Anda di halaman 1dari 80

ANALISA KEBERHASILAN PENANGGULANGAN SCALE

PADA SUMUR RP DENGAN CARA MATRIX ACIDIZING


BERDASARKAN ANALISA KURVA HALL PLOT
DI PT. PERTAMINA EP ASSET IV DONGGI MATINDOK FIELD

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar


Sarjana Teknik Pada Jurusan Teknik Perminyakan Sekolah Tinggi
Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan

DISUSUN OLEH
RIADI PANDIN
17.01.071

TEKNIK PERMINYAKAN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
BALIKPAPAN
2021
Deklarasi Anti Plagiat

Saya selaku penulis yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Riadi Pandin

TTL : Bonoran, 27 Juni 1998

NIM : 17.01.170

Menyatakan bahwa Tugas Akhir yang saya buat merupakan hasil sendiri dan
tidak menjiplak karya manapun, jika suatu saat ditemukan bahwa karya ini
merupakan hasil plagiat, maka saya siap menerima konsekuensi seperti yang diatur
dalam Undang-Undang.
Demikian deklarasi tertulis yang saya buat, deklarasi ini saya buat dalam
keadaan sadar dan tanpa paksaan pihak manapun.

ii
LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

ANALISA KEBERHASILAN PENANGGULANGAN SCALE


PADA SUMUR RP DENGAN CARA MATRIX ACIDIZING
BERDASARKAN ANALISA KURVA HALL PLOT
Di PT Pertamina Asset IV Donggi Matindok Field

Oleh :
RIADI PANDIN
17.01.071

Program Studi S1 Teknik Perminyakan


Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan

Disetujui dan Disahkan Di Balikpapan pada Tanggal

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Andri Halim, MM Risna, ST., M.Si

NIDN : NIDN :

Ketua Prodi S1 Teknik Perminyakan

Abdi Suprayitno, S.T., M.Eng.


NIDN : 1110098502

iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Pertama-tama Tugas Akhir ini saya persembahkan kepada Tuhan Yesus


Kristus sebagai bentuk ungkapan syukur karena telah memberikan saya kasih karunia
dan damai sejahtera sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Tugas Akhir ini saya persembahkan untuk Ayah, Ibu, Kakak, serta semua
keluarga saya dimana pun mereka berada yang telah mendukung saya dengan caranya
masing- masing. Tugas akhir ini menjadi bukti bahwa apa yang selama ini mereka
berikan kepada saya kelak akan menjadi hal yang bermanfaat bagi banyak orang
nantinya. Saya sangat menyayangi kalian semua.
Saya mempersembahkan Tugas Akhir ini juga untuk teman angkatan S1
Teknik Perminyakan terkhusus buat kelas TP.D 2017 atas kebersamaan yang telah
membentuk rasa persaudaraan dan kesatuan diantara kita. Semoga kita tetap saling
menjaga kekompakkan ini sampai kapan pun. Semoga Tugas Akhir ini dapat menjadi
berguna dan memotivasi.
Untuk yang kuhormati para staff pendidik STT Migas Balikpapan dan dosen
pembimbingku, terima kasih atas waktu dan tenaganya yang telah dikorbankan
selama ini untuk membentuk dan membina kami menjadi mahasiswa yang kelak
berguna bagi nusa dan bangsa. Mba Ansi selaku pembimbing akademik saya, Pak
Andri Halim dan Ibu Risna selaku dosen pembimbing Tugas Akhir saya. Terima kasih
banyak atas bimbingan dan saran-saranya kepada saya, mohon maaf jika selama ini
merepotkan bapak dan ibu.
Ucapan terima kasih juga buat teman dan sahabat saya atas motivasi dan
dukungannya selama ini. Untuk Carles, Eldi, Lakun, Nando, Claudia, Geraldo, dan
segenap Keluarga Sang Pencari Tugas, kalian semua luar biasa. Berkat kalian,
semangatku terus dipupuk untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini. Tugas Akhir ini
adalah persembahan untuk perhatian dan kepedulian kalian semua selama ini.
Semoga Tuhan selalu menyertai kita semua.
Amin

iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
bimbingan petunjuk, berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan tugas akhir
di PT. Pertamina EP Asset IV Donggi Matindok Field dapat terselesaikan dengan
tepat pada waktunya dan sesuai yang diharapkan.
Penulisan tugas akhir ini dibuat dalam rangka sebagai persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknik Perminyakan dari Sekolah Tinggi Teknologi
Minyak dan Gas Bumi Balikpapan.Dalam proses penyusunan dan penulisan Tugas
Akhir ini, tidak sedikit hambatan yang dialami dalam menyusunnya, namun atas
kebesaran-Nya dan bantuan dari berbagai pihak sehingga hambatan-hambatan
tersebut dapat diatasi, untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Lukman, ST. MT. selaku Ketua STT MIGAS Balikpapan.
2. Bapak Abdi Suprayitno, ST., M.Eng. selaku Ketua Jurusan S1 Teknik
Perminyakan STT MIGAS Balikpapan.
3. Ibu Eltimeyansi Crisye Randanan, ST., M.Si selaku Dosen Pembimbing
Akademik.
4. Bapak Ir. Andri Halim, MM selaku Dosen Pembimbing I Tugas Akhir yang
selalu membimbing penulis dengan sabar.
5. Ibu Risna, ST., M.Si selaku dosen pembimbing II Tugas Akhir yang selalu
menasihati, mendukung dan membimbing penulis.
6. PT Pertamina EP Asset IV Donggi Matindok Field yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk memperoleh data dalam penulisan tugas
akhir ini.
7. Bapak Wahyu Yanuar Rizki selaku Pembimbing selama di perusahaan.
Terima kasih atas saran, nasihat, ilmu dan bimbingan selama proses
pengumpulan data dan penulisan Tugas Akhir ini.
8. Kedua Orang tua, kakak, serta teman-teman yang senantiasa mendoakan dan
mendukung proses penulisan dan penyelesaian laporan ini.

v
Penulis menyadari bahwa penyusunan yang dibuat ini sangatlah jauh dari
kesempurnaan dan banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun agar kami dapat meningkatkan kualitas penyusunan
laporan berikutnya. Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat serta menambah
pengetahuan pembaca.

Balikpapan, 20 Maret 2021

Penulis

vi
ANALISA KEBERHASILAN PENANGGULANGAN
SCALE PADA SUMUR RP DENGAN CARA MATRIX
Riadi
Judul ACIDIZING BERDASARKAN ANALISA KURVA
Pandin
HALL PLOT
DI PT. PERTAMINA EP ASSET V TANJUNG FIELD
Jurusan Teknik Perminyakan 17.01.071
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Abstrak
Matrix acidizing adalah salah satu proses perbaikan terhadap sumur dengan
cara menginjeksikan larutan asam secara langsung ke dalam pori-pori batuan formasi
disekitar lubang sumur dengan tekanan penginjeksian di bawah tekanan rekah
formasi, dengan tujuan agar reaksi menyebar ke formasi secara radial, dengan
demikian akan menaikkan permeabilitas baik dengan cara membesarkan lubang pori-
pori ataupun melarutkan partikelpartikel yang membantu saluran pori-pori tersebut.
Dari hasil penelitian di PT Pertamina EP Asset IV Donggi Matindok Field,
penanggulangan scale dengan cara matrix acidizing ini dinyatakan berhasil. Hal
tersebut terlihat dari perbedaan kurva hall plot dan nilai skin factor sebelum dan
setelah dilakukan matrix acidizing. Dimana nilai skin factor sebelum dilakukan
matrix acidizing bernilai positif yang menunjukkan bahwa terdapat indikasi
kerusakan di sekitar lubang sumur, sedangkan nilai skin factor setelah dilakukan
matrix acidizing bernilai negatif yang menunjukkan bahwa sumur sudah dalam
keadaan baik.
Faktor penyebab terbentuknya scale adalah tercampurnya air formasi dengan
susunan ion yang berbeda, penurunan tekanan dan perubahan temperatur. Jenis scale
yang terbentuk pada sumur RP adalah calsium carbonate (CaCO3) sehingga Jenis
acid yang digunakan untuk mengatasi scale CaCO3 pada sumur RP adalah Asam
Chlorida (HCl).

Kata kunci : Scale, Matrix Acidizing, dan Skin Factor

vii
ANALYSIS OF THE SUCCESS OF
COUNTERMEASURES SCALE IN WELL RP WITH
Riadi
Title MATRIX ACIDIZING BASED ON ANALYSIS HALL
Pandin
PLOT CURVE
IN PT. PERTAMINA EP ASSET V TANJUNG FIELD
Majors Petroleum Engineering 17.01.071
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi Balikpapan
Abstract
Matrix acidizing is a process of repairing wells by injecting acidic solutions
directly into the pores of rock formation around the well bore with injection pressure
under the fracture pressure of the formation, with the aim that the reaction spreads
into the formation radially, thereby increasing the permeability either by enlarging the
pore holes or by dissolving the particles that help the pore channel.
From the research result in PT Pertamina EP Asset IV Donggi Matindok
Field, control of the scale by means of matrix acidizing is declared successful. This
can be seen from the difference in the hall plot curve and skin factor values before
and after the matrix acidizing. Where the skin factor value before the matrix acidizing
is positive, which indicates that there is an indication of damage around the well hole,
while the skin factor value after the matrix acidizing is negative, which indicates that
the well is in good condition.
The cause of the formation of the scale is the mixing of formation water with
different ionic arrangements, a decrease in pressure and a change in temperature. The
type of scale formed in the well RP is calcium carbonate (CaCO3) so that the type of
acid used to overcome the CaCO3 scale in the well RP is Chloric (HCl).

Keywords : Scale, Matrix Acidizing, and Skin Factor

viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

DEKLARASI ANTI PLAGIAT .......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... v

ABSTRAK............................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian.............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ...................................................................... 2

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 3

1.5 Batasan Masalah ........................................................................................... 3

1.6 Kerangka Penulisan Penelitian ...................................................................... 3

BAB II PROFIL PERUSAHAAN ....................................................................... 5

2.1 Sejarah Perusahaan........................................................................................ 5

2.2 Visi dan Misi Perusahaan .............................................................................. 7

2.2.1 Visi Perusahaan ....................................................................................... 7

2.2.2 Misi Perusahaan ...................................................................................... 7

ix
2.3 Lokasi Perusahaan ......................................................................................... 7

2.4 Geologi Regional .......................................................................................... 8

2.4.1 Morfologi ................................................................................................ 9

2.4.2 Struktur ................................................................................................... 10

BAB III DASAR TEORI .................................................................................... 12

3.1 Defenisi Scale ............................................................................................... 12

3.1.1 Jenis-jenis Scale ...................................................................................... 12

3.1.2 Mekanisme Pembentukan Scale ............................................................... 15

3.1.3 Masalah Umum yang Ditimbulkan oleh Scale ......................................... 16

3.2 Hall plot Analysis .......................................................................................... 17

3.3 Skin ............................................................................................................... 19

3.4 Air Formasi ................................................................................................... 21

3.5 Scale Index .................................................................................................... 22

3.5.1 Metode Perhitungan Stiff & Davis ........................................................... 23

3.5.2 Metode Perhitungan Skillman, McDonald & Stiff ..................................... 24

3.6 Pengertian Stimulasi ...................................................................................... 25

3.7 Acidizing Treatment ...................................................................................... 26

3.7.1 Jenis-jenis Acidizing ................................................................................ 27

3.7.2 Tahapan Acidizing Treatment .................................................................. 28

3.7.3 Stimulasi Acidizing .................................................................................. 29

3.7.3.1 Menghitung Tekanan Rekah Formasi ................................................. 29

3.7.3.2 Menghitung Tekanan Injeksi Maksimum ........................................... 29

x
3.7.3.3 Menghitung Volume Injeksi .............................................................. 30

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA ........................................... 31

4.1 Profil Sumur.................................................................................................. 31

4.2 Analisa Kurva Hall plot ................................................................................ 33

4.3 Analisa Lebih Lanjut ..................................................................................... 37

4.3.1 Perhitungan Radius Injeksi ................................................................... 38

4.3.2 Menentukan Slope dan Transmissibility ................................................ 38

4.3.2.1 Perhitungan Slope .............................................................................. 38

4.3.2.2 Perhitungan Transmissibility .............................................................. 39

4.3.3 Menentukan Skin Factor ....................................................................... 40

4.4 Analisa Air Formasi dengan Scale Index ....................................................... 40

4.4.1 Perhitungan dengan Menggunakan Metode Stiff & Davis...................... 41

4.4.1.1 Perhitungan SI pada Inlet Produce Water Tank A .............................. 42

4.4.1.2 Perhitungan SI pada Inlet Produce Water Tank B .............................. 44

4.4.1.3 Perhitungan SI pada Outlet Produce Water Tank A Injection Pump ... 46

4.4.1.4 Perhitungan SI pada Outlet Produce Water Tank B Injection Pump ... 48

4.4.2 Perhitungan dengan Metode Killman McDonald & Stiff ....................... 51

4.4.2.1 Perhitungan S pada Inlet Produce Water Tank A ................................ 51

4.4.2.2 Perhitungan S pada Inlet Produce Water Tank B ................................ 52

4.4.2.3 Perhitungan S pada Outlet Produce Water Tank A Injection Pump ..... 52

4.4.2.4 Perhitungan S pada Outlet Produce Water Tank B Injection Pump ..... 53

4.5 Stimulasi Matrix Acidizing ............................................................................ 55

xi
4.5.1 Menentukan Harga Tekanan Rekah Formasi ......................................... 57

4.5.2 Menghitung Tekanan Injeksi Acid Maksimum ...................................... 57

4.5.3 Menghitung Volume Displacement ....................................................... 58

4.5.4 Tata Cara Pelaksanaan Stimulasi Matrix Acidizing di Lapangan ........... 59

4.6 Evaluasi Keberhasilan Stimulasi Matrix Acidizing ......................................... 59

4.6.1 Analisa Hall Plot .................................................................................. 59

BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................... 62

BAB VI PENUTUP ............................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Endapan Scale .................................................................................... 12

Gambar 3.2 Kurva Hall plot ................................................................................... 19

Gambar 4.1 Profil Sumur RP ................................................................................. 32

Gambar 4.2 Kurva Hall plot ................................................................................... 37

Gambar 4.3 Grafik Hubungan Ionic strength Vs K ................................................. 43

