, gula 3%
Dimana:
a = Massa mula sampel dalam keadaan basah (g)
b = Massa akhir sampel dalam keadaan kering (g)
11
𝑚𝑏
Kadar abu (%) = 100%...................................(2)
𝑚𝑎
Dimana:
ma = Massa mula sampel (g)
mb = Massa abu total (g)
Dimana:
x = Massa sampel sebelum pemanasan (g)
y = Massa sampel setelah pemanasan (g)
Dimana:
W1 = Berat sebelum pembakaran (g)
W2 = Berat setelah pembakaran (g)
t = Waktu pembakaran (s)
6. Nilai Kalor
(𝑇2 −𝑇1 )𝑥 𝐶𝑣
Nilai Kalor = 𝑚
……………………..………….(6)
12
Keterangan:
T1 = Temperatur sebelum pengujian (0C)
T2 = Temperatur setelah pengujian (0C)
Cv = 2575,6 (Cal/0C) merupakan ketetapan setiap bahan yang dibakar untuk
menaikkan 10C temperatur air dan perangkat kalorimeter
m = massa (g)
13
2.8. Penelitan Terdahulu
Tabel 2.4 Penelitian terdahulu
14
Faisal Mahdie, kelapa untuk menentukan bahwa kadar air yang
dkk kadar air, kadar abu, zat masuk standar ASTM
(2021) terbang, kadar karbon pada perlakuan 95%
terikat, dan nilai kalor. arang tempurung kelapa
+5% perekat tapioka
adalah sebesar 5,33% [32]
4 Haryuwanda Pengaruh variasi perekat Dari penelitian yang telah
Desgira (2021) terhadap karakteristik dilakukan briket yang
briket yang dihasilkan menghasilkan
untuk mengetahui karakteristik yang
komposisi pencampuran optimal didapat pada
serbuk daun teh dan sampel B2 dengan nilai
perekat yang menghasilkan kadar air sebesar 5,95%,
briket dengan karakteristik nilai densitas sebesar 0,60
optimal, variasi komposisi g/cm3 , nilai kalor sebesar
pencampuran serbuk daun 26,34 kal/gram dan laju
teh dengan perekat tapioka, pembakaran sebesar
terigu, dan molase adalah 0,135 g/menit dengan
80%:20% dan 70%:30% lamanya waktu
pembakaran selama 277
menit[33].
5 Achmad Arif mengetahui variasi tekanan Briket bioarang yang
Widodo (2016) terhadap karakteristik optimal diperoleh pada
briket bioarang dari tekanan kempa 100
campuran sampah kebun, kg/cm2 dengan hasil
kulit kacang tanah dan sebagai berikut : kadar air
minyak jelantah. Penelitian 6,7897%, kadar zat
ini menggunakan variasi mudah menguap
tekanan (100 kg/cm2 dan 29,5328%, kadar abu
250 kg/cm2 ) dengan 10,5846%, kadar karbon
masing-masing perlakuan terikat 53,0929%, nilai
tiga kali diuji kalor 7207,7607
15
kal/gram, ketahanan
briket 99,959%, dan lama
nyala api pada Burning
Time 1.31” dan Self
Burning Time 134’’[34].
16
BAB III
METODOLOGI
17
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
3.2.1 Alat Pembuatan
a. Gas dan kompor
Berfungsi untuk memanaskan/ mencampurkan perekat.
Pengarangan dilakukan dengan caa karbonasi selama 60 menit. Gambar 3.1
adalah kompor portable dan gas portable.
b. Dandang
Sebagai wadah untuk memanaskan bahan utama. Jerami padi
dimasukkan ke dalam drum lalu dilakukan pembakaran sampai menjadi
arang. Gambar 3.2 adalah Dandang Kukus.
18
c. Ayakan
Alat yang digunakan untuk memisahkan bagian yang tidak
diinginkan berdasarkan ukurannya, dari dalam bahan bubuk yang memiliki
ukuran partikel kecil. Gambar 3.3 adalah ayakan 40 mesh.
e. Oven
Digunakan untuk mengeringkan briket . proses pengeringan bio
briket yang telah dicetak agar mudah menyala pada saat proses pembakaran.
Gambar 3.5 adalah gambar oven.
19
Gambar 3.5 Oven
f. Timbangan
Untuk mengetahui berat briket yang sudah menjadi serbuk untuk
pengujian menggunakan calorimeter bom. Sebelum dilakukan pengujian
bahan bahan di timbang terlebih dahulu. Gambar 3.6 adalah gambar
timbangan.
20
Gambar 3.7 Mouisture Analyzer
b. Volatile Matters
Alat ini digunakan untuk menguji kadar zat terbang yang ada dalam
pembuat briket arang. Hasil dari pengujian dengan volatile matters ini
berpengaruh terhadap laju pembakaran. Gambar 3.9 Volatile matters.
