DISUSUN OLEH
RIADI PANDIN
17.01.071
TEKNIK PERMINYAKAN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
BALIKPAPAN
2021
Deklarasi Anti Plagiat
NIM : 17.01.170
Menyatakan bahwa Tugas Akhir yang saya buat merupakan hasil sendiri dan
tidak menjiplak karya manapun, jika suatu saat ditemukan bahwa karya ini
merupakan hasil plagiat, maka saya siap menerima konsekuensi seperti yang diatur
dalam Undang-Undang.
Demikian deklarasi tertulis yang saya buat, deklarasi ini saya buat dalam
keadaan sadar dan tanpa paksaan pihak manapun.
ii
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
Oleh :
RIADI PANDIN
17.01.071
NIDN : NIDN :
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
bimbingan petunjuk, berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan tugas akhir
di PT. Pertamina EP Asset IV Donggi Matindok Field dapat terselesaikan dengan
tepat pada waktunya dan sesuai yang diharapkan.
Penulisan tugas akhir ini dibuat dalam rangka sebagai persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknik Perminyakan dari Sekolah Tinggi Teknologi
Minyak dan Gas Bumi Balikpapan.Dalam proses penyusunan dan penulisan Tugas
Akhir ini, tidak sedikit hambatan yang dialami dalam menyusunnya, namun atas
kebesaran-Nya dan bantuan dari berbagai pihak sehingga hambatan-hambatan
tersebut dapat diatasi, untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Lukman, ST. MT. selaku Ketua STT MIGAS Balikpapan.
2. Bapak Abdi Suprayitno, ST., M.Eng. selaku Ketua Jurusan S1 Teknik
Perminyakan STT MIGAS Balikpapan.
3. Ibu Eltimeyansi Crisye Randanan, ST., M.Si selaku Dosen Pembimbing
Akademik.
4. Bapak Ir. Andri Halim, MM selaku Dosen Pembimbing I Tugas Akhir yang
selalu membimbing penulis dengan sabar.
5. Ibu Risna, ST., M.Si selaku dosen pembimbing II Tugas Akhir yang selalu
menasihati, mendukung dan membimbing penulis.
6. PT Pertamina EP Asset IV Donggi Matindok Field yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk memperoleh data dalam penulisan tugas
akhir ini.
7. Bapak Wahyu Yanuar Rizki selaku Pembimbing selama di perusahaan.
Terima kasih atas saran, nasihat, ilmu dan bimbingan selama proses
pengumpulan data dan penulisan Tugas Akhir ini.
8. Kedua Orang tua, kakak, serta teman-teman yang senantiasa mendoakan dan
mendukung proses penulisan dan penyelesaian laporan ini.
v
Penulis menyadari bahwa penyusunan yang dibuat ini sangatlah jauh dari
kesempurnaan dan banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun agar kami dapat meningkatkan kualitas penyusunan
laporan berikutnya. Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat serta menambah
pengetahuan pembaca.
Penulis
vi
ANALISA KEBERHASILAN PENANGGULANGAN
SCALE PADA SUMUR RP DENGAN CARA MATRIX
Riadi
Judul ACIDIZING BERDASARKAN ANALISA KURVA
Pandin
HALL PLOT
DI PT. PERTAMINA EP ASSET V TANJUNG FIELD
Jurusan Teknik Perminyakan 17.01.071
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Abstrak
Matrix acidizing adalah salah satu proses perbaikan terhadap sumur dengan
cara menginjeksikan larutan asam secara langsung ke dalam pori-pori batuan formasi
disekitar lubang sumur dengan tekanan penginjeksian di bawah tekanan rekah
formasi, dengan tujuan agar reaksi menyebar ke formasi secara radial, dengan
demikian akan menaikkan permeabilitas baik dengan cara membesarkan lubang pori-
pori ataupun melarutkan partikelpartikel yang membantu saluran pori-pori tersebut.
Dari hasil penelitian di PT Pertamina EP Asset IV Donggi Matindok Field,
penanggulangan scale dengan cara matrix acidizing ini dinyatakan berhasil. Hal
tersebut terlihat dari perbedaan kurva hall plot dan nilai skin factor sebelum dan
setelah dilakukan matrix acidizing. Dimana nilai skin factor sebelum dilakukan
matrix acidizing bernilai positif yang menunjukkan bahwa terdapat indikasi
kerusakan di sekitar lubang sumur, sedangkan nilai skin factor setelah dilakukan
matrix acidizing bernilai negatif yang menunjukkan bahwa sumur sudah dalam
keadaan baik.
Faktor penyebab terbentuknya scale adalah tercampurnya air formasi dengan
susunan ion yang berbeda, penurunan tekanan dan perubahan temperatur. Jenis scale
yang terbentuk pada sumur RP adalah calsium carbonate (CaCO3) sehingga Jenis
acid yang digunakan untuk mengatasi scale CaCO3 pada sumur RP adalah Asam
Chlorida (HCl).
vii
ANALYSIS OF THE SUCCESS OF
COUNTERMEASURES SCALE IN WELL RP WITH
Riadi
Title MATRIX ACIDIZING BASED ON ANALYSIS HALL
Pandin
PLOT CURVE
IN PT. PERTAMINA EP ASSET V TANJUNG FIELD
Majors Petroleum Engineering 17.01.071
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Abstract
Matrix acidizing is a process of repairing wells by injecting acidic solutions
directly into the pores of rock formation around the well bore with injection pressure
under the fracture pressure of the formation, with the aim that the reaction spreads
into the formation radially, thereby increasing the permeability either by enlarging the
pore holes or by dissolving the particles that help the pore channel.
From the research result in PT Pertamina EP Asset IV Donggi Matindok
Field, control of the scale by means of matrix acidizing is declared successful. This
can be seen from the difference in the hall plot curve and skin factor values before
and after the matrix acidizing. Where the skin factor value before the matrix acidizing
is positive, which indicates that there is an indication of damage around the well hole,
while the skin factor value after the matrix acidizing is negative, which indicates that
the well is in good condition.
The cause of the formation of the scale is the mixing of formation water with
different ionic arrangements, a decrease in pressure and a change in temperature. The
type of scale formed in the well RP is calcium carbonate (CaCO3) so that the type of
acid used to overcome the CaCO3 scale in the well RP is Chloric (HCl).
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK............................................................................................................ vii
ix
2.3 Lokasi Perusahaan ......................................................................................... 7
x
3.7.3.3 Menghitung Volume Injeksi .............................................................. 30
4.4.1.3 Perhitungan SI pada Outlet Produce Water Tank A Injection Pump ... 46
4.4.1.4 Perhitungan SI pada Outlet Produce Water Tank B Injection Pump ... 48
4.4.2.3 Perhitungan S pada Outlet Produce Water Tank A Injection Pump ..... 52
4.4.2.4 Perhitungan S pada Outlet Produce Water Tank B Injection Pump ..... 53
xi
4.5.1 Menentukan Harga Tekanan Rekah Formasi ......................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pada penelitian ini dilakukan di PT Pertamina EP Asset IV Donggi Matindok
Field yang dimana salah satu sumur dinyatakan mengalami problem sehingga
dilakukan analisa berdasarkan data yang ada. Setelah dilakukan analisa dinyatakan
sumur ini terbentuk scale, sehingga perlu dilakukan stimulasi untuk menanggulangi
permasalahan scale yang ada. Metode penanggulangan yang sering dipakai untuk
mengatasi permasalahan scale di sumur milik PT Pertamina EP Asset IV Donggi
Matindok Field adalah dengan cara acidizing.
Air formasi yang terproduksi tersebut memiliki kandungan kation dan anion
yang berbeda-beda. Jika terjadi percampuran dua jenis fluida yang incompatible dan
adanya perubahan tekanan, temperatur, dan pH maka akan melewati batas kelarutan
senyawa yang akan menyebabkan terbentuknya endapan scale. Adanya scale atau
padatan di dalam reservoir dapat menurunkan permeabilitas batuan sehingga
menurunkan produksi minyak. Jika scale menempel pada pipa alir akan menyebabkan
kerusakan pipa dan menghambat laju produksi minyak dan gas bumi.
2
3. Menjelaskan proses penanggulangan scale dengan matrix acidizing pada
sumur RP
3
Bab V Pembahasan
Bab ini berisi pembahasan secara lebih detail mengenai analisa terhadap hasil
perhitungan dan pengamatan berdasarkan data yang diperoleh.
Bab VI Kesimpulan
Bab ini berisi kesimpulan secara menyeluruh semua hasil perhitungan dan
pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada bab ini juga berisi rekomendasi
penulis sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya.
4
BAB II
PROFIL PT PERTAMINA EP ASSET IV DONGGI
MATINDOK FIELD
5
pengelolaan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak, gas, dan panas bumi,
pengelolaan transpgoogortasi pipa migas, jasa pemboran, dan pengelolaan portofolio
di sektor hulu. Ini merupakan wujud implementasi amanat UU No.22 tahun 2001
yang mewajibkan PT Pertamina (Persero) untuk mendirikan anak perusahaan guna
mengelola usaha hulunya sebagai konsekuensi pemisahan usaha hulu dengan hilir.
