Anda di halaman 1dari 63

DESAIN HIDROLIKA PEMBORAN BERARAH TRAYEK 8

1
/2” DAN 6 1/8” SUMUR H LAPANGAN P

SKRIPSI
Disusun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana
Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti

Oleh
Pratama Hadinata
0710014000127

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
2019

1
HYDRAULIC DESIGN ON DIRECTIONAL DRILLING AT 8
1
/2” AND 6 1/8 SECTION H WELL P FIELD

FINAL ASSESMENT
Submitted as a requirement to obtain Undergraduate in study program Of
Petroleum Engineering, Faculty of Earth Technology and Energy

By
Pratama Hadinata
0710014000127

PETROLEUM ENGINEERING DEPARTEMENT


FACULTY OF EARTH TECHNOLOGY AND ENERGY
UNIVERSITAS TRISAKTI
2019

ii
LEMBAR PENGESAHAN
DESAIN HIDROLIKA PEMBORAN BERARAH TRAYEK 8
1
/2” DAN 6 1/8” SUMUR H LAPANGAN P

SKRIPSI
Disusun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana
Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti

Oleh
Pratama Hadinata
0710014000127

Foto
2x3

Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(Ir. Lilik Zabidi, Msi) (Ir. Pauhesti, M.T.)


NIK : 1692/Usakti NIK 3197/Usakti

Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan

Ir. Abdul Hamid, MT


NIK : 1894/Usakti

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “ DESAIN HIDROLIKA PEMBORAN BERARAH


TRAYEK 8 1/2” dan 6 1/8” SUMUR H LAPANGAN P”, telah dipertahankan
di depan tim penguji pada hari …............. tanggal …...................…...

TIM PENGUJI
1. (Nama Ketua Penguji) Ketua Penguji
(............................)

2. (Nama dosen PA) Pembimbing Akademik


(............................)

3. (Nama dosen Pembimbing 1) Pembimbing Utama


(............................)

4. (Nama dosen Pembimbing 2) Pembimbing Pendamping


(............................)

5. (Nama dosen Penguji 1) Anggota Penguji


(............................)

6. (Nama dosen Penguji 2) Anggota Penguji


(............................)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan

(Ir. Abdul Hamid, M.T)


NIK.1894/Usakti

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Pratama Hadinata


Nim : 071001400127
Program studi : Teknik Perminyakan
Fakultas : Kebumian dan Energi
Jenis Karya : skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Trisakti Hak Bebas Royalti Non ekslusif (Non-exclusive-Royalty-Free-
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Desain Hidrolika Pemboran Berarah Trayek 8 1/2” Dan 6 1/8” Sumur H
lapangan P beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas
Royalti Non ekslusif ini Universitas Trisakti berhak menyimpan, mengalih media/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
menyebarkan skripsi saya sesuai aturan, selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Tempat, (tanggal/bulan/thn)
Yang membuat pernyataan

Materai
Rp 6000-,

(Pratama Hadinata)

v
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya Mahasiswa Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan, Fakultas


Teknologi Kebumian dan Energi, Usakti yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Pratama Hadinata


Nim : 0710014000127

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi dengan judul :


DESAIN HIDROLIKA PEMBORAN BERARAH TRAYEK 8 1/2” DAN 6
1
/8” SUMUR H LAPANGAN P
Adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bebas dari peniruan
terhadap karya dari orang lain. Kutipan pendapat dan tulisan orang lain ditunjuk
sesuai dengan cara-cara penulisan karya ilmiah yang berlaku.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa dalam skripsi
ini terkandung ciri-ciri plagiat dan bentuk-bentuk peniruan lain yang dianggap
melanggar peraturan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Tempat, (tanggal/bulan/thn)
Yang membuat pernyataan

Materai
Rp 6000-,

(Pratama Hadinata)

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “DESAIN HIDROLIKA
1
PEMBORAN BERARAH TRAYEK 8 /2” DAN 6 1/8” SUMUR H
LAPANGAN P” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik
di Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknik Kebumian dan Energi Universitas
Trisakti. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu
tersayang Elly Lidya yang sudah memberikan semangat, kasih sayang, perhatian,
dan doa yang telah membantu penulis dalam kelancaran mengerjakan dan
menyelesaikan Skripsi ini. Terima kasih setulus-tulusnya penulis berikan kepada
Ibu yang selalu ikhlas hadir disaat suka maupun duka. Bapak Syamsul Hadi, yang
senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan.
Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Ir. Lilik Zabidi,
Msi. selaku pembimbing 1 yang telah membimbing saya sehingga penulis dapat
membuat penelitian ini. Terima kasih juga saya ucapkan kepada ibu Ir. Pauhesti,
M.T. selaku pembimbing 2 yang telah membantu dalam membimbing dan
memberikan saya nasihat dan motivasi sehingga saya dapat menjalankan tugas
akhir saya. Selain itu, Dr. Ir. H. Afiat Anugrahadi, M.S. selaku Dekan Fakultas
Teknologi Kebumian dan Energi. Ir. Abdul Hamid, M.T. selaku Ketua Jurusan
Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi. Ir. Onnie
Ridaliani, M.T. selaku Sekertaris Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas
Teknologi Kebumian dan Energi. Ir. Darmasetiawan Hakim, M.T selaku
Pembimbing Akademik atas perhatian, dukungan, dan bimbingannya kepada
penulis selama 4 tahun ini.
Bapak Dhandoko Prio Setiono, S.T., M.T., selaku Pembimbing Lapangan.
Terima kasih atas seluruh ilmu, nasehat, serta perhatian yang telah diberikan kepada
penulis. Seluruh pengarahan baik ilmu pasti maupun pelajaran peribahasa
kehidupan yang telah diberikan insyallah akan selalu diterapkan dan diamalkan
oleh penulis. Penulis bersyukur mendapat kesempatan dididik oleh Pak Oki
Semoga seluruh kebaikan Bapak dibalas Allah SWT. Seluruh Dosen Program Studi

vii
Teknik Perminyakan Universitas Trisakti beserta staff karyawan yang selama ini
telah banyak membantu penulis.
Akhir kata, penulis menyadari Skripsi ini masih terdapat kekurangan.
Namun, penulis mempunyai harapan besar agar Skripsi ini akan bermanfaat dan
cukup menjadi bahan belajar bagi para pembacanya.

Jakarta, 13 Februari 2019

Pratama Hadinata

viii
ABSTRAK

DESAIN HIDROLIKA PEMBORAN BERARAH TRAYEK


8 1/2” DAN 6 1/8” SUMUR H LAPANGAN P

Pratama Hadinata
Nim : 071001400127
Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi
Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia

Sistem hidrolika pemboran mempunyai peranan penting selama operasi pemboran.


Perencanaan dan kontrol yang baik dapat mempercepat operasi pemboran dan
secara keseluruhan dapat menghemat biaya. Pada penelitian ini dilakukan
pengembangan sumur untuk mencapai zona baru. Penulis akan menganalisa
perencanaan desain hidrolika pada operasi pemboran berarah pada lapangan P
sumur H, dimana sumur ini merupakan lapangan offshore yang terletak di lautan
Selatan Nathuna atau ±1200 km sebelah Utara dari Jakarta, lapangan Nathuna ini
berdekatan dengan batas antara negara. Pada sumur H ini telah dilakukan penutupan
permanent karena sudah tidak diproduksikan lagi sejak 30 Mei 2013. Penelitian
dilakukan pada trayek 8 1/2” dan 6 1/8” karena menjadi operasi pemboran dalam
upaya pengembangan sumur ini, pemasangan whipstock dipasang pada kedalaman
4520 ft MD pada trayek 9 5/8”, pemasangan ini bertujuan untuk melubangi casing
dengan milling window pada kedalaman 4520-4537 ft MD dan menjadi kick of point
pertama untuk pemboran berarah. Perencanaan pemboran berarah pada sumur ini
mencapai kedalaman 12485 ft MD atau 8716,5 ft TVD. Dalam melakukan proses
pemboran hingga mencapai target yang diinginkan maka perlu dilakukan desain
hidrolika yang tepat dan sesuai dengan kondisi sumur H, maka penulis melakukan
perencanaan desain hidrolika pemboran berarah dengan menghitung nilai dari
cutting carrying index dan equivalent circulating density. Agar operasi pemboran
dalam rangka pengembangan sumur ini dapat bejalan lancar dan cepat. Perhitungan
ini bertujuan untuk pembersihan lubang dan menjaga tekanan lumpur selama
pemboran berlangsung. Hasil dari perhitungan cutting carrying index harus >1 dan
didapatkan harga rata-rata cutting carrying index pada trayek 8 1/2” untuk penelitian
ini yaitu sebesar 1,32, hal ini menunujukan pembersihan lubang bor atau
pengangkatan serbuk bor hingga mencapai permukaan tergolong sempurna karena
nilai yang didapatkan lebih besar dari pada 1. Harga rata-rata cutting carrying index
pada trayek 6 1/8” yaitu sebesar 5,28, hal ini menunjukan pembersihan lubang bor
pada trayek ini tergolong sempurna. Dari kedua hasil ini menunjukan pembersihan
lubang bor berjalan dengan baik. Untuk hasil perhitungan equivalent circulating
density tidak boleh kurang dari nilai pore pressure dan tidak boleh melebihi nilai
fracture gradient. Pada penelitian ini didapatkan harga dari equivalent circulating
density pada trayek 8 1/2” sebesar 12,17, sedangkan pada trayek 6 1/8” di dapatkan
harga equivalent circulating density sebesar 10,14. Untuk harga pore pressure pada
kedua trayek ini adalah sebesar 8,5 dan untuk harga fracture gradient pada kedua
trayek ini adalah sebesar 16,8. Dari hasil ini menunjukkan bahwa nilai equivalent

ix
circulating density pada kedua trayek menunjukkan sempurna, karena lebih besar
dari pore pressure dan lebih kecil dari fracture gradient. Dengan hasil ini maka
dapat menjaga tekanan lumpur selama sirkulasi berlangsung pada proses pemboran
untuk mencegah terjadinya kick atau mencegah terjadinya rusaknya formasi. Nilai
dari pore pressure dan fracture gradient didapatkan dari data geologi dan korelasi
sumur terdekat. Dalam penelitian ini yang berjudul desain hidrolika pemboran
berarah trayek 8 1/2” dan 6 1/8” didapatkan hasil perhitungan dari equivalent
circulating density dan cutting carrying index dapat dikategorikan baik. Dari hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan sumur pada lapangan Nathuna
layak untuk dilakukan, mengingat lokasi yang di tempuh sangat jauh dan melalui
jalur laut.

