2.1.1. Lithologi
Batuan didefinisikan sebagai massa yang terdiri dari satu atau lebih macam
mineral yang mempunyai komposisi kimia atau mineral tertentu, yang membentuk
satuan terkecil dari kulit bumi sehingga dengan jelas dapat dipisahkan satu dengan
yang lainnya. Batuan sebagai mineral yang membentuk kulit bumi, secara genesa
dapat dibagi menjadi tiga jenis batuan yaitu :
1. Batuan beku (Igneous Rock), Merupakan kumpulan interlocking agregat
mineral-mineral silikat hasil penghabluran magma yang mendingin.
2. Batuan sedimen (Sedimentary Rock), merupakan batuan hasil lithifikasi
bahan rombakan batuan hasil denudasi atau hasil reaksi kimia maupun
hasil kegiaatan organisme.
3. Batuan Metamorf (Methamorphic Rock), merupakan batuan yang berasal
dari suatu batuan induk yang mengalami perubahan tekstur dan
komposisi pada fasa padat sebagai akibat perubahan kondisi fisika
(tekanan, temperatur atau keduanya)
2.1.1.1.
Batuan Beku
Warna
Struktur
Tekstur
Bentuk
Komposisi Mineral
Batuan beku yang berwarna cerah umunya adalah batuan beku asam yang
tersusun atas mineral-mineral felsik misalnya kuarsa, potas feldspar, muskovit.
Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya adalah batuan beku
intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak.
Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku basa
dengan mineral penyususn dominan adalah mineral-mineral mafik.
Batuan beku yang berwarna hijau kelam dan biasanya monomineralik disebut
batuan beku ultrabasa dengan komposisi hampir seluruhnya mineral mafik.
Masif
Yaitu struktur dari batuan beku apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran
atau jejak gas, atau tidak menunjukkan adanya fragmen batuan lain yang
tertanam dalam tubuhnya.
Joint
Yaitu struktur yang ditandai dengan adanya kekar-kekar yang tersusun secara
teratur tegak lurus arah aliran.
Vesikuler
Yaitu merupakan struktur yang ditandai adanya lubang-lubang dengan arah
teratur. Lubang ini terbentuk akibat keluarnya gas pada saat pembekuan
berlangsung.
Skoria
Yaitu struktur vesikuler tetapi tidak menunjukkan arah yang teratur
Amigdaloidal
Yaitu struktur dimana lubang-lubang keluarnya gas terisi oleh mineral-mineral
sekunder seperti zeolit, karbonat dan bermacam-macam silika.
Xenolit
Yaitu struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang masuk
atau tertanam ke dalam batuan beku. Struktur ini terbentuk sebagai akibat
peleburan tidak sempurna dari sutu batuan samping didalam magma yang
menerobos.
suhu relatif cepat maka kristal yang dihasilkan kecil-kecil dan tidak sempurna.
Apabila pembekuan magma terlalu cepat maka kristal tidak akan terbentuk
karena tidak ada energi yang cukup untuk pengintian dan pertumbuhan kristal
sehingga akan dihasilkan gelas. Dapat dibagi menjadi :
- Holokristalin, bila seluruh batuan tersusun atas kristal-kristal mineral.
- Hypokristalin/hipohyalin/merokristalin, bila batuan beku terdiri dari sebagian
kristal dan sebagian gelas.
- Holohyalin, bila seluruh batuan tersusun atas gelas.
b. Ukuran kristal
Ukuran kristal merupakan sifat tekstural yang mudah dikenali. Ukuran kristal
ini dapat menunjukkan tingkat kristalisasi pada batuan dan dapat dilihat pada Tabel
II-1.
Tabel II-107
Kisaran harga ukuran kristal dari beberapa sumber
Halus
Sedang
Kasar
Sangat kasar
W.T.G
< 1 mm
1 5 mm
5 30 mm
> 30 mm
Heinric
< 1 mm
1 10 mm
10 30 mm
> 30 mm
c. Granularitas
Dalam batuan beku, granularitas menyangkut derajat kesamaan ukuran butir
dari kristal penyusun batuan. Granularitas dapat dibagi menjadi :
-
Equigranular
Mempunyai ukuran kreistal yang seragam. Dibagi menjadi
1. Fanerik granular, kristal dapat dibedakan dengan mata telanjang dan
berukuran seragam. Contoh : granit, gabro.
2. Afanitik, kristal sangat halus dan tidak bisa dibedakan dengan mata
telanjang. Contoh : basalt.
Inequigranular
dilihat
Subhedral, apabila bentuk kristal tidak sempurna dan hanya sebagian saja
yang dibatasi bidang-bidang kristal.
Gambar 2.1
Pada batuan beku, mineral yang sering dijumpai dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu :
1. Mineral-mineral felsik ; tersusun atas silika dan alumina, umumnya berwarna
cerah. Mineral itu antara lain kuarsa, plagioklas, ortoklas, muskovit.
2. Mineral-mineral mafik ; tersusun atas unsur-unsur besi, magnesium, kalsium.
Umumnya mineral-mineral ini berwarna gelap, misalnya olivin, piroksen,
hornblende, biotit. Mineral-mineral ini berada pada jalur kiri dari seri Bowen
Bowen
membuat
urut-urutan
penghabluran
mineral-mineral
silikat
berdasarkan pada kenaikan temperatur yang mempengaruhi kondisi dari silika, uruturutan itu dapat dilihat pada Tabel II-2.
Tabel II-2
Bowen Reaction Series 08
Discontinue
Continue
Olivin
Piroxen
Amphibole
Biotit
1200o
Ca. Feldspar
Bytowmit
Andesin
Oligoklas
Na. Feldspar
K. Feldspar
Muscovit
Kwarsa
570o
.
Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa jenuh tidaknya suatu magma
sangat ditentukan oleh kandungan silika didalam magma tersebut. Berdasarkan
asosiasi mineral pembentuk batuan beku yang didasarkan pada seri reaksi bowen,
pengelompokan mineral dan jenis batuannya dapat diketahui seperti tampak pada
Tabel II-3.
