1
/2” DAN 6 1/8” SUMUR H LAPANGAN P
SKRIPSI
Disusun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana
Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti
Oleh
Pratama Hadinata
0710014000127
1
HYDRAULIC DESIGN ON DIRECTIONAL DRILLING AT 8
1
/2” AND 6 1/8 SECTION H WELL P FIELD
FINAL ASSESMENT
Submitted as a requirement to obtain Undergraduate in study program Of
Petroleum Engineering, Faculty of Earth Technology and Energy
By
Pratama Hadinata
0710014000127
ii
LEMBAR PENGESAHAN
DESAIN HIDROLIKA PEMBORAN BERARAH TRAYEK 8
1
/2” DAN 6 1/8” SUMUR H LAPANGAN P
SKRIPSI
Disusun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana
Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti
Oleh
Pratama Hadinata
0710014000127
Foto
2x3
Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
TIM PENGUJI
1. (Nama Ketua Penguji) Ketua Penguji
(............................)
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan
iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Tempat, (tanggal/bulan/thn)
Yang membuat pernyataan
Materai
Rp 6000-,
(Pratama Hadinata)
v
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
Tempat, (tanggal/bulan/thn)
Yang membuat pernyataan
Materai
Rp 6000-,
(Pratama Hadinata)
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “DESAIN HIDROLIKA
1
PEMBORAN BERARAH TRAYEK 8 /2” DAN 6 1/8” SUMUR H
LAPANGAN P” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik
di Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknik Kebumian dan Energi Universitas
Trisakti. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu
tersayang Elly Lidya yang sudah memberikan semangat, kasih sayang, perhatian,
dan doa yang telah membantu penulis dalam kelancaran mengerjakan dan
menyelesaikan Skripsi ini. Terima kasih setulus-tulusnya penulis berikan kepada
Ibu yang selalu ikhlas hadir disaat suka maupun duka. Bapak Syamsul Hadi, yang
senantiasa mendoakan dan memberikan dukungan.
Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Ir. Lilik Zabidi,
Msi. selaku pembimbing 1 yang telah membimbing saya sehingga penulis dapat
membuat penelitian ini. Terima kasih juga saya ucapkan kepada ibu Ir. Pauhesti,
M.T. selaku pembimbing 2 yang telah membantu dalam membimbing dan
memberikan saya nasihat dan motivasi sehingga saya dapat menjalankan tugas
akhir saya. Selain itu, Dr. Ir. H. Afiat Anugrahadi, M.S. selaku Dekan Fakultas
Teknologi Kebumian dan Energi. Ir. Abdul Hamid, M.T. selaku Ketua Jurusan
Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi. Ir. Onnie
Ridaliani, M.T. selaku Sekertaris Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas
Teknologi Kebumian dan Energi. Ir. Darmasetiawan Hakim, M.T selaku
Pembimbing Akademik atas perhatian, dukungan, dan bimbingannya kepada
penulis selama 4 tahun ini.
Bapak Dhandoko Prio Setiono, S.T., M.T., selaku Pembimbing Lapangan.
Terima kasih atas seluruh ilmu, nasehat, serta perhatian yang telah diberikan kepada
penulis. Seluruh pengarahan baik ilmu pasti maupun pelajaran peribahasa
kehidupan yang telah diberikan insyallah akan selalu diterapkan dan diamalkan
oleh penulis. Penulis bersyukur mendapat kesempatan dididik oleh Pak Oki
Semoga seluruh kebaikan Bapak dibalas Allah SWT. Seluruh Dosen Program Studi
vii
Teknik Perminyakan Universitas Trisakti beserta staff karyawan yang selama ini
telah banyak membantu penulis.
Akhir kata, penulis menyadari Skripsi ini masih terdapat kekurangan.
Namun, penulis mempunyai harapan besar agar Skripsi ini akan bermanfaat dan
cukup menjadi bahan belajar bagi para pembacanya.
