Anda di halaman 1dari 24

JTM Vol. XVII No.

2/2010


127
PERSAMAAN KORELASI USULAN UNTUK MERAMALKAN
KINERJA LAJU ALIR MINYAK SUMUR HORIZONTAL
PADA RESERVOIR TIPE REKAH ALAMI BERTENAGA
DORONG GAS TERLARUT

Aristya Hernawan
1
, Tutuka Ariadji
2
Sari
Parameter laju alir sumur minyak yang diproduksikan dari reservoir rekah alami mempersyaratkan hubungan
parameter khusus reservoir rekah alami, yaitu storativity ratio () dan interporosity flow coefficient () dengan
profil laju alir. Penggunaan sumur horizontal sangat diperlukan untuk pengembangan lapangan tipe reservoir
rekah alami pada reservoir basement yang biasanya mempunyai permeabilitas matriks yang kecil. Dalam
melakukan studi ini, peneliti melakukan pemodelan reservoir, validasi pemodelan reservoir dengan melakukan
pengujian sumur, dan analisa sensitivitas. Analisa sensitivitas dilakukan untuk mencari hubungan antara laju alir
minyak terhadap nilai storativity ratio (), interporosity flow coefficient (), serta panjang sumur horizontal
sehingga dapat diperoleh persamaan usulan laju alir minyak pada reservoir rekah alami yang diproduksikan
dengan sumur horizontal.Hasil analisa sensitivitas menunjukan bahwa semakin besar nilai storativity ratio maka
laju alir minyak yang dihasilkan akan bertambah sebesar 0.5% sampai 1.8% dan semakin besar nilai
interporosity flow coefficient maka laju alir minyak yang dihasilkan akan berkurang sebesar 0.05% sampai 0.9%.
Sensitivitas juga dilakukan terhadap panjang sumur horizontal yang memberikan hasil bahwa semakin panjang
sumur horizontal maka laju alir minyak yang dihasilkan akan bertambah sebesar 10.3% sampai 18.9%.
Gabungan dari ketiga analisa tersebut akan membentuk persamaan usulan laju alir minyak dengan tingkat
keakuratan yang tinggi untuk kasus yang dikaji. Nilai indeks produktivitas reservoir tipe homogen (PI
H
) yang
didapat dari persamaan Joshi perlu dilakukan koreksi terlebih dahulu sebelum digunakan pada persamaan usulan
laju alir minyak.

Kata kunci: sumur horizontal, storativity ratio, interporosity flow coefficient, persamaan aliran

Abstract
Parameters of oil flow rate on naturally fractured reservoir produced with horizontal well requires a special
relationship between naturally fractured reservoir parameters, namely the storativity ratio () and interporosity
flow coefficient () with a flow rate profiles. The use of horizontal well is required for developing a naturally
fractured reservoir in the basement reservoir which usually have a small matrix permeability. In conducting this
study, the author performs reservoir modeling, model validation by well testing, and sensitivity analysis.
Sensitivity analysis was conducted to find the relationship between oil flow rate, the value of storativity ratio (),
the value of interporosity flow coefficient (), and horizontal well length. Then, the proposed equation of oil flow
rate on naturally fractured reservoir produced with horizontal well can be obtained. Sensitivity analysis show that
increasing the value of storativity ratio will increase the oil flow rate by 0.5% to 1.8% and increasing the value
of interporosity flow coefficient will decrease the oil flow rate by 0.05% to 0.9%. Sensitivity was also conducted
on the horizontal well length that gives the result that increasing the length of the horizontal well will increase the
oil flow rate by 10.3% to 18.9%. The combined analysis of these three parameters will form the equation of oil
flow rate with high accuracy for the cases studied. The productivity index of homogeneous reservoir (PI
H
) which
is obtained from the Joshis equation require a correction before being used in the proposed equation.

Keywords: horizontal well, storativity ratio, interporosity flow coefficient, flow equation

1 )
ConocoPhilips Indonesia Inc. Ltd, Ratu Prabu 2 Building, Jl. TB. Simatupang Kav. 1B Jakarta 12560
email: aristya.hernawan@yahoo.com
2)
Program Studi Teknik Perminyakan, Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesa No. 10 Bandung 40132, Telp.: +62 22-2504955, Fax.: +62 22-2504955

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reservoir rekah alami adalah reservoir yang
memiliki karakteristik sistem batuan matriks
dan rekahan. Matriks dan rekahan tersebut
memiliki properti batuan yang berbeda
sehingga reservoir ini sering disebut sebagai
reservoir dual porosity. Hal inilah yang
membedakan reservoir rekah alami dengan
dengan reservoir pada umumnya. Studi tentang
reservoir rekah alami menyangkut tentang dua
parameter rekah alami, yaitu storativity ratio
dan interporosity flow coefficient.

Sebagai sumber cadangan hidrokarbon di
dunia, reservoir rekah alami sudah diketahui
sejak lama. Pada tahun 1956, misalnya, Knebel
dan Rodriques-Eraso melaporkan bahwa 41%
dari ultimate recovey yang ditemukan sampai
saat itu dikandung pada reservoir jenis ini.
Kemudian Mc. Naughton dan Garb
memperkirakan bahwa pada tahun 1975 saja,
Aristya Hernawan, Tutuka Ariadji


128
produksi minyak dari reservoir ini telah
melebihi 40 x 10
9
STB.

Peningkatan cadangan migas pada reservoir
rekah alami harus diiringi dengan
perkembangan teknologi yang dapat
memproduksikan reservoir tersebut pada laju
yang optimum. Penggunaan sumur horizontal,
dalam hal ini pada reservoir rekah alami, dapat
meningkatkan laju produksi minyak secara
signifikan. Menurut S.D.Joshi, penggunaan
sumur horizontal memiliki beberapa
kekurangan dan kelebihan tersendiri

(Joshi,
2003). Kekurangan dari sumur horizontal jika
dibandingkan dengan sumur vertikal adalah:
1. Biaya pemboran sumur horizontal lebih
besar.
2. Hanya satu zona pada satu waktu yang
dapat diproduksikan dengan menggunakan
sumur horizontal.
3. Kesuksesan pemboran sumur horizontal
hanya sebesar 65%. Hal ini memberikan
resiko awal yang lebih tinggi kepada
proyek tersebut.

Disamping kekurangannya, sumur horizontal
juga memiliki beberapa kelebihan jika
dibandingkan dengan sumur vertikal,
diataranya:
1. Sumur horizontal memberikan laju
produksi yang lebih besar.
2. Untuk memproduksikan sejumlah minyak
yang sama dibutuhkan sumur horizontal
yang jumlahnya lebih sedikit.
3. Untuk beberapa proyek sumur horizontal,
biaya pengembangan, didefinisikan
sebagai biaya sumur dibagi cadangan
sumur, memiliki harga 25% sampai 50%.

Persamaan korelasi usulan untuk meramalkan
kinerja laju alir minyak pada sumur horizontal
ini diperlukan karena peramalan dengan
menggunakan simulasi reservoir membutuhkan
waktu yang lama dan biaya yang mahal. Untuk
tahap awal diperlukan persamaan yang dapat
dengan cepat menghitung kinerja laju alir
minyak pada sumur horizontal.

Ruang lingkup pembahasan penelitian ini
adalah melakukan pengamatan terhadap sumur
minyak yang diproduksikan dari reservoir
rekah alami, khususnya parameter-parameter
rekah alami seperti storativity ratio dan
interporosity flow coefficient, dalam
hubungannya dengan laju produksi minyak.
Setelah didapatkan hubungan tersebut maka
akan dikembangkan persamaan aliran sumur
horizontal pada reservoir rekah alami yang
diharapkan mampu memberikan hasil yang
cepat dan cukup memadai. Persamaan yang
dihasilkan dalam penelitian ini diharapkan
dapat membantu dalam memprediksi laju alir
minyak sumur horizontal pada tahap awal.

1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian karya tulis ilmiah ini
adalah mendapatkan persamaan korelasi baru
untuk memperkirakan kinerja laju alir minyak
sumur horizontal pada reservoir tipe rekah
alami dengan menggunakan parameter-
parameter rekah alami, khususnya yaitu
storativity ratio dan interporosity flow
coefficient.