Atas dasar itulah PT Pertamina EP didirikan pada 13 September 2005. Sejalan
dengan pembentukan PT Pertamina EP maka pada tanggal 17 September 2005, PT
Pertamina (Persero) telah melaksanakan penandatanganan Kontrak Kerja Sama
(KKS) dengan BPMIGAS (sekarang SKKMIGAS) – yang berlaku surut sejak 17
September 2003 – atas seluruh Wilayah Kuasa Pertambangan Migas yang
dilimpahkan melalui perundangan yang berlaku. Sebagian besar wilayah PT
Pertamina (Persero) tersebut dipisahkan menjadi Wilayah Kerja (WK) PT Pertamina
EP. Pada saat bersamaan, PT Pertamina EP juga melaksanakan penandatanganan
KKS dengan BPMIGAS (sekarang SKKMIGAS) yang berlaku sejak 17 September
2005. Dengan demikian WK PT Pertamina EP adalah WK yang dahulu dikelola oleh
PT Pertamina (Persero) sendiri dan WK yang dikelola PT Pertamina (Persero)
melalui TAC (Technical Assistance Contract) dan JOB EOR (Joint Operating Body
Enhanced Oil Recovery).Dengan tingkat pertumbuhan produksi rata-rata 6-7 persen
per tahun, PT Pertamina EP memiliki modal optimisme kuat untuk tetap menjadi
penyumbang laba terbesar PT Pertamina (Persero). Keyakinan itu juga sekaligus
untuk menjawab tantangan pemeritah dan masyarakat yang menginginkan
peningkatan produksi migas nasional.
PT Pertamina EP mendapatkan kepercayaan dari pemerintah dan pemegang
saham untuk mengelola wilayah kerja seluas ± 138.611 km2 berdasarkan kontrak
minyak dan gas bumi Pertamina dengan BPMIGAS pada tanggal 17 September 2005
untuk wilayah kerja Pertamina EP melalui suatu pola pengoperasian sendiri (own
operation) dan beberapa kerja sama kemitraan yakni Technical Assistant Contract
(TAC) dan Kerja Sama Operasi (KSO). Wilayah kerja perusahaan saat ini terbagi ke
6
dalam 5 Asset yang mencakup Sumatera, Jawa dan Kawasan Timur Indonesia.
Kegiatan operasi kelima Asset tersebut adalah:
1. Asset 1, mengelola wilayah kerja mulai dari Sumatera Bagian Utara sampai
dengan Sumatera Bagian Selatan dan terbagi dalam sejumlah area operasi
meliputi Lapangan Rantau, Lapangan Pangkalan Susu, Lapangan Lirik,
Lapangan Jambi dan Lapangan Ramba.
2. Asset 2, mengelola wilayah kerja di Sumatera Selatan dan terbagi dalam
sejumlah area operasi meliputi Lapangan Prabumulih, Lapangan Pendopo,
Lapangan Limau dan Lapangan Adera.
3. Asset 3, mengelola wilayah kerja di Jawa Barat dan terbagi dalam sejumlah
area operasi meliputi Lapangan Subang, Lapangan Jatibarang, Lapangan
Tambun.
4. Asset 4, mengelola wilayah kerja di Jawa Tengah yaitu Lapangan Cepu,
Papua yaitu Lapangan Papua, Sulawesi Tengah yaitu Donggi Matindok dan
Jawa Timur yaitu Poleng dan Sukowati.
5. Asset 5, mengelola wilayah kerja di Kawasan Timur Indonesia dan terbagi
dalam sejumlah area operasi meliputi Lapangan Sangatta, Lapangan
Sangasanga, Lapangan Tanjung, Lapangan Tarakan, dan Lapangan Bunyu.
7
2.3 Lokasi PT Pertamina EP Donggi Matindok
Secara geografis Daerah Operasi PT. Pertamina (Persero) EP Asset 4 Donggi
Matindok Field terletak di Desa Dongin, Kecamatan Toili Barat, Kabupaten Banggai,
Sulawesi Tengah.
8
5,46-4,05 Ma. Sedang jenis kedua terdistribusi di sekitar Kulawi, dan didating 3,78-
3,21Ma.
Granitoid berukuran halus dan miskin biotit (Granitoid A), merupakan
granitoid termuda di daerah Palu-Koro (3,07-1,76 Ma), yang membentuk dike-dike
kecil yang memotong granitoid- granitoid lainnya. Batuannya bersih, putih,
mengandung sedikit biotit sebagai mineral mafik tunggal, serta tersingkap secara
terkonsentrasi di bagian tengah, antara Sadaonta-Kulawi. Bersama-sama dengan dike-
dike aplitik tersebut, juga ditemukan dike-dike lamprofirik (tipe minnette). (Nindy
Wulandari Igirisa, 2014)
Granitoid genesik Pra-Neogen (Granitoid D) di beberapa daerah kecil di
sekitar Toboli. Berdasarkan peta geologi yang dibuat Sukamto et al. (1973),
distribusinya bisa diekstrapolasi berarah utara-selatan di daerah Toboli-Kasimbar.
Jenis ini umumnya mengandung granit yang berkomposisi kuarsa, K-feldspar,
plagioklas, dan muskovit. Terdapatnya muskovit dan umurnya yang lebih tua (96,37
Ma), membuat granitoid ini berbeda dengan jenis-jenis lainnya tersebut di atas.
Secara lateral granitoid-granitoid tersebut terdistribusi relatif melingkar (circular)
dengan Granitoid A di sekitar Kulawi sebagai pusatnya, dan dikelilingi oleh
Granitoid B dan C. Granitoid D, yang paling tua, memanjang utara-selatan di sebelah
timur distribusi konsentris tersebut. (Nindy Wulandari Igirisa, 2014)
2.4.1 Morfologi
Morfologi daerah luwuk dapat dibagi menjadi satuan yaitu pegunungan dan
karst, perbukitan dan daratan rendah. (Baharianto, 2007)
Pegunungan menempati bagian tengah daerah pemetaan dengan puncak
tertingginya mencapai 2.255m di atas muka laut. Morfologi pegunungan dicirikan
oleh tonjolan yang kasar dan belerang terjal. Karst berupa dolina, gua dan sungai
bawah tanah, dengan batuan yang membentuk morfologi pegunungan ini adalah
batuan ultramafik, batuan mafik, dan batugamping pada daerah karst. Lembah sungai
9
yang mengalir di daerah ini berbentuk V, dan banyak dijumpai air terjun. (Baharianto,
2007)
Satuan perbukitan menempati daerah di antara pegunungan dan dataran,
ketinggiannya berkisar antara 50 sampai 700 m di atas muka laut. Satuan morfologi
ini belerang landai agak curam dengan batuan yang membentuk morfologi ini ialah
batugamping, batuan ultramafik dan mafik, batuan gunung api dan sedimen klastika.
Pola aliran sungai di daerah ini dapat digolongkan sejajar atau hampir sejajar.
(Baharianto, 2007)
Dataran rendah menempati daerah pantai, terutama di bagian utara daerah
pemetaan ketinggiannya berkisar antara 0 dan 50 m di atas muka laut. Dataran
terdapat di daerah Ampana, Balingara, Bunda, Siuna dan Binsil, kesemuanya terdapat
di pantai utara. Sungai yang mengalir di daerah ini umumnya berkelok dan berlembah
lebar dan satuan morfologi ini dibentuk oleh endapan sungai dan pantai. (Baharianto,
2007)
2.4.2 Struktur
Daerah Luwuk terdapat di pulau Sulawesi tepatnya di bagian Tengah, terdapat
di daerah subduksi, dan berasosiasi dengan batuan mafik dan ultramafik. Struktur
geologi di daerah ini dicerminkan oleh sesar, lipatan dan kekar. (Baharianto, 2007)
1. Sesar
Sesar dijumpai berupa sesar naik, sesar bongkah dan sesar geser jurus. Sesar
naik diwakili oleh Sesar Poh, Sesar Batui dan Sesar Lobu. Kesemuanya diduga
mempunyai arah gaya dari tenggara. Gaya tersebut menyebabkan terbentuknya sesar
naik dan struktur pergentengan di bagain tengah serta sesar geser jurus mengiri di
bagian timurnya. Sesar bongkah yang utama adalah Sesar Salodik, berarah barat-
timur, melibatkan batuan sedimen Tersier. (Baharianto, 2007)
2. Lipatan
Struktur lipatan yang ditemukan di daerah ini digolongkan menjadi jenis
lipatan lemah terbuka yaitu lipatan dengan kemiringan lapisan maksimum 30o dan
10
lipatan kuat tertutup dengan kemiringan lapisan lebih dari 30o. Struktur lipatan di
daerah ini membentuk antiklin dan sinklin dengan sumbu berarah timurlaut-
baratdaya. (Baharianto, 2007).
