Anda di halaman 1dari 76

HALAMAN COVER

OPTIMALISASI PENEMPATAN KINCIR AERATOR TERHADAP


KONSUMSI DAYA LISTRIK DAN KADAR OKSIGEN (DO ) DALAM
TAMBAK

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Dalam Rangka Memenuhi Jenjang S-1 Program Studi
Teknik Mesin

Oleh :
YENI PURWANDARI
NPM. 6416500101

FAKULTAS TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2018
HALAMAN PERSETUJUAN

OPTIMALISASI PENEMPATAN KINCIR AERATOR TERHADAP


KONSUMSI DAYA LISTRIK DAN KADAR OKSIGEN (DO ) DALAM
TAMBAK

NAMA PENULIS : YENI PURWANDARI


NPM : 6416500101

Skripsi telah disetujui :


Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Ahmad Farid, ST, MT Drs.Drajat Samyono,MT


NIPY. 191511101978 NIPY: 20962771957

Dekan

Dr. Agus Wibowo,MT


NIPY. 126518101972

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipertahankan dihadapan Sidang Dewan Penguji Skripsi Fakultas Teknik


Universitas Pancasakti Tegal

Pada hari : Rabu


Tanggal : 8 Agustus 2018
Anggota Penguji
Penguji I

Ahmad Farid, ST, MT (...............................)


NIP/NIPY 191511101978
Penguji II

Ir. Topik Hidayat,M.Eng (................................)


NIP/NIPY 69519021969
Penguji III

Irfan Santosa,ST,MT (................................)


NIP/NIPY 124521611980
Disahkan
Dekan Fakultas Teknik
Universitas Pancasakti Tegal

Dr. Agus Wibowo


NIPY. 126518101972

iii
HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “OPTIMALISASI


PENEMPATAN KINCIR AERATOR TERHADAP KONSUMSI DAYA
LISTRIK DAN KADAR OKSIGEN (DO ) DALAM TAMBAK” ini berserta
isinya adalah benar-benar karya sendiri, dan saya tidak akan melakukan penjiplakan
atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung
resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian adanya pelanggaran
terhadap etika keilmuan dalam karya saya, atau ada klaim dari pihak lain terhadap
keaslian karya saya ini.

Tegal, ......................2018
Yang membuat pernyataan

YENI PURWANDARI
NPM. 64165000101

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

 MOTTO

1. Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang
disertai doa,karena sesungguhnya nasib seseorang manusia tidak akan
berubah dengan sendirinya tanpa berusaha.
2. Jadilah diri sendiri dan jangan menjadi orang lain,walaupun dia terlihat
baik dari kita.
3. Janganlah takut untuk melangkah karena jarak 1000 mil dimulai dengan
langkah pertama.
4. Percayalah, Tuhan tak pernah salah memberi rezeki.

 PERSEMBAHAN

1. Segenap keluarga besar Universitas Pancasakti Tegal.


2. Dosen pembimbing Skripsi, Bapak Ahmad Farid, MT dan Bapak Drs.
Drajat Samyono, MT.
3. Dosen Penguji, dan Bapak Slamet yang sudah membantu.
4. Rekan-rekan mahasiswa semuanya, khususnya S-I Teknik Mesin
Universitas Pancasakti Tegal.
5. Keluargaku serta semua keluarga peneliti yang selalu membantu dalam
segala hal.
6. Semua orang yang mencintai ilmu pengetahuan.

v
ABSTRAK

OPTIMALISASI PENEMPATAN KINCIR AERATOR TERHADAP


KONSUMSI DAYA LISTRIK DAN KADAR OKSIGEN (DO ) DALAM
TAMBAK
(Yeni Purwandari),( Ahmad Farid, MT),( Drs.Drajat Samyono, MT)
S-I Teknik Mesin Universitas Pancasakti Tegal.
Jln. Halmahera Km.1 Telp : (0283) 351 082 Web: www.upstegal.ac.id
Email: upstegal@upstegal.ac.id

Oksigen yang terkandung dalam air disebut oksigen terlarut (Dissolved


oxygen atau DO) jumlahnya dapat berkurang disebabkan oleh beberapa hal antara
lain: respirasi hewan dan tumbuhan (seperti tanaman air dan alga), dekomposisi
bahan organik yang membutuhkan oksigen, reduksi yang disebabkan oleh gas-gas
lainnya di dalam air. Untuk itu perlu digunakan alat-alat aerasi untuk menghindari
kekurangan oksigen dalam air.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja motor penggerak dan
peningkatan kadar oksigen dengan cara mengatur ketinggian kincir aerator
tambak. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah hasil pengujian yang
dilakukan 4 kali yaitu pada kedalaman 3cm pada putaran 98 rpm didapatkan
kadar oksigen 4,6 mg/L,kedalaman 5 cm dengan putaran 78 rpm diddapatkan
kadar oksigen yaitu 5,4 mg/L,kedalaman 7 cm dengan putaran 67 rpm didapatkan
kadar oksigen 6,5 sedangkan pada kedalaman 11 cm dengan putaran 41 rpm
didapatkan kadar oksigen sebesar 5,6 mg/L.
Daya listrik yang dipakai oleh kincir menentukan biaya operasi yang akan
dikeluarkan. Daya pengoperasian kincir rata-rata yang dihasilkan pada kecepatan
puta r98 rpm pada kedalaman 3 cm adalah 553,8 watt, pada kecepatan putar 78
rpm pada kedalaman 5 cm adalah 569,4watt, pada kecepatan putar 67rpm dengan
kedalaman 7 cmadalah 594,4 watt sedangkan pada kecepatan putar 41 rpm pada
kedalaman 11 cm adalah 628,6 watt.
Daya kincir dipengaruhi oleh kedalaman kincir pada saat pengoperasian,
semakin dalam kincir diletakkan dari permukaan kolam maka semakin besar daya
yang akan dibutuhkan. Pada pengujian ini kedalaman untuk pengoperasian kincir
mempengaruhi besarnya kadar oksigen yang didapat sedangkan daya kincir tidak
mempengaruhi kenaikan oksigen yang terjadi di dalam kolam, semakin besar daya
yang dibutuhkan belum tentu semakin besar kenaikan oksigen yang ada dalam
kolam.

Kata kunci : Aerator, Dissolved oxygen dan Daya listrik

vi
ABSTRACT

OPTIMIZING THE PLACEMENT OF THE AERATOR MILL TO THE


CONSUMPTION OF ELECTRICITY AND OXYGEN LEVELS (DO) IN
THE POND

(Yeni Purwandari),( Ahmad Farid, MT),( Hadi Wibowo, ST, MT)


S-I Teknik Mesin Universitas Pancasakti Tegal.
Jln. Halmahera Km.1 Telp : (0283) 351 082 Web: www.upstegal.ac.id
Email: upstegal@upstegal.ac.id

The oxygen contained in water is called dissolved oxygen (Dissolved


oxygen or DO) the amount can be reduced caused by several things, among others:
the respiration of animals and plants (such as aquatic plants and algae), the
decomposition of organic matter requires oxygen, the reduction caused by other
gases in the water. For this it is necessary to use the tools of aeration to avoid
oxygen deficiency in the water.
This study aims to measure the performance of the motor and an increase in
oxygen levels by adjusting the height of the windmill aerator pond. The results
obtained from this study are the results of testing carried out 4 times that at a depth
of 3cm in a round of 98 rpm achieved levels of oxygen 4.6 mg/L,a depth of 5 cm
with a round of 78 rpm diddapatkan levels of oxygen 5.4 mg/L,a depth of 7 cm
with a round of 67 rpm, the obtained oxygen content of 6.5 while at a depth of 11
cm with a round of 41 rpm levels obtained oxygen of 5.6 mg/L.
Electrical power used by the windmill to determine the operating costs that
will be incurred. Power operation of the windmills the average that is produced at
the speed of puta r98 rpm at a depth of 3 cm is 553,8 watt, at a rotational speed of
78 rpm at a depth of 5 cm is 569,4 watts, the rotational speed of 67rpm with a
depth of 7 cmadalah 594,4 watts while the rotational speed of 41 rpm at a depth
of 11 cm is 628,6 watts.
Power windmills is influenced by the depth of the windmills at the time of
the operation, the more the windmill is laid from the surface of the pond, the
greater the resources that will be needed. In this test the depth for the operation of
the windmill affect the amount of oxygen levels that are obtained while the power
of the windmill does not affect the increase in oxygen that occurred in ponds, the
greater the power required is not necessarily the greater the increase in oxygen in
the pond.

Key words : Wind Speed, Wind Turbine, DC Generator

vii
PRAKATA

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan segala rahmat, hidup dan
inayah-Nya hingga terselesaikan laporan Tugas Akhir dengan judul
”OPTIMALISASI PENEMPATAN KINCIR AERATOR TERHADAP
KONSUMSI DAYA LISTRIK DAN KADAR OKSIGEN (DO ) DALAM
TAMBAK “

Skrispi merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan sebagai salah satu


syarat kelulusan dalam mencapai derajat Sarjana pada Program Studi S-I Teknik
Mesin Universitas pancasakti Tegal.