II. TEORI DASAR
Reservoir rekah alam adalah reservoir yang
memiliki karakterisitik sistim batuan matriks
dan rekahan dimana rekahan tersebut terjadi
secara alamiah dan secara signifikan
memberikan efek kepada aliran fluida yang
terjadi pada reservoir

(Nelson, R.A., 2001).
Pada umunya, proses terbentuknya reservoir
rekah alami pada batuan karbonat terjadi
karena beberapa proses, yaitu pelarutan,
dolomitisasi dan aktivitas tektonik. Proses
pelarutan terjadi karena adanya air yang
bersifat asam yang akan melarutkan limestone
dan dolomite sehingga menyebabkan porositas
sekunder. Proses dolomitis terjadi pada batuan-
batuan karbonat. Dolomitisasi adalah
perubahan dari calcite menjadi dolomite:
2 CaCO
3
+ MgCl
2

CaMg (CO
3
)
2
+ CaCl
2

Perubahan ini menyebabkan menyusutnya
volume batuan yang ada sehingga memperbaiki
porositas. Proses dolomitisasi sempurna bisa
memperbaiki porositas sebesar 13%. Rekahan
dan sesar terbentuk pada batuan yang
disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik.
Konsep dasar dari kelakuan aliran fluida pada
reservoir rekah alami pertama kali dikemukan
oleh Muskat (1937), konsep ini dikenal sebagai
Double Porosity Concept

( Abdassah, D.,
1998). Asumsi dari konsep dasar ini adalah
dimana matriks mengalirkan fluidanya kepada
rekahan-rekahan yang ada kemudian hanya
rekahan yang mengalirkan fluida tersebut ke
lubang bor, acuan ini dipakai oleh peneliti
dalam menerangkan pola aliran dan sentara
tekanan pada reservoir rekah alami. Model
reservoir rekah alami mengasumsikan matriks
memiliki permeabilitas yang rendah tapi
memiliki kapasitas penyimpanan yang cukup
besar, sedangkan fracture memiliki
permeabilitas yang tinggi tapi memiliki
kapasitas penyimpanan fluidanya rendah.
Persamaan Korelasi Usulan untuk Meramalkan Kinerja Laju
Alir Sumur Horizontal pada Reservoir Tipe Rekah Alami Bertenaga Dorong Gas Terlarut

129
Pada saat pertama Muskat memperkenalkan
konsepnya, belum ada persamaan ataupun
korelasi yang dapat menerangkan kelakuan dari
sifat-sifat reservoir jenis ini secara kwantitatif.
Barulah 20 tahun kemudian tiga orang Rusia,
yaitu Barenblatt, Zheltov dan Kochina,
memperkenalkan konsep teori mengenai aliran
fluida bawah tanah pada reservoir air yang
bersifat porositas ganda. Kemudian pada tahun
1963 konsep ini dibawa kedunia teknik
Perminyakan oleh Warren dan Root

(Abdassah,
1998).











Gambar 1. Ilustrasi skematik dari reservoir rekah alami
(Abdassah, 1998)


Gambar 1 adalah model yang di gunakan oleh
Warren dan Root dalam memodelkan reservoir
yang memiliki porositas ganda dimana
reservoir rekahan alami dianggap sebagai
sistem ideal yang dibentuk oleh kubus-kubus
yang memiliki ruas area yang sama dan
terpisahkan oleh jalur rekahan. Dalam
memecahkan masalah aliran dari matriks ke
rekahan, mereka menganggap bahwa aliran
dari matriks ke rekahan berada pada kondisi
pseudo steadystate. Model ini menggunakan
asumsi bahwa dalam suatu waktu produksi
tertentu, tekanan dalam matriks berkurang
dalam jumlah yang sama di setiap titik, dan
aliran dari matriks menuju rekahan adalah
proporsional terhadap perbedaan tekanan
matriks dan rekahan. Kekhususan model ini
adalah menggunakan asumsi aliran pseudo
steady state terjadi saat awal produksi.
Persamaan diferensial parsial yang
menerangkan sistim ini adalah:
( )
D
Df
D
Dm
D
Dj
D
t
P
t
P
r
P
r r

+ = = + 1
1
P
2
D
2
Dj


( ) ( )
Dm Df
D
Dm
P P
t
P
=

1

Dari persamaan di atas Warren dan Root
mengindentifikasi dua parameter yang
mengontrol kelakuan pada sistem porositas
ganda, yaitu storativity ratio dan interporosity
flow coefficient.
2.1 Storativity Ratio
Storativity ratio adalah ukuran dari kapasitas
penyimpanan fluida di dalam rekahan. Warren
dan Root mendefinisikan storativity ratio ()
dalam persamaan berikut:
m m f f
f f
c c
c

+
=


Dari Persamaan (3) didapatkan apabila harga
mendekati 1, maka
m
C
m
mendekati 0, berarti
storage capacity pada matriks mendekati 0
artinya semua fluida terdapat pada rekahan
saja. Misalnya = 0.1, berarti storage capacity
matriks adalah 9 kalistorage capacity
rekahannya. Kalau = 0.01, maka storage
capacity matriksnya 99 kalistorage capacity
rekahannya. Kesimpulan, makin kecil harga
storage capacity ratio () maka storage
capacity matriksnya semakin besar, dan makin
kecil pulalah kontribusi rekahan terhadap total
storage dari sistim ini.
Dari harga storage capacity ratio () kita juga
bisa mengidentifikasi distribusi porositas di
dalam reservoir rekah alami, McNaughton dan
Garb (1975) menerangkan hubungan antara
distribusi porositas pada batuan rekah alami
dan akibatnya terhadap kapasitas penyimpanan
fluida. Hubungan tersebut diperlihatkan pada
Gambar 2.
(1)
(2)
(3)
Aristya Hernawan, Tutuka Ariadji

130








Gambar 2. Distribusi porositas pada batuan reservoir rekah alami
Dari gambar tersebut kita melihat berdasarkan
kapasitas penyimpanan fluida (storage
capacity) dibagi menjadi 3 tipe yaitu

(Abdassah, 1998):
Tipe A: Menunjukkan storage capacity
pada matriks yang tinggi jika di
bandingkan dengan storage capacity pada
rekahan.
Tipe B: Menunjukkan storage capacity
pada matriks dan rekahan hampir sama
besarnya.
Tipe C: Menunjukkan seluruh storage
capacityterdapat pada rekahan.
2.2 Interporosity Flow Coefficient
Interporosity flow coefficient adalah koefisien
perpindahan fluida dalam dua media
penyimpanan yaitu matriks dan rekahan yang
memberikan suatu keberadaan dual porosity
dalam reservoir. Warren dan Root
mendefinisikan interporosity flow coefficient
(), dalam persamaan berikut:
2
w
f
m
r
k
k
|
|

\
|
=

Harga adalah block-shape parameter, harga
ini tergantung dari geometri dan karakter dari
bentuk sistem matriks-rekahan. Parameter
didefinisikan dengan persamaan di bawah ini:
2
4 ( 2)
m
j j
L

+
=


Parameter L
m
adalah fracture spacing dan j
adalah jumlah dimensi media permukaan blok
matriks. Dalam kasus tertentu dimana
permeabilitas matriks tidak diketahui, kita
dapat menghitung nilai menggunakan model
reservoir rekah alami yang kita gunakan.
Sebagai contoh, jika model reservoir rekah
alami kita adalah model kubus dengan arah x,
y, dan z, maka persamaan interporosity flow
coefficient menjadi:
2
2
6 0
m
w
m f
k
r
L k
=





















Gambar 3. Model sistem matrik-rekahan

Untuk model reservoir rekah alami yang
berbeda-beda seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar 3, persamaan interporosity flow
coefficient, menjadi:
(4)
(5)
(6)
Persamaan Korelasi Usulan untuk Meramalkan Kinerja Laju
Alir Sumur Horizontal pada Reservoir Tipe Rekah Alami Bertenaga Dorong Gas Terlarut