Kata kunci: Desain Hidrolika, CCI, ECD, Pore Pressure, Fracture Gradient

x
ABSTRACT

HYDRAULIC DESIGN ON DIRECTIONAL DRILLING AT 8


1
/2” dan 6 1/8” SECTION H WELL P FIELD

Pratama Hadinata
Nim: 071001400127
Study Program of Petroleum Enginering, Faculty Of Earth
Technology and Energy, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia

Drilling hydraulics have an important role during drilling operations. Good


planning and control can speed up drilling operations and overall can save costs.
In this study a well was developed to reach the new zone. The author will analyze
the hydraulics design planning in the directed drilling operation at the P well H
field, where the well is an offshore field located in the South Sea of Nathuna or ±
1200 km north of Jakarta, this Nathuna field is close to the boundary between
countries. In this H well, a permanent closure has been carried out because it has
not been produced anymore since 30 May 2013. The study was conducted on routes
8 1/2” and 6 1/8”because it became a drilling operation in the effort to develop this
well, installation of whipstock installed at a depth of 4520 ft MD on route 9 5/8",
this installation aims to punch holes in the milling window at a depth of 4520-4537
ft MD and becomes the first kick of point for directed drilling. The directed drilling
plan for this well reaches a depth of 12485 ft MD or 8716.5 ft TVD. In carrying out
the drilling process until it reaches the desired target, it is necessary to do the right
hydraulics design and in accordance with the condition of well H, then the author
carries out the design of directed drilling hydraulics by calculating the value of the
cutting carrying index and equivalent circulating density. In order for drilling
operations to develop these wells it can run smoothly and quickly. This calculation
aims to clean the hole and maintain mud pressure during drilling. The results of
the cutting carrying index calculation must be > 1 and the average cutting carrying
index obtained on route 8 1/2” on this study is 1.32, this refers to cleaning the drill
hole or lifting drill cuttings until it reaches a perfectly classified surface because
the value obtained is greater than 1. The average price of the cutting carrying index
on route 6 1/8” is equal to 5.28, this indicates that the cleaning of the borehole on
this route is classified as perfect. From both of these results it shows that the
cleaning of the drill hole is going well. For the calculation of the equivalent
circulating density should not be less than the value of pore pressure and should
not exceed the fracture gradient value. In this research, the price of the equivalent
circulating density on route 8 1/2” is 12.17, while on route 6 1/8”, the price of
equivalent circulating density is 10.14. The pore pressure price on both routes is
8.5 and for the fracture gradient price on both routes is 16.8. From these results
indicate that the value of equivalent circulating density on both routes shows

xi
perfect, because it is greater than pore pressure and smaller than fracture gradient.
With this result, it can maintain the mud pressure during the circulation in the
drilling process to prevent the occurrence of the kick or prevent the formation of
damage. The value of the pore pressure and fracture gradient is obtained from the
geological data and the correlation of the closest well. In this study entitled the
design of route trending hydraulics 8 1/2” and 6 1/8” the calculation results from
the equivalent circulating density and cutting carrying index can be categorized as
good. The results of this study indicate that the development of wells in the Nathuna
field is feasible, given the location that was traveled very far and by sea.

Keywords: Hydraulics Design, CCI, ECD, Pore Pressure, Fracture Gradient

xii
DAFTAR ISI

II.2 Pemboran Berarah ......................................................................... 4


II.2.1 Alasan topografi .............................................................. 4
II.2.2 Alasan Geologis .............................................................. 5
II.3 Tipe Sumur Berarah ...................................................................... 5
II.4 Bottom Hole Assembly ................................................................. 7
II.4.1 Drill Collar ...................................................................... 7
II.4.2 Heavy-weight Drill Pipe ................................................. 8
II.4.3 Stabilizer ......................................................................... 9
II.4.4 Drilling Jar ...................................................................... 9
II.4.5 Measurment While Drilling .......................................... 10
II.4.6 Rotary Steerable System ............................................... 11
II.5 Dogleg Severity........................................................................... 12
II.6 Pipa Terjepit ................................................................................ 12
II.6.1 Differential Pipe Sticking ............................................. 12
II.6.2 Mechanical Stuck Pipe .................................................. 13
II.7 Pembersihan Lubang ................................................................... 14
II.7.1 Annular Drilling Fluid Velocity.................................... 14
II.7.2 Rotasi Pemboran ........................................................... 14
II.7.3 Inklinasi dari Sumur ...................................................... 15
II.7.4 Properti Lumpur ............................................................ 15
II.7.5 Bentuk Cutting .............................................................. 16
II.7.6 Eksentriksitas Anulus.................................................... 16
II.7.7 Laju Pemboran .............................................................. 16
II.8 Hidrolika Pemboran .................................................................... 17
II.9 Perhitungan Hidrolika ................................................................. 17
II.9.1 Annular Velocity ........................................................... 17
II.9.2 Annular Velocity Critical .............................................. 17
II.9.3 Cutting Carrying Index (CCI) ....................................... 18
II.9.4 Dog Leg Severity (DLS) ............................................... 18
II.9.5 Total Flow Area (TFA) ................................................. 18
II.9.6 Jet Velocity .................................................................... 18
II.9.7 Annular Pressure Loss (APL) ....................................... 19
II.9.8 Equivalent Circulating Density (ECD) ......................... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 20
III.1 Metode Penelitian........................................................................ 20
III.1.1 Studi Pustaka .................................................................... 20
III.1.2 Pengumpulan Data ........................................................... 20
III.1.3 Diskusi dan Wawanacara ................................................. 21
III.2 Data ............................................................................................. 21
III.3 Prosedur Perhitungan .................................................................. 21
III.4 Prosedur perencanaan desain hidrolika pemboran berarah ......... 22
III.5 Diagram Alir ................................................................................. 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 24
IV.1 Profil Sumur ................................................................................ 24

xiii
IV.2 Data ............................................................................................. 25
IV.3 Side Track ................................................................................... 26
IV.4 Perhitungan CCI .......................................................................... 26
IV.4.1 Perhitungan Annular Velocity ....................................... 26
IV.4.2 Critical Annular Velocity trayek 8 1/2” ......................... 27
IV.4.3 Critical Annular Velocity Trayek 6 1/8” ........................ 30
IV.4.4 Cutting Carrying Index 8 1/2” ........................................ 31
IV.4.5 Cutting Carrying Index 6 1/8” ........................................ 32
IV.5 Dog Leg Severity ........................................................................ 33
IV.6 Equivalent Circulating Density ................................................... 33
IV.6.1 Annular Pressure Loss pada Trayek 8 1/2” ................... 33
IV.6.2 Annular Pressure Loss Pada Trayek 6 1/8” ................... 34
IV.6.3 Equivalent Circulating Density Pada Trayek 8 1/2” ...... 34
IV.6.4 Equivalent Circulating Density Pada Trayek 6 1/8” ...... 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 36
V.1 Kesimpulan ................................................................................. 36
V.2 Saran ............................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 38
LAMPIRAN .......................................................................................................... 40

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Hasil Perhitungan ECD Trayek 8 1/2" dan 6 1/8” .............................. 35

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Letak Geografis Lapangan “P” di Laut Nathuna ................................ 3


Gambar II.2 Formasi Produktif Terletak di Bawah Sungai .................................... 5
Gambar II.3 Tipe Sumur Berarah............................................................................ 6
Gambar II.4 Jenis Drill Collar (Rabia, 2002) .......................................................... 8
Gambar II. 5 Macam-macam Jar........................................................................... 10
Gambar II.6 Measurment While Drilling (Rabia, 2002) ....................................... 11
Gambar II.7 Jenis Pipa Terjepit (Rabia,2002) ...................................................... 13

Gambar III.1 Diagram Alir ................................................................................... 23

Gambar IV.1 Penampang Sumur Z ....................................................................... 25

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A 1 Hasil Perhitungan CCI Trayek 8 1/2" ............................................ 41

Lampiran B 1 Hasil perhitungan CCI Trayek 6 1/8” ............................................ 42

xvii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

SINGKATAN Nama Pemakaian


pertama kali
pada halaman

AV Annular Velocity, ft/min 2


AVc Critical Annular Velocity, ft/min 2
CCI Cutting Carry Index, Tanpa Dimensi 2
CL Course Length, feet 16
DLS Dogleg Severity, /100 ft 2
Dh Diameter Lubang, inch 18
Dp Diameter Luar Alat, inch 18
GPMc Critical Flow Rate, GPM

LAMBANG

A Azimuth,  (Derajat) 18
I Inklinasi,  (Derajat) 18
K Konstanta Power Law, Tanpa Dimensi 20
n Flow Behaviour, Tanpa Dimensi 20
Q Laju Alir, GPM 20

xviii
BAB I PENDAHULUAN

Lapangan P merupakan lapangan yang terletak di lautan Selatan Nathuna.