Pratama Hadinata
viii
ABSTRAK
Pratama Hadinata
Nim : 071001400127
Program Studi Sarjana Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi
Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia
ix
circulating density pada kedua trayek menunjukkan sempurna, karena lebih besar
dari pore pressure dan lebih kecil dari fracture gradient. Dengan hasil ini maka
dapat menjaga tekanan lumpur selama sirkulasi berlangsung pada proses pemboran
untuk mencegah terjadinya kick atau mencegah terjadinya rusaknya formasi. Nilai
dari pore pressure dan fracture gradient didapatkan dari data geologi dan korelasi
sumur terdekat. Dalam penelitian ini yang berjudul desain hidrolika pemboran
berarah trayek 8 1/2” dan 6 1/8” didapatkan hasil perhitungan dari equivalent
circulating density dan cutting carrying index dapat dikategorikan baik. Dari hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan sumur pada lapangan Nathuna
layak untuk dilakukan, mengingat lokasi yang di tempuh sangat jauh dan melalui
jalur laut.
Kata kunci: Desain Hidrolika, CCI, ECD, Pore Pressure, Fracture Gradient
x
ABSTRACT
Pratama Hadinata
Nim: 071001400127
Study Program of Petroleum Enginering, Faculty Of Earth
Technology and Energy, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia
xi
perfect, because it is greater than pore pressure and smaller than fracture gradient.
With this result, it can maintain the mud pressure during the circulation in the
drilling process to prevent the occurrence of the kick or prevent the formation of
damage. The value of the pore pressure and fracture gradient is obtained from the
geological data and the correlation of the closest well. In this study entitled the
design of route trending hydraulics 8 1/2” and 6 1/8” the calculation results from
the equivalent circulating density and cutting carrying index can be categorized as
good. The results of this study indicate that the development of wells in the Nathuna
field is feasible, given the location that was traveled very far and by sea.
xii
DAFTAR ISI
xiii
IV.2 Data ............................................................................................. 25
IV.3 Side Track ................................................................................... 26
IV.4 Perhitungan CCI .......................................................................... 26
IV.4.1 Perhitungan Annular Velocity ....................................... 26
IV.4.2 Critical Annular Velocity trayek 8 1/2” ......................... 27
IV.4.3 Critical Annular Velocity Trayek 6 1/8” ........................ 30
IV.4.4 Cutting Carrying Index 8 1/2” ........................................ 31
IV.4.5 Cutting Carrying Index 6 1/8” ........................................ 32
IV.5 Dog Leg Severity ........................................................................ 33
IV.6 Equivalent Circulating Density ................................................... 33
IV.6.1 Annular Pressure Loss pada Trayek 8 1/2” ................... 33
IV.6.2 Annular Pressure Loss Pada Trayek 6 1/8” ................... 34
IV.6.3 Equivalent Circulating Density Pada Trayek 8 1/2” ...... 34
IV.6.4 Equivalent Circulating Density Pada Trayek 6 1/8” ...... 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 36
V.1 Kesimpulan ................................................................................. 36
V.2 Saran ............................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 38
LAMPIRAN .......................................................................................................... 40
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Hasil Perhitungan ECD Trayek 8 1/2" dan 6 1/8” .............................. 35
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
LAMBANG
A Azimuth, (Derajat) 18
I Inklinasi, (Derajat) 18
K Konstanta Power Law, Tanpa Dimensi 20
n Flow Behaviour, Tanpa Dimensi 20
Q Laju Alir, GPM 20
xviii
BAB I PENDAHULUAN
1
I.4 Ruang Lingkup Penelitian Dan Batasan Masalah
Ruang lingkup penelitian ini mencakup satu buah sumur, yaitu sumur H.
Pemboran pada sumur ini dilakukan pada trayek 8 1/2” dan 6 1/8”. Parameter-
parameter serta indikator untuk merancang desain hidrolika ini seperti DLS,
Annular Velocity, Critical Annular Velocity, CCI, Annular Pressure Loss dan
ECD.