21
Gambar 3.9 Furnace
d. Calorimeter Bomb
Calorimeter Bomb merupakan alat pengujian nilai kalor dari suatu
bahan/material. Bahan yang diuji bisa dalam wujud padat maupun cair. Alat
ini digunakan untuk menguji nilai kalor pada briket arang
22
Gambar 3.11 Alat Press/Tekan
a b
23
jerami. Selanjutnya tempurung dikeringkan dibawah sinar matahari untuk
mengurangi kandungan air pada jerami.
Karbonisasi
24
c. Penumbukan dan Pengayakan
Arang yang telah terbentuk menjadi hancur siap untuk pada proses
karbonasi selanjutnya yaitu ditumbuk dengan lesung dan diayak dengan
ukuran 40 mesh sehingga diperoleh serbuk arang yang sudah halus.
3.3.2 Pengujian
Pada saat briket arang sudah dikeringkan selanjutnya ke tahap pengujian
untuk mengetahui kadar air menggunakan Mouisture analyzer, kadar abu dan kadar
25
karbon menggunakan Furnish, nilai kalor menggunakan kalorimeter bom dan
pengujian untuk mengetahui kadar zat terbang menggunakan Volatile matters.
Tekanan
No Pengujian 40 50 60
kg/𝑐𝑚2 kg/𝑐𝑚2 kg/𝑐𝑚2
1 Kadar Air (%)
2 Uji Pembakaran
(g/menit)
3 Nilai Kalor(kal/g)
Selanjutnya, setelah didapatkan hasil dari kadar air, nilai kalor, dan uji
pembakaran yang terbaik. Maka akan dilakukan pengujian proximate untuk
mengetahui kualitas dari pengujian kadar abu, kadar karbon, dan kadar zat terbang.
Tabel 3.3 Hasil Pengujian Proximate
Pengujian Hasil
26
3.4. Diagram Alir
Diagram alir merupakan suatu perencanaan yang dibuat menggunakan
simbol-simbol agar mempermudah proses kerja yang akan dilakukan. Berikut ini
merupakan bentuk diagram alir yang akan digunakan dalam tugas akhir ini.
MULAI
Rumusan Masalah
Studi Literatur
Persiapan Pembakaran
Jerami
B
A
27
A B
Pengeringan
Analisis Perhitungan
Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 4.1 Briket Jerami Dengan Variasi tekanan a)40 kg/𝐜𝐦𝟐 b)50 kg/𝐜𝐦𝟐
c)60 kg/𝐜𝐦𝟐
29
Tabel 4.1 Data Variasi Pengujian
40
50 25 25 50
60
Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian
Variabel Variasi Tekanan
4.2 Pembahasan
Untuk mengetahui hasil serta pembahasan dari tabel 4.1 dan tabel 4.2 maka
akan dilakukan pembahasan mengenai tabel tersebut, yaitu:
30
detik dengan massa sampel sebelum pengujian 1,394 g dan massa sampel setelah
pengujian sebesar 1.297 g. Pada tekanan 50 kg/cm2 dengan kadar air 4,5% dengan
temperatur 106℃ selama 1 menit 20 detik dengan massa sampel sebelum
pengujian 1,235 g dan massa sampel setelah pengujian sebesar 1,156 g. Pada
tekanan 60 kg/cm2 didapat kadar air 4,28% dengan temperatur 105℃ selama 1
menit 33 detik dengan massa sampel sebelum pengujian sebesar 1,456 g dan
massa sampel setelah pengujian 1,380 g.
SNI ≤
8%
31
dan nilai kalor pembakarannya. Dari hasil uji, rata-rata kadar air briket dengan
variasi tekanan pencetakan antara 150 hingga 350 kg/cm2 adalah dalam rentang
5,892% hingga 5,083%. Kadar air tertinggi pada tekanan pencetakan 150
kg/cm2 adalah 5,892%, sedangkan kadar air terendah pada tekanan pencetakan
350 kg/cm2 adalah 5,083%. Hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara tekanan pencetakan dengan kadar air briket. Dari pengujian
kadar air, terlihat bahwa kadar air cenderung menurun seiring dengan peningkatan
tekanan yang diberikan pada proses pencetakan briket. Tekanan yang tinggi
menyebabkan briket menjadi lebih padat, memiliki kerapatan yang tinggi, halus,
dan juga seragam. Hal ini mengakibatkan partikel bahan briket dapat saling
mengisi pori-pori yang kosong dan mengurangi jumlah molekul air yang dapat
menempati pori-pori tersebut. [35].
Berdasarkan standar yang ada di Indonesia yaitu SNI Briket No.1/6235/2000
[22] briket yang baik adalah briket yang memiliki kadar air ≤ 8%, dan dari ketiga
variasi tekanan yang telah dilakukan semua variasi 40kg/cm2 , 50kg/cm2 ,
60kg/cm2 memenuhi standar dari SNI Briket yang berlaku yaitu 5,59%, 4,5%,
4,28%.