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Ionic strength Vs K ................................................. 45

Gambar 4.5 Grafik Hubungan Ionic strength Vs K ................................................. 47

Gambar 4.6 Grafik Hubungan Ionic strength Vs K ................................................. 49

Gambar 4.7 Kurva Hall plot ................................................................................... 61

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Faktor Konversi ...................................................................................... 23

Tabel 4.1 Data Injeksi Sumur RP ........................................................................... 33

Tabel 4.2 Data Sumur RP ....................................................................................... 37

Tabel 4.3 Data Hasil Analisa Sumur RP ................................................................. 41

Tabel 4.4 Ionic strength ......................................................................................... 41

Tabel 4.5 Ionic strength ......................................................................................... 44

Tabel 4.6 Ionic strength ......................................................................................... 46

Tabel 4.7 Ionic strength ......................................................................................... 48

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan SI ............................................................................... 50

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan S ................................................................................ 54

Tabel 4.10 Konversi Larutan .................................................................................. 55

Tabel 4.11 Data Sumur RP ..................................................................................... 56

Tabel 4.12 Data Injeksi Sumur RP (Setelah Acidizing) ........................................... 60

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Pemanfaatan minyak dan gas bumi semakin hari terus meningkat baik untuk
kebutuhan industri, bahan bakar atau bahan baku dan juga untuk bahan bakar
keperluan rumah tangga. Olehnya itu, proses produksi minyak dan gas bumi harus
berjalan dengan baik agar hasil yang diperoleh optimal dan sesuai dengan target yang
ingin dicapai. Namun, produksi di suatu lapangan minyak dan gas bumi juga akan
mengalami penurunan dari tahun ke tahun seiring dengan semakin menipisnya
cadangan di perut bumi. Selain mengalami penurunan dari tahun ke tahun, produksi
minyak dan gas bumi juga sering mengalami problem. Seperti yang terjadi pada
kegiatan produksi gas bumi pada sumur RP di PT Pertamina EP Asset IV Donggi
Matindok Field.
Pada kegiatan produksi suatu fluida dapat menyebabkan perubahan tekanan,
perubahan suhu, dan laju alir dari fluida itu sendiri. Perubahan-perubahan tersebut
dapat menyebabkan terbentuknya endapan (scale) sehingga menyebabkan pengecilan
inside diameter dan dapat mengganggu proses produksi dari fluida tersebut.
Pengecilan inside diameter yang terjadi di formasi maupun di fasilitas produksi yang
berbentuk kristal ataupun kerak yang terbentuk oleh ion-ion dari kandungan air
formasi disebut scale.
Air formasi yang terproduksi tersebut memiliki kandungan kation dan anion
yang berbeda-beda. Jika terjadi percampuran dua jenis fluida yang incompatible dan
adanya perubahan tekanan, temperatur, dan pH maka akan melewati batas kelarutan
senyawa yang akan menyebabkan terbentuknya endapan scale. Adanya scale atau
padatan di dalam reservoir dapat menurunkan permeabilitas batuan sehingga
menurunkan produksi minyak dan gas bumi.

1
Pada penelitian ini dilakukan di PT Pertamina EP Asset IV Donggi Matindok
Field yang dimana salah satu sumur dinyatakan mengalami problem sehingga
dilakukan analisa berdasarkan data yang ada. Setelah dilakukan analisa dinyatakan
sumur ini terbentuk scale, sehingga perlu dilakukan stimulasi untuk menanggulangi
permasalahan scale yang ada. Metode penanggulangan yang sering dipakai untuk
mengatasi permasalahan scale di sumur milik PT Pertamina EP Asset IV Donggi
Matindok Field adalah dengan cara acidizing.
Air formasi yang terproduksi tersebut memiliki kandungan kation dan anion
yang berbeda-beda. Jika terjadi percampuran dua jenis fluida yang incompatible dan
adanya perubahan tekanan, temperatur, dan pH maka akan melewati batas kelarutan
senyawa yang akan menyebabkan terbentuknya endapan scale. Adanya scale atau
padatan di dalam reservoir dapat menurunkan permeabilitas batuan sehingga
menurunkan produksi minyak. Jika scale menempel pada pipa alir akan menyebabkan
kerusakan pipa dan menghambat laju produksi minyak dan gas bumi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada penelitian ini antara lain:
1. Menganalisa terjadinya formation damage pada sumur RP dengan
menggunakan Hall plot
2. Menganalisa jenis scale yang terbentuk pada sumur RP
3. Proses stimulasi matrix acidizing pada sumur RP di lapangan
4. Menganalisa keberhasilan matrix acidizing berdasarkan analisa kurva hall plot

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk meningkatkan pemahaman
tentang bagaimana menganalisa kecenderungan pembentukan scale pada sumur RP
dan proses penanggulangannya. Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Menjelaskan proses analisa terjadinya formation damage pada sumur RP
2. Menjelaskan proses analisa jenis scale yang terbentuk pada sumur RP

2
3. Menjelaskan proses penanggulangan scale dengan matrix acidizing pada
sumur RP

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui jenis skin yang
terbentuk dan proses penanggulangan dari jenis skin yang terbentuk pada sumur RP.

1.5 Batasan Masalah


Dalam penelitian Tugas Akhir ini, penulis akan membahas mengenai analisa
kecenderungan pembentukan scale dan penanggulangannya dengan menggunakan
metode matrix acidizing. Asumsi-asumsi yang digunakan pada Tugas Akhir ini
adalah:
1. Analisa formation damage menggunakan analisa hall plot
2. Metode penanggulangan scale dengan acidizing

1.6 Kerangka Penulisan Penelitian


Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisi pemaparan dari latar belakang penelitian, permasalahan
peneltian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan kerangka
penulisan penelitian.
Bab II Profil Perusahaan
Pada bab ini berisi beberapa sub bab yang menjelaskan secara singkat
mengenai sejarah perusahaan, Visi dan Misi perusahaan, lokasi dan geologi regional
dari sumur RP yang berada di PT Pertamina EP Asset IV Donggi Matindok Field.
Bab III Dasar Teori
Bab ini berisi teori dasar dari ilmu terapan yang mendukung penulis dalam
menyelesaikan proses penulisan Tugas Akhir.
Bab IV Hasil dan Perhitungan
Bab ini berisi hasil dan perhitungan yang diperoleh dari hasil penelitian yang
kemudian diolah dan dibahas secara terperinci.

3
Bab V Pembahasan
Bab ini berisi pembahasan secara lebih detail mengenai analisa terhadap hasil
perhitungan dan pengamatan berdasarkan data yang diperoleh.
Bab VI Kesimpulan
Bab ini berisi kesimpulan secara menyeluruh semua hasil perhitungan dan
pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada bab ini juga berisi rekomendasi
penulis sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya.

4
BAB II
PROFIL PT PERTAMINA EP ASSET IV DONGGI
MATINDOK FIELD

2.1 Sejarah Perusahaan


PT Perusahaan Minyak Nasional, disingkat PERMINA berdiri sejak 10
Desember 1957. Pada 1960, PT Permina berubah status menjadi Perusahaan Negara
(PN) Permina. Kemudian, PN Permina bergabung dengan PN Pertamin menjadi PN
Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina) pada 20 Agustus 1968.
Selanjutnya, melalui UU No.8 tahun 1971, pemerintah mengatur peran Pertamina
untuk menghasilkan dan mengolah migas dari ladang-ladang minyak serta
menyediakan kebutuhan bahan bakar dan gas di Indonesia. Kemudian melalui UU
No.22 tahun 2001, pemerintah mengubah kedudukan Pertamina sehingga
penyelenggaraan Public Service Obligation (PSO) dilakukan melalui kegiatan usaha.
Berdasarkan PP No.31 Tahun 2003 tanggal 18 Juni 2003, Perusahaan Pertambangan
Minyak dan Gas Bumi Negara berubah nama menjadi PT Pertamina (Persero) yang
melakukan kegiatan usaha migas pada Sektor Hulu hingga Sektor Hilir. Pada 10
Desember 2005, Pertamina mengubah lambang kuda laut menjadi anak panah dengan
warna dasar hijau, biru, dan merah yang merefleksikan unsur dinamis dan kepedulian
lingkungan.
Pada 20 Juli 2006, PT Pertamina (Persero) melakukan transformasi
fundamental dan usaha Perusahaan. PT Pertamina (Persero) mengubah visi
Perusahaan yaitu, “Menjadi Perusahaan Minyak Nasional Kelas Dunia“ pada 10
Desember 2007. Kemudian tahun 2011, Pertamina menyempurnakan visinya, yaitu
“Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia“. Melalui RUPSLB tanggal 19
Juli 2012, Pertamina menambah modal ditempatkan/disetor serta memperluas
kegiatan usaha Perusahaan. Di sektor hulu, Pertamina membentuk sejumlah anak
perusahaan sebagai entitas bisnis yang merupakan kepanjangan tangan dalam

5
pengelolaan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak, gas, dan panas bumi,
pengelolaan transpgoogortasi pipa migas, jasa pemboran, dan pengelolaan portofolio
di sektor hulu. Ini merupakan wujud implementasi amanat UU No.22 tahun 2001
yang mewajibkan PT Pertamina (Persero) untuk mendirikan anak perusahaan guna
mengelola usaha hulunya sebagai konsekuensi pemisahan usaha hulu dengan hilir.
Atas dasar itulah PT Pertamina EP didirikan pada 13 September 2005. Sejalan
dengan pembentukan PT Pertamina EP maka pada tanggal 17 September 2005, PT
Pertamina (Persero) telah melaksanakan penandatanganan Kontrak Kerja Sama
(KKS) dengan BPMIGAS (sekarang SKKMIGAS) – yang berlaku surut sejak 17
September 2003 – atas seluruh Wilayah Kuasa Pertambangan Migas yang
dilimpahkan melalui perundangan yang berlaku. Sebagian besar wilayah PT
Pertamina (Persero) tersebut dipisahkan menjadi Wilayah Kerja (WK) PT Pertamina
EP. Pada saat bersamaan, PT Pertamina EP juga melaksanakan penandatanganan
KKS dengan BPMIGAS (sekarang SKKMIGAS) yang berlaku sejak 17 September
2005. Dengan demikian WK PT Pertamina EP adalah WK yang dahulu dikelola oleh
PT Pertamina (Persero) sendiri dan WK yang dikelola PT Pertamina (Persero)
melalui TAC (Technical Assistance Contract) dan JOB EOR (Joint Operating Body
Enhanced Oil Recovery).Dengan tingkat pertumbuhan produksi rata-rata 6-7 persen
per tahun, PT Pertamina EP memiliki modal optimisme kuat untuk tetap menjadi
penyumbang laba terbesar PT Pertamina (Persero). Keyakinan itu juga sekaligus
untuk menjawab tantangan pemeritah dan masyarakat yang menginginkan
peningkatan produksi migas nasional.
PT Pertamina EP mendapatkan kepercayaan dari pemerintah dan pemegang
saham untuk mengelola wilayah kerja seluas ± 138.611 km2 berdasarkan kontrak
minyak dan gas bumi Pertamina dengan BPMIGAS pada tanggal 17 September 2005
untuk wilayah kerja Pertamina EP melalui suatu pola pengoperasian sendiri (own
operation) dan beberapa kerja sama kemitraan yakni Technical Assistant Contract
(TAC) dan Kerja Sama Operasi (KSO). Wilayah kerja perusahaan saat ini terbagi ke

6
dalam 5 Asset yang mencakup Sumatera, Jawa dan Kawasan Timur Indonesia.
Kegiatan operasi kelima Asset tersebut adalah:
1. Asset 1, mengelola wilayah kerja mulai dari Sumatera Bagian Utara sampai
dengan Sumatera Bagian Selatan dan terbagi dalam sejumlah area operasi
meliputi Lapangan Rantau, Lapangan Pangkalan Susu, Lapangan Lirik,
Lapangan Jambi dan Lapangan Ramba.
2. Asset 2, mengelola wilayah kerja di Sumatera Selatan dan terbagi dalam
sejumlah area operasi meliputi Lapangan Prabumulih, Lapangan Pendopo,
Lapangan Limau dan Lapangan Adera.
3. Asset 3, mengelola wilayah kerja di Jawa Barat dan terbagi dalam sejumlah
area operasi meliputi Lapangan Subang, Lapangan Jatibarang, Lapangan
Tambun.
4. Asset 4, mengelola wilayah kerja di Jawa Tengah yaitu Lapangan Cepu,
Papua yaitu Lapangan Papua, Sulawesi Tengah yaitu Donggi Matindok dan
Jawa Timur yaitu Poleng dan Sukowati.
5. Asset 5, mengelola wilayah kerja di Kawasan Timur Indonesia dan terbagi
dalam sejumlah area operasi meliputi Lapangan Sangatta, Lapangan
Sangasanga, Lapangan Tanjung, Lapangan Tarakan, dan Lapangan Bunyu.

2.2 Visi dan Misi Perusahaan


2.2.1 Visi PT Pertamina EP
Menjadi perusahaan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi kelas
dunia.

2.2.2 Misi PT. Pertamina EP


Melaksanakan pengusahaan sektor hulu minyak dan gas dengan penekanan
pada asek komersial dan operasi yang baik serta tumbuh dan berkembang bersama
lingkungan hidup.

7
2.3 Lokasi PT Pertamina EP Donggi Matindok
Secara geografis Daerah Operasi PT. Pertamina (Persero) EP Asset 4 Donggi
Matindok Field terletak di Desa Dongin, Kecamatan Toili Barat, Kabupaten Banggai,
Sulawesi Tengah.