11
BAB III
DASAR TEORI
12
1) Scale Calcium Sulphate (CaSO4)
Scale kalsium Sulfat terbentuk dari reaksi ion calcium dan ion sulfat
reaksinya sebagai berikut:
𝐶𝑎2+ + 𝑆𝑂4 → CaSO4
Faktor yang mempengaruhi pembentukan scale CaSO4 yaitu sebagai berikut:
Penurunan tekanan
Perubahan temperatur
Perubahan pH
Untuk menanggulangi scale CaSO4 digunakan fluida pengubah (converter)
dikarenakan CaSO4 bereaksi dengan HCL. Inorganic converter biasanya karbonat
(CO32-) atau hidroksida (OH-) akan bereaksi dengan CaSO4 dan mengubahnya
menjadi CaCO3 atau Ca(OH)2 yang akan larut dalam asam. Coversion treatment
tersebut akan diikuti dengan pengasaman untuk melarutkan CaCO 3 atau Ca(OH)2.
Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut:
CaSO4 + (NH4)2CO3 → (NH4)2 SO4 + CaCO3
Kemudian CaCO3 yang terbentuk dilarutkan oleh HCL, dengan reaksi
sebagai berikut:
CaCO3 + 2HCL → CaCl2 + H2O + CO2
CO2 yang terbentuk akan membantu melepaskan endapan yang sangat padat.
Dalam menghilangkan endapan CaSO4 digunakan organic converter, seperti
natrium sitrat, kalium glikolat, dan kalium asetat. Zat-zat tersebut dapat bereaksi
dengan endapan CaSO4 dan akan menyebabkan endapan tersebut membengkak
(swell), sehingga akan menjadi lunak dan mudah dihilangkan dengan cara
mendorong dengan air. Zat kimia ini mahal dan membutuhkan waktu kontak
beberapa jam untuk endapan yang tebal, sehingga sebaiknya dicoba terlebih dahulu
pada laboratorium sebelum digunakan.
13
2) Scale Barium Sulphate (BaSO4)
Scale Barium Sulfat dibentuk oleh kombinasi ion 𝐵𝑎2+ dan ion 𝑆𝑂42− dengan
reaksi sebagai berikut :
𝐵𝑎2+ + 𝑆𝑂42− → BaSO4
Faktor yang mempengaruhi pembentukan scale CaSO4 yaitu sebagai berikut:
Perubahan Tekanan
Perubahan Temperatur
Perubahan Tekanan
Perubahan Temperatur
14
Kandungan Garam Terlarut
Untuk menanggulangi scale CaCO3 pada berbagai kondisi, cara yang paling
mudah dan murah adalah menggunakan HCl dengan konsentrasi 5%, 10% atau 15%.
Reaksi kimia yang terjadi adalah :
CaCO3 2HCl CaCl2 H2O CO2
Corrosion inhibitor juga harus ditambahkan ke dalam asam untuk menjaga
agar tidak melarutkan besi. Sering juga ditambahkan surfaktan untuk menghilangkan
film minyak dari scale yang mengandung deposit organik (Sari R, 2016).
Scale sulfat yang sering ditemukan di lapangan migas terdiri dari CaSO 4,
BaSO4 dan SrSO4 (Pranodo & Agusandi, 2017).
15
4. Nilai pH yang besar akan mempercepat pembentukan scale.
5. Lamanya waktu kontak scale mengendap akan mengarah pada pembentukan
Scale yang lebih padat dan keras.
16
3.2 Hall plot Analysis
Metode Hall mulai dilakukan untuk menganalisis sumur injeksi air pada tahun
1963. Metode ini berupa pendekatan secara grafis untuk mengevaluasi kapasitas
injeksi sumur. Secara umum, kapasitas sumur injeksi sulit untuk dievaluasi karena
banyaknya variasi dari laju injeksi dan tekanan. Untuk mengevaluasi kemungkinan
adanya plugging ataupun peningkatan injeksi biasanya dibutuhkan data-data tekanan
reservoir, viskositas air, dan densitas air.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka Hall menunjukkan bahwa gradient
dari kurva jumlah tekanan kepala sumur dikalikan dengan waktu versus volume
injeksi kumulatif dapat memperlihatkan kapasitas sumur injeksi dan gradient akan
tetap bernilai konstan apabila kapasitasnya tetap konstan. Persamaan yang digunakan
untuk menentukan gradient pada hall plot adalah fungsi yang berasal dari berbagai
parmeter reservoir yang mana permeabilitiy thickness (kapasitas) adalah yang paling
penting. Persamaannya adalah:
( )
Dimana:
Slope
Viskositas air (cp)
𝐵 Faktor volume formasi air (bbl/stb)
Radius injeksi (ft)
Radius sumur (ft)
Permeabilitas air (mD)
Ketebalan lapisan (ft)
Beberapa asumsi berlaku untuk persamaan ini. Asumsi yang paling penting
adalah tekanan reservoir dan radius injeksi harus konstan. Ketika nilai gradient pada
kurva water injeksi kumulatif versus tekanan kepala sumur dikalikan dengan waktu
mengalami perubahan menjadi berkurang, maka diindikasikan adanya efek stimulasi,
misalnya perekahan hydraulic dan pengasaman. Jika gradient pada kurva tersebut
17
mengalami perubahan menjadi bertambah, maka diindikasikan bahwa adanya efek
damage pada sumur, misalnya adanya plugging atau bertambahnya nilai skin yang
menyebabkan menurunnya kapasitas injeksi fluida.
Metode hall plot bertujuan untuk mengetahui performa injeksi dan masalah
yang mungkin terjadi pada sumur injeksi. Pada prosedur konvensional, jika
ditemukan adanya problem pada sumur melalui Hall plot, langsung dilakukan
pengujian sumur untuk menentukan nilai formation damage. Nilai formation damage
dapat diketahui tanpa melaksanakan pengujian sumur yang lebih tidak ekonomis.
Dengan cara mengevaluasi data laju injeksi dan tekanan pada waktu tertentu, dengan
menggunakan kurva Hall plot, maka nilai formation damage bisa didapatkan.
Sehingga pengujian sumur tidak perlu lagi dilakukan untuk menentukan nilai
formation damage atau skin factor pada sumur tersebut. Oleh karena itu nilai skin
factor dihitung untuk mengetahui seberapa seriuskah efek damage yang terdapat pada
sumur, pressure drop yang terdapat karena adanya skin, dan memperkirakan jumlah
produksi yang dapat ditingkatkan.
Kurva Hall plot tidak hanya dapat digunakan untuk mengidentifikasikan
adanya penurununan kapasitas injeksi, tetapi juga dapat digunakan sebagai metode
untuk menentukan treatment atau prosedur workover apa yang akan dilakukan untuk
sumur tersebut. Pada prosedur konvensional, jika ditemukan adanya problem pada
sumur melalui Hall plot, langsung dilakukan pengujian sumur untuk menentukan
nilai formation damage ataupun nilai skin.
18
Gambar 3.2 kurva hall plot
(Sumber: Andalucia & Ariansyah, 2016)
Hall plot dibuat dengan memplot tekanan kumulatif versus volume kumulatif
air yang diinjeksikan.
Dimana:
A = Injeksi Normal
B = Wellbore telah dilakukan stimulasi (negative skin)
C = Air yang diinjeksikan keluar dari zona injeksi
D = Plugging (positive skin) atau kualitas air buruk
3.3 Skin
Skin merupakan suatu besaran yang menunjukkan ada atau tidaknya
kerusakan formasi di sekitar lubang sumur. Kerusakan suatu formasi menunjukkan
daerah disekitar lubang sumur yang mengalami penurunan permeabilitas. Skin Factor
merupakan penurunan tekanan yang tidak memiliki satuan (dimensionless) yang
disebabkan karena adanya halangan aliran di sekitar lubang sumur. Adapun tipe-tipe
penyebab kerusakan formasi yaitu:
1. Scale
Scale merupakan endapan yang terbentuk akibat kristalisasi dari ion-ion
mineral yang larut dalam air. Deposit scale disebabkan oleh adanya senyawasenyawa
19
pembentuk kerak didalam air yang melebihi kelarutannya pada keadaan
kesetimbangan, selanjutnya akan terjadi pengendapan dimana jumlah molekul akan
bertambah dan membentuk kristal yang menempel dipermukaan dan selama selang
waktu tertentu akan menjadi padatan yang keras.
2. Clay Swelling
Clay swelling disebabkan karena fresh water atau filtrat lumpur pemboran
yang merembes keformasi yang mengandung shale. Sekali swelling terjadi sukar
sekali untuk menaikkan kembali permeabilitas dengan mengganti sistem lumpur
dengan lumpur asin (salt water mud).
3. Partikel Plugging
Partikel lumpur pemboran atau semen dapat menyebabkan tertutupnya pori-
pori batuan disekitar lubang bor. Selain itu terdapat grup clay illite (seperti rambut)
dan kaolinite (berlapis-lapis) yang partikelnya akan bergerak dan menutup lubang
pori-pori kalau clay tersebut tersentuh oleh filtrat fresh water base mud, baik silika
maupun claynya sendiri.