2
BAB II TINJAUAN UMUM
3
Pada stratigrafinya, Struktur Lapangan P terletak pada cekungan Nathuna
Barat di laut Nathuna Selatan. Cekungan di mulai di Eocene-Oligocene oleh
sesar ekstensional. Basement granitik dan meta sedimen yang sangat bervariasi
memberikan sumber untuk klastik kontinu dan diselingi oleh batuan beku yang
disebut sebagai Belut Group. Pada sedimen Lacustrine yang telah terakumulasi
terdapat sumber minyak. Formasi yang terdapat pada lapangan ini adalah formasi
Arang, formasi Upper Massive, formasi Gabus Massive Sand, formasi Gabus
Zone 3, formasi Lower Gabus Sand, formasi SB-90 Sand.
Target utama pada lapangan P ini adalah kumpulan minyak dan gas dari
Gabus Zone 3. Gabus Zone 3 telah ditembus oleh semua eksplorasi di lapangan,
dan telah di temukan 5 sumur. Gabus Zone 3 diendapkan di lingkungan fluvial
delta depan dangkal yang lebih rendah ke margin. Lingkungan pengendapan dari
bagian pasir ini meliputi delta-front ke atas, saluran fluvial, hamparan crevasse,
dan kemerosotan di depan delta. Pasir pada zona ini tidak berhubungan dengan
baik, meskipun beberapa delta-front lebih berhungungan atau porous. Pada data
correction menunjukan porositas rata-rata sebesar 15% dan permeabilitas
sebesar 50 mD dan cut-off sebesar 0,1 mD.
4
Berikut gambar yang menjadi alasan dilakukannya pemboran berarah
dilihat dari topografi pada gambar II.2.1.
5
Berikut adalah gambar II.3 yang merupakan jenis-jenis trayek pada
pemboran berarah :
6
c. Tipe III (Deep Kick Off)
Sumur berarah dengan tipe ini sama seperti sumur berarah dengan tipe
sebelumnya, hal yang menjadi pembeda pada tipe ini adalah kedalaman kick off
point yang jauh lebih dalam dibandingkan sumur diatas. Pada umumnya, sumur
dengan deep kick off digunakan untuk operasi pemboran sumur horizontal.
7
Berikut adalah gambar II.4 yang merupakan contoh dari dua jenis drill
collar yaitu Spiral dan Slick.
8
II.4.3 Stabilizer
Stabilizer adalah alat yang diletakkan diatas bit dan juga sepanjang BHA,
tujuan dari pemasangan stabilisers adalah mengontrol arah lintasan pemboran,
dogleg severity, dan juga mencegah terjadinya differential sticking. Fungsi dari
stabilizer adalah memposisikan BHA ada di tengah lubang dan juga memberikan
tambahan tenaga untuk mempertahankan posisi BHA. Terdapat 2 jenis
stabilisers yang biasanya digunakan untuk operasi pemboranyaitu rotating
stabilisers dan juga non-rotating. Jenis jenis dan bentuk dari stabilizer dapat
dilihat pada gambar II.4.3.
9
dari sebuah jar dapat dilihat pada gambar II.5.
Prinsip kerja dari jar mirip dengan prinsip kerja tukang kayu yang
menggunakan palu. Pada saat rangkaian ditarik keatas dengan perlahan akan
tetapi rangkaian tidak ikut naik dikarenakan terjadinya stuck. Hal ini
menyebabkan rangkaian akan meregang dan menyimpan energi akibat regangan
yang terjadi, dan saat jar mencapai titik tembaknya, jar akan memberikan
tenaga tarik ataupun dorong dengan melepas energi yang didapat.
