Anda di halaman 1dari 10

Perhitungan Perkiraan Perilaku Injeksi Air.

Metode Buckley-Leverett
Metoda ini digunakan untuk memperkirakan perilaku (performance)
pendesakan minyak oleh air injeksi. Satuan ukuran performance dari injeksi air
adalah kumulatif produksi air (Wp), kumulatif produksi minyak (Np) dan WOR
(water oil ratio) sebagai fungsi dari kumulatif air injeksi (W i). Unsur waktu dapat
dikaitkan dengan satuan performance bila diketahui harga laju injeksi airnya. Kaitan
antara waktu terhadap beberapa tahapan injeksi air pada suatu injeksi air dapat
diuraikan atas tiga tahap perhitungan dalam proses pendesakannya, yaitu:
- Kondisi saat fill-up
- Tahap fill-up sampai dengan breakthrough
- Tahap setelah breakthrough
Setelah tahapan tersebut diatas terpenuhi, hasilnya dapat diplot sebagai
gambaran perkiraan perilaku injeksi air.

Tahapan Peramalan Perilaku Injeksi Air Pada Periode Fill-Up


Pengertian fill-up adalah suatu kondisi dimana pendorongan terjadi hingga gas

habis terproduksi. Pada periode ini air injeksi mendesak ruang pori-pori yang diisi
oleh gas. Pada kondisi ini ada beberapa tahap perhitungan:
1. menentukan volume pori pola injeksi-produksi dan cadangan minyak sisa di
tempat.
V p 7758 A h

................................................................................

(5-1)
OIP

V p Soi
Bo

......................................................................................(5-2)

Dimana:
Vp

= volume pori pola injeksi-produksi, bbl

= luas pola injeksi-produksi, acre

= ketebalan lapisan, ft.

= porositas batuan, fraksi

OIP

= cadangan minyak sisa, STB.

Soi

= saturasi awal dilakukan injeksi air, fraksi

Boi

= faktor volume formasi saat injeksi air, fraksi

2. Menentukan fraksi aliran dengan persamaan:

11.127 10 3
fw

.....(5-3)

k k ro
1

A
w o sin
qt

ko w

k w o

........................

Gambar 5.5. Distribusi saturasi terhadap fraksi aliran air 25)


3. Penentuan saturasi pada flood front (Swf) yang ditentukan dari defleksi initial
water saturation (Swi) atau saturasi air mula-mulapada kurva fraksi aliran.
Juga menentukan fraksi aliran pada flood front (fwf) dan saturasi air rata-rata di
belakang front saat breakthrough (Swbt)
'
f wbt

....

S wbt

f wf 0.00
S wf S wi

1
'
f wbt

.....................................................................................(5-4)

S wi .......................................................................................(5-5)

Gambar 5.6. Efisiensi luas penyapuan saat breakthrough 25)


4. Menentukan efisiensi luas penyapuan saat breakthrough (EAbt) dengan
menggunakan Gambar 5.6.

5. Menentukan jumlah air yang diinjeksikan supaya mengisi saturasi gas pada
saat penyapuan dengan menggunakan persamaan:

Wif V p E Abt S gi S grs 1 E Abt S gi S grs ....................................

..(5-6)
Dimana:
Wif

= jumlah air yang diinjeksikan saat fill-up, bbl.

Sgi

= saturasi gas awal, fraksi.

Sgrs

= saturasi gas sisa pada daerah yang tersapu, fraksi

Sgru

= saturasi gas sisa pada daerah yang tidak tersapu, fraksi

6. Menentukan volume daerah yang tidak tersapu saat fill-up (Vfu) dengan
persamaan :
V fu V p 1 E Abt S gi S grs ,

bbl...........................................................

(5-7)
7. Menentukan waktu selama terjadinya fill-up (Tf)
Tf

Wif
Iw

..................................................................................................(5-8)

Tahapan Peramalan Perilaku Injeksi Air dari Periode Fill-Up sampai


Breakthrough
Sebelum breakthrough, persamaan pendekatan Buckley-Leverett dapat

digunakan untuk memperkirakan saturasi air pada sistem pendesakan front

(S w

<1-Sor). Pada tahap ini memperhatikan pengaruh kenaikan saturasi air pada sumur
produksi. Periode fill-up telah tercapai, sehingga proses yang terjadi tinggal
pendesakan minyak oleh air. Proses ini berlangsung hingga air mulai terproduksi
(water breakthrough)
Pada periode ini ada beberapa tahapan perhitungan peramalan, yaitu:

1. Menentukan jumlah air yang diinjeksikan mulai fill-up hingga breakthrough.


Ditentukan dengan dua cara:
a) Penentuan jumlah air injeksi hingga breakthrough, dimana diasumsikan
volume gas pada zona unswept terisi oleh minyak. Persamaan yang
digunakan adalah:

Wibt V p E Abt

wbt

S wi

,bbl........................................................