131
Spherical matrix blocks
2
2
15
w
f
m
m
r
k
k
r
|
|

\
|
=


Horizontal strata (rectangular slab)
matrix blocks
2
2
12
w
f
m
f
r
k
k
h
|
|

\
|
=


Vertical cylinder matrix blocks
2
2
8
w
f
m
m
r
k
k
r
|
|

\
|
=

Dapat dilihat bahwa apabila harga mengecil,
maka k
m
/k
f
mengecil. Misalnya = 10
-3
,
artinya permeabilitas matriksnya kurang lebih
1000 kali lebih kecil dari permeabilitas rekahan
dengan anggapan harga r
w
2
tetap. Jadi semakin
kecil harga , semakin kecil pula harga
permeabilitas matriksnya, yang juga berarti
kemampuan matriks melewatkan fluida
semakin sulit atau minyak dari matriksnya
sukar diproduksikan.
2.3 Pressure Transient Analysis
Dibawah ini adalah persamaan untuk reservoir
rekah alami pada saat infinite acting.
(

|
|

\
|

|
|

\
|

+ + =
) 1 ( ) 1 (
80908 . 0 ln
2
1

D D
i D df
t t
E t P


Gambar 4. Kelakukan tekanan drawdown
teoritis pada reservoir rekah alami
Gambar 4 memperlihatkan P
D
versus t
D
untuk
berbagai macam harga storativity ratio dan
interporosity flow coefficient yang berbeda.
Untuk menerangkan arti fisik dan kurva P
D

versus t
D
yang terjadi, dibuat idealisasi seperti
terlihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Karakteristik S shape dari sistem
porositas ganda dengan asumsi pseudo steady
state

Ciri khas yang terlihat pada Gambar 5 ini
adalah ada 3 segmen garis yang terjadi pada P
D

versus log t
D
, yaitu segmen garis pertama
ternyata dengan segmen garis terakhir (slope =
1.15) dipisahkan oleh garis transisi ditengahnya
(transition period).
Garis dengan kemiringan 1.15 (angka ini
berasal dari 1/2 x 2.303), sebagai ciri solusi
untuk aliran radial didalam hubugan P
D
versus
log t
D
, dikenali sebagai akibat respons awal
yang cepat dari rekahan mengalirkan fluida
secara radial ke lubang bor. Perioda ini dikenal
sebagai fractured flow controlled period.
Setelah beberapa saat, penurunan tekanan yang
terjadi cukup untuk mulai mengalirkan fluida
dari matriks, sehingga kehilangan tekanan yang
terjadi dapat ditahan. Dengan mengecilnya
pressure drop, mengecil pulalah P
D
sehingga
kemiringan akan mulai berkurang dari 1.15
sepanjang fluida yang mengalir dari matriks
mampu menahannya. Perioda ini dikenal
sebagai perioda transisi yang memiliki titik
belok yaitu disaat mana matriks mulai
melemah mengalirkan fluidanya.
Pada suatu saat, tekanan pada matriks dan
rekahan akan mencapai keseimbangan, dan
sistim akhirnya akan kembali menunjukan
(7)
(8)
(9)
(10)
Aristya Hernawan, Tutuka Ariadji


132
kemiringan 1.15 dan perioda akhir ini dikenal
sebagai perioda matrix-fracture flow
composite.
Lamanya waktu respon tekanan mulai berubah
dari slope 1.15 adalah merupakan fungsi dari
inter-porosity flow coefficient ().Semakin
kecil makasemakin lama pulalah perioda
awal dengan slope 1.15. Sedangkan
panjangnya waktu perioda transisi ini
merupakan fungsi dari storativity ratio ().
Semakin kecil harga storativity ratio ()
makasemakin panjang perioda transisinya.
2.4 Persamaan Aliran Sumur Horizontal
Sejak tahun 1980, sumur horizontal mulai
diguna-kan untuk meningkatkan produksi
minyak. Pada tahun 1991, Joshi membuat
persamaan untuk mengestimasi indeks
produktifitas (PI) untuk sumur horizontal pada
reservoir isotropik, dimana permeabilitas arah
x, y, dan z bernilai sama. Persamaannya adalah
sebagai berikut

(Ahmed, 2005):

( )
(
(

|
|

\
|
|

\
|
+
=
w
o o
h
h
r
h
L
h
R B
hk
J
2
ln ln
00708 . 0


dimana:
( )
( ) 2
2
2 2
L
L a a
R
+
=

Harga a adalah setengah dari harga sumbu
utama pada elips pengurasa yang dapat
diperoleh dari persamaan berikut

(Ahmed,
2005):
( ) ( )
5 . 0
4
2 25 . 0 5 . 0 2
(

+ + = L r L a
eh

(13)
Harga r
eh
adalah jari-jari pengurasan sumur
horizontal (ft) yang dapat diperoleh dari
persamaan berikut

(Ahmed, 2005):

A
r
eh
43560
=



A adalah luas area pengurasan sumur
horizontal (acres).

III. METODOLOGI PENELITIAN
Langkah pertama yang dilakukan untuk
mencari persamaan aliran untuk sumur
horizontal pada reservoir rekah alami adalah
dengan melakukan pemodelan reservoir
menggunakan software komersial. Data-data
yang digunakan dalam memodelkan reservoir
ini adalah data hipotetik.

Langkah kedua adalah melakukan validasi
model reservoir dengan cara melakukan studi
pengujian sumur (well testing analysis) dengan
menggunakan software komersial. Prosedur ini
perlu dilakukan agar model kasus dasar
(basecase) yang digunakanuntuk studi
sensitivitas merupakan model yang valid dan
dapat merepresentasikan keadaan sebenarnya
di reservoir rekah alami tersebut.

Langkah ketiga adalah analisa sensitivitas
dengan melakukan beberapa perubahan pada
parameter-parameter reservoir minyak rekah
alami agar didapat kelakuan yang bervariasi
dari laju alir minyak. Hasil sensitivitas inilah
yang digunakan untuk membuat persamaan
aliran untuk sumur horizontal pada reservoir
rekah alami.

3.1 Simulasi Reservoir
Untuk mencapai tujuan dari karya tulis ini,
yaitu mencari persamaan aliran untuk sumur
horizontal pada reservoir rekah alami, perlu
dilakukan studi pemodelan dan simulasi
reservoir dengan model numerik. Software
yang digunakan adalah simulator komersial.
Metode pemodelan kasus dasar dilakukan
dengan menggunakan bentuk kartesian dengan
ukuran grid reservoir mengecil saat mendekati
lubang sumur. Hal ini ditujukan agar
pembacaan data yang dilakukan oleh simulator
tersebut menjadi lebih akurat. Persamaan untuk
membuat variasi ukuran grid pada arah j yang
digunakan adalah sama seperti yang digunakan
untuk sumur vertikal

(Aziz, 1979).
Persamaannya adalah sebagai berikut:
1
1
1

+
|
|

\
|
=
N
w
e
i
i
r
r
r
r


Dimana i = 1,2,3,...,N dan N menyatakan
banyak-nya grid yang ingin dibuat. Model
kartesian ini memiliki arah i, j, dan k dimana
jumlah grid total sebanyak 9800 buah
(40*49*5). Model kasus dasar yang digunakan
ditampilkan pada Gambar 6 sampai Gambar 9
dan ukuran grid yang digunakan akan
ditampilkan pada Tabel 1.