Petunjuk, bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak


memberikan bantuan yang besar dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Oleh
sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada :

1. Bapak Dr. Agus Wibowo selaku Dekan Universitas Pancasakti Tegal.


2. Bapak Hadi Wibowo, MT selaku Ketua Program Studi S-I Teknik Mesin
Universitas Pancasakti Tegal.
3. Bapak Ahmad Farid, MT selaku dosen pembimbing I
4. Bapak Drs.Drajat Samyono, MT selaku dosen pembimbing II
5. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan semangat sehingga
laporan ini dapat diselesaikan.
6. Semua pihak yang telah mendukung, membantu serta mendo’akan
penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.
Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan sumbangan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tegal, Agustus 2018

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ............................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
PRAKATA ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ............................................................. xvi
BAB I ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Batasan masalah................................................................................. 3

C. Rumusan masalah .............................................................................. 3

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian. ......................................................... 3

E. Sistematika Penulisan ........................................................................ 4

BAB II ..................................................................................................................... 6
A. Landasan Teori .................................................................................. 6

1. Suhu Air ................................................................................. 6

2. Kondisi Kimia Air .................................................................. 6

3. Kondisi Cuaca ........................................................................ 7

4. Kondisi Fisik Air .................................................................... 7

ix
5. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen) .................................. 11

6. Sistem Aerasi ....................................................................... 14

1. Motor Kapasitor ................................................................... 21

2. Energi dan Daya ................................................................... 22

3. Rumus Daya Listrik ............................................................. 23

4. Tenaga Surya........................................................................ 24

5. Turbin Angin ........................................................................ 25

B. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 26

BAB III.................................................................................................................. 29
A. Metode Penelitian ............................................................................ 29

B. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 29

C. Alat dan Bahan................................................................................. 29

D. Prosedur Penelitian .......................................................................... 36

E. Variabel Penelitian. .......................................................................... 37

F. Metoda Analisa Data ....................................................................... 37

G. Jadwal Penelitian. ............................................................................ 40

H. Diagram Alur Penelitian .................................................................. 41

I. Gambar Aerator ............................................................................... 42

J. Gambar Turbin Angin ...................................................................... 43

BAB IV ................................................................................................................. 44
A. Hasil Penelitian ................................................................................ 44

1. Pengukuran Konsumsi Listrik .............................................. 44

2. Pengukuran Kadar Oksigen ................................................. 45

a. Pengujian pertama pada kedalaman 3 cm ............................ 46

b. Pengujian kedua pada kedalaman 5 cm ............................... 47

x
c. Pengujian ketiga pada kedalaman 7 cm ............................... 48

d. Pengujian ketiga pada kedalaman 11 cm ............................. 49

B. Pembahasan ..................................................................................... 51

BAB V ................................................................................................................... 54
A. Kesimpulan ...................................................................................... 54

B. Saran ................................................................................................ 54

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 56


LAMPIRAN .......................................................................................................... 58

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Desain kincir dengan efisiensi tertinggi (Boyd 1991) ....................... 19
Gambar 2.2 Kincir dengan bentuk pedal menyilang (Boyd 1991). ...................... 19
Gambar 2.3. Lokasi peletakan aerator (Boyd 1991) ............................................. 20
Gambar 2.4. Lokasi peletakan aerator yang tepat (Boyd 1991) ............................ 20
Gambar 2.5. Bentuk Fisik Motor Kapasitor .......................................................... 21
Gambar 3.1. Trafo Las .......................................................................................... 30
Gambar 3.2. Gerinda ............................................................................................. 30
Gambar 3.3. Multimeter ........................................................................................ 30
Gambar 3.4. Tachometer ....................................................................................... 31
Gambar 3.5. DO meter .......................................................................................... 31
Gambar 3.5. Pipa 3” .............................................................................................. 32
Gambar 3.6. Pipa Hollow ...................................................................................... 32
Gambar 3.7. Plat Strip ........................................................................................... 33
Gambar 3.8. Siku................................................................................................... 33
Gambar 3.9. Panel Surya ....................................................................................... 33
Gambar 3.10 Airator ............................................................................................. 34
Gambar 3.11. Turbin Angin .................................................................................. 34
Gambar 3.12. Generator DC ................................................................................. 34
Gambar 3.13. Controller ....................................................................................... 35
Gambar 3.14. Inventer........................................................................................... 35
Gambar 3.15. Baterai /Aki .................................................................................... 35
Gambar 3.1 Pengukuran kadar oksigen dengan empat titik kedalaman ............... 37
Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian.................................................................... 41
Gambar 3.1 Aerator............................................................................................... 42
Gambar 3.2. Turbin Angin .................................................................................... 43

xii
DAFTAR TABEL

Tabel. 2.1 Suhu air terhadap kehidupan udang ....................................................... 8


Tabel 2.2. Pengaruh kadar oksigen terlarut terhadap organisme air yang ada di
kolam ..................................................................................................................... 13
Tabel.3.1 Data pengukuran konsumsi listrik......................................................... 38
Tabel 3.2 Data Hasil Pengujian kadar Oksigen dalam air .................................... 39
Tabel. 3.3 Jadwal penelitian .................................................................................. 40
Tabel 4.1 Pemakaian Daya listrik ....................................................................... 44
Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian Kadar Oksigen dalam air pada kedalaman 3 cm 46
Tabel 4.3. Data Hasil Pengujian Kadar Oksigen dalam air pada kedalaman 5 cm 47
Tabel 4.4. Data Hasil Pengujian Kadar Oksigen dalam air pada kedalaman 7 cm 48
Tabel 4.5. Data Hasil Pengujian Kadar Oksigen dalam air pada kedalaman 11 cm
............................................................................................................................... 49
Tabel 4.6. Rata-rata Hasil Pengujian Kadar Oksigen dalam air .......................... 50

xiii
DAFTAR GRAFIK

Grafik. 3.1 Kadar oksigen yang terlarut Dalam Tambak ...................................... 38


Grafik. 3.2 Kadar oksigen yang terlarut Dalam Tambak ..................................... 39
Grafik.4.1 Pemakaian Daya Listrik ...................................................................... 45
Grafik.4.2 Kadar oksigen yang terlarut dalam tambak ......................................... 51

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Gambar 1. Desain 2 dimensi Turbin Angin, Panel Surya, dan Airator ............... A-1
Gambar 2. Desain 3 dimensi Turbin Angin, Panel Surya, dan Airator ................. 58
Gambar 3. Pengambilan kadar oksigen dengan alat DO..................................... A-2
Gambar 4. Pengambilan rpm aerator .................................................................. A-2
Gambar 5. aerator ................................................................................................ A-3

xv
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Simbol/Singkatan Arti
DO Dissolved oxygen
RPM Rotation Per Minute
V Tegangan
I Arus
P Daya

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makhluk hidup memerlukan oksigen dalam proses respirasi.Oksigen

tidak hanya terkandung dalam udara namun juga terlarut dalam air.

Komposisi oksigen di udara adalah 20.95%, sementara ikan sebagai salah satu

makhluk hidup yang hidup di air dan bernafas dalam air pada tekanan 1 atm

hanya mengandung 0.0008 % oksigen atau 8 ppm. Ikan dan udang dapat

berkembang dan hidup dengan tingkat kadar oksigen yang kurang dari 8 ppm,

namun bila kadar oksigen dalam air hanya mencapai setengahnya, maka

mereka akan mengalami stress, terkena penyakit dan bahkan tidak dapat

bertahan hidup.Oksigen yang terkandung dalam air disebut oksigen terlarut

((Dissolved oxygen atau DO). Jumlah oksigen dalam air dapat berkurang

disebabkan oleh beberapa hal seperti: respirasi hewan dan tumbuhan (seperti

tanaman air dan alga), dekomposisi bahan organik yang membutuhkan

oksigen, reduksi yang disebabkan oleh gas-gas lainnya di dalam air.

Di dalam suatu ekosistem/kolam, perubahan oksigen terlarut terjadi

secara dinamis dan faktor utama yang mempengaruhinya adalah jumlah

fitoplankton. Perubahan fitoplankton berkaitan dengan jumlah ikan yang

ada.Akibat dari aktifitas pada suatu ekosistem tersebut maka perlu digunakan

alat-alat aerasi untuk menghindari kurangnya oksigen dalam air. Tujuan dari

alat aerasi adalah untuk mempermudah oksigen masuk ke dalam air sehingga

kandungan oksigen tetap tinggi. Boyd (1982) diacu dalam Prasetia (2005)

1
2

menyatakan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan kontak udara dengan

air adalah dengan peralatan mekanis yang dapat mengaduk udara dengan air.

Aerator merupakan alat mekanik yang berfungsi untuk meningkatkan nilai

oksigen dalam permukaan air sehingga lebih banyak oksigen yang masuk

dalam air.Alat-alat aerasi yang ada terdiri dari diffuser, venturi, pompa bawah

permukaan, pompa dan semburan, aspirator dan kincir. Dari beberapa jenis

yang ada kincir merupakan alat aerasi yang paling baik dari segi efisiensi dan

harga.Menurut Prasetia (2005), kincir air bekerja mengangkat air ke udara

untuk disemburkan sehingga akan memperbesar luas permukaan kontak udara

dan air.

Kincir dengan bentuk yang tidak hidrodinamis dan tidak aerodinamis

akan mempunyai tahanan yang besar. Dengan adanya tahanan yang bekerja

pada kincir yang berputar akan menyebabkan turunnya kecepatan putar.

Dengan demikian akan mengakibatkan beberapa kerugian yang dialami

kincir, diantaranya dengan daya listrik yang sama menghasilkan kecepatan

yang lebih kecil. Hal ini akan memperpanjang waktu operasi sehingga

pemakaian listrik menjadi lebih besar dan penggunaan jam kerja lebih

panjang sehinga dalam penelitian ini dilakukan dengan memvariasi

pengaturan ketinggian kincir untuk mendapatkan kadar oksigen yang tepat

pada tambak serta melihat berapa besar konsumsi listrik yang digunakan

disbanding dengan tenaga aerator yang lain.


3

B. Batasan masalah
Untuk membatasi permasalahan agar tidak meluas dan menyimpang dari

tujuan penelitian maka perlu diberikan batasan-batasan agar mudah dalam

menganalisa,yaitu sebagai berikut :

1. Motor penggerak yang digunakan pada aerator adalah dengan daya 1 PK

2. Mengetahui atau mengukur konsumsi daya listrik yang terpakai dengan

memvariasi tinggi kincir aerator.

3. Penelitian dilakukan untuk mengetahui jumlah oksigen terlarut dalam air

dengan menggunakan alat DO-meter.

C. Rumusan masalah
Kedalaman aerator pada air sangat berpengaruh terhadap jumlah oksigen

terlarut sehingga hasil dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut.

1. Bagaimana pengaruh penempatan kincir aerator terhadap konsumsi daya

listriknya ?

2. Bagaimana pengaruh penempatan kincir aerator terhadap peningkatan

kadar oksigen terlarut ( DO ) dalam tambak?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian.


Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui besarnya konsumsi listrik yang terpakai

2. Mengetahui jumlah kadar oksigen terlarut ( DO ) dalam tambak


4

E. Sistematika Penulisan

Sistematika terdiri dari 3 bagian yaitu bagian awal, bagian isi dan bagian

akhir :

1. Bagian awal

Bagian awal berisi halaman judul, halaman persetujuan, halaman

pengesahan, halaman motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar

isi, daftar gambar dan daftar tabel. Bagian awal ini berguna untuk

memberikan kemudahan kepada pembaca dalam mencari bagian – bagian

yang penting secara cepat.