10
lumpur didalam rangkaian pemboran. Metode ini disebut dengan Positive Pulse
MWD dan merupakan metode yang umum digunakan di industri migas. MWD
dapat dilihat pada gambar II.6
11
II.5 Dogleg Severity
Dogleg severity adalah besarnya sudut yang dihasilkan selama operasi
setiap kedalaman 100 ft pemboran dilakukan. Besarnya DLS yang diperlukan akan
ditentukan berdasarkan kedalaman dari kick of point suatu sumur, semakin dalam
KOP suatu sumur maka nilai dogleg yang harus dibuat semakin besar. Nilai
dogleg yang terlalu besar dapat menyebabkan fatigue pada rangkaian pemboran
yang dapat mengakibatkan pipa menjadi bengkok dan mungkin patah karena
lintasan yang dilalui oleh pipa berbelok terlalu tajam. Nilai dari dogleg severity
dapat dihitung dengan formula API, yaitu :
DLS = (Cos -1 ((Cos I1 x Cos I2) + (Sin I1 x Sin I2) x Cos(A2-A1))) x (100/CL)
(II.1)
Keterangan
DLS = Dogleg Severity, (/100ft)
I1 dan I2 = Inklinasi, ()
A1 dan A2 = Azimuth, ()
CL = Kedalaman, (ft)
12
didorong kearah dinding lubang bor dan mencapai kekuatan menjepit yang cukup
untuk menghambat rotasi dan menarik rangkaian. Hal ini terjadi apabila pipa tidak
berputar. (Campuzano, 2016)
13
II.7 Pembersihan Lubang
Dalam suatu operasi pemboran, terjadi proses sirkulasi lumpur pemboran dari
permukaan menuju ke dasar lubang lalu naik lagi ke permukaan. Sirkulasi yang
dilakukan memiliki beberapa tujuan, salah satunya ada pembersihan lubang bor.
Operasi pembersihan lubang yang kurang baik dapat menyebabkan
masalah pada operasi pemboran seperti naiknya torque and drag yang
menyebabkan terbatasnya target pemboran yang bisa dicapai, mechanical pipe
sticking, sulitnya melakukan kegiatan pemasangan casing ataupun cementing, dan
kegiatan logging. Masalah tersebut dapat berakibat pada naiknya biaya operasi
pemboran. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seberapa baik suatu
operasi pembersihan lubang, yaitu : (Azar, 1997)
a. Annular drilling fluid velocity.
b. Rotasi Pemboran.
c. Inklinasi Sumur.
d. Annulus eccentricity.
e. Rate of penetration.
f. Properti fluida pemboran.
g. Karakteristik dari serpih pemboran.
14
Rotasi rangkaian yang tinggi, dapat membuat laju alir menjadi turbulen. Laju alir
ini sedikit memberi bantuan dalam pembersihan lubang, dikarenakan laju alir
yang tidak beraturan, cutting yang terbentuk tidak dapat mengendap di anulus
selama pemboran berlangsung. Saat proses sliding, pembersihan lubang berada
pada titik minimum dan terdapat kemungkinan menumpuknya cutting di anulus.