(11)
(12)
(14)
(15)
Persamaan Korelasi Usulan untuk Meramalkan Kinerja Laju
Alir Sumur Horizontal pada Reservoir Tipe Rekah Alami Bertenaga Dorong Gas Terlarut


133
Tabel-1. Ukuran grid untuk pemodelan reservoir
No
Ukuran Grid (feet)
No
Ukuran Grid (feet)
i j k

i j k
1 100 212.301 100

26 100 0.101 -
2 100 152.205 100

27 100 0.140 -
3 100 109.121 100

28 100 0.196 -
4 100 78.232 100

29 100 0.273 -
5 100 56.087 100

30 100 0.381 -
6 100 40.211 -

31 100 0.532 -
7 100 28.828 -

32 100 0.741 -
8 100 20.668 -

33 100 1.034 -
9 100 14.818 -

34 100 1.443 -
10 100 10.623 -

35 100 2.012 -
11 100 7.616 -

36 100 2.807 -
12 100 5.460 -

37 100 3.915 -
13 100 3.915 -

38 100 5.460 -
14 100 2.807 -

39 100 7.616 -
15 100 2.012 -

40 100 10.623 -
16 100 1.443 -

41 - 14.818 -
17 100 1.034 -

42 - 20.668 -
18 100 0.741 -

43 - 28.828 -
19 100 0.532 -

44 - 40.211 -
20 100 0.381 -

45 - 56.087 -
21 100 0.273 -

46 - 78.232 -
22 100 0.196 -

47 - 109.121 -
23 100 0.140 -

48 - 152.205 -
24 100 0.101 -

49 - 212.301 -
25 100 0.510 -


Aristya Hernawan, Tutuka Ariadji


134

Gambar 6. Model Basecase dalam Arah I dan J



Gambar 7. Model Basecase dalam Arah I dan K


Gambar 8. Model Basecase dalam Arah J dan K
Persamaan Korelasi Usulan untuk Meramalkan Kinerja Laju
Alir Sumur Horizontal pada Reservoir Tipe Rekah Alami Bertenaga Dorong Gas Terlarut


135

Gambar 9. Model basecase dalam bentuk tiga dimensi

Model kasus dasar yang digunakan ada dua
macam, yaitu kasus dasar homogen dan kasus
dasar rekah alami. Baik data properti fisik
batuan maupun data fluida reservoir untuk
kedua kasus dasar ini adalah sama dan dapat
dilihat pada Tabel 2. Perbedaan antara kedua
kasus dasar ini adalah pada kasus dasar rekah
alami ditambahkan parameter-parameter
reservoir rekah alami, yaitu porositas rekahan
(
f
) dan permeabiltias rekahan (k
f
). Pada kasus
dasar rekah alami, dengan memasukan nilai
porositas rekahan (
f
) sebesar 0.016% maka
dapat dihitung nilai storativity ratio () yaitu
sebesar 0.1 dan dengan memasukan nilai
permeabiltias rekahan (k
f
) sebesar 305.83 md
maka dapat dihitung nilai interporosity flow
coefficient () yaitu sebesar 0.0001.

Tabel-2. Sifat fisik batuan dan fluida reservoir untuk pemodelan basecase
Properti Satuan Nilai
Zona Interval ft 8990 -10007
Temperatur
o
F 321
Tekanan Inisial Psia 4745
Tekanan Bubble Point Psia 4425
Spesific Grafity Oil API 38.6
Spesific Grafity Gas

0.8104
Solution GOR SCF/STB 1296.49
Fracture Spasing, lm ft 30
Kompressibilitas Air (C
w
) 1/Psia 3.758E-6
Kompressibilitas Matriks (Cm) 1/Psia 4.862E-6
Kompressibilitas Rekahan (Cf) 1/Psia 3.352E-4
Radius Sumur (r
w
) ft 0.255
Porositas Rekahan

0.00016
Porositas Matriks

0.1
Permeabilitas Matriks (k
m
) md 7.055
Permeabilitas Rekahan (k
f
) md 305.83
Panjang Sumur Horizontal, L ft 1200
S
w
% 50
So % 50

Aristya Hernawan, Tutuka Ariadji


136
Kedua model kasus dasar ini menggunakan
minyak dengan properti fluida yang sama agar
dapat lebih mudah dibandingkan. Data PVT
untuk minyak dan gas dapat dilihat pada Tabel
3. Gambar hubungan proporti fluida reservoir
terhadap tekanan disajikan dalam Gambar 10
sampai Gambar 12. Hubungan permeabilitas
relatif terhadap saturasi dapat dilihat pada
Gambar 13 dan 14.

Tabel 3. Data PVT minyak dan gas
P
(psi)
Rs
(ft
3
/bbl)
Bo
(bbl/STB)
Eg
(ft
3
/bbl)
Viso
(cp)
Visg
(cp)
Co
(1/psi)
14.696 3.56793 1.13727 3.75362 0.993679 0.014761 3.00E-05
308.716 45.8028 1.15742 80.3404 0.832427 0.014995 3.00E-05
602.737 97.9812 1.18283 159.545 0.7105 0.015364 3.00E-05
896.757 155.606 1.2115 240.917 0.622488 0.01583 3.00E-05
1190.78 217.182 1.2428 323.84 0.556689 0.016382 3.00E-05
1484.8 281.913 1.27638 407.548 0.505676 0.017015 3.00E-05
1778.82 349.293 1.312 491.178 0.464901 0.017722 3.00E-05
2072.84 418.968 1.34952 573.851 0.431487 0.018494 3.00E-05
2366.86 490.679 1.3888 654.748 0.403543 0.019323 3.00E-05
2660.88 564.221 1.42974 733.182 0.37978 0.020199 3.00E-05
2954.9 639.434 1.47225 808.631 0.359285 0.021113 3.00E-05
3248.92 716.185 1.51627 880.752 0.341398 0.022056 2.99E-05
3542.94 794.361 1.56173 949.358 0.325627 0.023018 2.68E-05
3836.96 873.87 1.60858 1014.39 0.3116 0.023993 2.41E-05
4130.98 954.629 1.65676 1075.9 0.299028 0.024975 2.19E-05
4425 1036.57 1.70624 1133.99 0.287683 0.025957 2.01E-05
4600 1085.87 1.73628 1167.01 0.281437 0.026541 1.91E-05
4775 1135.56 1.76676 1198.9 0.275529 0.027124 1.82E-05
4950 1185.62 1.79767 1229.71 0.269931 0.027704 1.74E-05
5125 1236.04 1.829 1259.48 0.264617 0.028281 1.66E-05
5300 1286.81 1.86074 1288.26 0.259565 0.028854 1.59E-05



Gambar 10. Kurva Rs dan Bo terhadap tekanan
Persamaan Korelasi Usulan untuk Meramalkan Kinerja Laju
Alir Sumur Horizontal pada Reservoir Tipe Rekah Alami Bertenaga Dorong Gas Terlarut


137

Gambar 11. Kurva Eg terhadap tekanan

Gambar 12. Kurva viskositas minyak dan gas terhadap tekanan

Gambar 13. Kurva permeabiltias relatif terhadap saturasi pada sistem matriks
Aristya Hernawan, Tutuka Ariadji


138

Gambar 14. Kurva permeabiltias relatif terhadap saturasi pada sistem rekahan
Model reservoir yang digunakan dalam karya
tulis ini adalah model minyak dan air, namun
tenaga pendorong dalam model ini bukanlah
tenaga pendorong air (water drive) melainkan
tenaga pendorong gas terlarut (solution gas
drive) karena pemodelan tidak dilengkapi
dengan aquifer. Pada bagian perforasi,
pemodelan dilakukan dengan mengguna-kan
sumur horizontal dengan panjang 1200 feet dan
perforasi dilakukan pada puncak reservoir.
Batasan operasi yang digunakan selama
pemodelan adalah tekanan dasar sumur
minimum yaitu sebesar 100 psi.

3.2 Validasi Model Reservoir
Validasi model diperlukan untuk menguji
apakah model kasus dasar yang dibuat
merepresentasikan keadaan sebenarnya di
reservoir. Salah satu cara untuk memvalidasi
model adalah dengan melakukan pengujian
sumur (well testing). Baik pada model kasus
dasar homogen maupun kasus dasar rekah
alami dilakukan pengujian dengan cara
membuka sumur selama 72 jam lalu menutup
sumur selama 48 jam sambil dibaca perubahan
tekanan di dasar sumur sebagai fungsi dari
waktu. Untuk validasi model ini digunakan
software komersial pengujian sumur.
Parameter-parameter yang dihasilkan lalu
dibandingkan dengan masukan pada model.
Apabila nilainya sama atau hampir mendekati,
maka model dapat dikatakan valid.