2.4 Geologi Regional


Di Sulawesi Tengah, magmatisme potasik kalk-alkalin Miosen Akhir sampai
Resen terbentuk, khususnya di sepanjang sisi kiri Zona Sesar Palu-Koro (Priadi dan
kawan-kawan, 1999). Granitoid ini diperkirakan berhubungan dengan tumbukan
mikro-kontinen Banggai-Sula dengan Pulau Sulawesi pada Miosen Tengah, tetapi
studi detail tentang genesis dan mekanisme pengangkatannya, masih sangat terbatas.
Berdasarkan aspek-aspek petrologi, asosiasi dengan batuan/formasi yang lain, tingkat
alterasi, serta sifat-sifat kimianya, granitoid Neogen ini bisa diklasifikasikan ke dalam
paling sedikit tiga kelompok, dari tua ke muda, di mana ketiganya memperlihatkan
perubahan yang sistematis dalam fitur-fiturnya, yaitu : Granitoid ber-megakristal KF
dan berkristal kasar (Granitoid C), yang terdistribusi di daerah batas-batas utara dan
selatan Palu-Koro. Jenis ini bisa dikenali dengan mudah berdasarkan kenampakan
kandungan butir ekuigranular kasarnya atau butir-butir kasarnya yang mengandung
megakristal KF. Berbagai dating K-Ar menunjukkan kisaran umur 8,39 Ma sampai
3,71 Ma. Terdapat dua karakter petrografi yang bisa dibedakan: granitoid
mengandung biotit dan hornblende sebagai mineral-mineral mafik (4,15-3,71 Ma dan
7,05-6,43 Ma), serta granitoid mengandung biotit sebagai mineral mafik mayor (8,39-
7,11 Ma).
Granitoid medium milonitik-genesik (Granitoid B), yang tersingkap relatif di
bagian tengah sebarannya (sekitar Palu-Kulawi). Jenis ini semuanya hadir dalam
bentuk granitoid berbutir medium dan kadang mengandung xenolith. Juga dapat
diklasifikasikan ke dalam dua sub-divisi : granitoid hornblende-biotit dan granitoid
biotit. Jenis pertama terdistribusi di bagian selatan (Sulawa-Karangana) yang didating

8
5,46-4,05 Ma. Sedang jenis kedua terdistribusi di sekitar Kulawi, dan didating 3,78-
3,21Ma.
Granitoid berukuran halus dan miskin biotit (Granitoid A), merupakan
granitoid termuda di daerah Palu-Koro (3,07-1,76 Ma), yang membentuk dike-dike
kecil yang memotong granitoid- granitoid lainnya. Batuannya bersih, putih,
mengandung sedikit biotit sebagai mineral mafik tunggal, serta tersingkap secara
terkonsentrasi di bagian tengah, antara Sadaonta-Kulawi. Bersama-sama dengan dike-
dike aplitik tersebut, juga ditemukan dike-dike lamprofirik (tipe minnette). (Nindy
Wulandari Igirisa, 2014)
Granitoid genesik Pra-Neogen (Granitoid D) di beberapa daerah kecil di
sekitar Toboli. Berdasarkan peta geologi yang dibuat Sukamto et al. (1973),
distribusinya bisa diekstrapolasi berarah utara-selatan di daerah Toboli-Kasimbar.
Jenis ini umumnya mengandung granit yang berkomposisi kuarsa, K-feldspar,
plagioklas, dan muskovit. Terdapatnya muskovit dan umurnya yang lebih tua (96,37
Ma), membuat granitoid ini berbeda dengan jenis-jenis lainnya tersebut di atas.
Secara lateral granitoid-granitoid tersebut terdistribusi relatif melingkar (circular)
dengan Granitoid A di sekitar Kulawi sebagai pusatnya, dan dikelilingi oleh
Granitoid B dan C. Granitoid D, yang paling tua, memanjang utara-selatan di sebelah
timur distribusi konsentris tersebut. (Nindy Wulandari Igirisa, 2014)

2.4.1 Morfologi
Morfologi daerah luwuk dapat dibagi menjadi satuan yaitu pegunungan dan
karst, perbukitan dan daratan rendah. (Baharianto, 2007)
Pegunungan menempati bagian tengah daerah pemetaan dengan puncak
tertingginya mencapai 2.255m di atas muka laut. Morfologi pegunungan dicirikan
oleh tonjolan yang kasar dan belerang terjal. Karst berupa dolina, gua dan sungai
bawah tanah, dengan batuan yang membentuk morfologi pegunungan ini adalah
batuan ultramafik, batuan mafik, dan batugamping pada daerah karst. Lembah sungai

9
yang mengalir di daerah ini berbentuk V, dan banyak dijumpai air terjun. (Baharianto,
2007)
Satuan perbukitan menempati daerah di antara pegunungan dan dataran,
ketinggiannya berkisar antara 50 sampai 700 m di atas muka laut. Satuan morfologi
ini belerang landai agak curam dengan batuan yang membentuk morfologi ini ialah
batugamping, batuan ultramafik dan mafik, batuan gunung api dan sedimen klastika.
Pola aliran sungai di daerah ini dapat digolongkan sejajar atau hampir sejajar.
(Baharianto, 2007)
Dataran rendah menempati daerah pantai, terutama di bagian utara daerah
pemetaan ketinggiannya berkisar antara 0 dan 50 m di atas muka laut. Dataran
terdapat di daerah Ampana, Balingara, Bunda, Siuna dan Binsil, kesemuanya terdapat
di pantai utara. Sungai yang mengalir di daerah ini umumnya berkelok dan berlembah
lebar dan satuan morfologi ini dibentuk oleh endapan sungai dan pantai. (Baharianto,
2007)

2.4.2 Struktur
Daerah Luwuk terdapat di pulau Sulawesi tepatnya di bagian Tengah, terdapat
di daerah subduksi, dan berasosiasi dengan batuan mafik dan ultramafik. Struktur
geologi di daerah ini dicerminkan oleh sesar, lipatan dan kekar. (Baharianto, 2007)
1. Sesar
Sesar dijumpai berupa sesar naik, sesar bongkah dan sesar geser jurus. Sesar
naik diwakili oleh Sesar Poh, Sesar Batui dan Sesar Lobu. Kesemuanya diduga
mempunyai arah gaya dari tenggara. Gaya tersebut menyebabkan terbentuknya sesar
naik dan struktur pergentengan di bagain tengah serta sesar geser jurus mengiri di
bagian timurnya. Sesar bongkah yang utama adalah Sesar Salodik, berarah barat-
timur, melibatkan batuan sedimen Tersier. (Baharianto, 2007)
2. Lipatan
Struktur lipatan yang ditemukan di daerah ini digolongkan menjadi jenis
lipatan lemah terbuka yaitu lipatan dengan kemiringan lapisan maksimum 30o dan

10
lipatan kuat tertutup dengan kemiringan lapisan lebih dari 30o. Struktur lipatan di
daerah ini membentuk antiklin dan sinklin dengan sumbu berarah timurlaut-
baratdaya. (Baharianto, 2007).

11
BAB III
DASAR TEORI

3.1 Defenisi Scale


Scale merupakan endapan yang terbentuk dari air formasi yang memiliki
kandungan ion-ion terlarut yang tinggi, baik itu berupa kation (Na+, Ca2+, Mg2+,
Ba2+, Sr2+ dan Fe3+), maupun anion (Cl-, HCO3-, SO42- dan CO32-) kemudian
mengalami proses pengendapan mineral hingga membentuk kerak yang padat.

Gambar 3.1 Endapan Scale


(Sumber: Pranodo & Agusandi, 2017)
Pada sarana penyalurannya masalah scale tejadi karena fluida yang berasal
dari reservoir memiliki senyawa ion-ion kimia tertentu baik berupa senyawa ion
kation maupun anion yang dapat mempengaruhi kinerja dari suatu fasilitas
transportasi produksi. Scale dapat mengganggu laju alir dari suatu sumur
dikarenakan scale dapat membuat pengecilan inside diameter (ID) dari pipa produksi
(Mackay et al., 2003; Shukeir, 2005).

3.1.1 Jenis- Jenis Scale


Biasanya scale secara kimiawi diklasifikasikan sebagai tipe carbonate atau
sulphate. Endapan mineral (Scale) yang biasa terjadi antara lain adalah CaSO4,
BaSO4, dan CaCO3.

12
1) Scale Calcium Sulphate (CaSO4)
Scale kalsium Sulfat terbentuk dari reaksi ion calcium dan ion sulfat
reaksinya sebagai berikut:
𝐶𝑎2+ + 𝑆𝑂4 → CaSO4
Faktor yang mempengaruhi pembentukan scale CaSO4 yaitu sebagai berikut:

 Penurunan tekanan

 Perubahan temperatur

 Kandungan garam terlarut

 Perubahan pH
Untuk menanggulangi scale CaSO4 digunakan fluida pengubah (converter)
dikarenakan CaSO4 bereaksi dengan HCL. Inorganic converter biasanya karbonat
(CO32-) atau hidroksida (OH-) akan bereaksi dengan CaSO4 dan mengubahnya
menjadi CaCO3 atau Ca(OH)2 yang akan larut dalam asam. Coversion treatment
tersebut akan diikuti dengan pengasaman untuk melarutkan CaCO 3 atau Ca(OH)2.
Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut:
CaSO4 + (NH4)2CO3 → (NH4)2 SO4 + CaCO3
Kemudian CaCO3 yang terbentuk dilarutkan oleh HCL, dengan reaksi
sebagai berikut:
CaCO3 + 2HCL → CaCl2 + H2O + CO2
CO2 yang terbentuk akan membantu melepaskan endapan yang sangat padat.
Dalam menghilangkan endapan CaSO4 digunakan organic converter, seperti
natrium sitrat, kalium glikolat, dan kalium asetat. Zat-zat tersebut dapat bereaksi
dengan endapan CaSO4 dan akan menyebabkan endapan tersebut membengkak
(swell), sehingga akan menjadi lunak dan mudah dihilangkan dengan cara
mendorong dengan air. Zat kimia ini mahal dan membutuhkan waktu kontak
beberapa jam untuk endapan yang tebal, sehingga sebaiknya dicoba terlebih dahulu
pada laboratorium sebelum digunakan.

13
2) Scale Barium Sulphate (BaSO4)
Scale Barium Sulfat dibentuk oleh kombinasi ion 𝐵𝑎2+ dan ion 𝑆𝑂42− dengan
reaksi sebagai berikut :
𝐵𝑎2+ + 𝑆𝑂42− → BaSO4
Faktor yang mempengaruhi pembentukan scale CaSO4 yaitu sebagai berikut:

 Perubahan Tekanan

 Perubahan Temperatur

 Kandungan Garam Terlarut


Metode yang dapat digunakan untuk menanggulangi endapan Scale Barium
Sulphate (BaSO4) pada flowline adalah sebagai berikut:
a. Penambahan EDTA
Penambahan Ethylene Diamene Tetra Acid (EDTA) akan melarutkan BaSO4
secara fisik, yaitu akan memisahkan ion barium dengan ion sulfat, kemudian ion
barium akan bereaksi dengan ion lain menjadi campuran kimia yang baru, karena
larutan barium sangat stabil. Tetapi sebelum membentuk campuran yang baru,
barium sempat bereaksi lagi dengan sulfat sehingga scale barium sulfat baru dapat
terbentuk lagi.
b. Penambahan NaCl
Penambahan garam NaCl yang akan melarutkan BaSO4. Tenaga
melarutkannya naik seiring dengan naiknya temperatur.
3) Scale Calcium Carbonate (CaCO3)
Scale ini terbentuk dari kombinasi ion calcium dan ion carbonate atau
bicarbonate, sesuai dengan reaksi :
𝐶𝑎2+ + 𝐶𝑂3 → CaCO3
Faktor yang mempengaruhi pembentukan scale CaCO3 yaitu sebagai berikut:

 Perubahan Tekanan

 Perubahan Temperatur

14
 Kandungan Garam Terlarut
Untuk menanggulangi scale CaCO3 pada berbagai kondisi, cara yang paling
mudah dan murah adalah menggunakan HCl dengan konsentrasi 5%, 10% atau 15%.
Reaksi kimia yang terjadi adalah :
CaCO3  2HCl  CaCl2  H2O  CO2
Corrosion inhibitor juga harus ditambahkan ke dalam asam untuk menjaga
agar tidak melarutkan besi. Sering juga ditambahkan surfaktan untuk menghilangkan
film minyak dari scale yang mengandung deposit organik (Sari R, 2016).
Scale sulfat yang sering ditemukan di lapangan migas terdiri dari CaSO 4,
BaSO4 dan SrSO4 (Pranodo & Agusandi, 2017).

3.1.2 Mekanisme Pembentukan Scale


Faktor utama yang berpengaruh terhadap pembentukan, pertumbuhan kristal
dan pengendapan scale diantaranya yaitu perubahan kondisi reservoir (penurunan
tekanan reservoir dan perubahan temperatur), pencampuran dua jenis fluida yang
susunan mineralnya tidak sesuai, adanya penguapan (perubahan konsentrasi),
pengadukan (agitasi dan turbulensi), serta perubahan pH.
Mekanisme pembentukan endapan scale juga dipengaruhi oleh komposisi
kandungan senyawa ion-ion dalam air formasi misalnya kation maupun anion.
Proses terlarutnya ion-ion di atas dipengaruhi oleh tekanan dan temperature. Apabila
pada kondisi tekanan pada fluida turun dan temperatur naik, serta batas kelarutan
terlampaui maka senyawa tersebut tidak akan terlarut lagi melainkan terpisah dari
pelarutnya dalam bentuk padatan (Alida & Fandra, 2018).
Berikut beberapa faktor-faktor pendukung terjadinya pengendapan scale:
1. Air yang mengandung ion-ion yang memiliki kecenderungan membentuk
Senyawa yang mempunyai angka kelarutan rendah.
2. Perubahan kondisi fisik atau komposisi air yang menurunkan kelarutan.
3. Kenaikan temperatur yang menyebabkan penguapan dan dapat menyebabkan
terjadinya perubahan kelarutan.

15
4. Nilai pH yang besar akan mempercepat pembentukan scale.
5. Lamanya waktu kontak scale mengendap akan mengarah pada pembentukan
Scale yang lebih padat dan keras.

3.1.3 Masalah Umum yang Ditimbulkan oleh Scale


Adanya endapan padatan yang berada pada flowline akan mengakibatkan
beberapa masalah yang berpengaruh terhadap kegiatan produksi (Kinasih et al,
2014). Adapun masalah umum yang ditimbulkan oleh scale antara lain:
1. Berkurangnya produksi minyak maupun gas akibat adanya padatan yang
menghambat aliran dari lubang sumur ke atas permukaan.
2. Well plugging merupakan salah satu masalah yang akan menghambat laju aliran
dari fluida yang produksi.
3. Adanya scale pada pipa produksi juga akan mengakibatkan kapasitas pipa
berkurang yang akan mempengaruhi produksi dari pada sumur tersebut dan juga
akan berpengaruh terhadap pengurangan volume inside diameter pipa produksi.
4. Meningkatnya biaya operasi dikarenakan akan ada biaya tambahan seperti
pigging, acid, dan chemical lainnya untuk membersihkan padatan tersebut.
Masalah umum tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yaitu
kelarutan senyawa-senyawa pembentuk scale seperti:
1. Temperatur Pada saat temperatur tinggi, maka mobilitas reaksi pembentukan
scale meningkat.
2. Tekanan Pada saat tekanan turun maka tekanan parsial turun, artinya jumlah
turun. jika turun, maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan atau potensi
pembentukan scale semakin besar.
3. pH Jika pH naik atau semakin basa, maka potensi reaksi dengan atau
membentuk scale semakin besar.
4. Kadar garam dalam fluida kelarutan scale turun jika kadar garam dalam fluida
turun.
5. Bercampurnya air formasi dari lapisan yang berbeda.