32
SNI ≥
5000
kal/g
33
yang dilakukan adalah dengan variasi tekanan 20 Psi, 30 Psi, dan 40 Psi. Dari
penelitian tersebut didapat nilai kalori dari 4793,94 kal/g - 5266,52 kal/g, nilai
kalori terendah didapat dari tekanan yang terendah yaitu 20 Psi sedangkan nilai
kalor tertinggi terdapat pada variasi tekanan tertinggi juga yaitu pada tekanan 40
Psi [36]. Temuan yang serupa juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Puspita Dewi dan rekan-rekannya. Mereka menyimpulkan bahwa semakin tinggi
nilai kalor briket arang, maka kualitas briket arang yang dihasilkan menjadi
semakin baik. Dalam penelitiannya, variasi tekanan kempa pembriketan
mempengaruhi nilai kalor briket arang yang dihasilkan, dengan rentang antara
6386,377 kal/g hingga 6685,144 kal/g. Data penelitian menunjukkan bahwa
semakin besar tekanan kempa pembriketan yang digunakan, nilai kalor dari briket
arang cenderung meningkat. Peningkatan tekanan kempa pembriketan
menyebabkan meningkatnya kerapatan briket, sehingga ukuran briket menjadi
lebih kecil pada massa yang sama dan kandungan energi per volume briket
meningkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kalor tertinggi diperoleh
ketika tekanan kempa yang digunakan adalah 3000 Psi, sedangkan nilai kalor
terendah diperoleh ketika tekanan kempa yang digunakan adalah 1500 Psi. Briket
arang dengan tekanan kempa 1500 Psi menghasilkan briket dengan nilai kalor
paling rendah, hal ini disebabkan oleh kerapatan briket yang lebih rendah
dibandingkan dengan briket yang dibuat dengan tekanan kempa yang lebih tinggi
[37].
Berdasarkan standar yang ada di Indonesia yaitu SNI Briket No.1/6235/2000
[22] briket yang baik adalah briket yang mempunyai kadar kalor ≥ 5000 kal/g.
Hasil yang didapat setelah penelitian yang telah dilakukan oleh penulis yaitu 3
variasi tekanan 40 kg/cm2 ,50 kg/cm2 , dan 60 kg/cm2 semua variasi memenuhi
standar SNI Briket yang berlaku yaitu 3047,74 kal/g, 3204,42 kal/g, 3205,82
kal/g.
34
dasar jerami untuk digunakan sebagai bahan bakar briket. Penulis melakukan
pengujian dengan menggunakan 3 sampel dengan variasi tekanan yaitu 40
kg/cm2 ,50 kg/cm2 , dan 60 kg/cm2 .
35
Sementara itu, laju pembakaran terendah terjadi pada tekanan 150 kg/cm2 dengan
nilai 0,52 g/menit. Sebaliknya, jika tekanan pencetakan semakin rendah, laju
pembakaran akan meningkat. Perbedaan ini disebabkan oleh pengaruh tekanan
pada ruang udara di dalam briket biomassa, di mana tekanan yang besar
menyebabkan penyusutan ruang udara dan pengecilan pori-pori dalam briket [38].
Selain itu menurut Suryaningsih, dkk juga menyatakan Laju pembakaran
menggambarkan hubungan antara massa yang terbakar dan waktu selama proses
pembakaran berlangsung. Dalam penelitian ini, nilai laju pembakaran yang
dihasilkan pada tekanan pembebanan 15 kg/cm2 , 35 kg/cm2 , 55 kg/cm^2, dan 75
kg/cm2 diamati. Waktu pembakaran meningkat dari 84 menit menjadi 129 menit,
dan sebagai hasilnya, laju pembakaran menurun dari 0,0105 g/s menjadi 0,0058
g/s atau 0,6309 g/menit menjadi 0,3488 g/menit. Lama waktu pembakaran briket
ini memiliki dampak pada nilai laju pembakaran yang dihasilkan, di mana
semakin lama proses pembakaran briket, nilai laju pembakaran akan semakin
menurun. Selain itu, durasi waktu pembakaran briket arang juga tergantung pada
tekanan pembebanan, yaitu 15 kg/cm2 , 35 kg/cm2 , 55 kg/cm2 , dan 75 kg/cm2 .
Semakin besar tekanan yang diberikan, akan menghasilkan waktu uji nyala yang
lebih lama dan laju pembakaran yang lebih rendah. Hal ini terjadi karena
perpindahan panas secara konduksi menjadi lebih cepat dengan tekanan yang
tinggi, sehingga menyebabkan waktu nyala menjadi lebih lama dan suhu
pembakaran menurun [39].
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penguji yaitu melakukan 3
variasi dengan tekanan 40 kg/cm2 , 50 kg/cm2 , 60 kg/cm2 didapatkan hasil
semakin besar tekanan maka akan semakin kecil juga laju pembakarannya yaitu
0,3026 g/menit, 0,2386 g/menit, dan 0,1923 g/menit.
36
pengujian ini adalah furnace.