Persamaan yang digunakan menghitung nilai skin untuk menentukan ada
tidaknya kerusakan formasi di sekitar lubang sumur yaitu sebagai berikut:
[ ] * +
Dimana:
S = skin
k = permeabilitas, md
h = ketebalan
Pr = pressure reservoir (Psi)
= viskositas
= faktor volume formasi
= laju alir maximum
= radius injeksi
= radius well
20
Untuk menghitung faktor skin dari sumur yang telah di screening dan
diindikasikan terjadi kerusakan formasi dengan pendekatan dengan rumus dari Hall
plot yaitu sebagai berikut:
𝑎
( )
𝑎
Dimana:
𝑎 = Transmibility Pada Zona Damaged
= Transmibility Pada Zona Undamaged
= Radius injeksi ( ft)
= Radius sumur (ft )
21
dilakukan diantaranya, yaitu :
a. Survei dan pengambilan sampel air terproduksi
Survei dilakukan untuk mengumpulkan data komposisi kimia dan
pengambilan sampel air terproduksi atau scale yang ada di lapangan -lapangan
minyak
b. Analisis Kimia
Analisis kimia dilakukan untuk menentukan kandungan mineral atau ion
terlarut pada sampel atau pada endapan scale yang sudah diambil pada waktu survei.
Analisa diusahakan supaya dilakukan onsite sehingga mengurangi pengaruh
lingkungan pada sampel yang diambil.
Adapun kegunaan yang paling penting dari analisa air formasi yaitu
memperkirakan kemungkinan terjadinya kerusakan formasi dari injeksi air formasi
pada projek water flooding, memperkirakan formasi scale di permukaan dan peralatan
downhole, memperkirakan dan memantau adanya korosi, memantau efisiensi sistem
water treatment, mendiagnosa permasalahan-permasalahan yang ada di lapangan
minyak dan mengidentifikasi formasi. (Zulullhuda, 2016)
Air formasi yang ikut terproduksi bersama minyak atau gas memiliki sifat
asam dan basa. Sifat asam menyebabkan permasalahn korosi yang bisa
mengakibatkan kerusakan pada peralatan produksi sehingga mengganggu proses
produksi. Sedangkan sifat basa air fomasi menyebabkan terbentuknya scale yaitu
endapan ion-ion yang ikut terbawa bersama air formasi di dalam pipa produksi atau
sumur yang bisa menurunkanlaju produksi. (Pranondo dan Agusandi, 2017)
Selain berdampak negatif, air formasi juga digunakan untuk hal yang positif.
Pada sumur injeksi, air formasi digunakan sebagai tenaga pendorong untuk
mengangkat minyak dari reservoir ke permukaan.
22
air formasi yang dapat menyebabkan pertumbuhan scale terjadi. Scale index dihitung
untuk mengetahui jenis scale yang terbentuk. Untuk mengetahui scale index yang
tedapat pada air injeksi terlebih dahulu kita menganalisa ion-ion, pH, dan specific
gravity yang terkandung pada air injeksi yang diambil dari tempat sampel. Scale
index dapat dihitung dengan menggunakan metode perhitungan Stiff & Davis dan
metode Skillman, Mcdonald, & Stiff.
23
Perkiraan kecenderungan pembentukan scale kalsium karbonat ditentukan
berdasarkan harga Scalling Index (SI) dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Jika SI < 0 (negatif), maka sistem tidak terjenuhi oleh CaCO3 dan scale
cenderung tidak terbentuk.
b. Jika SI > 0 (positif), maka sistem telah terjenuhi oleh CaCO 3 dan terdapat
kecenderungan pengendapan scale.
c. Jika SI = 0, maka sistem berada pada titik jenuh (saturation point), dan scale
tidak akan terbentuk
Untuk menentukan harga SI dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:
𝑆 𝐶𝑎
Dimana:
SI = Scalling Index
pH = pH air sebenarnya
pCa = negatif logaritma dari konsentrasi Ca2+
= - log (Ca2+)
pAlk = negatif logaritma dari konsentrasi total alkalinity
= - log (Alk)
= - log [(CO32-+ HCO32-)]
K = Konstanta yang merupakan fungsi dari kadar garam, konsentrasi dan
temperatur.
Harga pCa dan pAlk dapat diperoleh dengan menggunakan perhitungan
sebagai berikut :
pCa = 4.5997 - 0.4337 ln (Ca2+)
pAlk = 4.8139 - 0.4375 ln (CO32-+ HCO32-)
24
(CaSO4). Penentuan kecenderungan pembentukan scale CaSO4 dengan menggunakan
metode ini didasarkan pada persamaan sebagai berikut
√
Dimana:
S = kelarutan gypsum hasil perhitungan, meq/L
k = konstanta yang merupakan fungsi komposisi air dan temperatur
x = kelebihan konsentrasi ion dalam mol/L
Perkiraan kecenderungan pembentukan scale CaSO4 didasarkan pada hasil
perhitungan S dengan membandingkan hasil perhitungan konsentrasi aktual Ca 2+ dan
SO42- yang terdapat dalam air formasi, dengan ketentuan, berikut:
c. Jika S lebih kecil dari kedua konsentrasi aktual Ca2+ dan SO42-, maka
cenderung terbentuk scale CaSO4.
d. Jika S lebih besar dari kedua konsentrasi aktual Ca 2+ dan SO42-, maka air tidak
dijenuh dengan CaSO4 dan scale CaSO4 tidak terbentuk.
25
disebut dengan kerusakan formasi (formation damage), kerusakan fomasi ini
kebanyakan disebabkan oleh operasi pemboran dan penyemenan yang menyebabkan
permeabilitas batuan menjadi kecil jika dibandingkan dengan permeabilitas alaminya
sebelum terjadi kerusakan formasi, pengecilan permeabilitas batuan formasi ini akan
mengakibatkan terhambatnya aliran fluida dari formasi menuju ke lubang sumur
sehingga pada akhirnya akan menyebabkan turunnya produktivitas suatu sumur.
Sasaran dari stimulasi ini adalah formasi produktif, karena itu karakteristik
reservoir mempunyai pengaruh besar pada pemilihan stimulasi. Karakteristik
reservoir meliputi karakteristik batuan maupun karakteristik fluida reservoir terutama
berpengaruh pada pemilihan fluida treatment baik pada acidizing maupun pada
hydraulic fracturing, faktor lain yang berpengaruh dalam treatment ini adalah kondisi
reservoir yaitu volume pori, tekanan dan temperatur reservoir.
26
3. Hal lain seperti aman, biaya, pengadaan, penyimpanan dll.
Pada intinya, acidizing adalah proses pelarutan material-material batuan yang
terdapat disekitar lubang tempat masuknya fluida reservoir ke dalam sumur dengan
menginjeksikan sejumlah asam ke dalam sumur atau lapisan produktif. Acidizing ini
digunakan untuk menghilangkan pengaruh kerusakan formasi disekitar lubang sumur
yaitu skin dengan cara memperbesar pori-pori batuan dan melarutkan partikel-partikel
penyumbat pori-pori batuan.
27
c) Pengasaman Matriks (Matrix acidizing)
Matriks acidizing dilakukan dengan cara menginjeksikan larutan asam dan
additif tertentu secara langsung ke dalam pori-pori batuan formasi disekitar lubang
sumur dengan tekanan penginjeksian di bawah tekanan rekah formasi, dengan tujuan
agar reaksi menyebar ke formasi secara radial. Asam akan menaikkan permeabilitas
matriks baik dengan cara membesarkan lubang pori-pori ataupun melarutkan partikel-
partikel yang membantu saluran pori-pori tersebut. Bila sumur tidak mengalami
kerusakan (damage), matriks acidizing tidak akan banyak membantu pada
peningkatan produksi. Untuk mendapatkan hasil yang besar pada peningkatan
produksi, maka jumlah asam yang digunakan tidak akan ekonomis.
28
tergantung pada permeabilitas formasi, kandungan clay dan silt pada formasi (Crowe,
Masmonteil, & Thomas, 1992).
3. Overflush
Tujuan dari overflush adalah untuk membersihkan sisa-sisa pengasaman
dengan menempatkan asam di perforasi dan untuk mendesak asam HF menjauh dari
lubang sumur, sehingga jika dilakukan overflush pengendapan reaksi yang tak
terduga hanya terjadi jauh dari lubang sumur dimana dampak pada produktifitas tidak
signifikan (Alfred R. Jennings, 2007). Umumnya tahap overflush ini menggunakan
air sebagai overflush fluid. Pada sumur minyak biasanya menggunakan diesel dan
untuk sumur gas biasanya menggunakan gas nitrogen.