2. Bagian isi terdiri dari 5 bab yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang dari penelitian

ini,rumusan masalah,batasan masalah,tujuan dan manfaat

dilakukannyaa penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan tentang teori teori dasar yang digunakan

sebagai acuan dalam penelitan dan tinjauan pustaka yang

berkaitan dengan penelitian ini.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang metodologi penelitian,waktu dan tempat

penelitian,populasi dan sampel,teknik pengambilan data,variabel

penelitian,jadwal penelitian dan alur penelitian.


5

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang analisa hasil pengukuran dari sampel penelitian

yang digunakan untuk mengolah data.

BAB V : PENUTUP

Bab ini merupakan penutup yang mencakup tentang Kesimpulan

dari hasil pembahasan dan merupakan jawaban dari rumusan

masalah serta saran-saran dari penulis.

3. Bagian Akhir

Pada bagain ini ada Daftar Pustaka dan Lampiran yang bertujuan untuk

memberikan informasi dari mana sumber – sumber yang didapat untuk

pembuatan laporan ini.


BAB II

LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
Peningkatan kualitas air tambak dapat dilakukan dengan beberapa hal ,salah

satunya adalah penggunaan Aerator.Aerator dapat digerakkan dengan tenaga

listrik,tenaga mesin, motor atau tenaga yang lain.Selain Aerator ada hal-hal yang

mempengaruhi kadar oksigen dalam tambak antara lain yaitu :

1. Suhu Air

Menurut Royce (1972) diacu dalam Sinaga (2004) suhu air sangat

mempengaruhi kehidupan dari makhluk hidup akuatik. Tumbuh-tumbuhan

dan kebanyakan dari hewan air hidup pada suhu yang sama. Setiap tumbuhan

atau hewan beradaptasi pada suhu normal dari suatu musim dan sangat

dirugikan oleh suhu air yang tidak normal.

Suhu air yang optimal untuk suatu makhluk hidup dilihat dari berbagai

macam faktor lingkungan yang ada. Suhu air yang optimal dengan kadar

oksigen terlarut dan kadar garam tertentu pada suatu tempat tertentu dapat

berbeda dengan tempat yang lain meskipun dengan tingkat kadar oksigen dan

kadar garam yang sama (Landau, 1992).

2. Kondisi Kimia Air

Perubahan kondisi kimia air tambak yang signifikan setelah turun hujan

mengakibatkan konsentrasi salinitas air tambak meningkat dan kelarutan

6
7

oksigen menurun. Para petambak biasanya menambahkan kapur CaO ke

dalam air tambak. Penelitian mengenai penambahan kapur CaO telah

dilakukan oleh Hastuti dkk (2012) pada media pemeliharaan ikan patin,

dimana penambahan (20, 40, dan 60 mg) CaO ke dalam media pemeliharaan

dapat meningkatkan kadar oksigen menjadi 4,50 mg/L-6 mg/L.

3. Kondisi Cuaca

Pada kondisi cuaca mendung atau hujan, pertumbuhan fitoplankton

menjadi terhambat karena kekurangan cahaya matahari untuk proses

fotosintesis. Kondisi ini mengakibatkan kadar oksigen terlarut menurun

karena oksigen tidak dapat diproduksi sementara organisme akuatik tetap

mengonsumsi oksigen. Fotosintesis di dalam air pada waku siang hari

mangakibatkan konsentrasi DO sering naik di atas saturasi atau supersaturasi

kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu dan salinitas. Semakin

tinggi suhu dan salinitas maka kelarutan oksigen dalam air semakin rendah,

begitu juga sebaliknya (Supono, 2015)

4. Kondisi Fisik Air

Dalam budidaya udang intensif, pemeliharaan kondisi air cenderung

memburuk karena banyak sisa bahan organik dan kotoran, akibat kegiatan

pemberian pakan dan aktifitas metabolisme udang serta jasad lain yang ada,

maka air tambak tidak mampu memurnikan dirinya secara alami. Akibatnya

tambak menjadi tidak sehat bagi udang, sehingga mengganggu

pertumbuhannya dan dapat mengancam kehidupannya. Udang dan jasad


8

perairan lainnya memiliki toleransi terbatas terhadap nilai parameter mutu air

tertentu. Dengan demikian terdapat batas-batas dan maksimum nilai

parameter mutu air bagi kehidupan udang. Suatu parameter mutu air yang

nilainya di bawah batas minimum atau di atas maksimum akan dapat

mematikan udang. Di antara kisaran nilai minimum dan maksimum tersebut

terdapat nilai-nilai di mana udang itu hidup namun tidak tumbuh dan nilai-

nilai di mana udang itu hidup dan tumbuh dengan baik.

Dampak suhu air terhadap kehidupan udang dapat dinyatakan

sebagai berikut,

Tabel. 2.1 Suhu air terhadap kehidupan udang


Suhu Air (°C) Kondisi Udang
< 14 Mati
14 – 18 Hidup
18 – 35 Hidup
28 – 30 Hidup
Kondisi yang tidak normal adalah kekurangan oksigen terlarut secara

umum di seluruh area petakan tambak. Karena rendahnya kadar oksigen,

kasus udang yang mati kemudian mengapung sering dijumpai pada tambak-

tambak terutama yang telah menginkan masa pemeliharaan bulan keempat.

Ini umum terjadi di tambak-tambak intensif yang terlalu berjejal di satu

hamparan selama periode tidak ada pasang, di mana penggantian air dari laut

sulit untuk dilakukan. Tindakan cepat yang mungkin bisa menolong keadaan

demikian adalah menambah jumlah kincir air secara darurat, yang berfungsi

untuk meningkatkan pergerakan air sehingga pemasukan KMnO4 (0,1 mg/L)


9

kedalam air melalui proses difusi dipercepat kedalam air tambak (Parlaungan,

2014).

Daerah pembudidayaan tambak udang biasanya dekat dengan air laut.

Suhu air laut di suatu perairan dipengaruhi oleh kondisi atmosfer, dan

intensitas penyinaran matahari yang masuk ke dalam air laut. Kenaikan suhu

dapat menurunkan kelarutan oksigen dan meningkatkan toksisitas polutan.

Pengaruh suhu secara langsung terhadap plankton adalah meningkatkan

reaksi kimia sehingga laju fotosintesis meningkat seiring dengan kenaikan

suhu (dari 10 ºC – 20 ºC). Pengaruh suhu tidak langsung adalah berkurangnya

kelimpahan plankton akibat suhu semakin menurun dan kerapatan air

semakin meningkat seiring bertambahnya kedalaman perairan (Simanjuntak,

2009).

Suhu optimal yang aktual didasarkan pada jumlah dari reaksi internal

(kebanyakan enzymatik) yang ada. Sementara enzim-enzim yang berbeda

mempunyai tingkat efisiensi yang maksimal pada suhu yang berbeda, maka

suhu yang optimal untuk organisme yang ada adalah suhu yang

memungkinkan sebagian besar reaksi yang ada berjalan mendekati

maksimum (Landau, 1992).

Ketika suhu berkurang di bawah suhu yang optimal, maka pertumbuhan

hewan akan berkurang karena tingkat reaksi metabolisme tubuh berkurang.

Penurunan suhu yang terlalu cepat akan berakibat fatal pada makhluk hidup

air, walaupun terdapat banyak makhluk hidup yang bisa beradaptasi.

Demikian juga dengan kenaikan suhu secara mendadak juga bisa berakibat
10

fatal. Hal ini dikarenakan kenaikan suhu akan memacu penurunan kadar

oksigen terlarut (DO) yang ada dan menaikkan kadar oksigen yang

dibutuhkan oleh organisme kolam (BOD) karena meningkatnya metabolisme

organisme yang ada di kolam. Suhu yang tinggi juga dapat mengakibatkan

thermal death karena struktur enzim-enzim yang menopang kehidupan telah

berubah dan tidak dapat lagi memenuhi reaksi yang diperlukan (Landau,

1992).

Suhu air juga mengontrol kerapatan air dan menentukan keseluruhan

struktur suhu air itu sendiri. Suhu juga mengubah kelarutan dan secara

fisiologis berpengaruh terhadap benda padat dan gas-gas yang ada sehingga

akibatnya terhadap hewan harus juga dipertimbangkan (Royce, 1972).

Pada kolam, panas akan masuk pada permukaan air dan permukaan air

akan mengalami pemanasan lebih cepat daripada air pada kedalaman yang

lebih dalam. Kerapatan air (berat air per unit volume) berkurang seiring

dengan naiknya suhu di atas 40C, permukaan air akan menjadi lebih hangat

dan ringan sehingga air akan tercampur secara sendirinya dengan lapisan

yang ada di bawahnya. Pembagian air kolam secara jelas menjadi lapisan

hangat dan dingin disebut stratifikasi thermal. Lapisan atas yang mempunyai

suhu yang lebih hangat disebut epilimnion dan lapisan di bawahnya yang

mempunyai suhu yang lebih dingin disebut hypolimnion. Lapisan yang

berubah secara cepat suhunya dan terletak di antara epilimnion dan

hypolimnion disebut thermocline (Boyd 1998) dalam (Adnan 2003).


11

5. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)


Oksigen terlarut (dissolved oxygen) adalah jumlah oksigen yang terlarut

dalam air dan dinyatakan dalam mg/L. Kelarutan oksigen merupakan faktor

kritis budidaya ikan secara intensif. Tingkat keberhasilan atau kegagalan

usaha budidaya sering dipengaruhi oleh kemampuan petani untuk mengatasi

masalah kurangnya oksigen terlarut (Boyd, 1982).

Atmosfir mengandung 20.95 % oksigen. Pada tekanan atmosfir

standard (760 mm Hg), tekanan oksigen di udara sebesar 159.2 mmHg (Boyd

1998). Tekanan oksigen dalam udara akan membawa oksigen ke dalam air

sehingga tekanan oksigen dalam air sama dengan tekanan oksigen yang ada

dalam udara. Ketika tekanan oksigen dalam air dan udara sama, proses

penangkapan oksigen dari udara ke air berhenti dan kadar oksigen terlarut

yang ada mencapai titik keseimbangan atau titik jenuh (Boyd 1998).

