Disusun Oleh:
Riadi Pandin
17.010.71
TEKNIK PERMINYAKAN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
BALIKPAPAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Mahasiswa
Riadi Pandin
NIM : 1701071
01/03/2021
Abdi Suprayitno, ST., M.Eng Nuruddin Kafy E., SS, M.Pd BI
NIDN : 1110098502 NIDN : 1127078503
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa untuk segala rahmat dan karunia-Nya. Sehingga penyusun di beri
kelancaran dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek secara online.
Dengan tersusunnya Laporan Kerja Praktek ini, penyusun mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Kedua Orang tua , adik, serta teman-teman saya yang senantiasa mendoakan
dan mendukung proses penulisan dan penyelesaian laporan ini.
2. Bapak Abdi Suprayitno, S.T., M.Eng selaku Ketua Prodi S1 Teknik
Perminyakan STT Migas Balikpapan.
3. Ibu Eltimeyansi Crisye Randanan, ST., M.Si selaku Dosen Pembimbing
Akademik.
4. Bapak Nuruddin Kafy E., S.S., M.Pd., B.I. selaku Dosen Pembimbing Kerja
Praktek yang senantiasa memberi bimbingan serta dukungan kegiatan kerja
praktek.
Penyusun meminta maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam
penyusunan laporan Kerja Praktek ini, maka penyusun mengharapkan saran dan
solusi yang membangun dan inovatif dari para pembaca demi kesempurnaan di
dalam berbagai aspek dari laporan ini. Akhirnya penyusun berharap semoga
laporan ini dapat bermanfat bagi kita semua dalam menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan. Amin
Riadi Pandin
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
iii
3.3 Masalah Umum yang Ditimbulkan oleh Scale ..................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
3
indeks, pencegahan terbentuknya scale serta penanggulangan
problem scale pada flowline dengan metode scale inhibitor.
d. Bab IV Penutup
Bab ini memuat kesimpulan serta saran yang didapatkan setelah
melakukan kerja praktek.
4
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Defenisi Scale
Scale merupakan suatu endapan yang mengkristal dari air formasi di
suatu bidang khususnya flowline yang dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti suhu, pH, tekanan, dan kandung ion senyawa kimia yang ada di air
formasi tersebut (Syahri & Sugiarto, 2008).
5
Faktor yang mempengaruhi pembentukan scale CaSO4 yaitu sebagai
berikut:
Penurunan tekanan
Perubahan temperatur
Perubahan pH
Untuk menanggulangi scale CaSO4 digunakan fluida pengubah
(converter) dikarenakan CaSO4 bereaksi dengan HCL. Inorganic
converter biasanya karbonat (CO32-) atau hidroksida (OH-) akan bereaksi
dengan CaSO4 dan mengubahnya menjadi CaCO3 atau Ca(OH)2 yang
akan larut dalam asam. Coversion treatment tersebut akan diikuti dengan
pengasaman untuk melarutkan CaCO3 atau Ca(OH)2. Reaksi kimia yang
terjadi adalah sebagai berikut:
CaSO4 + (NH4)2CO3 → (NH4)2 SO4 + CaCO3
Kemudian CaCO3 yang terbentuk dilarutkan oleh HCL, dengan
reaksi sebagai berikut:
CaCO3 + 2HCL → CaCl2 + H2O + CO2
CO2 yang terbentuk akan membantu melepaskan endapan yang
sangat padat. Dalam menghilangkan endapan CaSO4 digunakan organic
converter, seperti natrium sitrat, kalium glikolat, dan kalium asetat. Zat-
zat tersebut dapat bereaksi dengan endapan CaSO4 dan akan
menyebabkan endapan tersebut membengkak (swell), sehingga akan
menjadi lunak dan mudah dihilangkan dengan cara mendorong dengan
air. Zat kimia ini mahal dan membutuhkan waktu kontak beberapa jam
untuk endapan yang tebal, sehingga sebaiknya dicoba terlebih dahulu
pada laboratorium sebelum digunakan.
b. Scale Barium Sulphate (BaSO4)
Scale Barium Sulfat dibentuk oleh kombinasi ion 𝐵𝑎2+ dan ion
𝑆𝑂42− dengan reaksi sebagai berikut :
𝐵𝑎2+ + 𝑆𝑂42− → BaSO4
6
Faktor yang mempengaruhi pembentukan scale CaSO4 yaitu sebagai
berikut:
Perubahan Tekanan
Perubahan Temperatur
Perubahan Tekanan
Perubahan Temperatur
7
CaCO3 2HCl CaCl2 H2O CO2
Corrosion inhibitor juga harus ditambahkan ke dalam asam untuk
menjaga agar tidak melarutkan besi. Sering juga ditambahkan surfaktan
untuk menghilangkan film minyak dari scale yang mengandung deposit
organik (Sari R, 2016).