Oleh sebab itu, sliding selama pemboran selalu diusahakan ada pada titik
minimum. (Drilling Fluids Processing Handbook, 2005)
15
ditambah kestabilan sumur selama operasi juga dipengaruhi oleh tekanan dari
formasi yang ditembus. (Azar, 1997)
Viskositas merupakan paramater yang dimiliki oleh properti suatu lumpur
pemboran, fungsi dari viskositas pada lumpur pemboran adalah menahan cutting
yang akan diangkat dan mengontrol jumlah fluida pemboran yang masuk ke
formasi. Semakin besar nilai viskositas suatu lumpur, maka efektifitas operasi
pembersihan lubang menurun, hal ini disebabkan oleh semakin kental suatu
lumpur pemboran apabila nilai viskositas naik.(Azar,1997)
16
saat mengangkat cutting. Hal ini dilakukan untuk menghindari naiknya densitas
lumpur pemboran karena cutting yang berlebihan di lubang bor. (Drilling Fluids
Processing Handbook, 2005)
Dimana
AV : Annular Velocity
Q : Flow Rate
Dh : Diameter Hole
Dp : Diameter Drill Paipe
17
x = 81600 X K X 𝑛0,387 / (𝐷ℎ𝑜𝑙𝑒 − 𝑂𝐷𝑏𝑖𝑡)𝑛 X MW
1
AVc = 𝑥 2−𝑛
2
𝑂𝐷𝑑𝑝
GPMc = (AVx X 𝐷ℎ𝑜𝑙𝑒 2 )- ( 24,5 )
Dimana
DLS : Dog Leg Severity
I : Inklinasi
A : Azimuth
18
Jet Velocity : (417,2 x Q ) / (TFA)
Dimana
TFA : Total Nozzle Flow Area (𝑖𝑛2 )
Q : Flow (gpm)
1
2 𝑥 ( )
𝐾 𝑥 (𝑉 𝑛 ) 𝑥 ( 𝑛 )𝑛
0,0208
APL =
144000 𝑥 (𝐼𝐷𝑐𝑠𝑔 − 𝑂𝐷𝑠𝑡𝑟𝑛𝑔)1,520529865
Dimana
APL : Annular Pressure Lost
V : Velocity
IDcsg : Inside Diameter Casing
ODstrng : Outside Diameter String
Dimana
ECD : Equivalent Circulating Density
MW : Mud Weight
APL : Annular Pressure Loss
TVD : True Vertical Depth
19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
20
yang didapat akan diolah menggunakan perhitungan-perhitungan untuk
mendapatkan hasil desain hidrolika pada pemboran berarah.
III.2 Data
Operasi pemboran yang dilakukan adalah perencanaan desain hidrolika
pada pemboran berarah pada sumur H dimana sumur ini sebelumnya telah
dilakukan pemboran dan telah di produksikan. Operasi pemboran ini akan
dilakukan dengan side tracking pada sumur H yang dan telah di pasang whipstock
pada casing 9 5⁄8 kemudian akan dilakukan pengeboran pada trayek 8 1⁄2 ”
hingga mencapai kedalaman 12.485 ft MD. Setelah persiapan untuk melakukan
pemboran selesai, maka akan dilakukan perencanaan pemboran mulai dari
kedalaman ± 4.300 MD hingga kedalaman ± 12.000 MD.
Adapun untuk melakukan perencanaan dan perhitungan pada penelitian ini
diperlukan beberapa parameter pendukung untuk perhitungan, antara lain sebagai
berikut :
a. AV (Annular Velocity)
b. AVc (Critical Annular Velocity)
c. DLS (Dog Leg Severity)
d. TFA (Total Flow Area)
e. Jet Velocity
f. Annular Pressure Loss
g. ECD (Equivalent Circulating Density)
21
Loss (APL), Equivalent Circulating Density (ECD). Setelah mendapatkan hasil
dari perhitungan tersebut maka dapat dilakukan perencanaan hidrolika pemboran.