Berdasarkan gambar 4.5 tertera kandungan kadar karbon pada setiap variasi
nya, pada tekanan 40 kg/cm2 sebesar 42,8836%, dengan massa sampel pengujian
2,0481 g. Pada tekanan 50 kg/cm2 didapat kadar karbon sebesar 48,0741 dengan
massa sampel pengujian 2,1055 g. Lalu pada tekanan 60 kg/cm2 didapat kadar
karbon sebesar 48,1379 dengan massa sampel pengujian 2.0246 g. Gambar grafik
4.5 menunjukan bahwa kadar karbon tertinggi ada pada tekanan 60 kg/cm2
dengan nilai kadar karbon 48,1379% dan nilai karbon terendah pada tekanan 40
kg/cm2 sebesar 42,8836%
SNI ≤
77%
37
termasuk fraksi air, zat menguap, dan abu. Kadar karbon terikat ini memiliki
pengaruh signifikan terhadap nilai kalor briket arang, di mana semakin tinggi
kadar karbon terikat, semakin tinggi nilai kalornya. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar karbon terikat, kualitas briket arang
tersebut semakin baik [40]. Hal itu juga didukung oleh penelitian Achmad Arif
Widodo Berdasarkan hasil uji yang sesuai dengan standar SNI 01-6235-2000
tentang briket arang, kadar karbon yang diizinkan seharusnya tidak kurang dari
77%. Namun, dari grafik penelitian dapat disimpulkan bahwa pada tekanan kempa
yang rendah, yaitu 100 kg/cm2 , menghasilkan kadar karbon yang relatif sedikit,
yaitu sebesar 53,0929%. Sementara itu, pada tekanan kempa tertinggi, yaitu 250
kg/cm2 , kadar karbon yang dihasilkan juga tinggi, mencapai 58,6800%.Perbedaan
ini disebabkan oleh fakta bahwa briket biomassa yang diberikan tekanan kempa
yang tinggi akan mengurangi kadar abu dan kadar volatile. Hal ini pada akhirnya
meningkatkan kadar karbon terikat pada briket. Perubahan kadar karbon ini juga
berdampak pada waktu penghidupan briket biomassa [34].
Berdasarkan standar yang ada di Indonesia yaitu SNI Briket No.1/6235/2000
[22] briket yang baik yaitu briket yang mempunyai kadar karbon yang baik adalah
≤ 77% Hasil data penelitian yang telah didapatkan oleh penulis yaitu 3 variasi
tekanan 40 kg/cm2 ,50 kg/cm2 , dan 60 kg/cm2 semua variasi memenuhi standar
SNI Briket yang berlaku yaitu 42,8836%, 48,0741%, 48,1379%.
38
terbang tertinggi pada tekanan 60 kg/cm2 sebesar 39,3%, lalu didapat hasil kadar
zat terbang tertinggi ke dua pada tekanan 50 kg/cm2 dengan hasil 35,3% dan di
dapat persentase kadar zat terbang terakhir atau yang terendah didapat pada
tekanan 40 kg/cm2 dengan hasil 34,9%.
SNI ≤
15%
Penelitian yang dilakukan Achmad Arif Widodo Dari grafik kadar volatil
hasil uji zat mudah menguap pada briket dengan berbagai variasi tekanan, terlihat
bahwa nilai kadar volatil tidak memenuhi standar SNI 01-6235-2000 yang
seharusnya maksimal 15%. Dalam grafik tersebut terlihat bahwa pada tekanan
pengempaan rendah, yaitu 100 kg/cm2 , kadar volatil zat mudah menguapnya
tinggi, mencapai 29,5328%, sementara pada tekanan pengempaan tinggi, yaitu
kg/cm2 , kadar volatil zat mudah menguapnya lebih rendah, sebesar 24,9776%.
Perubahan kadar zat mudah menguap pada briket biomassa ini dipengaruhi oleh
perlakuan tekanan pengempaan yang diberikan. Semakin rendah tekanan
pengempaan, kadar zat mudah menguap pada briket menjadi lebih tinggi [34].
Berdasarkan SNI 01-6235-2000 [22] , 3 variasi tekanan yang ada dalam
39
pengujian tidak ada yang memenuhi standar briket SNI dikarenakan semua hasil
zat terbang melebihi 15% yaitu, 34,9% pada tekanan 40 kg/cm2 , 35,3% pada
tekanan 50 kg/cm2 , dan 39,3%pada tekanan 60 kg/cm2 .
SNI ≤
8%
Berdasarkan Gambar 4.7 yaitu kadar kandungan abu pada briket arang bio
massa jerami dengan perekat tepung tapioka. Dapat dilihat bahwa kadar abu
paling tinggi ada pada tekanan 60 kg/cm2 sebesar 33,206% yang sangat berbeda
40
jauh dengan tekanan 50 kg/cm2 yang mempunya kadar abu sebesar 32,277%,
sedangkan untuk tekanan 40 kg/cm2 kadar kandungan abu nya hanya beda sedikit
dengan tekanan 50 kg/cm2 yaitu 31,995%. Dapat disimpulkan bahwa briket arang
biomassa paling baik ada pada tekanan 40 kg/cm2 , untuk ke 3 variasi tekanan
tidak ada yang memenuhi SNI Briket.