Gambar 15. Log-Log plot pressure build up test basecase homogen

Gambar 16. Log-Log plot pressure build up test basecase fractured
Persamaan Korelasi Usulan untuk Meramalkan Kinerja Laju
Alir Sumur Horizontal pada Reservoir Tipe Rekah Alami Bertenaga Dorong Gas Terlarut


139
Hasil Pengujian Pressure Build Up ditampilkan
pada Gambar 15 dan Gambar 16. Pengujian
Pressure Build Up ini memberikan hasil yang
cukup baik karena tidak jauh berbeda dengan
parameter yang menjadi masukan di simulator.
Sebagai contoh pada kasus dasar rekah alami,
nilai masukan untuk storativity ratio () adalah
0.1, sedangkan yang dihasilkan dari Pengujian
Pressure Build Up adalah 0.11. Nilai masukan
untuk interporosity flow coefficient () adalah
0.0001, sedangkan yang dihasilkan dari
Pengujian Pressure Build Up adalah 0.00033.
Hasil selengkapnya dari Pengujian Pressure
Build Up dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5.

Tabel 4. Hasil analisa pengujuan pressure build up basecase homogen
Properti Satuan Nilai
Keadaan Sumur

Horizontal
Reservoir

Homogeneous
Batasan

Rectangle, No flow
C (wellbore Storage) bbl/psi 0.0142
Total Skin

-1.91
Delta P Skin psia -22.8664
P* Psia 4740.48
K md 7.3

Tabel 5. Hasil analisa pengujuan pressure build up basecase fractured
Properti Satuan Nilai
Keadaan Sumur

Horizontal
Reservoir

Two porosity PSS
Batasan

Rectangle, No flow
C (wellbore Storage) bbl/psi 1.53
Total Skin

-2.88
Delta P Skin psia -1.03088
P* Psia 3681.8
K md 306
Storativity Ratio ()

0.11
Interporosity Flow Coefficient ()

0.000333


Selain itu, hal-hal lain yang dapat menunjang
kevalidan model ini adalah adanya faktor skin
yang bernilai negatif. Skin negatif merupakan
ciri dari sumur horizontal yang disebabkan oleh
geometri lubang sumur. Sumur horizontal akan
memberikan efek merekahkan reservoir
sehingga skin di sekitar lubang sumur akan
bernilai negatif dan akan meningkatkan faktor
perolehan minyak.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang
telah disebutkan sebelumnya, maka model
kasus dasar reservoir minyak rekah alami yang
diproduksikan dengan sumur horizontal ini
dianggap valid untuk dilakukan studi lebih
lanjut.
3.3 Analisa Sensitivitas
Analisa sensitivitas memiliki peranan
terpenting dalam pembuatan karya tulis ini.
Analisa sensitivitas dilakukan pada beberapa
parameter rekah alami, seperti storativity ratio
() dan interporosity flow coefficient (), serta
dilakukan analisa sensitivitas terhadapat
panjang horizontal sumur. Ketiga parameter
tersebut akan berpengaruh pada laju alir
minyak dari sumur tersebut. Data laju alir
minyak yang diperoleh akan dianalisa untuk
mencari persamaan aliran untuk sumur
horizontal pada reservoir rekah alami.

Pada analisa sensitivitas ini, nilai storativity
ratio () divariasikan mulai dari 0.1 sampai 0.9
Aristya Hernawan, Tutuka Ariadji


140
dengan kelipatan 0.1. Nilai interporosity flow
coefficient () divariasikan mulai dari E-04
sampai E-07 dengan kelipatan E-01.
Sedangkan panjang sumur horizontal (L)
divariasikan mulai dari 800 ft sampai 2000 ft
dengan kelipatan 200 ft.

Laju alir yang dihasilkan dari kasus fractured
akan dibandingkan dengan laju alir dari kasus
homogen. Laju alir minyak yang dibandingkan
adalah laju alir minyak pada dimana late-time
radial flow atau pseudo- radial terjadi.
Persamaan yang digunakan dalam pembuatan
karya tulis ini adalah Persamaan Goode dan
Thambynayagam. Persamaannya adalah
sebagai berikut

(Chaudhry, 2004):
( )
x
t o xd x
k
c L L L
t

095 . 0 095 . 2
1
0 . 297

+
=


Asumsi yang digunakan dalam analisa
sensitivitas ini adalah sebagai berikut:
1. Penyebaran rekahan homogen atau merata
di seluruh reservoir.
2. Perubahan nilai storativity ratio () hanya
dipengaruhi oleh perubahan nilai porositas
rekahan (
f
).
3. Perubahan nilai interporosity flow
coefficient () hanya dipengaruhi oleh
perubahan nilai permeabiltas rekahan (k
f
).
4. Parameter-parameter selainstorativity ratio
(), nilaiinterporosity flow coefficient (),
dan panjang horizontal sumur (L)
dianggap tetap.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sensitivitas Storativity Ratio
Untuk melakukan tahapan sensitivitas
storativity ratio diperlukan pemahaman
terhadap beberapa parameter pembentuk
persamaan storativity ratio. Dari persamaan (3)
dapat dilihat bahwa nilai storativity ratio
dipengaruhi oleh nilai porositas rekahan (
f
),
kompresibilitas rekahan (c
f
), porositas matriks
(
m
), dan kompresibilitas matriks (c
m
). Studi
sensitivitas storativity ratio pada karya tulis ini
hanya melakukan perubahan terhadap satu
parameter, yaitu porositas rekahan sedangkan
parameter-parameter lain bernilai tetap. Nilai
porositas rekahan yang dipakai untuk
sensitivitas storativity ratio dapat dilihat pada
Tabel 6.

Tabel 6. Nilai porositas rekahan (
f
) untuk sensitivitas storativity ratio ()
Storativity
Ratio ( )
Kompresibilitas
Matriks (psi
-1
)
Kompresibilitas
Rekahan (psi
-1
)
Porositas
Matriks
Porositas
Rekahan
0.1
4.862E-6 3.352E-4 0.1
0.00016
0.2
4.862E-6 3.352E-4 0.1
0.00036
0.3
4.862E-6 3.352E-4 0.1
0.00062
0.4
4.862E-6 3.352E-4 0.1
0.00097
0.5
4.862E-6 3.352E-4 0.1
0.00145
0.6
4.862E-6 3.352E-4 0.1
0.00218
0.7
4.862E-6 3.352E-4 0.1
0.00338
0.8
4.862E-6 3.352E-4 0.1
0.00580
0.9
4.862E-6 3.352E-4 0.1
0.01305

(16)
Persamaan Korelasi Usulan untuk Meramalkan Kinerja Laju
Alir Sumur Horizontal pada Reservoir Tipe Rekah Alami Bertenaga Dorong Gas Terlarut


141

Gambar 17. Grafik hubungan dan PI
F
/PI
H
untuk = E-04

Gambar 18. Grafik hubungan dan PI
F
/PI
H
untuk = E-05

Gambar 19. Grafik hubungan dan PI
F
/PI
H
untuk = E-06
1.300
1.350
1.400
1.450
1.500
1.550
1.600
1.650
1.700
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
P
I
F
/
P
I
H
StorativityRatio ( )
Interporosity Flow Coefficient ( ) = E-04
Lh = 800 ft
Lh = 1000 ft
Lh - 1200 ft
Lh = 1400 ft
Lh = 1600 ft
Lh = 1800 ft
Lh = 2000 ft
1.300
1.350
1.400
1.450
1.500
1.550
1.600
1.650
1.700
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
P
I
F
/
P
I
H
StorativityRatio ( )
Interporosity Flow Coefficient ( ) = E-05
Lh = 800 ft
Lh = 1000 ft
Lh - 1200 ft
Lh = 1400 ft
Lh = 1600 ft
Lh = 1800 ft
Lh = 2000 ft
1.300
1.350
1.400
1.450
1.500
1.550
1.600
1.650
1.700
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
P
I
F
/
P
I
H
StorativityRatio ( )
Interporosity Flow Coefficient ( ) = E-06
Lh = 800 ft
Lh = 1000 ft
Lh - 1200 ft
Lh = 1400 ft
Lh = 1600 ft
Lh = 1800 ft
Lh = 2000 ft
Aristya Hernawan, Tutuka Ariadji


142

Gambar 20. Grafik hubungan dan PI
F
/PI
H
untuk = E-07
Hasil dari sensitivitas storativity ratio untuk
nilai interporosity flow coefficient yang
berbeda dapat dilihat pada Gambar 17 sampai
20 diatas. Dari gambar tersebut tampak bahwa
semakin besar nilai storativity ratio, maka laju
alir minyak yang dihasilkan akan semakin
besar sehingga membuat nilai perbandingan
Productivity IndexFractured terhadap
Productivity IndexHomogen (PI
F
/PI
H
) menjadi
semakin besar pula. Hal ini dikarenakan
storativity ratio merupakan ukuran dari
kapasitas penyimpan fluida di dalam rekahan
dan apabila nilai storativity ratio membesar
berarti semakin banyak fluida yang tersimpan
didalam rekahan yang dapat diproduksikan.
Perioda aliran awal pada reservoir rekah alami
dikenal sebagai fractured flow controlled
period dimana fluida yang ada di rekahan
mengalir secara radial ke lubang sumur. Dari
pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan
bahwa laju alir fluida pada periode awal
ditentukan oleh banyaknya fluida dalam
rekahan yang dipengaruhi oleh nilai storativity
ratio.