Tabel II-3
Hubungan Asosiasi Mineral Pembentuk Batuan Beku Dengan Kelompok Batuan
Beku Yang Dibentuk 07
Mineral
pembentuk
batuan
Olivin
Asosiasi Mineral
Olivin 100 %
Olivin + Piroksen
Piroksen
Plagioklas
Piroksen 100%
Piroksen+Plagioklas+Olivin
Plagioklas 100%
Plagioklas+Piroksen+Amphibol+F
eldspar
Biotit+K-Feldspar+Plagioklas
asam+Kwarsa
Granodiorit-Granit
(asam)
Biotit
mempunyai
kristal-kristal
yang
berukuran
sedang
atau
Amorf
b)
Oolitik
ukurannya 0,25 2 mm .
c)
Sakarodial
d)
Kristalin
kasar
1-5 mm
sedang
<1 mm
halus
Fragmen
Matrik
Semen
setelah fragmen dan matrik. Semen umumnya berupa silika, kalsit, sulfat atau
oksida besi.
Tekstur klastik dibagai atas :
-
Ukuran butir
Menurut skala wentworth ukuran butir dibagi pada Tabel II-4 di bawah ini :
Tabel II-4 07
Ukuran Butir Skala Wentworth
Ukuran Butir
(mm)
>256
64 256
4 64
24
12
1/2 1
1/4
1/8
1/16 1/8
1/16 1/256
< 1/256
Nama Butir
Nama Batuan
Bongkah
Berangkal
Kerakal
Kerikil
Pasir sangat kasar
Pasir kasar
Pasir sedang
Pasir halus
Pasir sangat halus
Lanau
Lempung
Besar butir dipengaruhi oleh : jenis pelapukan, jenis transportasi, waktu dan
jarak transport, resistensi.
-
Sortasi (pemilahan)
Sortasi baik
Sortasi buruk
Kemas
Kemas terbuka : Bila butiran tidak saling bersentuhan (mengambang dalam
matrik)
Kemas tertutup : Butiran saling bersentuhan satu sama lainnya
terbentuk
bersamaan
dengan
terjadinya
batuan
b)
c)
Masif
Flute cast
Mud cracks
Rain marks
Sandstone dike and sill: Karena deformasi pasir dapat terinjeksi pada lapisan
sedimen diatasnya.
Trail
b. Galian (burrow)
Adalah lubang atau bahan galian hasil aktivitas organisme
c. Cetakan (cast and mold)
Mold
Cast
e. Geode
menggambarkan kwarsa atau kristal lain terdapat pada limestone dan dolomite.
Struktur batuan sedimen juga dapat digunakan untuk menentukan bagian atas suatu
batuan sedimen. Penentuan bagian atas dari batuan sedimen sangat penting artinya
dalam menentukan urutan batuan sedimen tersebut.
2.1.1.2.3. Pembagian Batuan Sedimen
Klasifikasi batuan sedimen klastik yang umum digunakan adalah berdasarkan
ukuran butirnya (menurut ukuran butir dari wentworth), namun akan lebih baik lagi
bila ditambahkan mengenai hala-hala lain yang dapat memperjelas keterangan
mengenai batuan sedimen yang dimaksud seperti komposisi dan struktur. Misalnya
batupasir silang-siur, batulempung kerikilan, batupasir kwarsa.
Klasifikasi menurut Huang adalah seperti tabel dibawah ini :
Tabel II-5 07
Klasifikasi batuan sedimen menurut Huang (1962)
Relict/palimpset/sisa
Tekstur ini merupakan tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan
sisa tekstur batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya masih tampak pada
batuan metamorf tersebut. Awalan blasto digunakan untuk penamaan
Kristaloblastik
Tekstur kristaloblastik merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk
oleh sebab proses metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah
mengalami
rekristalisasi
sehingga
tekstur
asalnya
tidak
tampak.
2.
b)
Subhedral,
bila
kristal
dibatasi
sebagian
oleh
bidang
Pengertian bentuk kristal ini sama dengan yang digunakan pada batuan beku.
Berdasarkn bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat dibedakan
menjadi :
a)
b)
2.
3.
Granoblastik,
apabila
mineral
penyususnnya
berbentuk
granular,
Granuloblastik,
apabila
mineral
penyusunnya
berbentuk
granular,
Slaty cleveage
Struktur foliasi ini umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir
sangat halus (mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang
planar yang sangat rapat, teratur dan sejajar. Batuannya disebut slate
(batusabak)
b)
Phylitic
Struktur ini hampir sama dengan struktur clay cleveage tetapi terlihat
rekristalisasi yang lebih kasar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih
dengan mineral granular. Batuannya disebut phyllite (filit).
c)
Schistosic
Struktur schistosic terbentuk oleh adanya susunan pararel mineral-mineral
pipih prismatik atau lentikuler (umumnya mika atau klorit) yang berukuran
butir sedang sampai kasar. Batuannya disebut schist (sekis).
d)
Gneissic/gneissoe
Struktur gneissic terbentuk oleh adanya perselingan lapisan penjajaran
mineral yang mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral
granuler (misalnya feldspar dan kuarsa) dengan mineral tabular atau
prismatik ( misalnya mineral ferromagnesium). Penjajaran mineral ini
umumnya tidak menerus melainkan terputus-putus. Batuannya disebut
gneis.
2.1.2.
Struktur Geologi
Struktur batuan adalah bentuk dan kedudukan batuan yang nampak pada
singkapan. Secara umum bentuk struktur kulit bumi dipengaruhi tekanan dan
temperatur pada saat pembentukannya. Tekanan dan temperatur ini bervariasi dari
satu tempat ke tempat lain dan tergantung pada kedalaman geothermal gradient,
dimana distribusi gayanya sangat mempengaruhi pembentukan kulit bumi. Gaya-gaya
yang mempengaruhi bentuk struktur kulit bumi ini adalah compresion, tension,
couple dan torsion.