(5-9)
b) Penentuan jumlah air injeksi hingga breakthrough, dimana diasumsikan
volume gas pada zona unswept terisi oleh air. Persamaan yang digunakan
adalah:

Wibt V p E Abt

wbt

S wi V fu

, bbl.......................................(5-

10)
2. Menentukan jumlah air injeksi dari fill-up sampai breakthrough dengan
persamaan :
Wibt Wibt Wif , bbl........................................................................(5-

11)
3. Menentukan pertambahan waktu dari fill-up sampai breakthrough dengan
persamaan :
Tibt

Wibt
,
Iw

hari................................................................................(5-

12)
4. Menentukan produksi kumulatif minyak pada kondisi permukaan, dimana
tidak ada produksi air hingga breakthrough :
a) Volume gas pada zona unswept diasumsikan terisi oleh minyak :
N pbt

Wibt
, STB...........................................................................(5-13)
Bo

b) Volume gas pada zona unswept diasumsikan terisi oleh air:


Wibt V fu

N pbt

Bo

, STB...................................................................(5-14)

5. Menentukan perolehan minyak pada saat breakthrough :


RFbt

N pbt
OIP

100 % ...............................................................................(5-15)

6. Menentukan laju produksi minyak dengan pola aliran yang tidak komprssibel,
dimana laju produksi minyak sama dengan laju injeksi air.
Qo = Iw, bbl/hari....................................................................................(5-16)

Tahap Peramalan Injeksi Air setelah terjadinya Breakthrough


Pada periode setelah breakthrough air yang diinjeksikan tidak lagi mendorong

minyak ke arah sumur produksi, melainkan menyeret minyak ke sumur produksi.


Pada periode ini ada beberapa tahap peramalan perhitungan:
1. Menentukan kenaikan distribusi saturasi air (Sw) pada sumur produksi dengan
jalan membagi kisaran dari saturasi flood front (Swf) pada kondisi
breakthrough sampai 100 % aliran air (Sw = 100%) ke dalam persamaan
kenaikan saturasi.
Sw

w max

S wf

..............................................................................(5-

17)
Dimana :
Sw

= kenaikan distribusi saturasi air pada sumur produksi, fraksi.

Sw max

= saturasi air terbesar pada distribusi data saturasi, fraksi.

= jumlah kenaikan saturasi yang diinginkan.

= indeks untuk tahapan-tahapan.

Swi

= Swbt + Sw

........

= ....... + .........

Swn

= Sw(n-1) + Sw

Gambar 5.7. Distribusi saturasi terhadap fraksi air dengan saturasi dan fraksi
air pada kondisi setelah breakthrough 26)

2. Menentukan harga kurva fraksi aliran (fwn), penurunan fraksi aliran (f wn)
seperti Gambar 5.7. dan jumlah air injeksi (Win) setiap breakthrough intuk
setiap harga Sw.
Win

1
E Abt ......................................................................................(5-18)
f wn

3. Menentukan kenaikan jumlah air injeksi ( Win) dan waktu setelah


breakthrough ( tn)
Win Wi ( n ) Wi ( n 1) , bbl.......................................................................(5-

19)
tn

Win
Iw

, hari..........................................................................(5-

20)
4. Menentukan saturasi air rata-rata setelah breakthrough
'
S wn
S wn

Win 1 f wn
.........................................................................(5E Abt

21)
5. Menentukan kumulatif produksi air (Npn), digunakan dua cara perhitungan:
a) Volume gas pada zona unswept diasumsikan terisi oleh minyak:

N pn

;
E Abt Soi 1 S wn
S grs V fu

Bo

......................................

(5-22)
b) Volume gas pada zona unswept diasumsikan terisi oleh air:

N pn

'
E Abt S oi 1 S wn
S grs

Bo

.............................................(5-

23)
6. Menentukan jumlah perolehan minyak.
RF (% OIP)

N pn
OIP

100 % ...................................................................(5-24)

7. Menentukan laju produksi minyak dan air.

Qon

pn

N p ( n 1) Bo
tn

.......................................................................(5-

25)
Qwn I w Qon .....................................................................................(5-26)

WORsn

Qwn
........................................................................................(5-27)
Qon

Hasil-hasil perhitungan-perhitungan dengan persamaan-persamaan tersebut di


atas kemudian ditampilkan dalam grafik perkiraan ulah kerja metode pendesakan
dengan injeksi air seperti Gambar 5.8. dan Gambar 5.9.

Gambar 5.8. Kurva perilaku produksi minyak dan air terhadap waktu setelah
injeksi air 27)

Gambar 5.9. Kurva perilaku perolehan minyak dan WOR terhadap waktu
setelah injeksi air 27)

Anda mungkin juga menyukai