4.2 Sensitivitas Interporosity Flow
Coefficient
Interporosity flow coefficient adalah koefisien
perpindahan fluida dalam dua media
penyimpanan, yaitu matriks dan rekahan yang
menunjukan ukuran kemudahan fluida untuk
mengalir dari matriks menuju rekahan. Untuk
melakukan tahapan sensitivitas pada nilai
Interporosity flow coefficient diperlukan
pemahaman tentang beberapa parameter
pembentuk interporosity flow coefficient
tersebut. Dari persamaan (4) dapat dilihat
bahwa nilai interporosity flow coefficient
dipengaruhi oleh dua faktor penting, yaitu
perbandingan permeabiltias matriks (k
m
) dan
permeabiltias rekahan (k
f
), serta block-shape
parameter () yang tergantung dari geometri
dan karakter dari bentuk sistem matriks-
rekahan. Karena model reservoir alami yang
dibuat pada karya tulis ini adalah model kubus,
maka persamaan interporosity flow
coefficientjuga dipengaruhi oleh fracture
spacing (L
m
). Studi sensitivitas interporosity
flow coefficient pada karya tulis ini hanya
melakukan perubahan terhadap satu parameter,
yaitu permeabiltias rekahan sedangkan
parameter-parameter lain bernilai tetap. Nilai
permeabilitas rekahan yang dipakai untuk
sensitivitas interporosity flow coefficient dapat
dilihat pada Tabel 7.


Tabel 7. Nilai permeabiltias rekahan untuk sensitivitas interporosity flow coefficient ()
Interporosity Flow
Coefficient ( )
Fractured
Spacing (ft)
Jari-jari
Sumur (ft)
Permeabilitas
Matriks (md)
Permeabilitas
Rekahan (md)
0.0001
30 0.255 7.055
305.83
0.00001
30 0.255 7.055
3058.34
0.000001
30 0.255 7.055
30583.43
0.0000001
30 0.255 7.055
305834.25

1.300
1.350
1.400
1.450
1.500
1.550
1.600
1.650
1.700
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
P
I
F
/
P
I
H
StorativityRatio ( )
Interporosity Flow Coefficient ( ) = E-07
Lh = 800 ft
Lh = 1000 ft
Lh - 1200 ft
Lh = 1400 ft
Lh = 1600 ft
Lh = 1800 ft
Lh = 2000 ft
Persamaan Korelasi Usulan untuk Meramalkan Kinerja Laju
Alir Sumur Horizontal pada Reservoir Tipe Rekah Alami Bertenaga Dorong Gas Terlarut


143

Gambar-21. Grafik hubungan dan PI
F
/PI
H
untuk = 0.1

Gambar 22. Grafik hubungan dan PI
F
/PI
H
untuk = 0.2


Gambar 23. Grafik hubungan dan PI
F
/PI
H
untuk = 0.3
1.35
1.4
1.45
1.5
1.55
1.6
1.65
1.7
1E-07 1E-06 1E-05 0.0001
P
i
f
/
P
i
h
Interporosity Flow Coefficient ( )
StorativityRatio ( ) = 0.1
Lh = 800 ft
Lh = 1000 ft
Lh - 1200 ft
Lh = 1400 ft
Lh = 1600 ft
Lh = 1800 ft
Lh = 2000 ft
1.35
1.4
1.45
1.5
1.55
1.6
1.65
1E-07 1E-06 1E-05 0.0001
P
i
f
/
P
i
h
Interporosity Flow Coefficient ( )
StorativityRatio ( ) = 0.2
Lh = 800 ft
Lh = 1000 ft
Lh - 1200 ft
Lh = 1400 ft
Lh = 1600 ft
Lh = 1800 ft
Lh = 2000 ft
1.35
1.4
1.45
1.5
1.55
1.6
1.65
1E-07 1E-06 1E-05 0.0001
P
i
f
/
P
i
h
Interporosity Flow Coefficient ( )
StorativityRatio ( ) = 0.3
Lh = 800 ft
Lh = 1000 ft
Lh - 1200 ft
Lh = 1400 ft
Lh = 1600 ft
Lh = 1800 ft
Lh = 2000 ft
Aristya Hernawan, Tutuka Ariadji


144

Gambar 24. Grafik hubungan dan PI
F
/PI
H
untuk = 0.4

Gambar 25. Grafik hubungan dan PI
F
/PI
H
untuk = 0.5


Gambar 26. Grafik hubungan dan PI
F
/PI
H
untuk = 0.6
1.35
1.4
1.45
1.5
1.55
1.6
1.65
1E-07 1E-06 1E-05 0.0001
P
i
f
/
P
i
h
Interporosity Flow Coefficient ( )
StorativityRatio ( ) = 0.4
Lh = 800 ft
Lh = 1000 ft
Lh - 1200 ft
Lh = 1400 ft
Lh = 1600 ft
Lh = 1800 ft
Lh = 2000 ft
1.35
1.4
1.45
1.5
1.55
1.6
1.65
1E-07 1E-06 1E-05 0.0001
P
i
f
/
P
i
h
Interporosity Flow Coefficient ( )
StorativityRatio ( ) = 0.5
Lh = 800 ft
Lh = 1000 ft
Lh - 1200 ft
Lh = 1400 ft
Lh = 1600 ft
Lh = 1800 ft
Lh = 2000 ft
1.35
1.4
1.45
1.5
1.55
1.6
1.65
1.7
1E-07 1E-06 1E-05 0.0001
P
i
f
/
P
i
h
Interporosity Flow Coefficient ( )
StorativityRatio ( ) = 0.6
Lh = 800 ft
Lh = 1000 ft
Lh - 1200 ft
Lh = 1400 ft
Lh = 1600 ft
Lh = 1800 ft
Lh = 2000 ft
Persamaan Korelasi Usulan untuk Meramalkan Kinerja Laju
Alir Sumur Horizontal pada Reservoir Tipe Rekah Alami Bertenaga Dorong Gas Terlarut


145

Gambar 27. Grafik hubungan dan PI
F
/PI
H
untuk = 0.7

Gambar 28. Grafik hubungan dan PI
F
/PI
H
untuk = 0.8

Hasil dari sensitivitas interporosity flow
coefficient untuk nilai storativity ratio yang
berbeda dapat dilihat pada Gambar 21 sampai
28 diatas. Dari gambar tersebut tampak bahwa
semakin kecil nilai interporosity flow
coefficient, maka laju alir minyak yang
dihasilkan akan semakin besar sehingga
membuat nilai perbandingan Productivity
IndexFractured terhadap Productivity
IndexHomogen (PI
F
/PI
H
) menjadi semakin
besar pula. Hal ini dikarenakan interporosity
flow coefficientmerupakan ukuran perpindahan
fluida dalam sistem matriks dan rekahan.
Apabila nilai interporosity flow coefficient ()
mengecil, maka perbandingan permeabilitas
matriks dan permeabiltias rekahan (k
m
/k
f
)
mengecil pula sehingga untuk nilai
permeabilitas matriks (k
m
) yang tetap akan
diperoleh nilai permeabiltias rekahan (k
f
) yang
besar. Permeabiltias rekahan yang lebih besar
mengindikasikan kemampuan rekahan untuk
melewatkan fluida yang lebih baik sehingga
fluida dapat dengan lebih mudah
diproduksikan.