16
3.2 Hall plot Analysis
Metode Hall mulai dilakukan untuk menganalisis sumur injeksi air pada tahun
1963. Metode ini berupa pendekatan secara grafis untuk mengevaluasi kapasitas
injeksi sumur. Secara umum, kapasitas sumur injeksi sulit untuk dievaluasi karena
banyaknya variasi dari laju injeksi dan tekanan. Untuk mengevaluasi kemungkinan
adanya plugging ataupun peningkatan injeksi biasanya dibutuhkan data-data tekanan
reservoir, viskositas air, dan densitas air.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka Hall menunjukkan bahwa gradient
dari kurva jumlah tekanan kepala sumur dikalikan dengan waktu versus volume
injeksi kumulatif dapat memperlihatkan kapasitas sumur injeksi dan gradient akan
tetap bernilai konstan apabila kapasitasnya tetap konstan. Persamaan yang digunakan
untuk menentukan gradient pada hall plot adalah fungsi yang berasal dari berbagai
parmeter reservoir yang mana permeabilitiy thickness (kapasitas) adalah yang paling
penting. Persamaannya adalah:
( )

Dimana:
Slope
Viskositas air (cp)
𝐵 Faktor volume formasi air (bbl/stb)
Radius injeksi (ft)
Radius sumur (ft)
Permeabilitas air (mD)
Ketebalan lapisan (ft)
Beberapa asumsi berlaku untuk persamaan ini. Asumsi yang paling penting
adalah tekanan reservoir dan radius injeksi harus konstan. Ketika nilai gradient pada
kurva water injeksi kumulatif versus tekanan kepala sumur dikalikan dengan waktu
mengalami perubahan menjadi berkurang, maka diindikasikan adanya efek stimulasi,
misalnya perekahan hydraulic dan pengasaman. Jika gradient pada kurva tersebut

17
mengalami perubahan menjadi bertambah, maka diindikasikan bahwa adanya efek
damage pada sumur, misalnya adanya plugging atau bertambahnya nilai skin yang
menyebabkan menurunnya kapasitas injeksi fluida.
Metode hall plot bertujuan untuk mengetahui performa injeksi dan masalah
yang mungkin terjadi pada sumur injeksi. Pada prosedur konvensional, jika
ditemukan adanya problem pada sumur melalui Hall plot, langsung dilakukan
pengujian sumur untuk menentukan nilai formation damage. Nilai formation damage
dapat diketahui tanpa melaksanakan pengujian sumur yang lebih tidak ekonomis.
Dengan cara mengevaluasi data laju injeksi dan tekanan pada waktu tertentu, dengan
menggunakan kurva Hall plot, maka nilai formation damage bisa didapatkan.
Sehingga pengujian sumur tidak perlu lagi dilakukan untuk menentukan nilai
formation damage atau skin factor pada sumur tersebut. Oleh karena itu nilai skin
factor dihitung untuk mengetahui seberapa seriuskah efek damage yang terdapat pada
sumur, pressure drop yang terdapat karena adanya skin, dan memperkirakan jumlah
produksi yang dapat ditingkatkan.
Kurva Hall plot tidak hanya dapat digunakan untuk mengidentifikasikan
adanya penurununan kapasitas injeksi, tetapi juga dapat digunakan sebagai metode
untuk menentukan treatment atau prosedur workover apa yang akan dilakukan untuk
sumur tersebut. Pada prosedur konvensional, jika ditemukan adanya problem pada
sumur melalui Hall plot, langsung dilakukan pengujian sumur untuk menentukan
nilai formation damage ataupun nilai skin.

18
Gambar 3.2 kurva hall plot
(Sumber: Andalucia & Ariansyah, 2016)
Hall plot dibuat dengan memplot tekanan kumulatif versus volume kumulatif
air yang diinjeksikan.
Dimana:
A = Injeksi Normal
B = Wellbore telah dilakukan stimulasi (negative skin)
C = Air yang diinjeksikan keluar dari zona injeksi
D = Plugging (positive skin) atau kualitas air buruk

3.3 Skin
Skin merupakan suatu besaran yang menunjukkan ada atau tidaknya
kerusakan formasi di sekitar lubang sumur. Kerusakan suatu formasi menunjukkan
daerah disekitar lubang sumur yang mengalami penurunan permeabilitas. Skin Factor
merupakan penurunan tekanan yang tidak memiliki satuan (dimensionless) yang
disebabkan karena adanya halangan aliran di sekitar lubang sumur. Adapun tipe-tipe
penyebab kerusakan formasi yaitu:
1. Scale
Scale merupakan endapan yang terbentuk akibat kristalisasi dari ion-ion
mineral yang larut dalam air. Deposit scale disebabkan oleh adanya senyawasenyawa

19
pembentuk kerak didalam air yang melebihi kelarutannya pada keadaan
kesetimbangan, selanjutnya akan terjadi pengendapan dimana jumlah molekul akan
bertambah dan membentuk kristal yang menempel dipermukaan dan selama selang
waktu tertentu akan menjadi padatan yang keras.
2. Clay Swelling
Clay swelling disebabkan karena fresh water atau filtrat lumpur pemboran
yang merembes keformasi yang mengandung shale. Sekali swelling terjadi sukar
sekali untuk menaikkan kembali permeabilitas dengan mengganti sistem lumpur
dengan lumpur asin (salt water mud).
3. Partikel Plugging
Partikel lumpur pemboran atau semen dapat menyebabkan tertutupnya pori-
pori batuan disekitar lubang bor. Selain itu terdapat grup clay illite (seperti rambut)
dan kaolinite (berlapis-lapis) yang partikelnya akan bergerak dan menutup lubang
pori-pori kalau clay tersebut tersentuh oleh filtrat fresh water base mud, baik silika
maupun claynya sendiri.
Persamaan yang digunakan menghitung nilai skin untuk menentukan ada
tidaknya kerusakan formasi di sekitar lubang sumur yaitu sebagai berikut:

[ ] * +

Dimana:
S = skin
k = permeabilitas, md
h = ketebalan
Pr = pressure reservoir (Psi)
= viskositas
= faktor volume formasi
= laju alir maximum
= radius injeksi
= radius well

20
Untuk menghitung faktor skin dari sumur yang telah di screening dan
diindikasikan terjadi kerusakan formasi dengan pendekatan dengan rumus dari Hall
plot yaitu sebagai berikut:
𝑎
( )
𝑎
Dimana:
𝑎 = Transmibility Pada Zona Damaged
= Transmibility Pada Zona Undamaged
= Radius injeksi ( ft)
= Radius sumur (ft )

3.4 Air Formasi


Air formasi adalah air yang ikut terproduksi bersama-sama dengan minyak
dan gas. Air ini biasanya mengandung bermacam-macam garam dan asam, terutama
NaCl sehingga merupakan air yang asam bahkan asam sekali. Air formasi biasanya
disebut dengan oil field water atau connate water atau intertial water.
Air formasi hampir selalu ditemukan di dalam reservoir hidrokarbon karena
memang dengan adanya air ini ikut menentukan terakumulasinya hidrokarbon
didalam suatu akumulasi minyak, air selalu menempati sebagian dari suatu reservoir,
minimal 10% dan maksimal 100% dari keseluruhan pori.
Air formasi selain berasal dari lapisan itu sendiri atau juga berasal dari air
formasi dari lapisan lain yang masuk kedalam lapisan produktif, biasanya disebabkan
oleh :
a. Penyemenan yang kurang baik.
b. Kebocoran casing yang disebabkan oleh :
1. Korosi pada casing.
2. Sambungan kurang rapat.
3. Pengaruh gaya tektonik rapat (patahan)
Dalam melakukan analisa air formasi ada beberapa metodologi penelitian yang

21
dilakukan diantaranya, yaitu :
a. Survei dan pengambilan sampel air terproduksi
Survei dilakukan untuk mengumpulkan data komposisi kimia dan
pengambilan sampel air terproduksi atau scale yang ada di lapangan -lapangan
minyak
b. Analisis Kimia
Analisis kimia dilakukan untuk menentukan kandungan mineral atau ion
terlarut pada sampel atau pada endapan scale yang sudah diambil pada waktu survei.
Analisa diusahakan supaya dilakukan onsite sehingga mengurangi pengaruh
lingkungan pada sampel yang diambil.
Adapun kegunaan yang paling penting dari analisa air formasi yaitu
memperkirakan kemungkinan terjadinya kerusakan formasi dari injeksi air formasi
pada projek water flooding, memperkirakan formasi scale di permukaan dan peralatan
downhole, memperkirakan dan memantau adanya korosi, memantau efisiensi sistem
water treatment, mendiagnosa permasalahan-permasalahan yang ada di lapangan
minyak dan mengidentifikasi formasi. (Zulullhuda, 2016)
Air formasi yang ikut terproduksi bersama minyak atau gas memiliki sifat
asam dan basa. Sifat asam menyebabkan permasalahn korosi yang bisa
mengakibatkan kerusakan pada peralatan produksi sehingga mengganggu proses
produksi. Sedangkan sifat basa air fomasi menyebabkan terbentuknya scale yaitu
endapan ion-ion yang ikut terbawa bersama air formasi di dalam pipa produksi atau
sumur yang bisa menurunkanlaju produksi. (Pranondo dan Agusandi, 2017)
Selain berdampak negatif, air formasi juga digunakan untuk hal yang positif.
Pada sumur injeksi, air formasi digunakan sebagai tenaga pendorong untuk
mengangkat minyak dari reservoir ke permukaan.

3.5 Scale Index


Scale index merupakan suatu acuan yang dikembangkan oleh Stiff Davis dan
Oddo Tompson dengan cara menghitung kandungan senyawa ion-ion yang ada pada

22
air formasi yang dapat menyebabkan pertumbuhan scale terjadi. Scale index dihitung
untuk mengetahui jenis scale yang terbentuk. Untuk mengetahui scale index yang
tedapat pada air injeksi terlebih dahulu kita menganalisa ion-ion, pH, dan specific
gravity yang terkandung pada air injeksi yang diambil dari tempat sampel. Scale
index dapat dihitung dengan menggunakan metode perhitungan Stiff & Davis dan
metode Skillman, Mcdonald, & Stiff.

3.5.1 Metode Perhitungan Stiff & Davis


Perhitungan dengan menggunakan metode Stiff & Davis digunakan untuk
menentukan kecenderungan pembentukan scale kalsium karbonat (CaCO3). Stiff &
Davis telah mengembangkan metode analisa air formasi untuk dapat digunakan pada
air garam (brine), yaitu dengan cara memasukan parameter kekuatan (ion strength)
sebagai koreksi terhadap total konsentrasi garam dan temperatur. Untuk menghitung
kelarutan CaCO3 menurut metode ini, kita harus mempunyai data-data konsentrasi
ion-ion Na+, Ca2+, Mg2+, Cl-, CO32-, HCO3-, SO42-.
Menghitung ionic strenght (μ) akan lebih mudah bila ada tabel konversi hasil
analisa air formasi kedalam kekuatan ion. Jumlah hasil perkalian faktor konversi akan
menghasilkan harga ionic strenght (μ) total. Berikut ini merupakan tabel faktor
konversi dari ion kation dan anion:
Tabel 3.1 Faktor Konversi
Ion Faktor Konversi
Na+
Ca2+
Mg2+
Cl-
CO32-
HCO3-
SO42-

23
Perkiraan kecenderungan pembentukan scale kalsium karbonat ditentukan
berdasarkan harga Scalling Index (SI) dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Jika SI < 0 (negatif), maka sistem tidak terjenuhi oleh CaCO3 dan scale
cenderung tidak terbentuk.
b. Jika SI > 0 (positif), maka sistem telah terjenuhi oleh CaCO 3 dan terdapat
kecenderungan pengendapan scale.
c. Jika SI = 0, maka sistem berada pada titik jenuh (saturation point), dan scale
tidak akan terbentuk
Untuk menentukan harga SI dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut:
𝑆 𝐶𝑎
Dimana:
SI = Scalling Index
pH = pH air sebenarnya
pCa = negatif logaritma dari konsentrasi Ca2+
= - log (Ca2+)
pAlk = negatif logaritma dari konsentrasi total alkalinity
= - log (Alk)
= - log [(CO32-+ HCO32-)]
K = Konstanta yang merupakan fungsi dari kadar garam, konsentrasi dan
temperatur.
Harga pCa dan pAlk dapat diperoleh dengan menggunakan perhitungan
sebagai berikut :
pCa = 4.5997 - 0.4337 ln (Ca2+)
pAlk = 4.8139 - 0.4375 ln (CO32-+ HCO32-)

3.5.2 Metode Perhitungan Skillman, McDonald & Stiff


Perhitungan dengan menggunakan metode Skillman, McDonald & Stiff
digunakan untuk menentukan kecenderungan pembentukan scale kalsium sulfat

24
(CaSO4). Penentuan kecenderungan pembentukan scale CaSO4 dengan menggunakan
metode ini didasarkan pada persamaan sebagai berikut


Dimana:
S = kelarutan gypsum hasil perhitungan, meq/L
k = konstanta yang merupakan fungsi komposisi air dan temperatur
x = kelebihan konsentrasi ion dalam mol/L
Perkiraan kecenderungan pembentukan scale CaSO4 didasarkan pada hasil
perhitungan S dengan membandingkan hasil perhitungan konsentrasi aktual Ca 2+ dan
SO42- yang terdapat dalam air formasi, dengan ketentuan, berikut:
c. Jika S lebih kecil dari kedua konsentrasi aktual Ca2+ dan SO42-, maka
cenderung terbentuk scale CaSO4.
d. Jika S lebih besar dari kedua konsentrasi aktual Ca 2+ dan SO42-, maka air tidak
dijenuh dengan CaSO4 dan scale CaSO4 tidak terbentuk.