Sebagai akibat gaya-gaya tersebut maka material yang dikenai gaya akan
berubah bentuknya. Materi yang dikenai gaya akan mengalami tiga fase :
a. Elastis
b. Plastis
c. Brittle
Phase elastis akan terpenuhi apabila gaya stress yang bekerja pada materi tidak
cukup kuat untuk merubah bentuk dan ukuran materinya. Sedangkan fasa plastis
tercapai apabila gaya yang bekerja melebihi batas elastisitas materi dimana sebagian
kecil materinya kembali ke bentuk asalnya. Dan apabila gaya ini semakin membesar
maka akan mengakibatkan materi tersebut retak/patah (brittle substances).
Struktur geologi tidak lain merupakan bentuk dan kedudukan daripada
batuan. Berdasarkan cara terjadinya dikenal dua macam struktur batuan yaitu :
1.
Struktur primer
Merupakan struktur yang terbentuk bersamaan dengan pembentukan batuan
contoh :
-
2.
Struktur sekunder
Merupakan struktur yang terbentuk setelah terjadi prosese pengendapan.
Contoh : kekar, sesar, lipatan.
2.1.1.
Kekar
Kekar atau joint adalah sebutan untuk struktur rekahan dalam batuan dimana
sedikit/ tanpa mengalami pergeseran. Dalam batuan sedimen kekar dapat terjadi
mulai dari sedimen yang diendapkan hingga sesudah proses pengendapan tersebut
berlangsung, dimana batuan sedang mengeras. Selain itu juga terbentuk pada akhir
deformasi atau terbentuk bersamaan struktur lain, seperti perlipatan dan sesar.
Migrasi minyak melalui kekar ini dapat mengakibatkan larinya minyak ke
permukaan sehingga tidak terbentuk jebakan. Meskipun demikian adanya kekar ini
mengakibatkan minyak dapat keluar dari batuan induk ke batuan reservoir serta
menyebabkan minyak akan bermigrasi dari reservoir satu ke reservoir lainnya. Hal ini
dapat dipakai untuk menerangkan terjadinya akumulasi minyak di dalam basement
(basalt).
Kekar dapat diklasifikasikan dan diperikan berdasarkan salah satu atau
beberapa sifatnya-sifatnya, yaitu : bentuk, ukuran, kerapatan dan gabungan antara
ukuran dengan kerapatnnya.
a. Klasifikasi kekar berdasarkan bentuknya
1. Kekar sistematik
Kekar sistematik selalu dijumpai dalam bentuk yang perpasangan. Di setiap
pasangannya ditandai oleh arahnya yang serba sejajar/hampir sejajar apabila
dilihat dari kenampakan atas permukaan. Kekar sistematik ini pada umumnya
mempunyai bidang-bidang kekar yang rata atau melengkung lemah dan
biasanya hampir tegak lurus dengan batas lithologinya (bidang perlapisan).
2. Kekar non sistematik
Kekar non sistematik dapat saling bertemu, akan tetapi tidak memotong kekar
lainnya. Permukaannya selalu melengkung dan pada umumnya berakhir pada
bidang-bidang perlapisan.
b. Klasifikasi kekar berdasarkan ukurannya
1. Master joint, ukuran : Puluhan ratusan feet
2. Major joint, ukuran : < master joint
3. Minor joint, ukuran : < Major joint
4. Mikro joint, ukuran : < 1 in
c. Klasifikasi kekar berdasarkan cara pembentukannya
1. Kekar yang disebabkan oleh tekanan, disebut shear atau compression
joint.
2.1.2.
Sesar
Sesar atau sering disebut fault merupakan suatu rekahan dalam batuan yang
dengan horizontal dan kemiringan sesar, yaitu sudut yang dibuat antara bidang sesar
dengan horizontal.
Atap sesar atau sering disebut hanging wall merupakan bongkah patahan
yang berada di bagian atas bidang sesar, sedangkan bongkah patahan yang ada di
bagian bawah bidang sesar disebut footwall.
Gerakan daripada pembentukan sesar ada dua macam yaitu :
1. Gerak lurus atau translation
2. Gerak berputar atau rotation
Mengenai pergesaeran sesar dalam arah vertikal atau throw dikenal dua pengertian
yaitu :
1. Menyatakan ukuran jumlah pergeseran semu dari suatu lapisan atau vein
yang dibuat tegak lurus bidang sesar yang dapat berbeda dari gerak yang
sebenarnya.
2. Menyatakan pergeseran semu dari lapisan atau vein yang dibuat tegak lurus
pada bidang sesar yang dapat berbeda dari gerak yang sebenarnya.
Gerak relatif ini dikenal sebagai slip. Jarak pergeseran seluruhnya disebut dengan
net slip atau pergeseran yang sesungguhnya. Komponen horizontal pada bidang
sesar disebut strike slip, sedangkan komponen vertikalnya disebut dislip atau
perpindahan miring. Jenis gerakan pembentukan sesar diperlihatkan pada Gambar
2.3.
dari suatu antiklin. Hal ini dapat berbentuk graben dan horst. Graben merupakan
bongkah besar yang menurun dengan bentuk sempit dan memanjang serta dibatasi
oleh bidang sesar yang arahnya hampir sejajar. Sedangkan horst adalah bagian
meninggi atau muncul terhadap daerah sekitarnya yang kedua sisinya dibatasi oleh
sesar turun. Sesar yang demikian ini banyak dijumpai pada puncak-puncak kubah
(dome) di daerah lapangan-lapangan minyak.
Selain dari graben dan horst, dikenal juga growth faults yang merupakan
sesar biasa dimana gerakan-gerakannya terus berlangsung selama pengendapan.
Adapun ciri-ciri sesar yang demikian ini adalah pada lapisan yang turun jauh lebih
tebal, dibandingkan dengan lapisan yang naik. Ini merupakan bukti bahwa sesar ini
masih aktif pada saat pengendapan berlangsung.
sejajar
dengan
permukaan
lempeng.
Sedangkan
pada
Apabila suatu lempeng dikenai oleh gaya horizontal yang arahnya sejajar
dengan bidang lempengnya maka lempeng tersebut akan berubah strukturnya dan
terjadi gejala melipat dan apabila dikenai gaya vertikal yang arahnya tegak lurus
dengan lempeng maka akan terjadi gejala pelengkungan/bending akibatnya bila
kedua gaya yang bekerja bersama-sama pada lempeng tersebut maka akan terbentuk
struktur yang terbentuk lipatan.