Scale sulfat yang sering ditemukan di lapangan migas terdiri dari
CaSO4, BaSO4 dan SrSO4 (Pranodo & Agusandi, 2017).
2.3 Mekanisme Pembentukan Scale
Faktor utama yang berpengaruh terhadap pembentukan,
pertumbuhan kristal dan pengendapan scale diantaranya yaitu perubahan
kondisi reservoir (penurunan tekanan reservoir dan perubahan temperatur),
pencampuran dua jenis fluida yang susunan mineralnya tidak sesuai, adanya
penguapan (perubahan konsentrasi), pengadukan (agitasi dan turbulensi),
serta perubahan pH.
Mekanisme pembentukan endapan scale juga dipengaruhi oleh
komposisi kandungan senyawa ion-ion dalam air formasi misalnya kation
(Na+, Ca2+, Mg2+, Ba2+, Sr2+ dan Fe3+ ) maupun anion (Cl-, HCO3-, SO4-2
dan Co3-2). Proses terlarutnya ion-ion di atas dipengaruhi oleh tekanan dan
temperature. Apabila pada kondisi tekanan pada fluida turun dan temperatur
naik, serta batas kelarutan terlampaui maka senyawa tersebut tidak akan
terlarut lagi melainkan terpisah dari pelarutnya dalam bentuk padatan
(Alida & Fandra, 2018).
Berikut beberapa faktor-faktor pendukung terjadinya pengendapan
scale:
1. Air yang mengandung ion-ion yang memiliki kecenderungan
membentuk Senyawa yang mempunyai angka kelarutan rendah.
2. Perubahan kondisi fisik atau komposisi air yang menurunkan
kelarutan.
3. Kenaikan temperatur yang menyebabkan penguapan dan dapat
menyebabkan terjadinya perubahan kelarutan.
4. Nilai pH yang besar akan mempercepat pembentukan scale.
8
5. Lamanya waktu kontak scale mengendap akan mengarah pada
pembentukan Scale yang lebih padat dan keras.
9
BAB III
PEMBAHASAN
10
Scale coupon diletakkan di aliran flowline yang dianggap akan
terjadinya pertumbuhan scale dengan cara mengahadang aliran fuida,
sehingga aliran tersebut akan melewati lubang-lubang yang ada dan
diharapkan ketika aliran melewati lubang tersebut dapat terjadi pertumbuhan
scale karena adanya perubahan tekanan akibat penghadangan dari scale
coupon tersebut. Kemudian setelah beberapa waktu scale coupun diangkat
dan dilihat pertumbuhan scale yang terjadi pada setiap lubang yang ada
(Musmuliadi, 2020).
11
pH = pH air sebenarnya
pCa = negatif logaritma dari konsentrasi Ca2+
= - log (Ca2+)
pAlk = negatif logaritma dari konsentrasi total alkalinity
= - log (Alk) = - log [(CO32-+ HCO32-)]
K = Konstanta yang merupakan fungsi dari kadar garam, konsentrasi
dan temperatur.
Harga pCa dan pAlk dapat diperoleh dengan menggunakan
perhitungan sebagai berikut :
pCa = 4.5997 - 0.4337 ln (Ca2+)
pAlk = 4.8139 - 0.4375 ln (CO32-+ HCO32-)
Untuk menghitung kelarutan CaCO3 menurut metode ini, kita
harus mempunyai data-data konsentrasi ion-ion Na+, Ca2+, Mg2+, Cl-,
CO32-, HCO3-, SO42- , pH dan temperature.
Menghitung ionic strenght (μ) lebih mudah bila ada table konversi
hasil analisa air formasi kedalam kuekuatan ion (Liestyana et al, 2018).
Jumlah hasil perkalian faktor konversi akan menghasilkan harga ionic
strenght (μ) total. Faktor konversi ionic strenght diperlihatkan pada table
di bawah ini:
Ion Faktor Konversi
Na+
Ca2+
Mg2+
Cl-
CO32-
HCO3-
SO42-
(Sumber: Liestyana et al, 2018)
12
Perkiraan pada kecenderungan pembentukan scale kalsium
karbonat ditentukan berdasarkan harga SI dengan ketentuan sebagai
berikut :
a) Jika SI 0 (negatif), maka sistem tidak terjenuhi oleh CaCO3 dan scale
cenderung tidak terbentuk.
b) Jika SI 0 (positif), maka sistem telah terjenuhi oleh CaCO3 dan
terdapat kecenderungan pengendapan scale.
c) Jika SI = 0 (negatif), maka sistem berada pada titik jenuh (saturation
point), dan scale tidak akan terbentuk.