Pada lapangan ini terdapata 19 sumur, yang menjadi pembahasan pada skripsi ini
adalah salah satu sumur, yaitu sumur H.

I.1 Latar Belakang


Sumur H merupakan pengembangan dari sumur sebelumnya, dimana pada sumur
sebelumnya sudah dilakukan penutupan sumur permanen dan terakhir di
produksikan pada 30 Mei 2013. Untuk mengembangkan sumur ini maka terlebih
dahulu melakukan pemasangan whipstock pada kedalaman 4520 ft MD, dan
dilakukan sidetrack di kedalaman 4520 – 4537 ft MD pada trayek 9 5/8”. Setelah
melakukan pelubangan casing maka dilakukan pemboran berarah hingga
mencapai kedalaman 12.485 ft MDRT pada trayek 8 1/2” dan 6 1/8”.
Dalam melakukan pemboran maka perlu dilakukan desain hidrolika yang
tepat dimana perencanaan serta kontrol yang baik dapat mempercepat operasi
pemboran dan secara keseluruhan dapat menghemat baiya.

I.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah untuk melakukan penelitian desain hidrolika
pemboran berarah trayek 8 1/2” dan 6 1/8” adalah sebagai berikut :
 Mengapa perlu melakukan desain hidrolika pada pemboran?
 Bagaimana pelaksanaan pekerjaan desain hidrolika?
 Bagaimana cara mengetahui bahwa desain hidrolika telah berhasil?

I.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian


Maksud dilakukannya peneltian ini adalah untuk merancang desain
hidrolika pemboran berarah agar selama proses pemboran berlangsung dapat
berjalan lancar dan cepat. Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
 Mengetahui apa yang menjadi parameter-parameter serta indikator untuk
melakukan desain hidrolika pada pemboran berarah.
 Mengetahui bagaimana proses rancangan dari desain hidrolika.
 Mengetahui parameter desain hidrolika dapat di kategorikan berhasil

1
I.4 Ruang Lingkup Penelitian Dan Batasan Masalah
Ruang lingkup penelitian ini mencakup satu buah sumur, yaitu sumur H.
Pemboran pada sumur ini dilakukan pada trayek 8 1/2” dan 6 1/8”. Parameter-
parameter serta indikator untuk merancang desain hidrolika ini seperti DLS,
Annular Velocity, Critical Annular Velocity, CCI, Annular Pressure Loss dan
ECD.

I.5 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian yang dilakukan penulis adalah dapat memberikan
pemahaman kepada pembaca mengenai bagaimana desain hidrolika yang tepat
agar operasi pembersihan lubang selama proses pemboran dapat berjalan lancar
serta meminimalisir kemungkinan terjadinya stuck pipe.

2
BAB II TINJAUAN UMUM

Sistem hidrolika pemboran mempunyai peranan yang penting selama


operasi pemboran. Perencanaan dan kontrol yang baik dapat mempercepat
operasi pemboran dan secara keseluruhan dapat menghemat biaya. Peranan
utama sistem hidrolika yaitu pembersihan lubang bor dengan mengangkat serbuk
bor (cutting) sampai ke permukaan melalui anulus. Apabila serbuk bor yang
mengendap tidak segera diangkat, maka akan menyebabkan berbagai macam
problema pemboran seperti penggerusan serbuk bor berulang kali oleh pahat dan
bahkan menyebabkan pipa terjepit (stuck pipe).

II.1 Tinjauan lapangan


Secara geografis, lapangan P berada di sebelah selatan lautan Nathuna atau
sekitar 1250 km Utara dari Jakarta. Lapangan ini termasuk bagian dari Nathuna
Blok B dan berdekatan dengan batas antar negara. Lokasi dari Lapangan P dapat
dilihat pada gambar II.1.

Gambar II.1 Letak Geografis Lapangan “P” di Laut Nathuna

3
Pada stratigrafinya, Struktur Lapangan P terletak pada cekungan Nathuna
Barat di laut Nathuna Selatan. Cekungan di mulai di Eocene-Oligocene oleh
sesar ekstensional. Basement granitik dan meta sedimen yang sangat bervariasi
memberikan sumber untuk klastik kontinu dan diselingi oleh batuan beku yang
disebut sebagai Belut Group. Pada sedimen Lacustrine yang telah terakumulasi
terdapat sumber minyak. Formasi yang terdapat pada lapangan ini adalah formasi
Arang, formasi Upper Massive, formasi Gabus Massive Sand, formasi Gabus
Zone 3, formasi Lower Gabus Sand, formasi SB-90 Sand.
Target utama pada lapangan P ini adalah kumpulan minyak dan gas dari
Gabus Zone 3. Gabus Zone 3 telah ditembus oleh semua eksplorasi di lapangan,
dan telah di temukan 5 sumur. Gabus Zone 3 diendapkan di lingkungan fluvial
delta depan dangkal yang lebih rendah ke margin. Lingkungan pengendapan dari
bagian pasir ini meliputi delta-front ke atas, saluran fluvial, hamparan crevasse,
dan kemerosotan di depan delta. Pasir pada zona ini tidak berhubungan dengan
baik, meskipun beberapa delta-front lebih berhungungan atau porous. Pada data
correction menunjukan porositas rata-rata sebesar 15% dan permeabilitas
sebesar 50 mD dan cut-off sebesar 0,1 mD.

II.2 Pemboran Berarah


Pada dasarnya pemboran berarah merupakan proses optimalisasi
pengeboran dimana pada pemboran vertikal tidak mampu untuk melakukannya,
adapun faktor-faktor dilakukannya pemboran berarah :

II.2.1 Alasan topografi


Pemboran berarah disini dilakukan apabila keadaan di permukaan tidak
memungkinkan untuk mendirikan alat-alat serta lokasi pemboran, sebagai
contoh adalah berikut ini.
 Formasi produktif terletak dibawah paya-paya dan sungai.
 Formasi produktif terletak dibawah bangunan-bangunan atau perkotaan.

4
Berikut gambar yang menjadi alasan dilakukannya pemboran berarah
dilihat dari topografi pada gambar II.2.1.

Gambar II.2 Formasi Produktif Terletak di Bawah Sungai

II.2.2 Alasan Geologis


Pemboran berarah disini dilakukan karena untuk menghindari problema
yang ada di bawah permukaan seperti kubah garam (salt dome) dan patahan,
karena jika dilakukan pemboran secara vertikal dengan menembus salt dome
maka akan banyak permasalahan yang akan dihadapi, seperti mengakibatkan loss
circulation karena kubah garam mempunyai porositas dan permeabilitas yang
sangat baik, sehingga kolom lumpur akan berkurang dan memacu terjadinya kick.
Selain itu sifat dari garam yaitu akan larut dan dinding lubang akan runtuh karena
sifat fisik kubah garam yang tidak kompak.

II.3 Tipe Sumur Berarah


Sumur berarah memiliki bebebrapa jenis yang didasarkan dari keadaan
operasi pemboran di permukaan, TVD dan koordinat target pemboran. 3 jenis
sumur berarah dapat dilihat pada gambar II.3

5
Berikut adalah gambar II.3 yang merupakan jenis-jenis trayek pada
pemboran berarah :

Gambar II.3 Tipe Sumur Berarah

a. Tipe I ( “J” Type )


Tipe sumur ini adalah tipe sumur berarah yang paling umum dan paling
mudah untuk dilakukan, sumur awalnya dibor secara vertikal sampai mencapai
titik kick of point dimana sumur mulai membentuk sudut yang diinginkan,
inklinasi adalah sudut yang dibentuk sepanjang pemboran dilakukan. Saat sudut
inklinasi sudah tercapai, sudut pemboran dipertahankan dan pemboran
membentuk garis lurus yang membentuk seperti huruf “J”. Sumur ini
menggunakan profil build and hold profile.

b. Tipe II (“S” Type)


Awal dari tipe sumur ini sama dengan sumur tipe “J” dengan pemboran
vertical yang dilakukan dulu sampai kedalaman tertentu yang menjadi kick of
point, setelah itu pemboran akan membentuk sudut inklinasi pertama, lalu
tangent section dibuat dengan mempertahankan inklinasi pertama, diakhir
tangent section, inklinasi diturunkan sampai arah pemboran kembali menjadi
vertical, titik dimana tangent section mulai menurunkan sudut untuk kembali
menjadi tegak lurus disebut sebagai drop-off section. Sumur jenis ini
menggunakan metode build, hold dan drop profile.

6
c. Tipe III (Deep Kick Off)
Sumur berarah dengan tipe ini sama seperti sumur berarah dengan tipe
sebelumnya, hal yang menjadi pembeda pada tipe ini adalah kedalaman kick off
point yang jauh lebih dalam dibandingkan sumur diatas. Pada umumnya, sumur
dengan deep kick off digunakan untuk operasi pemboran sumur horizontal.