2.1.2.3.1. Gejala Perlipatan
Proses terjadinya lipatan disamping diakibatkan oleh adanya gaya dari luar,
lipatan juga disebabkan oleh faktor alamiah, misalnya saja pada proses pengendapan
batuan sedimen sampai terbentuknya suatu lipatan. Sebelum batuan sedimen
mengalami gejala perlipatan, batuan tersebut pada saat diendapkan sudah
mempunyai timbulan-timbulan yang disebabkan oleh sifat permukaan yang tidak rata
dari tempat pengendapan tersebut (dasar cekungan) dan juga dapat disebabkan oleh
adanya penurunan dasar cekungan dan sedimen akan terendapkan secara horisontal.
Lapisan sedimen lama kelamaan akan mengalami tekanan dan tarikan oleh gaya-gaya
endogen. Sepanjang sejarah geologinya akan mengakibatkan terjadinya lipatanlipatan berukuran besar dan kecil.
Selain daripada itu lipatan juga dapat disebabkan oleh adanya gaya-gaya yang
langsung berhubungan dengannya, seperti intrusi magma, kubah garam serta gayagaya vertikal lainnya. Sebagai hasil gejala non tektonik biasanya lipatan dihasilkan
sebagai akibat gerakan yang dipengaruhi oleh beda gravitasi di sekitar muka bumi,
glasiasi dan sebagainya.
Untuk mengetahui kedudukan lipatan maka perlu diketahui arah dari lapisan
tersebut. Arah lapisan ini ditunjukkan oleh adanya jurus (strike) dan kemiringan
(dip). Secara umum strike didefinisikan sebagai arah garis atau tempat kedudukan
yang dibentuk dari perpotongan bidang
Sedangkan dip didefinisikan sebagai sudut yang dibentuk oleh bidang perlapisan
dengan bidang horisontal.
2.2.3.2. Struktur Lipatan
Struktur lipatan meliputi :
1. Anticlin
Merupakan struktur lipatan dengan bentuk cembung keatas
2. Syncline
Merupakan struktur lipatan dengan bentuk cembung kebawah
3. Struktur diapir dan robohan
Diapir merupakan struktur yang disebabkan oleh adanya tekanan yang arahnya
keatas (dari bawah), sedangkan struktur robohan terbentuk karena adanya
hampa dibawah permukaan yang disebabkan oleh adanya berbagai hal.
Kebanyakan struktur diapir ini membentuk kubah. Kubah merupakan suatu
bentuk lipatan yang kira-kira simetris, dimana lapisan-lapisan sedimennya miring
ke segala arah dengan kemiringan kurang lebih sama. Karena bentuknya yang
sedemikian rupa maka kubah ini merupakan gejala flexure yang sangat sulit.
Adapun sifat yang paling penting dalam kubah atau antiklin yang menyerupai
kubah adalah adanya closure yang mana dapat memberikan arti penting dalam
pencarian minyak dan gas bumi.
Closure didefinisikan sebagai jumlah seluruh kemiringan yang memancar
(radiating) dari puncak ke arah dimana kemiringan mencapai minimum. Jumlah
closure diukur dari jarak vertikal dari titik kulminasi ke suatu bidang horisontal
yang dibuat menyinggung pada lapisan yang sama dimana kemiringannya sudah
mulai membaik.
4. Struktur Kekar Pada Batuan Yang Mengalami Perlipatan
Ada tiga macam kekar yang berhubungan erat dengan pembentukan lipatan yaitu
: kekar memanjang (longitudinal joint), kekar melintang (tranverse/cross joint)
dan kekar diagonal.
2.2.3.3. Klasifikasi Perlipatan
Pengklasifikasikan struktur lipatan biasanya dilakukan setelah pengukuran di
lapangan yang kemudian dipetakan dan selanjutnya akan divarikan cara
penggolongannya. Bilkling di dalam bukunya pada bab nomenclature of folds
mengemukakan 4 cara yaitu :
1. Berdasarkan bentuk daripada lipatan
Macam bentuk perlipatan dapat dilihat pada Gambar 2.7 dan macam perlipatan
isoclonal dapat dilihat pada Gambar 2.8.
Gambar 2.7. Macam bentuk perlipatan (A) Simetri (B) Asimetri (C)
Menggantung (D) Lipatan rebah 05
Gambar 2.8. Macam perlipatan Isoclinal (A) Vertikal isoclinal folds (B)
Inclined isoclonal folds (C) Recumbent Isoclinal folds. 05
Menurut Budgely, lipatan digolongkan menjadi 5 cara :
1. Secara deskriptif atau secara geometris, meliputi : lipatan asimetris, simetris.
2. Secara morfologis yang berdasarkan kepada :
Gambar
2.9.
Macam
bentuk
ketidakselarasan
(A)
Angular
2.2.1.1. Batupasir
2. Graywacke
Graywacke merupakan jenis batupasir yang tersusun dari unsur-unsur
mineral yang berbutir besar, terutama kwarsa dan feldspar serta fragmen-fragmen
batuan. Material pengikatnya adalah clay dan carbonate. Secara lengkap mineral-
mineral penyusun graywacke dapat dilihat pada Tabel II-7. Komposisi graywacke
tersusun dari unsur silica dengan kadar lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata
batupasir, dan kebanyakan silica yang ada bercampur dengan silikat. Secara
terperinci komposisi kimia graywacke dapat dilihat pada Tabel II-8.
3. Arkose
Arkose merupakan jenis batupasir dan biasanya tersusun dari quartz sebagai
mineral yang dominan, meskipun seringkali mineral feldspar jumlahnya lebih banyak
dari quartz. Sedangkan unsur-unsur lainnya, secara berurutan sesuai persentasenya
ditunjukkan pada Tabel II-9.
Tabel II-7
Komposisi Mineral Graywacke (%) 10
Tabel II-8.