Penelitian yang dilakukan oleh Rany Puspita Dewi yaitu
Pengaruh variasi tekanan kempa pembriketan terhadap kadar abu pada briket
arang yang dihasilkan memiliki rentang antara 5,419% hingga 6,659%. Kadar abu
tertinggi diperoleh saat tekanan kempa yang digunakan adalah 1500 psi, sekitar
6,659%, sedangkan kadar abu terendah diperoleh saat tekanan kempa yang
digunakan adalah 2000 Psi, sekitar 5,419%. Penurunan kadar abu pada saat
tekanan kempa 2000 Psi dibandingkan dengan saat tekanan kempa 1500 Psi
terjadi karena adanya peningkatan kerapatan pada briket. Kerapatan yang tinggi
menyebabkan berkurangnya jumlah abu pada briket arang. [37]. Penelitian ini
juga didukung oleh Achmad Arif Widodo yang mengatakan Kadar abu yang
dihasilkan melebihi batas standar yang telah ditentukan. Berdasarkan data yang
diperoleh, dapat disimpulkan bahwa pada tekanan kempa yang rendah, yaitu 100
kg/cm2 , menghasilkan kadar abu yang sangat tinggi, sebesar 10,5846%.
Sementara itu, pada tekanan pengempaan tertinggi, yaitu 250 kg/cm2 , kadar abu
yang dihasilkan lebih tinggi lagi, yaitu sebesar 11,4248% [34].
Berdasarkan SNI 01-6235-2000 [22], 3 variasi tekanan yang ada dalam
pengujian tidak ada yang memenuhi standar briket SNI dikarenakan semua hasil
kadar abu melebihi 8% yaitu didapatkan hasil 31,9955% pada tekanan 40 kg/cm2 ,
lalu 32,2774% pada tekanan 50 kg/cm2 , dan 33,2206% pada tekanan 60 kg/cm2
41
hasilnya melebihi 15% dan 8%. Namun, untuk pengujian kadar air, kadar karbon,
dan nilai kalor, hasilnya masih memenuhi standar SNI briket. Tingginya kadar zat
terbang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kesempurnaan proses
karbonisasi dan juga waktu serta suhu pada proses pengarangan. Semakin lama
dan semakin tinggi suhu pada proses pengarangan, maka semakin banyak zat yang
menguap atau zat terbang yang terbuang, sehingga menyebabkan kadar zat
terbang menjadi tinggi.
Tabel 4.3 Perbandingan SNI briket dan Hasil Penelitian Penulis
Variabel Standar Variasi Tekanan
SNI Memenuhi
40 50 60
Briket SNi
kg/𝐜𝐦𝟐 kg/𝐜𝐦𝟐 kg/𝐜𝐦𝟐
Kadar Air ≤8 5,59 4,5 4,28 Memenuhi
(%)
Kadar Abu ≤8 31.996 32,227 33,206 Tidak
(%) Memenuhi
Kadar ≤ 77 42,884 48,074 48,138 Memenuhi
Karbon (%)
Kadar ≥ 5000 3047,79 3204,42 3205,82 Tidak
Kalor Memenuhi
(kal/g)
Kadar Zat ≤ 15 34,9 35,3 39,3 Tidak
Terbang Memenuhi
(%)
Pada penelitian kali ini penulis juga menambahkan satu pengujian yaitu laju
pembakaran dengan 3 variasi tekanan 40 kg/cm2 , 50 kg/cm2 , 60 kg/cm2
didapatkan hasil semakin besar tekanan maka akan semakin kecil juga laju
pembakarannya yaitu 0,3026 g/menit, 0,2386 g/menit, dan 0,1923 g/menit.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas dari bahan bakar briket
utama yang digunakan dan untuk mengetahui layak tidaknya briket yang telah
diuji dengan bahan bakar briket utama.
42
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Adapun Kesimpulan yang didapat setelah melakukan penelitian dan
pengujian pada 3 variasi briket dengan tekanan 40 kg/cm2 , 50 kg/cm2 , 60 kg/cm2
adalah sebagai berikut:
a. Kadar Air : Penelitian ini semua variasi dapat memenuhi standar SNI dan hasil
terbaik ada pada tekanan 60 kg/cm2 dengan hasil 4,28%. Karena semakin tinggi
tekanan yang digunakan maka akan semakin rendah nilai kadar air yang
didapat
b. Kadar Abu : Penelitian kadar abu semua variasi tidak memenuhi Standar SNI
karena semua variasi di atas 8%. Semakin tinggi tekanan makan semakin
rendah kadar abu yang didapat
c. Kadar Karbon : Penelitian kadar karbon semua variasi memenuhi Standar SNI
dan hasil terbaik ada pada tekanan 60 kg/cm2 dengan nilai 48,138. Karena
semakin tinggi tekanan makan akan semakin tinggi juga nilai karbon.
d. Nilai Kalor : Pada penelitian nilai kalor semua variasi memenuhi Standar SNI
dan hasil terbaik ada pada tekanan 60 kg/cm2 dengan hasil 19508,29187 kal/g.