29
a.) 𝑎 𝐷
b.) 𝑆 𝑎 𝐵 𝑎
Keterangan :
Densitas asam, ppg
Gradient rekah formasi, Psi/ft
𝐷 Kedalamn sumur, ft
Keterangan :
𝐷 𝑎
𝑂𝐷 𝑂 𝑎
30
BAB IV
PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA
Penelitian ini dilakukan dengan menganalisa data pada sumur injeksi RP yang
berada di PT Pertamina Aset 4 Donggi Matindok Field, data yang dianalisa adalah
data dari tanggal 2 Agustus 2017 sampai tanggal 6 Desember 2017 yang dimana data
tersebut adalah data sebelum dilakukan matrix acidizing. Dari data tersebut kemudian
diplot ke dalam kurva hall plot berdasarkan nilai kumulatif tekanan dan nilai
kumulatif volume injeksi lalu dilakukan analisa kurva Hall plot, analisa kurva Hall
plot ini dilakukan untuk menentukan ada atau tidaknya indikasi atau efek damage
pada sumur, misalnya adanya plugging atau bertambahnya nilai skin yang
menyebabkan menurunnya kapasitas injeksi fluida.
Setelah dilakukan analisa Hall plot selanjutnya menghitung nilai skin dengan
menggunakan slope dan nilai transmissibilitynya untuk menganalisa lebih lanjut
apakah terjadi formation damage atau tidak. Setelah didapatkan bahwa benar-benar
terjadi formation damage maka selanjutnya dengan melakukan stimulasi matrix
acidizing pada sumur tersebut. Setelah proses stimulasi matrix acidizing dilakukan,
maka selanjutnya kembali menganalisa kurva hall plot dari data tanggal 15 desember
2017 sampai tanggal 31 desember 2017 yang dimana data tersebut adalah data setelah
dilakukan matrix acidizing. Dari kurva hall plot tersebut dapat dianalisa keberhasilan
penanggulangan scale dengan cara matrix acidizing pada sumur RP.
31
4.1 Profil Sumur RP
32
4.2 Analisa Kurva Hall plot
Kurva Hall plot didapatkan dari data yang dimulai dari tanggal 2 Agustus
2017 sampai tanggal 6 Desember 2017 berdasarkan nilai kumulatif tekanan dan
kumulatif volume injeksi.
Tabel 4.1 Data Injeksi Sumur RP
Press
Pump Total Time Kumulatif Kumulatif
Tanggal Well
Pressure Injection Injection Injeksi PWH
Head
2-Aug-2017 595.00 420 1471.84 24 1471.84 420
3-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 1471.84 420
4-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 1471.84 420
5-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 1471.84 420
6-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 1471.84 420
7-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 1471.84 420
8-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 1471.84 420
9-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 1471.84 420
10-Aug-2017 556.00 420 1526.06 21 2997.90 840
11-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 2997.90 840
12-Aug-2017 716.00 430 937.33 17 3935.23 1270
13-Aug-2017 612.00 450 1501.64 20 5436.87 1720
14-Aug-2017 612.00 450 633.63 7 6070.50 2170
15-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 6070.50 2170
16-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 6070.50 2170
17-Aug-2017 750.00 450 1689.14 24 7759.64 2620
18-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 7759.64 2620
19-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 7759.64 2620
20-Aug-2017 737.00 650 1488.91 24 9248.55 3270
21-Aug-2017 737.00 650 715.65 13 9964.20 3920
22-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 9964.20 3920
23-Aug-2017 612.00 450 303.91 4 10268.11 4370
24-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 10268.11 4370
25-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 10268.11 4370
26-Aug-2017 0.00 650 673.95 12 10942.06 5020
27-Aug-2017 0.00 650 1580.29 24 12522.36 5670
28-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 12522.36 5670
29-Aug-2017 0.00 650 1297.22 24 13819.57 6320
33
30-Aug-2017 0.00 650 1297.22 24 15116.79 6970
31-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 15116.79 6970
1-Sep-2017 0.00 650 967.55 8 16084.34 7620
2-Sep-2017 0.00 0 0.00 0 16084.34 7620
3-Sep-2017 0.00 650 263.17 4 16347.51 8270
4-Sep-2017 0.00 650 1842.00 24 18189.51 8920
5-Sep-2017 0.00 0 0.00 0 18189.51 8920
6-Sep-2017 0.00 0 0.00 0 18189.51 8920
7-Sep-2017 612.00 650 1216.21 20 19405.72 9570
8-Sep-2017 0.00 0 0.00 0 19405.72 9570
9-Sep-2017 0.00 0 0.00 0 19405.72 9570
10-Sep-2017 0.00 0 0.00 0 19405.72 9570
11-Sep-2017 0.00 0 0.00 0 19405.72 9570
12-Sep-2017 800.00 0 0.00 8 19405.72 9570
13-Sep-2017 800.00 650 1084.52 11 20490.23 10220
14-Sep-2017 800.00 0 0.00 3 20490.23 10220
15-Sep-2017 837.00 650 2184.52 24 22674.76 10870
16-Sep-2017 846.20 650 4113.41 24 26788.17 11520
17-Sep-2017 852.20 650 1572.55 24 28360.71 12170
18-Sep-2017 0.00 0 0.00 0 28360.71 12170
19-Sep-2017 0.00 0 0.00 0 28360.71 12170
20-Sep-2017 815.00 650 1595.79 17 29956.50 12820
21-Sep-2017 815.00 650 2236.97 24 32193.47 13470
22-Sep-2017 815.00 650 340.85 20 32534.32 14120
23-Sep-2017 0.00 0 0.00 0 32534.32 14120
24-Sep-2017 0.00 0 0.00 0 32534.32 14120
25-Sep-2017 800.00 650 640.00 8 33174.32 14770
26-Sep-2017 800.00 650 1115.50 24 34289.83 15420
27-Sep-2017 837.00 600 232.40 4 34522.22 16020
28-Sep-2017 837.00 600 232.40 4 34754.62 16620
29-Sep-2017 940.80 700 1433.00 24 36187.62 17320
30-Sep-2017 0.00 0 0.00 0 36187.62 17320
1-Oct-2017 982.00 700 1464.00 24 37651.62 18020
2-Oct-2017 982.00 700 534.51 8 38186.13 18720
3-Oct-2017 982.00 700 991.56 10 39177.69 19420
4-Oct-2017 982.00 700 1975.37 24 41153.06 20120
5-Oct-2017 982.00 700 1975.37 9 43128.43 20820
6-Oct-2017 982.00 700 1479.59 15 44608.02 21520
34
7-Oct-2017 982.00 700 1007.05 17 45615.07 22220
8-Oct-2017 1104.00 700 1007.05 11 46622.12 22920
9-Oct-2017 1136.50 900 201.25 4 46823.37 23820
10-Oct-2017 1217.00 910 1526.00 24 48349.37 24730
11-Oct-2017 1230.00 910 1527.00 7 49876.37 25640
12-Oct-2017 1127.00 900 240.00 4 50116.37 26540
13-Oct-2017 1320.00 1100 1347.00 24 51463.37 27640
14-Oct-2017 0.00 0 0.00 0 51463.37 27640
15-Oct-2017 1290.00 1100 387.33 4 51850.69 28740
16-Oct-2017 1290.00 1100 1161.06 18 53011.75 29840
17-Oct-2017 1291.00 1101 1162.06 19 54173.81 30941
18-Oct-2017 1350.00 1250 1634.52 17 55808.33 32191
19-Oct-2017 1410.00 1100 743.08 9 56551.41 33291
20-Oct-2017 1410.00 1100 1006.25 18 57557.66 34391
21-Oct-2017 1410.00 1200 2030.00 24 59587.66 35591
22-Oct-2017 1523.00 1340 1523.00 19 61110.66 36931
23-Oct-2017 0.00 0 0.00 0 61110.66 36931
24-Oct-2017 1725.00 1550 1753.00 21 62863.66 38481
25-Oct-2017 1725.00 1550 1753.00 21 64616.66 40031
26-Oct-2017 0.00 0 0.00 0 64616.66 40031
27-Oct-2017 1730.00 1340 1564.80 20 66181.46 41371
28-Oct-2017 1587.00 1430 1564.80 4 67746.26 42801
29-Oct-2017 1864.00 1650 1564.80 4 69311.06 44451
30-Oct-2017 0.00 0 0.00 0 69311.06 44451
31-Oct-2017 1864.00 1650 281.87 2 69592.92 46101
1-Nov-2017 1750.00 1650 629.28 4 70222.20 47751
2-Nov-2017 1750.00 1650 472.54 4 70694.74 49401
3-Nov-2017 1750.00 1650 278.88 4 70973.61 51051
4-Nov-2017 1820.00 1730 1471.84 24 72445.45 52781
5-Nov-2017 0.00 0 0.00 0 72445.45 52781
6-Nov-2017 1488.00 1650 332.45 2 72777.90 54431
7-Nov-2017 1488.00 1650 1130.00 12 73907.90 56081
8-Nov-2017 1608.00 1650 787.00 7 74694.90 57731
9-Nov-2017 1608.00 1650 754.00 4 75448.90 59381
10-Nov-2017 1547.00 1650 729.00 8 76177.90 61031
11-Nov-2017 1547.00 1650 991.00 8 77168.90 62681
12-Nov-2017 1547.00 1650 814.00 8 77982.90 64331
13-Nov-2017 1295.00 1100 829.00 8 78811.90 65431
35
14-Nov-2017 1295.00 1100 829.00 8 79640.90 66531
15-Nov-2017 1295.00 1100 472.00 8 80112.90 67631
16-Nov-2017 1295.00 1100 459.13 8 80572.03 68731
17-Nov-2017 1730.00 1100 579.00 12 81151.03 69831
18-Nov-2017 1730.00 1100 579.00 12 81730.03 70931
19-Nov-2017 1730.00 1100 580.00 12 82310.03 72031
20-Nov-2017 1500.00 1100 427.00 12 82737.03 73131
21-Nov-2017 1500.00 1100 324.00 12 83061.03 74231
22-Nov-2017 1593.00 1100 593.00 12 83654.03 75331
23-Nov-2017 1600.00 1100 593.00 12 84247.03 76431
24-Nov-2017 1600.00 1100 426.00 12 84673.03 77531
25-Nov-2017 1600.00 1100 965.00 8 85638.03 78631
26-Nov-2017 1600.00 1100 1094.00 8 86732.03 79731
27-Nov-2017 1600.00 1100 868.32 11 87600.35 80831
28-Nov-2017 1600.00 1100 1220.66 24 88821.01 81931
29-Nov-2017 1600.00 1100 1015.90 24 89836.91 83031
30-Nov-2017 1600.00 1100 1156.15 24 90993.06 84131
1-Dec-2017 1600.00 1100 961.38 24 91954.44 85231
2-Dec-2017 1400.00 1300 918.02 24 92872.46 86531
3-Dec-2017 1600.00 1300 397.80 24 93270.26 87831
4-Dec-2017 1600.00 1300 641.99 24 93912.25 89131
5-Dec-2017 1600.00 1300 792.77 24 94705.02 90431
6-Dec-2017 1600.00 1300 403.56 24 95108.58 91731
Dari data injeksi sumur RP tersebut diplot membentuk kurva Hall plot
berdasarkan nilai kumulatif tekanan dan kumulatif volume injeksi.