3.6 Pengertian Stimulasi


Stimulasi adalah merangsang sumur yang merupakan suatu proses perbaikan
terhadap sumur untuk meningkatkan harga permeabilitas formasi yang mengalami
kerusakan sehingga dapat memberikan laju produksi yang besar, yang akhirnya
produktifitas sumur akan menjadi lebih besar jika dibandingkan sebelum diadakannya
stimulasi sumur. Stimulasi dilakukan pada sumur-sumur produksi yang mengalami
penurunan produksi yang disebabkan oleh adanya kerusakan formasi (formation
damage) disekitar lubang sumur dengan cara memperbaiki permeabilitas batuan
reservoir. Metode stimulasi dapat dibedakan menjadi Acidizing dan Hydraulic
Fracturing.
Alasan dilakukanya stimulasi antara lain karena adanya hambatan alami yaitu
permeabilitas reservoir yang rendah sehingga menyebabkan fluida reservoir tidak
dapat bergerak secara cepat melewati reservoir dan hambatan akibat yaitu yang sering

25
disebut dengan kerusakan formasi (formation damage), kerusakan fomasi ini
kebanyakan disebabkan oleh operasi pemboran dan penyemenan yang menyebabkan
permeabilitas batuan menjadi kecil jika dibandingkan dengan permeabilitas alaminya
sebelum terjadi kerusakan formasi, pengecilan permeabilitas batuan formasi ini akan
mengakibatkan terhambatnya aliran fluida dari formasi menuju ke lubang sumur
sehingga pada akhirnya akan menyebabkan turunnya produktivitas suatu sumur.
Sasaran dari stimulasi ini adalah formasi produktif, karena itu karakteristik
reservoir mempunyai pengaruh besar pada pemilihan stimulasi. Karakteristik
reservoir meliputi karakteristik batuan maupun karakteristik fluida reservoir terutama
berpengaruh pada pemilihan fluida treatment baik pada acidizing maupun pada
hydraulic fracturing, faktor lain yang berpengaruh dalam treatment ini adalah kondisi
reservoir yaitu volume pori, tekanan dan temperatur reservoir.

3.7 Acidizing Treatment


Acidizing adalah salah satu proses perbaikan terhadap sumur untuk
menanggulangi atau mengurangi kerusakan formasi dalam upaya peningkatan laju
produksi dengan melarutkan sebagian batuan, dengan demikian akan memperbesar
saluran yang tersedia atau barangkali lebih dari itu membuka saluran baru sebagai
akibat adanya pelarutan atau reaksi antara acid dengan batuan.
Acidizing dilakukan dengan cara memompakan larutan asam kedalam sumur,
agar dapat melarutkan semen jenis limestone, dolomite, atau calcite yang terletak
diantara butir batuan sedimen. acidizing yang dilakukan pada formasi sandstone
memiliki satu tujuan utama yaitu memperbaiki kerusakan (damage), sedangkan yang
dilakukan pada formasi karbonat bertujuan untuk memperbaiki kerusakan dan
meningkatkan permeabilitas. Ada tiga syarat agar asam bisa digunakan untuk
stimulasi (Bambang Tjondro, 2005):
1. Harus bisa bereaksi dengan karbonat dan mineral lain untuk bisa
menghasilkan produk yang bisa melarut
2. Ia harus bisa menghambat karat di peralatan sumur

26
3. Hal lain seperti aman, biaya, pengadaan, penyimpanan dll.
Pada intinya, acidizing adalah proses pelarutan material-material batuan yang
terdapat disekitar lubang tempat masuknya fluida reservoir ke dalam sumur dengan
menginjeksikan sejumlah asam ke dalam sumur atau lapisan produktif. Acidizing ini
digunakan untuk menghilangkan pengaruh kerusakan formasi disekitar lubang sumur
yaitu skin dengan cara memperbesar pori-pori batuan dan melarutkan partikel-partikel
penyumbat pori-pori batuan.

3.7.1 Jenis-jenis Acidizing


Jenis–jenis dari stimulasi acidizing secara umum dapat digolongkan menjadi
tiga, yaitu:
a) Pencucian dengan Asam (Acid washing)
Acid washing adalah operasi yang direncanakan untuk menghilangkan
endapan scale yang dapat larut dalam larutan asam yang terdapat dalam lubang sumur
untuk membuka perforasi yang tersumbat. Acid washing dilakukan untuk
menghilangkan material atau scale di interval produksi, saluran perforasi dan area
disekitar lubang sumur. Treatment dilakukan dengan menggunakan coiled tubing atau
wash tool. Dengan coiled tubing, tubing diturunkan hingga kebagian bawah interval
dan sambil menginjeksikan asam, tubing digerakkan kebagian atas interval. Proses ini
dapat dilakukan berulang-ulang sesuai kebutuhan. Dengan wash tool, alat diturunkan
tepat di depan perforasi dan asam diinjeksikan ke perforasi sambil menggerakkan alat
disepanjang interval. Proses ini juga dapat dilakukan secara berulang sesuai
kebutuhan.
b) Perekahan Asam (Acid fracturing)
Acid fracturing adalah penginjeksian asam ke dalam formasi pada tekanan
yang cukup tinggi untuk merekahkan formasi atau membuka rekahan yang sudah ada.
Aplikasi acid fracturing ini hanya terbatas untuk formasi karbonat, karena jika
dilakukan pada formasi batu pasir dapat menyebabkan keruntuhan formasinya dan
mengakibatkan problem kepasiran.

27
c) Pengasaman Matriks (Matrix acidizing)
Matriks acidizing dilakukan dengan cara menginjeksikan larutan asam dan
additif tertentu secara langsung ke dalam pori-pori batuan formasi disekitar lubang
sumur dengan tekanan penginjeksian di bawah tekanan rekah formasi, dengan tujuan
agar reaksi menyebar ke formasi secara radial. Asam akan menaikkan permeabilitas
matriks baik dengan cara membesarkan lubang pori-pori ataupun melarutkan partikel-
partikel yang membantu saluran pori-pori tersebut. Bila sumur tidak mengalami
kerusakan (damage), matriks acidizing tidak akan banyak membantu pada
peningkatan produksi. Untuk mendapatkan hasil yang besar pada peningkatan
produksi, maka jumlah asam yang digunakan tidak akan ekonomis.

3.7.2 Tahap Acidizing Treatment


Acidizing treatment dibagi menjadi beberapa tahapan utama yaitu preflush,
main acid dan afterflush atau overflush.
1. Preflush
Tujuan utama dari preflush adalah untuk melarutkan mineral–mineral
carbonate pada formasi sebelum menginjeksikan campuran asam HCl, agar HCl
langsung melarutkan clay dan silica (Chavez, 2007). Standar dari preflush adalah
KCl, biasanya konsentrasi 5-15%. Asam organik seperti acetic dan formic, dapat juga
digunakan sendiri atau saling dikombinasikan dengan KCl. Alasan digunakan KCl
adalah karena kandungannya yang relatif aman terhadap formasi, bila menggunakan
air asin kandungan mineral yang terkandung di dalamnya ditakutkan bisa
menyebabkan damage yang baru (Schlumberger, 2015).
2. Main acid
Tujuan utama dari tahapan main acid adalah melarutkan partikel–partikel
silica (siliceous) yang membatasi Permeabilitas di sekitar lubang sumur, menyumbat
perforasi atau gravel pack. Ada beberapa jenis asam yang dapat digunakan untuk acid
treatment seperti HCL dan HF (Cruikshank, 1960). Penggunaan jenis asam

28
tergantung pada permeabilitas formasi, kandungan clay dan silt pada formasi (Crowe,
Masmonteil, & Thomas, 1992).
3. Overflush
Tujuan dari overflush adalah untuk membersihkan sisa-sisa pengasaman
dengan menempatkan asam di perforasi dan untuk mendesak asam HF menjauh dari
lubang sumur, sehingga jika dilakukan overflush pengendapan reaksi yang tak
terduga hanya terjadi jauh dari lubang sumur dimana dampak pada produktifitas tidak
signifikan (Alfred R. Jennings, 2007). Umumnya tahap overflush ini menggunakan
air sebagai overflush fluid. Pada sumur minyak biasanya menggunakan diesel dan
untuk sumur gas biasanya menggunakan gas nitrogen.

3.6.3 Stimulasi Matrix Acidizing


Pada stimulasi matrix acidizing, penting untuk dilakukan desain yang
bertujuan memperlancar proses stimulasi matrix acidizing.

3.6.3.1 Menghitung Tekanan Rekah Formasi


Harga tekanan rekah formasi ditentukan agar pada proses penginjeksian asam
tidak menimbulkan rekahan pada formasi. Persamaan untuk menghitung tekanan rekah
formasi adalah:
𝐵 𝐷
Keterangan :
𝐵 Tekanan rekah formasi, Psi
Gradient rekah formasi, Psi/ft
𝐷 Kedalamn sumur, ft

3.6.3.2 Menghitung Tekanan Injeksi Maksimum


Nilai tekanan injeksi maksimum harus dihitung, sehingga dapat mengetahui
besarnya tekanan injeksi pompa yang akan mengalirkan asam ke dalam sumur,
sehingga tidak menimbulkan masalah baru pada proses stimulasi acidizing. Berikut
adalah persamaan untuk menghitung besarnya tekanan injeksi maksimum di
permukaan

29
a.) 𝑎 𝐷
b.) 𝑆 𝑎 𝐵 𝑎
Keterangan :
Densitas asam, ppg
Gradient rekah formasi, Psi/ft
𝐷 Kedalamn sumur, ft

3.6.3.3 Menghitung Volume Injeksi


Persamaan yang digunakan dalam menghitung volume fluida yang akan
diinjeksikan adalah sebagai berikut
a.) Volume Tubing

b.) Volume Annulus


𝐷 𝐶𝑎
𝐶𝑎

Keterangan :
𝐷 𝑎
𝑂𝐷 𝑂 𝑎

30
BAB IV
PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

Penelitian ini dilakukan dengan menganalisa data pada sumur injeksi RP yang
berada di PT Pertamina Aset 4 Donggi Matindok Field, data yang dianalisa adalah
data dari tanggal 2 Agustus 2017 sampai tanggal 6 Desember 2017 yang dimana data
tersebut adalah data sebelum dilakukan matrix acidizing. Dari data tersebut kemudian
diplot ke dalam kurva hall plot berdasarkan nilai kumulatif tekanan dan nilai
kumulatif volume injeksi lalu dilakukan analisa kurva Hall plot, analisa kurva Hall
plot ini dilakukan untuk menentukan ada atau tidaknya indikasi atau efek damage
pada sumur, misalnya adanya plugging atau bertambahnya nilai skin yang
menyebabkan menurunnya kapasitas injeksi fluida.
Setelah dilakukan analisa Hall plot selanjutnya menghitung nilai skin dengan
menggunakan slope dan nilai transmissibilitynya untuk menganalisa lebih lanjut
apakah terjadi formation damage atau tidak. Setelah didapatkan bahwa benar-benar
terjadi formation damage maka selanjutnya dengan melakukan stimulasi matrix
acidizing pada sumur tersebut. Setelah proses stimulasi matrix acidizing dilakukan,
maka selanjutnya kembali menganalisa kurva hall plot dari data tanggal 15 desember
2017 sampai tanggal 31 desember 2017 yang dimana data tersebut adalah data setelah
dilakukan matrix acidizing. Dari kurva hall plot tersebut dapat dianalisa keberhasilan
penanggulangan scale dengan cara matrix acidizing pada sumur RP.

31
4.1 Profil Sumur RP

Gambar 4.1 Profil sumur RP


(Sumber: PT Pertamina Asset IV Donggi Matindok Field)

32
4.2 Analisa Kurva Hall plot
Kurva Hall plot didapatkan dari data yang dimulai dari tanggal 2 Agustus
2017 sampai tanggal 6 Desember 2017 berdasarkan nilai kumulatif tekanan dan
kumulatif volume injeksi.
Tabel 4.1 Data Injeksi Sumur RP
Press
Pump Total Time Kumulatif Kumulatif
Tanggal Well
Pressure Injection Injection Injeksi PWH
Head
2-Aug-2017 595.00 420 1471.84 24 1471.84 420
3-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 1471.84 420
4-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 1471.84 420
5-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 1471.84 420
6-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 1471.84 420
7-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 1471.84 420
8-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 1471.84 420
9-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 1471.84 420
10-Aug-2017 556.00 420 1526.06 21 2997.90 840
11-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 2997.90 840
12-Aug-2017 716.00 430 937.33 17 3935.23 1270
13-Aug-2017 612.00 450 1501.64 20 5436.87 1720
14-Aug-2017 612.00 450 633.63 7 6070.50 2170
15-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 6070.50 2170
16-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 6070.50 2170
17-Aug-2017 750.00 450 1689.14 24 7759.64 2620
18-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 7759.64 2620
19-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 7759.64 2620
20-Aug-2017 737.00 650 1488.91 24 9248.55 3270
21-Aug-2017 737.00 650 715.65 13 9964.20 3920
22-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 9964.20 3920
23-Aug-2017 612.00 450 303.91 4 10268.11 4370
24-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 10268.11 4370
25-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 10268.11 4370
26-Aug-2017 0.00 650 673.95 12 10942.06 5020
27-Aug-2017 0.00 650 1580.29 24 12522.36 5670
28-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 12522.36 5670
29-Aug-2017 0.00 650 1297.22 24 13819.57 6320