Konsentrasi oksigen terlarut pada keadaan jenuh juga akan berkurang

seiring dengan naiknya suhu. Konsentrasi oksigen terlarut pada titik jenuh

juga akan berkurang seiring dengan naiknya kadar garam air, tetapi akibat

yang ditimbulkan tidak melebihi batas kadar garam yang ada pada air tawar.

Pada tingkat kadar garam yang tinggi, air akan menyimpan oksigen terlarut

sangat sedikit bila dibandingkan dengan air dengan tingkat kadar garam yang

lebih rendah (Boyd 1998).

Konsentrasi oksigen terlarut pada titik jenuhnya akan berkurang seiring

dengan berkurangnya tekanan atmosfir yang ada. Tekanan pada titik tertentu

di air dipengaruhi oleh kedalaman titik tersebut di bawah permukaan laut.

Tekanan air di atas titik tersebut disebut tekanan hidrostatik dan tekanan total
12

pada titik itu yaitu tekanan hidrostatik ditambah dengan tekanan atmosfir.

Kelarutan oksigen terlarut pada titik jenuhnya pada suatu titik merupakan

fungsi total dari tekanan total tersebut, sehingga kenaikan kedalaman air akan

menaikkan kelarutan oksigen terlarut pada titik jenuh tersebut (Boyd and

Tucker, 1998).

Tanaman yang tumbuh dalam kolam akan menghasilkan oksigen pada

saat fotosintesis dan selama siang hari tanaman tersebut akan menghasilkan

oksigen dengan cepat sehingga konsentrasi oksigen terlarut dalam air akan

naik hingga mencapai titik jenuhnya. Pernafasan oleh organisme yang ada

dalam kolam dapat menurunkan tingkat oksigen terlarut yang ada,

pengurangan ini terjadi biasanya pada saat malam hari.

Ketika kadar oksigen yang ada dalam air di bawah titik jenuhnya ada

pergerakan molekul-molekul oksigen dari udara ke air. Ketika mencapai titik

jenuhnya, jumlah molekul-molekul oksigen yang masuk ke air akan sama

dengan jumlah yang keluar sehingga tidak terjadi pergerakan molekul.

Pergerakan molekul oksigen dari air ke udara akan terjadi ketika kadar

oksigen terlarut dalam air mencapai titik jenuh yang maksimal.


13

Pengaruh tingkat oksigen terlarut pada makhluk hidup air dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 2.2. Pengaruh kadar oksigen terlarut terhadap organisme air


yang ada di kolam (Boyd, 1990)

Konsentrasi oksigen terlarut Akibat yang ditimbulkan

Kurang dari 1 atau 2 mg/L Dapat sangat mematikan bila terjadi


lebih dari beberapa jam

2-5 mg/L Pertumbuhan akan lambat jika terjadi


secara terus menerus

5 mg/liter- 8 mg/L (titik jenuh) Kondisi terbaik untuk pertumbuhan


yang baik

Di atas titik jenuh> (8 mg/liter) Bisa berbahaya jika kondisi ini terus
ada dan melebihi kapasitas kolam
yang ada. Secara normal tidak ada
Masalah

Daya kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu dan salinitas,

semakin tinggi suhu air dan salinitas maka semakin rendah oksigen dalam air

(Mintardjo dkk, 1985). Selain itu menurut Cole (1979) dan Wetzel (1975)

kelarutan oksigen dalam air juga dipengaruhi oleh tekanan udara. Tekanan

udara dan salinitas yang tinggi akan menurunkan kelarutan oksigen di udara.

Maka peningkatan tekanan udara akan meningkatkan kelarutan oksigen

dalam air.

Menurut Wheaton (1977) diacu dalam Adnan (2003) kelarutan oksigen

dari udara ke dalam air dipengaruhi suhu air, salinitas, derajat kejenuhan air

dan turbulensi dari kontak air-udara. Turbulensi dari kontak air-udara akan
14

efektif meningkatkan luas area kontak air dengan udara. Pelarutan oksigen ke

dalam air hampir seluruhnya berkaitan dengan sirkulasi, pola arus dan

turbulensi.

Jumlah oksigen maksimum yang dapat terlarut dalam air pada kondisi

lingkungan disebut konsentrasi oksigen terlarut jenuh (Stickney, 1973). Jika

konsentrasi oksigen terlarut di bawah tingkat jenuh maka oksigen dari

atmosfer akan larut ke dalam air, sedangkan jika konsentrasi melebihi tingkat

jenuh maka oksigen akan lepas ke udara. Makin besar selisih konsentrasi

oksigen di udara dan di air akan mempercepat proses kelarutan atau pelepasan

oksigen. Transfer oksigen dari atau ke air terjadi antara lapisan permukaan air

dan atmosfer (Hepher dan Pruginin, 1981).

6. Sistem Aerasi
Aerasi adalah penambahan udara ke dalam air sehingga kadar oksigen

dalam air menjadi cukup dengan bantuan alat aerasi/aerator. Aerator adalah

alat mekanik yang berfungsi untuk meningkatkan oksigen yang masuk dalam

air (Boyd, 1982). Fungsi aerator antara lain:

1. Menambah oksigen secara langsung ke dalam air.

2. Mensirkulasikan atau mencampur lapisan atas air/permukaan air dengan

dasar air untuk memastikan bahwa kandungan oksigen yang ada dalam air

benar-benar merata.

3. Memindahkan air yang telah teraerasi dengan cepat ke area sekelilingnya

sehingga air yang belum teraerasi dapat teraerasi.


15

4. Dengan lapisan sedimen organik di dalam kolam, akan menciptakan

permukaan yang teroksigenisasi sehingga gas-gas dan cairan beracun

seperti hidrogen sulfida dan amonia tidak dapat memasuki air.

5. Sirkulasi akan mendorong berbagai macam gas berbahaya dan nitrogen

berlebih dan karbondioksida untuk lepas ke atmosfer.

Menurut Boyd (1990) ada dua teknik dasar dalam aerasi air kolam;

yang pertama udara dimasukkan ke dalam air dengan cara dideburkan

(Splasher aerators) dan yang kedua gelembung udara dilepaskan ke dalam

air (Bubbler aerators). Splasher aerators mencakup pompa vertikal, pompa

sprayer dan kincir aerator. Bubbler aerators terdiri dari diffuser dan aspirator

pompa.

Aerator biasanya digerakkan oleh motor listrik. Ketika tenaga listrik

tidak tersedia, aerator dapat digerakkan dengan menggunakan tenaga PTO

(Power Take Off) dari traktor atau dengan menggunakan mesin diesel.

Wheaton (1977) membagi alat aerasi dalam empat tipe dasar yaitu

gravitasi, permukaan, diffuser dan turbin. Selain itu terdapat pula beberapa

jenis yang merupakan gabungan dari tipe dasar. Aerasi sistem gravitasi

bekerja dengan prinsip air terjun atau air yang dijatuhkan untuk

meningkatkan interaksi antara udara-air sehingga konsentrasi oksigen

dalam air meningkat. Semakin tinggi air tersebut dijatuhkan maka

konsentrasi oksigennya akan semakin tinggi. Contoh dari sistem ini adalah

air terjun.
16

Aerasi permukaan adalah peralatan aerasi yang bekerja dengan cara

memecah atau mengaduk permukaan air sehingga interaksi air-udara

meningkat yang selanjutnya akan memperbesar laju pelarutan oksigen

dalam air. Semakin besar pengadukan atau air yang terpecah maka

konsentrasi oksigen akan semakin tinggi. Contoh dari aerasi permukaan

adalah kincir air (Wheaton, 1977).

Aerasi sistem diffuser bekerja dengan prinsip memasukkan udara

atau oksigen ke dalam air dalam bentuk gelembung-gelembung udara dan

oksigen dipindahkan dari gelembung-gelembung udara ke air secara difusi

dari lapisan tipis gelembung. Gelembung udara yang naik ke atas

permukaan air menyebabkan sirkulasi air dan memperbaharui luas

permukaan air yang berhubungan langsung dengan udara. Sistem ini biasa

digunakan di akuarium. Contoh dari sistem ini adalah blower (Wheaton,

1977).

Aerasi sistem turbin terdiri dari sebuah propeller (baling-baling)

yang terendam air yang diaerasi. Prinsip kerjanya yaitu propeller berputar

sehingga terjadi sirkulasi dalam air dan menyebabkan efek aerasi pada

permukaan air. Pelarutan oksigen pada aerator turbin dipengaruhi oleh laju

sirkulasi, karakteristik air dan defisit oksigen dalam air (Wheaton, 1977).

Menurut Chris Bird and Cassels (1996) dalam Adnan (2003) tipe-

tipe mekanisme kerja aerator dapat dibagi menjadi empat buah, yaitu:

1. Diffuser (diffused air)

Type aerator ini tidak efisien apabila digunakan untuk kolam-

kolam dengan kedalaman yang dangkal, hal ini dikarenakan aerator ini

bekerja dengan cara bergantung pada lama waktu kontak antara air dan
17

gelembung udara yang dihasilkan. Semakin lama waktu kontak dengan

air maka jumlah oksigen yang masuk ke air semakin banyak. Efisiensi

aerator ini tergantung dari ukuran gelembung-gelembung udara, semakin

baik gelembung udara yang dihasilkan maka semakin baik efisiensi yang

dihasilkan, dan cara peletakan aerator. Aerator dapat tergantung di udara

atau dibiarkan bebas di air.

2. Pompa bawah permukaan (submersible pumps)

Penggunaan aerator tipe ini yaitu dengan cara meletakkannya di

dekat dasar kolam dan meletakkan saluran pengeluarannya dekat ke

permukaan air. Aerator tipe ini sangat bergantung pada ukuran dari

pompa tersebut. Pompa ini akan mengalirkan dan mencampur udara

dengan air, namun efeknya hanya untuk area tertentu. Aerator ini tidak

banyak menambah jumlah oksigen terlarut secara langsung ke dalam air

kecuali melalui difusi dengan cara mengeluarkan air yang mempunyai

kualitas oksigen rendah ke atas permukaan.

3. Propeller Aspirator

Aerator jenis ini sangat baik untuk mensirkulasi udara di dalam

kolam, tetapi aerator tipe ini didesain untuk kolam dengan kedalaman

yang lebih. Aerator tipe ini lebih baik digunakan di bendungan untuk

meningkatkan produksi walaupun terkadang masih terhambat oleh dana

yang mahal.