13
2. Tekanan Pada saat tekanan turun maka tekanan parsial turun,
artinya jumlah turun. jika turun, maka kesetimbangan akan bergeser
ke kanan atau potensi pembentukan scale semakin besar.
3. pH Jika pH naik atau semakin basa, maka potensi reaksi dengan
atau membentuk scale semakin besar.
4. Kadar garam dalam fluida kelarutan scale turun jika kadar garam
dalam fluida turun.
5. Bercampurnya air formasi dari lapisan yang berbeda.
14
penambahan asam klorida untuk melarutkan karbonat atau kalsium
hidroksida yang terbentuk.
CaSO4 + (NH4)2 CO3 (NH4)2SO4 + CaCO3
CaCO3 + 2HCl H2O + CO2 + CaCl2
CO2 yang terbentuk dari reaksi dengan asam ini akan
membantu mengeluarkan secara mekanis scale yang mungkin tersisa.
Inorganic converters sebaiknya tidak digunakan pada scale yang
keras.
4. Organic Converters
Organic converters seperti natrium sitrat, potassium asetat
sering digunakan. Reaktan ini akan bereaksi dengan scale kalsium
sulfat, sehingga scale akan menjadi lebih lunak dan mudah
dibersihkan dengan melewatkan air.
5. Natrium Hidroksida
Larutan 10% natrium hidroksida dapat melarutkan hingga
12,5% berat dari scale kalsium karbonat (Sari R, 2016).
15
b. Scale inhibitor harus diinjeksikan secara continue agar selalu
mencegah terbentuknya kristal scale dalam air terproduksi.
Pada umumnya scale inhibitor yang digunakan diladang-ladang
minyak dibagi atas dua tipe, yaitu scale inhibitor anorganik dan scale
inhibitor organik. Senyawa anorganik fosfat yang umum digunakan
sebagai inhibitor adalah kondensat fosfat dan dehidrat fosfat. Anorganik
fosfat banyak digunakan sebagai scale inhibitor sebelum berkembangnya
fosfonat, fosfat ester, dan polimer. Ikatan oksigenfosfor ini sangat tidak
stabil dalam larutan encer dan akan terhidrolisa (bereaksi dengan air)
menghasilkan ortofosfat yang tidak aktif atau tidak berfungsi sebagai scale
inhibitor. Scale inhibitor organik yang biasa digunakan adalah organo
fosfonat, organo fosfat ester, dan polimer-polimer organik. Organo fosfat
efektif untuk kerak CaSO4, organo fosfonat efektif untuk kerak CaCO3,
dan polimer-polimer organik efektif untuk kerak CaCO3, CaSO4, dan
BaSO4. Prinsip kerja dari scale inhibitor yaitu pembentukan senyawa
kompleks (chelat) antara scale inhibitor dengan unsur-unsur pembentuk
kerak. Senyawa kompleks yang terbentuk larut dalam air sehingga
menutup kemungkinan pertumbuhan kristal yang besar. Disamping itu
dapat mencegah kristal kerak untuk melekat pada dinding pipa (Sari R,
2016). Mekanisme kerja scale inhibitor ini ada dua tipe yaitu:
a. Scale inhibitor dapat terdeposit pada permukaan kristal pada saat scale
mulai terbentuk. Inhibitor merupakan kristal yang besar yang dapat
menutupi kristal yang kecil dan menghalangi pertumbuhan
selanjutnya.
b. Dalam banyak hal bahan kimia dapat dengan mudah mencegah
menempelnya suatu partikel-partikel pada pemukaan padatan.