33
30-Aug-2017 0.00 650 1297.22 24 15116.79 6970
31-Aug-2017 0.00 0 0.00 0 15116.79 6970
1-Sep-2017 0.00 650 967.55 8 16084.34 7620
2-Sep-2017 0.00 0 0.00 0 16084.34 7620
3-Sep-2017 0.00 650 263.17 4 16347.51 8270
4-Sep-2017 0.00 650 1842.00 24 18189.51 8920
5-Sep-2017 0.00 0 0.00 0 18189.51 8920
6-Sep-2017 0.00 0 0.00 0 18189.51 8920
7-Sep-2017 612.00 650 1216.21 20 19405.72 9570
8-Sep-2017 0.00 0 0.00 0 19405.72 9570
9-Sep-2017 0.00 0 0.00 0 19405.72 9570
10-Sep-2017 0.00 0 0.00 0 19405.72 9570
11-Sep-2017 0.00 0 0.00 0 19405.72 9570
12-Sep-2017 800.00 0 0.00 8 19405.72 9570
13-Sep-2017 800.00 650 1084.52 11 20490.23 10220
14-Sep-2017 800.00 0 0.00 3 20490.23 10220
15-Sep-2017 837.00 650 2184.52 24 22674.76 10870
16-Sep-2017 846.20 650 4113.41 24 26788.17 11520
17-Sep-2017 852.20 650 1572.55 24 28360.71 12170
18-Sep-2017 0.00 0 0.00 0 28360.71 12170
19-Sep-2017 0.00 0 0.00 0 28360.71 12170
20-Sep-2017 815.00 650 1595.79 17 29956.50 12820
21-Sep-2017 815.00 650 2236.97 24 32193.47 13470
22-Sep-2017 815.00 650 340.85 20 32534.32 14120
23-Sep-2017 0.00 0 0.00 0 32534.32 14120
24-Sep-2017 0.00 0 0.00 0 32534.32 14120
25-Sep-2017 800.00 650 640.00 8 33174.32 14770
26-Sep-2017 800.00 650 1115.50 24 34289.83 15420
27-Sep-2017 837.00 600 232.40 4 34522.22 16020
28-Sep-2017 837.00 600 232.40 4 34754.62 16620
29-Sep-2017 940.80 700 1433.00 24 36187.62 17320
30-Sep-2017 0.00 0 0.00 0 36187.62 17320
1-Oct-2017 982.00 700 1464.00 24 37651.62 18020
2-Oct-2017 982.00 700 534.51 8 38186.13 18720
3-Oct-2017 982.00 700 991.56 10 39177.69 19420
4-Oct-2017 982.00 700 1975.37 24 41153.06 20120
5-Oct-2017 982.00 700 1975.37 9 43128.43 20820
6-Oct-2017 982.00 700 1479.59 15 44608.02 21520

34
7-Oct-2017 982.00 700 1007.05 17 45615.07 22220
8-Oct-2017 1104.00 700 1007.05 11 46622.12 22920
9-Oct-2017 1136.50 900 201.25 4 46823.37 23820
10-Oct-2017 1217.00 910 1526.00 24 48349.37 24730
11-Oct-2017 1230.00 910 1527.00 7 49876.37 25640
12-Oct-2017 1127.00 900 240.00 4 50116.37 26540
13-Oct-2017 1320.00 1100 1347.00 24 51463.37 27640
14-Oct-2017 0.00 0 0.00 0 51463.37 27640
15-Oct-2017 1290.00 1100 387.33 4 51850.69 28740
16-Oct-2017 1290.00 1100 1161.06 18 53011.75 29840
17-Oct-2017 1291.00 1101 1162.06 19 54173.81 30941
18-Oct-2017 1350.00 1250 1634.52 17 55808.33 32191
19-Oct-2017 1410.00 1100 743.08 9 56551.41 33291
20-Oct-2017 1410.00 1100 1006.25 18 57557.66 34391
21-Oct-2017 1410.00 1200 2030.00 24 59587.66 35591
22-Oct-2017 1523.00 1340 1523.00 19 61110.66 36931
23-Oct-2017 0.00 0 0.00 0 61110.66 36931
24-Oct-2017 1725.00 1550 1753.00 21 62863.66 38481
25-Oct-2017 1725.00 1550 1753.00 21 64616.66 40031
26-Oct-2017 0.00 0 0.00 0 64616.66 40031
27-Oct-2017 1730.00 1340 1564.80 20 66181.46 41371
28-Oct-2017 1587.00 1430 1564.80 4 67746.26 42801
29-Oct-2017 1864.00 1650 1564.80 4 69311.06 44451
30-Oct-2017 0.00 0 0.00 0 69311.06 44451
31-Oct-2017 1864.00 1650 281.87 2 69592.92 46101
1-Nov-2017 1750.00 1650 629.28 4 70222.20 47751
2-Nov-2017 1750.00 1650 472.54 4 70694.74 49401
3-Nov-2017 1750.00 1650 278.88 4 70973.61 51051
4-Nov-2017 1820.00 1730 1471.84 24 72445.45 52781
5-Nov-2017 0.00 0 0.00 0 72445.45 52781
6-Nov-2017 1488.00 1650 332.45 2 72777.90 54431
7-Nov-2017 1488.00 1650 1130.00 12 73907.90 56081
8-Nov-2017 1608.00 1650 787.00 7 74694.90 57731
9-Nov-2017 1608.00 1650 754.00 4 75448.90 59381
10-Nov-2017 1547.00 1650 729.00 8 76177.90 61031
11-Nov-2017 1547.00 1650 991.00 8 77168.90 62681
12-Nov-2017 1547.00 1650 814.00 8 77982.90 64331
13-Nov-2017 1295.00 1100 829.00 8 78811.90 65431

35
14-Nov-2017 1295.00 1100 829.00 8 79640.90 66531
15-Nov-2017 1295.00 1100 472.00 8 80112.90 67631
16-Nov-2017 1295.00 1100 459.13 8 80572.03 68731
17-Nov-2017 1730.00 1100 579.00 12 81151.03 69831
18-Nov-2017 1730.00 1100 579.00 12 81730.03 70931
19-Nov-2017 1730.00 1100 580.00 12 82310.03 72031
20-Nov-2017 1500.00 1100 427.00 12 82737.03 73131
21-Nov-2017 1500.00 1100 324.00 12 83061.03 74231
22-Nov-2017 1593.00 1100 593.00 12 83654.03 75331
23-Nov-2017 1600.00 1100 593.00 12 84247.03 76431
24-Nov-2017 1600.00 1100 426.00 12 84673.03 77531
25-Nov-2017 1600.00 1100 965.00 8 85638.03 78631
26-Nov-2017 1600.00 1100 1094.00 8 86732.03 79731
27-Nov-2017 1600.00 1100 868.32 11 87600.35 80831
28-Nov-2017 1600.00 1100 1220.66 24 88821.01 81931
29-Nov-2017 1600.00 1100 1015.90 24 89836.91 83031
30-Nov-2017 1600.00 1100 1156.15 24 90993.06 84131
1-Dec-2017 1600.00 1100 961.38 24 91954.44 85231
2-Dec-2017 1400.00 1300 918.02 24 92872.46 86531
3-Dec-2017 1600.00 1300 397.80 24 93270.26 87831
4-Dec-2017 1600.00 1300 641.99 24 93912.25 89131
5-Dec-2017 1600.00 1300 792.77 24 94705.02 90431
6-Dec-2017 1600.00 1300 403.56 24 95108.58 91731

Dari data injeksi sumur RP tersebut diplot membentuk kurva Hall plot
berdasarkan nilai kumulatif tekanan dan kumulatif volume injeksi.

36
Gambar 4.2 Kurva Hall plot
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa setelah data
yang ada di plot ke dalam grafik, garis yang terbentuk tidak menunjukkan trend line
sehingga dapat dinyatakan bahwa sumur tersebut diindikasikan mengalami kerusakan
formasi (Plugging). Untuk membuktikan indikasi kerusakan formasi yang ada maka
dilakukan analisis lebih lanjut pada sumur tersebut.

4.3 Analisa Lebih Lanjut


Data pendukung yang akan digunakan untuk menganalisa lebih lanjut sumur
RP dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2 Data Sumur RP
Data Sumur RP
Parameter
Simbol Nilai Satuan
Ketebalan Formasi h 413,38 ft
Rate Injeksi qi 1,5 BPM

37
Faktor Volume Formasi Air Bw 1,036 Rb/STB
Porositas 19 persen
Viskositas 0,55 Cp
Radius Sumur rw 0,708 ft
Permeabilitas k 37 mD

4.3.1 Perhitungan Radius Injeksi


Perhitungan radius injeksi digunakan untuk mengetahui seberapa jauh radius
dari air yang telah diinjeksikan dan radius injeksi sangat berpengaruh dalam
perhitungan skin.

( )

( )

4.3.2 Menentukan Slope dan Transmissibility


Untuk menentukan slope dapat diketahui dengan menarik garis lurus pada
trend line sehingga didapatkan slope dan transmissibility. Berikut ini merupakan
perhitungan dari slope dan transmissibility pada sumur RP :

4.3.2.1 Perhitungan Slope


a. Untuk m1 (slope pada zona Undamaged)

38
b. Untuk ma (slope pada Damaged)

4.3.2.2 Perhitungan Transmissibility


a. Transmissibility pada zona undamaged
Dari nilai m1 maka dapat dihitung transmissibility pada zona undamaged
sumur RP yaitu sebagai berikut :

𝐵 ( )

( )

b. Transmissibility pada zona damaged


Dari nilai ma maka dapat dihitung transmissibility pada zona undamaged
sumur RP yaitu sebagai berikut :

𝐵 ( )
𝑎
𝑎
( )
𝑎

39
𝑎

4.3.3 Menentukan Nilai Skin Factor


Dari beberapa perhitungan sebelumnya dan berdasarkan data pendukung
sumur RP, maka skin factor dapat dihitung berdasarkan rumus Kurva Hall plot, yaitu
sebagai berikut:
𝑎
𝑆 ( )
𝑎

𝑆 ( )

𝑆
Hasil perhitungan faktor skin dari rumus tersebut bernilai positif yaitu sebesar
17,9 yang menunjukkan bahwa terjadi indikasi kerusakan di sekitar lubang sumur
sehingga sumur ini perlu untuk dilakukan stimulasi.

4.4 Analisa Air Formasi dengan Scale Index


Scale index dihitung untuk mengetahui jenis scale yang terbentuk. Untuk
mengetahui scale index yang tedapat pada air formasi terlebih dahulu kita
menganalisa ion-ion, pH, dan specific gravity yang terkandung pada air formasi yang
diambil dari Inlet Produce Water Tank A, Inlet Produce Water Tank B, Outlet
Produce Water Tank A Injection Pump dan Outlet Produce Water Tank B Injection
Pump. Adapun data hasil analisa air injeksi ditunjukkan pada Tabel 4.3

40
Tabel 4.3 Data Hasil Analisa Anion, Kation, pH dan SG
Inlet Inlet Outlet Produce Outlet Produce
Produce Produce Water Tank A Water Tank B
Parameter
Water Water Injection Injection
Tank A Tank B Pump Pump
pH 7,90 10,55 7,41 7,58
Specific gravity 1,01 1,01 1,01 1,01
Natrium (Na+), mg/l 1791,3 1791,3 1791,3 1791,3
Kalsium (Ca2+), mg/l 20 20 20 20
Magnesium (Mg+2), mg/l 62,3 62,3 62,3 62,3
Besi (Fe3+), mg/l 0,36 0,34 0,77 0,49
Karbonat (CO3-), mg/l 0 0 0 0
-
Bikarbonat (HCO3 ), mg/l 248,4 248,4 248,4 248,4
Sulfat (SO4), mg/l 7,76 7,76 7,76 7,76
Chlorida (Cl-), mg/l 129,8 582,9 460,5 556,1

Berdasarkan Tabel 4.3 diperoleh besaran tiap-tiap ion penyusun sehingga dari
data tersebut dapat ditentukan jenis scale yang terbentuk dengan menggunakan
metode perhitungan Stiff & Davis dan metode Skillman, McDonald, & Stiff.

4.4.1 Perhitungan dengan Menggunakan Metode Stiff & Davis


Perhitungan dengan menggunakan metode Stiff & Davis digunakan untuk
menentukan kecenderungan pembentukan scale kalsium karbonat (CaCO3). Untuk
menentukan adanya kecenderungan terbentuknya scale CaCO3 adalah dengan
menghitung nilai Scale Index (SI). Untuk menentukan harga SI, terlebih dahulu
menentukan nilai Ionic strength (µ) masing-masing ion dengan mengalikan
konsentrasi ion dengan faktor konversinya, kemudian menentukan nilai K, nilai
pCa2+, dan pAlk. Berikut ini merupakan perhitungan untuk menentukan harga SI,
harga SI dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

41
𝑆 𝐶𝑎
Keterangan:
SI = Scale Index
pH = pH air sebenarnya
pCa = negatif logaritma dari konsentrasi Ca2+
= - log (Ca2+)
pAlk = negatif logaritma dari konsentrasi total alkalinity
= - log (Alk) = - log [(CO32-+ HCO32-)]
K = Konstanta yang merupakan fungsi dari kadar garam, konsentrasi dan
temperatur.