22
III.5 Diagram Alir
Start
INPUT DATA
OD dan ID ( bit, DC, DP, casing), flow
rate, PV, YP, MW, n, K, x, length,
apparent viscosoty, pump rate tubing
HITUNG
DLS, CCI, ECD
OUTPUT
DLS, CCI, ECD
Ya
END
23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Nama Sumur :H
Hole Section : 8 1/2” dan 6 1/8”
Section TD 8 1/2” ( ft MDRT) : 11221,47
Section TD 8 1/2” ( ft TVDRT) : 8713,5
Section TD 6 1/8” ( ft MDRT) : 12485
Section TD 6 1/8” ( ft TVDRT) : 8716,5
Cement Retainer : 8550 ft MD / 7755 ft TVD
Top of Cement : 8450 ft MD / 7713 ft TVD
Bridge Plug : 4522 ft MD / 4352 ft TVD
Whipstock : 4500 ft MD / 4352 ft TVD
Max Inclination 8 1/2” : 66,6°
Inclination at Section TD 8 1/2” : 57.8°
Azimuth at Section TD 8 1/2” : 172,8°
Max DLS 8 1/2” : 3,0 °⁄100 𝑓𝑡
24
Gambar IV.1 Penampang Sumur Z
IV.2 Data
Dalam operasi ini telah di dapatkan data mud untuk melakukan
perencanaan pemboran berarah, berikut data yang digunakan untuk penelitian :
Data pada trayek 8 1/2” :
PV : 30 Cp
MW : 11,5 lbm/gal
YP : 25 lbf/1002
Primary Bit : 8 1⁄2” PDC Bit
Nozzle : 6 x 15/32”
Flow Rate : 500
Pump Rate : 418
Hole Size : 8,5
25
Casing Liner : 7”
DP : 5”
DP : 4”
26
= (24,5 X 500) / (6,4562 - 52 )
= 734,42 ft / menit
AV2 = (24,5 X Q) / (𝐷ℎ2 - 𝐷𝑝2 )
= (24,5 X 300) / (6,1252 − 42 )
= 341,6122 ft/menit
Dimana
AV1 : Annular Velocity pada trayek 8 ½”
AV2 : Annular Velocity pada trayek 6 1/8”
Q : Flow Rate
Dh : Diametre Hole
Dp : Outside Diametre DP
Hasil perhitungan annular velocity Perhitungan
= 1,09770793
x = 81600 X K X 𝑛0,387 / (𝐷ℎ𝑜𝑙𝑒 − 𝑂𝐷)𝑛 X MW
= 81600 x 1,09770793 x 0,62766670,387/(8,5 − 6,375)0,6276667
x 11,5
= 4052,54619
1
AVc = 𝑥 2−𝑛
27
1
4052,54619(2−0,6276667)
= 425,501121
2
𝑂𝐷
GPMc = (AVc X 𝐷ℎ𝑜𝑙𝑒 2 ) - (24,5)
6,3752
= (425,501121 x 8,52 ) – ( )
24,5
= 653,160296
= 1,09770793
x = 81600 X K X 𝑛0,387 / (𝐷ℎ𝑜𝑙𝑒 − 𝑂𝐷)𝑛 X MW
= 81600 x 1,09770793 x 0,62766670,387 /(8,5 − 5)0,6276667 x
11,5
= 2962,83101
1
AVc = 𝑥 2−𝑛
1
2962,83101(2−0,6276667)
= 338,675709
2
𝑂𝐷
GPMc = (AVc X 𝐷ℎ𝑜𝑙𝑒 ) - (24,5)2
28
52
= (338,675709 x 8,52 ) – ( )
24,5
= 653,160296
⍬600
K =
1022𝑛
85
=
10220,6276667
= 1,09770793
1
AVc = 𝑥 2−𝑛
1
5118,10889(2−0,6276667)
= 504,401093
2
𝑂𝐷
GPMc = (AVc X 𝐷ℎ𝑜𝑙𝑒 2 ) - (24,5)
52
= (504,401093 x 6,6452 ) – ( )
24,5
= 345,797316
29
IV.4.3 Critical Annular Velocity Trayek 6 1/8”
Critical Annular Velocity pada bit dapat dihitung melalui persamaan di
bawah ini :
n = 3,32 X ( LOG ⍬600/⍬300)
= 3,32 X (LOG 70/45)
= 0,63705995
⍬600
K =
1022𝑛
70
=
10220,63705995
= 0,84702731
x = 81600 X K X 𝑛0,387 / (𝐷ℎ𝑜𝑙𝑒 − 𝑂𝐷)𝑛 X MW
= 81600 x 0,84702731 x 0,637059950,387 / (6,125 −