4. Aerator tipe kincir (Paddle wheel)

Aerator tipe kincir merupakan aerator yang banyak digunakan dan

telah terbukti paling efisien. Ada beberapa keuntungan tipe kincir

dibandingkan dengan jenis aerator lain, yaitu:


18

a. Mekanisme aerasi sangat efektif, menyemprotkan air ke udara

sekaligus juga memasukkan udara ke dalam air.

b. Fungsi sirkulasi paling baik, menghasilkan aerasi yang merata.

c. Konstruksinya sederhana namun handal.

d. Pemeliharaan mudah.

e. Biaya operasi rendah.

Selain beberapa keuntungan diatas, aerator tipe kincir tidak seperti

sistem aerator yang lain yang harus dioperasikan 24 jam penuh untuk

mendapatkan hasil yang sama. Beberapa tes menunjukkan bahwa kincir

air hanya memerlukan waktu operasi maksimum selama 1 jam ( 20-30

menit biasanya cukup), dengan frekuensi pengoperasian tiga kali sehari,

yaitu pada pagi, siang dan malam hari.

Berdasarkan sumber tenaganya, kincir air dapat dibedakan menjadi

beberapa jenis, antara lain:

1. Menggunakan sumber tenaga traktor/PTO

2. Menggunakan sumber tenaga motor diesel

3. Menggunakan sumber tenaga listrik

Kincir dengan desain yang baik umumnya mempunyai diameter

kincir sebesar kurang lebih 90 cm dengan sudut triangular sebesar 135 0

(Gambar 1). Kedalaman kincir berkisar 10-15 cm dan kecepatan berkisar

80-90 rpm, sedangkan tenaga ideal yang dibutuhkan sebesar 2-10 kW.

Variasi kincir yang ada tidak terlalu banyak, sebagian menggunakan

kincir dengan bentuk menyilang.


19

Gambar 2.1 Desain kincir dengan efisiensi tertinggi (Boyd 1991)

Gambar 2.2 Kincir dengan bentuk pedal menyilang (Boyd 1991).

Penempatan aerator di kolam dapat dilakukan dimana saja, tapi

berdasarkan hasil penelitian tempat terbaik untuk meletakkan aerator yaitu

di titik tengah sisi terpanjang kolam dan menghadap ke arah sisi terpanjang

kolam. Hal ini akan menyebabkan air akan dapat tersikulasi dengan baik

dan merata ke seluruh area sehingga kadar oksigen yang ada dalam air

mencukupi. Penempatan aerator yang tidak baik akan menyebabkan kolam

tidak teraerasi secara merata sehingga kadar oksigen air hanya

terkonsentrasi pada suatu area saja.


20

Gambar 2.3. Lokasi peletakan aerator (Boyd 1991)

Gambar 2.4. Lokasi peletakan aerator yang tepat (Boyd 1991)

Salinitas mempunyai efek yang sedikit terhadap efisiensi transfer

oksigen pada aerator, namun air dengan kadar garam yang tinggi akan

dapat menyebabkan korosi. Untuk menghindari ini aerator sebaiknya

menggunakan stainlees steel sebagai bahan pembuat, walaupun dengan

biaya yang lebih mahal. Alternatif lain yaitu dengan menggunakan

konstruksi mild steel dan dengan menggunakan prosedur galvanisasi

konstruksi tersebut ditutupi oleh lapisan yang anti karat Setelah

pemakaian selama enam bulan konstruksi tadi dapat dicat dengan

menggunakan cat epoxy yang akan melindungi alat dari karat lebih lama

lagi. Ada juga yang menggunakan cat coal-tar epoxy untuk


21

memperlambat korosi. Selain itu beberapa pabrik di Asia seperti di

Taiwan menggunakan bahan plastik sebagai bahan pembuat kincir dan

setelah diuji terbukti menghasilkan kinerja yang baik.

Selain kadar oksigen dipengaruhi oleh faktor alam ada juga alat

– alat yang digunakan untuk menggerakan aerator antara lain yaitu

1. Motor Kapasitor

Motor kapasitor merupakan bagian dari motor fasa belah,

namun yang membedakan kedua motor tersebut adalah pada saat

kondisi start motor. Motor kapasitor ini menggunakan kapasitor

pada saat startnya yang dipasang secara seri terhadap kumparan

bantu. Pada umumnya, motor kapasitor ini digunakan pada kipas

angin, kompresor pada kulkas (lemari es), motor pompa air, dan

sebagainya.

Bentuk fisik motor ini diperlihatkan pada gambar 2.5

(Abidin, 2014).

Gambar 2.5. Bentuk Fisik Motor Kapasitor


22

2. Energi dan Daya

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai energi, daya, sel

surya, karakteristik selsurya, pengaruh sudut. Sel surya

merupakaan piranti yang mengkonversi energi matahari menjadi

energi listrik. Besarnya intensitas radiasi matahari yang diserap sel

surya dipengaruhi oleh sudut datang sinar terhadap

panel.Pengertian Daya Listrik dan Rumus untuk Menghitungnya –

Daya Listrik atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Electrical

Power adalah jumlah energi yang diserap atau dihasilkan dalam

sebuah sirkuit/rangkaian. Sumber Energi seperti Tegangan listrik

akan menghasilkan daya listrik sedangkan beban yang terhubung

dengannya akan menyerap daya listrik tersebut. Dengan kata lain,

Daya listrik adalah tingkat konsumsi energi dalam sebuah sirkuit

atau rangkaian listrik. Kita mengambil contoh Lampu Pijar dan

Heater (Pemanas), Lampu pijar menyerap daya listrik yang

diterimanya dan mengubahnya menjadi cahaya sedangkan Heater

mengubah serapan daya listrik tersebut menjadi panas. Semakin

tinggi nilai Watt-nya semakin tinggi pula daya listrik yang

dikonsumsinya.Sedangkan berdasarkan konsep usaha, yang

dimaksud dengan daya listrik adalah besarnya usaha dalam

memindahkan muatan per satuan waktu atau lebih singkatnya

adalah Jumlah Energi Listrik yang digunakan tiap detik.

Berdasarkan definisi tersebut, perumusan daya listrik adalah seperti

dibawah ini :
23

𝐸
𝑃= 𝑡

Dimana :

P = Daya Listrik

E = Energi dengan satuan Joule

t = waktu dengan satuan detik

Dalam rumus perhitungan, Daya Listrik biasanya

dilambangkan dengan huruf “P” yang merupakan singkatan dari

Power. Sedangkan Satuan Internasional (SI) Daya Listrik adalah

Watt yang disingkat dengan W. Watt adalah sama dengan satu joule

per detik (Watt = Joule / detik)

Satuan turunan Watt yang sering dijumpai diantaranya adalah seperti

dibawah ini :

1 miliWatt = 0,001 Watt

1 kiloWatt = 1.000 Watt

1 MegaWatt = 1.000.000 Watt

3. Rumus Daya Listrik

Rumus umum yang digunakan untuk menghitung Daya Listrik

menggunakan persamaan ( Boyd ) 1991 sebagai berikut :

P=VxIx η

Keterangan :

P = Daya yang masuk ke motor penggerak ( watt)

V = Tegangan pada saat operasi (Volt )

I = Arus pada saat operasi ( Ampere )

η = Faktor Daya ( 0,8 )


24

4. Tenaga Surya
Matahari merupakan sumber energi yang luar biasa yang setiap hari,

di setiap negara di dunia, terbit di timur dan terbenam di barat. Kita

menggunakan matahari untuk mendefinisikan hari; matahari diperlukan

oleh tumbuhan dan tanaman pangan untuk tumbuh; matahari memberikan

cahaya untuk dimanfaatkan; matahari mempengaruhi cuaca dan berfungsi

mendatangkan angin. Singkat kata, tanpa matahari, kehidupan di dunia

tidak mungkin terjadi. Di samping faktafaktayang penting ini, matahari

atau surya juga memberikan energi/tenaga.Tenaga surya mencapai Bumi,

24 jam sehari, tujuh hari seminggu. Cahaya matahari mengandung tenaga

yang sedemikian banyaknya, sehingga bahkan sebagian cahayamatahari

yang jatuh di gurun Sahara akan cukup memenuhi kebutuhan energi untuk

semua kebutuhan energi umat manusia.

Padasaat matahari tengah hari, tenaga surya mencapai permukaan

bumi dengan nilai energi puncak sebesar satu kilowatt (1 kW) per meter

persegi per jam. Jadi, jika semua energi ini bisa ditampung, maka akan

bisa menyediakan semua kebutuhan tenaga listrik di setiap negara yang

ada di bumi ini. Pendek kata, tenaga surya adalah energi yang berasal dari

matahari.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, matahari merupakan stasiun

tenaga nuklir yang sangat dahsyat yang telah menciptakan dan

mempertahankan kehidupan di atas bumi dari awal kehidupan ini. Tenaga

surya hadir dalam bentuk panas dan cahaya Energi dalam bentuk panas

bisa dipakai secara langsung maupun tidak langsung.

Beberapa contoh dari pemakaian langsung adalah menghangatkan

rumah, memasak danmenyediakan air panas. Sedangkan contoh


25

pemakaian tidak langsung adalah pembangkitlistrik tenaga dan angin.

Bagaimana caranya? Panas matahari mempengaruhi cuaca, sehingga

menimbulkan angin untuk menggerakkan turbin angin dan hujan untuk

menggerakkan pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Istilah lain yang

digunakan untuk energi panas yang berasal dari matahari adalah Energi

Thermal Matahari.

5. Turbin Angin

Turbin angin atau dalam bahasa sederhana kincir angin merupakan

turbin yang digerakkan oleh angin, yaitu udara yang bergerak diatas

permukaan bumi. Penggunaan turbin angin terus mengalami

perkembangan guna memanfaatkan energi angin secara efektif, terutama

pada daerah-daerah dengan aliran angin yang relatif tinggi sepanjang

tahun. Sebagai pembangkit listrik, turbin angin telah digunakan di

Denmark sejak tahun 1890. Dalam beberapa dekade terakhir ini,

kekhawatiran akan habisnya energi fosil telah mendorong pengembangan

dan penggunaan turbin angin secara meluas dalam mengakomodasi

kebutuhan listrik masyarakat dengan prinsip konversi energi. Pada saat ini,

angin merupakan salah satu sumber energi dengan perkembangan relatif

cepat dibanding sumber energi lainnya. Walaupun demikian sampai saat

ini pembangunan turbin angin masih belum dapat menyaingi pembangkit

listrik konvensional (misal: PLTD atau PLTU). Pengkajian potensi angin

pada suatu daerah dilakukan dengan cara mengukur serta menganalisa

kecepatan maupun arah angin. Dasar dari alat untuk merubah energi angin

adalah kincir angin. Meskipun masih terdapat susunan dan perencanaan


26

yang beragam, biasanya kincir angin digolongkan menjadi dua tipe

(horisontal dan vertikal) (Aris Fadhel, 2016).