Komposisi Kimia Graywacke (%) 10
Tabel II-9.
Komposisi Mineral Arkose (%) 10
Komposisi kimia arkose ditunjukkan pada Tabel II-10, dimana terlihat bahwa
arkose mengandung lebih sedikit silica jika dibandingkan dengan orthoquartzite,
tetapi kaya akan alumina, lime, potash dan soda.
Tabel II-10.
Komposisi Kimia Arkose (%) 10
Tabel II-11.
Komposisi Kimia Limestone (%) 10
Komposisi dolomit ini pada dasarnya hampir sama dengan komposisi kimia
limestone, kecuali kalau unsur MgO-nya merupakan unsur yang paling penting dan
jumlahnya cukup besar. Secara lengkap komposisi unsur penyusun dolomite ini
ditunjukkan pada tabel II-12.
Tabel II-12.
Komposisi Kimia Dolomite (%) 10
PV nRT
m
RT ................................................................................ (2-1)
M
dimana :
P
= tekanan, psi
= volume, Cuft
= temperatur, oR
m = berat gas, lb
M = berat molekul gas, lb/lb-mol
R
Konstanta gas (R) memiliki harga berlainan, tergantung satuan yang digunakan.
Tabel II-14. menunjukkan harga R untuk beberapa unit satuan.
2. Gas nyata, adalah gas yang tidak mengikuti hukum-hukum gas ideal.
Persamaan untuk gas nyata adalah sebagai berikut :
PV nZRT
m
ZRT ............................................................................ (2-2)
M
P
T
, dan Tr
............................................................................. (2-3)
Pc
Tc
dimana :
Pr
= temperatur reservoir, oR
Harga Pc dan Tc untuk masing-masing gas murni ditentukan dari Tabel II-15.
Kemudian dengan menggunakan grafik yang sesuai dengan jenis gasnya, maka akan
diperoleh harga Z.
Untuk suatu gas campuran yang terdapat senyawa impurities (N 2, CO2, H2S),
maka dalam penentuan harga Z terlebih dahulu harus diketahui komposisi campurannya.
Kemudian harga P dan T kritik gas campuran ditentukan dengan persamaan berikut :
Ppr
P
T
, dan Tpr T
Ppc
pc
.................. (2-5)
dimana :
Ppr = tekanan tereduksi untuk gas campuran
Tpr = temperatur tereduksi untuk gas campuran
Tabel II-15.
Konstanta Fisik Beberapa Jenis Hidrokarbon Pembentuk Gas Alam 04
Compound
Methane
Ethane
Propane
iso-Butane
n-Butane
iso-Pentane
n-Pentane
n-Hexane
n-Heptane
n-Octane
Nitrogen
Carbon dioxide
Hydrogen Sulfide
Chemical
Symbol
Molecular
Critical
Critical
Composition
(for Calculation)
Weight
Pressure, psi
Temperatue, oR
CH4
C2 H6
C3 H8
C4H10
C4H10
C5H12
C5H12
C6H14
C7H16
C8H18
N2
CO2
H2 S
C1
C2
C3
i-C4
n-C4
i-C5
n-C5
n-C6
n-C7
n-C8
N2
CO2
H2 S
0673
0709
0618
0530
0551
0482
0485
0434
0397
0361
0492
1072
1306
0344
0550
0666
0733
0766
0830
0847
0915
0973
1024
0227
0548
0673
016.04
030.07
044.09
058.12
058.12
072.15
072.15
086.17
100.20
114.20
028.02
044.01
034.08
gas
.. (2-6)
udara
Definisi dari densitas gas g = MP/TR, sehingga bila gas dan udara dianggap sebagai
gas ideal, maka g dapat dituliskan dengan persamaan :
g
Mg .P / R.T
Mg
. (2-7)
Mu.P / R.T
28.97
1g
i Yi M i2
1
Yi M i2
.................................................................................... (2-8)
dimana :
1g = viskositas gas campuran pada tekanan satu atmosfer, cp
i
Bg
Vr
................................................................................................ (2-9)
Vsc
dimana :
Bg = faktor volume formasi gas, Cuft/SCF
Z sc nRTsc
.................................................................................... (2-10)
Psc
Z r nRTr
....................................................................................... (2-11)
Pr
B g 0.02829
Z r Tr
, Cuft/SCF ............................................................ (2-12)
Pr
B g 0.00504
Z r Tr
, BBL/SCF ........................................................... (2-13)
Pr
dimana :
Psc = tekanan pada kondisi standar, psi ( 14.7 psi)
Pr
Beal (1946), dengan terlebih dahulu mengatahui tekanan dan gravity minyak.
Gambar 2.10. Korelasi Beal untuk menghitung kelarutan gas dalam minyak 09
2.2.2.1.5. Kompresibilitas Gas
Kompresibilitas gas (Cg) didefinisikan sebagai fraksi perubahan volume per
unit perubahan tekanan, atau secara matematik dapat dituliskan dengan persamaan
Cg
1 dV
V dP
...................................................................................... (2-14)
nRT
P
nRT
dV
2 ....................................................................................... (2-15)
dP
P
(2-16)
Bila temperatur
Z
P
dianggap
konstan,
maka
dV
nRT
dP
Cg
Cg
2.2.2.2.
dZ
Z
dP
P2
P nRT dZ
P
Z
2
nRTZ P dP
1 1 dZ
.. (2-17)
P Z dP
o
................................................................................................ (2-18)
w
dimana :
o = specific gravity minyak, fraksi
o = densitas minyak, lb/Cuft
w = densitas air, lb/Cuft.
Specific gravity minyak umumnya dinyatakan dalam derajat API, dan dapat
diformulasikan dengan persamaan berikut :
API
141.5
131.5 ........................................................................ (2-19)
o
Gambar 2.11. Viskositas Minyak Mentah Bebas Gas Sebagai Fungsi Temperatur
Reservoir dan Gravity Minyak Mentah Stock Tank.09
dimana :
1 V
V P
................................................................................... (2-20)
T
Co
LnV2 V1
P2 P1
V
Co P2 P1 Ln 2
V1
V2 V1 Exp Co P1 P2
.................................................................... (2-21)
dimana :
Co = kompresibilitas minyak, psi1
V1 = volume minyak pada kondisi P1, Cuft
V2 = volume minyak pada kondisi P2, Cuft
P1 = tekanan pada kondisi I, psi
P2 = tekanan pada kondisi II, psi.