3,875)0,63705995 x 9,7
= 3570,03305
1
AVc = 𝑥 2−𝑛
1
3570,03305(2−0,63705995)
= 425,501121
2
𝑂𝐷
GPMc = (AVc X 𝐷ℎ𝑜𝑙𝑒 2 ) - (24,5)
3,8752
= (425,501121 x 6,1252 ) – ( )
24,5
= 371,22774
30
70
=
10220,63705995
= 0,84702731
x = 81600 X K X 𝑛0,387 / (𝐷ℎ𝑜𝑙𝑒 − 𝑂𝐷)𝑛 X MW
= 81600 x 0,84702731 x 0,637059950,387/(6,125 − 4)0,63705995
x 9,7
= 3702,42566
1
AVc = 𝑥 2−𝑛
1
3702,42566(2−0,63705995)
= 415,42566
2
𝑂𝐷
GPMc = (AVc X 𝐷ℎ𝑜𝑙𝑒 2 ) - (24,5)
42
= (425,501121 x 6,1252 ) – ( )
24,5
= 364,598443
= 4,85972315
31
1−6,6276667
= 511 x (30 + 25)
= 560,787041
𝐾 𝑋 𝐴𝑉𝑜ℎ−𝑑𝑝 𝑋 𝑀𝑊
CCI =
400000
560,787041 𝑥 259,26 𝑥 11,5
=
400000
= 4,17994
32
K = 5111−𝑛 X (PV + YP)
1−6,63705995
= 511 x (25 + 20)
= 432,71997
𝐾 𝑋 𝐴𝑉𝑜ℎ−𝑑𝑝 𝑋 𝑀𝑊
CCI =
400000
432,71997 𝑥 341,61 𝑥 11,5
=
400000
= 3,58469371
= 0,07056
33
IV.6.2 Annular Pressure Loss Pada Trayek 6 1/8”
Perhtiungan Annular Pressure Lose pada trayek 6 1/8” didapatkan dari
persamaan sebagai berikut :
1
2 𝑥 ( )
𝐾 𝑥 (𝑉 𝑛 ) 𝑛
𝑥 ( 0,0208 )𝑛
APL =
144000 𝑥 (𝐼𝐷𝑐𝑠𝑔 − 𝑂𝐷𝑠𝑡𝑟𝑛𝑔)1,520529865
1
2 𝑥 ( )
0,637 0,637
432,71997 𝑥 (2,97970,637 ) 𝑥 ( 0,0208 )
=
144000 𝑥 (3,875 − 1)1,520529865
= 0,015565
= 12,17 265
= 10,14802
34
Berikut merupakan tabel perhitungan untuk equivalent circulating density
pada trayek 8 1/2” dan 6 1/8”.
35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan mengenai desain hidrolika
pemboran berarah pada trayek 8 1/2” dan 6 1/8” pada sumur H, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil perhitungan CCI pada trayek 8 1/2” di dapatkan sebesar 4,58 pada bagian
bit, 4,17 pada bagian OH-DP, 3,93 pada bagian CSG- DP, 7,4 pada bagian
OH-DC. Dari hasil yang di peroleh pada trayek ini menunjukkan bahwa
pengangkatan cutting tergolong sempurna karena nilai dari CCI > 1.
2. Hasil perhitungan CCI pada trayek 6 1/8” di dapatkan sebesar 5,13 pada bagian
bit, 3,58 pada bagian OH-DP, 3,29 pada bagian Liner-DP, 1,32 pada bagian
CSG-DP. Dari hasil yang diperoleh pada trayek ini menunjukkan bahwa
pengangkatan cutting tergolong sempurna karena nilai dari CCI > 1.
3. Hasil perhitungan DLS di peroleh hasil 1,31 untuk trayek 8 1/2” dan 0,082
untuk trayek 6 1/8”. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai DLS < 3 dan tergolong
sempurna, karena bila nilai DLS > 3 maka tergolong kurang baik karena dapat
mengkibatkan miss mencapai target.
4. Hasil perhitungan ECD diperoleh sebesar 12,172 untuk trayek 8 1/2” dan
10,148 untuk trayek 6 1/8”, dari hasil ini menunjukkan nilai ECD yang
diperoleh tergolong baik karena nilai ECD lebih besar dari pore pressure dan
lebih kecil dari fracture gradient.