II.4 Bottom Hole Assembly


Drill collar, heavy weight drill pipe, stabilizer, dan jar merupakan
beberapa alat yang umumnya dipakai pada rangkaian pemboran pada operasi
pemboran berarah. Desain yang digunakan dalam operasi pemboran vertikal
maupun horizontal diperhitungkan dengan baik agar target kedalaman dapat
dicapai. (Baker Hughes INTEQ, 1995)

II.4.1 Drill Collar


Drill collar adalah suatu besi padat berbentuk tabung yang digunakan di
dasar BHA, posisi alat ini umumnya berada diatas bit yang bertujuan untuk
memberikan beban kepada bit. Terdapat 3 jenis DC yang digunakan yaitu slick,
spiral, dan non-magnetic drill collar.
a. Slick Drill Collar
Drill collar jenis ini memiliki bentuk tabung tanpa ornamen lain di
badannya, sehingga kegunaan utama dari DC ini adalah memberikan beban
kepada rangkaian pemboran.
b. Spiral Drill Collar
DC dengan tipe spiral memiliki perbedaan pada badan alatnya apabila
dibandingkan dengan DC tipe slick. Terdapat ulir pada badan DC yang bertujuan
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya differential sticking, spiral tersebut juga
mengurangi berat DC sebesar 4-7% dan mengurangi area kontak sebesar 50%.
c. Non-magnetic Drill Collar
Perbedaan paling mendasar yang dimiliki oleh NMDC adalah bahan
dasar penyusun DC, pada NMDC bahan dasar yang digunakan dapat berupa
campuran besi dengan mangan, kromium, karbon, molydenum, ataupun nikel.
DC jenis ini digunakan untuk mengoptimalisasi kinerja dari MWD.

7
Berikut adalah gambar II.4 yang merupakan contoh dari dua jenis drill
collar yaitu Spiral dan Slick.

Gambar II.4 Jenis Drill Collar (Rabia, 2002)

II.4.2 Heavy-weight Drill Pipe


HWDP adalah rangkaian pemboran dengan berat menengah, dengan
tingkat kelenturan yang lebih tinggi dibanding DC. HWDP juga memiliki nilai
kontak terhadap dinding pemboran yang lebih kecil. Pipa ini dapat digunakan
untuk membantu pemboran berarah dikarenakan kemungkinan dimana HWDP
mengalami aus lebih kecil dibanding DP biasa. OD dari HWDP memiliki besaran
yang sama dengan DP pada umumnya, akan tetapi nilai ID dari HWDP jauh lebih
kecil, pada umumnya nilai ID dari HWDP berada pada angka 3”.

Gambar II.4.2 Heavy-weight Drill Pipe (Rabia,2002)

8
II.4.3 Stabilizer
Stabilizer adalah alat yang diletakkan diatas bit dan juga sepanjang BHA,
tujuan dari pemasangan stabilisers adalah mengontrol arah lintasan pemboran,
dogleg severity, dan juga mencegah terjadinya differential sticking. Fungsi dari
stabilizer adalah memposisikan BHA ada di tengah lubang dan juga memberikan
tambahan tenaga untuk mempertahankan posisi BHA. Terdapat 2 jenis
stabilisers yang biasanya digunakan untuk operasi pemboranyaitu rotating
stabilisers dan juga non-rotating. Jenis jenis dan bentuk dari stabilizer dapat
dilihat pada gambar II.4.3.

Gambar II.4.3. Stabilizer (Rabia,2002)

II.4.4 Drilling Jar


Kegunaan dari jar adalah memberikan suplai tenaga naik ataupun turun
pada saat rangkaian pemboran mengalami stuck. Berdasarkan tipe dari mekanika
kerjanya, terdapat 2 jenis jar yang dapat digunakan selama operasi pemboran
yaitu mechanical jar dan hydraulic jar. Penjelasan dari bagaimana prinsip kerja

9
dari sebuah jar dapat dilihat pada gambar II.5.

Gambar II. 5 Macam-macam Jar

Prinsip kerja dari jar mirip dengan prinsip kerja tukang kayu yang
menggunakan palu. Pada saat rangkaian ditarik keatas dengan perlahan akan
tetapi rangkaian tidak ikut naik dikarenakan terjadinya stuck. Hal ini
menyebabkan rangkaian akan meregang dan menyimpan energi akibat regangan
yang terjadi, dan saat jar mencapai titik tembaknya, jar akan memberikan
tenaga tarik ataupun dorong dengan melepas energi yang didapat.

II.4.5 Measurment While Drilling


MWD dapat mengukur berapa besar inklinasi, azimuth, dan juga drilling
parameter lainnya. Alat ini mengantarkan data tersebut dari lubang ke
permukaan secara real time dengan perantara lumpur pemboran. Alat pada
MWD memiliki plunger yang bertugas untuk mengirimkan sinyal melalui

10
lumpur didalam rangkaian pemboran. Metode ini disebut dengan Positive Pulse
MWD dan merupakan metode yang umum digunakan di industri migas. MWD
dapat dilihat pada gambar II.6

Gambar II.6 Measurment While Drilling (Rabia, 2002)

II.4.6 Rotary Steerable System


RSS merupakan alat yang digunakan untuk membentuk sudut pada lubang
yang sedang dibor, penggunaan RSS didasarkan pada 3 pad yang ada di alat ini.
Pada saat pemboran tidak mengalami perubahan sudut, sistem alat ini akan berada
pada posisi netral, dan saat pemboran akan membentuk sudut, lumpur akan
menjadi pemicu alat ini untuk mendorong pad untuk keluar dari non-rotating
sleeve untuk membuat sudut sesuai dengan yang direncanakan.

11
II.5 Dogleg Severity
Dogleg severity adalah besarnya sudut yang dihasilkan selama operasi
setiap kedalaman 100 ft pemboran dilakukan. Besarnya DLS yang diperlukan akan
ditentukan berdasarkan kedalaman dari kick of point suatu sumur, semakin dalam
KOP suatu sumur maka nilai dogleg yang harus dibuat semakin besar. Nilai
dogleg yang terlalu besar dapat menyebabkan fatigue pada rangkaian pemboran
yang dapat mengakibatkan pipa menjadi bengkok dan mungkin patah karena
lintasan yang dilalui oleh pipa berbelok terlalu tajam. Nilai dari dogleg severity
dapat dihitung dengan formula API, yaitu :

DLS = (Cos -1 ((Cos I1 x Cos I2) + (Sin I1 x Sin I2) x Cos(A2-A1))) x (100/CL)
(II.1)

Keterangan
DLS = Dogleg Severity, (/100ft)
I1 dan I2 = Inklinasi, ()
A1 dan A2 = Azimuth, ()
CL = Kedalaman, (ft)

II.6 Pipa Terjepit


Masalah pada operasi pemboran dapat mengakibatkan terjadinya non-
productive time (NPT). Salah satu masalah yang umumnya terjadi di industi migas
adalah pipa terjepit. Pipa terjepit dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu
differential sticking dan mechanical sticking.

II.6.1 Differential Pipe Sticking


Differential pipe sticking terjadi pada zona permeable dimana drill collar,
drill pipe atau casing terserap dalam mud cake dan terjepit pada dinding lubang
bor karena perbedaan tekanan antara tekanan hidrostatik lumpur dan tekanan
formasi yang lebih rendah. Pipa tertahan pada cake karena adanya perbedaan
tekanan antara tekanan hidrostatik lumpur dan tekanan pori pada zona permeabel.
Usaha yang diperlukan untuk menarik pipa keluar bisa melampaui kekuatan pipa.
Pada saat tekanan differential antara lumpur dan formasi cukup besar, rangkaian

12
didorong kearah dinding lubang bor dan mencapai kekuatan menjepit yang cukup
untuk menghambat rotasi dan menarik rangkaian. Hal ini terjadi apabila pipa tidak
berputar. (Campuzano, 2016)

II.6.2 Mechanical Stuck Pipe


Penyebab utama mechanical stuck pipe adalah ketidakstabilan lubang
bor dan pembersihan lubang bor yang kurang baik. Umumnya masalah
ketidakstabilan lubang bor berkaitan dengan lapisan shale yang disebabkan oleh
pembengkakan dan pembesaran lubang yang disebabkan oleh kegagalan
kompresi karena tekanan sumur bor yang terlalu rendah. Selain itu, pembersihan
lubang bor yang memadai adalah bagian terpenting dari operasi pemboran.
Apabila cutting tidak diangkat dari sumur dengan baik, kedudukan disekitar
peralatan bor menyebabkan drill collars terjepit. Masalah ini sering dijumpai
pada gauge sections dimana kecepatan annular rendah. Selain itu, risiko
pembersihan lubang bor meningkat dalam directional wells, karena directional
wells yang memiliki sudut inklinasi antara 30-60o merupakan kondisi terburuk
untuk pembersihan lubang bor. (Shadizadeh, Karimi, & Zoveidavianpoor, 2010)

Gambar II.7 Jenis Pipa Terjepit (Rabia,2002)

13
II.7 Pembersihan Lubang
Dalam suatu operasi pemboran, terjadi proses sirkulasi lumpur pemboran dari
permukaan menuju ke dasar lubang lalu naik lagi ke permukaan. Sirkulasi yang
dilakukan memiliki beberapa tujuan, salah satunya ada pembersihan lubang bor.
Operasi pembersihan lubang yang kurang baik dapat menyebabkan
masalah pada operasi pemboran seperti naiknya torque and drag yang
menyebabkan terbatasnya target pemboran yang bisa dicapai, mechanical pipe
sticking, sulitnya melakukan kegiatan pemasangan casing ataupun cementing, dan
kegiatan logging. Masalah tersebut dapat berakibat pada naiknya biaya operasi
pemboran. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seberapa baik suatu
operasi pembersihan lubang, yaitu : (Azar, 1997)
a. Annular drilling fluid velocity.
b. Rotasi Pemboran.
c. Inklinasi Sumur.
d. Annulus eccentricity.
e. Rate of penetration.
f. Properti fluida pemboran.
g. Karakteristik dari serpih pemboran.