Sesuai dengan ketetapan Betz, sebuah turbin angin yang ideal akan

mengubah 16/27(59%) dari energi angi yang dihasilkan oleh angin. Akan

tetapi dalam prakteknya daya turbin yang didapat lebih kecil karena

terdapat beberapa faktor. Daya turbin angin tersebut merupakan hasil kali

dari daya angin dengan coeficient performance (Cp). Adapun rumus daya

turbin adalah sebagai berikut:


1
Pturbin = 2 𝜌 A v3 Cp(𝜆,𝛽)

dimana :

Pturbin = daya turbin (watt)

Cp = koefisien performa

𝜆 = tip speed ratio

𝛽 = sudut sudu (o)

B. Tinjauan Pustaka

1. Anjar Prasetia. 2008, Kinerja aerator Tipe Kincir Pada Berbagai Kondisi

Kelengkungan,Jumlah Lubang,kemiringan ,dan kecepatan Putar

Pedal.Hasil penelitian menunjukan bahwa kelengkungan pedal,jumlah

lubang tipa pedal,kemiringan pedal,dan kecepatan putar pedal aerator tipe

kincir akan mempengaruhi kinerja aerator.Namun demikian kombinasi

perlakuan pedal lengkung 45º,jumlah lubang 20,kemiringan 0º,dan

kecepatan putar 124 rpm.menghasilakn efek aerasi yang

optimum.sedangkan perlakuan yang mempunyai keeratan paling tinggi


27

terhadap besarnya coverage coverage volume sakaligus kelarutan oksigen

adalah kecepatan putaran pedal.

2. Sari Rosmawati,2009, Pengaruh Modifikasi Aerator Kincir Tipe Pedal

lengkung Pada Peningkatan Kadar Oksigen. Metode penelitian dengan

memodifikasi dan mengukur kinerja aeartor kincir tipe pedal lengkung yang

dikembangkan sebelumnya yaitu dengan cara mengukur peningkatan kadar

oksigen terlarut (DO) dalam air kolam,distribusi nilai oksigen terlarut

didalam kolam dan mengukur konsumsi daya listrik yang

terpakai.Modifikasi dilakukan untuk meningkatkan kecepatan putaran agar

menghasilkan diameter semburan air kedalam udara lebih jauh sehingga

persentase semburan air yang dihasilkan dari diameter semburan tersebut

menjadi tinggi.

3. Hadi Wibowo, Ahmad Farid, Mustaqim 2016, Peningkatan Kadar Oksigen

Dalam air dengan Penggunaan Aerator tambak Tenaga Angin Poros

Vertikal.Metoda pengujian adalah metode eksperimental yaitu pengamatan

langsung terhadap pengujian yang dilakukan dengan cara pengukuran-

pengukuran.Pada penelitian ini digunakan sebuah turbin angin tipe vertikal

jenis savonius dengan diameter rotor 60 cm disusun 2 tingkat dengan atas

tinggi 50 cm sebanyak 2 sudu,dan tingkat bawah tinggi 15 cm sebanyak 18

sudu,dipasang transmisi/pemindah daya untuk meningkatkan

putaran.variabel penelitian adalah kecepatan angin dengan hasil

perencanaan transmisi terhadap putaran kincir aerator dan daya turbin yang

pengaruhnya terhadap oksigen dalam air.

4. Ahmad Farid, Hadi Wibowo 2016.Analisa Daya Turbin Angin Poros

Vertikal sebagai aerator Tambak. Metoda pengujian adalah metode


28

eksperimental yaitu pengamatan langsung terhadap pengujian yang

dilakukan dengan cara pengukuran-pengukuran.Pada penelitian ini

digunakan sebuah turbin angin tipe vertikal jenis savonius dengan diameter

rotor 60 cm disusun 2 tingkat dengan atas tinggi 50 cm sebanyak 2 sudu,dan

tingkat bawah tinggi 15 cm sebanyak 18 sudu,dipasang transmisi/pemindah

daya untuk meningkatkan putaran.variabel penelitian adalah kecepatan

angin dengan hasil perencanaan transmisi terhadap putaran kincir aerator

dan daya turbin yang pengaruhnya terhadap oksigen dalam air.

5. Zaenal Supriyadi,Agus wibowo, Ahmad Farid (2016),Peningkatan Kinerja

Aerator Tambak dengan Variasi Pulley. Metode yang digunakan adalah

metode penelitian yang dilakukan untuk membandingkan dengan penelitian

sebelumnya yaitu melakukan perancangan dengan mengoptimasi hasil

penelitian sebelumnya dengan menambah system transmisi dimana aerator

sebelumnya tanpa menggunakan transmisi.Hasil penelitiannya diperoleh

bahwa kedalaman kincir aerator diair berpengaruh terhadap putaran poros

dengan masing-masing variasi trasmisi dimotor penggerak.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen yaitu

suatu metode untuk mencari hubungan sebab akibat antara permasalahan

yang telah ditentukan oleh penelitian dengan faktor yang mempengaruhi.

Metode eksperimen yang dilakukan adalah menghitung daya listrik yang

digunakan dan menghitung peningkatan kadar oksigen (DO) pada

pengaturan ketinggian kincir aerator tambak.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu penelitian merupakan rencana penelitian dari awal

dilakukannya penelitian sampe akhir pembuatan laporan.waktu penelitian

dibuat sebagai batasan waktu dalam penyelesaian penelitian.untuk proses

pembuatan alat dilakukan dibengkel Abejo jl.jatisari debong tengah kota

Tegal dan pengujian dilakukan di tambak Desa Randusanga Kabupaten

Brebes.

C. Alat dan Bahan


Pada penelitian ini diperlukan beberapa alat dan bahan untuk

mendukung pengambilan data.Adapun alat-alat yang digunakan adalah

sebagai berikut :

1. Trafo las, digunakan untuk menyambung kerangka turbin angin dan

dudukan panel surya.

29
30

Gambar 3.1. Trafo Las

2. Gerinda, digunakan untuk memotong pipa hollow dan

menghaluskan permukaan yg sudah dilas.

Gambar 3.2. Gerinda

3. Multimeter digital, digunakan sebagai alat pengukur tegangan

dan arus listrik yang dihasilkan.

Gambar 3.3. Multimeter


31

4. Tachometer digunakan untuk mengukur putaran generator.

Gambar 3.4. Tachometer

5. DO meter digunakan untuk mengukur kadar oksigen dalam air

Gambar 3.5. DO meter


32

Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Pipa ukuran 3’’ digunakan sebagai tiang turbin angina.

Gambar 3.5. Pipa 3”

2. Pipa hollow ukuran 5 x 2,5 cm digunakan sebagai rangka turbin

angin dan panel surya.

Gambar 3.6. Pipa Hollow


33

3. Plat strip ukuran 4 x 0,4 cm digunakan sebagai penguat rangka

turbin angin dan panel surya.

Gambar 3.7. Plat Strip

4. Siku ukuran 3 x 3 cm digunakan sebagai dudukan panel surya.

Gambar 3.8. Siku

5. Panel Surya digunakan sebagai sumber energi.

Gambar 3.9. Panel Surya


34

6. Airator digunakan meningkatkan nilai oksigen dalam air.

Gambar 3.10 Airator

7. Turbin angin digunakan sebagai sumber penggerak.

Gambar 3.11. Turbin Angin

8. Generator DC digunakan memproduksi atau menghasilkan listrik

dengan energi mekanik sebagai sumbernya.

Gambar 3.12. Generator DC


35

9. Controller digunakan sebagai pengontrol arus masuk dan keluar

dari Turbin Angin dan Panel Surya.

Gambar 3.13. Controller

10. Inventer digunakan sebagai perubah arus DC menjadi AC.

Gambar 3.14. Inventer

11. Baterai/Aki digunakan untuk menyimpan energi listrik.

Gambar 3.15. Baterai /Aki


36

D. Prosedur Penelitian

1. Pengukuran Daya Listrik

Pengukuran daya dilakukan dengan menggunakan wattmeter,

pengukuran dilakukan untuk mengetahui konsumsi daya listrik rata-

rata selama aerator beroperasi,dengan cara memasukkan alat

wattmeter kedalam kabel motor aerator, untuk pengukuran daya listrik

menggunakan persamaan ( Boyd)1991 sebagai berikut :

P=VxIx η

Keterangan :

P = Daya yang masuk ke motor penggerak ( watt)

V = Tegangan pada saat operasi (Volt )

I = Arus pada saat operasi ( Ampere )

η = Faktor Daya ( 0,8 )

2. Pengukuran oksigen terlarut

Pengukuran kadar oksigen terlarut dengan menggunakan alat

DO meter. Cara pengukuran dilakukan dengan mencelupkan probe

sensor DO meter kedalam air selama beberapa menit pada kedalaman

tertentu sampai sensor dapat membaca kadar oksigen yang ada dalam

tambak, pengujian ini didilakukan dengan 4 tahap dengan memvariasi

penempatan airator pada kedalaman yaitu pada permukaan (3 cm),

(5 cm), (7 cm) dan ( 11 cm ) dengan lebar tambak yaitu 1000 m2. Satu

titik pengukuran merupakan rata-rata dari tiga kali ulangan.


37

3cm
5 cm
7cm
11 cm

Gambar 3.1 Pengukuran kadar oksigen dengan empat titik kedalaman

E. Variabel Penelitian.
Untuk memperoleh data penelitian ditentukan beberapa variabel

yaitu :

1. Variabel bebas adalah kondisi yang mempengaruhi munculnya suatu

gejala.Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah

pengaturan ketinggian kincir aerator tambak.

2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

bebas.Dalam hal ini variabel terikatnya adalah putaran motor pengerak,

konsumsi arus listrik dan kadar oksigen dalam tambak.

F. Metoda Analisa Data


Metoda analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif yaitu menggambarkan data penelitian dalam bentuk tabel dan

grafik dengan hasil maksimum.