5. Parameter pemboran yang digunakan dalam perhitungan menunjang
terbentuknya annular velocity, dan konstanta power law yang mencukupi
untuk tercapainya nilai cutting carry index yang lebih besar dari 1,00.
V.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari analisis yang telah dilakukan
mengenai desain hidrolika pemboran berarah pada sumur H lapangan P adalah
sebagai berikut :
1. Mengevaluasi data pembersihan lubang dari sumur H setelah pemboran
dilakukan dengan menambahkan parameter lain guna tercipatanya desain.
36
hidrolika yang lebih detail untuk meningkatkan tingkat keberhasilan dalam
mencapai traget.
2. Mengevaluasi data dari tekanan lumpur selama pemboran berlangsung agar
tidak menyebabkan tekanan formasi menekan lubang sumur yang
mengakibatkan kick ataupun tekanan dari lubang sumur menekan formasi
yang menyebabkan rusaknya formasi.
37
DAFTAR PUSTAKA
38
Chin, Wilson C, “Managed Pressure Drilling: Modeling, Strategy and Planning”,
Elsevier, UK, 2012
Corporation M, Saubi S, Team A. “Project Book” of the South Saubi Prospect and
the South Celukan Prospect. 2009;(November).
Demirdal, Barkim “Getting Up to Speed : Managed Pressure Drilling”, SPE,
Richardson, TX, USA, 2011
Frink, Philip, “Managed Pressure Drilling-what’s in a name?”, Blade Energy
Partners, 1991.
Gala, Deepak M dan Shaun T, Julmar, “Managed Pressure Drilling 101: Moving
Beyond It’s Always Been Done That Way”, Weatherford Paper, 2011.
Moore, Preston, “Drilling Practice Manual”, The Petroleum Publishing Company,
Tulsa, Oklahama, 1974.
Muir, Ken, “Managed Pressure Drilling (MPD) Systems & Applications”, Keep
Drilling Pte Ltd Paper, 2008.
Rabia, H., “Oilwell Drilling Engineering: Principles And Practice”, Graham &
Trotman, USA, 1985
Rubiandini, Rudi, “Teknik Operasi Pemboran”, Volume 1, ITB, Bandung, 2012.
Rubiandini, Rudi, “Teknik Operasi Pemboran”, Volume 3, ITB, Bandung, 2012.
39
LAMPIRAN
40
Lampiran A Hasil Perhitungan CCI Trayek 8 1/2”
CCI di Bit
K= 560,787041
CCI = 4,85972315
CCI di OH - DP
K= 560,787041
CCI = 4,17994045
CCI di Csg-DP
K= 560,787041
CCI = 3,92182533
CCI di OH –
DC
K= 560,787041
CCI = 7,40060845
41
Lampiran B Hasil Perhitungan CCI Trayek 6 1/8”
Trayek 6 1/8”
PV = 25 cP
YP = 20 lhf2
MW = 9,7 Ppg
n= 0,63705995
AV di Bit 489,49 ft/min
AV di Liner – DP 314,27 ft/min
AV di OH-DP 341,61 ft/min
AV di CSG - DP 126,30 ft/min
CCI di Bit
K= 432,71997
CCI = 5,13644338
CCI di OH - DP
K= 432,71997
CCI = 3,58469371
CCI di Liner - DP
K= 432,71997
CCI = 3,29774797
42
Lampiran C Rata-rata perhitungan anular velocity, critical annular velocity, CCI
Trayek 8 1/2”
Lampiran C Rata-rata perhitungan Trayek 8 1/2”
Trayek Flow Annular Critical Annular Cutting Carry
8 1/2” Rate Velocity Velocity index
GPM ft/min ft/min
Csg – DP 500,00 243,25 333,57 3,92
Open 500,00 259,26 338,67 4,28
Hole – DP
Open 500,00 459,02 465,01 7,40
Hole - DC
Bit 500,00 301,42 425,50 4,85
Rata- 315,74 390,69 5,11
rata
43
44
45