Karena semakin tinggi tekanan maka nilai kalor juga menjadi semakin tinggi
e. Kadar Zat Terbang : Pada penelitian kadar zat terbang semua variasi tidak
memenuhi standar SNI karena semua variasi di atas 15%. Semakin tinggi
tekanan maka hasil kadar zat terbang akan semakin kecil
f. Laju Pembakaran : Semakin tinggi tekanan maka hasil laju pembakaran akan
semakin kecil
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis untuk penelitian briket arang
adalah sebagai berikut :
a. Pada saat melakukan pembakaran dan pengayakan disarankan untuk
menggunakan alat safety seperti sarung tangan dan masker. Karena saat
pembakaran dan pengayakan banyak abu dan asap yang dihasilkan dari bahan
43
utama.
b. Pada saat proses pengeringan dengan oven sebaiknya dilakukan lebih lama
agar mendapatkan hasil kadar abu dan zat terbang yang lebih kecil dan
maksimal.
c. Pada saat proses karbonisasi sebaiknya lebih diperhatikan jangka waktu proses
yang baik untuk pembakaran jerami padi, agar menghasilkan kadar zat terbang
yang lebih kecil dan maksimal.
44
DAFTAR PUSTAKA
[1] Jawoto Sih Setyon, Fadjar Hari Mardiansjah, and Mega Febrina Kusumo
Astuti, “POTENSI PENGEMBANGAN ENERGI BARU DAN ENERGI
TERBARUKAN DI KOTA SEMARANG,” 2019. [Online]. Available:
http://riptek.semarangkota.go.id
[2] Sekretariat Negara Republik Indonesia, “Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 2017,” 2017.
[3] Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), “Menteri
ESDM : Perlu Upaya Konkrit dan Terencana Capai Target Bauran 23% Di
Tahun 2025,” DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN
DAN KONSERVASI ENERGI, Dec. 14, 2021.
[4] Agus eko Setyono and Berkah Fajar Tamtomo Kiono, “Dari Energi Fosil
Menuju Energi Terbarukan_ Potret Kondisi Minyak dan Gas Bumi
Indonesia Tahun 2020 – 2050,” jurnal energi baru dan terbarukan, vol. 2,
2021.
[5] R. Annisa, S. Wahyuni, I. Irawan, and S. Anam, “Studi Eksperimen
Biomassa Padat Sebagai Bahan Bakar Alternatif Menggunakan Campuran
Limbah Pertanian,” Rekayasa, vol. 15, no. 1, pp. 15–20, Apr. 2022, doi:
10.21107/rekayasa.v15i1.12905.
[6] R. Christian Sondakh, “Perbandingan Biomassa Pertanian Sebagai Energi
Terbarukan Briket Arang,” Jurnal Ilmiah GIGA, vol. 25, no. 1, 2022, doi:
10.47313/jig.v%vi%i.1720.
[7] YUDHI AL HAFIDH, “TUGAS AKHIR RANCANG DAN BANGUN
ALAT PRESS BRIKET SECARA HYDRAULIC,” 2022.
[8] AZHARI HUSNI, “STUDI PEMBUATAN BRIKET DARI LIMBAH
AMPAS TEBU (Saccharum officinarum) DENGAN PENAMBAHAN
KULIT PISANG KEPOK (Musa paradisiaca Lin),” 2016.
[9] L. Megawati Roulina, A. Setyo Budi, and H. Nasbey, “PREPARASI DAN
PEMBUATAN BRIKET ARANG TEMPURUNG KELAPA DENGAN
PEREKAT TEPUNG TERIGU,” Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-
Journal) , vol. 10, 2022, doi: 10.21009/03.SNF2022.
[10] J. V. A. Shafiyya, H. S. Kusumasari, I. M. Praharsiwi, and M.
Mujiburohman, “Pengaruh Kondisi Operasi dan Jenis Perekat Terhadap
Karakteristik Briket Ampas Teh,” Jurnal Energi Baru dan Terbarukan, vol.
3, no. 3, pp. 249–258, Nov. 2022, doi: 10.14710/jebt.2022.14930.
[11] Y. Ristianingsih, A. Ulfa, and R. Syafitri, “PENGARUH SUHU DAN
KONSENTRASI PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET
45
BIOARANG BERBAHAN BAKU TANDAN KOSONG KELAPA
SAWIT DENGAN PROSES PIROLISIS,” 2015.
[12] MITRA MEDIO, “Evaluasi Konsentrasi Karbon Dioksida (CO2), Karbon
Monoksida (CO), Particulate Matter 2,5 (PM2,5) dan Efisiensi Pembakaran
dari Pemakaian Bahan Bakar Briket Arang Jerami Padi,” 2021.
[13] D. Sholeha, M. Fitra Zambak, Y. Tri Nugraha, and P. Studi Magister
Teknik Elektro, “Implementasi ANFIS Dalam Prakiraan Perkembangan
Energi Baru dan Terbarukan di Indonesia Pada Tahun 2030,” Jurnal Sistem
InformasidanIlmu Komputer Prima, vol. 5, no. 2, 2022.
[14] Humas EBTKE, “Transisi Energi Mutlak Diperlukan,” KEMENTERIAN
ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, Oct.
22, 2020.