II.7.1 Annular Drilling Fluid Velocity


Diantara semua faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu
operasi pembersihan lubang, annular velocity berperan dominan untuk
menentukan berhasilnya pengangkatan cutting. Semakin tinggi nilai dari laju alir
diharapkan semakin efisien suatu kegiatan pengangkatan cutting. Beberapa
batasan agar annular velocity dapat bekerja dengan maksimal yaitu : (Azar,1997)
a. Ketersediaan tenaga hidrolika dari rig.
b. Besar dari equivalent circulating density (ECD) yang diperbolehkan.
c. Seberapa rentan open hole section terhadap erosi akibat sirkulasi.

II.7.2 Rotasi Pemboran


Seiring dengan bertambahnya jumlah rotasi pemboran, pipa akan menarik
lebih banyak fluida dikarenakan gaya yang tebentuk saat putaran terjadi, fluida ini
dapat menggangu pembentukan endapan cutting pada operasi pemboran berarah.

14
Rotasi rangkaian yang tinggi, dapat membuat laju alir menjadi turbulen. Laju alir
ini sedikit memberi bantuan dalam pembersihan lubang, dikarenakan laju alir
yang tidak beraturan, cutting yang terbentuk tidak dapat mengendap di anulus
selama pemboran berlangsung. Saat proses sliding, pembersihan lubang berada
pada titik minimum dan terdapat kemungkinan menumpuknya cutting di anulus.
Oleh sebab itu, sliding selama pemboran selalu diusahakan ada pada titik
minimum. (Drilling Fluids Processing Handbook, 2005)

II.7.3 Inklinasi dari Sumur


Dengan bertambahnya sudut yang dibentuk pada suatu sumur, maka
tingkat kesulitan dalam pembersihan lubang juga ikut bertambah. Pada sumur
yang memiliki sudut antara 65 hingga 75, laju alir yang dibutuhkan berada di
titik puncak. Hal ini disebabkan oleh sudut yang sudah mendekati horizontal.
Untuk sumur dengan sudut 20 hingga 50, masalah yang biasa ditemui adalah
menumpuknya cutting di dasar lubang dan juga daerah build section. Terjadinya
penumpukan cutting ini dapat menyebabkan terjepitnya pipa pemboran.
Walaupun sumur dengan sudut tertentu jauh lebih sulit untuk dikerjakan,
operasi pemboran harus tetap dilakukan karena pertimbangan seperti kondisi
geologi lapangan, resevoir yang tidak bisa diakses dengan pemboran vertikal,
pemboran lepas pantai. Pengembangan lapangan, produksi primer, sekunder,
keekonomisan, dan juga lingkungan menjadi faktor lain yang menjadi
pertimbangan dalam operasi pemboran berarah. (Azar,1997)

II.7.4 Properti Lumpur


Beberapa fungsi dari lumpur pemboran adalah membersihkan lubang bor,
menstabilkan lubang bor, pendingin, pelumas, sebagai media evaluasi formasi.
Properti lumpur yang berpengaruh terhadap pembersihan lubang adalah viskositas
(yield point, plastic viscosity) dan massa jenis lumpur. Walaupun demikian, fungsi
utama dari densitas lumpur adalah menstabilkan kondisi didalam lubang secara
mekanik dan mencegah masuknya fluida formasi kedalam lubang. Dengan
naiknya nilai densitas, makan proses penahanan dan transport cutting semakin
baik, akan tetapi terdapat masalah apabila densitas lumpur terlalu besar. Hal
tersebut dapat menyebabkan penurunan ROP dan meningkatkan biaya operasi,

15
ditambah kestabilan sumur selama operasi juga dipengaruhi oleh tekanan dari
formasi yang ditembus. (Azar, 1997)
Viskositas merupakan paramater yang dimiliki oleh properti suatu lumpur
pemboran, fungsi dari viskositas pada lumpur pemboran adalah menahan cutting
yang akan diangkat dan mengontrol jumlah fluida pemboran yang masuk ke
formasi. Semakin besar nilai viskositas suatu lumpur, maka efektifitas operasi
pembersihan lubang menurun, hal ini disebabkan oleh semakin kental suatu
lumpur pemboran apabila nilai viskositas naik.(Azar,1997)

II.7.5 Bentuk Cutting


Semakin kering, kecil, dan stabil bentuk cutting, maka semakin mudah
untuk diangkat dari dasar lubang. Cutting yang berukuran kecil lebih lambat untuk
jatuh karena gravitasi, berbeda dengan cutting yang memiliki ukuran besar,
dikarenakan ukurannya yang besar maka semakin cepat cutting itu untuk jatuh.
Pada pemboran berarah, cutting yang berukuran kecil sekalipun dapat mudah
mengendap dan membentuk endapan cutting. Ukuran cutting yang bundar
menunjukkan bahwa cutting tersebut sudah berada di lubang untuk jangka waktu
tertentu dan pembersihan lubang yang kurang baik. (Drilling Fluids Processing
Handbook, 2005)

II.7.6 Eksentriksitas Anulus


Rangkaian pemboran pada sumur berarah cenderung untuk berada pada
posisi yang lebih rendah karena adanya gaya gravitasi. Hal ini adalah hal terburuk
untuk proses pembersihan lubang dikarenakan kecepatan fluida pada daerah yang
sempit menjadi kecil, sementara itu cutting yang disirkulasi juga berada pada
daerah yang sempit dikarenakan gaya gravitasi. Hal ini menyebabkan berubahnya
viskositas fluida karena bagian solid dari cutting terendap di bagian sempit anulus
dan menaikkan nilai viskositas sementara bagian fluida dari lumpur mengalir
melewati bagian lebar dari anulus. (Azar,1997)

II.7.7 Laju Pemboran


Laju pemboran atau rate of penetration dapat dikontrol dari permukaan.
Pengontrolan dari ROP ini bertujuan untuk menghindari berlebihnya cutting yang
berada di annulus. ROP harus selalu diatur untuk memberikan waktu bagi lumpur

16
saat mengangkat cutting. Hal ini dilakukan untuk menghindari naiknya densitas
lumpur pemboran karena cutting yang berlebihan di lubang bor. (Drilling Fluids
Processing Handbook, 2005)

II.8 Hidrolika Pemboran


Hidrolika pemboran merupakan salah satu aspek yang sangat penting
dalam keberhasilan operasi pembersihan lubang, dengan memperhitungkan
parameter seperti annular velocity, critical annular velocity, reynold number, dan
cutting carry index. (Rabia, 2002)

II.9 Perhitungan Hidrolika


Untuk perhitungan Coiled Tubing Dilling digunakan beberapa perhitungan
seperti Annular Velocity, Critical AVC, Cuitting Carrying index (CCI), Dog Leg
Severity (DLS), Total Flow Area (TFA), Jet Velocity, Annular Pressure Loss
(APL), Equivalent Circulating Density (ECD).

II.9.1 Annular Velocity


Dalam menghitung Annular Velocity pada menggunakan rumus sebagai
berikut :

AV = (24,5 X Q) / (𝐷ℎ2 - 𝐷𝑝2 )

Dimana
AV : Annular Velocity
Q : Flow Rate
Dh : Diameter Hole
Dp : Diameter Drill Paipe

II.9.2 Annular Velocity Critical


Annular Velocity Critical pada Bit, OH - DP, Casing – DP

n = 3,32 X ( LOG ⍬600/⍬300)


⍬600
K=
1022𝑛

17
x = 81600 X K X 𝑛0,387 / (𝐷ℎ𝑜𝑙𝑒 − 𝑂𝐷𝑏𝑖𝑡)𝑛 X MW
1
AVc = 𝑥 2−𝑛

2
𝑂𝐷𝑑𝑝
GPMc = (AVx X 𝐷ℎ𝑜𝑙𝑒 2 )- ( 24,5 )

II.9.3 Cutting Carrying Index (CCI)


Perhitungan CCI pada Bit, OH – DP, Casing – DP

K = 5111−𝑛 X (PV + YP)


𝐾 𝑋 𝐴𝑉𝑏𝑖𝑡 𝑋 𝑀𝑊
CCI =
400000

II.9.4 Dog Leg Severity (DLS)


Perhitungan DLS menggunakan rumus sebagai berikut :

DLS = (arccos((Cos I1 x Cos I2) + (Sin I1 x Sin I2) x cos(A2-A1))) x (100/CL)

Dimana
DLS : Dog Leg Severity
I : Inklinasi
A : Azimuth

II.9.5 Total Flow Area (TFA)


Berikut merupakan perhitungan untuk Total Flow Area
𝑁𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒 2
Kapasitas Nozzle = 1303,8

𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑛𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒 1 +𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑁𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒 2


TFA =
1303,8

Dimana TFA : Total Flow Area

II.9.6 Jet Velocity


Dalam menghitung Jet velocity pada CTD menggunakan rumus sebagai
berikut :

18
Jet Velocity : (417,2 x Q ) / (TFA)

Dimana
TFA : Total Nozzle Flow Area (𝑖𝑛2 )
Q : Flow (gpm)

II.9.7 Annular Pressure Loss (APL)


Perhitungan Annular Pressure Loss yang digunakan dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

1
2 𝑥 ( )
𝐾 𝑥 (𝑉 𝑛 ) 𝑥 ( 𝑛 )𝑛
0,0208
APL =
144000 𝑥 (𝐼𝐷𝑐𝑠𝑔 − 𝑂𝐷𝑠𝑡𝑟𝑛𝑔)1,520529865

Dimana
APL : Annular Pressure Lost
V : Velocity
IDcsg : Inside Diameter Casing
ODstrng : Outside Diameter String

II.9.8 Equivalent Circulating Density (ECD)


Perhitungan Equivalent Circulating Density dapat dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut :
𝐴𝑃𝐿
ECD = MW +
0,052 𝑥 𝑇𝑉𝐷

Dimana
ECD : Equivalent Circulating Density
MW : Mud Weight
APL : Annular Pressure Loss
TVD : True Vertical Depth

19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang


diperlukan agar dapat digunakan untuk melakukan penelitian ilmiah. Peneliti pada
bab ini akan memaparkan kajian serta tahapan-tahapan untuk melakukan
perencanaan desain hidrolika pada pemboran berarah.