Untuk penginjeksian Scale Inhibitor dapat dilakukan dengan
beberapa treatment yaitu:
1) Squeeze Treatment, merupakan penginjeksian ke formasi yang
dilakukan dengan memperhatikan tekanan, dimana tekanan pada saat
proses penginjeksian harus dibawah tekanan rekah formasi dan diatas
16
tekanan formasi. Metode yang paling sering digunakan untuk
memberikan solusi penghambat pada scaling brine adalah Squeeze
Treatment. Dimana prosesnya yaitu Inhibitor dilarutkan dalam fluida
pembawa yang disertai dengan zat aktif permukaan untuk
memperbaiki kebasahan batuan formasi. Dengan adanya inhibitor ini,
maka terbentuklah lapisan pelindung (protective film) pada permukaan
pipa selama operasi injeksi dan selama aliran fluida produksi
mengandung inhibitor dengan konsentrasi yang cukup tinggi (Musa &
Shan-Fa, 2019). Kelebihan dari Squeeze Treatment ini yaitu sebagai
berikut:
Penggunaannya lebih efektif di reservoir karbonat,
Metodenya hemat biaya untuk inhibitor yang system pencuciannya
secara perlahan (prosesnya lambat), khususnya inhibitor fosfonat,
Memastikan umur yang panjang, penghambatan mungkin
diperpanjang hingga 24 bulan setelah squeeze treatment dilakukan,
Meminimalkan perawatan berkala.
Sedangkan kekurangan dari Squeeze Treatment yaitu sebagai
berikut:
Tidak efektif untuk reservoir non-karbonat,
Bukan pilihan terbaik untuk pencucian yang strongly Inhibitors,
Produksi berhenti selama perawatan,
Dapat menyebabkan kerusakan formasi,
Ada beberapa langkah yang memakan waktu yang cukup lama.
2) Batch Treatment, merupakan penginjeksian kedalam sumur melalui
tubing dengan memperhatikan jumlah air yang akan diinjeksikan.
Dimana jumlah air yang diinjeksikan harus sama dengan jumlah air
yang diproduksikan perhari. Dengan adanya aliran fluida dari reservoir
yang mengalir ke lubang sumur, maka fluida akan bercampur dengan
scale inhibitor yang ada. Akibatnya scale inhibitor bercampur dengan
fluida produksi dan selanjutnya akan terbawa ke atas melalui
17
peralatan-peralatan produksi (Musa & Shan-Fa, 2019). Kelebihan dari
Batch Treatment yaitu sebagai berikut:
Biaya bahan kimia dan jumlah tenaga kerja dikurangi,
Lebih efektif untuk reservoir non-karbonat,
Lebih efektif untuk inhibitor yang pencucian yang kuat
(berlangsung cepat), khususnya inhibitor berbasis poliesterbase,
Meminimalkan produksi shutdown
Lebih hemat waktu
Dapat dilakukan dengan kombinasi treatment lainnya, misalnya,
campuran dari scale inhibitors dan corrosion inhibitors, foaming
agents, cleaning agents, dll.
Sedangkan kekurangan dari Batch Treatment adalah sebagai
berikut:
Relatif lebih mahal,
Tidak efektif jika terdapat penyimpanan inhibitor pada matriks
batuan yang cukup besar,
Peka terhadap jarak antar sumur, yaitu dianggap efektif hanya jika
jarak antar sumur relatif pendek.
3) Continous Treatment, merupakan penginjeksian kedalam sumur
melalui yang dilakukan melalui anullus oleh chemical injection pump.
Dengan cara tersebut dapat menyebabkan zat kimia tersebut
menyembur ke bawah (ke dasar sumur) dan dengan segera dapat
menjaga kelarutan. Untuk memenuhi kebutuhan di atas diperlukan
kecepatan injeksi yang didasarkan pada jumlah produksi fluida total
dan bahan kimianya harus dipompakan sedemikian rupa, sehingga
konsentrasinya tidak kurang dari batas minimum yang diijinkan (Musa
& Shan-Fa, 2019). Adapun kelebihan dari Continous Treatment yaitu:
Relatif efektif
Sedangkan kelebihan dari Continous Treatment yaitu sebagai
berikut:
18
Produksi berhenti selama perawatan
Umur pendek
19
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1. Scale merupakan suatu endapan yang mengkristal dari air formasi di suatu
bidang khusunya flowline yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
suhu, pH, tekanan, dan kandung ion senyawa kimia yang ada di air formasi
tersebut.
2. Faktor utama yang berpengaruh terhadap pembentukan, pertumbuhan kristal
dan pengendapan scale diantaranya yaitu perubahan kondisi reservoir
(penurunan tekanan reservoir dan perubahan temperatur), pencampuran dua
jenis fluida yang susunan mineralnya tidak sesuai, adanya penguapan
(perubahan konsentrasi), pengadukan (agitasi dan turbulensi), serta perubahan
pH.
3. Metode Stiff and Davis dapat digunakan untuk menganalisa air formasi, tetapi
hanya pada kondisi tertentu, sehingga untuk menganalisa pada kondisi
reservoir diperlukan perhitungan ekstrapolasi.