[15] Yoga Tri Nugraha, Tigor Richardo Fery Dony Sitindaon, and Muhammad
Irwanto, “Analisis Potensi Energi Sampah Sebagai Energi Alternatif
TerbarukanDi Kota Medan,” Jurnal Teknik Elektro, vol. 5, 2022.
[16] S. Ulina, S. Hasan, E. Warman, Y. Tri Nugraha, and P. Studi Magister
Teknik Elektro, “Analisis Potensi Energi Baru dan Terbarukan Di Sumatera
Utara Sampai Tahun 2028 Menggunakan Software LEAP,” Universitas
Prima Indonesia Jl. Sampul N0, vol. 217, 2022, doi:
10.30596/rele.v1i1.10786.
[17] A. RTobing and T. Joko Waluyo MSi, “KERJASAMA FINLANDIA-
INDONESIA MENGENAI ENERGI TERBARUKAN (BIOMASSA)
TAHUN 2011-2014 Oleh,” 2014.
[18] Woro Rukmi Hatiningrum, Tun Sriana, Arif Nurrahman, Haris Numan
Aulia, and Silvya Yusnica A, “Pelatihan Pembuatan Briket Arang Limbah
Biomassa Skala Rumah Tangga Sebagai Bahan Bakar Alternatif,” Jurnal
ESDM, vol. 11, 2022.
[19] Lathifa Putri Afisna, Fadillah Ramadhani, and Heni Pornawati, “ENERGI
BIOMASSA BERBASIS LIMBAH TONGKOL JAGUNG
DI PANGKALPINANG DENGAN SERBUK KAYU,” Jurnal Teknik
Mesin UNISKA, vol. 7, 2022.
[20] Nendra Lintang Rachmatul Islam and Fahreza Rukmana Witjaksono,
“Pengaruh Variasi Komposisi Bahan Dasar dan Variasi Tekanan
Pembriketan Terhadap Nilai Kalor dan Temperatur Pada Briket Campuran
Sekam Padi dan Tempurung Kelapas,” 2018.
[21] D. Gahana and C. Alfian, Briket dari Limbah Menjadi Bahan Bakar. 2023.
[22] Norman Iskandar, Sri Nugroho, and Meta Fanny Feliyana, “UJI
KUALITAS PRODUK BRIKET ARANG TEMPURUNG KELAPA
46
BERDASARKAN STANDAR MUTU SNI,” Momentum, vol. 15, no. 2,
pp. 103–108, 2019.
[23] BERTILIYUS ARIYATI, “PENGGUNAAN HIDROLISAT JERAMI
PADI (Oryza sativa Linn) SEBAGAI BAHAN DASAR PRODUKSI
BIOPLASTIK POLI(3-HIDROKSIBUTIRAT) DENGAN
MENGGUNAKAN BAKTERI Bacillus cereus,” 2019.
[24] Badan Pusat Statistik, “Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi
Menurut Provinsi 2020-2022,” BPS - Statistics Indonesia, 2022.
[25] D. Mangallo and D. Hasan, “STUDI KEMUNGKINAN PEMAKAIAN
SEKAM DAN JERAMI PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR BRIKET
UNTUK KETEL UAP DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR,” 2012.
[26] Aris Adhi Pratama, Dicky Shadewa, and M. Sc. Dr. Ir. Muhyin,
“PENGARUH KOMPOSISI BAHAN DASAR DAN VARIASI JENIS
PEREKAT TERHADAP NILAI KALOR, KADAR AIR, KADAR ABU
PADA BRIKET CAMPURAN SEKAM PADI DAN TEMPURUNG
KELAPA,” Publikasi Online Mahasiswa Teknik Mesin, vol. 1, 2018.
[27] S. M. Ridjayanti, W. Hidayat, R. A. Bazenet, I. S. Banuwa, and M. Riniarti,
“PENGARUH VARIASI KADAR PEREKAT TAPIOKA TERHADAP
KARAKTERISTIK BRIKET ARANG LIMBAH KAYU SENGON
(Falcataria mollucana),” ULIN: Jurnal Hutan Tropis, vol. 6, no. 1, p. 38,
Feb. 2022, doi: 10.32522/ujht.v6i1.5597.
[28] HENDRIANI and DINDA, “KARAKTERISTIK SIFAT FISIK DAN
KIMIA TEPUNG TAPIOKA BERBAGAI VARIETAS SINGKONG
(MANIHOT ESCULENTA CRANTZ.) DI TANAH REGOSOL,” 2018.
[29] Ardina Ningsih and Ibnu Hajar, “Analisis Kualitas Briket Arang
Tempurung Kelapa Dengan Bahan Perekat Tepung Kanji Dan Tepung
Sagu Sebagai Bahan Bakar Alternatif,” 101JURNAL TEKNOLOGI
TERPADU , 2019.
[30] M. Afif Almu, Syahrul, and Yesung Allo Padang, “ANALISA NILAI
KALOR DAN LAJU PEMBAKARAN PADA BRIKETCAMPURAN BIJI
NYAMPLUNG (Calophyllm Inophyllum)DAN ABUSEKAM PADI,”
Dinamika Teknik Mesin, 2014.