4.3 Sensitivitas Panjang Sumur Horizontal
Panjang sumur horizontal (L
h
) berpengaruh
pada besarnya laju alir minyak yang dihasilkan
oleh suatu sumur produksi. Hasil dari
sensitivitas panjang sumur horizontal dapat
dilihat pada Gambar 17 sampai Gambar 28.
Dari gambar tersebut tampak bahwa semakin
panjang sumur horizontal tersebut maka nilai
perbandingan antara Productivity
IndexFractured terhadap Productivity
IndexHomogen (PI
F
/PI
H
) menjadi semakin
kecil. Mengecilnya nilai perbandingan
(PI
F
/PI
H
) seiring dengan bertambah-nya
panjang sumur horizontal bukanlah akibat dari
mengecilnya laju alir minyak. Laju alir minyak
tetap bertambah seiring dengan bertambahnya
panjang sumur horizontal, namun pada kasus
model rekah alami pertambahan laju alir
minyak karena pertambahan panjang horizontal
sumur tidak sebesar pada kasus model
homogen. Hal inilah yang membuat
perbandingan antara Productivity Index
Fractured terhadap Productivity Index
Homogen (PI
F
/PI
H
) menjadi semakin kecil
seiring dengan bertambahnya panjang sumur
horizontal.
1.35
1.4
1.45
1.5
1.55
1.6
1.65
1.7
1E-07 1E-06 1E-05 0.0001
P
i
f
/
P
i
h
Interporosity Flow Coefficient ( )
StorativityRatio ( ) = 0.7
Lh = 800 ft
Lh = 1000 ft
Lh - 1200 ft
Lh = 1400 ft
Lh = 1600 ft
Lh = 1800 ft
Lh = 2000 ft
1.35
1.4
1.45
1.5
1.55
1.6
1.65
1.7
1E-07 1E-06 1E-05 0.0001
P
i
f
/
P
i
h
Interporosity Flow Coefficient ( )
StorativityRatio ( ) = 0.8
Lh = 800 ft
Lh = 1000 ft
Lh - 1200 ft
Lh = 1400 ft
Lh = 1600 ft
Lh = 1800 ft
Lh = 2000 ft
Aristya Hernawan, Tutuka Ariadji


146
4.4 Persamaan Aliran Usulan untuk Sumur
Horizontal pada Reservoir Rekah Alami
Hasil analisa sensitivitas untuk model homogen
dapat dilihat pada Tabel 8, sedangkan hasil
analisa sensitivitas untuk model rekah
alamiyang dilakukan pada beberapa parameter
rekah alami, seperti storativity ratio (),
interporosity flow coefficient (), serta panjang
sumur horizontal dapat dilihat pada Tabel 9.
Pada karya tulis ini, digunakan perbandingan
antara Productivity IndexFractured terhadap
Productivity IndexHomogen (PI
F
/PI
H
) untuk
menghitung persamaan aliran usulan untuk
sumur horizontal pada reservoir rekah alami.
Persamaan tersebut mengikuti hubungan di
bawah ini:
( )
e
i
r
d
h
xd x
c b
a
H
F
P
P
L
L L
C
PI
PI
|
|

\
|
|
|

\
| +

=
1
1



Tabel 8. Hasil analisa sensitivitas homogen model
L
h

(ft)
t
(hari)
Q
o

(STB/D)
P
r

(psi)
P
wf

(psi)
PI
H

(STB/D/psi)
800 7.965 19696.49 4429 100 4.55
1000 6.812 23823.12 4415 100 5.52
1200 5.794 28074.34 4403 100 6.52
1400 4.888 33067.93 4410 100 7.67
1600 4.082 38178.5 4387 100 8.91
1800 3.364 44220.14 4438 100 10.19
2000 2.727 49831.16 4453 100 11.45

Tabel 9. Hasil analisa sensitivitas fractured model
Storativity
Ratio ( )
Interporosity Flow
Coefficient ( )
L
h

(ft)
t
(hari)
Q
o

(STB/D)
P
r

(psi)
P
wf

(psi)
PI
F

(STB/D/psi)
PI
F
/ PI
H

0.1 1E-04 800 7.965 30707.05 4297 100 7.32 1.608
0.2 1E-04 800 7.965 30708.42 4308 100 7.30 1.604
0.3 1E-04 800 7.965 30807.28 4327 100 7.29 1.602
0.4 1E-04 800 7.965 31097.11 4352 100 7.31 1.607
0.5 1E-04 800 7.965 31425.50 4378 100 7.35 1.615
0.6 1E-04 800 7.965 31950.62 4422 100 7.39 1.625
0.7 1E-04 800 7.965 32533.69 4476 100 7.43 1.634
0.8 1E-04 800 7.965 33386.42 4555 100 7.49 1.647
0.9 1E-04 800 7.965 34229.1 4657 100 7.51 1.651

Tabel 10. Hasil analisa logaritmik
Log
(PI
F
/PI
H
)
Log

Log
(1- )
Log

Log
(L
x
/L
h
)
Log
(Pr/P
i
)
Log
(PI
F
/PI
H
)
Korelasi
(PI
F
/PI
H
)
(PI
F
/PI
H
)
Korelasi
Error
(%)
0.206 -1 -0.046 -4 0.602 -0.043 0.210 1.608 1.623 0.958
0.205 -0.69897 -0.097 -4 0.602 -0.042 0.212 1.604 1.631 1.662
0.205 -0.52288 -0.155 -4 0.602 -0.040 0.214 1.602 1.635 2.085
0.206 -0.39794 -0.222 -4 0.602 -0.038 0.215 1.607 1.639 1.970
0.208 -0.30103 -0.301 -4 0.602 -0.035 0.216 1.615 1.645 1.882
0.213 -0.1549 -0.523 -4 0.602 -0.025 0.218 1.634 1.651 1.039
0.217 -0.09691 -0.699 -4 0.602 -0.018 0.219 1.647 1.656 0.522
0.218 -0.04576 -1.000 -4 0.602 -0.008 0.225 1.651 1.678 1.616


(17)
Persamaan Korelasi Usulan untuk Meramalkan Kinerja Laju
Alir Sumur Horizontal pada Reservoir Tipe Rekah Alami Bertenaga Dorong Gas Terlarut

147
Untuk mendapatkan nilai C (konstanta), a, b, c,
d, dan e diperlukan pendekatan secara
logaritmik seperti yang ditampilkan pada Tabel
10. Dari hasil pendekatan tersebut nilai-nilai
sebagai berikut:

C = 1.23145 c = 1.85049E-03
a = 1.25669E-03 d = 0.10785
b = 5.32036 E-02 e = - 1.07981
PI
F
= PI
H
(18)
dimana:
( ) (
(

|
|

\
|
|
|

\
| +

=
e
i
r
d
h
xd x
c b
a
P
P
L
L L
C
1
1



Dengan memasukan definisi Productivity Index
ke persamaan (18), maka persamaan tersebut
beruabah menjadi:
( )
( )
H
wf r
PI
P P
Q
=


Q = (PI
H
) (P
r
P
wf
) (21)

Persamaan (21) adalah persamaan usulan yang
disampaikan dalam karya tulis ini yang dapat
digunakan untuk meramalkan kinerja laju alir
minyak sumur horizontal pada reservoir tipe
rekah alami. Perbandingan hasil korelasi dan
simulsi (PI
F
/PI
H
) ditampilkan pada Gambar 30.