4.4.1.1.Perhitungan SI pada Inlet Produce Water Tank A


Berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan Ionic strength dari masing-
masing ion untuk menentukan nilai SI pada Inlet Produce Water Tank A :
Tabel 4.4 Ionic strength
Hasil Analisa Faktor Ionic
Parameter
(mg/l) Konversi strength
Natrium (Na+) 1791,3 0,000022 0,0394086
2+ 0,00005
Kalsium (Ca ) 20 0,001
+2 0,000082
Magnesium (Mg ) 62,3 0,0051086
- 0,000033
Karbonat (CO3 ) 0 0
- 0,000034
Bikarbonat (HCO3 ) 248,4 0,0084456
Sulfat (SO4) 7,76 0,000021 0,00016296
- 0,000014
Chlorida (Cl ) 129,8 0,0018172

Berikut ini merupakan grafik hubungan antara ionic strength vs K yang


digunakan untuk mendapatkan nilai K pada suhu 40oC dengan nilai total ionic
strength sebesar 0,056

42
Gambar 4.2 Grafik hubungan ionic strength vs K
Dengan menggunakan grafik hubungan antara ionic strength vs K yang
ditunjukkan pada Gambar 4.2 dan berdasarkan nilai pada Tabel 4.4 didapatkan nilai
K pada air formasi sumur RP pada suhu 40 oC sebesar 1,8. Sehingga berdasarkan pada
Tabel 4.3 didapatkan nilai sebagai berikut :
Nilai pH = 7,90
Nilai Ca2+ = 20 mg/l
Nilai HCO3- = 248,4 mg/l
Maka dapat dihitung :
Nilai 𝐶𝑎 𝐶𝑎

Nilai 𝑂

43
Sehingga 𝑆 𝐶𝑎

𝑆 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 𝐶𝑎𝐶𝑂

4.4.1.2 Perhitungan SI pada Inlet Produce Water Tank B


Berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan Ionic strength dari masing-
masing ion untuk menentukan nilai SI pada Inlet Produce Water Tank B :
Tabel 4.5 Ionic strength
Hasil Analisa Faktor Ionic
Parameter
(mg/l) Konversi strength
Natrium (Na+) 1791,3 0,000022 0,0394086
2+ 0,00005
Kalsium (Ca ) 20 0,001
+2 0,000082
Magnesium (Mg ) 62,3 0,0051086
- 0,000033
Karbonat (CO3 ) 0 0
- 0,000034
Bikarbonat (HCO3 ) 248,4 0,0084456
Sulfat (SO4) 7,76 0,000021 0,00016296
- 0,000014
Chlorida (Cl ) 129,8 0,0081606

Berikut ini merupakan grafik hubungan antara ionic strength vs K yang


digunakan untuk mendapatkan nilai K pada suhu 40oC dengan nilai total ionic
strength sebesar 0,062

44
Gambar 4.3 Grafik hubungan ionic strength vs K
Dengan menggunakan grafik hubungan antara ionic strength vs K yang
ditunjukkan pada Gambar 4.3 dan berdasarkan nilai pada Tabel 4.5 didapatkan nilai
K pada air formasi sumur RP pada suhu 40 oC sebesar 1,9. Sehingga berdasarkan pada
Tabel 4.3 didapatkan nilai sebagai berikut :
Nilai pH = 10,55
Nilai Ca2+ = 20 mg/l
Nilai HCO3- = 248,4 mg/l
Maka dapat dihitung :
Nilai 𝐶𝑎 𝐶𝑎

Nilai 𝑂

45
Sehingga 𝑆 𝐶𝑎

𝑆 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 𝐶𝑎𝐶𝑂

4.4.1.3 Perhitungan SI pada Outlet Produce Water Tank A Injection Pump


Berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan Ionic strength dari masing-
masing ion untuk menentukan nilai SI pada Outlet Produce Water Tank A Injection
Pump:
Tabel 4.6 Ionic strength
Hasil Analisa Faktor Ionic
Parameter
(mg/l) Konversi strength
Natrium (Na+) 1791,3 0,000022 0,0394086
2+ 0,00005
Kalsium (Ca ) 20 0,001
+2 0,000082
Magnesium (Mg ) 62,3 0,0051086
- 0,000033
Karbonat (CO3 ) 0 0
- 0,000034
Bikarbonat (HCO3 ) 248,4 0,0084456
Sulfat (SO4) 7,76 0,000021 0,00016296
- 0,000014
Chlorida (Cl ) 129,8 0,006447

Berikut ini merupakan grafik hubungan antara ionic strength vs K yang


digunakan untuk mendapatkan nilai K pada suhu 40oC dengan nilai total ionic
strength sebesar 0,060

46
Gambar 4.4 Grafik hubungan ionic strength vs K
Dengan menggunakan grafik hubungan antara ionic strength vs K yang
ditunjukkan pada Gambar 4.4 dan berdasarkan nilai pada Tabel 4.6 didapatkan nilai
K pada air formasi sumur RP pada suhu 40 oC sebesar 1,95. Sehingga berdasarkan
pada Tabel 4.4 didapatkan nilai sebagai berikut :
Nilai pH = 7,41
Nilai Ca2+ = 20 mg/l
Nilai HCO3- = 248,4 mg/l
Maka dapat dihitung :
Nilai 𝐶𝑎 𝐶𝑎

Nilai 𝑂

47
Sehingga 𝑆 𝐶𝑎

𝑆 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 𝐶𝑎𝐶𝑂

4.4.1.4 Perhitungan SI pada Outlet Produce Water Tank B Injection Pump


Berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan Ionic strength dari masing-
masing ion untuk menentukan nilai SI pada Outlet Produce Water Tank B Injection
Pump:
Tabel 4.7 Ionic strength
Hasil Analisa Faktor Ionic
Parameter
(mg/l) Konversi strength
Natrium (Na+) 1791,3 0,000022 0,0394086
2+ 0,00005
Kalsium (Ca ) 20 0,001
+2 0,000082
Magnesium (Mg ) 62,3 0,0051086
- 0,000033
Karbonat (CO3 ) 0 0
- 0,000034
Bikarbonat (HCO3 ) 248,4 0,0084456
Sulfat (SO4) 7,76 0,000021 0,00016296
- 0,000014
Chlorida (Cl ) 129,8 0,0081606
Berikut ini merupakan grafik hubungan antara ionic strength vs K yang
digunakan untuk mendapatkan nilai K pada suhu 40oC dengan nilai total ionic
strength sebesar 0,062

48
Gambar 4.5 Grafik hubungan ionic strength vs K
Dengan menggunakan grafik hubungan antara ionic strength vs K yang
ditunjukkan pada Gambar 4.5 dan berdasarkan nilai pada Tabel 4.7 didapatkan nilai
K pada air formasi sumur RP pada suhu 40 oC sebesar 1,96. Sehingga berdasarkan
pada Tabel 4.3 didapatkan nilai sebagai berikut :
Nilai pH = 7,58
Nilai Ca2+ = 20 mg/l
Nilai HCO3- = 248,4 mg/l
Maka dapat dihitung :
Nilai 𝐶𝑎 𝐶𝑎

Nilai 𝑂

49
Sehingga 𝑆 𝐶𝑎

𝑆 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 𝐶𝑎𝐶𝑂
Dari hasil perhitungan SI pada keempat sampel yang diambil dari Inlet
Produce Water Tank A, Inlet Produce Water Tank B, Outlet Produce Water Tank A
Injection Pump dan Outlet Produce Water Tank B Injection Pump, diperoleh hasil
perhitungan Scale Index (SI) dengan metode Stiff & Davis yang disajikan pada table
berikut :
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan SI
Temperatur Harga SI
Inlet Inlet Outlet Outlet
Produce Produce Produce Produce

o Water Tank Water Tank Water Tank Water Tank


40 C A B A Injection B Injection
Pump Pump

11,78 14,34 11,2 11,37

Dari Tabel 4.8 didapatkan bahwa air formasi yang diambil dari Inlet Produce
Water Tank A, Inlet Produce Water Tank B, Outlet Produce Water Tank A Injection
Pump dan Outlet Produce Water Tank B Injection Pump diperoleh hasil perhitungan
Scale Index (SI) yang bernilai positif sehingga dapat dikatakan bahwa sampel air
formasi tersebut akan cenderung terbentuk scale CaCO3.

50
4.4.2 Perhitungan dengan Menggunakan Metode Skillman, McDonald & Stiff
Perhitungan dengan menggunakan metode skillman, McDonald dan Stiff
digunakan untuk menentukan kecenderungan pembentukan scale kalsium sulfat
(CaSO4). Untuk menentukan adanya kecenderungan terbentuknya scale CaSO4
dengan menggunakan metode perhitungan Skillman, McDonald & Stiff adalah
dengan didasarkan pada persamaan kelarutan gypsum, dimana persamaannya yaitu
sebagai berikut :

𝑆 √

4.4.2.1 Perhitungan nilai S pada Inlet Produce Water Tank A


Berdasarkan pada Tabel 4.3 didapatkan nilai sebagai berikut :
Nilai pH = 7,90
Nilai Ca2+ = 20 mg/l
Nilai SO4-2 = 7,76 mg/l
Total Ionic strength = 0,056
Nilai diperoleh menggunakan grafik yang menghubungkan Ksp dengan
kekuatan ionik (ionic strength) seperti pada penentuan S untuk scale CaCO3, dimana
diperoleh nilai K pada suhu 40oC sebesar 1,8
Nilai x = (Ca2+ + SO4-2)
= 20 + 7,76
= 27,76
Sehingga,
𝑆 (√ )

𝑆 (√ )

𝑆 (√ )
𝑆
𝑆 (Nilai S lebih besar dari kedua konsentrasi aktual Ca2+ dan SO42-,
maka air tidak dijenuh dengan CaSO4 sehingga scale CaSO4 tidak terbentuk).

51
4.4.2.2 Perhitungan nilai S pada Inlet Produce Water Tank B
Berdasarkan pada Tabel 4.3 didapatkan nilai sebagai berikut :
Nilai pH = 10,55
Nilai Ca2+ = 20 mg/l
Nilai SO4-2 = 7,76 mg/l
Total Ionic strength = 0,062
Nilai diperoleh menggunakan grafik yang menghubungkan Ksp dengan
kekuatan ionik (ionic strength) seperti pada penentuan S untuk scale CaCO3, dimana
diperoleh nilai K pada suhu 40oC sebesar 1,9
Nilai x = (Ca2+ + SO4-2)
= 20 + 7,76
= 27,76
Sehingga,
𝑆 (√ )

𝑆 (√ )

𝑆
𝑆
𝑆 (Nilai S lebih besar dari kedua konsentrasi aktual Ca2+ dan SO42-,
maka air tidak dijenuh dengan CaSO4 sehingga scale CaSO4 tidak terbentuk).

4.4.2.3 Perhitungan S pada Outlet Produce Water Tank A Injection Pump


Berdasarkan pada Tabel 4.3 didapatkan nilai sebagai berikut :
Nilai pH = 7,41
Nilai Ca2+ = 20 mg/l
Nilai SO4-2 = 7,76 mg/l
Total Ionic strength = 0,060
Nilai diperoleh menggunakan grafik yang menghubungkan Ksp dengan
kekuatan ionik (ionic strength) seperti pada penentuan S untuk scale CaCO3, dimana
diperoleh nilai K pada suhu 40oC sebesar 1,95

52
Nilai x = (Ca2+ + SO4-2)
= 20 + 7,76
= 27,76
Sehingga,
𝑆 (√ )

𝑆 (√ )

𝑆
𝑆
𝑆 (Nilai S lebih besar dari kedua konsentrasi aktual Ca2+ dan SO42-,
maka air tidak dijenuh dengan CaSO4 sehingga scale CaSO4 tidak terbentuk).

4.4.2.4 Perhitungan S pada Outlet Produce Water Tank B Injection Pump


Berdasarkan pada Tabel 4.3 didapatkan nilai sebagai berikut :
Nilai pH = 7,58
Nilai Ca2+ = 20 mg/l
Nilai SO4-2 = 7,76 mg/l
Total Ionic strength = 0,062
Nilai diperoleh menggunakan grafik yang menghubungkan Ksp dengan
kekuatan ionik (ionic strength) seperti pada penentuan S untuk scale CaCO3, dimana
diperoleh nilai K pada suhu 40oC sebesar 1,96
Nilai x = (Ca2+ + SO4-2)
= 20 + 7,76
= 27,76
Sehingga,
𝑆 (√ )

𝑆 (√ )770,6176

𝑆
𝑆

53
𝑆 (Nilai S lebih besar dari kedua konsentrasi aktual Ca2+ dan SO42-,
maka air tidak dijenuh dengan CaSO4 sehingga scale CaSO4 tidak terbentuk).
Dari hasil perhitungan nilai S pada keempat sampel yang diambil dari Inlet
Produce Water Tank A, Inlet Produce Water Tank B, Outlet Produce Water Tank A
Injection Pump dan Outlet Produce Water Tank B Injection Pump, maka diperoleh
hasil perhitungan nilai S dengan metode Skillman, McDonald & Stiff yang disajikan
pada tabel berikut :
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Nilai S
Tempat Sample Nilai S Nilai Ca2+ Nilai SO42-
Inlet Produce Water
129,06 20 7,76
Tank A
Inlet Produce Water
130 20 7,76
Tank B
Outlet Produce Water
140 20 7,76
Tank A Injection Pump
Outlet Produce Water
150 20 7,76
Tank B Injection Pump

Dari Tabel 4.9 didapatkan bahwa air formasi yang diambil dari Inlet Produce
Water Tank A, Inlet Produce Water Tank B, Outlet Produce Water Tank A Injection
Pump dan Outlet Produce Water Tank B Injection Pump diperoleh hasil perhitungan
Nilai S yang dimana nilai S lebih besar dari kedua konsentrasi aktual Ca2+ dan SO42-,
maka air tidak dijenuh dengan CaSO4 sehingga scale CaSO4 tidak terbentuk.
Berdasarkan hasil perhitungan dari kedua metode, maka didapatkan hasil
perhitungan dengan menggunakan metode Stiff & Davis dimana nilai Scale Index (SI)
dari keempat sampel bernilai positif sehingga dapat dikatakan bahwa sampel air
formasi tersebut akan cenderung terbentuk scale CaCO3. Sedangkan pada
perhitungan dengan menggunakan metode Skillman, McDonald & Stiff didapatkan

54
nilai nilai S lebih besar dari kedua konsentrasi aktual Ca2+ dan SO42-, maka air tidak
dijenuh dengan CaSO4 sehingga scale CaSO4 tidak terbentuk. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa jenis scale yang terbentuk pada sumur RP adalah scale CaCO3.