[31] Edy Wibowo Kurniawan, Mujibu Rahman, and Rudi Karta Pemuda, “Studi
Karakteristik Briket Tempurung Kelapa dengan Berbagai Jenis Perekat
Briket,” Buletin LOUPE, vol. 15, 2019.
[32] N. Mirad Sari and dan Muhammad Faisal Mahdie Program Studi
Kehutanan, “PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TAPIOKA
47
TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET ARANG TEMPURUNG
KELAPA,” 2021.
[33] HARYU WANDA DESGIRA, “PENGARUH VARIASI PEREKAT
TERHADAP KUALITAS BRIKET DARI SERBUK DAUN TEH,”
2021.
[34] A. A. Widodo, “Pengaruh Tekanan terhadap Karakteristik Briket Bioarang
dari Sampah Kebun Campuran dan Kulit Kacang Tanah dengan Tambahan
Minyak Jelantah,” 2016.
[35] N. H. H. H. W. Suryajaya, “Pengaruh Tekanan Pada Briket Arang Alaban
Ukuran Partikel Kecil,” Risalah Fisika, vol. 4, no. 1, pp. 19–26, Jul. 2020,
doi: 10.35895/rf.v4i1.170.
[36] M. A. Aljarwi, D. Pangga, and S. Ahzan, “UJI LAJU PEMBAKARAN
DAN NILAI KALOR BRIKET WAFER SEKAM PADI DENGAN
VARIASI TEKANAN,” vol. 6, no. 2, 2020.
[37] R. Puspita Dewi, T. Jaya Saputra, and S. Joko Purnomo, “ANALISIS
KARAKTERISTIK BRIKET ARANG DENGAN VARIASI TEKANAN
KEMPA PEMBRIKETAN,” Jurnal Media Mesin, vol. 23, no. 1, 2022.
[38] A. Trisa and W. Nuriana, “Pengaruh Variasi Tekanan Terhadap Densitas,
Kadar Air Dan Laju Pembakaran Pada Briket Pelepah Kelapa,” 2019.
[39] S. Suryaningsih and A. Zaka Nurusysyifa, “PENGARUH TEKANAN
PEMBRIKETAN TERHADAP KARAKTERISTIK MEKANIK DAN
KARAKTERISTIK PEMBAKARAN PADA BRIKET CAMPURAN
SEKAM PADI DAN BONGGOL JAGUNG,” 2020.
[40] D. Rahadian, A. Muhammad, N. Her, R. Parnanto, and F. Widadie,
“KAJIAN PENINGKATAN MUTU BRIKET ARANG TEMPURUNG
KELAPA DENGAN ALAT PENGERING TIPE RAK BERBAHAN
BAKAR BIOMASSA THE STUDY OF QUALITY IMPROVEMENT OF
CHARCOAL BRIQUETTE MADE OF COCONUT SHELL WITH
BIOMASS-FUEL TRAY DRYER,” 2013.
48
LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan Laju Pembakaran
Komposisi Massa Mulai Briket Briket
Tekanan
Briket Bakar Nyala Habis
JP:TK
40 kg/cm2 23 12.23 12.27 13.39
2:1
JP:TK
50 kg/cm2 21 12.23 12.27 13.51
2:1
JP:TK
60 kg/cm2 20 12.31 12.35 14.15
2:1
JP = Jerami Padi
TK = Tepung Tapioka
𝑀
Laju Pembakaran = 𝑡
untuk tekanan 40 kg/cm2 waktu pembakaran selama 1 jam 16 menit atau 76 menit.
untuk tekanan 50 kg/cm2 waktu pembakaran selama 1 jam 28 menit atau 88 menit.
untuk tekanan 60 kg/cm2 waktu pembakaran selama 1 jam 44 menit atau 104 menit.
Maka,
1. Laju bakar untuk briket tekanan 40 𝑘𝑔⁄𝑐𝑚2 adalah 0,3026 g/s.
19 𝑔𝑟
Laju Pembakaran = 133 𝑠 = 0,302631579 g/s.
19 𝑔𝑟
Laju Pembakaran = = 0,238636364 g/s.
141 𝑠
19 𝑔𝑟
Laju Pembakaran = 156 𝑠 = 0,192307692 g/s.
49
Lampiran 2. Perhitungan Nilai Kalor
(𝑇2 − 𝑇1 )×𝐶𝑣
Nilai Kalor = 𝑀
Dimana:
𝑇2 = Temperatur setelah pengeboman (℃)
𝑇1 = Temperatur sebelum pengeboman (℃)
Cv = Panas jenis bomb calorimeter (73529,6 j/g℃)
M = Massa sampel briket (g)
50
Tabel 1. Tekanan 40 kg/cm2
51
15.00 (20.00) 30,069
52
Tabel 3. Tekanan 60 kg/cm2
53
Massa Sampel Sampel Hasil
Tekanan Cawan Sebelum Setelah Waktu Suhu Kadar
Kosong Pengujian Pengujian Air
Cawan
Cawan Cawan
+
Tekanan Cawan + Sampel + Karbon Abu
Sampel
sampel Abu
kurang
54