Gambar 30. Perbandingan (PI
F
/PI
H
) korelasi dan simulasi


1.300
1.400
1.500
1.600
1.700
P
I
F
/
P
I
H


S
i
m
u
l
a
s
i
PIF/PIH Korelasi
(19)
(20)
Aristya Hernawan, Tutuka Ariadji

148
4.5 Validasi dan Batasan Korelasi
Untuk menguji apakah persamaan usulan
tersebut valid untuk diterapkan lebih lanjut,
maka dilakukan validasi persamaan usulan
tersebut dengan membandingkan hasil dari
persamaan dengan hasil dari simulasi reservoir
dengan menggunakan software komersial.
Contoh validasi persamaan adalah sebagai
berikut:
Contoh I:
Diketahui :
= 0.35
= 5.3E-5
L
h
= 1400 ft
PI
H
= 7.67 STB/D/psi
Diperoleh:
PI
F
simulasi = 11.56159149 STB/D/psi
PI
F
korelasi = 11.53570122 STB/D/psi
Error = 0.224 %

Contoh II:
Diketahui :
= 0.11
= 1.13E-6
L
h
= 1600 ft

PI
H
= 8.91 STB/D/psi
Diperoleh:
PI
F
simulasi = 13.06761588 STB/D/psi
PI
F
korelasi = 12.99062527 STB/D/psi
Error = 0.589 %

Berdasarkan hasil validasi kedua contoh diatas,
dapat dikatakan bahwa persamaan aliran usulan
untuk sumur horizontal pada reservoir rekah
alami yang disampaikan pada persamaan (17)
adalah cukup valid dan memberikan
keakuratan yang cukup tinggi. Agar persamaan
(17) tersebut dapat berlaku dengan keakuratan


yang tinggi, maka perlu diperhatikan batasan-
batasan sebagai berikut:
1. Fluida reservoir yang mengalir adalah
minyak.
2. Storativity ratio () memiliki rentang nilai
antara 0.1 sampai 0.9.
3. Interporosity flow coefficient () memiliki
rentang nilai antara E-04 sampai E-07.
4. Panjang sumur horizontal (L
H
) memiliki
rentang nilai antara 800 ft sampai 2000 ft.
5. Letak sumur horizontal berada pada
puncak reservoir.

4.6 Peramalan Laju Alir Minyak Sumur
Hori-zontal Pada Reservoir Tipe Rekah
Alami
Peramalan laju alir minyak sumur horizontal
pada reservoir rekah alami dapat dilakukan
dengan menggunakan persamaan (21). Nilai
parameter-parameter yang digunakan pada
peramalan ini adalah sebagai berikut:
= 0.1
= 0.0001
L
h
= 1200 ft
Nilai indeks produktivitas reservoir tipe
homogen (PI
H
) didapat dari persamaan Joshi
seperti pada persamaan (11). Hasil peramalan
laju alir tersebut kemudian dibandingkan
dengan laju alir keluaran dari simulator seperti
yang terlihat pada Gambar 31. Dari Gambar 31
dapat dilihat adanya perbedaan yang cukup
besar antara hasil korelasi dan simulasi. Hal ini
dikarenakan nilai PI
H
dari simulator yang
digunakan untuk membentuk persamaan (21)
tidak sama dengan nilai nilai PI
h
Joshi. Oleh
karena itu perlu dilakukan koreksi terhadap
nilai PI
H
Joshi sebelum digunakan pada
persamaan (21). Koreksi untuk PI
H
Joshi
adalah sebagai berikut:
( )
561 . 0
246 . 30
Joshi
h
PI
PI =


Gambar 31. Perbandingan kinerja laju alir minyak korelasi dan simulsi
terhadap tekanan alir dasar sumur (P
wf
)
0
500
1000
1500
2000
0 50000 100000
P
w
f

(
p
s
i
)
Q (stb/day)
simulator korelasi
(22)
Persamaan Korelasi Usulan untuk Meramalkan Kinerja Laju
Alir Sumur Horizontal pada Reservoir Tipe Rekah Alami Bertenaga Dorong Gas Terlarut


149

Gambar 32. Perbandingan kinerja laju alir minyak korelasi dan simulsi
terhadap tekanan alir dasar sumur (P
wf
) setelah koreksi

Dengan melakukan koreksi terhadap nilai PI
H

Joshi sebelum digunakan ke dalam persamaan
(21) maka hasil peramalan laju alir minyak
akan menjadi lebih baik. Penyimpangan laju
alir minyak maksimal setelah dilakukan
koreksi adalah sebesar 4.75%. Hasil peramalan
setelah dilakukan koreksi dapat dilihat pada
Gambar 32.

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Semakin besar nilai storativity ratio maka
laju alir minyak yang dihasilkan akan
bertambah sebesar 0.5% sampai 1.8%.
2. Semakin besar nilai interporosity flow
coefficient maka laju alir minyak yang
dihasilkan akan berkurang sebesar 0.05%
sampai 0.9%.
3. Semakin panjang sumur horizontal maka
laju alir minyak yang dihasilkan akan
bertambah sebesar 10.3% sampai 18.9%.
4. Untuk selang data dan kondisi batasan
yang digunakan, persamaan korelasi
usulan untuk meramalkan kinerja laju alir
minyak sumur horizontal pada reservoir
tipe rekah alami yang dikaji pada karya
tulis ini memiliki tingkat keakuratan yang
tinggi.
5. Diperlukan koreksi terhadap nilai PI
H

Joshi sebelum digunakan ke dalam
persamaan korelasi usulan untuk
meramalkan laju alir minyak sumur
horizontal pada reservoir tipe rekah alami.

5.2 Saran
1. Perlu dilakukan studi lebih lanjut
mengenai pengaruh properti reservoir
seperti permeabili-tas absolut dan fluida
reservoir dua fasa.
2. Pemodelan reservoir pada penelitian ini
hanya menggunakan satu model, yaitu
Model Warren dan Root. Perlu dilakukan
studi lebih lanjut dengan menggunakan
model-model lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Abdassah, D., 1998. Analisa Transient
Tekanan, Diktat Kuliah.
2. Ahmed, T., 2005. Advanced Reservoir
Engineer-ing, Gulf Professional
Publishing, Houston.
3. Aziz, K. And Settari, A., 1979. Petroleum
Reservoir Simulation, Applied Science
Publishers, London dan New York.
4. Chaudhry, A.U., 2004. Oil Well Testing
Handbook, Gulf Professional Publishing,
Houston.
5. Ginting, L.G., 2009. Persamaan Usulan
Baru Untuk Estimasi Perolehan Produksi
Gas Saat Akhir Plateau Rate Pada
Reservoir Rekah Alami yang
Diproduksikan dengan Sumur Horizontal,
Tugas Akhir.
6. Joshi, S. D., 2003. Cost/Benefits of
Horizontal Wells, SPE 83621, Presented at
the SPE Western Regional/AAPG Pacific
Section Joint Meeting held in Long Beach,
California, U.S.A., 1924.
7. Nelson, R.A., 2001. Geologic Analysis of
Naturally Fracture Reservoir, Gulf
Professional Publishing, Houston.

DAFTAR SIMBOL
B
o
= Faktor volume formasi minyak,
bbl/stb
C
f
= kompresibilitas rekahan, Psi
-1
C
m
= kompresibilitas matriks, Psi
-1
C
o
= kompresibilitas minyak, Psi
-1
C
r
= kompresibilitas batuan, Psi
-1
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
2000
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000
P
w
f

(
p
s
i
)
simulator korelasi
Aristya Hernawan, Tutuka Ariadji


150
C
w
= kompresibilitas air, Psi
-1
h
f
= Height of the fractured matrix slab, ft
k
f
= Permeabilitas rekahan, md
k
m
= Permeabiltas matriks, md
L = Panjang sumur horizontal, ft
L
m
= Length of a block side, ft
L
x
= L
x1
+ L
xd
, ft
L
x1
= Jarak arah x awal sampai sumur horizontal. ft
L
xd
= Jarak arah x akhir sampai sumur horizontal, ft
P
D
= Dimensionless pressure
P
r
= Tekanan reservoir, psi
P
wf
= Tekanan dasar sumur, psi
Qo = laju alair minyak, stb/hari




r
D
= Dimensionless radius
r
m
= Radius of the sphere matrix block, ft
r
w
= radius sumur, ft
S
o
= Saturasi minyak
S
w
= Saturasi air
t
D
= Dimensionless time

o
= Viskositas minyak, cp
= Block shape parameter, ft
-2

= Interporosity flow coefficient

f
= Porositas rekahan

m
= Porositas matriks
= Storativity ratio

Anda mungkin juga menyukai