38

Tabel.3.1 Data pengukuran konsumsi listrik

Kedalaman P V I Faktor daya


No
( cm ) ( Watt ) ( Volt ) ( Ampere ) (0,8 )

Dari hasil pengambilan data kemudian dilakukan perhitungan serta

analisa dengan grafik sebagai berikut :

Grafik 3.1 Hubungan antara daya listrik dengan kedalaman kincir

Daya listrik
(Watt)
450
400 400
350
300 300
250
200 200
150
100 100
50
0
1 2 3 4 5

Grafik. 3.1 Hubungan antara daya listrik dengan kedalaman kincir


39

Tabel 3.2 Data Hasil Pengujian kadar Oksigen dalam air

Uji Kedalaman Waktu n T1 T2 O2


No
ke- (cm ) ( menit ) (rpm) (ºC ) (ºC ) ( mg/L)

Dari hasil pengambilan data kemudian dilakukan perhitungan

serta analisa dengan grafik sebagai berikut :

Grafik 3.2 Hubungan Kadar okisgen dengan kedalaman kincir

Kadar Oksigen
(mg/L)
6

5 5

4 4

3 3

2 2

1 1

0
1 2 3 4 5

Grafik. 3.2 Hubungan kadar oksigen dengan kedalaman kincir


40

G. Jadwal Penelitian.
Jadwal Penelitian dibuat sebagai acuan waktu dalam peneyelesaian

penelitian.

Tabel. 3.3 Jadwal penelitian


No Kegiatan Feb Maret April Mei Juni Juli agst
1 Persiapan
a. Mencari Literatur 
b. Studi Literatur 
c. Penyusunan Proposal    
d. Persiapan Alat dan Bahan    
2 Pelaksanaan
a. Seminar Proposal 
b. Pembuatan Alat     
c. Pengambilan Data 
3 Penyelesaian
a. Pengolahan Data 
b. Pembahasan 
c. Penyusunan Laporan 
d. Ujian Skripsi 

40
41

H. Diagram Alur Penelitian

Mulai

Studi Pustaka

Persiapan Alat dan Bahan

Pembuatan alat

TIDAK

Pengujian Alat

SESUAI
Pengambilan Data

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian


42

I. Gambar Aerator

Gambar 3.1 Aerator


43

J. Gambar Turbin Angin

Gambar 3.2. Turbin Angin


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pengukuran Konsumsi Listrik

Hasil Penelitian yang dilakukan dengan cara memvariasi kedalaman

pemasangan kincir aerator pada kedalaman 3 cm,5 cm,7cm dan 11 cm

untuk mengetahui daya atau konsumsi listrik yang dipakai , dapat

ditunjukkan pada tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1 Pemakaian Daya listrik

Kedalaman Faktor
V I P
No ( cm ) daya
( Volt ) ( Ampere ) ( Watt )
(0,8)

1 3 0,8 231,1 2,39 553,8

2 5 0,8 231,2 2,46 569,4

3 7 0,8 231,4 2.56 594,4

4 11 0,8 228,8 2,74 628,6

Dari data diatas dapat dilihat setelah dilakukan pengujian sebanyak 4

kali,pada kedalaman 3cm, factor daya 0,8 didapatkan bahwa tegangan

yang dipakai 231,1 volt ,arus listrik 2,39 ampere dan daya listrik yang

terpakai yaitu sebesar 553,8 watt, pada kedalaman 5 cm,factor daya yang

digunakan 0,8,tegangan yg digunakan sebesar 231,2 volt, arus listrik 2,46

44
45

ampere sedangkan daya listrik yang terpakai yaitu 569,4 Watt,untuk

kedalaman 7 cm,factor daya 0,8 besarnya tegangan yang dipakai sebesar

231,4 volt,arus yang dipaki 2,56 ampere sedangkan daya listrik sebesar

594,4 Watt sedangkan pada kedalaman 11 cm dengan factor daya 0,8

,tegangan yang dipakai 228,8 volt,sedangkan arus listrik 2,74 ampere

sedangakan daya listrik yang digunakan sebesar 628,6 Watt. Sehingga dari

data diatas didapatkan hasil yaitu pemakaian atau kecil yaitu pada

kedalaman 3 cm sebesar 553,8 watt sedangkan konsumsi listrik yang

paling besar yaitu pada kedalaman 11 cm dengan daya sebesar 628,6 watt.

Dari hasil pengambilan data diatas kemudian dilakukan perhitungan

serta analisa dengan grafik sebagai berikut :

Grafik 4.1 Hubungan daya listrik dengan kedalaman kincir

Daya listrik
(Watt)
640
628.6
620
600
594.4
580
569.4
560
553.8
540
520
500
3 5 7 11

Grafik.4.1 Hubungan daya listrik dengan kedalaman kincir

2. Pengukuran Kadar Oksigen

Pengenolan Sensor Dissolved Oxygen ( DO ) dilakukan sebelum

pengambilan data dengan menggunakan Dissolved Oxygen ( DO ) test


46

solution. Langkah selanjutnya dengan cara memasukkan probe sensor

kedalam air selama beberapa menit. Setelah beberapa menit angkat brope

Dissolved Oxygen dan akan terbaca hasil ukur kadar oksigen dalam

tambak. Pengukuran Oksigen ini dilakukan pada siang hari yaitu jam 14.00

WIB – 15.00 WIB.

Dari Hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mengukur kadar

oksigen dengan menggunakan alat DO meter melalui 4 tahap, dengan

memvariasi ketinggian aerator, pada kedalaman yaitu permukaan (3 cm),

(5 cm) ,(7 cm) dan (11 cm).dengan 3 kali ulangan,dapat ditunjukan pada

tabel berikut ini

a. Pengujian pertama pada kedalaman 3 cm

Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian Kadar Oksigen dalam air pada

kedalaman 3 cm

Uji n T1 T2 O2
No Kedalaman Waktu
ke- (cm ) ( menit ) (rpm) (ºC ) (ºC ) ( mg/L)

1 1 3 3 98 37 35 4,4

2 2 3 3 98 37 36 4,8

3 3 3 3 98 36 35 4,6

Rata - rata 3 3 98 37 35 4,6

Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat setelah dilakukan dengan 3 kali

pengujian pada kedalaman 3 cm.Hasil uji pertama dilakukan pada

kedalaman 3 cm waktu 3 menit,putaran 98 rpm,suhu awal 37 ºC ,suhu


47

akhir 35 ºC didapatkan kadar oksigen sebesar 4,4 mg/l.Hasil uji ke dua

pada kedalaman 3 cm,putaran 98 rpm,suhu awal adalah 37 ºC,suhu akhir

36 ºC didapatkan kadar oksigen sebesar 4,8 mg/L.Hasil uji ke tiga pada

kedalaman 3 cm,putaran 78 rpm,suhu awal 36 ºC ,suhu akhir 35 ºC

,didaptkan kadar oksigen sebesar 4,6 mg,L,dari hasil 3 kali pengujian pada

kedalaman 3 cm didapatkan rata-rata kadar oksigen sebesar 4,6 mg/L.

b. Pengujian kedua pada kedalaman 5 cm

Tabel 4.3. Data Hasil Pengujian Kadar Oksigen dalam air pada

kedalaman 5 cm

Uji n T1 T2 O2
No Kedalaman Waktu
ke- (cm ) ( menit ) (rpm) (ºC ) (ºC ) ( mg/L)

1 1 5 3 78 37 37 5,2

2 2 5 3 78 37 36 5,6

3 3 5 3 78 36 35 5,4

Rata - rata 5 3 78 37 36 5,4

Dari tabel diatas dapat dilihat setelah dilakukan dengan 3 kali

pengujian pada kedalaman 5 cm.Hasil uji pertama dilakukan pada

kedalaman 5 cm waktu 3 menit,putaran 78 rpm,suhu awal 37 ºC ,suhu

akhir 37 ºC didapatkan kadar oksigen sebesar 5,2 mg/l.Hasil uji ke dua

pada kedalaman 3 cm,putaran 78 rpm,suhu awal adalah 37 ºC,suhu akhir

36 ºC didapatkan kadar oksigen sebesar 5,6 mg/L.Hasil uji ke tiga pada

kedalaman 3 cm,putaran 78 rpm,suhu awal 36 ºC ,suhu akhir 35 ºC


48

,didaptkan kadar oksigen sebesar 5,4 mg,L,dari hasil 3 kali pengujian pada

kedalaman 5 cm didapatkan rata-rata kadar oksigen sebesar 5,4 mg/L.

c. Pengujian ketiga pada kedalaman 7 cm

Tabel 4.4. Data Hasil Pengujian Kadar Oksigen dalam air pada

kedalaman 7 cm

Kedalaman n T1 T2 O2
No Uji ke- Waktu
(cm ) (rpm) (ºC ) (ºC ) ( mg/L)
(menit )

1 1 7 3 67 35 35 6,3

2 2 7 3 67 36 36 6,7

3 3 7 3 67 36 35 6,5

Rata - rata 7 3 67 36 35 6,5

Dari tabel 4.4 diatas dapat dilihat setelah dilakukan dengan 3 kali

pengujian pada kedalaman 7 cm.Hasil uji pertama dilakukan pada kedalaman

7 cm waktu 3 menit,putaran 68 rpm,suhu awal 35 ºC ,suhu akhir 35 ºC

didapatkan kadar oksigen sebesar 6,3 mg/l.Hasil uji ke dua pada kedalaman

7 cm,putaran 67 rpm,suhu awal adalah 36 ºC,suhu akhir 36 ºC didapatkan

kadar oksigen sebesar 6,7 mg/L.Hasil uji ke tiga pada kedalaman 7

cm,putaran 68 rpm,suhu awal 36 ºC ,suhu akhir 35 ºC ,didaptkan kadar

oksigen sebesar 6,5 mg,L,dari hasil 3 kali pengujian pada kedalaman 7 cm

didapatkan rata-rata kadar oksigen sebesar 6,5 mg/L.