36
Gambar 4.2 Kurva Hall plot
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa setelah data
yang ada di plot ke dalam grafik, garis yang terbentuk tidak menunjukkan trend line
sehingga dapat dinyatakan bahwa sumur tersebut diindikasikan mengalami kerusakan
formasi (Plugging). Untuk membuktikan indikasi kerusakan formasi yang ada maka
dilakukan analisis lebih lanjut pada sumur tersebut.
37
Faktor Volume Formasi Air Bw 1,036 Rb/STB
Porositas 19 persen
Viskositas 0,55 Cp
Radius Sumur rw 0,708 ft
Permeabilitas k 37 mD
( )
√
( )
√
38
b. Untuk ma (slope pada Damaged)
𝐵 ( )
( )
𝐵 ( )
𝑎
𝑎
( )
𝑎
39
𝑎
𝑆 ( )
𝑆
Hasil perhitungan faktor skin dari rumus tersebut bernilai positif yaitu sebesar
17,9 yang menunjukkan bahwa terjadi indikasi kerusakan di sekitar lubang sumur
sehingga sumur ini perlu untuk dilakukan stimulasi.
40
Tabel 4.3 Data Hasil Analisa Anion, Kation, pH dan SG
Inlet Inlet Outlet Produce Outlet Produce
Produce Produce Water Tank A Water Tank B
Parameter
Water Water Injection Injection
Tank A Tank B Pump Pump
pH 7,90 10,55 7,41 7,58
Specific gravity 1,01 1,01 1,01 1,01
Natrium (Na+), mg/l 1791,3 1791,3 1791,3 1791,3
Kalsium (Ca2+), mg/l 20 20 20 20
Magnesium (Mg+2), mg/l 62,3 62,3 62,3 62,3
Besi (Fe3+), mg/l 0,36 0,34 0,77 0,49
Karbonat (CO3-), mg/l 0 0 0 0
-
Bikarbonat (HCO3 ), mg/l 248,4 248,4 248,4 248,4
Sulfat (SO4), mg/l 7,76 7,76 7,76 7,76
Chlorida (Cl-), mg/l 129,8 582,9 460,5 556,1
Berdasarkan Tabel 4.3 diperoleh besaran tiap-tiap ion penyusun sehingga dari
data tersebut dapat ditentukan jenis scale yang terbentuk dengan menggunakan
metode perhitungan Stiff & Davis dan metode Skillman, McDonald, & Stiff.
41
𝑆 𝐶𝑎
Keterangan:
SI = Scale Index
pH = pH air sebenarnya
pCa = negatif logaritma dari konsentrasi Ca2+
= - log (Ca2+)
pAlk = negatif logaritma dari konsentrasi total alkalinity
= - log (Alk) = - log [(CO32-+ HCO32-)]
K = Konstanta yang merupakan fungsi dari kadar garam, konsentrasi dan
temperatur.
42
Gambar 4.2 Grafik hubungan ionic strength vs K
Dengan menggunakan grafik hubungan antara ionic strength vs K yang
ditunjukkan pada Gambar 4.2 dan berdasarkan nilai pada Tabel 4.4 didapatkan nilai
K pada air formasi sumur RP pada suhu 40 oC sebesar 1,8. Sehingga berdasarkan pada
Tabel 4.3 didapatkan nilai sebagai berikut :
Nilai pH = 7,90
Nilai Ca2+ = 20 mg/l
Nilai HCO3- = 248,4 mg/l
Maka dapat dihitung :
Nilai 𝐶𝑎 𝐶𝑎
Nilai 𝑂
43
Sehingga 𝑆 𝐶𝑎
𝑆 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 𝐶𝑎𝐶𝑂
44
Gambar 4.3 Grafik hubungan ionic strength vs K
Dengan menggunakan grafik hubungan antara ionic strength vs K yang
ditunjukkan pada Gambar 4.3 dan berdasarkan nilai pada Tabel 4.5 didapatkan nilai
K pada air formasi sumur RP pada suhu 40 oC sebesar 1,9. Sehingga berdasarkan pada
Tabel 4.3 didapatkan nilai sebagai berikut :
Nilai pH = 10,55
Nilai Ca2+ = 20 mg/l
Nilai HCO3- = 248,4 mg/l
Maka dapat dihitung :
Nilai 𝐶𝑎 𝐶𝑎
Nilai 𝑂
45
Sehingga 𝑆 𝐶𝑎
𝑆 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 𝐶𝑎𝐶𝑂
46
Gambar 4.4 Grafik hubungan ionic strength vs K
Dengan menggunakan grafik hubungan antara ionic strength vs K yang
ditunjukkan pada Gambar 4.4 dan berdasarkan nilai pada Tabel 4.6 didapatkan nilai
K pada air formasi sumur RP pada suhu 40 oC sebesar 1,95. Sehingga berdasarkan
pada Tabel 4.4 didapatkan nilai sebagai berikut :
Nilai pH = 7,41
Nilai Ca2+ = 20 mg/l
Nilai HCO3- = 248,4 mg/l
Maka dapat dihitung :
Nilai 𝐶𝑎 𝐶𝑎
Nilai 𝑂
47
Sehingga 𝑆 𝐶𝑎
𝑆 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 𝐶𝑎𝐶𝑂
48
Gambar 4.5 Grafik hubungan ionic strength vs K
Dengan menggunakan grafik hubungan antara ionic strength vs K yang
ditunjukkan pada Gambar 4.5 dan berdasarkan nilai pada Tabel 4.7 didapatkan nilai
K pada air formasi sumur RP pada suhu 40 oC sebesar 1,96. Sehingga berdasarkan
pada Tabel 4.3 didapatkan nilai sebagai berikut :
Nilai pH = 7,58
Nilai Ca2+ = 20 mg/l
Nilai HCO3- = 248,4 mg/l
Maka dapat dihitung :
Nilai 𝐶𝑎 𝐶𝑎
Nilai 𝑂
49
Sehingga 𝑆 𝐶𝑎
𝑆 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 𝐶𝑎𝐶𝑂
Dari hasil perhitungan SI pada keempat sampel yang diambil dari Inlet
Produce Water Tank A, Inlet Produce Water Tank B, Outlet Produce Water Tank A
Injection Pump dan Outlet Produce Water Tank B Injection Pump, diperoleh hasil
perhitungan Scale Index (SI) dengan metode Stiff & Davis yang disajikan pada table
berikut :
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan SI
Temperatur Harga SI
Inlet Inlet Outlet Outlet
Produce Produce Produce Produce
Dari Tabel 4.8 didapatkan bahwa air formasi yang diambil dari Inlet Produce
Water Tank A, Inlet Produce Water Tank B, Outlet Produce Water Tank A Injection
Pump dan Outlet Produce Water Tank B Injection Pump diperoleh hasil perhitungan
Scale Index (SI) yang bernilai positif sehingga dapat dikatakan bahwa sampel air
formasi tersebut akan cenderung terbentuk scale CaCO3.