III.1 Metode Penelitian


Dalam pengumpulan data-data yang berhubungan dengan laporan tugas
akhir ini penulis menggunakan metode kuantitatif karena didasari pada analisis
dan jenis data yang digunakan. Penelitian ini dikategorikan sebagai true
experiment karena penelitian ini bertujuan untuk membuat desain hidrolika yang
optimum. Desain hidrolika yang optimum dapat diartikan apabilai nila CCI di atas
1 dan nilai ECD berada diantara nilai pore pressure dan fracture gradient. Data
yang digunakan data yang dikumpulkan dengan metode dokumen.

III.1.1 Studi Pustaka


Studi pustaka yang dilakukan adalah mengumpulkan data serta informasi
mengenai desain hidrolika pada pemboran berarah dengan cara mengutip dari
beberapa buku dan paper untuk menambah komposisi dari penelitian ini.

III.1.2 Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data di dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
 Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan ini dilakukan untuk pengambilan data yang bersifat
teori yang kemudian akan digunakan sebagai literatur penunjang agar
dapat mendukung penelitian yang dilakukan. Data ini yang di maksud
dapat di peroleh dari buku maupun paper yang nantinya digunakan untuk
menjadi acuan.
 Studi Data Aktual
Dalam menyusun skripsi ini, peneliti mengambil data aktual lapangan
pada perusahaan migas baik yang di lapangan maupun di perusahaan. Dimana data

20
yang didapat akan diolah menggunakan perhitungan-perhitungan untuk
mendapatkan hasil desain hidrolika pada pemboran berarah.

III.1.3 Diskusi dan Wawanacara


Diskusi dan wawancara ini merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
peneliti dengan cara bertanya serta diskusi kepada pembimbing perusahaan.

III.2 Data
Operasi pemboran yang dilakukan adalah perencanaan desain hidrolika
pada pemboran berarah pada sumur H dimana sumur ini sebelumnya telah
dilakukan pemboran dan telah di produksikan. Operasi pemboran ini akan
dilakukan dengan side tracking pada sumur H yang dan telah di pasang whipstock
pada casing 9 5⁄8 kemudian akan dilakukan pengeboran pada trayek 8 1⁄2 ”
hingga mencapai kedalaman 12.485 ft MD. Setelah persiapan untuk melakukan
pemboran selesai, maka akan dilakukan perencanaan pemboran mulai dari
kedalaman ± 4.300 MD hingga kedalaman ± 12.000 MD.
Adapun untuk melakukan perencanaan dan perhitungan pada penelitian ini
diperlukan beberapa parameter pendukung untuk perhitungan, antara lain sebagai
berikut :
a. AV (Annular Velocity)
b. AVc (Critical Annular Velocity)
c. DLS (Dog Leg Severity)
d. TFA (Total Flow Area)
e. Jet Velocity
f. Annular Pressure Loss
g. ECD (Equivalent Circulating Density)

III.3 Prosedur Perhitungan


Analisa dari perencanaan pemboran berarah menggunakan CTD ini
didasari dari data lapangan yang peniliti dapatkan. Perhitungan ini dilakukan agar
dapat mengetahui Annular Velocity, Critical AVC, Cuitting Carrying index (CCI),
Dog Leg Severity (DLS), Total Flow Area (TFA), Jet Velocity, Annular Pressure

21
Loss (APL), Equivalent Circulating Density (ECD). Setelah mendapatkan hasil
dari perhitungan tersebut maka dapat dilakukan perencanaan hidrolika pemboran.

III.4 Prosedur perencanaan desain hidrolika pemboran berarah


Prosedur pelaksanaan perencanaan hidrolika pada pemboran berarah yang
akan dilakukan pada sumur H adalah :
 Lakukan penutupan pada sumur sebelumnya.
 Pemasanagan Whipstock pada kedalaman yang telah di tentukan.
 Melakukan pelubangan casing dengan milling window
 Melakukan pemboran berarah hingga mencapai target.
 Lakukan perforasi pada target yang diinginkan.

22
III.5 Diagram Alir

Start

INPUT DATA
OD dan ID ( bit, DC, DP, casing), flow
rate, PV, YP, MW, n, K, x, length,
apparent viscosoty, pump rate tubing

HITUNG
DLS, CCI, ECD

OUTPUT
DLS, CCI, ECD

Apakah CCI >= 1,0?


Tidak
Apakah ECD pada
pressure window didalam
safety margin

Ya

END

Gambar III.1 Diagram Alir

23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Profil Sumur


Sumur H adalah sumur off shore, Sumur ini tidak diproduksikan lagi atau
sudah ditutup, oleh karna itu dilakukan perencanaan pemboran berarah untuk
mengembangkan sumur ini agar mendapatkan target baru. Pada target sebelumnya
sudah dilakukan penutupan sumur permanen dan sudah dilakukan pemasangan
whipstock. Berikut merupakan data dari sumur yang akan di analisis dan dilakukan
perencanaan hidrolika pemboran berarah :

Nama Sumur :H
Hole Section : 8 1/2” dan 6 1/8”
Section TD 8 1/2” ( ft MDRT) : 11221,47
Section TD 8 1/2” ( ft TVDRT) : 8713,5
Section TD 6 1/8” ( ft MDRT) : 12485
Section TD 6 1/8” ( ft TVDRT) : 8716,5
Cement Retainer : 8550 ft MD / 7755 ft TVD
Top of Cement : 8450 ft MD / 7713 ft TVD
Bridge Plug : 4522 ft MD / 4352 ft TVD
Whipstock : 4500 ft MD / 4352 ft TVD
Max Inclination 8 1/2” : 66,6°
Inclination at Section TD 8 1/2” : 57.8°
Azimuth at Section TD 8 1/2” : 172,8°
Max DLS 8 1/2” : 3,0 °⁄100 𝑓𝑡

Max Inclination 6 1/8” : 66,6°


Inclination at Section TD 6 1/8” : 57.8°
Azimuth at Section TD 6 1/8” : 172,8°
Max DLS 6 1/8” : 3,0 °⁄100 𝑓𝑡

Berikut merupakan gambar suatu penampang sumur dari sumur H yang


dilakukan pemboran mulai dari trayek 8 1⁄2”.

24
Gambar IV.1 Penampang Sumur Z

IV.2 Data
Dalam operasi ini telah di dapatkan data mud untuk melakukan
perencanaan pemboran berarah, berikut data yang digunakan untuk penelitian :
Data pada trayek 8 1/2” :
 PV : 30 Cp
 MW : 11,5 lbm/gal
 YP : 25 lbf/1002
 Primary Bit : 8 1⁄2” PDC Bit

 Nozzle : 6 x 15/32”
 Flow Rate : 500
 Pump Rate : 418
 Hole Size : 8,5

25
 Casing Liner : 7”
 DP : 5”

Data Trayek 6 1/8” :


 PV : 25 Cp
 MW : 9,7 lbm/gal
 YP : 20 lbf/1002
 Primary Bit : 6 1⁄8” PDC Bit

 Nozzle : 3 x 12/32” + 1 x 13/32”


 Flow Rate : 300
 Pump Rate : 418
 Hole Size : 6,125
 Casing Liner : 4 1⁄2”

 DP : 4”

IV.3 Side Track


Pada sumur ini dilakukan Side Track karena akan mengembangkan sumur
untuk mencapai zona baru dan pada zona sebelumnya sudah dilakukan penutupan
permanen. Untuk melakukan Side Track maka perlu dilakukan pemasangan
Whipstock yaitu pada kedalaman 4520 ft, kemudian dilakukan pelubangan casing
dengan ketebalan 4520 – 4537 ft MD. Pemasangan whipstock dilakukan pada
trayek 95/8” dan pemasangan whipstock ini menjadi titik KOP pertama yaitu pada
kedalaman 4537 ft MD.