Apabila Persamaan (2-20) didiferensialkan terhadap P pada T konstan, dan
sesuai hukum keadaan berhubungan (corresponding state), dimana P = P pc Ppr,
maka persamaan kompresibilitas minyak (Co) dapat dituliskan dengan persamaan :
Co Ppc C pr , atau Co P C pr Ppr
Co
C pr Ppr
P
........................................................................................ (2-22)
wb B w (2-23)
V wb
w
Dimana
Vw
Vwb
wb
Bw
Faktor yang sangat mempengaruhi terhadap densitas air formasi adalah kadar garam
dan temperatur reservoir. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 2.16.
Gambar 2.17. Viscositas air formasi sebagai fungsi temperatur dan tekanan.02
2.2.2.3.3. Faktor Volume Formasi Air Formasi
Faktor volume formasi air formasi (B w) menunjukkan perubahan volume air
formasi dari kondisi reservoir kekondisi permukaan. Faktor volume formasi air
formasi ini dipengaruhi oleh pembebasan gas dengan turunnya tekanan,
pengembangan air dengan turunnya tekanan dan penyusutan air dengan turunnya
temperatur. Gambar 2.18. menunjukkan hubungan faktor volume formasi air formasi
dengan tekanan.
Faktor volume formasi air formasi ditentukan dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :
Bw 1 Vwp 1 VwT
................................................................... (2-24)
dimana :
VwT = penurunan volume sebagai akibat penurunan temperatur (Gambar 2.18)
Vwp = penurunan volume selama penurunan tekanan .
Gambar 2.18. Penurunan Faktor Volume air formasi
sebagai fungsi tekanan.02
2.2.2.3.4. Kelarutan Gas Dalam Air Formasi
Kelarutan gas dalam air formasi akan lebih kecil bila dibandingkan
dengan kelarutan gas dalam minyak di reservoir pada tekanan dan temperatur
yang sama. Pada temperatur tetap, kelarutan gas dalam air formasi akan naik
dengan naiknya tekanan.
Sedangkan pada tekanan tetap, kelarutan gas dalam air formasi mula-mula
menurun sampai harga minimum kemudian naik lagi terhadap naiknya temperatur,
dan kelarutan gas dalam air formasi akan berkurang dengan bertambahnya kadar
garam. Karena kelarutan gas dalam air formasi juga dipengaruhi oleh kegaraman air
formasi, maka harganya perlu dikoreksi dengan Gambar 2.20.
dimana :
1 V
V P
Cwp
V
.................................................................................... (2-25)
dimana :
Vp
Vb
Vb V g
Vb
dimana :
= porositas, fraksi
................................................................................ (2-27)
2. Porositas
efektif,
................. (2-28)
batuan
yang
............ (2-29)
Wettability atau derajat kebasahan merupakan salah satu sifat fisik batuan
reservoir yang timbul karena adanya pengaruh gaya tarik-menarik antara molekulmolekul yang berlainan jenis (gaya adhesi). Gaya tarik-menarik ini terjadi dalam
sistem benda padat dengan satu atau lebih fluida yang tidak saling melarutkan.
Derajat kebasahan batuan didefinisikan sebagai suatu kecenderungan fluida
untuk menyebar atau menempel pada permukaan batuan (padatan) dengan adanya
fluida lain yang tidak saling bercampur (immiscible). Atau dengan kata lain adalah
sifat dari batuan yang menyatakan mudah atau tidaknya permukaan batuan tersebut
dibasahi oleh fluida. Kecenderungan menyebar dan menempel ini disebabkan adanya
gaya adhesi yang merupakan fungsi dari tegangan permukaan antara batuan dan
fluida. Faktor tersebut akan menentukan fluida mana yang lebih membasahi padatan.
Dalam sistem minyak-air-padatan, gaya adhesi yang menyebabkan fasa cair
membasahi padatan adalah sebesar :
AT so sw wo Cos wo ................................................................... (2-30)
dimana :
AT = gaya adhesi, dyne/cm
sw = tegangan permukaan antara air dengan padatan, dyne/cm
so = tegangan permukaan antara minyak dengan padatan, dyne/cm
wo = tegangan permukaan antara minyak dengan air, dyne/cm
wo = sudut kontak antara minyak dengan air.
Besar kecilnya gaya adhesi akan menentukan kemampuan fluida pembasah
untuk melekat pada padatan dan penyebarannya pada permukaan padatan (batuan
reservoir). Sehingga gaya adhesi yang besar (sudut kontak antara minyak-air lebih
kecil dari 90o) akan menyebabkan air cenderung untuk melapisi batuan, dan dalam
hal ini berarti batuan reservoir bersifat basah air (water wet). Sebaliknya, batuan
akan disebut basah minyak (oil wet) apabila sudut kontaknya lebih besar dari 90 o.
Terlihat pada Gambar 2.22 adanya kesetimbangan gaya pada permukaan air-minyakpadatan, dimana sifat fluida untuk membasahi dapat dilihat dari sudut kontak yang
terbentuk.
keadaan dimana fasa yang membasahi kontinyu dan secara mutlak terdapat pada
pemukaan batuan.