4.5 Stimulasi Acidizing


Untuk mengatasi scale CaCO3, maka dilakukan proses acidizing yaitu
penginjeksian acid agar scale yang menghambat dapat terlarutkan. Jenis acid yang
digunakan untuk mengatasi scale CaCO3 pada sumur RP adalah Asam Chlorida 10%
(HCl 10%). Berikut adalah data yang digunakan untuk melakukan proses stimulasi
Tabel 4.10 Konversi Larutan
Parameter gallon barrel drum liter
Jumlah larutan HCl 10% 264,1509 6,2893 1000
Kebutuhan HCl 32% 82,6792 1,5032 312,9
Kebutuhan Cl 1,7169 6,5
Kebutuhan air tawar 179,8868 4,2830 681

Konsentrasi larutan HCl =10%


Kelarutan karbonat dalam larutan HCl = 7 cuft/1000 gal HCl 10%
Jumlah karbonat yang dapat dilarutkan:
𝑎 𝑎 𝑎 𝐶 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎𝑎 𝑎 𝑎 𝐶

𝑎
𝑎

55
Tabel 4.11 Data Sumur RP
Parameter Inch Meter Feet
Panjang perforasi (open hole) 19 62,339
Diameter lubang sumur (awal) 6 0,5
Estimasi ketebalan scale/plug (invaded zone) 2 0,167
Diameter lubang sumur (ada scale/plug) 8 0,667

Volume lubang (awal) 𝑎 𝑎 𝑎

Volume lubang (ada scale/plug) 𝑎 𝑎 𝑎

Volume scale/plug yang harus dilarutkan;


𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎

Estimasi jumlah larutan HCl 10% yang diperlukan:

56
Kebutuhan HCl 32% 𝑎
Kebutuhan Cl 𝑎
Kebutuhan air tawar 𝑎

4.5.1 Menentukkan Harga Tekanan Rekah Formasi


Harga tekanan rekah formasi dihitung untuk mengetahui berapa besar
tekanan yang diperlukan untuk menginjeksikan asam agar tidak terjadi rekahan
pada formasi. Besarnya harga tekanan rekah formasi dapat ditentukan
berdasarkan harga gradien tekanan rekah dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut

𝐵 𝐷

4.5.2 Menghitung Tekanan Injeksi Acid Maksimum


Langkah selanjutnya adalah menghitung tekanan injeksi acid maksimum
agar mengetahui rate maksimal acid yang akan diinjeksikan agar tidak
menimbulkan efek buruk pada formasi.
Langkah yang dilakukan adalah dengan menghitung hydrostatic pressure
dan surface pressure. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut

 Menghitung Hydrostatic Pressure

𝑎 𝐷

 Menghitung Surface Pressure

𝐵 𝑎 𝑎

57
4.5.3 Menghitung Volume Displacement
Setelah menghitung tekanan injeksi maksimum, langkah selanjutnya
adalah menghitung volume displacement dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut

 Volume Tubing

 Volume Flowline (9 Km)

 Volume Displacement

𝐷 𝑎

58
4.5.4 Tata Cara Pelaksanaan Stimulasi Acidizing di Lapangan
Berdasarkan data perhitungan yang telah didapatkan, maka proses stimulasi
acidizing dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut
1. Pre job safety,
2. Ablas tekanan tubing sampai 0 psi,
3. Mixing HCl 10% volume 1000 liter menggunakan chemical HCl 32% (312,8
liter) + Demin water (680,7) + corossion inhibitor (6,5 liter), lakukan mixing
ulang hingga tercapai volume acid sesuai perhitungan,
4. Injeksikan HCl 10% secara bullhead dengan slow pump rate (catat rate pompa
dan THP),
5. Lakukan displace pada rangkaian tubing dengan formation water sebanyak 1,5
kali volume sumur atau 109,65 bbl (17,4 m3) melalui pompa injeksi CPP
Matindok (catat tekanan pompa dan THP pada saat displace),
6. Lakukan perendaman dengan kondisi vakum selama 1 jam,
7. Lakukan displace dengan formation water sebanyak volume sumr 73,1 bbl
(11,6 m3),
8. Apabila tidak ada penurunan tekanan di wellhead lakukan kembali langkah
no.2 sampai 7 hingga tekanan wellhead menurun,
9. Apabila tekanan wellhead menurun aktifkan sumur seperti semula,
10. Lakukan monitoring injeksi selama 7 hari injeksi berturut-turut.

4.6 Evaluasi Keberhasilan Stimulasi Acidizing


4.6.1 Analisa Hall plot
Kurva Hall plot berdasarkan dari data setelah dilakukan stimulasi matrix
acidizing dari tanggal 15 desember 2017 sampai tanggal 31 desember 2017 yang
diplot berdasarkan nilai kumulatif tekanan dan kumulatif volume injeksi.

59
Tabel 4.12 Data Injeksi Sumur RP (setelah acidizing)
Pump Press Total Time Kumulatif
Tanggal
Pressure Wellhead Injection Injection Injeksi
15-Dec-2017 699.70 551.7 1048.71 8 100679.03
16-Dec-2017 682.00 540.03 825.86 9 101504.89
17-Dec-2017 665.00 523.03 389.16 4 101894.05
18-Dec-2017 665.00 523.03 628.47 7 102522.52
19-Dec-2017 751.00 609.03 1936.03 23 104458.55
20-Dec-2017 753.00 611.03 563.41 7 105021.96
21-Dec-2017 750.00 608.03 404.53 5 105426.49
22-Dec-2017 766.70 624.73 870.32 11 106296.81
23-Dec-2017 767.19 625.22 618.80 7 106915.61
24-Dec-2017 0.00 0 0.00 0 106915.61
25-Dec-2017 744.93 602.96 762.17 9 107677.78
26-Dec-2017 787.68 645.71 1163.32 14 108841.10
27-Dec-2017 791.05 649.08 401.46 5 109242.56
28-Dec-2017 724.43 582.463 152.91 2 109395.47
29-Dec-2017 778.87 636.9 1494.56 18 110890.03
30-Dec-2017 0.00 0 0.00 0 110890.03
31-Dec-2017 751.23 609.2619 1189.30 14 112079.33

Dari data injeksi sumur RP tersebut diplot membentuk kurva Hall plot
berdasarkan nilai kumulatif tekanan dan kumulatif volume injeksi.

60
Gambar 4.6 Kurva Hall plot
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa setelah data
yang ada di plot ke dalam grafik, garis yang terbentuk mengikuti trend line sehingga
dapat dinyatakan bahwa sumur tersebut tidak diindikasikan mengalami kerusakan
formasi (formation damage), dan dapat dinyatakan bahwa sumur ini sudah dalam
keadaan baik sehingga tidak direkomendasikan untuk dilakukan stimulasi sehingga
dapat disimpulkan bahwa proses stimulasi matrix acidizing pada sumur ini berhasil.

61
BAB V
PEMBAHASAN
Sumur RP merupakan sumur injeksi yang terdapat pada lapangan Donggi
Matindok yang dimana pada sumur ini akan dilakukan suatu proses stimulasi matrix
acidizing berdasarkan data dari tanggal 2 Agustus 2017 sampai tanggal 6 desember
2017. Untuk melakukan stimulasi matrix acidizing pada sumur ini, terlebih dahulu
harus diidentifikasi jenis kerusakan formasi (formation damage) untuk mengetahui
apakah sumur ini perlu untuk dilakukan stimulasi. Identifikasi formation damage
pada sumur RP dianalisa dengan menggunakan Hall plot. Pada hasil analisa
menggunakan Hall plot, dinyatakan bahwa sumur RP mengindikasikan terjadinya
penyumbatan (Plugging). Untuk membuktikan terjadinya indikasi kerusakan formasi
yang ada pada sumur RP maka dilakukan analisa skin factor. Dari hasil perhitungan
skin factor didapatkan hasil yang bernilai positif yaitu sebesar 17,9 yang
menunjukkan bahwa terjadi indikasi kerusakan di sekitar lubang sumur. Setelah
didapatkan nilai skin, dilanjutkan dengan menganalisia perhitungan injectivity index.
Hasil perhitungan Injectivity index dari sumur ini dinyatakan kurang bagus karena
nilai injectivity index yang didapatkan sudah berada dibawah 1,5 (Injectivity index <
1,5) sehingga sumur ini perlu untuk dilakukan stimulasi.
Berdasarkan hasil analisa air formasi pada sumur RP didapatkan bahwa sumur
ini terbentuk scale CaCO3. Setelah diketahui jenis scale yang terbentuk pada sumur
RP, selanjutnya dilakukan stimulasi, stimulasi yang dilakukan pada sumur RP akibat
terbentuknya scale yaitu stimulasi acidizing.
Latar belakang kebijakan untuk melakukan stimulasi acidizing pada sumur
RP adalah karena terdapat endapan scale. Pada proses stimulasi acidizing, jenis acid
yang digunakan untuk melarutkan scale CaCO3 pada sumur RP adalah asam chlorida
(HCl 10%). Estimasi ketebalan scale/plug yang terbentuk pada sumur RP adalah 2
inch, sehingga didapatkan volume scale/plug yang harus dilarutkan adalah 1,6961 bbl
dan estimasi jumlah larutan HCl 10% yang diperlukan adalah 32,3946 bbl. Harga

62
tekanan rekah formasi yang ada pada sumur RP adalah 6000 psi, sehingga tekanan
injeksi acid maksimum (surface pressure) yang digunakan adalah sebesar 5.533,77
psi. setelah menghitung tekanan injeksi maksimum, selanjutnya adalah menghitung
volume displacement, dimana volume displacement didapatkan dari penjumlahan
antara volume tubing dengan volume flowline. Pada hasil perhitungan volume tubing
didapatkan nilai volume tubing sebesar 60,25 bbl sedangkan pada hasil perhitungan
volume flowline didapatkan nilai sebesar 458,94 bbl, sehingga nilai volume
displacement yang didapatkan adalah 519,19 bbl.
Dari hasil perhitungan yang didapatkan selanjutnya dilakukan stimulasi
acidizing dengan memperhatikan tata cara pelaksanaan kegiatan stimulasi acidizing di
lapangan.
Setelah mengevaluasi keberhasilan stimulasi acidizing dengan menganalisa
kurva hall plot berdasarkan data dari tanggal 15 desember 2017 sampai tanggal 31
desember 2017 dengan memplot nilai kumulatif tekanan dan kumulatif volume
injeksi maka didapatkan bahwa sumur tersebut tidak diindikasikan lagi mengalami
kerusakan formasi (formation damage), dan dapat dinyatakan bahwa sumur ini sudah
dalam keadaan baik sehingga tidak direkomendasikan untuk dilakukan stimulasi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa proses stimulasi matrix acidizing pada
sumur RP berdasarkan hasil analisa hall plot dinyatakan berhasil.

63
BAB VI
PENUTUP

Dari hasil penelitian tugas akhir ini yang berjudul tentang “Analisa
Keberhasilan Penanggulangan Scale pada Sumur Rp dengan Cara Matrix Acidizing
Berdasarkan Analisa Kurva Hall Plot” didapatkan beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Setelah dilakukan analisa grafik hall plot berdasarkan data sebelum dilakukan
matrix acidizing yang dimana garis yang terbentuk pada grafik hall plot tidak
mengikuti trend line sehingga dapat dinyatakan bahwa sumur tersebut
diindikasikan mengalami kerusakan formasi (Plugging).
2. Berdasarkan hasil perhitungan faktor skin yang didapatkan bernilai positif yang
menunjukkan bahwa terjadi indikasi kerusakan di sekitar lubang sumur.
3. Dari hasil analisa scale index dengan menggunakan metode perhitungan stiff &
davis dan metode perhitungan killman, McDonald & stiff pada temperature 40oC
didapatkan bahwa berdasarkan sampel air formasi tersebut maka sumur RP akan
cenderung terbentuk scale CaCO3.
4. Metode yang digunakan untuk mengatasi permasalahan scale pada sumur RP
adalah metode Matrix Acidizing dengan acid yang dipakai adalah HCL dengan
konsentrasi 10%.
5. Berdasarkan kurva hall plot dari data setelah dilakukan matrix acidizing
didapatkan bahwa sumur tersebut tidak diindikasikan lagi mengalami kerusakan
formasi, sehingga dapat dinyatakan bahwa sumur ini sudah dalam keadaan baik.

64
DAFTAR PUSTAKA
Agnesa, dkk. 2020. “Analisa Kualitas Air Injeksi Berdasarkan Parameter H2S,
Bakteri, dan Scale Index di SP VI Talang Jimar PT. Pertamina EP Asset 2
Field Prabumulih” dalam Analit: Analytical and Environmental Chemistry
Volume 5 No.1. Prabumulih.
Musnal, Ali. 2017. “Mengatasi Kerusakan Formasi Dengan Metoda Pengasaman
Yang Kompetibel Pada Sumur Minyak Dilapangan X” dalam Jurnal of Eart,
Energy, Engineering Jurusan Teknik perminyakan – UIR. Pekanbaru.
Seka, Oggy. dkk. 2019. “Evaluasi Performa Sumur Injeksi Menggunakan Metode
Hall plot dan Mengetahui Proses Waterflood Terhadap Peningkatan Sumur
Job Pertamina – Jadestone Energy (OK) LTD” dalam Jurnal Pertambangan
Vol.3 No.1. Palembang.
Ginting, Pahmi Utamaraja. dan Marhaedrajana, Taufan. 2011. “Evaluasi Formation
damage dengan Menggunakan Hall plot pada Sumur Produksi” dalam JTM
Vol.XVIII No.2. Bandung.
Anisa, Meti. dan Sudibjo, Rachmat. 2015. “Analisis Perencanaan Pengasaman Sumur
pada Sumur JRR-2 dan JRR-4 Di Lapangan Y” dalam Seminar Nasional
Cendekiawan. Jakarta Barat.
Mihcakan, Metin. dkk. 2005. “The Hall plot Analysis of a Water Injection Test
Affected by Geothermal Reservoir Response” dalam Proceedings World
Geothermal Congress. Antalya, Turkey.
Langga, Aristakus Bonafasius (2020). “Penanggulangan Scale Pada Sumur X
Lapangan Y dengan Metode Wax Scale Removal” STT Migas Balikpapan,
Balikpapan.
_________,. “Data Sumur Lapangan Donggi Matindok Sumur RP”, Unpublished, PT.
Pertamina EP Asset IV, 2021
_________,. “Data Injeksi Lapangan Donggi Matindok Sumur RP”, Unpublished,
PT. Pertamina EP Asset IV, 2021

65
Alida, R. & Fandra, P., (2018). “Penanggulangan Scale CaCO3 Pada Sumur PF1
Lapangan 26 di PT Pertamina EP Asset 2 Field Limau” dalam Jurnal Teknik
Patra Akademika Vol 09. No.2. Palembang.
Alighiri, D., Fatmala, C., Syafi’i, I., & Haditya, E.B., (2018). “Studi Pembentukan
Scale CaCO3 dan CaSO4 pada Air Formasi Sumur Minyak di Cepu,
Indonesia” dalam Jurnal Fisika Vol 08. No.1. Universitas Negeri Semarang.
Irawan, A. & Isjudarto, A., (2016). Evaluasi Penanggulangan Problem Scale pada
Flowline Sumur TLJ-XXX Di PT Pertamina EP Asset II Field Prabumulih
Sumatera Selatan. Yogyakarta: STTNAS Yogyakarta.
Pranondo, Diky & Agusandi, S., (2017). “Evaluasi Permasalahan Scale Sumur SA-
33, SA-101, SA-104 dan SA-108 di PT Pertamina EP Asset 1 Field Ramba”
dalam Jurnal Teknik Patra Akademika Vol 08. No.1. Sumatera Selatan
Sari, R., (2011). Studi Penanggulangan Problem Scale dari Near-Wellbore Hingga
Flowline di Lapangan Minyak Limau, Universitas Indonesia.

66

Anda mungkin juga menyukai