4. Metode penanggulangan scale untuk upaya peningkatan laju produksi dengan
melarutkan sebagian endapan scale pada flowline, yaitu dengan menggunakan
metode Scale Inhibitor. Scale Inhibitor merupakan suatu bahan kimia yang
berfungsi untuk menjaga kation dan anion pembentuk scale tetap berada
dalam larutannya.
5. Penginjeksian Scale Inhibitor dapat dilakukan dengan beberapa treatment
yaitu:
a. Squeeze Treatment, penginjeksiannya dilakukan dengan memperhatikan
tekanan, dimana tekanan pada saat proses penginjeksian harus dibawah
tekanan rekah formasi dan diatas tekanan formasi.
b. Batch Treatment, penginjeksian kedalam sumur dilakukan melalui tubing
dengan memperhatikan jumlah air yang akan diinjeksikan.
c. Continous Treatment, penginjeksian kedalam sumur melalui yang
dilakukan melalui anullus oleh chemical injection pump.
20
6. Hasil dari metode scale inhibitor adalah padatan yang menempel pada
flowline akan terlarut sehingga akan menanggulangi terbentuknya scale yang
dapat menyumbat flowline sehingga dapat meningkatkan laju produksi.
21
DAFTAR PUSTAKA
Alberta, T., 2015. Scale Inhibitor. https://www.atcint.ca/scale-inhibitor.html
(diakses tanggal 27 november 2020)
Alida, R. & Fandra, P., (2018). “Penanggulangan Scale CaCO3 Pada Sumur PF1
Lapangan 26 di PT Pertamina EP Asset 2 Field Limau” dalam Jurnal
Teknik Patra Akademika Vol 09. No.2. Palembang.
Alighiri, D., Fatmala, C., Syafi’i, I., & Haditya, E.B., (2018). “Studi Pembentukan
Scale CaCO3 dan CaSO4 pada Air Formasi Sumur Minyak di Cepu,
Indonesia” dalam Jurnal Fisika Vol 08. No.1. Universitas Negeri
Semarang.
Irawan, A. & Isjudarto, A., (2016). Evaluasi Penanggulangan Problem Scale pada
Flowline Sumur TLJ-XXX Di PT Pertamina EP Asset II Field Prabumulih
Sumatera Selatan. Yogyakarta: STTNAS Yogyakarta.
Liestyana, R., Said, L., & Pratiwi, R., (2018). Analisa Air Formasi Terhadap
Kecenderungan Pembentukan Scale Calcium Carbonate (CaCO3) dan
Calcium Sulfate (CaSO4). Universitas Trisakti.
Mackay, J. E., Collins, R. I. and Jordan, M. M. (2003). PWRI: scale Formation
Risk Assessment and Management. The SPE 5th International Symposium
on Oilfield Scale. January 29 – 30. Aberdeen, UK: SPE 80385, 1 – 18.
Moghadasi, J., M. Jamialahmadi, H. Muller-Steinhagen, and A. Sharif. (2003).
Scale Formation in Oil Reservoir and Production Equipment during Water
Injection (Kinetics of CaSO4 and CaCO3 Crystal Growth and Effect on
Formation Damage. The SPE European Formation Damage Conference,
May 13-14, Hague, Netherlands, SPE 82233, 2003, pp.1-12.
Piping, D,. 2020. Scale Coupons,Bio Coupons and Weight loss Coupon.
https://www.thepiping.com/2020/03/scale-couponsbio-coupons-and-
weight.html (diakses tanggal 20 november 2020).
Pranondo, Diky & Agusandi, S., (2017). “Evaluasi Permasalahan Scale Sumur
SA-33, SA-101, SA-104 dan SA-108 di PT Pertamina EP Asset 1 Field
Ramba” dalam Jurnal Teknik Patra Akademika Vol 08. No.1.
22
Salimin, Z. & Gunandjar, (2007). Penggunaan EDTA sebagai Pencegah
Timbulnya Kerak pada Evaporasi Limbah Radioaktif Cair. Yogyakarta:
Pustek Akselerator dan Proses Bahan Batan.
Sari, R., (2011). Studi Penanggulangan Problem Scale dari Near-Wellbore Hingga
Flowline di Lapangan Minyak Limau, Universitas Indonesia.
Schumberger, (2019). Scale Inhibitor For Acidizing. United Kingdom:
Sclumberger Limited.
Syahri, M. & Sugiarto, B., (2008). Scale Treatment pada Pipa Distriusi Crude Oil
Secara Kimiawi. Yogyakarta: UPN Veteran Yogyakarta.
23