2.2.3.3. Tekanan Kapiler
Tekanan kapiler didefinisikan sebagai perbedaan tekanan pada batas dua
fluida yang tak saling campur (cairan dengan cairan atau cairan dengan gas) sebagai
akibat terjadinya pertemuan permukaan yang memisahkan mereka. Pada sistem
batuan reservoir, tekanan kapiler yang dimaksud adalah perbedaan tekanan antara
fluida non wetting phase (Pnw) dengan fluida wetting phase (P w) didalam saluran
kapiler yang terbentuk oleh sistem pori-pori batuan, atau dituliskan dengan
persamaan berikut :
Pc Pnw Pw ....................................................................................... (2-31)
Tekanan kapiler dalam batuan berpori tergantung pada ukuran pori-pori dan macam
fluidanya. Secara kuantitatif dapat dinyatakan dalam hubungan sebagai berikut:
Pc
2 Cos
g h .......................................................................... (2-32)
r
dimana :
Pc = tekanan kapiler, dyne/cm2 (1 dyne = 1 gr-cm/sec2)
ketinggian di atas permukaan air bebas (oil-water contact), sehingga data tekanan
kapiler dapat dinyatakan menjadi plot antara h versus saturasi air (S w), seperti pada
Gambar 2.23. Perubahan ukuran pori-pori dan densitas fluida akan mempengaruhi
bentuk kurva tekanan kapiler dan ketebalan zona transisi.
........................ (2-33)
dimana :
Sf = saturasi fluida, fraksi.
Sedangkan saturasi untuk masing-masing fluida adalah :
So
Sg
Sw
................... (2-35)
dimana :
So = saturasi minyak, fraksi
Sg = saturasi gas, fraksi
Sw = saturasi air, fraksi.
Bila pori-pori batuan reservoir terisi oleh minyak, air dan gas, maka berlaku
hubungan sebagai berikut :
S o S g S w 1 ... (2-37)
2.2.3.5. Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai suatu ukuran yang menunjukkan
kemampuan
batuan
berpori
untuk
meluluskan
suatu
fluida.
Perhitungan
q
k P
.................................................................................... (2-38)
A
L
dimana :
v
= permeabilitas, darcy
= viskositas fluida, cp
qL
..................................................................................... (2-39)
A P1 P2
dimana :
k = permeabilitas absolut, darcy
L = panjang batuan, cm
P1, P2 = tekanan pada titik 1 dan 2, atm.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pada kenyataannya jarang sekali
ditemukan reservoir yang didalamnya hanya terdapat satu macam fluida, tetapi
kemungkinan terdiri dari dua atau tiga macam fluida. Berdasarkan hal tersebut, maka
dikembangkan konsep permeabilitas efektif dan permeabilitas relatif. Permeabilitas
efektif untuk masing-masing fluida dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan-persamaan sebagai berikut :
Ko
qo o L
qg g L
qw w L
, Kw
dan K g
............... (2-40)
A P1 P2
A P1 P2
A P1 P2
K
K
Ko
, K rw w dan K rg g ................................................. (2-41)
k
k
k
Formasi batuan pada suatu kedalaman tertentu dikenai dua gaya yang bekerja
padanya, yaitu gaya akibat beban batuan diatasnya (overburden) dan gaya yang
timbul akibat adanya fluida yang terkandung dalam pori-pori batuan tersebut. Pada
keadaan statik, kedua gaya berada dalam keadaan setimbang. Bila tekanan reservoir
berkurang akibat pengosongan fluida, maka kesetimbangan gaya ini terganggu.
Akibatnya terjadi penyesuaian dalam bentuk penyusutan volume pori-pori,
perubahan batuan dan volume total batuan. Koefisien penyusutan ini disebut dengan
kompresibilitas batuan.
Geertsma (1957) memberikan tiga definisi kompresibilitas batuan, yaitu :
1. Kompresibilitas matrik batuan, adalah fraksi perubahan volume butiran terhadap
satuan perubahan tekanan.
2. Kompresibilitas bulk batuan, adalah fraksi perubahan volume bulk batuan
terhadap satuan perubahan tekanan.
3. Kompresibilitas pori-pori batuan, adalah fraksi perubahan volume pori-pori
batuan terhadap satuan perubahan tekanan.
Dari ketiga konsep kompresibilitas tersebut, kompresibilitas pori-pori batuan
dianggap paling penting dalam teknik reservoir.
Perubahan volume bulk batuan dapat dinyatakan sebagai kompresibilitas bulk
batuan (Cb), yang secara matematik dapat dituliskan dalam bentuk persamaan
berikut :
Cb
1 Vb
..................................................................................... (2-42)
Vb Ph
dimana :
Vb = volume bulk batuan
Ph = tekanan hidrostatik fluida dalam batuan.
Sedangkan perubahan volume pori-pori batuan dapat dinyatakan sebagai
kompresibilitas pori-pori batuan (Cp), yang dinyatakan dengan persamaan berikut :
Cp
1 V p
V p Po
..................................................................................... (2-43)
dimana :
Vp = volume pori-pori batuan
Po = tekanan luar (overburden).
Van Der Knaap (1959) melakukan studi yang menunjukkan bahwa perubahan
porositas hanya tergantung dari perubahan tekanan fluida dalam pori-pori batuan dan
tekanan luar akibat adanya pembebanan lapisan batuan. Besar kompresibilitas poripori batupasir dan batuan gamping berkisar antara 2 106 sampai 25 10-6 psi1.
(2-
44)
Luas
Berat sedimen = (1 - ).D.A.ma .
(2-
= .D.A.f
(2-
45)
Berat fluida
46)
Dimana :
Po = tekanan overburdeb, psi
D
= kedalaman, ft
Po
Po
=
=
A
(1 - ).D.ma + D.A.f
Po = D[ ( 1 - ).ma + .f ..
(2-47)
Pada cekungan sedimen umumnya tekanan overburden berbanding lurus
dengan kedalaman.
2.3.2. Tekanan formasi
Tekanan formasi adalah tekanan yang diberikan pengisi rongga batuan reservoir
berupa air, miyak dan gas. Tekanan pori fluida batuan dipengaruhi oleh gradien
tekanan hidrostatik suatu kolom fluida didalam formasi. Gradien tekanan hidrostatik
dapat ditentukan dari tekanan hidrostatik, berat dan ketinggian vertical suatu kolom
fluida dalam formasi. Bentuk dan ukuran besar kolom fluida tidak berpengaruh
terhadap besarnya tekanan hidrostatik.
Besarnya tekanan formasi tergantung pada jenis fluida dan kedalamnnya, makin
besar massa jenis dan kedalaman maka makin besar pula formasinya. Pada gambar
memebrikan keterangan bahwa tekanan hidrostatik fluida didalam tabung hanya
tergantung pada besarnya berat jenis fluida (12 ppg) dan ketinggian (5000 ft).