IV.4 Perhitungan CCI


Dalam pelaksanaan perencanaan hidrolika menggunakan CTD di perlukan
nilai dari CCI, untuk mengetahui kemampuan lumpur dalam mengangkat cutting
hingga ke permukaan. Untuk mengetahui nilai dari CCI diperlukan nilai dari
Annular velocity dan Critical Annular velocity. Nilai CCI dapat dilihat dari
perhitungan di bawah ini :
IV.4.1 Perhitungan Annular Velocity
AV1 = (24,5 X Q) / (𝐷ℎ2 - 𝐷𝑝2 )

26
= (24,5 X 500) / (6,4562 - 52 )
= 734,42 ft / menit
AV2 = (24,5 X Q) / (𝐷ℎ2 - 𝐷𝑝2 )
= (24,5 X 300) / (6,1252 − 42 )
= 341,6122 ft/menit
Dimana
AV1 : Annular Velocity pada trayek 8 ½”
AV2 : Annular Velocity pada trayek 6 1/8”
Q : Flow Rate
Dh : Diametre Hole
Dp : Outside Diametre DP
Hasil perhitungan annular velocity Perhitungan

IV.4.2 Critical Annular Velocity trayek 8 1/2”


Critical Annular Velocity pada bit dapat dihitung melalui persamaan di
bawah ini :

n = 3,32 X ( LOG ⍬600/⍬300)


= 3,32 X (LOG 85/55)
= 0,6276667
⍬600
K =
1022𝑛
85
=
10220,6276667

= 1,09770793
x = 81600 X K X 𝑛0,387 / (𝐷ℎ𝑜𝑙𝑒 − 𝑂𝐷)𝑛 X MW
= 81600 x 1,09770793 x 0,62766670,387/(8,5 − 6,375)0,6276667
x 11,5
= 4052,54619

1
AVc = 𝑥 2−𝑛

27
1
4052,54619(2−0,6276667)
= 425,501121
2
𝑂𝐷
GPMc = (AVc X 𝐷ℎ𝑜𝑙𝑒 2 ) - (24,5)

6,3752
= (425,501121 x 8,52 ) – ( )
24,5
= 653,160296

Critical Annular Velocity pada OH dan DP dapat dihitung melalui


persamaan di bawah ini :
n = 3,32 X ( LOG ⍬600/⍬300)
= 3,32 X (LOG 85/55)
= 0,6276667
⍬600
K =
1022𝑛
85
=
10220,6276667

= 1,09770793
x = 81600 X K X 𝑛0,387 / (𝐷ℎ𝑜𝑙𝑒 − 𝑂𝐷)𝑛 X MW
= 81600 x 1,09770793 x 0,62766670,387 /(8,5 − 5)0,6276667 x
11,5
= 2962,83101
1
AVc = 𝑥 2−𝑛

1
2962,83101(2−0,6276667)
= 338,675709

2
𝑂𝐷
GPMc = (AVc X 𝐷ℎ𝑜𝑙𝑒 ) - (24,5)2

28
52
= (338,675709 x 8,52 ) – ( )
24,5
= 653,160296

Critical Annular Velocity pada casing dan DP dapat dihitung melalui


persamaan di bawah ini :
n = 3,32 X ( LOG ⍬600/⍬300)
= 3,32 X (LOG 85/55)
= 0,6276667

⍬600
K =
1022𝑛
85
=
10220,6276667

= 1,09770793

x = 81600 X K X 𝑛0,387 / (𝐷ℎ𝑜𝑙𝑒 − 𝑂𝐷)𝑛 X MW


= 81600 x 1,09770793 x 0,62766670,387/(6,645 − 5)0,6276667 x
11,5
= 5118,10889

1
AVc = 𝑥 2−𝑛

1
5118,10889(2−0,6276667)
= 504,401093

2
𝑂𝐷
GPMc = (AVc X 𝐷ℎ𝑜𝑙𝑒 2 ) - (24,5)

52
= (504,401093 x 6,6452 ) – ( )
24,5
= 345,797316

29
IV.4.3 Critical Annular Velocity Trayek 6 1/8”
Critical Annular Velocity pada bit dapat dihitung melalui persamaan di
bawah ini :
n = 3,32 X ( LOG ⍬600/⍬300)
= 3,32 X (LOG 70/45)
= 0,63705995
⍬600
K =
1022𝑛
70
=
10220,63705995

= 0,84702731
x = 81600 X K X 𝑛0,387 / (𝐷ℎ𝑜𝑙𝑒 − 𝑂𝐷)𝑛 X MW
= 81600 x 0,84702731 x 0,637059950,387 / (6,125 −
3,875)0,63705995 x 9,7
= 3570,03305
1
AVc = 𝑥 2−𝑛

1
3570,03305(2−0,63705995)
= 425,501121
2
𝑂𝐷
GPMc = (AVc X 𝐷ℎ𝑜𝑙𝑒 2 ) - (24,5)

3,8752
= (425,501121 x 6,1252 ) – ( )
24,5
= 371,22774

Critical Annular Velocity pada OH dan DP dapat dihitung melalui


persamaan di bawah ini :
n = 3,32 X ( LOG ⍬600/⍬300)
= 3,32 X (LOG 70/45)
= 0,63705995
⍬600
K =
1022𝑛

30
70
=
10220,63705995

= 0,84702731
x = 81600 X K X 𝑛0,387 / (𝐷ℎ𝑜𝑙𝑒 − 𝑂𝐷)𝑛 X MW
= 81600 x 0,84702731 x 0,637059950,387/(6,125 − 4)0,63705995
x 9,7
= 3702,42566
1
AVc = 𝑥 2−𝑛

1
3702,42566(2−0,63705995)
= 415,42566
2
𝑂𝐷
GPMc = (AVc X 𝐷ℎ𝑜𝑙𝑒 2 ) - (24,5)

42
= (425,501121 x 6,1252 ) – ( )
24,5
= 364,598443

IV.4.4 Cutting Carrying Index 8 1/2”


Nilai Cutting Carrying Index pada bit didapatkan dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
K = 5111−𝑛 X (PV + YP)
1−6,6276667
= 511 x (30 + 25)
= 560,787041
𝐾 𝑋 𝐴𝑉𝑏𝑖𝑡 𝑋 𝑀𝑊
CCI =
400000
560,787041 𝑥 301,42 𝑥 11,5
= 400000

= 4,85972315

Nilai Cutting Carrying Index pada OH dan DP didapatkan dengan


menggunakan persamaan sebagai berikut :
K = 5111−𝑛 X (PV + YP)

31
1−6,6276667
= 511 x (30 + 25)
= 560,787041
𝐾 𝑋 𝐴𝑉𝑜ℎ−𝑑𝑝 𝑋 𝑀𝑊
CCI =
400000
560,787041 𝑥 259,26 𝑥 11,5
=
400000
= 4,17994

Nilai Cutting Carrying Index pada Casing dan DP didapatkan dengan


menggunakan persamaan sebagai berikut :
K = 5111−𝑛 X (PV + YP)
1−6,6276667
= 511 x (30 + 25)
= 560,787041
𝐾 𝑋 𝐴𝑉𝑐𝑠𝑔−𝑑𝑝 𝑋 𝑀𝑊
CCI =
400000
560,787041 𝑥 734,42 𝑥 11,5
=
400000
= 11,84

IV.4.5 Cutting Carrying Index 6 1/8”


Nilai Cutting Carrying Index pada bit didapatkan dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
K = 5111−𝑛 X (PV + YP)
1−6,63705995
= 511 x (25 + 20)
= 432,71997
𝐾 𝑋 𝐴𝑉𝑏𝑖𝑡 𝑋 𝑀𝑊
CCI =
400000
432,71997 𝑥 489,49 𝑥 11,5
=
400000
= 5,13644338

Nilai Cutting Carrying Index pada OH dan DP didapatkan dengan


menggunakan persamaan sebagai berikut :

32
K = 5111−𝑛 X (PV + YP)
1−6,63705995
= 511 x (25 + 20)
= 432,71997
𝐾 𝑋 𝐴𝑉𝑜ℎ−𝑑𝑝 𝑋 𝑀𝑊
CCI =
400000
432,71997 𝑥 341,61 𝑥 11,5
=
400000
= 3,58469371

IV.5 Dog Leg Severity


Perhitungan Dog Leg Serevity didapatkan menggunakan persamaan
sebagai berikut :

DLS = (arccos((Cos I1 x Cos I2) + (Sin I1 x Sin I2) x cos(A2-A1))) x (100/CL)


= (arccos((Cos 19,06 x Cos 20,13) + (Sin19,06 x Cos 20,13) x Cos(422 -
33,2))) x (100/4654 – 4552)
= 1,13197

IV.6 Equivalent Circulating Density


Dalam Perhitungan ECD atau Equivalent Circulating Density ini di
perlukan nilai dari Annular Pressure loss terlebih dahulu, berikut hasil
perhitungannya :

IV.6.1 Annular Pressure Loss pada Trayek 8 1/2”


Perhitungan Annular Pressure Loss pada trayek 8 1/2” didapatkan dari
persamaan sebagai berikut :
1
2 𝑥 ( )
𝑛 )𝑛
𝐾 𝑥 (𝑉 𝑛 ) 𝑥 ( 0,0208
APL =
144000 𝑥 (𝐼𝐷𝑐𝑠𝑔 − 𝑂𝐷𝑠𝑡𝑟𝑛𝑔)1,520529865
1
2 𝑥 ( )
0,6276667 0,6276667
560,787 𝑥 (5,40,6276667 ) 𝑥 ( 0,0208
)
=
144000 𝑥 (8,5 − 6,375)1,520529865

= 0,07056

33
IV.6.2 Annular Pressure Loss Pada Trayek 6 1/8”
Perhtiungan Annular Pressure Lose pada trayek 6 1/8” didapatkan dari
persamaan sebagai berikut :
1
2 𝑥 ( )
𝐾 𝑥 (𝑉 𝑛 ) 𝑛
𝑥 ( 0,0208 )𝑛
APL =
144000 𝑥 (𝐼𝐷𝑐𝑠𝑔 − 𝑂𝐷𝑠𝑡𝑟𝑛𝑔)1,520529865
1
2 𝑥 ( )
0,637 0,637
432,71997 𝑥 (2,97970,637 ) 𝑥 ( 0,0208 )
=
144000 𝑥 (3,875 − 1)1,520529865

= 0,015565

IV.6.3 Equivalent Circulating Density Pada Trayek 8 1/2”


Perhitungan Equivalent Circulating Density didapatkan dari persamaan
sebagai berikut :
𝐴𝑃𝐿
ECD = MW +
0,052 𝑥 𝑇𝑉𝐷
304,7807
= 11,5 +
0,052 𝑥 8713