49

d. Pengujian keempat pada kedalaman 11 cm

Tabel 4.5. Data Hasil Pengujian Kadar Oksigen dalam air pada

kedalaman 11 cm

Kedalaman n T1 T2 O2
No Uji ke- Waktu
(cm ) (rpm) (ºC ) (ºC ) ( mg/L)
(menit )

1 1 11 3 41 35 35 5,6

2 2 11 3 41 36 36 5,2

3 3 11 3 41 36 35 5,8

Rata - rata 11 3 41 36 35 5,6

Dari tabel 4.5 diatas dapat dilihat setelah dilakukan dengan 3 kali

pengujian pada kedalaman 11 cm.Hasil uji pertama dilakukan pada

kedalaman 11 cm waktu 3 menit,putaran 41 rpm,suhu awal 35 ºC ,suhu akhir

35 ºC didapatkan kadar oksigen sebesar 5,6 mg/l.Hasil uji ke dua pada

kedalaman 11 cm,putaran 41 rpm,suhu awal adalah 36 ºC,suhu akhir 36 ºC

didapatkan kadar oksigen sebesar 5,2 mg/L.Hasil uji ke tiga pada kedalaman

11 cm,putaran 41 rpm,suhu awal 36 ºC ,suhu akhir 35 ºC ,didaptkan kadar

oksigen sebesar 5,8 mg,L,dari hasil 3 kali pengujian pada kedalaman 11 cm

didapatkan rata-rata kadar oksigen sebesar 5,6 mg/L.


50

Dari hasil penelitaian yang dilakukan sebanyak 4 kali pada kedalaman

3 cm,5 cm,7 cm dan 11 cm dengan 3 kali pengujian didapatkan hasil rata-

rata,dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.6. Rata-rata Hasil Pengujian Kadar Oksigen dalam air

Uji Kedalaman Waktu n T1 T2 O2


No
ke- (cm ) ( menit ) (rpm) (ºC ) (ºC ) ( mg/L)

1 1 3 3 98 37 35 4,6

2 2 5 3 78 37 36 5,4

3 3 7 3 67 36 35 6,5

4 4 11 3 41 36 35 5,6

Dari tabel 4.6 diatas dapat dilihat setelah dilakukan pengujian sebanyak 4

kali , pada kedalaman 3 cm, putaran 98 rpm,dihasilkan semburan air jauh

tetapi pengambilan air sedikit sehingga kadar oksigen yang dihasilkan kecil

yaitu 4,6 mg/L. Pada kedalaman 5cm ,putaran 78 rpm,dihasilkan semburan air

tidak begitu jauh tetapi pengambilan air banyak tetapi kadar oksigen yang

dihasilkan hanya sebesar 5,4 mg/L,untuk kedalaman 7 cm pada putaran 67

rpm,semburan air jauh,pengambilan air banyak sehingga kadar oksigen yang

dihasilkan besar yaitu 6,5 mg/L,sedangkan untuk kedalaman 11 cm pada putaran

41 rpm,semburan air kecil,pengambilan air banyak sehingga kadar oksigen yang

dihasilkan sebesar 5,6 mg/L.


51

Dari hasil pengambilan data kemudian dilakukan perhitungan serta

analisa dengan grafik sebagai berikut :

Grafik 4.2. Hubungan antara kadar oksigen dengan kedalaman kincir

Kadar Oksigen
(mg/L)
7
6.5
6
5.4 5.6
5
4.6
4

0
3 5 7 11

Grafik.4.2. Hubungan antara kadar oksigen dengan kedalaman kincir

B. Pembahasan

1. Konsumsi Daya listrik

Daya listrik yang dipakai oleh kincir menentukan biaya

operasi yang akan dikeluarkan. Daya pengoperasian kincir rata-rata

yang dihasilkan pada kecepatan putaran 98 rpm pada kedalaman 3

cm adalah 553,8 watt, pada kecepatan putaran 78 rpm pada

kedalaman 5 cm adalah 569,4 watt, pada kecepatan putaran 67 rpm

dengan kedalaman 7 cm adalah 594,4 watt sedangkan pada


52

kecepatan putaran 41 rpm pada kedalaman 11 cm adalah 628,6

watt,dari hasil tersebut dapat simpulkan bahwa daya listrik terkecil

yang digunakan untuk memutarkan aerator adalah pada kedalaman

3 cm yaitu sebesar 553,8 Watt,sedangkan daya listrik terbesar yaitu

pada kedalaman 11 cm dengan daya listrik sebesar 628,6 Watt.

Daya kincir dipengaruhi oleh kedalaman kincir pada saat

pengoperasian, semakin dalam kincir diletakkan dari permukaan

kolam maka semakin besar daya yang akan dibutuhkan. Pada

pengujian ini kedalaman untuk pengoperasian kincir

mempengaruhi besarnya kadar oksigen yang didapat sedangkan

daya kincir tidak mempengaruhi kenaikan oksigen yang terjadi di

dalam kolam, semakin besar daya yang dibutuhkan belum tentu

semakin besar kenaikan oksigen yang ada dalam kolam.

2. Kadar oksigen ( DO )

Dari hasil pengujian yang dilakukan 4 kali yaitu pada

kedalaman 3cm pada putaran 98 rpm didapatkan kadar oksigen 4,6

mg/L, kedalaman 5 cm dengan putaran 78 rpm didapatkan kadar

oksigen yaitu sebesar 5,4 mg/L, pada kedalaman 7 cm dengan

putaran 67 rpm didapatkan kadar oksigen 6,5 sedangkan pada

kedalaman 11 cm dengan putaran 41 rpm didapatkan kadar oksigen

sebesar 5,6 mg/L. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan

bahwa kadar oksigen terkecil yaitu pada pengujian kedalaman 3 cm

dengan kadar oksigen sebesar 4,6 mg/L,sedangkan kadar oksigen


53

terbesar yaitu pada pengujian kedalaman 7 cm dengan kadar oksigen

sebesar 6,5 mg/L

Daya kincir dipengaruhi oleh kedalaman kincir pada saat

pengoperasian, semakin dalam kincir diletakkan dari permukaan

kolam maka semakin besar daya yang akan dibutuhkan. Pada

pengujian ini kedalaman untuk pengoperasian kincir

mempengaruhi besarnya kadar oksigen yang didapat sedangkan

daya kincir tidak mempengaruhi kenaikan oksigen yang terjadi di

dalam kolam, semakin besar daya yang dibutuhkan belum tentu

semakin besar kenaikan oksigen yang ada dalam kolam.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pengujian yang sudah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Konsumsi daya listrik terkecil yang dihasilkan adalah 553,8 watt dengan

kecepatan putar 98 rpm pada kedalaman 3 cm, sedangkan konsumsi daya

listrik terbesar dihasilkan dari kecepatan putar 41 rpm yaitu 628,6 watt pada

kedalaman 11 cm. Daya kincir tidak mempengaruhi kenaikan oksigen yang

terjadi di dalam kolam, semakin besar daya yang dibutuhkan belum tentu

semakin besar kenaikan oksigen yang ada dalam kolam.

2. Pengoperasian kincir pada kolam terbukti dapat meningkatkan nilai kadar

oksigen air pada kolam. Pengukuran minimum kadar oksigen yang terlarut

yaitu sebesar 4,6 mg/L pada kecepatan putar 98 rpm pada kedalaman 3

cm,sedangkan kadar oksigen maximum sebesar 6,5 mg/L di permukaan kolam,

diperoleh pada pengoperasian kincir pada kecepatan putar 67 rpm dengan

kedalaman kincir 7 cm dari permukaan kolam.

B. Saran

Dalam melakukan pengujian masih banyak kekurangan atau kendala-kendala

yang dialami sehingga penulis memberikan saran atau masukan sebagai berikut :

1. Perlu adanya penelitian lanjutan pengaruh terhadap spesies yang

dikembangkan pada kolam/tambak yang diberi aerasi tersebut dengan

membandingkan pertumbuhan sebelum dan sesudah menggunakan aerator.

54
55

2. Perlu adanya pengujian kincir aerator dalam waktu tertentu sehingga bisa

menghasilkan kadar oksigen yang berbeda.

3. Perlu adanya pengujian kadar oksigen diwaktu yang berbeda (pagi,siang dan

sore ) karena memungkinkan kadar oksigen yang berbeda karena faktor

pengaruh alam.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, I. F.2005,Pengaruh Jumlah lubang,bentuk Pedal,dan Posisi


pemasangan Pedal pada Aerator Tipe Kincir terhadap
Daya,Diameter Semburan,dan luas Penutupan.Skripsi.Fakultas
Tekknologi Pertanian,Institut Pertanian Bogor,Bogor.

Cris Bird and G. A. Cassels, 1996, Tipe tipe Aerator

Herlina Susanti, 2005. Kinerja Aerasi Kincir Aerator Pada Berbagai


Kondisi

Muhammad Fachrudin 2011.Rancang Bangun Sistem Aerator dengan


menggunakan energi putaran ,ukuran diameter dan kedalaman
Operasi.Skripsi.Fakultas Teknik Pertanian,Institut Pertanian Bogor.

Rifa Utama 2011 Eco Aerator : Inovasi Penyuplai Oksigen Dengan


Teknologi Vertikal Axis Wind dan Archimedes ‘ Screw Guna
Menurunkan Biaya Operasional Petani Tambak

Rosmawati Sari, 2013,Pengaruh Penggunaan Aerator Kincir Tipe Pedal


Lengkung Pada Peningkatan Kadar Oksigen Air

Syarifudin, 2014, Pengaruh Lubang Sudu Terhadap Daya Motor


Penggerak pada Aerator Tambak, Skripsi. Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Pancasakti Tegal

Zaenal Supriyadi, 2015, Peningkatan Kinerja Aerator Tambak Dengan


Variasi Pulley. Skripsi. Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Pancasakti Tegal.

56
57

Hadi Wibowo,Ahmad Farid,Mustaqim, 2016, Peningkatan Kadar Oksigen


Dalam Air Dengan Penggunaan Aerator Tambak Tenaga Angin
Poros Vertikal. Teknik mesin Fakultas Teknik Universitas
Pancasakti Tegal.

Salmin. 2005 .Oksigen Terlarut ( Do ) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi


( Bod ) sebagai salah satu Indikator Untuk Menentukan
Kualitas Perairan.Oseana vol. 1. No. 30
LAMPIRAN

Gambar 1. Desain 2 dimensi Turbin Angin, Panel Surya, dan Airator

Gambar 2. Desain 3 dimensi Turbin Angin, Panel Surya, dan Airator

A-1
Gambar 3. Pengambilan kadar oksigen dengan alat DO

Gambar 4. Pengambilan rpm aerator

A-2
Gambar 5. aerator

A-3

Anda mungkin juga menyukai