Bagaimanapun bentuk tabung, beasrnya tekanan hidrostatik sama yaitu sebesar 3114
psi.
Secara matematis tekanan hidrostatis dapat dinyatakan
Berat cairan
Ph
=
Luas
=
h x Ax
A
xh
. (2-
48)
dimana :
Ph = tekanan hidrostatis, psi
A = luasan. Inch2
Persamaan di lapangan :
Ph = 0,052 . . h .
Dimana
(2-49)
:
0,052 adalah factor konversi
Dari persamaan 2.49 dapat menghitung gradien tekanan hidrostatik (G) yaitu :
Ph
G =
H
= 0,052 . . psi/ft
2.3.2.1. Tekanan Normal
Tekanan formasi normal adalah suatu tekanan formasi sebagai akibat tekanan
hidrostatik fluida formasi. Sebagai contoh didaerah Rocky Mountain, air formasinya
adalah tawar (fresh water), yang mempunyai gradien 8,33 x 0,052 adalah 0,433
psi/ft.
Gradien tekanan berhubungan dengan lingkungan pengendapan geologi.
Karena pada umumnya sedimen diendapakan pada lingkungan air garam, maka
banyak tempat di dunia ini mempunyai gradien tekanan antara 0,433 psi/ft sampai
0,465 psi/ft. Jadi formasi yang mempunyai gradien tekanan formasi antara 0,433
psi/ft samapi 0,465 psi/ft merupakan tekanan normal.
2.3.2.2. Tekanan Subnormal
Tekanan formasi subnormal adalah formasi yang mempunyai gradien tekanan
dibawah 0,433 psi/ft. Tekanan subnormal diakibatkan adanya rekahan-rekahan
batuan, atau adanya gaya diatrophisma (penekanan batuan dan isinya oleh gaya pada
kerak bumi)
Mekanisme terjadinya tekanan subnormal dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Thermal Expansion
Karena batuan sedimen dan fluida dalam pori dipengaruhi oleh adanya
temperatur, jika fluida mengalami pengembangan maka densitas akan berkurang dan
juga tekanan akan berkurang.
surface
air
yang
terperangkap akan muncul dalam sumur-sumur yang di bor pada aquifer yang sama.
Potentiometric surface dapat mencapai ribuan feet dibawah atau diatas ground level.
2.3.2.3. Tekanan Abnormal
Tekanan abnormal adalah tekanan formasi yang mempunyai gradien
tekanan lebih besar dari harga 0,465 psi/ft. Tekanan abnormal tidak mempunyai
komunikasi tekanan secara bebas sehingga tekanannya tidak akan cepat terdistribusi
dan kembali menuju tekanan normalnya. Tekanan abnormal berkaitan dengan sekat
(seal) terbentuk dalam suatu periode sedimentasi, kompaksi atau tersekatnya fluida
didalam suatu lapisan yang dibatasi oleh lapisan yang permeabilitasnya sangat
rendah. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 2.26.
pori disebabkan karena formasi itu terperangkap didalam formasi lain yang
menyebabkan permeabilitas sangat kecil.
Beberapa mekanisme terbentuknya tekanan abnormal adalah sebagai berikut :
1. Incomplete Sediment Compaction
Sedimentasi clay atau shale yang berlangsung sangat cepat mengakibatkan
terbatasnya waktu bagi fluida untuk membebaskan diri. Di bawah kondisi normal
porositas awal yang tinggi berkurang karena fluida terbebaskan melalui
permeabel sand atau penyaringan melalui shale atau clay. Jika sedimentasi
berlangsung cepat maka proses membebaskan fluida tidak dapat terjadi,
sehingga fluida terjebak didalamnya.
2. Faulting
Patahan dapat menyebabkan redistribusi sedimen, dan menempatkan zone-zone
permeabel berlawanan dengan zone-zone impermeabel, sehingga terbentuk
penghalang bagi aliran fluida. Hal ini akan mencegah keluarnya fluida dari shale
dibawah kondisi terkompaksi. Fenomena faulting yang menyebabkan adanya
tekanan abnormal ditunjukkan pada Gambar 2.27.
6.
13
Struktur antiklinal
Struktur geologi yang berbentuk antiklin perlu diwaspadai adanya tekanan
tinggi. Terutama pada struktur antiklinal pada kedalaman yang tinggi.
Selain dari hasil log gradien tekanan rekah dapat ditentukan dengan memakai
prinsip leak off test, yaitu memberikan tekanan sedikit-sedikit sedemikian rupa
sampai terlihat tanda-tanda mulai pecah, yaitu ditunjukkan dengan kenaikan tekanan
terus menerus kemudian tiba-tiba turun. Penentuan gradien tekanan rekah ini juga
bisa dari perhitungan antara lain :
Hubbert and Willis, yang menganggap 1/3 s/d 1/2
D 3 D
D
(2-50)
dimana
Pf = Tekanan Formasi, psi
Pob = Tekanan Overburden, psi
P
= Kedalaman, ft
Selama pemboran normal torque secara perlahan akan naik seiring dengan
pertambahan kedalaman. Ini merupakan hasil dari kontak antara drillstring dengan
dinding bor.
Pertambahan kandungan gas pad lumpur merupakan indikator yang baik dari
zona bertekanan tinggi. Hal ini terjadi pada waktu pemboran akan memasuki tekanan
tinggi/abnormal dimana pahat sebelumnya menembus lapisan shale yang banyak
mengandung gelembung-gelembung gasa pada pori-pori yang impermeabel.
2.4.4.5.
D
pa
R dN
(2-51)
log
d
12w
10 6 d
pa
.. (2-52)
log
dimana :
R
= Putaran, Rpm
Dpa
Karena pada saat pemboran berlangsung berat jenis lumpur berubah, apalagi ketika
masuk daerah abnormal, maka harga d harus dikoreksi terhadap perubahan berat
jenis lumpur sebagai berikut :
d mn
d ma
d cs d
dimana :
dcs
dmn
dma