50
4.4.2 Perhitungan dengan Menggunakan Metode Skillman, McDonald & Stiff
Perhitungan dengan menggunakan metode skillman, McDonald dan Stiff
digunakan untuk menentukan kecenderungan pembentukan scale kalsium sulfat
(CaSO4). Untuk menentukan adanya kecenderungan terbentuknya scale CaSO4
dengan menggunakan metode perhitungan Skillman, McDonald & Stiff adalah
dengan didasarkan pada persamaan kelarutan gypsum, dimana persamaannya yaitu
sebagai berikut :
𝑆 √
𝑆 (√ )
𝑆 (√ )
𝑆
𝑆 (Nilai S lebih besar dari kedua konsentrasi aktual Ca2+ dan SO42-,
maka air tidak dijenuh dengan CaSO4 sehingga scale CaSO4 tidak terbentuk).
51
4.4.2.2 Perhitungan nilai S pada Inlet Produce Water Tank B
Berdasarkan pada Tabel 4.3 didapatkan nilai sebagai berikut :
Nilai pH = 10,55
Nilai Ca2+ = 20 mg/l
Nilai SO4-2 = 7,76 mg/l
Total Ionic strength = 0,062
Nilai diperoleh menggunakan grafik yang menghubungkan Ksp dengan
kekuatan ionik (ionic strength) seperti pada penentuan S untuk scale CaCO3, dimana
diperoleh nilai K pada suhu 40oC sebesar 1,9
Nilai x = (Ca2+ + SO4-2)
= 20 + 7,76
= 27,76
Sehingga,
𝑆 (√ )
𝑆 (√ )
𝑆
𝑆
𝑆 (Nilai S lebih besar dari kedua konsentrasi aktual Ca2+ dan SO42-,
maka air tidak dijenuh dengan CaSO4 sehingga scale CaSO4 tidak terbentuk).
52
Nilai x = (Ca2+ + SO4-2)
= 20 + 7,76
= 27,76
Sehingga,
𝑆 (√ )
𝑆 (√ )
𝑆
𝑆
𝑆 (Nilai S lebih besar dari kedua konsentrasi aktual Ca2+ dan SO42-,
maka air tidak dijenuh dengan CaSO4 sehingga scale CaSO4 tidak terbentuk).
𝑆 (√ )770,6176
𝑆
𝑆
53
𝑆 (Nilai S lebih besar dari kedua konsentrasi aktual Ca2+ dan SO42-,
maka air tidak dijenuh dengan CaSO4 sehingga scale CaSO4 tidak terbentuk).
Dari hasil perhitungan nilai S pada keempat sampel yang diambil dari Inlet
Produce Water Tank A, Inlet Produce Water Tank B, Outlet Produce Water Tank A
Injection Pump dan Outlet Produce Water Tank B Injection Pump, maka diperoleh
hasil perhitungan nilai S dengan metode Skillman, McDonald & Stiff yang disajikan
pada tabel berikut :
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Nilai S
Tempat Sample Nilai S Nilai Ca2+ Nilai SO42-
Inlet Produce Water
129,06 20 7,76
Tank A
Inlet Produce Water
130 20 7,76
Tank B
Outlet Produce Water
140 20 7,76
Tank A Injection Pump
Outlet Produce Water
150 20 7,76
Tank B Injection Pump
Dari Tabel 4.9 didapatkan bahwa air formasi yang diambil dari Inlet Produce
Water Tank A, Inlet Produce Water Tank B, Outlet Produce Water Tank A Injection
Pump dan Outlet Produce Water Tank B Injection Pump diperoleh hasil perhitungan
Nilai S yang dimana nilai S lebih besar dari kedua konsentrasi aktual Ca2+ dan SO42-,
maka air tidak dijenuh dengan CaSO4 sehingga scale CaSO4 tidak terbentuk.
Berdasarkan hasil perhitungan dari kedua metode, maka didapatkan hasil
perhitungan dengan menggunakan metode Stiff & Davis dimana nilai Scale Index (SI)
dari keempat sampel bernilai positif sehingga dapat dikatakan bahwa sampel air
formasi tersebut akan cenderung terbentuk scale CaCO3. Sedangkan pada
perhitungan dengan menggunakan metode Skillman, McDonald & Stiff didapatkan
54
nilai nilai S lebih besar dari kedua konsentrasi aktual Ca2+ dan SO42-, maka air tidak
dijenuh dengan CaSO4 sehingga scale CaSO4 tidak terbentuk. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa jenis scale yang terbentuk pada sumur RP adalah scale CaCO3.
𝑎
𝑎
55
Tabel 4.11 Data Sumur RP
Parameter Inch Meter Feet
Panjang perforasi (open hole) 19 62,339
Diameter lubang sumur (awal) 6 0,5
Estimasi ketebalan scale/plug (invaded zone) 2 0,167
Diameter lubang sumur (ada scale/plug) 8 0,667
56
Kebutuhan HCl 32% 𝑎
Kebutuhan Cl 𝑎
Kebutuhan air tawar 𝑎
𝐵 𝐷
𝑎 𝐷
𝐵 𝑎 𝑎
57
4.5.3 Menghitung Volume Displacement
Setelah menghitung tekanan injeksi maksimum, langkah selanjutnya
adalah menghitung volume displacement dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut
Volume Tubing
Volume Displacement
𝐷 𝑎
58
4.5.4 Tata Cara Pelaksanaan Stimulasi Acidizing di Lapangan
Berdasarkan data perhitungan yang telah didapatkan, maka proses stimulasi
acidizing dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut
1. Pre job safety,
2. Ablas tekanan tubing sampai 0 psi,
3. Mixing HCl 10% volume 1000 liter menggunakan chemical HCl 32% (312,8
liter) + Demin water (680,7) + corossion inhibitor (6,5 liter), lakukan mixing
ulang hingga tercapai volume acid sesuai perhitungan,
4. Injeksikan HCl 10% secara bullhead dengan slow pump rate (catat rate pompa
dan THP),
5. Lakukan displace pada rangkaian tubing dengan formation water sebanyak 1,5
kali volume sumur atau 109,65 bbl (17,4 m3) melalui pompa injeksi CPP
Matindok (catat tekanan pompa dan THP pada saat displace),
6. Lakukan perendaman dengan kondisi vakum selama 1 jam,
7. Lakukan displace dengan formation water sebanyak volume sumr 73,1 bbl
(11,6 m3),
8. Apabila tidak ada penurunan tekanan di wellhead lakukan kembali langkah
no.2 sampai 7 hingga tekanan wellhead menurun,
9. Apabila tekanan wellhead menurun aktifkan sumur seperti semula,
10. Lakukan monitoring injeksi selama 7 hari injeksi berturut-turut.
59
Tabel 4.12 Data Injeksi Sumur RP (setelah acidizing)
Pump Press Total Time Kumulatif
Tanggal
Pressure Wellhead Injection Injection Injeksi
15-Dec-2017 699.70 551.7 1048.71 8 100679.03
16-Dec-2017 682.00 540.03 825.86 9 101504.89
17-Dec-2017 665.00 523.03 389.16 4 101894.05
18-Dec-2017 665.00 523.03 628.47 7 102522.52
19-Dec-2017 751.00 609.03 1936.03 23 104458.55
20-Dec-2017 753.00 611.03 563.41 7 105021.96
21-Dec-2017 750.00 608.03 404.53 5 105426.49
22-Dec-2017 766.70 624.73 870.32 11 106296.81
23-Dec-2017 767.19 625.22 618.80 7 106915.61
24-Dec-2017 0.00 0 0.00 0 106915.61
25-Dec-2017 744.93 602.96 762.17 9 107677.78
26-Dec-2017 787.68 645.71 1163.32 14 108841.10
27-Dec-2017 791.05 649.08 401.46 5 109242.56
28-Dec-2017 724.43 582.463 152.91 2 109395.47
29-Dec-2017 778.87 636.9 1494.56 18 110890.03
30-Dec-2017 0.00 0 0.00 0 110890.03
31-Dec-2017 751.23 609.2619 1189.30 14 112079.33
Dari data injeksi sumur RP tersebut diplot membentuk kurva Hall plot
berdasarkan nilai kumulatif tekanan dan kumulatif volume injeksi.
60
Gambar 4.6 Kurva Hall plot
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa setelah data
yang ada di plot ke dalam grafik, garis yang terbentuk mengikuti trend line sehingga
dapat dinyatakan bahwa sumur tersebut tidak diindikasikan mengalami kerusakan
formasi (formation damage), dan dapat dinyatakan bahwa sumur ini sudah dalam
keadaan baik sehingga tidak direkomendasikan untuk dilakukan stimulasi sehingga
dapat disimpulkan bahwa proses stimulasi matrix acidizing pada sumur ini berhasil.