= 12,17 265

IV.6.4 Equivalent Circulating Density Pada Trayek 6 1/8”


Perhitungan Equivalent Circulating Density didapatkan dari persamaan
sebagai berikut :
𝐴𝑃𝐿
ECD = MW +
0,052 𝑥 𝑇𝑉𝐷
203,0694
= 9,7 +
0,052 𝑥 8716,5

= 10,14802

34
Berikut merupakan tabel perhitungan untuk equivalent circulating density
pada trayek 8 1/2” dan 6 1/8”.

Tabel IV.1 Hasil Perhitungan ECD Trayek 8 1/2” dan 6 1/8”


Trayek MD TVD MW APL ECD PP LOT
8 1/2 11221,4 8713,5 11,5 304,780 12,17265 8,5 16,8
7 7
6 1/8 12485 8716,5 9,7 203,069 10,14802 8,5 16,8
4

35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan mengenai desain hidrolika
pemboran berarah pada trayek 8 1/2” dan 6 1/8” pada sumur H, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil perhitungan CCI pada trayek 8 1/2” di dapatkan sebesar 4,58 pada bagian
bit, 4,17 pada bagian OH-DP, 3,93 pada bagian CSG- DP, 7,4 pada bagian
OH-DC. Dari hasil yang di peroleh pada trayek ini menunjukkan bahwa
pengangkatan cutting tergolong sempurna karena nilai dari CCI > 1.
2. Hasil perhitungan CCI pada trayek 6 1/8” di dapatkan sebesar 5,13 pada bagian
bit, 3,58 pada bagian OH-DP, 3,29 pada bagian Liner-DP, 1,32 pada bagian
CSG-DP. Dari hasil yang diperoleh pada trayek ini menunjukkan bahwa
pengangkatan cutting tergolong sempurna karena nilai dari CCI > 1.
3. Hasil perhitungan DLS di peroleh hasil 1,31 untuk trayek 8 1/2” dan 0,082
untuk trayek 6 1/8”. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai DLS < 3 dan tergolong
sempurna, karena bila nilai DLS > 3 maka tergolong kurang baik karena dapat
mengkibatkan miss mencapai target.
4. Hasil perhitungan ECD diperoleh sebesar 12,172 untuk trayek 8 1/2” dan
10,148 untuk trayek 6 1/8”, dari hasil ini menunjukkan nilai ECD yang
diperoleh tergolong baik karena nilai ECD lebih besar dari pore pressure dan
lebih kecil dari fracture gradient.
5. Parameter pemboran yang digunakan dalam perhitungan menunjang
terbentuknya annular velocity, dan konstanta power law yang mencukupi
untuk tercapainya nilai cutting carry index yang lebih besar dari 1,00.

V.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari analisis yang telah dilakukan
mengenai desain hidrolika pemboran berarah pada sumur H lapangan P adalah
sebagai berikut :
1. Mengevaluasi data pembersihan lubang dari sumur H setelah pemboran
dilakukan dengan menambahkan parameter lain guna tercipatanya desain.

36
hidrolika yang lebih detail untuk meningkatkan tingkat keberhasilan dalam
mencapai traget.
2. Mengevaluasi data dari tekanan lumpur selama pemboran berlangsung agar
tidak menyebabkan tekanan formasi menekan lubang sumur yang
mengakibatkan kick ataupun tekanan dari lubang sumur menekan formasi
yang menyebabkan rusaknya formasi.

37
DAFTAR PUSTAKA

Adam, Neal J. 1985. Drilling Engineering : A Complete Well Planning Approach”.


Tulsa : Pennwell Books Publishing.
American Society of Mechanical Engineers. 2005. Drilling Fluids
Processing Handbook. Amerika Serikat : Gulf Professional
Publishing.
Azar. 1997. Important Issues in Cuttings Transport for Drilling Directional Wells.
Texas : University of Tulsa.
Baker Hughes INTEQ. 1995. Drilling Engineering Workbook. Texas :
Baker Hughes INTEQ Training and Development.
Campuzano, J. M. M., 2016. Analysis of The Potential Conditioning Factors
for Pipe Sticking in Well Drilling Through Active Faults : Wire-line
Boreholes FAM-1 and FAMSISIGN, Alhama Fault, Murcia, Spain.
lisboa: tecnico lisboa.
J.O, Ogunrinde dan Dosunmu A. 2012. Hydraulics Optimization for Efficient
Hole Cleaning in Deviated and Horizontal Wells. Nigeria : University
Port Hartcourt.
Lapeyrouse, Norton J. 2002. Formula and Calculations for Drilling,
Production, And Workover. Edisi Kedua. Amerika Serikat : Gulf
Professional Publishing.
Luo, Yuejin dan P.A. Bern. 1992. Flow Rate Predictions for Cleaning
Deviated Wells. BP Exploration Ltd.
Luo, Yejin dan P.A. Bern. 1994. Simple Charts to Determine Hole
Cleaning Requirements in Deviated Wells. BP Exploration Ltd.
Rabia, H.2002. Well Engineering and Construction. Jakarta.
Rubiandini, Rubi. 2001. Teknik Operasi Pemboran. Institut Teknologi Bandung.
Shadizadeh, S. R., Karimi, F. & Zoveidavianpoor, M., 2010. Drilling Stuck
Pipe Prediction in Iranian Oil Fields: An Artificial Neural Network
Approach. Iranian Journal of Chemical Engineering, Vol.7(4), pp. 29-41.

38
Chin, Wilson C, “Managed Pressure Drilling: Modeling, Strategy and Planning”,
Elsevier, UK, 2012
Corporation M, Saubi S, Team A. “Project Book” of the South Saubi Prospect and
the South Celukan Prospect. 2009;(November).
Demirdal, Barkim “Getting Up to Speed : Managed Pressure Drilling”, SPE,
Richardson, TX, USA, 2011
Frink, Philip, “Managed Pressure Drilling-what’s in a name?”, Blade Energy
Partners, 1991.
Gala, Deepak M dan Shaun T, Julmar, “Managed Pressure Drilling 101: Moving
Beyond It’s Always Been Done That Way”, Weatherford Paper, 2011.
Moore, Preston, “Drilling Practice Manual”, The Petroleum Publishing Company,
Tulsa, Oklahama, 1974.
Muir, Ken, “Managed Pressure Drilling (MPD) Systems & Applications”, Keep
Drilling Pte Ltd Paper, 2008.
Rabia, H., “Oilwell Drilling Engineering: Principles And Practice”, Graham &
Trotman, USA, 1985
Rubiandini, Rudi, “Teknik Operasi Pemboran”, Volume 1, ITB, Bandung, 2012.
Rubiandini, Rudi, “Teknik Operasi Pemboran”, Volume 3, ITB, Bandung, 2012.

39
LAMPIRAN

40
Lampiran A Hasil Perhitungan CCI Trayek 8 1/2”

Lampiran A Hasil Perhitungan CCI Trayek 8 1/2”


Trayek 8 1/2”
PV = 30 Cp
YP = 25 lhf2
MW = 11,5 Ppg
n= 0,6276667
AV di Bit 301,42 ft/min
AV di OH-DC 459,02 ft/min
AV di OH-DP 259,26 ft/min
AV di Csg-DP 243,25 ft/min

CCI di Bit
K= 560,787041
CCI = 4,85972315

CCI di OH - DP
K= 560,787041
CCI = 4,17994045

CCI di Csg-DP
K= 560,787041
CCI = 3,92182533

CCI di OH –
DC
K= 560,787041
CCI = 7,40060845

41
Lampiran B Hasil Perhitungan CCI Trayek 6 1/8”

Lampiran B Hasil perhitungan CCI Trayek 6 1/8”

Trayek 6 1/8”
PV = 25 cP
YP = 20 lhf2
MW = 9,7 Ppg
n= 0,63705995
AV di Bit 489,49 ft/min
AV di Liner – DP 314,27 ft/min
AV di OH-DP 341,61 ft/min
AV di CSG - DP 126,30 ft/min

CCI di Bit
K= 432,71997
CCI = 5,13644338

CCI di OH - DP
K= 432,71997
CCI = 3,58469371

CCI di Liner - DP
K= 432,71997
CCI = 3,29774797

CCI di CSG -DP


K= 432,71997
CCI = 1,32532391

42
Lampiran C Rata-rata perhitungan anular velocity, critical annular velocity, CCI
Trayek 8 1/2”
Lampiran C Rata-rata perhitungan Trayek 8 1/2”
Trayek Flow Annular Critical Annular Cutting Carry
8 1/2” Rate Velocity Velocity index
GPM ft/min ft/min
Csg – DP 500,00 243,25 333,57 3,92
Open 500,00 259,26 338,67 4,28
Hole – DP
Open 500,00 459,02 465,01 7,40
Hole - DC
Bit 500,00 301,42 425,50 4,85
Rata- 315,74 390,69 5,11
rata

Lampiran D Rata-rata perhitungan anular velocity, critical annular velocity, CCI


Trayek 6 1/8”
Lampiran D Rata-rata perhitungan Treyek 6 1/8”
Trayek Flow Annular Critical Annular Cutting Carry
6 1/8” Rate Velocity Velocity index
GPM ft/min ft/min
Csg - DP 300,00 126,13 288,84 1,32
Liner - 300,00 314,25 402,06 3,29
DP
Open 300,00 341,61 451,17 3,38
Hole - DP
Bit 300,00 489,49 404,24 5,13
Rata- 317,87 386,58 3,28
rata

43
44
45

Anda mungkin juga menyukai