61
BAB V
PEMBAHASAN
Sumur RP merupakan sumur injeksi yang terdapat pada lapangan Donggi
Matindok yang dimana pada sumur ini akan dilakukan suatu proses stimulasi matrix
acidizing berdasarkan data dari tanggal 2 Agustus 2017 sampai tanggal 6 desember
2017. Untuk melakukan stimulasi matrix acidizing pada sumur ini, terlebih dahulu
harus diidentifikasi jenis kerusakan formasi (formation damage) untuk mengetahui
apakah sumur ini perlu untuk dilakukan stimulasi. Identifikasi formation damage
pada sumur RP dianalisa dengan menggunakan Hall plot. Pada hasil analisa
menggunakan Hall plot, dinyatakan bahwa sumur RP mengindikasikan terjadinya
penyumbatan (Plugging). Untuk membuktikan terjadinya indikasi kerusakan formasi
yang ada pada sumur RP maka dilakukan analisa skin factor. Dari hasil perhitungan
skin factor didapatkan hasil yang bernilai positif yaitu sebesar 17,9 yang
menunjukkan bahwa terjadi indikasi kerusakan di sekitar lubang sumur. Setelah
didapatkan nilai skin, dilanjutkan dengan menganalisia perhitungan injectivity index.
Hasil perhitungan Injectivity index dari sumur ini dinyatakan kurang bagus karena
nilai injectivity index yang didapatkan sudah berada dibawah 1,5 (Injectivity index <
1,5) sehingga sumur ini perlu untuk dilakukan stimulasi.
Berdasarkan hasil analisa air formasi pada sumur RP didapatkan bahwa sumur
ini terbentuk scale CaCO3. Setelah diketahui jenis scale yang terbentuk pada sumur
RP, selanjutnya dilakukan stimulasi, stimulasi yang dilakukan pada sumur RP akibat
terbentuknya scale yaitu stimulasi acidizing.
Latar belakang kebijakan untuk melakukan stimulasi acidizing pada sumur
RP adalah karena terdapat endapan scale. Pada proses stimulasi acidizing, jenis acid
yang digunakan untuk melarutkan scale CaCO3 pada sumur RP adalah asam chlorida
(HCl 10%). Estimasi ketebalan scale/plug yang terbentuk pada sumur RP adalah 2
inch, sehingga didapatkan volume scale/plug yang harus dilarutkan adalah 1,6961 bbl
dan estimasi jumlah larutan HCl 10% yang diperlukan adalah 32,3946 bbl. Harga
62
tekanan rekah formasi yang ada pada sumur RP adalah 6000 psi, sehingga tekanan
injeksi acid maksimum (surface pressure) yang digunakan adalah sebesar 5.533,77
psi. setelah menghitung tekanan injeksi maksimum, selanjutnya adalah menghitung
volume displacement, dimana volume displacement didapatkan dari penjumlahan
antara volume tubing dengan volume flowline. Pada hasil perhitungan volume tubing
didapatkan nilai volume tubing sebesar 60,25 bbl sedangkan pada hasil perhitungan
volume flowline didapatkan nilai sebesar 458,94 bbl, sehingga nilai volume
displacement yang didapatkan adalah 519,19 bbl.
Dari hasil perhitungan yang didapatkan selanjutnya dilakukan stimulasi
acidizing dengan memperhatikan tata cara pelaksanaan kegiatan stimulasi acidizing di
lapangan.
Setelah mengevaluasi keberhasilan stimulasi acidizing dengan menganalisa
kurva hall plot berdasarkan data dari tanggal 15 desember 2017 sampai tanggal 31
desember 2017 dengan memplot nilai kumulatif tekanan dan kumulatif volume
injeksi maka didapatkan bahwa sumur tersebut tidak diindikasikan lagi mengalami
kerusakan formasi (formation damage), dan dapat dinyatakan bahwa sumur ini sudah
dalam keadaan baik sehingga tidak direkomendasikan untuk dilakukan stimulasi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa proses stimulasi matrix acidizing pada
sumur RP berdasarkan hasil analisa hall plot dinyatakan berhasil.
63
BAB VI
PENUTUP
Dari hasil penelitian tugas akhir ini yang berjudul tentang “Analisa
Keberhasilan Penanggulangan Scale pada Sumur Rp dengan Cara Matrix Acidizing
Berdasarkan Analisa Kurva Hall Plot” didapatkan beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Setelah dilakukan analisa grafik hall plot berdasarkan data sebelum dilakukan
matrix acidizing yang dimana garis yang terbentuk pada grafik hall plot tidak
mengikuti trend line sehingga dapat dinyatakan bahwa sumur tersebut
diindikasikan mengalami kerusakan formasi (Plugging).
2. Berdasarkan hasil perhitungan faktor skin yang didapatkan bernilai positif yang
menunjukkan bahwa terjadi indikasi kerusakan di sekitar lubang sumur.
3. Dari hasil analisa scale index dengan menggunakan metode perhitungan stiff &
davis dan metode perhitungan killman, McDonald & stiff pada temperature 40oC
didapatkan bahwa berdasarkan sampel air formasi tersebut maka sumur RP akan
cenderung terbentuk scale CaCO3.
4. Metode yang digunakan untuk mengatasi permasalahan scale pada sumur RP
adalah metode Matrix Acidizing dengan acid yang dipakai adalah HCL dengan
konsentrasi 10%.
5. Berdasarkan kurva hall plot dari data setelah dilakukan matrix acidizing
didapatkan bahwa sumur tersebut tidak diindikasikan lagi mengalami kerusakan
formasi, sehingga dapat dinyatakan bahwa sumur ini sudah dalam keadaan baik.
64
DAFTAR PUSTAKA
Agnesa, dkk. 2020. “Analisa Kualitas Air Injeksi Berdasarkan Parameter H2S,
Bakteri, dan Scale Index di SP VI Talang Jimar PT. Pertamina EP Asset 2
Field Prabumulih” dalam Analit: Analytical and Environmental Chemistry
Volume 5 No.1. Prabumulih.
Musnal, Ali. 2017. “Mengatasi Kerusakan Formasi Dengan Metoda Pengasaman
Yang Kompetibel Pada Sumur Minyak Dilapangan X” dalam Jurnal of Eart,
Energy, Engineering Jurusan Teknik perminyakan – UIR. Pekanbaru.
Seka, Oggy. dkk. 2019. “Evaluasi Performa Sumur Injeksi Menggunakan Metode
Hall plot dan Mengetahui Proses Waterflood Terhadap Peningkatan Sumur
Job Pertamina – Jadestone Energy (OK) LTD” dalam Jurnal Pertambangan
Vol.3 No.1. Palembang.
Ginting, Pahmi Utamaraja. dan Marhaedrajana, Taufan. 2011. “Evaluasi Formation
damage dengan Menggunakan Hall plot pada Sumur Produksi” dalam JTM
Vol.XVIII No.2. Bandung.
Anisa, Meti. dan Sudibjo, Rachmat. 2015. “Analisis Perencanaan Pengasaman Sumur
pada Sumur JRR-2 dan JRR-4 Di Lapangan Y” dalam Seminar Nasional
Cendekiawan. Jakarta Barat.
Mihcakan, Metin. dkk. 2005. “The Hall plot Analysis of a Water Injection Test
Affected by Geothermal Reservoir Response” dalam Proceedings World
Geothermal Congress. Antalya, Turkey.
Langga, Aristakus Bonafasius (2020). “Penanggulangan Scale Pada Sumur X
Lapangan Y dengan Metode Wax Scale Removal” STT Migas Balikpapan,
Balikpapan.
_________,. “Data Sumur Lapangan Donggi Matindok Sumur RP”, Unpublished, PT.
Pertamina EP Asset IV, 2021
_________,. “Data Injeksi Lapangan Donggi Matindok Sumur RP”, Unpublished,
PT. Pertamina EP Asset IV, 2021
65
Alida, R. & Fandra, P., (2018). “Penanggulangan Scale CaCO3 Pada Sumur PF1
Lapangan 26 di PT Pertamina EP Asset 2 Field Limau” dalam Jurnal Teknik
Patra Akademika Vol 09. No.2. Palembang.
Alighiri, D., Fatmala, C., Syafi’i, I., & Haditya, E.B., (2018). “Studi Pembentukan
Scale CaCO3 dan CaSO4 pada Air Formasi Sumur Minyak di Cepu,
Indonesia” dalam Jurnal Fisika Vol 08. No.1. Universitas Negeri Semarang.
Irawan, A. & Isjudarto, A., (2016). Evaluasi Penanggulangan Problem Scale pada
Flowline Sumur TLJ-XXX Di PT Pertamina EP Asset II Field Prabumulih
Sumatera Selatan. Yogyakarta: STTNAS Yogyakarta.
Pranondo, Diky & Agusandi, S., (2017). “Evaluasi Permasalahan Scale Sumur SA-
33, SA-101, SA-104 dan SA-108 di PT Pertamina EP Asset 1 Field Ramba”
dalam Jurnal Teknik Patra Akademika Vol 08. No.1. Sumatera Selatan
Sari, R., (2011). Studi Penanggulangan Problem Scale dari Near-Wellbore Hingga
Flowline di Lapangan Minyak Limau, Universitas Indonesia.
66